hubungan partisipasi ibu balita di posyandu … · participation in posyandu with knowledge,...

97
HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU GIZI IBU BALITA SERTA STATUS GIZI BALITA DI KECAMATAN TAMANSARI, KABUPATEN BOGOR TAGOR SYAPUTRA HALOMOAN DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Upload: duongcong

Post on 10-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU DENGANPENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU GIZI IBU BALITA

SERTA STATUS GIZI BALITA DI KECAMATAN TAMANSARI,KABUPATEN BOGOR

TAGOR SYAPUTRA HALOMOAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

ABSTRACT

Tagor Syaputra Halomoan: Correlation between Mother’s Participation inPosyandu with Knowledge, Attitude, Behavior and Nutritional Status of ChildrenUnder-Five In Tamansari, Bogor. Under Direction of Dadang Sukandar andYayat Heryato.

The objective of this research is to examine correlation between mother’sparticipation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy levelof children under-five nutrition in Tamansari, Bogor. This research is part of theresearch which its title was “a Multi-Approach Intervention to Empower PosyanduNutrition Program to Combat Malnutrition Problem in Rural Areas” wasconducted on February 2012 by using a cross sectional study design. 120 peoplebecome sample in this research were selected purposively with sample criteriaare (1)have children under-five (male or female 0-60 month), (2)registered as ausers of posyandu, (3)ready to be interviewed. The data which used are primarydata including characteristic of family and individu sample (big of families, incomeof families, age, education, and job of sample, characteristic of children under-five (gender and age), mother’s participation in posyandu, knowledge, attitude,behavior of nutrition, food consumption of children under-five, and nutritionalstatus of children under-five. Secondary data including general image ofresearch location. The analysis was carried out with Structural Equation Modeling(SEM). Based on the analysis of SEM, mother’s participation has a significanteffect on the level of nutrition knowledge (T-value =-2.59E16). Nutritionknowledge has a significant effect with nutrition attitude (T-value = -3.8323).Nutrition attitude has a significant effect with nutrition behavior (T-value =-3.8323). Nutrition knowledge has a significant effect with nutrition behavior (T-value = -3.8323). Nutrition attitude has a significant effect with nutritional status ofchildren (T-value = -3.8323). Nutrition behavior has a significant effect withnutritional status of children (T-value = -5.1027).

Keywords: Mother’s participation, knowledge, attitude, behavior, nutritionalstatus.

Page 3: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

RINGKASAN

Tagor Syaputra Halomoan. Hubungan Partisipasi Ibu Balita di Posyandudengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu Balita serta Status Gizi Balitadi Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir.Dadang Sukandar M.Sc dan Yayat Heryatno, SP., MPS.

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah mengkaji hubungan partisipasiibu balita di posyandu dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balitaserta status gizi balita di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Tujuankhusus dari penelitian ini, yaitu 1) Mengkaji karakteristik sosial ekonomi keluarga,ibu dan balita. 2) Mengkaji partisipasi ibu balita di posyandu. 3) Mengkajipengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita. 4) Mengkaji tingkat kecukupangizi balita. 5) Mengkaji status gizi balita. 6) Menganalisis hubungan antarapartisipasi ibu balita di posyandu, pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita,serta status gizi balita.

Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasipenelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya,Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan bagian daripenelitian yang berjudul “a Multi-Approach Intervention to Empower PosyanduNutrition Program to Combat Malnutrition Problem in Rural Areas”. Pemilihanlokasi penelitian dilakukan secara purposive yang dilakukan pada bulan Februari2012. Contoh dalam penelitian ini adalah ibu balita yang dipilih secara purposive,dengan kriteria: (1) mempunyai balita (laki-laki atau perempuan berumur 0-60bulan), (2) terdaftar sebagai pengguna Posyandu, (3) bersedia untukdiwawancarai. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 120 ibubalita dan anak balita. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalahdata primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga danindividu contoh (besar keluarga, pendapatan keluarga, umur, pendidikan, danpekerjaan ibu), karakteristik balita ( jenis kelamin dan umur ), partisipasi ibu balitadi posyandu, pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita, konsumsi panganbalita, serta status gizi balita. Data sekunder meliputi gambaran umum lokasipenelitian. Pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisisdata menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM).

Rata-rata jumlah anggota keluarga contoh adalah 5 orang. Rata-ratapendapatan keluarga sebesar Rp.362.081. Sebagian besar umur contoh beradapada kategori dewasa dini (92.5%). Sebagian besar tingkat pendidikan contohberada pada tingkat SMP/sederajat (47.5%). Sebagian besar conoth berprofesisebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja (89.2%). Persentase Jenis kelaminbalita hampir sama antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan, yaitu 50.8%laki-laki dan 49.2% perempuan. Sebagian besar balita berada pada golonganumur 12-23 bulan (32.5%) dan 24-35 bulan (30.8%).

Sebagian besar contoh (60%) memiliki tingkat partisipasi sedang.Sebagian besar contoh (67.5% ) menyatakan rutin mengunjungi Posyandu dalamtiga bulan terakhir. Sebagian besar contoh (58.3%) memiliki motivasi kunjungantingkat sedang ke posyandu. Hampir seluruh contoh (99.2%) memiliki partisipasiyang rendah terhadap pelaksanaan posyandu. Sebanyak 54% contoh memilikipersepsi yang tergolong sedang tentang posyandu.

Persentase terbesar contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizinyadiklasifikasikan ke dalam tingkat sedang (70%). Secara keseluruhan sikap gizi

Page 4: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

contoh tergolong sedang (58.3%). Begitu juga perilaku gizi contoh tergolongsedang (64.2%).

Konsumsi energi balita secara keseluruhan rata-rata sebesar 758 kkal.Konsumsi energi ini rata-rata hanya memenuhi 71.5% (defisit tingkat sedang)angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan AKG. Sebanyak 50.8% balita memilikitingkat kecukupan energi defisit tingkat berat. Konsumsi protein balita secarakeseluruhan rata-rata sebesar 17.5 gram. Konsumsi protein ini juga hanyamemenuhi 87.9% (defisit tingkat ringan) angka kecukupan zat gizi yangdianjurkan AKG. Sebanyak 46.7% balita memiliki tingkat kecukupan proteindefisit tingkat berat. Sebanyak 50.8% balita memiliki tingkat kecukupan kalsiumyang tergolong defisit. Sebanyak 52.5% balita memiliki tingkat kecukupanphosphor yang tergolong normal. Sebagian besar balita (65%) memiliki tingkatkecukupan besi yang tergolong defisit. Sebanyak 58.3% balita memiliki tingkatkecukupan vitamin A yang tergolong defisit. Sebagian besar balita (84.2%)memiliki tingkat kecukupan vitamin B1 yang tergolong normal. Sebagian besarbalita (67.5%) ,mengalami defisit vitamin C.

Sebagian besar balita (86.7%) memiliki status gizi baik menurut BB/U.Sebanyak 50.8% balita yang memiliki status gizi normal menurut TB/U. Sebagianbesar balita (83.3%) memiliki status gizi normal menurut BB/TB.

Berdasarkan hasil analisis SEM, terdapat pengaruh signifikan partisipasicontoh di posyandu terhadap tingkat pengetahuan gizi contoh (T-value=-2.59E16). Tingkat Pengetahuan gizi contoh berpengaruh signifikan terhadapsikap gizi contoh (T-value= -3.8323). Tingkat pengetahuan dan sikap gizi contohberpengaruh signifikan terhadap perilaku gizi contoh (T-value= -3.8323). Sikapdan perilaku gizi contoh berpengaruh signifikan terhadap status gizi balita contoh(T-value= -3.8323).

Perlu adanya upaya untuk meningkatkan motivasi ibu balita untukberpartisipasi lebih di posyandu. Adapun upaya yang dapat dilakukan diantaranya meningkatkan pelayanan posyandu yang memadai baik dari segisarana maupun prasarana. Selain itu, perlu dilakukan program penyuluhan bagimasyarakat agar masyarakat benar-benar memahami pentingnya posyanduserta dapat meningkatkan kesadaran untuk memanfatkan pelayanan posyandudalam upaya perbaikan gizi. Diharapkan juga kepada pemerintah setempat untuklebih memperhatikan kondisi balita di lokasi penelitian. Perlu digalakkanbeberapa program perbaikan gizi anak balita oleh pemerintah setempat gunamemperbaiki kecukupan energi dan zat gizi balita.

Page 5: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU DENGANPENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU GIZI IBU BALITA

SERTA STATUS GIZI BALITA DI KECAMATAN TAMANSARI,KABUPATEN BOGOR

TAGOR SYAPUTRA HALOMOAN

SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi padaDepartemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 6: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

Judul : Hubungan Partisipasi Ibu Balita di Posyandu dengan Pengetahuan,

Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu Balita serta Status Gizi Balita di

Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

Nama : Tagor Syaputra Halomoan

NIM : I14080009

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc

NIP. 19590725 198609 1 001

Yayat Heryatno, SP, MPS

NIP. 19690112 199601 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS

NIP. 19621218 198703 1 001

Tanggal Lulus:

Page 7: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi sarjana yang berjudul

“Hubungan Partisipasi Ibu Balita di Posyandu dengan Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku Gizi Ibu Balita serta Tingkat Kecukupan Zat Gizi Balita di Kecamatan

Taman Sari, Kabupaten Bogor”. Skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik

tanpa bantuan, doa, semangat, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak.

Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya

kepada:

1. Kedua orang tua penulis, H. Hasyiruddin S.Sos dan Hj. Elvi Fitriani yang

telah memberikan doa, semangat, nasihat, motivasi dan pengorbanan

serta kasih sayang kepada penulis.

2. Prof. Dr. Ir Dadang Sukandar, M.Sc dan Yayat Heryatno, SP, MPS selaku

dosen pembimbing skripsi yang senantiasa sabar dalam memberikan

bimbingan, motivasi, perhatian dan semangat kepada penulis.

3. Dr.Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu dan dosen penguji yang

telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

4. Saudara penulis, Fitri Alanri S.Kep, Marissa Novi Rumondang, Imam

Hidayat, Ilham Ramadan, Iqbal Zubair beserta seluruh keluarga besar

penulis yang telah memberikan semangat dan doanya.

5. Mbak Wiwi, mbak Okta, mbak Iin, dan mbak Ryan atas semangat,

bantuan, dan motivasi untuk perjuangan yang luar biasa ini.

6. Rika Ameliana Harahap yang telah memberikan motivasi, semangat,

perhatian, dan doa kepada penulis.

7. Sahabat-sahabat tercinta Rahman Setiawan, Nazhif Gifari, Didik Toro,

Didik Tryascipta, Pratiwi AP, Lina Aminah, Deby NP, Desiani RP, Ayu

Ashari, Hilda Safitri, Guslina, Leman, dan Hariman atas dukungan,

semangat, dan kebersamaannya.

8. Teman-teman seperjuangan GM45 (Onion Skin) beserta seluruh pihak

yang selama ini telah membantu dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Page 8: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

kesalahan dan kekurangan. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini

bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca.

Bogor, Oktober 2012

Tagor Syaputra Halomoan

Page 9: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

RIWAYAT HIDUP

Penulis dengan nama lengkap Tagor Syaputra Halomoan Nasution

dilahirkan di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara pada tanggal 5 April 1990

silam. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan H. Hasyiruddin S.Sos

dan Syahrida Harahap. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1996 sampai

dengan tahun 2002 di SD Negeri 15 Padangsidimpuan, Sumatera Barat. Penulis

kemudian melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2005

Penulis kemudian melanjutkan ke pendidikan menengah umum di Sekolah

Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Padangsidimpuan, Sumatera Utara dan lulus

pada tahun 2008.

Penulis mengawali pendidikan sebagai mahasiswa pada tahun 2008 di

Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Penulis di IPB terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (FEMA),

Departemen Gizi Masyarakat, dengan mayor Ilmu Gizi. Selama menjadi

mahasiswa, penulis aktif ikut dalam berbagai organisasi kemahasiswaan antara

lain; (ECOAGRIFARMA) 2010, (HIMAGIZI) 2011, dan omda IMATAPSEL

2008/2012. Penulis juga aktif di beberapa kepanitiaan, antara lain; Open House

tahun 2009, MPKMB tahun 2009, Nutrition Fair tahun 2010, Musyawarah

Nasional (MUNAS) IV ILMAGI tahun 2011, Seminar Gizi Nasional

(SENZATIONAL) tahun 2011, dan lain-lain. Selain itu penulis juga aktif sebagai

asisten praktikum mata kuliah, antara lain; Dasar-dasar Komunikasi, Pendidikan

Gizi, dan Ilmu Bahan Makanan. Penulis juga pernah melakukan Internship

Dietetik (ID) di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi tahun 2012. Penulis juga

aktif sebagai tentor matematika di Primagama Quantum Kids (PQK).

Prestasi yang pernah diraih penulis, yaitu lolos pendanaan Program

Kreatifitas Mahasiswa (PKM) di bidang penelitian dan pemberdayaan masyarakat

pada tahun 2011. Penulis juga mendapatkan beasiswa Charonpokphan pada

tahun 2010/2011. Penulis juga Juara satu Espent (cabang futsal) tahun 2010,

Juara dua Espent (cabang futsal) tahun 2011, Juara satu lomba lari estafet Liga

Gizi Masyarakat (LIGIMA) tahun 2011, Juara dua turnamen futsal Liga Gizi

Masyarakat (LIGIMA) tahun 2011.

Page 10: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................. iDAFTAR TABEL.......................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR...................................................................................... ivDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vPENDAHULUAN.......................................................................................... 1

Latar Belakang......................................................................................... 1Tujuan...................................................................................................... 3Tujuan Umum .......................................................................................... 3Tujuan Khusus ......................................................................................... 3Hipotesis .................................................................................................. 3Kegunaan................................................................................................. 4

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5Posyandu ................................................................................................. 5Besar Keluarga ........................................................................................ 6Pendapatan Keluarga............................................................................... 7Umur ....................................................................................................... 7Pendidikan ............................................................................................... 7Pekerjaan................................................................................................. 8Partisipasi Ibu Balita di Posyandu ............................................................ 8Pengetahuan Gizi Ibu balita ..................................................................... 9Sikap Gizi Ibu Balita ................................................................................ 9Perilaku Gizi Ibu Balita ............................................................................. 9Konsumsi Pangan dan Zat Gizi Balita ...................................................... 10Status Gizi Balita dan Pengukurannya ..................................................... 11

KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................ 13METODE PENELITIAN ................................................................................ 15

Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian .................................................... 15Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh.................................................... 15Jenis dan Cara Pengambiilan Data .......................................................... 15Pengolahan dan Analisis Data ................................................................. 16Definisi Operasional ................................................................................. 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 24Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 24Karakteristik Keluarga dan individu balita ................................................. 28

Besar Keluarga.................................................................................. 28Pendapatan Keluarga........................................................................ 28Umur ................................................................................................. 29Pendidikan ........................................................................................ 30Pekerjaan.......................................................................................... 31

Karakteristik Balita ................................................................................... 32Jenis Kelamin.................................................................................... 32Umur ................................................................................................ 32

Partisipasi Ibu Balita di Posyandu ............................................................ 33Frekuensi Kunjungan ke Posyandu ................................................... 34Motivasi Kunjungan ke Posyandu...................................................... 36Pelaksanaan Posyandu..................................................................... 39

Page 11: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

ii

Persepsi Tentang Posyandu.............................................................. 42Pengetahuan Gizi Ibu Balita ..................................................................... 46Sikap Gizi Ibu Balita ................................................................................ 48Perilaku Gizi Ibu Balita ............................................................................. 50Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Balita ......................................... 52

Energi................................................................................................ 52Protein............................................................................................... 53Kalsium ............................................................................................. 53Phosfor.............................................................................................. 54Besi ................................................................................................... 54Vitamin A........................................................................................... 54Vitamin B1......................................................................................... 54Vitamin C........................................................................................... 55

Status Gizi balita ...................................................................................... 55Analisis Antar Variabel ............................................................................. 58

KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................ 62Kesimpulan .............................................................................................. 62Saran ....................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 64LAMPIRAN................................................................................................... 67

Page 12: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Indikator tingkat kemandirian posyandu................................................. 5

2 Angka kecukupan energi (AKE) dan protein (AKP) anak ....................... 11

3 Kategori status gizi berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB...................... 12

4 Data primer dan cara pengumpulannya ................................................. 16

5 Pengkategorian variabel penelitian ........................................................ 19

6 Luas tanah dan pola pemanfaatannya ................................................... 25

7 Jumlah penduduk Kecamatan Tamansari menurut jenis kelamin............ 25

8 Jumlah usaha kecil, menengah, dan besar di Kecamatan TamansariTahun 2011............................................................................................. 27

9 Sebaran ibu balita berdasarkan besar keluarga ...................................... 28

10 Sebaran ibu balita berdasarkan pendapatan keluarga ............................ 29

11 Sebaran ibu balita berdasarkan umur ..................................................... 29

12 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat pendidikan................................. 30

13 Sebaran ibu balita berdasarkan jenis pekerjaan...................................... 31

14 Sebaran balita berdasarkan jenis kelamin............................................... 32

15 Sebaran balita berdasarkan umur ........................................................... 33

16 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat partisipasi di posyandu .............. 33

17 Sebaran ibu balita berdasarkan kunjungan balita ke Posyandu dalamtiga bulan terakhir.................................................................................... 34

18 Sebaran ibu balita berdasarkan rencana kunjungan ke Posyanduhingga balita berusia lima tahun.............................................................. 35

19 Sebaran ibu balita berdasarkan frekuensi kunjungan ke Posyandu ........ 36

20 Sebaran ibu balita yang langsung mengantarkan anaknya ke Posyandu 36

21 Sebaran ibu balita berdasarkan anggota keluarga yang tidakmendukung ibu balita ke Posyandu......................................................... 37

22 Sebaran ibu balita berdasarkan tiga alasan mengunjungi posyandu....... 38

23 Sebaran ibu balita berdasarkan motivasi kunjungan ke posyandu .......... 39

24 Sebaran ibu balita yang memberikan sumbangan dana ke posyandu..... 39

25 Sebaran ibu balita yang pernah memberikan bantuan PMT ke posyandu 40

26 Sebaran ibu balita yang memiliki KMS untuk anak.................................. 40

27 Sebaran ibu balita berdasarkan pelaksanaan posyandu ......................... 41

28 Sebaran ibu balita mengenai persepsi pentingnya posyandu bagi ibu .... 42

29 Sebaran ibu balita mengenai persepsi pelayanan posyandu................... 42

30 Sebaran ibu balita mengenai persepsi kelengkapan sarana posyandu ... 43

Page 13: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

iv

31 Sebaran ibu balita mengenai persepsi kegiatan dalam Posyanduyang masih perlu ditingkatkan pelaksanaannya ...................................... 44

32 Sebaran ibu balita mengenai persepsi tentang kader posyandu ............. 45

33 Sebaran ibu balita berdasarkan persepsi tentang posyandu................... 46

34 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban yang benar dari pertanyaanmengenai pengetahuan gizi ibu balita ..................................................... 47

35 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu balita ........ 48

36 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban mengenai pernyataan sikapgizi ibu balita .......................................................................................... 49

37 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat sikap gizi ................................... 50

38 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban ya mengenai pernyataanperilaku gizi ibu ...................................................................................... 51

39 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat perilaku gizi ............................... 52

40 Sebaran balita berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein ......... 52

41 Sebaran balita berdasarkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral ....... 53

42 Rata-rata AKG, konsumsi, dan TKG balita.............................................. 55

43 Sebaran status gizi balita menurut BB/U................................................. 56

44 Sebaran status gizi balita menurut TB/U................................................. 56

45 Sebaran status gizi balita menurut BB/TB............................................... 57

46 Nilai loading factor,standar error, dan T-value untuk semua manifest ..... 61

Page 14: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian.................................................................. 14

2 Model Structural Equation Modeling (SEM) penelitian .............................. 20

3 Model Persamaan Struktural (SEM) penelitian......................................... 58

Page 15: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kuesioner penelitian ................................................................................. 68

2 Hasil uji statistik ........................................................................................ 75

3 Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Balita .......................................... 79

Page 16: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

1

PENDAHULUAN

Latar BelakangKeberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa salah satunya

ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu SDM

yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, dan kesehatan yang prima

disamping penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menjamin

ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas, sangat dibutuhkan asupan

gizi yang seimbang sedini mungkin, yaitu semenjak janin masih dalam

kandungan. Keadaan gizi yang tidak baik pada usia balita akan berlanjut pada

gangguan pertumbuhan dan kecerdasan otak pada anak usia sekolah, gizi

kurang pada usia produktif, dan munculnya penyakit degeneratif. Banyaknya

anak yang berstatus gizi kurang mencerminkan masalah yang besar pada

sumber daya manusia di Indonesia.

Menurut Hardinsyah & Martianto (1988), status gizi merupakan salah satu

petunjuk untuk menilai kualitas sumberdaya manusia, dan perilaku konsumsi

pangan seseorang akan menentukan status gizi orang tersebut. Status gizi yang

baik dapat menghasilkan generasi yang sehat, kuat, dan cerdas. Selain itu,

dengan meningkatnya status gizi, akan meningkatkan produktifitas kerja

sehingga akan meningkatkan kualitas perekonomian bagi masyarakat dan

negara. Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat

kekurangan gizi atau termasuk salah satu kelompok masyarakat yang rawan gizi,

sehingga status gizi balita dapat digunakan untuk mencerminkan status gizi

masyarakat (Suhardjo & Riyadi 1990).

Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, prevalensi gizi buruk dan kurang di

Provinsi Jawa Barat adalah 15%, sedangkan di Kabupaten Bogor terdapat 3,4%

balita berstatus gizi buruk, 12,5% berstatus gizi kurang, 80,9% berstatus gizi

baik, dan 3,2% berstatus gizi lebih menurut indeks BB/U. Sedangkan menurut

indeks TB/U sebanyak 14,8% balita berstatus gizi sangat pendek, 16,9%

berstatus gizi pendek, dan 68,3% berstatus gizi normal. Prevalensi balita sangat

pendek dan pendek di Jawa Barat adalah 35,4%. Menurut indeks BB/TB,

sebanyak 3,9% balita berstatus gizi sangat kurus, 5,4% balita berstatus gizi

kurus, 81,9% berstatus gizi normal, dan 8,9% balita berstatus gizi gemuk. Secara

umum, prevalensi balita kurus dan sangat kurus di Provinsi Jawa Barat adalah

9%, dan sudah berada di bawah batas kondisi yang di anggap serius (10%).

Page 17: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

2

Soekirman (2000) menyatakan bahwa kurang gizi selain terjadi karena

kondisi negara yang sedang krisis, juga timbul karena beberapa lembaga sosial

yang ada di masyarakat kurang berfungsi dengan baik, salah satunya yaitu

posyandu. Posyandu sebagai salah satu Pusat Pemulihan gizi (PPG) memegang

peranan cukup besar dalam kegiatan penanggulangan gizi buruk dan gizi kurang.

Posyandu merupakan pelayanan kesehatan paling dini yang diterima masyarakat

khususnya balita sebelum ke puskesmas atau ke rumah sakit. Posyandu memiliki

posisi strategis sebagai penyedia layanan kesehatan paling dekat dengan

masyarakat, bahkan amat vital dalam meningkatkan pengetahuan serta

kesadaran masyarakat akan arti penting dan urgensinya kesehatan.

Keberadaan posyandu dalam masyarakat memegang peranan penting,

namun masih banyak anggota masyarakat yang belum memanfaatkannya secara

maksimal. Penurunan partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan tersebut

salah satunya dapat dilihat dari pemanfaatan posyandu oleh keluarga yang

mempunyai anak balita, yaitu perbandingan antara jumlah anak balita yang

dibawa ke posyandu dengan jumlah anak balita seluruhnya dalam satu wilayah

kerja posyandu proporsinya masih rendah. Adapun standar pelayanan minimal

untuk D/S adalah 80% (Depkes RI 2005).

Menurut hasil penelitian, cakupan penimbangan ada kaitannya dengan

faktor internal ibu balita seperti : tingkat pendidikan ibu balita, tingkat

pengetahuan ibu balita, umur balita, status gizi balita (Yamroni 2003), di samping

itu juga berkaitan dengan jarak posyandu (Masnuchaddin 1992) serta peran

petugas kesehatan, tokoh masyarakat, kader posyandu (Hutagalung 1992).

Masalah lain yang berkaitan dengan kunjungan di posyandu antara lain dana

operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan posyandu,

tingkat pengetahuan kader, dan kemampuan petugas dalam pemantauan

pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan

manfaat posyandu serta pelaksanaan pembinaan kader (Profil Kesehatan

Indonesia 2009).

Keberhasilan posyandu sangat dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat

(kader Posyandu, pengguna posyandu, dan tokoh masyarakat), peran petugas

Puskesmas dan KB, serta peran sektor lainnya. Partisipasi ibu balita dalam

upaya perbaikan status gizi anak merupakan kunci utama dari keberhasilan

suatu posyandu. Menurut Marjanka et al. (2002), partisipasi ibu di posyandu

sangat mempengaruhi pertumbuhan kesehatan dan status gizi anak. Ibu yang

Page 18: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

3

sering membawa anaknya ke posyandu sesuai jadwal yang ditetapkan

mencerminkan bahwa ibu sadar akan kesehatan dan umumnya anak tersebut

lebih sehat yang ditunjukkan dengan status gizi yang baik. Melalui kegiatan di

posyandu, pemantauan oleh ibu terhadap status gizi dan kesehatan anak dapat

dilakukan dengan baik. Ibu juga dapat memanfaatkan posyandu sebagai sumber

informasi untuk meningkatkan pengetahuan dalam hal gizi dan kesehatan.

Mengacu pada pentingnya pelayanan posyandu untuk meningkatkan

status gizi dan kesehatan balita, maka perlu ditinjau kembali bagaimana tingkat

partisipasi ibu balita di posyandu, pengetahuan, sikap, dan perilaku gizinya, serta

status gizi balita.

TujuanTujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengkaji hubungan partisipasi ibu

balita di posyandu dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita serta

status gizi balita di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengkaji karakteristik sosial ekonomi keluarga, ibu dan balita.

2. Mengkaji partisipasi ibu balita di posyandu.

3. Mengkaji pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita.

4. Mengkaji tingkat kecukupan gizi balita.

5. Mengkaji status gizi balita.

6. Menganalisis hubungan antara partisipasi ibu balita di posyandu,

pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita, serta status gizi balita.

Hipotesis

1. Partisipasi ibu balita di posyandu berhubungan dengan tingkat pengetahuan

gizi ibu balita, sikap, dan perilaku gizi ibu balita.

2. Pengetahuan gizi ibu balita berhubungan dengan sikap dan perilaku gizi ibu

balita.

3. Sikap dan perilaku gizi ibu balita berhubungan dengan status gizi balita.

Page 19: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

4

KegunaanPenelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai hubungan partisipasi ibu balita di posyandu dengan pengetahuan,

sikap, dan perilaku gizi ibu balita serta status gizi balita di Kecamatan Tamansari,

Kabupaten Bogor. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran

masyarakat, khususnya ibu-ibu akan pentingnya membawa balita ke posyandu.

Selain itu, bagi pemerintah dan sektor terkait dapat dijadikan dasar pertimbangan

dalam menyusun kebijakan program, terutama terkait bidang kesehatan demi

meningkatkan partisipasi ibu balita di posyandu, pengetahuan,sikap,dan perilaku

gizi ibu, yang selanjutnya untuk mencapai status gizi baik pada balita.

Page 20: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

5

TINJAUAN PUSTAKA

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga

Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui

kader-kader yang terlatih dibidang kesehatan menyelenggarakan 5 (lima)

program prioritas secara terpadu pada suatu tempat dan waktu yang telah

ditentukan dengan bantuan pelayanan dari petugas Puskesmas. Sasaran dalam

pelayanan kesehatan di Posyandu adalah bayi (usia kurang dari 1 tahun), anak

balita (usia 1-5 tahun), ibu hamil, ibu menyusui dan wanita PUS (pasangan usia

subur) (Depkes RI 1986).

Secara umum tujuan penyelenggaraan posyandu adalah mempercepat

penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita dan angka kelahiran;

mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu ), ibu hamil dan ibu nifas;

mempercepat diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

(NKKBS); meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai

kebutuhan; meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan (Depkes RI 2006).

Program kegiatan yang dilakukan di posyandu, yang sekaligus

masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan antara lain mencakup:

keluarga berencana (KB), kesehatan ibu dan anak, imunisasi, peningkatan gizi

dan penanggulangan diare (Sembiring 2004).

Berdasarkan Depkes RI (2006), posyandu secara umum dapat dibedakan

menjadi 4 (empat) tingkat yaitu, Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu

Purnama, dan Posyandu Mandiri. Secara sederhana indikator untuk tiap

peringkat Posyandu dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 1 Indikator tingkat kemandirian posyandu

No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri1 Frekuensi Penimbangan < 8 kali = 8 kali = 8 kali = 8 kali2 Rerata Kader Tugas < 5 kali = 5 orang = 5 orang = 5 orang3 Rerata Cakupan D/S < 50% < 50% = 50% = 50%4 Cakupan Kumulatif KIA < 50% < 50% = 50% = 50%5 Cakupan Kumulatif KB < 50% < 50% = 50% = 50%6 Cakupan Kumulatif Imunisasi < 50% < 50% = 50% = 50%7 Program Tambahan (-) (-) (+) (+)8 Cakupan Dana Sehat < 50% < 50% < 50% = 50%

Posyandu Pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang ditandai

oleh kegiatan bulanan posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah

kader terbatas, yaitu kurang dari 5 orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan

Page 21: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

6

rutin bulanan posyandu, disamping jumlah kader yang terbatas, dapat pula

karena belum siapnya masyarakat. Posyandu Madya adalah posyandu yang

sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata

jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan

utamanya masih rendah yaitu < 50%. Posyandu Purnama adalah posyandu yang

sudah melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah

kader sebanyak 5 orang atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta mampu

menyelenggarakan program tambahan dan telah memperoleh sumber

pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya

masih terbatas, yaitu kurang dari 50% KK di wilayah kerja posyandu. Posyandu

Mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8

kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 orang atau lebih. Cakupan dari

kegiatan utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan serta

telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola masyarakat

yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja

posyandu.

Menurut Zulkifli (2003), di dalam posyandu dilakukan pelayanan

masyarakat dengan sistem 5 meja, yaitu: pendaftaran, penimbangan, pengisian

KMS, penyuluhan perorangan berdasarkan KMS, dan pelayanan KB dan

Kesehatan. Petugas pada Meja 1 s/d 4 dilaksanakan oleh kader posyandu,

sedangkan Meja V merupakan meja pelayanan paramedis (Bindes, perawat, dan

petugas KB).

Karakteristik KeluargaBesar keluarga

Besar keluarga menurut BKKBN tahun 1998 adalah keseluruhan jumlah

anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga

lainnya yang tinggal bersama. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, besar

keluarga dikelompokkan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga

sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang). Anak-anak yang sedang

tumbuh dari keluarga miskin adalah yang paling rawan terhadap status gizi

kurang di antara semua anggota keluarga. Anak yang paling kecil biasanya

paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Situasi ini sering terjadi jika besar

keluarga bertambah yang menyebabkan pangan untuk setiap anak berkurang

dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang tumbuh

Page 22: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

7

memerlukan pangan yang relatif tinggi daripada golongan yang lebih tua

(Suhardjo 1989).

Pendapatan keluargaSumarwan (2002) menyatakan bahwa pendapatan keluarga merupakan

besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga.

Tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi partisipasi, karena seseorang

yang pendapatannya tinggi dapat menyumbangkan sebagian pendapatannya

untuk melancarkan kegiatan yang sedang dilakukan. Tingkat pendapatan

keluarga juga dapat menurunkan atau meningkatkan partisipasi sesuai

pertimbangan keuntungan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan (Sunyoto

1991). Apabila pendapatan tinggi, pola konsumsi pangan akan semakin

beragam, serta akan terjadi peningkatan konsumsi pangan yang lebih bernilai

gizi tinggi (Soekirman 2000).

Karakteristik Ibu BalitaUmur

Menurut Kotler (2002), salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

persepsi seseorang dalam menerima informasi baru adalah umur. Kelompok

umur dewasa dibedakan menjadi dewasa dini (18-39 tahun), dewasa madya (40-

60 tahun), dan dewasa lanjut (> 60 tahun) (Hurlock 1980). Sunyoto (1991)

mengemukakan bahwa seseorang yang berumur relatif muda cenderung lebih

cepat dalam menerima sesuatu yang baru, sedangkan orang yang termasuk

golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga

diperkirakan sulit menerima hal-hal yang bersifat baru.

PendidikanSalah satu faktor yang menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap

dan memahami pengetahuan gizi yang diperoleh adalah faktor pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang

anak. Campbel (2002) menyatakan bahwa pendidikan formal sangat penting

karena dapat membentuk pribadi dengan wawasan berpikir yang lebih baik.

Semakin tinggi tingkat pendidikan formal akan semakin luas wawasan

berpikirnya, sehingga akan lebih banyak informasi yang diserap. Pendidikan ibu

merupakan salah satu faktor penentu mortalitas bayi dan anak, karena tingkat

pendidikan ibu berpengaruh terhadap perawatan kesehatan, hygiene, dan

kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarga (Madanijah 2003).

Page 23: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

8

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap

sesuatu hal yang baru. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

semakin mudah baginya untuk menerima hal-hal yang baru yang ada di

sekitarnya serta semakin bagus pula pengetahuan yang dimiliki (Hidayat 2004).

PekerjaanHardinsyah dan Suhardjo (1987) menyatakan bahwa tingkat pendidikan

akan berhubungan dengan jenis pekerjaan seseorang. Semakin tinggi tingkat

pendidikan, maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan semakin besar.

Menurut Suhardjo (1989), kemampuan individu menyediakan makanan dalam

jumlah yang cukup dan berkualitas dipengaruhi oleh pendapatan dan daya beli

yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan secara tidak langsung

melalui pendapatan dapat mempengaruhi kebiasaan makan individu.

Partisipasi Ibu Balita di PosyanduMenurut Hardjono (2000), partisipasi didefenisikan sebagai mengetahui

apa yang dibutuhkan, ikut memikirkan dan merencanakan langkah-langkah yang

akan dikerjakan, ikut berupaya dalam pelaksanaan, ikut menilai keberhasilan

serta ikut menikmati hasil pembangunan. Pada hakekatnya, partisipasi bertitik

pangkal dari sikap dan perilaku.

Melibatkan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya dalam

bidang kesehatan, harus dilakukan atas dasar kemauan masyarakat sendiri.

Apabila rasa tanggung jawab dan rasa memilki tidak ada, masyarakat hanya

akan berperan sebagai objek yang pasif atau sebagai penonton yang pasif.

Madanijah dan Triana (2007) mengelompokkan partisipasi ibu balita di posyandu

menjadi empat kelompok, yaitu dilihat dari kehadiran, keaktifan, penggunaan

Kartu Menuju Sehat (KMS), dan upaya pengembangan Posyandu, seperti

bantuan dana, sarana, tenaga, dan waktu serta pemberian makanan atau PMT.

Kehadiran ibu balita sangat mempengaruhi tingkat partisipasi ibu dalam

kegiatan posyandu. Menurut Kasmita (2000), tingkat partisipasi masyarakat di

suatu wilayah dapat diukur dengan melihat perbandingan antara jumlah anak

balita di daerah posyandu (S) dan jumlah balita yang ditimbang (D) pada setiap

jadwal yang ditentukan. Partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu dapat dilihat

dari keaktifan ibu dalam pelaksanaan posyandu di luar dan di dalam jadwal

posyandu, meliputi keikutsertaan ibu dalam penimbangan anaknya ke posyandu

dan keikutsertaan ibu untuk menggerakkan masyarakat agar ikut serta dalam

kegiatan posyandu.

Page 24: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

9

Pengetahuan Gizi Ibu BalitaPengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang peranan makanan

dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman untuk

dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit, dan cara mengolah makanan

yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana cara hidup

sehat (Notoatmodjo 1993). Menurut Sajogjo et al. (1994), secara tidak langsung

pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi status gizi anak karena dengan

pengetahuannya para ibu dapat mengasuh dan memenuhi kebutuhan zat gizi

anak balita, sehingga keadaan gizinya terjamin. Pengetahuan gizi dapat

diperoleh melalui pendidikan formal di sekolah atau secara tidak langsung

mendapatkannya dengan cara melihat atau mendengar. Seseorang dapat

memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai sumber seperti buku-buku

pustaka, majalah, televisi, radio, surat kabar dan orang lain (suami, teman,

tetangga, ahli gizi, dokter, dan lain-lain) (Khomsan et al. 2009).

Menurut Moehdji (1986), sebagian besar kejadian gizi buruk pada anak

dapat dihindari apabila ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang bagaimana

cara mengolah bahan makanan, cara mengatur menu, dan mengatur makanan

anak. Tetapi pengaruh pengetahuan gizi terhadap konsumsi makanan tidak

selalu linear, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi ibu rumah tangga

belum tentu konsumsi makanan menjadi baik.

Sikap Gizi Ibu BalitaSikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperanan sebagai

perantara antara respon dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan

dalam tiga macam, yaitu respon kognitif (respon perseptual dan pernyataan

mengenai apa yang diyakini), respon afektif (respon syaraf simpatetik dan

pernyataan afeksi), serta respon perilaku atau konatif (respon berupa tindakan

dan pernyataan mengenai perilaku). Masing-masing klasifikasi respon ini

berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya. Dengan melihat salah satu

saja di antara ketiga bentuk respon tersebut sikap seseorang sudah dapat

diketahui. Walaupun begitu, deskripsi lengkap mengenai sikap individu tetap

harus diperoleh dengan melihat ketiga macam respon secara lengkap (Azwar

2009).

Perilaku Gizi Ibu BalitaMenurut Notoatmojdo (2010) perilaku adalah suatu kegiatan organism

atau makhluk hidup yang bersangkutan. perilaku terbentuk di dalam diri

Page 25: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

10

seseorang dari dua faktor utama, yaitu rangsangan yang merupakan faktor dari

luar diri seseorang (faktor eksternal) seperti lingkungan baik fisik maupun non-

fisik serta respon yang merupakan faktor dalam diri seseorang (faktor internal).

Faktor eksternal yang paling besar peranannya dalam membentuk perilaku

adalah faktor non-fisik berupa sosial budaya dimana seseorang berada.

Sedangkan faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari

luar adalah perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, dan sebagainya.

Konsumsi Pangan dan Gizi BalitaZat gizi adalah zat atau unsur kimia yang terkandung dalam pangan yang

diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh secara normal. Manusia memerlukan

zat gizi agar dapat hidup dengan sehat dan mempertahankan kesehatannya.

Oleh karena itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus

mencukupi kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan internal dan eksternal,

pemeliharaan tubuh dan pertumbuhan, serta untuk aktivitas (Hardinsyah &

Martianto 1992).

Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5

tahun bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia 1-3 tahun

makan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu,

sedangkan konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya

(Supriatin 2004).

Tahap awal dari kekurangan gizi dapat diidentifikasi dengan penilaian

konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang berkurang akan berdampak terhadap

kurangnya zat gizi dalam tubuh. Secara umum terdapat dua kriteria untuk

menentukan kecukupan konsumsi pangan, yaitu konsumsi energi dan protein.

Kebutuhan energi biasanya dipenuhi dari konsumsi pangan pokok, sedangkan

kebutuhan protein dipenuhi dari sejumlah substansi hewan, seperti ikan, daging,

telur, dan susu (Hardinsyah & Martianto 1992).

Angka kecukupan gizi (AKG) dapat digunakan untuk menilai tingkat

kecukupan zat gizi individu. Basis dari AKG adalah kebutuhan (Estimated

Average Requirement). Untuk mengetahui kecukupan gizi anak balita digunakan

AKG tahun 2004, yang disajikan pada tabel 2. Kecukupan zat gizi tersebut

dianjurkan untuk dipenuhi dari konsumsi pangan anak balita setiap harinya.

Page 26: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

11

Tabel 2 Angka kecukupan energi (AKE) dan protein (AKP) anak

Golonganusia

Berat badan(kg)

Tinggi badan(cm)

AKE(kkal/kap/hari)

AKP(gr/kap/hari)

0-6 bulan 6 60 550 107-11 bulan 8.5 71 650 161-3 tahun 12 90 1000 254-6 tahun 18 110 1550 397-9 tahun 25 120 1800 45

Sumber: Hardinsyah dan Tambunan (2004)

Status Gizi BalitaStatus gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok

orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan penggunaan

zat gizi makanan (Riyadi 1995). Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-

zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang

memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan

kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier 2001).

Komponen penilaian status gizi, meliputi konsumsi pangan, pemeriksaan

biokimia, pemeriksaan klinis dan riwayat kesehatan, pemeriksaan antropometri,

serta data psikososial. Antropometri erat kaitannya dengan status gizi terutama

pada masa pertumbuhan (Jahari 1995 dalam Briawan 2005). Antropometri paling

sesuai digunakan di negara berkembang seperti Indonesia, daripada pengukuran

secara klinis dan biokimia yang mahal dan sulit dilakukan.

Antropometri adalah yang berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Jellife dan

Jellife 1989). Gibson (2005) menyatakan bahwa pengukuran antropometri

digunakan secara luas dalam penelitian status gizi, terutama apabila terjadi

ketidakseimbangan kronis antara intake energi dan protein. Selain itu juga dapat

mendeteksi tingkat masalah gizi yang dialami. Pada anak-anak indeks

antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U),

berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur

(TB/U). Indeks antropometri dapat dinyatakan dalam istilah z-score, persentil

atau persen terhadap median dengan menggunakan baku antropometri WHO

2006 (Depkes 2009). Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat

ini karena mudah berubah. Namun, indikator BB/U tidak spesifik karena berat

badan tidak hanya dipengaruhi oleh umur saja tetapi juga oleh tinggi badan (TB).

Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu dan indikator BB/TB

menggambarkan status gizi saat ini secara sensitif dan spesifik.

Page 27: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

12

Tabel 3 Kategori status gizi berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB

Indikator Status gizi keteranganBerat badan menurut umur(BB/U)

Gizi burukGizi kurang

Gizi baikGizi lebih

z-score <-3-3 ≤ z-score < -2-2 ≤ z-score ≤ +2

z-score > +2Tinggi badan menurut umur(TB/U)

Sangat pendekPendekNormalTinggi

z-score < -3-3 ≤ z-score < -2-2 ≤ z-score ≤ +2

z-score > +2Berat badan menurut tinggibadan (BB/TB)

Sangat kurusKurus

NormalGemuk

z-score < -3-3 ≤ z-score < -2-2 ≤ z-score ≤ +2

z-score > +2Sumber: Departemen Kesehatan RI (2009)

Page 28: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

13

KERANGKA PEMIKIRAN

Balita merupakan generasi penerus bangsa di masa yang akan datang.

Oleh karena itu, pembangunan kesehatan juga difokuskan pada golongan usia

balita, salah satunya melalui pelayanan dasar gizi dan kesehatan di posyandu.

Keberadaan posyandu diharapkan dapat mempercepat upaya perbaikan status

gizi dalam menurunkan angka kematian balita serta prevalensi gizi kurang dan

gizi buruk. Selain itu, posyandu juga dapat menyediakan informasi mengenai

pentingnya hidup sehat bagi keluarga-keluarga di Indonesia, demi mewujudkan

Indonesia sehat.

Sebagai suatu sistem pelayanan dasar kesehatan yang berasal dari

masyarakat, untuk masyarakat,dan oleh masyarakat, posyandu membutuhkan

dukungan dari masyarakat, salah satunya adalah partisipasi masyarakat.

Partisipasi masyarakat mempunyai peran penting dalam keberhasilan

pembangunan, termasuk pembangunan kesehatan. Keberhasilan posyandu

dalam menanggulangi berbagai masalah gizi, sangat dipengaruhi partisipasi ibu

balita dalam kegiatan posyandu. Partisipasi ibu balita di posyandu sangat

mempengaruhi pertumbuhan kesehatan dan status gizi anak.

Ibu yang sadar dan tahu betapa pentingnya menjaga pertumbuhan

kesehatan anaknya, akan sering membawa anaknya ke posyandu sesuai dengan

jadwal yang sudah ditetapkan. Partisipasi ibu balita di posyandu sangat

mempengaruhi tingkat pengetahuan,sikap, dan perilaku gizi ibu balita. Hal ini

disebabkan ibu balita di posyandu selalu diberi penyuluhan tentang gizi oleh

kader atau petugas kesehatan. Pengetahuan gizi ibu balita dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu umur, pendidikan, dan pekerjaan ibu. Sementara itu,

faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat partisipasi ibu balita dalam kegiatan

posyandu adalah karakteristik keluarga, karakteristik balita, akses ke posyandu,

kader posyandu dan tokoh masyarakat. Peningkatan pengetahuan, sikap, dan

perilaku gizi ibu diharapkan dapat memperbaiki tingkat kecukupan konsumsi zat

gizi balita sehingga balita memiliki status gizi yang optimal. Secara ringkas

kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

Page 29: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

14

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Hubungan yang diteliti

: Hubungan yang tidak diteliti

Partisipasi Ibu Balitadi Posyandu

Karakteristik Keluarga

Besar keluarga Pendapatan keluarga Umur ibu Pendidikan ibu Pekerjaan ibu

Karakteristik balita

Umur Jenis kelamin

Kader Posyandu &Tokoh Masyarakat

Akses kePosyandu

Pengetahuan Gizi IbuBalita

Tingkat KecukupanGizi Balita

Status Gizi Balita

Status kesehatan

Sikap Gizi IbuBalita

Perilaku Gizi Ibubalita

Page 30: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

15

METODE PENELITIAN

Desain, Waktu, dan TempatPenelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi

penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya,

Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan bagian dari

penelitian yang berjudul “a Multi-Approach Intervention to Empower Posyandu

Nutrition Program to Combat Malnutrition Problem in Rural Areas”. Pemilihan

lokasi penelitian dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan bahwa lokasi

tersebut sebagian besar sosial ekonomi penduduknya tergolong menengah ke

bawah, serta terdapat posyandu yang memiliki ibu balita dan balita yang terdaftar

sebagai pengguna posyandu di desa tersebut. Penelitian ini dilakukan pada

bulan Februari 2012.

Jumlah dan Cara Pemilihan ContohContoh dalam penelitian ini adalah ibu balita yang dipilih secara

purposive, dengan kriteria: (1) mempunyai balita (laki-laki atau perempuan

berumur 0-60 bulan), (2) terdaftar sebagai pengguna Posyandu, (3) bersedia

untuk diwawancarai. Masing-masing desa diambil 30 orang, sehingga secara

keseluruhan jumlah contoh dalam penelitian ini adalah sebanyak 120 ibu balita

dan anak balita. Penentuan jumlah contoh pada masing-masing desa

berdasarkan pertimbangan kemudahan dalam mengkoordinir contoh pada saat

pengambilan data serta sulitnya mencari contoh yang mau berpartisipasi pada

penelitian ini.

Jenis dan Cara Pengambilan DataJenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara

langsung dengan menggunakan kuisioner. Data primer meliputi karakteristik

keluarga dan individu contoh (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan

besar keluarga), karakteristik balita ( jenis kelamin dan umur ), partisipasi ibu

balita di posyandu, pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita, konsumsi

pangan balita, serta status gizi balita. Data sekunder diperoleh dari kantor

kecamatan. Data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian.

Page 31: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

16

Tabel 4 Data primer dan cara pengumpulannya

No Data Variabel Cara pengumpulan data1 Karakteristik sosial

ekonomi keluarga1. Besar keluarga2. pendapatan keluarga3. Umur ibu4. Pendidikan ibu5. Pekerjaan ibu

Wawancaramenggunakan kuesioner

2 Karakteristik individu balita 1. Umur2. Jenis kelamin

Wawancaramenggunakan kuesioner

3 Partisipasi ibu balita diposyandu

1. Frekuensi kunjungan2. Motivasi kunjungan3. Pelaksanaan

posyandu4. Persepsi posyandu

Wawancaramenggunakan kuesioner

4 Pengetahuan, sikap, danperilaku gizi ibu balita

Berupa pertanyaanmengenai pengetahuan,sikap, dan perilaku giziibu balita

Wawancaramenggunakan kuesioner

5 Konsumsi pangan balita Recall konsumsi panganbalita (2x24 jam)

Wawancaramenggunakan kuesioner

6 Status gizi balita Berat badan dan panjangbadan balita

pengukuran antropometribalita

Pengolahan dan Analisis DataPengolahan data

Pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis

data yang dilakukan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 for

windows, Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 16.0

dan Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1.3. Data hasil penelitian dianalisis

secara deskriptif dan statistik inferensia yang sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai.

Data karakteristik keluarga dan individu contoh meliputi besar keluarga,

pendapatan keluarga, umur contoh, tingkat pendidikan contoh, dan pekerjaan

contoh. Umur dikelompokkan menjadi dewasa dini (18-39 tahun), dewasa madya

(40-60 tahun), dan dewasa lanjut (>60 tahun) (Hurlock 1980). Tingkat pendidikan

formal dikelompokkan berdasarkan data sebaran, yaitu tidak tamat SD,

SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi. Jenis

pekerjaan ayah dikelompokkan menjadi petani, pedagang, buruh tani, buruh non-

tani, jasa, dan lain-lain. Sedangkan jenis pekerjaan ibu dikelompokkan menjadi

petani, pedagang, buruh tani, buruh non-tani, jasa, IRT/tidak bekerja. Besar

keluarga dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang),

besar (≥ 8 orang) (Hurlock 1993).

Page 32: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

17

Pendapatan keluarga diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan

seluruh anggota keluarga, baik dari hasil pekerjaan utama, maupun pekerjaan

tambahan selama satu bulan, yang dibagi dengan jumlah anggota keluarga dan

dinyatakan dalam satuan Rp/kapita/bulan. Hasil tersebut kemudian dikategorikan

menjadi dua kategori berdasarkan garis kemiskinan Kabupaten Bogor (BPS

2011), yaitu miskin (<Rp209.777/kapita/bulan) dan tidak miskin

(≥Rp209.777/kapita/bulan).

Data karakteristik balita meliputi umur dan jenis kelamin. Umur balita

dikelompokkan menjadi kelompok umur ≤5 bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan, 24-35

bulan, 36-47 bulan. Jenis kelamin dikelompokkan menjadi laki-laki dan

perempuan.

Variabel analisis partisipasi ibu balita dikelompokkan ke dalam empat

aspek, yaitu frekuensi kunjungan ke posyandu, motivasi kunjungan ke posyandu,

pelaksanaan posyandu, dan persepsi tentang posyandu. Penilaian partisipasi

ibu balita di posyandu berdasarkan kemampuan ibu balita dalam menjawab

berbagai pertanyaan terkait empat aspek tersebut. Skor partisipasi ibu balita

dihitung berdasarkan persentase terhadap skor maksimal. Selanjutnya partisipasi

ibu balita di posyandu dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan

tinggi. Kategori rendah apabila skor yang diperoleh < 60% dari skor maksimal,

kategori sedang apabila skor yang diperoleh antara 60-80% dari skor maksimal,

dan kategori baik apabila skor yang diperoleh > 80% dari skor maksimal

(Khomsan 2000).

Pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu balita dinilai berdasarkan

kemampuan ibu balita dalam menjawab berbagai pertanyaan tentang gizi.

Penilaian dilakukan dengan cara menjumlahkan skor jawaban dari setiap

pertanyaan dengan kriteria. Penilaian jawaban pengetahuan gizi, yaitu skor

1=benar dan skor 0=salah. Penilaian jawaban sikap gizi, yaitu skor 2=setuju, skor

1=ragu-ragu, dan skor 0=tidak setuju, atau sebaliknya skor 0=setuju, skor

1=ragu-ragu, dan skor 2=tidak setuju tergantung dari pertanyaan yang diajukan.

Penilaian jawaban perilaku gizi ada beberapa model, yaitu skor 1=ya, skor

2=kadang-kadang, skor 0=tidak pernah, atau sebaliknya skor 0=ya, skor

1=kadang-kadang, skor 2=tidak pernah, dan ada juga skor 2=ya, skor 0=tidak.

Page 33: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

18

Pemakaian skor tergantung pertanyaan yang diberikan. Kemudian skor

yang diperoleh dibandingkan dengan skor maksimal. Kategori rendah apabila

skor yang diperoleh < 60% dari skor maksimal, kategori sedang apabila skor

yang diperoleh antara 60-80% dari skor maksimal, dan kategori baik apabila skor

yang diperoleh > 80% dari skor maksimal (Khomsan 2000).

Kandungan zat gizi dari suatu jenis pangan dihitung dengan rumus

(Hardinsyah & Briawan 1994):

Keterangan:KGij : jumlah zat gizi idari setiap jenis pangan jBj : berat pangan j (gram)Gij : kandungan zat gizi I dari pangan jBDDj : persen jumlah pangan j yang dapat dimakan

Tingkat konsumsi gizi dapat diperoleh dengan rumus (Hardinsyah &

Briawan 1994):

Keterangan:TKGi : tingkat konsumsi gizi iKi : konsumsi gizi iAKGi : kecukupan gizi i yang dianjurkan

Status gizi balita ditentukan melalui suatu perhitungan statistik dengan

menghitung angka nilai hasil penimbangan dibandingkan dengan angka rata-

rata atau median dan standar deviasi dari suatu angka acuan standar WHO.

Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai Z-skor adalah (Supariasa et al.

2001):

nilai individu subjek – nilai median baku rujukanZ-skor =

nilai simpangan baku rujukan

Adapun ringkasan pengkategorian variabel dan batasan nilai yang akan

digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

KGij= (Bj/100)xGijx(BDDj/100)

TKGi= (Ki/AKGi)x100%)

Page 34: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

19

Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian

No Variabel Kategori Batas nilai1 Karakteristik keluarga

Besar keluarga (Hurlock1993)

1. Kecil2. Sedang3. Besar

≤ 4 orang5-7 orang≥ 8 orang

Pendapatan keluarga (BPS2010)

1. Miskin2. Tidak miskin

<Rp209.777/kapita/bulan≥Rp209.777/kapita/bulan

Umur (Hurlock 1980)1. Dewasa dini2. Dewasa Madya3. Dewasa lanjut

18-39 tahun40-60 tahun>60 tahun

Pendidikan

1. Tidak tamat SD2. SD/sederajat3. SMP/sederajat4. SMA/sederajat5. Perguruan Tinggi

-----

Pekerjaan

1. Petani2. Pedagang3. Buruh tani4. Buruh non tani5. Jasa6. Ibu rumah tangga7. lain-lain

-------

2 Karakteristik balita

Jenis kelamin 1. Laki-laki2. Perempuan

--

Umur -

≤5 bulan6-11 bulan

12-23 bulan24-35 bulan36-47 bulan

3 Partisipasi ibu balita diPosyandu (Interval kelas)

1. Rendah2. Sedang3. Tinggi

< 60%60-80%>80%

4Pengetahuan, sikap, danperilaku gizi ibu balita(Khomsan 2000)

1. Kurang2. Sedang3. Baik

< 60%60-80%>80%

5Tingkat konsumsi energi danprotein (Depkes 1996, diacudalam Rahmawati et al. 2001)

1. Defisit tingkat berat2. Defisit tingkat sedang3. Defisit tingkat ringan4. Normal5. Di atas AKG

<70%70-79%80-89%

90-119%≥120%

6 Tingkat konsumsi vitamin danmineral (Gibson 2005)

1. Defisit2. Normal

Tk<77%Tk≥77%

7 Status gizi balita (WHO 2007)1. BB/U

1. Gizi buruk2. Gizi kurang3. Gizi baik4. Gizi lebih

z-score <-3-3 ≤ z-score < -2-2 ≤ z-score ≤ +2

z-score > +2

2. TB/U

1. Sangat pendek2. Pendek3. Normal4. Tinggi

z-score < -3-3 ≤ z-score < -2-2 ≤ z-score ≤ +2

z-score > +2

3. BB/TB

1. Sangat kurus2. Kurus3. Normal4. Gemuk

z-score < -3-3 ≤ z-score < -2-2 ≤ z-score ≤ +2

z-score > +2

Page 35: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

20

Analisis dataHubungan antar variabel dianalisis menggunakan analisis Structural

Equation Modeling (SEM). Menurut Wijayanto (2008) model persamaan

struktural (Structural Equation Modeling) adalah teknik analisis multivariate yang

memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks,

baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh

mengenai keseluruhan model.

SEM memiliki dua konstruk yang harus diukur. Variabel yang tidak bisa

diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indikator sebagai proksi

disebut variabel laten. Sedangkan, indikator-indikator yang dapat diukur dikenal

sebagai variabel manifest. Jika suatu variabel tidak dipengaruhi oleh variabel

lainnya dalam model, maka dalam SEM sering disebut variabel eksogen dimana

setiap variabel eksogen selalu independen. Variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain dalam suatu model penelitian disebut variabel endogen. Berikut

adalah model SEM yang digunakan pada penelitian ini.

ε2

δ1 ε1

λy22

δ2 ζ2 ε4

λx11 λy11 β21 β42

λx21 γ11 λy44

β32

λx31 λy54

λx41 ζ1 β31 β43 ζ4

δ3 ε5

ζ3 λy33

δ4

ε3

Gambar 2 Model Structural Equation Modeling (SEM) penelitian

ξ1 η1 η4

η2

x1

x2

x3

x4

y5

y1

y2

y3

y4

η3

Page 36: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

21

Berikut adalah notasi matematik dari model Structural Equation Modeling

(SEM) penelitian.

Model pengukuran:

x1= λx11 ξ1 + δ1

x2= λx21 ξ1 + δ2

x3= λx31 ξ1 + δ3

x4= λx41 ξ1 + δ4

y1= λy11 η1 + ε1

y2= λy22 η2 + ε2

y3= λy33 η3 + ε3

y4= λy44 η4 + ε4

y5= λy54 η4 + ε5

Model struktural:

η1 = γ11 ξ1 + ζ1

η2 = β21 η1 + ζ2

η3 = β31 η1 + β32 η2 + ζ3

η4 = β42 η2 + β43 η3 + ζ4

Keterangan:

Variabel laten eksogen:

ξ1 (KSI1)= partisipasi ibu balita di Posyandu

Variabel laten endogen:

η1 (ETA1) = pengetahuan gizi ibu balita

η2 (ETA2) = sikap gizi ibu balita

η3 (ETA3) = perilaku gizi ibu balita

η4 (ETA4) = status gizi balita

Manifest laten eksogen:

x1 = frekuensi kehadiran ibu balita ke posyandu

x2 = besar keluarga

x3 = pendapatan keluarga

x4 = pekerjaan ibu balita

Manifest laten endogen:

y1 = indikator pengetahuan gizi ibu balita

y2 = indikator sikap gizi ibu balita

y3 = indikator perilaku gizi ibu balita

Page 37: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

22

y4 = tingkat kecukupan energi balita

y5 = tingkat kecukupan protein balita

Definisi OperasionalIbu balita adalah ibu yang mempunyai anak balita yang terdafar sebagai peserta

Posyandu.

Anak balita adalah anak yang berusia 0-60 bulan yang tinggal bersama kedua

orang tuanya.

Besar keluarga adalah jumlah/banyaknya orang yang tinggal dalam satu

keluarga dan menjadi tanggungan kepala keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari.

Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh anggota

keluarga dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan dalam bentuk

uang dan dibagi dengan seluruh tanggungan keluarga yang dinyatakan

dalam rupiah perkapita perbulan.

Umur ibu balita adalah lamanya hidup ibu balita dalam tahun yang dihitung

sejak dilahirkan hingga diwawancarai.

Pendidikan ibu balita adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah

ditempuh oleh ibu balita yang dikelompokkan menjadi empat kelompok,

yaitu SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan tinggi.

Pekerjaan ibu balita adalah jenis pekerjaan atau mata pencaharian utama untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang dikelompokkan ke dalam

bekerja dan tidak bekerja.

Partisipasi ibu balita di Posyandu adalah keterlibatan ibu balita di posyandu

pada saat balita seharusnya dibawa ke posyandu, meliputi aspek frekuensi

kunjungan ke posyandu, motivasi kunjungan ke posyandu, pelaksanaan

posyandu, dan persepsi tentang posyandu.

Pengetahuan gizi ibu balita adalah kemampuan ibu balita dalam menjawab

pertanyaan tentang gizi menggunakan kuisioner, kemudian diberi skor dan

dikategorikan menjadi kurang (skor<60%), sedang (60-80%), dan baik

(skor>80%).

Sikap gizi ibu balita adalah kecenderungan ibu balita dalam menyikapi

pernyataan dalam kuisioner tentang gizi yang diukur dengan skor jawaban

dari pernyataan yang diberikan dan dikategorikan menjadi kurang

(skor<60%), sedang(60-80%), dan baik (skor>80%).

Page 38: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

23

Perilaku gizi ibu balita adalah perbuatan atau penerapan pola hidup ibu balita

terhadap anak balita sehari-hari yang diukur dengan skor jawaban dari

pernyataan yang diberikan dan dikategorikan menjadi kurang (skor<60%),

sedang (60-80%), dan baik (skor>80%).

Konsumsi pangan dan gizi balita adalah jumlah pangan dan gizi yang dimakan

oleh balita yang diperoleh dengan menggunakan metode food recall

selama 2x24 jam.

Tingkat kecukupan gizi adalah perbandingan jumlah konsumsi energi dan zat

gizi aktual terhadap angka kecukupan energi dan zat gizi rata-rata sehari

yang dianjurkan dan dinyatakan dalam persen.

Status gizi balita adalah keadaan gizi balita yang diukur berdasarkan standar

baku WHO 2005 dengan menggunakan metode antropometri dengan

indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur

(TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Page 39: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

24

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi PenelitianKondisi Geografis

Kecamatan Taman Sari merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Bogor yang memiliki luas 2.630.936 Ha. Kecamatan taman sari terdiri dari 8

desa, 25 lingkungan/dusun, 91 RW, 360 RT, dengan jumlah penduduk laki-laki

44.075 jiwa dan perempuan 41.803 jiwa. Secara administrasi Kecamatan Taman

Sari mempunyai batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan

dengan Kec. Ciomas dan Bogor selatan; sebelah barat berbatasan dengan

Gunung Salak; sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Tenjolaya dan Kec.

Dramaga; sebelah timur berbatasan dengan Kec. Cijeruk. Kecamatan Taman

Sari beriklim sejuk dengan temperatur suhu rata-rata 25ºC pada siang hari dan

30ºC pada malam hari, dengan ketinggian antara 700 meter di atas permukaan

laut, yang merupakan kawasan berbukit di bawah kaki Gunung Salak.

Berdasarkan karakteristik wilayah dan pola interaksi dan eksternal yang

didukung oleh jaringan infrastruktur pelayanan baik lokal maupun regional,

Kecamatan Taman Sari termasuk ke dalam pembangunan wilayah Kabupaten

Bogor Selatan yang merupakan kawasan penyangga resapan air dan kawasan

hijau dengan mengintensifkan dan melestarikan tanaman tahunan dan

mengadakan gerakan rehabilitasi lahan kritis (penanaman pohon). Sebagai

wilayah pengembangan pertanian dan wisata, Kecamatan Taman sari yang

menonjol produksi pertaniannya adalah padi, jagung, ketela pohon, ketela

rambat, kacang tanah dan sayur-sayuran. Di samping itu juga sebagai sentra

tanaman hias yang pemasarannya telah memasuki pangsa local, regional, dan

mancanegara. Pengembangan lainnya adalah industrI sedang berjumlah 27

buah dengan tenaga kerja 77 orang, kecil 400 buah dengan pekerja 1200 orang,

dan home industry 74 buah dengan pekerja 400 orang. Untuk pengembangan

pariwisata ada Kampung Budaya Sindang Barang, Bumi Perkemahan, Curug

Nangka, dan Wisata Situs yang tersebar di Desa Pasireurih, Sukamantri, dan

tamansari.

Page 40: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

25

Tabel 6 Luas tanah dan pola pemanfaatannya

No Pemanfaatan Luas (Ha)1 Pemukiman -2 Sawah 981.943 Darat 237.784 Perkebunan 1610.755 Pertanian -6 Rawa/Situ 35.007 Hutan -8 Lapangan olahraga 8.60

Sumber : Data Monografi Kecamatan Tamansari Tahun 2011

Kondisi DemografisPenduduk Kecamatan Tamansari sampai dengan bulan Desember 2011

berjumlah 85,878 jiwa terdiri dari 44,075 jiwa laki-laki dan 41,803 jiwa

perempuan. Total jumlah penduduk yang ada tersebar di delapan desa yang

terdapat di Kecamatan Tamansari dengan jumlah yang berbeda-beda. Desa

yang paling padat penduduknya adalah Desa Sukamantri, sedangkan jumlah

yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Desa Sukajadi.

Tabel 7 Jumlah penduduk Kecamatan Tamansari menurut jenis kelamin

No Desa Laki-laki Perempuan Total1 Sukamantri 6,857 6,575 13,4322 Sirnagalih 6,505 6,991 12,4963 Pasir Eurih 5,805 5,818 11,2234 Tamansari 5,512 5,308 10,8205 Sukaresmi 5,947 5,517 11,4646 Sukaluyu 4,602 3,910 8,5127 Sukajaya 4,996 5,173 10,1698 Sukajadi 3,851 3,911 7,762

Total 44,075 41,803 85,878

Kondisi Sosial BudayaKecamatan Tamansari dikenal sebagai bagian dari wisata Curug Nangka,

Bumi Perkemahan Sukamantri, Gunung Salak Endah dan Pura. Setiap hari libur

terjadi kemacetan lalu lintas kenderaan, terutama di sekitar wilayah yang dapat

memicu kemacetan sebagai akibat dari tidak disiplinnyapengemudi angkut dan

para pedagang yang sebagian berjualan di badan jalan.

Pada bidang olahraga, Kecamatan Tamansari belum memiliki sarana

olahraga terpadu dan memadai. Dalam bidang kebudayaan ditujukan untuk

melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan

jati diri dan nilai-nilai budaya daerahdi tengah-tengah semakin derasnya arus

informasi dan pengaruh negative budaya global. Pengembangan seni dan

budaya Kecamatan Tamansari diselenggarakan secar terintegerasi dengan

pembangunan kepariwisataan. Pada tahun 2010 telah dilakukan berbagai

Page 41: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

26

macam kegiatan untuk melestarikan dan mengaktualisasikan seni dan budaya

daerah sebagai upaya mengelola kekayaan dan keragaman budaya serta

mempromosikan, menjalin kemitraan, dan mengembangkan destinasi pariwisata

di Kecamatan Tamansari.

Kondisi EkonomiDenyut nadi perekonomian Kecamatan Tamansari didukung oleh sarana

dan prasarana wilayah yang ada, yang merupakan aspek pendukung utama

dalam pembangunan perkotaan yang secara tidak langsung akan berpengaruh

kepada tingkat perekonomian masyarakat. Sarana prasarana tersebut dalam

pengembangan pembangunan berperan sebagai pengarah pembentukan tata

ruang kota, pemenuhan kebutuhan infrastruktur, pemicu pertumbuhan wilayah

dan pengikat wilayah. Sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan

perkotaan, diantaranya adalah keterbatasan transportasi, pengairan, jaringan

listrik, telekomunikasi, dan pemukiman.

1. Jaringan Transportasi

Jaringan transportasi di Kecamatan Tamansari cukup baik, kondisi jalan

relatif baik, sebagian besar telah beraspal dan seluruh wilayah dapat dilalui oleh

kenderaan beroda empat sepanjang tahun.

2. Jaringan air bersih/irigasi

Pemenuhan air bersih bagi masyarakat Kecamatan Tamansari dan

sebagian warga masyarakat memanfaatkan air bawah tanah berupa sumur gali,

pembuatan jet pump, dan lain-lain. Untuk mandi cuci kakus (MCK) sebagian

besar mempergunakan air bawah tanah.

3. Jaringan listrik

Pelayanan jaringan listrik PLN telah menajngkau seluruh wilayah yang

dimanfaatkan untuk kebutuhan pemukiman, perkantoran, industry, perdagangan,

dan jasa. Khusus untuk penerangan jalan umum (PJU), sebagian besar wilayah

Tamansari telah dilengkapi dengan PJU yang tiap tahun selalu diadakan

penambahan PJU untuk peningkatan sarana umum pelistrikan. Sedangkan untuk

mengimbangi tingginya penggunaan daya listrik PLN oleh masyarakat, maka di

beberapa lokasi pemukiman dan perindustrian memanfaatkan jaringan listrik dari

genset. Prasarana telekomunikasi masyarakat mayoritas dilayani oleh PT.

Telkom dan sebagian dengan sarana Handphone yang dimiliki oleh masyarakat.

Untuk keperluan pos dan giro dilayani langsung oleh kantor Pos dan Giro

Ciomas.

Page 42: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

27

4. Perekonomian masyarakat

Berbagai kebijakan dari pemerintah untuk memberdayakan perekonomian

masyarakat telah banyak dilakukan. Di bidang pendidikan program BOS, KBBS

dari provinsi Jawa Barat, pemberdayaan PLS, pemberian beasiswa, dan lain-lain.

Pada bidang kesehatan ada pemberian Askes Gakin, Raksa Desa Kesehatan,

Pemberdayaan Posyandu, penanganan KLB, dan bidang peningkatan

kemampuan day beli penciptaan lapangan kerja baru. Sejalan dengan itu, untuk

mengantisipasi naik turunnya denyut nadi perekonomian di Kecamatan

Tamansari maka pembangunan perekonomian pada setiap bidang pembagunan

penyebarannya diarahkan merata. Perencanaan pembangunan yang ditetapkan

dan upaya pengembangan infrastruktur senantiasa diarahkan bagi pemenuhan

kebutuhan masyarakat perkotaan dengan konsep pengembangan potensi yang

dimilki wilayah. Sebagai ibu balita adanya potensi alam berupa situ-situ tentunya

akan mendukung pula potensi pengembangan wilayah Kecamatan Tamansari di

bidang pariwisata. Potensi alam tersebut adalah Situ Taman di Desa Tamansari

dengan luas 2.4 Ha dan Situ Jadi di desa Sukajadi dengan luas 1.5 Ha.

Berdasarkan pekerjaan, penduduk Kecamatan Tamansari mempunyai

pekerjaan yang beraneka ragam, namun secara garis besar sebagian besar

penduduk adalah bekerja sebagai petani, peternak, pengusaha, wiraswasta,

karyawan swasta, PNS, Polri, dan lainnya.

Tabel 8 Jumlah usaha kecil, menengah, dan besar di Kecamatan TamansariTahun 2011

No Desa Kecil Menengah Besar1 Tamansari 12 58 32 Sukajaya 25 84 -3 Sukamantri 20 56 74 Sirnagalih 8 183 35 Pasir Eurih 10 125 66 Sukaluyu 12 94 -7 Sukajadi 15 60 48 Sukaresmi 20 283 2

Sumber: Seksi Ekbang Kecamatan Tamansari tahun 2011

Page 43: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

28

Karakteristik Keluarga dan Individu Ibu balitaBesar Keluarga

Besar keluarga merupakan banyaknya individu yang tinggal bersama

dalam satu atap dan bergantung pada sumber penghidupan yang sama. Anggota

keluarga terdiri atas ayah, ibu, anak, saudara daan anggota keluarga lainnya

yang tinggal dalam satu atap. Menurut Hurlock (1993), besar keluarga

dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), sedang

(5-7 orang), dan besar (≥ 8 orang). Sebaran ibu balita berdasarkan besar

keluarga disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran ibu balita berdasarkan besar keluarga

Besar keluarga n %kecil (≤4 orang) 71 59.2sedang (5-7 orang) 37 30.8Besar ( ≥8 orang) 12 10.0Total 120 100Rata-rata ± sd 4.9 ± 2.1Minimum – Maksimum 3 – 14

Jumlah anggota keluarga terkecil dalam penelitian ini adalah sebanyak 3

orang, sedangkan jumlah anggota keluarga terbesar adalah sebanyak 14 orang.

Rata-rata jumlah anggota keluarga dalam penelitian ini adalah sebanyak 5 orang.

Sebanyak 59.2% keluarga ibu balita berada pada kategori keluarga kecil, 30.8%

berada pada kategori keluarga sedang, dan sisanya 10% berada pada kategori

keluarga besar.

Pendapatan KeluargaPendapatan merupakan sumberdaya material bagi seseorang untuk

membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan yang diperoleh akan

menggambarkan besarnya daya beli dari seseorang. Daya beli akan

menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang dibeli dan dikonsumsi

seseorang. Pendapatan yang diukur dari seseorang biasanya bukan hanya

pendapatan yang diterima oleh individu, melainkan pendapatan yang diterima

oleh seluruh anggota keluarga (Suwarman 2003). Oleh karena itu, pada

penelitian ini pendapatan keluarga yang dimaksud adalah penjumlahan dari

pendapatan yang diperoleh oleh ayah, ibu, dan keluarga lain dalam satu atap per

bulannya. Sebaran ibu balita berdasarkan pendapatan keluarga disajikan pada

Tabel 10.

Page 44: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

29

Tabel 10 Sebaran ibu balita berdasarkan pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga (Rp/kap/bln) n %Miskin (<Rp214.338) 26 21.7Tidak miskin (≥214.338) 94 78.3Total 120 100Rata-rata ± sd 362.081 ± 396.887Minimum – Maksimum 64.450 – 4.585.700

Pendapatan keluarga terkecil pada penelitian ini adalah sebesar

Rp.64.450 perkapita/bulan, sedangkan pendapatan keluarga terbesar adalah

sebesar Rp.4.585.700 perkapita/bulan. Rata-rata pendapatan keluarga pada

penelitian ini adalah sebesar Rp.362.081. Keluarga yang termasuk ke dalam

kategori keluarga tidak miskin adalah sebanyak 75.8%, sedangkan keluarga

yang tergolong ke dalam keluarga miskin adalah sebanyak 24.2%. Kategori

tingkat pendapatan keluarga dibuat berdasarkan garis kemiskinan Kabupaten

Bogor (BPS 2011). Keluarga dikatakan miskin jika pendapatan keluarga kurang

dari Rp.214.338 perkapita/bulan dan dikatakan tidak miskin jika pendapatan

keluarga lebih besar sama dengan Rp.214.338 perkapita/bulan. Tingkat

pendapatan akan mencerminkan kemampuan untuk membeli bahan pangan.

Makin tinggi pendapatan akan semakin tinggi daya beli keluarga terhadap

pangan, sehingga akan membawa pengaruh terhadap beragam dan banyaknya

pangan yang akan dikonsumsi dan akhirnya berdampak positif terhadap status

gizi (Soekirman 2000).

UmurUmur ibu balita dan suami dikelompokkan menjadi dewasa dini (18-39

tahun), dewasa madya (40-60 tahun) dan dewasa lanjut ( ≥ 60 tahun) (Hurlock

1980). Sebaran ibu balita berdasarkan umur disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran ibu balita berdasarkan umur

Umur Suami Ibu balitan % n %

Dewasa dini (18-39) 104 86.7 111 92.5Dewasa madya (40-60) 16 13.3 9 7.5Total 120 100 120 100Rata-rata ± sd 31.9 ± 8.0 26.6 ± 6.9Minimum – Maksimum 20 – 60 18 – 50

Umur suami terendah pada penelitian ini adalah 20 tahun, sedangkan

umur tertinggi adalah 60 tahun dengan rata-rata 31.9 tahun. Sebagian besar

umur suami berada pada kategori umur dewasa dini (86.7%), dan sisanya

Page 45: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

30

berada pada kategori dewasa madya (13.3%). Sementara itu, umur terendah

pada ibu balita adalah 18 tahun, sedangkan umur tertinggi adalah 50 tahun

dengan rata-rata 26.6 tahun. Sebagian besar umur ibu balita berada pada

kategori dewasa dini (92.5%), dan sisanya berada pada kategori dewasa madya

(7.5%).

PendidikanPendidikan merupakan salah satu sarana untuk memperoleh

pengetahuan. Menurut Hardinsyah (2007) semakin tinggi pendidikan seseorang

maka akan memiliki akses yang mudah dalam memperoleh informasi mengenai

gizi sehingga akan memiliki pengetahuan gizi yang tinggi pula. Pada penelitian ini

tingkat pendidikan ibu balita dan suami dibagi ke dalam lima kategori, yaitu tidak

tamat SD, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan perguruan tinggi.

Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel12.

Tabel 12 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan Suami Ibu balitan % n %

Tidak tamat SD 42 35.0 1 0.8SD/sederajat 65 54.2 48 40.0SMP/sederajat 7 5.8 57 47.5SMA/sederajat 2 1.7 12 10.0Perguruan tinggi 4 3.3 2 1.7Total 120 100 120 100

Persentase terbesar tingkat pendidikan suami berada pada tingkat

SD/sederajat (54.2%). Sementara itu, ada sebanyak 35% suami yang tidak tamat

SD. Hal ini diduga berhubungan dengan status sosial ekonomi keluarga.

Keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi cenderung akan diimbangi dengan

tingkat pendidikan yang tinggi pula, sebaliknya keluarga dengan status sosial

ekonomi rendah akan mendapatkan pendidikan yang rendah pula. Hal ini

dikarenakan keterbatasan dana untuk membayar biaya sekolah.

Persentase terbesar tingkat pendidikan ibu balita berada pada tingkat

SMP/sederajat (47.5%). Persentase ibu balita yang tidak tamat SD hanya

sebesar 0.8%, sangat jauh dibawah persentase tidak tamat SD pada suami

(35%). Secara umum, persentase tingkat pendidikan ibu balita lebih baik

dibandingkan tingkat pendidikan suami. Hal ini dapat dilihat pada besarnya

jumlah ibu balita yang jenjang pendidikannya sampai pada tingkat

Page 46: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

31

SMP/sederajat, sedangkan tingkat pendidikan suami yang paling tinggi hanya

sampai SD/sederajat saja.

Tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh pada kehidupan di

dalam keluarga, khususnya tingkat pendidikan ibu yang mempunyai pengaruh

lebih besar. Hal ini dikarenakan ibu mempunyai peran dan tanggung jawab lebih

besar pada pengasuhan dan perawatan anak serta keluarga. Tingkat pendidikan

yang tinggi memudahkan seseorang untuk dapat menerima informasi dan

menerapkannya dalam perilaku dan gaya hidup sehat sehari-hari (Atmarita &

Fallah 2004).

PekerjaanSuhardjo (1989a) menyatakan bahwa jenis pekerjaan yang dimiliki

seseorang merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas

makanan, karena jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan pendapatan yang

diterima. Pekerjaan suami dan ibu balita dalam penelitian ini digolongkan ke

dalam tujuh kategori, yaitu petani, pedagang, buruh tani, buruh non-tani, jasa, ibu

rumah tangga, dan lain-lain. Sebaran ibu balita berdasarkan jenis pekerjaan

disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran ibu balita berdasarkan jenis pekerjaan

Pekerjaan Suami Ibu balitan % n %

Petani 9 7.5 2 1.7Pedagang 9 7.5 7 5.8Buruh tani 14 11.7 1 0.8Buruh non-tani 73 60.8 1 0.8Jasa 9 7.5 2 1.7IRT/ tidak bekerja 0 0.0 107 89.2Lain-lain 6 5 0 0.0Total 120 100 120 100

Persentase terbesar jenis pekerjaan suami pada penelitian ini adalah

sebagai buruh non-tani (60.8%). Pekerjaan buruh non-tani ini dapat juga diartikan

sebagai pengrajin sepatu dan sandal, baik untuk pria dan wanita serta untuk

anak-anak dan dewasa. Selain itu, mereka juga lihai dalam membuat sepatu

sepak bola beserta bolanya. Sementara itu, persentase terkecil jenis pekerjaan

suami dikelompokkan ke dalam kategori lain-lain (5%). Kategori lain-lain ini terdiri

dari pekerjaan sebagai PNS, karyawan swasta, sales, bendahara desa, guru

sekolah,dan guru les.

Page 47: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

32

Persentase terbesar jenis pekerjaan ibu balita berada pada kategori ibu

rumah tangga atau tidak bekerja (89.2%). Sementara itu, ibu yang bekerja untuk

mendapatkan penghasilan hanya dalam jumlah yang kecil, yaitu pedagang

(5.8%), petani (1.7%), jasa (1.7%), buruh tani (0.8%), dan buruh non-tani (0.8%).

Peranan ibu rumah tangga dalam usaha perbaikan gizi keluarga

sangatlah penting. Peran ibu di dalam keluarga di antaranya sebagai pengasuh

anak dan pengatur konsumsi pangan anggota keluarga. Menurut Suhardjo

(1989a), ibu yang bekerja tidak lagi memiliki waktu untuk mempersiapkan

makanan bagi keluarga, namun seorang ibu yang turut bekerja akan

meningkatkan pendapatan keluarga.

Karakteristik BalitaJenis kelamin

Salah satu karakteristik balita yang diteliti adalah karakteristik balita

berdasarkan jenis kelamin. Sebaran ibu balita berdasarkan jenis kelamin balita

disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran balita berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin n %Laki-laki 61 50.8Perempuan 59 49.2Total 120 100.0

Besarnya persentase Jenis kelamin balita pada penelitian ini hampir

sama antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan, meskipun balita yang

berjenis kelamin laki-laki persentasenya sedikit lebih besar daripada balita

berjenis kelamin perempuan, yaitu 50.8% laki-laki dan 49.2% perempuan.

UmurUsia balita merupakan periode paling kritis dalam pertumbuhan dan

perkembangan motorik anak. Pertumbuhan anak secara pesat terutama terjadi

pada masa bayi, yaitu pada tahun pertama kehidupan. Umur balita pada

penelitian ini dibagi ke dalam lima kategori berdasarkan Riskesdas (2010), yaitu

≤5 bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan, 24-35 bulan, 36-47 bulan. Sebaran ibu balita

berdasarkan umur balita disajikan pada Tabel 15.

Page 48: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

33

Tabel 15 Sebaran balita berdasarkan umur

Umur n %≤5 bulan 11 9.26-11 bulan 22 18.312-23 bulan 39 32.524-35 bulan 37 30.836-47 bulan 11 9.2Total 120 100.0Rata-rata ± sd 20.1 ± 11.0Minimum – Maksimum 1 – 46

Umur balita terendah pada penelitian ini adalah 1 bulan, sedangkan umur

balita tertinggi adalah 46 bulan dengan rata-rata 20.1 ± 11.0 bulan. Sebagian

besar balita berada pada golongan umur 12-23 bulan (32.5%) dan 24-35 bulan

(30.8%).

Partisipasi Ibu Balita di PosyanduPartisipasi ibu balita di posyandu ditinjau dari empat aspek, yaitu

frekuensi kunjungan ke posyandu, motivasi kunjungan ke posyandu,

pelaksanaan posyandu, dan persepsi tentang posyandu. Tingkat partisipasi ibu

balita di posyandu diukur dari 14 pertanyaan, dengan rincian 3 pertanyaan

mengenai frekuensi kunjungan, 3 pertanyaan mengenai motivasi kunjungan, 5

pertanyaan mengenai pelaksanaan, dan 3 pertanyaan mengenai persepsi

tentang posyandu.

Berdasarkan 14 pertanyaan diperoleh total skor maksimum, yaitu 28.

Pengkategorian tingkat partisipasi ibu balita di posyandu diperoleh dengan

menjumlahkan seluruh skor dari keempat aspek yang diperoleh ibu balita

kemudian dibagi total skor maksimum dikali 100 persen. Partisipasi ibu balita

dikatakan kurang jika skor kurang dari 60%, dikatakan sedang jika skor berada

diantara 60-80%, dan dikatakan baik jika skor di atas 80%. Tingkat partisipasi ibu

balita disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat partisipasi di posyandu

Kategori n %Rendah (<60%) 26 21.7Sedang (60-80%) 63 52.5Tinggi (>80%) 31 25.8Total 120 100.0Skor (rata-rata ± sd) 71.6 ± 14.8

Page 49: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

34

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu balita

(52.5%) memiliki tingkat partisipasi sedang. Sementara itu, masih terdapat ibu

balita yang memiliki tingkat partisipasi rendah (21.7%). Kurangnya tingkat

partisipasi ibu balita di posyandu dapat terlihat terutama pada aspek

pelaksanaan posyandu. Hampir seluruh ibu balita memiliki tingkat partisipasi

rendah pada aspek pelaksanaan posyandu. Hal ini menunjukkan masih

minimnya partisipasi ibu balita terhadap kelancaran pelaksanaan program-

program posyandu. Walaupun demikian, masih ada ibu balita yang memiliki

tingkat partisipasi tinggi yang tinggi (25.8%). Hal ini terlihat pada aspek frekuensi

kunjungan ke posyandu, dimana lebih dari setengah jumlah ibu balita memiliki

tingkat partisipasi yang tinggi pada aspek ini. Tingkat partisipasi ibu balita dalam

kegiatan posyandu berhubungan nyata dengan pertumbuhan, kesehatan, dan

status gizi anak (Marjanka et al. 2001).

Frekuensi Kunjungan ke PosyanduKunjungan balita ke posyandu adalah datangnya balita ke posyandu

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, misalnya: penimbangan, imunisasi,

penyuluhan gizi, dan lain sebagainya (Dinkes Prov. Jateng 2007). Frekuensi

kunjungan ke posyandu ditinjau dari kunjungan dalam tiga bulan terakhir. Hal ini

dikarenakan ingatan ibu balita terhadap kunjungan ke posyandu dalam tiga bulan

terakhir masih segar, sehingga meminimalisir tingkat kelupaan ibu balita.

Sebaran ibu balita berdasarkan kunjungan ke posyandu dalam tiga bulan terakhir

disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Sebaran ibu balita berdasarkan kunjungan balita ke posyandu dalamtiga bulan terakhir

Frekuensi Kunjungan n %0 kali/bulan 15 12.51 kali/bulan 8 6.72 kali/bulan 16 13.33 kali/bulan 81 67.5Total 120 100.0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah jumlah

ibu balita (67.5% ) yang dijadikan sampel pada penelitian ini menyatakan rutin

mengunjungi posyandu dalam tiga bulan terakhir. Sementara itu, ada sebanyak

12.5% ibu balita yang sama sekali tidak pernah mengunjungi posyandu dalam

tiga bulan terakhir. Adapun beberapa alasan ibu balita yang tidak rutin

mengunjungi posyandu dalam tiga bulan terakhir dikarenakan anak takut

Page 50: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

35

diimunisasi, anak tidak mau, tidak tahu jadwalnya, malu karena anaknya BGM,

ibu dan anak dalam keadaan sakit, ada urusan lain yang lebih penting, serta

jarak rumah dengan posyandu cukup jauh.

Kegiatan tumbuh kembang anak di posyandu memerlukan kehadiran ibu

balita dan anaknya setiap bulan. Hal ini dikarenakan kegiatan tersebut hanya

akan bermakna apabila anak hadir dan ditimbang di posyandu setiap bulan.

Menurut Madanijah dan dan Triana (2007) tingkat kehadiran ibu balita di

posyandu dikategorikan menjadi baik apabila garis grafik berat badan pada KMS

tidak pernah putus (hadir dan ditimbang setiap bulan di posyandu). Dikategorikan

sedang apabila garis grafik pada KMS tersambung minimal dua bulan berturut-

turut, dan dikategorikan kurang apabila garis grafik pada KMS tidak terbentuk

(tidak hadir dan ditimbang di posyandu). Kunjungan ibu balita dan anaknya ke

posyandu sebaiknya rutin dilakukan hingga balita berusia lima tahun. Hal ini

dimaksudkan agar perkembangan anak pada usia tersebut bisa dipantau dengan

baik. Oleh karena itu, perlu diketahui apakah ibu balita akan tetap mengunjungi

posyandu hingga balita berusia lima tahun. Sebaran ibu balita berdasarkan

rencana kunjungan ke posyandu disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Sebaran ibu balita berdasarkan rencana kunjungan ke posyanduhingga balita berusia lima tahun

Jawaban n %Ya 106 88.3Tidak 14 11.7Total 120 100.0

Sebanyak 88.3% ibu balita menyatakan akan mengunjungi posyandu

hingga balita berusia lima tahun. Sementara itu, ada sebanyak 11.7% ibu balita

yang menyatakan tidak akan melakukan kunjungan ke posyandu. Banyak hal

yang menyebabkan ibu balita tidak berencana mengunjungi posyandu hingga

balita berusia lima tahun, diantaranya kesibukan ibu balita, ibu malas ke

posyandu, anak sudah selesai diimunisasi, dan anak tidak mau ke posyandu.

Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat ibu balita yang belum memahami

pentingnya mengunjungi posyandu hingga balita berusia lima tahun. Oleh karena

itu, kader-kader posyandu harus terus berupaya mendorong agar ibu selalu rutin

membawa anaknya ke posyandu. Kunjungan rutin ke posyandu akan

memberikan manfaat lebih besar bagi balita karena dapat mencegah munculnya

masalah gizi kurang.

Page 51: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

36

Pengkategorian frekuensi kunjungan ibu balita ke posyandu diukur

dengan tiga pertanyaan. Skor maksimum jika semua pertanyaan dapat dijawab

dengan tepat adalah 7. Dari hasil perhitungan diperoleh skor maksimum 100%

dan skor minimum 0%. Sebaran ibu balita berdasarkan frekuensi kunjungan ke

posyandu disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19 Sebaran ibu balita berdasarkan frekuensi kunjungan ke posyandu

Kategori n %Rendah (<60%) 39 32.5Tinggi (>80%) 81 67.5Total 120 100.0Skor (rata-rata ± sd) 75.2 ± 35.9

Sebagian besar ibu balita (67.5%) memiliki frekuensi kunjungan yang

tinggi ke posyandu. Hal ini disebabkan oleh kemauan ibu balita untuk

mengunjungi posyandu hingga balita berusia lima tahun. Sementara itu, ada

sebanyak 32.5% ibu balita yang memiliki frekuensi kunjungan yang rendah ke

posyandu. Hal ini disebabkan oleh banyaknya ibu balita yang tidak mengunjungi

posyandu dalam tiga bulan terakhir kunjungan. Oleh Karena itu, sangat

dibutuhkan dukungan dan dorongan dari pihak keluarga, kader, dan tokoh

masyarakat untuk mengajak ibu balita agar rutin mengunjungiu posyandu setiap

bulannya. Selain itu, motivasi yang besar dari dalam diri ibu balita sangat

dibutuhkan agar rutin mengunjungi posyandu demi kesehatan ibu dan balita.

Motivasi Kunjungan ke PosyanduMenurut Notoadmodjo (2010) motivasi merupakan suatu alasan

seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Motivasi pada dasarnya merupakan interaksi seseorang dengan situasi tertentu

yang dihadapinya. Wujud motivasi ibu balita salah satunya bisa dilihat dari

berupa kemauan untuk mengantarkan langsung anak balita ke posyandu.

Sebaran Ibu balita yang mengantarkan langsung anaknya ke posyandu disajikan

pada Tabel 20.

Tabel 20 Sebaran ibu balita yang langsung mengantarkan anaknya ke posyandu

Jawaban n %Ya 109 90.8Kadang-kadang 7 5.8Tidak 4 3.3Total 120 100.0

Page 52: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

37

Sebanyak 90.8% ibu balita menyatakan secara langsung mengantarkan

anaknya ke posyandu. Sementara itu, ada sebanyak 5.8% ibu balita yang

menyatakan hanya kadang-kadang mengantarkan anaknya ke posyandu, serta

ada sebanyak 3.3% ibu balita yang menyatakan tidak pernah mengantarkan

langsung anaknya ke posyandu. Hal ini disebabkan karena ada dua ibu balita

yang baru melahirkan sehingga belum bisa mengantarkan anaknya ke posyandu.

Selain itu, ada dua ibu balita yang menyatakan sibuk, sehingga tidak bisa

mengantarkan anaknya langsung ke posyandu. Sebagai gantinya, anggota

keluarga lain yang mengantarkan anaknya ke posyandu, seperti tante dan kakak

balita itu sendiri.

Posyandu merupakan salah satu sarana layanan masyarakat yang

mudah diakses oleh berbagai lapisan masyarakat. Program-program yang

dijalankan oleh posyandu sangat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya ibu

balita dan anak balita. Selain itu, biayanya juga tidak terlalu mahal, sehingga

sangat cocok untuk dimanfaatkan oleh masyarakat ekonomi menengah ke

bawah. Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi bagi ibu balita untuk tidak

mengunjungi posyandu. Namun, pada kenyataannya masih ada anggota

keluarga peserta posyandu yang tidak mendukung ibu dan anak balita untuk

mengunjungi posyandu. Sebaran ibu balita berdasarkan anggota keluarga yang

tidak mendukungnya ke posyandu disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21 Sebaran ibu balita berdasarkan anggota keluarga yang tidakmendukung ibu balita ke posyandu

Anggota keluarga yang tidak mendukung n %Suami 3 2.5Mertua 1 0.8Tidak ada 116 96.7Total 120 100.0

Hampir seluruh ibu balita (96.7%) menyatakan bahwa tidak ada anggota

keluarga yang tidak mendukung ibu balita ke posyandu. Namun, masih ada

beberapa ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari anggota keluarganya, yaitu

suami (2.5%) dan mertua (0.8%). Adapun alasan yang membuat anggota

keluarga tidak mendukung ibu balita ke posyandu dikarenakan mereka khawatir

anaknya demam setelah diberi imunisasi di posyandu. Padahal demam

merupakan salah satu reaksi tubuh terhadap imunisasi yang akan meningkatkan

kekebalan tubuh anak. Alasan lainnya adalah pihak keluarga merasa

tersinggung ketika kader menyebut anaknya tergolong BGM. Hal ini

Page 53: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

38

menunjukkan masih terdapat keluarga yang belum memahami pentingnya

posyandu dan imunisasi pada anak.

Banyak hal yang dapat memotivasi ibu balita mengunjungi posyandu.

Selain dukungan dari keluarga, alasan ibu balita mengunjungi posyandu adalah

untuk kesehatan ibu balita dan anak. Alasan lainnya secara rinci dijelaskan pada

Tabel 22.

Tabel 22 Sebaran ibu balita berdasarkan tiga alasan mengunjungi posyandu

Alasan n %Agar anak sehat 102 85.0Mendapatkan imunisasi/kapsul vitaminA 54 45.0Agar berat badan anak terpantau 76 63.3Mendapatkan KB gratis 1 0.8Bisa bertemu dengan sesama warga (ibu-ibu lain) 10 8.3Mendapatkan makanan tambahan (PMT) 2 1.7Mendapatkan pengetahuan gizi/kesehatan ibu anak 4 3.3Disuruh kader/RT/RW 4 3.3Agar anak cerdas 2 1.7

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat ketiga alasan kenapa ibu balita

mengunjungi anaknya ke posyandu. Adapun alasan pertama yang paling banyak

diutarakan ibu balita adalah agar anak sehat (85%), alasan kedua agar berat

badan anak terpantau (63.3%), dan alasan ketiga untuk mendapatkan

imunisasi/kapsul vitamin A (45%). Dari ketiga alasan tersebut dapat dilihat bahwa

alasan ibu balita mengunjungi posyandu adalah untuk kesehatan anaknya. Hal

ini bisa dikatakan sudah sesuai dengan tujuan dari posyandu itu sendiri. Namun,

sepertinya ibu balita masih kurang menyadari bahwa salah satu fungsi dari

posyandu itu sendiri adalah untuk mendapatkan pengetahuan gizi. Hal ini terlihat

dari kecilnya persentase ibu balita yang memilih alasan tersebut (3.3%).

Padahal, seperti diketahui pengetahuan gizi yang baik bisa memberikan dampak

jangka panjang dalam perbaikan gizi. Dengan demikian, pengetahuan gizi yang

semakin baik akan menjamin perubahan sikap dan prilaku makan yang semakin

baik juga.

Pengkategorian motivasi ibu balita megunjungi posyandu diukur dengan

tiga pertanyaan. Skor maksimum jika semua pertanyaan dapat dijawab dengan

tepat adalah 9. Dari hasil perhitungan diperoleh skor maksimum 100% dan skor

minimum 44%. Sebaran ibu balita berdasarkan motivasi kunjungan ke posyandu

disajikan pada Tabel 23.

Page 54: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

39

Tabel 23 Sebaran ibu balita berdasarkan motivasi kunjungan ke posyandu

Kategori n %Rendah (<60%) 12 10.0Sedang (60-80%) 70 58.3Tinggi (>80%) 38 31.7Total 120 100.0Skor(rata-rata ± sd) 76.9 ± 15.7

Sebagian besar ibu balita (58.3%) memiliki motivasi kunjungan tingkat

sedang ke posyandu. Namun, masih ada ibu balita yang motivasinya masih

rendah dalam hal mengunjungi posyandu (10%). Hal ini terlihat dari masih ada

ibu balita yang tidak ikut mengantarkan anaknya ke posyandu secara langsung.

Persentase ibu ballita dengan motivasi kunjungan yang tinggi cukup besar, yaitu

31.7%. Hal ini dikarenakan cukup banyak ibu balita yang mengetahui manfaat

dari posyandu dengan baik, sehingga mereka termotivasi untuk mendapatkan

pelayanan dari posyandu.

Pelaksanaan PosyanduKegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh kader

posyandu di bawah bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Pada

saat penyelenggaraan posyandu minimal jumlah kader adalah 5 (lima) orang.

Jumlah ini sesuai dengan jumlah langkah yang dilaksanakan oleh posyandu,

yakni mengacu pada sistim 5 meja. Terselenggaranya pelayanan posyandu

melibatkan banyak pihak. penyelenggaraan posyandu memiliki jadwal tetap

setiap bulannya. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk membantu

penyelenggaraan posyandu. Salah satu caranya adalah dengan memberikan

sumbangan, baik secara material maupun non-material. Sumbangan material

bisa berupa dana yang diberikan langsung kepada pengelola posyandu. Sebaran

ibu yang memberikan sumbangan dana ke posyandu disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24 Sebaran ibu balita yang memberikan sumbangan dana ke posyandu

Jawaban n %Ya, setiap bulan 0 0.0Kadang-kadang 22 18.3Tidak pernah 98 81.7Total 120 100.0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu balita

(81.7%) menyatakan tidak pernah memberikan sumbangan dana ke posyandu.

Sementara itu, hanya sebanyak 18.3 % ibu balita yang kadang-kadang pernah

memberikan sumbangan dana ke posyandu. Hal ini diduga berkaitan dengan

Page 55: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

40

tingkat pendapatan keluarga ibu balita yang tidak terlalu tinggi. Sehingga

pendapatan keluarga sepenuhnya difokuskan hanya untuk memenuhi kebutuhan

keluarga saja.

Selain bantuan berupa dana, masyarakat juga bisa memberikan bantuan

dalam bentuk PMT, seperti bubur kacang hijau, biskuit, telur, dan bubur nasi.

Sebaran ibu balita yang pernah memberikan bantuan PMT ke posyandu disajikan

pada Tabel 25.

Tabel 25 Sebaran ibu balita yang pernah memberikan bantuan PMT ke posyandu

Jawaban n %Ya,setiap bulan 1 0.8Kadang-kadang 3 2.5Tidak pernah 116 96.7Total 120 100.0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruh ibu balita

(96.7%) menyatakan bahwa tidak pernah memberikan bantuan PMT ke

Posyandu. Sementara itu, ada sebesar 0.8% ibu balita yang rutin memberikan

bantuan PMT ke posyandu. Besarnya persentase ibu balita yang tidak pernah

memberikan bantuan PMT ke posyandu diduga karena ibu balita merasa tidak

memiliki kewajiban untuk memberikan bantuan PMT, karena yang berkewajiban

memberikan PMT adalah posyandu.

Salah satu kelengkapan posyandu yang harus dimliki oleh ibu balita

adalah Kartu Menuju Sehat (KMS). Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah alat

sederhana dan murah yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan

pertumbuhan anak (Depkes RI 2000). KMS dibagikan kepada setiap balita yang

berkunjung ke posyandu. Di dalam kartu tersebut terdapat kurva yang

menunjukkan pola pertumbuhan berat badan anak. Selain itu, di dalalm KMS

juga dicantumkan catatan-catatan imunisasi yang telah dilakukan. Oleh karena

itu, KMS balita dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga

untuk memantau tumbuh kembang anak agar tidak terjadi kesalahan atau

ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.

Tabel 26 Sebaran ibu balita yang memiliki KMS untuk anak

Memiliki KMS n %Ya, dipegang ibu 76 63.3Ya, dipegang kader 27 22.5Tidak 17 14.2Total 120 100.0

Page 56: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

41

Setiap ibu balita seharusnya memiliki KMS untuk anak yang dibagikan

gratis oleh posyandu. Pada kenyataannya ada sebanyak 14.2% ibu balita yang

tidak memiliki KMS untuk anak. Hal ini diduga karena KMS tersebut ada yang

hilang atau rusak sebelum balita berusia lima tahun tanpa ada penggantian

dengan KMS baru. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena ibu balita yang tidak

memiliki KMS untuk anak tidak akan bisa memantau tumbuh kembang anak

dengan baik. Adapun ibu balita yang memiliki KMS ada sebanyak 85.8%.

Namun, tidak semua KMS dipegang oleh ibu balita. Ada sebanyak 63.3% KMS

yang dipegang oleh ibu balita itu sendiri, sedangkan sisanya 22.5% dipegang

oleh kader. Ibu balita yang KMS nya dipegang oleh kader diduga karena ibu

balita malas membawa KMS, ketinggalan di posyandu, dan takut hilang atau

rusak. Hal ini dikhawatirkan akan membuat ibu balita tidak pernah membaca dan

mengetahui informasi-informasi tentang posyandu, pengetahuan gizi dan

kesehatan yang ada pada KMS.

Pengkategorian partisipasi ibu balita berdasarkan pelaksanaan posyandu

diukur dengan lima pertanyaan. Skor maksimum jika semua pertanyaan dapat

dijawab dengan tepat adalah 10. Dari hasil perhitungan diperoleh skor

maksimum 60% dan skor minimum 0%. Sebaran ibu balita berdasarkan

pelaksanaan posyandu disajikan pada Tabel 27.

Tabel 27 Sebaran ibu balita berdasarkan pelaksanaan posyandu

Kategori n %Rendah (<60%) 120 100Sedang (60-80%) 0 0.0Tinggi (>80%) 0 0.0Total 120 100.0Skor (rata-rata ± sd) 24.5 ± 12.3

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh ibu balita (100 %)

memiliki partisipasi yang rendah terhadap pelaksanaan posyandu. Tidak ada

satupun ibu balita yang memiliki partisipasi tinggi dalam hal pelaksanaan

posyandu. Hal ini salah satunya dikarenakan minimnya ibu balita yang

memberikan bantuan, misalnya bantuan berupa dana dan berupa PMT. Menurut

penuturan beberapa kader, bantuan dana dari Dinas Kesehatan setempat ke

posyandu sangat minim, sehingga sangat dibutuhkan keringanan tangan

masyarakat setempat untuk mengalokasikan sedikit pendapatannya demi

kelancaran pelaksanaan posyandu.

Page 57: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

42

Persepsi Tentang PosyanduSetiap orang di dalam hidupnya tidak pernah lepas dari berbagai alternatif

tindakan dan aktifitas, karena mereka selalu mengadakan interaksi dengan

individu lain. Dalam melaksanakan atau melakukan tindakan, mereka selalu

mendasarkan pada pertimbangan-pertimbangan akal, pikiran, sikap dan

persepsinya tentang tindakan itu. Menurut Notoadmojdo (2010) persepsi adalah

pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan menuyimpulkan informasi dan menafsirkannya. Persepsi ibu balita

mengenai pentingnya posyandu disajikan pada Tabel 28.

Tabel 28 Sebaran ibu balita mengenai persepsi pentingnya posyandu bagi ibu

Persepsi n %Tidak penting 0 0Kurang penting 0 0Penting 120 100Total 120 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh ibu balita (100%)

menyatakan betapa pentingnya keberadaan posyandu bagi mereka. Hal ini

menunjukkan bahwa ibu balita bisa merasakan manfaat dari keberadaan

posyandu tersebut. Dengan adanya posyandu, ibu dapat mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan anak setiap bulan.

Salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan masyarakat tingkat pertama

adalah posyandu. Pelayanan kesehatan dasar di posyandu adalah pelayanan

kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan

penanggulangan diare (Kementerian Kesehatan RI 2011). Persepsi ibu balita

mengenai pelayanan posyandu disajikan pada Tabel 29.

Tabel 29 Sebaran ibu balita mengenai persepsi pelayanan posyandu

Persepsi n %Kurang 14 11.7Cukup 38 31.7Baik 68 56.7Total 120 100.0

Sebanyak 56.7% ibu balita menyatakan pelayanan posyandu di lokasi

penelitian tergolong baik. Sebanyak 31.7% menyatakan cukup dan 11.7%

menyatakan masih kurang. Persentase ibu balita yang menyatakan baik akan

pelayanan posyandu di lokasi ini jumlahnya memang melebihi setengah dari

Page 58: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

43

jumlah ibu balita yang ada pada penelitian ini, namun jumlah tersebut belum bisa

merepresentasikan bahwa pelayanan posyandu tersebut tergolong baik.

Berdasarkan penuturan beberapa ibu balita, pelayanan di posyandu tersebut

masih kurang. Hal ini dikarenakan pelayanan yang diberikan pihak posyandu

belum bisa memberikan pelayanan yang baik sebagaimana mestinya. Misalnya,

PMT yang seharusnya diberikan setiap bulan tidak terealisasi dengan baik,

jumlah kader yang seharusnya berjumlah lima orang tidak dapat diwujudkan,

keterampilan kader yang kurang baik dalam melakukan tugasnya, serta

kurangnya kelengkapan sarana posyandu.

Pelaksanaan dalam kegiatan program posyandu tidak hanya didukung

oleh pelayanan yang baik saja. Demi kelancaran pelaksanaan program maka

posyandu harus memiliki alat dan bahan seperti alat-alat untuk penimbangan dan

pelaksanaan program lainnya. Persepsi ibu balita mengenai kelengkapan sarana

posyandu disajikan pada Tabel 30.

Tabel 30 Sebaran ibu balita mengenai persepsi kelengkapan sarana posyandu

Persepsi n %Kurang lengkap 56 46.7Lengkap 64 53.3Total 120 100.0

Sebanyak 53.3% ibu balita menyatakan bahwa sarana posyandu

tergolong lengkap. Namun, persentase ibu balita yang menyatakan kurang

lengkap hanya sedikit lebih kecil, yaitu sebesar 46.7%. Hal ini menunjukkan

masih banyak ibu balita yang menyatakan sarana posyandu masih kurang

lengkap. Hal ini sejalan dengan pernyataan para kader yang menyatakan bahwa

peralatan yang ada di posyandu masih kurang lengkap. Dari sekian banyak

peralatan yang seharusnya ada di posyandu, hanya beberapa peralatan saja

yang terdapat di posyandu tersebut, seperti timbangan dacin, microtoise, dan

buku catatan. Seharusnya pihak yang bertanggung jawab terhadap kelengkapan

sarana di posyandu adalah Dinas Kesehatan setempat. Ada dugaan

keterbatasan dana untuk pengadaan sarana di posyandu menjadi penyebab dari

kurang memadainya sarana di Posyandu. Kekurangan ini sebaiknya harus

segera dibenahi, sebab hal ini bisa menghambat kinerja posyandu. Dengan

demikian, perlu adanya keterlibatan dan kepedulian masyarakat, pemerintah/

instansi terkait, dan LSM untuk turut serta meningkatkan keberadaan Posyandu.

Masih banyak kegiatan dalam posyandu yang masih belum bisa

dimaksimalkan fungsinya. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak terhadap

Page 59: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

44

peserta posyandu yang pada dasarnya mengharapkan pelayanan yang

maksimal. Pada Tabel 31 disajikan sebaran ibu balita mengenai kegiatan dalam

posyandu yang masih perlu ditingkatkan pelaksanaannya.

Tabel 31 Sebaran ibu balita mengenai persepsi kegiatan dalam posyandu yangmasih perlu ditingkatkan pelaksanaannya

Kegiatan dalamPosyandu

Ya Tidak Totaln % n % n %

Penyuluhan 109 90.8 11 9.2 120 100.0PMT 111 92.5 9 7.5 120 100.0Penimbangan balita 80 66.7 40 33.3 120 100.0Imunisasi 66 55.0 54 45.0 120 100.0Tablet besi 75 62.5 45 37.5 120 100.0Penyediaan KMS 63 52.5 57 47.5 120 100.0Pelayanan KB 75 62.5 45 37.5 120 100.0Pemeriksaan kehamilan 73 60.8 47 39.2 120 100.0Kapsul vitamin A 68 56.7 52 43.3 120 100.0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kegiatan yang paling perlu

ditingkatkan pelaksanaannya adalah kegiatan pemberian PMT dan penyuluhan di

posyandu. Lebih dari 90% ibu balita menginginkan perbaikan pelayanan pada

kedua kegiatan ini. Ibu balita menganggap kegiatan pemberian PMT dan

penyuluhan ini belum dapat dilaksanakan dengan baik di posyandu. Adapun hal

yang menjadi kendala dalam pemberian PMT ini dikarenakan keterbatasan dana

dari Dinas Kesehatan setempat. Sementara itu, kualitas kader yang kurang

memenuhi kualfikasi dan keterbatasan media atau materi untuk melakukan

penyuluhan menjadi penyebab dari jarangnya dilakukan penyuluhan. Menurut

Khomsan et al. (2007) penyuluhan gizi merupakan salah satu manfaat yang

paling penting dirasakan oleh ibu balita dan anak balita karena akan memberikan

dampak panjang bagi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku menuju ke

arah perbaikan konsumsi gizi.

Hal lain yang harus ditingkatkan pelayanannya dalam pelaksanaan

kegiatan program posyandu adalah penimbangan balita. Lebih dari 60% ibu

balita menyatakan ketidakpuasannya terhadap penimbangan balita. Padahal

penimbangan balita merupakan pelayanan rutin dan utama dalam program

posyandu. Dengan demikian, perbaikan pelayanan dalam kegiatan penimbangan

sangat perlu untuk diperhatikan. Pada umumnya, di setiap posyandu hanya

tersedia satu timbangan dengan jumlah peserta posyandu sekitar lima puluh

anak. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menanggulangi kekurangan ini

Page 60: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

45

adalah dengan menambah jumlah timbangan, sehingga peserta posyandu tidak

perlu mengantri terlalu lama ketika menimbang anaknya.

Secara keseluruhan, lebih dari setengah jumlah ibu balita menginginkan

peningkatan pelayanan dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu.

Imunisasi, pemberian tablet besi dan kapsul vitamin A, pelayanan KB,

pemeriksaan kehamilan, dan penyediaan KMS juga merupakan bagian dari

kegiatan di posyandu yang manfaatnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Dengan demikian, untuk memenuhi keinginan masyarakat akan peningkatan

kualiatas pelayanan di Posyandu, maka pengelola posyandu, puskesmas, Dinas

Kesehatan, dan pihak-pihak lain yang terkait perlu memberikan perhatian lebih

agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan gizi dan kesehatan secara

maksimal.

Setiap program dengan sasaran masyarakat khususnya program

posyandu tidak akan berhasil jika masyarakat tidak mengerti tentang pentingnya

posyandu. Oleh sebab itu, sangat diperlukan adanya peran serta dari petugas

kesehatan dalam menunjang keberhasilan program tersebut. Kader adalah

seseorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya diangkat, dipilih

atau ditunjuk untuk mengambil peran dalam kegiatan dan pembinaan posyandu,

dan telah mendapat pelatihan tentang KB dan Kesehatan (Depkes RI 1993).

Kader adalah ujung tombak penyelenggaraan posyandu, tanpa mereka

posyandu akan sulit berkembang. Kader yang terampil akan sangat membantu

dalam pelaksanaan kegiatan di dalam dan di luar jadwal kegiatan posyandu.

Selain itu, informasi dan pesan-pesan gizi akan dapat dengan mudah

disampaikan kepada masyarakat. Persepsi ibu balita mengenai kader posyandu

disajikan pada Tabel 32.

Tabel 32 Sebaran ibu balita mengenai persepsi tentang kader posyandu

Variabel Kurang Cukup Baik Totaln % n % n % n %

Keterampilan kader 20 16.7 45 37.5 55 45.8 120 100.0Keaktifan kader 16 13.3 34 28.3 70 58.3 120 100.0Keramahan kader 8 6.7 27 22.5 85 70.8 120 100.0Jumlah kader 32 26.7 66 55.0 22 18.3 120 100.0

Sebanyak 45.8% ibu balita menilai keterampilan kader tergolong baik.

Angka ini menunjukkan lebih dari setengah ibu balita menilai keterampilan kader

masih kurang baik. Hal ini diduga karena masih rendahnya intensitas pelatihan

para kader untuk menunjang performa mereka. Khomsan et al (2007)

Page 61: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

46

menyebutkan bahwa kader yang terampil dan dapat menjalankan tugasnya

dengan baik akan sangat berpengaruh terhadap performance posyandu.

Sebagai ujung tombak pelayanan gizi di masyarakat, posyandu dengan kader-

kadernya berperan penting dalam menjaga status gizi anak balita di wilayahnya.

Sementara itu, sebanyak 58.3% ibu balita menilai keaktifan kader

tergolong baik. Persentase terbesar dari ketiga aspek tersebut adalah terletak

pada keramahan kader, yaitu sebanyak 70.8% ibu balita menilai keramahan

kader tergolong baik. Secara keseluruhan ibu balita tentu mengharapkan

performa para kader agar lebih ditingkatkan lagi kualitasnya, agar para kader

bisa melaksanakan tugasnya dengan baik.

Pengkategorian persepsi ibu balita tentang posyandu diukur dengan tiga

pertanyaan. Skor maksimum jika semua pertanyaan dapat dijawab dengan tepat

adalah 5. Dari hasil perhitungan diperoleh skor maksimum 100% dan skor

minimum 40%. Sebaran ibu balita berdasarkan persepsi tentang posyandu

disajikan pada Tabel 33.

Tabel 33 Sebaran ibu balita berdasarkan persepsi tentang posyandu

Kategori n %Rendah (<60%) 12 10.0Sedang (60-80%) 65 54.2Tinggi (>80%) 43 35.8Total 120 100.0Skor (rata-rata ± sd) 79.7±19.4

Sebanyak 54% ibu balita memiliki persepsi yang tergolong sedang

tentang posyandu. Persepsi ini tidak terlepas dari kemampuan posyadu untuk

memberikan pelayanan yang terbaik kepada peserta posyandu. Biasanya,

semakin baik pelayanan yang diberikan oleh posyandu maka semakin baik pula

persepsi yang diberikan. Sebaliknya, kurang maksimalnya pelayanan yang

diberikan oleh posyandu maka persepsi tentang posyandu tersebut juga akan

semakin rendah.

Pengetahuan Gizi Ibu BalitaPengetahuan gizi adalah salah satu faktor untuk memperbaiki kebiasaan

makan, sehingga pada akhirnya dapat berdampak pada perbaikan dan

peningkatan status gizi. Upaya meningkatkan pengetahuan gizi salah satunya

dapat diperoleh melalui penyuluhan di posyandu. Pada penelitian ini, tingkat

pengetahuan gizi ibu balita diukur dari pertanyaan-pertanyaan umum tentang gizi

yang terdiri dari sepuluh pertanyaan. Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban

Page 62: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

47

yang benar dari setiap pertanyaan mengenai pengetahuan gizi ibu balita

disajikan pada Tabel 34.

Tabel 34 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban yang benar dari pertanyaanmengenai pengetahuan gizi ibu balita

Pengetahuan gizi n %Sayuran sebagai sumber protein 4 3.3Kandungan gizi susu kental manis 65 54.2Zat gizi untuk pertumbuhan 109 90.8Manfaat mengkonsumsi daging 115 95.8Anak berusia 2-3 bulan boleh diberi pisang/papaya 70 58.3Sarapan pagi tidak penting 104 86.7Usia pemberian ASI eksklusif 57 47.5Susu mempunyai kandungan kalsium tinggi 118 98.3Tahu mengandung formalin lebih mudah basi 72 60.0Cara mencuci sayuran yang baik 110 91.7

Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada ibu balita, ada sebanyak

lima pertanyaan yang mampu dijawab dengan baik oleh ibu balita. Adapun

pertanyaan yang mampu dijawab dengan baik tersebut adalah pertanyaan

mengenai zat gizi untuk pertumbuhan (90.8%), manfaat mengkonsumsi daging

(95.8%), sarapan pagi tidak penting (86.7%), susu mempunyai kandungan

kalsium yang tinggi (98.3%), dan cara mencuci sayuran yang baik (91.7%).

Sisanya ada lima pertanyaan yang masih belum bisa dijawab dengan baik.

Namun dari kelima pertanyaan tersebut, ada dua pertanyaan yang hanya bisa

dijawab oleh kurang dari 50% ibu balita yang diberikan pertanyaan. Pertanyaan

tersebut adalah sayuran sebagai sumber protein (3.3%) dan usia pemberian ASI

eksklusif (47.5%).

Adapun pertanyaan yang paling banyak dijawab benar dari pertanyaan

yang diberikan adalah pertanyaan mengenai susu mempunyai kandungan

kalsium yang tinggi (98.3%). Hal ini diduga karena pengetahuan mengenai susu

mempunyai kandungan kalsium yang tinggi bukan menjadi sesuatu yang awam

lagi bagi seluruh lapisan masyarakat baik di kota maupun di desa, mengingat

sudah semakin banyaknya produsen susu yang mengiklankan produknya di

berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Sementara itu,

pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar adalah pertanyaan mengenai

sayuran sebagai sumber protein (3.3%). Hal ini diduga karena masih rendahnya

sosialisasi mengenai pangan sumber protein di pedesaan. Oleh Karena itu,

setelah mengetahui hal-hal yang belum diketahui oleh ibu balita, maka kegiatan

penyuluhan di posyandu bisa difokuskan pada aspek-aspek tersebut.

Page 63: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

48

Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada ibu balita kemudian akan

diberi skor dan diklasifikasikan menjadi kurang, sedang, dan baik.

Pengklasifikasian tingkat pengetahuan gizi ibu balita didasarkan pada Khomsan

(2000) yang membagi tingkat pengetahuan menjadi tiga kelompok, yaitu baik jika

skor lebih dari 80%, sedang jika skor 60-80%, dan kurang jika skor kurang dari

60%. Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat pengetahuan gizinya disajikan pada

Tabel 35.

Tabel 35 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu balita

Pengetahuan gizi ibu balita n %Kurang (<60%) 21 17.5Sedang (60-80%) 84 70Baik (>80%) 15 12.5Total 120 100Rata-rata ± sd 68.7 ± 14.7

Persentase terbesar ibu balita berdasarkan tingkat pengetahuan gizinya

diklasifikasikan ke dalam tingkat sedang (70%). Sementara itu, hanya sebesar

12.5% ibu balita memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik. Pesentase ini

bahkan masih lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat pengetahuan gizi ibu

balita pada tingkat kurang (17.5%). Hal ini menunjukkan bahwa masih minimnya

jumlah ibu balita yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Adapun rata-rata

tingkat pengetahuan gizi ibu balita adalah sebesar 68.7%. Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat pengetahuan gizi ibu balita pada penelitian ini tergolong ke dalam

tingkat sedang. Banyaknya jumlah ibu balita yang memiliki tingkat pengetahuan

gizi sedang diduga karena tingkat pendidikan ibu balita yang cukup baik, dimana

lebih dari 50% ibu balita mampu menyelesaikan sekolahnya hingga ke tingkat

SMP/sederajat. Persentase ini cukup tinggi mengingat ibu balita hanya tinggal

dan sekolah di pedesaan.

Sikap Gizi Ibu balitaSikap gizi merupakan kecerdasan seseorang untuk menyetujui atau tidak

menyetujui terhadap suatu pernyataan yang diajukan terkait dengan gizi dan

makanan. Sikap gizi seringkali terkait erat dengan pengetahuan gizi. Seseorang

yang berpengetahuan gizi baik cenderung akan memiliki sikap gizi yang baik pula

(Khomsan 2009). Sikap gizi diukur dengan menggunakan kuisioner yang terdiri

dari 10 pernyataan dengan pilihan jawaban setuju, ragu-ragu, dan tidak setuju.

Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban mengenai pernyataan sikap gizi

disajikan pada Tabel 36.

Page 64: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

49

Tabel 36 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban mengenai pernyataan sikapgizi ibu balita

Pernyataan SetujuRagu-ragu

Tidaksetuju

n % n % n %Saya akan menyediakan sayuran tiap hariuntuk konsumsi keluarga saya 113 94.2 4 3.3 3 2.5

Anak saya lebih baik minum susu bubuk/susucair daripada minum susu kental manis 77 64.2 14 11.7 29 24.2Menyediakan lauk-pauk yang bergizi pentinguntuk anak saya 113 94.2 1 0.8 6 5.0Anak tidak perlu mengonsumsi dagingkarena harganya mahal 45 37.5 17 14.2 58 48.3Anak berusia 2-3 bulan boleh diberi pisangagar tidak rewel 63 52.5 6 5.0 51 42.5Anak harus selalu sarapan pagi agar kuatberaktivitas 118 98.3 2 1.7 0 0.0ASI saja (eksklusif) diberikan pada anaksampai usia 3 bulan 58 48.3 5 4.2 57 47.5Minum susu penting bagi anak untukmemperkuat tulang dan gigi 119 99.2 0 0.0 1 0.8Jajanan ciki-cikian kurang baik bagianak 79 65.8 3 2.5 38 31.7Lalap yang direbus lebih aman daripadalalap mentah 107 89.2 3 2.5 10 8.3

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ada lima pernyataan

dengan persentase tinggi yang jawabannya sudah sesuai. Hal ini menunjukkan

sikap ibu balita terhadap kelima pernyataan tersebut sudah baik. Sementara itu,

ada tiga pernyataan yang jawabannya masih kurang sesuai. Salah satunya

adalah hanya sebanyak 48.3% yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap

pernyataan anak tidak perlu mengonsumsi daging karena harganya mahal.

Padahal, konsumsi daging itu baik untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak.

Bukan semata-mata karena harganya mahal, anak tidak perlu mengkonsumsi

daging. Hal ini sebaiknya harus dipertimbangkan kembali oleh ibu balita, kalau

tidak akan berpengaruh terhadap kecukupan zat gizi anak.

Pernyataan lain yang jawabannya masih kurang sesuai adalah ada

sebanyak 52.5% ibu balita yang setuju terhadap pernyataan anak berusia 2-3

bulan boleh diberi pisang agar tidak rewel. Padahal menurut Roesli (2000) ASI

eksklusif adalah bayi yang hanya diberikan ASI saja, tanpa tambahan cairan lain

seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan

makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim

Artinya, selain ASI, makanan lain tidak boleh dikonsumsi balita, termasuk pisang.

Hal ini menunjukkan masih kurangnya pemahaman ibu balita mengenai

pemberian makanan bayi. Selain itu, ada sebanyak 48.3% ibu balita yang setuju

Page 65: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

50

terhadap pernyataan ASI saja (eksklusif) diberikan pada anak sampai usia 3

bulan. Padahal rekomendasi UNICEF dan WHO menetapkan jangka waktu

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (WHO 1991). Hal ini menunjukkan

masih kurangnya pemahaman ibu balita mengenai durasi pemberian ASI

eksklusif yang baik.

Selanjutnya, dari kesepuluh pernyataan mengenai sikap ibu balita diberi

skor dan dikategorikan ke dalam kurang, sedang dan baik. Sebaran ibu balita

berdasarkan tingkat sikap gizi disajikan pada Tabel 37.

Tabel 37 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat sikap gizi

Kategori n %Kurang (<60%) 9 7.5Sedang (60-80%) 70 58.3Baik (>80%) 41 34.2Total 120 100.0Rata-rata ± sd 76.6 ± 13.6

Berdasarkan tabel di atas, rata-rata skor sikap gizi ibu balita adalah 76.6.

Rata-rata skor ini sedikit lebih baik dibandingkan pengetahuan gizi. Secara

keseluruhan tingkat sikap gizi ibu balita tergolong sedang (58.3%). Hanya

sebesar 34.2% ibu balita yang sikap gizinya baik. Sementara itu, masih ada ibu

balita yang sikap gizinya kurang (7.5%). Hal ini menunjukkan masih perlu

dilakukan peningkatan terhadap sikap gizi ibu balita.

Perilaku Gizi Ibu BalitaMenurut Suhardjo (1996) perilaku gizi adalah tindakan seseorang

mengenai gizi yang telah dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap gizi.

Pada penelitian ini perilaku gizi ibu balita diperoleh dari pernyataan pada

kuisioner yang tidak jauh beda dari pernyataan sikap gizi ibu balita.

Perbedaannya hanya terletak pada perilaku ini pernyataannya di ubah menjadi

pengaplikasian sehari-hari. Perlu untuk diketahui, ada beberapa ibu balita yang

tidak ditanyakan beberapa pernyataan pada kuisioner. Hal ini dikarenakan ada

beberapa pernyataan yang masih belum bisa ditanyakan dikarenakan anaknya

masih bayi. Oleh karena itu, skoring dilakukan dengan cara jumlah ibu yang

menjawab ya dibagi jumlah ibu yang menjawab soal dikali seratus persen.

Sebaran ibu berdasarkan yang menjawab ya mengenai pernyataan perilaku gizi

ibu disajikan pada Tabel 38.

Page 66: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

51

Tabel 38 Sebaran ibu balita berdasarkan jawaban ya mengenai pernyataanperilaku gizi ibu

Pernyataan n %Anak saya mengonsumsi sayuran 65 63.7Saya biasa memberi susu kental manis untuk anak saya 61 63.5Saya menyediakan tahu/tempe untuk lauk anak saya 99 99.0Anak saya mengonsumsi daging (sapi/ayam) sebagai lauk-pauk 45 44.1Anak saya ketika berusia 2-3 bulan sudah diberi makan pisang 55 47.8Anak saya biasa sarapan pagi 88 83.8Saya memberikan ASI saja (eksklusif) sampai anak berusia 6bulan 12 10.0Saya membiasakan anak saya minum susu sampai sekarang 65 55.6Anak saya suka jajan ciki-cikian 18 78.3Sayuran untuk anak saya selalu dimasak, bukan disajikan sebagailalap mentah 94 94.9

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase ibu balita

tertinggi menjawab ya adalah pernyataan saya menyediakan tahu/tempe untuk

lauk anak saya (99%). Hal ini diduga harga tahu dan tempe yang terjangkau di

pasaran, sehingga ibu balita tidak kesulitan dalam menyediakan untuk anaknya.

Sementara itu, ada beberapa pernyataan yang persentase menjawab ya nya

sangat kecil. Persentase terkecil adalah pernyataan saya memberikan ASI saja

(eksklusif) sampai anak berusia 6 bulan (10%). Kecilnya persentase ibu balita

yang memberikan ASI eksklusif hingga 6 bulan diduga karena rendahnya

pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif. Minimnya akses informasi bisa menjadi

salah satu faktornya.

Pernyataan lainnya adalah anak saya mengonsumsi daging (sapi/ayam)

sebagai lauk-pauk (44.1%). Rendahnya konsumsi daging sapi pada anak diduga

karena harga daging sapi yang cukup mahal. Sementara itu, ekonomi keluarga

ibu balita belum dikatakan baik. Sehingga, mereka lebih memilih protein nabati

seperti tahu dan tempe untuk memenuhi kecukupan proteinnya. Persentase

terkecil lainnya adalah anak saya ketika berusia 2-3 bulan sudah diberi makan

pisang (47.8%). Hal ini diduga masih banyaknya ibu balita yang belum

memahami apa itu ASI eksklusif.

Selanjutnya, dari kesepuluh pernyataan mengenai perilaku ibu balita

diberi skor dan dikategorikan ke dalam kurang, sedang dan baik. Sebaran ibu

balita berdasarkan tingkat perilaku gizi disajikan pada Tabel 39.

Page 67: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

52

Tabel 39 Sebaran ibu balita berdasarkan tingkat perilaku gizi

Kategori n %Kurang (<60%) 36 30.0Sedang (60-80%) 77 64.2Baik (>80%) 7 5.8Total 120 100Rata-rata ± sd 63 ± 15.8

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata skor perilaku gizi

ibu balita adalah 63. Angka ini lebih kecil dari pengetahuan dan sikap gizi ibu

balita. Secara keseluruhan perilku ibu balita tergolong sedang (64.2%). Namun,

ada sebanyak 30% ibu balita perilaku gizinya tergolong kurang. Hanya sebanyak

5.8% yang perilaku gizinya baik. Hal ini menunjukkan perlu adanya peningkatan

perilaku gizi ibu balita ke arah yang lebih baik karena perilaku gizi ibu balita bisa

berdampak pada status gizi dan kesehatan anak balita.

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Balita

Menurut Sandjaja et al. (2009) kecukupan gizi merupakan suatu

kecukupan rata-rata energi dan zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut

golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologi

khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Secara umum faktor

yang mempengaruhi dan perlu dipertimbangkan dalam penetapan kecukupan

gizi makro (AKE dan AKP) adalah umur (yang secara umum mencerminkan

tahap pertumbuhan dan perkembangan), jenis kelamin, ukuran tubuh terutama

berat badan, keadaan fisiologis, dan iklim (WNPG VIII 2004). Di bawah ini

disajikan Sebaran balita berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein.

Tabel 40 Sebaran balita berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein

kategori Energi Proteinn % n %

Defisit tingkat berat 61 50.8 56 46.7Defisit tingkat sedang 18 15.0 12 10.0Defisit tingkat ringan 7 5.8 11 9.2Normal 22 18.3 21 17.5Lebih 12 10.0 20 16.7Total 120 100.0 120 100.0

EnergiSebanyak 50.8% balita memiliki tingkat kecukupan energi defisit tingkat

berat. Hanya sebanyak 18.3% balita yang memiliki tingkat kecukupan energi

yang normal. Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan

Page 68: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

53

kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan

energi negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnya. Bila

terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan. Gejala yang

ditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah , lemah, cengeng, kurang

bersemangat, dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi. Kekurangan

energi dapat menyebabkan marasmus pada anak balita (Almatsier 2001).

Protein

Sebanyak 46.7% balita memiliki tingkat kecukupan protein defisit tingkat

berat. Hanya sebanyak 17.5% yang memiliki tingkat kecukupan protein yang

normal. Menurut Almatsier (2001) protein mempunyai fungsi khas yang tidak

dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel

dan jaringan tubuh. Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial

ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan

kwashiorkor pada anak balita.

Menurut Almatsier (2001) vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang

dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk

oleh tubuh. Sementara itu, mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang

peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel,

jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Sebaran balita

berdasarkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral disajikan pada Tabel 36.

Tabel 41 Sebaran balita berdasarkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral

Kategori kalsium Phosfor Besi Vit A Vit B1 Vit Cn % n % n % n % n % n %

Defisit 61 50.8 57 47.5 78 65.0 70 58.3 19 15.8 81 67.5Normal 59 49.2 63 52.5 42 35.0 50 41.7 101 84.2 39 32.5Total 120 100 120 100 120 100 120 100 120 100 120 100

KalsiumSebanyak 50.8% balita memiliki tingkat kecukupan kalsium yang

tergolong defisit. Sementara itu, dengan jumlah yang hampir sama yaitu 49.2%

balita memiliki tingkat kecukupan kalsium yang tergolong normal. Kalsium

penting untuk pertumbuhan dan mineralisasi tulang dan gigi. Lebih dari 98%

kalsium tubuh terdapat pada tulang dan gigi. Anak memerlukan kalsium dua

sampai empat kali lebih besar per unit berat badan dibandingkan orang dewasa.

Asupan kalsium yang rendah memperlambat laju pertumbuhan dan mineralisasi

tulang dan gigi. Bahan makanan sumber kalsium utama adalah susu dan hasil

olahannya, yang mempunyai ketersediaan biologis yang tinggi (Arisman 2004).

Page 69: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

54

PhosforSebanyak 52.5% balita memiliki tingkat kecukupan phosfor yang

tergolong normal. Namun, cukup banyak juga balita yang tingkat kecukupan

phosfornya tergolong defisit, yaitu sebanyak 47.5%. Phosfor merupakan mineral

kedua terbanyak di dalam tubuh, yaitu 1% dari berat tubuh. Phosfor berfungsi

untuk kalsifikasi tulang dan gigi, mengatur pengalihan energi, absorbsi dan

transportasi zat gizi, dan mengatur keseimbangan asam-basa. Kekurangan

phosphor menyebabkan kerusakan tulang. Phosfor terdapat di dalam semua

makanan, terutama makanan kaya protein, seperti daging, ayam, ikan, telur,

susu, kacang-kacangan, dan serealia (Almatsier 2001).

BesiSebagian besar balita (65%) memiliki tingkat kecukupan besi yang

tergolong defisit. Hanya sebanyak 35% balita yang tingkat kecukupan besinya

tergolong normal. Defisiensi besi dapat disebabkan kekurangan asupan besi,

gangguan penterapan, perdarahan hebat, atau kehilangan darah berulang-ulang.

Sumber besi dalam makanan hewani adalah daging, hati, unggas dan ikan;

dalam makanan nabati yaitu kacang-kacangan dan olahannya, sayuran hijau,

dan rumput laut (Arisman 2004).

Vitamin ASebanyak 58.3% balita memiliki tingkat kecukupan vitamin A yang

tergolong defisit. Jumlah ini lebih besar dibandingkan balita yang tingkat

kecukupan vitamin A nya normal, yaitu sebanyak 41.7%. Kekurangan vitamin A

terutama terdapat pada anak-anak balita. Kekurangan vitamin A dapat

merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi, atau kekurangan

sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunaannya dalam tubuh,

kebutuhan yang meningkat, ataupun karena gangguan pada konversi karoten

menjadi vitamin A. Kekurangan vitamin A banyak terdapat di negara-negara

berkembang termasuk Indonesia, karena makanan kaya vitamin A pada

umumnya mahal harganya. Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu, dan

mentega (Almatsier 2001).

Vitamin B1Sebagian besar balita (84.2%) memiliki tingkat kecukupan vitamin B1

yang tergolong normal. Hanya sebanyak 15.8% balita yang mengalami defisit

vitamin B1. Kekurangan vitamin B1 dapat terjadi karena kurangnya konsumsi,

gangguan absopsi, dan meningkatnya kebutuhan. Kekurangan vitamin B1 terlihat

Page 70: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

55

pada masyarakat miskin yang menderita gangguan gizi, pda penyakit kronis dan

anoreksia. Gejala klinik kekurangan vitamin B1 terutama menyangkut sistem

saraf dan jantung yang dalam keadaan berat dinamakan beri-beri, yaitu beri-beri

basah dan beri-beri kering. Sumber utama vitamin B1 dalam makanan adalah

serealia tumbuk/setengah giling (Almatsier 2001).

Vitamin CSebagian besar balita (67.5%) ,mengalami defisit vitamin C. Hanya 32.5%

balita yang kecukupan vitamin C nya normal. Vitamin C berfungsi untuk

meningkatkan sistem imunitas tubuh, penangkal radikal bebas, dan absorbsi zat

besi. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan gusi berdarah, sariawan, nyeri

otot atau gangguan syaraf. Vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam

pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nanas,

rambutan, papaya, dan tomat (Almatsier 2001).

Rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan zat gizi energi dan protein

disajikan pada Tabel 42.

Tabel 42 Rata-rata AKG, konsumsi, dan TKG balita

Zat gizi AKG Konsumsi TKGEnergi 1093 ± 259.5 758 ± 386.7 71.5 ± 40.5Protein 20.4 ± 4.3 17.5 ± 12.7 87.9 ± 80.3

Konsumsi energi balita secara keseluruhan rata-rata sebesar 758 kkal.

Konsumsi energi ini rata-rata hanya memenuhi 71.5% (defisit tingkat sedang)

angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan AKG. Sementara itu, konsumsi protein

balita secara keseluruhan rata-rata sebesar 17.5 gram. Konsumsi protein ini juga

hanya memenuhi 87.9% (defisit tingkat ringan) angka kecukupan zat gizi yang

dianjurkan AKG. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1988), kekurangan zat gizi,

khususnya energi dan protein pada tahap awal menimbulkan rasa lapar, dalam

jangka waktu tertentu berat badan akan turun. Kekurangan yang berlanjut akan

menyebabkan kekurangan energi dan protein (marasmus, kwashiorkor, atau

marasmus-kwashiorkor). Bila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein

yang mencukupi maka seseorang akhirnya akan mudah terserang penyakit dan

selanjutnya mengakibatkan kematian (Hardinsyah & Martianto 1992).

Status Gizi BalitaMenurut Riyadi (1995) status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh

seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan

(absorbsi), dan penggunaan zat gizi makanan. Status gizi dipengaruhi oleh

Page 71: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

56

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi

balita ditentukan dengan menggunakan beberapa indeks yang telah

direkomendasikan oleh WHO, yaitu indeks berat badan menurut umur (BB/U),

indeks tinggi badan menurut umur (TB/U), dan indeks berat badan menurut tinggi

badan (BB/TB). Hasil pengukuran dengan masing-masing indeks tersebut

selanjutnya ditentukan dengan menggunakan nilai z-score. Status gizi balita

diklasifikasikan berdasarkan baku antropometri WHO tahun 2006. Sebaran

status gizi balita menurut BB/U disajikan pada Tabel 43.

Tabel 43 Sebaran status gizi balita menurut BB/U

BB/U n %Gizi buruk 2 1.7Gizi kurang 10 8.3Gizi baik 104 86.7Gizi lebih 4 3.3Total 120 100.0Z-score (rata-rata ± sd) -0.6 ± 1.3

Indeks berat badan menurut umur lebih mencerminkan status gizi saat ini

karena berat badan menggambarkan massa tubuh yang sensitif terhadap

perubahan yang mendadak. Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan

termasuk air, lemak, tulang, dan otot. Tabel 43 menunjukkan bahwa sebagian

besar balita (86.7%) memiliki status gizi baik menurut BB/U. Terdapat beberapa

balita yang yang tergolong status gizi kurang (8.3%) dan bahkan ada yang

tergolong status gizi buruk (1.7%). Sementara itu, ada sebanyak 3.3% balita

yang berstatus gizi lebih.

Tabel 44 Sebaran status gizi balita menurut TB/U

TB/U n %Sangat pendek 15 12.5Pendek 39 32.5Normal 61 50.8Tinggi 5 4.2Total 120 100.0Z-score (rata-rata ± sd) -1.6 ± 1.8

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu.

Hal ini disebabkan tinggi badan lebih menggambarkan pertumbuhan skeletal

yang dalam keadaan normal berjalan seiring dengan pertumbuhan umur dan

relatif kurang sensitif terhadap masalah kurang gizi dalam waktu pendek

(Supariasa et al. 2001). Data pada Tabel 44 menunjukkan ada sebanyak 50.8%

Page 72: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

57

balita yang memiliki status gizi normal menurut TB/U. Sementara itu ada

sebanyak 32.5% balita yang pendek dan 12.5% yang sangat pendek. Untuk

balita yang memiliki tubuh tinggi hanya sebanyak 4.2%. Menurut Supariasa et al.

(2001), indeks TB/U selain memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga

erat kaitannya dengan status sosial ekonomi keluarga. Banyaknya balita yang

memiliki tubuh yang pendek berbanding lurus dengan tingkat ekonomi keluarga

yang berada pada golongan ekonomi menengah ke bawah.

Tabel 45 Sebaran status gizi balita menurut BB/TB

BB/TB n %Sangat kurus 0 0.0Kurus 3 2.5Normal 100 83.3Gemuk 17 14.2Total 120 100.0Z-score (rata-rata ± sd) 0.5 ± 1.4

Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status

gizi. hal ini dikarenakan BB/TB dapat member gambaran proporsi berat badan

relatif terhadap tinggi badan, sehingga indeks ini dijadikan indikator kekurusan.

Selain itu, ukuran berat badan menurut tinggi badan yang rendah seringkali

menunjukkan kekurangan pangan yang belum lama terjadi (Suhardjo et al.

1985). Menurut soekirman (2000) berat badan berkorelasi linear dengan tinggi

badan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam keadaan normal perkembangan berat

badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu.

Berdasarkan Tabel 45, sebagian besar balita (83.3%) memiliki status gizi

normal menurut BB/TB. Sementara itu, ada sebanyak 14.2% yang memiliki

badan gemuk. Hanya sebesar 2.5% balita yang memiliki badan kurus. Riyadi

(2001) menyatakan bahwa wasting secara luas digunakan untuk menjelaskan

proses yang mengarah pada terjadinya kehilangan berat badan, sebagai akibat

dari kelaparan akut dan penyakit berat. Berdasarkan kriteria WHO, masalah gizi

dan kesehatan masyarakat tergolong tinggi apabila prevalensi kurus (wasting)

berkisar antara 10-14%. Oleh karena itu, masalah gizi dan kesehatan di lokasi

penelitian masih tergolong rendah.

Page 73: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

58

Analisis Hubungan Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Pengetahuan,Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu serta Status Gizi Balita

Analisis pengaruh antar variabel pada penelitian ini menggunakan alat

analisis Model Persamaan Struktural (SEM) dengan menggunakan software SAS

9.1.3. Penggunaan alat analisis Model Persamaan Struktural (SEM) bertujuan

untuk mendapatkan model yang terbaik dari model yang dihasilkan oleh Model

Persamaan Struktural (SEM) itu sendiri. Model Persamaan Struktural (SEM)

pada penelitian ini menghasilkan sebuah model yang akan memenuhi Goodness

of Fit. Apabila dari indikator yang menilai fit tersebut nilai yang dihasilkan

memenuhi standar Cut-off-value, maka dapat dikatakan indikatornya adalah good

fit, dan bila indikator yang menilai fit tidak memenuhi standar maka bisa saja

indikatornya termasuk pada marginal fit/close fit/poor fit dengan ketentuan

rentang nilai yang semakin jauh dari standar sebenarnya. Adapun model yang

dihasilkan oleh Model Persamaan Struktural (SEM) dapat dilihat pada Gambar 3.

0

1.0126 0

-51.7869

1.0325 1.0000 5.1386

-16.2148 -16.2148

-3.21E-6 -3.21E-6

-51.7869 -13.2664 -83.9629

864301 -3.21E-6 5.2471

-83.9629 1.0168 -3.21E-6 -3.21E-6 1.0000

1.0003 1.1030

1.0000 864301

1.0857

0

Gambar 3 Model Persamaan Struktural (SEM) penelitian.

ξ1 η1 η4

η2

x1

x2

x3

x4

y5

y1

y2

y3

y4

η3

Page 74: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

59

Berikut adalah persamaan matematik dari model SEM yang diperoleh.

Model pengukuran:

x1 = -16.2148 ξ1 + 1.0126 ex1

x2 = -51.7869 ξ1 + 1.0325 ex2

x3 = 864301 ξ1 + 1.0003 ex3

x4 = -83.9629 ξ1 + 1.0857ex4

y1 = -0.8329 η1 + 0.5534 ey1

y2 = -2.2485 η1 + 1.0000 ey2

y3 = 864301 η1 + 30352.9 ey3

y4 = -83.9629 η1 + 5.1386 ey4

y5 = 5.2471 η1 + 1.0130 ey5

Model struktural:

η1 = -13.2664 ξ1 + 1.0168 dη1

η2 = -4.09E-6 η1 + 1.0000 dη2

η3 = -3.21E-6 η1 + -3.21E-6 η2 + 1.0000 dη3

η4 = -3.21E-6 η2 + -3.21E-6 η3 + 1.0000 dη4

Berdasarkan model di atas, maka diperoleh Goodness Of Fit (GOF) yang

menentukan model tersebut layak untuk digunakan. Nilai GFI adalah nilai yang

biasa digunakan untuk menentukan Goodness Of Fit (GOF). Nilai GFI berkisar

antara 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit), dan nilai GFI>0.90 merupakan good fit

(kecocokan yang baik), sedangkan 0.80≤GFI≤0.90 disebut sebagai marginal fit.

Pada penelitian ini, GFI yang dihasilkan nilainya sebesar 0.89. Artinya, nilai GFI

tersebut tergolong ke dalam marginal fit dan hampir mendekati nilai good fit. Oleh

karena itu, nilai GFI ini menunjukkan model SEM pada penelitian ini merupakan

model yang cukup baik untuk dianalisis lebih lanjut.

Berdasarkan hasil analisis SEM, partisipasi ibu balita di posyandu

memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengetahuan gizi ibu balita

(T-value=-2.59E16). Peningkatan pengetahuan gizi ibu balita di posyandu bisa

dilakukan melalui adanya penyuluhan tentang gizi oleh kader atau petugas

posyandu. namun, tidak menutup kemungkinan informasi yang datang dari luar

juga bisa meningkatkan pengetahuan gizi ibu balita, seperti melalui media

elektronik (TV atau radio) dan media cetak (koran atau majalah).

Peningkatan pengetahuan gizi ibu balita diharapkan dapat meningkatkan

sikap ibu balita. Hasil analisis menunjukkan terdapat pengaruh signifikan

pengetahuan gizi terhadap sikap gizi ibu balita (T-value= -3.8323). Menurut

Page 75: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

60

Khomsan (2009), seseorang yang berpengetahuan gizi baik, cenderung akan

memiliki sikap gizi yang baik pula.

Idealnya, jika pengetahuan dan sikap gizi ibu balita sudah baik, biasanya

akan tercermin pada perilaku yang baik pula. Hal ini dapat terlihat pada hasil

analisis yang menunjukkan terdapat pengaruh signifikan sikap gizi terhadap

perilaku gizi ibu balita (T-value= -3.8323).

Selain itu, terdapat juga pengaruh signifikan pengetahuan gizi terhadap

perilaku gizi ibu balita (T-value= -3.8323). Hal ini menunjukkan, perilaku yang

baik tidak harus selalu melalui proses memiliki sikap yang baik, tetapi memiliki

pengetahuan yang baik saja sudah bisa menggambarkan perilaku seseorang.

Pengetahuan akan membuat seseorang mengerti suatu hal dan merubah

kebiasaannya, sehingga meningkatnya pengetahuan akan merubah kebiasaan

seseorang mengenai sesuatu. Jika peningkatan itu terjadi pada pengetahuan

gizi, maka akan terjadi perubahan kebiasaan terkait dengan gizi sehingga

menjadi lebih baik (Notoatmodjo 2005).

Hasil uji lainnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan sikap

gizi ibu terhadap status gizi balita (T-value=-3.8323). Begitu juga dengan perilaku

gizi, terdapat pengaruh signifikan perilaku gizi ibu terhadap status gizi balita

(T-value=-5.1027). Menurut kerangka UNICEF (1998), status gizi dipengaruhi

oleh dua faktor, faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung dapat

berupa intake konsumsi zat gizi dan kesehatan, sedangkan faktor tidak langsung

bisa berupa persediaan makanan di rumah, perawatan anak dan ibu hamil, dan

pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, jika faktor-faktor tersebut dapat

dicerminkan oleh perilaku ibu balita, terutama pada faktor langsung, maka bisa

diperkirakan status gizi anak balita akan baik.

Pada analisis SEM, digunakan indikator-indikator untuk mengukur

variabel laten yang diteliti. Berdasarkan besarnya T-value, maka dapat dilihat

indikator mana yang paling berkontribusi terhadap variabel laten. Hasil analisis

disajikan pada Tabel 46 berikut.

Page 76: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

61

Tabel 46 Nilai loading factor,standar error, dan T-value untuk semua manifest

Manifest Loading factor Standar error T-value

Frekuensi kehadiran -16.2148 7.27E-15 -2.23E15

Besar keluarga -51.7869 2.4E-13 -2.16E14

Pendapatan keluarga 864301 2.72E-17 0.0

Pendidikan ibu balita -83.9629 1.89E-12 -4.43E13

10 pertanyaan Pengiz -16.2148 7.27E-15 -2.23E15

10 pertanyaan sikap -51.7869 2.4E-13 -2.16E14

10 pertanyaan perilaku 864301 2.72E-17 0.0

TKE -83.9629 1.89E-12 -4.43E13

TKP 5.2471 8.06E-13 6.507E12

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa indikator frekuensi

kehadiran ibu balita di Posyandu merupakan indikator yang paling baik

digunakan untuk mengukur tingkat partisipasi ibu balita di Posyandu. Hal ini

terlihat dari nilai T-value frekuensi kehadiran adalah yang paling tinggi

dibandingkan indikator lainnya (T-value=-2.23E15). Sementara itu, pertanyaan-

pertanyaan yang digunakan pada kuisioner sudah cukup baik untuk mengukur

tingkat pengetahuan gizi ibu balita dengan T-value=-2.23E15. Begitu juga

dengan pertanyaan mengenai sikap sudah bisa dijadikan alat ukur yang baik

untuk mengukur sikap gizi ibu balita dengan nilai T-value=-2.16E14. Namun,

pertanyaan mengenai perilaku tidak bisa dijadikan alat ukur yang baik. Hal ini

ditunjukkan dari nilai T-value yang di bawah standar (T-value=0.0). Status gizi

bisa diukur dengan baik oleh TKE dan TKP balita. Hal ini ditunjukkan oleh nilai

pada TKE (T-value=-4.43E13) dan TKP (T-value=6.507E12).

Page 77: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

62

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanSebagian besar keluarga ibu balita tergolong keluarga kecil (4< orang).

Rata-rata pendapatan keluarga keluarga ibu balita sebesar

Rp.362.081/kapita/bulan. Rata-rata umur ibu balita adalah 27 tahun. Sebagian

besar tingkat pendidikan ibu balita adalah SMP/sederajat. Kebanyakan ibu balita

berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Persentase jenis kelamin balita laki-laki

dengan perempuan hampir sama banyaknya. Sebagian besar balita berada pada

golongan umur 12-23 bulan dan 24-35 bulan.

Sebagian besar tingkat partisipasi ibu balita di posyandu tergolong

kategori sedang (60%). Secara umum, tingkat pengetahuan gizi ibu balita

tergolong kategori sedang (70%). Selain itu, sebagian besar ibu balita juga

memiliki sikap gizi yang tergolong kategori sedang (58.3%). Begitu juga dengan

perilaku gizi ibu balita yang sebagian besar tergolong kategori sedang (64.2%).

Secara umum, tingkat kecukupan energi dan protein balita tergolong ke

dalam defisit tingkat berat. Begitu juga dengan zat gizi lainnya hanya tingkat

kecukupan phosfor dan vitamin B1 yang tergolong normal, selain itu zat gizi lain

masih tergolong defisit.

Berdasarkan indeks BB/U, sebagain besar balita tergolong ke dalam gizi

baik (86.7%). Berdasarkan indeks TB/U, sebagian besar balita tergolong normal

(50.8%). Demikian pula berdasarkan indeks BB/TB, sebagian besar balita

tergolong normal (83.3%).

Berdasarkan hasil analisis SEM, terdapat pengaruh signifikan partisipasi

ibu balita di posyandu terhadap tingkat pengetahuan gizi ibu balita. Tingkat

Pengetahuan gizi ibu balita berpengaruh signifikan terhadap sikap gizi ibu balita.

Tingkat pengetahuan dan sikap gizi ibu balita berpengaruh signifikan terhadap

perilaku gizi ibu balita. Sikap dan perilaku gizi ibu balita berpengaruh signifikan

terhadap status gizi balita ibu balita.

SaranBerdasarkan fenomena masih sedikitnya ibu balita yang memiliki

partisipasi tinggi di posyandu, maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan

motivasi ibu balita untuk berpartisipasi lebih di posyandu. Adapun upaya yang

dapat dilakukan di antaranya perlu adanya peningkatan pelayanan posyandu

yang memadai baik dari segi sarana maupun prasarana. Selain itu, perlu

Page 78: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

63

dilakukan program penyuluhan bagi masyarakat agar masyarakat benar-benar

memahami pentingnya posyandu serta dapat meningkatkan kesadaran untuk

memanfatkan pelayanan posyandu dalam upaya perbaikan gizi.

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi balita masih tergolong defisit. Oleh

karena itu, sangat diharapkan kepada pemerintah setempat untuk lebih

memperhatikan kondisi balita di lokasi penelitian. Perlu digalakkan beberapa

program perbaikan gizi anak balita oleh pemerintah setempat guna memperbaiki

kecukupan energi dan zat gizi balita.

Page 79: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

64

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Atmarita, Fallah TS. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Didalam: Widyakarya Pangan dan Gizi VIII. Jakarta: Lembaga PenelitianIndonesia.

Azwar S. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: PustakaPelajar.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. GerakanKeluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Kabupaten Bogor dalam Angka. BPS. Bogor.

Campbel K. 2002. Family foog environments of children: does sosioeconomicsstatus make a difference. Asia Pasific Journal Clinical Nutrition.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 1986. Posyandu. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.

_______. 2006 Pedoman Pengelolaan Posyandu. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.

Gibson R. 1993. Nutritional Assesment, A Laboratory Manual. New York: OxfordUniversity.

Gibson. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford UniversityPress.

Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah, Martianto D. 1988. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein sertaMutu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari.

Hardinsyah, Martianto D. 1992. Menaksir Angka Kecukupan Energi dan ProteinSerta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari.

Hardinsyah, Suhardjo. 1987. Ekonomi Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat danSumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah, Tambunan V. 2004. Angka kecukupan energi, protein, lemak, danserat makanan. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: LIPI.

Hardjono. 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat untukhidup sehat [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut PertanianBogor.

Page 80: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

65

Hidayat AA. 2004. Pengantar Imu Keperawatan Anak I. Jakarta: DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi.

Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SepanjangRentang Kehidupan. Istiwadaynti, Sudjarwo, penerjemah. Jakarta:Erlangga.

__________. 1993. Perkembangan Anak Jilid Dua. M Tjandrasa, M Zarkasih,penerjemah. Jakarta: Erlangga.

Jahari AB. 1995. Antropometri Sebagai Indikator Gizi. Gizi Indonesia (hlm 8-9).

Jelliefe DB, Patrice J. 1989. Community Nutritional Assessment. New York:Oxford University Press.

Kasmita. 2000. Kinerja posyandu dan status gizi anak balita di kabupatenpariaman provinsi sumatera barat [tesis]. Bogor: Program PascaSarjana, Institut Pertanian Bogor.

Khomsan A, Anwar F, Sukandar D, Riyadi H & Mudjajanto ES. 2009. StudiPeningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader Posyandu SertaPerbaikan Gizi Balita. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, FakultasEkologi Manusia, Institut Pertanian Bogor dan Nestle Foundation.

Khomsan A. 2000. Tekik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor. Jurusan GiziMasyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor.

Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid ke I. Molan B, penerjemah, Jakarta:Prenhallindo.

Madanijah S, Triana N. 2007. Hubungan antara status gizi masa lalu anak danpartisipasi ibu di Posyandu dengan kejadian tuberculosis pada muridtaman kanak-kanak. Gizi dan Pangan 2 (1): 29-41.

Madanijah S. 2003. Model pendidikan “GI-PSI-SEHAT” bagi ibu serta dampaknyaterhadap perilaku ibu, lingkungan pembelajaran, konsumsi pangan danstatus gizi anak usia dini [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana,Institut Pertanian Bogor.

Marjanka K et al. 2002. Nutritional status and linear growth of indonesians infantsin west java are determined more by prenatal environment than bypostnatal factors. JN The Journal of Nutrition 132: 2202-2207.

Moehdji S. 1986. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Anak. Jakarta: Batara.

Notoadmodjo S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu PerilakuKesehatan. Jakarta: Andi Ofset.

Notoadmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Prevalensi status gizi balita menurutprovinsi. Jakarta: Riskesdas.

Page 81: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

66

Riyadi H. 1995. Prinsip dan Petunjuk Penilaian Status Gizi. Diktat DepartemenGizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor.

Roesli, U. 2000. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Sajogjo, Rusli S, Hartadi SH, Gunardi. 1994. Menuju Gizi Baik yang Merata diPedesaan dan di Kota (5th ed). Yogyakarta: Gadjahmada UniversityPress.

Sembiring N. 2004. Posyandu Sebagai Saran Peran Serta Masyarakat dalamUsaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat. Bagian Kependudukan danBiostatistik, FKM-USU, Medan.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen PendidikanNasional.

Suhardjo, Harper LJ, Deaton BJ & Driskel JA. 1985. Pangan, gizi, dan pertanian.Jakarta: UI Press.

Suhardjo, Riyadi H. 1990. Metode Penilaian Status Gizi Masyarakat. Bogor:Ministry of Education-FN IUC. Institut Pertanian Bogor.

Suhardjo. 1989a. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Bogor: Pusat AntarUniversitas Pangan dan Gizi, institut Pertanian Bogor.

_______. 1989b. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan GiziIPB, Bogor.

Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumsi Teori dan Penerapannya dalamPemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sunyoto A. 1991. Partisipasi masyarakat sasaran dalam kegiatan posyandu[tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Supariasa et al. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC.

WHO. 1991. Indicators for assessing breast-feeding practices. Report from aninformal meeting 1-12 Juni. WHO: Geneva.

WHO. 2007. Growth reference 5-19 years.http://www.who.int/growthref/who2007bmiforage/en/index.html.

Zulkifli. 2003. Posyandu dan kader kesehatan. Usu Digital Library.http://www.library.usu.ac.id [27 Desember 2011].56666

Page 82: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

LAMPIRAN

Page 83: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

68

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian

Saya setuju untuk diwawancara

Tanda tangan responden

Sheet1 : Coverbu

Pengumpulan Data/PD: ___________ 1. Awal 2. Akhir

1. TANGGAL KUNJUNGAN : IB1 ____________________________ 2012

2. PEWAWANCARA : IB2 _______________________

1. Catur Dwi A. 2. Oktarina 3.Iin4. Tagor Syaputra

3. NO. IBU BALITA : IB3 ___________ (No 1-30 dalam 1 desa)

4. NAMA POSYANDU : IB4 __________________

5. NAMA IBU BALITA : IB5 ____________________________

6. NAMA KEPALA KELUARGA : IB6____________________________

7. RT : IB7___________

8. RW : IB8___________

9. DUSUN/KAMPUNG : IB9____________________________

10. DESA : IB10 ______________________

Desa : 1. Sukajadi 2. Sukaresmi 3. Sukaluyu 4. Sukajaya

11. Jam mulai wawancara : IB11____________________________

12. Jam selesai wawancara : IB12____________________________

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Intervensi Terpadu Pemberdayaan Program Gizi Posyandu untukMengatasi Masalah Gizi Kurang di Pedesaan(A multi-approach intervention to empower posyandu nutritionprogram to combat malnutrition problem in rural areas)

IIbbuu && BBaalliittaa00--3366 bbuullaann

Page 84: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

69

Sheet 2: SosekbuA. SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA

A1 A2 A3 A4 A6 A7 A8 A9 A10 A11

No.Nama

(2)

Posisi dikeluarga

(3)

JenisKelamin

(4)

Umur(5)

Pend.(thn)

(6)

Membaca

(7)

Menulis

(8)

Pekerjaan

(9)

BB(kg)

(10)

TB(cm)

(11)thn

A51

bln

A52

Kode :(3) Posisi di Keluarga 1=suami (ayah), 2=istri (ibu) , 3=anak, 4= saudara lainnya, 5= kakek/nenek, 6=lainnya sebutkan(4) Jenis Kelamin 1=laki-laki, 2=perempuan(5) Umur dalam bulan dan tahun (tidak tahu=777), balita diisi bulannya saja=A52(6) Pendidikan Jumlah tahun pendidikan yang diselesaikan, 00=tidak sekolah, 77=tidak tahu,

88=belum usia sekolah/anak belum sekolah (N/A)(7) Membaca Apakah anggota keluarga tersebut mampu membaca? (Kode: 0=Tidak, 1=Ya, 7=Tidak Tahu, 8=N/A)(8) Menulis Apakah anggota keluarga tersebut mampu menulis? (Kode: 0=Tidak, 1=Ya, 7=Tidak Tahu, 8=N/A)(9) Pekerjaan Kode: 0=Tidak Bekerja, 1=Petani, 2=Pedagang, 3=Buruh tani, 4=Buruh non tani,

5=PNS/ABRI/Polisi, 6=Jasa (tukang ojek, tukang cukur, penjahit, calo, dan sebagainya),7=Ibu rumah tangga (IRT), 8=lainnya, sebutkan, 9=N/A

(10) BB BB = berat badan (dalam kg) diutamakan untuk dan balita (sampel) dan ibu(11) TB TB = tinggi badan (dalam cm) diutamakan untuk balita (sampel)dan ibu

Sheet3 : IncomebuB. PENDAPATAN RUMAH TANGGA

B1 B2 B3 B4 B5 B6

AnggotaKeluarga

Jenis Pekerjaan(non-tani)

Penghasilan1) :Rp per Jumlah Hari Kerja

Hari Minggu Bulan2) Tahun hari/mgg

mgg/bln

bln/thn

1. Suami1.2.3.

2. Istri1.2.3.

3. Anak1.2.3.

4. Agt klg lain1.2.3.

Keterangan : 1) Pilih salah satu (hari, minggu, bulan, tahun)2) Kolom B3 = bulan digunakan untuk merekap kolom sebelumnya dan harus terisi

Catatan: Semua pendapatan dikonversi ke bulan, dalam perhitungan perhatikan Jumlah waktu kerja

Page 85: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

70

C. KARAKTERISTIK ANAK BATITA (USIA 0 - 36 BULAN)

Sheet 4:karaknakSosio Demografi Anak Batita

No. Pertanyaan Jawaban

1. Nama anak batita H11:

2. Jenis kelamin batita H12: 1. Laki-laki 2. Perempuan

3. Tanggal Lahir H13:

4. Usia anak batita H14: bulan

5. Berat lahir H16: kg

6. Panjang lahir H17: cm

7. Berat saat ini H18: kg

8. Tinggi badan saat ini H19: cm

Sheet 5: Pegizbu

D. PENGETAHUAN GIZI IBU

No. Pertanyaan B S Variabel SKOR(B=1, S=0)

1. Mengonsumsi sayuran sangat penting karena sayuranumumnya dapat menjadi sumber protein

I1

2. Susu kental manis kandungan gizinya lebih baik daripadasusu bubuk/ susu cair

I2

3 Zat gizi untuk pertumbuhan disebut protein I34. Mengonsumsi daging bermanfaat untuk pertumbuhan anak I45. Anak berusia 2-3 bulan sudah boleh diberi pisang/pepaya I5

6.Sarapan pagi tidak penting, lebih penting makan siang ataumakan malam

I6

7. ASI saja (eksklusif) diberikan pada anak sampai usia 3 bulan I78. Susu mempunyai kandungan kalsium tinggi I89. Tahu yang mengandung formalin akan lebih mudah basi I9

10. Mencuci sayuran dengan air kran yang mengalir lebih baikdaripada di baskom

I10

Sheet 6: SikgizbuE. SIKAP GIZI IBU

No. Pertanyaan Variabel Jawaban SKOR

1. Saya akan menyediakan sayuran tiap hari untukkonsumsi keluarga saya J1

1 = setuju (2)2 = ragu-ragu (1)3 = tidak setuju (0)

2. Anak saya lebih baik minum susu bubuk/ susu cairdaripada minum susu kental manis J2

1 = setuju (2)2 = ragu-ragu (1)3 = tidak setuju (0)

3 Menyediakan lauk-pauk yang bergizi penting untukanak saya J3

1 = setuju (2)2 = ragu-ragu (1)3 = tidak setuju (0)

4. Anak tidak perlu mengonsumsi daging karenaharganya mahal J4

1 = setuju (0)2 = ragu-ragu (1)3 = tidak setuju (2)

5. Anak berusia 2-3 bulan boleh diberi pisang agar tidakrewel J5 1 = setuju (0)

2 = ragu-ragu (1)

Page 86: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

71

No. Pertanyaan Variabel Jawaban SKOR

3 = tidak setuju (2)

6. Anak harus selalu sarapan pagi agar kuat beraktivitas J61 = setuju (2)2 = ragu-ragu (1)3 = tidak setuju (0)

7. ASI saja (eksklusif) diberikan pada anak sampai usia 3bulan J7

1 = setuju (0)2 = ragu-ragu (1)3 = tidak setuju (2)

8. Minum susu penting bagi anak untuk memperkuattulang dan gigi J8

1 = setuju (2)2 = ragu-ragu (1)3 = tidak setuju (0)

9. Jajanan ciki-cikian kurang baik bagi anak J91 = setuju (2)2 = ragu-ragu (1)3 = tidak setuju (0)

10. Lalap yang direbus lebih aman daripada lalap mentah J101 = setuju (2)2 = ragu-ragu (1)3 = tidak setuju (0)

Sheet 7: PergizbuF. PERILAKU GIZI IBU

No. Pertanyaan Variabel Jawaban Responden SKOR

1. Anak saya mengonsumsi sayuran K11 = ya (sering) (2)2 = kadang-kadang (jarang) (1)3 = tidak (tidak pernah) (0)4 = N/A

2. Saya biasa memberi susu kental manisuntuk anak saya K2

1 = ya (sering/kadang-kadang) (0)2 = tidak pernah (2)3 = N/A

3 Saya menyediakan tahu/tempe untuk laukanak saya K3

1 = ya (sering/kadang-kadang) (2)2 = tidak pernah (0)3 = N/A

4. Anak saya mengonsumsi daging(sapi/ayam) sebagai lauk-pauk K4

1 = ya (sering/kadang-kadang) (2)2 = jarang (1)3 = tidak pernah (0)4 = N/A

5. Anak saya ketika berusia 2-3 bulan sudahdiberi makan pisang K5

1 = ya (sering/kadang-kadang) (0)2 = tidak pernah (2)3 = N/A

6. Anak saya biasa sarapan pagi K61 = ya (sering) (2)2 = kadang-kadang (jarang) (1)3 = tidak (tidak pernah) (0)4 = N/A

7. Saya memberikan ASI saja (eksklusif)sampai anak berusia 6 bulan K7

1 = ya (2)2 = tidak (0)jika tidak sampai usia berapa?E7L …………………… bulan

8. Saya membiasakan anak saya minum sususampai sekarang K8

1 = ya (sering) (2)2 = kadang-kadang (jarang) (1)3 = tidak (tidak pernah) (0)4 = N/A

9. Anak saya suka jajan ciki-cikian K91 = ya (sering) (0)2 = kadang-kadang (jarang) (1)3 = tidak (tidak pernah) (2)4 = N/A

10. Sayuran untuk anak saya selalu dimasak,bukan disajikan sebagai lalap mentah K10

1 = ya (sering) (2)2 = kadang-kadang (jarang) (1)3 = tidak (tidak pernah) (0)4 = N/A

Page 87: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

72

Sheet 8:recallnakG. KONSUMSI PANGAN ANAK (Metode Recall 2 x 24 jam)

G1= 1 (Hari ke-1)G2 G3

No Kode Pangan/bahan URT gr/URT Sisa(URT) Hr/URTsisa

Berat bersih(gr) NoJumlah satuan Jumlah satuan

0 158 Ayam 1 Ptg sdg 50 10 40 01 12 23 34 45 56 67 78 89 9

10 1011 1112 1213 1314 1415 1516 1617 1718 1819 1920 20

G1= 2 (Hari ke-2)G2 G3

No Kode Pangan/bahan URT gr/URT Sisa(URT) gr/URTsisa

Berat bersih(gr) NoJumlah satuan Jumlah satuan

0 158 Ayam 1 Ptg sdg 50 10 40 01 12 23 34 45 56 67 78 89 9

10 1011 1112 1213 1314 1415 1516 1617 1718 1819 1920 20

Keterangan:1. Berikan kode pangan/bahan pada saat editing sesuai kode pangan2. Sebut nama bahan pangan bila pangan tersebut tidak ada dalam DKBM3. Berat bersih = (Hr/URT) - (Hr/URT sisa)

Page 88: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

73

Sheet 9:PartisipasiBu

H. PARTISIPASI IBU BATITA DI POSYANDU

H1. FREKUENSI KUNJUNGAN KE POSYANDU

1. Apakah dalam 3 bulan terakhir anak ibu selalu dibawa ke Posyandu? Q1

1. Ya

2. Tidak, alasan Q1AL: 1.lupa 2. tidak perlu 3. sibuk 4.malas 5.lainnya Q1L________________

2. Jika tidak, berapa kali kunjungan ke Posyandu? (dilihat dari data posyandu) Q2 _________kali

3. Apakah ibu akan terus mengikuti posyandu sampai anak ibu berusia 5 tahun? Q3

1.Ya (lanjut no.6) 2.Tidak

4. Apabila tidak, sampai anak usia berapa tahun? Q4 _______________tahun

5. Mengapa Ibu tidak ikut terus di posyandu sampai anak usia 5 tahun? Q5 ____________________________

_______________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

H2. MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU

6. Apakah ibu secara langsung (tanpa diwakilkan) mengantar anak ke Posyandu? Q6

1. Ya, setiap bulan 2. Kadang-kadang 3. Tidak, sebutkan dengan siapa? Q6L: _____________

7. Adakah anggota keluarga yang tidak mendukung ibu untuk ke posyandu? Q7

1. Ada 2. Tidak (lanjut ke no.9)

8. Siapakah anggota keluarga yang tidak mendukung ibu ke Posyandu?

Q81 1. Suami, alasan Q81AL: ____________________________________________________________

Q82 2. Mertua,alasan Q82AL:____________________________________________________________

Q83 3. Kakek, alasan Q83AL: ____________________________________________________________

Q84 4. Nenek, alasan: Q84AL::____________________________________________________________

Q85 5. Lainnya, sebutkan Q85KL: ________________, alasan Q85AL: ___________________________

9. Mengapa ibu ke Posyandu? (Sebutkan 3 alasan, beri tanda V pada kolom jawaban)

No Alasan Kode Jawaban1. Agar anak sehat Q912. Mendapatkan imunisasi/kapsul vitamin A Q923. Agar berat badan anak terpantau Q934. Mendapatkan KB gratis Q945. Bisa bertemu dengan sesama warga (ibu-ibu lain) Q956. Mendapatkan makanan tambahan (PMT) Q967. Mendapatkan pengetahuan gizi/ kesehatan ibu anak, dll Q978. Disuruh kader/RT/RW Q989. Lainnya, Q99L: ……………………………………………. Q99

H3. PELAKSANAAN POSYANDU

10. Apakah ibu memberikan sumbangan dana kepada posyandu? Q10

1. Ya, setiap bulan:Q10Y: Rp.________________ 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah

Page 89: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

74

11. Apakah ibu pernah memberikan bantuan PMT atau makanan ke Posyandu? Q11

1. Ya, setiap bulan 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah

12. Apakah ibu memiliki KMS untuk anak? Q12

1. Ya, dipegang ibu 2. Ya, dipegang kader 3. Tidak

H4. PERSEPSI TENTANG POSYANDU

13. Seberapa penting posyandu bagi ibu? Q17

1. Tidak penting 2. Kurang penting 3. Penting

14. Menurut ibu, bagaimanakah pelayanan posyandu? Q18

1. Kurang 2. Cukup 3. Baik

15. Bagaimanakah tanggapan ibu tentang kelengkapan sarana posyandu? Q19

1. Kurang lengkap, dalam hal apa saja:Q19L:______________________________________________

2. Lengkap

16. Kegiatan apa dalam program posyandu yang masih perlu ditingkatkan pelaksanaannya?

1. Penyuluhan Q201 1. Ya 2.Tidak

2. PMT Q202 1. Ya 2. Tidak

3. Penimbangan balita Q203 1. Ya 2. Tidak

4. Imunisasi Q204 1. Ya 2. Tidak

5. Tablet besi Q205 1. Ya 2. Tidak

6. Penyediaan KMS Q206 1. Ya 2. Tidak

7. Pelayanan KB Q207 1. Ya 2. Tidak

8. Pemeriksaan kehamilan Q208 1. Ya 2. Tidak

9. Kapsul Vitamin A Q209 1. Ya 2. Tidak

17. Bagaimana tanggapan ibu tentang kader posyandu?

1. Keterampilan kader Q211 1. Kurang 2. Cukup 3. Baik

2. Keaktifan kader Q212 1. Kurang 2. Cukup 3. Baik

3. Keramahan kader Q213 1. Kurang 2. Cukup 3. Baik

4. Jumlah kader Q214 1. Kurang 2. Cukup 3. Baik

Page 90: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

75

Lampiran 2 Program SASproc calis data=psk cov;

lineqs x1=lamda1 ft + ex1,

x2=lamda2 ft + ex2,

x3=lamda3 ft + ex3,

x4=lamda4 ft + ex4,

fp=lamda ft + dfp,

fs=beta fp + dfs,

fk=beta fp + beta fs + dfk,

fg=beta fs + beta fk + dfg,

y1=lamda1 fp + ey1,

y2=lamda2 fs + ey2,

y3=lamda3 fk + ey3,

y4=lamda4 fg + ey4,

y5=lamda5 fg + ey5;

std ex1=vx1,

ex2=vx2,

ex3=vx3,

ex4=vx4,

ft=v_ft,

dfp=v_dfp,

dfs=v_dfs,

dfk=v_dfk,

dfg=v_dfg,

ey1=v_ey1,

ey2=v_ey2,

ey3=v_ey3,

ey4=v_ey4,

ey5=v_ey5;

cov ey4 ey5=1.22163,

ey3 ex1=0.00987,

ey2 ey4=-0.00883,

ey2 ey3=-0.18637,

ey1 ey2=0.17210,

ex3 ey3=0.19730,

ex4 ey2=0.20843;

run;

Page 91: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

76

OutputThe CALIS Procedure

Covariance Structure Analysis: Maximum Likelihood Estimation

Fit Function 0.5198

Goodness of Fit Index (GFI) 0.8947

GFI Adjusted for Degrees of Freedom (AGFI) 0.8025

Root Mean Square Residual (RMR) 873621743

Parsimonious GFI (Mulaik, 1989) 0.5965

Chi-Square 61.8554

Chi-Square DF 24

Pr > Chi-Square <.0001

Independence Model Chi-Square 220.43

Independence Model Chi-Square DF 36

RMSEA Estimate 0.1151

RMSEA 90% Lower Confidence Limit 0.0802

RMSEA 90% Upper Confidence Limit 0.1509

ECVI Estimate 0.9051

ECVI 90% Lower Confidence Limit 0.7378

ECVI 90% Upper Confidence Limit 1.1431

Probability of Close Fit 0.0021

Bentler's Comparative Fit Index 0.7947

Normal Theory Reweighted LS Chi-Square 64.1914

Akaike's Information Criterion 13.8554

Bozdogan's (1987) CAIC -77.0444

Schwarz's Bayesian Criterion -53.0444

McDonald's (1989) Centrality 0.8541

Bentler & Bonett's (1980) Non-normed Index 0.6921

Bentler & Bonett's (1980) NFI 0.7194

Page 92: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

77

James, Mulaik, & Brett (1982) Parsimonious NFI 0.4796

Z-Test of Wilson & Hilferty (1931) 3.9524

Bollen (1986) Normed Index Rho1 0.5791

Bollen (1988) Non-normed Index Delta2 0.8073

Hoelter's (1983) Critical N 72

Manifest Variable Equations with Estimates

x1 = -16.2148 * ft + 1.0000 ex1

Std Err 7.27E-15 lamda1

t Value -2.23E15

x2 = -51.7869 * ft + 1.0000 ex2

Std Err 2.4E-13 lamda2

t Value -2.16E14

x3 = 864301 * ft + 1.0000 ex3

Std Err 2.72E-17 lamda3

t Value .

x4 = -83.9629 * ft + 1.0000 ex4

Std Err 1.89E-12 lamda4

t Value -4.43E13

y1 = -16.2148 * fp + 1.0000 ey1

Std Err 7.27E-15 lamda1

t Value -2.23E15

y2 = -51.7869 * fs + 1.0000 ey2

Std Err 2.4E-13 lamda2

t Value -2.16E14

y3 = 864301 * fk + 1.0000 ey3

Std Err 2.72E-17 lamda3

t Value .

y4 = -83.9629 * fg + 1.0000 ey4

Std Err 1.89E-12 lamda4

t Value -4.43E13

y5 = 5.2471 * fg + 1.0000 ey5

Std Err 8.06E-13 lamda5

t Value 6.507E12

Page 93: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

78

Latent Variable Equations with Estimates

fp = -13.2664 * ft + 1.0000 dfp

Std Err 5.12E-16 lamda

t Value -2.59E16

fs = -3.21E-6 * fp + 1.0000 dfs

Std Err 8.368E-7 beta

t Value -3.8323

fk = -3.21E-6 * fp + -3.21E-6 * fs + 1.0000 dfk

Std Err 8.368E-7 beta 8.368E-7 beta

t Value -3.8323 -3.8323

fg = -3.21E-6 * fs + -3.21E-6 * fk + 1.0000 dfg

Std Err 8.368E-7 beta 8.368E-7 beta

t Value -3.8323 -3.8323

Keterangan: - ft = ξ1- fp = η1- fs = η2- fk = η3- fg = η4- ex1 = δ1- ex2 = δ2- ex3 = δ3- ex4 = δ4- ey1 = ε1- ey2 = ε2- ey3 = ε3- ey4 = ε4- ey5 = ε5- dfp = ζ1- dfs = ζ2- dfk = ζ3- dfg = ζ4

Page 94: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

79

Lampiran 3 Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Balita

Contoh

Energi

(%)

Protein

(%)

Kalsium

(%)

Phosfo

r (%)

Besi

(%)

Vit. A

(%)

Vit. B

(%)

Vit. C

(%)

101 91.7 108.8 87.1 146.4 155.8 68.0 162.9 431.0

102 36.9 32.6 46.9 61.7 41.8 50.3 275.8 34.7

103 30.1 43.1 16.7 49.4 40.1 2.3 72.2 0.0

104 91.8 86.2 79.4 61.3 11.1 180.1 646.8 69.4

105 48.8 78.4 157.7 106.1 104.7 126.2 265.2 54.2

106 79.4 57.9 30.5 61.2 74.8 41.2 191.1 327.4

107 123.4 103.3 125.9 99.3 28.2 188.6 772.2 90.7

108 29.6 36.2 13.9 38.6 39.9 66.8 56.8 10.2

109 76.0 69.7 188.0 73.8 82.7 11.4 117.0 217.3

110 39.9 44.1 67.9 75.1 21.7 98.6 183.1 26.3

111 32.8 45.7 41.8 42.1 43.5 39.5 88.0 22.5

112 36.4 43.9 3.4 48.8 27.3 24.6 106.2 13.7

113 53.4 149.4 208.8 231.5 210.1 3.9 78.4 37.8

114 91.5 95.5 265.2 137.8 155.0 79.6 660.0 38.2

115 82.8 267.5 325.9 289.4 384.6 31.6 104.1 98.5

116 102.6 77.3 147.0 155.7 152.5 120.9 267.0 196.3

117 63.3 85.8 272.7 128.9 174.6 62.1 676.7 166.0

118 38.6 30.3 28.2 15.8 6.7 48.0 293.3 21.6

119 71.9 97.3 34.0 100.0 57.6 55.7 63.6 241.2

120 75.7 84.5 15.1 50.2 69.9 22.4 259.2 158.0

121 82.5 201.7 235.1 305.3 39.5 368.8 232.5 19.7

122 85.0 90.3 85.7 62.7 14.4 208.4 475.0 75.4

123 43.5 51.4 53.0 48.4 10.6 119.4 260.7 46.6

124 31.0 34.1 25.9 42.1 26.8 37.0 62.7 22.6

125 132.7 333.2 463.1 579.7 36.9 311.7 212.3 42.9

126 20.9 29.4 3.0 23.3 18.1 20.5 85.7 1.3

127 87.1 73.7 70.6 59.6 13.1 120.2 540.0 54.0

128 27.2 66.6 29.3 78.1 31.5 7.9 81.6 6.3

129 101.1 131.9 71.4 91.4 163.9 33.7 150.4 226.3

130 44.5 73.1 81.2 128.8 65.7 26.3 54.1 1.1

201 104.5 82.5 105.9 55.4 0.0 180.0 600.0 81.0

202 145.0 203.1 95.3 247.4 144.6 184.4 163.3 431.6

203 104.5 82.5 105.9 55.4 0.0 180.0 600.0 81.0

204 139.3 110.0 141.2 73.8 0.0 240.0 800.0 108.0

Page 95: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

80

Contoh

Energi

(%)

Protein

(%)

Kalsium

(%)

Phosfo

r (%)

Besi

(%)

Vit. A

(%)

Vit. B

(%)

Vit. C

(%)

205 104.1 127.3 135.5 176.5 82.0 31.9 78.4 19.8

206 130.5 218.3 104.9 296.4 107.8 84.8 226.1 31.4

207 97.9 114.4 49.4 130.2 115.1 109.4 193.1 65.5

208 49.9 64.7 63.4 62.2 82.2 31.4 153.0 23.8

209 76.2 104.6 73.7 106.2 111.3 277.3 163.7 276.7

210 104.5 82.5 105.9 55.4 0.0 180.0 600.0 81.0

211 20.8 25.7 8.8 14.9 12.9 43.3 25.5 51.1

212 341.1 763.0 1164.0 1393.0 160.8 587.7 423.8 117.0

213 93.6 131.1 343.4 240.3 243.2 18.8 309.2 56.8

214 80.2 131.7 141.4 218.0 64.5 100.1 54.2 15.6

215 55.3 101.4 69.0 130.4 53.9 53.1 77.7 31.8

216 23.9 20.8 142.1 95.0 60.8 26.6 113.5 36.0

218 57.3 56.3 206.2 157.7 64.0 121.1 257.4 77.1

220 121.0 185.5 49.4 222.5 124.1 65.2 128.5 70.0

221 32.1 43.6 37.8 59.3 21.4 39.0 82.3 25.3

222 139.5 145.4 20.4 120.2 80.1 24.4 32.2 17.7

223 25.2 27.3 6.3 18.7 25.4 0.8 5.0 15.1

224 31.1 43.6 37.9 48.4 44.3 51.7 25.6 40.2

225 13.6 22.1 27.4 61.6 38.4 49.2 124.4 21.9

226 34.1 29.1 84.5 19.7 12.9 72.8 202.9 29.0

228 52.9 49.4 89.6 62.2 67.3 7.1 31.0 17.7

229 36.2 30.0 23.9 26.3 5.3 40.0 140.0 18.0

231 49.7 75.0 38.4 83.7 64.5 57.2 195.8 0.6

232 37.0 32.1 208.7 29.2 50.3 22.3 112.5 100.1

233 45.8 44.7 141.1 252.6 55.0 100.7 36.5 137.8

234 40.2 36.6 54.7 36.3 30.3 40.5 107.6 75.6

301 52.9 33.7 173.0 33.6 23.8 36.6 83.8 79.6

302 61.5 66.5 59.0 48.2 20.7 121.3 313.8 48.9

303 53.3 66.2 66.3 70.6 51.4 129.2 237.0 66.8

304 55.7 44.0 56.5 29.5 0.0 96.0 320.0 43.2

305 51.1 52.7 5.6 40.4 59.7 1.1 98.8 7.7

306 101.7 92.4 135.9 62.3 18.5 190.8 511.6 75.0

307 146.8 76.5 46.2 77.7 112.0 107.3 214.5 489.2

308 77.9 98.9 152.2 154.8 76.0 53.5 164.4 120.7

309 124.8 108.6 2830.8 535.3 116.0 127.3 1608.0 77.7

Page 96: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

81

Contoh

Energi

(%)

Protein

(%)

Kalsium

(%)

Phosfo

r (%)

Besi

(%)

Vit. A

(%)

Vit. B

(%)

Vit. C

(%)

310 101.0 118.2 114.6 133.1 80.3 170.9 259.0 43.0

311 44.4 64.1 62.2 83.0 51.0 51.1 37.5 7.8

312 46.2 59.6 41.7 47.6 51.9 26.5 101.0 0.0

313 111.1 146.1 256.4 156.1 71.8 261.0 61.4 207.4

314 67.1 72.7 11.9 75.9 86.6 23.1 140.7 0.8

315 39.4 46.0 68.9 50.1 11.0 76.0 127.2 21.0

316 130.6 189.4 66.0 121.3 188.1 117.7 363.9 109.3

317 47.2 47.3 22.4 45.6 23.9 60.1 158.0 24.6

318 35.7 29.3 156.8 56.1 29.1 107.9 76.4 142.4

319 70.9 90.3 86.2 148.4 133.4 20.9 125.4 6.8

320 76.3 95.5 37.5 74.6 45.0 77.1 254.5 26.5

321 27.6 24.9 43.7 19.4 18.3 45.3 214.6 22.0

322 114.2 155.8 62.0 122.4 218.5 95.8 660.8 126.2

323 83.9 86.0 94.2 138.1 87.0 98.5 84.0 118.8

324 92.8 79.2 736.8 98.0 101.1 31.8 4328.7 18.0

325 74.3 113.2 164.4 273.2 157.0 121.1 259.3 76.4

326 71.9 61.3 176.5 102.3 45.6 140.6 430.0 74.9

327 79.5 121.5 68.7 184.6 167.0 166.2 195.4 31.4

328 95.2 127.5 58.6 142.4 140.5 47.5 101.3 156.0

329 74.9 83.1 52.0 82.2 58.9 59.8 105.2 138.8

330 70.1 60.2 91.7 68.5 77.1 3.4 154.8 326.3

401 101.8 75.3 407.1 77.6 72.5 45.0 585.9 21.1

402 64.1 60.0 70.5 70.2 60.2 84.9 221.9 32.9

403 105.8 111.3 106.7 120.9 220.3 23.0

34047.

2 303.3

404 50.6 39.9 133.5 42.6 15.2 77.2 275.0 34.9

405 79.8 107.3 136.1 123.1 146.6 40.2 177.7 40.2

406 87.4 61.3 2149.0 464.3 204.9 50.1 1054.0 39.8

407 75.9 38.7 34.6 30.5 49.7 6.0 28.5 33.6

408 52.4 34.5 149.2 102.1 138.7 0.0 62.5 24.7

409 29.9 27.2 183.4 233.3 15.8 30.1 92.5 19.7

410 94.4 84.0 2926.3 522.4 80.2 77.4 1705.0 57.5

411 58.3 52.9 1131.8 228.9 50.3 56.4 607.8 56.1

412 56.0 71.4 37.7 44.1 52.2 20.1 137.0 14.3

413 73.1 99.3 17.8 110.6 43.8 42.9 128.0 123.7

Page 97: HUBUNGAN PARTISIPASI IBU BALITA DI POSYANDU … · participation in posyandu with knowledge, attitude, behavior and adequacy level of children under-five nutrition in Tamansari, Bogor

82

Contoh

Energi

(%)

Protein

(%)

Kalsium

(%)

Phosfo

r (%)

Besi

(%)

Vit. A

(%)

Vit. B

(%)

Vit. C

(%)

414 98.1 81.8 115.3 84.8 18.2 170.6 555.5 82.6

416 70.8 50.7 357.0 25.8 39.1 5.7 1248.5 29.1

417 35.2 35.8 65.1 85.0 38.9 60.0 176.0 39.7

418 37.4 33.7 78.4 59.1 60.5 35.4 102.2 25.4

419 47.2 50.2 17.8 56.1 43.1 42.3 176.9 14.0

420 45.2 44.6 73.9 87.3 37.4 116.0 296.3 62.8

421 139.3 110.0 141.2 73.8 0.0 240.0 800.0 108.0

422 57.4 71.3 32.6 74.9 56.8 135.6 174.5 45.9

424 55.7 138.1 189.1 320.3 24.9 171.1 93.9 78.9

425 72.4 85.5 29.1 104.7 106.6 119.9 131.5 77.5

426 48.4 108.8 12.5 128.3 109.5 7.6 237.4 60.0

427 24.5 69.5 43.6 94.3 46.7 4.4 38.4 0.0

428 55.0 67.7 45.4 47.7 107.3 28.3 227.3 7.2

429 41.0 46.8 152.6 49.0 68.3 5.9 632.5 16.1

430 52.3 73.2 42.1 114.8 79.4 8.9 33.0 8.1

431 51.1 40.3 51.8 27.1 0.0 88.0 293.3 39.6