hubungan getaran mekanis dengan kelelahan kerja …eprints.ums.ac.id/76704/1/naskah...

14
HUBUNGAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA MEBEL DI DESA SERENAN JUWIRING KLATEN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : SOFIA SEPTIANA AZIZAH J410150049 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN KERJA

    PADA PEKERJA MEBEL DI DESA SERENAN JUWIRING KLATEN

    Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada

    Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

    Oleh :

    SOFIA SEPTIANA AZIZAH

    J410150049

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2019

  • 1

  • 2

  • 3

  • 1

    HUBUNGAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN

    KERJA PADA PEKERJA MEBEL DI DESA SERENAN,

    JUWIRING, KLATEN

    Abstrak

    Di era globalisasi ini proses industrialisasi serta modernisasi ini

    berdampak besar terhadap meluasnya tehnologi yang menyebabkan

    berkembang pesatnya penggunaan mesin dan peralatan kerja mekanis.

    Pada sektor home industri masuk pada industri nonformal dimana

    industri tersebut belum mendapat perijinan pemerintah serta belum

    memiliki SOP (Standar Oprasional Prosedur) yang menjaminan

    kesehatan pekerjanya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui

    hubungan getaran mekanis dengan kelelahan kerja dan gangguan

    kesehatan pada pekerja mebel di Desa Serenan Juwiring Klaten. Jenis

    penelitian ini merupakan kuantitatif dengan pendekatan Cros

    Sectional karena variabel sebab akibat objek penelitian diukur dalam

    waktu dan situasi yang sama pada 131 responden dengan

    menggunakan teknik quota sampling dimana pengumpulan subjek

    sesuai syarat yang ditentukan hingga terpenuhi jumlah sampel yang

    diperlukan. Hasil penelitian getaran yang dialami responden terdiri

    dari beberapa kategori diantaranya kategori dapat diterapkan sebanyak

    2 orang (1,5%), getaran dengan kategori masih diperkenankan

    sebanyak 33 orang (25,2%), dan getaran dengan kategori

    membahayakan sebanyak 96 orang (73,3%). Responden yang

    mengalami kelelahan rendah sebanyak 60 orang (45,8%), sedang

    sebanyak 68 orang (51,9%), dan tinggi sebanyak 3 orang (2,3%). Ada

    hubungan yang signifikan antara getaran mekanis dengan kelelahan

    kerja dengan nilai sig (p-value) = 0,020 < 0,05 sehingga Ho ditolak

    yang berarti ada hubungan dengan nilai korelasi (r) 0,202 yang artinya

    tingkat keeratan hubungan lemah sehingga korelasi antara variabel

    getaran dan kelelahan kerja signifikan dan hubungan searah (positif).

    Oleh sebab itu getaran pada mesin kerja di industri mebel dapat

    dikurangi dengan menggunakan APD berupa sarung tangan busa

    untuk mengurangi dan meminimalisir getaran yang tersalurkan pada

    pekerja mebel sehingga mengurangi resiko kelelahan kerja.

    Kata kunci : getaran mekanis, kelelahan kerja, pekerja mebel

    Abstract

    In this era of globalization, the process of industrialization and

    modernization has had a major impact on the widespread technology

    which has led to the rapid development of machines and mechanical

    work equipment. In the home industry sector enter the non-formal

    industry where the industry has not received government permission

    and does not have SOP (Standard Operating Procedures) that

    guarantees the health of workers. The purpose of this study was to

  • 2

    1

    determine the relationship of mechanical vibrations with work fatigue

    and health problems in furniture workers in Serenan Juwiring Klaten

    Village. This type of research is quantitative with the Cros Sectional

    approach because the cause and effect variables of the research object

    are measured in the same time and situation on 131 respondents using

    quota sampling technique where the subject collection is in

    accordance with the specified conditions until the required number of

    samples are met. The results of vibration research experienced by

    respondents consisted of several categories including categories that

    can be applied as many as 2 people (1.5%), vibrations in the category

    are still allowed as many as 33 people (25.2%), and vibrations with

    hazardous categories as many as 96 people (73, 3%). Respondents

    who experienced low fatigue were 60 people (45.8%), moderate were

    68 people (51.9%), and high were 3 people (2.3%). There is a

    significant relationship between mechanical vibration with work

    fatigue with the value of sig (p-value) = 0.020

  • 3

    mekanis tersebut secara teratur dari arah bolak-balik dengan kedudukan seimbang.

    Sebagian kekuatan mekanis mesin atau peralatan kerja yang tersalurkan kepada

    tubuh tenaga kerja dalam bentuk getaran mekanis. Dimana getaran tersebut dapat

    menyebabkan resonansi organ dan jaringan tubuh sehingga berpengaruh pada

    tenaga kerja yang terpapar getaran mekanis. Getaran yang dihasilkan oleh mesin

    yang melebihi NAB bila terpapar pada manusia atau pekerja dapat menimbulkan

    gangguan kesehatan (Suma’mur, 2009).

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusgiyanto, dkk (2017),

    menyatakan usaha sektor informal merupakan salah satu usaha yang memiliki

    risiko kesehatan yang sangat tinggi terutama dalam hal kelelahan kerja. Menurut

    Notoadmodjo (2003), usaha sektor informal umumnya belum memperhatikan

    dengan serius masalah yang berkenaan dengan ergonomi, mulai dari posisi kerja,

    peralatan kerja dan penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga

    kerja yang menggunakan peralatan. Kurangnya perhatian penyesuaian tempat

    kerja, posisi, serta peralatan terhadap tenaga kerja, tentunya akan menimbulkan

    beberapa permasalahan berupa penyakit akibat kerja. Usaha informal ini belum

    tersentuh oleh kepedulian dari pemilik usaha maupun pemerintah terhadap

    kesehatan pekerjanya.

    2. METODE

    Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional

    karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau

    dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang

    sama.

    Penelitian ini akan dilaksanakan pada mebel di Desa Serenan, Juwiring,

    Klaten pada bulan Maret 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah industri

    mebel rumah tangga berjumlah 295 pekerja mebel di Desa Serenan, Juwiring,

    Klaten yang tersebar di 5 dusun yaitu Mutihan, Sortanan, Nambangan, Badran dan

    Mojosawit. Untuk menentukan besar sampel yang akan digunakan dalam

    penelitian ini menggunakan rumus besar sampel minimal untuk proporsi pada

    populasi yang terbatas (Finite) dengan tehnik pengambilan sampel quota

    sampling diperoleh sampel sebanyak 131 responden.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Analisis Univariat

    3.1.1 Karakteristik individu

  • 4

    Tabel 1. Data karakteristik individu

    Karakteristik

    Individu

    Total

    N %

    Usia (tahun)

    Usia muda (0-14)

    0

    0

    Usia produktif (15-64) 131 100,0

    Usia tua (>65) 0 0

    Rerata ± SD 37,44 ± 10,772

    Median (Min – Max) 38 (16 – 60)

    Jenis Kelamin

    Laki – laki

    127

    96,9

    Perempuan 4 3,1

    Masa Kerja (tahun)

    < 5 tahun

    33

    25,5

    ≥ 5 tahun 98 74,5

    Rerata ± SD 11,66 ± 9,699

    Median (Min – Max) 10 (2 – 40)

    Sumber : Data primer terolah, 2019.

    Dari data tersebut diketahui bahwa seluruh responden masuk pada kategori

    usia produktif (15-64 tahun) yaitu sebanyak 131 orang (100,0 %) dengan rata-rata

    37,44 ± 10,772 standar deviasi. Perolehan rata-rata usia responden yaitu 38 tahun

    dengan usia termuda16 tahun dan usia tertua 60 tahun. Berdasarkan data jenis

    kelamin dari 131 responden diketahui mayoritas responden adalah laki-laki yaitu

    127 orang (96,9%) dan responden perempuan 4 orang (3,1%) dan berdasarkan

    tabel masa kerja diketahui bahwa responden yang bekerja < 5 tahun sebanyak 33

    orang (25,5%). Sedangkan responden yang bekerja dengan masa kerja ≥ 5 tahun

    yaitu sebanyak 98 orang (74,5%) dengan rata-rata 11,66 ± 9,699 standar deviasi.

    Perolehan rata-rata masa kerja 10 tahun dengan minimal masa kerja 2 tahun dan

    maksimal masa kerja 40 tahun.

    3.1.2 Getaran

    Tabel 2. Data getaran responden dalam kategori

    Getaran (kategori) Total

    N %

    Baik 0 0

    Dapat diterapkan 2 1,5

    Masih diperkenankan 33 25,2

    Membahayakan 96 73,3

    Rerata ± SD 17,75 ± 17,150

    Median (Max – Min) 13(117 – 2)

  • 5

    Sumber : Data primer terolah, 2019.

    Dari data tersebut diketahui bahwa getaran yang dialami oleh responden

    yaitu getaran dengan kategori baik tidak ditemukan, getaran dengan kategori dapat

    diterapkan sebanyak 2 orang (1,5%), getaran dengan kategori masih

    diperkenankan sebanyak 33 orang (25,2%) dan getaran dengan kategori

    membahayakan sebanyak 96 orang (73,3%). Data memiliki rata-rata 17,75 ±

    17,150 standar deviasi. Perolehan rata-rata getaran 13 dengan getaran maksimal

    117 dan getaran minimal 2.

    3.1.3 Kelelahan Kerja

    Tabel 3. Data kelelahan kerja dalam skor

    Kelelahan Kerja (Skor) Total

    N %

    Rendah (0-21) 60 45,8

    Sedang (22-44) 68 51,9

    Tinggi (45-67) 3 2,3

    Sangat tinggi (68-90) 0 0

    Rerata ± SD

    Median (Max – Min)

    22,73 ± 8,512

    23(48 - 4)

    Sumber : Data primer terolah, 2019.

    Diketahui bahwa responden yang mengalami kelelahan kerja kategori

    rendah sebanyak 60 orang (45,8%), kelelahan kerja kategori sedang sebanyak 68

    orang (51,9%) dan kelelahan kerja kategori tinggi sebanyak 3 orang (2,3%). Data

    kelelahan kerja memiliki rata-rata 22,73 ± 8,512 standar deviasi. Perolehan rata-

    rata kelelahan kerja dalam skor 23 dengan kelelahan kerja terendah dalam skor 4

    dan kelelahan kerja tertinggi dalaml skor 48.

  • 6

    3.2 Analisis Bivariat

    Tabel 4. Hasil tabulasi silang antara getaran dengan kelalahan kerja

    Getaran

    (Kategori)

    Kelelahan Kerja

    (Skor)

    Total

    P

    value

    R Rendah Sedang Tinggi Sangat

    tinggi

    N % N % N % N % N %

    Baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    0,020

    0,202

    Dapat

    diterapkan

    0 0 2 100 0 0 0 0 2 100

    Masih

    diperkenan

    kan

    22 66,7 11 33,3 0 0 0 0 33 100

    Membahay

    akan

    38 39,6 55 57,3 3 3,1 0 0 96 100

    Total 60 45,8 68 51,9 3 2,3 0 0 131 100

    Sumber : Data primer terolah, 2019.

    Diketahui dari data tersebut bahwa mayoritas responden bekerja dengan

    getaran mengalami kelelahan kerja rendah sebanyak 60 responden (45,8 %),

    dengan getaran mengalami kelelahan kerja sedang yaitu sebanyak 68 responden

    (51,9 %) dan dengan getaran mengalami kelelahan kerja tinggi yaitu sebanyak 3

    responden (2,3 %). Hasil uji hubungan ini dihitung demgan menggunakan statistik

    Rank Spearman antara getaran dengan kelelahan kerja pada pekerja home industri

    mebel di desa Serenan Juwiring Klaten diperoleh nilai sig (p-value) = 0,020

    dimana nilai tersebut < 0,05 sehingga Ho ditolak yang berarti ada hubungan

    signifikan. Diperoleh juga nilai korelasi (r) 0,202 yang artinya tingkat keeratan

    hubungan lemah.

    Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

    antara getaran dengan kelelahan kerja. Hasil uji korelasi nilai (r) menunjukkan

    hubungan korelasi ke arah positif (korelasi yang memiliki hubungan searah/arah

    yang sama) yang berarti semakin tinggi nilai getaran, maka semakin tinggi risiko

    kelelahan yang dialami para pekerja.

  • 7

    3.3 PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan dengan menggunakan alat vibration

    meter pada sumber getaran mekanis ini terdiri dari 8 jenis mesin/peralatan kerja

    diantaranya amplas, bor, gergaji, bubut, koklok, handplas, jenter dan tender.

    Pengukuran mesin/peralatan kerja tersebut yang pertama diperhatikan yakni

    menentukan Kategori mesin sesuai (ISO 7919) Class II yakni Permesinan ukuran

    menengah (daya 15 - 75 KW) tanpa pondasi yang khusus. Kedua menentukan titik

    getaran mesin/peralatan kerja dan yang ketiga menentukan Standar getaran mesin

    sesuai (ISO 2372) diklasifikasikan dalam Mesin sedang (Group M) dengan

    output 15 -75 KW. Getaran mekanis yang ditimbulkan dari mesin tersebut dapat

    menimbulkan efek diantaranya gangguan kenyamanan kerja, terganggunya tugas

    atau aktivitas bersamaan dengan cepat timbulnya kelelahan dan gangguan

    terhadap kesehatan.

    Dari beberapa mesin/peralatan kerja yang memiliki sumber getaran

    mekanis terdapat beberapa alat yang memiliki kekuatan getaran besar dan

    memiliki resiko tinggi bagi pekerjanya yang mengoprasikan mesin tersebut. Alat

    tersebut yakni jenter dan tender karena tingkat kedekatan tangan pekerja dengan

    sumber getaran sangatlah dekat sehingga kekuatan yang dihasilkan oleh

    mesin/peralatan kerja yang disalurkan pada pekerja akan lebih besar dan memiliki

    potensi resiko pada masalah kesehatan dan keselamatan pekerjanya juga tinggi.

    Secara umum mesin/peralatan kerja masing-masing memiliki resiko dari

    penggunaannya, jadi untuk meminimalisir tingkat kecelakaan kerja atau masalah

    yang dapat ditimbulkan yang paling utama yakni kesadaran pekerja itu sendiri

    untuk memperhatikan penggunaan mesin/peralatan kerja yang benar, aman dan

    tidak menimbulkan masalah kesehatan atau keselamatan saat kerja. Dapat juga

    para pekerja melakukan modifikasi mesin/peralatan kerja dan menggunakan APD

    (Alat Pelindung Diri) seperti masker untuk melindungi dari debu kayu, sarung

    tangan busa untuk meminimalisir getaran dari mesin/peralatan kerja sehingga

    mengurangi resiko kecelakaan kerja terhadap masalah kesehatan pekerja.

    Berdasarkan pengukuran terhadap pekerja mebel di Desa Serenan Juwiring

    Klaten yang terpapar getaran dengan kategori dapat diterapkan sebanyak 2 orang

    (1,5%), getaran dengan kategori masih diperkenankan sebanyak 33 orang (25,2%)

    dan getaran dengan kategori membahayakan sebanyak 96 orang (73,3%). Data

    memiliki rata-rata 17,75 ± 17,150 standar deviasi. Adapun distribusi hasil

    pengukuran kelelahan kerja yaitu sebesar 60 orang (45,8%) mengalami kelelahan

    kerja rendah, sebesar 68 orang (51,9%) mengalami kelelahan kerja sedang dan

    sebesar 3 orang (2,3%) Data kelelahan kerja memiliki rata-rata 22,73 ± 8,512

    standar deviasi mengalami kelelahan kerja tinggi, hal ini sesuai dengan teori

    bahwa hubungan getaran sangat signifikan dengan perasaan kelelahan.

  • 8

    Faktor Individual yang dapat menyebabkan kelelahan kerja yaitu usia, masa kerja

    dan jenis kelamin. Usia adalah jumlah tahun yang dihitung mulai dari pekerja

    home industri mebel di Desa Serenan Juwiring Klaten lahir sampai saat

    pengumpulan data dilakukan. Berdasarkan hasil univariat menunjukkan bahwa

    usia pekerja mebel yang menjadi responden yaitu semua masuk pada kategori

    usia produktif (15 – 64 tahun). Berdasarkan hasil statistik usia dari 131 responden

    diketahui usia terrendah yakni 16 tahun dan usia tertua yakni 60 tahun dan rata-

    rata usia responden yakni 38 tahun. Masa kerja adalah panjangnya waktu

    terhitung mulai pertama kali pekerja home industri mebel di Desa Serenan

    Juwiring Klaten masuk hingga saat penilitian berlangsung. Dari analisis yang

    telah dilakukan kategori masa kerja < 5 tahun terdapat 33 responden (25,5%) dan

    kategori ≥ 5 tahun terdapat 98 responden (74,5%). Berdasarkan hasil observasi

    dilapangan pekerja mebel di Desa Serenan Juwiring Klaten banyak dari pekerja

    yang menyampaikan bahwa mereka sudah menjadi pekerja mebel sejak usia 17

    tahun, pada penelitian ini dari 131 responden diperoleh rata-rata 11,66 ± 9,699

    standar deviasi dengan hasil masa kerja maksimal adalah 40 tahun dan masa kerja

    minimal adalah 2 tahun dan rata-rata masa kerja 10 tahun. Jenis kelamin adalah

    kondisi fisik seseorang berdasarkan perbedaan anatomi dan fisiologis.

    Berdasarkan hasil univariat mayoritas responden yang bekerja di industri mebel

    adalah laki-laki 127 orang (96,9%) dan perempuan 4 orang (3,1%).

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa getaran mekanis berpengaruh

    terhadap kelelahan kerja pada pekerja mebel di Desa Serenan Juwiring Klaten

    sehingga para pekerja tersebut perlu menggunakan APD berupa sarung tangan

    busa untuk mengurangi dan meminimalisir getaran yang tersalurkan pada pekerja

    mebel untuk mengurangi resiko kelelahan kerja yang ditimbulkan.

    4. PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Getaran mekanis di kelompokkan menjadi beberapa kategori diantaranya kategori

    “dapat diterapkan”(1,5%), “masih diperkenankan” (25,2%), dan “membahayakan”

    (73,3%). Responden yang mengalami kelelahan kerja dikelompokkan menjadi

    beberapa kategori diantaranya “rendah” (45,8%), “sedang” (51,9%), dan “tinggi”

    (2,3%). Ada hubungan yang signifikan antara getaran mekanis dengan kelelahan

    kerja dengan nilai sig (p-value) = 0,020

  • 9

    Efek yang ditimbulkan dari getaran mekanis diantaranya gangguan

    kenyamanan kerja, terganggunya tugas atau aktivitas bersamaan dengan cepat

    timbulnya kelelahan dan gangguan terhadap kesehatan.

    4.2 Saran

    Bagi pekerja mebel, pekerja diharapkan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)

    berupa masker untuk melindungi debu dan sarung tangan busa untuk

    meminimalisir kekuatan mesin/peralatan kerja saat bekerja, memodivikasi

    peralatan misalnya memberikan karet pada pegangan amplas untuk meminimalisir

    getaran yang tersalurkan pada pekerja, pengecekan atau pemeriksaan

    mesin/peralatan kerja secara berkala untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja

    akibat peralatan yang tidak aman dan memanfaatkan waktu istirahat dengan

    efektif. Bagi pemilik usaha, mengatur waktu istirahat yang seimbang bagi pekerja

    dan melakukan upaya pengendalian dan pencegahan terhadap keluhan yang

    berhubungan dengan getaran mekanis misalnya dengan menyediakan sarung

    tangan busa bagi pekerja, pemeriksaan kesehatan berkala sekurang-kurangnya 1

    tahun sekali dan penyuluhan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Bagi

    peneliti lain diharapkan bagi peneliti berikutnya dapat mengembangkan penelitian

    sejenis dan digunakan sebagai data referensi peneliti selanjutnya dengan tema

    yang sama.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anggraeni, D.M & Saryono. 2013. Metodelogi Penelitian Kualitatif dan.

    Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

    A.M, Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

    Amalia, Lia. 2007. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja. Yogyakarta: Graha

    Ilmu.

    Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri.

    Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Departermen Kesehatan RI. 2003. Manajemen Puskesmas. Jakarta: Depkes RI

    Emil, Salim. 2002. Akutansi Intermediate Jilid I. Jakarta: Erlangga.

    Eraliesa, Fandrik. 2008. Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja

    Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan

    Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

    ISO 18016. 1995. Vibration Severity Levels. Gsaiprasath.

    ISO 2372. 1987. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Ecruz Cruz L.

    ISO 2372 dan VDI 2056. Machinery Vibration Severity. Manan Vadher.

    ISO 2631. 1997. Mechanical vibration and shock - Evaluation of human

    exposure to whole-body vibration Part 1. SAI Global.

    ISO 7919. 1996. Mechanical vibration Evaluation of machine vibration.

    Measurements On Rotating Shafts.

    Kemenakertrans RI. 2011. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia

    di Tempat Kerja. Jakarta: Kemenakertrans RI.

  • 10

    Kusgiyanto, Wahyu., Suroto Suroto, dan Ekawati Ekawati. 2017. Analisis

    Hubungan Beban Kerja Fisik, Masa Kerja, Usia dan Jenis Kelamin

    Terhadap Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Pembuatan

    Kulit Lumpia di Kelurahan Kranggan Kecamatan Semarang.

    Semarang:Universitas Diponegoro.

    Nasution. 1998. Metodologi Penelitian Naturalistic. Bandung: PN.

    Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

    Rineka Cipta.

    Notoatmodjo, Suekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :

    Rineka Cipta.

    Putri, D. 2008. Hubungan Faktor Internal dengan Perasaan Kelelahan kerja

    Pada Operasi Alat Besar di PT. Indonesia Power UBP Surabaya.

    Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

    Sarwono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha

    Ilmu.

    Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:

    CV Mandar Maju.

    Setyawati. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Asmara Books.

    Suma’mur, P.K. 1992. Higine Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV

    Haji Mas Agung.

    Suma’mur P.K. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).

    Jakarta: Sagung Seto.

    Suma’mur, PK. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:

    Sagung Seto.

    Tarwaka, Solichul HA.Bakri, dan Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk

    Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta:UNIBA

    Press.

    Tarwaka. 2010. Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat

    Kerja. Surakarta : Uniba Press.

    Tarwaka. 2015. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

    Prokduktivitas. Surakarta: Uniba Press.

    Umyati. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada

    Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh

    Tangerang Tahun 2009. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah