hubungan antara resiliensi dengan work engagement …

4
PENDAHULUANl uar biasa (SLB) mer upakan salah satu komponen Terdapat sekitar 4, 2 j ut a anak di I ndonesi a yangpendidi kan yang secara l angsung memengaruhit ingkat memiliki kebutuhan khusus. Anak berkebutuhankeberhasilan anak berkebut uhan khusus dalam khusus merupakan anak yang mengalami gangguanmenempuh perkembangannya. f i sik, ment al , sosi al , dan emosional. Gangguan i niPekerjaan gur u dal am menghadapi anakdidi k bi asanya sudah t er det eksi pada masa kehamilanbanyak meni mbul kan ket egangan dan frustr asi . hingga usi a di ni saat tumbuh kembang anak (www.Ter ut ama menjadi gur u SLB bukanlah pekerj aan bkkbn.go.id/ ViewBer it a diakses 2 Desember 2013).yang mudah, butuh perj uangan l ebih, selai n hams Pemeri nt ah I ndonesia telah mengeluar kan per aturanmemiliki pengetahuan tentang anak- anak berkebut uhan untuk member ikan pelayanan berbeda bagi anak-khusus, guru SLB dituntut unt uk mempunyai kesabaran anak berkebutuhan khusus yai tu dengan adanyayang t i nggi, kesehatan f isi k dan juga ment al yang pendi dikan khusus berupa sekol ah inkl usi ataubai k dalam bekerj a. Seor ang guru SLB juga t idak sekol ah luar bi asa.hanya dit unt ut unt uk mampu mengaj ar kan sej uml ah Suat u sist em pendidi kan dapat berjal an denganpenget ahuan dan ket erampi lan yang sesuai dengan baik ber gant ung pada beber apa fakt or , sepert i gur u, pot ensi dan kar akt erist i k si swanya, melainkan j uga muri d, kur i kulum dan f asil i tas. Ber dasarkan hal harus mampu berper an sebagai t er api s, pekerj a ter sebut, gur u merupakan hal yang pali ng pentingsosial , par amedis dan admi nistr asi. dan mer upakan poros ut ama dar i sel uruh str ukturMasal ah yang timbul pada gum pendidikan umum pendi dikan ( Hamal i k, 2003). Gur u pada sekolaht ent u saj a tidak sama dengan masal ah yang t i mbul Jur nal Psi koisl ami ka I Volume 11 Nomor 2 Tahun 201417 Eka Yul ia Asfi yah Endah Kurni awat i P. Fakultas Psi kologi Univer sit as Islam Negeh ( UIN) Maulana Malik I br ahim Mal ang Jl . Gaj ayana 50 Mal ang Telp. (0341) 558916 Abstrak - Peneli t i an i ni bert ujuan untuk menget ahui t i ngkat wor k engagement dan resi l iensi pada gur u di sekolah luar bi asa ( SLB), sert a hubungan ant ar a resil i ensi dengan wor k engagement pada guru di SLB Putr a Jaya. Peneli ti an i ni menggunakan pendekat an kuant i t at if kor el asi onal dengan juml ah sampel 24 or ang guru. Pengumpulan dat a di l akukan dengan menggunakan met ode kuesioner at au angket resili ensi dengan reli abi li tas a = 0,958 dan angket wor k engagement dengan reliabil it as a = 0,905. Tekni k anal i sis dat a menggunakan anali sis regresi l i near seder hana. Berdasar kan hasil peneli t ian dapat disi mpulkan: (1) ti ngkat resil iensi gur u ber ada pada kat egori tinggi dengan per sent ase 95%, (2) t i ngkat wor k engagement gur u ber ada pada kategor i t inggi dengan per sent ase 86%, ( 3) nilai F hi tung = 40, 021 dan F t abel=4, 38 maka Fhi tung > Ftabel dengan si gnifi kan p = 0,000. Hasil i ni menunjukkan hubungan ant ar a resiliensi dengan work engagement . Besar nya hubungan ant ar a r esil iensi dengan wor k engagement menghasi l kan nilai kor el asi sebesar R = 0,823 dan menunjukkan adanya korel asi posit i f . Sebagai r i ncian resiliensi memil i ki sumbangan ef ekt if t er hadap work engagement sebesar 67,8%. Kat a Kund: Work Engagement , Resil iensi PSIKOI SLAMIKA. Jur nal Psi kologi I sl am (JPI ) copyr ight © 2014 Labor at ori um Peneli t ian, Kaj i an Psikologi I slam dan Pener bi t an. Volume 11. Nomor 2, Tahun 2014 HUBUNGAN ANTARA RESI LI ENSI DENGAN WORK ENGAGEMENT PADA GURU Dl SLB

