hubungan antara karakteristik, penegetahuan …eprints.ums.ac.id/55164/12/naskah...

20
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENEGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PERAWATAN NEONATUS DENGAN KUNJUNGAN NEONATUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: OCHTA ANINDYAH ISLAKHUL UMMAH PRAYITNO J410130031 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: dokhuong

Post on 09-Aug-2019

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENEGETAHUAN DAN

SIKAP IBU TENTANG PERAWATAN NEONATUS DENGAN

KUNJUNGAN NEONATUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SANGKRAH SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

OCHTA ANINDYAH ISLAKHUL UMMAH PRAYITNO

J410130031

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENEGETAHUAN DAN

SIKAP IBU TENTANG PERAWATAN NEONATUS DENGAN

KUNJUNGAN NEONATUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SANGKRAH SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

OCHTA ANINDYAH ISLAKHUL UMMAH PRAYITNO

J410130031

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen

Pembimbing

Yuli Kusumawati SKM.,M.Kes(Epid)

NIK. 863

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENEGETAHUAN DAN SIKAP IBU

TENTANG PERAWATAN NEONATUS DENGAN KUNJUNGAN

NEONATUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH

SURAKARTA

OLEH

OCHTA ANINDYAH ISLAKHUL UMMAH PRAYITNO

J410130031

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Selasa, 1 Agustus 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

Mengesahkan,

Dekan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dekan,

Dr. Mutalazimah, M.Kes

NIP: 786

1. Yuli Kusumawati SKM.,M.Kes(Epid) (……...................)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Anisa Catur Wijayanti SKM.,M.Epid (……...................)

(Anggota Penguji I)

3. Tanjung Anitasari I.K. SKM.,M.Kes (……...................)

(Anggota Penguji II)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam penyataan saya diatas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 1 Agustus 2017

Penulis

Ochta Anindyah Islakhul Ummah Prayitno

J410 130 031

1

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN

SIKAP IBU TENTANG PERAWATAN NEONATUS DENGAN

KUNJUNGAN NEONATUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SANGKRAH SURAKARTA

Abstrak

Neonatus merupakan masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia

kurang dari satu bulan yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi.

Kematian neonatal memiliki kontribusi terhadap kematian bayi sebesar 59% di

usia 0-28 hari. Oleh karena itu perlu adanya kunjungan neonatus. Baru 13,7%

kunjungan neonatus lengkap di Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta. Penelitian

ini bertujuan untuk mencari hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap

ibu tentang perawatan neonatus dengan kunjungan neonatus di wilayah kerja

Puskesmas Sangkrah. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan

cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh bayi berusia 1-12 bulan pada

maret 2017 di wilayah kerja Puskesmas Sangkrah Sebanyak 654 bayi, dan sampel

sebanyak 277 yang diambil dengan teknik proportional random sampling.

Analisis data menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan ada

hubungan paritas ibu (p-value=0,006) dan pengetahuan ibu (p-value=0,005)

dengan kunjungan neonatus di wilayah kerja Puskesmas Sangkrah, tetapi tidak

ada hubungan umur (p-value=0,266), pendidikan (p-value=0,318), status

pekerjaan (p-value=0,292) dan sikap (p-value=0,796).

Kata kunci : Karakteristik Ibu, Pengetahuan, Sikap, Kunjungan Neonatus

Abstract

Neonates are the first period of life at the outside of the womb until age less than

a month. Which is have the highest risk of health problems. Neonatal mortality

contributes 59% to infant mortality at the age of 0-28 days. Therefore neonatus

visit needed. Just 13,7% complete neonates visit in Sangkrah public health center

of Surakarta city. This study aims to explore the relationship between mother

characteristics, knowledge and attitudes about neonatal care with neonatal visits

in the work area of Puskesmas Sangkrah. The type of this research is

observational with cross sectional approach. The study population was all infants

aged 1-12 months calculated per march 2017 in the work area of Puskesmas

Sangkrah as many as 654 babies with 277 sampel were taken by Proportional

random sampling technique. Data analysis using Chi-square test. The results

showed that there was a relationship of parity (p-value = 0,006) and maternal

knowledge (p-value = 0,005) with neonatal visit in work area of Puskesmas

Sangkrah, but nothing relation with age (p-value = 0,266), education

(p- Value = 0.318), job status (p-value = 0,292) and attitude (p-value = 0,796).

Keywords : Mother Characteristics, Knowledge, Attitude, Neonates Visit.

2

1. PENDAHULUAN

Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai

dengan usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar

dari kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba bergantung pada ibu

menjadi di luar rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini terjadi

pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia kurang dari

satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai

masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya penanganan yang

tepat, bisa berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya diberikan

kepada setiap bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang

dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8-28 hari

(Riskesdas, 2013).

Menurut Kemenkes RI (2016), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka

Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak. Kematian neonatal

memiliki kontribusi terhadap kematian bayi sebesar 59% di usia 0-28 hari.

Berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, Angka

Kematian Neonatus (AKN) sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini

sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin

dibandingkan SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup.

Penelitian Wandira dan Indawati (2012) menyimpulkan bahwa faktor

penyebab kematian bayi di Kabupaten Sidoarjo salah satu diantaranya karena

faktor kondisi fisik ibu. Terdapat keterkaitan antara faktor kondisi fisik ibu

saat hamil serta karakteristik demografi ibu dengan kematian bayi. Kematian

bayi yang teridentifikasi sebesar 4,3% BBLR, 65,2% bayi prematur dan 3

bayi meninggal disertai kelainan kongenital dan 4 bayi meninggal disertai

asfiksia. Dari empat kondisi bayi tersebut, sebagian besar bayi meninggal

karena prematur. Adapun faktor ibu yang menyertai bayi lahir prematur

diantaranya umur ibu yang berisiko (<20 tahun dan >34 tahun) dengan paritas

2-3 anak dan jarak kelahiran yang cukup aman yaitu lebih dari 2 tahun. Oleh

3

karena itu kunjungan neonatus perlu dilakukan oleh ibu dan bayinya.

Beberapa penelitian telah dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan

oleh Legowo (2004) menyimpulkan terdapat hubungan pengetahuan, sikap,

dan perilaku ibu dengan Kunjungan Neonatus 1 (KN1) dalam pemberian

imunisasi Hepatitis B-1 (0-7 hari) dan tidak terdapat hubungan umur, tingkat,

pendidikan, status pekerjaan, penolong persalinan, dan lokasi persalinan

dengan Kunjungan Neonatus 1 dalam pemberian imunisasi Hepatitis B-1 (0-7

hari). Demikian pula pada penelitian Afifah dkk (2013), menyimpulkan

bahwa ibu yang berpendidikan SMA dan mempunyai anak lebih dari satu,

sebagian besar berpengetahuan cukup yakni sebanyak 47,5%. Sikap ibu

dalam Kunjungan Neonatus sebagian besar bersikap positif atau mendukung

sebanyak 23 orang (57,5%). Perilaku ibu dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa Kunjungan Neonatus (KN) 1 masih sangat kurang yakni sebesar

37,5%. Namun, pada saat Kunjungan Neonatus 2 dan 3 lebih banyak. Pada

saat tali pusat bayi lepas (KN 2) sebanyak 70% karena responden sebagian

besar telah memiliki anak lebih dari satu, sehingga sudah memiliki

pengalaman dari anak pertama dalam hal melakukan perawatan pada bayi.

Kemudian pada saat imunisasi BCG (KN 3) sebanyak 100%.

Penelitian lainnya oleh Nawati dan Nurhayati (2016) menyimpulkan tidak

ada hubungan antara status paritas dengan tingkat kemandirian ibu post

partum dalam perawatan diri dan bayi di RS PMI Bogor. Penelitian di Kenya

oleh McConnel.M dkk, (2016) menyimpulkan ada peningkatan pengetahuan

dan sikap terhadap kunjungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan

menggunakan checklist kunjungan rumah, pada 10 hari setelah melahirkan.

Sebanyak 85% ibu mampu menyebutkan 3 atau lebih tanda bahaya yang

dapat terjadi pada bayi maupun tanda bahaya yang dapat meningkatkan risiko

kematian ibu dan bayi seperti warna abnormal kulit atau bayi sangat kuning

dan suhu terlalu panas.

Data SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa kematian anak (2008-2012)

sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Artinya, setiap satu dari 31

4

anak yang lahir di Indonesia meninggal sebelum mencapai umur satu tahun.

