hubungan efektivitas bimbingan karir dan …eprints.ums.ac.id/33847/7/fulltext.pdf · lampiran 10...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN EFEKTIVITAS BIMBINGAN KARIR DAN ORIENTASI
MASA DEPAN DENGAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA
TESIS
Diajukan Kepada
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister Psikologi
Oleh:
ENY SETIYOWATI
NIM. S 300100006
PRODI MAGISTER PSIKOLOGI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
HUBUNGAN EFEKTIVITAS BIMBINGAN KARIR DAN ORIENTASI
MASA DEPAN DENGAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA
TESIS
Diajukan Kepada
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister Psikologi
Oleh :
ENY SETIYOWATI
NIM. S 300100006
PROdi MAGISTER PSIKOLOGI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
iii
iv
v
vi
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang
lain), dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”.
( Terjemahan QS. Al Insyirah : 5 - 8 )
“Lebih baik pernah mencoba tetapi gagal daripada
tidak pernah sama sekali”
(Penulis)
“Jika pikiranku sanggup membayangkan apa yang kuinginkan
dan hatiku yakin dapat meraihnya, dengan usaha aku akan mampu
menggapainya”.
(Penulis)
vii
ABSTRAK
Eny Setiyowati. S 300100006. Hubungan Efektivitas Bimbingan Karir Dan
Orientasi Masa Depan Dengan Keputusan Karir Remaja. Magister
Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Berdasarkan survei menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum memahami
bakat, minat dan berbagai macam informasi tentang karir. Hal ini terlihat dari
masih banyaknya siswa kelas XI yang masih ragu dengan pillihan karir yang akan
diambil, padahal siswa telah memilih jurusan yang seharusnya sudah disesuaikan
dengan minat karir mereka, meskipun para siswa berencana untuk melanjutkan
kuliah setelah menyelesaikan pendidikan di bangku SMA.
Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan efektivitas bimbingan karir dan
orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian penjelasan atau explanatory
research. Penelitian dilakukan pada salah satu SMA Negeri di Kabupaten Klaten.
Jumlah sampel 120 remaja dengan jenis kelamin perempuan 74 dan laki-laki 46,
dengan menggunakan teknik simple random sampling. Variabel bebas adalah
efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan, sedangkan variabel
terikatnya keputusan karir remaja. Pengumpulan data menggunakan
angket dan data sekunder yang ada di SMA. Analisis data menggunakan uji
normalitas, uji linearitas dan analisis regresi linear berganda.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan
antara efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan keputusan
karir remaja yang ditunjukkan oleh nilai determinasi sebesar 0,823. Sumbangan
efektif variabel efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan
keputusan karir remaja sebesar 82,3% yang ditunjukkan oleh koefisien determinan
sebesar 0,823.
Ada hubungan positif yang signifikan antara efektivitas bimbingan karir dan
orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja.
Kata Kunci: Efektivitas Bimbingan Karir, Orientasi Masa Depan, Keputusan Karir
Remaja.
viii
ABSTRACT
Eny Setiyowati. S 300100006. The Relation Between Carriers Counseling
Effectiveness And Future Orientation Toward Adolescents’ Career Decisions.
Magister Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Based on the survey, it shows that most of the students do not understand yet their
talents, interests and various kinds of information about career. It can be seen
that there are many grade IX students who are doubtful about the choices of
career they will choose, whereas they already choose majors that ought to be
adjusted with their career interest, although students are planning to continue
their studies to college after finishing their high school education.
This research is to analyze the relation between carriers counseling effectiveness
and future orientation toward adolescents’ career decisions.
This research is using explanatory research design. It is conducted in one of
Public senior high schools in Klaten Regency. The amount of the sample is 120
adolescents with female 74 and male 46 by using simple random sampling
technique. The independent variables are carriers counseling effectiveness and
future orientation, while the dependent variable is adolescents’ career decisions.
Data collection is using questionnaireand secondary data in senior high school.
Data analysis is using normality, linearity tests and multiple linear regression
analysis.
It shows that there is an extremely significant positive relations between carriers
counseling effectiveness and future orientation toward adolescents’ career
decisions which is shown by determination value = 0.823. The effective
contributions of carriers counseling effectiveness and future orientation toward
adolescents’ career decisions is 82.3% which is shown by determinant
coefficient = 0.823.
There is a positive relation between carriers counseling effectiveness and future
orientation toward adolescents’ career decisions.
Keywords: career counseling effectiveness, future orientation, adolescents’
career decisions.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan Efektivitas
Bimbingan Karir dan Orientasi Masa Depan Dengan Keputusan Karir
Remaja”. Tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan pendidikan S-2 Magister Sains Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan karya
sederhana ini, banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
sehingga dalam kesempatan ini dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bambang Setiaji, M.S, Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Prof. Dr. H. Khudzaifah Dimyati, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Dr. Sri Lestari S.Psi, M.Si, selaku Ketua Program Magister Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Dr. Taufik, M.Si, selaku pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan
dan bimbingan kepada penulis.
5. Dr. Yadi Purwanto, MM yang senantiasa memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada penulis.
6. Seluruh Staf Pengajar Program Pascasarjana Magister Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan bekal kepada penulis
dengan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat dalam hidup dan berkarya
dalam masyarakat.
x
7. Bapak, Ibu, adik-adik, suami serta anak-anakku yang dengan setia memberikan
dorongan moral selama penulis belajar di Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
terselesaikannya penulisan tesis ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kepada para
pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
dimana nantinya akan dapat penulis pergunakan dan sebagai penyempurnaan
dalam penyusunan tulisan selanjutnya.
Akhirnya, penulis berharap semoga dengan adanya tesis ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Mei 2015
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ....................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I . PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 10
E. Keaslian Penelitian .................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 15
A. Keputusan Karir Remaja ......................................................... 15
1. Pengertian Karir dan Keputusan Karir ............................... 15
2. Perkembangan Karir Remaja ............................................ 20
3. Aspek-Aspek Keputusan Karir .......................................... 23
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Karir ...... 24
B. Efektivitas Bimbingan Karir .................................................. 28
1. Pengertian Efektivitas ....................................................... 28
2. Pengertian Bimbingan ....................................................... 29
3. Pengertian Bimbingan Karir ............................................ 32
xii
4. Tujuan Bimbingan Karir .................................................. 34
5. Aspek-Aspek Bimbingan Karir ........................................ 37
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Bimbingan
Karir ................................................................................. 41
C. Orientasi Masa Depan ............................................................ 47
1. Pengertian Orientasi Masa Depan ..................................... 47
2. Aspek-Aspek Orientasi Masa Depan ................................ 48
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Orientasi
Masa Depan ....................................................................... 51
D. Hubungan Antara Bimbingan Karir dan Orientasi Masa
Depan Terhadap Keputusan Karir ........................................... 56
E. Hipotesis ................................................................................. 60
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 62
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 62
B. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................ 62
C. Definisi Operasional ................................................................ 62
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling .................................. 64
1. Populasi ...... ....................................................................... 64
2. Sampel Penelitian ............................................................... 65
3. Teknik Sampling ............................................................... 65
E. Metode Pengumpulan Data. ..................................................... 66
F. Validitas dan Reliabilitas ........................................................ 69
1. Uji Validitas ....................................................................... 69
2. Uji Reliabilitas ................................................................... 69
G. Metode Analisis Data .............................................................. 70
BAB IV LAPORAN PENELITIAN ........................................................... 71
A. Persiapan Penelitian .............................................................. 71
1. Orientasi kancah penelitian ............................................. 71
2. Karakteristik Subjek Try Out ........................................... 71
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 72
4. Penyusunan skala setelah try out ..................................... 77
xiii
C. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 79
1. Penentuan subjek penelitian .. .......................................... 79
2. Pengumpulan Data ............................................................ 79
3. Pelaksanaan skoring ........................................................ 80
D. Analisis Data .......................................................................... 81
1. Uji Asumsi ........................................................................ 81
2. Uji Hipotesis ..................................................................... 84
3. Uji t ................................................................................... 85
4. Analisis Koefisien Determinasi ........................................ 86
5. Deskripsi Data Penelitian ................................................. 87
E. Pembahasan ............................................................................ 92
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 98
A. Kesimpulan ............................................................................. 98
B. Saran ........................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 100
LAMPIRAN...................................................................................................... 105
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Cita-Cita Karir Remaja ................................................................... 2
Tabel 2. Populasi .......................................................................................... 64
Tabel 3. Sampel Penelitian ........................................................................... 65
Tabel 4. Skala Keefektivan Bimbingan Karir ............................................... 67
Tabel 5. Skala Orientasi Masa Depan ........................................................... 68
Tabel 6. Skala Pengambilan Keputusan Karir .............................................. 69
Tabel 7. Susunan Skala Aitem Skala Efektivitas Bimbingan Karir ............. 73
Tabel 8. Susunan Skala Aitem Skala Orientasi Masa Depan ....................... 75
Tabel 9. Susunan Skala Aitem Skala Pengambilan Keputusan Karir .......... 76
Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas ...................................................................... 77
Tabel 11. Blue Print Skala Efektivitas Bimbingan Karir Setelah Tryout ....... 78
Tabel 12. Blue Print Skala Orientasi Masa Depan Setelah Tryout ................. 78
Tabel 13. Blue Print Skala Pengambilan Keputusan Karir Setelah Tryout .... 79
Tabel 14. Hasil Uji Normalitas ....................................................................... 82
Tabel 15. Hasil Uji Linieritas ......................................................................... 83
Tabel 16. Hasil Uji Kolinieritas ...................................................................... 84
Tabel 17. Hasil Uji Regresi Linear Berganda ................................................. 84
Tabel 18. Hasil Analisis Koefisien Determinasi ............................................ 86
Tabel 19. Kategori Skor Subjek Skala Efektivitas Bimbingan Karir ............. 88
Tabel 20. Kategori Skor Subjek Orientasi Masa Depan ................................. 90
Tabel 21. Kategori Skor Subjek Skala Keputusan Karir ................................ 91
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Bagan 1. Pembentukan Orientasi Masa Depan .............................................. 49
Bagan 2. Hubungan Antar Variabel ................................................................ 59
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lampiran 1 ANGKET PENELITIAN (TRYOUT) .................................... 106
2. Lampiran 2 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
INSTRUMEN ANGKET ........................................................................... 117
3. Lampiran 3 ANGKET PENELITIAN ...................................................... 121
4. Lampiran 4 REKAPITULASI HASIL PENELITIAN ............................. 129
5. Lampiran 5 UJI NORMALITAS .............................................................. 132
6. Lampiran 6 UJI LINIERITAS ................................................................... 135
7. Lampiran 7 UJI KOUNIERITAS............................................................... 137
8. Lampiran 8 ANALISIS LINIER BERGANDA ........................................ 139
9. Lampiran 9 NORMA KATEGORISASI ................................................... 142
10. Lampiran 10 SURAT IJIN PENELITIAN ................................................. 146
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup
manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan
keputusan karier menjadi titik penting dalam perjalanan hidup manusia.
Keputusan memilih suatu karir dimulai saat individu berada pada masa remaja.
Pada usia remaja, sekolah merupakan aspek penting dalam kehidupan karena
pendidikan menyiapkan mereka dalam kondisi siap untuk mengambil keputusan
karir.
Seligman (dalam Marliyah dkk, 2004) mengatakan bahwa sejumlah karir
mulai dibangun dan dikembangkan sejak masa sekolah dan karir dapat juga
dikatakan sebagai suatu cita-cita yang diinginkan, baik yang berkaitan dengan
suatu bidang pendidikan, pekerjaan maupun suatu profesi tertentu.
Remaja adalah peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
kedewasaan. Suatu masa yang mempengaruhi perkembangan dalam aspek sosial,
emosi, dan fisik. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah
pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa. Pada tahap
ini, salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan mempersiapkan
diri untuk menjalankan suatu pekerjaan, serta membuat keputusan karir.
Hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 40 siswa sebuah
SMA Negeri di Klaten menunjukkan 80% cita-cita karirnya ingin menjadi dokter,
2
polisi dan guru (Penulis, 11 Januari 2012). Hal ini menunjukkan pola pikir mereka
tentang jenis-jenis karir masih sempit, padahal begitu banyak pilihan karir yang
tersedia. Cita-cita karir remaja dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1
Cita-Cita Karir Remaja
No. Cita-Cita Karir Persentase
1. Dokter 29%
2. Polisi 21%
3. Guru 30%
4. Wiraswasta, kerja di perusahaan dll 20%
Jumlah 100%
Pada Harian Sinar Harapan (28 Mei 2010), data Susenas 2010
menunjukkan 61% siswa SMA tidak memahami kemana mereka sebaiknya
menempuh pendidikan lanjut. Dalam keadaan terdesak seperti ini, remaja
mengambil keputusan untuk memilih jurusan dipengaruhi orang tua dan peer
group (teman sebaya), dimana saran tersebut bersifat subyektif.
Menurut Conger (Marliyah dkk, 2004) salah satu tugas perkembangan
remaja adalah pemilihan dan persiapan karir. Pemilihan karir merupakan saat
seorang remaja mengarahkan diri pada suatu tahapan baru dalam kehidupan
mereka. Membuat keputusan memilih karir merupakan usaha remaja menemukan
dan melakukan pilihan di antara berbagai kemungkinan yang timbul dalam proses
pemilihan karir.
Remaja mulai membuat rencana karir dengan eksplorasi dan mencari
informasi berkaitan dengan karir yang diminati. Setelah remaja mencapai tahap
3
perkembangan kognitif operasional formal (11 tahun – dewasa) yaitu tahap
dimana mereka sudah dapat berpikir secara abstrak. Pada fase ini mereka
mengeksplorasi berbagai alternatif ide dan jurusan dalam cara yang sistematis,
misalnya jika ingin menjadi dokter maka harus memilih jurusan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA). Usia remaja dalam teori perkembangan karir Ginzberg termasuk
dalam tahap tentatif yaitu dengan usia 11–17 tahun. Tahapan usia ini adalah masa
transisi dari tahap fantasi pada anak-anak menjadi pengambilan keputusan
realistik pada remaja. Sejalan dengan perkembangan karir tersebut, proses karir
telah muncul pada usia sekolah yaitu ketika anak-anak mulai mengembangkan
minatnya dan adanya pemahaman keterkaitan antara kemampuan dengan karir
dimasa depan.
Menurut Supriatna (2009) masalah karir yang dirasakan siswa SMA
adalah: siswa kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan
kemampuan dan minat, siswa tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang
cukup, siswa masih bingung untuk memilik pekerjaan, siswa masih kurang
mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat siswa
merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah tamat sekolah, siswa belum
memiliki pilihan perguruan tinggi atau lanjutan pendidikan tertentu setelah lulus
SMA, siswa belum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan,
kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan serta prospek
pekerjaan untuk masa depan karirnya.
Pengambilan keputusan memegang peranan penting pada masa remaja
karena akan mempengaruhi kehidupan remaja tersebut seperti pilihan teman,
4
pilihan jurusan serta pemilihan karir kelak. Remaja sering memandang
pengambilan keputusan disertai kebingungan, ketidak pastian dan stress.
Kebanyakan pengambilan keputusan dibuat oleh para remaja yang mengalami
perubahan yang menyulitkan dan tak berguna (Santrock, 2003).
Super (Savickas, 2001) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang
atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya
untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang kuat mengenai
pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Dalam sebuah penelitian
pada individu-individu setelah mereka meninggalkan bangku sekolah menengah
atas diketahui bahwa setengah dari mereka tidak sistematis dan tidak memiliki
arah dalam eksplorasi dan perencanaan karir mereka (Donald, Kowalski, &
Gotkin dalam Santrock, 2002).
Hasil wawancara yang dilakukan penulis pada 10 orang siswa SMA
Negeri di Klaten menunjukkan sebagian besar siswa belum memahami bakat,
minat dan berbagai macam informasi tentang karir. Hal ini terlihat dari jawaban
mereka, dari 10 siswa, 8 diantaranya masih ragu dengan pillihan karir yang akan
diambil, padahal mereka telah memilih jurusan yang seharusnya sudah
disesuaikan dengan minat karir mereka.
Pengambilan keputusan karir remaja dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal antara lain tingkat intelegensi, sikap mental, jenis
kelamin, agama, bakat, minat dan orientasi masa depan. Faktor eksternal antara
lain tingkat ekonomi keluarga, orang tua, guru, teman dan kondisi sosial
masyarakat. Salah satu faktor yang cukup berpengaruh dapat kita lihat melalui
5
orientasi masa depan, yaitu bagaimana remaja memandang dan merencanakan
masa depannya dan pengaruh guru. Guru di sekolah yang berwenang adalah guru
pembimbing atau konselor sekolah, dalam hal ini dengan program bimbingan
karir.
Bagaimana individu memandang masa depannya tergambar melalui
orientasi masa depannya. Orientasi masa depan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi minat dan kebutuhan remaja yang akan menjalani pendidikan.
Orientasi yang baik terhadap masa depan akan memberi motivasi siswa dalam
menjalani pendidikan.
Menurut Nurmi (2004) merencanakan dan memikirkan masa depan
merupakan hal yang penting pada masa remaja. Pada masa ini, remaja dihadapkan
pada sejumlah tugas normatif yang menuntut mereka berpikir dan mengambil
keputusan tentang masa depan. Cara pandang atau orientasi remaja tentang masa
depan akan berpengaruh terhadap keputusan karir yang mereka lakukan yang
nantinya akan berdampak pada kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Orientasi masa depan menurut Nurmi (2004) merupakan kemampuan
seorang individu untuk merencanakan masa depan yang merupakan salah satu
dasar dari pemikiran manusia. Orientasi masa depan menggambarkan bagaimana
seseorang memandang dirinya di masa yang akan datang, gambaran tersebut
membantu individu dalam menempatkan dan mengambil keputusan karirnya.
Orientasi tentang pekerjaan apa yang akan digeluti di masa yang akan datang
merupakan faktor penting yang harus dimiliki remaja karena hal ini berhubungan
dengan pemilihan bidang pendidikan yang akan dipilih.
6
Remaja dalam membuat Keputusan membutuhkan bimbingan dari guru,
konselor, orangtua, atau orang dewasa lainnya sehingga dapat merencanakan masa
depan yang sesuai dengan bakat, minat, atau kemampuan yang dimilikinya.
Pandangan yang obyektif tentang pekerjaan membantu siswa mengembangkan
dan merancang masa depan yang lebih baik dan cemerlang.
Creed, Patton, dan Prideaux, (2006) mengungkapkan bahwa sebanyak
50% siswa mengalami kebingungan dalam pengambilan keputusan. Salah satu
faktornya adalah begitu banyak pilihan jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan
yang tersedia, serta kebutuhan untuk mengetahui nilai-nilai kehidupan serta tujuan
apa yang dibutuhkan dalam pilihan karir tersebut. Selain itu, terbatasnya
eksplorasi dan pengalaman pada role model karir maka minat dan aspirasi siswa
berkaitan dengan bidang karir tertentu sering kali menjadi stereotipe atau sesuatu
yang telah terpolakan dalam fikiranya dan terbatas. Terbatasnya informasi
mengenai karir membuat siswa memilih sesuai apa yang diketahui.
Informasi yang akurat tentang dunia kerja dan diri sendiri merupakan hal
yang penting untuk mempengaruhi persepsi remaja terhadap keputusan karirnya
agar remaja dapat menyesuaikan pilihan karir dengan potensi dirinya (Winkel,
2005).
Pihak yang cukup berkompeten memberi informasi karir pada siswa
adalah guru bimbingan konseling. Melalui program bimbingan karir siswa
mencoba memahami bakat dan minat, mendapat informasi mengenai berbagai
bidang pekerjaan dan keterampilan apa saja yang diperlukan dalam bidang
tertentu, adanya mata pelajaran BK (bimbingan konseling) yang diberikan selama
7
1 jam pelajaran setiap minggunya bagi kelas XII. Menurut Sukadji (2000) layanan
bimbingan karir untuk individu yang berada dalam tahap eksplorasi membantu
individu memahami faktor-faktor relevan dan memperoleh pengalaman membuat
pilihan karir, mengeksplorasi bidang-bidang pekerjaan dalam hubungannya
dengan minat dan kemampuan, membuat perencanaan dan mengembangkan
strategi pencapaiannya.
Dalam panduan model pengembangan diri yang dikeluarkan oleh Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas (2007) dikemukakan bahwa bimbingan karir
merupakan suatu bidang pelayanan yang ditujukan untuk membantu peserta didik
dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan membuat keputusan
karir.
Surya (dalam Solehuddin dkk, 2008) mengungkapkan bahwa tujuan
bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang
diperlukan untuk memenuhi perjalanan hidupnya secara optimal ke arah
pilihannya. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah menurut Solehuddin
dkk (2008) memiliki fungsi dan berperan sebagai kunci dalam pendidikan di
sekolah, yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran
dan perkembangan intelektual siswa, terutama pada jenjang sekolah menengah
atas, karena di jenjang itulah konselor dapat berperan secara maksimal dalam
memfasilitasi konseli mengaktualisasi potensi yang dimiliki secara maksimal.
Kartadinata dkk (2007) mengemukakan bahwa konselor berperan untuk
membantu peserta didik dalam menumbuhkembangkan potensinya, salah satu
potensi tersebut adalah kemandirian seperti kemampuan mengambil keputusan
8
penting dalam perjalanan hidupnnya yang berkaitan dengan pendidikan maupun
persiapan karir.
Semiawan (dalam Solehuddin dkk, 2008) memandang bimbingan karir
sebagai fokus dari profesi bimbingan di sekolah, diharapkan bimbingan ini dapat
memecahkan masalah siswa dalam keputusan karirnya. Hal ini tampaknya belum
sesuai dengan kenyataan di lapangan, antara lain dapat dilihat dari hasil penelitian
Dedi Supriadi (dalam Solehuddin dkk, 2008) dimana faktor utama yang
berpengaruh pada keputusan karir remaja adalah minat, diikuti penasehat
akademik, orang tua, guru pembimbing, prestasi dan sikap skor tes. Dalam
penelitian tersebut guru pembimbing dengan programnya bimbingan karir
menempati posisi ke empat dalam faktor yang berpengaruh pada keputusan karir.
Perencanaan pendidikan dan perencanaan pekerjaan merupakan dua hal
yang berkaitan erat karena sasaran akhirnya sama, yaitu perencanaan
pekerjaan/karir. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa program bimbingan karir
tujuan akhirnya adalah siswa mampu menyusun rencana karir dan mengambil
keputusan karir serta mengambil langkah-langkah relevan untuk mewujudkan
keputusan tersebut.
