hubungan kebiasaan buruk oral dengan terjadinya …

90
HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA MALOKLUSI PADA MURID MI ISTIQOMAH MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi DARA DWI SYARFINA NIM: 140600058 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL

DENGAN TERJADINYA MALOKLUSI PADA

MURID MI ISTIQOMAH MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

DARA DWI SYARFINA

NIM: 140600058

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonsia

Tahun 2018

Dara Dwi Syarfina

Hubungan kebiasaan buruk oral dengan terjadinya maloklusi pada murid MI

Istiqomah Medan.

x + 44 halaman.

Kebiasaan buruk merupakan faktor penyebab yang cenderung menimbulkan

perkembangan bentuk yang abnormal pada rongga mulut. Kebiasaan buruk oral

biasanya terjadi pada usia 3-6 tahun. Jika kebiasaan buruk oral ini tidak dihilangkan

sebelum gigi insisivus permanen erupsi, maka akan mempengaruhi pertumbuhan

wajah, fungsi rongga mulut, hubungan oklusal dan estetis wajah. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan buruk oral dengan terjadinya

maloklusi pada murid MI Istiqomah Medan.

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional, dengan

jumlah sampel penelitian adalah 120 murid MI Istiqomah Medan. Penelitian ini

dilakukan dengan pengisian kuisioner oleh orang tua murid terlebih dahulu kemudian

dilanjutkan dengan pemeriksaan intraoral pada 120 murid yang telah memenuhi

kriteria inklusi.

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kebiasaan buruk terbanyak adalah

menggigit kuku 41,67% (50 orang), diikuti mengisap jari 21,67% (26 orang),

mengisap dan menggigit bibir 21,67% (26 orang), bernapas melalui mulut 10,83%

(13 orang) dan menjulurkan lidah 4,17% (5 orang).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

Anak yang memiliki kebiasaan mengisap ibu jari ditemukan maloklusi gigitan

terbalik anterior sebesar 15,38% (4 orang), kebiasaan menjulurkan lidah ditemukan

maloklusi gigitan terbuka posterior sebesar 60% (3 orang), kebiasaan bernapas

melalui mulut ditemukan maloklusi rotasi sebesar 30,77% (4 orang), kebiasaan

menggigit kuku ditemukan maloklusi rotasi sebesar 34% (17 orang) dan kebiasaan

mengisap dan menggigit bibir ditemukan maloklusi rotasi sebesar 34,62 % (9 orang).

Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh adanya hubungan antara kebiasaan buruk

oral dengan terjadinya maloklusi pada murid MI Istiqomah Medan dengan nilai

p=0,031. Kesimpulan penelitian ini adalah kebiasaan buruk oral dapat menyebabkan

malokusi.

Daftar rujukan: 40 (1962-2018)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

i

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 23 November 2018

Pembimbing : Tanda Tangan

Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort ...................................

NIP : 197904142005012001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

ii

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 23 November 2018

TIM PENGUJI

KETUA : Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort

Anggota : 1. Erna Sulistyowati, drg., Sp.Ort.(K)

2. Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort.(K)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan

Kebiasaan Buruk Oral Dengan Terjadinya Maloklusi pada Murid MI Istiqomah

Medan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Ayah Drs. Dodi Noflizar, Mama Elmi Hanum Siregar, S.Pd., Kakak Syasha

Indah Nofliyanti, S.E serta Adik M. Rifki Ananda yang telah mendoakan serta

memberikan cinta dan kasih sayang, kesabaran, perhatian, bantuan, motivasi,

pengorbanan dan juga materil yang tak terhingga kepada penulis.

Pada proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat

banyak bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa

terima kasih kepada:

1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) sebagai Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) sebagai Ketua Departemen Ortodonsia

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort sebagai koordinator skripsi di Departemen

Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort., sebagai pembimbing yang telah

meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

iv

5. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) dan Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort (K)

sebagai penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk penulis.

6. Nurhayati Harahap, drg., Sp. Ort (K) sebagai dosen pembimbing akademik

yang telah memberi motivasi dan bantuannya kepada penulis selama masa pendidikan

di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

7. Prof. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku Ketua Komisi Etik

penelitian di bidang kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

persetujuan pelaksanaan penelitian ini.

8. Dra. Hj. Madaliya Hasibuan, MA selaku Yayasan sekaligus Kepala Sekolah

dan guru-guru di MI Istiqomah Medan yang telah memberikan izin, waktu dan

kesediaan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

9. Prana Ugiana Gio., M.Si sebagai pengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara atas bantuannya kepada penulis dalam

analisis statistik.

10. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara terutama di Departemen Ortodonsia atas bantuan yang diberikan

sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.

11. Sahabat-sahabat penulis yaitu Hasanah, Hisyam, Wiyah, Ibnu dan kak

Allya yang selalu membantu dalam segala hal, teman-teman seperjuangan skripsi di

Departemen Ortodonsia yaitu Michelle, Anisha, Oktavia dan Nadia, teman-teman

KKN Labura 3 serta teman-teman FKG angkatan 2014, senior, dan junior lainnya

yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuan selama

pengerjaan skripsi.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan

dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun dari semua pihak. Penulis juga berharap semoga skripsi ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

v

dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara, khususnya di Departemen Ortodonsia.

Medan, 10 Oktober 2018

Penulis,

Dara Dwi Syarfina

NIM : 140600058

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... i

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................. 4

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kebiasaan Buruk Oral ................................................................ 5

2.2 Etiologi Kebiasaan Buruk Oral ................................................................ 5

2.3 Jenis Kebiasaan Buruk Oral ..................................................................... 6

2.3.1 Mengisap Jari (Thumb sucking) ............................................................. 6

2.3.2 Menjulurkan Lidah (Tongue Thrusting) ................................................ 8

2.3.3 Bernapas Melalui Mulut (Mouth Breathing) ......................................... 10

2.3.4 Menggigit Kuku (Nail Biting) ............................................................... 12

2.3.5 Mengisap dan Menggigit Bibir (Lip sucking and Lip Biting) ................ 13

2.4 Maloklusi ................................................................................................. 14

2.4.1 Jenis Maloklusi ...................................................................................... 15

2.4.1.1 Gigitan Terbuka .................................................................................. 15

2.4.1.2 Gigitan Terbalik .................................................................................. 15

2.4.1.3 Overjet Berlebih ................................................................................... 16

2.4.1.4 Rotasi ................................................................................................... 17

2.4.1.5 Deepbite ............................................................................................... 17

2.5 Kerangka Teori ......................................................................................... 19

2.6 Kerangka Konsep ..................................................................................... 20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 21

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 21

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

vii

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ........................................................... 23

3.4.1 Variabel Operasional ............................................................................. 23

3.4.2 Definisi Operasional ............................................................................. 23

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 26

3.5.1 Alat Penelitian ....................................................................................... 26

3.5.2 Bahan Penelitian ................................................................................... 27

3.6 Prosedur Penelitian .................................................................................. 27

3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data .......................................................... 29

3.7.1 Pengolahan Data .................................................................................... 29

3.7.2 Analisis Data .......................................................................................... 29

3.8 Etika Penelitian ......................................................................................... 29

BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................................ 30

BAB 5 PEMBAHASAN ......................................................................................... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 41

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional .................................................................................. 23

2. Distribusi jenis kebiasaan buruk oral pada murid MI Istiqomah Medan 31

3. Distribusi jenis maloklusi dengan kebiasaan buruk oral pada murid MI

Istiqomah Medan ....................................................................................... 33

4. Hasil Uji Statistik hubungan kebiasaan buruk oral dan jenis maloklusi

pada murid MI Istiqomah Medan ............................................................... 34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kebiasaan mengisap ibu jari ................................................................ 8

2. Infantile Swallow ................................................................................. 9

3. Pola penelanan normal ......................................................................... 10

4. Kebiasaan bernapas melalui mulut ..................................................... 12

5. Kebiasaan menggigit kuku .................................................................. 13

6. Kebiasaan menghisap bibir .................................................................. 14

7. Kebiasaan menggigit bibir .................................................................. 14

8. Gigitan terbuka anterior dan posterior ................................................ 15

9. Gigitan terbalik anterior ...................................................................... 16

10. Gigitan terbalik bukal dan lingual ....................................................... 16

11. Overjet berlebih ................................................................................... 17

12. Rotasi Gigi .......................................................................................... 17

13. Deepbite .............................................................................................. 18

14. Alat penelitian ..................................................................................... 26

15. Bahan Penelitian .................................................................................. 27

16. Contoh beberapa maloklusi dan kebiasaan buruk ................................ 28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

2 Lembar persetujuan setelah penjelasan (Inform Consent)

3 Lembar pertanyaan kepada orang tua siswa

4 Lembar pemeriksaan intaoral subjek

5 Data hasil pemeriksaan intaoral seluruh subjek penelitian

6 Foto hasil pemeriksaan intraoral seluruh subjek penelitian

7 Hasil perhitungan statistik uji Chi Square hubungan kebiasaan buruk oral dan

maloklusi pada murid MI Istiqomah Medan

8 Persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan

9 Surat keterangan selesai penelitian di MI Istiqomah Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebiasaan adalah suatu perbuatan atau tindakan tertentu yang dilakukan

secara berulang-ulang.1

Pada tiap pengulangan, tindakan menjadi semakin kurang

sadar sampai akhirnya hal ini sudah terbentuk sepenuhnya tanpa disadari menjadi

bagian dari rutinitas yang berfungsi untuk menenangkan kebutuhan emosional

anak.1,3

Kebiasaan buruk adalah faktor penyebab yang cenderung menimbulkan

perkembangan bentuk yang abnormal pada rongga mulut. Kebiasaan buruk oral

merupakan suatu kebiasaan yang dapat menimbulkan perubahan pada hubungan

oklusal.4

Kebiasaan buruk oral ini juga berfungsi untuk meringankan tekanan

emosional atau kecemasan yang dirasakan anak.5

Kebiasaan buruk oral berpengaruh

terhadap fungsi dentofasial seperti proses pengunyahan, penelanan, pernafasan,

bicara, oklusi gigi, struktur jaringan penyangga gigi maupun estetik penderitanya.6

Kebiasaan buruk oral biasanya terjadi pada anak usia 3-6 tahun. Apabila

kebiasaan penyebab maloklusi tidak dieliminasi sebelum gigi insisivus permanen

erupsi, maka akan mempengaruhi pertumbuhan wajah, fungsi rongga mulut,

hubungan oklusal dan estetis wajah tetapi apabila kebiasaan ini berhenti selama

periode gigi bercampur, perubahan gigi yang merugikan akan bisa kembali normal.7

Kebiasaan buruk pada mulut anak ada bermacam-macam antara lain, bernapas

melalui mulut (mouth breathing), menjulurkan lidah (tongue thrusting), mengisap ibu

jari (thumb sucking), mengisap bibir (lip sucking), menggigit bibir (lip biting),

menggigit kuku (nail biting), menopang dagu dan bruxism. 8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

2

Beberapa penelitian mengenai kebiasaan buruk telah banyak dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Parul dkk., tahun 2015 di Haryana, India pada 1813

sampel anak usia 3-12 tahun terdapat 307 (16,93%) anak yang memiliki kebiasaan

buruk, dengan kebiasaan menjulurkan lidah 158 (8,38%), mengisap jari 48 (2,64%),

bernapas melalui mulut 36 (1,99%), menggigit kuku 18 (0,99%) dan menggigit bibir

15 (0,84%). Prevalensi kebiasaan buruk berdasarkan usia yaitu 113 (19,75%) anak

pada usia 7-9 tahun, 86 (15,98%) anak pada usia 6-8 tahun dan 108 (15,36%) anak

pada usia 9-12 tahun. Hasil penelitiannya diperoleh dari 307 anak yang memiliki

kebiasaan buruk 139 diantaranya anak laki-laki dan 168 anak perempuan.2

Penelitian lain juga dilakukan oleh Al-Atabi tahun 2014 di Sammawa, Iraq

pada 3300 sampel anak terdapat 786 (23,8%) anak memiliki kebiasaan buruk dengan

kebiasaan menjulurkan lidah 169, mengisap jari 147, bernapas melalui mulut 129,

menggigit kuku 184 dan mengisap bibir 111. Prevalensi kebiasaan buruk berdasarkan

usia yaitu terdapat 359 anak usia 6-12 tahun dan 427 anak pada usia 13-18 tahun.3

Kebiasaan buruk dapat menjadi penyebab terjadinya maloklusi tetapi tidak

semua kebiasaan buruk dapat menyebabkan maloklusi.9

Maloklusi adalah oklusi

abnormal yang ditandai dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung di setiap

bidang spatial atau anomali abnormal dalam posisi gigi.10

Maloklusi disebabkan oleh

kombinasi faktor genetik atau keturunan dan lingkungan.11

Terdapat tiga syarat suatu

kebiasaan buruk dapat menyebabkan maloklusi yaitu lamanya kebiasaan berlangsung,

frekuensi yang cukup serta intensitas melakukan kebiasaan buruk tersebut.9

Kebiasaan buruk pada anak usia sekolah merupakan faktor etiologi yang dapat

berpengaruh terhadap perkembangan maloklusi.12

Pernyataan ini didukung oleh

penelitian Kasparaviciene dkk., tahun 2014 di Kaunsas, Lithuania melaporkan pada

503 anak usia sekolah diperoleh 71,4% anak memiliki satu atau lebih maloklusi dan

