hubungan antara persahabatan di tempat ...repository.usd.ac.id/28417/2/039114043_full[1].pdfmoment...

88
HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DI TEMPAT KERJA DAN MOTIVASI KERJA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Yohanes Baptista Maria Sumarjiyanto NIM : 039114043 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DI TEMPAT

    KERJA DAN MOTIVASI KERJA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Oleh :

    Yohanes Baptista Maria Sumarjiyanto

    NIM : 039114043

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2010

  • i

    HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DI TEMPAT

    KERJA DAN MOTIVASI KERJA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Oleh :

    Yohanes Baptista Maria Sumarjiyanto

    NIM : 039114043

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2010

  • iv

    “hidup adalah sarana belajar yang tak terbatas”

  • v

    kupersembahkan untuk keluargaku

    ayah..ibu… kakak dan adikku..

    serta semua orang yang pernah ada dalam hidupku

  • vii

    HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DI TEMPAT KERJA DAN MOTIVASI KERJA

    Yohanes Baptista Maria Sumarjiyanto

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persahabatan di tempat kerja dengan motivasi kerja. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara persahabatan di tempat kerja dengtan motivasi kerja. Penelitian dilakukan pada 90 karyawan Penerbit Andi Yogyakarta, yang terdiri dari 67 karyawan laki-laki dan 23 karyawan perempuan dengan rentang lama kerja 1,5 tahun hingga 24 tahun. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Persahabatan di Tempat Kerja dan skala Motivasi Kerja yang dibuat oleh peneliti. Berdasarkan data statistik item dan reliabilitas pada skala Persahabatan di Tempat Kerja, dari 40 item diperoleh 19 item yang lolos seleksi dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,873. Pada skala Motivasi Kerja, dari 40 item diperoleh 18 item lolos seleksi dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,867. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum subyek penelitian memiliki motivasi kerja yang tinggi. Hal ini terlihat dari hasil mean empirik > mean teoritik yaitu 45 > 54,70. Hal yang sama terjadi pada skala persahabatan di tempat kerja dimana mean empiris pada skala persahabatan di tempat kerja lebih besar daripada mean teoritisnya yaitu sebesar 56,22 > 43, sehingga dapat diartikan bahwa persahabatan di tempat kerja pada subyek penelitian tergolong tinggi. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan teknik korelasi Spearman Product Moment dan menghasilkan koefisien korelasi antara persahabatan di tempat kerja dan motivasi kerja sebesar 0,298 dengan p sebesar 0,04 (p < 0,05). Hal ini berarti ada korelasi antara persahabatan di tempat kerja dengan motivasi kerja. Kata kunci: persahabatan di tempat kerja, motivasi kerja, karyawan.

  • viii

    THE RELATION OF FRIENDSHIP AT WORK AND WORK MOTIVATION

    Yohanes Baptista Maria Sumarjiyanto

    ABSTRACT

    This study aim to determine the relationship between friendships in the workplace and

    work motivation. The hypothesis proposed are there a connection between workplace friendships and work motivation. The study was conducted on 90 employees Andi Publisher Yogyakarta, which consisted of 67 male employees and 23 female employees with a long working range of 1.5 years to 24 years. The tools used in this study are Friendship at Workplace scale and Employee Motivation scale created by the researcher. Based on statistical data on the scale items and reliability of Friendship at Work, obtained from 40 items 19 items that pass the selection with an alpha reliability coefficient of 0.873. Work on the Motivation scale, derived from 40 items 18 items passed the selection with an alpha reliability coefficient of 0.867. From data analysis there are concluded that subjects have high work motivation. This can be seen from the results of the empirical mean > theoretical mean is 45> 54.70. The same thing happened on the friendship at work scale where empirical mean is greater than the theoretical mean is equal to 56.22> 43, so it mean that friendships at work on the subject of research are high. The data obtained processed using Spearman correlation coefficient and produces between friendships in the workplace and work motivation of 0.298 with a p of .04 (p

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas berkat-Nya sehingga

    penulis dapat menyelesaikan karya ini. Penulis menyadari bahwa dalam

    penyusunan skripsi ini banyak pihak yang terlibat, yang memberikan bantuan

    berupa dorongan, arahan dan data yang penulis butuhkan mulai dari persiapan,

    tempat, dan pelaksanaan penelitian sehingga tersusunnya skripsi ini.

    Skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan, bimbingan

    dan dorongan dari semua pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih

    kepada.

    1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dosen Pembimbing penulisan

    skripsi, atas nasehat, saran, dan kesabaran selama proses penulisan skripsi

    ini saya mengucapkan banyak terima kasih.

    2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto sebagai dosen pembimbing, atas dorongan

    semangat yang teak pernah henti.

    3. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah

    banyak mendidik dan menjadi teman diskusi yang menyenangkan.

    4. Ayah dan ibuku, atas kesabaran, kerja keras dan kasih sayang yang

    diberikan selama ini sehingga akhirnya aku bisa kuliah dan lulus. Trima kasih.

    5. Kakak dan adikku tercinta, yang telah menjadi inspirasi dan sumber

    semangat selama ini.

    6. Sahabat-sahabatku di Rockstar Studio, yang terlalu banyak jika disebut satu

    per satu, terima kasih untuk dukungan kalian mudah-mudahan akan terus

    bertahan dan terjaga persahabatan kita sampai selamanya.

  • xi

    7. Teman – teman di UNISON, trima kasih atas kesempatan mengenal dan

    bekerja sama dengan kalian. Kalian adalah salah satu sumber semangat

    yang tak pernah padam, sekaligus sumber pendapatan yang lumayan.

    8. Semua teman seperjuangan psikologi, baik yang pernah menjadi sahabatku

    atau tidak. Sangat sulit rasanya membalas kebaikan kalian semua satu per

    satu, tapi mungkin lebih mudah jika aku membalas itu dengan berbuat baik

    kepada orang lain.

    9. Paulina Patria Satyawati, tidak banyak yang bisa kuucapkan, mungkin trima

    kasih atas semuanya adalah kata yang paling tepat. Atas segala kasih

    sayang dan kesabarannya selama ini.

    10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini sehingga

    saya akhirnya dapat melewati ini. Terima kasih banyak semuanya.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini.

    Akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak

    yang berkepentingan untuk dapat menambah ilmu pengetahuan.

    Yogyakarta, 23 September 2009

    Penulis

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

    HALAMAN MOTTO ............................................................................. iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. v

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................ vi

    ABSTRAK .............................................................................................. vii

    ABSTRACT ............................................................................................ viii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..... ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................ x

    DAFTAR ISI ........................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvi

    BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................ 6

    C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6

    D. Manfaat Penelitian ................................................................ 6

    BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................ 8

    A. Motivasi ................................................................................ 8

  • xiii

    1. Pengertian motivasi ........................................................ 8

    B. Motivasi Kerja ...................................................................... 9

    1. Pengertian motivasi kerja ................................................ 9

    2. Teori motivasi kerja ........................................................ 11

    3. Aspek-aspek motivasi kerja ............................................ 13

    4. Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi kerja ............ 15

    C. Persahabatan ......................................................................... 17

    1. Pengertian Persahabatan.................................................. 17

    2. Aspek-aspek yang membentuk persahabatan.................. 19

    D. Hubungan Antara Persahabatan dengan Motivasi Kerja ...... 20

    E. Hipotesis ............................................................................... 23

    BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................ 25

    A. Jenis Penelitian ..................................................................... 25

    B. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................ 25

    C. Definisi Operasional ............................................................. 26

    D. Subjek Penelitian ................................................................. 27

    E. Metode Pengumpulan Data .................................................. 27

    F. Pengujian Instrumen Penelitian ............................................ 29

    G. Metode Analisis Data ........................................................... 34

  • xiv

    BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 35

    A. Persiapan Penelitian ............................................................. 35

    B. Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 35

    1. Waktu pelaksanaan penelitian ......................................... 35

    2. Cara pelaksanaan penelitian ............................................ 36

    C. Deskripsi Data Penelitian ..................................................... 36

    D. Hasil Penelitian .................................................................... 38

    1. Uji asumsi ....................................................................... 38

    2. Uji Hipotesis ................................................................... 40

    E. Pembahasan .......................................................................... 41

    BAB V. KESIMPULAN ......................................................................... 46

    A. Kesimpulan .......................................................................... 46

    B. Keterbatasan Penelitian ....................................................... 46

    C. Saran .................................................................................... 46

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 48

    LAMPIRAN ............................................................................................ 50

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel

    1. Blue Print Skala Persahabatan Sebelum Try Out .......................... 28

    2. Blue Print Skala Motivasi Kerja Sebelum Try Out ....................... 29

    3. Hasil Uji Korelasi Aitem Total Variabel Persahabatan ................ 31

    4. Hasil Uji Korelasi Aitem Total Variabel Motivasi Kerja ............. 31

    5. Distribusi Aitem Skala Persahabatan Setelah Try Out .................. 32

    6. Distribusi Aitem Skala Motivasi Kerja Setelah Try Out ............... 33

    7. Skor Empiris dan Skor Teoritis .................................................... 36

    8. Perbedaan Mean Teoritis dan Mean Empiris ................................ 37

    9. Data Demografi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin .................... 37

    10. Data Demografi Subjek Berdasarkan Masa Kerja ........................ 37

    11. Data Demografi Subjek Berdasarkan Usia ................................... 38

    12. Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 39

    13. Hasil Uji Linearitas ....................................................................... 40

    14. Hasil Uji Korelasi .......................................................................... 41

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar

    1. Hirarki Kebutuhan Maslow .......................................................... 11

    2. Model Hubungan Antara Variabel

    Persahabatan Di Tempat Kerja dengan Motivasi Kerja .............. 24

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dunia kerja adalah dunia yang penuh dengan persaingan. Para pelaku

    dunia kerja berlomba-lomba untuk bekerja dengan baik, untuk mendapatkan

    kompensasi yang berupa insentif maupun kedudukan yang lebih tinggi,

    sedangkan bagi pihak perusahaan setiap karyawan yang bekerja dengan baik

    berarti peningkatan produktivitas dan pendapatan perusahaan. Dalam situasi

    yang demikian, kemudian muncul dua hal yang bertentangan dalam dunia

    kerja, yaitu mengenai kebutuhan karyawan untuk menjalin relasi dengan rekan

    kerjanya dengan persaingan yang kadang sangat ketat dan membuat karyawan

    menjadi sangat individualistis.

    Dunia bisnis itu tidak bisa ditebak dan goal oriented. Dalam

    lingkungan yang seperti itu sangat sulit untuk menjalin persahabatan. Oleh

    karena itu dunia bisnis jauh lebih cocok menjadi tempat untuk mencari musuh

    daripada sahabat. Bahkan, permusuhan dalam dunia pekerjaan dapat

    membantu karyawan membatasi diri mereka, menambah semangat dalam

    kehidupan professional mereka, dan fenomena seperti ini dapat dengan mudah

    terjadi di level organisasi (Stybel & Peabody, 2005). Pernyataan ini

    memberikan gambaran mengenai situasi dunia kerja yang tidak kondusif bagi

    seorang karyawan untuk menjalin relasi yang lebih mendalam, seperti

    persahabatan, dengan rekan kerjanya.

  • 2

    Dalam perkembangannya, persahabatan di tempat kerja ini kemudian

    menjadi sebuah perdebatan. Beberapa artikel menggambarkan pro dan kontra

    mengenai hal ini. Salah satunya adalah artikel yang ditulis oleh Dion Noid,

    yang membahas mengenai pro dan kontra menjalin persahabatan di tempat

    kerja. Dalam artikel tersebut dibahas bahwa persahabatan di tempat kerja

    berdampak besar pada karir. Seseorang menjadi nyaman bekerja dan

    mendapat banyak masukan mengenai bagaimana harus bertindak dari

    sahabatnya. Selain itu, persahabatan akan membuat semangat bekerja

    bertambah sehingga meningkatkan kreativitas dan produktivitas. Di sisi lain,

    terlalu banyak bergaul juga bisa menganggu produktivitas, informasi rahasia

    personal dan profesional bisa diterima secara negatif, selain itu, kelompok ini

    bisa berkembang menjadi eksklusif, negatif dan cenderung memfavoritkan

    seseorang (Noid, 2006), yang berujung pada penurunan motivasi dan

    produktivitas. Dalam konteks ini motivasi yang dimaksud adalah motivasi

    untuk bekerja atau disebut juga motivasi kerja.

    Motivasi kerja merupakan dorongan bagi setiap karyawan untuk

    bekerja dan menghasilkan karya lebih baik. Seorang karyawan dengan

    motivasi yang tinggi tentu akan selalu bersemangat dalam melakukan

    pekerjaannya, begitu pula sebaliknya. Seorang karyawan yang bekerja dengan

    motivasi yang rendah, atau bahkan tanpa motivasi, akan kehilangan

    semangatnya dalam bekerja (Angel, 2008).

    Motivasi yang menurun dipengaruhi oleh banyak hal. Bagi sebagian

    orang, motivasi kerja yang menurun selalu identik dengan jumlah insentif

  • 3

    (berupa uang) yang diterima oleh seorang karyawan. Akan tetapi, dewasa ini

    pandangan tersebut telah bergeser (Anoraga, 1992). Sebuah artikel mencoba

    memberi ilustrasi mengenai hal tersebut. Dalam artikel ini diceritakan

    bagaimana dua orang pimpinan suatu perusahaan mengeluh karena kinerja

    staff mereka menurun dan tidak sesuai yang diharapkan. Hal ini lebih

    mengejutkan bagi mereka karena para staff mereka memperoleh gaji yang

    cukup tinggi (Rekarti, 2008).

    Hal ini menunjukkan bahwa insentif atau gaji bukanlah faktor utama

    yang menyebabkan seorang karyawan menurun motivasinya untuk bekerja.

    Banyak hal lain yang juga mempengaruhi seorang karyawan dalam bekerja.

    Bahkan ada beberapa kasus karyawan yang tidak digaji tetapi mereka bekerja

    dengan motivasi yang besar (Rekarti, 2008). Salah satu artikel di surat kabar

    mencoba mendeskripsikan faktor-faktor penentu menurunya motivasi yang

    paling sering muncul dalam kehidupan pekerjaan. Salah satunya adalah

    lingkungan kerja yang tidak nyaman, di mana di dalamnya mencakup fasilitas

    kantor yang kurang memadai, pimpinan yang kurang mendukung, dan rekan-

    rekan yang tidak bersahabat (Prijosaksono & Sembel, 2002).

    Seorang karyawan tentu tidak ingin bekerja dalam tekanan pimpinan

    atau fasilitas kantor yang kurang memadai. Seorang karyawan juga tidak ingin

    dirinya tidak disukai dan dihormati rekan-rekan sekerjanya. Untuk

    menghasilkan pekerjaan yang baik, orang membutuhkan satu sama lain untuk

    membantunya menyelesaikan pekerjaan tersebut. Hubungan komunikasi yang

    baik dengan sesama rekan kerja akan membantu seseorang untuk bekerja

  • 4

    dengan baik. Perasaan kesepian, tidak disukai, tidak dihormati adalah hal yang

    paling buruk yang terjadi dalam kehidupan manusia (Organ, 1983).

    Stephanie Amour, penulis artikel USA Today, juga mengemukakan

    pendapatnya mengenai hal ini. Dalam artikelnya “ Friendship and Work : A

    good or bad partnership “, Stephanie mengungkapkan bahwa persahabatan

    dalam pekerjaan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Pendapat ini

    bersumber dari penelitian lain yang dilakukan oleh Tom Rath, kepada

    karyawan Gallup Organization. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

    persahabatan di tempat kerja meningkatkan kepuasan karyawan sampai

    dengan 50 %. Dari artikel ini kembali dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja

    dipengaruhi juga oleh kebutuhan karyawan untuk berelasi atau lebih spesifik

    bersahabat dengan orang lain, dalam hal ini rekan kerjanya (Amour, 2007).

    Pekerjaan adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan komunitas.

    Organisasi-organisasi kerja membentuk komunitas dan, sebaliknya, mereka

    dibentuk oleh komunitas. Lebih jauh, kehidupan pekerjaan kita diatur dengan

    banyak cara untuk memenuhi kebutuhan kita akan persahabatan, prestasi, dan

    mendapatkan keuntungan-keuntungan yang positif (Warr & Wall, 1975). Bagi

    sementara orang, bekerja merupakan sarana untuk menuju kearah

    terpenuhinya kepuasan pribadi dengan jalan memperoleh kekuasaan dan

    menggunakan kekuasaan itu pada orang lain. Pada pokoknya, kerja itu

    merupakan aktivitas yang memungkinkan terwujudnya kehidupan sosial dan

    persahabatan (Anoraga, 1992).

  • 5

    Lalu apakah persahabatan itu? Persahabatan atau pertemanan adalah

    istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara

    dua atau lebih entitas sosial. Dalam pengertian ini, istilah "persahabatan"

    menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan

    dan afeksi. Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan

    kesetiaan satu sama lain, seringkali hingga pada altruisme. Selera mereka

    biasanya serupa dan mungkin saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan-

    kegiatan yang mereka sukai. Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang

    saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam

    kesulitan. Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang

    berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan seringkali

    tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu tidak akan

    merugikan atau menyakiti mereka (Wikipedia).

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa menjalin persahabatan

    di tempat kerja adalah menjalin hubungan yang melibatkan pengetahuan,

    penghargaan, dan afeksi dengan rekan kerja, di tempat kerja. Persahabatan di

    tempat kerja adalah hubungan perilaku kerjasama dan saling mendukung dua

    atau lebih entitas sosial, dalam hal ini rekan sekerja.

    Dari pemaparan di atas, semakin tampak bahwa ada pernyataan yang

    pro dan kontra mengenai menjalin persahabatan di dunia kerja. Pro dan kontra

    mengenai persahabatan di tempat kerja ini kemudian menjadi latar belakang

    penelitian ini. Penelitian ini mencoba untuk mendeskripsikan apakah memang

    ada hubungan antara menjalin persahabatan di tempat kerja dengan motivasi

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hubungan&action=edit&redlink=1�http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan�http://id.wikipedia.org/wiki/Penghargaan�http://id.wikipedia.org/wiki/Afeksi�http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesetiaan&action=edit&redlink=1�http://id.wikipedia.org/wiki/Altruisme�http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Selera_%28estetika%29&action=edit&redlink=1�http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_manusia�http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mutualisme&action=edit&redlink=1�

  • 6

    kerja, mengingat masih ada pendapat yang mengungkapkan bahwa menjalin

    persahabatan dalam pekerjaan justru akan mengganggu konsentrasi dalam

    bekerja dan berdampak pada menurunnya motivasi. Hasil dari penelitian ini

    diharapkan dapat membantu perusahaan untuk mengembangkan organisasi

    dan kinerja karyawannya. Selain itu hasil dari penelitian ini juga diharapkan

    dapat memberi wacana bagi para karyawan untuk meningkatkan

    performansinya dalam pekerjaan.

    B. Rumusan masalah

    Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

    ini adalah: Apakah ada hubungan antara persahabatan di tempat kerja dan

    motivasi kerja?

    C. Tujuan penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara persahabatan

    di tempat kerja dan motivasi kerja.

    D. Manfaat penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai

    persahabatan di antara para pelaku dunia kerja dan dapat dipergunakan

    sebagai literatur dalam penelitian yang relevan di masa yang akan datang,

    khususnya bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi.

  • 7

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi perusahaan

    Hasil penelitian ini dapat memberi wacana bagi perusahaan mengenai

    hubungan antara kualitas persahabatan di tempat kerja dengan motivasi

    kerja. Perusahaan dapat mempertimbangkan wacana tersebut sebagai

    bahan pertimbangan untuk mengelola motivasi karyawannya dengan

    tujuan meningkatkan produktivitas perusahaan.

    b. Bagi karyawan

    Selain menambah wawasan, penelitian ini dapat dipergunakan para

    pelaku dunia kerja sebagai bahan refleksi dalam rangka memahami

    kondisi diri sehingga diharapkan mampu mengembangkan karir dan

    hubungan persahabatan dengan sesama karyawan.

  • 8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Motivasi

    1. Pengertian motivasi

    Motivasi adalah suatu keadaan siap terjadi suatu perbuatan (Handoko,

    1992). Motivasi dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses di mana

    kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian

    kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu (Munandar, 2001).

    Pengertian lain dari motivasi adalah suatu proses melakukan,

    mempertahankan, dan mengarahkan suatu tindakan untuk mencapai suatu

    tujuan tertentu (Huffman, dkk, 1997).

    Motivasi muncul karena adanya kebutuhan dari manusia. Kebutuhan-

    kebutuhan manusia pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu

    kebutuhan primer, dan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang

    pada umumnya merupakan kebutuhan faal. Kebutuhan-kebutuhan semacam

    ini timbul dengan sendirinya atau sudah ada sejak lahir. Kebutuhan sekunder

    adalah kebutuhan yang timbul dari interaksi orang dengan lingkungannya,

    seperti kebutuhan bersaing, bercinta, bergaul, ekspresi diri, dan sebagainya.

    Kebutuhan sekunder inilah yang paling banyak berperan dalam motivasi

    seseorang (Anoraga, 1992). Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa

    motivasi lebih banyak dipengaruhi oleh kebutuhan yang timbul dari interaksi

    manusia dengan lingkungannya. Menurut Robert Franken, motivasi adalah

  • 9

    disposisi yang berkaitan dengan interaksi biologis dan proses hasil

    pembelajaran dan proses kognitif yang menyebabkan suatu perilaku bisa

    terjadi (Franken, 1994).

    Ada bagian dari otak manusia yang mengatur motivasi. Bagian otak ini

    mengatur tinggi rendahnya motivasi yang muncul dari seseorang. Sementara

    itu, proses pembelajaran juga mempengaruhi munculnya motivasi seseorang.

    Adanya imbalan berupa pemenuhan kebutuhan ketika kita melakukan sesuatu

    menjadi inti dari proses pembelajaran tersebut. Pemenuhan kebutuhan ini

    berhubungan dengan interaksi antara manusia dengan lingkungan. Bermacam

    kebutuhan akan muncul ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya.

    Dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang kemudian disebut juga

    dengan motivasi. Kepercayaan-kepercayaan, sikap, dan nilai-nilai merupakan

    proses kognitif dari munculnya motivasi. Sebagai contoh, seorang individu

    percaya bahwa mencapai suatu prestasi dalam pekerjaan adalah suatu nilai

    yang patut dijunjung tinggi. Individu tersebut kemudian akan termotivasi

    untuk memenuhi nilai tersebut (Franken, 1994).

    B. Motivasi Kerja

    1. Pengertian Motivasi Kerja

    Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau

    dorongan kerja. Motivasi kerja ialah suatu model yang menggerakkan

    karyawan agar dapat melaksanakan tugasnya masing-masing dalam mencapai

    sasaran dengan penuh kesadaran, kegairahan, dan bertanggung jawab

    (Anoraga,1992).

  • 10

    Motivasi kerja erat kaitannya dengan unjuk kerja atau performansi

    kerja. Motivasi kerja, bersama dengan kemampuan, dan peluang akan

    menentukan kualitas sebuah performansi kerja. Bila motivasi seseorang untuk

    bekerja rendah, maka performansinya akan rendah pula meskipun kemampuan

    dan performansinya memadai, begitu sebaliknya (Munandar, 2001). Dari

    penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu

    yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Kuat lemahnya motivasi

    kerja karyawan ikut menentukan besar kecilnya prestasinya. (Anoraga, 1992).

    Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja

    adalah suatu proses melakukan, mempertahankan, dan mengarahkan pekerjaan

    untuk mencapai tujuan tertentu di mana proses tersebut didorong oleh

    kebutuhan-kebutuhan. Motivasi kerja adalah motivasi seseorang untuk bekerja

    atau melakukan suatu pekerjaan. Dalam hal ini adalah pekerjaan yang

    menghasilkan suatu imbalan berupa honor atau gaji atau pekerjaan yang

    bersifat profesional. Motivasi ini terbentuk dari interaksi antara proses

    biologis, pembelajaran, dan kognitif dari seorang karyawan (Franken, 1994).

    Motivasi kerja seseorang dapat lebih bercorak proaktif atau reaktif.

    Pada motivasi kerja yang proaktif orang akan berusaha untuk meningkatkan

    kemampuan-kemampuannya sesuai dengan yang dituntut oleh pekerjaannya

    dan atau akan berusaha untuk mencari, menemukan dan atau menciptakan

    peluang di mana dia dapat menggunakan kemampuan-kemampuannya untuk

    dapat berunjuk kerja yang tinggi. Sebaliknya motivasi kerja seseorang yang

  • 11

    lebih reaktif, cenderung menunggu upaya atau tawaran dari lingkungannya

    (Munandar, 2001).

    2. Teori Motivasi Kerja

    Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan mengenai motivasi.

    Salah satunya adalah teori hierarki kebutuhan Maslow. Teori ini disebut juga

    sebagai teori keseimbangan. teori keseimbangan berpendapat bahwa tingkah

    laku manusia terjadi karena adanya ketidakseimbangan di dalam diri manusia.

    Dengan kata lain manusia selalu mencoba untuk mempertahankan

    keseimbangan di dalam dirinya (Handoko, 1992). Sebagai contoh, bila

    manusia lapar (terjadi keadaan tidak seimbang atau disequilibrium) ia segara

    mencari makan.

    GAMBAR 1. Hirarki kebutuhan Maslow

    Tetapi kalau ia makan sampai kenyang, ia akan mengalami

    disequilibrium baru yang lebih tinggi sifatnya, misalnya ingin merokok atau

    ingin membaca dan lain-lain (Handoko, 1992). Proses ini berlangsung terus-

    menerus sehingga dapat membentuk sebuah lingkaran motivasi.

  • 12

    Menurut Maslow setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang

    tersusun secara hirarki dari tingkat yang paling mendasar sampai pada

    tingkatan yang paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling

    rendah telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi.

    Pada tingkat yang paling bawah, dicantumkan berbagai kebutuhan dasar yang

    bersifat biologis, kemudian pada tingkatan lebih tinggi dicantumkan berbagai

    kebutuhan yang bersifat sosial. Pada tingkatan yang paling tinggi dicantumkan

    kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Pada konteks pekerjaan atau

    motivasi kerja, teori ini dapat dipaparkan sebagai berikut :

    • Kebutuhan Fisiologis

    Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan akan

    sandang, pangan dan papan membuat manusia menjadi termotivasi untuk

    bekerja.

    • Kebutuhan akan rasa aman

    Kebutuhan ini meliputi jaminan keamanan kerja dan jaminan

    kelangsungan pekerjaan.

    • Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi

    Seorang karyawan, sebagai makhluk sosial, mempunyai kebutuhan untuk

    diterima dan dicintai oleh orang-orang dalam lingkungan kerjanya

    • Kebutuhan untuk dihargai

    Kebutuhan ini mencakup kebutuhan akan penghargaan terhadap hasil

    kerjanya atau penghargaan terhadap dirinya sebagai manusia.

  • 13

    • Kebutuhan aktualisasi diri

    Kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan yang

    ada untuk mencapai prestasi kerja yang memuaskan

    3. Aspek – Aspek Motivasi Kerja

    Robert Franken membagi pembentuk motivasi dalam tiga aspek.

    Aspek-aspek tersebut adalah aspek biologis, aspek pembelajaran, dan aspek

    kognitif (Franken, 1994).

    a) Aspek Kognitif

    Aspek kognitif meliputi bagian proses-proses kognitif yang membentuk

    motivasi. Indikator dari aspek ini antara lain :

    • Adanya tujuan

    Motivasi tidak pernah lepas dari aspek tujuan. Dengan melihat

    kemauan seorang karyawan dalam mencapai tujuan dalam bekerja,

    kita juga dapat melihat motivasi kerja seorang karyawan.

    • Nilai-nilai dan kepercayaan

    Nilai dan kepercayaan seseorang akan sebuah pekerjaan turut

    membentuk motivasi seseorang dalam bekerja. Nilai dan

    kepercayaan akan membentuk motivasi yang berbeda-beda bagi

    setiap orang karena nilai dan kepercayaan yang dianut berbeda-

    beda pula.

  • 14

    b) Aspek Pembelajaran

    Aspek pembelajaran membentuk motivasi melalui cara yang berbeda-beda

    karena proses pembelajaran setiap orang berbeda pula. Indikator dari

    aspek ini meliputi :

    • Interaksi antara manusia dengan lingkungannya

    Seperti telah dijelaskan di atas, interaksi antara manusia dan

    lingkungannya akan memunculkan kebutuhan – kebutuhan

    manusia, yang kemudian akan membentuk motivasi. Interaksi yang

    dimaksud di sini adalah interaksi antara manusia dengan

    lingkungan kerjanya baik lingkungan tempat kerja maupun rekan

    kerja.

    • Pemenuhan kebutuhan

    Aspek pembelajaran dapat dilihat dari ada atau tidak dan

    terpenuhinya atau tidak kebutuhan-kebutuhan sebagai hasil dari

    interaksi manusia dengan lingkungan tempat kerjanya. Kebutuhan

    dalam hal ini meliputi kebutuhan akan gaji yang layak untuk

    memenuhi kebutuhan hidup, kebutuhan akan jaminan

    kelangsungan pekerjaan, kebutuhan untuk dicintai atau diterima

    oleh rekan-rekan sekerja, dan kebutuhan untuk mencapai prestasi

    kerja.

    c) Aspek Biologis

    Aspek biologis meliputi orgn tubuh manusia, yaiu otak, yang turut

    menentukan dalam proses pembentukan motivasi

  • 15

    Dari ketiga aspek ini, yang dapat dilihat melalui perilaku adalah aspek

    kognitif dan pembelajaran. Aspek biologis hanya dapat dilihat dan diukur

    dengan menggunakan alat-alat medis.

    4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

    Herzberg mengemukakan sebuah model motivasi yang mempertajam

    pengertian kita mengenai efektivitas dari motivasi dalam situasi kerja.

    Menurut Herzberg, sistem kebutuhan-kebutuhan orang yang mendasari

    motivasinya dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu hygiene factors dan

    motivational factors. Kebutuhan-kebutuhan dalam golongan hygiene, bila

    tidak mendapat pemuasan akan menimbulkan ketidakpuasan dalam kerja.

    Namun bila terpuaskan, orang belum akan puas; artinya ia belum benar-benar

    motivated terhadap pekerjaannya.kebutuhan dalam golongan ini meliputi

    status, hubungan antar manusia, supervisi, peraturan-peraturan perusahaan dan

    administrasi, jaminan dalam pekerjaan, kondisi kerja, dan gaji.

    Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang akan menimbulkan motivasi

    kerja yang tinggi adalah yang termasuk ke dalam golongan Motivational

    Factors atau disebut juga Motivators. Kebutuhan dalam golongan ini meliputi

    pekerjaan itu sendiri, achievement (prestasi), kemungkinan untuk berkembang,

    tanggung jawab, kemajuan dalam jabatan, dan pengakuan. Motivators inilah

    yang akan memberikan kepuasan kerja. (Anoraga, 1992).

    Siagian (1995), menerangkan bahwa dalam usaha mengembangkan

    teorinya, Herzberg melakukan penelitian yang bertujuan untuk menemukan

    jawaban terhadap pertanyaan : “Apa sesungguhnya yang diinginkan oleh

  • 16

    seseorang dari pekerjaannya ?” Herzberg yakin bahwa hubungan antara

    seseorang dengan pekerjaannya sangat mendasar dan karena itu sikap

    seseorang terhadap pekerjaannya itu sangat mungkin menentukan keberhasilan

    dan kegagalannya. Hasil penelitian Herzberg yang menarik adalah bahwa bila

    para karyawan merasa puas dengan pekerjaannya, kepuasan itu didasarkan

    faktor-faktor yang bersifat intrinsik seperti keberhasilan mencapai sesuatu

    pengakuan yang diperoleh, sifat pekerjaan yang dilakukan, rasa tanggung-

    jawab, kemajuan dalam karier, pertumbuhan profesional dan intelektual yang

    dialami oleh seseorang. Sebaliknya apabila para karyawan merasa tidak puas

    dengan pekerjaannya, ketidakpuasan itu pada umumnya dikaitkan dengan

    faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik, artinya bersumber dari luar diri

    karyawan yang bersangkutan, seperti: kebijakan organisasi, pelaksanaan

    kebijakan yang ditetapkan, supervisi oleh manajer, hubungan interpersonal

    dan kondisi kerja (Siagian, 1995).

    Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-

    faktor yang berpengaruh terhadap motivasi kerja meliputi 2 hal, yaitu:

    1. Intrinsik : yang berasal dari dalam diri seseorang dan berkaitan dengan

    isi pekerjaan, seperti tuntutan terhadap kebutuhan, tujuan pribadi, sikap

    dan kemampuan, rasa tanggungjwab, dll

    2. Ekstrinsik : yang berasal dari luar, seperti suasana kerja, gaji dan upah,

    hubungan inter personal, kebijakan organisasi, dll.

  • 17

    C. Persahabatan

    1. Pengertian Persahabatan

    Persahabatan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerjasama

    dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Istilah persahabatan

    menggambarkan suatu hungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan,

    dan afeksi. Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan

    kesetiaan satu sama lain, seringkali hingga pada altruisme (Wikipedia)

    Dalam persahabatan ada empat aspek penting yang harus diperhatikan,

    yaitu saling menjaga, mendukung, loyal, dan menaruh prioritas yang tinggi

    pada minat individu yang lain. Hal ini mengacu pada dua bentuk yang lebih

    spesifik pada bentuk umum apa yang individu harapkan ketika mempunyai

    teman dan peran persahabatan yang diinginkan (Duck , 1991).

    Menurut Davis dan Todd (Duck, 1991), dalam persahabatan terdapat

    sikap jujur terhadap sahabatnya, mau menunjukkan berbagai rahasia dan

    masalah-masalahnya, memberikan bantuan saat dibutuhkan, percaya pada

    sahabatnya, mau menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas bersama,

    dan adanya sikap saling menghargai di antara mereka.

    Pendapat lain mengenai persahabatan juga dikemukakan oleh Wright

    (Duck, 1991). Beliau menekankan pada voluntary interdependence atau saling

    ketergantungan yang sukarela. Seseorang dapat dengan bebas memilih untuk

    bersama dalam suatu hubungan. Beliau juga menekankan pada bagaimana kita

    menikmati berhubungan dengan seseorang karena minat atau hasratnya dan

    bukan karena apa yang dia lakukan untuk kita.

  • 18

    Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    persahabatan adalah suatu hubungan timbal balik antar individu yang didasari

    rasa sukarela, di mana hubungan ini didasari terutama oleh minat dan hasrat

    dan bukan oleh suatu keinginan untuk mencari keuntungan.

    Ada perbedaan yang cukup signifikan antara teman dengan sahabat.

    Perbedaan ini memang sulit untuk diamati. Ahmadi (1991) mengemukakan

    beberapa elemen pokok yang ada dalam persahabatan yang membedakannya

    dengan pertemanan.

    a) Dalam persahabatan terdapat rasa saling menghargai satu sama lain.

    Sumber timbulnya hubungan persahabatan adalah rasa saling menyukai

    dan memelihara hubungan dan bukan saling mencari keuntungan.

    b) Persahabatan sebagai sebuah suatu hubungan pribadi lebih menekankan

    pada kualitas yang objektif satu sama lain, bukan pada hal-hal yang

    sifatnya lahiriah. Dalam persahabatan, penekanan lebih pada pribadi orang

    lain dan bukan pada apa yang dimiliki orang lain tersebut.

    c) Dalam persahabatan orang bersikap atas dasar rasa suka serta keinginan

    diantara mereka. Hubungan persahabatan memiliki kebebasan untuk saling

    memberi tanpa adanya harapan untuk memperoleh imbalannya.

    d) Orang saling bersahabat karena keunikkannya, dan ini sulit digantikan

    oleh orang lain. Persahabatan tidak begitu saja dapat diputuskan karena

    telah ditemukannya sahabat yang lebih baik. Persahabatan selalu

    memperhatikan adanya keintiman antar pribadi dan kesetiaan.

  • 19

    Perbedaan kualitatif antara persahabatan dan hubungan teman biasa

    yang penting menurut Ahmadi (1991):

    a) Persahabatan dan hubungan teman biasa memerlukan sifat sukarela, tetapi

    kepuasan dalam persahabatan ini lebih penting. Persahabatan sifatnya

    sukarela, sedangkan keinginan untuk berteman tidak selalu bersifat

    sukarela.

    b) Hubungan teman biasa tidak memiliki cita rasa keunikan dan

    individualitas yang merupakan ciri persahabatan. Kita berteman dengan

    tetangga kita tetapi tidak semuanya menjadi sahabat kita.

    c) Persahabatan dan hubungan teman biasa berbeda dalam hal keakraban atau

    keintiman di antara anggotanya. Hubungan pershabatan melibatkan suatu

    tingkat keintiman sedangkan hubungan teman biasa tidak melibatkan

    keintiman.

    d) Persahabatan harus dipelihara agar tetap hidup. Hubungan teman biasa

    merupakan pendahuluan atau titik awal persahabatan.

    2. Aspek – Aspek yang membentuk persahabatan

    Dari definisi persahabatan tersebut, dapat disimpulkan aspek - aspek

    yang membentuk persahabatan, yaitu :

    a) Saling memperhatikan

    Berupa mengerti kebutuhan temannya, mendengarkan, membantu

    memecahkan masalah, mau mengerti perasaannya.

  • 20

    b) Saling menghargai

    Berupa menerima pendapat sahabatnya walaupun berbeda dengan

    pendapatnya sendiri, menerima dan penuh perhatian terhadap ide

    sahabatnya walaupun ada perbedaan dengan dirinya sendiri.

    c) Saling mempercayai

    Berupa tidak akan menceritakan kepada orang lain rahasia yang

    dipercayakan kepada dirinya, tidak mengingkari janji, tidak mencampuri

    urusan pribadi dan berbohong.

    d) Hubungan timbal-balik

    Hubungan timbal balik berarti seorang sahabat mau melakukan sesuatu

    bagi sahabatnya sebagai balas budi atas bantuan sahabatnya.

    D. Hubungan Antara Persahabatan Dengan Motivasi Kerja

    Pekerjaan adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan

    komunitas. Organisasi-organisasi kerja membentuk komunitas dan,

    sebaliknya, mereka dibentuk oleh komunitas. Lebih jauh, kehidupan pekerjaan

    kita diatur dengan banyak cara untuk memenuhi kebutuhan kita akan

    persahabatan, prestasi, dan mendapatkan keuntungan-keuntungan yang positif.

    (Warr & Wall, 1975). Bagi sementara orang, bekerja merupakan sarana untuk

    menuju kearah terpenuhinya kepuasan pribadi dengan jalan memperoleh

    kekuasaan dan menggunakan kekuasaan itu pada orang lain. Pada pokoknya,

    kerja itu merupakan aktivitas yang memungkinkan terwujudnya kehidupan

    sosial dan persahabatan (Anoraga, 1992)

  • 21

    Pendapat ini sejalan dengan teori Maslow mengenai kebutuhan untuk

    dicintai dan disayangi atau kebutuhan untuk memiliki dan cinta. Menurut

    Maslow, seorang individu dapat menggabungkan diri dengan suatu kelompok

    atau perkumpulan, menerima nilai-nilai dan sifat-sifat atau memakai pakaian

    seragamnya dengan maksud supaya merasakan perasaan memiliki. Mereka

    memuaskan kebutuhan-kebutuhan akan cinta dengan membangun suatu

    hubungan akrab penuh perhatian dengan orang lain atau dengan orang-orang

    pada umumnya, dan dalam hubungan ini, memberi dan menerima cinta adalah

    sama penting (Schultz, 1991). Hubungan akrab dan penuh perhatian atas dasar

    saling memberi dan menerima cinta inilah yang dapat disebut persahabatan.

    Hal ini diperkuat oleh pernyataan Maslow yang lain mengenai sifat khusus

    pengaktualisasian diri, yaitu mengenai hubungan antar pribadi. Menurut

    Maslow, pengaktualisasi-pengaktualisasi diri mampu mengadakan hubungan

    yang lebih kuat dengan orang lain daripada orang yang memiliki kesehatan

    jiwa yang biasa. Mereka mampu memiliki cinta yang lebih besar dan

    persahabatan yang lebih dalam (Schultz, 1991).

    Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persahabatan masuk

    dalam tingkat kebutuhan untuk dicintai dan disayangi dalam hierarki

    kebutuhan Maslow. Dari sini dapat dikatakan juga ketika persahabatan dapat

    terwujud, seseorang sudah memenuhi kebutuhannya untuk dicintai dan

    disayangi. Hal ini membawa kita pada pemahaman selanjutnya bahwa ketika

    seseorang terpenuhi kebutuhuhannya akan rasa cinta dan memiliki, ia akan

  • 22

    termotivasi untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dalam hirarki kebutuhan

    Maslow, yaitu kebutuhan untuk dihargai.

    Kebutuhan akan penghargaan dibedakan menjadi dua oleh Maslow,

    yaitu penghargaan yang berasal dari orang lain dan penghargaan dari diri

    sendiri. Penghargaan dari luar dapat diperoleh berdasarkan reputasi, status,

    polpularisme, prestasi, atau keberhasilan dalam masyarakat. Sementara

    penghargaan dari diri sendiri diperoleh dari keyakinan diri dan pengetahuan

    yang baik mengenai diri sendiri (Schultz, 1991). Dari sini dapat disimpulkan

    bahwa prestasi dan keberhasilan dalam pekerjaan termasuk dalam kebutuhan

    akan penghargaan dalam teori kebutuhan Maslow. Kembali pada pembahasan

    di atas, dapat disimpulkan pula bahwa orang akan termotivasi untuk

    berprestasi dalam pekerjaan apabila ia dapat membangun hubungan yang

    penuh perhatian, dalam hal ini persahabatan, dengan orang-orang di

    sekitarnya.

    Teori ini didukung pula oleh model motivasi yang dikemukakan oleh

    Herzberg di mana hubungan antar manusia merupakan salah satu bagian dari

    factor hygiene yang memotivasi seseorang. Menurut Herzberg, kebutuhan

    hygiene yang tidak terpenuhi membuat seseorang kehilangan kepuasan kerja.

    Hal ini menyebabkan karyawan yang bersangkutan kehilangan motivasinya

    dalam bekerja. Selain itu kebutuhan hygiene yang tidak terpenuhi juga akan

    menghambat berkembangnya motivational factor, di mana pengakuan dan

    prestasi termasuk di dalamnya (Anoraga, 1992).

  • 23

    Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa

    persahabatan mempunyai hubungan dengan motivasi kerja. Seorang karyawan

    yang terpenuhi kebutuhan untuk memiliki dan cinta akan termotivasi untuk

    memenuhi kebutuhan penghargaan. Dalam hal ini, kebutuhan tersebut dapat

    terpenuhi melalui penghargaan yang diperoleh seseorang dari performa kerja

    yang baik dalam suatu perusahaan. Sebaliknya, seorang karyawan yang tidak

    dapat membangun hubungan antar pribadi yang baik dengan orang-orang

    disekitarnya, atau tidak terpenuhi kebutuhannya akan cinta dan perasaan

    memiliki, akan kurang termotivasi untuk memenuhi kebutuhan akan

    penghargaan karena ia masih harus memuaskan kebutuhannya akan perasaan

    memiliki dan cinta. Dalam hal ini, karyawan tersebut tidak termotivasi untuk

    memberikan performa kerja yang baik dan produktivitas yang tinggi. Gambar

    2 merupakan skema yang menggambarkan hubungan antara persahabatan di

    tempat kerja dengan motivasi kerja.

    E. Hipotesis

    Ada hubungan positif antara persahabatan di tempat kerja dengan

    motivasi kerja.

  • 24  

     

      

     

     

    GAMBAR 2

    Model hubungan antara variable Persahabatan di Tempat Kerja dengan Motivasi Kerja

    PERUSAHAANLINGKUNGAN 

    KERJA (rekan kerja)

    Lingkungan kerja yang positif

    (rekan kerja yang bersahabat)

    Kebutuhan dicintai dan disayangi yang terpenuhi (terjalin persahabatan dengan rekan 

    kerja)

    Merasa didukung, dihargai, dan disukai  rekan 

    kerja

    Motivasi kerja tinggi

    Lingkungan kerja yang negatif 

    (rekan kerja yang kurang 

    bersahabat)

    Kebutuhan dicintai dan disayangi yang tidak terpenuhi (tidak terjalin persahabatan 

    dengan rekan kerja)

    Merasa kesepian, terisolasi

    Motivasi kerja rendah

  • 25

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional.

    Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada

    satu variabel berkaitan dengan variasi pada variabel lain berdasarkan koefisien

    korelasi.

    B. Identifikasi Variabel Penelitian

    Penelitian ini menggunakan dua variabel. Variabel-variabel tersebut

    antara lain :

    1. Variabel bebas

    Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab kemunculan variabel

    terikat (Kerlinger, 1996). Variabel bebas merupakan variabel yang

    mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

    variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persahabatan.

    2. Variabel tergantung

    Variabel tergantung sering disebut variabel terikat. Variabel terikat

    merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

    adanya variabel bebas. Dengan demikian variabel terikat dipandang

    sebagai konsekuensi variabel bebas (Kerlinger, 1996). Variabel terikat

    dalam penelitian ini adalah motivasi kerja.

  • 26

    C. Definisi Operasional

    Definisi operasional melekatkan arti pada suatu variabel dengan cara

    menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk

    mengukur variabel itu. Definisi semacam itu memberikan batasan atau arti

    suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk

    mengukur variabel tersebut. Definisi operasional dari variabel yang dipakai

    dalam penelitian ini adalah:

    1. Motivasi kerja

    Motivasi kerja adalah suatu proses melakukan, mempertahankan, dan

    mengarahkan pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu di mana proses

    tersebut didorong oleh kebutuhan-kebutuhan.

    Tinggi rendahnya motivasi kerja seseorang ditentukan dari skor yang

    didapatkan dari jawaban terhadap skala motivasi kerja. Skor tinggi yang

    diperoleh menunjukkan tingginya motivasi kerja yang dimiliki, sedangkan

    skor yang rendah menunjukkan rendahnya motivasi kerja yang dimiliki.

    Semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin tinggi pula motivasi

    kerja yang dimilikinya. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah skor total

    yang dimiliki maka motivasi kerja yang dimilikinya semakin rendah.

    2. Persahabatan di tempat kerja

    Persahabatan di tempat kerja adalah ikatan persahabatan antara dua

    orang karyawan atau lebih dalam suatu tempat kerja yang ditunjukkan dengan

    sikap saling memperhatikan, saling menghargai, saling mempercayai dan

    adanya hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini berupa sikap untuk

  • 27

    mau melakukan sesuatu bagi sahabat sebagai balas budi atas bantuan yang

    telah diberikan.

    Adanya ikatan persahabatan ditunjukkan dengan tingginya skor pada

    skala persahabatan di tempat kerja. Sebaliknya ikatan persahabatan yang

    lemah, atau dalam hal ini belum berada pada tingkatan persahabatan,

    ditunjukkan dengan skor yang rendah pada skala persahabatan di tempat kerja.

    Semakin tinggi skor yang diperoleh, semakin kuat pula ikatan persahabatan

    yang terjalin dengan rekan kerja, begitu sebaliknya.

    D. Subjek Penelitian

    Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan suatu perusahaan

    percetakan, yaitu Penerbit ANDI Yogyakarta, baik laki-laki maupun

    perempuan, dengan masa kerja minimal satu tahun. Seorang karyawan dengan

    masa kerja minimal satu tahun atau lebih diasumsikan sudah mempunyai

    banyak waktu untuk menjalin persahabatan dengan sesama karyawan. Tekhnik

    pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling

    atau sampel bertujuan, yaitu pengambilan subjek bukan didasarkan pada

    strata, kelompok, wilayah atau random, melainkan atas adanya tujuan tertentu.

    E. Metode pengumpulan data

    Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

    mencakup dua hal yaitu: menggunakan skala persahabatan dan skala motivasi

    kerja. Dalam penelitian ini alat pengumpul datanya berupa skala persahabatan

    dan skala motivasi kerja. Skala ini terdiri dari 40 item persahabatan dan 40

  • 28

    item motivasi kerja. Item-itemnya berupa pertanyaan yang didalamnya

    terdapat pertanyaan favorabel dan unfavorabel.

    Skala ini menggunakan model skala Likert. Skala ini menggunakan 5

    alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (E), Tidak

    Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor yang digunakan

    adalah sebagai berikut: Untuk item yang favorabel, penilaian bergerak dari

    angka empat sampai dengan angka nol. Jawaban SS=4, S=3, E = 2, TS=1,

    STS=0. Sedangkan untuk peryataan yang unfavorabel maka sebaliknya,

    penilaian bergerak dari angka nol ke angka empat, SS=0, S=1, E=2, TS=3,

    STS=4

    Tabel 1 Blue Print Skala kualitas persahabatan sebelum try out

    ASPEK NO AITEM f % Saling memperhatikan F 1,3,5,7,9 10 25

    UF 2,4,6,8,10 Saling menghargai F 11,13,15,17,19 10 25

    UF 12,14,16,18,20 Saling mempercayai F 21,23,25,27,29 10 25

    UF 22,24,26,28,30 Hubungan timbal balik F 31,33,35,37,39 10 25

    UF 32,34,36,38,40

  • 29

    Tabel 2 Blue Print Skala Motivasi Kerja sebelum try out. ASPEK NO. AITEM f %

    Kognitif - Adanya tujuan dalam bekerja

    F 1,3,5,7,9 10 25 UF 2,4,6,8,10

    - Nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut mengenai pekerjaan

    F 11,13,15,17,19 10 25

    UF 12,14,16,18,20

    Pembelajaran - Adanya pemenuhan kebutuhan yang muncul dari interaksi dengan lingkungan kerja

    F 21,23,25,27,29 10 25

    UF 22,24,26,28,30

    - Adanya interaksi dengan lingkungan dan rekan kerja

    F 32,33,35,37,39 10 25

    UF 31,34,36,38,40

    F. Pengujian instrumen penelitian

    Suatu skala dapat dikatakan representatif, fungsional, dan akurat apabila

    skala tersebut dikenakan pada subyek penelitian yang sesungguhnya,

    dilakukan uji coba untuk memperoleh validitas dan reliabilitas.

    1. Validitas

    Validitas adalah tingkat kemampuan suatu alat ukur untuk

    mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang

    dilakukan dengan alat ukur tersebut (Azwar, 1999). Validitas dalam penelitian

    ini dilakukan melalui dua cara yaitu :

  • 30

    a. Validitas Isi

    Validitas isi akan menunjukkan sejauh mana item-item dalam tes

    mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur, artinya tes itu

    bukan saja harus komprehensif tetapi isinya harus tetap relevan dan tidak

    keluar dari penelitian (Azwar, 2005). Validitas isi dari skala ini diselidiki

    melalui analisis rasional terhadap isi tes atau melalui professional

    judgement, yaitu dengan cara melihat apakah item-item dalam tes telah

    ditulis sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan semula dan memeriksa

    apakah masing-masing item telah sesuai dengan indikator perilaku yang

    hendak diungkapkan.

    b. Validitas Tampang

    Validitas tampang adalah validitas yang didasarkan pada penilaian

    terhadap format penampilan (Azwar, 2005). Validitas tampang diselidiki

    dengan tehnik professional judgement, yaitu dengan cara meminta

    sesorang memeriksa sebuah tes, bisa seorang pakar atau subyek tes itu

    sendiri, dan menyimpulkan apakah tes tersebut memberi kesan mengukur

    sifat yang akan diukur.

    2. Seleksi Item

    Seleksi item dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara distribusi

    skor setiap item dengan skor skala. Pengkorelasian antara skor item dengan

    skor skala akan menghasilkan korelasi aitem total atau indeks daya beda

    aitem. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor

    skala, berarti semakin tinggi konsistensi antara item tersebut dengan skala

  • 31

    secara keseluruhan, maka semakin tinggi daya beda yang dimiliki (Azwar,

    2007). Kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total menggunakan

    batasan rix≥ 0,30. Batasan tersebut digunakan karena aitem yang koefisien

    korelasinya minimal 0,30 memiliki daya diskriminasi yang memuaskan

    (Azwar, 2007).

    Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Aitem-Total Variabel Persahabatan di Tempat Kerja

    Rix

    Nomor Aitem

    Total

    rix ≥ 0,30

    1, 2, 5, 8, 10, 13, 14, 16, 18, 19, 21, 22, 25, 30, 31, 34, 35, 36, 39

    19

    rix < 0,30

    3, 4, 6, 7, 9, 11, 12, 15, 17, 20, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 32, 33, 37, 38, 40

    21

    Item-item yang menyusun variabel persahabatan di tempat kerja terdiri

    dari 40 item, yang terdiri dari 20 item favorabel dan 20 item unfavorabel.

    Pengujian terhadap data dari skala motivasi kerja menunjukkan bahwa 19 item

    soal menunjukkan nilai rix ≥ 0,30, sedangkan 21 item yang tersisa memiliki

    nilai rix < 0,30 dan dinyatakan gugur karena tidak memenuhi kriteria batasan

    item yang baik.

    Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Item-Total Variabel Motivasi Kerja

    Rix

    Nomor Aitem

    Total

    rix ≥ 0,30

    1, 4, 7, 8, 9, 11, 12, 15, 16, 23, 25, 28, 29, 31, 32, 34, 35, 36

    18

    rix < 0,30

    2, 3, 5, 6, 10, 13, 14, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 30, 33, 37, 38, 39, 40

    22

  • 32

    Item-item yang menyusun variabel motivasi kerja terdiri dari 40 item,

    yang terdiri dari 20 item favorabel dan 20 item unfavorabel. Pengujian

    terhadap data dari skala motivasi kerja menunjukkan bahwa 18 item soal

    menunjukkan nilai rix ≥ 0,30, sedangkan 22 item yang tersisa memiliki nilai

    rix < 0,30 dan dinyatakan gugur karena tidak memenuhi kriteria batasan item

    yang baik.

    Item-item yang telah dianalisis baik yang terdapat dalam skala persahabatan

    maupun skala motivasi kerja, dianggap sebagai item yang akan digunakan untuk

    menyusun skala-skala tersebut dan data yang akan diperoleh dari skala yang

    disusun berdasarkan item-item yang telah dianalisis, akan diolah menjadi data

    penelitian. Adapun item-item skala persahabatan di tempat kerja yang telah

    dianalisis berada pada tabel di bawah ini.

    Tabel 5. Distribusi Aitem Skala persahabatan setelah try out

    ASPEK NO AITEM F % Saling memperhtikan F 1,5 5 26,3

    UF 2,8,10 Saling menghargai F 13,19 5 26,3

    UF 14,16,18 Saling mempercayai F 21,25 4 21

    UF 22,30 Hubungan timbal balik F 31, 35 5 26,3

    UF 34,36,39

  • 33

    Sedangkan distribusi item skala motivasi kerja yang telah dianalisis adalah

    sebagai berikut :

    Tabel 6. Distribusi Aitem Skala motivasi kerja setelah try out

    ASPEK NO. AITEM f % Kognitif - Adanya tujuan dalam bekerja F 1,7,9 5 27,7

    UF 4,8 - Nilai-nilai dan kepercayaan

    yang dianut mengenai pekerjaan F 11,15 4 22,2

    UF 12,16

    Pembelajaran - Adanya pemenuhan kebutuhan yang muncul dari interaksi dengan lingkungan kerja

    F 23,25,29 4 22,2

    UF 28 - Adanya interaksi dengan

    lingkungan dan rekan kerja F 32,35 5 27,7

    UF 31,34,36

    3. Reliabilitas

    Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

    Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukan oleh koefisien

    reliabilitas. Reliabilitas tes ini diukur dengan pendekatan konsistensi internal.

    Penghitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tehnik

    Alpha Cronbach (Azwar, 2007). Besarnya reliabilitas dinyatakan dalam

    koefisien Alpha Cronbach. Pada skala persahabatan di tempat kerja, angka

    koefisien Alpha Cronbach adalah sebesar 0,873 sedangkan pada skala

    motivasi kerja adalah 0,867.

  • 34

    G. Metode Analisis Data

    Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan persahabatan di tempat kerja

    dengan motivasi kerja, dalam penelitian ini digunakan uji hipotesis. Uji

    hipotesis yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah korelasi Rank

    Spearman, digunakan untuk melihat tinggi rendahnya koefisien korelasi yang

    dihasilkan dari korelasi skor total antara dua variabel, yaitu kualitas

    persahabatan di tempat kerja dan motivasi kerja.

  • 35

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Persiapan Penelitian

    Penelitian diawali dengan pengajuan ijin penelitian ke sekretariat

    Fakultas Psikologi Sanata Dharma. Pengajuan surat ijin dilakukan pada bulan

    Maret 2010. Setelah mendapat surat ijin penelitian dengan nomor

    23b/D/PSI/USD/III/2010, peneliti mengajukan surat ini ke bagian personalia

    Penerbit Andi Yogyakarta. Setelah proses presentasi penelitian dan negosiasi

    teknis penelitian ke bagian personalia, peneliti mendapat ijin untuk memulai

    penelitian. Proses pengajuan ijin ke bagian personalia Penerbit Andi

    Yogyakarta ini berlangsung selama 2 hari.

    B. Pelaksanaan Penelitian

    1. Waktu pelaksanaan penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada awal bulan April 2010 sampai dengan

    pertengahan Mei 2010, dengan subjek adalah karyawan tetap Penerbit Andi

    Yogyakarta. Proses penelitian berlangsung kurang lebih satu bulan. Proses

    pengambilan data dilakukan dengan metode try out. Metode ini

    memungkinkan proses pengambilan data dilakukan dua kali. Data yang

    diperoleh digunakan sebagai data uji coba, kemudian setelah seleksi item

    peneliti melakukan pengambilan data yang kedua sebagai data penelitian.

  • 36

    2. Cara pelaksanaan penelitian

    Sesuai kesepakatan peneliti dengan bagian personalia Penerbit Andi

    Yogyakarta, penelitian dilakukan dengan menitipkan skala penelitian kepada

    bagian personalia. Hal ini dilakukan dengan alasan efektifitas sekaligus

    supaya tidak menganggu kinerja para karyawan perusahaan. Karyawan tetap

    Penerbit Andi tersebar di beberapa bagian, termasuk bagian percetakan. Pada

    bagian ini karyawan menggunakan sistim shift karena mesin akan selalu

    beroperasi hampir 24 jam sehari. Hal ini juga yang menjadi pertimbangan

    bagian personalia untuk memutuskan metode pendistribusian skala tidak

    dilakukan oleh peneliti sendiri.

    C. Deskripsi Data Penelitian

    Dalam penelitian ini diperoleh hasil dengan deskripsi sebagai berikut :

    Tabel 7 Skor empiris dan skor teoritis

    Skala Skor Empirik Skor Teoritik Xmin Xmax Mean

    (µ) SD (σ)

    Xmin Xmax Mean (σ)

    SD (σ)

    Persahabatan di tempat kerja

    43 64 56,22 5,766 19 76 47,5 9,5

    Motivasi kerja 45 63 54,70 7,481 18 72 45 9

    Mean teoritis merupakan rata-rata skor pada alat ukur penelitian,

    sedangkan mean empiris merupakan rata-rata skor data hasil penelitian. Mean

    teoritis pada skala persahabatan di tempat kerja sebesar 47,5 dan mean

    empirisnya sebesar 56,22. Dapat dilihat bahwa mean empiris lebih besar

    daripada mean teoritisnya sehingga dapat diartikan bahwa persahabatan di

    tempat kerja pada subyek penelitian tergolong tinggi.

  • 37

    Hal yang sama dapat dilihat pada skala motivasi kerja. Mean teoritis

    pada skala motivasi kerja sebesar 45 dan mean empirisnya sebesar 54,70. Hal

    ini berarti motivasi kerja pada subyek penelitian tergolong tinggi.

    Dalam penelitian ini dilakukan uji beda one sample t test dengan taraf

    signifikasi 5 % untuk menguji apakah ada perbedaan antara mean teoritis

    dengan mean empirisnya. Hasilnya adalah sebagai berikut :

    Tabel 8 Perbedaan mean teoritis dan empiris

    Skala T Sig (2 tailed)

    Keterangan

    Persahabatan di tempat kerja

    134,985 0,000 p < 0,05 Ada perbedaan antara mean teoritik dengan mean empiriknya

    Motivasi kerja

    114,852 0,000 p < 0,05 Ada perbedaan antara mean teoritik dengan mean empiriknya

    Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa baik variabel persahabatan di

    tempat kerja maupun variabel motivasi kerja, ada perbedaan antara mean

    teoritik dengan mean empiriknya.

    Data penelitian menunjukkan data demografi subjek sebagai berikut :

    Tabel 9 Data demografi subjek berdasarkan jenis kelamin

    Jenis kelamin Jumlah N Laki-laki 67 90 Perempuan 23

    Tabel 10 Data demografi subjek berdasarkan masa kerja

    Lama kerja N Rerata Minimum 1,5 th 90 12,75 th Maksimum 24 th

  • 38

    Tabel 11 Data demografi subjek berdasarkan masa kerja

    Dari data demografi subjek di atas, terlihat bahwa subjek laki-laki

    berjumah lebih banyak dari subjek perempuan. Subjek laki-laki mempunyai

    jumlah 60,3 % dari total keseluruhan subjek. Sementara subjek perempuan

    berjumlah sisanya, yaitu 20,7 %. Dari data di atas dapat disimpulkan juga

    bahwa terdapat rentang masa kerja yang cukup jauh antara subjek penelitian.

    Rentang yang cukup jauh ini (1,5 tahun – 24 tahun) kemungkinan dapat

    mempengaruhi tingkat motivasi subjek. Subjek yang mempunyai masa kerja

    yang lebih lama kemungkinan mempunyai motivasi kerja yang lebih tinggi

    daripada subjek yang baru bekerja 1,5 tahun. Hal ini tentu dapat mengotori dan

    mengganggu hasil penelitian ini. Variabel lama kerja perlu dikontrol agar hasil

    penelitian ini benar-benar merupakan hasil korelasi antara variabel persahabatan

    di tempat kerja dengan variabel motivasi kerja tanpa ”dikotori” oleh variabel lain.

    D. Hasil penelitian

    1. Uji Asumsi

    a. Uji normalitas

    Pengujian normalitas sebaran data dilakukan dengan menggunakan

    metode One Sample Kolmogorov - Smirnov test yang terdapat pada program

    SPSS 17 for windows seri 17. Hasilnya adalah sebagai berikut :

    Usia N Rerata Minimum 20 th 90 37,23 th Maksimum 52 th

  • 39

    Tabel 12 Hasil uji normalitas

    Nilai Probabilitas (p) pada variabel persahabatan di tempat kerja adalah

    0.06. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan bahwa distribusi

    data pada variabel ini adalah tidak normal

    Hal yang sama terjadi pada variabel motivasi kerja. Nilai probabilitas

    pada variabel motivasi kerja adalah 0.023. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang

    menunjukkan bahwa distribusi data pada variabel motivasi kerja adalah tidak

    normal.

    b. Uji Linearitas

    Uji linearitas digunakan untuk melihat kecenderungan skor variabel

    bebas, yaitu motivasi kerja, dengan skor variabel tergantung, yaitu

    persahabatan di tempat kerja, untuk membentuk garis lurus. Uji linearitas ini

    dilakukan dengan program SPSS for windows seri 17.

    persahabatan motivasi

    N 90 90

    Normal Parametersa,,b Mean 56.22 54.70

    Std. Deviation 3.951 4.518

    Most Extreme Differences Absolute .180 .158

    Positive .180 .140

    Negative -.170 -.158

    Kolmogorov-Smirnov Z 1.705 1.496

    Asymp. Sig. (2-tailed) .006 .023

  • 40

    Tabel 13 Hasil uji linearitas

    Sum of

    Squares df

    Mean

    Square F Sig.

    persahabatan *

    motivasi

    Between

    Groups

    (Combined) 522.663 11 47.515 4.275 .000

    Linearity 141.477 1 141.477 12.730 .001

    Deviation from

    Linearity

    381.186 10 38.119 3.430 .001

    Within Groups 866.893 78 11.114

    Total 1389.556 89

    Nilai probabilitas pada penelitian ini sebesar 0.01 (p

  • 41

    Tabel 14 Hasil uji korelasi

    Correlations

    persahabatan motivasi

    Spearman's rho persahabatan Correlation Coefficient 1.000 .298**

    Sig. (1-tailed) . .002

    N 90 90

    motivasi Correlation Coefficient .298** 1.000

    Sig. (1-tailed) .002 .

    N 90 90

    Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil uji korelasi r = 0,298 dengan

    p = 0,02 (p

  • 42

    Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata subyek memiliki

    tingkat persahabatan di tempat kerja yang tinggi. hal ini dapat dilihat dari hasil

    penelitian yang menunjukkan bahwa mean empirik lebih tinggi dari pada

    mean teoritiknya, yaitu 56,22>47,5. Hal yang sama juga terjadi pada variabel

    motivasi kerja. Subjek memiliki motivasi kerja yang tinggi, dilihat dari mean

    empiric yang lebih tinggi dari mean teoritiknya yaitu 54,70>45. Persahabatan

    di tempat kerja yang tinggi akan memicu motivasi kerja seorang karyawan

    untuk bekerja lebih baik.

    Hasil penelitian di atas mendukung pernyataan yang mengungkapkan

    bahwa motivasi muncul karena adanya kebutuhan dari manusia. Kebutuhan-

    kebutuhan manusia pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu

    kebutuhan primer, dan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang

    pada umumnya merupakan kebutuhan faal. Kebutuhan-kebutuhan semacam

    ini timbul dengan sendirinya atau sudah ada sejak lahir. Kebutuhan sekunder

    adalah kebutuhan yang timbul dari interaksi orang dengan lingkungannya,

    seperti kebutuhan bersaing, bercinta, bergaul, ekspresi diri, dan sebagainya.

    Kebutuhan sekunder inilah, dalam hal ini khususnya kebutuhan untuk bergaul

    (persahabatan), yang paling banyak berperan dalam motivasi seseorang

    (Anoraga, 1992).

    Menurut Maslow, seorang individu dapat menggabungkan diri dengan

    suatu kelompok atau perkumpulan, seperti yang disebutkan di atas bergaul,

    menerima nilai-nilai dan sifat-sifat dengan maksud supaya merasakan

    perasaan memiliki. Mereka memuaskan kebutuhan-kebutuhan akan cinta

  • 43

    dengan membangun suatu hubungan (bergaul) akrab penuh perhatian dengan

    orang lain atau dengan orang-orang pada umumnya, dan dalam hubungan ini,

    memberi dan menerima cinta adalah sama penting (Schultz,1991). Hubungan

    akrab dan penuh perhatian atas dasar saling memberi dan menerima cinta

    inilah yang dapat disebut persahabatan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan

    Maslow yang lain mengenai sifat khusus pengaktualisasian diri, yaitu

    mengenai hubungan antar pribadi. Menurut Maslow, pengaktualisasi -

    pengaktualisasi diri mampu mengadakan hubungan yang lebih kuat dengan

    orang lain daripada orang yang memiliki kesehatan jiwa yang biasa. Mereka

    mampu memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang lebih dalam

    (Schultz,1991). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persahabatan

    masuk dalam tingkat kebutuhan untuk dicintai dan disayangi dalam hierarki

    kebutuhan Maslow. Dari sini dapat dikatakan juga ketika persahabatan dapat

    terwujud, seseorang sudah memenuhi kebutuhannya untuk dicintai dan

    disayangi, yang dalam hierarki kebutuhan Maslow terletak di bawah

    kebutuhan untuk dihargai atau kebutuhan akan penghargaan.

    Kebutuhan akan penghargaan dibedakan menjadi dua oleh Maslow,

    yaitu penghargaan yang berasal dari orang lain dan penghargaan dari diri

    sendiri. Penghargaan dari luar dapat diperoleh berdasarkan reputasi, status,

    polpularisme, prestasi, atau keberhasilan dalam masyarakat. Sementara

    penghargaan dari diri sendiri diperoleh dari keyakinan diri dan pengetahuan

    yang baik mengenai diri sendiri (Schultz,1991). Dari sini dapat disimpulkan

  • 44

    bahwa prestasi dan keberhasilan dalam pekerjaan termasuk dalam kebutuhan

    akan penghargaan dalam teori kebutuhan Maslow.

    Penjelasan di atas dapat membantu menguraikan teori Maslow mengenai

    hierarki kebutuhan manusia untuk menjelaskan hasil penelitian ini. Kebutuhan

    untuk dicintai atau disayangi, merupakan kebutuhan yang terletak di hierarki

    yang lebih rendah dari kebutuhan akan penghargaan. Ketika kebutuhan untuk

    akan kasih saying terpenuhi, orang akan termotivasi untuk memenuhi

    kebutuhan yang terletak pada tingkatan di atasnya, yaitu kebutuhan akan

    penghargaan.

    Pernyatan-pernyataan di atas menuju pada pemahaman bahwa

    persahabatan di tempat kerja mempunyai hubungan dengan motivasi kerja.

    Seorang karyawan yang terpenuhi kebutuhan untuk disayangi dan dicintai

    akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan penghargaan. Dalam hal ini,

    kebutuhan tersebut dapat terpenuhi melalui penghargaan yang diperoleh

    seseorang dari performa kerja yang baik dalam perusahaan. Sebaliknya,

    seorang karyawan yang tidak dapat membangun hubungan persahabatan yang

    baik dengan orang-orang disekitarnya, atau tidak terpenuhi kebutuhannya

    akan cinta dan perasaan memiliki, akan kurang termotivasi untuk memenuhi

    kebutuhan akan penghargaan karena ia masih harus memuaskan kebutuhannya

    akan perasaan memiliki dan cinta. Karyawan tersebut tidak termotivasi untuk

    memberikan performa kerja yang baik dan produktivitas yang tinggi.

    Teori ini didukung pula oleh model motivasi yang dikemukakan oleh

    Herzberg di mana hubungan antar manusia merupakan salah satu bagian dari

  • 45

    factor hygiene yang memotivasi seseorang. Menurut Herzberg, kebutuhan

    hygiene yang tidak terpenuhi membuat seseorang kehilangan kepuasan kerja.

    Hal ini menyebabkan karyawan yang bersangkutan kehilangan motivasinya

    dalam bekerja. Selain itu kebutuhan hygiene yang tidak terpenuhi juga akan

    menghambat berkembangnya motivational factor, di mana pengakuan dan

    prestasi termasuk di dalamnya (Anoraga,1992).

    Selain itu, hasil penelitian ini juga mendukung teori Herzberg mengenai

    faktor-faktor yang mendukung motivasi seseorang dalam bekerja. Herzberg

    mengemukakan teorinya mengenai hygiene factor dan motivationals factor.

    Kebutuhan-kebutuhan dalam golongan hygiene, bila tidak mendapat pemuasan

    akan menimbulkan ketidakpuasan dalam kerja. Namun bila terpuaskan, orang

    belum akan puas; artinya ia belum benar-benar motivated terhadap

    pekerjaannya. Yang akan menimbulkan motivasi kerja yang tinggi adalah

    pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang termasuk ke dalam golongan

    Motivational Factors atau disebut juga Motivators. Motivators inilah yang

    akan memberikan kepuasan kerja. (Anoraga,1992). Dari penjelasan ini tampak

    bahwa hubungan antar manusia (dalam penelitian ini dispesifikan sebagai

    persahabatan) yang termasuk dalam hygiene factors, turut berperan dalam

    menentukan tinggi rendahnya motivasi seseorang dalam bekerja walaupun

    perannya tidak langsung sebagai motivator orang untuk bekerja. Hal ini yang

    menjelaskan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sumbangan

    persahabatan di tempat kerja tidak sebesar sumbangan faktor-faktor yang lain.

  • 46

    BAB V

    KESIMPULAN

    A. KESIMPULAN

    Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-

    bab sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang

    signifikan antara persahabatan di tempat kerja dengan motivasi kerja.

    Hubungan ini ditunjukkan dengan angka koefisien korelasi sebesar 0,298.

    Artinya, karyawan yang memiliki hubungan persahabatan di tempat dia

    bekerja akan lebih termotivasi untuk bekerja di tempat kerjanya.

    B. KETERBATASAN PENELITIAN

    Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat memberikan

    efek pada hasil penelitian. Alat ukur dalam penelitian ini, terutama skala untuk

    mengukur motivasi kerja, tidak secara langsung mengukur tinggi rendahnya

    motivasi kerja. Skala ini lebih banyak mengukur ada tidaknya motivasi kerja

    dan jenis-jenis motivasi yang muncul. Selain itu, penelitian ini juga tidak

    mengontrol variabel masa kerja dan usia karyawan yang dapat mempegaruhi

    motivasi kerja.

    B. SARAN

    Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis mengusulkan beberapa

    saran yaitu:

    1. Bagi pihak Penerbit Andi Offset, khususnya pihak personalia, diharapkan

    dapat terus memberikan kesempatan bagi karyawan untuk melakukan

  • 47

    rekreasi ataupun kegiatan bersama yang dilakukan di luar jam kantor

    untuk memberi peluang terciptanya persahabatan sehingga lebih

    memotivasi karyawan untuk bekerja. Selain itu dapat juga dilakukan

    sharing antar karyawan yang juga mendukung hubungan persahabatan

    antar para karyawan.

    2. Bagi karyawan yang bekerja, diharapkan dapat mencoba membentuk

    sebuah hubungan persahabatan dengan rekan kerja sehingga sebagai

    sarana untuk menjaga motivasi pada saat bekerja sehingga perfomansi

    kinerja akan lebih baik.

    3. Bagi peneliti lain yang tertarik ingin meneliti, hendaknya dapat

    melengkapi atau pun memperbaiki penelitian ini dengan cara memperbaiki

    metode penelitian yang digunakan atau menambah aspek –aspek, terutama

    pada persahabatan, mengingat konsep tentang persahabatan yang sangat

    aplikatif. Hasil penelitian ini juga akan lebih obyektif apabila dilakukan di

    berbagai penerbit.

  • 48

    Daftar Pustaka

    Ahmadi, H. Abu. Drs., & Sholeh, Munawar, Drs. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

    Amour, Stephanie (2007, Agustus). Friendship and Work : A good or bad partnership. USA Today. Diambil dari http://www.usatoday.com/money/workplace/2007-08-01-work-friends_N.htm.

    Angel. (2008). Motivasi Kerja Menurun?. Diambil dari http://2bbetterlife.blogdetik.com/2008/03/15/motivasi-kerja-menurun.

    Anoraga, Pandji Drs. (1992). Psikologi Kerja. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

    Azwar, Saifuddin, Drs., MA. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

    ------------------(2005). Dasar – Dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

    ------------------(2002). Sikap Manusia dan Pengukurannya (Edisi ke-2). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

    Duck, Steve. (1991). Friends, For Life. Hertfordshire : Harvester Wheatsheaf.

    Franken, Robert E. (2002). Human Motivation. Belmont :.Wadsworth

    Handoko, Martin. (1992). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

    Huffman, Karen. dkk. (1997). Psychology In Action 4th ed. New York: John Wiley & Sons Inc.

    Kerlinger, Fred N. (1996). Asas-Asas Penelitian Behavioral, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

    Munandar, Ashar S. (2001). Psikologi Industri & Organisasi. Jakarta: UI Press.

    Noid, Dion. (2006). Pertemanan di Kantor: Kelebihan atau Kelemahan?. Diambil dari http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg48615.html.

    Organ, Dennis W. (1983). The Applied Psychology of Work Behavior. Plano Texas : Bussines Publications, inc.

  • 49

    Priyatno, Duwi. (2009). 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta : Penerbit Andi.

    Prijosaksono, A. & Sembel, R. (2004). Motivasi. Diambil dari http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.html.

    Rekarti, Endi. (2008). Gaji bukan segalanya?. Diambil dari http://endirekarti.blogspot.com.

    Schultz, Duane. (1997). Psikologi Pertumbuhan Model – Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius.

    Siagian, S.P. (1995). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakata : Rineka Cipta

    Stybel, Laurence J., & Peabody, Marriane. (2005). Friend, Foe, Ally, Adversary … Or Something Else. MIT Sloan Management Review, 46(4).

    War, Peter & Wall, Toby. (1975). Work and Well Being. New York, USA : Penguin Books Ltd.

    Wikipedia. (2010) .Persahabatan. Diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Persahabatan.

  •     

    LAMPIRAN A

  • 1. SKALA UJI COBA

    Pengantar Dengan hormat, Dalam rangka penelitian untuk keperluan tugas akhir, Saya yang melakukan penelitian Nama : Y.B.M. Sumarjiyanto No. mahasiswa : 039114043 Program studi : Psikologi Memohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya sesuai dengan keadaan Anda. Semua hasil kuesioner ini, baik identitas maupun jawaban Anda, Saya jamin kerahasiaannya. Semua data yang Anda berikan hanya digunakan untuk keperluan penelitian dan tidak akan mempengaruhi penilaian kinerja Anda. Atas bantuan Anda, Saya mengucapkan banyak terima kasih.

    Identitas Jenis kelamin : Laki – laki / Perempuan (coret yang tidak perlu)

    Usia :

    Masa kerja : th

    Petunjuk Pada kuesioner ini Anda akan dihadapkan pada 80 pernyataan. Setiap 1 pernyataan diikuti dengan 4 alternatif jawaban, yaitu : SS : Sangat Sesuai S : Sesuai TS : Tidak Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai Silakan Anda memilih salah satu dari alternatif jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang [x], pada kolom yang tersedia, sesuai dengan keadaan Anda. Contoh : No. Pernyataan SS S TS STS 1. Saya mempunyai rekan kerja yang menyenangkan X

  • Pada contoh di atas, tanda silang [x] diletakkan pada kolom di bawah tanda S. Hal ini menunjukkan bahwa menurut Saya, keadaan pada pernyataan di atas sesuai dengan keadaan Saya.

    - Selamat Mengerjakan –

    Bagian I No. Pernyataan SS S E TS STS

    1 Saya selalu menentukan target ketika memulai suatu

    pekerjaan

    2 Saya lebih suka bekerja begitu saja, tanpa menentukan

    target

    3 saya membuat rencana dan strategi untuk

    mengembangkan karir saya

    4 saya bekerja semampu saya tanpa merencanakan apa

    yang akan saya lakukan untuk karir saya

    5 saya bekerja karena saya mempunyai tujuan yang ingin

    saya capai

    6 saya bekerja karena tekanan lingkungan sekitar saya

    7 saya sudah menentukan apa yang akan saya lakukan

    ketika saya berangkat kerja

    8 saya berangkat kerja tanpa menentukan apa yang akan

    saya lakukan nantinya

    9 menurut saya, target dalam pekerjaan itu penting

    10 bagi saya lebih penting bekerja dulu sebaik mungkin

    dengan keadaan yang ada daripada menentukan target

    terlebih dahulu

    11 Bagi saya, pekerjaan adalah anugerah sehingga harus

    dijalankan dengan sebaik mungkin

    12 bagi saya pekerjaan adalah salah satu tahap kehidupan

    yang cukup perlu dijalani dan dilalui saja

    13 Saya tetap bekerja dengan baik walaupun situasi di

    kantor sedang kacau.

    14 Saya sulit untuk bekerja dengan baik ketika situasi di

    kantor sedang kacau.

  • 15 Bekerja tidak hanya sekedar mencari nafkah untuk

    hidup, tetapi juga merupakan sarana untuk

    mengembangkan diri.

    16 Manusia perlu bekerja hanya untuk mencari nafkah,

    untuk memenuhi kebutuhan hidup.

    17 Saya selalu datang ke kantor tepat waktu atau bahkan

    lebih awal

    18 Saya selalu datang terlambat ke kantor

    19 Saya selalu menyelesaikan pekerjaan yang menjadi

    tanggung jawab saya.

    20 Saya akan melimpahkan pekerjaan saya yang belum

    selesai kepada rekan kerja saya yang lain.

    21 Saya mendapat gaji yang sesuai dengan beban

    pekerjaan saya

    22 saya mendapatkan gaji yang tidak sesuai dengan beban

    pekerjaan saya

    23 Saya merasa puas dengan fasilitas yang saya dapatkan

    selama saya bekerja di sini

    24 Fasilitas yang saya dapatkan selama bekerja di sini

    tidak seperti yang saya harapkan

    25 atasan saya puas dengan pekerjaan saya

    26 Saya sering ditegur oleh atasan saya karena pekerjaan

    saya kurang memuaskan

    27 Rekan-rekan kerja saya menyukai saya

    28 saya merasa rekan-rekan kerja saya menjauhi saya

    29 Saya mendapat banyak pujian dari rekan kerja saya

    karena pekerjaan saya.

    30 Saya sering mendapat teguran dan kritikan dari rekan

    kerja saya mengenai pekerjaan saya

    31 Saya terlalu sibuk bekerja hingga tidak punya waktu

    untuk bergaul dengan orang-orang di tempat kerja saya

    32 Saya selalu menyempatkan diri untuk mengenal orang-

    orang di tempat kerja saya

    33 saya selalu memperhatikan keadaan di tempat kerja

    saya sehingga saya selalu tahu apabila ada perubahan

    yang terjadi di tempat kerja saya

  • 34 Saya hanya fokus pada pekerjaan sehingga tidak tahu

    apabila ada perubahan yang terjadi di tempat kerja saya

    35 saya selalu menyempatkan diri untuk hadir dalam

    kegiatan-kegiatan seperti rapat, outbond, atau kegiatan

    di luar kantor lainnya

    36 saya memilih untuk menggunakan waktu luang saya

    untuk beristirahat daripada mengikuti rapat, outbond,

    dan kegiatan di luar jam kerja lainnya.

    37 Saya menggunakan waktu rapat, outbond, atau kegiatan

    di luar jam kerja lainnya untuk mengenal orang-orang

    di tempat kerja saya.

    38 Saya lebih memilih untuk menggunakan waktu rapat,

    outbond, atau kegiatan di luar jam kerja untuk

    beristirahat apabila diperbolehkan.

    39 Mengetahui perubahan-perubahan di lingkungan

    tempat kerja penting untuk perkembangan karier saya.

    40 Bagi saya, lebih penting fokus pada pekerjaan saya

    sendiri daripada harus memperhatikan keadaan

    lingkungan pekerjaan.

    Bagian II No. Pernyataan SS S E TS STS

    1 Saya akan segera menawarkan bantuan apabila melihat

    rekan kerja saya mengalami kesulitan

    2 Saya akan tetap berkonsentrasi pada pekerjaan saya

    walaupun melihat teman kerja saya dalam kesulitan

    3 Saya tidak segan-segan mendengarkan keluhan teman

    kerja saya.

    4 Saya merasa tidak nyaman ketika harus mendengarkan

    teman kerja saya bercerita.

    5 Saya tidak segan-segan membantu teman kerja saya

    yang mengalami masalah.

    6 Bagi saya lebih penting menyelesaikan pekerjaan

    daripada membantu teman kerja saya yang mengalami

    masalah.

    7 Saya mengerti kebutuhan teman kerja saya.

  • 8 Menurut saya, saya tidak perlu tahu mengenai

    kebutuhan teman kerja saya.

    9 Saya akan berusaha menanyakan apa yang terjadi

    apabila melihat teman kerja saya sedang murung

    10 Menurut saya setiap orang memiliki urusan dan

    masalah masing-masing yang tidak perlu saya campuri.

    11 Saya menghargai pendapat-pendapat yang dilontarkan

    teman kerja saya walaupun pendapat tersebut berbeda

    dengan pendapat saya.

    12 Saya merasa tidak nyaman dengan perbedaan pendapat

    yang terjadi antara saya dengan teman kerja saya.

    13 Saya dapat menerima apabila pendapat teman kerja

    saya lebih diterima dalam rapat daripada pendapat saya.

    14 Saya merasa diremehkan apabila pendapat teman kerja

    saya lebih diterima dalam rapat daripada pendapat saya.

    15 Saya tidak pernah merasa terganggu dengan perbedaan

    pendapat antara saya dengan teman kerja saya.

    16 Perbedaan pendapat antara saya dengan teman kerja

    saya sering menimbulkan perselisihan.

    17 Dalam rapat, saya akan selalu mendukung ide teman

    kerja saya walaupun ide tersebut berbeda dengan ide

    saya.

    18 Saya tidak akan mau mendengarkan ide dari teman

    kerja saya apabila ide tersebut berbeda dengan ide saya.

    19 Saya tidak segan-segan untuk memuji ide dari teman

    kerja saya apabila ide tersebut memang bagus dan tidak

    terpikirkan oleh saya.

    20 S