Harisanto (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa faktor internal
lebih mempengaruhi keputusan memilih karir pada remaja dibanding faktor dari
luar. Menurut Brown (2008) empat faktor utama yang mendasari kesulitan
pengambilan keputusan karir adalah keraguan, kurangnya informasi, konflik
interpersonal dan hambatan serta kurangnya kesiapan. Sedangkan hasil penelitian
Manon (2009) menunjukkan keefektifan bimbingan karir dan informasi pekerjaan
9
mempengaruhi keputusan karir remaja. Savickas (1991) mengemukakan
gambaran mental individu pada waktu yang lalu, saat ini dan yang akan datang
mempengaruhi keputusan karir seorang remaja.
SMA Negeri Wonosari terletak di perbatasan kota Klaten dan Surakarta,
sedangkan kota Klaten berada diantara kota Surakarta dan Yogyakarta, dimana
kedua kota tersebut mempunyai jumlah perguruan tinggi yang cukup banyak. Hal
ini membuat siswa termotivasi untuk melanjutkan kuliah setelah lulus SMA. Hasil
wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 14 September 2011 terhadap 10
siswa kelas XI IPA4, semua siswa berencana melanjutkan kuliah, sedangkan
keputusan karir mereka rata-rata terbentuk sejak usia 6-10 tahun. Hal ini sesuai
dengan penelitian Araujo dan Do Ceu Taveira (2007), dalam penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak telah mengembangkan beberapa pemahaman
tentang pekerjaan dan hubungan sekolah untuk bekerja pada saat mereka berusia 6
tahun.
Melihat permasalahan remaja dalam memilih karir dan begitu
kompleksnya hal-hal yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir remaja,
penulis mempunyai minat untuk meneliti tentang ”Hubungan Bimbingan Karir
dan Orientasi Masa depan terhadap Pengambilan Keputusan Karir Remaja”.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang ingin di
ungkapkan dalam penelitian ini adalah:
10
1. Apakah ada hubungan antara efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa
depan terhadap pengambilan keputusan karir remaja?
2. Apakah ada hubungan antara orientasi masa depan dengan keputusan karir
remaja?
3. Apakah ada hubungan antara efektivitas bimbingan karier dengan pengambilan
keputusn karier remaja?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara bimbingan karir dan orientasi masa depan
dengan pengambilan keputusan karir remaja.
2. Untuk mengetahui hubungan antara orientasi masa depan dengan keputusan karir
remaja.
3. Untuk mengetahui hubungan antara efektivitas bimbingan karier dengan
pengambilan keputusan karier remaja.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang di peroleh dari penelitian ini dapat diberikan sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi
pendidikan dan psikologi perkembangan.
11
2. Manfaat Praktis
a. Sekolah
Dengan penelitian ini diharapkan sekolah dapat lebih memperhatikan dan
membantu siswa dalam kebingungannya memilih karir.
b. Guru dan Orang Tua
Melalui penelitian ini diharapkan adanya hubungan yang komunikatif antara
guru dan orang tua dalam membantu pemilihan karir siswa sehingga siswa
tersebut dapat mengembangkan bakat dan minatnya dengan baik.
c. Siswa
Dengan penelitian ini diharapkan agar siswa dapat merencanakan
kesesuaian antara karir yang diinginkan dengan bakat, minat dan
kemampuannya agar dapat memilih karir yang sesuai dangan apa yang
diminatinya.
d. Bagi Peneliti.
Peneliti dapat secara langsung menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh
tentang psikologi pendidikan.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan keputusan karir,
orientasi masa depan dan bimbingan karir di sekolah atau hal-hal lain yang
berhubungan dengan masalah karir yang sudah dilakukan peneliti lain sangat
berguna sebagai bahan pembanding untuk menentukan keaslian penelitian.
12
Penelitian tentang karir telah banyak sekali dilakukan, antara lain oleh Sri
Prihantoro (2007) tentang perencanaan karir siswa kelas X SMAN 2 Majalengka
menunjukkan bahwa 27,8% siswa mempunyai perencanaan karir rendah, 47,2%
perencanaan karir sedang dan 25% mempunyai perencanaan karir tinggi. Rahmi
(2009) mendapatkan kemampuan siswa SMU di kabupaten Bandung
menunjukkan 90% siswa bingung dalam merencanakan masa depan dan 70%
menyatakan perencanaan masa depan tergantung orang tua. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sulistiyowati (2010) diketahui bahwa siswa dari keluarga utuh di
SMA Negeri 2 Malang dikategorikan mampu dalam pengambilan keputusan
karier, hal ini ditunjukkan oleh presentase sebesar 95,23%, sedangkan siswa dari
keluarga broken home di SMA Negeri 2 Malang dikategorikan kurang mampu
dalam pengambilan keputusan karier, hal ini ditunjukkan oleh presentase sebesar
62,5%.
Penelitian yang dilakukan Christina (2009) menunjukkan sebanyak 56
siswa (62,22%) memiliki tingkat career self efficacy rendah. Sementara untuk
variabel pengambilan keputusan karier sebanyak 64 siswa (71,11%) memiliki
tingkat pengambilan keputusan karier yang rendah. Ada hubungan antara career
self efficacy dengan pengambilan keputusan karier diikuti dengan penambahan
tingkat pengambilan keputusan karier atau penurunan tingkat career self efficacy
akan diikuti dengan penurunan tingkat pengambilan keputusan karier. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyowati (2010) diketahui bahwa siswa dari
keluarga utuh di SMA Negeri 2 Malang dikategorikan mampu dalam pengambilan
keputusan karier, hal ini ditunjukkan oleh presentase sebesar 95,23%, sedangkan
13
siswa dari keluarga broken home di SMA Negeri 2 Malang dikategorikan kurang
mampu dalam pengambilan keputusan karier, hal ini ditunjukkan oleh presentase
sebesar 62,5%.
Hasil penelitian Dessy dan Nursalim (2009) memberi hasil bahwa
pemberian layanan informasi berpengaruh positif terhadap kemantapan
pengambilan keputusan studi lanjut siswa. Sementara itu, beberapa penelitian
tentang pentingnya bimbingan karir antara lain riset yang dilakukan Partino
(2006) pada 616 individu menggambarkan bahwa kematangan karir dipengaruhi
oleh faktor layanan konseling, persepsi pengutamaan studi, riwayat hidup, self-
efficacy dan prestasi akademik. Pada riset tersebut, faktor layanan konseling
menempati peringkat pertama yang dapat mempengaruhi kematangan karir.
Hasil penelitian Rubiyanti (2011) menunjukkan bahwa orientasi masa
depan (OMD) remaja di Jatinangor tergolong tinggi, artinya remaja di Jatinangor
sudah memiliki OMD yang jelas. Kontribusi yang paling besar dalam OMD
remaja ini adalah aspek motivasi. Aspek perencanaan dan evaluasi masih
tergolong sedang. Ini menunjukkan bahwa remaja masih membutuhkan arahan
untuk mendapatkan strategi dan cara-cara di dalam merencanakan masa depannya.
Pelatihan motivasi berprestasi yang dilakukan membantu remaja merencanakan
dan menetapkan tujuan dan membuat strategi untuk merealisasikan perencanaan.
Setelah pelatihan, remaja mengungkapkan bahwa dirinya lebih termotivasi untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengetahui strategi untuk
meneruskan pendidikan, mendapatkan pengetahuan mengenai jurusan yang
diminati, dan pekerjaan yang dapat ditekuni di masa yang akan datang.
14
Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian-penelitian
sebelumnya adalah penggunaan variabel keputusan karir, bimbingan karir dan
orientasi masa depan yang dilakukan secara bersama-sama, di mana penelitian
yang lain hanya menggunakan salah satu variabel tersebut. Penelitian tentang
keputusan karir kebanyakan hanya untuk mengetahui atau menggambarkan
bagaimana keputusan karir remaja. Penelitian tentang bimbingan karir dan
orientasi masa depan, kebanyakan hanya untuk menngetahui bagaimana
pelaksanaan bimbingan karir dan bagaimana orientasi masa depan remaja,
sedangkan penelitian terkait keputusan karir remaja, aspek yang sering diteliti
adalah aspek konsep diri atau efikasi diri, pengaruh orang tua dan peer grup.
Penelitian yang menggunakan aspek bimbingan karir dan orientasi masa depan
yang mempengaruhi keputusan karir belum pernah penulis temukan.
15
BAB II
PENDAHULUAN
A. Keputusan Karir Remaja
1. Pengertian Karir dan Keputusan Karir
a. Pengertian Karir
Banyak sekali tokoh yang memberikan definisi karir, hal ini terjadi
karena sebagian mereka mendefinisikan karir dengan memandang dari segi
istilah atau definisinya, sedang yang lain mendefinisikan karir dari segi
maknanya.
Menurut Wilson (2006), karir adalah keseluruhan pekerjaan yang
kita lakukan selama hidup kita, baik itu dibayar maupun tidak. Selanjutnya
Collin (dalam Kristanto, 2003) menambahkan bahwa karir muncul akibat
interaksi seseorang dengan organisasi dan lingkungan sosialnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) karir adalah
pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Gibson dkk (1995)
merumuskan karir sebagai rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan
dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan
seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan. Dengan
demikian karir seorang individu melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai
macam kesempatan. Sedangkan menurut Soetjipto (2002), karir merupakan
bagian dari perjalanan hidup seseorang, bahkan bagi sebagian orang
merupakan suatu tujuan hidup.
16
Menurut Handoko (1996) karir adalah semua pekerjaan yang
dipunyai atau dipegang selama kehidupan seseorang. Zunker (dalam
Winkel, 1997) menjelaskan bahwa karir menunjukkan posisi, jenis
pekerjaan serta aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kehidupan
kerja individu.
Anoraga (2001) menyatakan bahwa karir dalam arti sempit adalah
profesi serta kedudukan dalam kehidupan dalam upaya mencari nafkah,
sedangkan karir dalam arti luas sebagai langkah maju sepanjang hidup yang
berkaitan dengan pekerjaan dan jabatan yang dimiliki seseorang. Lebih
lanjut Isaacson dan Brown (dalam Marliyah dkk, 2004) menjelaskan bahwa
karir dapat didefinisikan sebagai sejumlah pengalaman hidup termasuk
pendidikan, kerja, aktivitas-aktivitas luang ataupun pengalaman
kenaggotaan dalam suatu perkumpulan/organisasi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
karir adalah profesi, kedudukan dan pengalaman hidup yang berkaitan
dengan pendidikan, pekerjaan, peran, jabatan atau posisi maupun aktivitas
sosial yang dimiliki seseorang.
b. Pengertian Keputusan Karir
Pembuatan keputusan (decision making) menggambarkan proses
melalui serangkaian kegiatan yang dipilih sebagai penyelesaian suatu
masalah tertentu (Handoko, 1996). Syamsi (1995) menjelaskan lebih lanjut
tentang pembuatan keputusan, bahwa keputusan adalah suatu pengakhiran
atau pemutusan dari suatu proses pemikiran tentang suatu masalah untuk
17
menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah
tersebut dengan menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu.
Basori (2004) menyebutkan bahwa pengambilan keputusan karir
merupakan proses untuk menentukan pilihan dari berbagai alternatif yang
berkaitan dengan pendidikan ke perguruan tinggi yang berorientasi pada
pekerjaan/jabatan.
Menurut Gati dan Asher (2001) pembuatan keputusan karir
merupakan proses yang dilakukan individu untuk mencari alternatif-
alternatif karir, membandingkannya serta menetapkan pilihan.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa keputusan karir adalah
suatu tindakan untuk dapat memutuskan atau menjatuhkan pilihan pada satu
pilihan karir dari berbagai macam pilihan karir yang ada.
c. Pengertian Keputusan Karir Remaja
Keputusan karir remaja adalah pilihan suatu karir yang dilakukan
remaja yang menempuh sekolah menengah usia 15 sampai 20 tahun.
Remaja melewati beberapa tahapan dalam membuat keputusan. Berdasarkan
tahap kehidupan (life stages) yang dikemukakan Super dalam Santrock
(2003), usia remaja (remaja SMA) berada pada tahap kristalisasi, dimana
terjadi pola “alternatif dan konsekuensi”. Remaja memiliki kesadaran dan
kebutuhan untuk membuat pilihan karir, mengambil tanggung jawab seperti
orang dewasa dan melakukan transisi dari sekolah ke dunia kerja. Seorang
remaja yang akan memasuki sekolah menengah umum akan dihadapkan
18
pada pilihan jurusan, pada saat tersebut ia sudah membuat suatu keputusan
yang berkaitan dengan karir di masa yang akan datang.
Shertzer dan Stone (dalam Winkel, 1997) mengatakan bahwa dalam
memutuskan suatu karir akan selalu berkaitan dengan dua faktor yaitu
internal dan eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh nilai-nilai
kehidupan, inteligensi, bakat, minat, konsep diri, pengetahuan dan keadaan
fisik.
Inteligensi memegang peranan penting dalam mempersepsikan karir
seseorang sesuai dengan pilihan karirnya. Menurut Winkel (1997) tinggi
rendahnya taraf inteligensi dapat berpengaruh terhadap pilihan karirnya.
Selanjutnya bakat khusus juga dapat dijadikan bekal dasar yang
memungkinkan untuk memasuki berbagai bidang karir. Misalnya remaja
yang memiliki kemampuan verbal cenderung lancar berbicara, kemudian
remaja memandang bahwa dunia penyiaran adalah suatu karir yang cocok
dengan bakatnya dan sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian,
remaja cenderung mempersepsikan pilihan karir yang akan dijalani adalah
bidang-bidang yang berkenaan dengan penyiaran seperti master of ceremony
(MC), penyiar televisi atau radio.
Minat pada seorang remaja terutama remaja usia sekitar 15 tahun
sampai dengan 20 tahun cenderung masih banyak berubah. Namun sekali
terbentuk, minat akan menentukan perencanaan masa depan sehubungan
dengan karir yang akan dipilih (Winkel, 1997). Misalnya remaja yang
19
mempunyai minat pada arsitek, maka remaja akan mempersepsikan pilihan
karir menjadi seorang arsitektur.
Informasi yang akurat mengenai dunia kerja dan diri sendiri
merupakan hal yang penting untuk mempengaruhi persepsi remaja terhadap
pilihan karirnya, agar remaja dapat menyesuaikan pilihan karir dengan
potensi dirinya (Winkel, 1997). Misalnya remaja yang memiliki informasi
mengenai karir tertentu, contoh dokter, maka remaja akan lebih mudah
mempersepsikan pilihan karir sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Selanjutnya, ada juga beberapa remaja yang cenderung
mempersipkan pilihan karirnya sesuai dengan keadan fisik. Menurut Winkel
(1997) perbedaan jenis kelamin juga dipengaruhi anggapan-anggapan
pilihan suatu karir yang sesuai dengan jenis kelamin tertentu serta peranan
pria dan wanita dalam masyarakat. Misalnya masyarakat beranggapan
bahwa jabatan sekretaris merupakan bidang pekerjaan wanita, maka pria
cenderung menghindari jabatan sekretaris.
Seorang remaja dapat memutuskan karirnya sesuai dengan nilai-nilai
kehidupan yang dijadikan pegangan atau pedoman hidupnya karena nilai-
nilai kehidupan memegang peranan yang penting terhadap harapan dalam
kehidupannya termasuk bidang pekerjaan apa yang akan dipilih dan
ditekuninya. (Winkel, 1997).
Pendidikan di sekolah juga berperan dalam mempengaruhi persepsi
remaja dalam pemilihan karirnya. Adanya bimbingan guru dan bimbingan
20
karir disekolah dapat membantu remaja dalam memahami dunia kerja dan
menjadi petunjuk tentang cara untuk meraihnya.
Keputusan karir remaja dalam penelitian ini adalah keputusan
pilihan jurusan atau pekerjaan yang diambil oleh remaja setelah melakukan
eksplorasi karir dengan bantuan guru bimbingan konseling melalui program
bimbingan karir.
2. Perkembangan Karir Remaja
Banyak tokoh yang mengemukakan tentang berkembangnya karir
dalam kehidupan seorang individu. Salah satunya, Ginzberg dkk (dalam
Winkel, 1997) yang memandang perkembangan karir sebagai suatu proses
pemilihan karir yang dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Tahap fantasi (usia lahir sampai 11 tahun)
Pada tahap ini anak hanya bermain-main saja dan permainan dinilai tidak
memiliki kaitan ke dalam pemilihan karir karena anak memiliki kesadaran
yang masih rendah terhadap hambatan-hambatan perkembangan karir. Anak
usia 4-5 tahun biasanya sudah dapat menyebutkan pilihan tertentu bila
ditanya mengenai cita-cita, namun masih belum dapat membedakan antara
keinginan sendiri atau keinginan orang lain (Winkel, 1997)
b. Tahap tentatif (usia 11-17 tahun)
Pada tahap ini terdapat 4 periode:
1) Tahap minat (interest) usia 11-12 tahun, dimana anak membuat sikap
terhadap hal yang disukai dan yang kurang disukai.
21
2) Tahap kemampuan (capacity) usia 12-13 tahun, dimana anak mulai
menyadari berbagai kemampuan serta kapasitas dirinya dalam
menentukan tujuan karir, anak dapat menunjukkan pertanyaan-
pertanyaan sehubungan dengan karakteristik yang dibutuhkan oleh
berbagai jenis pekerjaan dan mengevaluasi kemampuannya apakah sesuai
dengan pilihan yang mereka minati.
3) Tahap nilai-nilai (values), usia 14 tahun, dimana remaja mulai
menghayati nilai-nilai kehidupan yang ingin dicapainya.
4) Tahap transisi (transition), usia 15-16 tahun, dimana remaja mulai
memadukan minatnya dan sudah dapat merencanakan karirnya yang
merupakan integrasi dari nilai-nilai, kapasitas dan minat. Remaja
memiliki kesadaran akan kebutuhan untuk membuat pilihan karir,
mengambil tanggung jawab seperti orang dewasa dan melakukan transisi
dari sekolah ke dunia kerja.
c. Tahap realistik (usia 17-25 tahun)
Tahap ini mulai dengan eksplorasi (exploration) dimana remaja masih
mempertimbangkan dua atau tiga alternatif jabatan, tetapi belum dapat
membuat keputusan, kemudian diikuti oleh masa kristalisasi
(crystallization) dimana remaja mulai merasa lebih mantap kalau memangku
jabatan tertentu atau adanya komitmen terhadap tujuan karir dan yang
terakhir adalah penentuan (specification) dimana remaja membuat
keputusan tentang jabatan tertentu.
22
Sementara itu, Donald E. Super (Santrock, 2003) membagi proses
perkembangan karir atas lima tahap, yaitu:
a. Tahap pengembangan (growth) mulai dari saat lahir sampai umur lebih
kurang 15 tahun, anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan
khas, sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam
struktur gambaran diri (self-concept structure).
b. Tahap eksplorasi (exploration) dari umur 15 sampai 24 tahun dimana
orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum
mengambil keputusan yang mengikat.
c. Tahap pemantapan (establishment) dari umur 25 sampai 44 tahun,
bercirikan usaha tekun memantapkan diri melalui seluk beluk
pengalaman selama menjalani karir tertentu.
d. Tahap pembinaan (maintenance) dari umur 45 tahun sampai 64 tahun,
orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan
jabatannya.
e. Tahap kemunduran (decline) dimana orang memasuki masa pensiun dan
harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.
Berdasarkan tahap tersebut dapat digambarkan bahwa ada tiga
tahapan dalam perkembangan karir remaja, yaitu: fantasi, tentatif dan
realistik. Remaja usia 15-18 tahun berada pada tahap tentatif dan eksplorasi,
sehingga remaja sudah dapat mempersepsikan mengenai keputusan memilih
karir sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
23
3. Aspek-Aspek Keputusan Karir
Dalam memutuskan suatu karir, terdapat beberapa aspek yang
mempengaruhi remaja sehingga ia dapat menjatuhkan pilihan pada suatu karir.
Menurut Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006), ada tiga aspek yang harus
terpenuhi dalam membuat suatu keputusan karir, yaitu:
a. Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yaitu pengetahuan dan
pemahaman akan bakat, minat, kepribadian, potensi, prestasi akademik,
ambisi, keterbatasan-keterbatasan, dan sumber-sumber yang dimiliki.
b. Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu pengetahuan akan syarat-
syarat dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sukses dalam suatu
pekerjaan, keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan prospek
kerja di berbagai bidang dalam dunia kerja.
c. Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri
sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu kemampuan
untuk membuat suatu penalaran realistis dalam merencanakan atau memilih
bidang kerja dan/atau pendidikan lanjutan yang mempertimbangkan
pengetahuan dan pemahaman diri yang dimiliki dengan pengetahuan dan
pemahaman dunia kerja yang tersedia.
Patton dan Creed (2003) menyebutkan bahwa aspek yang berhubungan
dengan pengambilan keputusan karir meliputi komitmen terhadap karir, nilai
kerja, efikasi diri, self esteem, usia, gender dan kematangan karir.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan aspek-aspek keputusan karir
remaja yaitu: sikap mental, sikap terhadap perbedaan gender, agama, minat
24
terhadap suatu karir, tingkat ekonomi keluarga, minat orang tua dan kondisi
sosial masyarakat.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Karir
Menurut Peter M. Blau (dalam Sukardi, 1987) faktor-faktor yang
mempengaruhi individu dalam pembuatan keputusan karir adalah: 1)
pengalaman sosial; 2) keterlibatan orang lain; 3) potensi-potensi yang dimiliki
individu; 4) aspirasi orangtua; 5) minat; 6) pengetahuan tentang dunia kerja; 7)
pertimbangan pilihan karir; dan 7) keterampilan dalam pembuatan keputusan
karir.
Menurut Winkel & Hastuti (2006), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi seseorang individu dalam membuat keputusan karir, antara lain:
a. Nilai-nilai kehidupan, yaitu ideal-ideal yang dikejar oleh seseorang
dimana-mana dan kapan saja. Nilai-nilai ini menjadi pedoman dan pegangan
dalam hidup dan sangat menentukan gaya hidup. Refleksi diri terhadap
nilai-nilai kehidupan akan memperdalam pengetahuan dan pemahaman akan
diri sendiri yang berpengaruh terhadap gaya hidup yang akan dikembangkan
termasuk didalamnya jabatanya yang direncanakan untuk diraih.
b. Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu diperlukan berbagai persyaratan yang
menyangkut ciri-ciri fisik.
c. Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang muda dibesarkan.
Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh besar terhadap pandangan
25
dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang pada
gilianya menanamkan pada anak-anak.
d. Keadaan ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan yang lambat
atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial dan ekonomi,
serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok yang terbuka atau
tertutup bagi anggota dari kelompok lain.
e. Posisi anak dalam keluarga. Anak yang memiliki saudara kandung yang
lebih tua tentunya, akan meminta pandapat dan pandangan mengenai
perencanaan karir sehingga mereka lebih berandangan lebih luas dibanding
anak yang tidak mempunyai saudara yang lebih tua.
f. Pandangan keluarga tentang peranan dan kewajiban anak laki-laki dan
perempuan yng telah menimbulkan dampak psikologis dan sosial-budaya.