Diketahui 60% bayi mati terjadi pada umur satu bulan, dan menghasilkan

angka neonatum sebesar 19 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Sebanyak

80% anak meninggal terjadi saat berumur 1-11 bulan, yang menghasilkan

angka post neonatum sebesar 13 per 1.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan data SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa ibu yang tinggal

di perdesaan lebih banyak mengalami kasus kematian neonatum sebesar 24

per 1.000 kelahiran jika dibandingkan dengan ibu yang tinggal di perkotaan

sebesar 15 per 1.000 kelahiran. Selain itu pendidikan ibu juga berpengaruh

terhadap kematian neonatum. Ibu yang tidak tamat SD lebih banyak

mengalami kasus kematian neonatum sebesar 37 per 1.000 kelahiran dan

yang berada pada kuintil kekayaan terbawah sebesar 29 per 1.000 kelahiran.

Hasil SDKI tahun 2012 juga memperlihatkan secara umum ada hubungan

positif yang nyata antara urutan kelahiran dan peluang meninggal, risiko

kematian meningkat pada urutan kelahiran yang tinggi pada bayi pertama

sebesar 35 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Bayi laki-laki memiliki angka

kematian lebih tinggi sebesar 24 kematian per 1.000 kelahiran dibanding

dengan perempuan sebesar 16 kematian per 1.000 kelahiran. Umur ibu <20

tahun saat melahirkan memiliki angka sebesar 34 kematian per 1.000

kelahiran hidup. Jarak antar kelahiran yang kurang dari 2 tahun memiliki nilai

risiko kematian sebesar 36 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang tanda bahaya dan perawatan

neonatus masih menjadi faktor kematian bayi. Hal tersebut menarik untuk

diteliti kembali terkait pengetahuan ibu tentang perawatan neonatus, sehingga

diharapkan dapat menurunkan kematian bayi.

Data profil Kesehatan Surakarta tahun 2015 angka kematian bayi di

wilayah puskesmas Sangkrah termasuk urutan yang tertinggi yaitu sebesar 8

kasus. Dibandingkan dengan di Puskesmas Kratonan 3 kasus, di Puskesmas

Pajang 4 Kasus dan di Puskesmas Gajahan 1 kasus. Data yang diperoleh dari

Puskesmas Sangkrah sampai dengan akhir oktober 2016 mengenai kunjungan

5

neonatus, terdapat 58 bayi yang tercatat di daftar kunjungan neonatus

Puskesmas Sangkrah hanya terdapat 8 bayi yang melakukan Kunjungan

Neonatus 1 (KN1) dan Kunjungan Neonatus 2 (KN2). Hal tersebut

menunjukan bahwa kunjungan neonatus masih sangat rendah. Berdasarkan

latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan

karakteristik, pengetahuan, dan sikap ibu tentang perawatan neonatus dengan

kunjungan neonatus di wilayah kerja Puskesmas Sangkrah.

2. METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan

pendekatan cross sectional, dimana variabel bebas seperti karakteristik ibu

(umur, paritas, pendidikan dan status pekerjaan), sikap dan pengetahuan ibu

dan variabel terikat seperti kunjungan neonatus diamati hanya sekali pada

saat yang sama.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Juni- 13 Juni 2017. Tempat

penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh bayi yang berusia1-12 bulan pada bulan Maret

2017 yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sangkrah yang berjumlah 654

bayi dengan ibu atau keluarga yang merawat bayi sebagai respondennya

dengan jumlah sampel sebanyak 277 responden. Variabel bebas dalam

penilitian ini adalah karakteristik ibu (umur, pendidikan, paritas dan status

pekerjaan), sikap menggunakan kategori positif, apabila skor ≥ 1,4404 dan

negatif apabila skor < 1,4404. pengetahuan ibu menggunkan kategori tinggi

≥ 1,5704 dan rendah < 1,5704. Kemudian variabel terikat adalah kunjungan

neonatus dengan kategori lengkap apabila melakukan KN1,KN2 dan KN3

dan tidak lengkap apabila hanya melakukan salah satu saja. Menggunakan

analisis univariat dan bivariat dengan ketentuan uji chi-square, yaitu hipotesis

nol (Ho). Jika p value< 0,05 maka Ho ditolak dan jika pvalue ≥ 0,05 maka Ho

diterima.

