hubungan komunikasi dengan tingkat cemas pada keluarga pasien

Upload: fransisca-permata

Post on 02-Jun-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    1/40

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    2/40

    perawat, aspek yang paling membuat ketidakpuasan adalah jumlah dan jenis informasi yang

    diterima (Bart Smet, 1994).

    Dalam penelitian Anderson (1986) mendapatkan bahwa jumlah informasi yang diberikan oleh

    dokter kepada pasien rata-rata 18 jenis informasi untuk diingat, ternyata hanya mampu

    mengingat 31%. Ley dan Spelman (1967) menemukan bahwa lebih dari 60% yang

    diwawancarai setelah bertemu dengan dokter dan perawat salah mengerti tentang instruksi

    yang diberikan kepada mereka. Hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam

    memberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah-istilah medis (sulit untuk dimengerti)

    dan banyaknya instruksi yang harus diingat oleh pasien.

    Penelitian Sri Asih Rusmini tahun 1996 pada RSU Doris Sylvanus Palangkaraya didapatkan

    bahwa perilaku perawat khususnya dalam berkomunikasi kurang baik. Juga penelitian yang

    dilakukan Hj. Indirawaty di RSU Haji Sukolilo Surabaya bahwa kepuasan pasien terhadap

    komunikasi perawat 54, 2 % tidak puas, 16, 7 % cukup puas dan 29, 2 % sangat puas.

    Sebuah studi pembahasan tentang tiga puluh lima tipetipe pasien yang berbeda

    menunjukkan 882 % pasien yang tidak puas (Bart Smet, 1994). Menurut Ley yang dikutip

    oleh Bart Smet sbb : 1) Pasien tidak puas dengan aspek komunikasi dari pertemuan klinis, 2)

    Nampaknya memberi informasi saja tidaklah cukup. Mereka harus diberitahu dalam cara

    sehingga dapat mengerti dan mengingatnya. Karena kurangnya umpan balik dalam bentuk

    pertanyaan dan komentar dari pasien, sehingga sukar bagi para tenaga kesehatan untuk

    memperbaiki komunikasi.

    Hasil penelitian Saelan (1998), menyatakan bahwa dalam hal komunikasi dengan pasien,

    pendekatan komunikasi terapeutik, dari semua perawat yang diteliti sebanyak 38 orang

    mendapatkan nilai kurang. Hal ini disebabkan karena kurang disadari pentingnya komunikasi

    oleh perawat dan rendahnya pengalaman perawat akan teori, konsep dan arti penting

    komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan. Dari hasil penelitian Saelan

    tersebut, tidak menutup kemungkinan kondisi yang sama terjadi pula di rumah sakit lain.

    Menurut SK Menkes No.660/Menkes/SK/IX/1987 yang dilengkapi Surat Edaran Dirjen

    Pelayanan Medik Nomor 105/yan.med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang Standar Praktek

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    3/40

    Keperawatan Kesehatan di Rumah Sakit memenuhi kebutuhan dari komunikasi pasien adalah

    merupakan salah satu standar intervensi keperawatan.

    Dari hasil pengamatan penulis selama berpraktek di perawatan bedah RSUD

    Polewali kecenderungan yang terjadi yaitu nampak pada hubungan interpersonal perawat

    dengan pasien dan keluarganya ditunjukkan dengan komunikasi antara perawat yang sering

    tidak terapeutik saat berinteraksi dengan pasien dan keluarganya, ada beberapa keluhan

    pasien dan keluarganya terhadap pelayanan yang diberikan yang seharusnya bisa diatasi

    dengan komunikasi terapeutik dari perawat.

    Banyak faktor penyebab terjadinya kecemasan atau ansietasdalam diri pasien dan keluarganya

    selama pasien di rumah sakit, salah satunya adalah faktor komunikasi terapeutik perawat.

    Keluarga akan mengalami ansietasdan disorganisasi perasaan ketika anggota keluarganya

    mengalami sakit yang harus dirawat di rumah sakit dan ini akan lebih jelas ditemukan di unit

    perawatan kritis. Pasien yang dirawat dalam Critical Care Unittidak hanya membutuhkan

    tehnologi dan terapi tapi juga memerlukan perawatan humanistik dari keluarganya. Pada

    umumnya pasien yang datang di unit perawatan kritis ini adalah dalam keadaan mendadak dan

    tidak direncanakan, hal ini yang menyebabkan keluarga dari pasien datang dengan wajah yang

    sarat dengan bermacam-macam stressor yaitu ketakutan akan kematian, ketidakpastian hasil,

    perubahan pola, kekhawatiran akan biaya perawatan, situasi dan keputusan antara hidup dan

    mati, rutinitas yang tidak beraturan, ketidakberdayaan untuk tetap atau selalu berada disamping

    orang yang disayangi sehubungan dengan peraturan kunjungan yang ketat, tidak terbiasa

    dengan perlengkapan atau lingkungan di unit perawatan kritis, personel atau staf di ruang

    perawatan, dan rutinitas ruangan. Semua stressor ini menyebabkan keluarga jatuh pada kondisi

    krisis dimana koping mekanisme yang digunakan menjadi tidak efektif dan perasaan menyerah

    atau apatis dan kecemasan akan mendominasi perilaku keluarga. Dan pada saat demikian

    perawat kurang atau tidak dapat melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif sehingga

    keluarga akan terus terpuruk dalam situasi yang demikian dan pada akhirnya asuhan

    keperawatan yang kita berikan secara komperhensif dan holistik tidak akan tercapai dengan

    baik.

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    4/40

    Dalam kaitan antara komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat kecemasan keluarga

    pasien maka sangat diperlukan solusisolusi yang dapat meningkatkan ketrampilan

    berkomunikasi perawat dan juga yang dapat menhilangkan berbagai hambatanhambatan

    terhadap komunikasi terapeutik yang dilaksanakan perawat. Ketrampilan berkomunikasi bukan

    merupakan kemampuan yang kita bawa sejak lahir dan juga tidak akan muncul secara tiba

    tiba saat kita memerlukannya. Ketrampilan tersebut harus dipelajari dan dilatih secara terus

    menerus melalui kemampuan belajar mandiri, penyegaran dan pelatihan terutama berhubungan

    dengan upaya untuk mendapatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan

    (Sullivan, et all, 1995). Selain itu, faktor-faktor penghambat komunikasi merupakan faktor yang

    dapat mengganggu atau sama sekali bisa membuat perawat tidak mampu berkomunikasi

    secara terapeutik. Solusisolusi ini dapat dijadikan pilihan karena bertujuan membantu tenaga

    kesehatan profesional (termasuk perawat) memperbaiki penampilan kerja guna memberikan

    pelayanan keperawatan yang berkualitas.

    Dari pemikiran dan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan

    komunikasi yang dilakukan perawat terhadap penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien

    yang menjalani perawatan di Unit Perawatan Bedah RSUD polewali.

    1.2 Perumusan masalah

    .

    1.2.2 Pertanyaan penelitian :

    Berdasarkan pernyataan masalah, maka perumusan pertanyaan penelitian adalah sebagai

    berikut :

    1. Bagaimanakah komunikasi verbal yang dilakukan perawat di Unit Perawatan Bedah RSUD

    polewali?

    2. Bagaimanakah komunikasi non verbal yang dilakukan perawat di Unit Perawatan Bedah RSUD

    polewali?

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    5/40

    3. Apakah ada hubungan komunikasi verbal yang dilakukan perawat dan tingkat kecemasan

    keluarga pada pasien yang diarawat di unit perawatan Bedah RSUD polewali?

    4. Apakah ada hubungan komunikasi non verbal yang dilakukan perawat dan tingkat kecemasan

    keluarga pada pasien yang diarawat di unit perawatan Bedah RSUD polewali?

    5. Adakah hubungan Komunikasi verbal dan non verbal yang dilakukan perawat dan tingkat

    kecemasan keluarga pada pasien yang dirawat di unit perawatan Bedah RSUD polewali?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    6. Untuk mempelajari hubungan komunikasi terapeutik perawat baik verbal maupun non verbal

    dengan tingkat kecemasan keluarga dari pasien yang menjalani perawatan di Unit Perawatan

    Bedah RSUD polewali.

    1.3.2 Tujuan khusus

    1. Untuk mengidentifikasi komunikasi verbal yang dilakukan perawat di Unit Perawatan Bedah

    RSUD polewali.

    2. Untuk mengidentifikasi komunikasi non verbal yang dilakukan perawat di Unit Perawatan

    Bedah RSUD polewali.

    3. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan keluarga pasien

    4. Mengidentifikasi apakah ada hubungan antara komunikasi verbal perawat dan tingkat

    kecemasan keluarga pada pasien yang dirawat di unit perawatan Bedah RSUD polewali.

    5. Mengidentifikasi apakah ada hubungan antara komunikasi non verbal perawat dan tingkat

    kecemasan keluarga pada pasien yang dirawat di unit perawatan Bedah RSUD polewali.

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    6/40

    6. Mengidentifikasi apakah ada hubungan antara komunikasi verbal maupun non verbal yang

    dilakukan perawat dan tingkat kecemasan keluarga dari pasien yang menjalani perawatan di

    Unit Perawatan Bedah RSUD polewali.

    1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi rumah sakit

    1. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan khususnya terhadap sikap dan ketrampilan

    dalam berkomunikasi.

    2. Memberikan informasi terntang pentingnya pelatihan komunikasi terapeutik sebagai salah

    satu upaya yang harus terus menerus dilaksanakan dalam meningkatkan kualitas pelayanan

    kepada pasien dan keluarganya serta masyarakat.

    3. Mendorong peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan khususnya sikap dan

    kemampuan komunikasi terapeutik perawat.

    4. Untuk meningkatkan pendapatan rumah sakit pada akhirnya karena dengan kualitas

    pelayanan keperawatan yang diberikan dalam bentuk komunikasi yang terapeutik dapat

    meningkatkan kepuasan pasien yang pada akhirnya pasien tetap loyal terhadap rumah sakit

    yang bersangkutan dan tidak berpindah ke tempat pelayanan jasa yang lain.

    1.4.2 Bagi perawat

    1. Menambah pengetahuan dalam upaya meningkatkan kualitas personal perawat sebagai care

    giver.

    2. Dapat memberi gambaran atau informasi bagi peneliti berikutnya.

    3. Memberi informasi terhadap perawat tentang pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat

    kecemasan kelurga dari pasien dan didalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

    4. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.

    1.4.3 Bagi pasien dan keluarga

    1. Agar dapat menerima pelayanan keperawatan yang lebih berkualitas khususnya dalam

    penerapan komunikasi terapeutik.

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    7/40

    2. Supaya klien dan keluarga merasa lebih aman, tenang dan nyaman selama proses perawatan

    di rumah sakit yang akan membantu terhadap penyembuhan pasien terhadap sakitnya.

    1.5 Relevansi

    Perawat harus menyadari bahwa komunikasi terapeutik adalah elemen penting dari

    kemampuan terapeutik perawat. Sehingga berkomunikasi yang asertif dalam praktek

    keperawatan profesional sangat berpengaruh atau membantu pasien dan keluarganya dalam

    proses penyembuhan atau dalam memenuhi kebutuhan dasarnya serta memberikan perasaan

    tenang tanpa kecemasan selama dirawat di rumah sakit.

    Disisi lain pasien dan keluarga sebagai komunikan dapat memberikan respon atau

    persepsi yang obyektif terhadap nilai-nilai sikap atau ketrampilan yang ada dalam komunikasi

    terapeutik yang ditampilkan oleh perawat selama terjadinya interaksi dengan pasien dan

    keluarganya. Evaluasi yang dibangun atas dasar persepsi yang benar dari pasien dan

    keluarganya akan membantu memperbaiki kinerja perawat dalam asuhan keperawatan yang

    pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan menuju profesionalisme

    keperawatan.

    BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bab ini akan disajikan tentang konsep komunikasi secara umum yang terdiri dari

    pengertian, komponen, macam, bentuk, tingkat hubungan komunikasi, faktor yang

    mempengaruhi proses komunikasi, arti komunikasi bagi perawat. Juga dibahas mengenai

    komunikasi terapeutik yang terdiri dari pengertian, tujuan, fungsi, tahapan, faktor penghambat,

    prinsip komunikasi terapeutik, dan perbedaan antara komunikasi terapeutik dengan komunikasi

    sosial serta aplikasi komunikasi dalam asuhan keperawatan. Pada bab ini juga dibahas konsep

    kecemasan yaitu pengertian kecemasan, penyebab kecemasan, tingkat kecemasan, rentang

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    8/40

    respon dan proses adaptasi terhadap kecemasan. Juga akan dibahas tentang Critical Care

    Nursing. Serta hubungan komunikasi dan tingkat kecemasan.

    2.1 Konsep komunikasi

    2.1.1 Pengertian

    Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin comunication yang berarti sama dalam hal

    ini berarti sama makna. Komunikasi juga diartikan sebagai upaya seseorang untuk merubah

    pikiran, perasaan atau perilaku orang lain (Effendi, 1992).

    Komunikasi juga merupakan elemen dasar dari hubungan interpersonal untuk

    membuat, memelihara, dan menampilkan kontak dengan orang lain (Mary Ann, 1998).

    2.1.2 Komponen komunikasi

    Komunikator: penyampai informasi atau sumber informasi, Komunikan: penerima

    informasi atau memberi respon terhadap stimulus yang disampaikan oleh komunikator, Pesan:

    gagasan atau pendapat, fakta, informasi atau stimulus yang disampaikan, Media: saluran yang

    dipakai untuk menyampaikan pesan, Encoding : perumusan pesan oleh komunikator sebelum

    disampaikan kepada komunikan, Decoding : penafsiran pesan oleh komunikan pada saat

    menerima pesan.

    2.1.3 Berbagai Macam Komunikasi

    Ada 3 (tiga) macam komunikasi antara lain (Kariyoso, 1994) :

    1. Komunikasi searah

    Komunikator mengirim pesannya melalui saluran atau media dan diterima oleh komunikan.

    Sedangkan komunikan tersebut tidak memberikan umpan balik (feedback).

    2. Komunikasi dua arah

    Komunikator mengirim pesan (berita) diterima oleh komunikan, setelah disimpulkan kemudian

    komunikan mengirimkan umpan balik kepada sumber berita atau komunikator.

    3. Komunikasi berantai

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    9/40

    Komunikan menerima pesan atau berita dari komunikator kemudian disalurkan kepada

    komunikan kedua, dari komunikan kedua disampaikan kepada komunikan ketiga dan

    seterusnya.

    2.1.4 Tingkat hubungan komunikasi

    Komunikasi intrapersonal, terjadi dalam diri individu sendiri. Komunikasi ini akan

    membantu agar seseorang atau individu tetap sadar akan kejadian disekitarnya. Melamun

    maka anda sedang melakukan komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal, interaksi

    antara dua orang atau kelompok kecil. Komunikasi ini merupakan inti dari praktek keperawatan

    karena dapat terjadi antara perawat dan klien serta keluarga, perawat dengan perawat, dan

    perawat dengan tim kesehatan lain. Komunikasi massa, interaksi yang terjadi dalam kelompok

    besar.

    Ceramah yang diberikan pada mahasiswa, kampanye, merupakan contoh

    komunikasimassa.

    2.1.5 Komunikasi verbal

    1. Pengertian

    Komunikasi yang dilakukan melalui kata-kata, bicara atau tertulis (Intansari Nurjannah,

    2001). Meskipun yang paling mempengaruhi komunikasi adalah bahasa non verbal, kata adalah

    alat yang sangat penting dalam komunikasi. Validasi tentang pengertian komunikasi verbal

    antara perawat dan pasien adalah penting. Menurut Leddy (1998), beberapa hal yang perlu

    diperhatikan oleh perawat dalam berkomunikasi secara verbal adalah: Masalah teknik yaitu

    seberapa akurat komunikasi tersebut dapat mengirimkan simbol dari komunikasi tersebut.

    Masalah semantik yaitu seberapa tepat simbol dalam mengirimkan pesan yang dimaksud.

    Masalah pengaruh yaitu seberapa efektif arti yang diterima mempengaruhi tingkah laku.

    2. Faktor-faktor penting dalam komunikasi verbal

    Ellis dan Nowlis (1994) mengatakan beberapa hal penting dalam komunikasi verbal:

    penggunaan bahasa, perlu mempertimbangkan pendidikan klien,tingkat pengalaman dan

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    10/40

    kemahiran dalam berbahasa (bahasa Inggris, Indonesia, dll). Dalam penggunaan bahasa

    memerlukan kejelasan yaitu memilih kata yang jelas dan tidak mempunyai arti yang salah.

    Keringkasan yaitu pesan singkat dan tanpa penyimpangan untuk menghindari kebingungan

    tentang apa yang penting dan apa yang kurang penting. Kecepatan yaitu kecepatan bicara

    mempengaruhi komunikasi verbal. Seseorang yang dalam keadaan cemas atau sibuk biasanya

    akan lupa untuk berhenti berbicara dan pembicaraan dilakukan sangat cepat sehingga hal ini

    menyebabkan pendengar tidak dapat memproses pesan dan menyusun respon yang akan

    diberikan.Komunikasi verbal dengan kecepatan yang sesuai akan memberikan kesempatan

    bagi pembicara sendiri untuk berpikir jernih tentang apa yang diucapkan dan juga akan

    menyebabkan seseorang dapat menjadi pendengar yang efektif. Voice

    tonemenunjukan gaya dari ekspresi yang digunakan dalam bicara dan dapat merubah arti dari

    kata.Pengaruh dari bicara dengan suara yang keras akan berbeda dengan suara yang lembut

    atau lemah.Suara yang keras menunjukan berbicara yang terburu-buru,tidak sabar,sindiran

    tajam dan marah.

    Salah satu komunikasi verbal yang penting dalam keperawatan adalah wawancara.

    Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data dari klien dalam tahap

    pengkajian. Wawancara adalah pola komunikasi yang mempunyai tujuan yang spesifik yaitu

    untuk mendapatkan riwayat kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan kesehatan, faktor resiko,

    dan untuk menentukan perubahan spesifik dari tingkat kesehatan dan pola hidup. (Potter dan

    Perry, 1993). Pewawancara akan mendapatkan informasi tentang keadaan kesehatan klien,

    pola hidup, pola sakit, sistem dukungan, pola adaptasi, kekuatan dan keterbatasan.

    Wawancara yang dilakukan perawat pada dasarnya tergantung pada situasi yang ada.

    Pada situasi emergensi, fokus wawancara perawat adalah mengenai trauma, faktor presipitasi

    serta alergi yang dimiliki klien.

    Hal ini berbeda pada saat situasi rehabilitasi dimana fokus wawancara perawat adalah

    mengenai keadaan sakit dulu dan sekarang, strategi koping, dll. Dengan melihat hal ini adalah

    sangat tidak tepat bagi perawat bila klien dalam keadaan gawat, perawat menanyakan pada

    klien tentang riwayat genogram klien atau hobi klien. Kegiatan wawancara oleh perawat dapat

    menggunakan beberapa teknik wawancara.

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    11/40

    3. Teknik wawancara

    1) Teknik mencari masalah

    Wawancara yang dilakukan berfokus untuk mengidentifikasi masalah klien yang

    potensial dan data berikutnya didapatkan dengan berfokus pada masalah yang telah

    ditemukan. Contoh: perawat menanyakan apakah klien mengalami mual, jika ya, kemudian

    perawat mengumpulkan data tentang kejadian, faktor pencetus, gejala yang menyertai, aktifitas

    yang dilakukan klien dengan menggunakan teknik pemecahan masalah.

    2) Teknik pemecahan masalah

    Teknik ini berfokus pada pengumpulan data yang lebih dalam terhadap masalah yang

    sudah diidentifikasi oleh perawat dan klien (Ivey, 1988). Contoh : jika klien mengalami mual,

    perawat kemudian mengumpulkan informasi tentang datangnya gejala tersebut (berangsur-

    berangsur atau tiba-tiba), faktor yang memperberat gejala yang berhubungan, caramenyelesaikan masalah yang telah dicoba oleh klien dan keefektifan pemecahan masalah

    tersebut.

    3) Teknik pertanyaan langsung

    Teknik ini merupakan teknik wawancara yang strukturnya memungkinkan didapatkan 1-

    2 jawaban. Teknik ini sering digunakan untuk mengklarifikasi informasi yang sudah didapatkan

    sebelumnya atau untuk menyediakan informasi tambahan (Ivey, 1988). Tujuan dari teknik

    wawancara ini adalah agar klien tidak dengan sengaja memberikan informasi yang berlebihan

    dari data yang ingin didapatkan oleh pewawancara. Biasanya pertanyaan ini digunakan untuk

    mendapatkan data biografi dan informasi spesifik tentang masalah kesehatan seperti gejala,

    faktor presipitasi, dan aktifitas pemecahan masalah.

    4) Teknik pertanyaan terbuka

    Teknik wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan respon lebih dari satu jawaban

    dari klien. Teknik ini dapat memicu terjadinya diskusi dengan klien mengenai gambaran status

    kesehatan klien saat ini. Contoh: perawatan kesehatan apa yang kamu butuhkan atau

    inginkan? Bagaimana perasaanmu?

    2.1.6 Komunikasi non verbal

    1. Pengertian

    Komunikasi non verbal adalah setiap bentuk perilaku manusia yang langsung dapat

    diamati oleh orang lain dan yang mengandung informasi tertentu tentang pengirim atau

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    12/40

    pelakunya (Johnson, 1981). Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak

    melibatkan bicara dan tulisan (Intansari Nurjannah, 2001). Sebesar 90% dari arti komunikasi

    berasal dari komunikasi non verbal (Hunsaker cit. Leddy, 1998). Hal ini menunjukan pentingnya

    mempelajari komunikasi non verbal.

    2. Fungsi komunikasi non verbal

    Adapun fungsi komunikasi non verbal menurut Mark L.Knapp (1972) adalah (1)

    Repetisi-mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya, setelah

    saya menjelaskan penolakan saya, saya menggelengkan kepala berkali-kali, (2) Subtitusi -

    menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya, tanpa sekata pun anda berkata. Anda dapat

    menunjukan persetujuan dengan mengangguk-angguk, (3) Kontradiksimenolak pesan verbal

    atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya, anda memuji prestasi

    kawan anda dengan mencibirkan bibir anda, (4) Komplemen-melengkapi dan memperkaya

    makna pesan non verbal. Misalnya, air muka anda menunjukan tingkat penderitaan yang tidak

    terungkap dengan kata-kata, (5) Aksentuasi menegaskan pesan verbal atau

    menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan

    memukul mimbar.

    3. Arti penting komunikasi non verbal

    Menurut Dale G. Leathers (1976) yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat, menyebutkan

    enam alasan mengapa pesan nonverbal sangat penting.

    Pertama, faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi

    interpersonal.Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan

    gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lain pun lebih

    banyak membaca pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal. Menurut

    Birdwhistell,barangkali tidak lebih dari 30% sampai 35% makna sosial percakapan atau

    interaksi dilakukan dengan kata-kata. Sisanya dilakukan dengan pesan nonverbal. Mehrabian,

    penulis The Silent Message, bahkan memperkirakan 93% dampak pesan diakibatkan oleh

    pesan nonverbal. Dalam konteks ini juga kita dapat memahami mengapa kalimat-kalimat yang

    tidak lengkap dalam percakapan masih dapat diberi arti. Anda maklum apa yang dimaksud oleh

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    13/40

    rekan anda ketika ia melukiskan kecantikan seorang wanita dengan kalimat yang tidak selesai,

    Pokoknya., ketika anda melihat gerak kepala, tubuh dan tangannya.

    Kedua, perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal

    ketimbang pesan verbal.Anda boleh menulis surat kepada pacar anda dan mengungkapkan

    gelora kerinduan anda. Anda akan tertegun, Anda tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk

    menyatakan sesuatu yang begitu mudah diungkapkan melalui pesan nonverbal. Bagaimana

    harus anda tuliskan dalamsurat Anda getaran suara, tarikan napas, kesayuan mata, dan detak

    jantung? Meurut Mahrabian (1967), hanya 7% perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan

    dengan kata-kata. Selebihnya, 38% dikomunikasikan lewat suara, dan 55% dikomunikasikan

    melalui ungkapan wajah (senyum, kontak mata, dan sebagainya).

    Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari

    penipuan, distorsi dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator

    secara sadar. Sejak Zaman Prasejarah, wanita selalu mengatakan tidak dengan lambang

    verbal, tetapi pria jarang tertipu. Mereka tahu ketika tidak diucapkan, se luruh anggota

    tubuhnya mengatakan ya. Dalam situsi yang double binding ketika pesan nonverbal

    bertentangan dengan pesan verbalorang bersandar pada pesan nonverbal.

    Keempat, pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan

    untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya

    memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah

    disebutkan bahwa pesan nonverbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi,

    komplemen dan aksentuasi. Semua ini menambah kadar informasi dalam penyampaian pesan.

    Kelima, pesan nonverbal merupakan cara berkomunikasi yang lebih efisien

    dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien.

    Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengunkapkan pikiran kita secara verbal daripada secara

    nonverbal.

    Keenam, pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi

    komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi secara tidak

    langsung. Sugesti disini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit

    (tersirat). Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan nonverbal.

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    14/40

    4. Klasifikasi komunikasi nonverbal

    1) Kinesics

    Merupakan komunikasi nonverbal yang dilakukan melalui pergerakan

    tubuh. Kinesics terdiri dari :

    Ekspresi muka. Posisi mulut, alis, mata dan senyum. Perawat sangat perlu melakukan validasi

    persepsi dari ekspresi muka yang ada pada klien sehingga perawat tidak salah

    mempersepsikan apa yang diobservasi dari klien. Misalnya perawat melihat seorang klien

    merengutkan mulutnya, perawat bisa mengklarifikasi dengan menanyakan apakah klien marah.

    Perawat juga perlu memperhatikan ekspresi verbalnya sendiri sehingga tidak terjadi perawat

    menyapa dengan suara yang ramah dan lembut tetapi mukanya tampak sinis atau merengut.

    Perasaan yang paling mudah dikenali melalui wajah adalah kebahagiaan, kesedihan,

    kemarahan, ketakutan, dan kebencian. Ekpresi wajah ini cenderung universal, yaitu orang-

    orang diseluruh dunia tersenyum jika mereka senang dan mengkerutkan kening jika merekah

    sedih (Ekman dan Friesen, 1975) yang dikutip oleh Niven. Dengan cara yang sama ada bukti

    bahwa ekspresi wajah cenderung untuk mempunyai arti yang juga universal, yaitu senyuman

    dikenal sebagai tanda kebahagiaan sedangkan kerutan kening dikenal sebgai tanda kesedihan

    diseluruh dunia (Ekman dan Friesen, 1975) yang dikutip oleh Niven. Dua implikasi yang penting

    untuk tenaga perawat adalah membuat pasien lebih sering tersenyum dapat membuat mereka

    merasa lebih baik dan belajar untuk menekan ekspresi wajah pada saat mjengalami stres

    mungkin menurunkan pengalaman emosional dari stres itu sendiri.

    Gesture (gerak, isyarat, sikap). Isyarat tangan dapat menunjukan seseorang sedang

    mengalami cemas atau tidak sabar. Kaki diseret dan kegelisahan menunjukan keinginan

    seseorang untuk lari. Posisi tubuh menunjukan seseorang bersikap terbuka pada orang lain.

    Menganggukan kepala atau menggelengkan kepala menunjukan komunikasi tertentu. Sikap

    atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik sehingga dapat memfasilitasi komunikasi yang

    terapeutik adalah (Egan cit.Keliat, 1992) : Berhadapan, arti dari posisi ini adalah Saya siap

    untuk anda.Mempertahankan kontak mata, kontak mata pada level yang sama berarti

    menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. Membungkuk ke arah

    klien, posisi ini menunjukan keinginan untuk mengatakan atau mendengarkan sesuatu.

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    15/40

    Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan akan menunjukan keterbukaan

    untuk berkomunikasi. Tetap rileks, tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan

    dan relaksasi dalam memberikan respon pada klien.

    Leddy (1998) mencontohkan beberapa sikap kinesic yang menunjukan komunikasi nonverbal:

    dengan lembut menggosok bagian belakang telinga menggunakan jari telunjuk menunjukkan

    seseorang yang ragu; sambil lalu menggosok mata dengan tangan menunjukan seseorang

    yang tidak paham dengan apa yang dikomunikasikan; menutupkan tangan ke mulut

    menunjukkan seseorang yang mencoba menyembunyikan sesuatu; bersandar dengan kedua

    tangan mendukung kepala menunjukan superior atau keyakinan; menjepit batang hidung

    dengan mata tertutup menunjukan pikiran yang penuh dengan penilaian; menggerakan mata

    kearah bawah dari batang hidung dan menatap dengan tajam lawan bicara menunjukkan

    penilaian negatif yang sangat kuat.

    Gerakan tubuh dan posture. Kaki yang kejang dan meloncat menunjukan seseorang yang

    tidak sabar, bosan atau tegang. Penampilan membungkuk menunjukan depresi. Meremas

    tangan menunjukan takut, nyeri atau kwatir. Penampilan kaku menunjukkan nyeri atau tegang.

    Mengacungkan jempol menunjukkan kemenangan. Menurunkan jempol menunjukkan konotasi

    negatif. Menendang obyek menunjukkan marah. Individu dengan postur membungkuk, dengan

    kepala dan mata melihat kebawah menunjukkan seseorang dengan harga diri rendah. Berdiri

    tegak dengan kepala meninggi dan tangan dipinggang menandakan status superior terhadap

    orang lain.

    Menurut Reece dan Whitman cit. Townsend (1993), respon tingkah laku yang digunakan untuk

    menilai seseorang hangat atau dingin diidentifikasikan sebagai berikut: seorang yang hangat

    dapat ditandai dengan posturnya yang mengarah kepada orang lain, tersenyum, kontak mata

    langsung. Seseorang yang dianggap dingin adalah seseorang dengan tingkah laku postur

    membungkuk, melihat sekeliling ruangan, mengetuk tangan di meja, dan tidak tersenyum.

    Gerak mata : kontak mata. Diartikan sebagai melihat langsung ke mata orang lain (Rosdahl,

    1999). Empat fungsi tatapan menurut Kendon cit. Rungapadiachy (1999) yaitu : mengatur aliran

    komunikasi, monitor umpan balik, ekspresikan emosi, mengkomunikasikan hubungan

    interpersonal yang alami. Efek negatif dari tatapan menurut Rungapadiachy (1999) yaitu

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    16/40

    merasa tidak nyaman, meragukan diri, menjadi marah, heran mengapa, menjadi bingung

    sendiri, merasa terancam, dan menjadi curiga.

    Rungapadiachy juga menyatakan situasi yang menyebabkan lebih banyak tatapan mata yaitu

    pada saat topik mudah dan tidak pribadi, pada saat individu tertarik pada orang lain, seseorang

    yang terbuka, pada saat seseorang ingin terlibat dalam diskusi, pada saat seseorang mencoba

    untuk mendominasi atau mempengaruhi orang lain. Sedangkan situasi dimana tatapan mata

    kurang dilakukan dapat diprediksikan pada situasi sebagai berikut yaitu saat seseorang secara

    fisik tertutup, saat seseorang terlibat dalam topik yang sulit atau tidak dikenal, saat seseorang

    tidak tertarik pada reaksi orang lain, jika seseorang tidak suka pada orang lain, tertutup, dan

    pada saat seseorang tidak butuh atau tidak ingin untuk terlibat.

    2) Paralanguage

    Paralanguisticatauparalanguagemenunjuk pada bahasa itu sendiri. Vokal dapat membedakan

    emosi yang dirasakan satu orang dengan orang lain. Beberapa komponen paralanguage

    adalahKualitas suara. Terdiri dari Resonansi yaitu intensitas suara mengisi ruang. Irama yaitu

    aliran, kecepatan dan gerakan suara. Pitch, meninggi atau merendahnya suara.

    Kecepatan,berapa cepat suara digunakan. Volume, kekerasan suara. Inflection, perubahan

    dalam tinggi atau rendahnya atau volume dari suara. Seseorang yang suaranya meningkat

    dalam hal kekerasannya,warna nada dan kecepatan bicaranya sering dianggap orang lain

    sebagai orang yang aktif dan dinamis. Orang dengan intonasi dan volume suara yang besar

    dan lancar dianggap meyakinkan.

    Vokal tanpa bahasa (non language vocalizations) adalah suara tanpa adanya struktur

    linguistik. Misalnya sedu sedan, tertawa, mendengkur, mengerang, merintih, hembusan nafas

    (menunjukkan takut, nyeri atau kaget), nafas panjang atau keluh kesah (menunjukkan

    keengganan untuk melakukan sesuatu).

    3) Proxemics

    Proxiemicsadalah ilmu yang mempelajari tentang jarak hubungan dalam interaksi sosial.

    Proxemics meliputi dua dimensi : Territoriality, asumsi dari kesopanan tingkah laku terhadap

    sebuah area geografi yang dimiliki seseorang atau suatu grup. Jarak Pribadi, adalah daerah

    tidak tampak dariterritoriality. Tidak boleh seseorang memaksa masuk kedalam area tersebut.

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    17/40

    Pemaksaan masuk ke area yang pribadi yang tidak diharapkan dari seseorang akan

    menimbulkan rasa tidak nyaman, gelisah, dan perasaan negatif lain (Wilson & Kneisl, 1983).

    Pengaturan meja atau kursi juga akan menurunkan atau meningkatkan jarak interpersonal.

    Empat jarak interaksi menurut Hall dan Linberg (1998) antara lain : jarak intim (sampai dengan

    18 inchi), jarak personal (18 inchi sampai 4 kaki) untuk interaksi dengan seseorang yang telah

    dikenal, jarak sosial (4 kaki sampai 12 kaki) untuk interaksi mengenai suatu urusan tetapi bukan

    orang khusus atau tertentu, jarak publik ( lebih dari 12 kaki ) untuk pembicaraan formal.

    Tingkat normal dari kedekatan fisik berbeda dalam tiap budaya.Dengan cara yang sama, ada

    perbedaan individual dalam jarak interpersonal. Masalah timbul jika individu dari budaya yang

    berbeda tidak dapat menyepakati jarak interpersonal yang tepat- satu orang tidak dapat

    berada dalam posisi yang cukup dekat karena yang lainnya terus melangkah mundur. Tenaga

    perawat seharusnya menyadari perbedaan individu dan budaya dalam kedekatan fisik karena

    berbicara terlalu dekat dengan seseorang akan tampak mengganggu; berbicara terlalu dekat

    dengan seseorang akan tampak mengganggu; berbicara terlalu jauh akan tampak dingin dan

    tidak personal. Ada satu kondisi dimana masuk kedaerah personal seseorang terbukti produktif.

    Baron (1978) yang dikutip oleh Niven menemukan bahwa jika kebutuhan seseorang untuk

    mendapatkan bantuan besar dan ia dapat meyakinkan penolong yang potensial tentang

    kenyataan ini, maka masuk kedaerah personal akan menghasilkan lebih banyak bantuan yang

    akan ditawarkan dari pada hanya berdiam diri saja.

    4) Sentuhan

    Sentuhan merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, sentuhan juga dapat menimbulkan

    reaksi positif atau negatif tergantun dari orang yang terlibat dan lingkungan sekililing interaksi

    tersebut. Komunikasi sentuhan adalah bentuk yang paling dasar dan primitif dari komunikasi

    (Townsen ,1993) Sentuhan penting dilakukan pada situasi emosional. Sentuhan dapat

    menunjukan arti Saya peduli Meskipun begitu, sangat perlu bagi perawat untuk memahami

    siapa, kapan dan mengapa sentuhan dilakukan, karena komunikasi non verbal ini mempunyai

    efek yang berlainan pada setiap individu. Sentuhan dapat disosialissasikan sebagai sifat

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    18/40

    keibuan, nyaman atau perhatian (Ellis,1994). Persepsi tentang sentuhan sangat dipengaruhi

    oleh pengalaman masa lalu seseorang, asumsi dan situasi saat itu. Sentuhan dapat

    dikategorikan menurut pesan yang dikomunikasikan (Knap ciit.Townsen, 1993) : Fungsional-

    profesional.Sentuhan tipe ini tidak khusus dan untuk urusan tertentu, digunakan untuk

    menyelesaikan tugas tertentu . Misalnya seorang penjahit mengukur baju orang yang ingin

    menjahitkan baju. Sosial-sopan. Sentuhan tipe ini lebih dari sentuhan yang bukan ditujukan

    untuk orang tertentu, tapi menunjukan penegasan atau penerimaan terhadap orang lain

    tersebut. Misalnya berjabat tangan. Sahabat-hangat. Sentuhan ini berada pada tingkat yang

    menandakan rasa suka yang kuat pada orang lain, sebuah perasaan bahwa dia adalah teman.

    Misalnya meletakkan satu tangan pada bahu orang lain. Cinta-keintiman. Sentuhan tipe ini

    menunjukan kasih sayang yang kuat atau daya tarik untuk orang lain. Misalnya memeluk yang

    kuat.Sexual arou sal. Tipe sentuhan berada pada tingkat ekspresi dari daya tarik fisik saja.

    Misalnya menyentuh daerah kemaluan orang lain.

    5) Cultural Artifact

    Artifactadalahhalhal yang ada dalam interaksi seseorang dengan orang lain yang mungkin

    bertindak sebagai rangsang non verbal misalnya: baju, kosmetik, parfum atau bau badan,

    deodorant, perhiasan, kaca mata, rambut palsu, cambang, kumis dan lain-lain. Penampilan

    personal dan cara memakai baju menurut Rosdahl (1999) juga termasuk dalam artifact.

    Misalnya seorang penjahat melihat seorang laki-laki gagah memakai baju loreng maka penjahat

    akan ketakutan karena dia mengira orang tersebut adalah tentara padahal orang tersebut

    seperti apa yang dipikirkannya

    6) Gaya Berjalan

    Beberapa gaya berjalan yang menunjukan pesan tertentu antara lain: cara berjalan yang

    bersemangat dan gembira akan menunjukan seseorang tersebut dalam keadaan senang . Cara

    berjalan menyeret menunjukan sedih atau merasa kecil hati.

    7) Penampilan fisik umum

    Kulit yang kering dan berkerut akan mengkomunikasikan pada kita bahwa orang tersebut

    sedang mengalami kekurangan cairan. Pola napas cepat menunjukan seseorang sedang

    cemas.

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    19/40

    Ellis (1994) menyarankan cara menginterpretasikan tingkah laku non verbal : menyadari

    beberapa arti dari tingkah laku non verbal; meluaskan pemahaman dan menajamkan

    kemampuan interpretasi tingkah laku non verbal dan menggunakan latar belakang orang yang

    diobservasi untuk mencoba menafsirkan arti tingkah laku non verbalnya; membaca komunikasi

    non verbal sebanyak-banyaknya yang disampaikan seseorang dan mendiskusikan dengan

    rekan atau perawat lain; memvalidasi persepsi dari tingkah laku seseorang dengan

    menggambarkan apa yang diamati dan tanyakan apakah anda menginterpretasikan dengan

    tepat.

    Terdapat enam jalan di mana komunikasi verbal dan non verbal saling berhubungan

    : Pengulangan.Komunikasi non verbal mengulangi ide komunikasi verbal misalnya secara

    verbal mengatakan ikan yang sangat besar dan kemudian tangan pembicara direntang untuk

    menunjukan ukuran ikan tersebut. Berlawanan. Komunikasi nonverbal berlawanan dengan

    komunikasi verbal misalnya seseorang yang mengatakan tidak marah tetapi ekspresi mukanya

    menunjukan kemarahan.Pelengkap. Pesan dari komunikasi non verbal menambah pesan dari

    komunikasi verbal misalnya seseorang yang mengatakan saya sedikit tersinggung tapi suara

    dan tindakannya menunjukan kemarahan yang lebih besar. Tekanan. Komunikasi non verbal

    yang menekankan komunikasi non verbal misalnya menginginkan orang lain tenang

    mengangkat tangannya pada saat meminta agar orang lain tenang (Ekman, cit. Wilson dan

    Kneils, 1983).

    Menghubungkan dan mencocokan. Misalnya seorang wanita tetap membuka dan menutup

    mulutnya dengan singkat saat orang lain bicara menandakan wanita ini ingin menandakan

    giliran bicara. Mengganti. Komunikasi non verbal digunakan untuk mengganti komunikasi

    verbal misalnya lambaian tangan atau menepuk tangan untuk memuji orang lain yang dianggap

    berprestasi.

    2.1.6 Faktor yang mempengaruhi proses komunikasi

    Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Potter & Perry (1993)

    :Perkembangan.Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang perawat harus mengerti

    pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir dari orang

    tersebut. Adalah berbeda cara berkomunikasi anak usia remaja dengan anak usia balita.

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    20/40

    Kepada remaja, anda barangkali perlu belajar bahasa gaul mereka sehingga remaja yang kita

    ajak bicara akan merasa kita mengerti mereka dan komunikasi diharapkan akan lancar.

    Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa.

    Persepsi dibentuk oleh harapan atau pengalaman.Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan

    terhambatnya komunikasi. Misalnya kata-kata virus mempunyai perbedaan persepsi pada

    seorang ahli komputer dengan seorang dokter.

    Nilaiadalah standar yang mempengaruhi pengaruhi perilaku sehingga penting bagi

    perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan

    mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien.

    Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai

    pribadinya.Perbedaan nilai tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut, klien memandang

    abortus tidak merupakan perbuatan dosa sementara perawat memandang bahwa abortus

    merupakan tindakan dosa.Hal ini dapat menyebabkan konflik antara perawat dan klien.

    Latar belakang sosial budaya. Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi

    oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi. Seorang

    remaja putri ingin membeli makanan khas disuatu daerah. Remaja tersebut berasal dari daerah

    lain. Pada saat membeli makanan tersebut, si remaja tiba-tiba menjadi pucat ketakutan karena

    si penjual menanyakan padanya berapa banyak cabe merah yang dibutukan untuk campuran

    makanan yang akan diberikan.Apa yang terjadi ? Si remaja tersebut merasa dimarahi oleh si

    penjual karena cara menanyakan cabe itu seperti membentak bagi si remaja putri padahal si

    penjual merasa tidak memarahi remaja tersebut. Hal ini dikarenakan budaya dan logat bicara si

    penjual yang memang tegas dan keras sehingga terkesan marah-marah bagi orang dengan

    latar budaya yang berbeda.

    Emosi. Merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian.Emosi seperti marah,

    sedih dan senang akan mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang

    lain.Perawat perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga perawat mampu

    memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain itu perawat juga perlu mengevaluasi

    emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan keperawatan tidak terpengaruh

    oleh emosi bawah sadarnya.

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    21/40

    Jenis kelamin. Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda.

    Tanned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai

    perbedaan gaya komunikasi. Dari usia tiga tahun wanita bermain dengan teman baiknya atau

    dalam group kecil dan menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan

    perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman. Laki-laki dilain pihak, menggunakan

    bahasa untuk mendapatkan kemandirian dari aktifitas dalam group yang lebih besar,dimana jika

    mereka ingin berteman, maka mereka melakukannya dengan bermain..

    Pengetahuan. Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan.

    Seseorang yang tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang

    mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Perawat perlu

    mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan

    akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada klien.

    Peran dan hubungan. Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar

    orang yang berkomunikasi. Cara komunikasi seorang perawat dengan koleganya, dengan cara

    komunikasi seorang perawat pada klien akan berbeda tergantung perannya. Demikian juga

    antara guru dengan murid.

    Lingkungan. Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif.

    Suasana yang bising, tidak adaprivacyyang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan

    dan ketidaknyamanan. Misalnya berpacaran di pasar tentunya tidak nyaman. Untuk itulah

    perawat perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan nyaman sebelum memulai interaksi

    dengan klien.

    Jarak. Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu dapat menyediakan rasa

    aman dan kontrol. Dapat dimisalkan dengan individu yang merasa terancam ketika seseorang

    tiudak dikenal tiba-tiba berada pada jarak yang sangat dekat dengan dirinya.Hal itu juga yang

    dialami klien saat pertama kali berinteraksi dengan perawat.Untuk itu perawat perlu

    memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan hubungan dengan klien.

    2.1.7 Arti komunikasi bagi perawat

    Menurut Stuart and Sundeen (1995) yang dikutip oleh Intansari Nurjannah, arti

    komunikasi bagi perawat sebagai alat untuk membangun hubungan terapeutik. Menurut As

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    22/40

    Hornby (1974) terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari

    penyembuhan. Disini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang

    memfasilitasi proses penyembuhan. Mampu terapeutik berarti seseorang mampu melakukan

    atau mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi proses

    penyembuhan. Sebagai alat bagi perawat untuk mempengaruhi tingkah laku klien dan

    kemudian untuk mendapatkan keberhasilan dalam intervensi keperawatan. Komunikasi

    merupakan hubungan itu sendiri, dimana tanpa ini tidak mungkin terjadi hubungan terapeutik

    perawat-klien.

    2.1.8 Aplikasi komunikasi dalam asuhan keperawatan

    Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur yang utama bagi

    perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal.

    Menurut Nursalam (2002) kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi meliputi : (1)

    timbang terima; (2) interview/anamnese; (3) komunikasi melalui komputer; (4) komunikasi

    rahasia klien; (5) komunikasi melalui sentuhan; (6) komunikasi dalam pendokumentasian; (7)

    komunikasi antar perawat dan profesi kesehatan lain dan (8) komunikasi antar perawat dan

    pasien. Dalam hal ini peneliti meneliti tentang komunikasi antar perawat dengan klien dalam

    hubungannya dengan kepuasan klien.

    2.2 Konsep Kecemasan

    2.2.1 Pengertian Kecemasan

    Kecemasan yang dirasakan oleh klien dan keluarganya disaat klien harus dirawat

    mendadak dan tanda terencana merupakan reaksi pertama yang muncul begitu mulai masuk

    rumah sakit dan akan terus menyertai klien dan keluarganya dalam setiap upayanya perawatan

    terhadap penyakit yang diderita klien.

    Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif individual, mempunyai

    kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung. Perawat dapat

    mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkah laku klien.

    Stuart (1996) mendefinisikan cemas sebagai emosi tanpa obyek yang spesifik,

    penyebabnya tidak diketahui, dan didahului oleh pengalaman baru. Sedangkan takut

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    23/40

    mempunyai sumber yang jelas dan obyeknya dapat didefinisikan. Takut merupakan penilaian

    intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan cemas merupakan respon emosi terhadap

    penilaian tersebut.

    Lebih jauh dikatakan pula, kecemasan dapat dikomunikasikan dan menular, hal ini dapat

    mempengaruhi hubungan terapeutik perawat klien. Hal ini menjadi perhatian perawat.

    Bostrom (1995) mengemukakan stressor sebagai factor presipitasi kecemasan adalah

    bagaimana individu berhadapan dengan kehilangan dan bahaya yang mengancam. Bagaimana

    mereka menerimanya tergantung dari kebutuhan, keinginan, konsep diri, dukungan keluarga,

    pengetahuan, kepribadian dan kedewasaan.

    Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang mengancam

    keutuhan serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk prilaku seperti rasa tak

    berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, phobia tertentu (Hamid dkk,1997).

    Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan

    kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi (Hudak dan

    Gallo, 1997).

    2.2.2 Teori-teori Penyebab kecemasan

    Direktorat Kesehatan jiwa, Depkes RI (1994) mengembangkan teori-teori penyebab

    kecemasan sebagai berikut :

    1. Teori Psikoanalitik

    Kecemasan merupakan konflik emosional yang terjadi antara 2 elemen kepribadian

    yaitu Iddansuper ego. Idmelambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super

    egomencerminkan hati nurani seseorang, sedangkan egoatau aku digambarkan sebagai

    mediator dari tuntutan Iddan super ego. Kecemasan berfungsi untuk memperingatkan ego

    tentang suatu bahaya yang perlu diatasi.

    2. Teori Interpersonal

    Kecemasan terjadi dari ketakutan dan penolakan interpersonal, hal ini digubungkan dengan

    trauma pada masa pertumbuhan seperti seperti kehilangan atau perpisahan yang

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    24/40

    menyebabkan seseorang tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya

    sangat mudah untuk mengalami kecemasan berat.

    3. Teori Perilaku

    Kecemasan merupakan hasil frustasi segala sesuatu yang mengganggu kemampuan untuk

    mencapai tujuan yang diingikan. Para ahli prilaku menganggap kecemasan merupakn suatu

    dorongan, yang mempelajari berdasarkan keinginan untuk menghindari rasa sakit. Pakar teori

    meyakini bahwa bila pada awal kehidupan dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan maka

    akan menunjukkan kecemasan yang berat pada masa dewasanya.

    Sementara para ahli teori konflik mengatakan bahwa kecemasan sebagai benturan-benturan

    keinginan yang bertentangan. Mereka percaya bahwa hubungan timbal balik antara konflik dan

    daya kecemasan yang kemudian menimbulkan konflik.

    4. Teori Keluarga

    Gangguan kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata dalam keluarga, biasanya

    tumpang tindih antara gangguan cemas dan depresi.

    5. Teori Biologi

    Teori biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiasepin.

    Reseptor ini mungkin mempengaruhi kecemasan.

    2.2.3 Cara Penilaian Tingkat Kecemasan

    Menurut Maramis, ME (1990) ada test-test kecemasan dengan pertanyaan langsung,

    mendengarkan kriteria penderita, serta mengobservasinya terutama perilaku non verbalnya. Ini

    sangat berguna dalam menentukan adanya kecemasan dan untuk menetapkan tingkatnya.

    Penting adalah tanda-tanda kedutan, tremoratau meraba-raba diri sendiri, tatapan mata kurang

    atau menerawang, kurang senyum, dan kecenderungan menegakkan tubuh. Otot-otot muka

    lebih mudah dikontrol oleh karena itu penderita dapat saja berpura-pura tidak cemas, tetapi

    gerakan lain seperti tersebut diatas kurang dapat dikontrol. Adalah penting bagi tim kesehatan

    untuk peka terhadap isyarat-isyarat non verbal tersebut. Untuk menentukan tingkat kecemasan

    dipakai skor HARS yang telah dianggap baku.

    Bila diadakan skoring, maka skor 15 atau lebih menunjukkan adanya kecemasan

    penderita. Adapun gejala-gejala yang tercantum pada HARS (Hamilton Anxiety Rating

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    25/40

    Scale) adalah terdiri dari 14 item yaitu : 1) Perasaan cemas, 2) Ketegangan, 3) ketakutan, 4)

    Gangguan tidur, 5) Gangguan kecerdasan, 6) Perasaan depresi, 7) Gejala somatik, 8) Gejala

    sensorik, 9) Gejala cardiovasculer, 10) Gejala pernafasan, 11) Gejala gastrointestinal, 12)

    Gejala urogenetalia, 13) Gejala vegetatif atau otonom, 14) Perilaku sewaktu wawancara.

    2.2.4 Respon klien terhadap kecemasan

    Kecemasan yang timbul dapat diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa respon

    fisik, emosional, dan kognitif atau intelektual.

    1. Respon Fisiologis :

    1) Kardiovaskuler : Palpitasi berdebar, tekanan darah meningkat/menurun, nadi

    meningkat/menurun.

    2) Saluran Pernafasan : Nafas cepat dangkal, rasa tertekan di dada, rasa seperti tercekik.

    3) Gastrointestinal : Hilang nafsu makan, mual, rasa tak enak pada epigastrium, diare.

    4) Neuromuskuler : Peningkatan refleks, wajah tegang, insomnia, gelisah, kelelahan secara

    umum, ketakutan, tremor.

    5) Saluran Kemih : Tak dapat menahan buang air kecil.

    6) Sistem Kulit : Muka pucat, perasaan panas/dingin pada kulit, rasa terbakar pada muka,

    berkeringat setempat atau seluruh tubuh dan gatal-gatal.

    2. Respon Kognitif : konsentrasi menurun, pelupa, raung persepsi berkurang atau menyempit,

    takut kehilangan kontrol, obyektifitas hilang.

    3. Respon emosional : kewaspadaan meningkat, tidak sadar, takut, gelisah, pelupa, cepat marah,

    kecewa, menangis dan rasa tidak berdaya.

    2.2.5 Rentang respon dan proses adaptasi terhadap cemas

    Stuart dan Sundeen (1995) mengatakan rentan respon individu berfluktuasi antara

    respon adaptif dan maladaptive seperti :

    Adaptif Maladaptif

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    26/40

    Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

    (Gambar : Rentang respon adaptif dan maladaptif)

    (Dikutip dari Stuart dan Sundeen (1995) : Principles and practice of psychiatric nursing (5 thed),

    Philadelphia : Mosby Year Book)

    Roy(1992)

    mengatakan manusia mahluk yang unik karenanya mempunyai respon yang berbeda-beda

    terhadap cemas tergantung kemampuan adaptasi ini dipengaruhi oleh pengalaman berubah

    dan kemampuan koping individu. Koping adalah mekanisme mempertahankan keseimbangan

    dalam menghadapi stress.

    Selanjutnya Roy (1992) menerangkan proses adaptasi dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu :

    Stresor (stimulus lokal) : yaitu semua rangsang yang dihadapi individu dan memerlukan respon

    adaptasi.

    Mediator (proses adaptasi) :

    1) Stimulus internal yaitu factor dari dalam yang dimiliki individu seperti keyakinan, pengalaman

    masa lalu, sikap, dan kepribadian.

    2) Stimulus eksternal (kontekstual) yaitu factor dari luar yang berkontribusi atau melatar belakangi

    dan mempengaruhi respon adaptasi individu terhadap stressor yang dihadapi.

    2.3 Critical Care Nursing

    2.3.1 Sejarah

    ICU (Intensive Care Unit) sudah dimukai pada tahun 1950 akan tetapi hanya

    diperuntukkan untuk pasien-pasien polio. Pada tahun 1960 RR (Recovery Room) mulai ada dan

    dipakai untuk pasien post operasi seperti operasi jantung, dsb. Selanjutnya pada tahun 1970

    ICU (Intensive Care Unit)digunakan untuk pasien-pasien post operasi jantung, neurologikal,

    trauma, transplantasi, pediatric, dan neonatus.

    2.3.2 Pengertian

    Merupakan keperawatan individu dan keluarga pada kondisi yang tiba-tiba atau tidak

    diduga yang mengancam kehidupan. Pengertian ini sangat luas sehingga memerlukan

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    27/40

    kemampuan untuk deteksi dan manajemen keadaan yang mengancam kehidupan serta

    masalah kesehatan yang terjadi secara tiba-tiba, dan 20 % Life Threatening. Dimana

    pendidikan kesehatan memegang peran utama termasuk peningkatan kesehatan dan deteksi

    dini.

    Pelayanan keperawatan kegawatdaruratan adalah pelayanan profesional yang

    didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio-

    psiko-sosio-spiritual yang komperhensif ditujukan kepada klien/pasien yang mempunyai

    masalah aktual atau resiko yang mengancam kehidupan, terjadi secara mendadak atau tidak

    dapat diperkirakan, dan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.

    Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu

    mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi.

    Dampak psikososial kegawatan pada Pasien dan keluarga

    Paisen yang dirawat di ruang intensive mengalami keadaan gawat yang dapat

    mengancam kehidupan. Kondisi seperti ini menimbulkan ketakutan dan kecemasan yang

    meningkat pada pasien dan keluarganya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh koping psikologis

    pasien dan keluarga itu sendiri, akan tetapi pada unit ini akan sering ditemukan bahwa koping

    yang digunakan efektif akan tetapi kecemasan berkelanjutan maka koping akan menjadi tidak

    efektif dan hal ini akan memperburuk keadaan pasien dan keluarganya.

    Dampak pada Pasien

    Penyakit, lingkungan yang asing dan penggunaan alat-alat asing yang menempel dan

    bergelantungan pada tubuh akan menimbulkan stress dalam diri pasien, ini akan

    dimanifestasikan dengan sikap menolak, marah, pasif ataupun agresif. Dan apabila koping yang

    digunakan efektif maka pasien tidak akan jatuh pada kondisi yang lebih fatal akan tetapi bila

    sebaliknya maka pasien akan mengalami ketakutan dan kecemasan yang akan berdampak

    negatif dalam proses perawatan selanjutnya. Seperti yang dikemukakan oleh Sochren (1995)

    dan Pennock (1994) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa penyebab terjadinya stress

    adalah adanya oral dan nasal tube, merasa kehilangan, lumpuh dan tidak dapat bicara serta

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    28/40

    pemakaian ventilator. Sedangkan Reigel (1989) mengatakan bahwa 30 % sampai 70 % pasien

    mempunyai stress psikologis seperti ;powerlessnes, anger, dan syndrome ICU.

