hubungan antara pengetahuan dan sikap suami dengan keikutsertaan ber-kb di rt 27 dan rt 45 rw 10...

Upload: dian-rizkiana

Post on 03-Jun-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan Ber-kb Di Rt 27 Dan Rt 45 Rw 10 Kelurah

    1/14

    HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMIDENGAN KEIKUTSERTAAN BER-KB DI RT 27 DAN RT 45

    RW 10 KELURAHAN KEBUN BUNGA KECAMATANSUKARAMI PALEMBANG

    TAHUN 2009

    Oleh :Elita Vasra, SST, M Keb

    KEMENTERIAN KESEHATAN R.IPOLITEKNIK KESEHATAN

    JURUSAN KEBIDANAN

  • 8/12/2019 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan Ber-kb Di Rt 27 Dan Rt 45 Rw 10 Kelurah

    2/14

  • 8/12/2019 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan Ber-kb Di Rt 27 Dan Rt 45 Rw 10 Kelurah

    3/14

    THE RELATIONSHIP AMONG HUSBANDS KNOWLEDGE, ATTITUDE ANDTHEIR INVOLVEMENT IN THE FAMILY PLANNING PROGRAM AT RT 27AND RT 45 RW 10, KELURAHAN KEBUN BUNGA, KECAMATAN SUKARAMI

    PALEMBANG YEAR 2009.

    ELITA VASRAPolytecnic Health Departemen of health, Majoring Midwife.

    ABSTRACTGenerally, The Family Planning Program has been successful, but from the micro view, it

    still remains some problems partly about gender equality. Based on data from The FamilyPlanning Program Institution and Family Development (BKB-PK) Palembang at 2008 inPalembang, there are only 3,49% of males participation in The Family Planning Program, whether3,4% used condoms and 0,09% used MOP. The Implementation of contraception method by maleis influenced by many factors, some of them are knowledge and attitude. The problem of this

    research is what there relationship among husbands knowledge, attitude and their involvement inThe Family Planning Program at RT 27 and RT 45 RW 10, Kelurahan Kebun Bunga, KecamatanSukarami Palembang year 2009 ?

    The objective of this research is to find the relationship among husbands knowledge,attitude and their involvement in The Family Planning Program at RT 27 and RT 45 RW 10,Kelurahan Kebun Bunga, Kecamatan Sukarami Palembang year 2009.

    The research methodology in this study used analytic survey by cross sectional approach.The population of this research are all The Fertil Couple (PUS) husbands who live in RT 27 andRT 45 RW 10 Kelurahan Kebun Bunga, Kecamatan Sukarami Palembang with total of sample is54 males. They are chosen by non-random sampling with purposive sampling technique. Data istaken through led interview using questionnaire.

    The result of univariat analysis is shows that respondents who involve in The FamilyPlanning Program is 20,4%, the husbands with good knowledge are 16,7%, and the husbands who

    have positive attitude The Family Planning Program by male are 27,8%. The result of bivariatanalysis by Chi-Square statistic test shown that is relationship between husbands knowledge andtheir involvement in The Family Planning Program, where value is 0,000. There is relationship

    between husbands attitude and their involvement in The Family Planning Program where valueis 0,000. So, the prior hypothesis which say there is valuable relationship among husbandsknowledge, attitude and their involvement in The Family Planning Program at RT 27 and RT 45RW 10, Kelurahan Kebun Bunga, Kecamatan Sukarami Palembang, has been approvedstatistically.

    The result of this study will become input for education to update and add the literatureaccording to this research. For the researcher, it can be the information and knowledge source tostudy other variables, partly about The Family Planning Program by male. For people, motivatingthem to get much more information about The Family Planning Program, partly The FamilyPlanning Program by male to become more aware how important is the male role in this program.Keywords : Husbands involvement in The Family Planning Program,

    Knowledge, Attitude.

  • 8/12/2019 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan Ber-kb Di Rt 27 Dan Rt 45 Rw 10 Kelurah

    4/14

    A. PendahuluanPerkembangan penduduk saat ini terus

    mengalami peningkatan. Pada tahun 1989

    penduduk dunia telah mencapai 5,2 milyar jiwa. Kemudian setiap tahunnya meningkatdengan lebih dari 90 juta jiwa. Dan tahun2025, diperkirakan jumlah penduduk duniaakan menjadi 8,5 milyar jiwa. Dan apabila halini tidak segera teratasi, maka selanjutnyaseabad dari sekarang penduduk dunia baruakan berhenti tumbuh pada angka 10 milyar(Winkjosastro, 2005).

    Berdasarkan hasil pertemuan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) tentang kependudukan di New Yorkakhir Maret 2009, Indonesia merupakan salah

    satu dari lima negara berkembang yaitu India,Pakistan, Brasil, dan Nigeria yangmemberikan kontribusi besar pada

    pertambahan penduduk dunia. Oleh karenaitu, kegagalan pengendalian penduduk di limanegara tersebut akan mempengaruhi duniasecara keseluruhan baik di bidang pelayanankesehatan, pendidikan, dan penyediaanlapangan pekerjaan (Media Indonesia,03/04/2009).

    Penduduk Indonesia berdasarkan datasensus tahun 2000, diketahui berjumlah 206,3

    juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk

    (LPP) sebesar 1,49% dan jumlahnya akanterus bertambah sesuai dengan LPP. Laju

    pertambahan penduduk 1,49 % per tahun-artinya setiap tahun jumlah pendudukIndonesia bertambah 3-3,5 juta jiwa. Bilatanpa pengendalian yang berarti atau tetapdengan pertumbuhan penduduk 1,49% pertahun, maka jumlah tersebut pada tahun 2010akan terus bertambah menjadi 249 juta jiwadan diperkirakan menjadi 293,7 juta jiwa padatahun 2015 (BKKBN,2005).

    Dari peningkatan jumlah pendudukyang cukup pesat pemerintah menyadari

    pentingnya penduduk yang berkualitas sebagaimodal utama dalam mempercepat

    pembangunan yang pada akhirnya akanmewujudkan kesejahteraan masyarakat.Pemerintah melakukan berbagai program

    pembangunan Sumber Daya Manusia, salahsatunya adalah dilaksanakannya programKeluarga Berencana (KB). Secara makro,

    Keluarga Berencana (KB) berfungsimengendalikan kelahiran, sedangkan dalam

    perspektif mikro bertujuan untuk membantukeluarga dan individu dalam mewujudkanhak-hak reproduksi, penyelenggaraan

    pelayanan, pengaturan, dan dukungan untukmembentuk keluarga dengan usia kawin ideal,mengatur jumlah, jarak dan usia idealmelahirkan anak, serta pengaturan kehamilandan pembinaan ketahanan kesejahteraankeluarga (BKKBN, 2008).

    Program KB terus berputar secaradinamis. Dalam perjalanannya, program KBmengalami penyesuaian secara signifikansejak tahun 1994. Penyesuaian ini sejalan

    dengan rekomendasi dari KonferensiInternasional Kependudukan danPembangunan atau International Conferenceon Population Development (ICPD) tahun1994 di Kairo dan Convention on the

    Elimination of all Forms of Discrimination Against Women (CEDAW), saat ini Indonesiatelah mulai melaksanakan pembangunan yang

    berorientasi pada keadilan dan kesetaraangender dalam program KB dan KesehatanReproduksi (KR) (BKKBN, 2003).Berdasarkan arahan tersebut, sebuah

    paradigma baru Program Keluarga Berencana

    Nasional telah diubah visinya darimewujudkan Norma Keluarga Kecil BahagiaSejahtera (NKKBS) menjadi visi untukmewujudkan "Keluarga Berkualitas Tahun2015". Keluarga yang berkualitas adalahkeluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri,memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasanke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan

    bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa(Saifuddin, 2006).

    Beberapa tahun belakangan ini, banyak program KB dan kesehatan reproduksi tertarik pada topik laki-laki. Partisipasi pria dalam KBmerupakan manifestasi kesetaraan gender.Ketidaksetaraan gender dalam bidang KB dankesehatan reproduksi sangat berpengaruh padakeberhasilan program KB. Sebagian besarmasyarakat dan provider serta penentukebijakan masih menganggap bahwa

    penggunaan kontrasepsi adalah urusan perempuan (Arief, 2007).

  • 8/12/2019 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan Ber-kb Di Rt 27 Dan Rt 45 Rw 10 Kelurah

    5/14

    Menurut Survei Demografi KesehatanIndonesia (SDKI) 2002, dari 27 juta akseptorKB sebanyak 90% diantaranya adalah

    perempuan sementara partisipasi pria hanyasekitar 1,3% dari target yang diinginkan yaitusebesar 4,5%. Padahal dalam RencanaPembangunan Jangka Menengah (RPJM)tahun 2004-2009, salah satu indikatorBKKBN adalah tercapainya kesertaan KB

    pria sebesar 4,5% pada tahun 2009. Angka inimenunjukan bahwa kepedulian pria terhadapkeluarga berencana masih rendah (BKKBN,2008).

    Rendahnya praktik KB dikalangan priasalah satunya disebabkan oleh rendahnyaakses pria terhadap pelayanan KB. Klinik-

    klinik KB sebagian besar untuk perempuandan informasi KB juga diarahkan untuk perempuan. Tidak hanya itu, metode KBmodern untuk pria pun terbatas bahkan aksesinformasi, akses pelayanan dan kesehatanreproduksi bagi pria juga sangat terbatas. Inididukung dengan adanya nilai budaya bahwalaki-laki adalah pengambil keputusan dalamkeluarga. Misalnya, istri saja ber-KB. Hal inimenunjukkan bahwa promosi KB pada priamasih belum optimal (Kompas, 12/5/2005).

    Menurut Survei Demografi KesehatanIndonesia (SDKI) 2002-2003, pengetahuan

    wanita pernah menikah dan berstatus kawinserta pria pernah menikah dan berstatus kawintentang metode kontrasepsi pria masih rendah.Pengetahuan wanita pernah kawin dan

    berstatus kawin tentang vasektomi 39%,sedangkan pengetahuan prianya 31,9%.Pengetahuan wanita tentang kondom sebesar76,3% dan pengetahuan prianya sebesar82,3%. Dan pengetahuan wanita pernah kawindan berstatus kawin tentang metode pantang

    berkala sebesar 33, 9% dan senggama terputus26,1%. Sedangkan pengetahuan pria tentang

    pantang berkala sebesar 30% dan senggamaterputus 22,9% (BKKBN, 2004).

    Rendahnya tingkat pengetahuan PUStentang metode kontrasepsi pria antara laindisebabkan oleh Komunikasi, Informasi, danEdukasi (KIE) yang dilakukan lebih banyak

    pada sasaran wanita, media KIE, konselingyang tersedia, informasi yang ada masih biasgender. Hal ini terlihat masih minimnya

    informasi-informasi tentang partisipasi priadalam KB dan KR yang tersedia (BKKBN,2004).

