hubungan penyimpanan serta pengangkutan kubis (brassica oleracea) dalam saluran pemasaran di jawa...
DESCRIPTION
Tata Niaga PertanianTRANSCRIPT
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kubis (Brassica oleracea var.capitata L.) merupakan jenis sayuran
yang populer di Indonesia. Kubis pada umumnya dapat tumbuh di dataran
tinggi. Jenis komoditas ini terkenal dengan ciri bentuknya yang khas yaitu
bulat agak lonjong dengan warna hijau muda dan secara keseluruhan terdiri
dari daun yang berbentuk sangat rapat. Wilayah dataran tinggi yang menjadi
pusat dari budidaya kubis ini diantaranya yaitu terdapat di daerah Dieng,
Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari, Purbalingga,
Malang, Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang, Garut, Pengalengan
dan beberapa daerah lain di Bali, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur serta
Irian Jaya.
Berdasarkan taksonomi nya, komoditas kubis tergolong pada divisi
Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, klas Dicotyledonae, famili
Cruciferae, genus Brassica, spesies Brassica oleracea. Keberadaan kubis telah
dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM) serta merupakan tanaman
yang dipuja dan dimuliakan oleh masyarakat Yunani Kuno. Kubis yang
dibudidayakan di Indonesia sendiri terdiri dari dua tipe, yaitu tipe semusim
dan tipe dua musim.
Kubis tergolong jenis sayuran yang diminati oleh konsumen karena
harga dari kubis tergolong murah serta dapat disajikan menjadi berbagai jenis
masakan yang tentunya memiliki nilai kandungan gizi yang tinggi. Manfaat
mengkonsumsi kubis jika kita memakan 25-30 gram kubis secara mentah-
mentah sebagai lalapan atau jika direbus, memiliki dampak yan baik bagi
tubuh. Kandungan zat aktifnya, sulforafan dan histidine dapat menghambat
pertumbuhan tumor, mencegah kanker kolon dan rektun, detoksikasi senyawa
kimia berbahaya, seperti kobalt, nikel dan tembaga yang berlebihan di dalam
tubuh, serta meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan kanker.
1
Kandungan asam amino dalam sulfurnya juga berkhasiat menurunkan kadar
kolesterol yang tinggi, penenang saraf dan membangkitkan semangat.
Kubis juga memiliki manfaat lain jika digunakan pada pemakaian luar.
Kubis dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit kulit, luka/nyeri di
kulit baik karena digigit serangga atau bahkan karena kasus kebakaran,
jerawat, pecah kulit, bisul, infeksi, dan bengkak ringan. Kubis juga dapat
menjadi obat pada gatal akibat jamur candida (candidiasis), jamur dikulit
kepala, tangan dan kaki, kadar kolesterol darah tinggi, radang sendi (artritis),
melindungi tubuh dari sinar radiasi seperti sinar x-ray,
komputer, microwave dan televisi berwarna. Manfaat selanjutnya yaitu
sebagai antidote pada mabuk alkohol (hangover), racun di hati,
menghilangkan keluhan prahaid (premenstrual sindrom), meningkatkan
produksi ASI, mencegah tumor membesar, mencegah kanker kolon dan
rektum, serta borok (ulcus) pada saluran cerna, dan sulit buang air besar
(sembelit).
Kubis memiliki manfaat yang sangat besar sekali dalam kelangsungan
kehidupan manusia sehingga besarnya produksi kubis menjadi harus
diperhatikan. Perkembangan produksi kubis di Indonesia dari tahun 2009 ke
2010 yakni sebesar 1.358.113 ton dan 1.385.044 ton. Mengalami peningkatan
sebesar 26.931 ton atau sebesar 1,98%. Jumlah produksi kubis di wilayah
Jawa Tengah sendiri pada tahun 2009 sebesar 348,616 ton, lalu pada tahun
2010 sebesar 383,686 ton, dan pada tahun 2011 sebesar 384,685 ton. Jumlah
produksi kubis ini terus mengalami peningkatan setiap tahun nya
(Sumber BPS). Potensi yang demikian menjadi salah satu faktor pentingnya
komoditas kubis untuk terus dikembangkan.
Beberapa kendala utama dalam proses usaha tani kubis yaitu pada
keberadaan fungsi fisik dalam menjalani proses pemasarannya. Kubis
tergolong jenis komoditas yang memiliki sifat bulky, yakni volume besar
namun harga yang dipasarkan kecil dan berbanding terbalik dari besarnya
2
volume kubis tersebut. Kubis juga merupakan jenis komoditas yang bersifat
musiman, segar dan mudah rusak. Kaitannya dengan fungsi fisik di sini
dibedakan menjadi tiga yaitu fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, dan
fungsi pengolahan. Fungsi fisik menjadi sorotan yang harus dipahami dalam
menjalani saluran pemasaran kubis karena jika fungsi fisik ini tidak dipahami
maka akan sangat mungkin komoditas kubis ini akan sampai pada konsumen
dengan keadaan yang sudah tidak baik dan nantinya akan berpengaruh pada
perubahan harga dari kubis tersebut.
2. Permasalahan
1. Bagaimana ciri umum dari produksi pertanian?
2. Bagaimana fungsi penyimpanan dalam komoditas kubis?
3. Bagaimana fungsi pengangkutan dalam komoditas kubis?
4. Bagaimana fungsi pengolahan dalam komoditas kubis?
5. Bagaimana saluran pemasaran dalam komoditas kubis?
3. Tujuan
1. Mengetahui ciri umum dari produksi pertanian.
2. Mengetahui fungsi penyimpanan dalam komoditas kubis.
3. Mengetahui fungsi pengangkutan dalam komoditas kubis.
4. Mengetahui fungsi pengolahan dalam komoditas kubis.
5. Mengetahui saluran pemasaran dalam komoditas kubis.
3
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tinjauan Teoritis
Kelemahan dalam sistem pertanian di negara berkembang, termasuk
Indonesia, adalah kurangnya perhatian dalam bidang pemasaran. Fungsi-
fungsi pemasaran, seperti pembelian, sorting atau grading, penyimpanan,
pengangkutan, dan pengolahan, sering tidak berjalan seperti yang diharapkan,
sehingga efisiensi pemasaran memang terbatas, sementara ketrampilan
mempraktekan unsur-unsur manajemen juga demikian. Lemahnya
manajemen pemasaran disebabkan karena tidak mempunyai pelaku-pelaku
pasar dalam menekan biaya pemasaran (Soekartawi, 2002).
Ciri-ciri dari produksi pertanian diantaranya yaitu :
a. Produk pertanian adalah musiman
Artinya tiap macam produk pertanian tidak mungkin tersedia setiap saat
bila tanpa diikuti dengan manajemen stok yang baik.
b. Produk pertanian bersifat segar dan mudah rusak
Artinya tiap macam produk pertanian sebenarnya diperoleh dalam
keadaan segar (masih basah), sehingga tidak dapat disimpan dalam
waktu yang relatif lama. Kalau saja diinginkan penyimpanan dalam
waktu yang relatif lama, maka diperlukan perlakuan tambahan, misalnya
pengeringan atau perlakuan pasca panen.
c. Produk pertanian bersifat “bulky”
Artinya volumenya besar tetapi nilainya relatif kecil. Akibatnya ialah
dalam proses pengelolaannya diperlukan tempat yang luas. Ini artinya
perlu biaya penyimpanan atau perawatan yang lain dalam jumlah yang
relatif besar.
d. Produk pertanian tidak selalu mudah didistribusikan ke lain tempat
Artinya dimaksudkan agar bila produksi tersebut terserang hama dan
penyakit, maka diharapkan tidak terjadi penularan. Di samping itu, untuk
4
mendistribusikan dalam waktu yang relatif singkat, memerlukan biaya
yang besar mengingat sifat produksi pertanian “bulky”.
e. Produk pertanian bersifat lokal atau kondisional
Artinya tidak semua produk pertanian dapat dihasilkan dari satu lokasi,
melainkan berasal dari berbagai tempat. Misalnya, tanaman apel dapat
tumbuh di dataran tinggi dan tidak dapat tumbuh baik di dataran rendah.
Sebaliknya, tanaman ketela rambat baik ditanam di dataran rendah
daripada di dataran tinggi.
(Soekartawi, 2002).
Salah satu dari pendekatan pemasaran yang penting untuk dipahami
oleh para produsen maupun distributor adalah pendekatan serba fungsi.
Pendekatan ini dibedakan menjadi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi
penunjang. Fungsi pertukaran dibagi menjadi pembelian dan penjualan.
Fungsi fisik membahas mengenai pola perpindahan barang-barang secara
fisik dari produsen sampai ke konsumen. Fungsi fisik ini dibagi menjadi tiga
fungsi yaitu fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, dan fungsi
pengolahan. Fungsi penunjang dibagi menjadi fungsi pembiayaan,
penanggungan resiko, grading dan standarisasi, informasi pasar
(Swastha, 1979).