6

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Univariat

3.1.1 Karakteristik Ibu, Pengetahuan dan Sikap

Karakteristik ibu meliputi umur, paritas, pendidikan dan status

pekerjaan, pengetahuan dan sikap ditampilkan dalam bentuk data

sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden,

Pengetahuan dan Sikap

Variabel n %

Umur

Berisiko < 20 tahun 19 6,9

Tidak berisiko (20-35 tahun) 216 78

Berisiko >35 tahun 42 15,1

Total 277 100

Paritas

Primipara 86 31,1

Multipara 191 68,9

Total 277 100

Pendidikan

Dasar 39 14,1

Lanjutan 238 85,9

Total 277 100

Status pekerjaan

Bekerja 94 33,9

Tidak bekerja 183 66,1

Total 277 100

Pengetahuan

Rendah 119 43

Tinggi 158 57

Total 277 100

Sikap

Negatif 155 56

Positif 122 44

Total 277 100

Berdasarkan Tabel 1 Sebagian besar ibu tergolong dari

umur 20-35 tahun (tidak berisiko) yakni 216 orang (78%). Adapun

umur yang berisiko yaitu <20 tahun sebanyak 6,9% dan >35 tahun

sebanyak 15,1% dengan paritas ibu sebagian adalah multipara

sebanyak 191 orang (68,9%). Terdapat 238 orang (85,9%), ibu

7

termasuk kategori penidikan lanjutan, namun hampir separuh ibu

tidak bekerja yakni sebanyak 183 orang (66,1%). Pengetahuan ibu

tentang perawatan neonatus sudah cukup baik, lebih dari separuh

ibu memiliki pengetahuan tinggi tentang perawatan neonatus yaitu

sebanyak 158 orang (57%). Meskipun demikian, separuh lebih juga

ibu masih bersikap negatif terhadap perawatan neonatus yakni 155

orang (56%).

3.2 Analisis Bivariat

3.2.1 Hubungan antara umur, paritas, pendidikan dan status pekerjaan

ibu dengan kunjungan neonatus diperoleh hasil perhitungan sebagai

berikut:

Tabel 2. Hubungan antara umur, paritas, pendidikan dan status

pekerjaan ibu dengan kunjungan neonatus Variabel Kunjungan Neonatus

p-value phi

cram Lengkap Tidak

lengkap

n % n % N (%)

Umur <20 berisiko 12 63,2 7 36,8 19 100 0,108

20-35tidak berisiko 95 44 121 56 216 100

>35 berisiko 20 47,6 22 52,4 42 100 0,664

Paritas Primipara 50 58,1 36 41,9 86 100

0,006 0,166 Multipara 77 40,3 114 59,7 191 100

Pendidikan

Dasar 15 38,5 24 61,5 39 100 0,318

Lanjutan 112 47,1 126 52,9 238 100

Status pekerjaan

Bekerja 45 47,9 49 52,1 94 100 0,292

Tidak bekerja 82 44,8 101 55,2 183 100

Pengetahuan

Rendah 43 36,1 76 63,9 119 100 0,005 0,169

Tinggi 84 53,2 74 46,8 158 100

Sikap

Negatif 70 45,2 85 54,8 155 100 0,796

Positif 57 46,7 65 53,3 122 100

Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan

kunjungan neonatus dengan nilai (p-value = 0,108) pada umur yang

berisiko <20 tahun dan pada umur yang berisiko >35 diperoleh hasil

8

(p-value = 0,644). Diketahui bahwa ibu yang berumur <20 tahun

sebanyak 19 orang (6,9%) termasuk kategori yang berisiko. Sedangkan

yang berisiko pada usia >35 tahun sebanyak 42 orang (15,2%).

Selebihnya termasuk dalam kategori umur yang tidak berisiko (20-35

tahun) sebanyak 216 orang (78%). Penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Legowo (2004), bahwa tidak terdapat hubungan umur

dengan Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) di wilayah kerja Puskesmas

Trangkil Kabupaten Pati (p-value = 0,147).

umur ibu yang termasuk tidak berisiko ternyata melakukan

kunjungan neonatus lengkap hanya 95 orang (44%) dan 121 orang

(56,0%) tidak melakukan kunjungan neonatus lengkap. Hal tersebut

dapat berkaitan dengan jumlah paritas ibu yang mana sebagian besar

yakni 151 orang (79,1%) ibu yang tidak berisiko memiliki paritas

multipara. Sehingga ibu sudah memiliki pengalaman dalam merawat

bayi dari anak sebelumnya. Pada usia ibu muda perawatan pasca

bersalin yang dilakukan akan berbeda dengan ibu yang memiliki usia

lebih dewasa, dimana ibu yang berusia lebih dari 35 tahun merasa

bahwa merawat bayi baru lahir melelahkan secara fisik. Sedangkan ibu

yang terlalu muda dengan usia di bawah 20 tahun memiliki

pengalaman terbatas mengenai perawatan bayi karena belum

mendapatkan pengalaman dari anak sebelumnya, sehingga ibu akan

lebih khawatir dengan kondisi bayinya dengan demikian ibu

seharusnya lebih aktif mencari informasi mengenai perawatan bayi,

baik dari keluarga maupun teman sebaya yang sudah memiliki

pengalaman merawat bayi.

3.2.2 Hubungan antara paritas ibu dengan kunjungan neonatus

Ada hubungan antara paritas ibu dengan kunjungan neonatus

(p-value=0,006) dengan tingkat keeratan hubungan sangat lemah yang

ditunjukan pada nilai Phi Cramer’s V sebesar 0,166. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian Putri (2015), bahwa ada hubungan paritas

dengan pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat neonatus pada

9

saat KN 1 di BPM Ny. Diah Coltina Kendal (p-value=0,005). Dalam

penelitian ini, ibu dengan paritas multipara separuh lebih tidak

melakukan kunjungan neonatus dengan lengkap, yaitu sebanyak 114

orang (58,7%). Hal ini bisa disebabkan oleh pengalaman dari anak

sebelumnya, sehingga ibu dengan paritas multipara enggan melakukan

kunjungan neonatus karena merasa sudah mampu merawat bayi sendiri

berdasarkan pengalaman sebelumnya. Sedangkan ibu dengan paritas

primipara melakukan kunjungan neonatus lengkap sebanyak 50 orang

(58,1%) . Hal tersebut dapat terjadi karena ibu masih sangat khawatir

dengan bayi dan takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadap

kondisi bayi sehingga ibu lebih sering membawa bayi ke pelayanan

kesehatan. Selain hal tersebut, tingkat kemandirian ibu dalam

melakukan perawatan bayi sendiri juga masih kurang karena

merupakan pengalaman pertama ibu memiliki bayi. Ibu yang memiliki

paritas primipara seharusnya hampir seluruhnya melakukan kunjungan

neonatus. Terdapat kemungkinan ibu primipara tidak melakukan

kunjungan neonatus lengkap karena tidak ada keluhan dari bayi,

sehingga ibu tidak melakukan kunjungan neonatus.

3.2.3 Hubungan antara pendidikan ibu dengan kunjungan neonatus

Pendidikan responden dikelompokkan menjadi dasar dan lanjutan,

dimana pendidikan dasar yakni tidak tamat SD, Tamat SD dan Tamat

SMP kemudian kelompok lanjutan adalah tamat SMA hingga

Perguruan Tinggi. Separuh lebih ibu yang berpendidikan dasar yaitu

24 orang (61,5%) melakukan kunjungan neonatus tidak lengkap.

Responden yang termasuk kategori pendidikan lanjutan, sebanyak 126

orang (52,9%) melakukan kunjungan neonatus tidak lengkap.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari ibu bahwa bayi akan

dibawa ke tempat pelayanan kesehatan apabila terdapat keluhan saja.

Selain itu, hasil jawaban dari ibu bahwa sebanyak 155 orang (56%) ibu

tidak mengetahui tentang kunjungan neonatus. Sehingga pendidikan

10

ibu yang tinggi belum tentu berpengaruh terhadap kunjungan neonatus

karena ibu tidak mengetahui apa itu kunjungan neonatus.

Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan responden

dengan kunjungan neonatus (p-value=0,318). Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Legowo (2004), yang menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan

KN 1 di wilayah kerja Puskesmas Trangkil Kabupaten Pati

(p-value=0,339).

