hubungan antara harga diri dan empati dengan …repository.radenintan.ac.id/10624/1/skripsi...

53
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA Skripsi Diajukan Untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Disusun oleh : GABRILA DWI MARETA NPM. 1431080145 Program Studi : Psikologi Islam FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1441 H / 2020 M

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN

PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA

Skripsi

Diajukan Untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Disusun oleh :

GABRILA DWI MARETA

NPM. 1431080145

Program Studi : Psikologi Islam

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1441 H / 2020 M

Page 2: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

i

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN

PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh:

GABRILA DWI MARETA

1431080145

Program Studi : Psikologi Islam

Pembimbing 1 : Dr. Suhandi, M.Ag

Pembimbing 2 : Intan Islamia, M.Sc

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTANLAMPUNG

1441/2020 M

Page 3: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

ii

ABSTRAK

Hubungan Antara Harga Diri dan Empati dengan Perilaku Altruisme

Pada Remaja

Oleh

Gabrila Dwi Mareta

1431080145

Perilaku Altruisme merupakan tindakan seseorang yang berupa bantuan

kepada orang lain secara sukarela dan menyampingkan kepentingan pribadi demi

kesejahteraan orang lain. Seorang remaja yang mempunyai perilaku altruisme

yang baik dipengaruhi oleh harga diri dan empati yang tinggi.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri

dan empati dengan perilaku altruisme pada remaja di Fakultas Ushuludin dan

Studi Agama UIN Raden Intan Lampung. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kuantitatif dengan subjek penelitian mahasiswa sebanyak 101

mahasiswa yang diambil dengan menggunakan teknik proportional random

sampling. Alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini

adalah menggunakan skala harga diri yang terdiri dari 37 aitem (α 0,864), skala

empati yang terdiri dari 20 aitem (α 0,791) dan skala altruisme terdiri dari 50

aitem (α 0,919).

Hipotesis dalam penelitian ini adanya hubungan antara harga diri dan empati

dengan perilaku altruisme pada remaja. Teknik pengumpulan data skala harga

diri, skala empati, dan skala altruisme. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis regresi berganda yang dibantu dengan SPSS 21.0 for

windows.

Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan

antara harga diri dan empati dengan perilaku altruisme. Harga diri diperoleh nilai

p=0,000, adanya hubungan signifikan antara harga diri dengan altruisme. Empati

diperoleh nilai p=0,000, adanya hubungan antara empati dengan perilaku

altruisme. Sedangkan sumbangan efektif (SE) diketahui bahwa harga diri

memberikan sumbangan efektif (SE) sebesar 19,16% dan empati memberikan

sumbangan efektif (SE) sebesar 39,22% dari 58,38% kontribusi pengaruh yang

diberikan kedua variabel tersebut kepada perilaku altruisme pada remaja.

Kata kunci: Perilaku Altruisme, Harga Diri dan Empati

Page 4: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa
Page 5: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa
Page 6: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa
Page 7: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

vi

MOTTO

إن الل ثم والعدوان واتقوا الل وتعاونوا علي البر والتقوى ول تعاونوا علي ال

شديد العقاب

Artinya ”Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan

taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya.” (Al-

Maidah ayat 2)

Page 8: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirrobbil’alamin segala puji dan Syukur penulis haturkan atas

kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya Skripsi ini dapat

terselesaikan. Secerca karya kecilku ini kupersembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta, Ibu Tuti Indra Rini dan Ayah Maytrisza

Atyoso, S.T yang tidak berhenti mengirimkan doa terbaik di setiap

sujudnya, mencurahkan kasih sayang serta selalu mendukung dan setia

menemani setiap langkahku untuk menggapai cita-cita.

2. Saudara-saudariku tercinta, Kakakku Eka Ari Sundari, Gatrin Shara

Charita, Adikku GitaRisza Novinka Setyo Rini, Adikku Imam Malik dan

Tersayang Zalika Humaira yang selalu mendukung dan memberikan

motivasi agar aku tidak pantang menyerah dan selalu semangat dalam

menggapai keberhasilanku.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Gabrila Dwi Mareta dilahirkan di Tanjung karang,

Bandar Lampung pada tanggal 05 Maret 1996. Penulis merupakan anak Ke-tiga

dari Lima bersaudara pasangan dari bapak Maytrisza Atyoso, S.T dan Ibu Tuti

Indra Rini. Pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 05 Penengahan, Kedaton

Bandar Lampung. diselesaikan pada tahun 2008, kemudian Sekolah Menengah

Pertama di SMP Bina Mulya Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011,

Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 15 Bandar Lampung diselesaikan pada

tahun 2014.

Pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswi Fakultas Ushuluddin

dan Studi Agama Jurusan Psikologi Islam Universitas Islam Negri Raden Intan

Lampung.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Harga Diri dan

Empati Dengan Perilaku Altruisme Pada Remaja”.

Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari

bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak secara moril maupun

materil. Ucapan terima kasih setulusnya peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri.,M.Ag selaku Rektor UIN Raden Intan

Lampung.

2. Bapak Dr. Afif Anshori, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Studi Agama UIN Raden Intan Lampung.

3. Bapak Dr. Sudarman, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan bimbingan dan arahan terkait perkuliahan dari semester

awal sampai semester akhir.

4. Bapak Abdul Qohar, M.Si selaku Ketua Prodi Psikologi Islam Fakultas

Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung.

5. Bapak Dr. Suhandi, M.Ag selaku Pembimbing I dan Ibu Intan Islamia,

M.Sc selaku Pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya untuk

membimbing, memberi nasehat, doa serta kepercayaan dalam penulisan

skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Program Studi Psikologi Islam yang telah memberikan

ilmu dan mangajarkan banyak hal yang bermanfaat, serta seluruh

Page 11: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

x

karyawan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama yang telah membantu

proses administrasi dalam penelitian ini.

7. Sahabatku tersayang Monica Afrilla, S.Psi, Riska Widyawati, S.Psi, Esi

Alfiani, S.Psi, Amaliyah Nafli, S.Psi, Yunia Purnamasari Putri, S.Psi dan

Hasanul Riski S.Psi, Ilham Kurniawan S.Psi, Gigih Saputra, Yuda

Erlangga yang selalu membersamai sejak awal kuliah sampai pada saat ini

serta tidak pernah berhenti mengingatkanku dalam kebaikan.

8. Sahabatku dirumah Puput Noviasari dan Iic Yulista, S.Pd yang selalu

betanya kapan wisuda.

9. Khairuddin Aziz yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan

suport terbaiknya dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Seluruh teman-teman psikologi angkatan 2014 yang telah membantu dan

belajar bersama selama kuliah, serta telah memberikan kenangan indah

yang tak terlupakan kepada peneliti.

Akhir kata, peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak

yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, atas bantuan dan dukungan

kepada peneliti selama studi hingga penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT

memberikan balasan yang berlipat ganda atas kebaikan yang telah diberikan.

Aamiin.

Bandar Lampung, 04 Maret 2020

Peneliti,

Gabrila Dwi Mareta

NPM. 143108014

Page 12: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i

ABSTRAK .........................................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .................................................v

MOTTO .............................................................................................................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................vii

RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................xi

DAFTAR TABEL..............................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7

C. manfaat Penelitian ............................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PerilakuAltruisme ........................................................................................... 9

1. Pengertian perilaku Altruisme................................................................... 9

2. Aspek-Aspek Altruisme ............................................................................ 11

3. Faktor-faktor ............................................................................................. 12

4. Cara Membentuk Perilaku Altruisme........................................................ 16

5. Tahap-tahap perilaku Altruisme ................................................................ 16

B. HargaDiri......................................................................................................... 16

1. Pengertian harga diri ................................................................................. 16

2. Aspek-aspek Harga Diri ............................................................................ 19

Page 13: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

xii

3. Faktor-faktor Yang Mempemgaruhi Harga Diri ....................................... 20

4. Karakteristik Orang Dengan Harga Diri tinggi ......................................... 22

C. Empati ............................................................................................................. 23

1. Pengertian Empati ....................................................................................... 23

2. aspek-aspek Empati ..................................................................................... 25

3. Faktor-faktor Eampati ................................................................................. 26

4. ciri-ciri Atau Karakteristik Empati.............................................................. 27

D. Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruisme ................................... 29

E. Kerangka Pikir ................................................................................................ 33

F. Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN

A.Identifikasi Variabel .......................................................................................... 35

1. Identifikasi Variabel .................................................................................. 35

B. definisi Operasional .......................................................................................... 35

1.Perilaku Altruisme ...................................................................................... 35

2. Harga Diri .................................................................................................. 35

3. Empati ........................................................................................................ 36

C. Subjek Penelitian .............................................................................................. 36

1. Populasi ...................................................................................................... 37

2. Sampel ........................................................................................................ 38

D. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 39

E. Validitas dan Reabilitas Alat Pengumpulan Data ............................................. 39

1. Validitas Alat Ukur ................................................................................... 40

2. Uji Reabilitas Alat Ukur........................................................................... 40

a. Skala Altruisme ................................................................................. 42

b. Skala Harga Diri ............................................................................... 43

c. Skala Empati ..................................................................................... 43

F. Metode Analisis Data ........................................................................................ 44

Page 14: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

xiii

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan................................................................ 47

1. Orientasi Kancah ................................................................................. 47

2. Persiapan Penelitian ............................................................................ 51

3. Pelaksanaan TryOut ............................................................................ 54

4. Uji Validitas dan Reabelitas ................................................................ 55

5. Penyusunan Skala Untuk Penelitian.................................................... 57

B. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 58

1. Penentuan Subjek Penelitian ............................................................... 58

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data ......................................................... 59

3. Skoring ................................................................................................ 59

C. Analisis Data Penelitian ............................................................................ 60

1. Deskripsi Statistik Masing-masing Variabel Penelitian ...................... 60

2. Katagorisasi Skor Variabel Penelitian ................................................ 61

3. Uji Asumsi .......................................................................................... 63

a. Uji Normalitas ............................................................................... 63

b. Uji Linieritas ................................................................................. 64

4. Uji Hipotesis........................................................................................ 65

5. Pengujian Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif Masing-

masing Variabel .................................................................................. 67

D. Pembahasan ............................................................................................... 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 76

B. Saran .......................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Page 15: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Populasi Penelitian Mahasiswa Ushuluddin dan Studi Agama UIN

Raden Intan Lampung ............................................................................... 38

Tabel 2. Skor dari Jawaban Likert. ......................................................................... 41

Tabel 3. Blue Print Skala Altruisme ....................................................................... 42

Tabel 4. Blue Print Skala Harga Diri ...................................................................... 43

Tabel 5. Blue Print Skala Empati............................................................................ 44

Tabel 6. Rancangan Skala Altruisme Sebelum Try Out ............................................... 51

Tabel 7. Rancangan Skala Harga Diri Sebelum Try Out ........................................ 52

Tabel 8. Rancangan Skala Empati Sebelum Try Out .............................................. 53

Tabel 9. Aitem skala perilaku altruisme yang Valid dan Gugur ............................. 55

Tabel 10. Aitem skala Harga Diri yang Valid dan Gugur....................................... 56

Tabel 11. Aitem skala Empati yang Valid dan yang Gugur ................................... 57

Tabel 12. Sebaran Item Skala Harga Diri untuk Penelitian ................................... 58

Tabel 13. Sebaran Aitem Empati untuk Penelitian ................................................. 59

Tabel 14. Sebaran Aitem Atruisme untuk Penelitian .............................................. 59

Tabel 15. Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ................................................... 60

Tabel 16. Kategorisasi Harga Diri .......................................................................... 61

Tabel 17. Kategorisasi Empati ................................................................................ 62

Tabel 18. Kategorisasi Altruisme ............................................................................ 63

Tabel 19 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran .......................... 64

Tabel 20 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Linieritas .......................................... 65

Tabel 21 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Hipotesis .......................................... 66

Tabel 22 Model Summary ....................................................................................... 66

Tabel 23 Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif ............................................ 67

Page 16: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Uji Coba Harga Diri, Empati, dan Altruisme

Lampiran 2. Tabulasi Skala Uji Coba Harga Diri, Empati, dan Altruisme

Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas Harga Diri, Empati, dan Altruisme

Lampiran 4. Skala Harga Diri, Empati, dan Altruisme

Lampiran 5. Tabulasi Harga Diri, Empati, dan Altruisme

Lampiran 6. Uji Normalitas & Uji Linieritas

Lampiran 7. Hasil Analisis Regresi Variabel Penelitian (Uji Hipotesis)

Lampiran 8. Surat Perizinan

Page 17: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang Masalah

Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari

Bahasa latin adolescare yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”

dalam perekembangan menuju dewasa (Monks, 2001). Menurut Piaget (Hurlock,

1999) secara psikologis masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi

dengan masyarakatnya. Sementara masa remaja menurut Soetjiningsih (2004)

merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang

dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antarausia 11 atau 12 tahun

sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda. Sedangkan menurut

Hurlock (1999) masa remaja yaitu masa peralihan darianak-anak menuju dewasa

yang mencakup kematangan mental, emosional, sosialdan fisik.

Hurlock (1999) membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa

remaja awal dan masa remaja akhir, awal masa remaja berlangsung kira-kira dari

usia 13-16 tahun, dan akhir masa remaja yaitu bermula dari usia 17-18 tahun, yaitu

usia yang dianggap sudah matang dalam hukum. Menurut Monks (2001) batasan

usia remaja adalah antara usia 12 tahun hingga usia 21 tahun. Monks membagi

menjadi tiga fase yaitu fase remaja dalam rentang usia 12-15 tahun, fase remaja

madya dalam rentang usia 15-18 tahun, fase remaja akhir yaitu 18-21 tahun. Masa

remaja merupakan masa yang tumpang tindih dengan masa pubertas, dimana

remaja mengalami ketidakstabilan sebagai dampak dari perubahan-perubahan

biologis yang dialaminya (Hurlock, 1999).

1

Page 18: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

2

Masa remaja adalah masa dimana menunjukkan perkembangan yang pesat

pada kemampuan kognitifnya, Piaget (dalam Ali & Asrori, 2012) mengatakan

bahwa pada masa remaja sudah berada pada tahap operasional formal dan sudah

mampu berpikir abstrak, logis, rasional, serta mampu memecahkan persoalan

persoalan yang bersifat hipotetis. Sejalan dengan perkembangan kognitif pada

waktu yang sama remaja juga mengalami perkembangan moral. Kohlberg (dalam

Papalia, dkk 2009) menyatakan remaja berada pada tingkat penalaran moral

konvensional yaitu suatu tingkatan dimana remaja mulai mematuhi aturan sosial,

menginternalisasi standar dari figur otoritas, berusaha menyenangkan orang lain,

dan mempertahankan aturan sosial.

Salah satu tugas perkembangan remaja yang diungkapkan oleh Havighurst

(dalam Agustiani, 2009) menuntut individu untuk dapat mencapai tingkah laku

sosial yang bertanggung jawab. Individu remaja diharapkan untuk belajar

berpartisipasi sebagai individu dewasa yang bertanggung jawab dalam kehidupan

masyarakat dan mampu menjunjung nilai-nilai masyarakat dalam bertingkah laku.

Pada masa awal, remaja masih belum mampu untuk mengatasi masalahnya

sendiri, namun pada usia enam belasan remaja sudah mulai menunjukkan

kemandirian, khususnya secara emosional (Sarwono, 2006).

Dalam berinteraksi dengan orang lain tentunya individu tidak lepas dari

perbuatan tolong menolong disebut oleh Taylor sebagai perilaku altruisme dimana

sipenolong memberikan bantuan pada orang lain tanpa mengharapkan keuntungan

(Baron & Byne, 2005).

Page 19: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

3

David O. Sears (1991) mengartikan altruisme lebih jelas lagi yaitu sebagai

tindakan yang dilakukan sesorang atau kelompok orang untuk menolong orang

lain tanpa mengharap imbalan apapun. Perilaku altruisme akan meningkatkan

kesadaran pada diri si penolong (Sarwono, 2002). Individu dengan kesadaran

sosial yang tinggi dan rasa kemanuasiaan yang besar akan lebih mementingkan

kepentingan orang lain, dan karenanya mereka akan menolong tanpa memikirkan

kepentingan sendiri dan pertolongan yang diberikan pun cenderung ikhlas dan

tanpa pamrih. Hal ini dilakukan dengan tulus dan ikhlas karena dapat memberikan

kepuasan dan kesenangan psikologis tersendiri bagi si penolong.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Levin, Martinez, Brase, dan

Soerenson, 1994) menemukan bahwa dalam hal membantu orang asing yang

kesulitan, besarnya kota ikut berpengaruh. Orang asing lebih banyak

kemungkinan untuk ditolong di kota kecil dari pada di kota besar. Tampaknya ada

sesuatu di kota kecil yang mendorong orang mau membantu, dan sebaliknya ada

sesuatu di kota besar yang mengurangi kesediaan orang untuk membantu. Secara

kebetulan, studi menunjukan bahwa ukuran kota di mana orang tinggal tidak

terkait dengan tindakan membantu yang berpengaruh adalah setting lingkungan

dimana kebutuhan itu muncul (Sears, 2009).