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUANluar biasa (SLB) merupakan salah satu komponenTerdapat sekitar 4,2 juta anak di Indonesia yangpendidikan yang secara langsung memengaruhitingkat

memiliki kebutuhan khusus. Anak berkebutuhankeberhasilan anak berkebutuhan khusus dalamkhusus merupakan anak yang mengalami gangguanmenempuh perkembangannya.fisik, mental, sosial, dan emosional. Gangguan iniPekerjaan guru dalam menghadapi anakdidikbiasanya sudah terdeteksi pada masa kehamilanbanyak menimbulkan ketegangan dan frustrasi.hingga usia dini saat tumbuh kembang anak (www.Terutama menjadi guru SLB bukanlah pekerjaanbkkbn.go.id/ViewBerita diakses 2 Desember 2013).yang mudah, butuh perjuangan lebih, selain hamsPemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturanmemiliki pengetahuan tentang anak-anak berkebutuhanuntuk memberikan pelayanan berbeda bagi anak-khusus, guru SLB dituntut untuk mempunyai kesabarananak berkebutuhan khusus yaitu dengan adanyayang tinggi, kesehatan fisik dan juga mental yangpendidikan khusus berupa sekolah inklusi ataubaik dalam bekerja. Seorang guru SLB juga tidaksekolah luar biasa.hanya dituntut untuk mampu mengajarkan sejumlah

Suatu sistem pendidikan dapat berjalan denganpengetahuan dan keterampilan yang sesuai denganbaik bergantung pada beberapa faktor, seperti guru,potensi dan karakteristik siswanya, melainkan jugamurid, kurikulum dan fasilitas. Berdasarkan halharus mampu berperan sebagai terapis, pekerjatersebut, guru merupakan hal yang paling pentingsosial, paramedis dan administrasi.

dan merupakan poros utama dari seluruh strukturMasalah yang timbul pada gum pendidikan umumpendidikan (Hamalik, 2003). Guru pada sekolahtentu saja tidak sama dengan masalah yang timbul

Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 2 Tahun 201417

Eka Yulia AsfiyahEndah Kurniawati P.

Fakultas PsikologiUniversitas Islam Negeh (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 558916

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat work engagement dan resiliensipada guru di sekolah luar biasa (SLB), serta hubungan antara resiliensi dengan work engagementpada guru di SLB Putra Jaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasionaldengan jumlah sampel 24 orang guru. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metodekuesioner atau angket resiliensi dengan reliabilitas a = 0,958 dan angket work engagementdengan reliabilitas a = 0,905. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear sederhana.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) tingkat resiliensi guru berada pada kategoritinggi dengan persentase 95%, (2) tingkat work engagement guru berada pada kategori tinggidengan persentase 86%, (3) nilai F hitung = 40,021 dan F tabel=4,38 maka Fhitung > Ftabeldengan signifikan p = 0,000. Hasil ini menunjukkan hubungan antara resiliensi dengan workengagement. Besarnya hubungan antara resiliensi dengan work engagement menghasilkan nilaikorelasi sebesar R = 0,823 dan menunjukkan adanya korelasi positif. Sebagai rincian resiliensimemiliki sumbangan efektif terhadap work engagement sebesar 67,8%.

Kata Kund: Work Engagement, Resiliensi

PSIKOISLAMIKA. Jurnal Psikologi Islam (JPI) copyright © 2014 Laboratorium Penelitian, KajianPsikologi Islam dan Penerbitan. Volume 11. Nomor 2, Tahun 2014

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGANWORK ENGAGEMENT PADA GURU Dl SLB

Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 2 Tahun 201418

Schaufelli & Bakker, 2003 (dalam Indrianti R& Hadi Cholichul, 2012) menyatakan bahwa workengagement pada dasarnya dipengaruhi oleh duahal yaitu model JD-R (job demand-resources model)dan sumber pribadi (personal resources). Akantetapi menurut Schaufeli a Bakker, 2004 (dalamWedhalaksmi Farisa H, 2013) job demands dapatberubah menjadi stres kerja bila disertai dengantuntutan yang membutuhkan usaha besar, yang padaakhirnya dapat menimbulkan efek negatif sepertidepresi, kecemasan dan burnout.

Dalam sektor pendidikan, guru relatif memilikiskor burnout yang tinggi dibanding dengan pekerjadi industri lain, misal 20% guru menunjukkan bahwamereka secara emosional kelelahan atau merasakosong setelah jam kerja, jika dibandingkan dengan13% total tenaga kerja lain (Konermann, 2011).Oleh sebab itu, work engagement pada seorangguru juga perlu memperhatikan personal resourcesyang didefinisikan sebagai 'aspek diri terkait denganresiliensi yang dimiliki seseorang'. Sumber pribadi(personal resources) ini menjadi dukungan positifuntuk setiap individu dalam evaluasi kemampuannyauntuk mengontrol dan memengaruhikesuksesandalam lingkungan kerja (Konermann, 2011).

Untuk menghadapi kondisi tersebut seorangguru di SLB diharapkan memiliki kemampuanberadaptasi terhadap kondisi sulit menyangkut anakberkebutuhan khusus. Hal ini disebut resiliensi yangmerupakan salah satu faktor yang memengaruhi workengagement. Resiliensi secara umum didefinisikansebagai kemampuan beradaptasi terhadap situasi-situasi yang sulit dalam kehidupan. Resiliensi initerkait dengan pengembangan efikasi guru dandidukung oleh kompetensi emosional, yang merupakanperan penting dalam keberhasilan pengajaran dankomitmen jangka panjang terhadap profesi.

Data penelitian Vernold (2008) menunjukkanbahwa sebagian besar guru pendidikan khususyang berencana untuk tetap mengajar pada tahunberikutnya memiliki tingkat kepuasan yang tinggiterhadap faktor pembentuk resiliensi, sedangkanguru-guru yang berencana meninggalkan pekerjaanmereka memiliki tingkat kepuasan yang rendah.

Begitu pula pada guru di SLB Putra Jaya,meskipun disertai dengan kondisi-kondisi sulityang dialami anak berkebutuhan khusus dalam

belajar, mereka tetap melaksanakan kewajibanuntuk mengajar anak berkebutuhan khusus hinggaterdapat beberapa guru yang telah mengajar kuranglebih 13 Tahun (data guru di SLB Putra Jaya). Daribeberapa permasalahan tersebut di atas juga terjadi

pada guru pendidikan khusus. Beberapa penelitianmenunjukkan guru pendidikan khusus memilikitingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan gurupendidikan umum. Menangani anak berkebutuhankhusus dapat menimbulkan kelelahan fisik dan mentalkarena anak berkebutuhan khusus membutuhkanlebih banyak perhatian dan pelatihan dibandingkananak normal.

Kemudian hasil observasi yang dilakukanpeneliti di SLB Putra Jaya (selama bulan Juli 2013)menunjukkan bahwa beberapa guru mengalamikejenuhan dengan pekerjaannya yang kemudianmemengaruhiperforma dalam mengajar antaralain yaitu bersikap keras (mudah marah) dalammenghadapi siswa-siswa yang lamban dalammemahami pelajaran, kurangnya memiliki sikapprososial pada setiap siswanya yang membutuhkanbantuan rawat diri seperti saat murid mengeluarkanair liur, beberapa guru cenderung jijik melihat haltersebut. Hal ini dikarenakan mereka melakukanpekerjaan hanya sebatas untuk memenuhi tuntutankerja. Selain itu beberapa guru juga kurang begitupeka terhadap emosi murid sehingga hal ini akanmempersulit anak dalam belajar.

Berdasarkan data-data di atas menunjukkanmasalah-masalah yang dialami oleh guru SLB sepertiaspek lingkungan kerja, gaji, dan hubungan sosial.Hal ini merupakan indikasi hubungan-hubunganantara variabel seperti yang ditunjukkan olehmodel hubungan JD-R (Job Demand-Resources)Bakker dan Schaufelli (2004) yang merupakan salahsatu faktor yang memengaruhi work engagementseseorang (dalam Tanudjaja Regina M, 2013).Smulder, 2006 (dalam Schaufeli, 2011) menyatakanbahwa ada beberapa pekerjaan yang menuntut workengagement yang tinggi, salah satunya guru, karenapekerjaan tersebut melibatkan kualitas pelayanansebagai modal utamanya (dalam Indrianti R Et HadiCholichul, 2012).

Schaufeli, dkk, (2001) mendefinisikan workengagement sebagai positivitas, pemenuhan kerjadari pusat pikiran yang memiliki dimensi yaituvigor, dedication dan absorption. Vigor adalahlevel energi yang tinggi, adanya kemauan untukinvestasi tenaga, persistensi, tidak mudah lelah.Dedication adalah keterlibatan yang kuat ditandai olehantusiasme, rasa bangga, dan inspirasi. Absorption

adalah keadaan terjun total (total immersion) padapekerja yang dikarakteristikkan oleh cepatnyawaktu berlalu dan sulitnya memisahkan seseorangdari pekerjaannya.

19Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 2 Tahun 2014

aspek di setiap individu yang umumnya berkaitandengan resiliensi, khususnya pada perubahan situasitertentu, sumber pribadi ini adalah dukungan positifuntuk setiap individu dalam evaluasi kemampuannyauntuk mengontrol dan memengaruhikesuksesandalam lingkungan kerja (Konermann, 2011).

Variabel resiliensi jika dikorelasikan denganvariabel work engagement akan menghasilkankorelasi sebesar 0,823. Nilai korelasi antara varibelresiliesi dengan varibel work engagement memilikitanda (+) positif. Maka hal ini menunjukkan keduavariabel tersebut mempunyai hubungan searah.Artinya semakin tinggi resiliensi maka semakintinggi pula work engagement.

Kemudian R Square (koefisien determinan)resiliensi menghasilkan nilai sebesar 0,678 atausama dengan 67,8^. Hal ini berarti bahwa adasumbangan efektif yang diberikan resiliensi terhadapwork engagement sebanyak 67,8%. Dengan demikianmasih ada 33% faktor lain yang memengaruhiworkengagement pada guru SLB (sekolah luar biasa) diPutra Jaya Malang.

Seorang guru SLB dikatakan memiliki resiliensiapabila mereka mampu bertahan dan beradaptasipada kondisi sulit yang dihadapi dalam mengajar anakberkebutuhan khusus (ABK). Jika hal ini diimbangidengan memiliki sikap work engagement makaguru akan memandang positif terhadap masalahyang dihadapi serta pada organisasi tempat dirinyabekerja. Guru SLB dengan work engagement yangtinggi secara kuat memihak pada jenis pekerjaanyang dilakukan dan benar-benar peduli dengan jeniskerja itu. Sehingga masalah apapun yang akan munculterkait dengan tingkah laku anak berkebutuhankhusus maupun masalah mengenai organisasi tidakakan mengganggu tugas dan kewajibannya sebagaiseorang guru yang profesional.

KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

(1) tingkat resiliensi guru berada pada kategori tinggidengan persentase 95%, (2) tingkat work engagementguru berada pada kategori tinggi dengan persentase86%, (3) nilai FH|timg = 40,021 dan FTabe=4,38 maka

FHitm8 > Fx.b., = (40>021 > 4.38> denSan signifikansi p= 0,000. Hasil ini berarti hipotesis yang menyatakanadanya hubungan antara resiliensi dengan workengagement diterima. Besarnya hubungan antaravariabel resiliensi jika dikorelasikan dengan variabelwork engagement akan menghasilkan nilai korelasisebesar R = 0,823. Sebagai rincian resiliensi memilikisumbangan efektif terhadap work engagementsebesar 67,8 %.

di SLB Putra Jaya Malang sehingga penting untukmengetahui work engagement dan Resiliensi Gurudi SLB tersebut.

Selain itu, sangat minim penelitian menyangkutwork engagement dan resiliensi yang ditakukanpada guru SLB sehingga ha I inilah yang menarikminat penulis untuk melakukan penelitian mengenaihubungan resiliensi terhadap work engagement guruSLB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuitingkat work engagement dan resiliensi pada guru disekolah luar biasa, serta hubungan antara resiliensidengan work engagement pada guru di SLB.

METODEPenelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif korelasional yang bertujuan untukmenemukan ada tidaknya hubungan antara dua ataubeberapa variabel, seberapa erat hubungan sertaberarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2006).Dalam penelitian ini dikarenakan jumlah subjekpenelitian sedikit sehingga menggunakan sampeltotal atau disebut penelitian populasi dengan jumlahsubjek 24 orang guru di SLB Putra Jaya Malang.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakanmetode kuesioner atau angket resiliensi yangberjumlah 24 aitem dan angket work engagementyang berjumlah 17 aitem. Teknik analisis yangdigunakan adalah dengan cara mengklasifikasikanke dalam tiga kategori; tinggi, sedang; rendah danmenggunakan analisis regresi linear sederhanauntuk mengetahui koefisien korelasi antara variabelresiliensi dengan variabel work engagement.

DISKUSIBerdasarkan hasil analisis regresi linear

sederhana pada resiliensi dan work engagementmenghasilkan Fhltllng = 40,021 dengan signifikan 0,000.Pada penelitian ini diketahui Ftabel = 4,38 denganmenggunakan taraf signifikansi sebesar 0,005 makaFhung > F,.b.,= (40>021 > 4.38)- Nilai signifikansi F(0,005) jika dibandingkan dengan signifikansi padahasil uji Anova (0,000), maka Sig. < Sig. F (0,000 <0,005). Dari perbandingan di atas, dengan melihatuji F maupun dengan melihat signifikansi yang lebihkecil dari 0,005 sehingga dapat diambil kesimpulanbahwa kontribusi variabel bebas yaitu resiliensisiginifikan terhadap variabel terikat yaitu work

engagement.

Hal ini sesuai dengan pendapat Schaufelli &Bakker, 2003 (dalam Konermann, 2011) personalresource adalah prediktor utama dari work engagement.Personal resource (sumber pribadi) merupakan

Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 2 Tahun 201420

Burnout and: A Confirmative Analytic Approach.Journal of Happiness Studies.

Tanudjaja Regina M. 2013. Hubungan AntaraKonflik Keluarga-Kerja, Makna Kerja SebagaiPanggilan, Dan Persepsi Terhadap DukunganOrganisasional Dengan Keterikatan Kerja PadaGuru. Jurnal llmiah Mahasiswa UnieversitasSurabaya Vol.2 No.1.

Vernold, Erica Lynn. 2008. Special Education TeacherResiliency: What Keeps Teachers in the Field?.University of North Carolina.

Wedhalaksmi Farisa H. 2013. Umpan Batik HasilAssessment Centre Untuk MeningkatkanKeterikatan Kerja Pekerja. Tesis. ProgramMagister Profesi Psikologi Universitas GadjahMada Yogyakarta.

www.bkkbn.go.id/ViewBerita diakses 2 Desember

2013

DAFTAR PUSTAKAArikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.Hamalik, Oemar. 2003. Pendidikan Guru Berdasarkan

Pendekatan Kompetensi. Jakarta: BumiAksara.

Indrianti R & Hadi Cholichul. 2012. Hubungan AntaraModal Psikologis dengan Keterikatan Kerja PadaPerawat di Instalasi Rawat Inap Rumah SakitJiwa Menur Surabaya. Jurnal Psikologi Industridan Organisasi Fakultas Psikologi UniversitasAirlangga Surabaya Vol.1 No.02

Konermann, Judith. 2011. Teachers' Work EngagementA Deeper Understanding of The Role of Joband Personal Resources in Relationship ToWork Engagement, Its Antecedents, and ItsOutcomes

Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma, & Bakker.2001. The Measurement of Engagement and