3.2.4 Hubungan antara status pekerjaan dengan kunjungan neonatus

Ibu yang tidak bekerja justru separuh lebih tidak melakukan

kunjungan neonatus lengkap yaitu 101 orang (55,2%). Hal tersebut

dapat terjadi dan memiliki keterkaitan dengan paritas ibu, dimana

68,9% yakni 191 ibu termasuk kategori paritas multipara yang

cenderung sudah memiliki pengalaman dalam merawat bayi dari anak

sebelumnya. Selain itu, ibu yang tidak bekerja cenderung akan fokus

pada pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak saja, hal tersebut

dapat menjadi alasan ibu tidak mendapatkan informasi tentang

kunjungan neonatus karena kurang berinteraksi meskipun sudah

terdapat posyandu.

Hasil uji Chi-square menunjukkan tidak ada hubungan antara

status pekerjaan dengan kunjungan neonatus (p-value=0,292). Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Legowo (2004). Ibu yang

bekerja sebagian besar mendapatkan pengalaman perawatan bayi dari

teman kerjanya. Selain dari teman kerja, keluarga dan tetangga juga

ikut berkontribusi. Sebanyak 108 orang (59,0%) ibu yang memiliki

pengetahuan tinggi tentang perawatan neonatus ternyata tidak bekerja.

Namun demikian, ibu yang bekerja sebanyak 50 orang (53,2%)

memiliki pengetahuan tinggi tentang perawatan neonatus.

3.2.4 Hubungan antara pengetahuan ibu tentang perawatan neonatus dengan

kunjungan neonatus

11

Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang perawatan neonatus

dengan kunjungan neonatus (p-value=0,005) dengan nilai Phi

Cramer’s V 0,169 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan

hubungan variabel bebas dan variabel terikat sangat lemah, karena

berada pada rentang nilai (0,000-0,199). Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Zuraida (2016), bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan kunjungan neonatus (p-value= 0,009).

Penelitian lain yang dilakukan Budiyono (2003), bahwa tidak ada

hubungan antara pengetahuan dengan praktik ibu dalam perawatan

bayi masa neonatal di wilayah kerja Puskesmas Bawen Kabupaten

Semarang, (p-value=0,654).

Pada hasil penelitian ini, diketahui bahwa ibu yang berpengetahuan

rendah tentang perawatan neonatus cenderung melakukan kunjungan

neonatus tidak lengkap yaitu sebanyak 76 orang (63,9%). Sedangkan

sebanyak 84 orang (53,2%) berpengetahuan tinggi melakukan

kunjungan neonatus lengkap. Hal tersebut dapat terjadi karena

kurangnya ibu mendapatkan informasi tentang kunjungan neonatus.

Sebanyak 56% ibu tidak mengetahui tentang kunjungan neonatus. Hal

tersebut dapat berkaitan juga dengan pekerjaan ibu yang mana 55,2%

ibu tidak bekerja sehingga ibu cenderung akan dirumah dan fokus

merawat anak saja dan tidak mendapatkan cerita maupun pengalaman

orang lain mengenai perawatan neonatus. Bidan seharusnya

memberikan penyuluhan tentang kunjungan neonatus sebelum ibu

pulang dan melaksanakan sesuai SOP kunjungan neonatus.

Hasil dari jawaban pengetahuan ibu tentang perawatan

neonatus menunjukkan sebanyak 117 ibu (42,2%) sering

menggunakan popok atau pampers pada bayi saat bepergian. Ibu

sebenarnya sudah mengetahui efek penggunaan pampers apabila

sering dipakaikan pada bayi, seperti kulit bayi menjadi lembab, ruam

dan kemerahan namun ibu tetap melakukan hal tersebut karena

pampers jauh lebih praktis digunakan pada saat bepergian.

12

Berdasarkan pertanyaan kuesioner mengenai lepasnya tali pusat,

sebanyak 181 responden (65,3%) menjawab salah artinya 65,3% tali

pusat bayi lepas dalam waktu lebih dari satu minggu. Padahal akan

lebih baik jika tali pusat lepas dalam waktu kurang dari satu minggu

karena proses pengeringan juga akan cepat (Bobak, 2004).

3.2.4 Hubungan antara sikap ibu tentang perawatan neonatus dengan

kunjungan neonatus

Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu tentang

perawatan neonatus dengan kunjungan neonatus (p-value=0,796).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Budiyono (2003), bahwa tidak

ada hubungan antara sikap dengan praktik ibu dalam perawatan bayi

masa neonatal di wilayah kerja Puskesmas Bawen Kabupaten

Semarang.

Dalam penelitian ini, sikap dikategorikan menjadi dua

kelompok yaitu negatif dan positif. Sebagian besar responden di

wilayah kerja Puskesmas Sangkrah memiliki sikap negatif tentang

perawatan neonatus. Terdapat 155 orang (56%) bersikap negatif yaitu

ibu tidak setuju terhadap perawatan neonatus. Responden yang

bersikap negatif, melakukan kunjungan neonatus tidak lengkap

sebanyak 85 orang (54,8%).

Hasil jawaban dari ibu terkait sikap terhadap perawatan

neonatus, bahwa ibu merasa mampu merawat bayi di rumah terdapat

sebanyak 191 ibu (69%) yang menyatakan setuju. Hal tersebut

menunjukkan bahwa ibu memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam

merawat bayinya sendiri di rumah. Sehingga berpengaruh terhadap

kunjungan neonatus. Pengalaman seseorang dapat membentuk sikap

yang negatif karena percaya diri tinggi berdasarkan pengalaman masa

lalu. Ibu bisa memiliki kepercayaan diri yang tinggi karena tingkat

pendidikan sebagian besar adalah tamat SMA dengan paritas

multipara sehingga kepercayaan diri ibu tinggi karena merasa sudah

berpengalaman dalam merawat bayi.

13

Berdasarkan jawaban ibu, diketahui bahwa dari KN1 KN2 dan

KN3 ibu paling banyak melakukan kunjungan neonatus 1 yakni 213

orang (76,9%) sedangkan pada saat kunjungan neonatus 2 menurun

menjadi 190 orang atau (68,6%) yang melakukan kunjungan. Pada

saat kunjungan neonatus 3 kembali naik menjadi 211 orang atau

(76,2%). Hal tersebut dikarenakan kemungkinan pada saat KN1 pada

saat bayi berusia 6-48 jam ibu masih berada di Rumah Sakit sehingga

bayi mendapatkan pelayanan neonatus. Sedangkan KN2 terjadi

penurunan karena bisa jadi pada saat ibu sudah pulang dari tempat

pelayanan kesehatan dan ibu enggan memeriksakan bayinya karena

ibu merasa bayi baik-baik saja dan tidak terdapat tanda-tanda maupun

masalah terhadap bayi sehingga ibu tidak melakukan kunjungan

neonatus 2. Pada saat kunjungan neonatus 3 kembali meningkat hal

tersebut dapat terjadi karena pada saat KN3 ketika bayi berusia 8-28

hari biasanya kalau bayi perempuan, ibu akan membawa bayinya ke

pelayanan kesehatan untuk melakukan tindik telinga, selain itu pada

saat bayi berusia satu bulan biasanya diberikan imunisasi Hepatitis

B-2.

4. PENUTUP

4.1 Simpulan

4.1.1 Umur responden pada saat penelitian rata-rata 29,06 ± 6,061 tahun

dengan umur minimal 16 tahun dan umur maksimal 46 tahun.

4.1.2 Umur terakhir kali responden memiliki bayi rata-rata 28,76 ± 6,030

tahun dengan umur minimal 16 tahun dan umur maksimal 45

tahun.

4.1.3 Paritas responden rata-rata 2,10 ± 1,011 dengan jumlah anak

minimal 1 dan jumlah anak maksimal 5.

4.1.4 Pendidikan terakhir responden sebagian besar tamat SMA

sebanyak 125 orang (45,1%).

4.1.5 Status pekerjaan responden sebagian besar tidak bekerja sebanyak

183 orang (66,1%)

14

4.1.6 Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kunjungan neonatus.

pada umur <20 tahun (p-value=0,108) dan (p-value=0,664) pada

umur >35 tahun.

4.1.7 Ada hubungan antara paritas ibu dengan kunjungan neonatus nilai

(p-value=0,006) dengan nilai Phi Cramer’s V 0,166 yang

menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan variabel bebas dan

variabel terikat sangat lemah (0,000-0,199).

4.1.8 Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kunjungan

neonatus (p-value=0,318)

4.1.9 Tidak ada hubungan antara status pekerjaan dengan kunjungan

neonatus (p-value=0,292)

4.1.10 Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kunjungan neonatus

nilai (p-value=0,005) Nilai Phi Cramer’s V adalah 0,169 yang

menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan variabel

bebas dan variabel terikat sangat lemah (0,000-0,199).

4.1.11 Tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan neonatus

nilai (p-value=0,796).

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Ibu Bayi

Bagi ibu yang memiliki bayi usia 0-28 hari diwajibkan

melakukan kunjungan neonatus lengkap sesuai jadwal dan

membagi informasi mengenai kunjungan neonatus kepada tetangga

maupun kerabat lain yang juga memiliki bayi usia 0-28 hari,

sehingga banyak ibu yang berisiko maupun yang tidak berisiko

mengerti tentang kunjungan neonatus serta perawatanya.

Ibu diharapkan lebih aktif mencari informasi atau membaca

buku yang berhubungan dengan kunjungan neonatus. Agar

pengetahuan tentang perawatan neonatus bertambah dan mau

melakukan kunjungan neonatus lengkap.

15

4.2.2 Bagi Bidan

Bidan alangkah baiknya memberikan penyuluhan khusus kepada

kader posyandu tentang kunjungan dan perawatan neonatus serta

tanda-tanda bahaya. Sehingga kader dapat membagikan informasi

kepada ibu yang datang ke posyandu.

4.2.3 Bagi Instansi Kesehatan

Saran bagi instansi kesehatan hendaknya lebih meningkatkan

upaya promotif mengenai kunjungan neonatus terutama pada ibu

muda yang berisiko, baik melalui leaflet ataupun pada saat posyandu.

Sehingga pengetahuan ibu mengenai kunjungan neonatus meningkat

dan melakukan kunjungan neonatus.

4.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian tentang

keaktifan ibu dalam mencari informasi tentang kunjungan neonatus

dan pengaruh peran suami terhadap ibu untuk melakukan kunjungan

neonatus.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah., Astuti R., dan Andarsari W. (2013). Gambaran Pengetahuan, Sikap dan

Praktik Ibu Postnatal Terhadap Kunjungan Neonatus di BPS Hj Sri

Wahyuni Semarang. Jurnal Kebidanan Vol 2 No 2 .

http://www.unimus.ac.id/journal/

Bobak, L.J.(2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Budiyono. (2003). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dengan Praktik Ibu

dalam Perawatan Bayi Masa Neonatal di Wilayah Kerja Puskesmas

Bawen kabupaten Semarang.[Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro

Legowo B. (2004). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian

Imunisasi HB-1 (0-7Hari) pada Kunjungan Neonatal Dini (KN-1) di

Wilayah Kerja Puskesmas Trangkil Kabupaten Pati Tahun 2003.[Skripsi].

Semarang : Universitas Diponegoro. http://www.eprints.undip.ac.id/

16

McConel M., Ettenger A., Rothschild CW., Muigai F and Cohen J. (2016, June 4).

Can a Community Health Worker Administered Postnatal Checklist

Increase Health-seeking Behaviour and Knowledge?: Evidence from a

Randomize Trial with a Private Maternity Facility in Kiambu County

Kenya. BMC Pregnancy and Childbird Biomeed Central. 16 (136),1-19.

Maret 17 2017. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4893209/

Nawati & Nurhayati F. (2015). Hubungan Status Parietas dengan Tingkat

Kemandirian Ibu Post Partum Spontan dalam Perawatan Diri dan Bayi di

RS PMI Bogor. Jurnal Kesehatan Vol VII No 3. 355-359.November 2016.

http://www.poltekkes-tjk.ac.id/ejurnal/index.php/JK/article/view/216/202

Putri, S.P. (2015). Hubungan Paritas dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas

Tentang Perawatan Tali Pusat di BPM Ny.Diah Coltina Kendal.

[Karya Ilmiah]. Semarang : Stikes Ngudi Waluyo.

http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/4521.pdf

Riskesdas.2013.Laporan Riskesdas 2013. Diakses 26 Desmber 2016.

http://www.depkes.go.id/hasil_riskesdas_2013

Wandira, A.K & Indawati R. (2012,Agustus).Faktor Penyebab Kematian Bayi di

Kabupaten Sidoarjo.Jurnal Biometrika dan Kependudukan Vol 1 No 1. 20

Maret2017.http://journal.unair.ac.id/filerPDF/4.Arinta%20Kusuma%20Wa

ndira-Rachmah%20(Volume%201%20Nomor%201).pdf.

Zuraida.(2016). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Neonatus di

Wilayah Kerja Puskesmas Lubukkilangan. Jurnal Human Care Vol.1 No

2.