Berdasarkan pandangan masyarakat bahwa ada jabatan dan pendidikan
tertentu yang melahirkan gambaran diri tertentu dan mewarnai pandangan
masyarakat tentang pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat.
g. Orang tua, saudara kandung dan orang lain yang tinggal serumah yang
menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan
dan sikap tertentu terhadap perencanaan pendidikan dan pekerjaan. Orang
muda harus menentukan sendiri sikapnya terhadap harapan dan pandangan
tersebut, hal ini akan berpengaruh pada perencanaan karirnya. Bila dia
menerimanya maka dia akan mendapat dukungan dalam perencanaan
karirnya, sebaliknya bila dia tidak menerima maka dia akan menghadapi
26
situasi yang sulit karena tidak adanya dukungan dalam perencanaan masa
depan.
h. Taraf sosial-ekonomi kehidupan keluarga, yaitu tingkat pendidikan
orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah atau ibu,
daerah tempat tinggal dan suku bangsa. Anak-anak berpartisipasi dalam
status sosial ekonomi keluarganya. Status ini akan menentukan tingkat
pendidikan anak.
i. Peer group/pengaruh teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan
variasi harapan tentang masa depan.
Menurut Seligman (1994) keputusan karir dipengaruhi oleh keluarga,
latar belakang sosial ekonomi, gender, inteligensi dan bakat khusus, minat
karir, harga diri, dan kepribadian. Sementara itu, Corey (2010) menyebutkan
faktor-faktor dalam keputusan karir, yaitu:
a. Motivation and achievement (motivasi dan prestasi).
b. Attitudes about occupation (sikap terhadap pekerjaan).
c. Interest (keterkaitan).
d. Values (nilai-nilai).
e. Self concept (konsep diri).
f. Personality and choosing career (kepribadian dan pilihan karir).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pengambilan
keputusan karir menurut Basori (2004), terdiri dari dua faktor yakni faktor
pribadi dan faktor lingkungan.
27
a. Faktor pribadi, antara lain:
1) Tipe kepribadian dan ciri-ciri sifat yang menonjol,
2) Bakat atau kemampuan bidang akademis,
3) Bakat atau kemampuan bidang non akademis,
4) Minat terhadap suatu jabatan/pekerjaan,
5) Nilai kehidupan pribadi,
6) Hobi dan kesenangan.
b. Faktor lingkungan, antara lain:
1) Nilai-nilai kehidupan masyarakat,
2) Keadaan ekonomi keluarga/orang tua,
3) Kebutuhan/prospek lapangan pekerjaan yang terkait,
4) Kesempatan mendapatkan peluang suatu jabatan/pekerjaan.
Penelitian Kendhawati dan Jatnika (2008) menemukan bahwa faktor
evaluasi diri, perencanaan, optimisme dan pesimisme akan mempengaruhi
keputusan karier. Kondisi ini akan lebih optimal jika didukung oleh
moderating variable yang terdiri dari kondisi ekonomi, dukungan keluarga dan
pencarian informasi.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan karir seseorang adalah: bakat, minat, nilai-nilai dalam
masyarakat, lingkungan sosial (orang tua, keluarga dan peer group), pemahaman
tentang karir, kemampuan individu mengambil keputusan.
28
B. Efektivitas Bimbingan Karir
1. Pengertian Efektivitas
Atmosoeprapto (2002) menyatakan efektivitas adalah melakukan hal
yang benar, sejauh mana kita mencapai sasaran. Teori Emerson (dalam
Handayaningrat, 1996) menyatakan efektivitas adalah pengukuran dalam arti
tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan.
Sumaryadi (2005) organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi
tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Amirullah
dan Ribdyah Hanafi (2002) efektivitas menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan secara tepat.
Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan ukuran maupun standar yang
berlaku mencerminkan suatu perusahaan tersebut telah memperhatikan
efektivitas operasionalnya.
Menurut Abdurahmat (2003) efektifitas adalah pemanfaatan sumber
daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.
Menurut Steers (1985), efektivitas merupakan suatu tingkatan
kemampuan organisasi untuk dapat melaksanakan seluruh tugas-tugas
pokoknya atau pencapaian sasarannya.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti mengambil kesimpulan
efektivitas adalah sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
29
2. Pengertian Bimbingan
Menurut Rahman (2003), bimbingan adalah proses bantuan yang
diberikan kepada seseorang agar ia mampu memahami diri, menyesuaikan diri
dan mengembangkan diri sehingga mencapai kehidupan yang sukses dan
bahagia.
Menurut Miller (dalam Willis, 2004), bimbingan adalah proses bantuan
terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang
dibutuhkan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah,
keluarga dan masyarakat.
Menurut Yusuf & Nurihsan (2005), bimbingan merupakan serangkaian
tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada
pencapaian tujuan. Bimbingan merupakan pemberian bantuan yang
menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi
masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik itu
sendiri.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Menengah Pasal 27 Ayat 1, dikatakan bahwa bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada remaja dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan
(Bandono, 2007).
Prayitno dan Amti (2004) mendefinisikan bimbingan sebagai proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja atau orang dewasa, agar
30
orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu
proses bantuan kepada individu untuk dapat memahami diri dan lingkungan
yang terarah kepada pencapaian tujuan yaitu mencapai kehidupan yang sukses
dan bahagia.
a. Tujuan Bimbingan
Sebagaimana telah dijelaskan dalam definisi bimbingan diatas bahwa
bimbingan merupakan proses bantuan kepada individu, dengan demikian
bimbingan menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses
dan kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini, menurut Prayitno dan Amti
(2004) pelayanan bimbingan diberikan kepada remaja dalam rangka upaya
agar remaja dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan.
Menemukan pribadi, dimaksudkan agar peserta didik mengenal
kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif
dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Sementara,
bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta
didik mengenal lingkungannya secara objektif, baik lingkungan sosial-
ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-nilai dan
norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan
itu secara positif dan dinamis pula. Sedangkan bimbingan dalam rangka
31
merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu
mempertimbangkan da mengambil keputusan tentang masa depan dirinya,
baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karir, maupun bidang
budaya, keluarga, dan masyarakat. Melalui perencanaan masa depan ini
individu diharapkan mampu mewujudkan dirinya sendiri dengan bakat,
minat, intelegensi dan kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya.
b. Fungsi Bimbingan
Suatu pelayanan diselenggarakan supaya berguna dan memberi
manfaat untuk memperlancar dan memberi dampak positif sebesar-
besarnya terhadap kelangsungan hidup manusia. Fungsi suatu pelayanan
dapat diketahui dengan melihat kegunaan, manfaat dan keuntungan yang
dapat diberikan. Pelayanan bimbingan mengemban sejumlah fungsi yang
hendak dipenuhi melalui kegiatan pelaksanaan bimbingan konseling.
Menurut Hallen (2005), fungsi-fungsi yang dimaksud mencakup:
1) Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan
tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan
yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat
ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya.
2) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
kepentingan pengembangan peserta didik.
32
3) Fungsi Pengentasan yaitu pelayanan bimbingan berusaha membantu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik, baik
dalam sifatnya, jenisnya, maupun bentuknya.
4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan
koseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya
berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara terarah, mantap, dan berkelanjutan.
5) Fungsi Advokasi yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan
teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya
pengembangan seluruh potensi secara maksimal.
3. Pengertian Bimbingan Karir
Bimbingan karir merupakan salah satu jenis layanan bimbingan
konseling yang diadakan di sekolah menengah. Dengan adanya bimbingan
karir diharapkan dapat membantu remaja dalam memahami dirinya dan dunia
kerja sehingga remaja dapat memilih karir sesuai bakat dan minat. Bimbingan
karir merupakan kegiatan bimbingan yang secara khusus ditujukan untuk
membantu peserta didik agar dapat membuat pilihan dan keputusan karir secara
tepat.
Menurut Winkel & Hastuti (2006), bimbingan karir adalah bimbingan
yang ditujukan untuk membantu peserta didik dalam rangka mempersiapkan
dirinya menghadapi dunia pekerjaan, memilih pekerjaan atau profesi tertentu
serta membekali diri supaya siap memangku pekerjaan yang dipilih, dan
menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari pekerjaan yang dipilih.
33
Dalam panduan model pengembangan diri yang dikeluarkan oleh Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas (2007) dikemukakan bahwa bimbingan karir –
disebut pengembangan karir – merupakan suatu bidang pelayanan yang
ditujukan untuk membantu peserta didik dalam memahami dan menilai
informasi, serta memilih dan membuat keputusan karir.
Menurut Nurihsan (2003), bimbingan karir merupakan pelayanan
bimbingan untuk membantu peserta didik mengenal dan memahami dirinya,
mengenal dunia kerja, dan mengembangkan masa depannya sesuai dengan
macam kehidupan yang diharapkannya sehingga pada akhirnya individu dapat
mewujudkan dirinya secara bermakna.
Bimbingan karir merupakan kegiatan bimbingan yang secara khusus
ditujukan untuk membantu peserta didik agar dapat membuat pilihan dan
keputusan karir secara tepat. Bimbingan karir adalah suatu bidang pelayanan
yang ditujukan untuk membantu peserta didik dalam memahami dan menilai
informasi serta memilih dan membuat keputuan karir (Diknas, 2007).
Menurut Marsudi (2003) bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih
tepatnya suatu program yang sistematik, proses, teknik atau layanan yang
dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar
pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan,
pendidikan, dan waktu luang serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan
mengelola perkembangan karirnya.
34
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
bimbingan karir adalah suatu upaya bantuan terhadap peserta didik agar dapat
mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan
masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu
menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab.
4. Tujuan Bimbingan Karir
Bimbingan karir merupakan salah satu jenis bidang bimbingan dalam
Bimbingan dan Konseling. Para remaja memperoleh informasi mengenai karir
dari Guru Pembimbing melalui layanan Bimbingan Karir. Secara umum tujuan
bimbingan karir di sekolah adalah untuk membantu remaja memiliki
keterampilan dalam mengambil keputusan mengenai karir dimasa depan.
Sementara itu, tujuan bimbingan karir menurut BP3K (1984) agar remaja:
a. Dapat menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potensi-potensi
dasar, minat, sikap dan kecakapan.
b. Mempelajari dan mengetahui tingkat kepuasan yang mungkin dapat dicapai
dari suatu pekerjaan.
c. Mempelajari dan mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan
dengan potensi dan minatnya.
d. Memiliki sikap yang positif dan sehat terhadap dunia kerja. Artinya, remaja
dapat memberikan penghargaan yang wajar terhadap setiap jenis pekerjaan.
e. Memperoleh pengarahan mengenai semua jenis pekerjaan yang ada di
lingkungannya.
35
f. Mempelajari dan mengetahui jenis-jenis pendidikan atau latihan yang
diperlukan untuk suatu pekerjaan tertentu.
g. Dapat memberikan penilaian pekerjaan secara tepat.
h. Sadar dan akan memahami nilai-nilai yang ada pada dirinya dan pada
masyarakat.
i. Dapat menemukan hambatan-hambatan yang ada pada diri dan
lingkungannya dan dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
j. Akan sadar tentang kebutuhan masyarakat dan negaranya yang berkembang.
k. Dapat merencanakan masa depannya sehingga dia dapat menentukan karir
dan kehidupannya yang serasi.
Menurut Walgito (2010) secara rinci tujuan bimbingan karir membantu
para remaja agar:
a. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan
dengan potensi yang ada dalam dirinya mengenai kemampuan, minat, bakat,
sikap dan cita-citanya.
b. Menyadari dan memahami nilai-nilai yanng ada dalam dirinya dan yang ada
dalam masyarakat.
c. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi
yang ada`dalam dirinya, mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang
diperlukan bagi suatu bidang tertentu serta memahami hubungan usaha
dirinya yang sekarang dengan masa depannya.
36
d. Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul, yang disebabkan
oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk dapat
mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
e. Para remaja dapat merencanakan masa depannya serta menemukan karier
dan kehidupannya yang serasi atau sesuai.
Menurut Prayitno dan Amti (2004) tujuan bimbingan karir pada sekolah
menengah bertujuan:
a. Mempelajari bidang pekerjaan secar lebih luas.
b. Melihat hubungan antara bidang-bidang pekerjaan itu dengan mata pelajaran
yang ada di sekolah.
c. Lebih mendalami infomasi tentang pekerjaan tertentu.
d. Memahami cara-cara memperoleh informasi yang tepat dan mutakhir
dengan jumlah yang cukup tentang dunia kerja.
e. Memahami pentingnya dan ruang lingkup perencanaan pekerjaan/karir.
f. Memahami bahwa dunia kerja itu tidak pernah dalam keadaan tetap (statis),
tetapi terus berubah dan berkembang.
Surya (dalam Solehuddin dkk, 2008) mengemukakan tujuan bimbingan
karir sebagai berikut:
a. Agar individu memiliki kemampuan intelektual yang diperlukan untuk
berhasil dalam berbagai aspek kehidupan.
b. Agar individu memiliki kemampuan dalam pemahaman, pengelolaan,
penghargaan dan pengarahan diri.
37
c. Agar individu memiliki pengetahuan atau informasi tentang bimbingan
kehidupan.
d. Agar individu mampu mengatasi masalah-masalah kehidupan sehari-hari.
e. Agar individu memahami, menghayati dan mengamalkan kaidah-kaidah
ajaran agama yang berkaitan dengan karir.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
bimbingan karir adalah membantu remaja memahami diri sendiri, memahami
dunia kerja/karir dan dapat mengambil keputusan karir. Dengan demikian,
berdasarkan definisi efektivitas dan bimbingan karir yang telah diuraikan di
atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan karir akan efektif
apabila tujuan dalam program bimbingan karir dilaksanakan dengan baik.
Tercapainya tujuan bimbingan karir merupakan indikator efektivitas bimbingan
karir.
5. Aspek-Apek Bimbingan Karir
Dinas Pendidikan dalam rangka merealisasikan bimbingan karier
mengeluarkan aspek-aspek bimbingan karir, yaitu:
a. Pemahaman diri
Aspek pemahaman diri dimaksudkan untuk membantu remaja agar
dapat mengetahui dan memahami siapa sebenarnya dirinya. Para remaja
diharapkan dapat mengetahui dan memahami potensi, kemampuan, minat,
bakat dan cita-citanya. Aspek ini terdiri dari:
1) Pengantar pemahaman diri
2) Bakat, potensi dan kemampuan
38
3) Cita-cita/gaya hidup
4) Sikap
5) Nilai-nilai Kehidupan
Dengan aspek ini remaja diharapkan dapat mengetahui dan
memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan yang ada dalam
masyarakat. Sehubungan dengan itu, aspek ini mencakup:
1) Nilai kehidupan
2) Saling mengenal dengan nilai orang lain
3) Pertentangan nilai-nilai dalam diri sendiri
4) Pertentangan nilai-nilai sendiri dengan orang lain
5) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kelompok atau masyarakat
6) Bertindak atas nilai-nilai sendiri
b. Pemahaman Lingkungan
Dengan aspek ini diharapkan remaja dapat mengetahui dan
memahami keadaan lingkungan. Dengan mengetahui dan memahami
lingkungan, remaja dapat mengambil langkah dengan tepat. Aspek ini
mencakup hal-hal yang berkaitan dengan:
1) Informasi pendidikan
2) Kekayaan daerah dan pengembangannya
3) Informasi jabatan
c. Hambatan dan mengatasi hambatan
Dengan aspek ini, remaja diharapkan dapat mengetahui dan
memahami hambatan-hambatan yang ada dalam rangka pencapaian tujuan
39
(karier yang cocok) dan setelah mengetahui hambatannya maka akan
mencoba cara pemecahan atas hambatan yang ada. Aspek ini mencakup hal-
hal yang berkaitan dengan:
1) Faktor pribadi
2) Faktor lingkungan
3) Manusia dan hambatan
4) Cara-cara mengatasi hambatan
d. Merencanakan masa depan
Setelah remaja memahami apa yang ada dalam dirinya, keadaan
dirinya, nilai-nilai yang ada (dalam dirinya sendiri maupun masyarakat),
lingkungan (informasi mengenai pendidikan atau pekerjaan) dan hambatan-
hambatan yang ada (dalam diri sendiri atau dari luar) maka remaja
diharapkan mampu merencanakan masa depannya. Oleh karena itu, aspek
ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan:
1) Menyusun informasi diri
2) Mengelola informasi diri
3) Mempertimbangkan alternatif
4) Keputusan dan rencana
5) Merencanakan masa depan
Sementara itu, aspek-aspek bimbingan karir menurut Slameto (2010)
adalah sebagai berikut:
a. Mengenal dirinya sendiri
b. Mengenal dunia kerja
40
c. Dapat memutuskan suatu karir
d. Dapat memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkan.
Aspek-aspek bimbingan karir menurut Tohirin (2007) adalah: (a)
pemahaman terhadap dunia kerja, (b) perencanaan dan pemilihan karir atau
jabatan (profesi) tertentu, (c) penyediaan berbagai program studi yang
berorientasi karir, (d) nilai-nilai kehidupan yang berkenaan dengan karir, (e)
cita-cita masa depan, (f) minat terhadap karir tertentu, (g) kemampuan dalam
bidang karir tertentu, (h) bakat khusus terhadap karir tertentu, (i) kepribadian
yang berkenaan dengan karir tertentu, (j) harapan keluarga, (k) masa depan
karir yang akan diperoleh, (l) penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan yang
terkandung dalam karir atau jabatan (profesi) tertentu, (m) pasar kerja, (n)
kemungkinan pengembangan karir.
Hal-hal serupa juga dikemukakan Surya (2001), yaitu: (1) Pemahaman
yang lebih baik dan akurat mengenai dirinya; (2) Memanfaatkan lebih banyak
lagi sumber-sumber kehidupan; (3) Persiapan diri memasuki dunia kerja dan
dunia kehidupan umumnya; (4) Pemilihan sesuai dengan lapangan kehidupan
yang sesuai; (5) Menyelesaikan masalah spesifik yang berkaitan dengan kerja
dan kehidupan sehari-hari; dan (6) Memuat penilaian yang sehat dan objektif
terhadap karir.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
dalam bimbingan karir adalah sudut pandang yang dipertimbangkan dalam
program bimbingan karir, yaitu (1) pemahaman diri sendiri, meliputi
kelebihan, kekurangan, bakat dan minat. (2) Pemahaman dunia kerja meliputi
41
berbagai macam lapangan pekerjaan dan kompetensi-kompetensi suatu
pekerjaan. (3) Memilih dan memutuskan suatu karir.
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Bimbingan Karir
Program bimbingan karir akan memperlihatkan atau mendapatkan hasil
maksimal tergantung dari kedua belah pihak, yaitu guru bimbingan konseling
dan remaja itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
program bimbingan karir menurut Slameto (2010):
a. Perlakuan terhadap remaja sebagai individu yang memiliki potensi untuk
berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk
mandiri.
b. Sikap positif dan wajar.
c. Perlakuan terhadap remaja secara hangat, ramah, rendah hati,
menyenangkan.
d. Pemahaman remaja secara empatik.
e. Penghargaan terhadap martabat remaja sebagai individu.
f. Penampilan diri secara asli di hadapan remaja.
g. Kekongkritan dalam menyatakan diri.
h. Penerimaan remaja secara apa adanya.
i. Perlakuan remaja secara permisive.
j. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan remaja dan membantu remaja
menyadari perasaan tersebut.
42
Hasil penelitian Rizqa Ramadhina menunjukkan ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan komunikasi interpersonal yang
dilakukan guru BK pada saat melakukan proses bimbingan dengan remaja
antara lain, faktor internal meliputi: dari dalam diri guru seperti sabar, memiliki
wawasan yang luas dan peka terhadap pesan yang disampaikan oleh remaja
baik verbal dan non verbal. Dari dalam diri remaja, yaitu adanya motivasi yang
kuat untuk dapat menjadi pribadi yang baik. Selanjutnya, faktor eksternal yaitu
di luar pribadi guru BK dan remaja seperti kondisi dari ruang BK yang
berpengaruh pada ketenangan remaja dalam melakukan proses bimbingan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bimbingan karir menurut Yusuf dan
Nurihsan (2005) meliputi: pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai,
kebutuhan, harapan dan lain-lain.
Proses bimbingan karir merupakan suatu komunikasi, dimana konselor
berusaha mempengaruhi klien/remaja. Konselor juga perlu memperhatikan
kesadaran para klien/remaja bahwa konselor sedang berusaha mempengaruhi
mereka. Orang yang sebelumnya telah dihadapkan pada beberapa upaya
persuasi akan memberikan tanggapan yang berbeda dengan orang yang belum
pernah dipengaruhi sebelumnya. Fiske dan Hartley (1980) menunjukkan
faktor-faktor umum yang mempengaruhi efektivitas suatu komunikasi:
a. Semakin besar monopoli sumber komunikasi terhadap penerima, semakin
besar kemungkinan penerima akan menerima pengaruh atau pesan tersebut.
b. Pengaruh komunikasi yang paling besar adalah pada saat pesan yang
disampaikan sesuai dengan pendapat, kepercayaan dan watak penerima.
43
c. Komunikasi dapat menyebabkan perubahan yang efektif atas masalah yang
tidak dikenal, dianggap ringan, dan bukan inti, yang tidak terletak pada
pusat sistem nilai penerima itu.
d. Komunikasi akan lebih efektif jika sumber dipercaya memiliki keahlian,
status yang tinggi, obyektif, atau disukai, tetapi yang paling utama adalah
sumber memiliki kekuasaan dan dapat diidentifikasikan.
e. Konteks sosial, kelompok atau kelompok referensi akan menjadi penengah
dalam komunikasi dan mempengaruhi apakah komunikasi akan diterima
ataukah ditolak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bimbingan konseling karier ada dua faktor,
yaitu:
a. Faktor-faktor yang bersumber dari individu
1) Kemampuan intelegensi
Woolfork (1995) mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama
intelegensi, meliputi 3 pengertian yaitu: a) Kemampuan untuk belajar, b)
Keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan c) Kemampuan untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Selanjutnya Woolfolk mengemukakan
intelegensi itu merupakan salah satu atau beberapa kemampuan untuk
memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam memecahkan
masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.
44
2) Bakat
Bakat merupakan suatu kondiri, suatu kualitas yang dimiliki individu
yang memungkinkan individu itu untuk berkembang pada masa
mendatang.
3) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu
hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.
4) Sikap
Sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi
serta menentukan apa yang dicari dalam kehidupan.
5) Kepribadian
Kepribadian diartikan sebagai suatu organisasi yang dinamis didalam
individu dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan penyesuaian-
penyesuaian yang unik terhadap lingkungannya.
6) Nilai
Merupakan hal-hal yang penting atau berguna bagi manusia.
7) Hobi/Kegemaran
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu-individu karena kegiatan-
kegiatan tersebut merupakan kegemaran atau kesukaannya.
