faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian …repository.unjaya.ac.id/2260/1/yuni...
TRANSCRIPT
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN RUPTURE
PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI BPM WAYAN WITRI
SLEMAN YOGYAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun Oleh :
YUNI ABSARI
1114021
PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D-3)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2017
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rakhmat-Nya sehingga penulis dapat menyelelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin Spontan Di BPM Wayan Witri Sleman Yogyakarta”.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada :
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di lembaga ini.
2. Reni Merta Kusuma, M.Keb selaku Ketua Program Studi Kebidanan Diploma 3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani Yogyakarta yang telah memberikan pengarahan dan dorongan kepada penulis untuk penyusunan Usulan Penelitian.
3. Elvika Fit Ari Shanty, SST. M.Kes. Selaku pembimbing yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, motivasi, serta memberikan dorongan penuh kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
4. Ratih Kumoro jati, S.SiT. M.Kes. Selaku penguji Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan saran dan dorongan .
5. BPM Wayan Witri Sleman Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin Spontan Di BPM Wayan Witri Sleman Yogyakarta”.
6. Kedua orang tua, dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat pada penulis selama penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah.
7. Teman-teman seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dan memberi semangat kepada penulis sehingga terciptanya Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,
atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi semuanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta,2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii PERNYATAAN ................................................................................... iii KATA PENGANTAR ......................................................................... iv DAFTAR ISI ......................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .......................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... viii INTISARI ............................................................................................ ix ABSTRACT .......................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4 E. Keaslian Penelitian ................................................................ 6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori ....................................................................... 7 1. Rupture Perineum............................................................... 7 2. Persalinan .......................................................................... 12 3. Faktor-faktor ..................................................................... 15
B. Kerangka Teori .................................................................... 20 C. Kerangka Konsep ................................................................. 27 D. Pertanyaan Penelitian ........................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................. 28 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 28 C. Populasi dan Sampel ............................................................. 28 D. Variabel Penelitian ................................................................ 29 E. Definisi Operasional ............................................................. 29 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ..................................... 30 G. Metode Pengolahan dan Analisa Data ................................... 30 H. Etika Penelitian ..................................................................... 32 I. . Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................... 35 B. Pembahasan ......................................................................... 39
vi
C. Keterbatasan ........................................................................ 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................... 44 B. Saran .................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Keaslian Penelitian ........................................................................... 6
Tabel 2 : Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 30
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Rupture Perineum .......................................................................... 36
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Rupture Perineum Berdasarkan Umur ............................................ 37
Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Rupture Perineum berdasarkan Berat Badan Bayi .......................... 37
Tabel 6 : Distribusi Frekuensi Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Rupture Perineum berdasarkan Jarak Kelahiran ............................. 38
Tabel 7 : Distribusi Frekuensi Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Rupture Perineum berdasarkan Paritas ........................................... 38
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kerangka Teori ........................................................................... 20
Gambar 2 : Kerangka Konsep ....................................................................... 21
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Sleman.
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan BPM Wayan Witri Sleman Yogyakarta.
Lampiran 3. Surat Balasan Penelitian Lampiran 4. Cheklist Lampiran 5. Jadwal Penelitian Lampiran 6. Lembar Konsultasi Lampiran 7. Hasil Penelitian
x
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI BPM WAYAN WITRI
SLEMAN YOGYAKARTA
Yuni Absari 1, Elvika Fit Ari Shanti 2
INTISARI Latar Belakang: Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian neonatal di Indonesia didominasi oleh perdarahan postpartm yaitu sebesar 27 %. Perdarahan postpartum merupakan penyebab utama kematian ibu di Indonesia yang salah satunya disebabkan oleh rupture perineum. Rupture perineum merupakan perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ruptur perineum antara lain paritas, jarak kelahiran, berat badan bayi, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, umur, ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, trauma alat dan episiotomi. Dari hasil studi pendahuluan di BPM Wayan Witri dari 61 ibu bersalin spontan terdapat 41 responden (64,1%) yang mengalami rupture perineum. Tujuan penelitan: Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian rupture perineum pada persalinan normal di BPM Wayan Witri Sleman Yogyakarta. Metode penelitian: Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pndekatan cross secsional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Jumlah sampel yang digunakan 41 responden. Instrumen yang digunakan adalah lembar cheklist, dengan analisis data menggunakan analisis univariat. Penelitian ini dilakukan di BPM Wayan Witri Sleman pada bulan Agustus 2017. Hasil Penelitian: Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian rupture perineum pada persalinan normal berdasarkan umur sebagian besar berumur 20-35 tahun sebanyak 33 responden (80,5%), berat badan bayi sebagian besar dengan berat badan 2500-4000 gram sebanyak 38 responden (92,7%), jarak kelahiran sebagian besar dengan jarak kelahiran < 2 tahun sebanyak 20 responden (48,8%), dan paritas sebagian besar multipara sebanyak 31 responden (75,6%). Kesimpulan: Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rupture perineum masih terjadi pada ibu bersalin yang beresiko rendah yaitu pada ibu dengan multipara, umur produktif antara 20-35 tahun, dan berat badan bayi <4000 gram, dan pada ibu bersalin dengan resiko tinggi yaitu ibu dengan jarak kelahiran < 2 tahun. Kata Kunci: umur, berat badan bayi, jarak kelahiran, paritas, rupture perineum. 1Mahasiswa Program Studi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2Dosen Pembimbing Program Studi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
xi
FACTORS AFFECTING THE PERINEUM RUPTUER EVENT AT NORMAL LABOR AT BPM WAYAN WITRI SLEMAN YOGYAKARTA
Yuni Absari 1, Elvika Fit Ari Shanti 2
ABSTRACT Background: Based on Indonesia Demographic and Health Survey in 2012, the mother mortality rate in Indonesia is still high at 359 per 100,000 live births. The cause of neonatal mortality in Indonesia is dominated by postpartum haemorrhage of 27%. Postpartum haemorrhage is a major cause of maternal death in Indonesia, one of which is caused by perineal rupture. Rupture of the perineum is a birth canal injury that occurs at the time of birth of the baby either using the tool or not. Factors that cause perineal rupture include parity, birth spacing, infant weight, improper delivery of age, age, cunam extraction, vacuum extraction, tool trauma and episiotomy. From the preliminary study in BPM Wayan Witri from 61 spontaneous maternal women there were 41 respondents (64.1%) who had rupture perineum. Objective: Knowledge of factors influencing the incidence of perineal rupture in normal delivery at BPM Wayan Witri Sleman Yogyakarta. Research Method: The research type is descriptive quantitative by using cross secsional approach. The sampling technique used total sampling technique. The number of samples used 41 respondents. The instrument used is a checklist, with data analysis using univariate analysis. This research was conducted at BPM Wayan Witri Sleman in August 2017. Result: The factors that influence the incidence of perineal rupture in normal delivery based on age most of 20-35 years old as much as 33 respondents (80.5%), infant weight mostly 2500-4000 gram weight as much as 38 respondents (92 , 7%), birth spacing mostly with birth distance <2 years was 20 respondents (48,8%), and partially multiparous was 31 respondents (75,6%). Conclusion: This research can be concluded that perineal rupture still occur in low maternal mother with low risk that is multipara mother, productive age between 20-35 years old, and baby weight <4000 gram. Keywords: age, infant weight, birth spacing, parity, perineum rupture. 1Study Program Students (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2Lecturer Of Midwifery Studies Program (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian ibu menurut WHO (World Health Organization) adalah kematian
selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan,
akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera (WHO,
2014). Proses kehamilan dan persalinan adalah suatu proses alamiah yang terjadi
pada seorang perempuan. Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang
sangat rentan terhadap terjadinya komplikasi yang dapat membahayakan ibu
maupun bayi dan merupakan salah satu penyebab kematian ibu (Saifudin, 2007).
Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia
yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa,
dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka Kematian Ibu di negara-negara Asia
Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per
100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44
per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991,
yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Target global MDGs (Millenium
1
2
Development Goals) ke lima adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengacu dari kondisi
saat ini, potensi untuk mencapai target MDGs ke lima untuk menurunkan AKI
adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk
mencapainya. Penyebab kematian neonatal di Indonesia didominasi oleh
Perdarahan (27%), eklamsia (23%), diikuti infeksi (11%), komplikasi puerperium
(8%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), dan penyebab lainnya (11%).
Angka Kematian Ibu di DIY berdasarkan DinKes DIY menggambarkan
adanya peningkatan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dan terjadi
penurunan yang signifikan pada tahun 2014 yaitu 204 per 100.000 kelahiran hidup
turun menjadi 46 per 100.000 kelahiran hidup dan kembali meningkat pada tahun
2015 yaitu 49 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu pada tahun 2015
dibandingkan dengan target MDGS sebesar < 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015 maka kota Yogyakarta sudah dapat mencapainya, namun
demikian upaya tersebut masih tetap dilanjutkan untuk dapat meningkatkan status
kesehatan ibu (DinKes DIY, 2016).
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia yaitu perdarahan postpartum
yang salah satunya disebabkan oleh ruptur perineum. Ruptur perineum merupakan
perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat
maupun tidak menggunakan alat. Ruptur perineum dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor maternal, faktor janin, dan faktor pendukung. Faktor maternal
meliputi partus pesipitatus yang tidak dapat dikendalikan dan tidak ditolong,
pasien tidak mampu berhenti mengejan, partu diselesaikan secara tergesa-gesa
3
dengan dorongan fundus yang berlebihan, odema dan kerapuhan pada perineum,
dan pinggul sempit. Faktor janin antara lain bayi yang besar, posisi kepala yang
abnormal (misalnya presentasi muka), kelahiran bokong, ekstraksi forcep yang
sulit, distosia bahu, dan anomali kongenital. Faktor penolong meliputi cara
memimpin mengejan, cara berkomunikasi dengan ibu, dan ketrampilan cara
menahan perineum pada saat ekspulsi kepala, (Oxorn, 2010).
Menurut Mochtar (2008), faktor yang menyebabkan ruptur perineum
meliputi yaitu paritas, umur ibu, jarak kelahiran, jaringan parut pada perineum,
kelenturan jalan lahir, dan persalinan dengan tindakan. Umur merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan rupture perineum. Pada usia dibawah 20 tahun,
fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna.
Sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah
mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga
kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama rupture
perineum akan lebih besar (Depkes RI, 2007).
Rupture perineum umumnya terjadi pada primipara, tetapi tidak jarang juga
pada multipara. Ibu bersalin primipara mempunyai resiko tinggi terjadi rupture
karena perineum masih utuh sehingga mudah terjadi robekan, sedangkan ibu
bersalin multipara mempunyai resiko rendah terjadi rupture perineum. Penyebab
yang biasa mengakibatkan rupture perineum pada paritas antara lain pertus
presipitatus, mengejan yang terlalu kuat, edema dan kerapuhan pada perineum,
kelenturan jalan lahir, dan persalinan dengan tindakan (Oxorn, 2010).
4
Berat badan janin juga dapat menyebabkan terjadinya rupture perineum,
terutama pada janin yang mempunyai berat < 4000 gram. Semakin besar berat
badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya rupture perineum
karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat
badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan
bayi lahir besar sering terjadi rupture (saifudin, 2007).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 07 juni 2017
Di BPM Wayan Witri Sleman Yogyakarta, pada bulan Januari 2017 sampai
dengan bulan Juni 2017 terdapat 64 persalinan normal didapatkan angka kejadian
ibu dengan kasus rupture perineum sebanyak 41 kasus (64,1%) rupture perineum.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik ingin melakukan penelitian dengan
judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Rupture Perineum pada Ibu
Bersalin Spontan Di BPM Wayan Witri Sleman Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Rupture Perineum pada Ibu Bersalin Spontan Di BPM Wayan Witri Sleman
Yogyakarta”
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian rupture perineum
pada ibu bersalin spontan di BPM Wayan Witri Sleman Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran umur ibu yang melahirkan dengan kejadian rupture
perineum pada ibu bersalin spontan di BPM Wayan Witri Sleman
Yogyakarta.
b. Diketahuinya gambaran paritas ibu yang melahirkan dengan kejadian
rupture perineum pada ibu bersalin spontan di BPM Wayan Witri Sleman
Yogyakarta.
c. Diketahuinya gambaran berat badan bayi ibu yang melahirkan dengan
kejadian rupture perineum pada ibu bersalin spontan di BPM Wayan Witri
Sleman Yogyakarta.
d. Diketahuinya gambaran jarak kelahiran ibu yang melahirkan dengan
kejadian rupture perineum pada ibu bersalin spontan di BPM Wayan Witri
Sleman Yogyakarta.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis.
Hasil peelitian ini dapat menambah wacana ilmu pengetahuan kebidanan
terutama khuusnya tentang ruptur perineum.
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan sumber
informasi bagi institusi penddikan dalam hal kejadian ruptur perineum.
b. Bagi Petugas Kesehatan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sumber
referensi dan upaya bidan dalam perencanaan kesehatan ibu dan anak
dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
c. Bagi Peneliti.
Hasil penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang
telah didapat serta sebagai tambahan tentang rupture perineum pada ibu
bersalin normal.
7
E. Keaslian Penelitian
No
Nama, Tahun, dan
Judul.
Metode Hasil Persamaan dan perbedaan
1. Enny Yuliaswati (2015), “ gambaran karakteristik responden dengan robekan perineum di RB Panjawi Sukoharjo Tahun 2015”.
Jenis penelitian ini deskriptive kuantitatif, dengan teknik pengambilan sampel secara random sampling, dengan analisis univariabel menggunakan distribusi frekuensi.
Karakteristik responden dengan robekan perineum di RB Panjawi Sukoharjo didapatkan hasil sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 34 responden (85%). Pendidikan sebagian besar menengah yaitu sebanyak 36 responden (90%), berat badan bayi sebagian besar 2500-4000 gram sebanyak 32 responden (80%).
Persamaan : sama-sama meneliti tentang karakteristik responden dengan rupture perineum.
Perbedaan : cara pengambilan sampel, jumlah sampel, tempat dan waktu penelitian.
2. Dempi Tri Yanti (2013) “ Karakteristik Ibu Bersalin yang Mengalami Rupture Perineum Di BPM Sri Gundarti Palembang Tahun 2013.
Jenis penelitian ini deskriptive kuantitatif, dengan teknik pengambilan sampel secara total sampel, dengan analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi
Karakteristik ibu bersalin yang mengalami rupture perineum Di BPM Sri Gundarti Palembang didapatkan hasil sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 270 responden (77%). Pendidikan sebagian besar menengah yaitu sebanyak 255 responden (73%), paritas sebagian besar yaitu primipara sebanyak 248 responden (71%).
Persamaan : sama-sama meneliti tentang karakteristik responden dengan rupture perineum.
Perbedaan : jumlah sampel, tempat dan waktu penelitian.
3. Eva Prawitasari (2015), Karakteristik Ibu Bersalin Pada Persalinan Normal di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.
Jenis penelitian ini deskriptive kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling, dengan analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi
Karakteristik ibu bersalin yang mengalami rupture perineum Di RSUD Muntilan Magelang didapatkan hasil sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 17 responden (70,8%).jarak kelahiran sebagian besar <2 tahun yaitu sebanyak 18 responden (75%), paritas sebagian besar yaitu primipara sebanyak 18 responden (75%), dan berat badan bayi sebagian besar 2500-4000 sebanyak 16 responden (66,7%).
Persamaan : sama-sama meneliti tentang karakteristik responden dengan rupture perineum.
Perbedaan : teknik pengambilan sampel,jumlah sampel, tempat dan waktu penelitian.
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.
BPM Wayan Witri terletak di Karangploso RT/RW 04/60
Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. BPM Wayan Witri memiliki
fasilitas 5 buah kamar nifas, sebuah kamar bersalin, 2 buah kamar periksa,
satu kamar USG, dan 2 buah ruang jaga bidan. Layanan kebidanan terdiri
dari ANC (Antenatal Care), INC (Intranatal Care), PNC (Post Natal Care),
KB (Keluarga Berencana), imunisasi, dan balita sakit. BPM Wayan Witri
juga bekerjasama dengan dokter umum dan dokter spesialis kandungan
untuk periksa USG (Ultrasonografi).
Pelayanan untuk persalinan di BPM Wayan Witri Sleman Yogyakarta
selama 24 jam. Pada bulan Januari hingga bulan Juni 2017 terdapat 41 kasus
rupture perineum (64,1 %) dari 61 ibu bersalin normal. Bidan Wayan Witri
sudah melakukan pertolongan persalinan pada kala II yaitu dengan menahan
perineum dengan satu tangan ( dibawah kain bersih dan kering), ibu jari
pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan
tangan yang lain pada belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi
pada saat keluar serta bertahap melewati introitus dan perineum dengan
tujuan untuk melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala
44
45
bayi secara bertahap dan hati-hati dapat mengurangi regangan (robekan)
pada vagina dan perineum.
Bidan Wayan Witri juga sudah melakukan komunikasi kepasien
dengan baik yaitu dengan cara memimpin dan mengajarkan cara mengejan
yang benar. Terjadinya rupture perineum di BPM Wayan Witri
kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dipengaruhi oleh
umur, jarak kelahiran, paritas dan berat badan bayi.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi rupture perineum.
Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi
rupture perineum ditampilkan dalam tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Diatribusi Frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian rupture perineum di BPM Wayan Witri Sleman
Yogyakarta.
Faktor yang mempengaruhi
Frekuensi Presentase (%)
Umur : < 20 tahun 3 7,3 20-35 ahun 33 80,5 > 35 tahun 5 12,2 Jumlah 41 100 Berat Badan Bayi < 2500 gram 1 2,4 2500-4000 gram 38 92,7 >4000 gram 2 4,9 Jumlah 41 100 Jarak kelahiran <2 tahun 20 48,8 >2 tahun 12 29,3 Tidak ada 9 22,0 Jumlah 41 100 Paritas Primipara 9 22,0 Multipara 31 75,6
46
Grandemultipara 1 2,4 Jumlah 41 100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 33 responden (80,5 %),
berat badan bayi sebagian besar 2500-4000 gram yaitu sebanyak 38
responden (92,7 %), jarak kelahiran sebagian besar < 2 tahun yaitu sebanyak
20 responden (48,8%), dan paritas sebagian besar multipara sebanyak 31
resonden (75,6 %).
B. Pembahasan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian rupture perineum pada
persalinan normal berdasarkan umur di BPM Wayan Witri Sleman
Yogyakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari 41 kasus
kejadian rupture perineum diperoleh mayoritas umur ibu bersalin pada
kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 33 responden (80,5%).
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dengan
umur reproduksi yaitu pada umur 20-35 tahun yang mengalami rupture
perineum. Menurut Cunningham G, dkk (2010), menyatakan bahwa usia
perempuan paling tepat untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun.
Pada umur muda (< 20 tahun) dari segi biologis perkembangan alat-alat
reproduksinya belum sepenuhnya optimal Jika melebihi 35 tahun, elastisitas
dari otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada
umumnya mengalami kemunduran, juga wanita pada usia ini besar
47
kemungkinan akan mengalami kelelahan sehingga resiko kehamilan dan
kelahiran lebih tinggi .
Menurut Mochtar, meskipun umur ibu normal pada saat kehamilan
dan persalinan yaitu umur 20-35 tahun dapat terjadi robekan perineum
apabila ibu tidak berolahraga dan rajin bersenggama. Kelenturan jalan lahir
dapat berkurang apabila calon ibu kurang berolahraga atau genetalianya
sering terkena infeksi. Infeksi akan mempengaruhi jaringan ikat dan otot
dibagian bawah dan membuat kelenturannya hilang (karena infeksi
membuat jalan lahir menjadi kaku). Hal ini juga dipengaruhi oleh perineum
yang sempit dan elastisitas perineum sehingga akan mudah terjadinya
robekan jalan lahir, oleh karena itu bayi yang mempunyai lingkar kepala
maksimal tidak dapat melewatinya sehingga dapat menyebabkan rupture
perineum.
Hasil penelitian diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Suswati (2008) yang berjudul Gambaran Kasus Ibu Dengan Ruptur
Perineum Di Klinik Bina Kasih Medan tahun 2008 dengan kesimpulan
penelitian yaitu kejadian ruptur perineum berdasarkan umur dari 64 kasus
ruptur perineum mayoritas pada kelompok umur 20-35 tahun yakni
sebanyak 57 kasus (89,1 % ).
48
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian rupture perineum pada
persalinan normal berdasarkan berat badan bayi di BPM Wayan Witri
Sleman Yogyakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari 41 kasus
kejadian rupture perineum diperoleh mayoritas berat badan bayi yaitu 2500-
4000 gram sebanyak 38 responden (92,7%).
Berat badan janin dapat mempengaruhi proses persalinan kala II. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang mengalami rupture
perineum adalah dengan berat badan bayi normal yaitu 2500-4000 gram.
Mochtar (2012), menyatakan bahwa rupture perineum terjadi pada janin
yang mempunyai berat lebih dari 4000 gram yang memiliki kesukaran yang
ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya
bahu. Bagian paling keras dan besar dari janin adalah kepala, sehingga
besarnya kepala janin mempengaruhi berat badan janin. Oleh karena itu
sebagian ukuran kepala digunakan Berat Badan ( BB) janin.
Pusposari (2010), menyatakan bahwa berat badan bayi lahir 2500-
4000 gram dapat menyebabkan ruptur perineum apabila dipengaruhi ibu
yang mengejan terlalu kuat saat melahirkan kepala janin dan cara mengejan
yang kurang baik, menimbulkan adanya kerusakan pada jaringan jalan lahir
dan menyebabkan terjadinya robekan pada perineum. His yang bagus dapat
membuka jalan lahir dengan cepat, artinya jika hisnya bagus tetapi ibu
menerannya tidak kuat maka akan terjadi pembukaan jalan lahir. Sedangkan
49
jika ibu mengejan terlalu kuat saat melahirkan kepala bayi yang merupakan
diameter terbesar janin maka akan menyebabkan laserasi perineum.
Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yuliana (2012) di rumah bersalin Sally Kec.Medan Tembung tahun
2012 dengan kesimpulan bahwa mayoritas kejadian ruptur perineum
berdasarkan berat badan lahir dari 78 kasus di peroleh pada berat badan
2500-4000 gram sebanyak 47 kasus (97,9%).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian rupture perineum pada
persalinan normal berdasarkan jarak kelahiran di BPM Wayan Witri Sleman
Yogyakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari 41 kasus
kejadian rupture perineum diperoleh mayoritas jarak kelahiran < 2 tahun
sebanyak 20 responden (48,8%).
Jarak kelahiran adalah rentang waktu antara kelahiran anak sekarang
dengan kelahiran anak sebelumnya. DepKes (2007), menyatakan bahwa
jarak kelahiran kurang dari dua tahun tergolong risiko tinggi karena dapat
menimbulkan komplikasi pada persalinan. Jarak kelahiran 2-3 tahun
merupakan jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu dan janin.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyu Lestari (2013),
yaitu ibu bersalin dengan jarak kelahiran < dari 2 tahun lebih cenderung
mengalami ruptur perineum dibandingkan pada ibu bersalin dengan jarak >
2 tahun hal ni disebabkan karena organ-organ reproduksi ibu belum kembali
pulih pada kondisi semula sebelum ibu hamil dan belum siap untuk proses
50
kelahiran tetapi sudah harus melahirkan kembali sehingga menyebabkan
perineum menjadi rapuh dan mudah ruptur. sedangkan pada jarak kelahiran
> 2 tahun konsisi sistem reproduksi sudah kembali pulih pada kondisi
sebelum kehamilan dan perineum sudah kembali pulih sehingga dengan
penatalaksann kala 2 yang baik dapat mengurangi terjadinya ruprur
perineum.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian rupture perineum pada
persalinan normal berdasarkan paritas di BPM Wayan Witri Sleman
Yogyakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari 41 kasus
kejadian rupture perineum diperoleh mayoritas ibu dengan multipara
sebanyak 31 responden (75,6%).
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan anak lebih dari satu
kali atau 2 anak atau lebih. Menurut teori Saifuddin (2012), rupture
perineum terjadi baik pada primipara maupun multipara karena sama-sama
mempunyai resiko, tergantung bagaimana penolong melakukan penanganan
pada saat proses persalinan serta keadaan ibu sebelum bersalin baik kondisi
fisik maupun kesiapan psikologis. Penyebab rupture perineum pada
primipara karena kelenturan jalan lahir atau elastisitas perineum, mengejan
yang tergesa-gesa dan tidak teratur, serta berat badan bayi baru lahir.
Sedangkan penyebab rupture perineum pada multipara sebagian karena
berat badan bayi baru lahir, kerapuhan perineum, asuhan sayang ibu yang
kurang baik sehingga proses persalinan kurang terkendali seperti ibu
51
kelelahan, mengejan sebelum waktunya sehingga partus menjadi macet atau
lambat (saifuddin, 2012).
Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nursusilowati (2011) di RSUD Unggaran pada 1 Januari sampai 31
Desember 2010, dengan kesimpulan penelitian yaitu, bahwa kejadian ruptur
perineum terdata dari 196 kasus (99%) dari 198 persalinan spontan dan
vakum. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian ruptur perineum
tersebut adalah paritas multipara dengan jumlah 131 (66,2%) dari 198
persalinan. Penyebab yang biasa mengakibatkan rupture perineum pada
multipara adalah partus resipitatus, mengejan terlalu kuat, edema dan
kerapuhan pada perineum, kelenturan jalan lahir, persalinan dengan
tindakan. Sedangkan dilihat dari faktor resikonya ibu bersalin primipara
yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadi rupture perineum, sedangkan
ibu bersalin multipara mempunyai resiko rendah terjadi rupture perineum,
tergantung bagaimana penolong melakukan pertolongan persalinan dan
asuhan sayang ibu pada saat proses persalinan sehingga dapat melakukan
pencegahan terhadap kejadian rupture perineum.
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti tidak melakukan penelitian dari semua faktor-faktor yang
mempengaruhi rupture perineum pada ibu bersalin normal. Peneliti hanya
meneliti dari faktor ibu dan faktor janin yaitu : umur ibu, paritas, jarak
kelahiran, dan berat badan janin.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya rupture perineum berdasarkan
umur ibu yang melahirkan spontan di BPM Wayan Witri Sleman
Yogyakarta sebagian besar berumur 20-35 tahun sebanyak 33 responden
(80,5%).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya rupture perineum berdasarkan
berat badan bayi yang lahir spontan di BPM Wayan Witri Sleman
Yogyakarta sebagian besar dengan berat badan 2500-4000 gram sebanyak
38 responden (92,7%).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya rupture perineum berdasarkan
jarak kelahiran yang melahirkan spontan di BPM Wayan Witri Sleman
Yogyakarta sebagian besar dengan jarak kelahiran < 2 tahun sebanyak 20
responden (48,8%).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya rupture perineum berdasarkan
paritas ibu yang melahirkan spontan di BPM Wayan Witri Sleman
Yogyakarta sebagian besar multipara sebanyak 31 responden (75,6%).
52
53
B. Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagi STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
proses pembelajaran dan menjadi referensi pada penelitian selanjutnya.
2. Bagi Bidan Wayan Witri
Dengan adanya penelitian ini tenaga kesehatan dapat menimalisir terjadinya
rupture perineum pda persalinan normal.
3. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengalaman bagi
peneliti untuk mengatasi risiko terjadinya rupture perineum.
54
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, A. P. (2014). Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan
KesehatanReproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Carey, J. 2007.: Ilmu Kesehatan Obstetri Patologi Reproduksi Edisi 2.
Jakarta:EGC
Chapman, V. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran (The Midwife’s
Labour and Birth Handbook). Jakarta : EGC : 444 –5.
Cunningham, F Gary. et all. (2010). Obstetric Williams. 23 rd ed. USA: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Depkes RI, (2007). Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta .
.(2009). Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta .
Dinkes, DIY.(2016). Angka Kematian Ibu http://www.depkes.go.id. DIY, Diakses
Pada Tanggal 26 Juni 2017 Pukul 13.00 WIB.
Hamilton-Fairley, D.(2009). Lecture Notes Obstetrics and Gynaecology.3 nd ed.
UK: Blackwell Publishing Ltd.
Hidayat, Aziz, Alimul.(2007). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
.(2014). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hurlock, EB.(2006). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
55
Masa. edisi keenam. Jakarta: Erlangga.
Lestari, Wahyu. (2013). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Rupture Perineum
Di RSUD Ungaran tahun 2013.
Manuaba,IBG. (2008). Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta:EGC.
.(2010). Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB
untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta:EGC.
Marthius. (2007). Bedah kebidanan Martius. Jakarta : ECG.
Mochtar. (2007). Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Edisi III. Jakarta : ECG .
.(2010). Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Edisi III. Jakarta
:ECG
Notoatmodjo, Soekidjo.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
.(2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Oxorn, H, Willian, R. (2010). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan
Human Labor an Birth. Jakarta: Yayasan Esesentia Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. (2007).Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
. (2009). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
. (2012) .Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
56
Prawitasari, Eka, dkk. (2015). Penyebab Terjadinya Rupture Perineum Pada
Persalinan Normal Di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang. Magelang :
Stikes Alma Ata Yogyakarta.
Pusposari, D. M . (2010). Theses. Hubungan Berat Badan Janin Dengan
Terjadinya Laserasi Perineum Pada Proses Persalinan (Studi Di
Puskesmas Srondol)
Saiffudin, Abdul Bari, (2007). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta; Bina Pustaka.
.(2008). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiohardjo.edisi 4.
Jakarta . PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2008.
(2012). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiohardjo.edisi 4.
Jakarta . PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2008.
Simkin, Penny dan Ancheta Ruth. (2006). Buka Saku Persalinan. Jakarta: ECG.
Sugiyono. (2007). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Altabata.
.(2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Altabata.
Suswati. (2008). Gambaran Kasus Ibu dengan Rupture Perineum di Klinik Bina
Kasih Medan Tahun 2008.
Varney, H. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan : Volume 1. Jakarta : EGC.
57
WHO. (2014). Kematian Neonatal dan Maternal http://ejurnal.stikes.ppni.ac.id.
Diakses tanggal 10 Juni 2017 pukul 13.00 WIB.
Widianti, Eka Yuliana & Atik S. (2014). Hubungan Jarak Kelahiran Dengan
Kejadian Perdarahan Postpartum Primer Di BPS Hermin Sigit Ampel
Boyolali. Boyolali : Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali.
Wiknjosastro , Hanifa. (2007). Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi Pertama. Jakarta.
Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo.
. (2008). Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi Pertama. Jakarta.
Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo.
Yuliana. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rupture Perineum Di Rumah
Bersalin Sally Kecamatan Medan Tembung tahun 2012.
58
L
A
M
P
I
R
A
N
64
65