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Andromeda dan Prihatini (2014)

tentang hubungan empati dengan perilaku altruisme diperoleh data koefisien

korelasi (rxy) sebesar 0,584 dengan signifikasi p=0,000 (p≤0,01). Ada hubungan

positif yang signifikan antara empati dengan perilaku altruisme pada karang

taruna desa pakang, yang berarti hipotesis diterima. Sumbangan efektif empati

Page 20: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

4

34,1%, hal ini berarti terdapat 65.9% variabel-variabel lain yang dapat

mempengaruhi perilaku altruisme. Variabel perilaku altruisme mempunyai rerata

empirik (RE) sebesar 81,89 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 62,5 yang berarti

perilaku altruisme pada subjek tergolong tinggi. Variabel empati diketahui rerata

empirik (RE) sebesar 75,89 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 62,5 yang berarti

tergolong tinggi.

Fenomena kurangnya altruisme mahasiswa zaman sekarang pada

kenyataannya tidak sesuai dengan teori yang seharusnya. Hal ini terjadi rendahnya

perilaku tolong menolong seseorang. Berdasarkan hasil pengamatan ada beberapa

mahasiswa yang menandakan perilaku tolong menolong yang rendah contohnya

seperti ada dosen wanita yang kesusahan mengeluarkan motor tetapi mahasiswa

yang ada disekitarnya tidak peduli, ada mahasiswa yang mendapat informasi dari

dosennya tetapi sengaja tidak memberitahu temannya. Hal tersebut sering terjadi

diantara mahasiswa karena ada alasan yang menurutnya bukan urusannya sendiri.

Penelitin lain yang dilakukan oleh fitria (2016), menunjukan bahwa

adanya hubungan yang signifikan antara Harga Diri terhadap Perilaku Altruisme

Siswa Kelas XI MAN Sumberoto Donomulyo, dengan nilai (r) 0,322 dengan

signifikasi (p) 0,001. Maka hal tersebut menunjukan ada hubungan positif antara

harga diri terhadap perilaku altruisme. Sebaliknya makin rendah harga diri, maka

makin rendah pula perilaku altruisme. Dalam hal ini adanya hubunganya namun

dalam tingkat rendah.

Tolong menolong merupakan kecenderungan alamiah kita sebagai

manusia. Manusia mempunyai kebutuhan dasar untuk meminta dan memberikan

Page 21: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

5

Pertolongan pada orang lain. Perilaku tolong-menolong sangat disukai dan

dianjurkan. Pada umumnya masyarakat di belahan dunia mana pun sangat

menyukai orang-orang yang memiliki kepribadian dermawan, suka menolong,

solidaritas, dan mau berkorban untuk orang lain. Sebaliknya orang yang

bersifatkikir, egois atau individualis, sangat tidak disukai oleh orang lain. Dalam

agama Islam, perilaku menolong merupakan perilaku yang sangat dianjurkan dan

dihargai oleh para penganutnya (Rahman, 2013).

Islam mengajarkan agar setiap manusia mempunyai hubungan yang baik

dengan Allah dan mempunyai hubungan yang baik dengan sesama (makhluk

Allah). Dalam islam kita mengenal perbuatan yang akan “dilihat” oleh Allah

adalah perbuatan yang dilakukan secara ikhlas dan tidak menjauh dari ajaran

syariat. Begitupun halnya dengan pemberian pertolongan harus diniatkan semata-

mata memperoleh ridho Allah, bukan didasarkan pada tujuan-tujuan jangka

pendek, seperti mengharap sesuatu dari yang ditolong (Taufik, 2012).

Berkaitan dengan pemahaman diri pada remaja, remaja tidak hanya

mencoba mendefinisikan mengenai diri mereka kepada teman atau orang yang

dikasihi melainkan mereka juga melakukan evaluasi terhadap pemahaman dirinya

yaitu harga diri. Harga diri yaitu suatu dimensi evaluatif global mengenai diri,

disebut juga sebagai martabat diri atau citra diri (Santrock, 2007). Remaja dengan

harga diri tinggi lebih memiliki inisiatif, meskipun demikian, hal ini dapat

memberikan dampak positif atau negatif Baumeister dkk, (2003), (Santrock,

2007). Remaja yang memiliki harga diri tinggi rentan untuk memperlihatkan

perilaku altruisme maupu antisosial (Santrock, 2007).

Page 22: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

6

Proses timbal balik dan pertukaran merupakan bagian dari altruisme

(Santrock, 2003). Timbal balik dapat dAitemukan pada seluruh manusia di muka

bumi ini. Timbal balik mendorong remaja melakukan hal yang ingin orang lain

juga melakukannya terhadap dirinya. Perasaan bersalah muncul bila remaja tidak

memberikan balasan. Perasaan marah akan muncul bila orang lain yang tidak

memberikan balasan. Tidak semua altruisme pada remaja dimotivasi oleh timbal

balik dan pertukaran, tetapi interaksi dan hubungan antara dirinya sendiri dengan

orang lain membantu individu memahami sifat dasar altruisme. Kondisi yang

biasanya melibatkan altruisme oleh remaja adalah emosi empati atau simpati

terhadap orang lain yang membutuhkan atau adanya hubungan yang dekat antarasi

pemberi dan si penerima Clark dkk, (Santrock, 2003).

Sikap tolong menolong pada remaja salah satunya dipengaruhi oleh

empati, dengan adanya empati remaja diharapkan mampu memunculkan perilaku

altruisme dalam dirinya. Taufik (2012) mendefinisikan empati merupakan suatu

aktivitas untuk memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain,

serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh yang bersangkutan (observer,

perceiver) terhadap kondisi yang sedang dialami orang lain tanpa yang

bersangkutan kehilangan kontrol dirinya. Hal ini mengakibatkan remaja menjadi

makhluk yang individual.

Hal ini dapat dilihat dari situasi sehari-hari yang dialami, seperti saat

seseorang membutuhkan bantuan orang lain sebagian akan langsung membantu

orang yang membutuhkan bantuan tanpa memikirkan diri sendiri lalu sebagian

Page 23: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

7

orang tidak akan berbuat apa-apa meskipun orang tersebut mampu untuk

membantu.

Berdasarkan uraian-uraian diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini

adalah “Apakah ada Hubungan Antara Harga Diri dan Empati dengan Perilaku

Altruisme pada Remaja?”

B. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara Harga Diri dan Empati dengan

Perilaku Altruisme pada Remaja.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis:

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bergun untuk menyambung

referensi pemikiran ilmu pengetahuan psikologi, khususnya psikologi

sosial.

2. Manfaat praktis:

a. Bagi Remaja, penelitian ini diharapkan dapat membantu remaja

terutama mahasiswa yang telah berada pada fase remaja agar lebih

mampu dalam mengelola perilaku Altruismenya dengan cara

mempunyai Harga diri yang positif akan membuat dirinya merasa

kehadirannya dapat berguna bagi orang lain dan memiliki empati yang

tinggi, termotivasi untuk membuat kesan yang baik bagi lingkungan.

b. Bagi Perguruan Tinggi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

acuan untuk diberikan kepada mahasiswa perguruan tinggi UIN Raden

Intan Lampung mengenai pentingnya perilaku altruisme.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

8

c. Bagi Peneliti Selanjutnya, jika peneliti selanjutnya yang tertarik

meneliti dan mengkaji mengenai hubungan antara harga diri dan

empati dengan perilaku Altruisme pada remaja, maka penelitian ini

dapat memberikan kontribusi sebagai bahan referensi terhadap

penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Altruisme

1. Pengertian Perilaku Altruisme

Menurut istilah Altruisme berasal dari kata autrui yang merupakan bahasa

Spanyol yang mempunyai arti orang lain. Sedangkan dalam bahasa Latin

altruisme berasal dari kata alter yang berarti yang lain atau lain (Agustin, 2010).

Dalam bahasa Inggris altruisme disebut altruism yang berarti mementingkan

kepentingan orang lain. Lebih jelasnya lagi dalam kamus ilmiah menerangkan

bahwa istilah altruisme mempunyai arti suatu pandangan yang menekankan

kewajiban manusia memberikan pengabdian, rasa cinta, dan tolong-menolong

terhadap sesama atau orang lain (Bagus, 2005).

Auguste Comte, merupakan orang yang pertamakali menggunakan istilah

Altruisme. Dalam penjabarannya mengenai altruisme, Auguste Comte membagi

sifat altruisme menjadi dua, yaitu perilaku menolong yang altruis dengan perilaku

menolong yang egois. Menurutnya dalam memberikan pertolongan, manusia

memiliki motif (dorongan), yaitu altruis dan egois. Kedua dorongan tersebut

sama-sama ditujukan untuk memberikan pertolongan. Perilaku menolong yang

egois tujuannya justru memberi manfaat untuk diri sipenolong atau dia mengambil

manfaat dari orang yang ditolong. Sedangkan perilaku menolong altruis yaitu

perilaku menolong yang ditujukan semata-mata untuk kebaikan orang yang

ditolong (Desmita, 2009).

