hubungan faktor ibu dengan kejadian

17
HUBUNGAN FAKTOR IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD KOTA BANDUNG TAHUN 2007 Karwati, SST ABSTRAK Angka kelahiran bayi BBLR di RSUD Kota Bandung pada tahun 2007 mencapai 22,45% (233) kasus. Angka tersebut menunjukkan bahwa status kesehatan bayi masih merupakan masalah yang harus diperhatikan khususnya di RSUD Kota Bandung karena BBLR ini merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor ibu dengan kejadian bayi BBLR di RSUD Kota Bandung. Desain penelitian yang di gunakan adalah metode analitik dengan pendekatan potong silang, menggunakan data sekunder berdasarkan catatan rekam medik. Populasi penelitian ini adalah ibu hamil yang telah bersalin dimana bayinya lahir dengan BBLR di RSUD Kota Bandung periode Januari 2007 - Desember 2007. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan menggunakan uji chi kuadrat (chi square) dengan tingkat kemaknaan / kepercayaan 95 % (α 0,005). Serta untuk mengetahui besarnya hubungan menggunakan (OR). Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara umur ibu dengan bayi BBLR (p=0,000 OR=0,047 ), terdapat hubungan antara jarak kehamilan dengan bayi BBLR (p=0,006 OR= 1,508 95% CI: 1.135-2.005), terdapat hubungan antara riwayat kelahiran prematur dengan bayi BBLR (p=0,000 OR= 13, 437 95% CI: 8,470-21,318), dan terdapat hubungan antara ibu dengan hipertensi dengan bayi BBLR (p=0,000OR= 4,042 95% CI: 2,528-6,462). Disarankan hendaknya Rumah Sakit mengusahakan upaya pencegahan terjadinya kelahiran bayi BBLR khususnya pada ibu hamil dengan iv

Upload: aan-dwi-masruroh

Post on 06-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ugbuhj

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian

HUBUNGAN FAKTOR IBU DENGAN KEJADIANBAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DI RSUD KOTA BANDUNG TAHUN 2007

Karwati, SST

ABSTRAK

Angka kelahiran bayi BBLR di RSUD Kota Bandung pada tahun 2007 mencapai 22,45% (233) kasus. Angka tersebut menunjukkan bahwa status kesehatan bayi masih merupakan masalah yang harus diperhatikan khususnya di RSUD Kota Bandung karena BBLR ini merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor ibu dengan kejadian bayi BBLR di RSUD Kota Bandung.

Desain penelitian yang di gunakan adalah metode analitik dengan pendekatan potong silang, menggunakan data sekunder berdasarkan catatan rekam medik. Populasi penelitian ini adalah ibu hamil yang telah bersalin dimana bayinya lahir dengan BBLR di RSUD Kota Bandung periode Januari 2007 - Desember 2007.

Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan menggunakan uji chi kuadrat (chi square) dengan tingkat kemaknaan / kepercayaan 95 % (α 0,005). Serta untuk mengetahui besarnya hubungan menggunakan (OR).

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara umur ibu dengan bayi BBLR (p=0,000 OR=0,047 ), terdapat hubungan antara jarak kehamilan dengan bayi BBLR (p=0,006 OR= 1,508 95% CI: 1.135-2.005), terdapat hubungan antara riwayat kelahiran prematur dengan bayi BBLR (p=0,000 OR= 13, 437 95% CI: 8,470-21,318), dan terdapat hubungan antara ibu dengan hipertensi dengan bayi BBLR (p=0,000OR= 4,042 95% CI: 2,528-6,462).

Disarankan hendaknya Rumah Sakit mengusahakan upaya pencegahan terjadinya kelahiran bayi BBLR khususnya pada ibu hamil dengan usia < 20 tahun, jarak kehamilan 2 tahun, mempunyai riwayat kelahiran prematur, dan menderita hipertensi pada waktu hamil, melalui penyuluhan mengenai BBLR dan cara perawatan bayi BBLR sehingga tidak terjadi kematian perinatal.

Kata Kunci : potong silang, Faktor ibu, BBLRDaftar Pustaka : 18 (1995-2008)

iv

Page 2: Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian

PENDAHULUAN

Upaya meningkatkan kualitas manusia, seyogianya dimulai sedini mungkin sejak janin dalam kandungan. Hal ini sangat tergantung kepada kesejahteraan ibu dan janin termasuk kesehatan dan keselamatan reproduksi, karena itu upaya meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia merupakan salah satu program prioritas.

Beberapa dasawarsa ini Angka Kematian Bayi (AKB) menunjukkan penurunan yaitu pada tahun 1990 sekitar 51/1000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2003 turun menjadi 35/ 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi ini masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, kecuali Myanmar dan Kamboja (Sugiarto 2006).

Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27% disebabkan karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 – 14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi (Joeharno, 2008).

Hal ini terjadi karena masalah neonatus hingga kini belum terpecahkan (teratasi) yang tidak saja berdampak pada tumbuh kembang bayi, tetapi juga berkaitan dengan berbagai penyakit usia dewasa dan usia lanjut. Data yang ada saat ini memperlihatkan bahwa status kesehatan bayi di Indonesia masih merupakan masalah .BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal.

Bayi dengan BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan < 2500 gram. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu: BBLR karena premature (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth retriction (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat kurang untuk usianya. Banyak BBLR di negara berkembang dengan IUGR sebagai akibat ibu dengan status gizi buruk, anemia, malaria, dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi, preeklamsia/eklamsia, jantung, gangguan pembuluh darah, life style (perokok, alkoholik, pecandu narkoba) atau faktor ibu seperti usia, jarak kelahiran (Indah, 2006). Ibu usia di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun lebih banyak melahirkan berat badan lahir rendah (BBLR). Jarak kehamilan terlalu dekat maupun jauh bisa membahayakan ibu dan janin (Lisna, 2005).

Pola penyebab kematian menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian neonatal kelompok umur 0-7 hari tertinggi adalah prematur dan BBLR/LBW, kemudian asfiksia/iskemi otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler, displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia), dapat juga disebabkan dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan saat kehamilan, persalinan dan nifas (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain) dan penyebab kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi (tetanus, sepsis, pnemonia, diare), feeding problem dan juga BBLR. (Indah, 2006)

Di Indonesia saat ini angka kelahiran bayi dengan BBLR sekitar 19%, sedangkan bayi dengan BBLR yang terjadi di beberapa rumah sakit cukup bervariasi, diantaranya

Page 3: Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian

rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1977 sekitar 20,7%, di rumah sakit umum Manado antara tahun 1995-1999 sekitar 8,5-9,5%, di RSU Langsa Aceh pada 1998 sebesar 5,08%; di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung sebagai rumah sakit rujukan tahun 1999 ditemukan sebesar 11,9%, angka kelahiran bayi dengan BBLR yang ditemukan di Jawa Barat pada tahun 1999 sekitar 1,43% atau 11.729 kasus (Sugiarto Wiriadinata http://www.google.com : 12-5-2008). Dari hasil survei awal di RSUD Kota Bandung jumlah BBLR mengalami peningkatan sebesar 7,43 % dari 15,02 % ( 105 ) kasus pada tahun 2006, menjadi 22,45% (233) kasus pada tahun 2007.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh ” Hubungan antara faktor ibu hamil dengan bayi BBLR ” di RSUD Kota Bandung Tahun 2007

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian analitik dengan pendekatan potong silang yaitu pengamatan subyek studi dilakukan dalam satu periode. Dengan menggunakan data sekunder berdasarkan catatan rekam medik pada ibu hamil yang melahirkan di RSUD Kota Bandung, tahun 2007

Tabel 1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Kategori Skala1. Umur Lamanya seseorang hidup yang

dilihat direkam medik1. < 20 thn dan >35 thn (resiko tinggi)2. 20 thn – 35 thn (resiko rendah)

Ordinal

2. Jarak kehamilan Jarak antara kehamilan sekarang dengan kehamilan yang lalu dalam ukuran tahun.

1. < 2 tahun (resiko tinggi)2. ≥ 2 tahun (resiko rendah)

Ordinal

3. Riwayat kelahiran prematur

Riwayat kelahiran terdahulu pernah melahirkan bayi prematur dengan berat lahir berkisar antara 1000 gr - < 2500 gr,dan umur kehamilan28 mingggu sampai < 37 minggu

1. Ada Riwayat Kelahiran Prematur

2. Tidak Ada Riwayat Kelahiran Prematur

Nominal

4. Hipertensi Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya hambatan dalam pembuluh – pembuluh darah kapiler, terutama akibat vasokonstriksi umum, dengan batas tensi ≥140/90 mmHg.

1. Hipertensi2. Tidak Hipertensi

Nominal

5. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

Bayi dengan berat badan lahir < 2500 gram dengan umur kehamilan 37 minggu-42 minggu

1. BBLR2. Tidak BBLR

Nominal

Page 4: Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian

Adapun populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang telah bersalin dengan berat badan lahir rendah pada bayinya, dibandingkan dengan kelompok ibu bersalin yang berat bayinya normal dalam periode yang sama di RSUD Ujung Berung Kota Bandung yaitu sebanyak 304 kelahiran dengan berat badan lahir rendah

Kriteria inklusi :1. Bayi lahir hidup2. Umur kehamilan 37 minggu - 42 minggu 3. Berat badan bayi < 2500 gram4. Ada hipertensi kehamilan5. Multipara 6. Jarak kehamilan < 2 tahun7. Ada riwayat kelahiran prematur

Kriteria eksklusi :1. Umur kehamilan < 37 minggu dan > 42 minggu2. Bayi lahir mati3. Data tidak lengkap

Data yang telah terkumpul diseleksi kelengkapannya dalam pengisian, kemudian dilakukan proses pengolahan data dengan manual dikombinasikan dengan komputer.

Data disajikan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat ( Arikunto S. 2002 ).

Sebelum melakukan analisis bivariat perlu dilakukan analisis univariat terlebih dahulu. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dan variabel – variabel yang diamati, baik variabel independen maupun dependen.

Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menguji adanya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, peneliti menggunakan uji Chi Kuadrat (Chi Square), sedangkan untuk melihat hasil kemaknaan hitungan statistik digunakan batas kemaknaan p α 0,05 (Cumulative Insidence 95 %). Sehingga apabila hasil penelitian menunjukkan nilai p < 0,05 maka dikatakan anatara kedua variabel secara statistik terdapat hubungan yang bermakna, sedangkan apabila nilai p > 0,05 maka kedua variabel statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna. Untuk melihat derajat/tingkat hubungan menggunakan OR (Budiarto, Eko. 2003).

HASIL PENELITIAN

Selama kurun waktu 1 tahun (Januari 2007 – Desember 2007) di bagian Kebidanan dan Perinatologi RSUD Kota Bandung tercatat 1354 persalinan. Adapun sebaran kelahiran bayi dengan BBLR sebanyak 304 kasus dan kelahiran bayi tidak BBLR sebanyak 1050 kasus, setelah dilakukan analisis data pada bayi BBLR didapatkan yang termasuk kriteria ekslusi sebanyak 71 bayi, sehingga BBLR yang masuk kriteria inklusi sebanyak 233 bayi, dapat digambarkan pada tabel berikut :

Page 5: Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian

Tabel 2Distribusi Kelahiran Berdasarkan Status Perinatal di RSUD Kota Bandung

Periode Januari 2007 – Desember 2007

Status Perinatal n Persentase (%)

BBLR 233 22,45TidakBBLR 1050 77,55

Jumlah 1283 100

Sumber: RSUD Kota Bandung, 2007

Tabel di atas tampak bahwa kelahiran bayi dengan BBLR sebanyak 233 (22,45%), bayi tidak BBLR sebanyak 1050 (77,55%).

Tabel 3Distribusi Bayi dengan BBLR Berdasarkan Umur Ibu di RSUD Kota Bandung

Periode Januari 2007 – Desember 2007.

Umur Ibu n Persentase (%)

< 20 thn 87 37,3320 – 35 thn 86 36,90>35 thn 60 25,75

Jumlah 233 100

Sumber: RSUD Kota Bandung, 2007

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa kelahiran bayi BBLR paling tinggi ditemukan pada kelompok ibu dengan umur <20 tahun sebanyak 87 kasus (37,33 %), diikuti oleh kelompok umur 20 - 35 tahun sebanyak 86 kasus (36.90%). Kelahiran bayi BBLR paling rendah ditemukan pada kelompok umur > 35 tahun sebanyak 60 kasus (25,75 %).

Page 6: Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian

Tabel 4Distribusi Bayi BBLR Berdasarkan Jarak Kehamilan di RSUD Kota Bandung

Periode Januari 2007 – Desember 2007.

Jarak kehamilan n Persentase (%)

< 2 thn 123 52,78≥ 2 thn 110 47,21

Jumlah 233 100

Sumber: RSUD Kota Bandung, 2007

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa kelahiran bayi BBLR paling tinggi ditemukan pada jarak kehamilan <2 tahun sebanyak 123 kasus (52,78 %), diikuti oleh kelompok ibu dengan jarak kehamilan ≥2 tahun sebanyak 110 kasus (47,21%).

Tabel 5Distribusi Bayi BBLR Berdasarkan Riwayat Kelahiran Prematur di RSUD Kota Bandung

Periode Januari 2007 – Desember 2007.

Riwayat Prematur n Persentase (%)

Ada Riwayat 66 28,32Tidak ada 167 71,67

Jumlah 233 100

Sumber: RSUD Kota Bandung, 2007

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa kelahiran bayi BBLR paling banyak ditemukan pada kelompok ibu dengan tidak ada riwayat kelahiran prematur sebanyak 66 kasus (71,67%) sedangkan kelompok ibu dengan ada riwayat prematur lebih sedikit yaitu sebanyak 66 kasus (28,32 %).

Page 7: Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian

Tabel 6Distribusi Bayi BBLR Berdasarkan Tekanan Darah di RSUD Kota Bandung

Periode Januari 2007 – Desember 2007.

Tekanan Darah n Persentase (%)

Hipertensi 35 15,02Tidak Hipertensi 198 84,97

Jumlah 233 100

Sumber: RSUD Kota Bandung, 2007

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa kelahiran bayi BBLR paling banyak ditemukan pada kelompok ibu dengan tidak hipertensi sebanyak 198 kasus (84,97%) sedangkan kelompok ibu dengan hipertensi lebih sedikit yaitu sebanyak 35 kasus (15,02 %).

Tabel 7Hubungan Antara Umur Ibu dengan Kejadian Bayi BBLR di RSUD Kota Bandung

Periode Januari 2007 – Desember 2007.

Umur ibu (tahun) Status Perinatal Total OR(95% CI)

P value

BBLR Tidak BBLR

n % n % N %

< 20 87 56.9 66 43.1 153 100 0.047 0.000

20 – 35 86 9.7 804 90.3 890 100

> 35 60 25.0 180 75.0 240 100

Jumlah 233 18.2 1050 81.8 1283 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil analisis hubungan antara umur ibu dengan kejadian bayi BBLR diperoleh bahwa sebagian besar ibu dengan dengan umur <20 tahun yang bayinya mengalami BBLR sebanyak 56.9%, sedangkan sebagian kecil ibu dengan umur kehamilan antara 20 – 35 tahun yang bayinya mengalami BBLR hanya 9.7%.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0.000 (α < 0.05) maka disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian bayi BBLR. Hubungan tersebut bersifat lemah karena dari hasil analisis diperoleh OR = 0.047 artinya ibu yang umurnya < 20 tahun mempunyai peluang 0.04 kali bayinya mengalami BBLR dibandingkan dengan ibu yang umurnya antara 20 – 35 tahun dan >35 tahun.

Page 8: Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian

Tabel 8Hubungan Antara Jarak Kehamilan dengan kejadian Bayi BBLR di RSUD Kota Bandung

Periode Januari 2007 – Desember 2007.

Jarak Kehamilan Status Perinatal Total OR(95% CI)

P value

BBLR Tidak BBLR

n % n % N %

< 2 tahun 123 21.6 447 78.4 570 100 1.508(95%CI:1.135-2.005)

0.006

≥ 2 tahun 110 15.4 603 84.6 713 100

Jumlah 233 18.2 1050 81.8 1283 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil analisis hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian bayi BBLR diperoleh bahwa sebagian besar ibu dengan dengan jarak kehamilan < 2 tahun yang bayinya mengalami BBLR sebanyak 21%, sedangkan sebagian kecil ibu dengan jarak kehamilan ≥2 tahun yang bayinya mengalami BBLR hanya 15.4%.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0.006 (α < 0,05) maka disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian bayi BBLR. Kemudian dari hasil analisis diperoleh OR = 1.508 artinya ibu yang mempunyai jarak kehamilan <2 tahun mempunyai peluang 1.5 kali bayinya mengalami BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai jarak kehamilan ≥2 tahun tahun.

Tabel 9Hubungan Antara Riwayat Kelahiran Prematur Dengan Kejadian Bayi BBLR di RSUD Kota

Bandung Periode Januari 2007 - Desember 2007.

Riwayat Prematur Status Perinatal Total OR (95% CI)

P value

BBLR Tidak BBLR

n % n % n %

Ada 66 68.8 30 31.3 96 100 13.437(95%CI:8.470 – 21.318)

0.000

Tidak Ada 167 14.1 1020 85.9 1187 100

Jumlah 233 18.2 1050 81.8 1283 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil analisis hubungan antara riwayat kelahiran prematur dengan kejadian bayi BBLR diperoleh bahwa sebagian besar ibu dengan riwayat kelahiran prematur yang bayinya mengalami BBLR sebanyak 68.8%, sedangkan sebagian kecil ibu dengan tidak ada riwayat kelahiran prematur yang bayinya mengalami BBLR hanya 15.4%.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0.000 (α < 0,05) maka disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara riwayat kelahiran prematur dengan kejadian bayi

Page 9: Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian

BBLR. Kemudian dari hasil analisis diperoleh OR = 13.437 artinya ibu yang mempunyai riwayat kelahiran prematur mempunyai peluang 13.4 kali bayinya mengalami BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai riwayat kelahiran prematur.

Tabel 10Hubungan Antara Hipertensi Dengan Kejadian Bayi BBLR di RSUD Kota Bandung

Periode Januari 2007 - Desember 2007.

Tekanan Darah Status Perinatal Total OR(95% CI)

P value

BBLR Tidak BBLR

n % n % n %

Hipertensi 35 44.3 44 55.7 79 100 4.042(95%CI:2.528 – 6.462)

0.000

Tidak Hipertensi 198 16.4 1006 83.6 1204 100

Jumlah 233 18.2 1050 81.8 1283 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil analisis hubungan antara hipertensi dengan kejadian bayi BBLR diperoleh bahwa sebagian besar ibu dengan hipertensi yang bayinya mengalami BBLR sebanyak 44.3%, sedangkan sebagian kecil ibu tidak hipertensi yang bayinya mengalami BBLR hanya 16.4%.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0.000 (α <0,05) maka disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian bayi BBLR. Kemudian dari hasil analisis diperoleh OR = 4.042 artinya ibu yang mempunyai hipertensi pada saat melahirkan mempunyai peluang 4 kali bayinya mengalami BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami hipertensi pada saat melahirkan.

PEMBAHASAN

1. Gambaran kelahiran bayi BBLRDari 1354 persalinan yang terjadi di RSUD Kota Bandung periode Januari 2007 –

Desember 2007 didapatkan data bahwa kelahiran bayi tidak BBLR sebanyak 1050 (77.55 %), bayi lahir dengan BBLR sebanyak 304 kasus (22.45 %). Angka tersebut cukup tergolong tinggi untuk kejadian kelahiran bayi BBLR. Jumlah bayi BBLR yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebanyak 233 (n = 233).

2. Hubungan antara faktor ibu dengan kejadian bayi BBLR a. Hubungan antara umur ibu dengan kejadian bayi BBLR.

Berdasarkan hasil penelitian ini, secara statistik didapatkan Pvalue = 0,00 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian bayi BBLR (X2, dk 2, α 0,05), bayi BBLR pada kelompok ibu umur < 20 tahun mempunyai resiko 0.04 kali lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok ibu umur 20 – 35 tahun dan pada kelompok ibu umur > 35 tahun.

Page 10: Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian

Hasil penelitian ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa umur terlalu muda atau terlalu tua merupakan salah satu faktor terjadinya bayi BBLR, dimana kurun waktu reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan adalah umur 20 – 35 tahun. Umur < 20 tahun risiko terjadinya bayi BBLR lebih tinggi, karena ibu yang hamil pada umur muda belum siap untuk hamil baik fisik maupun mental, sehingga kehamilan dan persalinan dapat mengancam jiwa ibu dan bayi. Ibu berumur < 20 tahun lebih berisiko mengalami komplikasi pada kehamilan dan persalinan, karena kematangan fisik, mental dan sosial yang belum maksimal juga dalam hal cinta kasih serta perawatan bagi bayi yang dilahirkan. Sedangkan pada ibu umur > 35 tahun, mulai terjadi penurunan dan perubahan jaringan dan fungsi organ – organ reproduksi, sehingga risiko persentase terjadinya bayi BBLR meningkat ( Lisna, 2005).

b. Hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian bayi BBLRHasil penelitian secara statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan yang

sangat bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian bayi BBLR karena p

value = 0,006 (X2 , dk 1, α 0,05). Bayi BBLR pada kelompok ibu dengan jarak kehamilan < 2 tahun mempunyai resiko1,5 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok ibu dengan jarak kehamilan ≥ 2 tahun.

Penelitian ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa jarak kehamilan terlalu dekat atau jauh bisa membahayakan ibu dan janin. Idealnya, tidak kurang dari 9 bulan hingga 24 bulan, namun jarak ideal ini tak berlaku buat mereka yang sebelumnya menjalani persalinan sesar. Perhitungan tidak kurang dari 9 bulan ini atas dasar pertimbangan kembalinya organ-organ reproduksi ke keadaan semula ( Lisna, 2005).

c. Hubungan antara riwayat kelahiran prematur dengan kejadian bayi BBLRHasil penelitian secara statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan yang

sangat bermakna antara riwayat kelahiran prematur dengan kejadian bayi BBLR karena p value = 0,000 (X2 , dk 1, α 0,05). Bayi BBLR pada kelompok ibu dengan mempunyai riwayat kelahiran prematur mempunyai resiko13.4 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok ibu dengan tidak mempunyai riwayat kelahiran prematur.

Penelitian ini sesuai dengan literatur yang mengatakan riwayat berat lahir rendah mempunyai perkiraan persalinan preterm (BBLR) sebanyak 17.5% , suatu resiko relatif hampir 2.5 kali ( Sarwono, 2002).

d. Hubungan antara hipertensi dengan kejadian bayi BBLRHasil penelitian secara statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan yang

sangat bermakna antara hipertensi dengan kejadian bayi BBLR karena p value = 0,000 (X2 , dk 1, α 0,05). Bayi BBLR pada kelompok ibu dengan hipertensi mempunyai resiko 4 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok ibu yang tidak mempunyai hipertensi.

Page 11: Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian

Penelitian ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa pada ibu hamil dengan hipertensi dapat menyebabkan pertumbuhan janin terganggu, kenaikan tonus dan kepekaan terhadap perangsang sering didapatkan pada preeklamsia sehingga mudah terjadi partus prematurus. Kurang baiknya prognosis bagi bayi disebabkan oleh sirkulasi utero-plasental yang kurang baik pada hipertensi berat. Janin bertumbuh kurang wajar (dismaturitas), dilahirkan prematur/BBLR atau mati dalam kandungan ( Sarwono, 2002).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat di ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang bersifat lemah antara umur ibu dengan kejadian bayi BBLR, secara statistik (p=0,000 dengan OR=0,047).

2. Terdapat hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian bayi BBLR, secara statistik (p=0,006 dengan OR=1,508).

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat kelahiran prematur dengan kejadian bayi BBLR, secara statistik (p=0,000 dengan OR=13,437).

4. Ada hubungan yang bermakna antara hipertensi dengan kejadian bayi BBLR, secara statistik (p=0,000 dengan OR=4,042)

Saran1. Rumah Sakit

Mengingat kejadian BBLR yang masih cukup tinggi di RSUD Kota Bandung, dan agar tidak terjadi kematian BBLR pada masa perinatal diharapkan upaya – upaya pencegahan terjadinya bayi BBLR lebih ditingkatkan dengan melibatkan berbagai pihak yang berhubungan, baik dari lintas program maupun lintas sektoral dengan cara:a. Melakukan penyuluhan tentang BBLR kepada ibu hamil dengan resiko

tinggi ( umur <20 tahun atau >35 tahun, jarak kehamilan < 2 tahun, mempunyai riwayat kelahiran prematur, dan ibu yang mempunyai hipertensi).

b. Melakukan pelatihan-pelatihan mengenai perawatan BBLR di Rumah Sakit dan penyuluhan kepada ibu bersalin mengenai perawatan BBLR di rumah.

2. Peneliti selanjutnyaDiharapkan agar penelitian ini dilanjutkan dengan skala yang lebih besar dengan metode yang lebih tepat. Sehingga bisa lebih mewakili kejadian BBLR di suatu daerah yang lingkupnya lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian Edisi Revisi V, Jakarta, Rineka Cipta.

Page 12: Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian

Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Bandung : EGC

Cunningham, F. 1995. Obstetri William Alih Bahasa Edisi 18. Jakarta: EGC.

http://Indah. Jarak kehamilan yang aman. www.depkes.go.id: 12-5-2008

http//Joeharno. 2008. Beberapa Faktor Resiko Kejadian BBLR. [email protected]

http://Sugiarto W. Hubungan Serum Feritin Ibu Hamil Trimester ke Tiga dengan Bayi BBLR. www.google.com : 12-5-2008.

2005. Laporan Tahunan Bagian Kebidanan dan Perinatologi. Bandung

Lisna. 2005. Hubungan Antara Ibu Hamil Anemia Defisiensi Zat Besi Dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Puskesmas Majalengka periode 2004-2005: Bandung. Tidak diterbitkan.

Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.

Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.

Notoadmojo S. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :YB-PSP.

Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. YB-PSP. Jakarta: EGC.

Saefuddin, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBP-SP.

Sastrawinata S. 2005. Obstetri Patologi. Bandung : EGC.

Sumartiningsih MS, Rianto A, Riduwan. 2007, SPSS Untuk Penelitian Kesehatan, Bandung : ISBN

Usman, A. 2002. Diktat Kuliah Perinatologi. Bandung : FKUP/RSHS.

Varney H. 1998. Ilmu Kebidanan Jilid 3. Jakarta : EGC.