16,9% diantaranya mempunyai kebiasaan buruk, sedangkan penelitian Chour dkk.,

tahun 2014 di Kota Davangere, India melaporkan bahwa dari 800 total sampel

terdapat 47,2% anak memiliki kebiasaan buruk oral dan 8,9% anak memiliki

maloklusi diantaranya 3,4% gigitan terbuka anterior, 2,6% overjet berlebih, 1,6%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

3

gigitan terbalik anterior, 1,2% gigitan terbalik posterior, 0,6% gigi berjejal anterior

bawah, 0,1% gigitan terbuka anterior, gigitan terbalik posterior unilateral.13,14

Menurut Saba dkk., kebiasaan mengisap jari dapat mengganggu

perkembangan dentofasial pada arah anteroposterior, vertikal, transversal dan

mengubah oklusi. Penelitiannya menunjukkan anak yang mempunyai kebiasaan

mengisap ibu jari memiliki rata-rata overjet sebesar 4,24 mm dan rata-rata overbite

1,66 mm. Pada anak dengan kebiasaan menjulurkan lidah memiliki rata-rata overjet

sebesar 2,65 mm dan rata-rata overbite -0,11 mm, sedangkan pada anak yang

mempunyai kebiasaan mengisap bibir memiliki rata-rata overjet 8,5 mm dan overbite

6,5 mm.15

Beberapa penelitian mengenai prevalensi maloklusi telah banyak dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Bittencourt dkk., di Brazil pada 4776 anak usia 6-10

tahun menunjukkan 14,83% anak yang memiliki oklusi normal sedangkan 85,17 %

memiliki maloklusi yaitu 57,24 % maloklusi Klas I, 21,73 % Klas II dan 6,2 % Klas

III.16

Berdasarkan uraian di atas bahwa kebiasaan buruk dapat menyebabkan

maloklusi, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan kebiasaan buruk oral

dengan terjadinya maloklusi pada murid MI Istiqomah Medan kelas I-VI.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah distribusi jenis kebiasaan buruk oral pada murid MI

Istiqomah Medan ?

2. Bagaimanakah distribusi jenis maloklusi pada murid dengan kebiasaan

buruk oral di MI Istiqomah Medan ?

3. Apakah terdapat hubungan kebiasaan buruk oral dengan terjadinya

maloklusi murid MI Istiqomah Medan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui distribusi jenis kebiasaan buruk oral pada murid MI

Istiqomah Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

4

2. Untuk mengetahui distribusi jenis maloklusi dengan kebiasaan buruk oral

pada murid MI Istiqomah Medan.

3. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan buruk oral dengan terjadinya

maloklusi pada murid MI Istiqomah Medan.

1.4 Hipotesa Penelitian

Ada hubungan antara kebiasaan buruk oral dengan terjadinya jenis malokusi.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis:

1. Memberikan informasi tentang diagnosa dan rencana perawatan ortodonti

dengan meminimalisir kebiasaan buruk sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan

kepercayaan diri anak.

2. Sebagai sumber data dalam pengembangan Ilmu Kedokteran Gigi

khususnya Ortodonti dalam pengetahuan tentang prevalensi kebiasaan buruk oral dan

maloklusi.

3. Sebagai data untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

b. Manfaat Praktis:

1.Sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua siswa tentang kebiasaan

buruk dan akibat yang ditimbulkannya.

2. Dokter gigi secara profesional dapat memahami dan mempromosikan

pentingnya menurunkan prevalensi maloklusi dan kebiasaan buruk oral sebagai bagian

dari peningkatan kesehatan dan kualitas mental anak secara menyeluruh tidak hanya

pada gigi dan mulut.

3. Sebagai data tambahan yang berguna bagi instansi pendidikan seperti

Fakultas Kedokteran Gigi dan instansi pemerintah seperti Dinas Kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kebiasaan Buruk Oral

Kebiasaan buruk oral adalah setiap kebiasaan yang terjadi di dalam rongga

mulut dan dapat mempengaruhi pola perkembangan struktur dentofasial disebut

sebagai kebiasaan buruk oral.17

Kerusakan dan keparahan yang disebabkan oleh kebiasaan buruk seperti

gangguan pada gigi dan jaringan pendukung tidak muncul secara tiba-tiba tetapi

tergantung pada intensitas atau seberapa sering tindakan itu dilakukan, frekuensi atau

seberapa sering tindakan itu diulang setiap hari, dan durasi atau seberapa lama

tindakan itu dilakukan.1,8

Maloklusi yang terjadi tergantung pada kebiasaan buruk

tersebut, misalnya kebiasaan buruk mengisap jari akan menghasilkan maloklusi yang

berbeda dengan kebiasaan mengisap bibir bawah.9

2.2 Etiologi Kebiasaan Buruk Oral

Kebiasaan buruk oral umumnya dilakukan anak dengan status psikologis

normal, tetapi dapat juga terjadi pada anak dengan masalah perkembangan, kesulitan

emosional atau gangguan fisik.

Beberapa penyebab kebiasaan buruk oral pada anak diantaranya : 8

a. Anatomis

Proses penelanan yang abnormal terjadi karena lidah besar didalam rongga

mulut yang kecil akan menyebabkan gigitan terbuka anterior.

b. Patologis

Kebiasaan buruk oral bisa disebabkan oleh kondisi struktur rongga mulut

tertentu seperti tonsilitis dan hipertropi nasal inferior.

c. Emosional

Anak-anak yang sedih atau kecewa akan mengisap jari untuk memberikan

perasaan aman.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

6

d. Meniru

Anak-anak suka memperhatikan dan meniru orang tua dan saudaranya seperti

berbicara dan lainnya.

2.3 Jenis Kebiasaan Buruk Oral

Beberapa jenis kebiasaan buruk oral pada anak yaitu mengisap ibu jari tangan

(thumb sucking), menjulurkan lidah (tongue thrusting), bernapas melalui mulut

(mouth breathing), menggigit kuku (nail biting), mengisap dan menggigit bibir (lip

sucking and lip biting).8

2.3.1 Mengisap Ibu Jari (Thumb Sucking)

Mengisap ibu jari (thumb sucking) adalah kebiasaan anak menempatkan ibu

jari di belakang gigi sehingga berkontak dengan bagian palatal.18

Kebiasaan mengisap

ibu jari merupakan kebiasaan yang paling banyak dilakukan anak-anak4 (Gambar 1).

Kebiasaan mengisap ibu jari dimulai saat anak di dalam rahim.1 Kebiasaan ini normal

sampai usia 3,5-4 tahun.1,12

Beberapa faktor etiologi dan kondisi yang memicu kebiasaan ini adalah

kelelahan, rasa bosan, ketegangan, kelaparan, ketakutan, stres emosional, kurangnya

kasih sayang dari orang tua dan adanya faktor keinginan yang tidak terpenuhi.1,18,19

Kebiasaan mengisap yang dilakukan pada masa gigi-geligi sulung hanya akan

menimbulkan efek yang sedikit atau tidak akan menimbulkan maloklusi.9,20

Kebiasaan mengisap jari atau ibu jari hanya akan benar-benar merupakan masalah

jika kebiasaan ini berlanjut sampai periode gigi-geligi tetap. Tingkat keparahan

gangguan ini tergantung pada frekuensi, durasi dan intensitas yang

dilakukannya.4,20,21

Bila seorang anak menempatkan ibu jari di antara insisivus maksila dan

mandibula maka akan terdapat tekanan dorongan insisivus mandibula ke lingual

sedangkan insisivus maksila ke labial. Tekanan langsung ini dianggap menyebabkan

perubahan letak insisivus. Sejauh mana gigi berpindah tempat berkorelasi dengan

lamanya pengisapan yang dilakukan setiap hari daripada oleh besarnya kekuatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

7

pengisapan. Seorang anak yang mengisap kuat-kuat tetapi hanya sebentar tidak terlalu

banyak berpengaruh pada letak giginya, sebaliknya seorang anak yang mengisap jari

meskipun dilakukan tidak terlalu kuat tetapi dalam waktu yang lama (lebih dari 6

jam) terutama saat malam dapat menyebabkan maloklusi yang nyata.7,9,20

Aktivitas mengisap jari sangat berkaitan dengan otot-otot rongga mulut. Efek

kebiasaan mengisap terhadap perkembangan oklusal sangat bervariasi tergantung

pada pola aktivitas kebiasaan yang sesungguhnya. Kebiasaan mengisap ibu jari akan

memberikan efek yang berbeda daripada mengisap jari lain. Kadang-kadang tidak

menimbulkan efek sama sekali, tetapi yang paling sering terjadi adalah timbulnya

gigitan terbuka anterior yang biasanya asimetris akibat ibu jari berada diantara gigi-

geligi yang sedang bererupsi. Apabila kebiasaan ini diteruskan sampai gigi permanen

erupsi maka dapat berakibat protrusi, diastema, insisivus bawah linguoversi, gigitan

terbuka anterior dan lengkung atas yang sempit. Keadaan ini dapat terjadi karena

adanya tekanan langsung dari jari dan perubahan pola bibir dan pipi pada saat

istirahat.9

Tekanan pipi paling besar berada pada sudut mulut dengan kontraksi lebih

besar pada regio kaninus daripada molar sehingga lengkung maksila cenderung

berbentuk huruf V. Gigitan terbuka anterior yang disebabkan mengisap jari didapat

dari kombinasi adanya halangan pertumbuhan normal insisivus ke arah vertikal dan

erupsi berlebihan gigi posterior. Bila jari diletakkan di antara insisivus mandibula dan

maksila maka mandibula harus diturunkan untuk mengakomodasi adanya jari. Jari ini

menghalangi pertumbuhan insisivus maksila dan mandibula sehingga gigi posterior

bererupsi melebihi yang semestinya. 9,18,20

Kebiasaan buruk oral ini dapat diperiksa dengan melihat pembentukan callus,

kebersihan jari tangan dan warna kemerahan pada jari anak.2,4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

8

Gambar 1. Kebiasaan mengisap ibu jari26

2.3.2 Menjulurkan Lidah (Tongue Thrusting)

Menjulurkan lidah (tongue thrusting) adalah penempatan ujung lidah diantara

gigi insisivus maksila dan mandibula saat penelanan, berbicara atau istirahat.3,20

Etiologinya antara lain faktor genetik, kebiasaan, maturasional, retriksi mekanik dan

gangguan neurologi.1

Pada pola penelanan normal, bagian dorsum lidah menyentuh palatum, ujung

lidah ditempatkan di belakang insisivus maksila, gigi saling berkontak dan bibir

tertutup.4,17,22

Penempatan posisi lidah yang salah jika dibiarkan akan menyebabkan

pola penelanan menjadi abnormal.4

Kebiasaan menjulurkan lidah pada anak-anak bisa terjadi karena perubahan

yang tertunda dari pola penelanan bayi (infantile swallow) ke pola penelanan normal

(Gambar 2 dan 3). Biasanya, transisi dimulai sekitar umur 2 tahun dan selesai pada

umur 6 tahun.20,22

Proses penelanan bayi berubah menjadi penelanan normal saat gigi

posterior desidui erupsi, tetapi terkadang penelanan normal terlambat dan pola

penelanan bayi berlangsung dalam waktu yang lama sehingga terjadinya maloklusi

gigi seperti gigitan terbuka anterior dan protrusi rahang atas.4,23

Tongue thrust diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu: simple

tongue thrust dan complex tongue thrust. Simple tongue thrust adalah kebiasaan

menjulurkan lidah dengan gigi berkontak pada saat penelanan. Kebiasaan ini dapat

menyebabkan maloklusi tergantung pada durasi, intensitas dan frekuensi. Complex

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

9

tongue thrust adalah kebiasaan menjulurkan lidah dengan gigi terpisah pada saat

penelanan.8,24

Untuk mendapatkan anterior seal secara normal biasanya dilakukan dengan

mengatupkan bibir dan menempatkan lidah di palatal insisivus maksila untuk

mencegah keluarnya makanan maupun cairan dari mulut. Dengan kata lain

menempatkan lidah ke depan merupakan upaya adaptif fisiologis bila terdapat gigitan

terbuka anterior sehingga pada orang dengan gigitan terbuka biasanya juga

mempunyai kebiasaan menelan dengan mendorong lidah ke depan. Tekanan lidah

yang ringan tetapi berlangsung lama pada gigi dapat menyebabkan adanya perubahan

letak gigi. Pasien yang meletakkan lidahnya ke depan sehingga memberikan tekanan

yang terus-menerus pada gigi, meskipun tekanan yang terjadi kecil tetapi berlangsung

lama dapat menyebabkan perubahan letak gigi baik dalam arah vertikal ataupun

horizontal. Adapun hal yang lebih menentukan adalah posisi kebiasaan lidah, apakah

di depan ataukah normal. Pada pasien yang posisi lidahnya normal pada saat istirahat,

mendorong lidah ke depan pada saat menelan tidak banyak pengaruhnya terhadap

letak gigi.20

Manifestasi oral yang ditimbulkan antara lain meningkatnya overjet, gigitan

terbuka anterior dan gigitan terbalik posterior.24

Kebiasaan buruk oral ini bisa

diperiksa dengan melihat posisi lidah anak pada saat penelanan apakah mendorong

gigi anterior atau tidak dan apakah gigi berada dalam posisi oklusi sentrik atau

tidak.2,4

Gambar 2. Infantile Swallow

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

10

Gambar 3. Pola Penelanan normal8

2.3.3 Bernafas melalui mulut (Mouth Breathing)

Bernapas melalui mulut (mouth breathing) adalah suatu keadaan abnormal yang

terjadi karena adanya kesulitan pengambilan dan pengeluaran napas secara normal

melalui hidung sehingga pernapasan dilakukan melalui mulut25 (Gambar 4). Kebiasaan

bernafas melalui mulut merupakan kebiasaan yang paling sering menimbulkan

kelainan pada struktur wajah dan oklusi gigi-geligi. Kebiasaan bernafas melalui mulut

yang berlangsung selama masa tumbuh kembang dapat mempengaruhi pertumbuhan

dentokraniofasial. Pernafasan mulut kronis menyebabkan terjadinya kelainan pada

otot-otot di sekitar mulut, sehingga dapat memacu perkembangan maloklusi.26

Penyebab kebiasaan bernapas melalui mulut dibagi menjadi 3 yaitu:1,8

a. Obstruktif

Hambatan sebagian atau keseluruhan pada rongga hidung dapat menyebabkan

kebiasaan bernapas melalui mulut. Beberapa penyebab terjadinya hambatan pada

rongga hidung yaitu polip, tumor jinak, inflamasi kronis dan reaksi alergi pada

mukosa.