8) Prestasi
Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang
ditekuninya oleh individu berpengaruh terhadap arah pilihan jabatan di
45
kemudian hari, instrumen pengukuran prestasi belajar remaja biasanya
tes buatan guru.
9) Keterampilan
Keterampilan yang dapat pula diartikan cakap atau cekatan dalam
mengerjakan sesuatu.
10) Penggunaan waktu senggang
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh remaja di luar jam pelajaran
sekolah digunakan untuk menunjang hobinya atau untuk rekreasi.
11) Aspirasi dan pengetahuan sekolah atau pendidikan sambungan
Aspirasi dengan pendidikan sambungan yang diinginkan yang
berkaitan dengan perwujudan dari cita-citanya.
12) Pengalaman kerja
Pengalaman kerja yang pernah dialami remaja pada waktu duduk di
sekolah atau di luar sekolah.
13) Pengetahuan tentang dunia kerja
Pengetahuan yang sementara ini dimilkiki anak, tentang dunia kerja,
persyaratan, kualifikasi, jabatan structural, gaji yang diterima, hak dan
kewajiban, tempat pekerjaan itu berada dan lain-lain.
14) Kemampuan dan keterbatasan fisik dan penampilan lahiriah
Kemampuan fisik misalnya tentang badan yang kekar, tinggi, dan
tampan, badan kurus, pendek dan lain-lain.
46
15) Masalah dan keterbatasan pribadi
Masalah atau problem dari aspek diri sendiri ialah selalu ada
kecenderungan yang bertentangan apabila menghadapi masalah tertentu
sehingga mereka merasa tidak senang, benci, takut dan bingung apa
yang harus dikerjakan.
b. Faktor-faktor sosial yang berpengaruh terhadap pola arah jabatan
Disini ada dua faktor yaitu faktor kelompok primer dan sekunder.
1) Kelompok primer
Kelompok yang erat hubungannya dengan individu yang
berpengaruh terhadap arah pilih jabatan diantaranya:
a) Jenis pekerjaan dan penghasilan orang tua
b) Pendidikan tertinggi orang tua
c) Tempat tinggal orang tua
d) Status sosial ekonomi orang tua
e) Agama dan kepercayaan orang tua
f) Keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal orang tua
g) Harapan orang tua terhadap pendidikan anak.
h) Pekerjaan yang didambakan dan dicita-citakan orang tua terhadap
anaknya
i) Kedudukan dan peranan anak dalam keluarga
j) Hubungan dan sikap saudaranya terhadap anak
k) Nilai-nilai serta norma yang dimiliki dan dianut orang tua
47
2) Kelompok sekunder
Kelompok sekunder didasarkan atas kepentingan-kepentingan tertentu
yang mewarnai aktivitas gerak-gerik kelompok-kelompok yang
berpengaruh terhadap arah pilih jabatan anak diantaranya:
a) Keadaan teman-teman sebayanya
b) Sifat dan sikap teman-teman sebayanya
c) Tujuan dan nilai-nilai kelompok teman sebaya
Sumber: http://id.shvoong.com/social sciences/counseling/2180724-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-terhadap/#ixzz2R6kM8y1S
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas bimbingan karir yang pertama
berasal dari diri remaja sendiri, yang kedua dari pihak konselor dan yang ketiga
dari orang-orang terdekat remaja serta suasana atau kondisi saat konseling
berlangsung.
C. Orientasi Masa Depan
Orientasi masa depan memberi kontribusi yang cukup besar terhadap
keputusan karir remaja, karena dengan adanya orientasi masa depan pada diri
remaja, mereka akan memandang masa depannya dengan motivasi tinggi.
1. Pengertian Orientasi Masa Depan
Chaplin (2008) menganggap bahwa orientasi masa depan berkaitan erat
dengan skema kognitif, yaitu suatu organisasi perceptual dari pengalaman masa
lalu beserta kaitannya dengan pengalaman masa kini dan masa yang akan
datang. Sementara itu, menurut Thrommsdorff (1983) orientasi masa depan
48
merupakan fenomena kognitif motivasional yang kompleks, yakni antisipasi
dan evaluasi tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan.
Gjesme (dalam Oner, 2000) mendefinisikan orientasi masa depan
sebagai “the ability to foresee and anticipate to make plans and organize fiture
possibilities”, orientasi masa depan merupakan suatu kemampuan untuk
meramalkan dan mengantisipasi serta membuat perencanaan dan
mengorganisasikan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan.
Menurut Nurmi (2004) orientasi masa depan merupakan suatu cara
pandang individu dalam memandang masa depannya yang tergambar melalui
pandangan, harapan, minat dan kekhawatiran individu terhadap masa
depannya.
Seginer (2009) memandang orientasi masa depan sebagai segala
kepentingan seseorang mengenai masa depan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa orientasi masa
depan adalah gambaran individu tentang dirinya dalam konteks masa depan,
yang akan membantu individu mengarahkan dirinya untuk mencapai sejumlah
perubahan yang sistematis, guna meraih apa yang diinginkannya.
2. Aspek-Aspek Orientasi Masa Depan
Orientasi masa depan dalam diri seseorang terbentuk melalui 3 aspek
(Nurmi, 2004). Pembentukan orientasi masa depan dapat dilihat dalam bagan
berikut:
49
Bagan 1
Pembentukan Orientasi Masa Depan
Orientasi masa depan digambarkan melalui tiga dimensi yang berinteraksi
dengan skemata, yaitu motivasi, planning dan evaluation.
a. Motivasi
Motivasi merupakan sesuatu yang menjadi minat individu di masa
depan. Pengetahuan tentang masa depan memiliki peran penting dalam
pembentukan ekspektansi masa depan individu. Dengan pengetahuan masa
depan yang cukup, individu dapat membuat tujuan yang realistis. Tujuan
individu terbentuk melalui tahap motivasi dan nilai-nilai serta pengetahuan
tentang perkembangan rentang hidup yang diantisipasi (anticipated life-span
development).
Development Task
Role Transition
Action
Opportunities
In
stitutional
tracks
Knowledge, beliefes
and values toward
anticipated life span
Development
Contextual
knowledge
Skill for planning,
beliefes about
succesfull behavior
Self concept
Atribution syle
Motivation
Personal goals
Planning
Plans
Evaluation
Causal attribution
affects
50
Menurut Nurmi (2004) pada tahap motivasi hal yang digali adalah isi
dari orientasi masa depan, aspirasi, tujuan yang ingin dicapai dengan melihat
harapan dan ketakutan individu terhadap masa depan.
b. Perencanaan
Aktivitas perencanaan merupakan tahap bagaimana individu
merealisasikan minat mereka. Menurut Nurmi terdapat tiga komponen dalam
tahap perencanaan, yaitu pengetahuan (knowledge) yang dimiliki individu
sesuai tujuan yang ingin dicapai, perencanaan (plans) yang dilakukan individu
dan realisasi (realization) dari tujuan dan rencana.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian individu terhadap terealisasinya minat.
Tahap evaluasi berpusat pada tiga hal, yaitu kemungkinan rencana dan tujuan
masa depan individu (probabilitas), kontrol internal yang dimiliki individu dan
emosi spesifik yang mengikuti proses evaluasi.
Hasil penelitian mendapatkan aspek-aspek orientasi masa depan yaitu:
evaluasi diri, pencarian informasi, perencanaan, kondisi emosi, kondisi
keluarga, optimisme/pesimisme dan kejelasan karir di masa yang akan datang.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
aspek-aspek orientasi masa depan remaja yaitu:
a. Pengetahuan, kepercayaan dan nilai-nilai.
b. Pengetahuan kontekstual.
c. Kemampuan merencanakan.
d. Keyakinan pencapaian kesuksesan.
51
e. Konsep diri.
f. Gaya atribusi.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Orientasi Masa Depan
Orientasi masa depan tiap individu berbeda-beda, walaupun mereka
sama-sama berada pada tahap remaja dan duduk di kelas yang sama. Beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan orientasi masa depan remaja
adalah:
a. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu
untuk mencapai standar kesuksesan dan untuk mencapai kesuksesan. Mc.
Cleland (dalam Strantock,1998) mengunakan istilah need for achievement
untuk memotivasi berprestasi, dan mendefinisikannya sebagai suatu
dorongan pada seseorang untuk berhasil dalam berkompetisi yang
didasarkan atas suatu standar keunggulan.
Menurut Heckhausen (1967) motivasi berprestasi adalah dorongan
individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan setinggi
mungkin dalam segala aktivitas dimana suatu standar keunggulan digunakan
sebagai suatu pembanding. Standar keunggulan tersebut mencangkup tiga
hal yaitu:
1) Standar keunggulan tugas yaitu keunggulan yang berkaitan dengan
pencapain tugas secara sebaik-baiknya.
52
2) Standar keunggulan diri yaitu standar keunggulan yang berhubungan
dengan pencapaian prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding
sebelumnya.
3) Standar keunggulan orang lain yaitu standar yang berhubungan dengan
pencapaian prestasi yang setara
Heikson lebih jauh menyebutkan 6 ciri individu yang memiliki motivasi
berprestasi, yaitu:
1) Memiliki gambaran diri yang positif,optimis dan percaya diri.
2) Lebih memilih tugas yang tingkat kesukarannya lebih sedang- sedang
saja dari pada tingkat kesukaran yang lebih mudah.
3) Berorientasi ke masa depan.
4) Sangat menghargai waktu.
5) Tabah dan tekun dalam mengerjakan tugas.
6) Lebih memilih seorang yang ahli sebagai mitra dari pada orang simpati.
Atkinson menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan
disposisi berprestasi usaha berhasil yang menganggapnya sebagai dorongan
dengan kecendrungan mendekati suatu keberhasilan daripada
kegagalan,sebaliknya individu yang memiliki motivasi prestasi yang rendah
cendrung mengantisipasi kegagalan.
Mengacu pada konsep diatas dapat dipahami bahwa kebutuhan
peserta didik akan prestasi belajar disekolah sangat ditentukan oleh motivasi
berprestasi yang akan bekerja keras dan sangat mudah atau sangat sukar.
Dengan memilih tugas yang sangat sukar dia mempunyai alasan mengenai
53
kegagalan yang akan dihadapinya, sedangkan tugas yang sangat mudah
memberi peluang untuk terhindar dari kegagalan.
b. Iklim Sekolah
Iklim sangat berkaitan erat dengan prestasi belajar pesrta didik
disekolah,artinya iklim sekolah yang kondunsif akan membangkitkan
motivasi berprestasi mereka. Sebaliknya iklim sekolah yang kurang sehat
akan menghambat motivasi berprestasi mereka yang pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi belajarnya,meskipun banyak faktor lain yang
mempengaruhi prestasi belajar mereka seperti pola belajar
remaja,guru,sarana dan prasarana,namun iklim sekolah menempati peran
yang sangat penting, hal ini karena faktor-faktor iklim sekolah tidak saja
bersifat mendukung melainkan dapat mengangu jalannya proses belajar.
c. Lingkungan Keluarga
Penelitian yang dilakukan oleh Mugiadi dkk (dalam Triyono, 1990)
menunjukan bahwa kontribusi 8,8% terhadap prestasi belajar sementara itu
Moh. Afiq dalam penelitiannya menyatakan bahwa antara perlakuan orang
tua, pendidikan orang tua dengan prestasi belajar mahasiswa dengan
koefisien korelasi 0,29, perlakuan orang tua tersebut antara lain untuk
memotivasi anaknya berprestasi, kesempatan belajar yang diciptakan orang
tua dirumah dan di luar rumah. Tujuh variabel yang dianggap mewakili latar
belakang keluarga:
1) Jumlah anggota keluarga
2) pendidikan orang tua
54
3) status jabatan keluarga
4) penghasilan keluarga
5) pengaturan rumah
6) kepemilikan
7) lingkungan pendidikan rumah
d. Resiliensi
Resiliensi adalah kemampuan atau kapasitas insani
memungkinkanya untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dari
kondisi yang tidak menyenangkan atau mencegah kondisi untuk diatasi.
Resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam
keadaan sulit. (Reivich dan Shatte, 2002) resiliensi dibangun dari beberapa
kemampuan yang berbeda dan hampir tidak ada satupun individu yang
secara keseluruhan memiliki kemampuan tersebut dengan baik. Kemampuan
resiliensi ini terdiri dari:
1) Regulasi emosi, menurut Reivich dan Shatte (2002) regulasi emosi
adalah kemampuan untuk tetap tenang dalam tekanan.
2) Pengendalian implus, Reivich dan shatte (2002) mendefinisikan
pengendalian impus adalah kemampuan mengendalikan keinginan
dorongan,kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang.
3) Optimisme, individu yang resilien adalah individu yang optimis.mereka
memilki harapan dimasa yang akan datang dan percaya dapat mengontrol
arah hidupnya.
55
4) Empati, mempresentasikan bahwa individu mampu membaca tanda-tanda
psikologis dan emosi dari orang lain
5) Analisis penyebab masalah, Seligman (dalam Reivich dan Shatte, 2002)
mengungkapkan sebuah konsep yang berhubungan erat dengan analisis
penyebab masalah yaitu gaya berfikir.
6) Efikasi diri, Reivich dan Shatte (2002) mendefinisikan efikasi
diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi
dan memecahkan masalah dengan efektif .
Sementara itu, menurut Gjesme (dalam Oner, 2000), yaitu:
a. Involvement, merupakan derajat dimana individu fokus pada suatu
peristiwa tertentu.
b. Anticipation, menentukan seberapa mantap kesiapan individu
menghadapi kejadian di masa depan.
c. Occupation, merupakan jumlah waktu yang diluangkan individu untuk
memikirkan masa depan.
d. Speed, merupakan kecepatan individu dalam mempersepsikan
pendekatan yang dilakukan untuk mencapai masa depan.
Dua faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan, menurut Erikson,
Havighurst, dan Nurmi (dalam Sulinto, S. Laura Holopainen, Spring, 2005)
yaitu:
a. Faktor internal terdiri dari: kepribadian, keterampilan dan faktor kognitif.
b. Faktor eksternal
1) Konteks (waktu, sejarah, budaya dan sosial).
56
2) Fisik (mempengaruhi individu untuk berpikir tentang masa depan).
Berdasar pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan seorang remaja antara lain:
motivasi individu dan lingkungan.
D. Hubungan Antara Bimbingan Karir dan Orientasi Masa Depan
Terhadap Keputusan Karir
Keputusan karir seorang remaja dimulai saat ia duduk di bangku sekolah
menengah atas, dimana ia harus menentukan pilihan jurusan sesuai dengan karir
yang akan dipilihnya. Hal ini tidak sesederhana yang kkita bayangkan. Setelah
menentukan jurusan, mereka harus mencari informasi karir yang sesuai dengan
pilihan karir yang didinginkan dan kompetensi apa yang harus dimiliki untuk
memasuki karir tersebut, sesuai dengan bakat dan minat.
Keputusan karir yang kurang tepat berakibat meningkatnya tingkat
pengangguran masyarakat. Hal ini biasanya terjadi karena dalam memutuskan
suatu karir remaja kurang memahami bakat dan minatnya yang disesuaikan
dengan jenis lapangan pekerjaan yang ada, sehingga setelah memasuki karir
tertentu mereka merasa kurang sesuai bakat dan minat.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi keputusan karir seorang remaja,
baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Super (Savickas, 2001) bahwa individu dikatakan matang atau siap
untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk
57
membuat keputusan karir didukung informasi yang kuat mengenai pekerjaan
berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan.
Salah satu upaya sekolah dalam rangka membantu remaja mendapat
informasi dan eksplorasi karir melalui layanan bimbingan konseling. Salah satu
layanan dalam bimbingan konseling adalah layanan bimbingan karir. Secara
umum tujuan bimbingan karir di sekolah adalah membantu remaja memiliki
keterampilan dalam mengambil keputusan karir di masa depan sesuai bakat, minat
dan kesempatan.
Peran bimbingan karir tersebut sesuai dengan hasil penelitian Arifah
(2005) yang menunjukkan bahwa bimbingan karir yang efektif membuat remaja
mandiri dalam pemilihan karir. Penelitian lain yang dilakukan Nur Khayati (2006)
juga membuktikan bahwa layanan informasi dalam bimbingan karir efektif
terhadap kesiapan kerja secara psikologis pada remaja. Faktor yang
mempengaruhi remaja dalam kesiapan kerja secara psikologis yaitu pengetahuan
tentang pemahaman diri dalam memasuki pekerjaan dan informasi tentang
pekerjaan yang akan dimasuki nantinya, sehingga melalui pemberian layanan
informasi bimbingan karir remaja akan lebih mantap dalam menyiapkan diri
memasuki dunia kerja sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat hubungan antara keputusan karir
remaja dengan bimbingan karir, yaitu bimbingan karir yang efektif akan memberi
kontribusi yang besar terhadap keputusan karir remaja. Bimbingan karir yang
efektif juga membantu remaja dalam proses membentuk individu yang mengerti
dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang karir unuk
58
akhirnya dapat memilih bidang pekerjaan, memasukinya dan membina karir
dalam bidang tersebut. Apabila informasi karir dan profesi sudah dipahami sejak
dini, maka remaja akan memiliki keyakinan dalam memilih program studi dan
perguruan tinggi sehingga tidak lagi terjadi kebingungan, salah memilih atau
bahkan memilih karena terpaksa.
Di samping bimbingan karir, faktor yang mempengaruhi keputusan karir
remaja adalah orientasi masa depan. Orientasi masa depan adalah suatu gambaran
yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan. Gambaran ini
memungkinkan individu menentukan tujuan-tujuannya dan mengevaluasi sejauh
mana tujuan tersebut dapat direalisasikan. Orientasi masa depan menggambarkan
bagaimana seseorang memandang dirinya di masa yang akan datang, gambaran
tersebut membantu individu dalam menempatkan dan mengambil keputusan
karirnya.
Jadi hubungan antara ketiga variabel yaitu remaja memperoleh informasi
karir dan pemahaman diri melalui bimbingan karir, dengan pemahaman tersebut
remaja akan memandang masa depannya dengan optimis sehingga ia dapat
mengambil keputusan karir dengan tepat sesuai bakat dan minatnya.
Adapun hubungan antara bimbingan karir dan orientasi masa depan
terhadap keputusan karir dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
59
Keterangan Gambar :
: Hubungan Antara Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat
: Hubungan Secara Bersama-sama
Bimbingan Karir
Orientasi Masa
Depan
Keputusan Karir
Bagan 2
Hubungan Antar Variabel
Dari skema penelitian di atas, maka variabel yang menjadi kajian dalam
penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Dalam
penelitian adalah bimbingan karir dan orientasi masa depan.
2. Variabel Independen (Terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam
penelitian ini adalah pengambilan keputusan karir remaja.
60
E. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori, hipotesis penelitian
ini adalah:
1. Ada hubungan positif antara efektifitas bimbingan karir dan orientasi masa
depan dengan pengambilan keputusan karir remaja.
2. Ada hubungan positif antara orientasi masa depan dengan pengambilan
keputusan karir remaja.
3. Ada hubungan positif antara efektivitas bimbingan karir dengan pengambilan
keputusan karir remaja.
62
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research. Jenis penelitian
explanatory research bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara
variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.
B. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat : Pengambilan Keputusan Karir (Y)
2. Variabel Bebas : a. Efektivitas Bimbingan Karir (X1)
b. Orientasi Masa Depan (X2)
C. Definisi Operasional
1. Keputusan karir adalah suatu tindakan untuk dapat memutuskan atau
menjatuhkan pilihan pada satu pilihan karir dari berbagai macam pilihan karir
yang ada. Keputusan karir diukur menggunakan skala keputusan karir yang
disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikembangkan oleh Parsons (dalam
Winkel & Hastuti, 2006), yaitu: pengetahuan dan pemahaman diri sendiri,
pengetahuan dan pemahaman dunia kerja dan penalaran yang realistis.
Semakin tinggi skor pada Skala Keputusan Karir menunjukkan semakin baik
keputusan memilih karir, sebaliknya semakin rendah skor menunjukkan
semakin buruk keputusan memilih karir.
63
2. Efektivitas Bimbingan Karir di sekolah adalah hasil program bimbingan karir,
merupakan bantuan dari guru Bimbingan dan Konseling yang dirasakan anak
yang dapat menimbulkan rasa aman, percaya diri dan mandiri dalam membuat
keputusan dan melakukan tindakan maupun penyesuaian diri. Bimbingan karir
diukur menggunakan skala keefektifan bimbingan karir yang disusun
berdasarkan aspek-aspek yang dikembangkan oleh Slameto (2010), yaitu:
mengenal dirinya sendiri, mengenal dunia kerja, memahami kompetensi
pekerjaan dan dapat memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang
diharapkan. Semakin tinggi skor pada skala menunjukkan program bimbingan
karir semakin efektif, sebaliknya semakin rendah skor menunjukkan
pelaksanaan program bimbingan karir semakin tidak efektif.
3. Orientasi masa depan adalah gambaran individu tentang dirinya dalam konteks
masa depan, yang akan membantu individu mengarahkan dirinya untuk
mencapai sejumlah peubahan yang sistematis untuk mencapai tujuan. Orientasi
masa depan diukur menggunakan skala orientasi yang disusun berdasarkan
aspek-aspek yang dikembangkan oleh (Nurmi, 2004), yaitu: motivasi,
perencanaan dan evaluasi. Semakin tinggi skor menunjukkan remaja semakin
optimis terhadap orientasi masa depannya, semakin rendah skor menunjukkan
remaja semakin pesimis menghadapi orientasi masa depannya.
64
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian (Arikunto, 2006).
Sedangkan menurut Sudjana (1996) populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin, hasil perhitungan atau pengukuran kuantitatif maupun kualitatif
mengenai karakteristik tertentu dari semua kumpulan yang lengkap dan jelas
yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Jadi, populasi adalah obyek yang akan
dijadikan sasaran penelitian oleh peneliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII sebuah SMA
Negeri di Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan jumlah 314
siswa sesuai dengan tabel 2.
Tabel 2
Tabel Populasi
No Kelas Perempuan Laki-laki Jumlah
1 XII1 26 14 40
2 XII2 22 16 38
3 XII3 22 18 40
4 XII4 24 16 40
5 XII5 22 17 39
6 XII6 22 18 40
7 XII7 23 16 39
8 XII8 25 13 38
Jumlah 186 128 314
65
2. Sampel Penelitian
Sampel menurut Arikunto (2006) adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang diteliti, yang mencerminkan segala karakteristik yang dimiliki
oleh keseluruhan populasi. Sampel penelitian berjumlah 120 remaja dengan
rincian usia 17 tahun 65%, 18 tahun 25%, 19 tahun 10%. Adapun jumlah
sampel dapat dilihat dalam tabel 3.
Tabel 3
Tabel Sampel Penelitian
No Kelas Perempuan Laki-laki Jumlah
1 XII1 10 5 15
2 XII2 9 6 15
3 XII3 9 6 15
4 XII4 8 7 15
5 XII5 10 5 15
6 XII6 8 7 15
7 XII7 10 5 15
8 XII8 10 5 15
Jumlah 74 46 120
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling
sederhana (Simple Random sampling), yaitu suatu tipe sampling probabilitas,
dimana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang
sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai sampel. Peneliti
mengambil lima belas orang dari tiap kelas dengan cara pengundian, sehingga
sampel yang digunakan sebanyak 120 siswa.
66
E. Metode Pengumpulan Data
Guna memperoleh data yang digunakan untuk penelitian, maka metode
yang digunakan adalah:
1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya
(Arikunto, 2006). Adapun data-data yang diperoleh adalah:
a) Data siswa kelas XII sebuah SMA di Kabupaten Klaten.
b) Data tentang Profil sebuah SMA di Kabupaten Klaten.
2. Angket
Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Peneliti memberikan pernyataan
secara tertulis kepada responden untuk dijawab dengan menggunakan skala
likert. Adapun untuk memperoleh data dalam penelitian ini menggunakan tiga
skala, yaitu: a) skala keefektifan bimbingan karir, b) skala orientasi masa depan
dan c) skala pengambilan keputusan karir remaja.
a) Skala Keefektifan Bimbingan Karir
Skala keefektifan bimbingan karir yang digunakan berdasarkan
aspek-aspek dikembangkan oleh Slameto (2010), yaitu: mengenal dirinya
sendiri, mengenal dunia kerja, memahami kompetensi pekerjaan dan dapat
memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkan.
67
Skala keefektifan bimbingan karir ini mempunyai pilihan jawaban
yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak
sesuai (STS). Skor dalam setiap aitem berkisar dari 4 sampai dengan 1
diberikan untuk aitem yang bersifat favorable, sedangkan untuk unfavorable
bergerak dari 1 sampai 4. Makin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti
semakin tinggi keefektifan bimbingan karir tersebut, demikian juga
sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin
rendah keefektifan bimbingan karir tersebut.
Tabel 4
Skala Keefektifan Bimbingan Karir
No. Aspek Nomor Item Total
Favorable Unfavorable
1 Mengenal dirinya sendiri 1,4,27,25 6,23,24,30 8
2 Mengenal dunia kerja 2,10,17,20 9,12,16,26 8
3 Memahami kompetensi
pekerjaan
7,13,11,29 8,14,21,28 8
4 Dapat memutuskan
bagaimana bentuk kehidupan
yang diharapkan
5,15,19 3,18,22 6
Total 15 15 30
b) Skala Orientasi Masa Depan
Skala orientasi masa depan yang digunakan berdasarkan aspek-
aspek: motivasi, perencanaan dan evaluasi. Skala orientasi masa depan
mempunyai pilihan jawaban yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak
sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor dalam setiap aitem berkisar
dari 4 sampai dengan 1 diberikan untuk aitem yang bersifat favorable,
sedangkan untuk unfavorable bergerak dari 1 sampai 4. Makin tinggi skor
yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi orientasi masa depan yang
68
dimiliki. Demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh
subjek berarti semakin rendah orientasi masa depan yang dimiliki.
Tabel 5
Skala Orientasi Masa Depan
No. Aspek Nomor Item Total
Favorable Unfavorable
1 Motivasi 1,7,15,18,25 5,13,19,23,26 10
2 Perencanaan 3,9,10,21,27 8,11,16,24,28 10
3 Evaluasi 2,6,14,20,29 4,12,17,22,30 10
Total 15 15 30
c) Skala Pengambilan Keputusan Karir Remaja
Skala pengambilan keputusan karir yang digunakan berdasarkan
aspek-aspek: pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, pengetahuan dan
pemahaman dunia kerja serta penalaran yang realistis. Skala pengambilan
keputusan karir mempunyai pilihan jawaban yaitu: sangat sesuai (SS),
sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor dalam
setiap aitem berkisar dari 4 sampai dengan 1 diberikan untuk aitem yang
bersifat favorable, sedangkan untuk unfavorable bergerak dari 1 sampai 4.
Makin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi pengambilan
keputusan karir yang dimiliki. Demikian juga sebaliknya semakin rendah
skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah pengambilan keputusan
karir yang dimiliki.
69
Tabel 6
Skala Pengambilan Keputusan Karir
No. Aspek Nomor Item Total
Favorable Unfavorable
1 Pengetahuan dan
pemahaman diri sendiri
1,3,15,18,25 4,8,14,22,27 10
2 Pengetahuan dan
pemahaman dunia kerja
2,9,13,20,28 5,11,16,23,29 10
3 Penalaran yang realistis 7,12,17,21,26 6,10,19,24,30 10
Total 15 15 30
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner/angket. Penelitian ini menggunakan pengujian validitas dengan
corrected item-total corelation, yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap
item dengan skor totalnya. Teknik statistik yang digunakan untuk mencari
koefisien korelasi adalah teknik product moment dari Pearson. Besarnya
validitas tiap butir pertanyaan dapat dilihat dari SPSS pada kolom Corrected
Items Total Correlation. Kriteria uji validitas secara singkat (rule of tumb)
adalah 0,3. Jika korelasi sudah lebih besar dari 0,3 pertanyaan yang dibuat
dikategorikan shahih/valid (Setiaji, 2008).
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur kehandalan jawaban dari
suatu kuesioner/angket. Suatu kuesioner/angket dikatakan reliabel atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Dengan bantuan program SPSS hasilnya akan diketahui
70
dengan melihat output SPSS. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila nilai
Cronbach Alpha > dari 0,6 (Setiaji, 2008).
G. Metode Analisis Data
Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji Normalitas
dan uji Linearitas. Uji Normalitas berguna untuk mengetahui apakah skor setiap
variabel memiliki distribusi normal sedangkan uji linearitas berguna untuk
mengetahui linearitas hubungan antara skor variabel bebas dengan skor variabel
tergantung. Adapun metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalah analisis regresi linier berganda. Menurut Sugiyono (2010), regresi linier
berganda adalah suatu teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat.
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu harus memahami kancah
atau lokasi penelitian dan mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan
dengan jalannya penelitian. Penulis melakukan observasi pendahuluan sebelum
menentukan kancah penelitian. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih
menghemat waktu dan memperoleh jumlah sampel penelitian yang cukup
banyak serta dapat dilakukan penelitian secara klasikal. Lokasi penelitian yang
digunakan adalah salah satu SMA Negeri di Kabupaten Klaten.
2. Karakteristik Subjek Try Out
Subjek yang dijadikan sampel untuk uji coba skala penelitian ini
memiliki karakter dan tingkatan kelas yang sama, yaitu kelas XII. Adapun
subjek yang dipakai untuk uji coba (try out) skala penelitian ini adalah siswa-
siswi pada salah satu SMA Negeri di Kabupaten Klaten kelas XII yang berada
di luar sampel penelitian yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu kelas XII
yang berjumlah 30 remaja.
Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu penulis mengurus
persiapan administrasi, yaitu dengan mengajukan permohonan surat pengantar
penelitian dari pihak pengelola program pasca sarjana UMS. Peneliti
mendatangi salah satu SMA Negeri di Kabupaten Klaten pada tanggal 22
72
November 2013 untuk meminta ijin guna melaksanakan penelitian. Setelah
bertemu dengan pihak sekolah, peneliti menyampaikan keinginan untuk
melakukan penelitian di sekolah tersebut dengan menyertakan surat
permohonan ijin melaksanakan penelitian. Setelah menceritakan
perkembangan sekolah, akhirnya pihak sekolah memberikan ijin untuk
melakukan try out skala penelitian pada keesokan harinya.
Pelaksanaan uji coba (try out) skala dilakukan pada hari Sabtu, tanggal
23 November 2013 pada siswa-siswi kelas XII SMA Negeri di Kabupaten
Klaten yang berjumlah 30 remaja. Pengumpulan data dilakukan dengan
memberikan 3 skala kepada remaja. Adapun skala yang dibagikan adalah skala
efektivitas bimbingan karir (30 aitem), skala orientasi masa depan (30 aitem)
dan skala keputusan karir (30 aitem) diberikan secara langsung kepada subjek.
Pada waktu pelaksanaan dan pengumpulan data dari responden, peneliti
dibantu oleh seorang guru. Selanjutnya, pada saat skala diberikan, penulis
menerangkan maksud pemberian skala tersebut serta tata cara pengisiannya.
Pengambilan skala dilakukan pada saat itu juga setelah semua remaja selesai
mengerjakannya. Rata-rata waktu yang digunakan subjek untuk mengisi
seluruh skala berkisar antara 60 sampai 90 menit. Hasil dari 3 (tiga) skala yang
dibagikan kepada 30 remaja semuanya terisi dan terkumpul kembali sehingga
memenuhi syarat untuk dilakukan tabulasi skor dan dianalisis.
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Setelah dilakukan tabulasi skor, kemudian dilakukan pengujian
terhadap instrumen penelitian. Instrumen penelitian tersebut kemudian diuji
73
validitas dan reliabilitasnya guna mengetahui validitas dan reliabilitas pada
setiap butir aitem pertanyaan.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner/angket. Penelitian ini menggunakan pengujian validitas
dengan corrected item-total corelation, yaitu dengan cara mengkorelasikan
skor tiap item dengan skor totalnya. Teknik statistik yang digunakan untuk
mencari koefisien korelasi adalah teknik product moment dari Pearson.
Kriteria uji validitas adalah 0,3. Jika korelasi sudah lebih besar dari 0,3
pertanyaan yang dibuat dikategorikan shahih/valid (Setiaji, 2008).
1) Efektivitas Bimbingan Karir
Berdasarkan hasil uji validitas dari 30 aitem yang diajukan,
terdapat 28 aitem yang dinyatakan valid dan 2 aitem lainnya dinyatakan
tidak valid (gugur). Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7
Susunan Aitem Skala Efektivitas Bimbingan Karir No Aspek Aitem Jmlh
Favorable Unfavorable
Nomor Valid Invalid Nomor Valid Invalid
1 Mengenal dirinya
sendiri
1,4,27,
25
1,4,27 25 6,23,
24,30
6,23,
24,30 - 8
2 Mengenal dunia
kerja
2,10,
17,20
2,10,
17, 0 - 9,12,
16,26
9,12,
16,26 - 8
3 Dapat memutuskan
suatu karir
7,13,
11,29
7,13,
11,29 - 8,14,
21,28
8,14,
21,28 - 8
4 Dapat memutuskan
bagaimana bentuk
kehidupan yang
diharapkan
5,15,
19
5,15,19 - 3,18,22 18,22 3 6
Jumlah 15 14 1 15 14 1 30
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2013
74
Berdasarkan pada tabel 7 menunjukkan bahwa pada aspek
mengenal dirinya sendiri berjumlah 8 aitem, terdiri dari 4 aitem favorable
dan 4 aitem unfavorable. Dari 4 aitem favorable yang diujikan terdapat 1
aitem yang tidak valid sehingga aitem yang dinyatakan valid berjumlah 3
aitem. Sementara pada aitem unfavorable, dari 4 aitem yang diujikan
semua dinyatakan valid. Selanjutnya pada aspek mengenal dunia kerja,
jumlah aitem yang diujikan berjumlah 8 aitem yang terdiri dari 4 aitem
favorable dan 4 aitem unfavorable. Dari hasil pengujian yang dilakukan,
semua aitem tersebut dinyatakan valid. Berikutnya pada aspek dapat
memutuskan suatu karir terdapat 8 aitem yang diujikan, terdiri dari 4
item favorable dan 4 item unfavorable. Berdasarkan hasil pengujian yang
dilakukan diketahui bahwa semua item dinyatakan valid. Adapun pada
aspek dapat memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkan,
jumlah aitem yang diujikan adalah 6 aitem yang terdiri dari 3 aitem
favorable dan 3 aitem unfavorable. Dari 3 aitem favorable yang diujikan
semua aitem dinyatakan valid. Sementara untuk aitem unfavorable, dari 3
aitem terdapat 1 aitem yang dinyatakan tidak valid sehingga aitem yang
dinyatakan valid berjumlah 2 aitem. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa jumlah aitem yang dapat digunakan untuk penelitian
pada variabel efektivitas bimbingan karir adalah 28 aitem yang terdiri
dari 14 aitem favorable dan 14 aitem unfavorable.
75
2) Orientasi Masa Depan
Berdasarkan hasil uji validitas dari 30 aitem yang diujikan
terdapat 29 aitem yang dinyatakan valid dan 1 aitem yang dinyatakan
tidak valid (gugur). Penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8
Susunan Aitem Skala Orientasi Masa Depan
No Aspek Aitem Jmlh
Favorable Unfavorable
Nomor Valid Invalid Nomor Valid Invalid
1 Motivasi 1,7,15,
18,25
1,7,15,
18,25 - 5,13,19,
23,26
5,13,19,
23,26 - 10
2 Perencanaan 3,9,10,
21,27
3,9,10,
21,27 - 8,11,16,
24,28
8,11,16,
24,28 - 10
3 Evaluasi 2,6,14,
20,29
2,6,14,
20,29 2 4,12,17,
22,30
4,12,17,
22,30 - 10
Jumlah 15 14 1 15 15 - 30
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2013
Pada tabel 8 diketahui bahwa aspek motivasi berjumlah 10 aitem
yang terdiri dari 5 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable. Dari hasil
pengujian data menunjukkan bahwa untuk semua item tersebut
dinyatakan valid. Sementara itu, pada aspek perencanaan juga berjumlah
10 aitem, terdiri dari 5 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable.
Berdasarkan hasil uji data yang dilakukan diketahui bahwa untuk semua
aitem tersebut dinyatakan valid. Adapun untuk aspek evaluasi, jumlah
aitemnya adalah 10 yang terdiri dari 5 aitem favorable dan 5 aitem
unfavorable. Hasil uji data menunjukkan untuk aitem favorable terdapat
1 aitem yang tidak valid sehingga terdapat 4 aitem yang valid sedangkan
untuk aitem unfavorable, semua aitem dinyatakan valid. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa jumlah aitem yang dapat digunakan
76
untuk penelitian pada variabel orientasi masa depan adalah 29 aitem yang
terdiri dari 14 aitem favorable dan 15 aitem unfavorable.
3) Pengambilan Keputusan Karir
Berdasarkan hasil uji validitas dari 30 aitem yang diujikan
terdapat 28 aitem yang dinyatakan valid dan 2 aitem lainnya dinyatakan
tidak valid (gugur). Penjelasan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 9.
Tabel 9
Susunan Aitem Skala Pengambilan Keputusan Karir
No Aspek Aitem Jmlh
Favorable Unfavorable
Nomor Valid Invalid Nomor Valid Invalid
1 Pengetahuan
dan
pemahaman
diri sendiri
1,3,15,
18,25
1,3,15,
18,25 - 4,8,14,
22,27
4,8 ,22,
27 14 10
2 Pengetahuan
dan
pemahaman
dunia kerja
2,9,13,
20,28
2,9,13,
20,28 - 5,11,16,
23,29
5,11,16
, 23,29 - 10
3 Penalaran
yang
realistis
7,12,17,
21,26
7,12,17,
21,26 - 6,10,19,
24,30
10,19,
24,30 6 10
Jumlah 15 15 - 15 13 2 30
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2013
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 10 aitem pada aspek
pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yang terdiri dari 5 aitem
favorable dan 5 aitem unfavorable, terdapat 1 aitem yang tidak valid.
Dengan demikian, terdapat 9 aitem yang dinyatakan valid, yaitu 5 aitem
favorable dan 4 aitem unfavorable. Selanjutnya pada aspek pengetahuan
dan pemahaman dunia kerja dari 10 aitem yang terdiri dari 5 aitem
favorable dan 5 aitem unfavorable, semua aitem yang diujikan
dinyatakan valid. Sementara itu untuk aspek penalaran yang realistis
77
dengan jumlah 10 aitem yang terdiri dari 5 aitem favorable dan 5 aitem
unfavorable, terdapat 1 aitem yang dinyatakan tidak valid. Dengan
demikian, terdapat 9 aitem yang dinyatakan valid yang terdiri dari 5
aitem faovourable dan 4 aitem unfavorable. Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah aitem yang dapat
digunakan untuk penelitian pada variabel pengambilan keputusan karir
adalah 28 aitem yang terdiri dari 15 aitem favorable dan 13 aitem
unfavorable.
b. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur kehandalan jawaban dari
suatu kuesioner/angket. Suatu kuesioner/angket dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Dengan bantuan program SPSS hasilnya akan
diketahui dengan melihat output SPSS. Suatu variabel dikatakan reliabel
apabila nilai Cronbach Alpha > dari 0,6 (Setiaji, 2008). Hasil uji reliabilitas
instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Nilai Alpha Standar Kritis
Nilai Alpha
Keputusan
Efektivitas Bimbingan Karir 0,937 0,60 Reliabel
Orientasi Masa Depan 0,961 0,60 Reliabel
Pengambilan Keputusan Karir 0,921 0,60 Reliabel
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2013
Berdasarkan tabel 10, hasil uji reliabilitas diperoleh nilai alpha untuk
skala efektivitas bimbingan karir adalah 0,937, orientasi masa depan 0,961
78
dan pengambilan keputusan karir 0,921 lebih besar dari 0,6. Hasil pengujian
ini menunjukkan bahwa ketiga instrumen tersebut dinyatakan
handal/reliabel.
4. Penyusunan Alat Ukur Untuk Penelitian
Setelah perhitungan validitas dan reliabilitas dan diketahui hasilnya,
maka langkah selanjutnya adalah menyusun ulang butir-butir aitem yang valid
untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data penelitian yang sebenarnya.
Adapun butir-butir yang gugur tidak diikutsertakan dalam pengambilan data
penelitian karena tidak memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Susunan
distribusi ulang skala untuk penelitian dapat dilihat pada tabel 11, 12, 13.
Tabel 11
Blue Print Skala Efektivitas Bimbingan Karir Setelah Tryout
No Aspek Nomor Item Jmlh
Favorable Unfavorable
1 Mengenal dirinya sendiri 1,3,25 5,22,23,28 7
2 Mengenal dunia kerja 2,9,16,19 8,11,15,24 8
3 Dapat memutuskan suatu karir 6,12,10,27 7,13,20,26 8
4 Dapat memutuskan bagaimana
bentuk kehidupan yang diharapkan
4,14,18 17,21 5
Jumlah 14 14 28
Tabel 12
Blue Print Skala Orientasi Masa Depan Setelah Tryout
No Aspek Nomor Item Jmlh
Favorable Unfavorable
1 Motivasi 1,6,14,17,24 4,12,19,22,25 10
2 Perencanaan 2,8,9,20,26 7,10,15,23,27 10
3 Evaluasi 5,13,19,28 3,11,16,23,29 9
Jumlah 14 15 29
79
Tabel 13
Blue Print Skala Pengambilan Keputusan Karir Setelah Tryout
No Aspek Nomor Item Jmlh
Favorable Unfavorable
1 Pengetahuan dan pemahaman diri
sendiri
1,3,13,16,23 4,7,20,25 9
2 Pengetahuan dan pemahaman
dunia kerja
2,8,12,18,26 5,10,14,21,27 10
3 Penalaran yang realistis 6,11,15,19,24 9,17,22,28 9
Jumlah 15 13 28
C. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XII, terdiri dari
kelas XII1 sampai dengan XII8 SMA Negeri di Kabupaten Klaten yang
berjumlah 314 remaja. Subjek penelitian adalah seluruh kelas XII yang pada
tiap-tiap kelas diambil sebanyak 15 orang remaja. Dengan demikian, jumlah
subjek penelitian berjumlah 120 orang remaja. Adapun teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan random sampling sederhana
(simple random sampling), yaitu suatu tipe sampling probabilitas, dimana
peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang sama
kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai sampel.
2. Pengumpulan Data
Proses pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 22 November
sampai dengan 7 Desember 2015. Proses penyebaran skala penelitian
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 7 Desember 2015. Penyebaran skala
dilakukan dengan membagikan skala efektivitas bimbingan karir, skala
orientasi masa depan dan skala pengambilan keputusan karir kepada subjek
80
penelitian secara langsung. Sebelum subjek mengisi skala, terlebih dahulu
diberikan pengarahan singkat tentang bagaimana cara mengisi skala tersebut
dan diinstruksikan untuk mengerjakan pada saat itu juga. Skala disediakan
untuk subjek sebanyak 120 remaja. Skala terbagi habis kepada subjek
penelitian, karena seluruh subjek hadir untuk melaksanakan kegiatan pengisian
angket penelitian. Dengan demikian, jumlah sampel adalah sebanyak 120
remaja sesuai dengan yang ditetapkan oleh peneliti. Pengambilan skala
dilakukan pada saat semua remaja telah selesai mengerjakannya. Rata-rata
waktu yang digunakan subjek untuk mengisi seluruh skala berkisar antara 60
sampai 90 menit. Sebanyak 120 eksemplar skala yang dibagikan kepada subjek
penelitian, semua kembali dan memenuhi syarat untuk diskor dan dianalisis.
3. Pelaksanaan Skoring
Pelaksanaan skoring dilakukan setelah data terkumpul. Setelah data
terkumpul selanjutnya adalah melakukan skoring untuk analisis data. Skor
aitem untuk masing-masing skala bergerak dari 1 (satu) sampai 4 (empat)
dengan memperhatikan sifat item favorable (mendukung) dan unfavorable
(tidak mendukung). Skor tetinggi dari masing-masing aitem adalah empat
sedangkan nilai terendah adalah satu, kemudian skor yang diperoleh dari
subjek penelitian dijumlahkan. Total skor skala yang diperoleh akan dipakai
dalam analisis data.
81
D. Hasil Analisis Data
Perhitungan untuk analisis data dilakukan dengan bantuan komputer
program SPSS (Statistical Package for Social Science) for windows release versi
16.00. Sebelum dilakukan perhitungan analisis data, terlebih dahulu dilakukan
perhitugan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan linearitas.
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu
data. Adapun pengujian normalitas ini dengan menggunakan uji One Sample
Kolomogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau
0,05.
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data yang diperoleh untuk
setiap variabel adalah sebagai berikut:
1) Variabel efektivitas bimbingan karir memperoleh nilai K-S Z = 1,114
dengan signifikansi = 0,167 sehingga dapat disimpulkan bahwa p>0,05
(0,167>0,050). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaran data memiliki
distribusi normal.
2) Variabel orientasi masa depan memperoleh nilai K-S Z = 3,366 dengan
signifikansi = 0,080 sehingga dapat disimpulkan bahwa p>0,05
(0,080>0,050). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaran data memiliki
distribusi normal.
82
3) Variabel cara mengajar memperoleh nilai K-S Z = 1,284 dengan
signifikansi = 0,074 sehingga dapat disimpulkan bahwa p>0,05
(0,074>0,050). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaran data memiliki
distribusi normal.
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14
Hasil Uji Normalitas
Uji Normalitas Mean SD K-SZ Sign (p) Keterangan
Efektivitas Bimbingan
Karir
102,36 5,799 1,114 0,05 Normal
Orientasi Masa depan 106,82 15,934 3,366 0,05 Normal
Pengambilan Keputusan
Karir
97,82 10,223 1,284 0,05 Normal
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2015
Hasil uji normalitas pada tabel 14 menunjukkan sebaran yang
normal dari variabel efektivitas bimbingan karir, orientasi masa depan dan
pengambilan keputusan karir. Hal itu ditunjukkan dengan nilai K-SZ yang
lebih besar dari 0,05.
b. Uji Linearitas
Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas
(efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan) dengan variabel
tergantung (pengambilan keputusan karir) memiliki korelasi yang searah
(linier) atau tidak. Kaidah uji yang digunakan adalah jika linearity berada
pada taraf signifikansi atau p<0,05. Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa:
1) Berdasarkan uji linieritas antara pengambilan keputusan karir dan
efektivitas bimbingan karir diperoleh nilai F = 571,911; p = 0,000
(p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengambilan keputusan
83
karir dan efektivitas bimbingan karir memiliki korelasi yang searah
(linear).
2) Berdasarkan uji linearitas antara pengambilan keputusan karir dan
orientasi masa depan diperoleh nilai F = 367,497; p = 0,000 (p<0,05).
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengambilan keputusan karir dan
orientasi masa depan memiliki korelasi yang searah (linear).
Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15
Hasil Uji Linearitas
No Variabel F Sig. Keterangan
1 Efektivitas Bimbingan Karir –
Pengambilan Keputusan Karir
571,911 0,000 Linier
2 Orientasi Masa Depan –
Pengambilan Keputusan Karir
367,497 0,000 Linier
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2015
Hasil uji linieritas di atas menunjukkan korelasi yang linier antara
efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan pengambilan
keputusan karir. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi linearity adalah
lebih kecil dari 0,05.
c. Uji Kolinieritas
Uji kolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Keberadaan
kolinieritas dapat dilihat pada nilai VIF yang tinggi ≥ 10 atau Tolerance
yang rendah ≤ 0,10 (Ghozali, 2011). Hasil pengujian menunjukkan bahwa
dalam model regresi tidak ditemukan adanya korelasi yang tinggi antar
variabel bebas (independen). Hal ini ditunjukkan dengan nilai VIF yang
rendah (kurang dari 10) terlihat pada tabel 16:
84
Tabel 16
Hasil Uji Kolinieritas
Model
Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Tolerance VIF
1 (Constant) 4.791 3.413
Bimbingan Karir .606 .076 .260 3.852
Orientasi Masa Depan .323 .072 .260 3.852
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2015
2. Uji Hipotesis
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas (efektivitas bimbingan belajar dan orientasi masa depan)
terhadap variabel terikat (pengambilan keputusan karir). Hasil perhitungan
analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 17.
Tebel 17
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.791 3.413 1.404 .163
Bimbingan Karir .606 .076 .602 7.948 .000
Orientasi Masa Depan .323 .072 .338 4.464 .000
a. Dependent Variable: Keputusan Karir
Sumber: Data Primer yang diolah, 2015
Berdasarkan hasil tabel koefisien regresi di atas, maka diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 4,791 + 0,606 X1 + 0,323X2
Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar 4,791. Artinya, jika efektivitas bimbingan karir dan
orientasi masa depan nilainya adalah 0, maka pengambilan keputusan karir
remaja nilainya adalah 4,791. Memberikan arti bahwa tanpa adanya
85
pengaruh bimbingan karir dan orientasi masa depan, estimasi besarnya
keputusan karir memiliki nilai konstan sebesar 4,791 satuan.
b. Koefisien regresi variabel efektivitas bimbingan karir sebesar 0,606.
Artinya, jika variabel independen lain nilainya tetap dan efektivtas
bimbingan karir mengalami kenaikan 1 poin, maka pengambilan keputusan
karir akan mengalami kenaikan sebesar 0,606 poin. Koefisien bernilai
positif, artinya terjadi hubungan positif antara efektivitas bimbingan karir
dan pengambilan keputusan karir, yaitu apabila efektivitas bimbingan karir
semakin tinggi maka semakin tinggi pula pengambilan keputusan karir.
c. Koefisien regresi variabel orientasi masa depan sebesar 0,323. Artinya, jika
variabel independen lain nilainya tetap dan orientasi masa depan mengalami
kenaikan 1 poin, maka pengambilan keputusan karir akan mengalami
kenaikan sebesar 0,323 poin. Koefisien bernilai positif; artinya terjadi
hubungan positif antara orientasi masa depan dan pengambilan keputusan
karir, yaitu apabila orientasi masa depan semakin tinggi maka semakin
tinggi pula pengambilan keputusan karir.
3. Uji t
Uji t untuk mengetahui pengaruh secara individu variabel bebas
(Bimbingan karir, dan orientasi masa depan) terhadap variabel dependen
(keputusan karir) diketahui t hitung (Bimbingan karir) sebesar 7,948 (sig. 0,000
< 0,05) atau t hitung 7,948 > t tabel 2,048 pada taraf signifikansi =0,05.
Sehingga hipotesis nol yang berbunyi tidak ada pengaruh bimbingan karir
86
terhadap keputusan karir ditolak, dengan demikian ada pengaruh bimbingan
karir terhadap keputusan karir pada taraf signifikansi 0,05 (tabel 19).
Pengaruh orientasi masa depan terhadap keputusan karir diketahui dari
t hitung (orientasi masa depan) sebesar 4,464 (sig. 0,000 < 0,05) atau t hitung
4,464 > t tabel 2,048 pada taraf signifikansi 0,05. Sehingga hipotesis nol yang
berbunyi tidak ada pengaruh orientasi masa depan terhadap keputusan karir
ditolak. Dengan demikian ada pengaruh orientasi masa depan terhadap
keputusan karir pada taraf signifikansi 0,05 (tabel 19).
4. Analisis Koefisien Determinasi
Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan
pengaruh variabel bebas (efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan)
terhadap variabel terikat (pengambilan keputusan karir) yang ditunjukkan
dengan besarnya Adjusted R Square. Hasil perhitungan analisis determinasi
dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18
Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .909a .826 .823 4.994
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2015
Berdasarkan perhitungan analisis koefisien determinasi, diperoleh
angka Adjusted R square sebesar 0,823 atau (82,3%). Hal ini menunjukkan
bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen (efektivitas
bimbingan karir dan orientasi masa depan) terhadap variabel dependen
(pengambilan keputusan karir) sebesar 82,3%. Sedangkan sisanya sebesar
87
17,7% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam model penelitian ini, misalnya: bimbingan orang tua, kepercayaan diri
maupun pengaruh teman sebaya.
5. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian disajikan guna mengetahui karakteristik data
pokok yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Deskripsi data pokok
yang disajikan adalah perbandingan antara rerata empiris dengan rerata
hipotesis penelitian dan distribusi skor perolehan berdasarkan kategori tertentu.
Rerata empiris diperoleh dari respon subjek, sementara itu rerata hipotesis
diperoleh dari rerata yang kemungkinan diperoleh subjek atas jawaban skala
yang diberikan. Dalam penelitian ini skala yang diberikan adalah skala
efektivitas bimbingan karir, skala orientasi masa depan dan skala pengambilan
keputusan karir. Selain tujuan di atas, deskripsi data juga diharapkan dapat
menghasilkan penyebaran subjek berdasarkan kategori skor yang diperoleh.
Berikut adalah deskripsi data dari masing-masing skala, yaitu:
a. Deskripsi Data Skala Efektivitas Bimbingan Karir
Skala penelitian efektivitas bimbingan karir terdiri dari 28 aitem
masing-masing aitemnya diberi skor yang berkisar 1 (satu) sampai 4
(empat). Skor terkecil yang mungkin diperoleh oleh subjek dalam penelitian
ini adalah 28 (28x1) dan skor terbesar 112 (28x4). Rentangan skor skala
sebesar 84 (112-28) dibagi dalam 6 (enam) standar deviasi, sehingga
diperoleh nilai standar deviasi sebesar 14 (84/6), dengan mean hipotetik
sebesar 70 (5/2x28).
88
Skala efektivitas bimbingan karir pada penelitian ini didapatkan dari
deskripsi skor yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian (empirik) yaitu
skor minimum sebesar 83 dan skor maksimum sebesar 112 dengan
mean/rerata sebesar 102,36 dan standar deviasi sebesar 5,79.
Kategori skor subjek pada skala efektivitas bimbingan karir
berdasarkan norma kategori dengan distribusi normal kelompok subjek
dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan tabulasi skor. Subjek yang
berada dalam kategori sangat rendah berjumlah 0 (0%) dengan rentang skor
28 ≤ X < 44,8. Subjek yang berada dalam kategori rendah berjumlah 2
(1,7%) dengan rentang skor 44,8 ≤ X < 61,6. Subjek yang berada dalam
kategori sedang berjumlah 0 (0%) dengan rentang skor 61,6 ≤ X < 78,4.
Subjek yang berada dalam kategori tinggi berjumlah 45 (37,5%) dengan
rentang 78,4 ≤ X < 95,2. Subjek yang berada dalam kategori sangat tinggi
berjumlah 73 (60,8%) dengan rentang skor 95,2 ≤ X < 112. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19
Kategori Skor Subjek Skala Efektivitas Bimbingan Karir
No Interval Skor Kategori Frekuensi Porsentase
1 28 ≤ X < 44,8 Sangat Rendah 0 0%
2 44,8 ≤ X < 61,6 Rendah 2 1,7%
3 61,6 ≤ X < 78,4 Sedang 0 0%
4 78,4 ≤ X < 95,2 Tinggi 45 37,5%
5 95,2 ≤ X < 112 Sangat Tinggi 73 60,8%
Jumlah 120 100%
Berdasarkan tabel 19, terlihat bahwa efektivitas bimbingan karir
tergolong dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
89
program bimbingan karis telah berjalan dengan efektif, sehingga remaja bisa
memahami kelebihan dan kekurangannya, bakat, minat dan berbagai jenis
pekerjaan serta memahami keterampilan yang dibutuhkan untuk jenis-jenis
pekerjaan tertentu.
b. Deskripsi Data Skala Orientasi Masa Depan
Skala penelitian orientasi masa depan terdiri dari 29 aitem masing-
masing aitemnya diberi skor yang berkisar 1 (satu) sampai 4 (empat). Skor
terkecil yang mungkin diperoleh oleh subjek dalam penelitian ini adalah 29
(29x1) dan skor terbesar 116 (29x4). Rentangan skor skala sebesar 87 (116-
29) dibagi dalam 6 (enam) standar deviasi, sehingga diperoleh nilai standar
deviasi sebesar 14,5 (87/6), dengan mean hipotetik sebesar 72,5 (5/2x29).
Skala orientasi masa depan pada penelitian ini didapatkan dari
deskripsi skor yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian (empirik) yaitu
skor minimum sebesar 58 dan skor maksimum sebesar 116, dengan
mean/rerata sebesar 106,82 dan standar deviasi sebesar 15,93.
Kategori skor subjek pada skala orientasi masa depan berdasarkan
norma kategori dengan distribusi normal kelompok subjek dalam penelitian
ini dapat dilihat berdasarkan tabulasi skor. Subjek yang berada dalam
kategori sangat rendah berjumlah 0 (0%) dengan rentang skor 29 ≤ X <
46,4. Subjek yang berada dalam kategori rendah berjumlah 4 (3,3%) dengan
rentang skor 46,4 ≤ X < 63,8, subjek yang berada dalam kategori sedang
berjumlah 1 (0,8%) dengan rentang skor 63,8 ≤ X < 81,2. Subjek yang
berada dalam kategori tinggi berjumlah 22 (18,3%) dengan rentang 81,2 ≤ X
90
< 98,6. Subjek yang berada dalam kategori sangat tinggi berjumlah 93
(77,5%) dengan rentang skor 98,6 ≤ X < 116. Untuk lebih lengkapnya
dapat dilihat pada tabel 20.
Tabel 20
Kategori Skor Subjek Orientasi Masa Depan
No Interval Skor Kategori Frekuensi Porsentase
1 29 ≤ X < 46,4 Sangat Rendah 0 0%
2 46,4≤ X < 63,8 Rendah 4 3,3%
3 63,8≤ X < 81,2 Sedang 1 0,8%
4 81,2≤ X < 98,6 Tinggi 22 18,3%
5 98,6 ≤ X < 116 Sangat Tinggi 93 77,5%
Jumlah 120 100%
Berdasarkan tabel 20, terlihat bahwa orientasi masa depan tergolong
dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan orientasi masa depan
remaja sangat baik, sehingga mereka memandang masa depan karir dengan
optimis.
c. Deskripsi Data Skala Pengambilan Keputusan Karir
Skala penelitian pengambilan keputusan karir terdiri dari 28 aitem
masing-masing aitemnya diberi skor yang berkisar 1 (satu) sampai 4
(empat). Skor terkecil yang mungkin diperoleh oleh subjek dalam penelitian
ini adalah 28 (28x1) dan skor terbesar 112 (28x4). Rentangan skor skala
sebesar 84 (112-28) dibagi dalam 6 (enam) standar deviasi, sehingga
diperoleh nilai standar deviasi sebesar 14 (84/6), dengan mean hipotetik
sebesar 70 (5/2x28).
Skala pengambilan keputusan karir pada penelitian ini didapatkan
dari deskripsi skor yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian (empirik)
91
yaitu skor minimum sebesar 54 dan skor maksimum sebesar 112, dengan
mean/rerata sebesar 97,82 dan standar deviasi sebesar 10,223.
Kategori skor subjek pada skala pengambilan keputusan karir
berdasarkan norma kategori dengan distribusi normal kelompok subjek
dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan tabulasi skor. Subjek yang
berada dalam kategori sangat rendah berjumlah 0 (0%) dengan rentang skor
28 ≤ X < 44,8. Subjek yang berada dalam kategori rendah berjumlah 1
(0,8%) dengan rentang skor 44,8 ≤ X < 61,6. Subjek yang berada dalam
kategori sedang berjumlah 3 (2,5%) dengan rentang skor 61,6 ≤ X < 78,4.
Subjek yang berada dalam kategori tinggi berjumlah 38 (31,7%) dengan
rentang 78,4 ≤ X < 95,2. Subjek yang berada dalam kategori sangat tinggi
berjumlah 78 (65%) dengan rentang skor 95,2 ≤ X < 112. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada tabel 21.
Tabel 21
Kategori Skor Subjek Skala Keputusan Karir
No Interval Skor Kategori Frekuensi Porsentase
1 28 ≤ X < 44,8 Sangat Rendah 0 0%
2 44,8 ≤ X < 61,6 Rendah 1 0,8%
3 61,6 ≤ X < 78,4 Sedang 3 2,5%
4 78,4 ≤ X < 95,2 Tinggi 38 31,7%
5 95,2 ≤ X < 112 Sangat Tinggi 78 65%
Jumlah 120 100%
Berdasarkan tabel 21, terlihat bahwa pengambilan keputusan karir
dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan remaja sudah dapat
mengambil keputusan karir dengan tepat, sesuai bakat, minat dan
kemampuan.
92
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa semua
permasalahan dan hipotesis yang diajukan telah dikaji dan diuji secara empiris di
lapangan. Hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa semua hipotesis telah
terbukti kebenarannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan efektivitas bimbingan karir dan orientasi
masa depan dengan pengambilan keputusan karir remaja.
Hasil analisis koefisien korelasi dengan bantuan program komputer
program SPSS (Statistical Package for Social Science) for windows release versi
17.00, antara efektivitas bimbingan karir dan keputusan karir diperoleh nilai
0,909. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara
efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan pengambilan
keputusan karir. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa efektivitas bimbingan
karir dan orientasi masa depan dapat digunakan sebagai prediktor untuk mengukur
pengambilan keputusan karir. Semakin tinggi efektivitas bimbingan karir dan
orientasi masa depan, maka semakin tinggi pengambilan keputusan karir.
Sebaliknya, semakin rendah efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan,
maka semakin rendah pengambilan keputusan karir remaja.
Hasil penelitian yang dilakukan sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rehfuss (2009) dengan judul “The Future Career Autobiography: A
Narrative Measure of Career Intervention Effectiveness” dari hasil
penyelidikannya menunjukkan bahwa FCA dapat digunakan untuk mengukur
perubahan atau berkurangnya perubahan narasi kerja individu dari waktu ke
93
waktu. Hasilnya mungkin memiliki beberapa implikasi untuk teori, penelitian dan
praktek. FCA dapat untuk mengukur pengaruh intervensi konseling karir pada
narasi kerja. Kontinum gerakan tercerman pada FCA yang tampak konsisten
dengan teori tentang perubahan dan proses pilihan karir. Selain itu, temuan ini
konsisten dengan teori karir naratif yang mengindikasikan bahwa konseling karir
harus membantu orang yang ragu-ragu untuk mendapatkan visi yang lebih jelas
dari diri mereka, kemudian merasa lebih nyaman mengkomunikasikan visi
tersebut dan mengintegrasikan visi ini menjadi narasi kesempatan mereka di masa
depan. FCA merupakan upaya pertama untuk mengukur pengaruh dari narasi yang
konsisten dengan teori dan praktek.
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Setyowati dan Nursalim (2009) yang menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
tingkat kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut antara sebelum dan
sesudah layanan informasi studi lanjut diberikan pada remaja kelas XII IPA 4.
Layanan informasi studi lanjut memiliki pengaruh positif terhadap kemantapan
pengambilan keputusan studi lanjut pada remaja.
Menurut Gunawan (2001) yang menyebutkan bahwa pilihan untuk
memasuki perguruan tinggi atau dengan kata lain melanjutkan studi/pendidikan ke
perguruan tinggi merupakan salah satu persoalan yang sangat penting yang
dihadapi oleh orangtua maupun remaja SMA. Pemahaman berbagai informasi,
khususnya mengenai studi lanjut, remaja dapat menggunakannya sebagai bahan
pertimbangan sehingga pada akhirnya akan lebih memiliki kesiapan untuk
mengambil keputusan terkait dengan studi lanjut ke perguruan tinggi.
94
Surya (dalam Solehuddin, 2008) mengungkapkan bahwa tujuan
bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang
diperlukan untuk memenuhi perjalanan hidupnya secara optimal ke arah
pilihannya. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah menurut Solehuddin
(2008) memiliki fungsi dan berperan sebagai kunci dalam pendidikan di sekolah,
yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran dan
perkembangan intelektual remaja, terutama pada jenjang sekolah menengah atas,
karena di jenjang itulah konselor dapat berperan secara maksimal dalam
memfasilitasi konseli mengaktualisasi potensi yang dimiliki secara maksimal.
Penelitian lain yang juga mendukung hasil penelitian yang penulis lakukan
adalah hasil penelitian Rubiyanti (2011). Dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa orientasi masa depan (OMD) remaja di Jatinangor tergolong tinggi, artinya
remaja di Jatinangor sudah memiliki OMD yang jelas. Kontribusi yang paling
besar dalam OMD remaja ini adalah aspek motivasi. Aspek perencanaan dan
evaluasi masih tergolong sedang. Ini menunjukkan bahwa remaja masih
membutuhkan arahan untuk mendapatkan strategi dan cara-cara di dalam
merencanakan masa depannya. Pelatihan motivasi berprestasi yang dilakukan
membantu remaja merencanakan dan menetapkan tujuan dan membuat strategi
untuk merealisasikan perencanaan. Setelah pelatihan, remaja mengungkapkan
bahwa dirinya lebih termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi, mengetahui strategi untuk meneruskan pendidikan, mendapatkan
pengetahuan mengenai jurusan yang diminati, dan pekerjaan yang dapat ditekuni
di masa yang akan datang.
95
Menurut Nurmi (2004) merencanakan dan memikirkan masa depan
merupakan hal yang penting pada masa remaja. Pada masa ini, remaja dihadapkan
pada sejumlah tugas normatif yang menuntut mereka berpikir dan mengambil
keputusan tentang masa depan. Cara pandang atau orientasi remaja tentang masa
depan akan berpengaruh terhadap keputusan karir yang mereka lakukan yang
nantinya akan berdampak pada kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Christina (2009) menunjukkan
sebanyak 56 remaja (62,22%) memiliki tingkat career self efficacy rendah.
Sementara untuk variabel pengambilan keputusan karier sebanyak 64 remaja
(71,11%) memiliki tingkat pengambilan keputusan karier yang rendah. Ada
hubungan antara career self efficacy dengan pengambilan keputusan karier diikuti
dengan penambahan tingkat pengambilan keputusan karier atau penurunan tingkat
career self efficacy akan diikuti dengan penurunan tingkat pengambilan keputusan
karier.
Harisanto (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa faktor internal
lebih mempengaruhi keputusan memilih karir pada remaja dibanding faktor dari
luar. Menurut Brown (2008) empat faktor utama yang mendasari kesulitan
pengambilan keputusan karir adalah keraguan, kurangnya informasi, konflik
interpersonal dan hambatan serta kurangnya kesiapan.
Remaja dalam membuat keputusan membutuhkan bimbingan dari guru,
konselor, orangtua, atau orang dewasa lainnya sehingga dapat merencanakan masa
depan yang sesuai dengan bakat, minat, atau kemampuan yang dimilikinya.
96
Pandangan yang obyektif tentang pekerjaan membantu remaja mengembangkan
dan merancang masa depan yang lebih baik dan cemerlang.
Creed, Patton, dan Prideaux, (2006) mengungkapkan bahwa sebanyak
50% remaja mengalami kebingungan dalam pengambilan keputusan. Salah satu
faktornya adalah begitu banyak pilihan jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan
yang tersedia, serta kebutuhan untuk mengetahui nilai-nilai kehidupan serta tujuan
apa yang dibutuhkan dalam pilihan karir tersebut. Selain itu, terbatasnya
eksplorasi dan pengalaman pada role model karir membuat minat dan aspirasi
remaja yang berkaitan dengan bidang karir tertentu sering kali menjadi stereotipe
atau sesuatu yang telah terpolakan dalam fikirannya dan terbatas. Terbatasnya
informasi mengenai karir membuat remaja hanya memilih sesuai dengan apa
yang diketahui.
Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan sumbangan efektif variabel
efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan sebesar 82,3% yang
ditunjukkan oleh koefisien determinan sebesar 0,823. Hal ini berarti terdapat
17,7% variabel lain yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan karir di
luar variabel penelitian, misalnya: bimbingan orang tua, kepercayaan diri,
pengaruh teman sebaya dan lain sebagainya.
Sementara itu, berdasarkan hasil analisis kategorisasi diketahui variabel
pengambilan keputusan karir memiliki rerata empirik sebesar 97,83 dan rerata
hipotetik sebesar 70. Artinya bahwa pengambilan keputusan karir remaja sangat
tinggi. Sedangkan untuk efektivitas bimbingan karir memiliki rerata empirik
sebesar 102,36 dan rerata hipotetik sebesar 70. Hal ini berarti efektivitas
97
bimbingan karir sangat tinggi. Kemudian untuk variabel orientasi masa depan
memiliki rerata empirik sebesar 106,82 dan rerata hipotetik sebesar 72,5 yang
berarti orientasi masa depan remaja sangat tinggi. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi remaja dalam
pengambilan keputusan karir, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor yang
berasal dari diri remaja seperti: bakat, minat dan motivasi. Adapun faktor dari luar
diri remaja, misalnya adalah bimbingan karir dari guru, bimbingan dari orang tua,
pengaruh teman sebaya, sumber pengetahuan dan informasi tentang pilihan karir.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang
signifikan antara efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan terhadap
pengambilan keputusan karir remaja kelas XII SMA Negeri di Kabupaten Klaten.
Hal ini berarti bahwa variabel efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa
depan dapat dijadikan prediktor untuk mengukur pengambilan keputusan karir.
Namun, generalisasi dari hasil-hasil penelitian ini terbatas pada populasi dimana
penelitian dilakukan. Dengan demikian, penerapan pada ruang lingkup yang lebih
luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian lagi
dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum
disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas ruang
lingkup penelitian.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan:
1. Ada hubungan positif dan signifikan antara efektivitas bimbingan karir dengan
pengambilan keputusan karir remaja.
2. Ada hubungan positif dan signifikan antara orientasi masa depan dengan
pengambilan keputusan karir remaja.
3. Ada hubungan positif dan signifikan antara efektivitas bimbingan karir dan
orientasi masa depan terhadap pengambilan keputusan karir remaja.
4. Sumbangan efektif variabel efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa
depan terhadap pengambilan keputusan karir remaja adalah sebesar 82,3%.
5. Efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan terhadap pengambilan
keputusan karir remaja pada kategori sangat tinggi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang
diperoleh maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru
Kepada guru bimbingan konseling diharapkan untuk bisa memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada remaja baik pada saat jam pelajaran
maupun di luar jam pelajaran. Hal ini penting untuk dilakukan supaya ada
99
kontinuitas bagi remaja dalam memperoleh bimbingan karir maupun orientasi
masa depannya sehingga dapat secara tepat memutuskan apa yang menjadi
pilihan remaja ketika mereka tamat SMA nanti.
2. Remaja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas bimbingan karir dan orientasi
masa depan berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan karir remaja,
maka remaja diharapkan meningkatkan pengetahuannya dalam pengambilan
keputusan karir dengan sering berkonsultasi kepada guru BK di luar jam
pelajaran sehingga remaja akan menjadi lebih mantap dan terarah sesuai
dengan bakat dan minat yang dimiliki.
3. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini masih ada sejumlah kekurangan, misalnya: masih ada subyek
yang bertanya kepada teman di samping atau di depannnya sehingga
konsentrasi menjadi berkurang pada saat mengisi skala. Selain itu, subyek
dalam memberikan jawaban tidak sesuai dengan kondisi subyek yang
sebenarnya. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya disarankan:
a. Supaya lebih cermat lagi dalam memilih subyek, kondisi dan waktu pada
saat melakukan penelitian sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat
lebih optimal.
b. Dapat menambahkan variabel lain yang secara teoritis berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Variabel-variabel tersebut, misalnya:
pengaruh/nasehat orang tua, pengaruh teman sebaya, faktor pengetahuan
maupun sumber informasi dan lain sebagainya.
100
DAFTAR PUSTAKA
Afifah. 2011. Pengaruh Dukungan Orang Tua Terhadap Orientasi Masa Depan
Dalam Area Pekerjaan Pada Remaja. Skripsi. Fakultas Psikologi. UIN
Syarif Hidayatullah. Tidak diterbitkan.
Anoraga, P. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Amirullah, dan Hanafi, R. 2002. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Araujo, A, & Do CeuTaveira M. 2007. Career Development In Childhood:
Assessment Plan and Results. Italy: Padua.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Atmosoeprapto. 2002. Menuju SDM Berdaya – Dengan Kepemimpinan Efektif
dan Manajemen Efisien . Jakarta: PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Basori, M. 2004. Paket Bimbingan Perencanaan dan Pengambilan Keputusan
Karir Bagi Siswa SMU. Malang: Universitas Negeri Malang
Badan Pusat Statistik. 2009. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2009.
Available FTP : http://www.bps.go.id/brs_file/naker-01des09.pdf, diakses
5 Desember 2010.
BP3K. 1984 .Paket Bimbingan Karir. Jakarta : Depdikbud
Brown, D. 2002. Career Choice and Development. San Fransisco: Joosey-Bass
Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi.(diterjemahkan oleh Kartono, K)
Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
Christina. 2009. Hubungan Antara Career Self Efficacy dengan Pengambilan
Keputusan Karier. Skripsi. Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan
Konseling dan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Malang.
Conger, J.J. 1991. Adolescence and youth (4 thed). New York: Harper Collins.
Corey, G. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan E.
Koeswara. 2003. Jakarta: Reflika Aditama
101
Creed, P.A, Patton, W., and Prideaux, 2006. Predicting change over time in
career planning and career exploration for high school students. Journal
of Adolescence.
David, G. 2010. Counselling Adolescent. Third edition. Sage publication Ltd
Desi dan Nursalim. 2009. Pengaruh Layanan Informasi Studi Lanjut Terhadap
Kemantapan Pengambilan Keputusan Studi Lanjut. BK UNESA
Ghozali, I. 2006. Statistik Multivarian dengan SPSS. Semarang: BPFE UNDIP.
Gibson, dkk. 1995. Organizational Behavior, Structure, Process, 8th Edition. Alih
Bahasa: Adiardini. Editor Saputra. Jakarta: Binarupa Akasara.
Gunarsa, Y.S.D &Gunarsa, S.D. 2001 Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Hallen.2005.Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.
Handayaningrat,S. 2002. Pengantar Suatu Ilmu Administrasi Dan Manajemen.
Jakarta : Gunung Agung.
Handoko T.H. 1996. Manajemen Personalia dan Sumber Daya
Manusia.Yogyakarta : BPFE
Harisanto, R. 2006 . Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Memilih Karir
pada Remaja di SMA 2 Banjarmasin. Kripsi. Fakultas Psikologi.
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Tidak diterbitkan..
Hayadin. 2008. Pengambilan Keputusan Pelajar Jenjang Menengah
(Online). (http://petamasadepanku.blogspot.com/2008/02/artikel-
pengambilan-keputusan-pelajar.html, diakses 19 Februari 2010).
Hurlock. E.B 1996. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan edisi ke-6. Jakarta: Erlangga.
Holland, J. 1985. Making Vocational Choice: A Theory of Vocational
Personalities and Work Environments, 2nd
edition. Prentice Hall
Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Jakarta : Balai Pustaka
Kartadinata, dkk. 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Dirjen Peningkatan
Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Depdiknas
102
Kendhawati, L, Jatnika,R. Model Pembinaan Remaja Dalam Rangka
MempersiapkanDiri Memasuki Dunia Kerja. Skripsi. Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran. Tidak diterbitkan.
Marliyah, L, Dewi, FJR, Suyasa. 2004. Persepsi Terhadap Dukungan Orang Tua
dan Pembuatan Keputusan Karir Remaja. Jurnal Provitae, Vol 1.
Marsudi, S. 2003. Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nurihsan, Juntika A. 2005. Strategi Layanan bimbingan Konseling. Bandung:
RefikaAditama
Nurmi, E. 2004 “Age, Sex, Social Class, and Quality of Family Interaction AS
Determinants of Adolescent’s Future Orientation : A Developmental Task
Interpretation. Adolescence”. Vol XXII No. 88. Libra Publishers.Inc
Papalia, D. E. Olds. S.W & Feldman, Ruth D. 2001. Human Development.
Boston: McGraw-Hill
Patton, W.,&Creed,P. 2003. Predicting two components of career maturity in
School Based Adolescents. Journal of career development
Pusat Kurikulum Balitbang Diknas. 2007. Panduan Model Pengembangan Diri.
Jakarta: Diknas.
Prayitno dan Amti.2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.
Rubiyanti, Y. 2011. Rancangan Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan dalam
Rangka Meningkatkan Pemahaman Remaja Tentang Konsep Orientasi
Masa Depan Area Pendidikan Bagi Siswa Kelas XII. Skripsi. Fakultas
Psikologi. Universitas Padjadjaran Bandung. Tidak diterbitkan.
Ruslan, G. 2012. Bimbingan Karier : Sebuah Panduan Pemillihan Karier Yang
Terarah. Bandung: Angkasa
Santrock, J.W. 2003. Educational Psychology. Jakarta: Kencana
Santrock, J.W. 1998. Life Span Development. (terjemahan). Boston: Mac Graw-
Hill.
Savickas, M. L. 2001. Toward a comprehensive theory of career development:
Dispositions,concerns, and narratives.Journal of Career Assessment.
Supriatna, Mamat. 2009. Layanan Bimbingan Karir di Sekolah Menengah.
Bandung: Departemen Pendidikan Nasional UPI.
103
Sukadji .2000. Keefektifan Belajar Siswa. Bandung: Remaja Rosdakarya
Solehuddin, dkk. 2008. Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling. Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Bandung: UPI
Sulistiyowati .2010 Perbedaan Pengambilan keputusan Siswa dari Keluarga utuh
dengan dari Keluarga Broken Home di SMA Negeri 2 Malang. Skripsi
Prodi Psikologi Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang. Tidak Diterbitkan
Syamsi, I. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Sinar
Grafika Offset.
Sukardi, Ketut D. 2007. Bimbingan Karier di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Ghalia.
Slameto. 2010. Materi Kuliah Bimbingan Konseling. Fak Pasca Sarjana. Salatiga:
UKSW.
Surya, M. 2001. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV Multi
Adiwiyata
Seginer, R. 2009. Future Orientation: Developmental and Ecological
Perspectives.University of Haifa. Israel: Springer.
Sudjana, Nana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Setiaji, Bambang. 2008. Cara Mudah Analisis
Kuantitatif Dilengkapi Dengan Tutorial SPSS. Surakarta : Al-Es’af
University Press.
Steers, R.M. 1980. Efektivitas Organisasi, Terjemahan, Jakarta : Erlangga
Sumaryadi, I. 2005. Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah. Jakarta:
Citra Utama
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Thrommsdorff. 1983. Future Orientation and Socialization. International Journal
of Psychology.
Tohirin. 2007. Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta:
RajaGrafindo Persada
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling Studi dan Karier. Yogyakarta:
Andi Offset
Wetik, B. 1981. Pengertian Dasar dan Tujuan Bimbingan Karier. Jakarta: BP3K
Jakarta
104
Woolfolk,A.E. 1995. Educational Psychology. New Jersey: Prentice Hall, Inc
Winkel, W.S., &Hastuti, S. 2004. Bimbingan Karir di Institusi Pendidikan.
Jakarta:Media Abadi
Winkel,W.S.2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Edisi Revisi.
Jakarta: Gramedia.
Winkle, W.S dan Hastuti. 2010. Bimbingan dan Konseling di Institute
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Yusuf dan Nurihsan. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Rosdakarya.
105
LAMPIRAN
106
Lampiran 1
ANGKET PENELITIAN
(TRYOUT)
107
ANGKET PENELITIAN
Kepada
Yth. Siswa/siswi SMAN 1 Wonosari
di Klaten
Assalamu’alaikum wr.wb.
Ditengah kesibukan Saudara pada saat belajar, perkenankanlah saya
mohon bantuan Saudara untuk meluangkan sedikit waktu guna mengisi skala
yang saya sertakan berikut ini. Skala ini bertujuan untuk kepentingan ilmiah,
oleh karena itu jawaban yang Saudara berikan sangat bermanfaat bagi saya yang
sedang menyusun tesis.
Skala ini tidak ada hubungannya dengan status Saudara sebagai pelajar,
maka saya mengharapkan jawaban yang sejujur-jujurnya yang menggambarkan
keadaan Saudara. Semua jawaban Saudara akan terjaga kerahasiaannya sesuai
etika akademika penelitian.
Saya mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan bantuan yang telah
Saudara berikan. Besar harapan saya untuk menerima kembali skala ini dalam
waktu singkat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Klaten, November 2013
Hormat saya,
Eny Setiyowati
108
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : _____________________________________________
Kelas : _____________________________________________
Usia : _____________________________________________
Jenis Kelamin : _____________________________________________
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
1. Tulislah terlebih dahulu identitas Saudara.
2. Bacalah dengan teliti sebelum mengisi jawaban pernyataan yang ada.
3. Pilihlah salah satu dari empat jawaban yang tersedia dengan memberikan
tanda (X) pada kolom yang disediakan.
Adapun pilihan jawaban yang tersedia adalah:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
4. Apabila Saudara ingin memperbaiki jawaban Saudara, cukup dengan
mencoret jawaban yang Saudara anggap salah dan memberi tanda silang (X)
pada jawaban yang Saudara anggap benar.
5. Semua jawaban adalah benar selama Saudara memberikan respon dengan
jujur atau sesuai dengan keadaan Saudara
6. Pastikan kembali apakah semua pernyataan sudah terjawab.
7. Selamat Mengerjakan.
109
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KARIR
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya sangat tahu dengan apa yang saya inginkan.
2 Saya mulai mengenal tentang gambaran dunia kerja
itu seperti apa.
3 Saya belum tahu kehidupan seperti apa yang saya
harapkan.
4 Saya orangnya sangat perfeksionis.
5 Setelah lulus sekolah, saya tidak akan kuliah tetapi
memilih untuk bekerja.
6 Saya masih bingung dengan apa yang menjadi
keinginan saya.
7 Saya ingin menjadi seorang guru.
8 Saya tidak akan melanjutkan kuliah maupun bekerja.
9 Saya sama sekali tidak tahu dunia kerja itu seperti
apa.
10 Saya mengenal dunia kerja setelah mendapat
bimbingan karir di sekolah.
11 Saya ingin menjadi seorang pegawai bank.
12 Menurut saya tidak penting untuk mengenal dunia
kerja saat ini.
13 Saya ingin menjadi seorang wirausaha yang sukses.
14 Menurut saya, tidak penting apakah nanti saya
berkarir atau tidak.
15 Saya ingin memiliki sebuah keluarga yang bahagia.
16 Saya tetap tidak paham tentang dunia kerja meskipun
sudah mendapat bimbingan karir di sekolah.
17 Saya mulai mengenal dunia kerja dari lingkungan di
sekitar saya.
18 Saya belum bisa memutuskan, apakah setelah lulus
110
nanti akan melanjutkan kuliah atau tidak.
19 Saya ingin menjadi orang kaya dan sukses.
20 Menurut saya, persaingan dunia kerja itu sangat ketat
sekali.
21 Saya belum bisa memutuskan akan berkarir di bidang
apa setelah lulus nanti.
22 Saya sama sekali belum memikirkan bagaimana
bentuk kehidupan saya ke depan.
23 Saya tidak mudah percaya dengan orang lain.
24 Saya orangnya sangat ceroboh.
25 Saya tidak mudah terpengaruh dengan gaya hidup
teman-teman di sekitar saya.
26 Menurut saya, dunia kerja itu seperti apa tidak
penting, yang penting adalah lulus sekolah dahulu.
27 Saya sangat teliti dalam mengerjakan pekerjaan
apapun.
28 Sampai saat ini, saya belum berpikir untuk berkarir di
bidang apa.
29 Setelah lulus sekolah, saya ingin bekerja sesuai
dengan minat saya.
30 Saya orang yang mudah sekali berubah pendirian.
111
ORIENTASI MASA DEPAN
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya rajin belajar supaya dapat mewujudkan cita-
cita untuk dapat bekerja sesuai dengan keinginan
saya.
2 Saya selalu introspeksi diri jika saya gagal
mencapai apa yang saya targetkan.
3 Saya tahu dengan apa yang saya inginkan untuk
masa depan saya.
4 Saya tidak punya target apapun untuk masa depan
saya.
5 Saya dapat mewujudkan cita-cita saya tanpa harus
belajar.
6 Saya selalu belajar dari kegagalan yang pernah
saya lakukan.
7 Saya sangat tertarik dengan bidang teknologi
informasi sehingga saya ingin lebih menekuni
bidang ini.
8 Saya tidak perlu merencanakan apa-apa untuk
masa depan saya.
9 Mulai saat ini, saya akan lebih rajin belajar supaya
dapat melanjutkan ke perguruan tinggi favorit
saya.
10 Saya mengikuti kursus bahasa Inggris untuk
menunjang pelajaran di sekolah dan meningkatkan
kemampuan berbahasa.
11 Saya menjalani saja apa yang ada sekarang, yaitu
menyelesaikan sekolah terlebih dahulu.
12 Bagi saya kegagalan itu adalah hal yang biasa, jadi
tidak perlu ada evaluasi diri.
112
13 Saya tidak terlalu memikirkan tentang masa depan
saya.
14 Saya berusaha mengendalikan emosi yang muncul
jika apa yang ditargetkan tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
15 Saya memiliki keinginan besar untuk sukses di
masa depan sehingga saya selalu belajar dan
belajar untuk menambah pengetahuan.
16 Saya tidak membuat rencana apapun untuk masa
depan saya.
17 Menurut saya, kita tidak perlu melakukan evaluasi
diri atas apapun yang terjadi dengan diri kita.
18 Saya ingin membahagiakan orang tua saya.
19 Saya tidak terlalu memikirkan ke depan saya akan
menjadi seperti apa.
20 Saya sangat berhati-hati dengan apa yang
kerjakan.
21 Saya sering membuat agenda mengenai hal apa
saja yang ingin saya lakukan.
22 Saya mudah sekali marah jika apa yang saya
inginkan tidak dapat terwujud.
23 Saya merasa sepertinya semakin ke depan akan
semakin sulit untuk dapat berkarir di dunia kerja.
24 Saya tidak terbiasa membuat agenda tentang
kegiatan yang akan saya lakukan.
25 Saya ingin menjadi juara kelas supaya nanti bisa
lebih mudah untuk mencari pekerjaan.
26 Menjadi juara kelas atau tidak, tidak menjamin
saya akan sukses di masa depan.
27 Saya selalu membuat jadwal kegiatan apa yang
113
saya lakukan dalam satu hari.
28 Saya tidak suka membuat jadwal kegiatan, karena
itu sangat merepotkan.
29 Saya yakin bahwa saya akan menjadi orang yang
berhasil di masa depan.
30 Saya orang yang mudah putus asa ketika tidak
dapat mengerjakan sesuatu.
114
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya tidak terlalu menonjol dalam hal prestasi di
sekolah.
2 Saya tahu jika bekerja nanti dibutuhkan syarat-
syarat tertentu sesuai dengan bidang pekerjaannya.
3 Saya sadar dengan keterbatasan yang saya miliki
jika ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
lagi.
4 Saya tidak peduli dengan apapun kondisi saya yang
penting saya bisa melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
5 Menurut saya, untuk dapat bekerja tidak harus
memiliki keterampilan tertentu.
6 Saya tidak terlalu ingin mengejar karir jika sudah
bekerja nanti.
7 Saya tidak akan melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi lagi, karena biayanya mahal.
8 Sampai saat ini saya belum tahu apa yang menjadi
minat saya pada bidang tertentu.
9 Saya mengikuti kursus komputer untuk menunjang
keterampilan saya.
10 Saya belum memiliki rencana apapun dalam hal
jenis pekerjaan yang ingin saya tekuni.
11 Jika saya bekerja nanti, saya tidak akan terlalu
memikirkan masalah gaji.
12 Jika saya bekerja nanti, saya akan bekerja sesuai
dengan bidang yang saya inginkan.
13 Saya ingin bekerja di bidang perbankan karena
memiliki prospek yang bagus.
115
14 Saya tidak pandai sehingga saya tidak terlalu
memikirkan tentang karir.
15 Saya adalah seorang yang berkeinginan besar untuk
maju sehingga apa yang menjadi keinginan saya
harus dapat saya raih.
16 Saya tidak akan memperhitungkan untung rugi
jenis pekerjaan yang akan saya tekuni nanti.
17 Saya selalu mempertimbangkan kemampuan saya
dengan bidang kerja yang akan saya pilih nanti.
18 Saya memiliki prestasi akademik yang bagus di
sekolah.
19 Menurut saya, tidak perlu untuk
mempertimbangkan apapun yang penting nanti
saya bekerja.
20 Saya tahu kalau saat ini kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan tidak mudah jika tidak
memiliki keteramilan khusus.
21 Saya akan memilih jurusan yang sesuai dengan
keinginan dan kemampuan saya.
22 Saya merasa tidak memiliki bakat di bidang
apapun.
23 Saya sama sekali belum mengetahui syarat-syarat
untuk dapat sukses di dunia kerja.
24 Saya belum memiliki rencana apapun setelah lulus
sekolah nanti.
25 Saya mudah bergaul dengan siapa saja di
lingkungan sekolah.
26 Saya memilih melanjutkan studi ke perguruan
tinggi yang bisa langsung disalurkan untuk bekerja.
27 Saya tidak memiliki prestasi akademik yang bagus
116
sehingga saya tidak akan melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
28 Menurut saya bekerja di bidang teknologi informasi
memiliki prospek yang bagus.
29 Menurut saya, kesempatan untuk dapat bekerja
akan semakin sulit.
30 Saya pesimis apakah nanti bisa melanjutkan studi
sesuai dengan jurusan yang saya inginkan atau
tidak.
============== TERIMA KASIH ===========
117
Lampiran 2
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
INSTRUMEN/ ANGKET
118
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Efektivitas Bimbingan Karir (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.937 .937 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X1_1 97.3333 171.816 .606 .934
X1_2 98.3667 162.378 .774 .932
X1_3 97.3333 180.782 .271 .937
X1_4 97.3000 176.769 .509 .936
X1_5 97.7000 168.907 .596 .935
X1_6 97.6000 169.628 .627 .934
X1_7 97.4333 173.702 .479 .936
X1_8 97.5667 173.082 .595 .935
X1_9 97.4333 171.978 .687 .934
X1_10 97.9333 168.133 .626 .934
X1_11 97.4333 177.357 .351 .937
X1_12 97.7000 176.286 .417 .936
X1_13 97.3667 172.861 .636 .934
X1_14 97.4333 172.323 .618 .934
X1_15 97.4000 174.662 .532 .935
X1_16 97.5000 174.879 .526 .935
X1_17 97.9333 173.030 .591 .935
X1_18 97.3000 173.459 .664 .934
X1_19 97.5000 173.776 .509 .935
X1_20 97.3000 173.459 .664 .934
X1_21 97.6000 169.628 .627 .934
X1_22 97.4333 173.702 .479 .936
X1_23 97.5667 173.082 .595 .935
X1_24 97.3000 173.459 .664 .934
X1_25 97.5000 181.362 .159 .939
X1_26 97.5000 172.879 .555 .935
X1_27 97.3333 171.816 .606 .934
X1_28 98.3667 162.378 .774 .932
X1_29 97.3333 175.057 .474 .936
X1_30 97.3000 176.769 .509 .936
119
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Orientasi Masa Depan (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.961 .962 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
X2_1 99.7667 231.771 .691 .959
X2_2 100.6333 239.689 .223 .964
X2_3 99.5667 236.944 .587 .960
X2_4 99.6000 235.421 .735 .959
X2_5 99.9333 224.961 .777 .958
X2_6 99.6333 230.792 .728 .959
X2_7 99.6667 229.264 .847 .958
X2_8 99.6333 228.930 .765 .958
X2_9 99.7000 229.941 .765 .958
X2_10 100.0000 225.586 .773 .958
X2_11 99.8000 230.234 .649 .959
X2_12 99.8667 228.947 .623 .960
X2_13 99.6667 225.471 .757 .958
X2_14 99.8333 225.592 .835 .958
X2_15 99.5000 233.983 .699 .959
X2_16 99.5333 236.740 .553 .960
X2_17 99.8000 229.614 .746 .959
X2_18 99.5333 234.671 .656 .959
X2_19 99.6333 230.792 .728 .959
X2_20 99.6667 229.264 .847 .958
X2_21 99.7667 231.771 .691 .959
X2_22 99.8333 225.592 .835 .958
X2_23 99.5000 233.983 .699 .959
X2_24 99.6667 241.402 .384 .961
X2_25 99.7333 240.478 .501 .960
X2_26 99.7667 231.771 .691 .959
X2_27 99.4333 240.116 .591 .960
X2_28 99.6667 241.402 .384 .961
X2_29 99.7333 240.478 .501 .960
X2_30 99.7667 231.771 .691 .959
120
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengambilan Keputusan Karir (Y)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.921 .929 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Y_1 105.8333 74.075 .433 .920
Y_2 106.0333 72.102 .417 .920
Y_3 106.1333 71.706 .441 .920
Y_4 106.1667 70.971 .465 .920
Y_5 105.9000 70.507 .741 .916
Y_6 105.9667 74.654 .246 .922
Y_7 106.2333 69.978 .555 .918
Y_8 106.2667 74.616 .318 .922
Y_9 106.2333 69.978 .555 .918
Y_10 105.9000 70.507 .741 .916
Y_11 106.0333 70.240 .680 .916
Y_12 105.9667 72.447 .538 .918
Y_13 106.0333 70.240 .680 .916
Y_14 106.1333 75.982 .061 .924
Y_15 105.9000 72.162 .643 .917
Y_16 106.3000 70.010 .613 .917
Y_17 106.2000 70.855 .520 .919
Y_18 106.0000 72.207 .549 .918
Y_19 105.7667 74.185 .576 .919
Y_20 105.9667 70.033 .655 .916
Y_21 105.7333 75.099 .517 .920
Y_22 105.8333 74.075 .433 .920
Y_23 106.2333 71.426 .519 .918
Y_24 105.9667 70.999 .552 .918
Y_25 105.8333 71.799 .828 .916
Y_26 106.1667 71.799 .480 .919
Y_27 106.2000 70.993 .507 .919
Y_28 105.8667 73.016 .557 .918
Y_29 106.2333 69.978 .555 .918
Y_30 106.2667 71.306 .536 .918
121
Lampiran 3
ANGKET PENELITIAN
122
ANGKET PENELITIAN
Kepada
Yth. Siswa/siswi SMAN 1 Wonosari
di Klaten
Assalamu’alaikum wr.wb.
Ditengah kesibukan Saudara pada saat belajar, perkenankanlah saya
mohon bantuan Saudara untuk meluangkan sedikit waktu guna mengisi skala
yang saya sertakan berikut ini. Skala ini bertujuan untuk kepentingan ilmiah,
oleh karena itu jawaban yang Saudara berikan sangat bermanfaat bagi saya yang
sedang menyusun tesis.
Skala ini tidak ada hubungannya dengan status Saudara sebagai pelajar,
maka saya mengharapkan jawaban yang sejujur-jujurnya yang menggambarkan
keadaan Saudara. Semua jawaban Saudara akan terjaga kerahasiaannya sesuai
etika akademika penelitian.
Saya mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan bantuan yang telah
Saudara berikan. Besar harapan saya untuk menerima kembali skala ini dalam
waktu singkat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Klaten, November 2013
Hormat saya,
Eny Setiyowati
123
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : _____________________________________________
Kelas : _____________________________________________
Usia : _____________________________________________
Jenis Kelamin : _____________________________________________
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
1. Tulislah terlebih dahulu identitas Saudara.
2. Bacalah dengan teliti sebelum mengisi jawaban pernyataan yang ada.
3. Pilihlah salah satu dari empat jawaban yang tersedia dengan memberikan
tanda (X) pada kolom yang disediakan.
Adapun pilihan jawaban yang tersedia adalah:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
4. Apabila Saudara ingin memperbaiki jawaban Saudara, cukup dengan
mencoret jawaban yang Saudara anggap salah dan memberi tanda silang (X)
pada jawaban yang Saudara anggap benar.
5. Semua jawaban adalah benar selama Saudara memberikan respon dengan
jujur atau sesuai dengan keadaan Saudara
6. Pastikan kembali apakah semua pernyataan sudah terjawab.
7. Selamat Mengerjakan.
124
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KARIR
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya sangat tahu dengan apa yang saya inginkan.
2 Saya mulai mengenal tentang gambaran dunia kerja itu
seperti apa.
3 Saya belum tahu kehidupan seperti apa yang saya
harapkan.
4 Saya orangnya sangat perfeksionis.
5 Setelah lulus sekolah, saya tidak akan kuliah tetapi
memilih untuk bekerja.
6 Saya ingin menjadi seorang guru.
7 Saya tidak akan melanjutkan kuliah maupun bekerja.
8 Saya sama sekali tidak tahu dunia kerja itu seperti apa.
9 Saya mengenal dunia kerja setelah mendapat bimbingan
karir di sekolah.
10 Saya ingin menjadi seorang pegawai bank.
11 Menurut saya tidak penting untuk mengenal dunia kerja
saat ini.
12 Saya ingin menjadi seorang wirausaha yang sukses.
13 Saya ingin memiliki sebuah keluarga yang bahagia.
14 Saya tetap tidak paham tentang dunia kerja meskipun
sudah mendapat bimbingan karir di sekolah.
15 Saya mulai mengenal dunia kerja dari lingkungan di
sekitar saya.
16 Saya belum bisa memutuskan, apakah setelah lulus
nanti akan melanjutkan kuliah atau tidak.
17 Saya ingin menjadi orang kaya dan sukses.
18 Menurut saya, persaingan dunia kerja itu sangat ketat
sekali.
19 Saya belum bisa memutuskan akan berkarir di bidang
apa setelah lulus nanti.
20 Saya sama sekali belum memikirkan bagaimana bentuk
kehidupan saya ke depan.
21 Saya tidak mudah percaya dengan orang lain.
22 Saya orangnya sangat ceroboh.
23 Saya tidak mudah terpengaruh dengan gaya hidup
teman-teman di sekitar saya.
24 Menurut saya, dunia kerja itu seperti apa tidak penting,
yang penting adalah lulus sekolah dahulu.
25 Saya sangat teliti dalam mengerjakan pekerjaan apapun.
26 Sampai saat ini, saya belum berpikir untuk berkarir di
bidang apa.
27 Setelah lulus sekolah, saya ingin bekerja sesuai dengan
minat saya.
28 Saya orang yang mudah sekali berubah pendirian.
125
ORIENTASI MASA DEPAN
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya rajin belajar supaya dapat mewujudkan cita-cita
untuk dapat bekerja sesuai dengan keinginan saya.
2 Saya tahu dengan apa yang saya inginkan untuk masa
depan saya.
3 Saya tidak punya target apapun untuk masa depan
saya.
4 Saya dapat mewujudkan cita-cita saya tanpa harus
belajar.
5 Saya selalu belajar dari kegagalan yang pernah saya
lakukan.
6 Saya sangat tertarik dengan bidang teknologi informasi
sehingga saya ingin lebih menekuni bidang ini.
7 Saya tidak perlu merencanakan apa-apa untuk masa
depan saya.
8 Mulai saat ini, saya akan lebih rajin belajar supaya
dapat melanjutkan ke perguruan tinggi favorit saya.
9 Saya mengikuti kursus bahasa Inggris untuk
menunjang pelajaran di sekolah dan meningkatkan
kemampuan berbahasa.
10 Saya menjalani saja apa yang ada sekarang, yaitu
menyelesaikan sekolah terlebih dahulu.
11 Bagi saya kegagalan itu adalah hal yang biasa, jadi
tidak perlu ada evaluasi diri.
12 Saya tidak terlalu memikirkan tentang masa depan
saya.
13 Saya berusaha mengendalikan emosi yang muncul jika
apa yang ditargetkan tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
14 Saya memiliki keinginan besar untuk sukses di masa
depan sehingga saya selalu belajar dan belajar untuk
menambah pengetahuan.
15 Saya tidak membuat rencana apapun untuk masa depan
saya.
16 Menurut saya, kita tidak perlu melakukan evaluasi diri
atas apapun yang terjadi dengan diri kita.
17 Saya ingin membahagiakan orang tua saya.
18 Saya tidak terlalu memikirkan ke depan saya akan
menjadi seperti apa.
19 Saya sangat berhati-hati dengan apa yang kerjakan.
20 Saya sering membuat agenda mengenai hal apa saja
yang ingin saya lakukan.
21 Saya mudah sekali marah jika apa yang saya inginkan
tidak dapat terwujud.
126
22 Saya merasa sepertinya semakin ke depan akan
semakin sulit untuk dapat berkarir di dunia kerja.
23 Saya tidak terbiasa membuat agenda tentang kegiatan
yang akan saya lakukan.
24 Saya ingin menjadi juara kelas supaya nanti bisa lebih
mudah untuk mencari pekerjaan.
25 Menjadi juara kelas atau tidak, tidak menjamin saya
akan sukses di masa depan.
26 Saya selalu membuat jadwal kegiatan apa yang saya
lakukan dalam satu hari.
27 Saya tidak suka membuat jadwal kegiatan, karena itu
sangat merepotkan.
28 Saya yakin bahwa saya akan menjadi orang yang
berhasil di masa depan.
29 Saya orang yang mudah putus asa ketika tidak dapat
mengerjakan sesuatu.
127
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya tidak terlalu menonjol dalam hal prestasi di
sekolah.
2 Saya tahu jika bekerja nanti dibutuhkan syarat-syarat
tertentu sesuai dengan bidang pekerjaannya.
3 Saya sadar dengan keterbatasan yang saya miliki jika
ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
4 Saya tidak peduli dengan apapun kondisi saya yang
penting saya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.
5 Menurut saya, untuk dapat bekerja tidak harus memiliki
keterampilan tertentu.
6 Saya tidak akan melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi lagi, karena biayanya mahal.
7 Sampai saat ini saya belum tahu apa yang menjadi
minat saya pada bidang tertentu.
8 Saya mengikuti kursus komputer untuk menunjang
keterampilan saya.
9 Saya belum memiliki rencana apapun dalam hal jenis
pekerjaan yang ingin saya tekuni.
10 Jika saya bekerja nanti, saya tidak akan terlalu
memikirkan masalah gaji.
11 Jika saya bekerja nanti, saya akan bekerja sesuai dengan
bidang yang saya inginkan.
12 Saya ingin bekerja di bidang perbankan karena
memiliki prospek yang bagus.
13 Saya adalah seorang yang berkeinginan besar untuk
maju sehingga apa yang menjadi keinginan saya harus
dapat saya raih.
14 Saya tidak akan memperhitungkan untung rugi jenis
pekerjaan yang akan saya tekuni nanti.
15 Saya selalu mempertimbangkan kemampuan saya
dengan bidang kerja yang akan saya pilih nanti.
16 Saya memiliki prestasi akademik yang bagus di
sekolah.
17 Menurut saya, tidak perlu untuk mempertimbangkan
apapun yang penting nanti saya bekerja.
18 Saya tahu kalau saat ini kesempatan untuk mendapatkan
pekerjaan tidak mudah jika tidak memiliki keteramilan
khusus.
19 Saya akan memilih jurusan yang sesuai dengan
keinginan dan kemampuan saya.
20 Saya merasa tidak memiliki bakat di bidang apapun.
21 Saya sama sekali belum mengetahui syarat-syarat untuk
128
dapat sukses di dunia kerja.
22 Saya belum memiliki rencana apapun setelah lulus
sekolah nanti.
23 Saya mudah bergaul dengan siapa saja di lingkungan
sekolah.
24 Saya memilih melanjutkan studi ke perguruan tinggi
yang bisa langsung disalurkan untuk bekerja.
25 Saya tidak memiliki prestasi akademik yang bagus
sehingga saya tidak akan melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
26 Menurut saya bekerja di bidang teknologi informasi
memiliki prospek yang bagus.
27 Menurut saya, kesempatan untuk dapat bekerja akan
semakin sulit.
28 Saya pesimis apakah nanti bisa melanjutkan studi sesuai
dengan jurusan yang saya inginkan atau tidak.
============== TERIMA KASIH ===========
129
Lampiran 4
TABULASI HASIL PENELITIAN
130
Rekapitulasi Hasil Penelitian
No. Responden X1 X2 Y
1 102 116 106
2 98 87 92
3 96 87 88
4 96 87 98
5 105 116 98
6 104 116 100
7 103 116 100
8 103 116 98
9 102 116 96
10 100 116 90
11 102 116 94
12 99 116 92
13 92 58 72
14 92 58 92
15 106 116 100
16 99 116 90
17 101 116 90
18 101 87 94
19 99 87 88
20 83 58 74
21 93 116 94
22 95 116 86
23 104 116 100
24 104 116 82
25 111 116 110
26 99 116 96
27 101 116 104
28 101 116 98
29 97 87 90
30 97 87 90
31 83 100 54
32 98 87 88
33 93 87 80
34 93 87 86
35 95 87 82
36 105 116 100
37 102 87 94
38 103 116 100
131
39 106 116 100
40 99 87 86
41 108 116 104
42 104 116 100
43 106 116 100
44 106 116 98
45 108 116 106
46 100 116 108
47 100 116 108
48 104 116 104
49 106 116 106
50 99 87 92
51 108 116 112
52 104 116 94
53 106 116 104
54 106 116 102
55 108 116 100
56 100 116 98
57 100 116 98
58 104 116 104
59 100 116 94
60 100 116 92
61 103 116 98
62 107 116 104
63 106 116 102
64 106 116 96
65 106 116 100
66 103 116 94
67 108 116 104
68 97 116 86
69 106 116 100
70 100 116 92
71 100 116 90
72 96 116 100
73 94 116 96
74 94 116 104
75 102 116 96
76 106 116 100
77 98 87 84
78 99 116 96
79 99 116 100
132
80 90 58 76
81 101 116 98
82 108 112 112
83 110 102 108
84 110 102 112
85 109 116 112
86 109 116 110
87 109 110 110
88 109 108 108
89 106 114 102
90 107 112 108
91 103 108 94
92 111 116 110
93 108 107 104
94 108 107 100
95 112 116 112
96 108 116 108
97 108 114 106
98 95 102 98
99 99 104 106
100 101 96 98
101 101 106 94
102 110 116 108
103 99 87 86
104 99 87 110
105 95 104 92
106 108 114 112
107 103 114 102
108 100 111 96
109 105 100 98
110 108 108 108
111 109 116 112
112 97 87 86
113 110 114 112
114 110 114 84
115 99 95 88
116 95 77 84
117 112 110 112
118 112 114 112
119 111 110 110
120 110 116 112
133
Lampiran 5
UJI NORMALITAS
134
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
X1 X2 Y
N 120 120 120
Normal Parametersa Mean 102.36 106.82 97.83
Std. Deviation 5.799 15.934 10.223
Most Extreme Differences Absolute .102 .307 .117
Positive .050 .282 .083
Negative -.102 -.307 -.117
Kolmogorov-Smirnov Z 1.114 3.366 1.284
Asymp. Sig. (2-tailed) .167 .080 .074
a. Test distribution is Normal.
135
Lampiran 6
UJI LINIERITAS
136
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Y * X1 Between Groups (Combined) 10254.264 22 466.103 20.717 .000
Linearity 9265.801 1 9265.801 411.832 .000
Deviation from Linearity 988.464 21 47.070 2.092 .008
Within Groups 2182.402 97 22.499
Total 12436.667 119
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Y * X2 Between Groups (Combined) 8922.591 16 557.662 16.345 .000
Linearity 7232.809 1 7232.809 211.999 .000
Deviation from Linearity 1689.782 15 112.652 3.302 .010
Within Groups 3514.076 103 34.117
Total 12436.667 119
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Keputusan Karir * Bimbingan Karir
Between Groups
(Combined) 14856.244 37 401.520 17.194 .000
Linearity 13355.673 1 13355.673 571.911 .000
Deviation from Linearity
1500.572 36 41.683 1.785 .016
Within Groups 1914.923 82 23.353
Total 16771.167 119
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Keputusan Karir * Orientasi Masa Depan
Between Groups
(Combined) 14265.688 44 324.220 9.705 .000
Linearity 12276.734 1 12276.734 367.497 .000
Deviation from Linearity
1988.954 43 46.255 1.385 .108
Within Groups 2505.479 75 33.406
Total 16771.167 119
137
Lampiran 7
Uji Kolinieritas
138
Hasil Uji Kolinieritas
Model
Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Tolerance VIF
1 (Constant) 4.791 3.413
Bimbingan Karir .606 .076 .260 3.852
Orientasi Masa Depan .323 .072 .260 3.852
139
Lampiran 8
ANALISIS LINIER BERGANDA
140
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 X2, X1a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Y
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .909a .826 .823 4.994
a. Predictors: (Constant), Orientasi Masa Depan, Bimbingan Karir
b. Dependent Variable: Keputusan Karir
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 13852.656 2 6926.328 277.669 .000a
Residual 2918.510 117 24.945
Total 16771.167 119
a. Predictors: (Constant), Orientasi Masa Depan, Bimbingan Karir
b. Dependent Variable: Keputusan Karir
141
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.791 3.413 1.404 .163
Bimbingan Karir .606 .076 .602 7.948 .000
Orientasi Masa Depan .323 .072 .338 4.464 .000
a. Dependent Variable: Keputusan Karir
142
Lampiran 9
NORMA KATEGORISASI
143
Kategori Skala X1
Item Valid : 28
Skor skala : 1,2,3,4
Rerata Empirik : 102,36 (ME)
Rerata Hipotetik : 28 x 2,5 = 70 (MH)
Skor tertinggi : 4 x 28 = 112
Skor terendah : 1 x 28 = 28
Rentang : 112 – 28 = 84
84
SD = = 14
6
I. MH – 3 (SD) MH – 1,8 (SD) (sangat rendah)
70 – (3. 14) 70 – (1,8. 14)
28 X < 44,8
II. MH – 1,8 (SD) MH – 0,6 (SD) (rendah)
70 – (1,8. 14) 70 – (0,6. 14)
44,8 X < 61,6
III. MH – 0,6 (SD) MH + 0,6 (SD) (sedang)
70 – (0,6. 14) 70 + (0,6. 14)
61,6 X < 78,4
IV. MH + 0,6 (SD) MH + 1,8 (SD) (tinggi)
70 + (0,6. 14) 70 + (1,8. 14)
78,4 X < 95,2
V. MH + 1,8 (SD) MH + 3 (SD) (sangat tinggi)
70 + (1,8. 14) 70 + (3. 14)
95,2 X < 112
Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
rendah Tinggi
-3SD -1,8SD -0,6SD +0,6SD +1,8SD +3SD
28 44,8 61,6 78,4 95,2 112
ME = 102,36
144
Kategori Skala X2
Item Valid : 29
Skor skala : 1,2,3,4
Rerata Empirik : 106,82 (ME)
Rerata Hipotetik : 29 x 2,5 = 72,5 (MH)
Skor tertinggi : 4 x 29 = 116
Skor terendah : 1 x 29 = 29
Rentang : 116 – 29 = 87
87
SD = = 14,5
6
I. MH – 3 (SD) MH – 1,8 (SD) (sangat rendah)
72,5 – (3. 14,5) 72,5 – (1,8. 14,5)
29 X < 46,4
II. MH – 1,8 (SD) MH – 0,6 (SD) (rendah)
72,5 – (1,8. 14,5) 72,5 – (0,6. 14,5)
46,4 X < 63,8
III. MH – 0,6 (SD) MH + 0,6 (SD) (sedang)
72,5 – (0,6. 14,5) 72,5 + (0,6. 14,5)
63,8 X < 81,2
IV. MH + 0,6 (SD) MH + 1,8 (SD) (tinggi)
72,5 + (0,6. 14,5) 72,5 + (1,8. 14,5)
81,2 X < 98,6
V. MH + 1,8 (SD) MH + 3 (SD) (sangat tinggi)
72,5 + (1,8. 14,5) 72,5 + (3. 14,5)
98,6 X < 116
Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
rendah Tinggi
-3SD -1,8SD -0,6SD +0,6SD +1,8SD +3SD
29 46,4 63,8 81,2 98,6 116
ME = 106,82
145
Kategori Skala Y
Item Valid : 28
Skor skala : 1,2,3,4
Rerata Empirik : 97,83 (ME)
Rerata Hipotetik : 28 x 2,5 = 70 (MH)
Skor tertinggi : 4 x 28 = 112
Skor terendah : 1 x 28 = 28
Rentang : 112 – 28 = 84
84
SD = = 14
6
VI. MH – 3 (SD) MH – 1,8 (SD) (sangat rendah)
70 – (3. 14) 70 – (1,8. 14)
28 X < 44,8
VII. MH – 1,8 (SD) MH – 0,6 (SD) (rendah)
70 – (1,8. 14) 70 – (0,6. 14)
44,8 X < 61,6
VIII. MH – 0,6 (SD) MH + 0,6 (SD) (sedang)
70 – (0,6. 14) 70 + (0,6. 14)
61,6 X < 78,4
IX. MH + 0,6 (SD) MH + 1,8 (SD) (tinggi)
70 + (0,6. 14) 70 + (1,8. 14)
78,4 X < 95,2
X. MH + 1,8 (SD) MH + 3 (SD) (sangat tinggi)
70 + (1,8. 14) 70 + (3. 14)
95,2 X < 112
Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
rendah Tinggi
-3SD -1,8SD -0,6SD +0,6SD +1,8SD +3SD
28 44,8 61,6 78,4 95,2 112
ME = 97,83
146
Lampiran 11
SURAT IJIN PENELITIAN
147