hubungan antara gaya belajar auditori dengan prestasi...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR AUDITORI DENGAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI I BANCAK TAHUN AJARAN 2013/2014
JURNAL
Oleh:
Nurul Maidatul Janah
202009089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
ii
iii
1
HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR AUDITORI DENGAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWAKELAS VIII SMP
NEGERI I BANCAK TAHUN AJARAN 2013/2014
Nurul Maidatul Janah
Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kisten Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga, Indonesia
e-mail: [email protected]
Abstrak
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitiian korelasional, dimana penelitian ini bertujuan mendeteksi sejauh mana hubungan antara gaya belajar auditori dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP N I Bancak tahun ajaran 2013/2014. Lokasi penelitian ini adalah SMP N I Bancak yang beralamat di Jalan Raya Rejosari – Bringin Km 18, Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang.
Populasi dalam penelitin ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri I Bancak Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 109 siswa, dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A sebanyak 28 tetapi ada 1 siswa yang tidak berangkat pada saat penelitian, kelas VIII C ada 28 siswa tetapi ada 1 siswa yang keluar, dan VIII D 26 siswa. Jadi jumlah siswa yang dijadikan sampel penelitian banyak 80 siswa. Pengambilan data dilakukan dengan teknik dokumentasi yaitu berupa nilai prestasi belajar matematika siswa dan menggunakan angket gaya belajar auditori siswa.
Hasil penelitian korelasional ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif signifikan antara gaya belajar auditori dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri I Bancak Tahun Ajaran 2013/2014. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan dengan SPSS, dimana taraf signifikannya diperoleh nilai 0,159. Nilai signifikan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan 0,05 dan koefisien korelasinya sebesar 0,038. Hal ini berarti bahwa siswa yang gaya belajar auditorinya tinggi belum tentu prestasi belajar matematikanya akan tinggi pula, sebaliknya siswa yang gaya belajar auditorinya rendah belum tentu prestasi belajar matematikanya rendah.
Kata kunci: Gaya Belajar Auditori Siswa, Prestasi Belajar Matematika.
A. PENDAHULUAN
Sekolah merupakan salah satu lembaga formal untuk memperoleh
pendidikan. Para siswa dapat belajar banyak hal, dimana hasilnya dapat dilihat dari
prestasi belajarnya. Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku, akibat
interaksi individu dengan lingkungan (Muhammad Ali: 2008). Menurut Kimble dan
Garmezy dalam Muhammad Ali sifat perubahan perilaku dalam belajar relatif
2
permanen, sehingga hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan
melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama.
Winkel dalam Hamdani (2010) mengemukakan bahwa prestasi belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Prestasi belajar
seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuai dengan tingkat keberhasilan
sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Setiap orang belajar dengan gaya belajar yang berbeda-beda, dan semua
cara itu baik dan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Gaya
belajar merupakan cara-cara yang digunakan untuk mempermudah proses belajar
(M. Djoko Susilo: 2006). Jadi, setiap orang akan menggunakan cara-cara tertentu
untuk membantu mengerti suatu pelajaran. Gaya belajar terbagi menjadi tiga, yaitu
gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik (Bobby de Potter: 2003). Menurut
Rose dan Nicholl dalam Bobby de Potter setiap orang memiliki ketiga gaya belajar
tersebut, hanya biasanya satu gaya yang mendominasi. Jadi, pada dasarnya setiap
orang itu belajar dengan gaya belajar visual, auditori dan kinestetik tetapi ada salah
satu gaya belajar yang lebih mendominasi. Pola/gaya belajar juga perlu disesuaikan
dengan karakteristik jurusan/ bidang studi yang dimasuki, yang selanjutnya akan
turut mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam meraih prestasi yang diharapkan
( M Djoko Susilo: 2006).
