hubungan antara adversity quotient dan ...1].pdfpengerjaan skripsi ini 4. agnes indar etikawati,...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DAN STRES PADA
MAHASISWA YANG BEKERJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Program Studi Psikologi
Oleh:
Frederikus Renda Tricahya
NIM: 059114019
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
iii
iv
HALAMAN MOTTO
"layang-layang dapat terbang karena melawan angin,
bukan bersama angin."
v
...dan aku persembahkan untuk......
lxáâá ^Ü|áàâálxáâá ^Ü|áàâálxáâá ^Ü|áàâálxáâá ^Ü|áàâá
UtÑt~ wtÇ \uâUtÑt~ wtÇ \uâUtÑt~ wtÇ \uâUtÑt~ wtÇ \uâ
`tá wtÇ `ut~`tá wtÇ `ut~`tá wtÇ `ut~`tá wtÇ `ut~
ftâwtÜtftâwtÜtftâwtÜtftâwtÜt
ft{tutàft{tutàft{tutàft{tutà
wtÇ ÉÜtÇzwtÇ ÉÜtÇzwtÇ ÉÜtÇzwtÇ ÉÜtÇz@@@@ÉÜtÇz çtÇz àxÄt{ uxÜâát{t ~xÜtá ÅxÅutÇàâ~âÉÜtÇz çtÇz àxÄt{ uxÜâát{t ~xÜtá ÅxÅutÇàâ~âÉÜtÇz çtÇz àxÄt{ uxÜâát{t ~xÜtá ÅxÅutÇàâ~âÉÜtÇz çtÇz àxÄt{ uxÜâát{t ~xÜtá ÅxÅutÇàâ~â
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan
dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 September 2010
Penulis
Frederikus Renda Tricahya
vii
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DAN STRES PADA
MAHASISWA YANG BEKERJA
Frederikus Renda Tricahya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara Adversity Quotient
dan Stres pada mahasiswa yang bekerja. Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan
yang negatif antara Adversity Quotient dan stres pada mahasiswa yang bekerja. Dengan demikian
peneliti menarik asumsi bahwa apabila Adversity Quotient tinggi maka stres akan menjadi rendah
dan begitu juga sebaliknya apabila Adversity Quotient rendah maka stres akan menjadi tinggi.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang masih aktif dalam hal akademis dan bekerja
sebagai pekerja paruh waktu (part timer). Mahasiswa yang masih aktif dalam hal akademis adalah
mahasiswa yang masih mengambil minimal 12 sks dalam setiap semester dan tidak dalam masa
cuti studi. Sedangkan pekreja paruh waktu adalah pekerja yang bekerja minimal 4 jam sehari
dengan waktu kerja minimal 5 hari dalam seminggu. Alat pengumpul data yang digunakan terdiri
dari dua alat ukur, skala Adversity Quotient dan skala stres. Masing-masing skala telah melalui
penyaringan item dengan tryout, sehingga diperoleh 40 item pada skala Adversity Quotient dengan
koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,917 dan 39 item pada skala stres dengan koefisien reliabilitas
alpha sebesar 0,934. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,329
dengan signifikasi sebesar 0,003. Hal ini berarti terdapat hubungan yang negatif dan signifikan
antara variabel Adversity Qoutient dan Stres. Hal juga ini menandakan bahwa hipotesis awal
penelitian, yaitu ada hubungan negatif dan signifikan antara adversity quotient dan stress pada
mahasiswa yang bekerja dapat diterima.