b. Kebiasaan

Anak yang bernapas melalui mulut karena kebiasaan akan berlanjut meskipun

penyumbatan rongga hidung sudah dihilangkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

11

c. Anatomi

Anak yang bernapas melalui mulut karena anatomi adalah anak yang

morfologi bibirnya tidak dapat menutup sepenuhnya, contohnya adalah pasien yang

memiliki bibir atas pendek.

Anak yang mempunyai kebiasaan bernapas melalui mulut biasanya memiliki

bibir yang tidak menutup, bibir atas yang pendek, proklinasi gigi anterior, gigi

anterior bawah elongasi dan lengkung berbentuk V.8,27

Kebiasaan buruk oral ini dapat diketahui dengan pemeriksaan klinis dan uji

spesifik.1,8,14

a. Pemeriksaan klinis

Pemeriksaan klinis untuk menentukan ada tidaknya tanda-tanda di bawah ini

seperti : bibir kering, rongga hidung sempit, lip seal yang tidak adekuat dan gigitan

terbuka anterior.

b. Uji spesifik

Mirror test : Kaca mulut dua sisi diletakkan diantara

hidung dan mulut. Jika berembun di sisi hidung menandakan anak bernapas

melalui hidung, tetapi jika berembun di sisi oral menandakan anak bernapas

melalui mulut.

Water test : Anak diminta menahan air di dalam mulut selama 3 menit.

Anak yang bernapas melalui mulut akan sulit melakukan ini.

Cotton test / Massler’s butterfly test : Kapas berbentuk seperti kupu-

kupu diletakkan diantara bibir atas dan dibawah lubang hidung. Jika kapas

berkibar menandakan anak bernapas melalui hidung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

12

Gambar 4. Kebiasaan bernapas melalui mulut27

2.3.4 Menggigit Kuku (Nail Biting)

Nail biting adalah suatu kebiasaan menggigit kuku yang jarang terjadi pada

anak kurang dari 4 tahun. Kebiasaan ini umumnya terjadi pada anak usia 4-6 tahun

dan meningkat pada masa remaja, namun kadang-kadang masih ditemukan pada usia

dewasa. Proporsi laki-laki dan perempuan pada kebiasaan buruk ini sama sampai usia

10 tahun, tetapi diatas 10 tahun kebiasaan buruk ini lebih banyak dilakukan oleh laki-

laki.4,7

Tingkat ketegangan emosional yang sangat tinggi dianggap sebagai penyebab

munculnya kebiasaan menggigit kuku namun tidak ditemukan tanda yang

menyatakan kebiasaan ini dapat menyebabkan maloklusi yang parah pada gigi.1,7,21

Manifestasi oral yang sering timbul pada jenis kebiasaan buruk oral ini adalah rotasi,

minor crowded anterior dan abrasi pada gigi anterior bawah. Selain itu, kuku jari

penderita terlihat pendek dan kasar (Gambar 5).1,28

Kebiasaan menggigit kuku terdiri atas empat tahapan. Pada awalnya tangan

diletakkan berdekatan dengan mulut dan tidak berpindah dalam beberapa detik

sampai 30 detik, kemudian jari dimasukkan dengan cepat mengenai gigi anterior.

Diikuti dengan gerakan menggigit kuku yang cepat secara tidak teratur, kuku ditekan

pada tepi gigi lalu digigit dengan kuat. Terakhir, jari dikeluarkan dari mulut.29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

13

Gambar 5. Kebiasaan menggigit kuku8,26

2.3.5 Mengisap dan Menggigit Bibir (Lip Sucking and Lip Biting)

Mengisap bibir (Lip Sucking) adalah suatu kebiasaan mengisap bibir yang

tidak normal yang dilakukan secara terus-menerus baik secara sadar maupun tidak.

Umumnya dilakukan pada bibir bawah (Gambar 6). Penyebab kebiasaan mengisap

bibir diduga karena faktor lingkungan dan psikis. Kebiasaan buruk ini tidak terlalu

berdampak negatif pada periode gigi sulung, namun bila kebiasaan ini menetap

sampai periode gigi insisivus permanen erupsi maka kelainan maloklusi akan

timbul.29

Mengisap dan menggigit bibir kadang-kadang muncul setelah kebiasaan

mengisap jari berhenti.1

Menggigit bibir kebanyakan melibatkan bibir bawah dan mengenai gigi

anterior rahang atas (Gambar 7).1 Ketika bibir bawah diletakkan berulang kali di

bawah gigi anterior maksila maka dapat terjadi labioversi pada gigi-gigi tersebut,

gigitan terbuka anterior, linguoversi dari gigi insisivus rahang bawah, abrasi pada

insisal dan kemerah-merahan pada bibir.4,30

Seseorang yang memiliki kebiasaan

menggigit dan mengisap bibir ini memiliki bibir kering, inflamasi, pecah-pecah dan

kemerahan.2,4,17

Manifestasi maloklusi di dalam rongga mulut akibat kebiasaan mengisap bibir

yaitu proklinasi gigi insisivus rahang atas, retroklinasi insisivus rahang bawah dan

bertambahnya overjet. Tekanan yang terus menerus dari bibir bawah dapat membuat

pola pertumbuhan yang abnormal. Bagian bawah bibir antara gigi maksila dan

mandibula dapat menggerakkan insisivus maksila ke arah labial dan insisivus

mandibula ke lingual.1,8,31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

14

Gambar 6. Kebiasaan mengisap bibir.8

Gambar 7. Kebiasaan menggigit bibir8

2.4 Maloklusi

Maloklusi merupakan masalah umum yang dijumpai pada seluruh bagian

dunia dan bervariasi tergantung pada genetik, lingkungan dan ras.32

Maloklusi dapat

meliputi ketidakberaturan lokal dari gigi geligi atau malrelasi rahang pada tiap ketiga

bidang ruang sagital, vertikal atau transversal. Maloklusi disebabkan karena banyak

faktor antara lain kebiasaan buruk oral, genetika, kongenital dan trauma.1,4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

15

2.4.1 Jenis Maloklusi

2.4.1.1 Gigitan Terbuka (open bite)

Gigitan terbuka adalah tidak mampunya sebagian gigi yang berantagonis

untuk beroklusi ketika gigi lain berada pada hubungan antar tonjol yang maksimum.

Bisa disebabkan kongenital, perkembangan, atau kelainan yang didapat.10

Kebiasaan

buruk seperti mengisap jari, meletakkan posisi lidah yang salah dan pertumbuhan

wajah yang abnormal dapat menyebabkan gigitan terbuka.33

Macam-macam gigitan terbuka menurut lokasinya adalah:1

a. Gigitan terbuka anterior

Gigitan terbuka anterior adalah keadaan dimana tidak ada tumpang tindih

antara gigi anterior maksila dan mandibula dalam oklusi sentrik (Gambar 8a).

b. Gigitan terbuka posterior

Gigitan terbuka posterior adalah keadaan dimana kurangnya kontak diantara

gigi posterior ketika maksila dan mandibula dalam oklusi sentrik (Gambar 8b).

Gambar 8a. Gigitan terbuka anterior18 8b. Gigitan terbuka posterior8

2.4.1.2 Gigitan Terbalik (crossbite)

Gigitan terbalik yaitu keadaan satu atau beberapa gigi atas terdapat di sebelah

palatinal atau lingual gigi-gigi bawah. Dikenal beberapa macam crossbite:1

a. Gigitan terbalik anterior

Gigitan terbalik anterior adalah maloklusi yang dihasilkan dari hubungan gigi

anterior rahang atas berada di posisi lingual dari gigi anterior rahang bawah (Gambar

9).1 Biasanya terlihat overjet terbalik.

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

16

Gambar 9. Gigitan terbalik anterior1

b. Gigitan terbalik posterior

Gigitan terbalik posterior adalah relasi transversal abnormal antara gigi

posterior maksila dan mandibula. Posterior dapat unilateral yang melibatkan 1 sisi

ataupun bilateral yang melibatkan kedua sisi.1

1. Gigitan terbalik bukal yaitu keadaan dimana tonjol palatinal gigi posterior

maksila terdapat di sebelah bukal tonjol gigi posterior mandibula (Gambar 10a).

2. Gigitan terbalik lingual yaitu keadaan dimana tonjol bukal gigi posterior

atas terdapat di sebelah lingual tonjol gigi posterior mandibula (Gambar 10b).

Gambar 10a. Gigitan Terbalik bukal 10b. Gigitan Terbalik lingual1

2.4.1.3 Overjet berlebih

Overjet adalah jarak horizontal antara tepi insisal insisivus maksila ke tepi

insisal insisivus mandibula apabila rahang berada dalam hubungan sentrik (Gambar

11).33

Overjet adalah parameter linear penting yang bisa diukur secara klinis dan

digunakan untuk menilai hubungan lengkung maksila dan mandibula.34

Nilai overjet

normal adalah 2-4mm.35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

17

Gambar 11. Overjet32

2.4.1.4. Rotasi

Rotasi adalah malposisi gigi akibat terjadinya perputaran di sekeliling sumbu

gigi (Gambar 12).10

Rotasi dapat disebabkan oleh kebiasaan buruk seperti menggigit

kuku.1

Gambar 12. Rotasi gigi17

2.4.1.5 Deepbite

Deepbite adalah jarak vertikal antara tepi insisal insisivus maksila ke tepi

insisal insisivus mandibula yang diukur tegak lurus terhadap bidang oklusal, dengan

gigi-gigi posterior berada dalam keadaan oklusi (Gambar 13).11,33

Nilai overbite yang

normal adalah 2-4 mm, yaitu gigi insisivus atas menutupi hampir sepertiga mahkota

gigi insisivus mandibula.11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

18

Gambar 13. Deepbite17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

19

2.5 Kerangka Teori

Kebiasaan buruk oral

Jenis Kebiasaan Buruk

Mengisap

ibu jari

Definisi Etiologi Manifestasi Oral

Menjulukan

Lidah

Menggigit

Kuku

Menggigit

dan

Mengisap

Bibir

Jenis Maloklusi

Hubungan Kebiasaan Buruk Oral Dengan Terjadinya Maloklusi

Gigitan

Terbuka

Anterior

dan

Posterior

Overjet

berlebih

Gigitan

Terbalik

Anterior

dan

Posterior

Rotasi Deep

bite

Bernapas

melalui

mulut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

20

2.6 Kerangka Konsep

Variabel terikat Variabel bebas

Maloklusi

- Gigitan Terbuka Anterior

- Gigitan Terbuka Posterior

- Gigitan Terbalik Anterior

- Gigitan Terbalik Posterior

- Overjet berlebih

- Rotasi

- Deepbite

Kebiasaan buruk

- Menjulurkan lidah

- Mengisap ibu jari

- Bernapas melalui

mulut

- Menggigit kuku

- Mengisap dan

menggigit bibir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

21

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectional

study dengan tujuan untuk melihat hubungan antara kebiasaan buruk oral terhadap

maloklusi pada murid MI Istiqomah Islamic Full Day School.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama 14 bulan, yaitu dari bulan September 2017-

November 2018. Tempat penelitian ini dilakukan adalah di MI Istiqomah Islamic Full

Day School, Sri Gunting Desa Sei Beras Sekata Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas I-VI pada MI Istiqomah Islamic

Full Day School dengan jumlah 271 siswa. Besar sampel diperoleh dengan

menggunakan rumus besar sampel analitik katagorik, yaitu sebagai berikut :

n = √ ) √ ) )

)

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal

= level of significant, penelitian ini menggunakan 1,96

= power of test, penelitian ini menggunakan

Po = proporsi hasil penelitian sebelumnya (hasil penelitian Parul dkk.,., tahun 2015

menunjukkan prevalensi hubungan kebiasaan buruk (tongue thrusting) dengan

maloklusi sebagai prevalensi tertinggi yaitu 65,13%), pada penelitian ini digunakan

Po = 65,13%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

22

Pa = Proporsi kebiasaan buruk oral yang diharapkan, pada penelitian ini digunakan

Pa = 50,13%

Pa-Po = selisih proporsi yang diinginkan dengan proporsi penelitian sebelumnya

= 15%

n = √ ) √ ) )

)

= √ ) √ ) )

)

= )

= 109,55

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besar sampel minimum untuk

penelitian adalah 110 murid. Jumlah ini ditambah 10% untuk memperhitungkan drop-

out sehingga total sampel yang dibutuhkan adalah 120 orang. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan memperhatikan kriteria

inklusi, diambil sampel yang telah memenuhi kriteria dari 6 kelas sebanyak 120

sampel.

Kriteria inklusi :

a. Siswa yang terdaftar dan masih aktif di MI Istiqomah kelas I-VI

b. Belum pernah dirawat ortodonti (pesawat lepasan/cekat/fungsional)

c. Memiliki kebiasaan buruk antara lain (mengisap ibu jari, menjulurkan lidah,

bernapas melalui mulut, menggigit kuku, menggigit bibir dan mengisap bibir)

Kriteria eksklusi :

a. Siswa yang tidak bersedia menjadi sampel atau tidak mendapat persetujuan

orang tua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

23

3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas : kebiasaan buruk oral pada anak (mengisap

ibu jari, menjulurkan lidah, bernapas

melalui mulut, menggigit kuku, mengisap

dan menggigit bibir)

2. Variabel terikat : jenis maloklusi (gigitan terbuka anterior

dan posterior, gigitan terbalik anterior dan

posterior, overjet berlebih, rotasi,

deepbite).

3. Variabel tidak terkendali : subjektivitas orang tua dalam menjawab

kuisioner, kondisi psikologis/emosional,

durasi, frekuensi dan intensitas melakukan

kebiasaan buruk.

3.4.2 Definisi operasional :

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur

1. Kebiasaan buruk

oral

-Mengisap ibu

jari (thumb

sucking)

-Menjulurkan

lidah (tongue

thrusting)

Setiap kebiasaan yang

terjadi di dalam rongga

mulut dan dapat

mempengaruhi pola

perkembangan struktur

dentofasial

kebiasaan anak

menempatkan ibu jari di

belakang gigi sehingga

berkontak dengan bagian

palatal

Penempatan ujung lidah

diantara gigi insisivus

maksila dan mandibula

saat penelanan, berbicara

atau istirahat

Kuisioner dan

pemeriksaan

visual

Kuisioner dan

pemeriksaan

visual

Pemeriksaaan

klinis pola

penelanan

Katagorik

Nominal

Nominal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

24

-Bernapas

melalui mulut

(mouth

breathing)

-Menggigit kuku

(nail biting)

-Mengisap bibir

(lip sucking)

dan menggigit

bibir (lip biting)

Suatu keadaan abnormal

yang terjadi karena

adanya kesulitan

pengambilan dan

pengeluaran napas secara

normal melalui hidung

sehingga pernapasan

dilakukan melalui mulut

Suatu kebiasaan

menggigit kuku pada

anak

Suatu kebiasaan

mengisap bibir yang tidak

normal yang dilakukan

secara terus-menerus baik

secara sadar maupun

tidak

Observasi dan

uji spesifik

Kuisioner dan

pemeriksaan

visual

Kuisioner dan

pemeriksaan

visual

Nominal

Nominal

Nominal

2. Maloklusi

- Gigitan

Terbuka

Anterior

- Gigitan

Terbuka

Posterior

- Gigitan

Terbalik

Anterior

Ketidakberaturan lokal

dari gigi geligi atau

malrelasi rahang pada

tiap ketiga bidang ruang

sagital, vertikal atau

transversal.

Keadaan dimana tidak

ada tumpang tindih antara

gigi anterior maksila dan

mandibula dalam oklusi

sentrik

Keadaan dimana kurang

nya kontak diantara gigi

posterior ketika maksila

dan mandibula dalam

oklusi sentrik

Maloklusi yang

dihasilkan dari hubungan

gigi anterior maksila

berada di posisi lingual

dari gigi anterior

mandibula.

Pemeriksaan

visual

Pemeriksaan

visual

Pemeriksaan

visual

Pemeriksaan

visual

Katagorik

Nominal

Nominal

Nominal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

25

- Gigitan

Terbalik

Posterior

- Overjet

berlebih

- Rotasi

- Deepbite

Relasi transversal

abnormal antara gigi

posterior maksila dan

mandibula

Jarak horizontal antara

tepi insisal insisivus

maksila ke tepi insisal

insisivus mandibula

apabila rahang berada

dalam hubungan sentrik.

Nilai overjet normal

adalah 2-4mm.

Malposisi gigi akibat

terjadinya perputaran di

sekeliling sumbu gigi

Jarak vertikal antara tepi

insisal insisivus maksila

ke tepi insisal insisivus

mandibula yang diukur

tegak lurus terhadap

bidang oklusal, dengan

gigi-gigi posterior berada

dalam keadaan oklusi.

Nilai overbite normal

adalah 2-4mm.

Pemeriksaan

visual

Pengukuran

menggunakan

pensil, jangka

dan penggaris

Pemeriksaan

visual

Pengukuran

menggunakan

pensil dan

penggaris

Nominal

Nominal

Nominal

Nominal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

26

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat penelitian

a. Pinset (Dentica)

b. Kaca Mulut

c. Jangka

d. Penggaris

e. Formulir pemeriksaan maloklusi dan kebiasaan buruk oral

f. Cheek Retractor

g. Senter

h. Alat tulis dan papan ujian

i. Rubber Bowl

j. Kamera

Gambar 14. Alat yang digunakan pada penelitian. (A) Pinset, (B) Kaca mulut,

(C) Jangka, (D) Penggaris, (E) Formulir pemeriksaan maloklusi dan kebiasaan

buruk, (F) Cheeck Retractor, (G) Senter, (H) Alat tulis dan papan ujian,

(I) Rubber bowl, (J) Kamera

B

A C

E G

H

I

J

D

F

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

27

3.5.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Sarung Tangan

b. Masker

c. Tisu

d. Kapas

e. Dettol

f. Alkohol 70%

Gambar 15. Bahan yang digunakan pada penelitian. (A) Sarung Tangan,

(B) Masker, (C) Tisu, (D) Kapas, (E) Dettol, (F) Alkohol 70%.

3.6 Prosedur Penelitian

1. Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian dari Komisi

Etik Penelitian Kesehatan.

2. Peneliti datang ke sekolah untuk meminta izin dan membuat jadwal

penelitian kepada kepala sekolah agar dapat melaksanakan penelitian di MI Istiqomah

Medan.

3. Membagikan lembar penjelasan, lembar persetujuan dan formulir

pemeriksaan kebiasaan buruk (mengisap jari, menggigit kuku, menggigit dan

mengisap bibir) kepada seluruh orang tua murid kelas I-VI MI.

A B

C

F D E

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

28

4. Sampel diambil dengan teknik Purposive Sampling, yaitu sampel diambil

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

5. Sampel minimum yang dikerjakan dalam satu hari adalah 10-15 orang.

6. Melakukan pemeriksaan kebiaasaan buruk dan pemeriksaan maloklusi pada

subjek.

Pemeriksaan masing-masing jenis kebiasaan buruk (mengisap ibu jari,

menjulurkan lidah, bernapas melalui mulut, menggigit kuku, mengisap dan

menggigit bibir)

Pemeriksaan maloklusi dilakukan secara visual (gigitan terbuka

anterior dan posterior, gigitan terbalik anterior dan posterior, overjet berlebih,

rotasi, deepbite)

Untuk pengamatan overjet dan overbite, dilakukan pengukuran terlebih

dahulu menggunakan pensil, jangka dan penggaris dan kemudian hasilnya

dicatat pada form pemeriksaan.

Dilakukan pengambilan foto intraoral menggunakan cheek retractor

untuk mendapatkan data pendukung penelitian

Gambar 16. Beberapa maloklusi dan tanda kebiasaan buruk oral yang ditemukan

(A). Overjet berlebih, (B). Rotasi, (C).Gigitan terbalik anterior, (D) Callus, (E). Kuku

yang pendek dan kasar pada anak yang menggigit kuku

A B C

E D

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

29

7. Setelah dilakukan pengamatan pada seluruh sampel dan seluruh data

yang dibutuhkan sudah terkumpul, dilakukan analisis data berdasarkan form

penelitian dan foto maloklusi untuk mendapatkan hasil penelitian.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian ini dilakukan secara komputerisasi dengan

ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisa data pada penelitian ini dilakukan

setelah pemeriksaan kebiasaan buruk dan maloklusi selesai. Dilakukan uji deskriptif

untuk menganalisis prevalensi dan frekuensi kebiasaan buruk dan jenis maloklusi

serta digunakan uji Chi Square untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara

kebiasaan buruk oral dan maloklusi pada murid MI Istiqomah.

3.7.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan pemeriksaan kebiasaan buruk secara visual

dan kuisioner yang telah dijawab orang tua. Pemeriksaan maloklusi dilakukan secara

visual lalu di foto untuk dianalisa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan

menggunakan uji chi square dan menyajikan data dalam bentuk frekuensi dan

persentase.

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup :

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Peneliti memberikan lembar penjelasan yang berisi prosedur penelitian serta

manfaatnya dan lembar persetujuan kepada orang tua siswa.

2. Ethical Clearance

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada

Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etik yang bersifat

internasional dan nasional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

30

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada murid kelas I-VI MI Istiqomah Medan.

Penelitian dimulai dengan pemberian kuisioner kemudian dilanjutkan dengan

pemeriksaan kebiasaan buruk oral dan maloklusi pada 120 murid yang telah

memenuhi kriteria inklusi dengan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil

pengamatan dan pencatatan data sampel tersebut, dilakukan uji statistik deskriptif

untuk mengetahui distribusi kebiasaan buruk oral dan maloklusi dalam bentuk

frekuensi dan persentase serta uji Chi-Square untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara kebiasaan buruk oral dengan terjadinya maloklusi pada murid MI

Istiqomah Medan (Tabel 2, 3 dan 4)

4.1 Distribusi jenis kebiasaan buruk oral pada murid MI Istiqomah

Medan

Tabel 2 menunjukkan distribusi karakteristik responden pada murid kelas I-VI

MI Istiqomah Medan. Anak yang memiliki kebiasaan buruk menggigit kuku memiliki

persentase tertinggi yaitu sebesar 41,67% (50 orang) dengan kebiasaan buruk paling

banyak pada usia 9 tahun sebesar 15,83% (19 orang). Persentase tertinggi kedua

adalah pada anak yang memiliki kebiasaan buruk mengisap jari yaitu sebesar 21,67%

(26 orang) dengan kebiasaan buruk paling banyak pada usia 9 tahun sebesar 7,5%

(9 orang). Persentase tertinggi ketiga adalah pada anak yang memiliki kebiasaan

buruk mengisap dan menggigit bibir yaitu sebesar 21,67% (26 orang) dengan

kebiasaan buruk paling banyak pada usia 9 tahun sebesar 5% (6 orang). Persentase

tertinggi keempat adalah pada anak yang memiliki kebiasaan buruk bernapas melalui

mulut yaitu sebesar 10,83% (13 orang) dengan kebiasaan buruk paling banyak pada

usia 7 tahun sebesar 5% (6 orang). Persentase terendah adalah pada anak yang

memiliki kebiasaan buruk menjulurkan lidah yaitu sebesar 4,17% (5 orang) dengan

kebiasaan buruk paling banyak pada usia 9 tahun sebesar 2,5% (3 orang).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

31

Tabel 2. Distribusi jenis kebiasaan buruk oral pada murid MI Istiqomah Medan

Kebiasaan

Buruk

5 tahun 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun

12 tahun TOTAL

Mengisap

jari

1

(0,83%)

5

(4,17%)

4

(3,33%)

1

(0,83%)

9

(7,5%)

3

(2,5%)

1

(0,83%)

2

(1,67%)

26

(21,67%)

Menjulurkan

Lidah -

1

(0,83%)

1

(0,83%) -

3

(2,5%) - - -

5

(4,17%)

Bernapas

Melalui

Mulut

- - 6

(5%)

3

(2,5%)

2

(1,67%)

2

(1,67%) - -

13

(10,83%)

Menggigit

Kuku

1

(0,83%)

5

(4,17%)

8

(6,67%)

7

(5,83%)

19

(15,83%)

4

(3,33%)

5

(4,17%)

1

(0,83%)

50

(41,67%)

Mengisap

dan

Menggigit

Bibir

1

(0,83%)

4

(3,33%)

3

(2,5%)

5

(4,17%)

6

(5%)

5

(4,17%)

2

(1,67%) -

26

(21,67%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

32

4.2 Distribusi jenis maloklusi dengan kebiasaan buruk oral pada

murid MI Istiqomah Medan

Tabel 3 menunjukkan distribusi jenis kebiasaan buruk oral dan maloklusi

pada murid MI Istiqomah Medan. Pada kebiasan buruk mengisap jari, maloklusi

yang paling banyak ditemukan adalah gigitan terbalik anterior 15,38% (4 orang)

dan rotasi 15,38% (4 orang), diikuti overjet berlebih 7,69% (2 orang) dan deepbite

3,85% (1 orang). Pada kebiasaan buruk menjulurkan lidah, maloklusi yang paling

banyak ditemukan adalah gigitan terbuka posterior 60% (3 orang), diikuti overjet

berlebih 20% (1 orang), gigitan terbalik anterior 14,29% (1 orang) dan deepbite

14,29% (1 orang). Pada kebiasaan buruk bernapas melalui mulut, maloklusi yang

paling banyak ditemukan adalah rotasi 30,77% (4 orang), diikuti overjet berlebih

23,08% (3 orang), deepbite 23,08% (3 orang), gigitan terbuka anterior 7,69%

(1 orang), gigitan terbuka posterior 7,69% (1 orang), gigitan terbalik anterior

7,69% (1 orang) dan gigitan terbalik posterior 7,69% (1 orang). Pada kebiasaan

menggigit kuku, maloklusi yang paling banyak ditemukan adalah rotasi 34%

(17 orang), diikuti gigitan terbalik anterior 18% (9 orang), deepbite 8% (4 orang),

overjet berlebih 8% (4 orang), gigitan terbuka anterior 4% (2 orang), gigitan

terbuka posterior 4% (2 orang) dan gigitan terbalik posterior 4% (2 orang). Pada

kebiasaan mengisap dan menggigit bibir maloklusi yang paling banyak ditemukan

adalah rotasi 34,62% (9 orang), diikuti deepbite 23,08% (6 orang), gigitan terbalik

anterior 23,08% (6 orang), overjet berlebih 19,23% (5 orang), gigitan terbuka

posterior 7,69% (2 orang) dan gigitan terbalik posterior 7,69% (2 orang).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

33

Kondisi Mengisap jari

( n = 26)

Menjulurkan

Lidah

( n = 5)

Bernapas

Melalui

Mulut

( n = 13)

Menggigit

Kuku

( n = 50)

Mengisap dan

Menggigit

Bibir

( n = 26)

Gigitan Terbuka Anterior - - 1

(7,69%)

2

(4%) -

Gigitan Terbuka Posterior - 3

(60%)

1

(7,69%)

2

(4%)

2

(7,69%)

Gigitan Terbalik Anterior 4

(15,38%)

1

(20%)

1

(7,69%)

9

(18%)

6

(23,08%)

Gigitan Terbalik Posterior - - 1

(7,69%)

2

(4%)

2

(7,69%)

Rotasi 4

(15,38%) -

4

(30,77%)

17

(34%)

9

(34,62%)

Overjet berlebih 2

(7,69%)

1

(20%)

3

(23,08%)

4

(8%)

5

(19,23%)

Deepbite 1

(3,85%)

1

(20%)

3

(23,08%)

4

(8%)

6

(23,08%)

Tabel 3. Distribusi jenis maloklusi dengan kebiasaan buruk oral pada murid MI Istiqomah Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

34

4.3 Hasil Uji Statistik hubungan kebiasaan buruk oral dan jenis maloklusi

pada murid MI Istiqomah Medan

Kebiasaan Buruk Oral Ada Maloklusi Tidak ada Maloklusi P

Mengisap Jari 2 (7,69%) 24 (92,3%) 0,031

Menjulurkan Lidah 3 (60%) 2 (40%)

Bernapas Melalui Mulut 5 (38,5%) 8 (61,5%)

Menggigit Kuku 17 (34%) 33 (66%)

Mengisap dan Menggigit

Bibir

5 (19,2%) 21 (80,8%)

TOTAL 32 (26,7%) 88 (73,3%)

*p < 0,05 = terdapat hubungan yang signifikan

Tabel 4 menunjukkan hubungan antara kebiasaan buruk oral dengan

terjadinya maloklusi pada murid MI Istiqomah Medan. Diketahui dari 120 sampel

yang mengalami kebiasaan buruk oral, terdapat 26,7% (32 orang) yang mengalami

maloklusi dan 73,3% (88 orang) yang tidak mengalami maloklusi. Berdasarkan tabel

di atas diketahui hasil uji statistik Chi Square terlihat nilai signifikan sebesar 0,031,

hal ini berarti jika nilai P <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Melalui

analisis statistik ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedua

variabel yang dianalisis yaitu terdapat hubungan antara kebiasaan buruk oral dengan

terjadinya maloklusi pada murid MI Istiqomah Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

35

BAB 5

PEMBAHASAN

Kebiasaan buruk oral merupakan tindakan berulang yang menimbulkan

gangguan pada gigi dan jaringan pendukung gigi, seperti mengisap jari, menggigit

kuku, mengisap bibir, menjulurkan lidah dan bernapas melalui mulut.1

Kebiasaan

buruk oral adalah salah satu faktor etiologi utama maloklusi dan gangguan struktur

dentofasial. Pengenalan awal terhadap kebiasaan buruk oral dan perencanaan yang

tepat untuk menghentikannya penting dilakukan untuk menghindari efek yang

merugikan pada perkembangan oklusi.36

Penilaian kebiasaan buruk oral dilakukan

dengan pemberian kuisioner kepada orang tua dan pemeriksaan secara langsung pada

anak yang telah memenuhi kriteria inklusi.3,36

Tabel 2 menunjukkan distribusi jenis kebiasaan buruk oral pada murid MI

Istiqomah Medan. Penelitian ini dilakukan pada murid-murid di MI Istiqomah Medan

dengan jumlah responden penelitian 120 orang yang terdiri dari 56 orang laki-laki

dan 64 orang perempuan. Penelitian ini diperoleh prevalensi murid yang memiliki

kebiasaan buruk menggigit kuku 41,67% (50 orang), mengisap jari 21,67% (26

orang), mengisap dan menggigit bibir 21,67% (26 orang), menjulurkan lidah 4,17%

(5 orang) dan bernapas melalui mulut 10,83% (13 orang). Hasil ini berbeda jika

dibandingkan dengan penelitian Al-Atabi, yaitu anak yang memiliki kebiasaan buruk

menggigit kuku 23,4% (184 orang), mengisap jari 18,7% (147 orang), mengisap

bibir 14,1% (111 orang), menjulurkan lidah 21,5% (169 orang) dan bernapas melalui

mulut 16,4% (129 orang). Perbedaan ini mungkin disebabkan karena usia sampel,

batasan usia dan faktor sosioekonomi. Penelitian ini dilakukan pada 120 anak usia 6-

12 tahun sedangkan penelitian Al-Atabi, dilakukan pada 3300 anak usia 6-18 tahun.3

Menurut Shetty dkk., terdapat perbedaan prevalensi kebiasaan buruk oral pada umur

yang berbeda.12

Penelitian yang dilakukan Omer dkk., tentang prevalensi kebiasaan

buruk oral dan efeknya pada gigi desidui mengungkapkan bahwa antara laki-laki dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

36

perempuan pada kelompok usia yang berbeda memiliki perbedaan psikologis dan

kultural meskipun tidak signifikan hubungannya dengan kebiasaan buruk oral.36

Berdasarkan usia, jumlah subjek penelitian yang paling banyak melakukan

kebiasaan buruk oral adalah pada kelompok usia 9 tahun. Hasil ini sejalan dengan

penelitiaan Septuaginta dkk., dan Jaiswal dkk., yang memiliki jumlah sampel

terbanyak berusia 8-10 tahun. Hal ini mungkin diakibatkan usia 8-10 tahun

merupakan usia anak mulai menjalin persahabatan.17,37

Banyak dalam pergaulan

sekarang ini yang dapat mambawa dampak negatif sehingga mengakibatkan

gangguan psikologis pada anak serta mendorong timbulnya kebiasaan buruk oral.17

Anak-anak pada usia 5-13 tahun ada di dalam fase belajar untuk mengendalikan

emosi mereka. Gangguan emosional seperti kekurangan kasih sayang, terlalu takut

dan cemas, mungkin menjadi faktor predisposisi kebiasaan buruk oral.38

Tabel 3 menunjukkan distribusi jenis maloklusi dengan kebiasaan buruk oral.

Pada kebiasaan mengisap jari, 15,38% murid memiliki maloklusi gigitan terbalik

anterior, 15,38 % mengalami rotasi, 7,69% mengalami overjet berlebih dan 3,85%

mengalami deepbite. Hasil ini berbeda jika dibandingkan dengan penelitian Jajoo

dkk., yaitu kebiasaan mengisap ibu jari menyebabkan maloklusi gigitan terbuka

anterior sebesar 23,35% dan gigitan terbalik posterior sebesar 2,03%.38

Hasil ini juga

berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa kebiasaan buruk oral mengisap jari

akan menyebabkan overjet berlebih, gigitan terbuka anterior dan gigitan terbalik

posterior.1,17

Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh kekuatan dan frekuensi serta

persistensi kebiasaan buruk oral tersebut. American Dental Association dan American

Academy of Pediatrics setuju dan percaya bahwa jika kebiasaan buruk oral mengisap

jari berhenti sebelum usia 6 tahun biasanya sedikit atau tidak ada menimbulkan

perubahan pada hubungan oklusal atau struktur orofasial, tetapi jika kebiasaan buruk

tetap dilakukan lebih dari usia 6 tahun atau selama gigi insisivus permanen erupsi

maka maloklusi akan terjadi.19,21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

37

Pada kebiasaan buruk menjulurkan lidah, 60% murid mengalami gigitan

terbuka posterior dan 20% murid mengalami overjet berlebih. Hasil ini tidak sejalan

dengan penelitian Omer dkk., yang dilakukan di Kota Khartoum pada tahun 2015

dimana maloklusi terbanyak pada kebiasan buruk menjulurkan lidah adalah gigitan

terbuka anterior 84,6%, relasi distal molar 15,4%, relasi kelas II kaninus 15,4% dan

overjet berlebih 7,7%. Hasil ini mungkin disebabkan karena perbedaan jenis

maloklusi yang diteliti dan perbedaan usia sampel dimana Omer dkk., meneliti anak-

anak usia 3-5 tahun.36

Gigitan terbuka posterior mungkin disebabkan karena halangan

erupsi normal pada molar yang disebabkan oleh lidah. Overjet mungkin disebabkan

tekanan yang dihasilkan oleh lidah yang mendorong gigi insisivus pada saat

melakukan kebiasaan buruk tersebut.2,39

Pada kebiasaan bernapas melalui mulut 23,08% murid mengalami overjet

berlebih, 7,69% mengalami gigitan terbuka anterior dan 7,69% mengalami gigitan

terbalik posterior. Hasil ini sejalan dengan penelitian Omer dkk., pada kebiasaan

bernapas melalui mulut 30,3% mengalami gigitan terbalik posterior, 6,1% mengalami

overjet berlebih dan 6,1% mengalami gigitan terbuka anterior.36

Hasil ini mungkin

diakibatkan pada saat bernapas melalui mulut, rahang bawah dan lidah berada pada

posisi rendah atau diturunkan dan kepala dalam posisi tegak. Apabila keadaan ini

terjadi dalam waktu yang cukup lama maka dapat menyebabkan pertambahan tinggi

wajah dan gigi posterior mengalami supraerupsi sehingga terjadi gigitan terbuka

anterior dan protrusi. Tekanan pipi dapat menyebabkan lengkung maksila menjadi

sempit sehingga menyebabkan terjadinya posterior crossbite.9

Pada kebiasaan menggigit kuku, maloklusi terbanyak yang terjadi adalah

rotasi sebesar 34%. Rotasi gigi mungkin disebabkan karena tekanan terus menerus

yang diberikan pada gigi ketika melakukan kebiasaan ini. Kebiasaan menggigit kuku

pada anak-anak beresiko terhadap perkembangan maloklusi gigi anterior. Tekanan

non-fisiologis yang diberikan pada gigi bisa mempercepat resorpsi atau menjadi

penyebab resorpsi apikal akar sehingga menyebabkan destruksi disekitar area gigi

yang terlibat.29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

38

Pada kebiasaan mengisap bibir, 34,62% murid memiliki maloklusi rotasi,

23,08% mengalami deepbite, 23,08% mengalami gigitan terbalik anterior, 19,23%

mengalami overjet berlebih, 7,69% mengalami gigitan terbalik posterior dan 7,69%

mengalami gigitan terbuka posterior. Hasil ini berbeda dengan penelitian Parul dkk.,

pada 1813 sampel, 15 diantaranya memiliki kebiasaan buruk menggigit bibir dan 7

diantaranya mengalami protrusi anterior.2 Hasil ini juga berbeda dengan teori yang

menyatakan bahwa kebiasaan mengisap bibir akan menyebabkan overjet berlebih.1,17

Perbedaan ini mungkin disebabkan karena kebiasaan mengisap bibir pasti

menyebabkan maloklusi tetapi tergantung pada intensitas, frekuensi dan durasi yang

adekuat.31

Tabel 4 menunjukkan hasil uji statistik chi square, diperoleh nilai p = 0,031

(p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel

yang dianalisis. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

kebiasaan buruk oral dengan terjadinya maloklusi pada murid MI Istiqomah Medan.

Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Parul dkk., pada 1813 sampel anak usia 3-12

tahun pada tahun 2015 di Nepal mengenai hubungan kebiasaan buruk oral dengan

terjadinya maloklusi pada anak pedesaan dan perkotaan, ini dikarenakan kebiasaan

buruk oral merupakan perilaku rutin yang diulang dan cenderung tidak menyadari

ketika melakukan tindakan tersebut, terutama kebiasaan buruk oral yang sudah sejak

lama dilakukan, hal ini akan membentuk pola perilaku yang membekas di jalur saraf

kita sehingga menyebabkan perubahan pertumbuhan wajah, hubungan oklusal dan

estetis wajah. 2,3,40

Jhonson dan Larson menyimpulkan bahwa suatu kebiasaan yang

berlanjut adalah suatu hasil yang didasari permasalahan emosional dan psikologis.

Kebiasaan buruk oral juga dapat disebabkan oleh adanya kelainan fungsi tubuh

seperti adanya polip nasopharyngeal alergi, rhinitis atrofi dan yang berhubungan

dengan kesehatan umum anak.17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

39

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Jenis kebiasaan buruk oral yang paling banyak dilakukan oleh murid MI

Istiqomah Medan adalah menggigit kuku sebanyak 41,67% (50 orang), diikuti oleh

mengisap jari 21,67% (26 orang) , mengisap dan menggigit bibir sebanyak 21,67%

(26 orang), bernapas melalui mulut 10,83% (13 orang) dan menjulurkan lidah 4,17%

(5 orang).

2. Distribusi jenis maloklusi dengan kebiasaan buruk oral pada murid MI

Istiqomah Medan, yaitu :

a. Pada kebiasaan mengisap jari, maloklusi yang paling banyak terjadi

adalah gigitan terbalik anterior dan rotasi sebesar 15,38% (4 orang)

b. Pada kebiasaan menggigit kuku, maloklusi yang paling banyak terjadi

adalah rotasi sebesar 34% (17 orang)

c. Pada kebiasaan mengisap dan menggigit bibir, malokusi yang paling

banyak terjadi adalah rotasi sebesar 34,62% (9 orang)

d. Pada kebiasaan bernapas melalui mulut, maloklusi yang paling banyak

terjadi adalah rotasi sebesar 30,77% (4 orang)

e. Pada kebiasaan menjulurkan lidah, maloklusi yang paling banyak terjadi

adalah gigitan terbuka posterior 60% (3 orang)

3. Terdapat hubungan antara kebiasaan buruk oral dengan terjadinya

maloklusi pada murid MI Istiqomah Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

40

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan edukasi terhadap orang tua/wali mengenai dampak

terjadinya kebiasaan buruk terhadap maloklusi yang akan mempengaruhi

fungsi pengunyahan, fonetik, dan estetis serta nantinya akan berpengaruh

terhadap kesehatan rongga mulut misalnya karies dan penyakit

periodontal.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan sampel yang lebih

besar, populasi dan metode yang baru serta jenis kebiasaan buruk oral

yang lain untuk mendapatkan validitas yang tinggi.

3. Perlu penelitian yang lebih mendalam mengenai hubungan kebiasaan

buruk oral dengan terjadinya maloklusi serta hubungannya dengan

sosioekonomi,urutan kelahiran, atau faktor lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

41

DAFTAR PUSTAKA

1. Bhalajhi SI. Orthodontics the art and science 3rd

ed. New Dehli: Arya

Publishing House, 2004: 97-108, 415-22, 423-32.

2. Parul dkk. Oral habits and its related malocclusion among 3-12 years rural

and urban school children: An OPD Survey. J Nepal Dent Assoc 2015; 15(2):

19-25.

3. Al-Atabi HS. Prevalence of bad oral habits and relationship with prevalence

of malocclusion in sammawa city students aged (6-18) years old. Medical

Journal of Babylon 2014; 11(1): 70-83.

4. Harun MA, Natsir M, Samad R. Maloklusi pada anak dan penanganannya.

Edisi 1., Jakarta: Sagung Seto. 2016: 253-72.

5. Kamdar RJ dkk. Damaging oral habits. J Intl Oral Health 2014; 7(4): 85-87.

6. Yaakob A, Narmada IB, Triwardhani A. Keparahan gigitan terbuka anterior

pada anak usia 8-12 tahun di klinik ortodonti fakultas kedokteran gigi

universitas airlangga (Tahun 2008-2010). J Orthod Dent 2011; 2(1): 41-4.

7. Christensen JR, Fields HW, Adair SM. Oral habits. In: Casamassimo, Fields,

Mctigue, Nowak. Pediatric dentistry: Infancy through adolescence 5th

ed.

China: Elsevier; 2013: 1-21.

8. Singh G. Textbook of Orthodontics. 2nd

ed. India: Jaypee Brothers Medical

Publisher (P) Ltd. 2007: 581-612, 648-54, 655-70.

9. Raharjo P. Diagnosis Ortodontik. Surabaya: Airlangga University Press 2008:

35-8.

10. Harty F, Ogston R. Kamus Kedokteran Gigi. Ahli Bahasa. Sumawinata N.

Jakarta: EGC, 1995: 189,265,70.

11. Gill DS. Ortodonsia at a glance. Alih Bahasa. Titiek Suta. Jakarta: EGC,

2014: 81

12. Shetty dkk. Oral habits in children of Rajnandgaon, Chhattisgarh, India- A

prevalence study. Int J Public Health Dent 2013; 4(1): 1-7.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

42

13. Kasparaviciene dkk. The prevalence of malocclusion and oral habits among 5-

7-year-old children. Med Sci Monit 2014; 20: 2036-42.

14. Chour dkk. Assessment of various deletrious oral habits and its effects on

primary dentition among 3-5 years old children in davangere city. J Pediatr

Dent 2014; 2(2): 37-43.

15. Jabur SF, Nisayif DH. The effect of bad oral habits on malocclusions and its

relation with age, gender and type of feeding. MDJ 2007; 4(2): 152-6.

16. Bittencourt MAV, Machado AW. An overview of the prevalence of

malocclusion in 6 to 10-year-old children in brazil. Dental press J Orthod

2010; 15(6): 113-22.

17. Septuaginta A, Kepel B, Anindita P. Gambaran oral habit pada murid SD

katolik II St.Antonius Palu. J E-Gigi 2013; 1(1): 18-27.

18. Goenharto S, Rusdiana E, Nurlaili Y. Tatalaksana mengatasi kebiasaan buruk

mengisap jari. Jurnal PDGI 2016; 65(2): 48-54.

19. Indushekar GB, Gupta B, Indushekar KR. Childhood thumb sucking habit: the

burden of a preventable problem. J Dent Medicine and Medical Sciences

2012; 2(1): 1-4.

20. Proffit WR, Henry W, David M Sarver. Contemporary Orthodontics. 5th

ed.,

St. Louis: Mosby Co. 2012: 137-46.

21. Finn S. Clinical Pedodontics. 2nd

ed., Philadelphia: WB Saunders Company.

1962: 320-4.

22. Kumari AV dkk. Breaking the tongue thrusting habit: When Compliance is

essential- A case report. WJRR 2017; 5(1): 54-6.

23. Tarvade SM, Ramkrishna S. Tongue thrusting habit: A review. Int J Contemp

Dental Med Rev 2015: 1-5.

24. Sankar SG, Kumar C. Tongue thrust habit: A review. Annals and essences of

Dentistry 2009; 1(2): 14-23.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

43

25. Kusuma A. Bernapas lewat mulut sebagai faktor ekstriksik etiologi maloklusi.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=3646&val=308 ( 1 Maret

2018)

26. Feroza NA dkk. Hubungan antara kebiasaan bernapas melalui mulut dan

tingkat keparahan maloklusi di SMPN 4 Banjarbaru dan SMAN 4 Banjarbaru.

Dentino (Jur. Ked. Gigi) 2017; 2(1): 39-43.

27. Jain A dkk. Mouth breathing: A menace to developing dentition. J Contem

Dent 2014; 4(3): 145-51.

28. Gartika M. The effect of oral habits in the oral cavity of children and its

treatment. Padj J Dent 2008; 20(2): 123-9.

29. Sachan A, Chaturvedi TP. Onychophagia (Nail biting), anxiety, and

malocclusion. Indian J Dental Research 2012; 23(5): 680-2.

30. Khanal L, Giri J, Gaire H. Epidemiology of malocclusion and assessment of

orthodontics treatment needs among BDS students of BPKIHS, Dharan,

Nepal. http://www.webmedcentral.com (Januari 1.2018).

31. Pinkham JR dkk. Pediatric dentistry: Infancy through adolescence 4th

ed.

China: Elsevier; 2005: 431-9.

32. Bishara SE. Textbook of Orthodontics. Philadelphia: Elsevier, 2001: 162.

33. Universitas Gajah Mada. Falsafah Ortodonsia. http://elisa.ugm.ac.id (8

Desember 2017)

34. Rasool G. Overjet as a predictor of sagital skeletal relationships. Pakistan Oral

Dent J 2016; 36(3): 395-8

35. Tonni I dkk. Overbite and overjet influence on cyclic masticatory movements:

A CT study. ISRN Radiology 2013: 1-6.

36. Omer MI, Abbuaffan AH. Prevalence of oral habit and its effect in primary

dentition among sudanese preschool children in Khartoum City. Indian J Dent

Education 2015; 8(2): 57-62.

37. Jaiswal D dkk. Prevalence of deletrious oral habits among school going

children; an epidemiological study. Int J Contemp Med R 2017; 4(12): 1-3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

44

38. Jajoo S dkk. Original research oral habits in school going vhildren of pune: A

prevalence study. J Int Oral Health 2015; 7(10): 96-101.

39. Joelijanto R. Oral habits that cause malocclusion problems. IDJ 2012; 1(2):

87-92.

40. Aloufi SA dkk. Meta-Analysis of prevalence of bad oral habits and

relationship with prevalence of malocclusion. EC Dental science 2017; 11(4):

111-17.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth

Bapak/Ibu orang tua murid

Di Tempat

Selamat pagi Bapak/Ibu

Perkenalkan, nama saya Dara Dwi Syarfina. Saya adalah mahasiswa Fakultas

Kedokteran Gigi USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk

menyelesaikan pendidikan akademik kedokteran gigi. Adapun penelitian saya

berjudul “Hubungan Kebiasaan Buruk Oral Dengan Terjadinya Maloklusi pada

Murid MI Istiqomah Medan”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan buruk oral

(seperti mengisap ibu jari, bernapas melalui mulut, menggigit kuku, menggigit dan

mengisap bibir) pada anak dengan terjadinya kelainan maloklusi (kelainan susunan

gigi seperti gigi jarang atau berlapis). Manfaat dari penelitian ini adalah untuk

meminimalisir maloklusi yang disebabkan oleh kebiasaan buruk oral sehingga dapat

meningkatkan kesehatan dan kepercayaan diri anak.

Penelitian ini dilakukan oleh saya sendiri. Dalam penelitian ini, saya akan

memeriksa jari dan kuku anak Bapak/Ibu untuk melihat apakah ada tanda mengisap

jari atau menggigit kuku pada anak Bapak/Ibu. Kemudian untuk memeriksa adanya

kebiasaan buruk menjulurkan lidah, saya akan meminta anak Bapak/Ibu menelan

seperti biasa untuk melihat pola penelanannya. Untuk melihat adanya kebiasaan

buruk bernapas melalui mulut, saya akan meminta anak Bapak/Ibu untuk menahan air

di mulut selama 3 menit (air berasal dari botol minum anak tetapi jika anak tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

membawa akan diberi aqua gelas). Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan rongga

mulut secara langsung dengan menggunakan kaca mulut untuk melihat apakah ada

kelainan pada susunan gigi dan difoto menggunakan kamera sebagai data pendukung

penelitian saya.

Pada penelitian ini, anak Bapak/Ibu tidak dikenakan biaya atau gratis dan

tidak terdapat risiko pada subjek yang akan diteliti. Sebagai ucapan terima kasih, saya

akan memberikan hadiah kepada anak Bapak/Ibu yang telah berpartisipasi.

Dalam melakukan penelitian ini saya membutuhkan partisipasi anak

Bapak/Ibu untuk bersedia ikut dalam penelitian yang dilakukan secara sukarela.

Apabila selama penelitian ini berlangsung terjadi keluhan pada anak Bapak/Ibu, maka

Bapak/Ibu dapat menghubungi saya.

Demikian penjelasan dari saya. Jika anak Bapak/Ibu bersedia jadi subjek

penelitian, lembar persetujuan terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan

kepada saya. Apabila ada suatu hal yang tidak sesuai, kepada Bapak/Ibu

dipersilahkan untuk mengundurkan diri selama penelitian ini berjalan. Atas bantuan,

partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Peneliti : Dara Dwi Syarfina

Alamat : Perumahan Sri Gunting Blok 17 No. 74

Telpon : 082236201454

Medan, 20 Maret 2018

Peneliti,

(Dara Dwi Syarfina)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Anak :

Usia Anak :

Alamat :

Telp/Hp :

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan faham tentang apa yang

akan dilakukan, diperiksa, didapatkan pada penelitian yang berjudul

“Hubungan Kebiasaan Buruk Oral Dengan Terjadinya Maloklusi pada

Murid MI Istiqomah Medan”

Maka dengan surat ini menyatakan setuju memberi izin bahwa anak saya

menjadi subjek penelitian secara sadar dan tanpa paksaan.

Medan, ................................. 2018

Yang menyetujui,

Orangtua/Wali Subjek Penelitian

(...............................................)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

Lampiran 3

HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA

MALOKLUSI PADA MURID MI ISTIQOMAH

ISLAMIC FULL DAY SCHOOL

I. Identitas Responden

Nama Anak : ...............

Jenis Kelamin : ...............

Kelas : ...............

Pekerjaan orang tua : ................

II. Petunjuk Pengisian

Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan melingkari jawaban yang

benar.

1. Apakah anak bapak dan ibu mempunyai kebiasaan buruk?

(mengisap jari, menggigit kuku, mengisap dan menggigit bibir )

a. Ya b. Tidak

2. Apakah kebiasaan yang anak bapak dan ibu miliki?

a. Mengisap jari

b. Menggigit kuku

c. Mengisap bibir bawah

DEPARTEMEN ORTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

3. Apakah kebiasaan itu sudah berhenti sekarang ?

a. Ya b. Tidak

Jika Ya, pada umur berapa kebiasaan tersebut berhenti? ..... tahun

4. Berapakah perkiraan waktu anak melakukan kebiasaan tersebut ?

a. Malam + siang ( lebih dari 16 jam)

b. Malam saja (8-16 jam)

c. Kadang-kadang siang atau malam ( kurang dari 8 jam)

5. Apakah anak bapak dan ibu masih mengedot (susu botol) sampai usia

6 tahun?

a. Ya b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

Lampiran 4

No. Urut :

Tanggal Pemeriksaan :

HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA

MALOKLUSI PADA MURID MI ISTIQOMAH

ISLAMIC FULL DAY SCHOOL

LEMBAR PEMERIKSAAN

I. Pemeriksaan kebiasaan menjulurkan lidah (Tongue thrusting)

1. Bagaimana posisi lidah pada saat menelan ?

a. Bagian ujung lidah ditempatkan di belakang insisivus

b. Lidah mendorong gigi insisivus

b. Lidah berada diantara insisivus atas dan bawah

2. Jenis maloklusi yang dialami akibat kebiasaan tersebut?

a. Gigitan terbuka anterior

b. Gigitan terbuka posterior

c. Gigitan terbalik posterior

d. Overjet berlebih

DEPARTEMEN ORTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

II. Pemeriksaan Kebiasaan Mengisap ibu jari (Thumb sucking)

3. Jenis maloklusi yang dialami akibat kebiasaan tersebut

a. Gigitan terbuka anterior

b. Gigitan terbalik posterior

c. Retroklinasi insisivus rahang bawah

d. Overjet berlebih

III. Pemeriksaan Kebiasaan bernapas melalui mulut (mouth breathing)

4. Pada saat bernapas, apakah kaca mulut yang diletakkan di depan mulut

berembun ?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah kapas terbang ketika diletakkan di sulkus nasolabial ?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah anak bisa menahan air di mulut selama 3 menit ?

a. Ya b. Tidak

7. Bagaimanakah posisi bibir anak ketika diminta untuk menarik napas ?

a. Bibir Terbuka b. Bibir Tertutup

8. Jenis maloklusi apa yang dialami akibat kabiasaan buruk tersebut ?

a. Gigitan Terbuka Anterior

b. Gigitan Terbalik Posterior

c. Overjet berlebih

d. Deepbite

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

IV. Pemeriksaan Kebiasaan menggigit kuku (nail biting)

9. Jenis maloklusi yang dialami akibat kebiasaan tersebut

a. Gigitan terbuka anterior c. Deepbite

b. Rotasi d. Overjet berlebih

V. Mengisap bibir dan menggigit bibir (lip sucking and lip biting)

10. Jenis maloklusi yang dialami akibat kebiasaan tersebut

a. Overjet berlebih

b. Deepbite

c. Retroklinasi Insisivus bawah

d. Gigitan terbuka anterior

PEMERIKSAAN MALOKLUSI

Gigitan terbuka anterior

Gigitan terbuka posterior

Gigitan silang anterior

Gigitan silang posterior

Overjet berlebih

Rotasi

Deepbite

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

Lampiran 5

DATA HASIL PENELITIAN HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DAN

MALOKLUSI PADA MURID MI ISTIQOMAH MEDAN

1 Gendis 6 Thumb Sucking OJ = 1 mm ; OB = 2 mm

2 Gea 6 Lip Sucking OJ = 5 mm ; OB = 5 mm

3 Zahara 6 Nail Biting OJ = 2 mm ; OB = 1 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior

4 M. Rafa 7 Thumb Sucking OJ = 2 mm ; OB = 2 mm

5 Dwi R 6 Lip Sucking OJ = 1 mm ; OB = 1 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior 63 ; Rotasi 71

6 Affan 5 Thumb Sucking OJ = 2 mm ; OB = 1 mm

7 Aisyah 7 Thumb Sucking OJ = -2 mm ; OB = -1 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior

8 Assyfa 6 Nail Biting OJ = 5 mm ; OB = 3 mm

9 Irza 7 Lip Sucking OJ = 1 mm ; OB = 1 mm ; Gigitan

Terbalik Posterior ; Rotasi

10 Annisa 6 Thumb Sucking Gigitan Terbalik Anterior

11 Ajeng 7 Tongur Thrusting OJ = 2 mm ; OB = 3 mm ; Gigitan

Terbuka Posterior

12 M. Rifa’a 7 Nail Biting OJ = 3 mm ; OB = 2 mm

13 Abril 6 Lip Sucking OJ = 2,5 mm ; OB = 3,5 mm ;

Rotasi

14 Bintang 6 Nail Biting OJ = 0,5 mm ; OB = 0,5 mm ; Rotasi

61,71

15 Rakha 6 Thumb Sucking OJ = 5 mm ; OB = 3 mm

16 Nazwa 7 Nail Biting Gigitan Terbalik Anterior 81,82 ;

Rotasi 71,81

17 Al-Habib 5 Lip sucking OJ = -1 mm ; OB = -5 mm ; Gigitan

Terbalik Anteiror

18 Al-Dzikri 6 Thumb Sucking OJ = 2 mm ; OB = 3 mm

19 M.Danish 6 Thumb Sucking OJ = 3 mm ; OB = 5 mm ; Rotasi

72,82

20 Zara 6 Lip Sucking OJ = 1 mm ; OB = 2,5 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior dan Posterior

21 Randra 5 Nail Biting OJ = 2 mm ; OB = 3 mm

22 Melisa 6 Nail Biting OJ = 2 mm ; OB = 2 mm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

23 Wais 9 Mouth Breathing OJ = 3 mm ; OB = 4 mm ; Rotasi 31

24 Dwi Rizky 6 Tongue Thrusting OJ = -2 mm ; OB = -2 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior ; Gigitan Terbuka

Posterior

25 Nayla 6 Nail Biting OJ = 0,5 mm ; OB = 0,5 mm

26 Rajamaica 7 Mouth Breathing OJ = 5 mm ; OB = 5 mm

27 Tiara 7 Mouth Breathing OJ = 3 mm ; OB = 3 mm ; Rotasi 83

28 Faja Aliya 7 Mouth Breathing OJ = 0,5 mm ; OB = 1 mm

29 Kelvin 7 Nail Biting OJ = 0,5 mm ; OB = 1 mm

30 Riza 7 Lip Sucking OJ = 1,5 mm ; OB = 3 mm

31 Syahril 7 Mouth Breathing OJ = 5 mm ; OB = 2 mm ; Rotasi

41,12 ; Gigitan Terbuka Posterior

32 Syifa 8 Nail Biting OJ = 3 mm ; OB = 2 mm

33 Farah 7 Mouth Breathing OJ = 2,5 mm ; OB = 3 mm

34 Aurelia 8 Thumb Sucking OJ = 2 mm ; OB = 2 mm ; Rotasi

32,41

35 M.Dafa 8 Mouth Breathing OJ = 5 mm ; OB = 5 mm ; Rotasi

41,42

36 Chalisa 8 Lip Sucking OJ = 1 mm ; OB = 1 mm ; Rotasi 41

37 Khayyirah 8 Lip Sucking OJ = 4 mm ; OB = 3 mm

38 Ahmad 8 Lip Sucking OJ = 2 mm ; OB = 3 mm ; Rotasi

21,31

39 M.Ferris 8 Nail Biting OJ = 3 mm ; OB = 3 mm

40 Davin 9 Nail Biting OJ = 3 mm ; OB = 3 mm

41 Adel 7 Nail Biting OJ = 1 mm ; OB = 1 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior 42/52

42 Jihan 7 Nail Biting OJ = 2 mm ; OB = 2 mm

43 Aidil 7 Mouth Breathing OJ = 3 mm ; OB = 2 mm

44 Nandhifa 7 Nail Biting Edge to Edge

45 Aviva 7 Thumb Sucking Edge to Edge

46 Rafif 7 Thumb Sucking OJ = 1 mm ; OB = 2 mm

47 Akbar 7 Lip Sucking OJ = 2 mm ; OB = 4 mm; Rotasi 31

48 Pino 9 Lip Sucking OJ = 2 mm ; OB = 2 mm

49 Adinda 7 Nail Biting OJ = 1 mm ; OB = 1 mm ; Rotasi

11,21

50 Fadil 7 Nail Biting OJ = 1 mm ; OB = 2 mm ; Rotasi

31,41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

51 Fazzira 8 Nail Biting OJ = 4 mm ; OB = 6 mm

52 Dian 9 Tongue Thrusting OJ = 5 mm ; OB = 5 mm ; Gigitan

Terbuka Posterior

53 M.Rizki 8 Lip Sucking OJ = 5 mm ; OB = 5 mm ; Rotasi 32

; Gigitan Terbuka Posterior

54 Niken 8 Mouth Breathing OJ = 3 mm ; OB = 2 mm ; Gigitan

Terbuka Anterior

55 Fitri 8 Nail Biting OJ = 5 mm ; OB = 4 mm ; Rotasi 44

56 Fika 8 Lip Sucking OJ = 5 mm ; OB = 5 mm ; Gigitan

Terbuka Posterior ; Rotasi 41,42

57 Zaskia 8 Nail Biting OJ = -2 mm ; OB = -2 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior 11,21 ; Rotasi

11,22

58 Kevin 9 Nail Biting Edge to Edge ; Rotasi 12

59 Khansa 9 Nail Biting OJ = 5 mm ; OB = 2 mm ; Rotasi 73

60 Jihan K 9 Nail Biting OJ = 4 mm ; OB = 4 mm ; Rotasi 73

61 Jihan A 9 Mouth Breathing OJ = 2 mm5 ; OB = 3 mm ; Gigitan

Terbuka Posterior ; Rotasi 73

62 Siti R 9 Nail Biting OJ = 5 mm ; OB = 3 mm

63 Siti F 9 Nail Biting Edge to Edge ; Gigitan Terbalik

Posterior

64 Hafizul 8 Nail Biting OJ = 4 mm ; OB = 3 mm

65 M.Syafiq 9 Nail Biting OJ = 1 mm ; OB = 1 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior 31 ; Rotasi 42

66 Naisyah 8 Nail Biting OJ = 3 mm ; OB = 4 mm ; Rotasi 83

67 Khansa 8 Mouth Breathing Edge to Edge ; Rotasi

11,12,31,41,32,42

68 Eka 9 Thumb Sucking OJ = -1 mm ; OB = -1 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior

69 Nur 9 Nail Biting OJ = 3 mm ; OB = 3 mm

70 M.Arya 9 Thumb Sucking OJ = -1 mm ; OB = -1 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior 21/41

71 Putri C 10 Nail Biting OJ = 4 mm ; OB = 5 mm

72 Putri A 10 Nail Biting OJ = 1 mm ; OB = 1 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior 12,22

73 Suci 9 Lip Sucking OJ = 4,5 mm ; OB = 5 mm

74 Rangga 9 Tongue Thrusting OJ = 3 mm ; OB = 2 mm

75 M.Akhdan 9 Lip Sucking OJ = 5 mm ; OB = 5 mm

76 Aisyah 10 Mouth Breathing OJ = 4 mm ; OB = 3 mm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

77 Davin 9 Nail Biting OJ = 3 mm ; OB = 5 mm

78 Denny 9 Thumb Sucking OJ = 4 mm ; OB = 3 mm

79 Afghan 9 Nail Biting OJ = 3 mm ; OB = 3 mm

80 Dzakwan 9 Tongue Thrusting OJ = 3 mm ; OB = 3 mm

81 Fanisa 9 Thumb Sucking OJ = 3 mm ; OB = 3 mm ; Rotasi

11,21

82 Prima 9 Thumb Sucking OJ = 3 mm ; OB = 3,5 mm

83 Wan Mhd. 9 Nail Biting OJ = 2 mm ; OB = 2,5 mm

84 Rinaldi 9 Thumb Sucking OJ = 2 mm ; OB = 2,5 mm

85 Raifan 10 Lip Sucking OJ = 3 mm ; OB = 5 mm ; Rotasi

86 M.Daffa 9 Nail Biting OJ = 4 mm ; OB = 2,5 mm ; Rotasi

12 ; Gigitan Terbuka Posterior

87 Ghaly 9 Nail Biting OJ = 4 mm ; OB = 3 mm ; Rotasi 31

88 Fauzan 9 Thumb Sucking OJ = 2 mm ; OB = 3 mm ; Rotasi 31

89 Al-Ikhlas 10 Mouth Breathing OJ = 3 mm ; OB = 5 mm

90 Danish 9 Nail Biting OJ = 2,5 mm ; OB = 3 mm ; Rotasi

31

91 Khayla 10 Lip Sucking OJ = -1,5 mm ; OB = -2 mm ;

Gigitan Terbalik Anterior

92 Keisyah 9 Thumb Sucking OJ = 5 mm ; OB = 3,5 mm

93 Rizqi 9 Thumb Sucking OJ = 3 mm ; OB = 2 mm

94 Azzaky 9 Lip Sucking OJ = 4 mm ; OB = 4,5 mm ; Rotasi

41,33

95 M.Farhan 9 Lip Sucking OJ = 6 mm ; OB = 4 mm ; Gigitan

Terbuka Posterior

96 Sheinna 10 Lip Sucking OJ = 0,5 mm ; OB = 0,5 mm ;

Gigitan Terbuka Posterior

97 Shafa 9 Nail Biting OJ = 2 mm ; OB = 3 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior 53,63

98 Nada 10 Lip Sucking OJ = 1 mm ; OB = 2 mm

99 Khalisa 9 Nail Biting OJ = 1 mm ; OB = 1,5 mm ; Gigitan

Terbuka Posterior

100 Keyla 9 Nail Biting OJ = 3 mm ; OB = 2 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior 53

101 M.Alvin 9 Lip Sucking OJ = 1 mm ; OB = 1 mm

102 Annisyah 9 Nail Biting OJ = 2 mm ; OB = 2 mm ; Rotasi 33

103 Mahsa 10 Nail Biting OJ = 4 mm ; OB = 2 mm ; Gigitan

Terbalik Posterior

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

104 M.Zafir 9 Nail Biting OJ = 2 mm ; OB = 1 mm

105 Nasywa 10 Thumb Sucking

OJ = 2 mm ; OB = 2 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior 53,63,83 ; Gigitan

Terbuka Posterior ; Rotasi

106 Putri 10 Thumb Sucking OJ = 3 mm ; OB = 3 mm ; Rotasi

107 Khadavi 11 Nail Biting OJ = 1 mm ; OB = 1,5 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior 12/83 ; Rotasi 32

108 Ibnu 10 Thumb Sucking OJ = 3 mm ; OB = 1 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior 53

109 Nisa 10 Nail Biting OJ = 1,5 mm ; OB = 1 mm ; Rotasi

31,41

110 M.Rizky 11 Nail Biting OJ = 2 mm ; OB = 3 mm Rotasi

21,31,41

111 Imelia 11 Nail Biting OJ = 1 mm ; OB = 1 mm

112 Nadira 11 Nail Biting OJ = 4 mm ; OB = 1 mm ; Gigitan

Terbuka Anterior

113 Widi 11 Lip Sucking OJ = 1 mm ; OB = 1 mm ; Gigitan

Terbalik Anterior

114 Michel 10 Nail Biting OJ = 2 mm ; OB = 3 mm

115 Naila 10 Lip Sucking OJ = 4 mm ; OB = 3 mm

116 Rika 11 Thumb Sucking OJ = 0,5 mm ; OB = 1 mm

117 Nabila 11 Lip Sucking OJ = 4 mm ; OB = 3 mm

118 Luthfi 12 Nail Biting OJ = 1 mm ; OB = 1 mm

119 Belinda 12 Thumb Sucking OJ = 2 mm ; OB = 2 mm

120 Ryamizad 12 Thumb Sucking OJ = 1 mm ; OB = 0,5 mm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

Lampiran 6

FOTO HASIL PEMERIKSAAN INTRAORAL SUBJEK PENELITIAN

NO.RESP: 120 (RYAMIZAD FARHAN / L / 12 TAHUN)

NO. RESP: 119 (BELINDA SALSABILA / P / 12 TAHUN)

NO.RESP: 118 (LUTHFI TRI NANDA / L / 12 TAHUN)

NO.RESP: 117 (NABILA RAISYAH / P / 11 TAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

NO.RESP: 116 (RIKA AULIA MAHARANI / P / 11 TAHUN)

NO.RESP: 115 (NAILA NAZWA AZ-ZAHRA / P / 10 TAHUN)

NO. RESP: 114 (MICHEL MUTI REHANI / P / 10 TAHUN)

NO. RESP: 113 (WIDI FADHILLAH NST / P / 11 TAHUN)

NO. RESP: 112 (NADIRA CAHYA UTAMI / P / 11 TAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

NO. RESP:111 (IMELIA OVANA / P / 11 TAHUN)

NO. RESP: 110 (M. RIZKY ASRI / L / 11 TAHUN)

NO.RESP: 109 (NISA AZ ZUKRUF / P / 10 TAHUN)

NO. RESP: 108 (IBNU HAFIZ / L / 10 TAHUN)

NO. RESP: 107 (KHADAVI RIANDI SARAGIH / L / 11 TAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

NO.RESP: 106 (PUTRI DEVIKA SUGIANTO / P / 10 TAHUN)

NO. RESP: 105 (NASYWA SALSABILA / P / 10 TAHUN)

NO. RESP: 100 (KEYLA TARHAS / P / 9 TAHUN)

NO. RESP: 99 (KHALISA RAIHANA / P / 9 TAHUN)

NO. RESP: 98 (NADA KURNA / P / 10 TTAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

NO. RESP: 97 (SHAFA KHAIRATUN NISA / P / 9 TAHUN)

NO. RESP: 96 (SHEINA AMIRA / P / 10 TAHUN)

NO. RESP: 95 (M. FARHAN AL FARISY / L / 9 TAHUN)

NO. RESP: 87 (GHALY SAADI RIFAT / L / 9 TAHUN)

NO. RESP: 86 (MUHAMMAD DAFFA AULIA / L / 9 TAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

NO. RESP: 85 (RAIFAN MARIADI / L / 10 TAHUN)

NO. RESP: 84 (RINALDI JUANDA / L / 9 TAHUN)

NO. RESP: 67 (KHANSA NAZWA / P / 8 TAHUN)

NO. RESP: 66 (NAISYAH ZALFAHIRA / P / 8 TAHUN)

NO. RESP: 65 (M. SYAFIQ USMAN / L / 9 TAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

NO. RESP: 64 (HAFIZUL ALAM / L / 8 TAHUN)

NO. RESP: 63 (SITI FATIMAH / P / 9 TAHUN)

NO. RESP: 62 (SITI RAYSSA / P / 9 TAHUN)

NO. RESP: 61 (JIHAN ALMAYRA / P / 9 TAHUN)

NO. RESP: 60 (JIHAN KHALISA / P / 9 TAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

NO. RESP: 59 (KHANSA / P / 9 TAHUN)

NO. RESP: 58 ( KEVIN FEBRIAN / L / 9 TAHUN)

NO. RESP: 57 (ZASKIA PUTRI / P / 8 TAHUN)

NO. RESP: 56 (FIKA RAMADHANI / P / 8 TAHUN)

NO. RESP: 55 (FITRI AULIA / P / 8 TAHUN)

NO. RESP: 54 ( NIKEN AMANDA / P / 8 TAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

NO. RESP: 53 ( MUHAMMAD RIZKI / L / 8 TAHUN)

NO. RESP: 52 ( DIAN FARRA ASYIFA / P / 8 TAHUN)

NO. RESP: 51 (FAZZIRA AULIA PUTRI / P / 8 TAHUN)

NO. RESP: 50 (FADIL ARIANSYAH / L / 7 TAHUN)

NO. RESP: 49 (ADINDA RAMADHANI / P / 7 TAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

NO. RESP: 48 (PINO ADITYAWAN / L / 9 TAHUN)

NO. RESP: 47 (AKBAR / L / 7 TAHUN)

NO. RESP: 46 (RAFIF ZHAFIF / L / 7 TAHUN)

NO. RESP: 45 ( AVIVA SYHAM / P / 7 TAHUN)

NO. RESP: 44 (NANDHIFA KHAILA / P / 7 TAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

NO. RESP: 43 (AIDIL FAHRI LUBIS / L / 7 TAHUN)

NO. RESP: 42 (JIHAN LUTHFIYAH / P / 7 TAHUN)

NO. RESP: 41 (ADEL LIA SAFITRI / P / 7 TAHUN)

NO. RESP: 27 ( TIARA AYU / P / 7 TAHUN)

NO. RESP: 26 ( RAJAMAICA / L / 7 TAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

NO. RESP: 25 ( NAYLA KHAIRIYA / P / 6 TAHUN)

NO. RESP: 24 (DWI RIZKY ZULAIKA / P / 6 TAHUN)

NO. RESP: 23 ( WAIS QARNI / L / 9 TAHUN)

NO. RESP: 22 ( MELISA PUTRI / P / 6 TAHUN)

NO. RESP: 21 (RANDRA SURIA / L / 5 TAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

NO. RESP: 20 (ZARA ZAFIRA / P / 6 TAHUN)

NO. RESP: 19 ( M. DANISH HADINATA / L / 6 TAHUN)

NO. RESP: 17 ( AL HABIB / L / 5 TAHUN)

NO. RESP: 16 ( NAZWA APRIYANTI / P / 7 / TAHUN)

NO. RESP: 14 (BINTANG RAMADHAN / L / 6 TAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

NO. RESP : 13 (ABRIL / L / 6 TAHUN)

NO. RESP: 09 (IRZA FEBRIANSYAH/ L / 7 TAHUN)

NO. RESP: 07 (AISYAH SALSABILA / P / 7 TAHUN)

NO. RESP: 05 (DWI RAMADHANI / P / 6 TAHUN)

NO. RESP: 04 (M. RAFA SAPUTRA / L / 7 TAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

NO. RESP: 03 (ZAHARA CHANIAGO / P / 6 TAHUN)

NO. RESP: 02 (GEA NAURA / P / 6 TAHUN)

NO. RESP: 01 (GENDIS KURNIA / P / 6 TAHUN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

Lampiran 7

HASIL PERHITUNGAN STATISTIK HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK

ORAL DENGAN TERJADINYA MALOKLUSI PADA MURID MI

ISTIQOMAH MEDAN

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kebiasaan_Buruk *

Maloklusi 120 100,0% 0 0,0% 120 100,0%

Kebiasaan_Buruk * Maloklusi Crosstabulation

Count

Maloklusi

Total Ada Tidak Ada

Kebiasaan_Buruk Mengisap Jari 2 24 26

Menjulurkan Lidah 3 2 5

Bernapas Melalui Mulut 5 8 13

Menggigit Kuku 17 33 50

Mengisap dan Menggigit Bibir 5 21 26

Total 32 88 120

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 10,663a 4 ,031

Likelihood Ratio 11,464 4 ,022

Linear-by-Linear Association 1,319 1 ,251

N of Valid Cases 120

a. 3 cells (30,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,33.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

Lampiran 10

CURRICULUM VITAE (CV)

Nama : Dara Dwi Syarfina

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/tanggal lahir : Medan, 23 Maret 1997

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Sri Gunting Blok XVII No. 74

Telepon : 082236201454

Email : [email protected]

PENDIDIKAN

2000-2002 : TK Kasih Ibu

2002-2008 : SD Swasta Supriyadi Medan

2008-2011 : SMPN 1 Medan

2011-2014 : SMA Swasta Supriyadi Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK ORAL DENGAN TERJADINYA …

Lampiran 11

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

“Hubungan Kebiasaan Buruk Oral Dengan Terjadinya Maloklusi

Pada Murid MI Istiqomah Medan”

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar dua juta dua

ratus sembilan puluh dua ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut :

1. Biaya alat dan bahan penelitian : Rp 500.000,-

2. Biaya statistik : Rp 350.000,-

3. Biaya souvenir : Rp 542.000,-

4. Biaya penggandaan kuisioner dan skripsi : Rp 900.000,-

Total Rp 2.292.000,-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA