hubungan antara pola asuh orang tua dan …/hubungan... · pola asuh orang tua adalah perlakuan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN
DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA
KELAS XI SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
PRIHANTO
NIM K8406037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN
DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA
KELAS XI SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI
TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh:
PRIHANTO
NIM K8406037
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di Hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Haryono, M.Si Dra. Siti Rochani, M.Pd
NIP. 1951 0101 198103 1 005 NIP. 1954 0213 198003 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di Hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 28 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. MH. Sukarno, M.Pd 1. _________
NIP: 1951 0601 197903 1 001
Sekretaris : Dra. Siti Chotijah, M.Pd 2. __________
NIP: 1948 1214 198003 2 001
Anggota I : Drs. Haryono, M. Si. 3. _________
NIP. 1951 0101 198103 1 005
Anggota II : Dra. Siti Rochani, CH, M.Pd. 4. __________
NIP. 1954 0213 198003 2 001
Disyahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 1960 0727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Prihanto. K8406037. HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG
TUA DAN KEDISIPLINAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI
PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 NGEMPLAK TAHUN AJARAN
2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Hubungan antara Pola
Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Ngemplak Tahun Ajaran 2009/2010; (2) Hubungan antara Kedisiplinan
dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngemplak
Tahun Ajaran 2009/2010; (3) Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dan
Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas XI SMA Negeri
1 Ngemplak Tahun Ajaran 2009/2010.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif
korelasional. Populasi penelitian ialah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1
Ngemplak Tahun Ajaran 2009/2010, sejumlah 115 siswa. Sampel diambil dengan
teknik simpel random sampling sejumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan teknik angket. Teknik analisis data yang
digunakan dengan menggunakan analisis statistik dengan teknik regresi ganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) hipotesis 1 “Ada
hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi
pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Ajaran 2009/2010”,
diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan rx1y =
0,322 dan ρ = 0,057. (2) hipotesis 2 “Ada hubungan positif antara kedisiplinan
dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngemplak
Tahun Ajaran 2009/2010”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data
yang menunjukkan rx2y = 0,442 dan ρ = 0,008. (3) hipotesis 3 “Ada hubungan
positif antara pola asuh orang tua dan kedisiplinan dengan prestasi belajar
sosiologi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Ajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2009/2010”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang
menunjukkan Ry(x1,2) = 0,499 , ρ = 0,010 dan F = 5,298.
MOTTO
”Anak-anak bukanlah milik kita, mereka adalah milik sang hidup. Mereka rindu
pada diri mereka sendiri. Lewat kita mereka hadir, tapi bukan dari kita.
Mereka ada pada kita, tapi bukan hak kita”
(Kahlil Gibran)
”Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu dan
mendatangkan suka cita kepadamu”
(Henry N. Siahaan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Bapak Yoso Sumarno dan Ibu Waginem
tercinta, yang selalu memberi doa dan
kasih sayang untukku menikmati hidup.
2. Kakak-kakakku, kalian adalah semangat
bagiku.
3. Keluarga besarku, terima kasih atas
dukungannya.
4. Teman-temanku Pendidikan Sos-Ant ’06
terima kasih atas kebersamaan kalian.
5. Almamater
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di lingkungan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menghadapi banyak hambatan.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan-hambatan tersebut
dapat peneliti atasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuan, peneliti menyampaikan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof.Dr.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta,
3. Drs. MH. Sukarno,M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi
Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Drs. Haryono, M.Si, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
dorongan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini sekaligus
Penasehat Akademik atas bimbingan dan nasihatnya.
5. Dra. Siti Rochani, CH, M.Pd, Pembimbing II yang telah memberikan
semangat, bimbingan, pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Drs. Tri Wahyudi, Kepala SMA Negeri 1 Ngemplak yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
7. Dra. Purwanti guru pembimbing yang telah memberikan bantuan,
bimbingan dan semangat kepada penulis.
8. Ayah dan Bunda tercinta, terima kasih atas bimbingan, do’a dan
dukungannya selama ini.
9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Peneliti berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang terkait khususnya bagi kepentingan pendidikan terutama bidang
pengajaran Sosiologi Antropologi.
Surakarta, 28 Juli 2010
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………............. i
PENGAJUAN……………………………………………………………………. ii
PERSETUJUAN……………………………………………………………….... iii
PENGESAHAN……………………………………………………………….… iv
ABSTRAK……………………………………………………………………...... v
MOTTO……………………………………………………………………....... .vii
PERSEMBAHAN………………………………………………………...…… viii
KATA PENGANTAR………………………………………………………....... ix
DAFTAR ISI……………………………………………………...………..……. xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………….…......…. xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...… xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………….………………..1
B. Identifikasi Masalah…………… ……………………………5
C. Pembatasan Masalah……………………...………………….5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Perumusan Masalah…………………... …………………….6
E. Tujuan Penelitian………………………………….…………7
F. Manfaat Penelitian……………………………….…………..7
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka…………………………………….…..…...8
1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar Sosiologi....………….8
2. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua….……….……17
3. Tinjauan Tentang Kedisiplinan ..........……………….....34
B. Penelitian yang Relevan………………………………….....47
C. Keranga Berpikir…………………………..………………..48
D. Hipotesis ……………………………………………………50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………...…………….51
B. Variabel …………………………………………………….52
C. Metode Penelitian……………………………………..……56
D. Populasi dan Sampel ...............................................………..60
E. Metode Pengumpulan Data…..…………………………….68
F. Teknik Analisis Data…………………………………...…..74
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi …………….……………………………..79
B. Deskripsi Data………………………………..………….....81
C. Pengujian Persyaratan Analisis ……………………………86
D. Pengujian Hipotesis………………………………...……....92
E. Pembahasan Hasil Analisis Data……………………….......99
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………….………………….....103
B. Implikasi…………………………….………….………….104
C. Saran………………………………….……………………104
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..…..……………..105
LAMPIRAN………………………………………….…..……………………..109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu bangsa memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk
melanjutkan pembangunan disegala bidang. Bidang pendidikan merupakan salah
satu sarana dan prasarana bagi suatu bangsa untuk memajukan dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, sehingga pendidikan merupakan faktor penting
yang harus diperhatikan dalam rangka mewujudkan pembangunan suatu bangsa.
Oleh karena itu, pemerintah berusaha membangun sektor pendidikan secara
terencana, terarah serta terpadu dengan keseluruhan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pembangunan kehidupan suatu bangsa baik bidang ekonomi,
sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi serta sosial maupun budaya.
Peningkatan sektor pendidikan ini diharapkan mampu menyiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, seperti disebutkan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ( UUSPN No. 20 tahun 2003 ) bab
II pasal 3 yang menyatakan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendidikan Nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis, serta bertanggung jawab.
Keberhasilan dalam pelaksanaan pendidikan sangat ditentukan oleh
keberhasilan belajar seorang anak. Keberhasilan belajar seorang anak dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor, menurut Slameto (2003:54) “Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor intern
dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu”.
Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor
ekstern adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu. Faktor ekstern yang
ada pada diri individu antara lain: cara mengajar guru, keadaan keluarga, fasilitas
belajar, pola asuh orang tua dan sebagainya. Sedangkan faktor intern antara lain :
kecerdasan, kedisiplinan, motivasi diri, kematangan pribadi, keadaan psikologis
dan sebagainya. Faktor dari dalam diri anak merupakan salah satu faktor yang
mempunyai peran sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar. Hal
tersebut dapat dipahami, sebab dalam proses belajar sasaran utamanya adalah
individu sebagai subyek belajar.
Dalam proses belajar, prestasi seorang anak biasanya akan menjadi alat
ukur keberhasilan dalam belajar. Prestasi belajar adalah penilaian dari hasil belajar
mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat
yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh seorang siswa dalam periode
tertentu. Seorang anak dapat berhasil dalam belajar dan mempunyai prestasi yang
tinggi jika didukung suasana yang nyaman dalam lingkungan keluarga serta
kedisiplinan anak itu sendiri dalam belajar. Tingginya tingkat kedisiplinan anak
dalam belajar akan sangat menentukan prestasi belajarnya, sehingga kedisiplinan
anak dalam belajar perlu ditingkatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kedisiplinan anak dalam belajar adalah satu aspek dalam kegiatan belajar
mengajar yang harus ditingkatkan pada diri anak. Pada umumnya anak sulit untuk
mengatur waktu belajar dirumah. Ketidakmampuan anak dalam mengatur waktu
belajar dirumah dikarenakan jiwa kedisiplinan pada anak belum terbentuk.
Kedisiplinan pada diri seseorang tidak bisa muncul seketika, namun harus
ditanamkan sejak dini pada diri anak. Penanaman kedisiplinan pada anak
memerlukan latihan dan bimbingan dalam pelaksananya. Penanaman kedisiplinan
dapat diajarkan pada anak melalui kebiasaan-kebiasaan kecil dalam keluarga,
seperti kebiasaan mengatur tempat belajar, menyiapkan buku-buku pelajaran,
tidak menunda-nunda mengerjakan PR, dan kebiasaan mengatur waktu belajar.
Disiplin dari seorang anak tidak dapat tumbuh tanpa adanya dukungan dari
pendidik baik keluarga, guru, maupun masyarakat. Penanaman kedisiplinan pada
anak tidak dapat dilakukan hanya dirumah saja, tetapi kedisiplinan perlu
ditanamkan pada diri anak ketika di sekolah. Kedisiplinan anak di sekolah akan
sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Kedisiplinan di sekolah ini dapat
terwujud jika siswa-siwanya mempunyai jiwa kedisiplinan yang tinggi pula.
Kedisiplinan yang tinggi pada siswa merupakan bentuk pengendalian diri untuk
melaksanakan suatu aktivitas belajar, sehingga dengan disiplin yang tinggi dalam
belajar yang tertanam dalam diri siswa diharapkan dapat membantu kelancaran
dalam proses belajar mengajar dan siswa dapat mencapai prestasi yang
diinginkan.
Sedangkan salah satu faktor luar yang menentukan prestasi belajar anak
adalah pola asuh orang tua. Singgih D Gunarso (2000: 5) menyatakan “pola asuh
orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua
menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anaknya”.
Pola asuh orang tua adalah perlakuan atau hubungan interaksi yang terjadi antara
orang tua dengan anaknya. Hubungan interaksi ini terjadi antara orang tua dengan
anak dalam proses membimbing, mendidik, dan mengasuh. Pada dasarnya
hubungan interaksi yang terjadi ini dikarenakan saat pertama kali dilahirkan
dimuka bumi ini manusia berada di tengah-tengah keluarga, ditengah kasih sayang
ibu dan ayah. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
anak manusia. Vembriarto (1990: 36) mendefinisikan keluarga “ keluarga
merupakan kelompok sosial terkecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu dan
anak”. Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak dan
pengaruhnya sangat besar dalam pembentukan moral, kepribadian, watak serta
perilaku mereka. Tipe atau bentuk pola asuh orang tua untuk mendidik anak-
anaknya sangat bermacam-macam dan bervariasi. Menurut Elizabeth B. Hurlock
terjemahan Meitasari Tjandrasa (1999: 93) mengemukakan bahwa “ Pola asuh
orang tua dibedakan atas pola otoriter, pola laissez faire, dan pola
demokratis”.Pola asuh otoriter yaitu orang tua dalam memenuhi kebutuhan anak
dengan cara mengontrol tingkah laku anak secara ketat, selalu mengatur
kehidupan anak, dan orang tua selalu menuntut anak untuk mentaati semua
peraturan yang di buat. Pola asuh demokratis yaitu perlakuan orang tua yang
selalu memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapat
tentang segala sesuatu yang menyangkut kehidupan pribadinya. Pola asuh liberal
yaitu perlakuan orang tua yang membebaskan anak untuk berbuat sesuai dengan
keinginannya, tanpa disertai dengan adanya kontrol dan pengawasan orang tua.
Suatu cara yang digunakan orang tua dalam mendidik anak-anaknya
cenderung mengarah pada pola asuh yang diterapkan. Orang tua yang mendidik
dan mengasuh anaknya dengan keras atau otoriter dapat membentuk watak anak
yang disiplin dan penurut dalam arti mematuhi norma-norma yang ada dalam
lingkunganya. Namun dapat juga terjadi hal-hal yang sebaliknya, anak akan
menjadi suka memberontak dan sulit untuk diarahkan. Oleh karena itu pola asuh
orang tua harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Kedua faktor tersebut baik kedisiplinan maupun pola asuh orang tua
mempunyai hubungan yang sangat erat bagi keberhasilan proses belajar anak. Hal
itu dapat dilihat dari data angka kelulusan di Jawa tengah tahun 2008. Fadhial
Falah (dalam Kompas sabtu, 14 juni 2008) menyajikan angka kelulusan sebagai
berikut:
Angka kelulusan siswa SMA sederajat tahun 2007 sebesar 92,29 persen,
sedangkan pada tahun 2008 angka kelulusan turun menjadi 91,93 persen. Dari
data tersebut dapat kita lihat bagaimana angka ketidaklulusan justru mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peningkatan dari tahun 2007 yang hanya 7,71 persen menjadi sebesar 8,07 persen
ditahun 2008”.
SMA Negeri 1 Ngemplak yang merupakan salah satu SMA yang ada di
Jawa tengah perlu waspada terhadap angka kelulusan tersebut. Hal itu
dikarenakan masih adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa, sehingga
perlu adanya penyelesaian terhadap masalah-masalah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang prestasi belajar sosiologi ditinjau dari faktor yang
mempengaruhinya, yaitu pola asuh orang tua dan kedisiplinan belajar pada siswa.
Mengingat jumlah siswa yang terlalu banyak dan wilayah yang terlalu luas, maka
peneliti memutuskan untuk memilih suatu lokasi penelitian. Lokasi penelitian
yang dipilih oleh peneliti adalah SMA Negeri 1 Ngemplak. Mengacu pada kedua
faktor, maka peneliti ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul :
“HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN
DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI SMA
NEGERI 1 NGEMPLAK TAHUN AJARAN 2009/2010”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti dapat
mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh oleh kedisipinan anak dalam belajar.
2. Kedisiplinan belajar merupakan faktor intern yang menentukan prestasi
belajar siswa.
3. Banyak siswa yang mempunyai kedisiplinan belajar yang rendah, sehingga
tidak semua siswa mempunyai prestasi belajar yang tinggi.
4. Kedisiplinan belajar mencerminkan ketaatan dan kepatuhan siswa dalam
mengikuti tata tertib sekolah.
5. Pola asuh orang tua merupakan faktor ekstern yang mempunyai hubungan
yang erat dengan prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Penerapan pola asuh yang berbeda akan menghasilkan prestasi belajar pada
siswa yang berbeda pula.
7. Setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda dalam mendidik anak yaitu
cara otoriter, demokratis dan liberal.
8. Ada sebagian orang tua yang kurang memperhatikan cara mengasuh anak
yang baik, sehingga tahap perkembangan anak tidak diselesaikan dengan baik
pula.
9. Banyak orang tua yang sibuk sehingga kekurangan waktu untuk mengasuh
anak-anaknya, sehingga menyebabkan penyesuaian anak dalam belajar
terganggu.
10. Kedisiplinan pada anak dapat ditingkatkan dengan menerapkan pola asuh yang
sesuai dengan kondisi anak.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian sering muncul berbagai masalah yang berkaitan satu
sama lain. Agar masalah yang hendak dipecahkan tidak meluas dan lebih terfokus,
maka penelitian ini hanya membatasi masalah yang mengarah pada tujuan yang
akan dicapai yaitu untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dan
kedisiplinan terhadap prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Negeri 1
Ngemplak Tahun Ajaran 2009/2010, sehingga peneliti membatasi masalah
sebagai berikut :
1. Variabel Bebas
a. Pola Asuh Orang Tua : bentuk kegiatan dan kebiasaan yang dilakukan
dan digunakan oleh orang tua yaitu ayah dan ibu dalam rangka mendidik
dan membimbing anak-anaknya yang terdiri dari tiga jenis yaitu
demokratis, otoriter dan laisez faire.
b. Kedisiplinan : merupakan sikap, perbuatan atau tingkah laku siswa untuk
mematuhi secara sadar aturan-aturan yang telah ditetapkan orang yang
bersangkutan (siswa) maupun yang berasal dari luar (sekolah) dalam
belajar.
2. Variabel Terikat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Prestasi Belajar : hasil usaha belajar mata pelajaran sosiologi siswa yang
dinyatakan dalam bentuk angka maupun huruf yang disebut nilai, yang
diberikan guru kepada siswa setelah menempuh pengalaman belajar.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Adakah hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua dengan
Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ngemplak, Tahun
Ajaran 2009/2010 ?
2. Adakah hubungan positif yang signifikan antara Kedisiplinan dengan Prestasi
Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ngemplak, Tahun Ajaran
2009/2010 ?
3. Adakah hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua dan
Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Negeri
1 Ngemplak, Tahun Ajaran 2009/2010 ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh
Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Ngemplak, Tahun Ajaran 2009/2010 ?
2. Mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara
Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Negeri
1 Ngemplak, Tahun Ajaran 2009/2010 ?
3. Mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh
Orang Tua dan Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas
XI SMA Negeri 1 Ngemplak, Tahun Ajaran 2009/2010 ?
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia
pendidikan, guru maupun calon guru dan pembaca, antar lain :
1. Manfaat Teoritis :
a. Memberikan masukan bagi para peneliti lain untuk mengembangan
penelitian lain yang sejenis.
b. Menambah bahan pustaka Program Pendidikan Sosiologi-Antropologi,
utamanya Sosiologi Pendidikan dan Sosiologi Keluarga.
2. Manfaat Praktis :
a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi orang tua dalam mengasuh,
membesarkan dan memberikan pendidikan bagi anak-anaknya.
b. Memberikan masukan bagi siswa untuk meningkatkan kedisiplinan belajar
agar dapat lebih meningkatkan prestasi belajar.
c. Menambah pengetahuan pembaca tentang kedisiplinan belajar.
d. Sebagai bahan informasi bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan
tentang hubungan antara pola asuh orang tua dan kedisiplinan belajar
dengan prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
3. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Sosiologi
G. Pengertian Prestasi Belajar Sosiologi
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar
merupakan serangkaian tahapan untuk mencapai perubahan keseluruhan
perilaku individu yang relatif tetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif dan afektif yang
merupakan hasil dari proses kematangan, kemudian diwujudkan dalam prestasi
belajar. Dalam kategori Bloom terdapat tiga ranah utama pada proses belajar,
yaitu ranah kognitif (pikiran), ranah afektif (emosi), dan ranah psikomotorik
(perilaku).
Prestasi belajar merupakan perwujudan dari hasil belajar. Menurut
Singgih D Gunarso (1992: 41), “prestasi belajar adalah hasil maksimal yang
dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar”. Dapat disimpulkan
setelah belajar, keterampilan seseorang akan meningkat. Ditambahkan oleh
Syaiful Bahri Djamaroh (2002: 23), “prestasi belajar adalah hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas belajar”. Jadi dalam aktivitas belajar akan
mengakibatkan perubahan dalam perilaku maupun kecakapan. Perubahan
perilaku inilah yang disebut sebagai hasil belajar atau prestasi belajar.
Menurut Sutratinah Tirtonegoro ( 2001: 43), “Prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Maksudnya penilaian hasil
belajar yang telah dicapai oleh setiap anak dapat diukur secara semester atau
periode waktu yang telah ditentukan dan diwujudkan melalui simbol, angka,
huruf dan kalimat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Soerjono Soekanto (2002 : 19-20) memberikan lima definisi
Sosiologi Menurut para ahli, yaitu Pitirim Sorikin mengatakan bahwa Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara
aneka macam gejala-gejala sosial maupun non-sosial dan ciri-ciri umum semua
jenis gejala-gejala sosial. Roucek dan Warren mengemukakan bahwa Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-
kelompok. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya
yaitu oragnisasi sosial. J.A.A van Doorn dan C.J. Lammers berpendapat bahwa
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses
kemasyarakatan yang bersifat stabil. Selo Soemardjan dan Soelaeman
Soemardi menyatakan bahwa Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-
perubahan sosial.
Berdasarkan beberapa pengertian sosiologi di atas, penulis
menyimpulkan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam
struktur sosial dan proses-proses sosial yang terjadi, hubungan timbal balik,
serta perubahan-perubahan sosial. Dengan demikian prestasi belajar sosiologi
adalah hasil dari kegiatan belajar yang telah dicapai seseorang berupa
penguasaan pengetahuan dan keterampilan, yang diwujudkan dalam bentuk
angka, simbol maupun kalimat yang merupakan nilai yang diberikan guru
dalam periode tertentu dan mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
dengan mempelajari interaksi manusia yang meliputi struktur sosial dan
proses-proses sosial yang terjadi, hubungan timbal balik serta perubahan-
perubahan sosial.
H. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi merupakan faktor penting bagi siswa untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dalam menguasai materi yang dipelajarinya. Prestasi berfungsi
sebagai alat untuk mengungkapkan kebanggaan dan kepuasan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keberhasilan seseorang. Menurut Zainal Arifin (1990:3-4) fungsi utama dan
kegunaan prestasi belajar adalah:
1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai anak didik.
2. Prestasi belajar sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu
3. Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan.
4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan.
5. Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan)
anak didik.
Fungsi utama prestasi belajar dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Prestasi belajar sebagi indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai anak didik. Maksud pernyataan tersebut adalah
bahwa prestasi belajar berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh
hasil prestasi tersebut mempunyai nilai.
2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal
tersebut sebagai tendensi keingintahuan seorang anak dan
merupakan kebutuhan umum manusia.
3. Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan. Prestasi
dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi guna memperbaiki
mutu pendidikan yang lebih baik.
4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator intern
tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Sedangkan indikator
ekstern bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan
sebagai indikator kesuksesan anak didik.
5. Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan)
anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan
fokus utama, karena diharapkan dapat menyerap materi yang
diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan menurut Waridjan (1991: 4-5) manfaat hasil belajar siswa
adalah sebagai sebagai berikut :
(1) Dengan mengetahui hasil belajar siswa, guru mendisain program
pengajaran yang apabila dilaksanakan akan mengisi selisih antara apa
yang telah dicapai oleh siswa dengan apa yang dikehendaki oleh tujuan
pengajaran.
(2) Dengan mengetahui hasil belajar siswa dari waktu ke waktu, proses
kemajuan dan kemunduran belajar siswa dapat diikuti untuk maksud-
maksud memberikan motivasi belajar.
(3) Dengan mengetahui hasil belajar siswa, guru mengidentifikasi kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa dan konselor pengajaran mendiagnosis
kesulitan belajar siswa dalam rangka memberikan bimbingan dan
konseling pengajaran.
(4) Dengan mengetahui hasil belajar siswa dapat diramalkan keberhasilan
belajar siswa itu melanjutkan sekolahnya atau dapat diramalkan tingkat
keberhasilan kerja siswa itu dimasa depan apabila siswa itu memasuki
bidang pekerjaan tertentu.
(5) Dengan mengetahui hasil belajar siswa, guru menetapkan siswa dalam
kualifikasi tertantu (lulus atau tidak lulus), menetapkan peringkat siswa
dalam prestasi hasil belajar (rangking hasil ujian), menggolongkan
siswa ke dalam kelompok tertentu (kelompok pandai atau kelompok
yang kurang pandai) dan menyeleksi siswa untuk maksud-maksud
tertentu (memenuhi syarat atau tidak).
(6) Dengan mengetahui hasil belajar siswa, guru mempunyai indikator
tidak langsung tentang keberhasilan kerjanya, guru mempertimbangkan
untuk memperbaiki atau mempertahankan komponen-komponen
pengajaran yang selama ini dirakit menjadi sistem pengajaran dan
kemungkinan juga mempertimbangkan untuk memperbaiki atau
mempertahankan secara total sistem pengajaran itu.
(7) Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa termotivasi untuk belajar
secara lebih bersemangat, tekun dan teliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(8) Dengan mengetahui hasil belajarnya, terutama apabila disertai catatan-
catatan dan petunjuk-petunjuk tertentu dari guru yang menilai hasil
belajarnya, siswa juga menempuh proses belajar melalui
penyelenggaraan penilaian hasil belajar.
(9) Dengan mengetahui hasil belajarnya seketika seperti yang diperoleh
melalui modul dan mesin belajar (umpama dalam belajar dengan media
komputer atau “video disc”), siswa mendapatkan banyak petunjuk dan
kemudahan dalam proses belajar mandiri.
(10) Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa merancang program
belajarnya sesuai dengan kecepatannya dalam laju belajar apabila
kurikulum di sekolahnya menggunakan sistem kredit.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi prestasi belajar
adalah sebagai alat pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan, sebagai umpan balik bagi guru atau tenaga pengajar dalam
mengidentifikasi dan menangani kesulitan-kesulitan anak didik dalam proses
belajarnya. Fungsi prestasi belajar ini sangat penting, diharapkan dari hal ini
anak didik akan dapat mengukur kemampuannya dan berusaha untuk mencapai
prestasi belajar yang memuaskan. Selain itu prestasi belajar juga berfungsi
sebagai tolok ukur tingkat keberhasilan lembaga pendidikan dalam menghantar
anak didik menyelesaikan belajar.
I. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang anak merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang saling berhubungan baik yang ada dalam
diri ( faktor intern ) maupun dari luar diri ( faktor ekstern ) anak. Menurut
Slameto (2003: 54) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
J. Faktor intern, yang meliputi :
a. Faktor jasmani
b. Faktor psikologis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Faktor kelelahan
K. Faktor ekstern, terdiri :
a) Faktor keluarga
b) Faktor sekolah
c) Faktor masyarakat
Sebagai penjelasan penulis akan uraikan di bawah ini :
1) Faktor intern
a. Faktor jasmani
Kesehatan organ tubuh akan berpengaruh besar pada prestasi belajar.
Kondisi otak yang prima akan mudah menerima dan menyerap materi
maupun informasi.
b. Faktor psikologis
(1) Faktor intelegensi
Intelegensi yang tinggi akan mudah menyerap informasi yang
disampaikan dan seseorang akan mudah mencapai prestasi.
(2) Faktor perhatian
Perhatian yang terpusat akan lebih mudah menyerap informasi dan
memperoleh prestasi yang tinggi daripada perhatian yang kurang
atau tidak terpusat.
(3) Faktor minat
Minat siswa pada suatu kegiatan atau mata ajar yang positif akan
mempermudah dalam menjalani proses belajar.
(4) Faktor bakat
Bakat merupakan aspek psikis yang kuat dalam jiwa siswa yang
memungkinkan berpotensi jika dioptimalkan dengan baik.
(5) Faktor motivasi
Motivasi merupakan dorongan dari luar siswa yang dapat
menimbulkan semangat belajar. Bisa dari guru atau orang tua.
(6) Faktor kematangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Siswa yang matang akan menyadari kekurangan dan kelebihannya.
Ia akan menutupi kekurangannya dengan giat belajar dan
mengoptimalkan kelebihannya.
(7) Faktor kesiapan
Kesiapan siswa dalam kondisi siap akan mudah merespon
informasi dengan optimal, baik secara fisik dan mental.
c. Kelelahan
(1) Kelelahan jasmani
Siswa yang lelah jasmani, seperti lapar, mengantuk, kecapean akan
mengganggu proses belajar sehingga prestasi belajar menjadi
rendah atau turun
(2) Kelelahan rohani
Siswa yang lelah rohani akan menghambat informasi yang masuk
dalam pikiran. Hal ini bisa disebabkan oleh tekanan metal, masalah
takut yang dihadapi dan stress.
2) Faktor ekstern
a) Faktor keluarga
(1) Cara mendidik orang tua terhadap anak. Baik yang otoriter maupun
demokratis sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
(2) Suasana rumah yang menyenangkan atau membosankan.
(3) Hubungan antar anggota keluarga yang kurang baik atau harmonis.
(4) Pemenuhan ekonomi dan fasilitas yang mencukupi untuk
menunjang prestasi belajar.
(5) Perhatian orang tua yang cukup terhadap anak.
(6) Latar belakang budaya dimna anak bertempat tinggal.
b) Faktor sekolah
(1) Metode mengajar guru yang relevan dan variatif akan mendorong
pencapaian prestasi belajar yang tinggi dibanding dengan metode
monoton.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(2) Hubungan guru dan murid yang demokratis, terbuka dan
menyenangkan akan membuat siswa dekat dan mudah dalam
memecahkan masalah.
(3) Hubungan siswa dengan siswa yang kooperatif dan kompetitif
secara sehat akan menciptakan suasana belajar yang baik.
(4) Waktu belajar yang tepat akan berhubungan erat dengan tingkat
respon siswa. Misalnya pagi hari akan lebih efektif daripada siang
hari.
(5) Ukuran ruangan yang standar, sehingga siswa akan merasa nyaman
didalamnya.
(6) Metode belajar yang sesuai dengan keunikan masing-masing
menentukan penguasaan materi.
(7) Tugas rumah yang merangsang keaktifan belajar di luar sekolah.
(8) Kurikulum yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
(9) Disiplin belajar siswa yang tinggi.
(10) Standar pengajaran yang sesuai dengan kapasitas.
(11) Alat pengajaran yang memadai dan digunakana secara optimal.
c) Faktor masyarakat
(1) Kegiatan siswa di masyarakat memberikan dampak berarti bagi
prestasi belajar di sekolah. Keaktifan di organisasi kemasyarakatan
akan mempengaruhi pola perilaku yang teratur dan disiplin serta
cerdas dalam memecahkan masalah.
(2) Teman bergaul yang positif akan mendukung siswa mencapai
prestasi. Khususnya hubungan yang berkaitan dengan kepentingan
belajar.
(3) Kebiasaan yang berlaku di masyarakat dimana siswa tinggal.
Masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak
akan menetapkan aturan baik lisan maupun tertulis bagi warganya
yang mendukung penciptaan kondisi yang kondusif. Misalnya
aturan jam wajib belajar warganya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ditambahkan pula oleh Muhhibin Syah (2006: 132-138) bahwa faktor
jasmaniah/ fisiologis meliputi kesehatan indera dan pendengaran, faktor
psikologis meliputi intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi, faktor
lingkungan sosial sekolah meliputi guru, staf dan teman-teman, faktor non-
sosial meliputi gedung, rumah, alat belajar, cuaca, dan waktu belajar.
L. Penilaian prestai belajar
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa maka perlu diadakan tes,
seperti yang diungkapakan oleh Saifuddin Azwar (2002: 8) bahwa “tujuan
dilakukan tes adalah untuk mengungkap keberhasilan seseorang dalam
belajar”. Begitu juga dengan perubahan tingkah laku akibat proses belajar
dapat diketahui seberapa hasilnya terhadap seseorang dengan alat uji tes.
Menurut Zainal Arifin (1990: 46-49 ) alat uji tes ada beberapa macam yaitu :
1) Tes Diagnostik, untuk mengetahui kelemahan siswa, sehingga dapat
dilakukan perlakuan yang tepat.
2) Tes Formatif, untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk
setelah mengetahui suatu program atau sub bahan pelajaran tertentu.
3) Tes Sumatif, tes yang dilaksanakan setelah berakhir pembelajaran
program. Tes ini dilakukan setiap caturwulan atau semester.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Saifuddin Azwar (2002: 11) yang
mengungkapkan bahwa menurut fungsi tes dapat dibagi dalam beberapa
kelompok, antara lain: 1) Penempatan, 2) Formatif, 3) Diagnostik, 4) Sumatif.
Adapun untuk memperjelas fungsi tes prestasi belajar tersebut akan
dijabarkan sebagai berikut :
1. Penempatan yaitu penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk memasuki
individu ke dalam jurusan sesuai dengan kemampuan yang telah
diperlihatkannya pada hasil belajar yang telah lalu.
2. Formatif yaitu tes harian yang dilakukan setiap setelah habisnya suatu
program pelajaran untuk melihat sejauh mana kemajuan belajar yang telah
dicapai siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Diagnostik yaitu penggunaan hasil tes prestasi belajar, untuk mendeteksi
kelemahan-kelemahan pada saat belajar mengajar. Setelah mengetahui
kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar yang
telah dilakukan maka harus segera diperbaiki sehingga siswa dapat
memperoleh prestasi yang optimal.
4. Sumatif yaitu tes yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan belajar
siswa, apakah siswa dapat dinyatakan lulus dan dapat melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi atau tidak.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006: 205-206), ada 4 cara
menilai prestasi belajar berupa tes yang dibuat sendiri antara lain :
1. Cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah di susun, kadang-
kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau
bahasa, taraf kesukaran, dan lain-lain keadaan soal tersebut.
2. Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal
adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-
informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang disusun.
3. Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas. Validitas yang paling
penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler (content validity).
Untuk mengadakan checking validitas kurikuler, harus merumuskan tujuan
setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat
dijodohkan dengan setiap tujuan khusus.
4. Cara keempat adalah dengan mengadakan checking reliabilitas. Salah satu
indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa
kebanyakan dari soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan belajar yang
berwujud prestasi belajar dapat dilihat dari proses belajar mengajar. Prestasi
belajar yang dicapai siswa dapat dilihat dari nilai yang menunjukkan
kemampuan dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan
oleh guru dilakukan melalui tes prestasi belajar pada waktu-waktu tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Pola Asuh Orang Tua
a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dan utama,
dimana anak dapat berinteraksi dengan dunia diluar dirinya. Anak tumbuh dan
berkembang dibawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi
dengan lingkungannya dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan
hidup yang berlaku dilingkungannya. Ini disebabkan karena orang tua
merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak.
Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat banyak bagi anak-
anaknya, salah satu diantaranya adalah memberikan pengasuhan yang baik
bagi anak-anaknya. Sebagai pengasuh dan pembimbing yang baik dalam
keluarga, orang tua sangatlah berperan dalam memberikan dasar-dasar
perilaku bagi anak-anaknya. Segala tindakan, perilaku dan kebiasaan orang tua
selalu dinilai dan ditiru oleh anaknya yang kemudian secara sadar atau tidak
sadar akan diresapi dan dicontoh anak yang kemudian menjadi kebiasaan juga
bagi anak-anaknya. Dalam mengasuh putra putrinya, orang tua dihadapkan
pada banyak faktor, diantaranya adalah usia orang tua, tingkat pendidikan,
jenis kelamin, status sosial dan lain tingkat sosial ekonomi orang tua.
Disamping itu perlakuan orang tua dalam memelihara, membimbing serta
mengarahkan putra putrinya akan tercermin dalam pola asuh orang tua
terhadap anaknya.
Menurut Soedomo Hadi (2003: 22) mengatakan “orang tua adalah
ayah dan ibu yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya”.
Sedangkan menurut Diniarti F. Soe’oed dalam Ihromi (1999: 36)
mengemukakan “ orang tua adalah ayah dan ibu yang berkewajiban terhadap
proses sosialisasi dimasa kanak-kanak dan untuk membentuk kepribadian
anak-anaknya”
Dari pernyataan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan orang tua
adalah dua orang yaitu ayah dan ibu. Orang tua yang dimaksud adalah orang
yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi perkembangan anak-anaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan definisi pola asuh orang tua menurut para ahli adalah
sebagai berikut:
1) Menurut Singgih D Gunarso (2000: 55)
“Pola asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang
meliputi orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua
memperhatikan keinginan anak. Kekuasaan atau cara yang digunakan
orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang diterapkan”.
Pernyataan di atas memiliki makna bahwa pola asuh orang tua
merupakan suatu proses interaksi atau hubungan komunikasi antara orang
tua dengan putra putrinya. Pada dasarnya pola asuh adalah cara atau
kebiasaan orang tua yang diterapkan untuk mengasuh, memelihara dan
membesarkan anak dilingkungan keluarga. Cara atau kebiasaan ini secara
konsisten cenderung mengarah pada pola tertentu yang selaras dengan
wawasan orang tua sebagai pimpinan dan nahkoda dilingkungan keluarga.
Dalam hubungan interaksi antara orang tua dan anak melibatkan beberapa
aspek yaitu perilaku, tindakan, nilai dan kepercayaan orang tua yang
diberikan kepada anaknya.
2) Turmudji dalam http://s10. histats.co/301.swf menyatakan ”Pola asuh
orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama
mengadakan kegiatan pengasuhan”.
Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan
mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat .
3) Sam Vaknin (2009) dalam
(http://archive.constantcontact.com/fs056/1101439140372/archive/110210
4663935.html mengatakan bahwa “parenting is interaction between
parent’s and children during their care”
Pernyataan tersebut dapat diterjemahkan secara bebas bahwa pola
asuh orang tua adalah interaksi antara orang tua dengan anaknya selama
mengadakan pengasuhan. Maksud dari pengertian di atas adalah bahwa
pola asuh orang tua adalah perlakuan atau hubungan interaksi yang terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
antara orang tua dengan anaknya. Interaksi ini terjadi antara orang tua
dengan anak dalam proses membimbing, mendidik dan mengasuh.
Hubungan disini dapat berupa perlakuan yang diberikan orang tua dalam
menunjukkan perhatian kepada anak-anaknya. Dengan kata lain,
bagaimana orang tua memahami keinginan-keinginan anaknya dapat
terlihat dari cara orang tua mengasuh anaknya. Kegiatan pengasuhan ini
dapat berupa cara-cara yang dilakukan oleh orang tua untuk mengatur
anak-anaknya yang dapat diwujudkan dengan cara memberitahukan nilai
atau hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pola asuh orang tua adalah suatu hubungan interaksi antara orang tua yaitu
ayah dan ibu dengan anaknya yang melibatkan aspek perilaku, tindakan, nilai
dan kepercayaan orang tua sebagai bentuk dari upaya pengasuhan,
pemeliharaan, menunjukkan kekuasaannya terhadap anak dan salah satu
tanggung jawab orang tua dalam mengantarkan anaknya menuju kedewasaan.
b. Bentuk-bentuk Pola Asuh Orang Tua
Peranan keluarga dalam perkembangan sosial anak sangat ditentukan
oleh tata cara dalam memelihara dan membimbing anak. Hal ini mudah
diterima apabila keluarga merupakan sebuah kelompok sosial dengan tujuan
struktur, norma, dinamika kelompok termasuk cara-cara pengasuhan anak
yang sangat mempengaruhi kehidupan individu dalam kelompok tersebut.
Untuk menanamkan nilai-nilai positif kepada anak, setiap orang tua
mempunyai metode atau cara-cara untuk menetapkan bimbingannya atau
menggunakan pola asuh yang berbeda-beda. Pola asuh merupakan faktor yang
paling banyak memberikan sumbangan dalam menentukan perkembangan
kepribadian anak. Oleh karena itu, keberhasilan orang tua dalam mengasuh
dan mendidik anak tergantung dari bagaimana cara yang digunakan oleh orang
tua dalam memberikan perlakuan atau asuhan kepada anak-anakanya. Untuk
itu, perlu adanya pengetahuan mengenai bentuk-bentuk dari pola asuh orang
tua. Menurut Darlene Powell dan Derek S Hopson ( alih bahasa: Lala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Herawati, 2002: 162), “Bentuk penegakan disiplin yang diterapkan dari
generasi ke generasi ada 3 model otoriter, bebas dan luwes. Sedangkan
Menurut Elizabeth B. Hurlock terjemahan Meitasari Tjandrasa (1999: 93)
mengemukakan “ pola asuh orang tua dibedakan atas otoriter, laissez faire dan
demokratis”
Bentuk-bentuk pola asuh di atas dapat penulis jelaskan sebagai berikut:
1) Pola Asuh Otoriter
a) Pengertian Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter berasal dari kata authoritarium yang memiliki
arti kepatuhan yang mutlak. Para ahli mengemukakan pendapatnya
mengenai pola asuh otoriter, sebagai berikut :
(1) Darlene Powell dan Derek S Hospon (alih bahasa: Lala Herawati,
2002:162), “Orang tua yang otoriter selalu mengontrol dan
biasanya percaya pada pepatah tidak menghukum berarti
memanjakan anak ”.
Pendapat tersebut mengendung arti bahwa orang tua yang
menerapkan pola asuh otoriter biasanya menerapkan hukuman
fisik, padahal hukuman fisik merupakan sesuatu yang tidak layak
dalam mengajarkan disiplin pada anak. Anak akan memendam
kemarahannya dan melampiaskannya kepada orang lain,
misalnya seorang remaja menganiaya teman di sekolah.
(2) Pengertian pola asuh otoriter menurut Elizabeth B. Hurlock alih
bahasa Meitasari Tjandrasa (1999: 125) yaitu “Pola asuh orang
tua yang mendasarkan pada aturan yang berlaku dan memaksa
anak untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan keinginan
orang tua, sehingga kebebasan anak untuk bertindak sesuai
dengan keinginan diri sendiri sangat terbatas”.
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pola asuh otoriter
merupakan pola asuh dimana orang tua memaksakan
kehendaknya kepada anak, anak tidak diberikan kesempatan
untuk mengemukakan pendapatnya sehingga segala sesuatu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berhubungan dengan kebutuhan dan kepentingan anak ditentukan
oleh orang tua. Perlakuan orang tua dalam membesarkan dan
mendidik anak dengan menggunakan disiplin yang keras. Oleh
karena itu dalam pola asuh yang otoriter, segala sesuatu
mengenai apa yang dilakukan oleh anak harus dengan
persetujuan dari orang tua yang mengharuskan anak patuh dan
taat kepada peraturan yang dibuat oleh orang tua secara sepihak.
(3) Menurut Baumrind dalam Hetherington dan Perke (2000: 66)
“Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang mendasari pada
sikap orang tua yang terlalu mengontrol anak dengan sedikit
kasih sayang dan tanpa adanya kehangatan dalam rumah
sehingga tidak mendasar pada aspek kedewasaan edukatif dalam
membimbing anak”.
Pendapat tersebut mengandung makna bahwa pola asuh
otoriter pada dasarnya merupakan pola asuh dimana orang tua
terlalu mengontrol atau mengekang anak-anaknya namun tidak
memberikan perhatian, kasih sayang yang cukup serta tidak
mengandung aspek pendidikan kepada anak-anaknya. Orang tua
selalu menuntut kepatuhan anak, sehingga anak tidak dapat
melakukan sesuatu yang berdasarkan pada keinginan dan
kemampuannya sendiri. Dalam mengasuh anak, orang tua
memiliki kaidah dan kepatuhan yang kaku dan memaksa. Mereka
selalu mengontrol tingkah laku anak secara total, mengatur
kehidupan anak dan cenderung menghukum apabila anak
melakukan perbuatan yang tidak diinginkan oleh orang tua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Ciri Pola Asuh Otoriter
Dari pengertian-pengertian di atas, peneliti dapat mengatakan
bahwa pola asuh otoriter dapat dilihat dengan mengetahui ciri-ciri
sebagai berikut:
(1) Ditandai dengan adanya pandangan orang tua yang selalu
menganggap anak sebagai anak kecil yang harus diatur oleh
orang tua dan anak harus patuh seutuhnya.
(2) Lebih sering menggunakan hukuman dari pada penghargaan
terhadap perilaku anak, hukuman yang diterapkan dalam pola
asuh ini lebih menggunakan hukuman badan/ fisik dari pada
hukuman psikis.
(3) Adanya peraturan yang kaku dan tidak memberikan kesempatan
kepada anak untuk bebas bertindak, kecuali sesuai dengan
standar yang telah ditentukan oleh orang tua.
(4) Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang
didominasi oleh para orang tua sehingga jarang terjadi dialog
dalam keluarga, kalaupun ada lebih berupa larangan, perintah
ataupun kontrol yang tidak dapat dibantah.
c) Dampak Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter akan mengakibatkan anak tumbuh dalam
keluarga yang penuh permusuhan dan pola asuh ini akan lebih
meninggalkan bekas pada perilaku dan kepribadian anak. Walau
terlihat wajar, namun perlakuan orang tua yang mendidik anak terlalu
keras akan menimbulkan kekesalan yang terus menumpuk sehingga
suatu saat akan meledak. Selanjutnya anak akan dapat melakukan hal-
hal yang tidak semestinya. Selain itu, orang tua yang terlalu otoriter
terhadap anak akan mengakibatkan anak merasa tidak bisa apa-apa.
Jika anak hanya menjalankan komando dari orang tua, maka anak
akan merasa bahwa mereka memang harus selalu dikendalikan oleh
orang dewasa karena mereka dianggap tidak mampu mengatur diri
mereka sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Hurlock
(1999: 61) tentang dampak dari pola asuh semacam ini yaitu “Anak
yang diasuh dengan pola asuh otoriter merasa bahwa dunia itu penuh
permusuhan dan selalu berperilaku sesuai perasaan itu”. Karena cara
mengasuh orang tua sangat keras dan tanpa toleransi, anak
menganggap dunia ini penuh dengan permusuhan dan sama sekali
tidak ada kasih sayang. Anak tidak pernah diberi kasih sayang seperti
yang mereka butuhkan, sehingga mereka akan melampiaskannya
diluar keluarga seperti dengan mencari kasih sayang dan kesenangan
bersama dunia diluar keluarganya. Pola asuh otoriter ini lebih cocok
diterapkan ketika anak masih kecil (balita) karena dalam usia itu, anak
belum mengetahui mana hal yang benar dan yang salah, belum
mengenal lingkungan dan belum dapat berpikir sehingga orang tua
dapat melarang apapun yang dianggap membahayakan jiwanya.
2) Pola Asuh Laissez faire
a) Pengertian Pola Asuh Laissez faire
Pada pola asuh otoriter, orang tua memberikan kebebasan penuh
kepada anaknya untuk membuat keputusan sendiri sesuai dengan
keinginan dan kemauannya, tanpa kendali dari orang tua. Semua
keputusan diserahkan kepada anak tanpa ada pertimbangan dari orang
tua. Dalam hal ini orang tua seolah-olah melepaskan tanggung
jawabnya terhadap perkembangan anaknya. Orang tua menjadi pihak
yang pasif atas perkembangan pendidikan anaknya. Anak sedikit
sekali dituntut suatu tanggung jawab dan kewajiban. Orang tua
sebagai tokoh utama dalam perkembangan anak justru tidak
menerapkan kontrol terhadap anaknya. Hal ini mengarah pada sikap
acuh tak acuh orang tua terhadap anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Para ahli sosiologi dan psikoligi mengemukakan pendapatnya
mengenai pola asuh laissez faire sebagai berikut :
(1) Menurut Nurbani Yusuf (1998: 36) “Tipe kepemimpinan laissez
faire merupakan sikap dimana orang tua selalu memberikan
kebebasan kepada anak tanpa ada norma tertentu yang ditakuti”.
Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa tipe
kepemimpinan laissez faire merupakan pola kepemimpinan
dimana orang tua memberikan kebebasan sepenuhnya kepada
anak untuk bertindak dan mengambil keputusan sekehendak
hatinya tanpa ada kendali atau kontrol sama sekali dari orang tua.
Bentuk pola asuh ini mendasarkan kebebasan anak dalam
mengungkapkan keinginan dan kemauannya sendiri serta
diijinkan membuat keputusan sendiri tanpa ada bimbingan dan
tuntunan dari orang tua. Pola asuh ini dapat dikatakan sebagai
pola asuh yang acuh tak acuh dan memberikan kebebasan
sepenuhnya kepada anak tanpa ada kontrol dan pengarahan
sedikitpun dari orang tua.
(2) Gerungan (1986: 41) menyebutkan “pada pola kepemimpinan
laissez faire pemimpin bertindak acuh tak acuh dan menyerahkan
penentuan segala cara, penentuan tujuan, kegiatan cara-cara
pelaksanaan dan lain-lain kepada anggota kelompok sendiri”.
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa orang tua
bersifat acuh dan menyerahkan segala keputusan kepada anak
tanpa memberikan pengarahan, orang tua hampir tidak
memberikan nasehat dan bertindak seperti seorang yang hanya
datang untuk melihat apa yang dilakukan oleh anaknya. Dalam
pola asuh semacam ini hampir tidak ada komunikasi antara anak
dengan orang tuanya, kalaupun ada lebih cenderung ke arah
pemaksaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Ciri-ciri Pola Asuh Laissez faire
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pola asuh laissez faire
dapat dilihat dengan mengetahui ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Orang tua menuruti kemauan anak baik yang bersifat positif
maupun negatif
(2) Orang tua juga cenderung memanjakan anak sehingga dalam
keluarga tidak ada peraturan, hukuman maupun disiplin seperti
yang diterapkan dalam pola asuh otoriter dan demokratis
(3) Komunikasi terjadi satu arah yang didominasi anak yang berupa
permintaan-permintaan, pengaduan atau rayuan agar
permintaannya dikabulkan orang tuanya
(4) Dalam pola asuh ini semua kebutuhan anak akan selalu dituruti
atau dengan kata lain orang tua selalu menuruti permintaan anak
walau sebenarnya permintaan anak tidak begitu berguna
(5) Anak dibiarkan bebas berpendapat dan perilakunya dibiarkan
berkembang tanpa bimbingan dari orang tua.
c) Dampak Pola Asuh Laissez faire
Anak yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga
dengan pola asuh laissez faire akan mengalami dampak-dampak
sebagai berikut :
(1) Mengalami ketidakmatangan mental dalam tindakannya,
(2) Tidak bisa mandiri, suka memerintah orang lain untuk
keinginannya,
(3) Selalu tergantung pada peranan orang tua,
(4) Merasa tidak aman berada pada lingkungannya,
(5) Anak menjadi tertutup,
(6) Tidak suka bekerjasama dengan orang lain,
(7) Menganggap remeh orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Pola Asuh Demokratis
a) Pengertian Pola Asuh Demokratis
Dalam pola asuh demokratis ini, orang tua selalu menggunakan
komunikasi timbal balik atau hubungan saling memberi dan menerima
antara orang tua dan anak. Aturan-aturan yang ditetapkan orang tua
diterima oleh anak karena diberikan alasan yang jelas. Orang tua
menekankan aspek pendidikan daripada aspek hukuman. Anak diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan
keinginannya. Menurut Baumrind (2007) dalam http: pertuwoboys.
blogspot. com 2010/01/pola-asuh-anak html berpendapat bahwa “pola
asuh demokratis (authoritative) merupakan gabungan antara pola asuh
permisif dan otoriter dengan tujuan untuk menyeimbangkan pikiran,
sikap dan tindakan antara anak dan orang tua”. Menurut Moh Shochib
(1998:4), “Pola asuh dan sikap orang tua yang demokratis menjadikan
adanya komunikasi yang dialogis antara anak dan orang tua dan adanya
kehangatan yang membuat anak remaja merasa diterima oleh orang tua
sehingga ada pertautan perasaan”.
Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pola asuh demokratis adalah sikap orang tua dalam berinteraksi dengan
anak-anaknya dimana menciptakan komunikasi yang baik,
menyamakan persepsi, dan mencapai kesepakatan bersama antara orang
tua dan anak. Orang tua menggunakan diskusi, penjelasan dan alasan
yang membantu anak agar mengerti mengapa ia diminta untuk
mematuhi suatu aturan. Pola ini lebih memusatkan perhatian
pendidikan dari pada aspek hukuman, orang tua memberikan aturan
luas serta memberikan penjelasan tentang sebab diberikannya hukuman
serta imbalan tersebut.
b) Ciri-ciri Pola Asuh Demokratis
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pola asuh demokratis
dapat dilihat dengan mengetahui ciri-ciri sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Orang tua memandang anak sebagai individu yang sedang
tumbuh dan berkembang serta mempunyai inisiatif sendiri.
b. Orang tua bersikap membimbing dengan memberikan penjelasan,
pengertian dan penalaran untuk membantu anak dalam
menentukan dirinya.
c. Adanya sikap penerimaan orang tua, responsif dan sangat
memperhatikan kebutuhan anaknya disertai dengan pembatasan
yang wajar, sehingga anak diberi kekuasaan untuk menyampaikan
masalahnya.
d. Komunikasi terjadi dua arah, komunikasi dapat berjalan dengan
akrab, lancar dan banyak terjadi proses diskusi antar anak dan
orang tua.
e. Adanya pandangan orang tua yang menganggap anak sebagai
individu sehingga mereka lebih bersifat terbuka, pengambilan
keputusan dalam pembentukan aturan keluarga berdasarkan pada
konsensus bersama.
c) Dampak Pola Asuh Demokratis
Dengan penerapan pola asuh yang demokratis, anak akan
mengalami penyesuaian diri dan penyesuaian dengan dunia sosialnya
dengan baik. Seperti pendapat Baumdrin dalam Hetherington dan
Parke (2000: 92) “...pola asuh demokratis dapat memberikan
kesempatan pada anak untuk mengenal dan mengerti pada
lingkungannya serta dapat meningkatkan hubungan intrapersonal
mereka tanpa ada perasaan cemas dan emosi.”
Selain berdampak pada penyesuaian diri dan sosial, pola asuh ini
juga dapat berdampak pada perkembangan kondisi anak. Anak akan
lebih mandiri dan berpikir penuh inisiatif dalam tindakannya, memiliki
konsep diri yang sehat, positif dan penuh rasa percaya diri yang
direfleksikan dengan perilaku yang aktif, terbuka dan spontan.
Kebebasan yang ada dalam keluarga dapat menjadikan anak
mempunyai sifat kerja sama yang baik dan memiliki pengendalian diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang lebih baik, kreatifitas lebih besar dan bersifat ramah kepada orang
lain sehingga dapat bersosialisasi dengan baik.
Pola asuh ini sangat tepat apabila digunakan pada saat anak
menginjak usia remaja karena pada masa remaja terjadi peralihan dari
masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa sehingga dalam diri anak
muncul banyak sekali goncangan-goncangan akibat belum
sempurnanya perkembangan fisik dan psikis anak. Anak cenderung
memiliki keinginan untuk melawan terhadap orang tua yang telalu
mengekangnya sehingga dalam masa ini orang tua perlu menggunakan
pola asuh demokratis agar anak tidak menganggap bahwa orang tua
adalah bukanlah orang yang menakutkan tetapi sebagai orang yang
mengerti dirinya.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pola Asuh Orang Tua
Seorang anak yang baru lahir dapat diibaratkan sebagai kertas putih
yang belum terdapat coretan, sehingga perlu diisi dengan berbagai
pengalaman. Dalam masa perkembangannya, anak memerlukan bantuan dari
orang dewasa, terutama adalah orang tuanya untuk mengenal dunia diluar
dirinya. Orang tua memiliki peranan yang besar dalam membimbing dan
mendidik anak-anaknya. Kegiatan ini dapat ditunjukkan dari pola pengasuhan
orang tua terhadap anak-anaknya. Disini, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi orang tua dalam mengasuh anak-anaknya.
Elizabeth B Hurlock alih bahasa Meitasari Tjandrasa (1999: 95)
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua adalah
sebagai berikut :
1) Kesamaan dengan gaya kepemimpinan yang digunakan orang tua
2) Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok
3) Usia orang tua
4) Pendidikan untuk menjadi orang tua
5) Jenis kelamin orang tua
6) Status sosial ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7) Konsep mengenai peran orang tua dewasa
8) Jenis kelamin anak
9) Situasi
10) Usia anak
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pola asuh orang tua tersebut
dapat penulis jelaskan sebagai berikut :
1) Kesamaan dengan gaya kepemimpinan yang digunakan orang tua
Orang tua akan mendidik anak mereka seperti bagaimana orang tuanya
dulu mendidik mereka. Apa yang didapatnya dari orang tua mereka dulu
akan diberikan kepada anak-anaknya. Kebanyakan orang tua akan
melakukan dan meniru apa dan bagaimana orang tua mereka dulu
memperlakukan meraka.
2) Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok
Semua orang tua baik yang muda ataupun yang sudah berpengalaman,
terutama orang tua yang berada di pedesaan akan lebih dipengaruhi anggota
kelompok dari pada pendirian mereka. Hal ini karena mereka cenderung
menerapkan pola asuh yang dianggap baik oleh masyarakat dari pada
keyakinannya sendiri. Walaupun pada dasarnya pola asuh yang digunakan
oleh masyarakat belum tentu cocok dan sesuai apabila diterapkan kepada
anaknya.
3) Usia orang tua
Usia orang tua akan mempengaruhi bagaiman cara mendidik dan
mengasuh anak-anak mereka. Hal ini dipengaruhi oleh kematangan berfikir
dan menentukan keputusan. Orang tua yang masih muda memiliki
kecenderungan untuk memaksakan kehendaknya terhadap anak karena
dimungkinkan mereka belum berpengalaman dalam mendidik anak-anak
mereka. Namun semakin tua atau semakin matang usia seseorang sebagai
orang tua maka cara berfikirnyapun semakin bijaksana, sehingga dapat
memperlakukan dan memahami apa yang dibutuhkan oleh seorang anak.
4) Pendidikan untuk menjadi orang tua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung akan lebih luwes dan
pola asuh yang mereka gunakan disesuaikan dengan perkembangan anak.
Sedangkan orang tua yang berpendidikan rendah akan lebih kolot dan
mendominasi anak karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang tumbuh
kembang anak-anak. Selain itu, orang tua yang telah mendapat kursus
mengasuh anak dan mengerti kebutuhan anak akan lebih menggunakan gaya
demokratis dibandingkan orang tua yang tidak mendapatkan pelatihan
sebelumnya.
5) Jenis kelamin orang tua
Jenis kelamin orang tua mengarah pada kondisi seksual orang tua yaitu
laki-laki dan perempuan. Orang tua menurut Soedomo Hadi (2003: 22)
adalah ayah dan ibu yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-
anaknya. Pada umumnya seorang ibu akan lebih dekat dengan anak dan
lebih mengerti kebutuhan anak sehingga cenderung kurang otoriter
dibandingkan seorang ayah. Peran ibu disini seperti teman bagi anak
dibanding peran ayah. Karena seorang ibu lebih banyak dijadikan sebagai
tumpuan kasih sayang sedangkan ayah adalah seorang pemimpin yang
dengan ketegasannya dapat menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya.
6) Status sosial ekonomi
Orang tua yang berada pada status sosial menengah keatas akan
cenderung lebih menyukai gaya demokratis, lain hanya dengan orang tua
yang berasal dari kelas menengah kebawah, mereka akan cenderung lebih
keras tetapi mereka lebih konsisten. Seorang anak yang berasal dari
keluarga ekonomi menengah keatas lebih cenderung dimanja dan apapun
yang dibutuhkan dan apa yang diinginkannya akan terpenuhi. Lain halnya
dengan seorang anak yang berasal dari keluarga ekonomi menengah
kebawah. Mereka cenderung dididik untuk dapat mandiri dan mampu Jadi
status ekonomi dapat juga menentukan pola pengasuhan, dimana status
sosial ekonomi mengarah pada terwujudnya cita-cita orang tua dan anak.
7) Konsep mengenai peran orang tua dewasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Orang tua yang selalu beranggapan bahwa anak-anak harus tunduk dan
patuh terhadap peraturan yang ditentukan oleh orang dewasa akan memiliki
kecenderungan untuk otoriter. Lain halnya dengan orang tua yang
memahami peranannya sebagai orang tua, bukan untuk memaksakan namun
lebih untuk mendidik dan membimbing maka ia akan cenderung
demokratis. Namun ada sebagian orang tua yang keliru dalam memahami
konsep peran orang tua terhadap anak. Apabila kekeliruan konsep mengenai
peran orang dewasa ini terus berlanjut maka anak tidak akan memiliki
kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Konsep seperti ini masih
berlaku pada masyarakat tradisional.
8) Jenis kelamin anak
Orang tua pada umumnya lebih keras terhadap anak perempuan dan
memberi perlindungan yang lebih dari pada anak laki-laki. Hal ini berkaitan
dengan kodrat antara laki-laki dan perempuan. Perempuan dianggap lebih
penting untuk dilindungi karena seorang perempuan diibaratkan sebagai
bola kaca. Apabila bola itu pecah maka tidak akan dapat dikembalikan
seperti semula, artinya bahwa apabila seorang perempuan sampai ternoda
maka ia tidak akan dapat dikembalikan seperti semula. Oleh karena itu,
seorang anak perempuan membutuhkan perlindungan yang lebih
dibandingkan dengan anak laki-laki.
9) Situasi
Dalam menggunakan pola asuh kadangkala orang tua menggunakan
beberapa tipe pola asuh. Hal ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
sedang berlangsung. Ada saat-saat tertentu orang tua harus menggunakan
pola asuh otoriter kepada anaknya, misalnya ketika si anak melakukan hal-
hal yang bertentangan dengan hukum. Namun ada saatnya pula orang tua
perlu memberikan kesempatan kepada anaknya untuk mengemukakan
pendapat dan keinginannya. Dengan kata lain, penggunaan pola asuh orang
tua harus melihat dan memperhatikan situasi yang sedang berlangsung.
10) Usia anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penggunaan pola asuh untuk anak harus disesuaikan dengan usia anak,
karena kemampuan berfikir anak dipengaruhi oleh usia atau perkembangan
anak itu sendiri. Untuk anak yang masih kecil, lebih cocok menggunakan
pola asuh otoriter karena orang tua merasa anak kecil belum dapat berfikir
dan belum mengetahui hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.
Namun apabila anak sudah beranjak dewasa maka orang tua harus
menyesuaikan pola asuh yang digunakan, karena pemikiran dan kebutuhan
anak dipengaruhi oleh perkembangannya.
Sedangkan menurut AN Markum (1999: 49) berpendapat faktor-faktor
yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu :
“ 1) Faktor bawaan anak
2 ) Faktor kebiasaan orang tua
3 ) Faktor kepribadian orang tua”
Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis jelaskan sebagai berikut:
1) Faktor bawaan anak
Setiap anak dilahirkan di dunia ini mempunyai pembawaan yang
berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Pembawaan yang ada pada diri
anak sangat mempengaruhi pola asuh yang diberikan oleh orang tua.
Oleh karena itu orang tua harus berhati-hati dalam menerapkan pola asuh
terhadap anak.
2) Faktor kebiasaan orang tua
Pola asuh orang tua ialah cara, sikap dan kebiasaan orang tua yang
diterapkan dalam mengasuh, mendidik serta membesarkan anak yang
tercakup dalam hidup sehari-hari. Kebiasaan orang tua ini juga
mempengaruhi bentuk pola asuh yang diterapkan pada anak. Misalnya
orang tua yang bekerja dalam bidang kemiliteran yang terbiasa dengan
adanya kedisiplinan tinggi, maka akan menerapkan kedisiplinan yang
ketat pula pada anak dan menggunakan pola asuh bersifat otoriter.
3) Faktor kepribadian orang tua
Kepribadian orang tua dapat mempengaruhi pola asuh orang tua
pada anak. Orang tua yang berkepribadian baik akan menerapkan pola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
asuh yang baik pula bagi anak namun begitu pula sebaliknya, orang tua
yang berkepribadian buruk akan menerapkan pola asuh yang buruk pola
bagi anak. Hal ini sangat membahayakan dan kemungkinan akan dapat
mencetak anak yang kurang baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor pola asuh
orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak ada bermacam-macam.
Jadi, orang tua harus berhati-hati dalam menerapkan pola asuh terhadap anak
dan disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kepribadian anak.
d. Cara Mengukur Pola Asuh Orang Tua
Dalam penelitian ini variabel pola asuh orang tua akan diukur dengan
menggunakan angket. Namun sebelum angket disusun, harus dibuat indikator-
indikatornya, yaitu sebagai berikut:
1) Pola Asuh Otoriter
a) Adanya peraturan yang kaku
b) Instruktif
c) Setiap pelanggaran dikenakan hukuman
d) Anak tidak diberi kebebasan berbuat
2) Pola Asuh Liberal/ Laissez Faire
4. Tanpa adanya bimbingan dari orang tua
5. Kebebasan penuh untuk bertindak
6. Orang tua bersikap acuh tak acuh
3) Pola asuh demokratis
a) Orang tua memperhatikan anak
b) Orang tua menggunakan pengarahan dan penjelasan dalam mendidik
anak
c) Adanya penghargaan dari orang tua
d) Hukuman yang sesuai
Setelah indikator-indikator terbentuk, maka selanjutnya setiap
indikator akan dijabarkan ke dalam item-item pertanyaan yang berfungsi
untuk mengukur variabel pola asuh orang tua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Kedisiplinan
a. Pengertian Kedisiplinan
Banyak ahli yang mendefinisikan mengenai pengertian kedisiplinan.
Tiap-tiap ahli memberikan definisi mengenai pengertian kedisiplinan menurut
pandangan masing-masing. Dengan demikian bukan tidak mungkin akan
terjadi perbedaan pendapat.
1) Syaiful Bahri Djamarah (2002: 12) menjelaskan “Kedisiplinan adalah
suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan
kelompok.”
Tata tertib merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, yang
mana dalam hal ini manusia berperan sebagai pembuat dan pelaku. Tata
tertib sengaja dibuat untuk mengatur tatanan kehidupan, baik pribadi
maupun kelompok agar dapat berjalan sesuai dengan norma yang berlaku.
Dengan demikian segala macam tindakan dan perilaku yang tercermin
dalam kehidupan sehari-hari dapat terkontrol dan terkendali dengan baik
sebagaimana mestinya.
Dari definisi tersebut, karena kedisiplinan merupakan suatu tata
tertib maka dapat dikatakan bahwa kedisiplinan bersifat mengikat.
Kedisiplinan tidak dapat muncul dengan sendirinya baik di dalam
masyarakat maupun di dalam diri pribadi masing-masing individu,
melainkan harus melewati suatu proses yang panjang, yaitu melalui
sosialisasi terhadap seluruh anggota masyarakat. Dengan adanya
sosialisasi dari berbagai pihak, maka kedisiplinan yang bersifat mengikat
ini pada akhirnya akan menginternalisasi dan mendarah daging pada
pribadi masing-masing individu, yang kemudian akan terealisasi dalam
segala tindakan dan tingkah laku yang tercermin dalam kehidupan sehari-
hari, baik dalam mengatur tatanan kehidupan pribadi maupun kelompok.
Karena telah menginternalisasi pada pribadi masing-masing individu,
maka tiap-tiap individu akan mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib
tersebut dengan penuh kesadaran, sehingga akan terbentuklah suatu
perilaku kedisiplinan di dalam masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Peraturan-peraturan atau tata tertib yang dapat mengatur tatanan
kehidupan tersebut harus dipatuhi dengan penuh kesadaran, karena akan
ada sanksi atas pelanggaran terhadap tata tertib tersebut. Dalam hal ini
sanksi atau hukuman yang diberikan biasanya berupa sanksi sosial, seperti
dikucilkan, dipergunjingkan, dan sebagainya. Peraturan-peraturan atau tata
tertib dibuat dan ditegaskan dengan harapan agar segala macam perilaku
dan tindakan yang dilakukan selalu sesuai dengan konsep-konsep
kedisiplinan yang telah ditentukan.
2) Soegeng Prijodarminto (1992: 23) berpendapat “Kedisiplinan adalah suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan atau ketertiban.”
Kedisiplinan tidak dapat muncul secara tiba-tiba, melainkan harus
melalui suatu proses yang pada akhirnya akan membentuk kedisiplinan
tersebut. Secara umum kedisiplinan tercermin dalam kehidupan sehari-hari
berupa nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau
ketertiban. Hal ini akan dapat tercermin dalam kehidupan masyarakat
apabila kedisiplinan itu telah ditanamkan pada seluruh anggota
masyarakat, yaitu melalui proses sosialisasi. Apabila proses sosialisasi
terjadi secara sempurna maka kedisiplinan itu sendiri akan mendarah
daging dalam pribadi masing-masing anggota masyarakat, sehingga dalam
kehidupan sehari-harinyapun seluruh anggota masyarakat juga akan
memperlihatkan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban sebagai bentuk
dari sifat kedisiplinan yang mereka miliki.
Dengan proses sosialisasi yang sempurna dan internalisasi yang
baik, maka seluruh anggota masyarakat akan secara sadar menunjukkan
perilaku-perilaku yang mencerminkan kedisiplinan, seperti nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Ketaatan
dan kepatuhan terhadap segala aturan dan norma, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis merupakan bagian dari kedisiplinan. Begitu juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kesetiaan pada apa yang dianut atau dijadikan pegangan, serta keteraturan
dan ketertiban dalam menyikapi dan melakukan segala hal.
3) Agus Kuncoro (2008) dalam www.guskun.com/agama/1-agama/41-
menjadi-pribadi-berdisiplin.html menjelaskan “Kedisiplinan adalah sikap
mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan
benar-benar menghargai waktu.”
Perilaku dan tindakan setiap anak dalam menyikapi dan
melakukan segala sesuatu mencerminkan kedisiplinan yang dimiliki anak
tersebut. Anak yang memiliki kedisiplinan di dalam diri, akan sangat
menghargai waktu yang dimilikinya. Dengan demikian anak akan
melakukan segala sesuatu sebagaimana mestinya sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Hal ini akan dapat terjadi apabila kedisiplinan telah
tersosialisasi secara sempurna dan telah menginternalisasi atau mendarah
daging dalam pribadi tiap-tiap anak.
Dengan adanya kedisiplinan yang telah mendarah daging,
menyatu dan melekat kuat pada diri anak maka segala sesuatu yang harus
dilakukan dan diselesaikan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan
tepat pada waktunya. Dengan demikian segala macam tindakan dan
perilaku, bahkan segala situasi dan kondisi yang dihadapi dapat terkontrol
dan terkendali dengan baik dan sebagaimana mestinya.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli tersebut dapat disimpulkam
bahwa kedisiplinan belajar merupakan suatu kondisi belajar yang tercipta
dan terbentuk sebagi pola tingkah laku belajar yang diatur sedemikian rupa
menurut ketentuan yang ditaati oleh semua pihak secara sadar sehingga
tercipta keteraturan dan ketertiban dalam belajar. Kedisiplinan dalam
belajar merupakan salah satu syarat yang dapat menentukan keberhasilan
belajar seseorang. Kedisiplinan belajar dapat berupa disiplin waktu belajar,
disiplin masuk sekolah, disiplin mengerjakan tugas dan lain-lain. Dalam
belajar diperlukan adanya kedisiplinan agar seseorang dapat meraih
prestasi yang tinggi dan optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Tujuan Kedisiplinan
Secara umum tujuan kedisiplinan adalah untuk mengarahkan seseorang
agar dapat mandiri dan berlatih menyesuaikan diri dengan suasana dan kondisi
terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga tercipta
situasi yang kondusif dengan cara mentaati norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan masyarakat. Menurut Moekjat (1990: 202) mengemukakan “
Tujuan disiplin baik kolektif maupun perorangan yang sebenarnya adalah
untuk menjurus atau mengarahkan tingkah laku pada realisasi yang harmonis
dari tujuan yang diinginkan”. Menurut Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D.
Gunarsa (1992: 137) dalam mendidik anak diperlukan adanya kedisiplinan,
agar supaya anak dengan mudah:
1) Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak
milik orang lain.
2) Mengerti dan segera menurut, untuk menjalankan kewajiban dan secara
langsung mengerti larangan-larangan.
3) Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk.
4) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa
terancam oleh hukuman.
5) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain.
Untuk lebih jelasnya dapat dipahami dengan uraian berikut ini:
1) Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak
milik orang lain.
Disiplin tidak hanya diperlukan untuk mematuhi peraturan atau
tata tertib saja. Dengan penanaman kedisiplinan yang baik maka anak akan
memahami konsep hak dan kewajiban, khususnya mengenai hak milik,
dengan baik. Artinya anak tidak akan merampas sesuatu yang bukan
menjadi haknya. Ia akan memberikan dan menghormati apa yang menjadi
hak orang lain tanpa berusaha untuk menyerobot atau mengambil
kesempatan /keuntungan dari orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Mengerti dan segera menurut, untuk menjalankan kewajiban dan secara
langsung mengerti larangan-larangan.
Dengan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya kedisiplinan,
maka segala sesuatu akan dapat berjalan sebagaimana mestinya seperti
yang diinginkan oleh masyarakat. Dengan demikian setiap individu akan
mematuhi segala peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis,
termasuk larangan dan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan, dan
menjalankan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab. Semua ini dapat terjadi secara otomatis
apabila anak /individu benar-benar memahami dan menyadari pentingnya
kedisiplinan.
3) Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk.
Disiplin dapat memberikan pengertian kepada anak mengenai
berbagai hal yang bermanfaat dan berguna bagi kehidupannya. Dengan
pemahaman dan kesadaran tersebut maka anak akan termotivasi untuk
bertingkah laku baik (sesuai dengan norma) dan meninggalkan tingkah
laku yang tidak baik atau bertentangan dengan norma. Sehingga, secara
otomatis anak tersebut akan berperilaku baik dan meninggalkan perilaku
yang tidak baik.
4) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa
terancam oleh hukuman.
Dengan penanaman kesadaran mengenai pentingnya kedisiplinan,
maka anak akan berpikir sebelum melakukan sesuatu. Apabila apa yang
ingin dilakukan anak tersebut bertentangan dengan norma dan hukum,
maka keinginan tersebut akan diurungkan. Anak tidak akan melakukan
perbuatan yang berlawanan dengan aturan-aturan yang berlaku. Dengan
demikian, anak akan merasa aman dalam setiap langkah dan perilakunya
tanpa adanya perasaan was-was atau takut terancam hukuman.
5) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain.
Dengan penanaman kedisiplinan yang baik, maka anak akan
berpikir sebelum melakukan sesuatu. Apabila apa yang ingin dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
anak tersebut bertentangan dengan norma atau merugikan orang lain, maka
perbuatan tersebut akan diurungkan. Anak akan merasa rela
mengorbankan kesenangannya atau mengurungkan keinginannya sebelum
mendapat teguran dari orang lain. Hal ini dilakukan agar apa yang
dilakukannya tidak bertentangan dengan aturan, norma dan keinginan
masyarakat. Dengan kata lain disiplin adalah belajar untuk mengendalikan
diri dan bertingkah laku baik.
Dari kedua pendapat di atas penulis menarik kesimpulan bahwa
kedisiplinan merupakan suatu kebiasaan yang harus diterapkan kepada anak
dengan tujuan agar anak dapat mengetahui apa yang boleh dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan, dan anak harus tahu bahwa setiap pelanggaran akan
menyebabkan penolakan dari orang tua, guru, atau orang lain pada umumnya. Jadi
anak harus belajar bereaksi terhadap kebiasaan cara berpikir orang lain.
c. Fungsi Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah suatu hal yang memiliki fungsi sangat penting
dalam usaha pembentukan kepribadian anak. Dengan kedisiplinan yang baik
maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan bertanggung
jawab, yang tentu saja juga bertanggung jawab dalam segala sikap dan
perilakunya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan fungsinya.
Menurut Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1992: 136)
berpendapat ”Fungsi utama kedisiplinan adalah untuk belajar mengendalikan
diri dengan mudah, menghormati, dan mematuhi otoritas”. Menurut Dawn
Lighter (1999: 12) mengemukakan “Fungsi utama disiplin adalah
mengajarkan tingkah laku yang baik sambil menghilangkan tingkah laku yang
tidak baik”. Sedangkan dalam Elizabeth B. Hurlock, terjemahan Med.
Meitasari (1990: 97) dijelaskan bahwa terdapat tiga fungsi kedisiplinan,
yaitu:
1) Mendidik seseorang bahwa perilaku individu diatur sesuai dengan tata
tertib dan norma yang berlaku di lingkungan masyarakat sehingga tidak
berbenturan antara individu yang satu dengan individu yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Mengarahkan seseorang agar mampu beradaptasi dengan lingkungan.
3) Sebagai pedoman dalam mengontrol dirinya sehingga ia mengetahui
apakah perilakunya sesuai dengan norma yang telah berlaku atau tidak.
Untuk lebih jelasnya, dapat dipahami dalam uraian berikut ini:
1) Mendidik seseorang bahwa perilaku individu diatur sesuai dengan tata
tertib dan norma yang berlaku di lingkungan masyarakat sehingga tidak
berbenturan antara individu yang satu dengan individu yang lain.
Kedisiplinan yang telah tertanam dalam diri pribadi anak akan
menyadarkan anak bahwa segala tindakan dan perilakunya dikendalikan
oleh aturan dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Selain itu apa
yang mereka lakukanpun juga harus dikendalikan sedemikian rupa agar
tidak saling berbenturan antara indiidu yang satu dengan individu yang
lain. Dengan demikian sistem dan norma sosial akan dapat berjalan
dengan sebagaiman mestinya.
2) Mengarahkan seseorang agar mampu beradaptasi dengan lingkungan.
Kedisiplinan yang dimiliki anak akan dapat mengarahkan anak
dalam usaha beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
dimana ia berada. Norma dan nilai seperti apa yang berlaku dan
digunakan di dalam lingkungan tersebut, maka anak tersebut juga akan
menyesuaikan segala sikap, tindakan dan tingkah lakunya sesuai dengan
norma dan nilai yang berlaku tersebut. Kedisiplinan yang dimiliki anak
akan mengarahkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan tempat ia
berada.
3) Sebagai pedoman dalam mengontrol dirinya sehingga ia mengetahui
apakah perilakunya sesuai dengan norma yang telah berlaku atau tidak.
Kedisiplinan yang dimiliki anak akan dapat membentuk anak menjadi
pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Dengan kemandirian dan
tanggung jawab tersebut maka anak akan dapat mengendalikan atau
mengontrol sikap dan perilakunya, apakah sikap dan perilaku tersebut
sesuai dengan norma ataukah tidak. Apabila ternyata sikap dan perilaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersebut berlawanan dengan norma yang dipedomani masyarakat, maka
anak tersebut akan segera menyadarinya untuk kemudian memperbaiki
sikap dan perilaku yang keliru tersebut.
Jadi fungsi kedisiplinan sangatlah penting. Dari pengertian di atas
disiplin dapat memberikan pengertian kepada anak hal-hal yang berguna
bagi kehidupannya untuk bertingkah laku baik dan meninggalkan tingkat laku
yang tidak baik, belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa
ada unsur paksaan atau secara suka rela, tidak mementingkan diri sendiri.
Anak berusaha sesuai dengan insiatif dan kemampuan inteleknya. Kebebasan
anak akan bertambah sesuai dengan kemampuannya dan kesanggupannya
bertanggung jawab, ini diwujudkan dengan mengambil keputusan-keputusan
tetapi di sertai pengarahan dan bimbingan. Dalam pengawasan dan
bimbingan itulah anak bertingkah laku sesuai dengan aturan yang berlaku,
supaya tingkah laku anak yang mulanya tidak teratur, melalui saran-saran
dan pengarahan maka anak mencapai tingkah laku yang wajar dan serasi.
d. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kedisiplinan
Banyak faktor yang mempengaruhi atau berperan dalam pembentukan
kedisiplinan belajar anak, baik itu dari dalam diri anak tersebut maupun yang
dari luar diri anak tersebut. Disiplin belajar ini dapat membantu siswa dalam
meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan
instruksional untuk mencapai prestasi yang maksimal. Disipin belajar dapat
berwujud dalam strategi belajar anak. Menurut Slameto (2003: 76) bahwa
untuk meningkatkan cara belajar yang efektif siswa perlu memperhatikan
beberapa hal, yakni :
” 1 ) Kondisi internal
2 ) Kondisi eksternal
3 ) Strategi belajar”
Dari uraian di atas dapat penulis jelaskan sebagai berikut:
11. Kondisi internal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kondisi internal merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri siswa
tersebut, misalnya : kesehatannya maupun ketentraman hati. Menurut
Maslow ada 7 jenjang kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi,
yaitu:
a) Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan jasmani manusia misalnya
kebutuhan akan makan, tidur, istirahat dan kesehatan. Seseorang dapat
belajar secara efektif dan efisien jika kesehatannya tidak terganggu
sehingga tidak mengakibatkan terganggunya kondisi dan konsentrasi
belajar.
b) Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Dalam hal ini cara belajar siswa dapat efektif jika siswa dapat menjaga
keseimbangan emosinya secara baik sehingga perasaan aman dapat
tercapai dan konsentrasi pikirannya dapat dipusatkan pada mata
pelajaran tersebut.
c) Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta
Cara belajar yang efektif akan tercapai apabila seseorang dapat
melakukan kerjasama dengan teman-temannya sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan ketajaman dalam berfikir.
d) Kebutuhan akan pengakuan, penghargaan dan kedudukan
Setiap siswa perlu optimis, percaya akan kemampuan diri dan yakin
bahwa ia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
e) Kebutuhan Aktualisasi diri
Belajar yang efektif dapat diciptakan untuk memenuhi keinginan yang
dicita-citakan. Oleh karena itu, siswa harus yakin bahwa dengan
belajar yang baik akan dapat membantu terciptanya cita-cita yang
diinginkan.
f) Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kebutuhan ini berfungsi untuk memuaskan rasa ingin tahu,
mendapatkan pengetahuan, informasi dan untuk mengerti sesuatu.
g) Kebutuhan estetik
Kebutuhan estetik merupakan suatu kebutuhan yang dimanifestasikan
sebagai kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan
dari suatu kebutuhan.
12. Kondisi Eksternal
Kondisi eksternal merupakan suatu keadaan yang ada di luar diri
manusia seperti kebersihan rumah, penerangan, dan keadaan lingkungan
fisik yang lain. Kita dapat menciptakan disiplin belajar apabila terdapat
lingkungan fisik yang baik dan teratur, seperti:
a) Ruang kelas harus bersih, sehingga tidak mengganggu konsentrasi
pikiran.
b) Ruang cukup terang dan tidak gelap sehingga tidak mengganggu mata.
c) Cukup sarana dan prasarana yang diperlukan untuk belajar seperti alat
pelajaran dan buku.
Karena dengan dukungan keadaan sekitar yang baik, maka konsentrasi,
kemauan dan semangat dalam belajar akan selalu terjaga, sehingga anak
akan merasa nyaman dalam belajar.
13. Strategi Belajar
Dengan starategi yang tepat, dapat tercapai suatu keadaan dimana
disiplin belajar dapat terlaksana dengan baik. Strategi ini digunakan untuk
mengatur waktu yang se-efisien mungkin untuk mencapai hasil atau
prestasi yang maksimal. Pelaksanaan cara belajar agar dapat membantu
siswa dapat dilakukan dengan pengaturan waktu belajar yang baik seperti:
a) Belajar tepat waktunya dan tidak membiasakan diri menunda untuk
belajar sampai seluruh pelajaran tersebut berakhir.
b) Belajar untuk mengatur waktu dengan tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Adanya waktu luang untuk rekreasi agar pikiran menjadi tenang.
d) Tidak menggunakan waktu tidur untuk belajar karena dapat
mengganggu kesehatan.
Dengan strategi belajar yang tepat, maka belajar akan terasa
menyenangkan dan tidak membosankan. Anak tidak harus selalu belajar
sepanjang waktu di sekolah, diperlukan suatu keadaan dan waktu belajar yang
menenangkan pikiran dengan cara belajar ke lapangan yaitu dengan study tour
agar pikiran menjadi segar kembali. Apabila selalu belajar tanpa
menyenangkan, anak akan merasa jenuh dan bosan sehingga semangat untuk
belajar akan dengan mudah hilang. Anak akan menjadi berpikiran bahwa
belajar adalah hal yang membosankan dan tidak menyenangkan. Dengan
strategi belajar yang tepat, anak diharapkan dapat mencapai suatu hasil belajar
yang maksimal.
Sedangkan menurut Emile Durkheim ( Terjemahan Ratna S)
(1990: 24-34), berpedapat mengenai faktor-faktor yang menyebabkan
kedisiplinan antara lain:
1. Tanggung Jawab ( responsibility )
Orang yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk
menyelesaikan suatu tugas maka orang tersebut akan terdorong dan
berusaha mengatur dirinya sendiri dan orang lain agar bertanggung
jawab untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan baik.
2. Harapan Diri
Seseorang bersikap disiplin terdorong oleh adanya harapan dan
keinginan untuk memperoleh atau menghagai sesuatu.
3. Harapan Orang Lain.
Harapan dan kepentingan yang berasal dari orang lain akan
mendorong seseorang untuk melakukan perilaku taat atau disiplin.
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-
faktor yang menyebabkan kedisiplinan terbentuk adalah faktor internal dan
faktor eksternal. Adapun faktor internal dari anak antara lain tanggung jawab,
harapan diri, kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan kesehatan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kebutuhan akan kebersamaan dan cinta, kebutuhan akan pengakuan dan
penghargaan, kebutuhan akan kedudukan, kebutuhan aktualisasi, kebutuhan
untuk mengetahui dan mengerti serta kebutuhan estetik. Sedangkan kebutuhan
ekternal anak antara lain harapan orang lain, kondisi belajar, suasana belajar
dan cara belajar anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Cara Mengukur Kedisiplinan
Dalam penelitian ini variabel kedisiplinan akan diukur dengan
menggunakan angket. Namun sebelum angket disusun, harus dibuat
indikator-indikatornya, yaitu sebagai berikut:
1) Disiplin menggunakan waktu belajar
2) Disiplin mengerjakan tugas
3) Disiplin mengikuti pelajaran
4) Disiplin saat ulangan
5) Disiplin menaati tata tertib sekolah.
Indikator-indikator tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Disiplin Menggunakan Waktu Belajar.
Belajar merupakan kewajiban bagi setiap siswa. Belajar
merupakan proses bagi siswa untuk dapat mempersiapkan materi yang
akan di pelajari di sekolah. Di samping penjelasan dari guru siwa juga
harus membiasakan diri untuk dapat menggunakan waktunya dalam
belajar. Kedisiplinan siswa dalam menggunakan waktu belajarnya
sangat penting sebab dengan demikian siswa akan lebih mudah
memahami penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh guru.
2) Disiplin Mengerjakan Tugas
Mengerjakan tugas merupakan salah satu rangkaian kegiatan
dalam belajar yang dilakukan di dalam maupun di luar jam pelajaran
sekolah. Tujuan dalam pemberian tugas biasanya untuk menunjang
pemahaman dan penguasaan materi pelajaran yang disampaikan di
sekolah agar siswa berhasil dalam belajarnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nana Syaodih Sukmadinat (2003: 163) yang mengatakan,
“keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh keterampilan-
keterampilan yang dimilikinya, seperti : keterampilan membaca,
berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugas dan lain-lain”.
Pendapat di atas dapat dikatakan bahwa mengerjakan tugas
dapat berupa mengerjakan ulangan ujian yang diberikan guru,
membuat dan mengerjakan latihan yang telah diajarkan. Jadi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dimaksud disiplin siswa dalam mengerjakan tugas adalah disiplin yang
mencakup keteraturan, mengerjakan tugas, bertanggung jawab dalam
mengerjakan dan sekaligus mengerti serta memahami materi yang
dipelajari.
3) Disiplin Mengikuti Pelajaran
Siswa yang memiliki disiplin belajar dapat dilihat dari
keteraturan dan ketekunan belajarnya. Disiplin siswa dalam mengikuti
pelajaran di sekolah menuntut adanya keaktifan, keteraturan,
ketekunan dan ketertiban dalam mengikuti pelajaran yang terarah pada
suatu tujuan belajar. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2002: 100) mengemukakan “ Anak-anak tidak bisa masuk dan pulang
sesuka hati, juga tidak dibenarkan mengabaikan tugas yang diberikan
oleh guru. Berbicara sesuka hati ketika menerima pelajaran adalah
perilaku anak yang harus dikendalikan”.
Seorang siswa hendaknya mengetahui apa-apa yang harus
dipersiapkan dalam mengikuti suatu pelajaran di sekolah agar dapat
menerima penjelasan yang disampaikan oleh guru. Dari uraian di atas
yang dimaksud disiplin mengikuti pelajaran mencakup kesiapan siswa
dalam mengikuti pelajaran, keaktifan dalam mengikuti pelajaran
dengan mencatat hal-hal penting yang diajarkan oleh guru serta
menanyakan hal-hal yang kurang jelas sehingga siswa yang
bersangkutan benar-benar mengerti dan memahami materi pelajaran.
4) Disiplin Saat Ulangan
Seorang siswa wajib mengikuti setiap ulangan yang di
adakan oleh guru. Ulangan yang di adakan oleh guru biasanya
bertujuan untuk mengukur kemampuan penguasaan materi oleh siswa.
Kemampuan penguasaan oleh siswa biasanya di adakan oleh guru
setiap materi mendekati habis dan biasanya dilakukan dalam kurun
waktu berapa kali sekali. Sehingga siswa harus disiplin mengikuti
ulangan ulangan untuk mengetahui seberapa besar mampu menyerap
materi yang di sampaikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Disiplin Mentaati Tata Tertib Sekolah
Dalam hal ini tata tertib sekolah merupakan peraturan yang
mengikat semua personal yang ada di sekolah agar proses belajar dapat
berjalan lancar. Tata tertib juga merupakan pendukung dalam usaha
pembentukan disiplin belajar bagi siswa. Setiap siswa wajib mentaati
peraturan atau tata tertib sekolah yang telah ditentukan. Siswa dituntut
untuk berbuat disiplin, sehingga semua tindakannya senantiasa taat dan
sesuai dalam menjalankan tata tertib atau peraturan di sekolah.
B. Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susantri (2009) dengan judul ”
Hubungan antara Kedisiplinan Belajar dan pergaulan Teman Sebaya dengan
Prestasi Belajar Sosiologi Siswa kelas XI SMA Negeri I Jatisrono Tahun
Pelajaran 2008/2009” hasil dari penelitian adalah ada hubungan yang signifikan
antara kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar, ada hubungan yang signifikan
antara pergaulan teman sebaya dengan prestasi belajar, ada hubungan yang
signifikan antara kedisiplinan belajar dan pergaulan teman sebaya dengan prestasi
belajar.
Hasil penelitian relevan ketiga adalah penelitian dari Rahmat Wahyu
Himawan (2010) yang berjudul ” Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dan
Minat Baca dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA
AL-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009” hasil dari penelitian adalah ada
hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi
belajar, ada hubungan positif yang signifikan antara minat baca dengan prestasi
belajar, ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dan minat
baca dengan prestasi belajar.
C. Kerangka Berpikir
Dalam keluarga, baik buruknya perlakuan orang tua dalam mengasuh
anak memberikan kesan tersendiri bagi anak sehingga hal tersebut berhubungan
dengan prestasi belajar anak. Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam lingkungan keluarga memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-
anaknya dan harus memilih pola asuh yang tepat bagi anaknya. Penerapan pola
asuh dari orang tua yang tepat kemungkinan dapat meningkatkan semangat belajar
anak yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar anak.
Kedisiplinan merupakan faktor intern dari dalam diri anak untuk
mencapai tujuan belajar. Kedisiplinan dalam belajar dapat ditanamkan pada anak
sejak kecil. Penanaman kedisiplian pada anak dapat diwujudkan dalam
kedisiplinan waktu belajar, kedisiplinan masuk sekolah, dan kedisiplinan
mengerjakan tugas. Kedisiplinan dalam belajar merupakan salah satu syarat yang
dapat menentukan keberhasilan belajar seseorang. Anak yang mempunyai
kedisiplinan belajar yang tinggi dimungkinkan akan dapat mencapai prestasi
belajar yang tinggi.
Pola asuh orang tua menentukan disiplin atau tidaknya anak dalam belajar.
Sedangkan kedisiplinan anak dalam belajar sangat berhubungan dengan prestasi
belajar anak. Apabila pola asuh yang diberikan orang tua menumbuhkan
kedisiplinan belajar yang kuat pada anak kemungkinan prestasi belajar anak akan
tinggi.
Keterangan : bagan kerangka berpikir
X1 : Variabel Bebas Pertama
X2 : Variabel Bebas Kedua
Y : Variabel Terikat
Prestasi belajar
sosiologi
(Y)
Pola Asuh Orang Tua
(X1)
Kedisiplinan
(X2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
c. Ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar pada
siswa kelas XI SMA Negeri1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2009/2010
d. Ada hubungan positif antara kedisiplinan dengan prestasi belajar pada siswa
kelas XI SMA Negeri1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2009/2010
e. Ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dan kedisiplinan dengan
prestasi belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri1 Ngemplak Tahun
Pelajaran 2009/2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ngemplak
Boyolali. Adapun yang melatar belakangi pemilihan lokasi tersebut adalah:
a. Tersedianya data yang diperlukan
b. SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali sesuai sebagai tempat penelitian bagi
permasalahan yang penulis kemukakan
c. SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali belum pernah dijadikan objek penelitian
dengan topik yang sama sehingga diharapkan akan berguna bagi sekolah
d. Adanya ijin dari pihak SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan lebih kurang 7 bulan dari bulan Januari 2010
sampai dengan bulan Juli 2010. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan adalah
sebagai berikut:
No Kegiatan Bulan
Jan’10 Feb’10 Mar’10 Apr’10 Mei’10 Juni’10 Juli’10
1. Proposal
2. Konsultasi Bab
I, II, III
3. Penelitian dan
Pengumpulan
data
4. Analisis data
5. Penyusunan
Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Variabel
1. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut dari seseorang atau obyek
yang mempunyai variasi antara orang satu dengan orang yang lain, atau satu
obyek dengan obyek yang lain. Menurut Sumadi Suryabrata (1997:72) “Variabel
diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian”.
Sedangkan menurut Y. Slamet (2006:29) berpendapat “Konsep yang mempunyai
lebih dari satu kategori atau lebih dari satu nilai disebut variabel”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut
variabel adalah sesuatu yang memiliki variasi nilai dan merupakan hal yang kita
teliti.
2. Klasifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang telah diidentifikasi perlu diklasifikasikan sesuai
dengan jenis dan peranannya dalam penelitian. Menurut Sumadi Suryabrata
(1997:74) “Variabel menurut fungsinya dalam penelitian dibedakan menjadi
variabel tergantung dan variabel bebas/ variabel moderator/ variabel kedali/
variabel rambang”. Variabel tergantung merupakan variabel yang merupakan titik
persoalan dan dipikirkan sebagai akibat yang keadaannya akan tergantung pada
variabel bebas/ variabel moderator/ variabel kendali/ variabel rambang.
Variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Variabel bebas terdiri dari :
1) Pola asuh orang tua (X1)
2) Kedisiplinan (X2)
b. Variabel tergantung yaitu Prestsi belajar anak (Y)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Definisi Operasional Variabel
a. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua adalah sikap, cara dan kebiasaan orang tua yang
diterapkan untuk menjaga, merawat dan membimbing anak dalam
lingkungan keluarga dengan menunjukkan kekuasaan dan memperhatikan
keinginan anak.
b. Kedisiplinan
Kedisiplinan belajar adalah sikap, perbuatan atau tingkah laku siswa
untuk mematuhi secara sadar aturan-aturan yang telah ditetapkan siswa
maupun dari luar siswa (sekolah) dalam belajar.
c. Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan belajar yang telah dicapai
seseorang berupa penguasaan pengetahuan maupun keterampilan, dan
diwujudkan dalam bentuk angka, simbol ataupun kalimat dari guru dalam
periode tertentu.
4. Uji validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Jadi, validitas atau
kesahihan dapat didefinisikan seberapa jauh penggunaan pengukuran untuk
mengambil keputusan terhadap hal yang diukur.
Menurut Sutrisno Hadi (1989:111-116) ada lima macam jenis
validitas, antara lain :
(a) Face validity
Face validity merupakan suatu alat pengukur yang benar-benar
mengukur apa yang hendak diukur.
(b) Logical validity
Logical validity merupakan kostruksi teoritik tentang faktor-
faktor yang hendak diukur oleh suatu alat pengukur.
(c) Factorial validity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Factorial validity merupakan suatu alat pengukur yang dapat
memenuhi fungsinya untuk mengukur factor-faktor yang
dimaksudkan.
(d) Content validity
Content validity merupakan isi atau bahan yang diuji atau tes
relevan dengan kemampuan ,pengetahuan, pelajaran, pengalaman
atau latar belakang orang yang diuji.
(e) Empirical validity
Empirical validity merupakan ketepatan atau kesesuaian hasil
pengukuran dengan keadaan sesungguhnya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan logical/ construct validity.
Karena item disusun berdasarkan teori yang relevan serta dalam penellitian ini
angket bertujuan mengungkapkan suatu konstruk teoritik yang hendak diukur,
dan pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
statistika. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Allen & Yen dalam Saifuddin
Azwar (2003: 43) mengemukakan bahwa “Validitas konstrak adalah validitas
yang menunjukkann sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstrak
teoritik yang hendak diukurnya… Pengujian validitas konstrak biasanya
memerlukan teknik analisis statistika …”.
Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen maka perlu diadakan uji
validitas dengan menggunakan rumus uji korelasi Product Moment yang
dikemukakan oleh Pearson yaitu :
. ∑ ∑ ∑
. ∑. ∑ .∑ ∑
(Suharsimi Arikunto,2006 : 170)
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi
X : Skor masing-masing item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Y : Skor total
XY : Jumlah penelitian X dan Y
X2 : Jumlah kwadrat dari X
Y2 : Jumlah kwadrat dari Y
N : Jumlah subyek
5. Uji reliabilitas
Selain harus valid, instrumen penelitian juga harus reliabel yang
artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Instrumen penelitian dikatakan
reliable apabila mampu menunjukkan sifat konstan hasil pengukuran
walaupun dalam waktu yang berbeda.
Menurut Nasution (2003:78), “Metode yang dapat digunakan untuk
mengukur reliabilitas tes antara lain meneliti konsistensi eksternal dan
meneliti konsistensi internal. Konsistensi eksternal dilakukan dengan metode
(a) tes-retes dan (b) bentuk paralel dari tes itu. Konsistensi internal diuji
dengan (a) teknik “split-half” (bagi dua) dan (b) analisis diskriminasi tes”.
Adapun teknik pengukuran reliabilitas yang peneliti gunakan adalah
“teknik belah dua” dengan langkah-langkah yang peneliti lakukan adalah
sebagai berikut :
(1) Memberikan alat ukur (angket) kepada sejumlah responden. Dalam
penelitian ini responden yang digunakan untuk try out sejumlah 20
siswa. Setelah diuji validitasnya, maka akan terlihat item yang
valid dan yang tidak valid. Maka item-item yang valid
dikumpulkan dan item-item yang tidak valid disingkirkan.
(2) Setelah item-item yang valid terkumpul, kemudian item-item
tersebut dibagi menjadi dua belahan. Dalam membelah item-item
ini, penulis menggunakan cara membagi item berdasarkan “nomor
genap ganjil”.
(3) Menjumlahkan skor masing-masing item pada tiap belahan. Maka
akan diperoleh dua skor total.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(4) Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total
belahan kedua.
Dalam hal ini penulis menggunakan rumus alpha. Adapun alpha
tersebut adalah sebagai berikut :
1 ∑
(Suharsimi Arikunto, 2006:196)
Keterangan :
r 11 : reliabilitas item
k : banyaknya soal
σb2 : jumlah varian butir soal
σt2 : varian total
Adapun langkah kerja untuk mencari reliabilitas masing-masing
instrumen sebagai berikut :
1. Menyusun tabel hasil uji coba angket
2. Mencari varian setiap butir soal
3. Mencari jumlah varian butir soal
4. Mencari varian total
5. Memasukkan dalam rumus
6. Mengkonsultasikan hasil no.5 dengan tabel Product Moment
7. Revisi angket
Setelah angket diuji cobakan maka hasilnya dijadikan dasar untuk revisi.
Revisi dilakukan dengan cara menghilangkan atau mendrop item-item
pertanyaan yang tidak valid atau tidak reliabel.
8. Memperbanyak angket
Angket yang telah direvisi dan telah diyakini valid dan reliabel
diperbanyak sesuai dengan jumlah responden yang dijadikan sampel.
Angket siap untuk disebarkan kepada responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9. Langkah terakhir adalah menggunakan angket yang telah diperbanyak dan
telah mendapakan umpan balik dari responden sebagai alat pengumpul
data yang kemudian dianalisis.
C. Metode Penelitian
Penelitian ilmiah merupakan kegiatan untuk memperoleh kebenaran secara
ilmiah yang dilakukan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan. Untuk memperoleh suatu kebenaran, suatu
penelitian perlu menggunakan metode ilmiah yang tepat, agar hasil yang diperoleh
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai seorang peneliti, kita dituntut
untuk dapat memilih dan menetapkan metode penelitian yang tepat. Metode
penelitian yang kurang tepat dapat mengakibatkan hasil penelitian tidak sesuai
dengan tujuan penelitian.
Metodologi berasal dari kata “metode” yang berarti cara yang tepat untuk
melakukan sesuatu dan “logos” yang berarti ilmu atau pengetahuan. Berikut ini
akan penulis ketengahkan beberapa definisi mengenai metodologi penelitian yang
dikemukakan oleh para ahli, yaitu :
1. Hadari Nawawi (1995: 24) mengatakan ”Ilmu yang memperbincangkan
tentang metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan
disebut metodologi penelitian atau metodologi research”.
Maksud dari pendapat tersebut adalah bahwa semua ilmu yang
mengatur dan membicarakan mengenai cara atau metode-metode ilmiah yang
berfungsi untuk menggali adanya suatu kebenaran sebuah pengetahuan adalah
disebut sebagai metodologi penelitian.
2. Menurut Winarno Surakhmad (1994: 131) “Metode merupakan cara
utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Misalnya untuk
menguji hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat- alat tertentu”.
Sedangkan pengertian penelitian (research) merupakan rangkaian
kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan”.
3. Mardalis ( 2002 : 24 ) berpendapat:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan
dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian dapat diartikan sebagai
upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk
memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati
dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa metode
penelitian adalah suatu cara yang dilakukan dalam proses penelitian, yang
telah dilakukan dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk menemukan
kebenaran.
Dari ketiga pendapat tersebut di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa metodologi penelitian merupakan ilmu pengetahuan tentang prosedur atau
cara yang ditempuh untuk mencari sebuah kebenaran yang mencakup teknik-
teknik yang digunakan dalam sebuah penelitian.
Winarno Surakhmad (1994 : 131) “menggolongkan penelitian menjadi tiga
macam, yaitu :
1. Metode penelitian historis
2. Metode penelitian deskriptif
3. Metode penelitian eksperimental”.
Untuk lebih memperjelas pendapat tersebut, maka penulis dapat
menguraikannya sebagai berikut :
1. Metode penelitian historis
Metode penelitian historis merupakan penelitian yang menerapkan
metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historis suatu masalah. Metode
ini merupakan sebuah proses yang meliputi pengumpulan dan penafsiran
gejala, peristiwa ataupun menemukan gagasan yang timbul dimasa lampau
untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha memahami situasi
sekarang dan meramalkan perkembangan yang akan datang.
2. Metode penelitian deskriptif
Metode penelitian deskriptif merupakan cara yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang. Penyelidikan dalam
metode ini dengan menggunakan teknik interview, angket, observasi. Bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
juga dengan menggunakan teknik tes, studi kasus, studi kooperatif atau
operasional.
3. Metode penelitian eksperimental
Metode penelitian eksperimental dilakukan dengan mengadakan
kegiatan percobaan untuk memperoleh suatu hasil. Tujuan eksperimental
adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat. Dengan cara
membandingkan peristiwa dimana terdapat fenomena tertentu.
Sesuai dengan masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian deskriptif korelasi ganda. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan
informasi tentang objek atau subjek mengenai hubungan antar variabel yaitu pola
asuh orang tua dan kedisiplinan pada saat penelitian atau pada masa sekarang
dengan menggunakan teknik angket, dokumentasi dan wawancara.
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai metode deskriptif
sebagai berikut :
1. Moh. Nazir (1988 : 63) menyatakan “Metode deskriptif adalah suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.
Maksud dari pendapat tersebut di atas adalah bahwa metode penelitian
deskriptif adalah sebuah metode atau cara yang digunakan oleh seorang
peneliti untuk mengetahui keadaan atau fenomena yang terjadi pada masa
sekarang. Fenomena tersebut dapat berupa manusia, benda ataupun peristiwa
yang sedang terjadi.
2. Nana Syaodih Sukmadinata (2004 : 54) mengemukakan “Metode deskriptif
adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan
fenomena- fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang
lampau”.
Pendapat tersebut mengandung arti bahwa metode deskriptif adalah
sebuah metode penelitian yang bermaksud atau memiliki tujuan untuk
menggambarkan fenomena atau kejadian yang berlangsung pada saat ini atau
waktu yang sudah lampau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Sedangkan Saifuddin Azwar (2002 : 6) berpendapat “Metode deskriptif
melakukan analisis hanya sampai taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan
menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk
dipahami dan disimpulkan”.
Pendapat tersebut berarti bahwa metode deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang hanya melakukan deskripsi atau penggambaran sebuah
fenomena, menganalisis fenomena tersebut dan kemudian menyajikan hasil
analisisnya secara sistematis sehingga mudah untuk dipahami.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan metode deskriptif
korelasi ganda merupakan upaya untuk menggambarkan, menganalisis dan
menyajikan fakta secara sistematis dari suatu objek atau sekelompok manusia
pada kondisi peristiwa pada masa sekarang ataupun masa lampau. Peristiwa atau
fenomena tersebut dapat berupa sikap manusia, hewan, benda ataupun sebuah
kejadian itu sendiri. Tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk
menggambarkan sifat dari suatu keadaan yang ada pada waktu penelitian
dilakukan dan menjelajahi penyebab dari gejala-gejala tertentu.
Adapun langkah-langkah penelitian deskriptif yaitu :
1. Merumuskan masalah yang akan diteliti
2. Mengadakan pembatasan masalah
3. Merumuskan kerangka teori
4. Merumuskan hipotesis
5. Menyiapkan instrumen dan memilih teknik pengumpulan data
6. Menentukan subjek penelitian
7. Pengumpulan data untuk menguji hipotesis
8. Menganalisis data dan menguji hipotesis
9. Memberi kesimpulan atau generalisasi
10. Menyusun dan mempublikasikan laporan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Dalam suatu penelitian, pengambilan individu sebagai subjek yang diteliti
merupakan masalah yang sangat penting. Populasi dalam suatu penelitian
merupakan suatu kelompok individu yang menjadi objek yang diselidiki tentang
aspek-aspek yang ada dalam kelompok tersebut. Aspek-aspek yang akan
diungkapkan dalam penelitian ini adalah aspek pola asuh orang tua, aspek
kedisiplinan dan prestasi belajar siswa. Berikut adalah beberapa pengertian dari
populasi yang disampaikan oleh para ahli :
a. Hadari Nawawi (1995: 141) berpendapat “Populasi adalah keseluruhan obyek
penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-
tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber
data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian”.
Maksud dari pendapat tersebut adalah bahwa populasi merupakan
semua atau keseluruhan dari objek dalam sebuah penelitian. Objek penelitian
ini dapat berupa manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, hasil tes atau
peristiwa yang memiliki karakteristik tertentu yang sebelumnya telah
ditetapkan sebagai batasan dalam penentuan populasi.
b. Saifuddin Azwar ((2002: 77) menyatakan “Populasi didefinisikan sebagai
kelompok subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian”.
Pendapat tersebut memiliki arti bahwa populasi adalah sekelompok
subjek yang telah ditentukan oleh peneliti sebagai subjek penelitian yang
nantinya akan dikenai generalisasi hasil penelitian.
c. Sudjana dalam Purwanto (2008: 241) mengatakan bahwa “Populasi adalah
totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung maupun hasil
mengukur baik kualitatif maupun kuantitatif dari karakteristik mengenai
sekumpulan objek yang lengkap dan jelas.”
Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah seluruh penduduk yang
menjadi subjek penelitian. Namun demikian subjek yang diteliti adalah yang
mempunyai karakteristik tertentu yang sama, sehingga dapat mewakili subjek
penelitian secara keseluruhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari beberapa pendapat tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. Populasi
dalam penelitian ini adalah manusia yaitu semua siswa siswi. Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA
Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 115 yang terbagi
dalam 3 kelas yaitu XI.IPS 1, XI.IPS 2, dan XI.IPS 3.
2. Sampel penelitian
Dalam penelitian sosial, tidak selalu seluruh populasi dikenakan dalam
penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan
biaya, waktu dan tenaga. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya
pembatasan yaitu dengan menetapkan jumlah sampel yang representatif yang
dapat mewakili populasi.
a. Pengertian Sampel
Dalam penelitian sosial, tidak selalu seluruh populasi dikenakan dalam
penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan
biaya, waktu dan tenaga. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya
pembatasan yaitu dengan menetapkan jumlah sampel yang representatif yang
dapat mewakili populasi. Berikut adalah beberapa pengertian dari populasi
yang disampaikan oleh para ahli :
1) Hadari Nawawi (1995: 144) berpendapat “Sampel secara sederhana
diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data
sebenarnya dalam suatu penelitian”.
Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa sampel merupakan
bagian dari populasi yang akan menjadi sumber data, artinya bahwa
populasi tidak diteliti seluruhnya namun hanya sebagian saja, bagian
inilah yang disebut sampel.
2) Sedangkan Winarno Surakhmad (1994: 93) menyatakan “Sampel adalah
sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi”.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa sampel adalah
bagian dari populasi yang sebelumnya telah ditentukan dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sampling. Hasil penelitian dari sampel ini nantinya akan mewakili seluruh
populasi penelitian.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa sampel adalah sebagian individu yang menjadi anggota populasi yang
di peroleh dengan cara – cara tertentu untuk menjadi wakil dari populasi yang
diteliti. Penentuan sampel ini hendaknya disesuaikan dengan jumlah populasi,
karena nantinya hasil penelitian dari sampel ini nantinya akan
digeneralisasikan kepada populasi. Jadi sampel harus representatif atau
mewakili populasi penelitian. Mengenai besar kecilnya pengambilan sampel,
pada prinsipnya tidak ada peraturan yang mutlak untuk menentukan ukuran
sampel.
b. Sampling
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian,
terdapat teknik-teknik untuk mengambil sampel dari populasi yang ada.
Menurut Hadari Nawawi (1995:152) ”Cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data
sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar
diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi”.
Sedangkan Kerlinger (1995:188) berpendapat “Kata sampling berarti
“mengambil sampel” atau mengambil sesuatu bagian populasi atau semesta,
sebagai wakil (representasi) populasi atau semesta itu”. Dari pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa teknik sampling adalah suatu cara pengambilan
sampel yang representatif (mewakili) dari populasi.
Menurut Consuelo G. Sevilla, et al, terjemahan Alimuddin Tuwu
(1993: 163-169) menjelaskan bahwa teknik pengambilan sampel dibagi
menjadi lima macam, yaitu:
1) Pengambilan Sampel Secara Acak (Teknik Random Sampling)
2) Pengambilan Sampel Secara Sistematis (Teknik Sistematik Sampling)
3) Pengambilan Sampel Strata (Teknik Stratified Sampling)
4) Pengambilan Sampel Kluster (Teknik Cluster Sampling)
5) Pengambilan Sampel Non-Acak (Teknik Non Random Sampling)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk mempermudah dalam memahami tentang teknik sampling di atas
maka penulis akan menguraikannya sebagai berikut:
1) Pengambilan Sampel Secara Acak (Teknik Random Sampling)
Dalam teknik ini setiap anggota populasi mempunyai peluang yang
sama untuk menjadi sampel dan anggota yang terpilih sebagai sampel tidak
mempengaruhi peluang anggota yang lain. Oleh sebab itu, maka teknik ini
sering disebut sebagai teknik yang paling baik. Teknik pengambilan sampel
secara non acak meliputi:
a) Tabel nomor acak
Teknik ini merupakan teknik yang paling sistematis dalam
perolehan unit-unit sampel melalui acak. Tabel acak berisi kolom-kolom
digit yang umumnya dihasilkan melalui komputer, untuk meyakinkan
susunan acak. Hampir semua buku-buku statistika dan penelitian membuat
tabel-tabel nomor acak.
b) Pengambilan sampel melalui undian
Teknik ini disebut juga sebagai fishbowl. Adapun teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel melalui undian dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
(1) Undian tanpa pengembalian (without replacement)
Teknik undian tanpa pengembalian sering disebut dengan
simpel random sampling. Anggota populasi yang telah keluar sebagai
sampel tidak lagi diikutsertakan dalam pengundian selanjutnya,
sehingga tidak akan ada kemungkinan munculnya nama atau sampel
yang sama. Dalam teknik ini setiap sampel dalam populasi memiliki
satu kali kesempatan untuk menjadi sampel. Keuntungan dari simpel
random sampling adalah tidak banyak menggunakan teknik yang sulit
dan sampel yang didapat tidak bias. Akan tetapi akan sangat sulit
melakukan teknik ini jika jumlah subjek dalam populasi sangat banyak
atau jika belum diketahui secara pasti semua individu dalam populasi.
(2) Undian dengan pengembalian (with replacement)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Teknik undian dengan pengembalian dilakukan dengan cara
mengundi seluruh populasi penelitian, sehingga keluar salah satu
sampel. Kemudian sampel yang sudah keluar tersebut dikembalikan
lagi dan kembali diikutsertakan dalam proses pengundian selanjutnya.
Proses pengundian dengan cara ini mempunyai intensitas ketepatan
pengambilan sampel yang tetap.
2) Pengambilan Sampel Secara Sistematis (Teknik Sistematik
Sampling)
Teknik ini digunakan untuk memilih anggota sampel yang hanya
dibolehkan melalui peluang dan suatu sistem untuk menentukan kenaggotaan
dalam sampel. Yang dimaksud dengan sistem dalam hal ini adalah strategi
yang direncanakan untuk memilih anggota-anggota setelah memulai pemilihan
acak, misalnya memilih nomor genap atau ganjil atau kelipatan tertentu dari
suatu daftar yang telah disusun.
3) Pengambilan Sampel Strata (Teknik Stratified Sampling)
Pengambilan sampel strata dilakukan dengan cara populasi atau
elemen populasinya dibagi dalam kelompok-kelompok yang disebut strata.
Banyaknya tingkat harus diperhatikan, kemudian setiap tingkatan harus
mewakilkan anggotanya untuk menjadi sampel dalam penelitian. Dalam hal
ini proporsi dari jumlah subjek yang ada dalam tiap-tiap tingkatan dalam
populasi yang harus dicerminkan dalam sampel sehingga mereka dapat
dipandang sebagai wakil terbaik bagi populasi. Dengan teknik ini sub-
kelompom (strata) yang spesifik akan memiliki jumlah yang cukup mewakili
dalam sampel, serta menyediakan jumlah sampel sebagai sub-analisis dari
anggota sub-kelompok tersebut.
4) Pengambilan Sampel Kluster (Teknik Cluster Sampling)
Dalam pengambilan sampel kluster satuan-satuan sampel tidak terdiri
dari individu melainkan kelompok-kelompok atau kluster. Sampling ini
dipandang ekonomik karena observasi-observasi yang dilakukan terhadap
kluster dipandang lebih murah dan mudah dari pada observasi terhadap
individu yang terpencar-pencar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Pengambilan Sampel Non-Acak (Teknik Non Random Sampling)
Dalam teknik ini setiap anggota populasi tidak mempunyai peluang
yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Beberapa bagian tertentu dalam
semua kelompok secara sengaja tidak dimasukkan dalam pemilihan untuk
mewakili sub-kelompok. Teknik pengambilan sampel non- acak meliputi:
a) Pengambilan sampel purposif
Dalam pengambilan sampel purposif, pemilihan sekelompok
subjek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dianggap memiliki
kesamaan dengan ciri yang telah diketahui sebelumnya. Oleh karena itu
keadaan dan informasi mengenai populasi tidak perlu diragukan lagi.
Secara intensional peneliti tidak meneliti semua daerah atau kelompok
dalam populasi, namun peneliti hanya perlu mengambil beberapa
kelompok kunci saja.
b) Pengambilan sampel kuota
Dalam pengambilan sampel kuota yang harus dilakukan adalah
penetapan jumlah subjek yang akan diteliti. Kemudian permasalahan
mengenai siapa yang akan diinterview atau yang menjadi responden
diserahakn kepada sebuah tim. Tim ini bertugas untuk mengumpulkan
informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Ciri utama dari
quota sampling adalah jumlah subjek yang sudah ditentukan akan
dipenuhi, permasalahan apakah subjek tersebut mewakili populasi atau sub
populasi tidaklah menjadi persoalan.
c) Pengambilan sampel dipermudah (convenience)
Dalam pengambilan sampel dipermudah, pengambilan sampel
didasarkan atas kemudahan dari arah peneliti. Misalnya, jika ingin
mengetahui pendapat orang Filipina tentang rekonsiliasi nasional di
Filipina melalui wawancara telepon, maka peluang yang diperoleh adalah
hanya akan mewawancarai mereka yang mempunyai telepon saja.
Pengambilan sampel ini dilakukan agar tidak menyulitkan peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penelitian ini akan menggunakan teknik simpel random sampling
tanpa pengembalian untuk menetapkan sampel. Adapun alasan dalam penggunaan
teknik simpel random sampling ini adalah:
a. Sampel yang diperoleh tidak bias.
b. Pelaksanaannya lebih mudah, tidak banyak menggunakan teknik yang sulit
dan anggota sampel cepat diperoleh.
c. Teknik ini dilakukan secara acak, sehingga setiap anggota populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
d. Pelaksanaan simpel random sampling dilakukan melalui prosedur undian
tanpa pengembalian, sehingga setiap individu mempunyai peluang yang lebih
besar untuk menjadi sampel penelitian.
e. Teknik simpel random sampling dipilih agar lebih cepat dan tidak memakan
banyak waktu.
Dalam teknik simpel random sampling terdapat langkah-langkah tertentu
yang harus dilakukan. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel dengan
teknik simpel random sampling adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan nomor-nomor pada naggota populasi yang terkumpul dalam
daftar sampling.
b. Menulis nomor-nomor itu pada potongan kertas kecil, satu nomor untuk setiap
anggota populasi.
c. Menggulung semua kertas baik-baik.
d. Memasukkan gulungan-gulungan kertas itu ke dalam kotak yang cukup besar
agar gulungan kertas dapat bergerak secara bebas ke segala arah.
e. Mengaduk gulungan kertas secara sempurna.
f. Mengambil kertas gulungan itu sejumlah sampel yang dibutuhkan.
c. Menetapkan Besarnya Sampel
Tidak ada peraturan yang tegas yang mengatur tentang jumlah sampel
yang dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia. Selain itu
juga tidak ada batasan yang jelas mengenai sampel yang besar dan sampel yang
kecil. Jumlah sampel juga banyak tergantung pada faktor-faktor seperti biaya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
fasilitas, waktu yang tersedia, jumlah populasi yang ada atau bersedia untuk
dijadikan sampel serta tujuan penelitian. Namun dalam penelitian ini peneliti
berkiblat pada pendapat para ahli berikut ini :
1) Sutrisno Hadi (2001: 221) menyebutkan “Sampel adalah bagian objek yang
diteliti untuk menetapkan besarnya sampel, langkah yang dilakukan adalah
apabila subjeknya kurang dari 100 atau lebih dari 100 maka sampel yang
diambil adalah 20% sampai 25%”.
2) Donald Ary terjemahan Arief Furchan (1982: 198) menjelaskan “Besarnya
sampel sebaiknya menggunakan sampel yang sebesar mungkin. Sampel
yang lebih besar mempunyai kemungkinan lebih banyak menjadi contoh
yang representatif bagi populasi”
3) Suharsimi Arikunto (2006:134) berpendapat :
“Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara
10-15 % atau 20-25 % atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :
1) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana
2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya dana
3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian
yang resikonya besar, tentu saja jika sampel lebih besar, hasilnya akan
lebih baik”.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka peneliti menetapkan
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 30% dari jumlah populasi. Jadi
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah 30% dari 115 yaitu 34,5
siswa yang kemudian dibulatkan menjadi 35 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk
mendapatkan data tentang masalah yang diselidikinya. Sumadi Suryabrata
(1997:84) menjelaskan “Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambilan
data atau alat pengukurnya”. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode angket sebagai metode pokok, metode
dokumentasi dan wawancara sebagai metode bantu.
1. Metode Angket atau Kuesioner
a. Pengertian Angket
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data melalui daftar
pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis oleh responden. Menurut Suharsimi
Arikunto (2006:151) “Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan Moh Nasir
(2003:203) mengatakan “Kuesioner adalah sebuah set pertanyaan yang secara
logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan
jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis”. Dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa angket merupakan daftar
pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk mendapatkan data mengenai
pola asuh orang tua dan kedisiplinan yang ada di SMA Negeri 1 Ngemplak
Boyolali.
b. Kelebihan dan Kelemahan Angket
Alasan digunakan angket sebagai alat instrumen pengunmpul data, bahwa
angket mempunyai beberapa keuntungan seperti disebutkan dalam Suharsimi
Arikunto (2006:152) yaitu :
1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti
2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing
4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu
menjawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama.
Selain angket memiliki kelebihan seperti disebutkan di atas, angket juga
memiliki beberapa kelemahan, seperti diungkapkan oleh Sutrisno Hadi (2004:157)
yaitu:
1) Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap
2) Besar kemungkinannya jawaban-jawaban dipengaruhi oleh keinginan-
keinginan pribadi
3) Ada hal-hal yang dirasa yang tidak perlu dinyatakan, misalnya hal-hal
yang memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan
4) Kesukaran merumuskan kesadaran diri sendiri ke dalam bahasa
5) Ada kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logik unsur-unsur yang
dirasa kurang berhubungan secara logik
Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup langsung. Angket
langsung maksudnya adalah responden langsung menjawab pertanyaan yang
sudah disediakan oleh peneliti. Sedangkan tertutup berarti jawaban berupa
alternatif yang sudah disediakan oleh peneliti yang telah ditentukan dan dibatasi.
Dengan demikian responden hanya mempunyai sebuah jawaban yang paling
sesuai dengan keadaan masing-masing.
Alasan peneliti menggunakan angket sebagai alat pengumpul data dalam
penelitian adalah :
1) Dengan menggunakan angket peneliti dapat menghemat biaya, tenaga, dan
waktu
2) Dalam angket subyektifitas peneliti dapat diperkecil
3) Dengan angket responden mempunyai kebebasan untuk memberikan
kesaksian
4) Memberikan kemudahan dalam proses pengolahan data karena adanya
keseragaman dalam memberikan pertanyaan dan jawaban
c. Langkah-langkah Menyusun Angket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun langkah-langkah dalam menyusun angket adalah sebagai berikut :
1) Menetapkan tujuan
Dalam penelitian ini, angket disusun dengan tujuan untuk mendapatkan
data tentang pola asuh orang tua dan kedisiplinan siswa.
2) indikator
Bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang dituangkan dalam
instrumen termasuk batasan variabel yang akan diteliti.
3) Menyusun kisi-kisi instrumen
4) Menyusun item instrumen
Instrumen yang dibagikan dapat disusun dengan langkah sebagai berikut :
a) Membuat item-item pertanyaan
b) Membuat surat pengantar angket
c) Menyusun petunjuk dan pengisian angket
5) Menentukan Skor
Setelah angket disusun maka, kemudian akan disusun skor dari
masing-masing jawaban. Dalam penelitian angket ini, setiap item
mcmpunyai alternatif jawaban dan skor antara 1 sampai 4. Dari alternatif
jawaban tersebut diberikan bobot nilai sebagai berikut:
Bentuk item positif
a) Alternatif jawaban A, mcmpunyai bobot nilai 4
b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 3
c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 2
d) Alternatif jawaban D. mempunyai bobot nilai 1
Bentuk Item Negatif
a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 1
b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 2
c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 3
d) Alternatif jawaban D, mempunyai bobot nilai 4
d. Mengadakan uji coba (try out) angket
Setelah angket disusun, maka angket tersebut perlu di uji coba terlebih
dahulu mengenai validitas dan reabilitasnya yaitu melalui try out.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penelitian ini try out dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngemplak,
pada kelas XI sebanyak 20 siswa. Siswa yang telah mengikuti try out angket,
nantinya tidak dipakai dalam penelitian.
Menurut Sutrisno Hadi (2000:166) maksud diadakannya try out adalah
sebagai berikut :
a) Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas
maksudnya
b) Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu
akademik, dan kata-kata yang menimbulkan kecurigaan
c) Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati
atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal
d) Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item
yang ternyata tidak relevan dengan tujuan research.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maksud peneliti mengadakan
try out angket adalah :
a) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang bermakna ganda dan
tidak jelas
b) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak
diperlukan
c) Menghindari kata-kata yang kurang dimengerti oleh responden
d) Menghilangkan item-item yang dianggap tidak relevan dengan
penelitian
Selain beberapa maksud diadakannya try out seperti yang disebutkan
di atas, tujuan diadakan try out terhadap angket adalah untuk mengetahui
kelemahan angket yang disebarkan kepada responden dan untuk mengetahui
sejauh mana responden mengalami kesulitan di dalam menjawab pertanyaan
tersebut, serta untuk mengetahui apakah angket tersebut memenuhi syarat
validitas dan reabilitas.
e. Langkah-langkah Pelaksanaan Uji Coba ( Try Out )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun langkah-langkah dalam menyadakan uji coba adalah sebagai
berikut :
a) Membuat surat pengantar Try Out
Surat pengantar dibuat dengan maksud untuk mengutarakan tujuan
pemberian angket try out kepada responden.
b) Memperbanyak angket
Angket yang akan di uji cobakan diperbanyak sesuai dengan jumlah
responden yang di perlukan untuk try out yaitu 20 anak.
c) Penyebaran angket
Angket yang telah diperbanyak kemudian disebarkan kepada
responden sesuai jumlah yang akan diperlukan untuk uji coba.
d) Penarikan angket.
Setelah memperoleh data yang diperlukan, kemudian angket-angket
tersebut diambil kembali.
e) Pengolahan Hasil Try Out
Angket yang telah diambil kemudian di analisis untuk mengetahui
tingkat validitas dan reliabilitas dari masing-masing item pertanyaan.
f) Merevisi angket
Revisi angket dilakukan apabila terdapat banyak item yang gugur
dalam try out.
Uji coba atau try out dilaksanakan pada hari tanggal 28 April 2010
dengan junlah responden sebanyak 20 siswa. Berdasarkan uji coba angket
tersebut kemudian dilakukan uji validitas. Adapun hasil dari uji validitas
adalah sebagai berikut :
a. Variabel Pola Asuh Orang Tua ( X1 )
Dari hasil analisis butir (item) pada angket yang diuji cobakan
menunjukkan bahwa dari 50 item soal di dapat 37 soal yang valid dan 13
butir item yang dinyatakan gugur atau tidak valid. Soal yang dinyatakan
valid adalah soal no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36,42, dan
50. Item yang dinyatakan gugur antara lain: 25, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45, 46, 47, 48, dan 49. Item soal dikatakan valid apabila ρ < 0,05.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 129.
b. Variabel Kedisiplinan ( X2 )
Dari hasil analisis butir (item) pada angket yang diuji cobakan
menunjukkan bahwa dari 30 item soal di dapat 18 soal yang valid dan 12
butir item yang dinyatakan gugur atau tidak valid. Soal yang dinyatakan
valid adalah soal no 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 17, 20, 21, 24, 25, 26, 27, 29
dan 30. item yang dinyatakan gugur antara lain: 1, 4, 10, 12, 14, 15, 16,
18, 19, 22, 23 dan 28. Item soal dikatakan valid apabila ρ < 0,05.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 134.
f. Pengukuran Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas adalah pola asuh orang tua dan kedisiplinan, sedangkan variabel terikat
adalah prestasi belajar. Adapun penyusunan pertanyaan untuk variabel bebas pola
asuh orang tua dan kedisiplinan serta variabel terikat prestasi belajar
menggunakan pilihan ganda dengan jumlah jawaban empat pilihan. Untuk skoring
atas jawaban setiap item instrumen dalam bentuk pilihan ganda menggunakan 4
pilihan jawaban, dan mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
2. Metode Dokumentasi
Dalam penelitian ini selain menggunakan teknik angket peneliti akan
menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan teknik
pencarian data yang menelaah catatan atau dokumen sebagai data. Sesuai
pendapat Hadari Nawawi (1998:133) “Dokumenter adalah cara mengumpulkan
data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga
buku-buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penyelidikan
Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah :
a. Lebih mudah mendapatkan data, karena data sudah tersedia dan menghemat
waktu
b. Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah menggunakannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang diinginkan
d. Data dapat ditinjau kembali jika diperlukan. Data yang diperoleh dapat
dipercaya dan mudah menggunakannya.
Metode dokumentasi dalam penelitian ini merupakan metode yang
digunakan untuk memperoleh data dari Kepala Sekolah, Tata Usaha ataupun guru
yang berupa data tertulis, antara lain tentang jumlah siswa dan sejarah sekolah.
3. Metode Wawancara
Teknik bantu lain yang digunakan adalah metode wawancara atau
interview. Menurut Nasution (2003:113) “Wawancara atau interview adalah suatu
bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh
informasi”. Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk memperoleh
perizinan dari pihak sekolah, memperolah informasi tentang jumlah siswa, dan
ketika bertatap muka dengan responden peneliti menjelaskan petunjuk pengisian
angket.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi ganda yaitu cara atau teknik khusus untuk mencari hubungan antar
dua variabel (sebagai prediktor) dengan variabel lain (sebagai kriterium). Alasan
digunakannya teknik ini adalah :
1. Karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel predikator dan satu variabel
kriterium,
2. Untuk mengetahui hubungan antara prediktor dengan kriterium, sekaligus
dapat mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan tersebut.
Sesuai dengan teknik yang digunakan, peneliti menggunakan dasar dalam
analisis dengan pedoman sebagai berikut :
Kaidah Uji Hipotesis Menggunakan Komputer :
Jika ρ (probabilitas) < 0,01 = sangat signifikan
Jika ρ (probabilitas) < 0,05 = signifikan
Jika ρ (probabilitas) < 0,15 = cukup signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jika ρ (probabilitas) < 0,30 = kurang signifikan
Jika ρ (probabilitas) > 0,30 = tidak signifikan
Kaidah Uji Hipotesis Konvensional (Menggunakan Tabel Signifikansi) :
Jika ρ (probabilitas) < 0,01 = sangat signifikan
Jika ρ (probabilitas) < 0,05 = signifikan
Jika ρ (probabilitas) > 0,05 = tidak signifikan
Dalam uji butir tes menggunakan signifikansi ρ < 0,05.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam penelitian ini untuk menguji
persyaratan analisis regresi ganda adalah :
1. Uji Prasyarat Analisis
2. Uji Hipotesis
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran suatu variabel
acak berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan rumus Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:
X2 = ∑ ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
fhfhf0
(Sutrisno Hadi 2001: 346)
Keterangan:
X2 = Chi-kuadrat
fh = frekuensi yang diharapkan dalam sampel
fo = frekuensi yang diharapkan dalam populasi
Jika ρ > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal,
sebaliknya jika ρ < 0,05 maka data yang dipeoleh berdistribusi tidak normal.
b. Uji Linieritas
Uji linearitas variabel X1 terhadap Y, dan X2 terhadap Y adalah untuk
mengetahui tingkat kelinieran data atau untuk mengetahui bahwa setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peningkatan variabel X juga diikuti dengan variabel Y, dengan penetapan
harga-harga :
1) JK (G) = ( )
∑ ∑ ∑⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛−
iX niY
Y2
2
2) JK (TC) = JK (S) – JK (G)
3) dk (TC) = k – 2
4) dk (G) = n – k
5) RJK (TC) = ( )( )TCdkTCJK
6) RJK (G) = ( )( )GdkGJK
(Sudjana, 1996: 15 – 22)
Keterangan:
JK (G) : Menyatakan jumlah kuadrat galat
JK (TC) : Menyatakan jumlah kuadrat tuna cocok
dk : Derajad kebebasan (setiap variabel mempunyai derajat
berbeda-beda)
Untuk tuna cocok (TC) : k – 2
Untuk galat : n – k
RJK (TC) : Menyatakan varian (rerata) kuadrat tuna cocok
RJK (G) : Menyatakan varian (rerata) kuadrat galat
Jika ρ > 0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya linier, sebaliknya
jika ρ < 0,05 maka korelasinya tidak linier.
2. Uji Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setelah uji prasyarat telah terpenuhi, maka dapat dilakukan pengujian
hipotesis yang telah diajukan. Uji hipotesis ini menggunakan uji regresi ganda.
Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Uji Hipotesis Pertama dan Kedua :
( )( )( ){ } ( ){ }222
112
111
ΣΥ−ΣΥΣΧ−ΣΧ
ΣΥΣΧ−ΥΣΧ=ΥΧ
nn
nr
(Sutrisno Hadi, 2001: 4)
Keterangan:
n : Menyatakan jumlah data observasi
X : Variabel prediktor
Y : Variabel kriterium
YXr 1 : Koefisien korelasi X1 dan Y
YXr 2 : Koefisien korelasi X2 dan Y
b. Uji Hipotesis Ketiga
Ry(1,2) = ∑
∑ ∑+2
2211
yyx a y xa
Sutrisno Hadi (2001: 25),
Keterangan:
ry(1,2) = Koefisien korelasi antara X1 dan X2 dengan Y
a1 = koefisien prediktor X1
a2 = koefisien prediktor x2
Σ xiy = jumlah produk antara xi dan y
Σ x2y = jumlah produk antara X2 dan y
Σ y2 = jumlah kuadrat kriterium Y
Jika ρ < 0,05 maka data yang diperoleh korelasinya signifikan,
sebaliknya jika ρ > 0,05 maka data yang diperoleh korelasinya tidak
signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Langkah selanjutnya adalah mengadakan uji siginifikansi atau
keberartian antara kriterium dengan prediktor-prediktornya. Uji
signifikansi menggunakan rumus :
F = ( ) ( )1/1/
2
2
−−− knRkR
(Sudjana, 1996: 75)
Keterangan :
F = Harga garis regresi
n = Ukuran sampel
K = Banyaknya fariabel bebas
R = Koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktornya.
Jika ρ > 0,05 maka signifikan, sebaliknya jika ρ < 0,05 maka tidak
signifikan.
d. Sumbangan relatif masing-masing variabel prediktor dan kriterium
1) Sumbangan Relatif (SR)
Sumbangan relatif diperlukan untuk mengetahui besarnya sumbangan
masing-masing prediktor (X) terhadap kriterium (Y). Dalam hal ini untuk
mencari sumbangan relatif X1 dan X2 terhadap Y dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Untuk X1 : SR % X1 = )(
11
regJKyxa Σ x 100 %
Untuk X2 : SR % X2 = )(
22
regJKyxa Σ x 100 %
(Sutrisno Hadi, 2001: 42)
Keterangan :
SR % X1 : Sumbangan efektif prediktor X1 terhadap Y
SR % X2 : Sumbangan efektif prediktor X2 terhadap Y
JKreg : Jumlah kuadrat regresi
2) Sumbangan Efektif (SE)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumbangan efektif diperlukan untuk mengetahui besarnya sumbangan murni
yang diberikan masing-masing prediktor. Dalam hal ini untuk mencari
sumbangan efektif masing-masing prediktor (X1 dan X2) terhadap kriterium
(Y) dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Mencari sumbangan efektif X1 terhadap Y dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
SE % X1 = SR % X1 x R2
2. Mencari sumbangan efektif X2 terhadap Y dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
SE % X2 = SR % X1 x R2
3. Mencari sumbangan efektif X2 terhadap Y dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
SE % X1 X2 = SE % X1 + SE %X2
Keterangan :
SE % X1 : Sumbangan efektif X1 terhadap Y
SE % X2 : Sumbangan efektif X2 terhadap Y
SE % X1 X2 : Sumbangan efektif X1 dan X2 terhadap Y
(Sutrisno Hadi, 2001: 42)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali
Sekolah Menengah Atas (SMA) N 1 Ngemplak merupakan sekolah Unit
Gedung Baru ( UGB ) yang belum memiliki gedung sendiri. Sekolah Unit Gedung
Baru ini berdiri pada tahun 1994 bertepatan dengan tahun ajaran baru. Sejak Juli
1994 kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada sore hari dengan meminjam
gedung SMP Negeri 2 Ngemplak Boyolali. Angkatan pertama sekolah tersebut
dibuka untuk kelas satu yaitu sebanyak tiga kelas, hinggga bulan Desember 1994
sekolah ini memiliki :
a. Kepala sekolah yang diampu oleh Bapak Basuki, S.Pd yaitu kepala
sekolah dari SMA Negeri 1 Teras Boyolali
b. Lima guru tetap yaitu Bapak Dharmono, Ibu Haryani, Ibu Lastri Pertiwi,
Ibu Mulyani, dan Ibu Endang Jati Ningsih.
c. Satu kepala Tata Usaha yaitu Bapak Bambang Sudarmadji yang semula
staf SMP Negeri 2 Ngemplak Boyolali yang kemudian dialih fungsikan ke
SMA Unit Gedung Baru tersebut.
d. Beberapa guru tidak tetap.
Setelah 9 bulan meminjam gedung SMP Negeri 2 Ngemplak Boyolali,
tepatnya pada bulan Maret 1995 sekolah dipindahkan ke lokasi baru yang terletak
disebelah selatan kantor kepala desa Donohudan sehingga penerimaan siswa baru
yang kedua pada bulan Juli 1995 sudah dilaksanakan dilokasi yang baru.
Berdasarkan SK Mendikbud Nomor 0315/ 0/ 1995 tertanggal 26 Oktober 1995
tentang pembukaan dan penerimaan maka secara resmi SMA Negeri 1 Ngemplak
Boyolali berdiri dengan memiliki Daftar Isian Kegiatan ( DIK ) dan Nomor Induk
Statistik Sekolah ( NISS ) bernomor 30.1.03.09.11.051.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sejak berdiri sampai saat ini kepala sekolah yang pernah memimpin
Sekolah Menengah Atas (SMA) N 1 Ngemplak Boyolali sudah berganti selama 8
kali. Adapun nama-nama kepala sekolah tersebut antala lain :
a. Basuki, S.Pd ( Juli 1994-Oktober 1995 )
b. Drs. Sumarno ( 1995-2000 )
c. Drs. Marsun Muhammad Dahlan ( 2000-2002 )
d. Drs. Santoso ( 2002-2004 )
e. Drs. Suranto, M.Pd ( 2004-2006 )
f. Drs. Arjun Rahmanto, S.Ag ( 2006-2008 )
g. Drs. Tri Wahyudi ( 2008- sekarang)
2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali
Adapun visi dari SMA N 1 Ngemplak Boyolali yaitu :
Ilmu pengetahuan dan keterampilan ditemukan, budi pekerti terpuji, siap
masuk perguruan tinggi dan mengabdi.
Sedangkan misi dari SMA N 1 Ngemplak Boyolali yaitu :
a. Memberikan pendidikan dan pengajaran baik berupa ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan budi pekerti.
b. Menyediakan sarana dan prasarana bagi pembinaan dan peningkatan
keterampilan dalam kegiatan ekstrakurikuler.
c. Mengelola semua komponen sekolah baik siswa, guru, karyawan,
maupun sarana prasarana yang ada sesuai dengan fungsi manajemen.
3. Kondisi dan Karakteristik Siswa SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali
SMA N 1 Ngemplak tahun ajaran 2009/2010 terdiri dari 496 siswa dan
terbagi menjadi 3 tingkat, yakni tingkatan kelas X, XI, dan XII. Kelas X terdiri
dari 206 siswa yang terbagi dalam 6 kelas. Kelas XI terdiri dari 151 siswa yang
terbagi dalam 4 kelas yaitu 3 kelas untuk IPS, 1 kelas untuk IPA. Sedangkan kelas
XII terdiri dari 140 siswa yang terbagi dalam 4 kelas yaitu 3 kelas untuk IPS, 1
kelas untuk IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari sejumlah siswa yang ada di SMA N 1 Ngemplak tersebut terdapat
aktivitas yang berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lain saat penelitian
dilakukan. Aktivitas siswa-siswa ini terlihat seperti adanya siswa yang nongkrong
di kantin sekolah, adanya siswa yang baru persiapan lomba, terlihat juga beberapa
siswa yang dikeluarkan dari kelas. Selain itu ada pula siswa yang membolos.
Karakteristik siswa satu dengan yang lain pun pasti berbeda. Karena mereka
berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Dari adanya karakter-karakter
yang berbeda tersebut dapat dipastikan siswa di SMA N 1 Ngemplak mempunyai
prestasi belajar yang berbeda-beda pula.
4. Kegiatan-Kegiatan di SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali
Pada SMA N 1 Ngemplak, selain kegiatan inti seorang siswa yakni KBM
(Kegiatan Belajar Mengajar) yang dilaksanakan setiap hari, ada berbagai kegiatan
yang dapat mendukung dan meningkatkan bakat siswa. Antara lain kegiatan OSIS
dan ekstrakurikuler. Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMA N 1
Ngemplak meliputi Rois, Pramuka, Mading, KIR, Bela Diri, Sablon, Mebel,
Tanaman Hias, SKJ, Sepak Bola, Volly dan PMR.
Dari berbagai macam kegiatan seperti di atas, dapat dijadikan sarana untuk
mengembangkan bakat dan kemampuan bagi siswa. Karena dengan adanya
keikutsertaan siswa dalam kegiatan OSIS maupun ekstrakurikuler yang ada di
sekolah maka para siswa akan dapat berkreasi, menambah pengalaman dan dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan. Sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat
dijadikan wadah bagi anak untuk mengembangkan kemampuan non-akademik.
B. Deskripsi Data
Dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua
dan Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Negeri
1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2009/2010” ini, data yang diperoleh meliputi data
tentang:
1. Pola Asuh Orang Tua yang berasal dari data skor angket responden
2. Kedisiplinan yang berasal dari data skor angket responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Prestasi Belajar Sosiologi yang berasal dari nilai rapot
Ketiga data tersebut akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini:
1. Deskripsi Data tentang Pola Asuh Orang Tua
Pola Asuh Orang Tua dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X1).
Skor data yang telah diperoleh dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 155
Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai berikut:
mean diperoleh angka sebesar 113,60; median diperolah angka sebesar 112,21;
modus diperoleh angka sebesar 109,00; SB diperoleh angka sebesar 8,41; SR
diperoleh angka sebesar 6,85; nilai tertinggi diperoleh angka sebesar 129 dan nilai
terendah diperoleh angka sebesar 99.
Adapun distribusi frekuensi data Pola Asuh Orang Tua dapat disajikan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Pola Asuh Orang Tua (X1)
Variant f fx fx2 f% fk%-naik
126,5- 133,5 4 514,00 66.050,00 11,43 100,00
119,5- 126,5 5 612,00 74.918,00 14,29 88,57
112,5- 119,5 8 925,00 106.989,00 22,86 74,29
105,5- 112,5 12 1.312,00 143.478,00 34,29 51,43
98,5- 105,5 6 613,00 62.645,00 17,14 17,14
Total 35 3.976,00 454.080,00 100,00 -
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 3. Deskriptif Data Pola Asuh Orang Tua (X1)
Variabel Max Min Mean Median Modus SB SR
Pola Asuh Orang Tua 129 99 113,60 112,21 109,00 8,41 6,85
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel Pola Asuh Orang Tua maka
dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-4 pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
interval 105,5-112,5 dengan prosentase 34,29%; kemudian diikuti oleh kelas ke-3
pada interval 112,5-119,5 dengan prosentase 22,86%, kemudian diikuti oleh kelas
ke-5 pada interval 98,5-105,5 dengan prosentase 17,14%, kemudian diikuti lagi
oleh kelas ke-2 pada interval 119,5-126,5 dengan prosentase 14,29%. Sedangkan
responden paling sedikit berada pada kelas ke-1 pada interval 126,5-133,5,5
dengan prosentase 11,43%. Penyebaran data dapat diperikasa dalam histogram
berikut ini:
Gambar 2. Grafik Histogram Pola Asuh Orang Tua (X1)
2. Deskripsi Data tentang Kedisiplinan
Kedisiplinan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X2). Skor data
yang telah diperoleh dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 156. Sedangkan
rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai berikut: mean
diperoleh angka sebesar 56,26; median diperolah angka sebesar 57,05; modus
diperoleh angka sebesar 63,00; SB diperoleh angka sebesar 7,54; SR diperoleh
angka sebesar 5,65; nilai tertinggi diperoleh angka sebesar 70 dan nilai terendah
diperoleh angka sebesar 39.
Adapun distribusi frekuensi data Kedisiplinan dapat disajikan dalam
tabel sebagai berikut:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kedisiplinan (X2)
Variant f Fx fx2 f% fk%-naik
66,5- 73,5 3 206,00 14.150,00 8,57 100,00
59,5- 66,5 11 679,00 41.951,00 31,43 91,43
52,5- 59,5 10 564,00 31.836,00 28,57 60,00
45,5- 52,5 8 395,00 19.541,00 22,86 31,43
Series1, 98.5‐105.5, 6
Series1, 105.5‐
112.5, 12
Series1, 112.5‐
119.5, 8
Series1, 119.5‐
126.5, 5
Series1, 126‐133.5, 4
Frekue
nsi
Interval
Deskripsi Data Pola Asuh Orang Tua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39,5- 45,5 3 125,00 5.227,00 8,57 8,57
Total 35 1.969,00 112.705,00 100,00 -
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 5. Deskriptif Data Kedisiplinan (X2)
Variabel Max Min Mean Median Modus SB SR
Kedisiplinan 70 39 56,26 57,05 63,00 7,54 5,65
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel Kedisiplinan maka dapat
diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-2 pada interval
59,5-66,5 dengan prosentase 31,43%; kemudian diikuti oleh kelas ke-3 pada
interval 52,5-59,5 dengan prosentase 28,57%; kemudian diikuti oleh kelas ke-4
pada interval 45,5-52,5 dengan prosentase 22,86%. Sedangkan responden paling
sedikit adalah pada kelas ke-1 dan kelas ke-5 yang berada pada interval 66,5-73,5
dan pada interval 39,5-45,5 dengan prosentase masing-masing kelas 8,57%.
Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram berikut ini:
Gambar 3. Grafik Histogram Kedisiplinan (X2)
3. Deskripsi Data tentang Prestasi Belajar Sosiologi
Prestasi Belajar Sosiologi dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y).
Skor data yang telah diperoleh dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 157.
Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai berikut:
mean diperoleh angka sebesar 78,14; median diperolah angka sebesar 81,00;
modus diperoleh angka sebesar 81,00; SB diperoleh angka sebesar 10,70; SR
diperoleh angka sebesar 7,85; nilai tertinggi diperoleh angka sebesar 93 dan nilai
terendah diperoleh angka sebesar 50.
Series1, 39.5‐45.5, 3
Series1, 45.5‐52.5, 8
Series1, 52.5‐59.5, 10
Series1, 59.5‐66.5, 11
Series1, 66.5‐73.5, 3
Frekue
nsi
Interval
Deskripsi Data …
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun distribusi frekuensi data Prestasi Belajar Sosiologi dapat
disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
Variant f Fx fx2 f% fk%-naik
85,5- 94,5 10 891,00 79.425,00 28,57 100,00
76,5- 85,5 15 1.200,00 96.090,00 42,86 71,43
67,5- 76,5 4 283,00 20.029,00 11,43 28,57
58,5- 67,5 4 261,00 17.067,00 11,43 17,14
49,5- 58,5 2 100,00 5.000 5,71 5,71
Total 35 2.735,00 217.611,00 100,00 -
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 7. Deskriptif Data Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
Variabel Max Min Mean Median Modus SB SR
Prestasi Belajar 93 50 78,14 81,00 81,00 10,70 7,85
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel Prestasi Belajar Sosiologi
maka dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-2 pada
interval 76,5-85,5 dengan prosentase 42,86%; kemudian diikuti oleh kelas ke-1
pada interval 85,5-94,5 dengan prosentase 28,57%; kemudian diikuti oleh kelas
ke-3 dan ke-4 pada interval 67,5-76,5 serta pada interval 58,5-67,5 dengan
prosentase masing-masing 11,43%; Sedangkan responden paling sedikit berada
pada kelas ke-5 pada interval 49,5-58,5 dengan prosentase 5,71%. Penyebaran
data dapat diperikasa dalam histogram berikut ini:
Series1, 49.5‐58‐5, 2
Series1, 58‐5‐67‐5, 4
Series1, 67.576.5, 4
Series1, 76.5‐85.5, 15 Series1, 85
.5‐94.5, 10
Frekue
nsi
Interval
Deskripsi Data Prestasi …
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4. Grafik Histogram Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
C. Pengujian Prasyarat Analisis Data
Data yang telah tersusun secara sistematis seperti pada lampiran,
selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Syarat
analisis data yang digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi data
harus berdistribusi normal dan kedua variabel bebas harus linier dengan variabel
terikat.
Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai hasil uji normalitas dan hasil
uji linieritas. Hasil uji prasyarat analisis data yang telah dilakukan dapat
dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas digunakan untuk menunjukkan apakah data yang
dianalisis mempunyai sebaran (distribusi) normal atau tidak. Adapun pengujian
ini meliputi:
a. Kriteria Pengujian Persyaratan Normalitas
Sebelum menguji normalitas dari masing-masing variabel, perlu
membuat kriteria persyaratan normalitas sebagai berikut:
Ha: Distribusi data hasil penelitian tidak berbeda dengan distribusi teoritik,
artinya data berdistribusi normal.
Ho: Distribusi data hasil penelitian berbeda dengan distribusi teoritik,
artinya data berdistribusi tidak normal.
Untuk menetapkan normal atau tidaknya distribusi data digunakan
kriteria sebagai berikut:
Jika ρ > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal
Jika ρ < 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal
b. Uji Normalitas Variabel X1 (Pola Asuh Orang Tua)
Pada uji normalitas X1 (Pola Asuh Orang Tua), langkah pertama yang
dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X1 (lampiran 17 halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160). Adapun tabel rangkuman variabel X1 (Pola Asuh Orang Tua) dapat
disajikan sebagai berikut:
Tabel 9. Rangkuman Variabel Pola Asuh Orang Tua
Kelas fo fh Fo-fh (fo-fh)2 fh
2fh)-(fo
10 0 0,29 -0,29 0,08 0,29
9 2 0,97 1,03 1,06 1,10
8 3 2,77 0,23 0,05 0,02
7 5 5,57 -0,57 0,33 0,06
6 5 7,90 -2,90 8,41 1,06
5 10 7,90 2,10 4,41 0,56
4 5 5,57 -0,57 0,33 0,06
3 5 2,77 2,23 4,96 1,79
2 0 0,97 -0,97 0,94 0,97
1 0 0,29 -0,29 0,08 0,29
Total 35 35,00 0,00 - 6,19
Mean: 113,600 SB: 8,413
Kai Kuadrat: 6,189 db: 9 ρ = 0,721
Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari hasil
perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
χ2 = 6,189
ρ = 0,721
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ρ > 0,05 yaitu 0,721 > 0,05 maka
Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil
dari populasi berdistribusi normal.
c. Uji Normalitas Variabel X2 (Kedisiplinan)
Pada uji normalitas X2 (Kedisiplinan), langkah pertama yang
dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2 (lampiran 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
halaman 161). Adapun tabel rangkuman variabel X2 (Kedisiplinan) dapat
disajikan sebagai berikut:
Tabel 9. Rangkuman Variabel Kedisiplinan
Kelas fo fh Fo-fh (fo-fh)2 fh
2fh)-(fo
10 0 0,29 -0,29 0,08 0,29
9 1 0,97 0,03 0,00 0,00
8 3 2,77 0,23 0,05 0,02
7 6 5,57 0,43 0,18 0,03
6 10 7,90 2,10 4,41 0,56
5 5 7,90 -2,90 8,41 1,06
4 5 5,57 -0,57 0,33 0,06
3 3 2,77 0,23 0,05 0,02
2 2 0,97 1,03 1,06 1,10
1 0 0,29 -0,29 0,08 0,29
Total 35 35,00 0,00 - 3,42
Mean: 56,257 SB: 7,543
Kai Kuadrat: 3,422 db: 9 ρ = 0,945
Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari hasil
perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
χ2 = 3,422
ρ = 0,945
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ρ > 0,05 yaitu 0,945 > 0,05 maka
Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil
dari populasi berdistribusi normal.
d. Uji Normalitas Variabel Y (Prestasi Belajar Sosiologi)
Pada uji normalitas Y (Prestasi Belajar Sosiologi), langkah pertama
yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel Y (lampiran 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
halaman 162). Adapun tabel rangkuman variabel Y (Prestasi Belajar
Sosiologi) dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 8. Rangkuman Variabel Prestasi Belajar Sosiologi
Kelas fo fh Fo-fh (fo-fh)2 fh
2fh)-(fo
9 0 0,35 -0,35 0,12 0,35
8 0 1,32 -1,32 1,73 1,32
7 6 3,89 2,11 4,44 1,14
6 9 7,42 1,58 2,50 0,34
5 10 9,05 0,95 0,90 0,10
4 4 7,42 -3,42 11,70 1,58
3 3 3,89 -0,89 0,80 0,20
2 1 1,32 -0,32 0,10 0,08
1 2 0,35 1,65 2.73 7,89
Total 35 35,00 0,00 - 12,99
Mean: 78,143 SB: 10,697
Kai Kuadrat: 12,987 db: 8 ρ = 0,112
Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari hasil
perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
χ2 = 12,987
ρ = 0,112
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ρ > 0,05 yaitu 0,112 > 0,05 maka
Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil
dari populasi berdistribusi normal.
Sebagai bukti bahwa variabel Prestasi Belajar Sosiologi berdistribusi
normal dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 172 dalam bentuk grafik
histogram Prestasi Belajara Sosiologi. Bentuk garis dalam grafik tersebut
menyerupai gunung, sehingga menunjukkan bahwa variabel tersebut
berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Uji Linieritas dan Keberartian
Dengan adanya hasil uji linieritas maka diketahui apakah ada hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun dalan hal ini pengujian
meliputi:
a. Kriteria Pengujian Persyaratan Linieritas
Sebelum menguji linieritas dari masing-masing variabel, perlu
membuat kriteria persyaratan linieritas sebagai berikut:
Ha: Data hasil penelitian tidak berbeda dengan data hasil teoritik, artinya
linier
Ho: Data hasil penelitian berbeda dengan data hasil teoritik, artinya tidak
linier
Untuk menetapkan linier atau tidaknya distribusi data digunakan
kriteria sebagai berikut:
Jika ρ > 0,05 maka data dalam penelitian memiliki korelasi yang linier
Jika ρ < 0,05 maka data dalam penelitian korelasinya tidak linier
b. Uji Linieritas Variabel Pola Asuh Orang Tua (X1) dengan Prestasi
Belajar Sosiologi (Y)
Berdasarkan hasil uji linieritas antara Pola Asuh Orang Tua dengan
Prestasi Belajar Sosiologi, diperoleh ρ =0,645; Fo =0,890 dan Ft =2,342.
Karena ρ > 0,05 maka Ha diterima. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa Pola Asuh Orang Tua dan Prestasi Belajar Sosiologi
mempunyai korelasi yang linier. Hasil uji linieritas Pola Asuh Orang Tua
dengan Prestasi Belajar Sosiologi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 11. Rangkuman Unji Linieritas X1 dengan Y
Sumber Derajat R2 db Var F ρ
Regresi
Residu
ke 1 0,103
0,897
1
33
0,103
0,027
3,807
--
0,057
--
Regresi
Beda
residu
ke 2
ke 2 – ke
1
0,128
0,024
0,872
2
1
32
0,064
0,024
0,027
2,342
0,890
--
0,111
0,645
--
Korelasinya Linier
Sebagai bukti bahwa korelasi antara Pola Asuh Orang Tua dengan
Prestasi Belajar Sosiologi adalah linier dapat dilihat pada lampiran 20 halaman
175 dalam bentuk grafik hasil uji linieritas Pola Asuh Orang Tua dengan
Prestasi Belajar Sosiologi.
c. Uji Linieritas Variabel Kedisiplinan (X2) dengan Prestasi Belajar
Sosiologi (Y)
Berdasarkan hasil uji linieritas antara Kedisiplinan dengan Prestasi
Belajar Sosiologi, diperoleh ρ = 0,101; Fo = 2,796 dan Ft =5,631. Karena ρ >
0,05 dan Fo < Ft, maka Ha diterima. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Sosiologi mempunyai
korelasi yang linier. Hasil uji linieritas Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar
Sosiologi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 12. Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y
Sumber Derajat R2 db Var F ρ
Regresi
Residu
ke 1 0,196
0,804
1
33
0,196
0,024
8,030
--
0,008
--
Regresi
Beda
residu
ke 2
ke 2 – ke
1
0,260
0,065
0,740
2
1
32
0,130
0,065
0,023
5,631
2,796
--
0,008
0,101
--
Korelasinya Linier
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sebagai bukti bahwa korelasi antara Kedisiplinan dengan Prestasi
Belajar Sosiologi adalah linier dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 176
dalam bentuk grafik hasil uji linieritas Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar
Sosiologi.
D. Pengujian Hipotesis
Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan
analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun analisis regresi ganda menggunakan
komputer seri SPS edisi: Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM
Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/IN. Langkah yang dilakukan sesuai dengan
prosedur, yaitu sebagai berikut:
1. Mencari Korelasi antara Kriterium dengan Prediktor
a. Menghitung Koefisien Korelasi sederhana antara X1 dan Y; X2
dan Y
1) Koefisien korelasi sederhana antara X1 dan Y (Pola Asuh Orang Tua
dengan Prestasi Belajar Sosiologi)
Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang
Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi
Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh
Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat tabel
rangkuman analisis korelasi (lampiran 19 halaman 167). Adapun tabel
tersebut adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 13. Matriks Interkorelasi Analisis Regresi
r X1 X2 Y
X1 1,000 0,219 0,322
ρ 0,000 0,204 0,057
X2 0,219 1,000 0,442
ρ 0,204 0,000 0,008
Y 0,322 0,442 1,000
ρ 0,057 0,008 0,000
ρ dua ekor
Setelah membuat rangkuman analisis korelasi selanjutnya
dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus Product Moment, sehingga
diperoleh:
rxy = 0,322
ρ = 0,057
Karena ρ < 0,15, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis
menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta
tahun 2004 versi IBM/IN dapat disimpulkan bahwa hasilnya cukup
signifikan, yaitu 0,057 < 0,15, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.
Dengan demikian pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini yang
berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang
Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1
Ngemplak Tahun Pelajaran 2009/2010” dinyatakan diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Koefisien korelasi sederhana antara X2 dan Y (Kedisiplinan dengan
Prestasi Belajar Sosiologi)
Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara Kedisiplinan dengan
Prestasi Belajar Sosiologi
Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara Kedisiplinan
dengan Prestasi Belajar Sosiologi
Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 19 halaman 167,
selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus Product Moment
sehingga diperoleh :
rxy = 0,442
ρ = 0,008
Karena ρ < 0,15, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis
menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta
tahun 2004 versi IBM/IN dapat disimpulkan bahwa hasilnya cukup
signifikan, yaitu 0,008 < 0,15, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.
Dengan demikian pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini yang
berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara Kedisiplinan
dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1
Ngemplak Tahun Pelajaran 2009/2010” dinyatakan diterima.
b. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda antara X1,X2 dengan Y
Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua
dan Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar Sosiologi
Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang
Tua dan Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar Sosiologi
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat tabel
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 14. Koefisien Beta dan Korelasi Parsial
X Beta ( β) SB ( β) r-parsial t ρ
0 12,883490
1 0,300099 0,194815 0,257 1,540 0,130
2 0,554029 0,217270 0,403 2,550 0,015
Galat baku: 9,557
Korelasi R: 0,499
Korelasi R sesuaian: 0,499
Setelah itu kemudian membuat tabel rangkuman analisis regresi.
Adapaun tabel tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Tabel Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh
Sumber Variasi JK db RK F R2 ρ
Regresi Penuh
Variabel X2
Variabel X1
Residu Penuh
967,733
761,412
206,322
2.922,548
2
1
1
32
483,867
761,412
206,322
91,330
5,298
8,337
2,259
-
0,249
0,196
0,053
-
0,010
0,007
0,139
-
Total 3.890,281 34 - - - -
Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 24 halaman 194,
selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus sehingga
diperoleh:
Ry(x1,2) = 0,499
ρ = 0,010
F = 5,298
Karena ρ < 0,15 maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis
menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta
tahun 2004 versi IBM/IN dapat disimpulkan bahwa hasilnya cukup
signifikan, yaitu 0,010 < 0,15, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.
Dengan demikian pengujian hipotesis ketiga dalam penelitian ini yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang
Tua dan Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas
XI SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2009/2010” diterima.
2. Mencari Persamaan Garis Regresi
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat tabel
sebagai berikut:
Tabel 16. Coefficienta
Model Unstandardized
Coeffiient
Standardized
Coeffiient
t Sig. Correlations
B Std. Error Beta Zero-order
1 (Constant)
Pola Asuh
Orang Tua
Kedisiplinan
12.883
.300
.554
23.442
.200
.223
.236
.391
.550
1.503
2.488
.586
.143
.018
.322
.442
a. Dependent Variable: prestasi belajar
Setelah itu kemudian dapat diperoleh persamaan garis regresi sebagai
berikut:
a. Persamaan Regresi Linier Sederhana
1) Persamaan regresi linier sederhana antara Pola Asuh Orang Tua (X1)
dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y) ^Y = b0 + b1X1 ^Y = 12,883 + 0,300 (X1)
Artinya:
1) Konsatanta 12,883 dapat diartikan bahwa apabila tidak ada Pola Asuh
Orang Tua (X1), maka Prestasi Belajar Sosiologi (Y) yang dicapai
siswa sebesar 12,883.
2) Koefisien regresi 0, 300 X, menyatakan bahwa setiap kenaikan satu
unit Pola Asuh Orang Tua (X1) maka akan meningkatkan Prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Belajar Sosiologi (Y) sebesar 0, 300. Gambar persamaan garis regresi
dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 168.
2) Persamaan regresi linier sederhana antara Kedisiplinan (X2) dengan
Prestasi Belajar Sosiologi (Y) ^Y = b0 + b2X2
^Y = 12,883 + 0.554 (X2)
Artinya:
1) Konsatanta 12,883 dapat diartikan bahwa apabila tidak ada
Kedisiplinan (X2), maka Prestasi Belajar Sosiologi (Y) yang dicapai
siswa sebesar 12,883.
2) Koefisien regresi 0, 554 X, menyatakan bahwa setiap kenaikan satu
unit Kedisiplinan (X2) maka akan meningkatkan Prestasi Belajar
Sosiologi (Y) sebesar 0, 554. Gambar persamaan garis regresi dapat
dilihat pada lampiran .21 halaman 183.
b. Persamaan Regresi Linier Ganda ^Y = b0 + b1X1 +b2X2
^Y = 12,883 + 0, 300 (X1) + 0, 554 (X2)
Artinya:
1) Koefisien 12,883 menyatakan bahwa apabila tidak ada Pola Asuh Orang
Tua (X1) dan Kedisiplinan (X2) yang tinggi, maka Prestasi Belajar
Sosiologi (Y) sebesar 12,883.
2) Koefisien regresi X1=0, 300 menyatakan bahwa setiap penambahan satu
unit Pola Asuh Orang Tua (X1) akan meningkatkan Prestasi Belajar
Sosiologi (Y) sebesar 0, 300.
3) Koefisien regresi X2=0, 554 menyatakan bahwa setiap penambahan satu
unit Kedisiplinan (X2) akan meningkatkan Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
sebesar 0, 554.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa rata-rata Prestasi Belajar Sosiologi (Y) akan meningkat
atau menurun sebesar 12,883. Dalam hal ini untuk setiap peningkatan atau
penurunan satu unit Pola Asuh Orang Tua (X1) akan meningkatkan atau
menurunkan Prestasi Belajar Sosiologi (Y) sebesar 0, 300. Demikian
halnya dengan Kedisiplinan, setiap peningkatan atau penurunan satu unit
Kedisiplinan (X2) akan meningkatkan atau menurunkan Prestasi Belajar
Sosiologi (Y)sebesar 0, 554.
3. Menentukan Sumbangan Prediktor terhadap Kriterium
Penghitungan sumbangan masing-masing variabel dengan bantuan
komputer paket SPS edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih versi
IBM/In program analisis regresi model penuh dan stepwise tergambar pada
tabel perbandingan bobot prediktor model penuh sebagai berikut:
Tabel 17. Perbandingan Bobot Prediktor
Variabel korelasi Lugas korelasi Parsial koefisien determinasi
X r xy ρ r par-xy ρ SD Relatif % SD Efektif %
1 0,322 0,057 0,257 0,130 21,320 5,304
2 0,442 0,008 0,403 0,015 78,680 19,572
Total --- --- --- --- 100,000 24,876
Berdasarkan hasil perhitungan sumbangan masing-masing variabel,
peneliti memperoleh hasil sebagai berikut:
a. Sumbangan Efektif (SE)
Sumbangan Efektif diperlukan untuk mengetahui besarnya
sumbangan murni yang diberikan masing-masing prediktor.
1) Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa Sumbangan
Efektif X1 dengan Y atau SE(X1) yaitu sebesar 5,034%. Hal tersebut
dapat diartikan bahwa Sumbangan Efektif Pola Asuh Orang Tua terhadap
variasi naik turunnya Prestasi Belajar Sosiologi yaitu sebesar 5,034%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa Sumbangan
Efektif X2 dengan Y atau SE(X2) yaitu sebesar 19,572%. Hal tersebut
dapat diartikan bahwa Sumbangan Efektif Kedisiplinan terhadap variasi
naik turunnya Prestasi Belajar Sosiologi yaitu sebesar 19,572%.
3) Berdasarkan kedua pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
Sumbangan Efektif Pola Asuh Orang Tua (X1) dan Kedisiplinan (X2)
secara bersama-sama dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y) atau
SE(X1+X2) sebesar 24,876%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
Sumbangan Efektif (SE) Pola Asuh Orang Tua dan Kedisiplinan secara
bersama-sama terhadap variasi naik turunnya Prestasi Belajar Sosiologi
24,876%.
b. Sumbangan Relatif (SR)
Sumbangan Relatif diperlukan untuk mengetahui besarnya
sumbangan masing-masing prediktor ( X ) terhadap kriterium ( Y ).
1) Berdasarkan keterangan diatas dapat diketahui bahwa Sumbangan Relatif
X1 dengan Y atau SR%(X1) sebesar 21,320%. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa secara relatif variabel Pola Asuh Orang Tua memberikan
sumbangan sebesar 21,320% bagi naik turunnya variabel Prestasi Belajar
Sosiologi.
2) Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa Sumbangan
Relatif X2 dengan Y atau SR%(X2) sebesar 78,680%. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa secara relatif variabel Kedisiplinan memberikan
sumbangan sebesar 78,680% bagi naik turunnya variabel Prestasi Belajar
Sosiologi.
3) Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Sumbangan
Relatif X1 dan X2 dengan Y atau SR%( X1+X2) sebesar
21,320+78,680%=100,000%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa secara
relatif Pola Asuh Orang Tua dan Kedisiplinan memberikan sumbangan
sebesar 100,000% bagi naik turunnya Prestasi Belajar Sosiologi.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 178.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Pembahasan dan Analisis Data
Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian
dilakukan pembahasan dan analisis data terhadap rumusan hipotesis sebagai
berikut:
1. Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua (X1)
dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara
Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2009/2010” di terima karena rxy = 0,322 dan
ρ < 0,15, yang berarti bahwa variabel Pola Asuh Orang Tua dan Prestasi Belajar
Sosiologi memiliki arah hubungan positif yang cukup signifikan. Dikatakan
memiliki hubungan yang positif karena kedua variabel tersebut memiliki arah
hubungan yang sama.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa pola asuh orang tua
memiliki hubungan dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Ngemplak. Baik pola asuh otoriter, laissez faire maupun demokratis
sangat erat hubungannya dengan naik turunnya prestasi belajar anak. Dengan
demikian pola asuh orang tua dalam memperlakukan anaknya yang diterapkan
dalam usaha memelihara, membimbing, melindungi dan mendidik anak yang
diterapkan harus sesuai dengan perkembangan dan kondisi anak sehingga akan
dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat
Singgih D Gunarso (2000: 55)“Pola asuh orang tua merupakan perlakuan orang
tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara
orang tua memperhatikan keinginan anak. Dengan demikian terbukti bahwa pola
asuh orang tua sangat berhubungan dengan baik buruknya prestasi belajar anak.
Semakin baik pola asuh yang diberikan orang tua maka akan semakin baik pula
prestasi belajar anak, dan sebaliknya semakin buruk pola asuh yang diberikan
orang tua kepada anak maka akan semakin buruk pula prestasi belajar anak.
2. Hubungan antara Kedisiplinan (X2)
dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara
Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas XI SMA Negeri
1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2009/2010” di terima karena rxy = 0,442 dan ρ <
0,15, yang berarti bahwa variabel Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Sosiologi
memiliki arah hubungan positif yang cukup signifikan. Dikatakan memiliki
hubungan yang positif karena kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan
yang sama.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bahwa semakin tinggi atau baik
kedisiplinan yang dimiliki anak maka prestasi belajar anak juga semakin
meningkat, dan sebaliknya semakin rendah atau buruk kedisiplinan yang dimiliki
anak maka prestasi belajar anak juga akan semakin menurun. Hal ini disebabkan
karena kedisiplinan yang tertanam dalam diri anak mempunyai hubungan yang
sangat erat dalam pencapaian prestasi belajar anak, karena kedisiplinan
merupakan faktor dari dalam diri anak yang mampu mendorong anak untuk
belajar tanpa harus ada perintah dari orang tua. Sehingga pencapaian prestasi
belajar bagi anak akan lebih mudah dicapai dengan kedisiplinan yang tertanam
dalam diri anak. Hasil tersebut sejalan dengan pendapat Soegeng Prijodarminto
(1992: 23) “Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban”. Kedisiplinan yang ada
pada anak tidak datang secara tiba-tiba melainan tumbuh dan berkembang dari
proses interaksi anak dengan orang lain utamanya orang tua. Sehingga orang tua
memegang peran penting dalam pembentukan kedisiplinan pada anak.
3. Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua (X1) dan Kedisiplinan (X2)
dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara
Pola Asuh Orang Tua dan Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2009/2010” di terima
karena Ry(x1,2) = 0,768 dan ρ < 0,15, yang berarti bahwa variabel Pola Asuh
Orang Tua dan Kedisiplinan memiliki arah hubungan positif yang cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
signifikan dengan Prestasi Belajar Sosiologi. Dikatakan memiliki hubungan yang
positif karena ketiga variabel tersebut memiliki arah hubungan yang sama.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa prestasi belajar anak
akan meningkat atau tinggi jika memiliki kedisiplinan dalam belajar yang tinggi,
tetapi tidak hanya kedisiplinan saja pola asuh yang diberikan orang tua kepada
anak juga harus sesuai. Pola asuh orang tua dan kedisiplinan dalam belajar
mempunyai hubungan yang sangat erat dalam pencapaian prestasi belajar anak.
Penerapan pola asuh dari orang tua yang sesuai dapat meningkatkan kedisiplinan
anak dalam belajar dengan demikian pencapaian prestasi belajar anak akan baik.
Hasil tersebut diperkuat oleh pendapat Syaiful Bahri Djamaroh (2002: 23),
“prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar”.
Sehingga prestasi belajar tidak hanya berupa nilai tetapi juga diiringi dengan
perbaikan tingkah laku pada anak, yang pada akhirkan memberikan perubahan
bagi anak baik secara akademik maupun non akademik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan dan analisis data, diperoleh rx1y sebesar 0,322 dan ρ = 0,057.
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang cukup signifikan
antara pola asuh orang tua (X1) dengan prestasi belajar sosiologi (Y). Semakin
baik pola asuh orang tua kepada anak maka semakin meningkat pula prestasi
belajar sosiologi anak.
2. Hasil perhitungan dan analisis data, diperoleh rx2y sebesar 0,442 dan ρ = 0,008.
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang cukup signifikan
antara kedisiplinan (X2) dengan prestasi belajar (Y). Semakin kuat
kedisiplinan yang dimiliki anak maka akan semakin besar/ meningkat prestasi
belajar anak.
3. Hasil perhitungan dan analisis data, diperoleh Ry(x1,2)= 0,499, ρ = 0,010 dan F
= 5,298. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang cukup
signifikan antara pola asuh orang tua (X1) dan kedisiplinan (X2) dengan
prestasi belajar sosiologi (Y). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pola
asuh orang tua dan kedisiplinan belajar yang dimiliki anak maka prestasi
belajar yang dicapai anak juga akan semakin baik, begitu pula sebaliknya
semakin buruk pola asuh orang tua dan kedisiplinan belajar yang dimiliki anak
maka prestasi belajar yang dicapai anak juga akan semakin menurun.
4. Perbandingan sumbangan efektif (SE) antara X1 dan X2 terhadap Y yaitu
sebesar 5,034%: 19,572%. Sedangkan perbandingan sumbangan relatif (SR)
antara X1 dan X2 terhadap Y yaitu sebesar 21,320% : 78,680%. Dengan hasil
ini dapat menunjukkan bahwa variabel kedisiplinan(X2) memberikan
sumbangan yang lebih tinggi bagi prestasi belajar sosiologi (Y) dibandingkan
dengan variabel pola asuh orang tua (X1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut :
1. Dengan adanya hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan prestasi
belajar sosiologi, maka memberikan gambaran bagi pengasuhan orang tua
kepada anak, agar orang tua lebih memperhatikan kondisi anak dengan cara
menjalin hubungan baik antara orang tua dengan anak sehingga tercipta
suasana yang nyaman guna menumbuhkan semangat belajar pada anak yang
akhirnya dapat meningkatkan prestasi anak.
2. Dengan adanya hubungan positif antara kedisiplinan dengan prestasi belajar
sosiologi, maka dapat memberikan gambaran bagi siswa/ anak untuk dapat
meningkatkan kedisiplinan belajar seperti mentaati jam belajar, mengerjakan
tugas maupun mentaati peraturan yang berlaku di sekolah. Dengan
meningkatkan kedisiplinan yang ada pada dirinya, siswa secara sadar juga
akan meningkat kedisiplinanya dalam belajar, sehingga siswa akan dapat
meningkat prestasinya dalam belajar.
3. Dengan memperhatikan seluruh faktor-faktor yang berhubungan dengan
prestasi belajar anak baik pola asuh orang tua maupun kedisiplinan belajar,
maka secara nyata orang tua harus dapat menciptakan situasi dan kondisi
pembelajaran yang nyaman dan memadai bagi anak serta siswa/ anak harus
mampu mendisiplinkan dirinya sendiri dalam belajar sehingga pencapaian
prestasi belajar yang baik akan tercapai.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, maka
perlu penulis sampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Orang Tua
a. Orang tua diharapkan mampu menerapkan pola asuh yang paling tepat dan
disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan kepribadian anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Orang tua diharapkan memberikan bimbingan dan perhatian serta
pengawasan yang cukup bagi anak agar anak semangat dalam belajar.
c. Orang tua diharapkan mampu menciptakan situasi dan kondisi yang
nyaman bagi anak, khususnya saat belajar.
2. Bagi Anak
a. Anak hendaknya lebih bisa menerima perlakuan orang tua sebagai bentuk
kasih sayang yang diberikan oleh orang tua sehingga anak akan lebih dekat
dengan orang tua dan akan memudahkan anak dalam proses belajar.
b. Anak hendaknya menyadari arti pentingnya keluarga bagi dirinya, karena
dari keluargalah mereka dapat belajar untuk tumbuh dan berkembang serta
membentuk kepribadian yang baik agar dapat bermanfaat bagi diri dan
lingkungan sekitarnya.
c. Anak hendaknya dapat berusaha untuk selalu disiplin dalam belajar yang
bermanfaat bagi peningkatan prestasinya.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah hendaknya memberikan dukungan bagi terbentuknya lingkungan
belajar yang baik di sekolah.
b. Guru hendaknya memahami bahwa siswa berasal dari latar belakang
keluarga yang berbeda, maka guru hendaknya berhati-hati dalam
menyikapi siswa.
c. Sekolah hendaknya senantiasa menjalin kerjasama dengan orang tua / wali
murid dalam mengawasi proses belajar anak yang nantinya dapat
meningkatkan prestasi belajar anak
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian sejenis, maka penelitian ini
dapat dijadikan acuan dan referensi untuk mengadakan penelitian mengenai
pola asuh orang tua, kedisiplinan belajar dan prestasi belajar sosiologi.
Penelitian ini juga dapat dijadikan perbandingan mengenai hasil penelitian
sejenis yang telah dilakukan.