    Berbagai upaya dilakukan untukmeningkatkan keikutsertaan pria dalam ber-KB, akan tetapi hasilnya masih jauh dari yangdiharapkan. Hal ini dapat dilihat dari

    persentase pencapaian peserta KB aktif (PA)dan peserta KB baru (PB) pria masing-masingterhadap total PA dan PB. Namun demikian,terdapat kecenderungan peningkatan pesertaKB baru pria terhadap Perkiraan PermintaanMasyarakat (PPM) PB-pria dari tahun 2005-2007, baik secara absolut maupun persentase.Data statistik tahun 2005-2006 menunjukkan

    bahwa persentase KB aktif pria terhadap total

    PA sebesar 1,4% dan meningkat menjadi1,6% pada tahun 2007. Sedangkan persentase peserta KB baru pria terhadap total PB padatahun 2005 sebesar 2,2% menjadi 2,5% padatahun 2006, dan 2,7% pada tahun 2007.Apabila kondisi ini tetap konstan sampai tahun2009, target sasaran peserta KB aktif priasebesar 4,5% akan sulit dicapai (Evaluasi TigaTahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009Bersama Menata Perubahan Kementerian

    Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPENAS dalam BKKBN, 2008).

    Berdasarkan data yang diperoleh dari

    Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumatera Selatan, sampai bulan Desember 2008 didapatkan pencapaian peserta KB aktif sebesar 1.129.745 pesertaatau 77,43% dari Pasangan Usia Subur (PUS)yaitu sebesar 1.459.111. Jumlah pencapaiantersebut jika dilihat dari persentase

    penggunaan kontrasepsinya untuk peserta KB pria masing-masing vasektomi/MOP sebesar0,3%, dan kondom sebesar 2,9%.

    Berdasarkan data yang diperoleh dariBadan Keluarga Berencana danPemberdayaan Keluarga (BKB-PK) kotaPalembang, di kota Palembang jumlah PUSsampai bulan Desember 2008 berjumlah257.561 PUS. Jumlah PUS yang aktif sebesar167.897 PUS (79,02 persen). Untuk akseptorKB pria masing-masing vasektomi/MOPsebesar 0,09 persen, kondom sebesar 3,4

    persen.

  • 8/12/2019 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan Ber-kb Di Rt 27 Dan Rt 45 Rw 10 Kelurah

    6/14

    Menurut hasil penelitian Suprihastuti,dkk (2000), penggunaan alat kontrasepsi oleh

    pria dipengaruhi oleh pendidikan, agama,

    pengetahuan, dukungan pasangan, pilihansuami, dan kemudahan sarana dan prasarana.Menurut BKKBN (2003), banyak

    faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam KB yang dilihat dari berbagai aspek, yaitu dari sisi klien pria itusendiri (pengetahuan, sikap, dan praktekhubungan yang diinginkan), faktor lingkungan(sosial-budaya yang ada di masyarakat, dankeluarga khususnya isteri, keterbatasaninformasi dan aksesibilitas terhadap pelayananKB pria, dan keterbatasan jenis kontrasepsi

    pria sementara persepsi yang ada di

    masyarakat masih kurang menguntungkan).Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitiandengan judul Hubungan AntaraPengetahuan dan Sikap Suami denganKeikutsertaan Ber-KB di RT 27 dan RT 45

    RW 10 Kelurahan Kebun BungaKecamatan Sukarami Palembang Tahun2009.

    Rumusan masalah Apakah adahubungan antara pengetahuan dan sikap suamidengan keikutsertaan ber-KB di RT 27 danRT 45 RW 10 Kelurahan Kebun BungaKecamatan Sukarami Palembang tahun 2009?

    Tujuan umum untuk mengetahuihubungan antara pengetahuan dan sikap suamidengan keikutsertaan ber-KB di RT 27 danRT 45 RW 10 Kelurahan Kebun BungaKecamatan Sukarami Palembang tahun 2009dan tujuan khusus diketahuinya distribusifrekuensi keikutsertaan, pengetahuan dan

    sikap suami dalam ber-KB dan Diketahuinyahubungan antara sikap suami dengankeikutsertaan ber-KB di RT 27 dan RT 45RW 10 Kelurahan Kebun Bunga KecamatanSukarami Kecamatan Sukarami Palembangtahun 2009.

    B. Hasil Penelitian1. Analisis Univariat

    a). Keikutsertaan suami dalam ber-KB

    Tabel 5.1.Distribusi Frekuensi Keikutsertaan Suami dalam Ber-KB di RT. 27 dan

    RT. 45, RW. 10 Kelurahan Kebun Bunga KecamatanSukarami Palembang Tahun 2009

    No.Keikusertaan Suami

    dalam Ber-KBJumlah

    Frekuensi Persentase1. Ya 11 20,42. Tidak 43 79,6

    Jumlah 54 100

    Pada tabel 5.1. dapat diketahui bahwa responden yang berperan serta dalam program KB berjumlah 20,4% dan responden yang tidak berperan serta dalam program KB berjumlah 79,6%.

    b). PengetahuanPada penelitian ini pengetahuan dibagi menjadi dua kategori yaitu

    pengetahuan baik bila responden menjawab benar > 75% dari 16 pertanyaan, dan pengetahuan kurang bila responden menjawab benar < 75% dari 16 pertanyaanyang dapat dilihat pada tabel 5.2.

  • 8/12/2019 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan Ber-kb Di Rt 27 Dan Rt 45 Rw 10 Kelurah

    7/14

    Tabel 5.2.Distribusi Frekuensi Pengetahuan

    Suami dengan Keikutsertaan Ber-KB di

    RT. 27 dan RT. 45, RW. 10 KelurahanKebun Bunga Kecamatan SukaramiPalembang Tahun 2009

    No. PengetahuanJumlah

    Frekuensi Persentase1. Baik 9 16,72. Kurang 45 83,3

    Jumlah 54 100

    Dari tabel 5.2. dapat diketahui bahwa responden pengetahuan baik berjumlah 16,7% dan responden pengetahuan kurang berjumlah 83,3%.

    c). SikapKategori sikap dibagi menjadi dua

    yaitu positif jika jawaban mendapatskor > mean, dan sikap negatif jika

    jawaban mendapat skor < mean yangdapat dilihat pada tabel 5.3.

    Tabel 5.3.Distribusi Frekuensi Sikap Suamidengan Keikutsertaan Ber-KB di

    RT. 27 dan RT. 45, RW. 10Kelurahan Kebun Bunga

    Kecamatan Sukarami PalembangTahun 2009

    Dari tabel 5.3. dapat diketahui bahwadistribusi responden sikap positif berjumlah27,8% dan responden sikap negatif berjumlah72,2%.

    2. Analisis BivariatAnalisis ini dilakukan untuk

    mengetahui tingkat kemaknaan hubunganantara variabel dependen yaitu keikutsertaansuami dalam ber-KB dengan variabelindependen yaitu pengetahuan dan sikap.Menggunakan uji statistik Chi-Square dengan

    batas kemaknaan = 0,05. Dan hasil analisis bila value < 0,05 artinya ada hubungan

    bermakna antara variabel dependen danvariabel independen, tetapi jika value > 0,05artinya tidak ada hubungan bermakna antaravariabel dependen dan variabel independen.

    Namun, jika value = 0,05 artinya tidak berbeda signifikan antara kedua varibeltersebut.

    a). Hubungan antara Pengetahuan Suami dengan Keikutsertaan Ber-KB di RT 27dan RT 45, RW 10 Kelurahan Kebun Bunga Kecamatan Sukarami Palembangtahun 2009.

    No.

    SikapJumlah

    Frekuensi Persentase1. Positif 15 27,8

    2. Negatif 39 72,2Jumlah 54 100

  • 8/12/2019 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan Ber-kb Di Rt 27 Dan Rt 45 Rw 10 Kelurah

    8/14

    Tabel 5.4.Hubungan antara Pengetahuan Suami dengan Keikutsertaan Ber-KB di

    RT. 27 dan RT. 45, RW. 10 Kelurahan Kebun Bunga Kecamatan

    Sukarami Palembang Tahun 2009

    No. Pengetahuan

    Keikutsertaan Suamidalam Ber-KB Jumlah

    -ValueYa TidakN %

    n % n %1. Baik 8 88,9 1 11,1 9 100

    0,0002. Kurang 3 6,7 42 93,3 45 100Jumlah 11 20,4 43 79,6 54 100

    Dari tabel 5.4. dapat diketahui bahwa proporsi responden berpengetahuan baik dan berperan serta dalam program KB berjumlah88,9% sedangkan proporsi responden

    berpengetahuan kurang dan berperan sertadalam program KB berjumlah 6,7%. Biladilihat dari hasil uji Chi-Square didapatkan

    value 0,000 lebih kecil dari nilai 0,05 artinya pengetahuan responden dengan peran sertadalam program KB mempunyai hubunganyang bermakna. Dengan demikian hipotesisawal yang menyatakan bahwa ada hubungan

    bermakna antara pengetahuan suami dengankeikutsertaan dalam ber-KB terbukti.

    b). Hubungan antara Sikap Suami dengan Keikutsertaan Ber-KB di RT 27 dan RT45, RW 10 Kelurahan Kebun Bunga Kecamatan Sukarami Palembang tahun2009.

    Tabel 5.5.Hubungan antara Sikap Suami dengan Keikutsertaan Ber-KB di RT. 27

    dan RT. 45, RW. 10 Kelurahan Kebun Bunga Kecamatan SukaramiPalembang Tahun 2009

    No. Sikap

    KeikutsertaanSuami dalam Ber-

    KBJumlah

    -ValueYa Tidak

    N %n % n %

    1. Positif 10 66,7 5 33,3 15 1000.0002. Negatif 1 2,6 38 97,4 39 100

    Jumlah 11 20,4 43 79,6 54 100

    Dari tabel 5.5. dapat diketahui bahwa proporsi responden yang mempunyai sikap positif dalam keikutsertaan suami dalam ber-KB berjumlah 66,7% lebih banyakdibandingkan dengan proporsi respondenyang mempunyai sikap negatif dalamkeikutsertaan suami dalam ber-KB yang

    berjumlah 2,6%. Bila dilihat dari hasil uji Chi-Square didapatkan value 0,000 lebih kecil

    dari nilai 0,05 artinya sikap responden yangsudah menikah dengan keikusertaanya dalam

    program KB mempunyai hubungan yang bermakna. Dengan demikian hipotesis awal

    yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara sikap suami dengankeikutsertaan dalam ber-KB terbukti.

  • 8/12/2019 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan Ber-kb Di Rt 27 Dan Rt 45 Rw 10 Kelurah

    9/14

    C. PembahasanPenelitian ini dilakukan di RT 27 dan RT

    45 RW 10 Kelurahan Kebun Bunga

    Kecamatan Sukarami Palembang pada bulanMaret sampai dengan Juni 2009. Populasi pada penelitian ini adalah semua suami pasangan usia subur dan berdomisili di RT. 27dan RT. 45, RW 10 Kelurahan Kebun BungaKecamatan Sukarami Palembang yang

    berjumlah 120 orang. Sampel dalam penelitianini berjumlah 54 responden diambil dengancara non-random sampilng menggunakanteknik purposive sampling dengan kriteriasampel yang digunakan adalah kriteria inklusi.Data diperoleh dengan cara melakukanwawancara terpimpin yaitu dilakukan

    berdasarkan pedoman-pedoman berupakuesioner yang telah disiapkan sebelumnya.

    Selanjutnya data yang telah dikumpulkandiolah dan dilakukan analisis data yang terdiri

    analisis univariat dan analisis bivariat. Padaanalisis bivariat dilakukan dengan uji Chi-Square dengan batas kemaknaan = 0,05dimana analisis data tersebut dilakukandengan sistem komputerisasi sehingga didapat value untuk melihat tingkat kemaknaanmasing-masing variabel. Dimana menurutBudiarto (2002), jika value < 0,05 artinyaada hubungan bermakna antara variabeldependen dan variabel independen, tetapi jika value > 0,05 artinya tidak ada hubungan

    bermakna antara variabel dependen danvariabel independen. Namun, jika value =

    0,05 artinya tidak berbeda signifikan antarakedua varibel tersebut.1. Keikusertaan Suami dalam Ber-KB di

    RT 27 dan RT 45 RW 10 KelurahanKebun Bunga Kecamatan SukaramiPalembang Tahun 2009.

    Dari hasil analisis univariatdidapatkan suami yang berperan sertadalam program KB berjumlah 20,4%,sedangkan 79,6% responden yang telahmenikah tidak berperan serta dalam

    program KB.Berdasarkan hasil penelitian tersebut

    dapat dilihat bahwa masih banyak suamiyang tidak berperan serta dalam programKB. Menurut hasil penelitian yangdilakukan Arief (2007), menyatakan

    bahwa partisipasi pria dalam KBmerupakan manifestasi kesetaraan gender.Ketidaksetaraan gender dalam bidang KBdan kesehatan reproduksi sangat

    berpengaruh pada keberhasilan programKB. Sebagian besar masyarakat dan

    provider serta penentu kebijakan masihmenganggap bahwa penggunaankontrasepsi adalah urusan perempuan. Halini menunjukkan bahwa keikutsertaansuami dalam program KB sangatdiharapkan peran sertanya dalam rangkamewujudkan keberhasilam program KBdalam manifestasi kesetaraan gender.

    Menurut BKKBN (2003), banyakfaktor yang menyebabkan rendahnya

    partisipasi pria dalam KB yang dilihat dari

    berbagai aspek, yaitu dari sisi klien pria itusendiri (pengetahuan, sikap, dan praktekhubungan yang diinginkan), faktorlingkungan (sosial-budaya yang ada dimasyarakat, dan keluarga khususnya isteri,keterbatasan informasi dan aksesibilitasterhadap pelayanan KB pria, danketerbatasan jenis kontrasepsi priasementara persepsi yang ada di masyarakatmasih kurang menguntungkan).

    Hal ini sejalan dengan pernyataanyang dimuat di Kompas (2005), yangmenyatakan bahwa rendahnya praktik KBdikalangan pria salah satunya disebabkanoleh rendahnya akses pria terhadap

    pelayanan KB. Klinik-klinik KB sebagian besar untuk perempuan dan informasi KB juga diarahkan untuk perempuan. Tidakhanya itu, metode KB modern untuk pria

    pun terbatas bahkan akses informasi, akses pelayanan dan kesehatan reproduksi bagi pria juga sangat terbatas. Ini didukungdengan adanya nilai budaya bahwa laki-laki adalah pengambil keputusan dalamkeluarga. Misalnya, istri saja ber-KB. Halini menunjukkan bahwa promosi KB pada

    pria masih belum optimal.Dari data dan pernyataan di atas

    dapat dilihat bahwa keikutsertaan suamidalam program KB masih sangat rendahdan kurang diminati padahal KB bagi priamerupakan salah satu metode kontrasepsi

  • 8/12/2019 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan Ber-kb Di Rt 27 Dan Rt 45 Rw 10 Kelurah

    10/14

    yang dianjurkan dalam rangkamewujudkan keberhasilam program KBdalam manifestasi kesetaraan jender. Hal

    ini menunjukkan perlunya upaya untukmemperluas promosi dan peningkatanakses pelayanan bagi para calon pesertaKB pria. Sehingga pengetahuan priamengenai KB bagi pria akan bertambahdan diharapkan dapat mengubah sikap priaterhadap program KB lebih positif.

    2. Pengetahuan Suami denganKeikutsertaan Ber-KB

    Dari hasil analisis bivariatdidapatkan proporsi responden

    pengetahuan baik dan berperan serta dalam program KB berjumlah 88,9%. Sedangkan proporsi responden pengetahuan kurangdan berperan serta dalam program KB

    berjumlah 6,7%. Dari hasil data di atasmenunjukkan bahwa responden

    berpengetahuan baik cenderung ikut berperan s erta dalam program KBdibandingkan responden yang

    berpengetahuan kurang.Hasil uji statistik Chi-Square

    didapatkan nilai value (0,000) < (0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan

    bermakna antara pengetahuan dengankeikutsertaan suami dalam ber-KB.Dengan demikian hipotesis awal yangmenyatakan bahwa ada hubungan

    bermakna antara pengetahuan suamidengan keikutsertaan ber-KB terbuktisecara statistik.