Fungsi penyimpanan dimaksudkan untuk menyeimbangkan periode
panen dan periode paceklik. Ada empat alasan pentingnya penyimpanan
untuk produk- produk pertanian, yaitu produk bersifat musiman, adanya
permintaan akan produk pertanian yang berbeda sepanjang tahun. Alasan ke
tiga yakni perlunya waktu untuk menyalurkan produk dari produsen ke
konsumen, dan perlunya stok persediaan untuk musim berikutnya
(Mubyarto, 1998).
Fungsi penyimpanan ini menciptakan faedah atau kegunaan waktu
karena melakukan penyesuaian antara penawaran dengan permintaannya.
Khususnya untuk barang-barang yang sifatnya mudah rusak perlu tempat
5
penyimpanan khusus, seperti buah-buahan, sayur-sayuran perlu disimpan
dalam ruangan pendingin. Penyimpanan memungkinkan bagi penjual untuk
mengatur pemasaran sampai kondisi pasar menguntungkan. Penyimpanan
dapat dilakukan dengan menggunakan gudang (tempat penyimpanan) sendiri
atau menyewa gudang umum (Swastha, 1979).
Fungsi pengangkutan mempunyai peranan yang sangat vital dalam
kehidupan manusia, terutama sekali dalam dunia perniagaan, hasil
perkebunan, pertanian, peternakan, dan sebagainya akan sampai ke pasar
atau tempat-tempat dimana ia menjual kembali dagangannya apabila ada
pengangkutan. Barang-barang hasil produksi dari suatu perusahaan tidak
akan sampai dan dapat dinikmati oleh konsumen tanpa adanya
pengangkutan. Peranan pengangkutan dalam dunia perniagaan bersifat
mutlak, sebab nilai suatu barang itu tidak hanya tergantung dari barang itu
sendiri tetapi juga tergantung pada tempat di mana barang itu berada
(Anonim, 2009).
Fungsi pengangkutan merupakan fungsi pemindahan barang dari
tempat barang dihasilkan ke tempat barang dikonsumsikan. Pengangkutan
yang baik memungkinkan perluasan pasar dan memungkinkan pula
spesialisasi dalam industri yang akan berakibat produksi secara besar-
besaran. Kemajuan dalam pengangkutan telah meningkatkan macam ragam
barang yang tersedia untuk konsumsi, serta telah mengurangi biaya
penyebaran barang, sehingga distribusi barang dapat dilakukan lebih cepat
(Swastha, 1979).
Fungsi pengolahan bermanfaat untuk meningkatkan kualitas barang
baik dalam rangka memperkuat daya tahan barang (prosesing minimal)
maupun meningkatkan nilainya. Kegiatan pengolahan memberikan kegunaan
bentuk baik menambah maupun menciptakan utility. Selanjutnya
mengakibatkan jumlah dan jenis konsumen akan bertambah banyak. Fungsi
pengolahan bertujuan meningkatkan kualitas barang baik dalam rangka
6
memperkuat daya tahan barang maupun meningkatkan nilai dan
menciptakan kegunaan bentuk (Anonim, 2010).
Sistem Pemasaran yaitu suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang
dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan
mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan keinginan dan
mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan (Permana, 2010). Sedangkan
definisi lain, dikemukakan oleh Philip Kotler dalam bukunya Marketing
Management Analysis, Planning, and Control, mengartikan pemasaran
secara lebih luas, yaitu pemasaran adalah suatu proses sosial, di mana
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan, dan
mereka inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk dan nilai
dengan individu dan kelompok lainnya.
Perantara pemasaran produk bermacam-macam dan biasanya
bertingkat. Tingkat pertama biasanya di tempati perwakilan wilayah yang
biasanya ditangani oleh perusahaan sendiri, kemudian ada agen tunggal yang
mencakup daerah pemasaran yang lebih kecil. Selanjutnya, disusul oleh
pedagang biasa yang menjual tidak hanya satu produk perusahaan. Di tingkat
ini biasanya produk sudah sampai ke konsumen akhir tetapi ada juga yang
disalurkan ke tingkat yang lebih kecil lagi seperti warung–warung yang
kemudian bisa dipakai langsung oleh konsumen akhir. Selain perantara
distribusi ada satu lagi perantara penting walaupun tidak melakukan
penjualan langsung, namun punya andil dalam menyampaikan barang ke
konsumen yaitu fasilitator seperti agen iklan, distributor, bank dan lain –lain.
Saluran pemasaran adalah salah satu yang menentukan keputusan pemasaran
yang lainnya seperti dalam hal penetapan harga produk (pricing). Ketika
perusahaan memilih memasarkan produknya secara terbatas, pasti harganya
pun tinggi karena adanya nilai eksklusifitas (Hartas, 2011).