Gaya belajar auditori biasanya disebut sebagai pendengar. Orang-orang
yang mempunyai gaya belajar auditori mengandalkan proses belajarnya melalui
telinga (pendengaran). Kemampuan mereka dalam berbicara lebih cepat dan juga
cepat mengenal kata-kata baru serta senang apabila dbacakan cerita-cerita. Anak
yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan
menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan, serta lebih
senang pembelajaran dengan menggunakan media audio. Informasi yang bersifat
tulisan kurang mudah ditangkap dan dicerna, tetapi anak auditori dapat menghafal
lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset (Bobby de
Potter, dkk: 2003).
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara gaya belajar auditori
3
dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP negeri I Bancak . Tahun
Ajaran 2013/2014.
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Belajar merupakan proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu
dengan lingkungan (Muhammad Ali: 2008).
Menurut W.J.S Purwadarminta dalam Hamdani (2011) prestasi adalah
hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Harahap
dalam Hamdani memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan
dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-
nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Winkel dalam Hamdani (2011) mengemukakan bahwa prestasi belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Jadi prestasi
belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai seseorang setelah
melakukan usaha-usaha belajar. Menurut Arif Gunarso dalam Hamdani
prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah
melaksanakan usaha-usaha belajar.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan tingkat keberhasilan seseorang setelah mengalami proses belajar.
Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuai dengan
tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah
mengalami proses belajar mengajar (Hamdani: 2010).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut hamdani (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam
(intern) dan faktor dari luar (ekstern).
Faktor InternalFaktor intern
Yaitu faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain,
4
1) Kecerdasan (intelegensi)
Yaitu kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan
oleh tinggi-rendahnya. intelegensi yang normal selalu menunjukkan
kecakapan yang sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
2) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis
Uzer dan Lilis dalam hamdani mengatakan bahwa faktor jasmaniah, yaitu
pancaindra yang tidak berfungsi sebagaiman mestinya, misalnya
mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna,
berfungsinya kelenjar yang membawa kelainan tingkah laku.
3) Sikap
Yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang,
atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang
dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan.
4) Minat
Adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan mengingat
sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan persaan,
terutama perasaan senang. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap
pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar
dengan senang hati tanpa rasa beban.
5) Bakat
Adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat
dalam arti berpotensi untuk untuk mencapai prestasi sampai tertentu
sesuai dengan kapasitas masing-masing.
6) Motivasi
Adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai
tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu lingkungan sosial dan
lingkungan non sosial.
5
Lingkungan sosial meliputi guru, kepala sekolah, staf administrasi,
teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-
lain. Adapun yang termasuk dalam lingkungan nonsosial adalah gedung
sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar.
Pengaruh lingkungan pada umumnya bersifat positif dan tidak
memberikan kepada individu, menurut Slameto dalam Hamdani faktor
ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan
sekolah, dan lingkungan masyarakat.
1. Keadaan Keluarga
Hasbullah dalam Hamdani (2011) mengatakan bahwa keluarga
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam keluarga
inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan,
sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidkan anak adalah
sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup
keagamaan.
2. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam mennetukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu,
lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar
lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran,
hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum.
Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan mempengaruhi
hasil belajarnya.
3. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari- hari anak akan lebih
banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada. Kartono dalam
Hamdani berpendapat bahwa lingkungan masyarakat dapat
menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang
sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang
rajin belajar, anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka.
6
2. Gaya belajar Auditory
a. Pengertian Gaya Belajar
Gaya belajar merupakan cara-cara yang digunakan untuk mempermudah
proses belajar (M. Djoko Susilo: 2006). Jadi, setiap orang akan menggunakan
cara-cara tertentu untuk membantu mengerti suatu pelajaran. Adapun Adi W
Gunawan (2003) berpendapat gaya belajar adalah cara lebih kita sukai dalam
melakukan kegiatan berfikir, memproses, dan mengerti suatu informasi.
Menurut Bobby de Porter dan Mike Hernacki (2002) gaya belajar
seseorang adalah adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan
kemuadian mengatur serta mengolah informasi.