    Hasil analisis data di atasmenunjukkan adanya keterkaitan antara

    pengetahuan dengan keikutsertaan suamidalam ber-KB, hal ini disebabkan parasuami yang berada di RT 27 dan RT 45RW 10 Kelurahan Kebun BungaKecamatan Sukarami Palembang yang

    mempunyai pengetahuan baik telahmengetahui mengenai KB pria termasuk peran sertanya dalam mewujudkankeberhasilan program KB, sehinggamempunyai kecenderungan untuk ikutserta dalam ber-KB dibandingkan dengan

    para suami yang tidak mengetahuimengenai KB pria. Pengetahuan baik yangdimiliki para suami mengenai KB pria,

    akan dijadikan sebagai landasan atau dasardari tindakan yang akan dilakukan. Parasuami yang mempunyai pengetahuan yang

    baik mengenai KB pria dan meyakinikebenaran akan pentingnya keikutsertaansuami dalam ber-KB akan terus berusahamewujudkannya dalam praktek nyata.

    Hasil penelitian ini sesuai denganhasil studi yang dilakukan di DIYogyakarta pada tahun 1999 dalamBKKBN (2003), yang mengungkapkan

    bahwa pengetahuan pria mengenaikontrasepsi yang meliputi jenis, efeksamping, efektivitas, cara penggunaan,tempat mendapatkan alat kontrasepsi,manfaat, dan lain-lain masih sangat rendah.

    Pada umumnya pria dapat menjelaskankarena pengalaman menggunakan. Priayang menggunakan kontrasepsi memiliki

    pengetahuan yang lebih tinggidibandingkan bila istrinya yangmenggunakan kontrasepsi dengan

    persentase sebesar 6,2%. Sedangkan untuk pria maupun istrinya yang belum pernahmenggunakan kontrasepsi hanya 2,9%yang mengetahui jenis kontrasepsi.

    Hasil penelitian ini juga sejalandengan hasil studi yang dilakukan di

    propinsi Sumatera Selatan dan Jawa Barat

    pada tahun 2001 dalam BKKBN (2003),yang menyatakan bahwa pengetahuantentang kontrasepsi pria masih rendah yaitusebesar 61,18% untuk pengetahuan tentangkondom dan 50,2% untuk pengetahuantentang vasektomi. Dibandingkan dengandua propinsi lainnya yaitu Jawa Tengahdan Jawa Timur dengan persentase 66,9%untuk pengetahuan tentang kondom dan54,7% untuk pengetahuan tentangvasektomi. Hal ini patut diyakini karenadua propinsi terakhir merupakan propinsi

    proyek Safe Motherhood . Sehinggamempunyai pengetahuan yang lebih baikmengenai KB pria.

    Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan ( knowledge) merupakan hasildari tahu, dan ini terjadi setelah seseorangmelakukan penginderaan terhadap suatuobjek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

  • 8/12/2019 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan Ber-kb Di Rt 27 Dan Rt 45 Rw 10 Kelurah

    11/14

    merupakan domain yang sangat pentingdalam membentuk tindakan seseorang.

    Pengetahuan tentang KB pria

    merupakan salah satu aspek penting kearah pemahaman terhadap pentingnya peran serta suami dalam program KB dandapat berpengaruh terrhadap prilaku suamiuntuk berperan serta dalm ber-KB.

    Rendahnya tingkat pengetahuansuami tentang metode kontrasepsi priaantara lain disebabkan oleh Komunikasi,Informasi, dan Edukasi (KIE) yangdilakukan lebih banyak pada sasaranwanita, media KIE, konseling yangtersedia, informasi yang ada masih biasgender. Hal ini terlihat masih minimnya

    informasi-informasi tentang partisipasi priadalam KB dan KR yang tersedia.Dari pernyataan di atas dapat

    diketahui bahwa pengetahuan merupakansalah satu faktor yang memegang peranan

    penting dalam pencapaian keberhasilan program KB bagi pria, dimana semakin baik tingkat pengetahuan pria mengenaiKB maka semakin besar kecenderungan

    pria untuk berperan serta dalam ber-KB.Sebaliknya, apabila tingkat pengetahuan

    pria mengenai KB kurang maka semakinkecil kecenderungan pria tersebut untuk

    berperan serta dalam ber-KB.3. Sikap Suami dengan Keikusertaan Ber-

    KBDari hasil analisis bivariat

    didapatkan proporsi responden sikap positif dan berperan serta dalam programKB berjumlah 66,7%. Sedangkan proporsiresponden sikap negatif dan berperan sertadalam program KB berjumlah 2,6%. Darihasil data di atas menunjukkan bahwaresponden sikap positif cenderung ikut

    berperan serta dalam program KB

    dibandingkan responden yang bersikapnegatif.Hasil uji statistik Chi-Square

    didapatkan nilai value (0,000) < (0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan

    bermakna antara sikap dengankeikutsertaan suami dalam ber-KB.Dengan demikian hipotesis awal yangmenyatakan bahwa ada hubungan

    bermakna antara sikap suami dengankeikutsertaan ber-KB terbukti secarastatistik.

    Hasil analisis di atas menunjukkanadanya keterkaitan antara sikap dengankeikutsertaan suami dalam ber-KB, hal inidikarenakan para suami yang berada di RT27 dan RT 45 RW 10 Kelurahan KebunBunga Kecamatan Sukarami Palembangyang mempunyai sikap positif mengenaiKB pria cenderung ikut berperan sertadalam ber-KB dibandingkan para suamiyang bersikap negatif. Hal ini disebabkan

    para suami yang bersikap positif memiliki pengetahuan yang baik akan peran suamidalam program KB dimana para suami

    tersebut mempunyai kesadaran bahwatanggung jawab ber-KB tidak hanyamenjadi tanggung jawab wanita saja.

    Hasil penelitian ini sesuai denganhasil studi yang dilakukan oleh PuslitbangKB dan KR (PUSNA) dan Puslitbang KSdan PP (PUSRA), dari 171 responden pria

    peserta KB, mengemukakan alasanmemilih alat kontrasepsi adalah karenafaktor kecocokan (44,4%). Di samping itu

    banyak pula yang menyatakan karena isteritidak cocok lagi (29,2%), sehingga merekamemilih kontrasepsi yang digunakan saat

    ini. Alasan ini memberikan indikasi bahwasebetulnya para bapak masihmengharapkan agar isteri sebaiknya ber-KB (BKKBN, 2003).

    Hasil penelitian ini juga sejalandengan hasil penelitian Suprihastuti padatahun 2000, yang menyatakan bahwa salahsatu alasan mengapa kontrasepsi pria tidak

    berkembang di dalam masyarakat,terutama dikarenakan oleh pria/suami itusendiri, dimana keinginan atau kesadaransuami untuk menggunakan kontrasepsimasih rendah. Pada kenyataannya, parasuami tidak mau menggunakan kontrasepsikarena beranggapan bahwa KB adalahurusan perempuan. Adanya dominasi

    jender dalam pengambilan keputusanmenyebabkan istri tidak mampu mengelak

    bila suami meminta istrinya menggunakanalat kontrasepsi.

  • 8/12/2019 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan Ber-kb Di Rt 27 Dan Rt 45 Rw 10 Kelurah

    12/14

    Menurut BKKBN (2003), adapun pria yang mau menggunakan kontrasepsi,menginginkan tempat pelayanan khusus

    berada di satu klinik/puskesmas karenaapabila klinik khusus pria dibuat secaraterpisah, justru pria merasa mereka enggankarena ada perasaan malu.

    Sikap seseorang dipengaruhi olehaspek pengetahuan yang berisikan aspek

    positif atau aspek negatif dari sesuatu hal.Bila orang melihat lebih banyak aspekyang positif daripada aspek negatif danaspek positif tersebut lebih penting dariaspek negatif, maka akan tumbuh sikapyang positif terhadap hal tersebut.Sebaliknya bila orang melihat lebih banyak

    aspek negatif daripada aspek positif, makasikap yang negatiflah yang akan muncul.Pengetahuan dan sikap

    mempunyai hubungan yang saling berkaitan untuk terjadinya niat dan perilaku. Apabila hubungan keempatkonsep tersebut diterapkan pada perilakukeikutsertaan suami dalam ber-KB, maka

    proses seseorang untuk ikut serta dan tidakikut serta ialah sebagai berikut. Orangharus mengetahui apa yang dinamakan KB

    pria dan kegunaanya, selanjutnya harus ada pemikiran tentang segi positif dan segi

    negatif dari keikutsertaan suami dalam ber-KB. Pengetahuan dari segi positif dan seginegatif dari keikutsertaan suami ber-KB

    tersebut akan menentukan sikap orangterhadap keikutsertaan ber-KB.

    Hasil penelitian ini menunjukan

    bahwa masih banyak responden yang tidakmengetahui adanya KB pria, sehinggamasih banyak yang bersikap negatifterhadap keikutsertaan suami dalam ber-KB. Dari sikap yang negatif ini akanmempengaruhi perilaku responden,sehingga banyak yang tidak berperan sertadalam program KB. Dimana dari 54responden hanya 11 responden yang

    berperan serta dalam program KB.Dari data hasil penelitian diatas

    dapat ditarik kesimpulan bahwa masihrendahnya keikutsertaan suami dalam ber-

    KB disebabkan masih rendahnya tingkat pengetahuan para suami mengenai KB bagi pria, sehingga masih banyak parasuami yang bersikap negatif terhadap peranserta suami dalam program KB. Padahal,apabila segi positif keikutsertaan ber-KBlebih banyak dari segi negatifnya, makasikap positiflah yang akan muncul. Dan

    bila segi positif terhadap keikutsertaaansuami dalam ber-KB telah tumbuh, makaseseorang cenderung akan mempunyai niatuntuk berperan serta dalam ber-KB.Sehingga, program KB dalam

    mengikutsertakan suami dalam ber-KBsebagai manifestasi kesetaraan genderdapat berhasil.

    .A. Kesimpulan

    Berdasarkan uraian dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :a. Frekuensi keikutsertaan suami dalam ber-KB dengan kategori berperan serta

    dalam program KB berjumlah 20,4%, frekuensi pengetahuan suami dengankeikutsertaan ber-KB dengan katogori kurang berjumlah 83,3% dan frekuensisikap negatif suami berjumlah 72,2%.

    b. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan suami dengan keikutsertaan ber-KBdengan uji statistik didapatkan nilai value 0,000 lebih kecil dari 0,05.Sehingga hipotesisi awal yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara

    pengetahuan suami dengan keikutsertaan ber-KB terbukti secara statistik.c. Ada hubungan bermakna antara sikap suami dengan keikutsertaan ber-KB

    dengan uji statistik didapatkan nilai value 0,000 lebih kecil dari 0,05.Sehingga hipotesisi awal yang menunjukkan ada hubungan bermakna antarasikap suami dengan keikutsertaan ber-KB terbukti secara statistik.