7
2. Hasil Kajian Literatur / Pengumpulan Data Lapang
Jawa Tengah merupakan wilayah yang paling berpotensial dalam
pengembangan komoditas kubis. Keberadaan wilayahnya sangat sesuai
dengan kondisi suhu dan tempat dalam pengembangan kubis. Wilayah-
wilayah tersebut seperti daerah Banjarnegara, Wonosobo dan magelang.
Kubis yang dibudidayakan di Indonesia ada dua jenis, yaitu jenis
semusim (annual type) yakni tipe kubis yang dapat tumbuh, berkrop,
berbunga dan berbiji di daerah tropis pada umumnya dan Indonesia pada
khususnya, tanpa memerlukan periode pendinginan terlebih dahulu. Jenis
kedua yaitu jenis dwi musim (biennial type) yakni dapat tumbuh di daerah
tropis namun tidak dapat berbunga secara alami karena tidak adanya musim
dingin panjang untuk merangsang pembungaannya. Jenis dwi musim inilah
yang banyak diminta konsumen karena kropnya keras/padat, tidak rapuk dan
tidak renyah seperti kubis semusim. Namun pengembangan dari sisi
pemuliaan dan produksi benihnya terkendala oleh ketidak-mampuan jenis
kubis ini untuk berbunga (Departemen Pertanian, 2004).
Gambar 2.1 Keberadaan Komoditas Kubis di Jawa Tengah
8
Komoditas kubis biasanya dikonsumsi sebagai sayuran atau bahan
campuran masakan yang dapat direbus atau dimakan mentah (lalapan).
Dapat juga dijadikan obat untuk beberapa penyakit. Tidak semua wilayah di
Pulau Jawa dapat dikembangkan usaha kubis. Dapat dilihat pada data dari
Badan Pusat Statistik mengenai produksi kubis di masing-masing provinsi di
Pulau Jawa. Berikut data mengenai luas panen dan produksi kubis di Jawa
Tengah :
Tabel 2.1 Luas Panen dan Produksi Kubis di Pulau Jawa
Provinsi
2009 2010 2011Luas Panen (Ha)
Produksi (ton)
Luas Panen (Ha)
Produksi (ton)
Luas Panen (Ha)
Produksi (ton)
Jawa Barat 13.604 298.332 12.811 286.647 12.063 270.780
Jawa Tengah
18.843 348.616 20.843 383.686 20.731 384.685
Jawa Timur 10.748 197.985 9.993 181.344 8.972 182.007
Yogyakarta 4 70 0 0 6 23
Sumber : BPS
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa provinsi Jawa Tengah
menempati posisi pertama dalam luas panen dan produksi kubis per
tahunnya. Tahun 2009 luas panen 18.843 Ha dan produksi 348.616 ton.
Tahun 2010 luas panen 20.843 dan produksi 383.686 ton. Tahun 2011 luas
panen 20.731 Ha dan luas panen 384.685 ton. Sehingga sangat jelas bahwa
pengembangan komoditas kubis sangat sesuai bila dikembangkan di Jawa
Tengah.
Kubis memiliki bentuk fisik yang cukup besar dan sangat
membutuhkan tempat lebih besar jika akan dilakukan proses distribusi ke
berbagai wilayah yang akan didistribusikan. Berdasarkan data sekunder yang
diperoleh, harga normal kubis berkisar Rp1.000-Rp1.500 per kilogram di
tingkat petani. Dilihat dari ciri produk pertanian maka kubis bersifat bulky,
9
yaitu memiliki volume besar namun harga jual relatif rendah. Hal demikian
menjadi salah satu permasalah dalam proses pemasaran kubis.
Sifat lain dari komoditas kubis ini adalah bersifat segar dan mudah
rusak. Kubis merupakan salah satu bagian dari jenis sayuran di Indonesia
sehingga salah satu sifatnya yaitu mudah rusak. Perlu adanya penyimpanan
yang baik dalam komoditas kubis agar kubis tetap dalam kondisi segar dan
harga jual tidak semakin menurun.
Berbagai upaya yang dilakukan dalam usaha tani kubis di Jawa Tengah
setelah memasuki fase pasca panen adalah proses penyimpanan yaitu setelah
kubis dipanen, hasil panen disimpan di tempat penampungan atau gudang
penyimpanan yang teduh untuk dilakukan sortasi dan grading. Penyimpanan
terbaik di ruang gelap pada temperatur 20oC, kelembaban 75-85% atau
kamar dingin dengan temperatur 4,4oC dengan kelembaban 85-95%. Pada
ruangan-ruangan tersebut kubis akan tetap segar selama 2-3 minggu.
Penyimpanan di gudang sudah harus tersedia rak-rak bertingkat, keadaan
lingkungan gudang cukup lembab, sirkulasi udaranya baik, dan suhu
udaranya relatif rendah. Lebih ideal lagi bila di tempat penampungan
tersedia fasilitas gudang khusus yang bersuhu dingin ± 0oC dan
kelembabannya 90% atau disebut “Cold storage”.
10
Gambar 2.2 Kegiatan Panen Kubis di Wilayah Jawa Tengah
Gambar 2.3 Kegiatan Panen Kubis di Wonosobo, Jawa Tengah
Kegiatan penyimpanan dapat bersifat sementara, jangka pendek, dan
jangka panjang. Penyimpanan bersifat sementara diperlukan segera. Tujuan
penyimpanan jangka menengah akan mengendalikan melimpahnya
komoditas ke pasar tanpa terlalu banyak menimbulkan kemunduran mutu.
Kegiatan ini dapat berlangsung dari 1-6 minggu, tergantung pada
keperluannya. Kegiatan penyimpanan jangka panjang terutama dipengaruhi
oleh faktor-faktor ekonomi. Komoditas-komoditas itu disimpan pada waktu
produksi puncaknya dan secara berkesinambung dipasarkan selama waktu-
waktu yang tersisa dalam tahun itu, yang memungkinkan para produsen dan
penjual dapat memperoleh harga yang cukup tinggi. Keberhasilan
penyimpanan akan diperoleh dengan adanya produk yang baik, suhu dan
kelembaban yang layak, stadia panen dan kematangan yang tepat serta bebas
dari penyakit dan kerusakan (Thompson dan Kelly, 1976).
Penyimpanan kubis disusun di atas rak-rak 1-2 lapis krop, dan tidak
bertumpuk terlalu tinggi. Khusus untuk yang akan dikirim dengan jarak jauh
(ekspor), selama di gudang penyimpanan harus dilakukan pelumuran
pangkal krop dengan larutan kapur tohor (50%-100%), larutan tawas (30%)
11
atau silikagel (100%) untuk mencegah kemungkinan penyakit busuk lunak.
Dalam penyimpanannya, harus dihindari penyimpanan bersama dengan buah
apel atau pear, karena kedua jenis buah tersebut mengeluarkan etilen yang
berefek buruk terhadap kubis. Tata cara dalam melumuri pangkal krop
adalah mula-mula dibuatkan larutan bahan yang ada (kapur tohor, tawas,
silikagel) pada persentase yang dianjurkan, kemudian pangkal krop kubis
dipotong sedikit dan beberapa helai daun luar dibuang, selanjutnya larutan
tadi dioleskan pada pangkal krop tersebut. Kubis yang telah dioleskan
selanjutnya disimpan kembali di rak-rak penyimpanan agar bahan luka pada
pangkal krop cepat kering. Bila pangkal krop kering berarti sudah siap untuk
dikemas.
Gambar 2.4 Penyimpanan Kubis dengan Rak-Rak Susun
Proses selanjutnya setelah penyimpanan yaitu proses pengemasan
sebelum dilakukan proses pengangkutan. Cara pengemasan yang dilakukan
oleh produsen kubis di Jawa Tengah pada umumnya diletakkan di wadah
seperti peti kayu, keranjang bambu, karung plastik, atau keranjang plastik.
Proses pengemasan untuk kubis yang akan didistribusi ke wilayah yang
cukup jauh dan membutuhkan waktu berhari-hari yaitu dengan cara :
12
1. Membungkus krop kubis satu per satu dengan kertas Koran beberapa
lapis.
2. Memasukkan krop yang tadi dan menyusun dalam karung jala plastik
berisi rata-rata 5-8 kg/karung.
3. Selanjutnya kubis siap diangkut menggunakan truk atau kapal sampai ke
tujuan yang dikehendaki.
Gambar 2.5 Pangkal Kubis yang Telah Diolesi Larutan
Tata cara pengemasan untuk wilayah pemasaran yang tidak terlalu
jauh dapat dilakukan dengan memasukkan kubis ke keranjang anyaman
bambu berukuran 60x50x50 cm. Cara pengemasannya yaitu dimulai dari
pangkal krop disusun pada lapisan terbawah, agar pangkal kropnya
menghadap ke bawah. Selanjutnya lapisan pinggir disusun dengan arah
pangkal krop menghadap ke luar. Bagian tengah nya diisi dan dipadatkan
secara hati-hati sampai penuh, kemudian wadah pengemas diikat dengan tali,
dan kubis siap diangkut ke sasaran pasar.