Kata Kunci : Adversity Quotient, Stres
viii
THE RELATIONSHIP BETWEN ADVERSITY QUOTIENT AND STRESS
ON THE WORKING STUDENTS
Frederikus Renda Tricahya
ABSTRACT
The aim of the research was to test whether any relationship between Adversity Quotient
and stress on the working students. The hypothesis of the research was that there was negative
relationship between Adversity Quotient and stress on the working students. Thus, the researcher
assumed that the higher the Adversity Quotient the lower the stress and the lower the Adversity
Quotient the higher the stress. The subjects of the research were academically active students and
worked as part timers. Academically active students were students who still took at least 12 credits
on each semester and were not on the free period of study. Part timers were workers who worked
at least 4 hours a day with minimum 5 days working period a week. The instruments used were 2
scaling devices those were Adversity Quotient scale and stress scale. Each scale had items sorting
by tryouts so there were 40 items on the Adversity Quotient scale with 0.917 alpha reliability
coefficients and 39 items on the stress scale with 0.934 alpha reliability coefficients. The result of
the data analysis indicated that the correlation coefficients were 0.329 with 0.003 significances. It
indicated that there was negative and significant relationship between the Adversity Quotient and
stress variables. It also indicated that the hypothesis of the research, there was negative and
significant relationship between Adversity Quotient and stress on working students was
acceptable.
Keyword : Adversity Quotient, stress
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Frederikus Renda Tricahya
Nomor Mahasiswa : 059114019
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Hubungan Antara Adversity Quotient dan Stres
Pada Mahasiswa Yang Bekerja
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-
ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 30 September 2010
Yang menyatakan,
(Frederikus Renda Tricahya)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
rahmatnya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Y. Heri Widodo, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Minta Istono, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji skripsi, yang telah
membimbing dan memberikan masukan hingga mempermudah
pengerjaan skripsi ini
4. Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi,. M.Psi. selaku dosen penguji
skripsi, yang telah memberikan masukan hingga mempermudah
pengerjaan skripsi ini.
5. Bapak Ibu dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuannya selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
6. Segenap karyawan Fakultas Psikologi (Mas Gandung, Mbak Nanik,
Mas Muji, Mas Doni dan Pak Gie), terimakasih atas segala kerjasama
yang diberikan untuk kelancaran studi penulis di Fakultas Psikologi.
7. Bapak, Ibu, Mas Kebo, Mbak Puput, dan segenap Keluarga Besar
Soemarwoto yang selalu mendukung saya dalam menjalani hidup.
xi
8. Sahabat-sahabatku, Joana, Budi, Uci, Rindi, Sella, yang tak henti-
hentinya meneriakan jangan pernah menyerah dan mendampingi
selalu dalam pengerjaan karya ini.
9. Teman-teman di kontrakan AKSI 05 ( Lucky, Hanes, Tristan, Sherly,
Arya, Aan, Bagoes, Bayu), teman-teman PASTEL, teman-teman Red
Pavlov, teman-teman UNISON dan teman-teman di Psikologi yang
selalu memberikan semangat dan tempat untuk mengaduh serta yang
slalu memberikan keceriaan kepadaku.
10. Kurt Cobain, Eddie Vedder, dan Alexander Supertramp, yang telah
memberikan inspirasi dan pelajaran hidup yang berharga.
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis tulis satu persatu. Terimakasih
semuanya.
Penulis,
Frederikus Renda Tricahya
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xvii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB II : LANDASAN TEORI ........................................................................... 7
A. Stres ........................................................................................................... 7
xiii
1 Pengertian Stres .................................................................................. 7
2 Gejala Stres ......................................................................................... 8
3 Faktor-Faktor Penyebab Stres ............................................................. 9
4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Terhadap Stres ........ 14
5 Stres Pada Mahasiswa Yang Bekerja .................................................. 15
B. Adversity Quotient ..................................................................................... 19
1 Pengertian Adversity Quotient ............................................................ 19
2 Dimensi Adversity Quotient ................................................................ 20
3 Tiga Tipe Manusia Berdasar Adversity Quotient ................................. 23
4 Adversity Quotient Pada Mahasiswa Yang Bekerja ............................. 26
C. Dinamika Adversity Quotient dan Stres ..................................................... 27
D. Hipotesis .................................................................................................... 32
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 33
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ .33
B. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................... .33
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................ .33
D. Subyek Penelitian ..................................................................................... .34
E. Metode dan Alat Penelitian ........................................................................ .35
F. Pertanggungjawaban Mutu.......................................................................... .38
1 Estimasi Validitas Alat Tes .................................................................. .38
2 Seleksi Aitem ....................................................................................... .39
3 Estimasi Reliabilitas ............................................................................. .40
4 Hasil Uji Coba Alat Penelitian ............................................................. .40
xiv
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. .44
1 Uji Asumsi ........................................................................................... .44
2 Uji Hipotesis ........................................................................................ .45
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. .46
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... .46
B. Data Demografi Subjek Penelitian ............................................................. .46
B. Uji Asumsi ................................................................................................. .47
1 Uji Normalitas ...................................................................................... .47
2 Uji Linearitas........................................................................................ .48
C. Hasil Penelitian .......................................................................................... .48
1 Uji Hipotesis ........................................................................................ .48
2 Uji Tambahan ....................................................................................... .49
E. Pembahasan ................................................................................................. .51
BABV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. .56
A. Kesimpulan ................................................................................................ .56
B. Saran .......................................................................................................... .56
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... .57
LAMPIRAN ....................................................................................................... .59
xv
DAFTAR TABEL
1. Tabel Spesifikasi Item-Item Skala Adversity Quotient ................................ 36
2. Tabel Skor Jawaban Subjek Pada Skala Adversity Quotient ......................... 37
3. Tabel Spesifikasi Item-Item Skala Stres ....................................................... 38
4. Tabel Skor Jawaban Subjek Pada Skala Stres................................................ 38
5. Tabel Skala Adversity Quotient Sebelum Dan Sesudah Uji Coba ............... 41
6. Tabel Spesifikasi Item-Item Skala Adversity Quotient Setelah Uji Coba .... 42
7. Tabel Skala Stres Sebelum Dan Sesudah Uji Coba ...................................... 43
8. Tabel Spesifikasi Item-Item Skala Stres Setelah Uji Coba ............................ 44
9. Tabel Data Pekerjaan Subjek ......................................................................... 47
10. Tabel Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 47
11. Tabel Data Teoritis Dan Empiris ..................................................................... 50
xvi
DAFTAR GAMBAR
1. Hubungan Antara Adversity Quotient Dengan Stres .............................. 32
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Skala .............................................................................................. 59
1.1 Skala Adversity Quotient Sebelum Uji Coba ......................................... 60
1.2 Skala Stres Sebelum Uji Coba ................................................................ 65
1.3 Skala Adversity Quotient Setelah Uji Coba ............................................ 69
1.4 Skala Stres Setelah Uji Coba................................................................... 72
Lampiran 2 : Hasil Analisis Aitem Dan Reabilitas ............................................. 75
2.1 Reabilitas Skala Adversity Quotient ...................................................... 75
2.2 Reabilitas Skala Stres ............................................................................. 81
Lampiran 3 : Data Penelitian............................................................................... 85
3.1 Data Skala Adversity Quotient .............................................................. 86
3.2 Data Skala Stres ..................................................................................... 92
Lampiran 4 : Hasil Uji Asumsi ........................................................................... 98
4.1 Uji Normalitas ......................................................................................... 99
4.2 Uji Linearitas ........................................................................................... 99
Lampiran 5 : Hasil Uji Hipotesis dan Tambahan ................................................ 100
4.1 Uji Hipotesis ........................................................................................... 101
4.2 Data Deskriptif Statistik .......................................................................... 101
4.2 Uji T ........................................................................................................ 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bekerja merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manusia
karena bekerja merupakan hakikat dasar, sehingga bekerja akan memberikan
status pada orang tersebut. Kerja juga bisa mengikat individu, sehingga pada
akhirnya dapat memberikan isi dan makna kehidupan seorang manusia. (Anoraga,
1995). Fenomena yang berkembang pada saat ini adalah banyak mahasiswa yang
selain kuliah memanfaatkan waktunya untuk bekerja. Mereka bekerja dengan
motivasi yang berbeda-beda. Ada yang bekerja dengan alasan ekonomi, atau
dengan alasan psikologis yang berhubungan dengan tingkat perkembangan yang
telah dicapai, yaitu remaja ingin mewujudkan dirinya sendiri, ingin merdeka dan
menentukan hidupnya sendiri (Monk, 2001). Disamping itu ada sebagian
mahasiswa yang bekerja dengan keinginan untuk mencari pengalaman kerja.
