hubungan antara sikap kerja membungkuk dengan …eprints.ums.ac.id/41285/14/naskah publikasi.pdf ·...

16
HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA MEMBUNGKUK DENGAN PERUBAHAN KURVA VERTEBRA PADA KULI BANGUNAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: HANIF MIFTAHUDIN J.120 110 0003 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: leque

Post on 17-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA MEMBUNGKUK

DENGAN PERUBAHAN KURVA VERTEBRA

PADA KULI BANGUNAN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

HANIF MIFTAHUDIN

J.120 110 0003

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

2

3

ABSTRAK

PROGAM STUDI SARJANA ISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SKRIPSI, JANUARI 2016

Hanif Miftahudin J.120 110 003

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA MEMBUNGKUK

DENGANPERUBAHAN KURVA VERTEBRA PADA KULI BANGUNAN.

(Dibimbing oleh Wahyuni, S.Fis., M.Kes dan Dwi Kurniawati, Sst.Ft., M.Kes)

LatarBelakang: Kuli bangunan dalam melakukan pekerjaannya berisiko

mengalami terjadinya kelelahan, ketegangan otot, rasa sakit dan dapat

mengakibatkan tulang tidak jadi lurus. Hal

inidapatdipengaruhiolehsikapkerjakulibangunansepertimembungkukdalammengad

uk semen, memplesterbatubata,

ataupunmengecattembok.Hasilstudiawaldiketahuitukangbangunan di desa

GonilankecamatanKartasurakabupatenSukoharjotelahmengalamikifosis.TujuanP

enelitian:Mengetahuihubungan antara Sikap kerja membungkuk dengan

perubahan kurva vertebra pada kuli bangunan.

ManfaatPenelitian: Diharapkan dari penelitian ini dapat menambah wawasan

dan khasanah khususnya bagi pekerja lapangan supaya memahami posisi kerja

yang baik.

MetodePenelitian:

Penelitianiniadalahpenelitiankuantitatifdenganpendekatancrossectional.

Sampeladalah36 pekerja bangunan yang mengalami perubahan pada kurva

vertebra di desa

GonilankecamatanKartasurakabupatenSukoharjo.Pengukurankurva

vertebramenggunakanflexicurve.

Hasil Penelitian: Berdasarkan uji Chi Square. Hasil

penelitianmenunjukkanrespondendenganSikap kerja membungkuk ≥200banyak

mengalami perubahan kurva vertebra abnormal sedangkan Sikap kerja

membungkuk < 200perubahan kurva vertebra normal.Hasiluji Chi Square

diperoleh nilai p = 0,008 (p<0,05) denganOR = 6.875

Kesimpulan: Ada hubungan antara Sikap kerja membungkuk dengan perubahan

kurva vertebra pada kuli bangunan. Nilai OR = 6.875artinyaresponden yang

bekerja dengan membungkuk ≥20 derajat mempunyai risiko 6,875 kali mengalami

perubahan kurva vertebra abnormal dibanding responden yang bekerja dengan

membungkuk <20 derajat.

Kata Kunci: Sikap kerja membungkuk, perubahan kurva vertebra, kuli bangunan.

4

ABSTRACT

DEPARTMENT OF PHYSIOTHRAPY UNDERGRADUATE

FACULTY OF HEALTH SCIENCE

MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA

MINITHESIS, JANUARY 2016

Hanif Miftahudin J.120 110 003

CORRELATION BETWEEN BEND WORKING ATTITUDE WITH

CHANGE CURVE VERTEBRAE OF PORTER BUILDING

(guided by Wahyuni, S.Fis., M.Kes and Dwi Kurniawati, Sst.Ft., M.Kes)

Background: Porter building do his job had risk fatigue, muscle strain, pain and

bone twisted. It can be influenced by his attitude of working was like mixing

cement, setting of bricks, or painting of wall. The results of pre study was

knowing the porter building had suffered kyphosis.

The objective of Research: It is expected from this research can increase

knowledge and repertoire specifically for field workers in order to better

understand the working position.