Menurut Adi w. Gunawan (2003) gaya belajar adalah cara yang lebih kita
sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu
infomasi. Hasil iset menunjukkan bahwa murid yang menggunakan gaya
belajar mereka yang dominan, saat mengerjakantes, akan mencapai nilai yang
lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan
dengan gaya belajar mereka.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan gaya
belajar adalah cara-cara yang digunakan seseorang dalam proses belajar untuk
mempermudahnya mengerti suatu informasi. Menurut Rita Dunn dalam
Bobby de Porter (2002) telah menemukan banyak variable yang
mempengaruhi cara belajar seseorang. Ini mencakup faktr-faktor fisik,
emosional, sosiologis dan lingungan.
b. Gaya Belajar Auditori
Menurut Bobby de Potter dkk (2003), gaya belajar ada tiga macam yaitu
gaya belajar visual, gaya belajar auitori dan gaya belajar kinestetik. Penelitian
ini hanya meneliti gaya belajar auditori saja.
Menurut Bobbi de Porter (2003) Gaya belajar auditori biasanya disebut
sebagai pendengar. Orang-orang yang mempunyai gaya belajar auditori
mengandalkan proses belajarnya melalui telinga (pendengaran). Kemampuan
mereka dalam berbicara lebih cepat dan juga cepat mengenal kata-kata baru
serta senang apabila dbacakan cerita-cerita. Anak yang mempunyai gaya
belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal
dan mendengarkan apa yang guru katakan, serta lebih senang pembelajaran
7
dengan menggunakan media audio. Informasi yang bersifat tulisan kurang
mudah ditangkap dan dicerna, tetapi anak auditori dapat menghafal lebih
cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
Menurut Adi W. Gunawan (2003) orang auditori mengekspresikan diri
mereka melalui suara, baik itu melalui komunikasi internal dengan diri
sendiri maupun eksternal dengan orang lain. Bila hendak menuliskan sesuatu,
orang ini akan mendengar suara dari apa yang akan ia tulis. Bela ia harus
bertemu dengan seseorang yang baru ia kenal, ia akan melakukan latihan
mengenai apa saja yang akan ia katakan dan bagaimana cara mengatakannya.
c. Ciri-ciri Gaya Belajar Auditori
Menurut Adi w. Gunawan (2003) ciri fisiologis orang yang mempunyai
gaya belajar auditori yaitu gerakan bola mata sejajar dengan telinga, napas
merata didaerah diafragma, suara jelaj dan kuat, bicara sedikit lebih lambat
dari orang visual, mengakses informasi dengan menengadahkan kepala.
Menurut Bobby De Porter dan Mike Hernacki (2002) ciri-ciri anak
mempunyai gaya belajar auditori adalah: berbicara pada diri sendiri saat
bekerja,mudah terganggu keributan, menggerakkan bibir dan mengucapkan
tulisan dengan suara yang keras saat membaca buku, senang membaca
dengan keras dan mendengarkan, dapat mengulang kembali dan menirukan
nada, birama dan warna suara, merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat
dalam bercerita atau berdiskusi, berbicara dengan irama yang terpola,
Biasanya pembicara yang fasih, lebih suka musik daripada seni, belajar
dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang
dilihat, suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang
lebar. mempunyai masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visualisasi,
seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain, lebih pandai
mengeja dengan keras daripada menuliskannya, lebih suka gurauan lisan
daripada menuliskannya.
d. Strategi untuk Mempermudah Proses Belajar Anak Auditori
Menurut Bobbi de Porter (2000) strategi untuk mempermudah proses
belajar anak auditori diantaranya adalah: ajak anak untuk ikut berpartisipasi
dlam setiap diskusi yang dilakuakn secara verbal, dorong anak untuk
membaca mata pelajaran dengan keras, gunakan musik sebagai background
8
untuk mengajarkan anak, arahkan anak agar merekam materi pelajarannya
kedalam kaset dan minta dia untuk senantiasa mendengarkannya sebelum
tidur, dan orang tua sebaiknya bantu anak ketika belajar dengan membacakan
materi pelajarannya atau mengajaknya berdiskusi mengenai materi
palajarannya.
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitiian
korelasional, dimana penelitian ini bertujuan mendeteksi sejauh mana hubungan
antara gaya belajar auditori dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP N I
Bancak tahun ajaran 2013/2014. Lokasi penelitian ini adalah SMP N I Bancak yang
beralamat di Jalan Raya Rejosari – Bringin Km 18, Kecamatan Bancak Kabupaten
Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri I
Bancak Semester I Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 109 siswa. Sampel
dalam penelitian ini melibatkan siswa kelas VIII A, VIII C, dan VIII D SMP Negeri
I Bancak sebanyak 80 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik angket dan teknik
dokumentasi. Teknik angket disusun menggunakan Skala Likert yang berjenjang
satu sampai empat. Setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas, jumlah item
yang dapat digunakan dalam penelitian yaitu 27 item dan setiap aspek sudah
terwakili. Teknik studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang
tersedia di sekolah yang berhubungan dengan variabel yang diteliti yaitu prestasi
belajar siswa. Data mengenai prestasi belajar siswa dapat diketahui dengan melihat
nilai raport Semester I mata pelajaran matematika siswa kelas VIII di SMP N I
Bancak Semester I tahun ajaran 2013/2014.
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik korelasi
Kendall’s Tau. Dibantu dengan program SPSS for Windows versi 16.0 untuk
mengetahui hubungan antara gaya belajar auditori dengan prestasi belajar siswa
kelas VIII SMP Negeri I Bancak semester I Tahun Ajaran 2013/2014.
9
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi dalam penelitin ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri I
Bancak Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 109 siswa, dan sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VIII A sebanyak 28 tetapi ada 1 siswa yang tidak
berangkat pada saat penelitian, kelas VIII C ada 28 siswa tetapi ada 1 siswa yang
keluar, dan VIII D 26 siswa. Jadi jumlah siswa yang dijadikan obyek penelitian
sebanyak 80 siswa.
Berdasarkan skor prestasi belajar matematika siswa, diperoleh skor terendah dan
tertinggi berturut-turut adalah 62 dan 94. Rata-rata nilai siswa adalah 73,16, dan
simpangan baku sebesar 5,228. Prestasi belajar matematika siswa kemudian
digolongkan menjadi tiga yaitu terlampaui, tercapai dan tidak tercapai. Distribusi
frekuensi prestasi belajar matematika siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kriteria Interval Frekuensi %
Terlampaui α >72 26 32,5
Tercapai α = 72 33 41,25
Tidak Tercapai α < 72 21 26,25
Jumlah 80 100
Berdasarkan penggolongan pada Tabel 1, jumlah siswa yang memiliki prestasi
belajar matematika terlampaui adalah 26 siswa atau 32,5%, jumlah siswa yang
memiliki prestasi belajar matematika tercapai adalah 33 siswa atau 4,25%.
Sedangkan jumlah siswa yang memiliki prestasi belajar matematika tidak tercapai
adalah 21 siswa atau 26,25 %.
Uji prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas data dan
uji lineritas. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov Test dan uji
Linieritas menggunakan uji Anova dengan menggunakan SPSS For Windows versi
16.0.
Berdasarkan uji normalitas, diperoleh nilai signifikasi untuk prestasi belajar
matematika adalah 0,00 dan nilai signifikasi untuk gaya belajar auditori adalah
0,069. Nilai signifikasi untuk prestasi belajar tersebut lebih kecil jika dibandingkan
dengan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data prestasi belajar matematika
tidak berdistribusi normal. Sedangkan nilai signifikansi untuk gaya belajar auditori
10
lebih besar jika dibandingkan dengan 0,05 sehingga dapat disimpulkan bawa data
gaya belajar auditori berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada
tebel 3.
Tabel 3. Uji normalitas prestasi belajar matematika dan gaya belajar auditori
siswa
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Prestasi Belajar
Matematika .263 80 .000 .867 80 .000
Gaya Belajar Auditori .101 80 .044 .971 80 .069
a. Lilliefors Significance Correction
Lebih lanjut, berdasarkan uji linieritas diperoleh nilai signifikasi 0,964, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang
linier. Hasil uji linieritas dapat dilihat pada tebel 4.