13
Gambar 2.6 Penyimpanan Kubis dengan Menggunakan Keranjang
Proses selanjutnya setelah pengemasan yaitu pengangkutan. Kubis
yang sudah dikemas sedemikian rupa maka siap untuk dilakukan proses
pengangkutan. Pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam
penanganan, penyimpanan, dan distribusi sayur-sayuran. Pengangkutan hasil
dimulai dari kebun ke tempat pengumpulan. Dari tempat pengumpulan
dilakukan pengangkutan hasil oleh para pengecer, tengkulak, pedagang
besar, pengeskpor dan pengimpor, pusaat-pusat pengemasan, tempat-tempat
penyimpanan, tempat-tempat pengiriman dan tempat pembongkaran atau
pasar.
Setiap konsumen selalu menginginkan komoditas yang akan dibelinya
dalam keadaan segar dan tidak rusak. Kubis yang baru dipanen dari
pertanaman harus diperlakukan dengan wajar untuk mencegah kerusakan
ataupun kehilangan hasil. Pengangkutan kubis pada umumnya diangkut
dengan truk tanpa menggunakan pengepakan.
Kubis dimasukkan ke dalam truk dengan cara satu per satu, kemudian
pembongkaran di pasar juga dilakukan satu per satu. Perlakuan seperti ini
menimbulkan banyak kerugian terhadap komoditas yakni kerusakan
14
mekanis, kurangnya kebersihan, timbulnya panas dan kelembaban yang
semakin meningkat pada timbunan kubis sehingga mempercepat terjadinya
pembusukan. Selain itu akan menyulitkan perhitungan jumlah komoditas,
timbulnya kehilangan hasil karena pencurian selama pengangkutan dan
bongkar muat. Khususnya untuk kubis yang akan di ekspor maka
membutuhkan pengangkutan yang sesuai. Data dari Global Rate System
(GTS) 2010 menyatakan bahwa ekspor kubis Indonesia ke wilayah Malaysia
dan Singapura berada pada peringkat ke 2 :
Tabel 2.2 Volume Ekspor Kubis Beberapa Negara ke MalaysiaNegara Asal Tahun 2009
China 63%
Indonesia 21%
Thailand 15%
Netherland 1%
Sumber : Global Rate System (GTS) 2010
Tabel 2.3 Volume Ekspor Kubis Beberapa Negara ke SingapuraNegara Asal Tahun 2009China 71%
Indonesia 18%
Malaysia 8%
Thailand 1%
Vietnam 1%
Sumber : Global Rate System (GTS) 2010
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dikatakan bahwa kubis di
Indonesia cukup diminati oleh pasar Internasional namun jumlahnya
memang masih tergolong kecil jika dibanding oleh China. Salah satu yang
harus diperbaiki dalam kelanjutan ekspor kubis yaitu pada proses
pengangkutan. Pengangkutan yang baik yaitu yang menggunakan sistem
pengangkutan terpadu. Sistem pengangkutan terpadu yaitu yang menerapkan
15
informasi dari berbagai bidang ilmu, seperti bidang biokimia, fisiologi
hortikultura, patologi, pengemasan, pendinginan, pemasaran, pengangkutan,
dan perekayasaan.
Gambar 2.7 Proses Pengemasan Kubis Sebelum dilakukan Proses Penyimpanan
Gambar 2.8 Proses Pengangkutan Kubis di Jawa Tengah
16
Gambar 2.9 Proses Pengangkutan Kubis Menuju Pasar Tradisional
Proses pengolahan juga menjadi suatu hal yang harus diperhatikan
oleh para produsen serta saluran pemasaran kubis agar kualitas kubis
tersebut dapat lebih meningkat dalam rangka memperkuat daya tahan kubis
maupun meningkatkan nilai. Fungsi dari pengolahan disini juga dapat
menciptakan kegunaan bentuk.
Umumnya petani kubis di Jawa Tengah melakukan panen kubis
dengan mengikut sertakan daun luar kubis yang berwarna kehijauan untuk
dipasarkan. Cara demikian merupakan salah satu contoh sederhana dalam
melakukan pengolahan. Namun pedagang kurang menghendaki adanya daun
kubis yang diikut sertakan, karena akan menimbulkan limbah yang cukup
banyak.
Penanganan limbah kubis sampai saat ini belum banyak dikenal oleh
masyarakat Indonesia, sedangkan cara-cara penanganan yang lain untuk
kubis-kubisan telah banyak dilakukan yaitu dengan cara pengawetan.