The objective: To know correlation between bend working position with change

curve vertebrae of porter building

Themethod of Research: Kind of study was quantitative and use crossectional

approach. Samples are 36 porter building who changed a curve vertebrae in

Pabelan Surakarta. Measurement curve vertebrae used flexicurve.

Result of the Research: Analysis data used chi square test. The result showed

respondents position bend ≥200

many change abnormal curve vertebrae while

bend position <200change curve vertebrae normal. Result of chi square test

obtained p = 0,008 ( p < 0,05 ) with OR = 6.875

Conclusion: There was correlation between bend working position with change

curve vertebrae of porter building. Respondentswith position bend ≥200

had

6,875 time higher risk change abnormal curve vertebrae than bend position <200

Keyword: Bend working Attitude, curve vertebrae, porter building

5

PENDAHULUAN

Tenaga kerja mempunyai peranan penting dalam pembangunan sebagai

unsur menunjang keberhasiIan pembangunan nasional karena tenaga kerja

mempunyai hubungan dengan perusahaan dan mempunyai kegiatan usaha yang

produktif di samping itu tenaga kerja sebagai suatu unsur yang langsung

berhadapan dengan berbagai akibat dari kemajuan teknologi di bidang industri

sehingga sewajarnya kepada mereka di berikan perlindungan pemeliharaan

kesehatan dan pembangunan terhadap kesejahteraan atau jaminan nasional.

Salah satu dari sektor kerja informal di Indonesia yaitu pekerja bangunan.

Para pekerja bangunan dituntut bekerja dengan maksimal dan menghasilkan

produk yang diharapkan. Para pekerja melakukan pekerjaan yang kurang nyaman

seperti mengaduk bahan bangunan secara membungkuk, memecahkan batu

dilakukan secara membungkuk, menata batu bata yang dilakukan dengan berdiri,

mengecat tembok dengan miring. Kebiasaan seseorang seperti duduk, berdiri,

membungkuk dapat menyebabkan terjadinya kelelahan, ketegangan otot, dan

akhirnya rasa sakit selain itu tulang tidak jadi lurus, otot-otot, ruas serta ligamen

pun akan tertarik lebih keras (Widyastoeti, 2009).

Penerapan ergonomi berprinsip bahwa semua aktivitas pekerjaan dapat

menyebabkan pekerja mengalami tekanan (stress) fisik dan mental. Ergonomi

mengupayakan agar tekanan ini masih dalam batas toleransi, hasil kinerja

memuaskan, dan kesehatan dan kesejahteraan pekerja dapat meningkat. Jika

6

tekanan yang dialami pekerja berlebihan, hal-hal yang tidak diinginkan dapat

terjadi, seperti kesalahan (error), kecelakaan, cedera, atau kenaikan beban fisik

dan mental. Cedera dan penyakit yang terkait ergonomi bervariasi, mulai dari

kelelahan mata, sakit kepala, sampai gangguan otot rangka (Musculoskeletal

disorders) (Pulat, 2000).

Musculoskletal disorder adalah penerimaan beban pada otot secara statis

dan berulang-ulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan

berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon (Suhardi, 2008). Secara garis

besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: keluhan sementara

(reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis,

namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan

dihentikan dan keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat

menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada

otot masih terus berlanjut.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada kuli bangunan

di desa Gonilan kecamatan Kartasura kabupaten Sukoharjo menunjukan bahwa

terjadi kifosis pada 5 orang tukang bangunan. Hal ini mungkin disebabkan karena

sikap kerja yang tidak ergonomis.

LANDASAN TEORI

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kuli adalah orang yang

bekerja dengan mengandalkan kekuatan fisiknya (seperti membongkar muatan

kapal, mengangkut barang dari stasiun suatu tempat ke tempat lain).

7

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), sikap adalah bentuk tubuh

sedangkan kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu atau yang

dilakukan(diperbuat). Jadi sikap kerja merupakan bentuk tubuh ketika melakukan

sesuatu kegiatan.

Sikap kerja seseorang dipengaruhi oleh empat faktor yaitu (Bridger, 1995):

1)Karakteristik fisik, seperti umur, jenis kelamin, ukuran antropometri, berat

badan, kesegaran jasmani, kemampuan gerakan sendi, system muskuloskeletal,

tajam penglihatan, masalah kegemukan, riwayat penyakit.2)Jenis keperluan tugas,

seperti pekerjaan yang merlukan ketelitian, memerlukan kekuatan tangan, giliran

tugas, waktu istirahat.3)Desain stasiun kerja, seperti ukuran tempat duduk,

ketinggian landasan kerja, kondisi permukaan atau bidang kerja, dan faktor-faktor

lingkungan kerja.4)Lingkungan kerja (environment): intensitas penerangan, suhu

lingkungan, kelembaban udara, kecepatan udara, kebisingan, debu dan vibrasi.

Menurut Anggraini (2012) ada beberapa macam sikap kerja, antara lain:1)

Sikap Kerja Berdiri, 2) Sikap Kerja Pengangkatan Beban, 3) Sikap Kerja

Membawa Beban, 4) Sikap Kerja Duduk, 5) Sikap Kerja Membungkuk.

Berdasarkan nilai normal dalam RULA (Rapid Upper Limb Assessment)

ada 3 tipe dalam membungkuk yaitu:Tipe 1 membungkuk dengan sudut 00 – 20

0,

Tipe 2 membungkuk dengan sudut 200 – 60

0, Tipe 3 membungkuk dengan sudut

lebih dari 600.

Biomekanik vertebra lumbal akibat perubahan titik berat badan dengan

kompresi perubahan posisi tubuh dan akan menimbulkan nyeri. Ketegangan

(strain) otot dan keregangan (sprain) ligamentum tulang belakang. Bila seorang

8

membungkuk dengan tungkai atas berada pada posisi 900 maka daerah lumbal

belakang akan menjadi mendatar keluar yang dapat menimbulkan keadaan kifosis.

Keadaan ini terjadi karena sendi panggul yang hanya berotasi sebesar 600,

mendesak pelvis untuk berotasi kebelakang sebesar 300

untuk menyesuaikan

tungkai atas yang berada pada sisi 900.

Kifosis lumbal ini selain menyebabkan

peregangan ligamentum longitudinalis posterior, juga menyebabkan peningkatan

tekanan pada diskus intervertebralis sehingga mengakibatkan peningkatan

tegangan pada bagian dari angulus posterior dan penekanan pada nekleus

pulposus (Samara dalam Putra, 2004).

Menurut Gabriel (2014), Kifosis merupakan salah satu bentuk kelainan

yang terjadi pada tulang belakang manusia. Ciri-ciri kifosis ditandai dengan

bentuk punggung yang tidak normal dan melengkung ke belakang lebih dari 50

derajat. Istilah kifosis dikenal oleh awam sebagai bungkuk. Kifosis dapat

menyebabkan beberapa masalah, tidak hanya postur tubuh yang membungkuk,

namun juga beberapa gejala lainnya seperti nyeri punggung, kelelahan otot dan

kekakuan di bagian belakang punggung. Dan pada kasus yang parah, kifosis dapat

mempengaruhi paru-paru, saraf, dan organ lainnya, sehingga menyebabkan rasa

sakit dan mempengaruhi kualitas hidup.

Pengukuran kifosis menggunakan flexicurve.

Flexicurve / penggaris fleksibel adalah instrument sederhana yang dapat

digunakan untuk mengukur kurva postur thorak dan lumbal pada bidang sagital,

panjang 61 cm, bagian fleksibelnya dilapisi oleh plastik kuat yang dapat ditekuk

sesuai dengan kontur tulang belakang. Flexicurve dapat memberikan pemeriksaan

9

yang cepat, murah, dan mudah pada tulang belakang jika dibandingkan dengan

radiograf. (Hinman, 2004).

Cara pengukuran menggunakan flexicurve :

Gambar 2.1 Pengukuran kifosis menggunakan flexicurve (Hinman, 2004)

Index kifosis = (TW/TL)x100

Penjelasan sebagai berikut:

1) Pertama responden dalam posisi berdiri tegak sesuai posisi anatomis

(semampu responden)

2) Ujung kawat atas diletakan pada Prosesus spinosus cervical 7,

perlahan kawat di tempelkan sesuai dengan kontur punggung

responden sampai dengan lumbal 5.