Tabel 4. Uji linieritas prestasi belajar matematika dan gaya belajar auditori
siswa
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Prestasi Belajar
Matematika *
Gaya Belajar
Auditori
Between
Groups
(Combine
d) 725.271 38 19.086 .546 .969
Linearity 8.689 1 8.689 .249 .621
Deviation
from
Linearity
716.582 37 19.367 .554 .964
Within Groups 1433.617 41 34.966
Total 2158.887 79
11
Data tidak berdistribusi normal sehingga harus dilanjutkan dengan uji korelasi
Kendall’s Tau. . Hasil uji Kendall’s Tau dapat dilihat pada tebel 5.
Tabel 5. Uji korelasi prestasi belajar matematika dan gaya belajar auditori
siswa
Correlations
Prestasi
Belajar
Matematika
Gaya
Belajar
Auditori
Kendall's tau_b Prestasi Belajar
Matematika
Correlation
Coefficient 1.000 .038
Sig. (1-
tailed) . .320
N 80 80
Gaya Belajar
Auditori
Correlation
Coefficient .038 1.000
Sig. (1-
tailed) .320 .
N 80 80
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan korelasi Kendall’s Tau diperoleh
nilai signifikansi 0,320 dan koefisien korelasinya 0,038. Nilai signifikan tersebut
lebih besar jika dibandingkan dengan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan positif signifikan antara gaya belajar auditori dengan
prestasi belajar matematika. Koefisien korelasinya 0,038, hal ini berarti bahwa
siswa yang gaya belajar auditorinya dominan belum tentu prestasi belajar
matematikanya akan tinggi pula, sebaliknya siswa yang gaya belajar auditorinya
tidak dominan belum tentu prestasi belajar matematikanya rendah.hasil penelitian
ini sejalan dengan Nono Hery Yoenanto (2004) yang dimana hasilnya adalah tidak
ada korelasi baik secara sendiri maupun bersama-sama gaya belajar dengan prestasi
belajar matematika. Eli (2011) hasilnya adalah ada hubungan positif dan signifikan
12
antara gaya belajar visual dengan prestasi belajar siswa, tidak ada hubungan positif
dan signifikan antara gaya belajar auditori dengan prestasi belajar siswa, ada
hubungan positif dan signifikan antara gaya belajar kinestetik dengan prestasi
belajar siswa.
E. Keimpulan
Hasil penelitian korelasional ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang positif signifikan antara gaya belajar auditori dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri I Bancak Tahun Ajaran 2013/2014. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan dengan SPSS, dimana taraf
signifikannya diperoleh nilai 0,159. Nilai signifikan tersebut lebih besar jika
dibandingkan dengan 0,05 dan koefisien korelasinya sebesar 0,038. Hal ini berarti
bahwa siswa yang gaya belajar auditorinya tinggi belum tentu prestasi belajar
matematikanya akan tinggi pula, sebaliknya siswa yang gaya belajar auditorinya
rendah belum tentu prestasi belajar matematikanya rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2008. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Azwar, S. 2011. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baharudin. Nur Wahyuni, Esa. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media
DePotter,Bobbi.2000.Quatum Teaching: MempraktekkanQuantum Learning di Ruang-
ruang Kelas.Bandung:Kaifa.
DePotter, Bobbi. Mike Hernacki. 2002. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Eli.2011.Hubungan Antara Gaya Belajar Visual, Auditorial dan Kinestetik dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Gugus Gajah Mungkur Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang Semester I Tahun Ajaran 2010/2012. Salatiga:UKSW.
Gunawan,Adi W. 2003. Genius Learning Strategy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Malaysia
S,Suparman.2010.Gaya Menggajar Yang Mengyenangkan Siswa.Yogyakarta:Pinus Book
Publisher
Steinbach,Robert.2002.Successfu Lifelong Learning. Jakarta:Victory Jaya Abadi.
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Kaifa.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Yoenanto,Nono Hery.2004.Pengaruh gaya belajar (visual, auditorial dan kinestetik)
terhadap tingkat prestasi belajar matematika siswa SMA Negeri 6
Surabaya.Surabaya: UNAIR.