9

Page 26: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

10

Sama halnya dengan David (1991) mengartikan altruisme lebih jelas lagi

yaitu sebagai tindakan yang dilakukan sesorang atau kelompok orang untuk

menolong orang lain tanpa mengharap imbalan apapun, kecuali telah memberikan

suatu kebaikan (Fuad, 2008). Menurut pandangan Myers (2012) memaparkan

bahwa altruisme adalah lawan dari egoisme. Altruisme merupakan motif untuk

meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa sadar untuk kepentingan pribadi

seseorang. Orang yang altruistis peduli dan mau membantu meskipun jika tidak

ada keuntungan yang ditawarkan atau tidak ada harapan ia akan mendapatkan

kembali sesuatu.

Pada sebuah artikel berjudul Altruisme dan Filantropis Borrong,

(Baron&Byrne, 2005), altruism diartikan sebagai kewajiban yang ditujukan pada

kebaikan orang lain. Suatu tindakan altruistic adalah tindakan kasih yang dalam

bahasa Yunani disebut agape. Agape adalah tindakan mengasihi atau

memperlakukan sesama dengan baik untuk tujuan kebaikan orang itu dan tanpa

dirasuki oleh kepentingan orang yang mengasihi. Istilah altruisme kadang-kadang

digunakan secara bergantian dengan tingkah laku prososial, altruisme yang

sesungguhnya adalah kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan

untuk kebaikan orang lain.

Menurut Baron dan Byrne (2015), altruisme merupakan bentuk khusus

dalam penyesuaian perilaku yang ditujukan demi kepentingan orang lain, biasanya

merugikan diri sendiri dan biasanya termotivasi oleh hasrat untuk meningkatkan

kesejahteraan orang lain agar lebih baik tanpa mengharapkan penghargaan.

Menurut Staub (pratiwi, 2009) perilaku menolong, menyumbang, bekerjasama,

Page 27: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

11

peduli pada orang lain, berbagi dan memberi fasilitas bagi kesejahteraan orang

lain merupakan beberapa macam perilaku altruisme.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa altruisme

adalah suatu tindakan sukarela untuk membantu orang lain baik melalui fisik,

materi atau psikologis yang diberikan secara murni, tulus tanpa mengharapkan

imbalan apapun untuk dirinya yang didasari motif untuk meningkatkan

kesejahteraan dan keselamatan orang lain.

2. Aspek- aspek sikap altruisme

Aspek-aspek altruisme menurut Cohen (Nashori, 2008) menyatakan

bahwa dalam altruisme terdiri dari tiga hal yaitu:

a. Empati adalah kemampuan untuk merasakan perasaan yang dialami oleh

orang lain. Goleman (1997) menjelaskan bahwa dalam sikap empati yang

terus menerus akan melibatkan pertimbangan-pertimbangan moral.

Seseorang yang memiliki empati yang tinggi maka dirinya akan lebih

mudah untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain.

b. Keinginan memberi adalah maksud hati untuk memenuhi kebutuhan orang

lain.

c. Sukarela adalah apa yang diberikan itu semata-mata untuk orang lail, tidak

ada keinginan untuk memperoleh imbalan.

Leeds (Nashori, 2008) mengemukakan ada tidak indikator yang

menjadi ciri-ciri altruime yaitu:

a. Tindakan tersebut bukan untuk kepentingan diri sendiri.

b. Tindakan tersebut dilakukan secara sukarela.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

12

c. Tindakan tersebut menghasilkan kebaikan karena menolong sesuai

dengan kebutuhan.

Menurut penelitian Sappington dan Baker (Sarwono, 2002) yang memiliki

perngaruh untuk berperilaku menolong, bagaimana kepercayaan atau keyakinan

orang yang bersangkutan tentang pentingnya menolong yang lemah seperti yang

diajarkan agama.

Berdasarkan uraian dari ciri-ciri altrruisme diatas maka dapat disimpulkan

bahwa aspek-aspek perilaaku altruisme antara lain adalah empati, memberi karena

untuk memenuhi kebutuhan oranglain, sukarela, bukan untuk kepentingan diri

sendiri, menolong karena sesuai dengan kebutuhan dan keyakinan pentingnya

menolong.

3. Faktor-faktor Altruisme

Beberapa penelitian psikologi sosial melihat bahwa pemberian bantuan

dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. Kehadiran orang lain

Menurut Sarwono (1999), adanya orang lain yang berada di tempat

kejadian merupakan faktor utama yang berpengaruh pada perilaku menolong

atau tidak menolong. Latane dan Darley (1970) menyatakan bahwa adanya

penonton dalam jumlah banyak memungkinkan tidak adanya usaha untuk

memberikan pertolongan. Semakin banyak orang lain, potensi keinginan orang

untuk menolong semakin kecil. (Latena dan Nida, 1981) orang-orang yang

menyaksikan suatu kejadian seperti peristiwa pembunuhan, kecelakaan,

perampokan dan peristiwa peristiwa lainnya mungkin menduga bahwa sudah

Page 29: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

13

ada orang lain yang menghubungi pihak berwajib sehingga kurang

mempunyai tanggung jawab pribadi untuk turun tangan. Mengapa kehadiran

orang lain memang terkadang menghambat usaha untuk menolong.

b. Kondisi lingkungan

Keadaan fisik juga mempengaruhi orang untuk memberi bantuan.

Sejumlah penelitian membuktikan pengaruh kondisi lingkungan seperti cuaca,

ukuran kota, dan derajat kebisingan terhadap pemberian bantuan. Efek cuaca

terhadap pemberian bantuan diteliti dalam dua penelitian lapangan yang

dilakukan oleh Cunningham (1979). Dalam penelitian pertama, para pejalan

kaki dihampiri diluar rumah dan diminta untuk membantu peneliti dengan

mengisi kuisioner. Orang lebih cenderung membantu bila hari cerah dan bila

suhu udara relative menyenangkan relative hangat di musim dingin dan

relative sejuk di musim panas.

Penelitian kedua yang mengamati bahwa para pelanggan memberi tip yang

lebih banyak bila hari cukup cerah. Menurut Ahmed (1979),bahwa orang lebih

cenderung menolong pengendara motor yang mogok dalam cuaca cerah

daripada dalam cuaca mendung dalam siang hari. Faktor lingkungan lainnya

yang dapat mempengaruhi tindakan menolong adalah kebisingan. Methews

dan canon (Sears dkk, 1985), bahwa suara bising yang keras menyebabkan

orang lain mengabaikan orang lain di sekitarnya dan memotivasi mereka

untuk meninggalkan situasi tersebut secepatnya sehingga menciptakan

penonton yang tidak begitu suka menolong.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

14

c. Tekanan waktu

Menyatakan bahwa orang kadang berada dalam keadaan tergesagesa untuk

menolong. Orang yang sibuk cenderung untuk tidak menolong sedangkan

orang yang santai lebih besar kemungkinannya untuk memberikan

pertolongan pada yang memerlukannya. Bukti nyata efek ini berasal dari

eksperimen yang dilakukan oleh Darley dan Botson (1973) dimana

dAitemukan 10% subyek yang diberikan tekanan waktu memberikan bantuan

dan 63% subyek yang tidak diberikan tekanan waktu dapat memberikan

pertolongan. Dari hasil tersebut peneliti menyatakan bahwa tekanan waktu

menyebabkan seseorang dapat mengabaikan kebutuhan korban sehingga

tindakan pertolongan tidak terjadi.

d. Faktor kepribadian

Tampaknya ciri kepribadian tertentu mendorong orang untuk memberikan

pertolongan dalam beberapa jenis situasi yang lain. Satow (Sears dkk, 1985),

mengamati bahwa orang yang mempunyai tingkat kebutuhan tinggi untuk

diterima secara sosial lebih cenderung untuk menyumbangkan uang bagi

kepentingan amal dari pada orang yang mempunyai tingkat yang rendah untuk

diterima secara sosial, tetapi hanya bila orang menyaksikannya.

e. Suasana hati

Secara kasar, kondisi suasana hati yang baik akan meningkatkan peluang

terjadinya tingkah laku menolong orang lain atau dalam kata lain yaitu

altruisme, sedangkan kondisi suasana hati yang tidak baik akan menghambat

pertolongan.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

15

4. Cara Membentuk Perilaku Altruistik

Perilaku altruistik tidak dapat muncul dengan sendirinya tetapi ada beberapa

hal yang menyebabkan berperilaku demikian. Hal-hal yang menyebabkan individu

berperilaku demikian menurut Pribanto (Agustin, 1999), cara membentuk perilaku

altruistik ada tiga, yaitu :

a. Pendekatan dengan Pengukuhan (Reinforcement)

Pendekatan dengan pengukuhan reinforcement adalah hukuman dan

hadiah. Pemberian hukuman akan menghambat timbulnya Perilaku

membantu.

b. Peniruan (Modelling)

Perilaku memberi bantuan dapat meningkat, jika seseorang mengamati

bahwa modelnya memperoleh reward (pujian, hadiah, status sosial yang baik,

dan lain-lain) karena telah berbuat baik kepada orang lain.

c. Mengajarkan Perilaku Altruistik

Mengajarkan Perilaku altruistik akan lebih efektif kalau dikatakan bahwa

Perilaku tersebut merupakan kriteria internal dari kualitas moral individual.