3) Tandai kawat yang menyentul L5.

4) Letakan kawat pada kertas kemudian di gambar kurvanya.

5) Tarik garis lurus dari ujung kertas kawat sehingga bagian yang telah di

tandai.

10

6) Hitung TL dan TW, masukan kedalam rumus TW/TL x 100.

7) Cocokan hasil dengan tabel penilaian normal kurva vertebra.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat survey dengan pendekatan kuantitatif, untuk

mengetahui adanya hubungan posisi pada kuli bangunan terhadap perubahan

kurva vertebra lumbal. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan

cara pemberian tes spesifik untuk mengetahui adanya perubahan kurva kifosis

pada lumbal dan kuesioner, yaitu pemberian seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sujarweni,2014).

Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan pendekatan cross

sectional, yaitu peneliti hanya melakukan observasi dan pengukuran variable pada

suatu saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak terbatas harus pada satu waktu

bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subjek hanya dikenai satu

kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran

(Saryono, 2013)

HASIL PEMBAHASAN

A. KARAKTERISKTRIK RESPONDEN

Karakteristik responden berdasarkan umurdiketahui 58,3% responden berumur

41-58 tahun, dan 41,7% responden berumur 23-40 tahun.Karakteristik responden

berdasarkan pendidikan terakhir5,6% responden berpendidikan SD, 55,6%

berpendidikan SMP, dan 38,9% responden berpendidikan SMA. Karakteristik

responden berdasarkan lama berkerja sebagai kuli bangunanmenunjukkan 22,2%

11

responden bekerja sebagai kuli bangunan selama 3-10 tahun, 30,6% selama 11-20

tahun dan 47,2% bekerja lebih dari 20 tahun.Karakteristik responden berdasarkan

nyeri pinggangmenunjukkan 30,6 % mengalami nyeri pinggang dan 69,9%

responden tidak mengalami nyeri pinggang.Karakteristik responden berdasarkan

waktu kejadian nyeri pinggangdiketahui 69,4 % responden tiak pernah mengalami

nyeri pinggang, 11,1% mengalami nyeri pinggang kurang dari 1 bulan terakhir,

16,7% responden mengalami nyeri pinggang 1-3 bulan terakhir, 2,8% mengalami

nyeri pinggang lebih dari 3 bulan terakhirKarakteristik responden berdasarkan

nyeri menjalar sampai kakidiketahui 25% responden merasakan nyeri menjalar

sampai kaki, dan 75% tidak merasakan nyeri menjalar sampai kaki.Karakteristik

responden berdasarkan cidera punggungdiketahui 19,4% responden menyatakan

tidak mempunyai riwayat cidera punggung, sementara 80,6% mempunyai riwayat

cidera punggungKarakteristik responden berdasarkan posisi kerja

membungkukdiketahui 47,2% responden dalam bekerja lebih banyak membukur

< 200, sedangkan paling sedikit 30,6 % dengan ≥60

0.Karakteristik responden

berdasarkan perubahan kurva vertebradiketahui 41,8 % responden dengan

perubahan kurva vertebra kategori normal, sementara 58,3% responden telah

mengalami perubahan kurva vertebra kategori abnormal.

B. ANALISIS DATA

Hubungan antara posisi kerja membungkuk dengan perubahan kurva

vertebra pada kuli bangunan dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square.

Berdasarka hasil uji Chi Square pertama, dengan 3 kategori posisi kerja

membungkuk, diperoleh nilai p = 0,04. Namun karena syarat uji Chi Square

12

dengan tidak boleh adanya nilai ekspetasi (expected count) > 5 sementara hasil uji

diketahui nilai expected count diketahui sebesar 3,3 dari 3 cell, maka, peneliti

melakukan uji koreksi dengan menggunakan uji Fisherexact. Koreksi yang

dilakukan adalah menggabungkan perubahan membungkuk 00-60

0 dan lebihdari

600, sehingga pengujian menjadi uji Fisherexact 2 x2.

Hasil uji hubungan antara posisi kerja membungkuk dengan Perubahan

kurva vertebra pada kuli Bangunan.