    Dampak pada keluarga

    Dalam Critical Care Nursing keluarga mempunyai kontribusi yang sangat penting. Kebutuhan

    Keluarga :

    1) Kebutuhan akan informasi

    - Penyakit pasien serta kemajuannya

    - Hasil yang diharapkan

    - Orientasi tentang ICU

    - Beri waktu untuk bertanya

    2) Kebutuhan emosional

    - Mengurangi kecemasan dengan menjelaskan keadaan pasien sehingga keluarga percaya,

    pasien dan keluarga mendapat pengetahuan

    - Memberi informasi setiap hari

    - Rencana untuk pindah

    3) Kebutuhan fisik/personal

    - Waktu kunjungan

    - Tempat menunggu

    - Libatkan dalam menolong pasien walaupun dalam hal kecil

    2.3.4. Kecemasan di unit perawatan kritis

    Kecemasan atau ansietas dipandang sebagai suatu keadaan ketidakseimbangan atau

    ketegangan yang dengan cepat mengusahaan terjadinya koping. Koping kemudin dapat

    dipandang sebagai suatu transaksi antara orang dengan lingkungan. Keberhasilan transaksi

    menurunkan ketegangan dan meningkatkan rasa tenang dan sejahtera.

    Adanya stress atau ancaman terhadap keutuhan seseorang, pertahanan, keamanan

    dan pengendalian akan menyebabkan ansietas. Penyakit merupakan salah satu stress.

    Masuknya pasien kedalam ancaman sakit yang berada pada rentang hidup atau mati

    akan mengancam dan mengubah homeostasis keluarga untuk beberapa alasan. Lebih dari rasa

    takut yang nyata tentang kematian, pengaruh terhadap anggota keluarga yang dirawat

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    29/40

    dirasakan oleh keluarga. Tanggung jawab pasien sekarang ditambahkan pada tanggung jawab

    orang lain, bila tanggung jawab ini ditinggalkan anggota keluarga akan mengalami berbagai

    tingkat ketidaknyamanan. (Hudak & Gallo, 1997 : 27)

    2.4 Hubungan Komunikasi dan Tingkat Kecemasan

    Asuhan Keperawatan kritis dimana perawat dihadapkan dalam situasi yang tiba-tiba dan

    tidak diduga yang mengancam kehidupan. Bagi kebanyakan perawat hal ini membutuhkan

    suport sistem.

    Intervensi krisis bagi keluarga dengan stres akut adalah penting untuk pencegahan

    krisis fungsi kesehatan mental keluarga.

    Ansietas pada klien dan keluarga yang menjalani perawatan di unti perawatan kritis

    terjadi karena adanya ancaman ketidak berdayaan kehilangan kendali, perasaan kehilangan

    fungsi dan harga diri, kegagalan membentuk pertahanan, perasaaan terisolasi dan takut mati.

    Untuk membantu meningkatakan perasaan pengendalian diri pada klien dan keluarga dapat

    salah satunya dapat melalui pemberian informasi dan penjelasan (Hudak & Gallo, 1997 : 11).

    Pemberian informasi dan penejelasan ini dapat dilakukan dengan baik apabila didukung oleh

    pelaksanaan komunikasi yang efektif.

    Bantuan kepada keluarga pada perasaannya amat penting untuk menghindari

    keterlambatan reaksi kedukaan dan depresi yang berlarut-larut. perawat dapat memberi

    petunjuk pada keluarga untuk saling membantu dalam menangis dan membagi rasa takut dan

    kesedihannya.Refleksi perasaan atau aktif mendengar diperlukan untuk melalui keadaan ini.

    Waktu perawat dalam keperawatan kritis untuk keluarga seringkali terbatas karena

    pekerjaan yang ada, sehingga menjadi penting untuk membuat setiap interaksi berguna bagi

    keluarga. perawat harus bertanggung jawab terhadap percakapan langsung dan memfokuskan

    pada saat ini dan sekarang. Ia harus menghindari usaha memberikan nasehat yang tidak

    berguna dalam menekankan pendekatan penyelesaian masalah. Untuk membuat interaksi

    bermakna, perawat harus memfokuskan pada situasi krisis dan menghindari keterlibatan dalam

    masalah kronik yang lama dan berlarut-larut. (Hudak& Gallo, 1997 : 30)

    BAB 3

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    30/40

    3.1 Kerangka Konsep

    Faktor Internal :- Jenis kelamin- Usia

    - Status Perkawinan- Pengetahuan- Pengalaman masa laluPemahaman keagamaan

    Keterangan :

    : Diteliti.

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    31/40

    : Tidak diteliti

    erangka Konseptual Hubungan Antara Komunikasi yang Dilakukan Perawat dan Tingkat Kecemasan

    Keluarga pada Pasien yang Dirawat di Unit Perawatan bedah

    Pasien dan keluarga yang masuk rumah sakit (MRS) pasti akan mengalami perasaan

    cemas atau ansietas yang merupakan respon psikologis yang dirasakan oleh keluarga ataupun

    pasien sendiri. Keadaan emosi ini dialami secara obyektif dan dikomunikasikan dalam

    hubungan interpersonal.Ansietasatau kecemasan ini akan lebih jelas ditemukan pada keluarga

    ataupun pasien yang dirawat di unit perawatan bedah atau Critical Care Unit.

    Kecemasan atau ansietas adalah menggambarkan keadaan kawatir, gelisah, takut, tidak

    tentram disertai berbagai keluhan fisik. Disini dituntut peran perawat yang berada disamping

    pasien dan keluarganya selama 24 jam untuk mampu melaksanakan asuhan keperawatan

    profesional kepada klien dan keluarganya. Dalam hubungan interpersonal antara perawat

    pasienkeluarga, hal ini menuntut penampilan kerja (kinerja) perawat melalui penerapan

    komunikasi terapeutik yang ditampilkan dengan komunikasi baik verbal maupun nonverbal.

    Dengan komunikasi baik verbal maupun non verbal yang efektif diharapkan baik pasien

    sendiri maupun keluarga akan memberikan respon yang adaptif yaitu penurunan tingkat

    kecemasan ini akan berdampak terhadap proses perawatan pasien itu sendiri. Oleh karena itu

    bagi peneliti dipandang perlu melakukan penelitian untuk mengkaji dan mengidentifikasi

    penampilan kerja perawat khususnya dalam penerapan komunikasi terapeutik yang ditampilkan

    dalam komunikasi verbal dan nonverbal dalam praktek keperawatan profesional dengan

    penurunan tingkat kecemasan keluarga dari klien yang di rawat di unit perawatan kritis pasien.

    3.2 Hipotesis

    H1 : Ada hubungan komunikasi verbal maupun nonverbal yang dilakukan perawatterhadap tingkat kecemasan keluarga dari pasien yang menjalani perawatan di unit perawatan

    Bedah RSUD Polewali.

    BAB 4

    METODE PENELITIAN

    4.1 Jenis penelitian

    Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey analitik dengan pendekatan cross

    sectional studydimana data di kumpulkan pada saat bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui Hubungan Komunikasi Perawat Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pada

    Pasien Yang Dirawat di unit perawatan Bedah RSUD Polewali.

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pasien yang dirawat

    di unit perawatan Bedah RSUD polewali

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    32/40

    4.2

    Kerangka Kerja

    Penyajian Hasil

    Pengumpulan data dilakukan terhadap responden denganmenggunakan kuesioner

    Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga pasien yang memenuhi

    kriteria inklusi, berjumlah 24 orang

    mbar 4.1 Kerangka kerja penelitian hubungan antara komunikasi yang dilakukan perawat dan kecemasan

    keluarga pasien yang dirawat di unit perawatan Bedah RSUD Polewali

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    33/40

    4.3 Populasi, Sampel dan Sampling

    4.3.1 Populasi

    Populasi adalah setiap subjek (dapat berupa manusia,binatang percobaan,dan lain-lain)

    yang memenuhi karakteristik yang ditentukan (Sastroasmoro,1995). Ada dua jenis populasi

    yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Dengan perkataan lain populasi terjangkau

    adalah bagian dari populasi target yang dibatasi oleh tempat dan waktu. Dari populasi

    terjangkau inilah akan dipilih sampel yang terdiri dari subjek yang akan diteliti. Pada penelitian

    ini populasi terjangkaunya adalah keluarga dari pasien yang di unit perawatan Bedah RSUD

    Polewali

    4.3.2 Sampel

    Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap

    mewakili populasinya (Sastroasmoro,1995). Sampel adalah keseluruhan objek yang diteliti dan

    dianggap mewakili keseluruhan populasi (Nursalam & Siti Pariani, 2000). Pada penelitian ini

    sampel diambil dari keluarga dari pasien yang sakit dan dirawat di unit perawatan Bedah RSUD

    Polewali

    Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk

    diteliti (Nursalam & Siti Pariani, 2000:65). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : semua

    keluarga pasien yang dirawat diunit perawatan kritis, responden adalah memiliki hubungan

    keluarga dengan pasien, tidak mengalami gangguan orientasi realita, jenis kelamin laki-laki dan

    perempuan dengan umur 20-60 tahun, Keluarga pasien yang dirawat di unit perawatan kritis,

    keluarga pasien bersedia menjadi responden dan untuk pasien yang dirawat pada hari 1

    sampai hari ke 3.

    Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek dari penelitian

    karena berbagai sebab dengan atau kata lain tidak layak untuk diteliti atau tidak memenuhi

    kriteria inklusi pada saat penelitian berlangsung (Nursalam & Siti Pariani, 2000:66). Yang

    termasuk kriteria ekslusi: tidak memiliki hubungan keluarga dengan pasien, mengalami

    gangguan orientasi realita; tidak sadar, laki dan perempuan yang berumur < 20 dan > 60 tahun;

    pasien tidak dirawat di unit perawatan kritis; menolak menjadi responden dan yang dirawat > 3

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    34/40

    hari. Dalam penelitian ini besar sampel ditetapkan berdasarkan rumus sebagai berikut

    (Anwar.A, 1987)

    Dimana :

    n = perkiraan jumlah sampel

    N = perkiraan besar populasi.

    Z = nilai standar normal untuk = 0,05 (1,96)

    p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50% (0,5)

    q = 1p (0,5)

    d = tingkat kesalahan, yang dipilih (d = 0,05).

    25 x 1.96x 0.5 x 0.75

    = 24

    0.05 x 24 + 1.96x 0.5 x 0.75

    4.3.3 Sampling

    Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

    mewakili populasi (Nursalam & Siti Pariani, 2000: 66). Penelitian ini menggunakan Purposive

    sampling. Suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi

    sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik

    populasi yang dikenal sebelumnya (Nursalam, 2000: 68).

    4.4 Identifikasi Variabel

    4.4.1 Variabel independen

    Variabel independen adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi

    variabel depedent (Nursalam & Siti Pariani, 2000:166). Variabel independennya adalah

    komunikasi verbal dan non verbal yang dilakukan oleh perawat dengan keluarga pasien.

    4.4.2 Variabel dependen

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    35/40

    Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel

    independen (Nursalam & Siti Pariani, 2000: 167). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

    tingkat kecemasan keluarga pasien.

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    36/40

    4.5 Definisi Oprasional

    Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala SkorVariabel

    IndependenKomunikasi

    Komunikasi

    verbal

    Komuniksi non

    verbal

    Penyampaian

    pesan yang

    dilakukan melalui

    kata-kata, bicara

    atau lesan.

    Bentuk perilaku

    manusia yang

    langsung dapat

    diamati oleh orang

    lain dan yang

    mengandung

    informasi tertentu

    tentang pengirim

    atau pelakunya.

    Suara jelas,

    kecepatan, singkat,

    sederhana atau

    bahasa yang biasa

    digunakan, sesuai

    konteks waktu dan

    ruang, keakuratan,mudah memberi

    pengertian, tekanan

    suara yang hangat

    dan umpan balik

    Memelihara kontak

    mata, berhadapan,

    sedikit miring atau

    membungkuk, postur

    terbuka : lengan,

    postur terbuka : kaki,

    postur rileks,

    anggukan kepala atau

    tunjukkan

    ketertarikan, senyum,

    muka menunjukkan

    ketertarikan atau

    perhatian,

    pembicaraan

    menunjukkan

    ketertarikan,

    kerapihan,

    mendengar.

    Kuesioner dengan

    format jawaban

    dikotomi berskala

    Gutman ratiodikotomi (dua

    tingkatan) yaitu ya

    dan tidak. Dengan

    jumlah pertanyaan

    pada kuesioner no.

    1-24

    Pertanyaan no. 1-

    15 untuk

    mengukur

    komunikasi verbal.

    Pertanyaan no 16-

    24 untuk

    mengukur

    komunikasi non

    verbal.

    Nominal

    Dikotomi2 = ya1 = tidak

    < 20 :

    Komunikasi

    perawat kurang2025 :

    Komunikasi

    perawat Cukup>25 :

    Komunikasiperawat baik

    < 20 :

    Komunikasi

    perawat kurang2025 :

    Komunikasi

    perawat Cukup>25 :

    Komunikasi/

    perawat baik

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    37/40

    Variabel

    Dependenecemasan Suatu keadaan yang

    mengancam

    keutuhan serta

    keberadaan dirinya

    dan dimanifestasikandalam bentuk

    perilaku seperti rasa

    tidak berdaya, rasa

    tidak mampu, rasa

    takut atau phobia

    tertentu. Lebih jauh

    dikatakan pula

    kecemasan dapat

    dikomunikasikan

    dan menular, hal ini

    dapat mempengaruhi

    hubungan terapeutik

    perawat-klien-keluarga.

    Diharapkan dengan

    adanya komunikasi

    yang efektif maka

    kecemasan akan

    menurun

    Aspek fisik dan psikis

    meliputi 14 item

    HARS (Hamilton

    Anxiety Rating Scale)

    : Perasaan cemas,ketegangan,

    ketakutan, gangguan

    tidur, gangguan

    kecerdasan, perasaan

    depresi, gejala

    somatik, gejala

    sensorik, gejala

    cardiovasculer, gejala

    pernafasan, gejala

    gastrointestinal, gejala

    urogenetalia, gejala

    vegetatif atau otonom,

    perilaku yangditunjukkan saat

    wawancara.

    kuesioner ordinal 0 : tidak adagejala sama

    sekali1 : Ada 1 (satu)

    dari gejala yangada2 : Adaseparuh

    dari gejala yang

    ada3 : Ada lebih

    dari separuh

    gejala yang ada4 : Semua

    gejala ada

    Skor :Menjumlah skor

    dari masing-masing item 1-

    14 hasilnya :< 6 : Tidak ada

    kecemasan614 :

    Kecemasan

    ringan15-27 :

    kecemasan

    sedang>27 : kecemasan

    berat

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    38/40

    4.6 Pengumpulan Data

    4.6.1 Instrument

    Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara atau pengamatan atau daftar

    pertanyaan, yang disiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden (Gulo, W. 2002: 123).

    Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner dengan beberapa pertanyaan tertutup

    untuk mengidentifikasi pelaksanaan komunikasi perawat dan tingkat kecemasan keluarga.

    4.6.2 Tempat dan Waktu

    Penelitian ini dilakukan di unit perawatan Bedah RSUD Polewali. Waktu dilakukan

    penelitian ini adalah pada bulan Maret 2003

    4.6.3 Prosedur Penelitian

    Setelah proposal disetujui oleh institusi dan pembimbing segera peneliti meminta ijin

    kepada pihak rumah sakit. Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Rumkital Dr. RamelanSurabaya. Peneliti menyusun tim work yang akan membantu peneliti memberikan perlakuan

    dengan menggunakan komunikasi terapeutik kemudian melakukan koordinasi untuk

    menyamakan persepsi dan pandangan sesuai harapan peneliti. Kemudian peneliti mengadakan

    pendekatan kepada keluarga dari klien untuk mendapatkan persetujuan sebagai responden

    peneliti.

    4.6.4 Analisa Data

    Setelah data terkumpul kemudian diolah yang meliputi identifikasi masalah penelitiandengan menggunakan cara deskriptif dengan menggunakan tabel deskriptif yang dikonfirmasi

    dalam bentuk prosentasi dan narasi.

    Untuk mengetahui hubungan komunikasi yang dilakukan perawat dengan tingkat

    kecemasan keluarga dari klien yang dirawat di unit perawatan kritis adalah dengan

    menggunakan uji korelasiSpermans rhodengan derajat kemaknaan p < 0,05 artinya ada

    hubungan yang bermakna antara dua variabel, maka H1 diterima. Uji statistik yang akan

    digunakan adalah dengan program SPSS for Windows.4.7 Masalah Etika

    Dalam melakukan penelitian ini,peneliti mendapat rekomendasi dari Fakultas

    Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dan permintaan ijin ke Kepala Rumkital Dr.

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    39/40

    Ramelan Surabaya. Setelah mendapatkan persetujuan barulah melakukan penelitian dengan

    menekankan masalah etika yang meliputi:

    4.7.1 Informed consent

    Lembar persetujuan diberikan pada subyek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan

    maksud dan tujuan riset yang dilakukan. Jika subyek bersedia diteliti maka harus

    menandatangani lembar persetujuan. Jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak

    akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

    4.7.2 Tanpa nama(Anonimity)

    Untuk menjaga kerahasiaan identitas, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek

    pada lembar likert scale yang diisi oleh subyek. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode

    tertentu.

    4.7.3 Kerahasiaan (Anonfidentiality)

    Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden.

    4.8 Keterbatasan

    Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian (Burns dan Grove,

    1991). Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi peneliti adalah:

    4.8.1 Instrument

    Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner berupa pertanyaan tertutup

    memungkinkan terjadinya ketelitian responden terhadap pertanyaan yang diberikan kurang, dan

    dapat dipengaruhi oleh emosi dan harapan-harapan pribadi yang bersifat subyektif, sehingga

    hasilnya kurang terwakili secara kualitatif.

    Selain itu dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan observasi langsung kepada

    perawat pelaksana dalam melakukan komunikasi kepada responden sehingga hasil penelitian

    ini dirasa kurang representatif.

    4.8.2 Desain Sampling

  • 8/11/2019 Hubungan Komunikasi Dengan Tingkat Cemas Pada Keluarga Pasien

    40/40

    Sampel yang didapatkan di unit perawatan Bedah RSUD Polewali jumlahnya terbatas,

    sehingga hasilnya kurang sempurna dan kurang memuaskan.

    4.8.3 Feasibility

    Karena keterbatasan waktu, kemampuan, ketersediaan subyek dan hambatan yang lain

    maka penelitian ini tidak dapat menggambarkan keadaan yang terjadi.

    http://nasruddin-nersb.blogspot.com/2013/08/hubungan-komunikasi-dengan-tingkat.html

    Sabtu, 24 Agustus 2013

    http://nasruddin-nersb.blogspot.com/2013/08/hubungan-komunikasi-dengan-tingkat.htmlhttp://nasruddin-nersb.blogspot.com/2013/08/hubungan-komunikasi-dengan-tingkat.html