Maksudnya, moral individu dinilai dari kreteria internalnya antara lain

Perilaku altruistiknya. Sedangkan penggunaan kreteria eksternal kurang

efektif, karena individu akan memberi bentuan kalau ada keuntungan-

keuntungan atau hadiah dari orang lain.

5. Tahap-tahap Perilaku Altruisme

Menurut Latene dan Darley (Sarlito, 1999), ada lima tahap dalam Perilaku

Altruistik, yaitu :

Page 32: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

16

a. Perhatian Pada Suatu Kejadian

Individu membantu orang lain karena adanya rasa kasih sayang, pengabdian,

kesetiaan yang diberikan tanpa ada kegiatan untuk memperoleh imbalan

darinya maupun orang lain.

b. Interpretasi

Pemberian pendapat atau kesan apakah kamu suatu pertolongan dibutuhkan

atau tidak.

c. Tanggung Jawab

Berkewajiban menanggung segala sesuatu untuk menolong pada suatu

peristiwa atau kejadian yang dAitemui.

d. Keputusan untuk Bertindak

Keputusan yang diberikan dalam memberikan petolongan pada orang lain,

pertolongan tersebut akan diterima atau ditolak.

e. Kesungguhan untuk Bertindak

Keyakinan bertindak tersebut benar-benar akan menolong atau benar-benar

tidak melakukan tindakan untuk menolong.

B. Harga Diri

1. Pengertian Harga Diri

Menurut Santrock (1999) harga diri merupakan evaluasi individu terhadap

dirinya sendiri secara positif atau negatif. Evaluasi ini memperlihatkan

bagaimana individu menilai dirinya sendiri dan diakui atau tidaknya kemampuan

dan keberhasilan yang diperolehnya. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

mereka terhadap keberadaan dan keberartian dirinya. Individu yang memiliki

Page 33: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

17

harga diri positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri apa adanya.

Menurut James (dalam Baron dan Byrne, 2004) harga diri adalah evaluasi yang

dibuat oleh individu. Sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang

dimensi positif dan negatif. Harga diri sebagai evaluasi yang dibuat oleh individu

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, yang mengekspresikan suatu

sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat dimana individu itu

meyakinkan diri sendiri bahwa dia mampu, penting, berhasil, dan berharga.

Dengan kata lain harga diri merupakan suatu penilaian pribadi terhadap perasaan

berharga yang diekspresikan di dalam sikap-sikap yang dipegang oleh individu

tersebut. Coopersmith (dalam Dariyo dan Ling, 2002). Menurut Tambunan

(2001) harga diri mengandung arti suatu penilaian individu terhadap diri

diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersikap negatif dan positif.

Berbeda dengan pendapat Santrock, James dan tambunan, Klass dan

Hodge dalam Nuryoto dan Tjahjaningsih (1994), mengemukakan bahwa harga

diri adalah evaluasi yang dibuat dan dipertahankan oleh individu, yang diperoleh

dari hasil interaksi individu dengan lingkungan, serta penerimaan, penghargaan

dan perlakukan orang lain terhadap individu tersebut. Harga diri dapat juga

diartikan sebagai dimensi evaluatif yang menyeluruh dari dirinya (Santrock,

2003). Sedangkan menurut Branden (2001) harga diri adalah apa yang individu

pikirkan dan rasakan tentang dirinya, bukan apa yang dipikirkan dan dirasakan

oleh orang lain tentang siapa dirinya sebenarnya. Berdasarkan uraian di atas maka

dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian individu terhadap dirinya

sendiri baik secara positif maupun negatif.

Page 34: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

18

Komponen-komponen Harga Diri Felker dalam Churaisin (2004)

mengemukakan bahwa komponen harga diri terdiri dari:

a. Perasaan diterima (Felling Of Belonging)

Perasaan individu bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok

dan dirinya diterima seperti dihargai oleh anggota kelompoknya. Kelompok ini

dapat berupa keluarga kelompok teman sebaya, atau kelompok apapun. Individu

akan memiliki penilaian yang positif tentang dirinya apabila individu tersebut

merasa diterima dan menjadi bagian dalam kelompoknya. Namun individu akan

memiliki penilaian negatif tentang dirinya bila mengalami perasaan tidak

diterima, misalnya perasaan seseorang pada saat menjadi anggota kelompok suatu

kelompok tertentu.

b. Perasaan Mampu (Felling Of Competence )

Perasaan dan keyakinan individu akan kemampuan yang ada pada dirinya

sendiri dalam mencapai suatu hasil yang diharapkan, misalnya perasaan

seseorang pada saat mengalami keberhasilan atau kegagalan.

c. Perasaan Berharga (Felling Of Worth)

Perasaan dimana individu merasa dirinya berharga atau tidak, dimana

perasaan ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman yang lalu. Perasaan yang

dimiliki individu yang sering kali ditampilkan dan berasal dari pernyataan-

pernyataan yang sifatnya pribadi seperti pintar, sopan, baik dan lain sebagainya.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

19

2. Aspek-aspek Harga Diri

Coopersmith (dalam Ragil, 2011), membagi harga diri menjadi empat aspek,

yaitu :

a. Kekuasaan (Power)

Merupakan kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta mendapat

pengakuan tingkah laku tersebut dari orang lain. Ditandai dengan pengakuan dan

penghormatan yang diterima dari orang lain dan adanya kualitas dari pendapat

yang diutarakan oleh individu yang nantinya mendapat pengakuan dari orang lain.

b. Keberartian (Significance)

Adanya kepedulian, penilaiandan afeksi yang diterima individu dari orang

lain yang menunjukan penerimaan dan popularitas individu dari lingkungan

sosial. Ditandai dengan adanya kehangatan, respon yang baik dari lingkunganya.

Adanya ketertarikan, kehangatan, respon yang baik dari lingkungan, adanya

ketertarikan lingkungan terhadap individu dan lingkungan menerima individu

tersebut apa adanya.

c. Kebijakan (Virtue)

Merupakan ketaan dalam mengikuti standart moral, etika dan agama.

Ditandai dengan menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan baik secara

moral, etika dan agama. Seseorang yang menanti peraturan moral, etika dan

agama dianggap sikap positif terhadap diri yang artinya seseorang tersebut telah

mengembangkan harga diri yang positif pada diri sendiri.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

20

d. Kemampuan (Competence)

Menunjuk pada adanya performa yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan

mencapai prestasi (Need for Acievement) dimana level dan tugas-tugas tersebut

tergantung pada variasi usia seseorang. Harga diri pada masa remaja meningkat

menjadi lebih tinggi bila remaja tahu tugas-tugas apa yang penting untuk

mencapai tujuannya, dan karena mereka telah melakukan tugas-tugasnya tersebut

atau tugas lain yang serupa. Para peneliti juga menemukan harga diri remaja dapat

meningkat pada saat menghadapi masalah dan kemampuan menyelesaikannya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri menurut Wirawan dan

Widyastuti (Rombe, 1997) adalah faktor fisik, psikologis, lingkungan, tingkat

intelegensi, status sosial ekonomi, ras, dan kebangsaan. Sebagaimana yang telah

disebutkan di atas, maka akan dijelaskan lebih lanjut, yaitu :

a. Faktor Fisik

Seperti ciri fisik dan penampilan wajah manusia. Misalnya, beberapa

orang cenderung memiliki harga diri yang tinggi apabila memiliki wajah yang

menarik.

b. Faktor Psikologis

Seperti kepuasan kerja, persahabatan, kehidupan romantis. Misalnya,

seorang laki-laki memperlakukan pasangannya dengan sangat romantis, maka

akan meningkatkan harga dirinya.

c. Faktor Lingkungan Sosial

Seperti orang tua dan teman sebaya. Misalnya, kalau orang tua mampu

menerima kemampuan anaknya sebagaimana yang ada, maka anak menerima

Page 37: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

21

dirinya sendiri. Tetapi, kalau orang tua menuntut lebih tinggi dari apa yang

ada pada diri anak sehingga mereka tidak menerima sebagaimana adanya.