Posisi kerja

membungkuk

Perubahan kurva vertebra

p OR CI (95%) Normal abnormal

jumlah % jumlah %

00

- 600 15 78.9 4 21.1

0.017 6.875 1.557-30.360 >60

0 6 35.6 11 64.7

Total 21 58.3 15 41.7

menjelaskan posisi kerja membungkuk dengan >600banyak mengalami Perubahan

kurva vertebra abnormal sedangkan posisi kerja membungkuk pada responden 00-

600menjadikan Perubahan kurva vertebra banyak yang normal. Dengan demikian

semakin besar derajat posisi kerja dengan membungkuk pada responden semakin

besar mengalami perubahan kurva vertebra.

Berdasarkan hasil uji Fisher exact diperoleh nilai p = 0,017 (p<0.05) dan

disimpulkan ada hubungan antara Hubungan antara sikap kerja membungkuk

dengan perubahan kurva vertebra pada kuli bangunan. Nilai Odd Ratio (OR) =

6.875, dan CI 95% mencakup nilai 1.557-30.360. OR = 6.875 artinya responden

yang bekerja dengan membungkuk ≥600 mempunyai risiko mengalami perubahan

kurva vertebra abnormal 6,875 kali dibanding responden yang bekerja dengan

membungkuk 00-60

0.

13

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan

yang diambil adalah hubungan antara sikap kerja membungkuk dengan Perubahan

kurva vertebra pada kuli bangunan.

B. Saran

1. Keilmuan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai

perubahan kurva vertebra pada kuli bangunan sebagai akibat posisi kerja

yang tidak ergonomis seperti membungkuk yang dilakukan setiap hari dan

mengakibatkan timbulnya rasa nyeri pada pada punggung bawah, dan

sebagai pertimbangan acuan bagi tenaga medis khususnya fisioterapi

dalam menangani kasus mengenai perubahan kurva vertebra.

2. Peneliti lain

Berdasarkan adanya hasil penelitian dan keterbatasan penelitian

diharapkan peneliti lain dapat melakukan, jenis penelitian, dan menambah

variabel penelitian yang berhubungan dengan risiko hubungan antara sikap

kerja membungkuk seperti mengukur IMT.

14

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Wresni Dan Anda M.P. 2012. Analisis Postur Kerja Dengan

Menggunakan Metode Ovako Working Analysis System (Owas) Pada

Stasiun Pengepakan Bandela Karet(Studi Kasus Di Pt. Riau Crumb Rubber

Factory Pekanbaru). Riau: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains Dan

Teknologi, Uin Suska Riau.

Astuti, R.D. 2007. Pengaruh Aktivitas Kerja Dan Terhadap Kelelahan

Muskuluskeletal.Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Barbara C.L. 1999. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan). Bandung : Yayasan IAPK Pajajaran Bandung

Bernard, T.N. 2003. Managing Low Back Pain a challenge for the next

millennium; Hughston sport medicine foundation.

Budiono, S.J, 2005. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang:

Badan penerbit Universitas Diponegoro.

Depdiknas, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang System pendidikan Nasional. Jakarta: Depdagri

Haldeman, S. 2002. Evidence-based management of low back pain. Elseveir

Mosby

Heni. 2010. Peran Kuli Panggul Di Pasar Klewer Surakarta Dalam Pendidikan

Formal Anak Tingkat Sma. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hinman, Martha R. 2004. Interrater Reliability Of Flexicurve Postural Measures

Among Novice Users. Usa: The University Of Texas Medical Branch.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Diakses tanggal 6 mei, rabu ,11:50 2015.

http://kbbi.web.id/.

Kasih L.P., Rafael D., Atjo W. 2013. Hubungan Faktor Ergonomis Dengan

Beban Kerja Pada Petani Padi Tradisional Di Desa Congko Kecamatan

Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Makasar: Bagian Kesehatan Dan

Keselamatan Kerja, Fkm, Unhas.

15

Khaizun. 2013. Faktor Penyebab Keluhan Subyektif Pada Punggung Pekerja

Tenun Sarung ATBM Di Desa Wanarejan Utara Pemalang. Skripsi.