Pengawetan adalah suatu usaha untuk membuat bahan makanan menjadi
tahan lama. Salah satu cara pengawetan yang dapat diterapkan oleh
komoditas kubis yaitu dengan fermentasi. Fermentasi merupakan suatu
17
proses biokimia yang menghasilkan energi di mana komponen organik
bertindak sebagai penerima elektron. Beberapa contoh makanan yang
diproduksi melalui fermentasi dalam komoditas kubis adalah fermentasi
asam laktat dengan produk-produknya antara lain sayur asin, sayur asam
(sauerkraut), dan kimchi (kimchee).
Setelah mengetahui pentingnya fungsi fisik dalam komoditas kubis
maka dengan demikian akan dapat ditentukan strategi pemasaran yang sesuai
untuk kubis di wilayah Jawa Tengah. Produk hasil panen kubis dari petani
produsen ke konsumen akhir akan melalui suatu mata rantai pemasaran.
Lokasi produsen kubis yang jauh dari konsumen maka akan sangat sulit
untuk terjadinya transaksi langsung antara petani produsen dan konsumen
akhir. Pada kenyataannya beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam
proses distribusi kubis, tergantung atas tipe pemasarannya.
Strategi pemasaran kubis secara umum dapat melalui beberapa tipe
rantai pemasaran, yaitu seperti :
Saluran I : Petani produsen Pengecer Konsumen.
Saluran II : Petani produsen Tengkulak/Pedagang desa Pengecer
Konsumen
Saluran III : Petani produsen Pedagang pengumpul Pedagang besar
Pengecer Konsumen
Saluran IV : Petani produsen Tengkulak/Pedagang desa Pedagang
pengumpul Pedagang besar Pengecer Konsumen
Saluran pemasaran I dan II merupakan saluran pemasaran lokal yaitu
pemasaran di pasar-pasar lokal yang ada di daerah pusat produksi atau untuk
memenuhi permintaan konsumen sekitar daerah produksi. Saluran III dan IV
merupakan saluran antar daerah yaitu saluran pemasaran untuk memenuhi
permintaan konsumen di luar daerah produksi. Semakin panjang saluran
pemasaran juga menimbulkan semakin tingginya marjin pemasaran. Hal
demikian dapat merugikan petani produsen karena harga awal kubis yang
18
rendah namun sampai di tangan konsumen akhir dengan harga yang cukup
tinggi. Perbedaan harga kubis di setiap saluran pemasaran disebabkan juga
oleh keadaan cuaca yang semakin tidak menentu sehingga terkadang sangat
menggangu proses budidaya kubis di Jawa Tengah.
Saluran pemasaran lain yang termasuk efektif juga yaitu dengan
mendistribusikan langsung ke supermarket-supermarket besar dan juga ke
restoran-restoran yang menggunakan kubis dalam menu makanannya.
Pemasaran ke supermarket juga dapat mengurangi proses perusakan kubis
akibat dari pergesekan pada proses pengangkutan. Kubis yang sudah masuk
ke supermarket maka akan dimasukan ke freezer atau kulkas pendingin
sehingga kubis tidak rusak atau tidak cepat busuk. Kubis yang
didistribusikan langsung ke restoran-restoran juga akan memperkecil resiko
kerusakaan pada kubis karena sesampainya di restoran maka kubis-kubis
tersebut akan langsung diolah menjadi menu-menu makanan dari restoran
tersebut.
19
C. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Jawa Tengah merupakan wilayah yang paling berpotensial dalam
pengembangan komoditas kubis.
b. Keberadaan wilayahnya sangat sesuai dengan kondisi suhu dan tempat dalam
pengembangan kubis. Wilayah-wilayah tersebut seperti daerah Banjarnegara,
Wonosobo dan magelang.
c. Kubis bersifat bulky, yaitu memiliki volume besar namun harga jual relatif
rendah. Hal demikian menjadi salah satu permasalah dalam proses pemasaran
kubis.
d. Perlu adanya penyimpanan yang baik dalam komoditas kubis agar kubis tetap
dalam kondisi segar dan harga jual tidak semakin menurun.
e. Berbagai upaya yang dilakukan dalam usaha tani kubis di Jawa Tengah
setelah memasuki fase pasca panen adalah proses penyimpanan yaitu setelah
kubis dipanen, hasil panen disimpan di tempat penampungan atau gudang
penyimpanan yang teduh untuk dilakukan sortasi dan grading.
f. Penyimpanan terbaik di ruang gelap pada temperatur 20oC, kelembaban 75-
85% atau kamar dingin dengan temperatur 4,4oC dengan kelembaban 85-95%.
Pada ruangan-ruangan tersebut kubis akan tetap segar selama 2-3 minggu.
g. Proses selanjutnya yaitu pengangkutan. Pengangkutan yang baik yaitu yang
menggunakan sistem pengangkutan terpadu.
h. Sistem pengangkutan terpadu yaitu yang menerapkan informasi dari berbagai
bidang ilmu, seperti bidang biokimia, fisiologi hortikultura, patologi,
pengemasan, pendinginan, pemasaran, pengangkutan, dan perekayasaan.
20
i. Cara pengolahan paling sederhana dalam komoditas kubis umumnya petani
kubis di Jawa Tengah melakukan panen kubis dengan mengikut sertakan daun
luar kubis yang berwarna kehijauan untuk dipasarkan.
j. Pengolahan lainnya yaitu dengan fermentasi. Fermentasi merupakan suatu
proses biokimia yang menghasilkan energi di mana komponen organik
bertindak sebagai penerima elektron.
k. Strategi pemasaran kubis secara umum dapat melalui 4 jenis tipe rantai
pemasaran, yaitu :
Saluran I : Petani produsen Pengecer Konsumen.
Saluran II : Petani produsen Tengkulak/Pedagang desa Pengecer
Konsumen
Saluran III : Petani produsen Pedagang pengumpul Pedagang besar
Pengecer Konsumen
Saluran IV : Petani produsen Tengkulak/Pedagang desa Pedagang
pengumpul Pedagang besar Pengecer Konsumen
l. Saluran pemasaran I dan II merupakan saluran pemasaran lokal yaitu
pemasaran di pasar-pasar lokal yang ada di daerah pusat produksi atau untuk
memenuhi permintaan konsumen sekitar daerah produksi.
m. Saluran III dan IV merupakan saluran antar daerah yaitu saluran pemasaran
untuk memenuhi permintaan konsumen di luar daerah produksi.
n. Saluran pemasaran lain yang termasuk efektif juga yaitu dengan
mendistribusikan langsung ke supermarket-supermarket besar dan juga ke
restoran-restoran yang menggunakan kubis dalam menu makanannya.
2. Saran
Sebaiknya petani produsen kubis lebih memperhatikan lagi tentang fungsi
fisik dari komoditas kubis yakni mulai dari fungsi penyimpanan, fungsi
pengangkutan, serta fungsi pegolahan. Setelah memahami lebih lanjut mengenai
fungsi fisik dari komoditas kubis maka dapat ditentukan saluran pemasaran yang
sesuai agar nilai marjin pemasaran tidak terlalu tinggi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Fungsi Pemasaran, Perantara dan Kolaborator. www.pemasarankokrepot.blogspot.com Diakses pada 24 Mei 2012 pukul 20.45.
Anonim, 2010. Pemasaran Produk Pertanian. www. blogs.unpad.ac.id Diakses pada 24 Mei 2012 pukul 20.30.
Hadi, Anggoro Permadi. Sastrosiswojo, Sudarwohadi. 1993. Kubis. Program Nasional, Lembang.
Hartas, Siffa. 2011. Saluran Pemasaran dan Manajemen Rantai Pasokan. www.blogsiffahartas.blogspot.com Diakses pada 26 Mei 2012 pukul 15.00.
Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian. 1998. LSPI. Jakarta
Permana, Erik. 2010. Sistem Pemasaran. www.erik-permana.blogspot.com Diakses pada 26 Mei pukul 14.00.
Permana, Lucky. 2010. Kubis Si Sayur Ajaib. www.cangkruk.com Diakses pada 25 Mei 2012 pukul 20.30.
Raymond, 2011. Strategi Pemasaran Tanaman Kubis. www.josephbokotei.blogspot.com Diakses pada 25 Mei 2012 pukul 21.00.
Rukmana, Rahmat. 1994. Bertanam Kubis. Kanisius, Yogyakarta.
Soekartawi, 2002. Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sunarjono, Hendro. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Depok.
Swastha, Basu. 1979. Saluran Pemasaran. BPFE, Yogyakarta.
Thompson, K.F. 1976. Cabbages, kales etc. Brassica oleracea (Cru-ciferae), p. 49-52. In N.W. Simmonds (ed) : Evolution of Crop Plants. Longman. London and New York.
22
Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran
Pemasaran di Jawa Tengah
MATA KULIAH TATA NIAGA PERTANIAN
DISUSUN OLEH :
Nama : Indri Cahya Lestari (H0810064)
Kelas : Agribisnis B
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
23