Semakin dewasa seseorang, maka semakin banyak pula orang-orang di

lingkungan sosialnya yang mempengaruhi pembentukan harga dirinya.

d. Faktor Tingkat Intelegensi

Semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang, maka semakin tinggi pula

harga dirinya dan jelas bahwa tingkat intelegensinya ternyata mempengaruhi

harga diri seseorang dan terlihat adanya hubungan positif diantara keduanya.

e. Faktor Status Sosial Ekonomi

Secara umum seseorang yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

memiliki harga diri yang lebih rendah daripada yang berasal dari keluarga

dengan status sosial ekonomi tinggi.

f. Faktor Ras dan Kebangsaan

Seseorang yang berkulit hitam dan bersekolah disekolah-sekolah orang

yang berkulit putih memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada orang-orang

Australia, India, dan Irlandia.

g. Faktor Urutan Keluarga

Anak tunggal cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada

anak-anak yang memiliki saudara sekandung. Selain itu anak laki-laki sulung

yang memiliki adik kandung perempuan cenderung memiliki harga diri yang

lebih tinggi.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

22

4. Karakteristik Orang Dengan Harga Diri Tinggi

Orang yang memiliki tingkat harga diri yang tinggi biasanya memiliki

pemahaman yang jelas tentang kualitas personalnya. Mereka menggangap diri

mereka baik, punya tujuan yang tepat,memiliki umpan balik dengan cara yang

memperkaya wawasan dan menikmati pengalaman positif (Wood, Heimpel, dan

Micela, 2003), serta bisa mengatasi situasi sulit. Misalnya, ketika orang yang

memiliki harga diri tinggi mendapatkan kabar ditolak orang lain, maka orang ini

mungkin merespon dengan meningkatkan diri sendiri tentang kualitas positif yang

dimilikinya (Sommer & Baumeister, 2002). Orang yang punya harga diri tinggi

mengingat pengalaman sehari-harinya dengan cara lebih positif-sebuah bias

memori yang mungkin makin memperkuat harga dirinya sendiri (Cristensen,

Wood, & Barret, 2003) (Sears, 2009).

Sebaliknya, orang yang menilai dirinya negatif secara relatif tidak sehat,

cemas, tertekan, dan pesimis, tentang masa depannya dan mudah atau cenderung

gagal. Orang yang harga dirinya rendah memiliki suatu mengalah diri (Self-

Defeating) yang dapat memperangkap diri mereka sendiri kedalam suatu

lingkaran setan. Biasanya karena mengharapkan kegagalan, mereka menjadi

cemas, menunjukan usaha-usaha yang sedikit/kecil dan menghilangkan tantangan-

tantangan penting dalam kehidupan mereka. Kemudian ketika mereka gagal

melakukannya, orang yang harga dirinya rendah menyalahkan diri sendiri, pada

gilirannya hal ini mengarahkan mereka untuk merasa lebih tidak kompeten lagi

Brehm & Kassin (1993), (Dayakisni & Hudaniah, 2009).

Page 39: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

23

C. Empati

1. Pengertian Empati

Empati berasal dari kata empatheia yang berarti ikut merasakan. Istilah ini

pada awalnya digunakan para teoretikus estetika untuk kemampuan pengalaman

subyektif orang lain. Kemudian pada tahun 1920-an, seorang ahli psikologi

Amerika E.B.Tiechener, untuk pertama kalinya menggunakan istilah “mimikri

motor” untuk istilah empati. Istilah Tichener yang dikutip dalam Golleman

menyatakan bahwa empati berasal dari peniruan secara fisik atas beban orang

lain, yang kemudian menimbulkan perasaan serupa dalam diri seseorang.

Menurut (Batson, 2008) dengan empati yaitu pengalaman menempatkan

diri pada keadaan emosi orang lain seolah-olah mengalaminya sendiri. Empati

inilah yang menurut Batson akan mendorong orang untuk melakukan

pertolongan altruistis. Untuk menguji pandangan altruistik dari Perilaku

menolong.

Empati menurut (Patton, 2002), memposisikan diri pada tempat orang lain

memang tidak mudah, namun perlu jika anda memiliki rasa kasih kepada

orang lain, memahami orang lain, memperhatikan mereka, itu berarti bahwa kita

membutuhkan waktu untuk mendekatkan sebagai hal yang dapat mempererat

ikatan persahabatan dan menunjukkan kesediaan. Chaplin (1986) mendefinisikan

bahwa empati adalah pemroyeksian perasaan sendiri pada suatu kejadian, satu

obyek alamiah atau karya estetis dan Realisasi pengertian terhadap kebutuhan dan

penderitaan pribadi orang lain.

Page 40: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

24

Empati berarti munculnya kerelaan diri untuk menjelajah dunia orang lain.

Kita seolah-olah meninggalkan diri sendiri untuk menjadi orang lain. Kita

berusaha menarik simpati orang lain dengan harapan kita mampu

meluluhkan hatinya. Orang yang sukses adalah ketika ia mampu menebarkan

empati-empati kepada orang lain secara apik tanpa merendahkan diri sendiri dan

tanpa mengorbankan orang lain. Empati bukan sifat “menjilat” tetapi kepiawaian

seseorang dalam membaca dan menyesuaikan diri dengan orang lain. Empati

berarti munculnya kesadaran untuk selalu menghargai oranglain.

Bahasa sehari-hari, sering diketemukan istilah simpati dan empati,

perbedaan antara keduanya terletak pada intensitasnya. Jika kita sekedar mencoba

mengetahui persoalan orang lain, maka kita tengah bersimpati, tetapi jika

memahaminya lebih jauh menurut cara pandang dia, maka kita dapat dikatakan

sedang berempati Baro & Byrne menulis ”ketika anda hanya menyodori masalah

orang lain, anda mungkin merasakan simpati ketika anda mencoba memahami

pengalaman subyektif orang itu, maka disitulah timbul empati”. Maka dapat

dikatakan bahwa jika memahami seseorang secara obyektif berarti simpati,

sedangkan jika memahami seseorang secara subyektif berarti imbul empati.

Titchner (Goleman, 2003) menyatakan bahwa empati berasal dari

semacam peniruan secarafisik atas beban orang lain, yang kemudian

menimbulkan perasaan serupa dalam diri seseorang. Menurut Johnson (Sari&

Eliza,2003) empati adalah kecenderungan untuk memahami kondisi atau

keadaan pikiran orang lain. Seseorang yang berempati digambarkan sebagai

Page 41: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

25

individu yang toleran, ramah, mampu mengendalikan diri, dan bersifat

humanistik.

Taufik (2012) mendefinisikan empati merupakan suatu aktivitas untuk

memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain, serta apa yang

dipikirkan dan dirasakan oleh yang bersangkutan (Observer, perceiver) terhadap

kondisi yang sedang dialami orang lain tanpa yang bersangkutan kehilangan

kontrol dirinya.

Menurut Gunarsa (2000) empati dianggap sebagai salah satu carayang

efektif dalam usaha mengenali, memahami, dan mengevaluasi orang lain. Dan

hasil akhir yang terbaik dari empati adalah munculnya perilaku menolong,

Warneken& Tomasello (Taufik, 2012).

Berdasarkan beberapa uraian diatasdapat disimpulkan bahwa empati

adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami

perasaan dan pikiran orang lain tanpa harus melibatkan secara nyata dalam

perasaan dan pikiran orang tersebut. Artinya, situasi tersebut lebih jelas dirasakan

sebagai situasi orang lain daripada situasi sendiri. Seseorang tidak mengalami

suatu peristiwa yang saat itu dialami dan dirasakan oleh orang lain, tapi

diharapkan mampu untuk memahami peristiwa tersebut jika dilihat dari sudut

pandang orang lain.

2. Aspek-aspek Empati

Davis, Sari& Eliza (2003) menjelaskan aspek-aspek empati, antaralain:

a. Perspective tacking (Pengambilan Perspektif), merupakan kecenderungan

Individu untuk mengambil alih secara spontan sudut pandang orang lain.

Page 42: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

26

Pentingnya kemampuan dalam perspective taking untuk perilaku yang

non-egosentrik, yaitu perilaku yang tidak berorientasi pada kepentingan

diri sendiri, tetapi perilaku yang berorientasi pada kepentingan orang lain.

b. Fantasy (Imajinasi), merupakan kecenderungan seseorang untuk

mengubah diri kedalam perasaan dan tindakan karakter-karakter khayalan

yang terdapat pada buku-buku, layarkaca, bioskop, maupun dalam

permainan-permainan

c. Empathic concer (Perhatian Empatik), merupakan orientasi seseorang

terhadap orang lain berupa simpati, kasihan, dan peduli terhadap orang lain

yang mengalami kesulitan. Aspek ini berhubungan secara positif dengan

reaksi emosional dan perilaku menolong pada orang lain.

d. Personal distress (Distress Pribadi), merupakan orientasi seseorang

terhadap dirinya sendiri yang berupa perasaan cemas dan gelisah pada

situasi interpersonal.

3. Faktor-faktor Empati

Faktor-faktor yang mempengaruhi empati menurut Hoffman (2000) yaitu:

a. Sosialisasi, Dengan adanya sosialisasi memungkinkan seseorang dapat

mengalami sejumlah emosi, mengarahkan seseorang untuk melihat

keadaan orang lain dan berpikir tentang oranglain.

b. Mood and feeling, Situasi perasaan seseorang ketika berinteraksi dengan

lingkungannya akan mempengaruhi cara seseorang dalam memberikan

respon terhadap perasaan dan perilaku oranglain.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

27

c. Situasi dan tempat, padasituasi tertentu seseorang dapat berempati lebih

baik dibandingkan dengan situasi yang lain.

d. Proses belajar dan identifikasi, apa yang telah dipelajari anak dirumah

atau pada situasi tertentu diharapkan anak dapat menerapkannya pada lain

waktu yang lebih luas.

e. Komunikasi dan bahasa, pengungkapan empati dipengaruhi oleh

komunikasi (bahasa) yang digunakan seseorang. Perbedaan bahasa dan

ketidak pahaman tentang komunikasi akan menjadi hambatan pada proses

empati.

f. Pengasuhan, lingkungan yang berempati dari suatu keluarga sangat

membantu anak dalam menumbuhkan empati dalam dirinya.

4. Ciri-ciri atau Karakteristik Empati

Empati menekankan pentingnya mengindra perasaan orang lain sebagai

dasar untuk membangun hubungan sosial yang sehat. Bila Self Awareness

terfokus pada pengenalan emosi sendiri, dalam empati perhatiannya dialihkan

kepada pengenalan emosi orang lain. Semakin seseorang mengetahui emosi

sendiri, semakin ia terampil membaca emosi orang lain. Dengan demikian empati

dapat dipahami sebagai kemampuan mengindera perasaan dariperspektif orang

lain.

Menurut Golleman ada empat kemampuan empati yang dimiliki oleh para

Start Performer adalah :

Page 44: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

28

a. Memahami orang lain, yaitu mengindera perasaan-perasaan dan

perspektif orang lain, serta menunjukkan minat-minat aktif terhadap

kepentingan-kepentingan mereka.

b. Mengembangkan orang lain, yaitu mengindera kebutuhan orang lain

untuk perkembangan dan meningkatkan kemampuan mereka.

c. Memanfaatkan keragaman, yaitu menumbuhkan kesempatan

kesempatan melalui keragaman pada banyak orang.

d. Kesadaran politik, yaitu membaca kecenderungan sosial politik yang

seimbang.

Golleman mengemukakan 3 ciri-ciri kemampuan empati yang harus

dimiliki sebagai bahan dari kecerdasan emosional antara lain :

a. Mendengarkan bicara orang lain dengan baik, artinya individu mampu

memberi perhatian dan menjadi pendengar yang baik dari segala

permasalahan yang diungkapkan orang lain kepadanya.

b. Menerima sudut pandang orang lain, artinya individu mampu

memandang permasalahan dari titik pandang orang lain sehingga akan

menimbulkan toleransi dan kemampuan menerima perbedaan.

c. Peka terhadap perasaan orang lain, artinya individu mampu membaca

perasaan orang lain dari isyarat verbal dan non verbal, seperti nada

bicara, ekspresi wajah, gerak-gerik, dan bahasa tubuh yang lain.

Inti empati adalah mendengarkan dengan telinga yang tertata dengan baik

dan tepat. Mendengarkan dengan baik yang diperlukan secara mutlak demi

keberhasilan suatu aktifitas. Orang yang tidak dapat mendengarkan adalah orang

Page 45: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

29

yang acuh tak acuh dan tak peduli, yang pada gilirannya membuat orang lain

enggan berkomunikasi lagi. Dan orang yang tampaknya mudah diajak bicara

adalah orang yang bersedia mendengar lebih banyak. Mendengarkan dengan baik

dan mendalam sama artinya dengan memperhatikan lebih daripada yang

dikatakan, yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, atau mengulang-

ulang dengan kata-kata sendiri apapun yang kita dengar guna memastikan bahwa

kita mengerti, ini disebut dengan mendengar “aktif”.

Tanda bahwa kita benar-benar mendengarkan orang lain dengan baik

adalah menanggapinya dengan tepat berkomunikasi lagi. Dan orang yang

tampaknya mudah diajak bicara adalah orang yang bersedia mendengar lebih

banyak. Mendengarkan dengan baik dan mendalam sama artinya dengan

memperhatikan lebih daripada yang dikatakan, yakni dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, atau mengulang-ulang dengan kata-kata sendiri apapun

yang kita dengar guna memastikan bahwa kita mengerti, ini disebut dengan

mendengar “aktif”. Tanda bahwa kita benar-benar mendengarkan orang lain

dengan baik adalah menanggapinya dengan tepat.

D. Hubungan Antara Harga Diri dan Empati Dengan Perilaku Altruisme

pada Remaja.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Satria Andromeda dengan

judul Hubungan Antara Empati dengan Perilaku Altruisme pada Karang Taruna

desa Pakang oleh Satria Andromeda di Fakultas psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2014. Adanya hubungan positif yang sangat signifikan

antara empati dengan perilaku altruisme pada karang taruna desa Pakang.

Page 46: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

30

Semakin tinggi empati maka semakin tinggi perilaku altruisme, sebaliknya

semakin rendah empati maka semakin rendah perilaku altruisme. Nilai koefisien

korelasi (rxy) sebesar 0,584 ; Signifikansi p = 0,000 (p ≤ 0,0). Sumbangan efektif

empati 34,1%. Hal ini berarti masih terdapat 65,9% variabel-variabel lain yang

dapat mempengaruhi kecenderungan perilaku altruisme selain empati.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh fitri nuri afifah yang berjudul

Hubungan Harga Diri Terhadap Perilaku Altruisme pada Remaja kelas XII

diMadrasah Aliyah Negri Sumberejo Donomulyo Kabupaten Malang diFakultas

Psikologi, Universitas Islam Negri Malik Ibrahim Malang, 2016. Berdasarkan

hasil analisis korelasi yang menghasilkan besar korelasi antara harga diri dan

perilaku altruisme adalah (r) 0,322 dengan signifikasi (p)0,001. Maka hal tersebut

menunjukan ada hubungan positif antara harga diri terhadap perilaku altruisme.

Sebaliknya makin rendah harga diri, maka makin rendah pula perilaku altruisme.

Dalam hal ini adalah adanya hubungan namun dalam tingkat rendah.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Niken Lupitasari dan Nailul

Fauziah. Yang berjudul Hubungan Antara Harga Diri dengan Kendererungan

Perilaku Prososial pada Remaja Panti Asuhan diSemarang di Fakultas Psikologi,

Universitas Diponogoro, 2017. Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai

Kolmogorov-Smirnov .621 dengan signifikansi p=.836 (p >.05). Hasil tersebut

menunjukan bahwa residual memiliki distribusi normal. Uji linieritas hubungan

antara variabel harga diri dengan kecenderungan perilaku prososial mendapatkan

hasil F = 36,120 dengan signifikansi .000 (p < .005). Hal ini menunjukan bahwa

hasil penelitian ini signifikan. Nilai koefisien korelasi yang positif menunjukan

Page 47: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

31

bahwa hubungan kedua variabel memiliki arah yang positif. Semakin tinggi harga

diri, maka semakin tinggi pula kecenderungan perilaku prososial pada remaja

panti asuhan.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Agustin Pujianti yang berjudul

Kontribusi Empati Terhadap Perilaku Altruisme pada Siswa Siswi SMA Negri 1

Setu Bekasi di Fakultas Psikologi, Universitas Guna Darma. Dari hasil penelitian

diketahui bahwa terdapat kontribusi empati secara signifikan terhadap altruisme

pada siswa siswi sebesar 50,4 %. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa empati

berpengaruh terhadap altruisme.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Seno Sumarsongko yang

berjudul Hubungan Harga Diri dengan Perilaku Prososial pada Satpam PT

Danrilis Surakarta di Fakultas Psikologi, Universitas Surakarta, 2015.

Berdasarkan hasil analisisa statistic dengan teknik analisa product moment dari

Sperman’s rho nilai r=0,374 dengan signifikansi p=0,000 (p<0,01). Hal ini

menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara harga diri

dengan perilaku prososial. Artinya harga diri mempengaruhi perilaku prososial.

Hasil tersebut menunjukkan semakin tinggi harga diri maka semakin tinggi

perilaku prososial, begitu sebaliknya semakin rendah harga diri maka semakin

rendah perilaku prososial karyawan.