Semarang: Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang.

Kusuma, F. I (2014) Pengaruh Posisi Kerja Terhadap Kejadian Low Back Pain

Pada Pekerja di Kampung Sepatu, Kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit

Kulon, Kota Mojokerto. Jurnal IKESMA Volume 10 Nomor 1 Maret 2014

jurnal.unej.ac.id/index.php/IKESMA/article/download/1680/1397

Lindsey, courtesy Carleen. 2003. Protocol For Clinical Assessment: Kyphosis And Lordosis.

https://www.geriatrictoolkit.missouri.edu/flexicurve-spinal-meassurement.doc. di akses pada tanggal 19 april, minggu, 14:20 2015.

Miftahudin. 2011. Rancangan Usulan Perbaikan Terhadap Aktifitas Penurunan

Pasir Di Depo Pasir Makmur Menggunakan Pendekatan Postur Kerja Dan

Assesment Terhadap Fisiologi Kerja. Surakarta: Jurusan Teknik Indrustri

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

Narulita.2013. Penyebab Dan Penanganan Kifosis.

https://klinikskoliosis.wordpress.com/2013/11/18/penyebab-dan-

penanganan-kifosis/. Di akses pada tanggal 15 april, rabu, 11:10 2015.

Parjoto S, 2006 ; Terapi latihan pada nyeri pinggang bawah; Pelatihan nasional

30 jam kupas tuntas LBP dari aspek intervensi fisioterapi terkini, Surakarta,

Pearce Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakata: PT

Gramedia Pustaka Utama

Putra, Sumutro Adi Dan Nasir A.H. 2012. Pengaruh Latihan Peregangan

Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Las Di

Kec.Seberang Ulu Ii Palembang. Palembang: Poltekes Kemenkes

Palembang.

Rodahl K. & Dahl, H.A. 2007. Textbook of Work Physiology, Physiological Bases

of Exercise. Fourth Edition. McGraw-Hill

Samara, Diana. 2004. Lama Dan Sikap Duduk Sebagain Faktor Resiko Terjadinya

Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.

Sari, W.N 2013. Hubungan Antara Sikap Kerja Duduk Dengan Keluhan Subyektif

Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Pembuat Terasi di tambak rejo

Tanjung Mas Semarang.Unnes Journal of Public Health. ISSN 2252-6528

16

Soewarno, Aik. 2005. Pengrajin Ukiran Kelongsong Peluru Dengan

Menyesuaikan Tinggi Meja Kerja Di Desa Kamasan, Klungkung.Bali:

Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Udayana.

Sudarmawan 2012. Hubungan Posisi Membungkuk dengan Terjadinya Keluhan

Muskuloskeletal pada Pekerja Laundry Dukuh Gatak Kelurahan

Pabelan.Naskah Publikasi. Program Studi Div Fisioterapi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Suharto. 2005. Penatalaksanaan Fisioterapi padaNyeri Pinggang Bawah Aspesifik

akibat Joint Block Thoracal dan Lumbal, Cermin Dunia Kedokteran No.

146, Akademi Fisioterapi Departemen Kesehatan RI. Makassar

Sulistyawan, Abriyani. 2007. Analisis Kerja Lembur Dan Produktivitas Tukang

Batu Pada Proyek Konstruksi. Wonosobo: Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sains Al-Qur’an Wonosobo.

Sundari, Komang Nelly. 2011. Sikap Kerja Yang Menimbulkan Keluhan

Muskuloskeletal Dan Meningkatkan Beban Kerja Pada Tukang Bentuk

Keramik. Bali: Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi (Bppt).

Susihono, Wahyu Dan Wahyu P. 2012. Perbaikan Postur Kerja Untuk

Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal Dengan Pendekatan Metode Owas

(Studi Kasus Di Ud. Rizki Ragil Jaya – Kota Cilegon). Serang: Jurusan

Teknik Industri – Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Tarwaka (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Produktivitas. UNIBA Press. Surakarta.

Yaman, Onur Dan Sedat. D. 2014. Kyphosis Diagnosis, Classification And

Treatment Methods. Turkey: Neuro Spinal Academy.