    B. Saran

  • 8/12/2019 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan Ber-kb Di Rt 27 Dan Rt 45 Rw 10 Kelurah

    13/14

    a. Bagi PenelitiDiharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan

    pengetahuan bagi peneliti yang akan datang dalam meneliti variabel-variabel

    lainnya seperti pendidikan, akses informasi, serta keterbatasan pilihan metodekontrasepsi dan sarana pelayanan yang berhubungan dengan keikutsertaan suamidalam ber-KB dengan menggunakan metode-metode penelitian yang berbedasehingga penelitian mengenai KB bagi pria dapat terus dikembangkan.

    b. Bagi MasyarakatDiharapkan bagi masyarakat warga RT. 27 dan RT. 45 RW 10 Kelurahan

    Kebun Bunga Kecamatan Sukarami Palembang khususnya bagi pria yang telahmenikah/suami untuk lebih banyak mencari informasi mengenai KeluargaBerencana terutama mengenai KB pria dengan mengikuti penyuluhan mengenaiKB yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas maupunKelurahan Kebun Bunga untuk lebih menyadari pentingnya peran serta priadalam program KB.

    DAFTAR PUSTAKA1. Andrian. (2006). Strategi Utama

    Pembangunan Kesehatan. (online) .( http://www.andrew.wordpress.com/2006/03/12/strategi-utama-pembangunan.Diakses 4 Mei 2009 ).

    2. Arief. (2007). Faktor Penyebab Suami Memilih Alat Kontrasepsi Kondom danTidak Memilih Alat Kontrasepsi

    Kondom. (online) .(http://www.arief.com/2009/04.htm. Diakses 12 Mei 2009).

    3. Arikunto. (2006). Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik Edisi RevisiVI. Jakarta : Rineka Cipta.

    4. _____. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

    5. BKKBN. (2003). Bunga Rampai SalahSatu Kontrasepsi Pria (Kondom) Seri1. Jakarta : BKKBN.

    6. _____. (2003). Buku Untuk Sumber Advokasi Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi, Gender, dan

    Pembangunan Kependudukan. Jakarta :Direktorat Advokasi dan KIE,BKKBN, UNFPA, Bank Dunia, ADB,dan STARH.

    7. _____. (2004). Ada Apa denganGender dalam KB dan Kesehatan

    Reproduksi . Jakarta: BKKBN.

    8. _____. (2004). Grand Strategi Peningkatan Partisipasi Pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi . Jakarta:BKKBN.

    9. _____. (2005). Bunga Rampai SalahSatu Kontrasepsi Pria (Vasektomi).Jakarta : BKKBN.

    10. _____. (2005). Keluarga Berencanadan Kesehatan Reproduksi: Kebijakan,

    Program dan Kegiatan Tahun2005-2009 . Jakarta: BKKBN.

    11. _____. (2006). Tanya Jawab Tentang Peningkatan Partisipasi Pria dalam KB dan KR . Jakarta: BKKBN.

    12. _____. (2007). Evaluasi Program KB Nasional Tahun 2007 PropinsiSumatera Selatan . Jakarta:BKKBN.

    13. _____. (2008). Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas. Jakarta : BKKBN

    14. Budiarto, Eko. (2002). Biostatistikauntuk Kedokteran dan Kesehatan

    Masyarakat. Jakarta : EGC.

    15. Hastono, Sutanto Priyo. (2001). Modul Analisa Data . Jakarta: FKM-UI

    16. Hidayat, Alimul Aziz. (2007). Metodologi Penelitian KesehatanTeknik Analisis Data. Jakarta : SalembaMedika.

  • 8/12/2019 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan Ber-kb Di Rt 27 Dan Rt 45 Rw 10 Kelurah

    14/14

    17. Kompas Post. (2005) . Akses PriaTerhadap Pelayanan KB Rendah.(online) .(http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/13/humaniora/1747534.htm. Diakses 16 April 2009) .

    18. _____. (2001). Partisipasi Keluarga Berencana (KB) Pria Masih Rendah.(online).(http://www.kompas.com/gizicgibin/berita/fullnews.cgi?Newsid1007.Diakses 16 April 2009).

    19. Mansjoer, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius.

    20. Maryani. 2006. Cara Tepat Memilih

    Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Bagi Wanita . (Online)(http://www.tempo.co.id/Medika/arsip/

    pus.1.htm, Diakses 16 April 2009)

    21. Media Indonesia. (2009). Indonesia KontributorPertambahan Penduduk di Dunia. (online).(http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/2009/04/03.htm. Diakses 12Mei 2009 )

    22. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

    23. ____. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

    24. Pusat Pelatihan Pegawai dan TenagaProgram BKKBN. (2005).

    Peningkatan Partisipasi Pria dalam KB dan KR . Jakarta: BKKBN.

    25. Saifuddin, dkk. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2.Jakarta : YBP-SP.

    26. Suara Pembaharuan. (2004). Pelayanan KB Menurun, Ancaman Pertumbuhan Penduduk. (online).(http://www.freelists.org/archives/ppi/032004/msg 00074.htm. Diakses 09 Mei2009 )

    27. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan/Penulis. Jakarta : EGC.

    28. Suprihastuti, dkk. (2000). Analisis DataSekunderSDKI 97 Pengambilan

    Keputusan Penggunaan Alokon Pria di Indonesia. DI Yogyakarta.

    29. Widarmi, ddk. (2008). Kurikulum Pendidkan Anak Usia Dini. Jakarta :Universitas Terbuka.

    30. Winarni, Endah. (2005) . KB Nasionaldan Partisipasi Pria dalam Ber-KB.(online). (http://www.bbkbn.go.id.Diakses 16 April 2009) .

    31. Winkjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan BinaPustaka Sarwono Prawirohardjo.