Searsdkk (1994) mendefinisikan altruisme adalah tindakan sukarela yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa

mengharapkan imbalan apapun (kecuali mungkin perasaan telah melakukan

kebaikan). Altruisme adalah minat yang tidak mementingkan diri sendiri untuk

Page 48: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

32

menolong orang lain (Santrock, 2003). maka dapat disimpulkan bahwa perilaku

altruisme adalah tindakan seseorang yang berupa bantuan kepada orang lain

secara suka rela dan menyampingkan kepentingan pribadi demi kesejahteraan

orang lain.

Berkaitan dengan pemahaman diri pada remaja, remaja tidak hanya

mencoba mendefinisikan mengenai diri mereka kepada teman atau orang yang

dikasihi melainkan mereka juga melakukan evaluasi terhadap pemahaman dirinya

yaitu harga diri. Harga diri yaitu suatu dimensi evaluatif global mengenai diri,

disebut juga sebagai martabat diri atau citra diri (Santrock, 2007). Remaja dengan

harga diri tinggi lebih memiliki inisiatif, meskipun demikian, hal ini dapat

memberikan dampak positif atau negatif Baumeister dkk (2003), Santrock, 2007).

Remaja yang memiliki harga diri tinggi rentan untuk memperlihatkan perilaku

altruisme maupun anti sosial (Santrock, 2007).

Dalam pengelolaan harga diri yang baik, remaja dapat mempengaruhi

altruisme yang baik. Karena ketika seseorang dapat mengelola harga diri yang

baik maka hal tersebut dapat menimbulkan altruisme tanpa memikirkan

kepentingan pribadi. Namun pengelolaan harga diri yang buruk, remaja hanya

memikirkan pribadinya saja tanpa mementingkan orang lain.

Selain itu, empati juga mempengaruhi individu dalam menolong seseorang

yang tertimpa musibah. Dengan adanya empati mahasiswa diharapkan mampu

memunculkan perilaku altruisme dalam dirinya.

Page 49: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

33

E. Kerangka Pikir

Kepedulian mahasiswa/remaja terhadap orang lain dan lingkungan

disekitar semakin menurun. Salah satu perilaku yang kurang dimiliki

mahasiswa/remaja adalah perilaku altruisme. Dengan adanya empati

mahasiswa/remaja diharapkan mampu memunculkan perilaku altruisme dalam

dirinya. Perilaku altruisme pada remaja khususnya pada mahasiswa/remaja di era

globalisai saat ini mengalami banyak penurunan. Salah satu penyebabnya yaitu

lunturnya sikap empati dikalangan remaja. Penggunaan teknologi canggih, mesin,

elektronik, komputer, beban pekerjaan, tugas sekolah dan fokusnya di bangku

perkuliahan membuat remaja saat ini cenderung membuat remaja fokus pada

kepentingannya sendiri dan cenderung mengabaikan perilaku altruisme terhadap

orang lain.

kepedulian mahasiswa/remaja terhadap orang lain dan lingkungan

disekitar semakin menurun. Salah satu yang kurang dimiliki mahasiswa/remaja

adalah harga diri yang baik. Tetapi dengan adanya empati mahasiswa/remaja

diharapkan mampu memunculkan perilaku altruisme dalam dirinya.

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Harga Diri

Empati

Altruisme

Page 50: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

34

Gambar 1. Skema Hubungan antara Harga Diri dan Empati dengan

Perilaku Altruisme pada Remaja.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Terdapat hubungan antara Harga Diri dan Empati dengan perilaku Atruisme pada

Remaja.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, N.P. 2016, Hubungan Harga Diri Terhadap Perilaku Altruisme pada

Remaja kelas XII DiMadrasah Aliyah Negri Sumberejo Donomulyo

Kabupaten Malang. Skripsi. Malang, Indonesia.

Agustiani, H. 2009. Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya

dengan Konsep diri dan Penyesuaian diri Pada Remaja. Bandung: PT

Refika Editama.

Andromeda, S. 2014, Hubungan Antara Empati dengan Perilaku Altruisme pada

Karang Taruna Desa Pakang. Skripsi. Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.

Arikunto, S. 2010. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

Asia, N. 2007. Hubungan Antara Harga diri dan Asertivitas dan Perilaku dengan

Perilaku Prososial. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi

UMS.

Astuti P. 2008. Prilaku Altruisme : Tiga Cara Menimbulkan Perilaku Altruisme.

Jakarta : PT Grasindo.

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia, Teori, dan Pengukurannya, Edisi ke2.

Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Edisi Pertama. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Offset.

Baron, R & Donn B. 1997. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Baron, R.A. & Byene, D. 2005. Psikologi Sosial(10 nd. Ed), Jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Bartal, D, Bagozzi, R. P. & Moore, D. J. 2000. Public Service Advertisements:

Emotions and Emphaty Guiede Prosocial Behavior. Journal of Marketing,

vol. 58. 56-70. January 1994.

Bauman, D. (dkk). 1981. “Altruisme as Hedonism: Helping and Self-Gratification

as Equivalen Responses”. Journal of Personality and Social Psychology,

Vol 40 (6)

Chaplin. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Frans, B.M. 2008. Putting the Altruism Back into Altruism: The Evolution of

Empath. Annu Rev.Psychol.59:279-300.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

Golleman, D. 1997. Terjemahan Emotional Intelligene. Jakarta: Gramedia

Pustaka.

Gunarsa, S.D. 1989. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Gusti, A.Y., & Margaretha P.M. 2010. Perilaku Prososial Ditinjau dari Empati

dan Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi. Vol. 9 No. 3 Desember, Hal. 56-

78.

Hadi, S. 2001. Statistik jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.

Hoffman, M. 2000. Empathy andmoral development: Implicationsfor caring and

justice. New York: Cambridge University Press.

Hurlock. 2002. Terjemahan Psikologi Perkembangan. Erlangga.

Karsidi, R. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS & UNS Press.

Knys, P. 1986. Problem Yang DiHadapi Muda Mudi, Yogyakarta: Kanius.

Kurnia, R. 2014. Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Role Playing

Untuk Meningkatkan Kemampuan Empati Peserta Didik. Skripsi.

Universitas Indonesia.

Lupitasari, F. 2017, Hubungan Antara Harga diri dengan Kecenderungan

Perilaku Prososialpada Remaja Panti Asuhan diSemarang. Skripsi.

Semarang, Indonesia.

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Moeleong, Lexy.J. 2005. Metode penelitian. Bandung: Remaja Rosda karya.

Myers, D.G. 2000. Social Psychology. Michigan Hopecollege. Michigan.

Mappiere, A. 1982. Sikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Monks, F. J. knoers, A. M. J. & Haditono, S. R. 2004. Terjemahan Psikologi

Perkembangan.

Nashori, F. 2008. Psikologi Sosial Islam. Bandung. PT Refika Aditama.

Nuryoto, S. 2009. Kumpulan review jurnal emosi dan perkembangan: Universitas

Gajah Mada.

Notoatmojo, S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Patton, P. 2002. EQ Pengembangan Sukses. Asas Moral KehidupanManusia. PT

Rineka Cipta: Bandung.

Page 53: HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN EMPATI DENGAN …repository.radenintan.ac.id/10624/1/SKRIPSI 2.pdf · Remaja dalam istilah bahasa inggris yaitu adolescence yang berasal dari Bahasa

Papilia, dkk. 2013. Human Development. Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika

Periantalo, J. 2015. Penyusunan Skala Psikologi: Asyik, Mudah & Bermanfaat.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Pujiyanti, A. Kontribusi Empati Terhadap Perilaku Altruisme pada Siswa Siwi

SMA Negri 1 setu Bekasi, Bekasi: Indonesia.

Ragil N.A. 2011. Hubungan Kecanduan Game Online dengan Self Esteem

Remaja Gamers diKecamatan Lowok Waru. Skripsi. Program Studi S1 UIN

Maliki Malang.

Tambunan, R. 2001. Harga Diri Remaja. www.manado.tribunews.com

Sarlito, W.S dan Eko AM. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Santrock, J.W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Alih Bahasa: Shinto B

& SherlyS. Jakarta: Erlangga.

Saraswati, W. 2012. Altruisme, Menolong Tanpa pamrih. www.wordpress.com.

Sarwono, S.W. 1999, Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Sears, D, O. et, 1991. Psikologi Sosial Edisi ke lima Jilid Dua. Jakata: Erlangga.

Sears, D, O. Et, Al 2009. Psikologi Sosial. Jakarta. Kencana.

Sears, D.O. Freedman, Jonathan L., & Peplau, L. A. 1994. Psikologi Sosial jilid 2.

Alih Bahasa: Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sumarsongko, S. 2015. Hubungan Hrga Diri dengan Perilaku Prsosial pada

Satpam PT. Danrilis Surakarta. Surakarta: Indonesia.

Taufik. 2012. Empati: pendekatan psikologi sosial. Jakarta: Raja Grafindo.

Wardhati, L.T., & Faturochman. 2006. Psikologi Pemaafan. diakses 6 April 2013