hubungan antara laju filtrasi gromerulus dengan mortalitas pada pasien luka bakar
DESCRIPTION
HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKARTRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR KORBAN
ERUPSI MERAPI YANG DIRAWAT DI RSUP DR SARJITO YOGYAKARTA
Diajukan pada:
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IKABI TAHUN 2012Bali, 12-14 Juli 2012
Oleh :
dr. RIANTO NOVIADY RAMLI
Pembimbing:dr. ROSADI SESWANDHANA, Sp. B, Sp. BP
BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA2012
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR KORBAN
ERUPSI MERAPI YANG DIRAWAT DI RSUP DR SARJITO YOGYAKARTA
Diajukan pada:
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IKABI TAHUN 2012Bali, 12- 14 Juli 2012
Oleh :
dr. RIANTO NOVIADY RAMLI
Pembimbing:
_______________________________________dr. ROSADI SESWANDHANA, Sp. B, Sp. BP
HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR KORBAN
ERUPSI MERAPI YANG DIRAWAT DI RSUP DR SARJITO YOGYAKARTA
Rianto Noviady Ramli * Rosadi Seswandhana***Residen bedah umum, FK UGM/RSUP DR. Sardjito Yogyakarta
**Bagian Bedah FK UGM/RS Dr. Sardjito Yogyakarta, FK UGM/ RS Dr. Sardjito
Abstrak
Latar Belakang:Luka bakar adalah terpaparnya tubuh manusia oleh zat yang bersuhu tinggi
(heat) atau yang dapat memicu suhu tinggi, baik karena reaksi kimia maupun reaksi fisika. Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi.
Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidakseimbangan elektrolit (inbalance elektrolit), kegagalan organ, dan masalah distress pernapasan. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui komplikasi luka bakar berupa gagal ginjal akut pada korban erupsi merapi yang dirawat di RS DR Sardjito Yogyakarta. Metode:
Desain penelitian adalah analitik dengan menggunakan uji korelasi Lambda. Data diambil dari rekam medis. Rekam medis pasien yang memenuhi kriteria dicatat menurut umur, jenis kelamin, luas luka bakar, derajat luka bakar, dan laju filtrasi glomerulus. Kemudian dimasukan dalam tabel dan dianalisis menggunakan uji korelasi Lambda untuk mengetahui korelasi antara laju filtrasi gromerulus dengan mortalitas pada pasien luka bakar korban erupsi Merapi yang dirawat di RSUD Sarjito.Hasil:
Subyek penelitian adalah semua pasien luka bakar korban erupsi Gunung Merapi yang datang ke UGD serta dirawat di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2010. Total semua pasien adalah 43 orang dengan jenis kelamin pria adalah 27 orang dan perempuan 16 orang. Pada penelitian ini, didapatkan pasien usia 0-18 tahun berjumlah 8 pasien (18,6%), usia 19-60 tahun berjumlah 31 pasien (72,1%), dan usia > 60 tahun berjumlah 4 pasien (9,3%).Pada penelitian ini, luka bakar grade II sebanyak 5 pasien (11,63%), luka bakar grade II-III sebanyak 33 pasien (76,74%), dan luka bakar grade III sebanyak 5 pasien (11,63%). Pada penelitian ini,
didapatkan pasien dengan luas luka bakar < 20% sebanyak 10 pasien (23,26%), dan pasien dengan luas luka bakar >20 % sebanyak 33 pasien (76,74%). Dengan menggunakan uji korelasi lambda, untuk mengetahui hubungan antara laju filtrasi gromerulus dan mortalitas pada pasien luka bakar, didapatkan hasil kekuatan korelasi = 0,857 yang artinya kekuatan korelasinya sangat kuat. Hasil yang didapatkan untuk nilai P adalah 0,00 yang artinya terdapat korelasi yang bermakna antara penurunan laju filtrasi glomerulus dengan kematian.Kesimpulan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa 21 pasien meninggal yang berbanding lurus dengan peningkatan stadium laju filtrasi gromerulus. Hal ini dapat menurunkan aliran darah ke ginjal dan menyebabkan gangguan fungsi ginjal yang berat serta dapat menyebabkan kematian, meskipun banyak hal yang menjadi komplikasi luka bakar yang dapat menyebabkan kematian.
Dalam observasi didapatkan juga adanya peningkatan kadar kreatinin serum di hari ke-5 dari onset kejadian luka bakar dan mulai terlihat penurunan kembali kadar kreatinin mulai hari ke-7 dari onset kejadian luka bakar, tentunya hal ini menjadikan kita lebih waspada pada hari ke-5 sampai dengan hari ke-7 untuk kejadian gagal ginjal yang dapat memberikan mortalitas pada pasien luka bakar.
Kata Kunci: Luka bakar, mortalitas,laju filtrasi gromerulus
CORELATION BETWEEN THE RATE OF FILTRATION GROMERULUS WITH MORTALITY IN BURN PATIENTS VICTIMS IN
MERAPI ERUPTION ARE TREATED AT DR SARJITO HOSPITAL YOGYAKARTA
Rianto Noviady Ramli*Rosadi Seswandhana**
*Residence of SurgeryFaculty of Medicine of UGM/Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta
**Division of Surgery Faculty of Medicine of UGM/Dr. Sardjito Hospital Sub-Division of Plastic Surgery Faculty of Medicine of UGM/Dr. Sardjito
Hospital
Abstract
BackgroundThe burn is the exposure of the human body by a substance of high temperature (heat) or which can lead to high temperatures, either due to chemical reactions and physical reactions. The burn is a type of injury, tissue damage or tissue loss resulting from the heat source or cold temperatures are high, the source of electricity,chemicals, light , radiation and friction.Types of injuries can be diverse and have different treatment depending on the type of tissue affected by burns, severity, and complications from the injury. Burns can destroy muscle tissue, bone, blood vessels and epidermal tissue damage resulting in a deeper place than the end of the neural system. A burn victim may experience a variety of potentially fatal complications including shock conditions, infections, electrolyte imbalance (electrolyte inbalance), organfailure, respiratory distress.PurposeTo know the complications of severe burns on victims of acute renal failure treated Merapi eruption in DR Sardjito Hospital Yogyakarta..MethodAnalytical research design was used to test correlation with Lambda. Data retrieved from medical records. Medical records of patients who meet the criteria noted by age, sex, area of burns, degrees of burns, and the glomerular filtration rate. Then included in the tables and analyzed using a Lambda correlation test to determine the correlation between filtration rate gromerulus with mortality in burn patients treated victims of Merapi eruption at Sarjito Hospital.ResultsSubjects were all patients of burns victims eruption that comes into the ER and treated in the department of Dr. Sardjito in 2010. Total of all patients were 43 men with male gender was 27 men and women 16. In this study, found patients aged 0-18 years, amounting to 8 patients (18.6%), aged 19-60 years amounted to 31 patients (72.1%), and age> 60 years amounted to 4 patients (9.3%) . In this study, grade II burns were 5 patients (11.63%), burns grade II-III of 33 patients
(76.74%), and grade III burns were 5 patients (11.63%). In this study, found patients with extensive burns <20% of 10 patients (23.26%), and patients with extensive burns> 20% of 33 patients (76.74%). By using lambda correlation test, to determine the relationship between filtration rate gromerulus and mortality in burn patients, showed the strength of correlation = 0.857, which means the correlation is very strong force, with P value 0,000 which mean significant correlation.ConclusionIn this study it was found that 21 patients who died directly proportional to the increase in the rate of filtration stages gromerulus. This can decrease blood flow to the kidneys and cause renal dysfunction and can cause death, although a lot of things to be a complication of burns that can cause death.The observation also found an increase in serum creatinine levels on day 5 of the onset of the burn incident and began to look back creatinine levels decreased from day-7 of the onset of the burn incident, this should make us more vigilant on day 5 to with day-to-7 for kidney failure events that can provide mortality in burn patients.
Keywords: burn injury, mortality, filtration glomerulus rate
BAB I
PENDAHULUAN
Awal November 2010 di Yogyakarta telah terjadi bencana alam berupa
erupsi Merapi yang banyak menelan korban jiwa. Salah satu penyebab kematian
adalah luka bakar. Luka bakar merupakan patologi yang serius, serta berkaitan
dengan aspek perawatan bedah dan intensif pengobatan. Pasien luka bakar
mengalami situasi klinis tertentu di mana perawatan intensif menjadi sangat
penting. Kegagalan memperbaiki kondisi pasien dengan tepat dapat memperburuk
prognosis dan membuka jalan untuk terjadinya komplikasi.
Respon inflamasi lokal dan sistemik terhadap luka bakar sangat kompleks,
sehingga baik kerusakan jaringan terbakar secara lokal dan efek sistemik terjadi
pada semua sistem organ lain yang jauh dari daerah terbakar itu sendiri. Perhatian
pertama pada penatalaksanaan luka bakar adalah pemeliharaan sirkulasi.
Kegagalan sirkulasi pada masa yang lalu atau kuatir pada terjadinya yang
menakutkan kebanyakan orang yang menghadapi luka bakar. Kegagalan atau
ketidakmampuan menghadapi secara memadai masalah ini akan menyebabkan
kegagalan ginjal dan sering menyebabkan meninggal awal.1
Ketidaknormalan fungsi ginjal terlihat pada penderita luka bakar, terutama
berhubungan dengan perubahan volume sirkulasi plasma dan curah jantung.
Dalam fase hipermetabolik, kreatinin meningkat menunjukkan bahwa kedua aliran
darah dan GFR dibangkitkan, tetapi fungsi tubular terganggu. Darah berkurang
volumenya dan menyebabkan penurunan cardiac output, aliran darah ginjal dan
laju filtrasi glomerulus. Jika tidak diobati, maka oliguria yang dihasilkan dapat
berlanjut ke gagal ginjal akut. Walaupun penurunan aliran plasma ginjal yang
lama dapat menimbulkan curah yang tinggi atau kegagalan ginjal pada penderita
luka bakar, resusitasi cairan yang tepat waktu dan cukup besar dapat
menghilangkan keadaan ini2.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui komplikasi luka bakar berupa gagal ginjal akut pada korban
erupsi merapi yang dirawat di RS DR Sardjito Yogyakarta.
Manfaat Penelitian
Untuk memberikan informasi berupa komplikasi gagal ginjal akut merupakan
salah satu penyebab kematian pada pasien luka bakar dan memberikan informasi
pentingnya menjaga kondisi aliran darah ke ginjal tetap baik sebagai pencegahan
terjadinya komplikasi gagal ginjal akut pada luka bakar yang dapat menyebabkan
kematian pada khususnya kita sebagai dokter yang merawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Epidemiologi Luka Bakar
Sekitar 250.000 orang di Amerika Serikat menderita luka bakar setiap
tahunnya. Dari angka tersebut, 112.000 penderita luka bakar membutuhkan
tindakan emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di
Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan
bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut semakin
meningkat3.
Insiden puncak luka bakar pada orang dewasa muda terdapat pada umur
20-29 tahun, diikuti oleh anak umur 9 tahun atau lebih muda. Luka bakar jarang
terjadi pada umur 80 tahun ke atas. Sekitar 80 % luka bakar terjadi di rumah. Pada
anak di bawah umur 3 tahun, penyebab luka bakar paling umum adalah
kecelakaan jatuh pada kepala. Pada umur 3-14 tahun, penyebab paling sering
adalah dari nyala api yang membakar baju. Dari umur ini sampai 60 tahun, luka
bakar paling sering disebabkan oleh kecelakaan industri. Setelah umur ini, luka
bakar biasanya terjadi karena kebakaran di rumah akibat rokok yang membkar
tempat tidur atau berhubungan dengan lupa mental2.
Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter.
Luka bakar berat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan cedera oleh sebab lain. Luka bakar menyebabkan hilangnya
integritas kulit dan juga menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka
bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka
bakar. Beratnya luka tergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Selain beratnya
luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor
yang sangat mempengaruhi prognosis3,4.
Jejas sel mulai pada suhu 440C. Makin tinggi suhu naik di atas angka ini
makin cepat kerusakan terjadi. Sedangkan kerusakan ini memerlukan beberapa
menit bila suhu 440C, dan akan memerlukan beberapa detik bila suhu 1000C atau
lebih. Jelas bahwa derajat dan luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu,
besarnya agen pembakar dan lamanya pemaparan. Pengaliran panas melalui
jaringan juga penting dan faktor-faktor lokal dapat mempengaruhi ini. Perfusi
jaringan pada saat kecelakaan merupakan faktor yang lain. Daerah yang
perfusinya kurang akan mendapat kerusakan lebih berat daripada daerah yang
penuh persediaan darah1,2.
Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler di
bawahnya, are sekitarnya, dan area yang jauh sekali pun akan rusak dan
menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran cairan
intrakapiler ke interstisial sehingga terjadi udem dan bula yang mengandung
banyak elektrolit. Dengan cara apa pun cedera termal menyebabkan koagulasi
jaringan, sehingga sel mati dan sel rusak. Sasaran dari kerusakan sel yang
menonjol adalah endotel kapiler. Semua luka bakar menyebabkan kerusakan
kapiler dan ini merupakan penyebab terjadinya kehilangan cairan yang sangat
banyak. Kapiler yang rusak menjadi bocor. Air, elektrolit dan protein plasma
hilang1,3.
Ada dua masalah yang menonjol pada awal perawatan penderita dengan
luka bakar. Pertama adalah shok, terjadi melalui kerusakan kapiler. Pada
kebanyakan keadaan shok berhenti menjadi masalah sesudah sekitar 5hari, pada
saat itu bantalan kapiler efisiensi fungsionalnya telah kembali. Kedua adalah
infeksi yang terjadi melalui berbagai macam massa sel-sel mati yang menjendal.
Jendalan ini tidak hancur dengan mudah selama ada kerusakan kapliler dan tetap
berbahaya sampai semua jaringan dibunag atau terserap1.
Adanya kegagalan atau ketidakmampuan dalam pemeliharaan sirkulasi
pada pasien luka bakar akan menyebabkan kegagalan ginjal akut. Gagal ginjal
akut adalah sindroma yang ditandai oleh penurunan laju filtrasi glomerulus secara
mendadak dan cepat (hitungan jam-minggu) yang mengakibatkanterjadinya
retensi produk sisa nitrogen, seperti ureum dan kreatinin.Terdapat tiga kondisi
yang dapat menyebabkan GGA:
a. GGA Prarenal
GGA prarenal diakibatkan oleh hipoperfusi ginjal (dehidrasi, perdarahan,
penurunan curah jantung, luka bakar dan hipotensi oleh sebab lain)
b. GGA Renal
GGA renal diakibatkan kerusakan akut parenkim ginjal (obat, zat
kimia/toksin,iskemia ginjal, dan penyakit glomerular)
c. GGA Pascarenal
GGA pascarenal diakibatkan obstruksi akut traktus urinarius (batu saluran
kemih,hipertrofi prostat, keganasan ginekologis), ureter terjahit5,6.
Selama fase akut luka bakar, aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus
(GFR), yang diukur dengan pengeluaran kreatinin, menurun. Kemampuan ginjal
menyaring darah dinilai dengan perhitungan Laju FiltrasiGlomerulus (LFG) atau
juga dikenal dengan Glomerular Filtration Rate (GFR).Kemampuan fungsi ginjal
tersebut dihitung dari kadar kreatinin (creatinine) dankadar nitrogen urea (blood
urea nitrogen/BUN) di dalam darah. Kreatinin adalahhasil metabolisme sel otot
yang terdapat di dalam darah setelah melakukan kegiatan,ginjal akan membuang
kretinin dari darah ke urin. Bila fungsi ginjal menurun, kadarkreatinin di dalam
darah akan meningkat. Kadar kreatinin normal dalam darah adalah0,6-1,2
mg/dl5,7.
LFG dihitung dari jumlah kreatinin yang menunjukkan kemampuanfungsi
ginjal menyaring darah dalam satuan ml/menit/1,73m2. Untuk menilai LFG,
memakai formula Cockcroft-Gault.Untuk perempuan : LFG = nilai pada pria x
0,85. Untuk pria : LFG = (140−umur ) x( BB
kg)
72 x kretainin serum (mg %).Insiden gagal ginjal akut
(ARF) pada pasien luka bakar berkisar 1,3-38% dan komplikasi ini selalu
dikaitkan dengan angka kematian yang tinggi (73 sampai 100%)5,7,8.
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik. Data diambil dari rekam medis. Data
dikelompokkan menurut usia, luas luka bakar, grade luas luka bakar, mortalitas
dan laju filtrasi gromerulus. Kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui
hubungan antara laju filtrasi gromerulus dengan mortalitas pada pasien luka bakar
korban erupsi Merapi yang dirawat di RSUP Dr. Sarjito.
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2012.C.
Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang menderita luka
bakarakibat erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 dan dirawat di RSUP Dr.
Sardjito.
D. Kriteria Pasien
Pasien luka bakar akibat erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 dan
dirawat di RSUP Dr. Sarjito.
E. Besar Sampel
Dalam penelitian ini tidak dilakukan pencuplikan sampel karena semua
kasus pasien luka bakar akibat erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 dan
dirawat di RSUP Dr. Sarjitodiikutkan dalam penelitian ini.
F. Cara Pengumpulan Data
Rekam medis pasien yang memenuhi kriteria dicatat hasil menurut usia,
luas luka bakar, grade luas luka bakar, mortalitas dan laju filtrasi gromerulus.
G. Variabel Penelitian
1. Variabel tergantung (Out come) : Mortalitas
2. Variabel bebas : Laju filtrasi gromerulus
H. Definisi Operasional
Luka bakar adalah cedera pada jaringan yang disebabkan oleh panas,
gesekan, listrik, radiasi, atau bahan kimia.
Laju Filtrasi Gromerulus (LFG) adalah mengukur berapa banyak filtrat
yang dapat dihasilkan oleh gromerulus. Untuk menilai LFG, memakai formula
Cockcroft-Gault8 :
Untuk perempuan : LFG = nilai pada pria x 0,85.
Untuk pria : LFG = (140−umur ) x (BB
kg )72 x kretaininserum ( mg% )
I. Analisis Data
Data karakteristik pasien dikelompokkan menurut usia, luas luka bakar,
grade luka bakar, disajikan dalam bentuk diagram. Gambaran laju filtrasi
gromerulus dan mortalitas pada pasien luka bakaryang telah terkumpul dianalisis
menggunakan uji korelasi Lamda, untuk mengetahui korelasi antara mortalitas
dan laju filtrasi gromerulus pada pasien luka bakar9.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Subyek penelitian adalah semua pasien luka bakar korban erupsi Gunung
Merapi yang datang ke UGD serta dirawat di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2010.
Total semua pasien adalah 43 orang dengan jenis kelamin pria adalah 27 pasien
dan perempuan 16 pasien.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Pasien menurut umur
No Usia n Prosentase (%)
1 0-18 tahun 8 18,6
2 19-60 tahun 31 72,1
3 60 tahun 4 9,3
Jumlah 43 100
Diagram 1. Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Usia
18,6%
72,1%
9,3%
Distribusi Karakteristik Pasien menurut usia0-18 tahun 19-60 tahun > 60 tahun
Pada penelitian ini, didapatkan pasien usia 0-18 tahun berjumlah 8 pasien
(18,6%), usia 19-60 tahun berjumlah 31 pasien (72,1%), dan usia > 60 tahun
berjumlah 4 pasien (9,3%). Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang
ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Walaupun demikian, beratnya luka
bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Umur dan keadaan kesehatan
penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Bayi dan orang usia
lanjut daya kompensasinya lebih rendah, maka bila terbakar digolongkan ke
dalam golongan berat3.
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Grade Luka Bakar
No Grade Luka Bakar n Prosentase (%)
1 Grade I 0 0
2 Grade II 5 11,63
3 Grade II-III 33 76,74
4 Grade III 5 11,63
Jumlah 43 100
Diagram 2. Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Grade Luka Bakar
11.63%
76.74%
11.63%
Distribusi Karakteristik Pasien menurut Grade Luka Bakar
Grade IGrade IIGrade II-IIIGrade III
Pada penelitian ini, luka bakar grade II sebanyak 5 pasien (11,63%), luka
bakar grade II-III sebanyak 33 pasien (76,74%), dan luka bakar grade III sebanyak
5 pasien (11,63%).
Luka bakar secara klasik, dibagi atas derajat satu, dua, dan tiga. Luka
bakar derajat satu hanya mengenai epidermis luar dan tampak sebagai daerah
hiperemia dan eritema. Tampak merah dan agak menonjol dari kulit normal di
sekitarnya. Ia terasa nyeri dan sering disertai sensasi ‘menyengat’. Biasanya
sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari3,4.
Luka bakar permukaan derajat dua tampak dengan lepuh kulit dan eritema
serta nyeri bila disentuh. Bila lepuh, pecah, luka tampak basah dan mengeluarkan
serum. Luka bakar derajat dua yang lebih dalam mungkin disertai lepuh, tetapi
setelah lepuh pecah, luka tampak putih dan kering. Penderita luka bakar dermis
yang dalam akan berkurang sensasi raba atau tusuk pada daerah luka, sehingga
butuh perhatian khusus agar tidak berubah menjadi luka dengan seluruh ketebalan
kulit. Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada
elemen epitel sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal,
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya sisa
epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam dua sampai tiga minggu3,4.
Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin
subkutis, atau organ yang lebih dalam. Tidak ada lagi epitel hidup yang tersisa
yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka, biasanya diikuti dengan
terbentuknya eskar yang merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi protein
jaringan kulit. Oleh karena itu, harus dilakukan skin grafting untuk mendapatkan
kesembuhan. Kulit tampak pucat abu-abu gelap atua hitam, dengan permukaaan
lebih rndah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula dan tidak
terasa nyeri3.
Tabel 3. Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Luas Luka Bakar
No Luas Luka Bakar n Prosentase (%)
1 < 20 % 10 23,26
2 > 20% 33 76,74
Jumlah 43 100
Diagram 3.Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Luas Luka Bakar
23.26%
76.74%
Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Luas Luka Bakar
Luas luka bakar < 20%Luas luka bakar >20%
Pada penelitian ini, didapatkan pasien dengan luas luka bakar < 20%
sebanyak 10 pasien (23,26%), dan pasien dengan luas luka bakar >20 % sebanyak
33 pasien (76,74%).
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh.
Pada orang dewasa digunakan rumus “9’, yaitu luas kepala dan leher, dada,
punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas
kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri
masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu
untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa. Pada
anak dan bayi, digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala naka
lebih besar. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil
berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk
anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%,
ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstermitas bawah kanan dan
kiri masing-masing 15%. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%,
mekanisme tubuh masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih
dari 20%), dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejala yng khas, seperti gelisah,
pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan
produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan, maksimal terjadi setelah
delapan jam3.
Tabel 4. Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Klasifikasi GFR
Stadium GFR ml/mnt Keterangan Jumlah
1 >90 Kerusakan ginjal dengan GFR
normal
7
2 60-89 Penurunan GFR ringan 16
3 30-59 Penurunan GFR sedang 10
4 15-29 Penurunan GFR berat 5
5 <15 Gagal ginjal 5
Diagram 4. Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Klasifikasi GFR
16.28%
37.21%23.25%
11.63%
11.63%
Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Klasifikasi GFR
Stadium 1Stadium 2Stadium 3Stadium 4Stadium 5
Tabel 5. Distribusi Karakteristik Pasien menurut Stadium GFR dan Mortalitas
Stadium GFR Meninggal Hidup Total
Stadium 1 1 7 8
Stadium 2 1 14 15
Stadium 3 7 1 8
Stadium 4 6 0 6
Stadium 5 6 0 6
Total 21 22 43
Laju Filtrasi Gromerulus (LFG) adalah mengukur berapa banyak filtrat
yang dapat dihasilkan oleh gromerulus. Ini adalah pengukuran yang paling baik
dalam menilai fungsi ekskresi. Manfaat klinis pemeriksaan LFG adalah untuk
deteksi dini kerusakan ginjal, pemantauan progesifitas penyakit, pemantaun
kecukupan terapi ginjal pengganti, dan mengoptimalkan terapi dengan obat
tertentu8.
Pada penelitian ini, dilakukan uji korelasi untuk mengetahui adanya
hubungan antara laju filtrasi gromerulus dengan mortalitas pada pasien luka bakar
korban erupsi Merapi yang dirawat di RSUD Sarjito tahun 2010. Analisis
menggunakan Uji Korelasi Lambda dan diperoleh nilai korelasinya adalah 0,857,
yang artinya memiliki kekuatan korelasi yang sangat kuat antara laju filtrasi
gromerulus dengan mortalitas pada pasien luka bakar. Semakin tinggi stadium
laju filtrasi glomerulus, semakin tinggi mortalitas pasien. Hasil yang didapatkan
untuk nilai P adalah 0,00 yang artinya terdapat korelasi yang bermakna antara
penurunan laju filtrasi glomerulus dengan kematian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa 21 pasien meninggal yang
berbanding lurus dengan peningkatan stadium laju filtrasi gromerulus. Hal ini
dapat menurunkan aliran darah ke ginjal dan menyebabkan gangguan fungsi ginjal
yang berat serta dapat menyebabkan kematian, meskipun banyak hal yang
menjadi komplikasi luka bakar yang dapat menyebabkan kematian.
Dalam observasi didapatkan juga adanya peningkatan kadar kreatinin
serum di hari ke-5 dari onset kejadian luka bakar dan mulai terlihat penurunan
kembali kadar kreatinin mulai hari ke-7 dari onset kejadian luka bakar, tentunya
hal ini menjadikan kita lebih waspada pada hari ke-5 sampai dengan hari ke-7
untuk kejadian gagal ginjal yang dapat memberikan mortalitas pada pasien luka
bakar.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi Laju filtrasi gromerulus pada pasien luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA
1.Dudley, H., 1992, Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi Kesebelas, Yogyakarta : UGM Press.
2. Sabiston, D.C., 1995, Buku Ajar Bedah Bagian I, Jakarta : EGC.
3. De Jong, 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, Jakarta : EGC.
4. Cameron, J.C., 1997, Terapi Bedah Mutakhir Jilid 2 Edisi Keempat, Jakarta : Bina Rupa Aksara.
5. Anonim, 2010, Gagal Ginjal, www.repository.usu.ac.id
6. Sinto, R., Nainggolan., 2010, Acute Kidney Injury : Pendekatan Klinis dan Tata Laksana, Majalah Kedoteran Indonesia Volum : 60 No : 2.
7. Laposata, M., 2010, Laboratory Medicine The Diagnosis of Disease in the Clinical Laboratory, USA : The Mc. Graw Hill Companies.
8. Sudoyo, A.W., et all, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FK UI.
9. Sopiyudin, 2008, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta : Slaemba Medika.