hubungan antara peran pengawas menelan obat

8
HUBUNGAN ANTARA PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DENGAN PRILAKU KEPATUHAN PENDERITA MELAKSANAKAN PROGRAM TERAPI PADA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS UBUNG LOMBOK TENGAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah penting bagi kesehatan karena merupakan salah satu penyebab utama kematian. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB di dunia, terjadi pada negara-negara berkembang (WHO, 2009). Data terbaru yang dikeluarkan WHO pada bulan Maret 2009 dalam Global TBControl Report 2009, menunjukkan bahwa pada tahun 2008, prevalensi TB dunia adalah 5-7 juta kasus, baik kasus baru maupun kasus relaps. Dari prevalensi ini, 2,7juta diantaranya adalah kasus basil tahan asam (BTA) positif baru, dan 2,1 juta kasus BTA (-) baru. Tuberkulosis di Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia setelah India dan Cina (Depkes RI, 2006). Menurut WHO dalam Global TB Control Report (2009), prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2008 adalah 296.514 ribu kasus baru maupun relaps. Angka insidensi kasus baru BTA positif TB di Indonesia berdasarkan hasil

Upload: elok-izawati

Post on 02-Jan-2016

17 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Antara Peran Pengawas Menelan Obat

  HUBUNGAN ANTARA PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO)

DENGAN PRILAKU KEPATUHAN PENDERITA MELAKSANAKAN

PROGRAM TERAPI PADA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI

PUSKESMAS UBUNG LOMBOK TENGAH

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah penting bagi kesehatan karena merupakan salah

satu penyebab utama kematian. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh

Mycobacterium tuberculosis. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB di dunia,

terjadi pada negara-negara berkembang (WHO, 2009). Data terbaru yang dikeluarkan WHO pada bulan

Maret 2009 dalam Global TBControl Report 2009, menunjukkan bahwa pada tahun 2008, prevalensi

TB dunia adalah 5-7 juta kasus, baik kasus baru maupun kasus relaps. Dari prevalensi ini, 2,7juta diantaranya

adalah kasus basil tahan asam (BTA) positif baru, dan 2,1 juta kasus BTA (-) baru.

 Tuberkulosis di Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia setelah India dan Cina

(Depkes RI, 2006). Menurut WHO dalam Global TB Control Report (2009), prevalensi TB di

Indonesia pada tahun 2008 adalah 296.514 ribu kasus baru maupun relaps. Angka insidensi kasus baru BTA

positif TB di Indonesia berdasarkan hasil survei Depkes RI tahun 2007 pada 33 propinsi adalah 104 per

100.000 penduduk (Depkes RI, 2008). Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 10% daritotal

jumlah pasien TB di dunia. Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007 dalam

Depkes RI (2009), menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor dua setelah

penyakit kardiovaskuler (stroke) pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golonganpenyakit

infeksi.Pada tahun 2008, angka temuan kasus baru (Case Detection Rate/CDR) diIndonesia sebesar

72,8% atau didapati 166.376 penderita baru dengan BTA positif.Angka kesembuhannya (Success

Rate/SR) 89%. Hal ini melampaui target global, yaitu CDR 70% dan SR 85% (Depkes RI, 2009).

Nusa Tenggara Barat menduduki peringkat kelima dalam Period Prevalence TB dengan

Diagnosis di Indonesia Tahun 2010 (0,9 %) setelah Papua, Banten, Sulawesi Utara dan DKI

Page 2: Hubungan Antara Peran Pengawas Menelan Obat

Jakarta (Kemkes, Riskesdas 2010). Berdasarkan data profil kesehatan propinsi Nusa

Tenggara Barat jumlah kasus TB Paru pada tahun2004 sebanyak 1.158 penderita dengan

kesembuhan 82,5% (Targetnya Nasional 85% ) dan tahun 2005 sebanyak 1.182 penderita

TB Paru dengan angka kesembuhan 80%. Sedangkan di Kabupaten Lombok Tengah

perkiraan jumlah penderita Tb Paru masih tinggi yaitu 1693 dan target penemuan penderita

Tb paru 1185 kasus. Rendahnya cakupan angka kesembuhan berdampak negative pada

kesehatan masyarakat dan keberhasilan pencapaian program, karena masih member peluang

terjadinya penularan penyakit Tb Paru kepada anggota keluarga dan masyarakat sekitar.

Selain itu memungkinkan terjadinya resistensi kuman Tb Paru terhadap Obat Anti

Tuberkolusis (OAT), dan kondisi rumah penderita yang jauh dari kelayakan, sehingga

menanmbah penyebarluasan penyakit Tb Paru, menikatkan kesakitan dan akibat Tb Paru

( Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah,2007).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian

hubungan prilaku kepatuhan penderita melaksanakan program terapi pada penyakit Tuberkulosis Paru di

Puskesmas Ubung Lombok Tengah.

Page 3: Hubungan Antara Peran Pengawas Menelan Obat

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian, penulis mempunyai tujuan yang saling berkaitan dehingga tujuan

tersebut tercapai. Ada pun tujuan dapat diuraikan sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan prilkau

kepatuhan penderita melaksanakan program terapi pada Penyakit Tuberkulosis Paru di Puskesmas

Ubung Lombok Tengah

1.3.2 TujuanKhusus

a) Mengidentifikasi Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) dalam program

terapi penderita Tuberkulosis di Puskesmas Ubung Lombok Tengah.

b) Mengidentifikasi kepatuhan penderita dalam melaksanakan program terapi

pada Penyakit Tuberkulosis di Puskesmas Ubung Lombok Tengah.

c) Menganalisis hubungan antara Peran Pengawas Menelan Obat (PMO)

dengan prilaku kapatuhan penderita melaksanakan program terapi pada

penyakit Tuberkulosis di Puskesmas Ubung Lombok Tengah.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah mengenai hubungan antara peran

Pengawas Minum Obat (PMO) dengan prilaku kepatuhan penderita melaksanakan program terapi pada

penyakit Tuberkulosis Paru di Pusekemas Ubung Lombok Tengah.

Page 4: Hubungan Antara Peran Pengawas Menelan Obat

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat observasional analitik dengan

menggunakan metode cross sectional. Yaitu penelitian yang dilakukan untuk

mempelajari dinamika korelasi antara kondisi rumah dengan kejadian Tuberkolusis

paru, dengan cara pendekatan, observasi atau penggumpulan data sekaligus pada

suatu saat (point time approach).

3.2 LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di daerah Kerja Puskesmas Ubung yang mengalami Tuberkolusis

terbanyak yaitu desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.

3.3 WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 3 Febuari 2013 sampai dengan 3 April 2013

3.4 SUBYEK PENELITIAN

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Notoatmojo, 2010). Populasi dalam

penelitian ini yaitu seluruh rumah di desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten

Lombok Tengah.

Page 5: Hubungan Antara Peran Pengawas Menelan Obat

 DAFTAR PUSTAKA

Aminullah A, Rukman Y, Munasir Z, Sastroasmoro S. 2007. Variabel dan Hubungan antar

Variabel. In: Sastroasmoro S dan Ismael S (ed). Dasar –Dasar Metodologi Penelitian

Klinis Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung Seto, pp:255-78.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Edwina dan Sally. 1992. Dasar-dasar karies dan penanggulangannya. Jakarta: EGC(diakses dari books.google.co.id 10 oktober 2011)

Notoadmojo, S. 1993. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Reineka Cipta: Jakarta

Prince, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC

Waspadji, Sarwono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ke-3 FKUI. Jakarta. Terjemahan Petrus, A. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.