Dengan adanya pengalaman kerja mereka berharap dapat memberi nilai tambah
bagi mereka ketika melamar pekerjaan baru selepas menempuh pendidikan di
Universitas atau perguruan tinggi (Lina, 2000).
Sasaran pertama yang dilakukan mahasiswa adalah menjadi pekerja paruh
waktu (part timer). Bekerja part time dapat di definisikan sebagai bekerja selama
waktu yang telah ditentukan dan disepakati oleh perusahan atau majikan, dengan
masa waktu kerja 4-6 jam perhari dengan waktu kerja 5-7 hari perminggunya atau
tergantung keinginan perusahaan atau majikan (Rudi, 2003). Maka dari itu dapat
2
di simpulkan bahwa bekerja paruh waktu adalah bekerja dengan standard yang
lebih rendah dari pada bekerja full time. Dari segi waktu dan pendapatan,
umumnya waktu kerja pada pekerjaan paruh waktu juga lebih pendek dan
gajinyapun lebih sedikit tergantung dari kesepakatan atau kontrak kerja yang di
sepakati.
Seorang mahasiswa yang bekerja tentunya memiliki kesibukan-kesibukan
akademik juga seperti adanya tugas-tugas mata kuliah dan jadwal kuliah yang
harus dihadapi setiap harinya. Oleh karena itu, beban tugas dan pada mahasiswa
yang bekerja tentu lebih besar dari pada beban tugas mahasiswa pada umumnya
karena mahasiswa yang bekerja memiliki tanggung jawab lain yaitu bekerja di
sela-sela kesibukan akademisnya sebagai seorang mahasiswa (Handianto, 2006).
Seringnya terjadi benturan dua tuntutan yang berbeda ini menimbulkan tegangan
(stres) pada diri mahasiswa yang bekerja. Stres yang dialami mahasiswa yang
bekerja dapat berupa kelebihan beban atau overload dalam hal tuntutan tugas-
tugas yang harus dikerjakannya, time pressur, dan konflik peran (role conflict)
(Girdano,1990).
Tuntutan tugas merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan
seseorang. Mahasiswa mempunyai tugas begitu juga dengan karyawan.
Mahasiswa dalam kuliahnya meskipun tidak semua mata kuliah diberikan tugas
dan tidak semua dosen memberikan tugas tapi setiap semesternya pasti ada
beberapa tugas yang harus dikerjakan. Selain itu mahasiswa juga harus belajar
untuk mempersiapkan ujian dan dalam kuliah terdapat juga beberapa kuis.
Karyawan sudah pasti mempunyai tugas yang diberikan di tempat bekerja. Pada
3
mahasiswa yang bekerja tuntutan tugas mereka dua kali lipat karena pada satu
peran ia harus mengerjakan tugas-tugas kuliah dan pada peran lainnya harus
mengerjakan tugas-tugas kantornya. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan
yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang
dimainkan dalam organisasi itu. Peran sebagai mahasiswa dan peran karyawan
seringkali mengalami ketidaksesuaian. Pada mahasiswa yang bekerja, time
pressure yang mereka rasakan pasti tidak bisa dihindari. Time pressure ini terjadi
karena harus melakukan terlalu banyak hal dengan waktu yang sedikit (Munandar,
1995). Munandar mengatakan bahwa waktu dalam masyarakat industri
merupakan suatu unsur yang sangat penting. Setiap tugas diharapkan dapat
diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat. Waktu merupakan salah
satu ukuran dari efisiensi. Atas dasar ini orang sering harus bekerja berkejaran
dengan waktu. Tugas harus diselesaikan sebelum waktu berakhir (dead line).
Bagaimanapun juga stres yang dialami mahasiswa yang memiliki peran
ganda harus dihadapi agar segala yang menjadi keinginan dalam bekerjanya dapat
terpenuhi. Kemampuan untuk bertahan dalam keadaan stres yang dialami
mahasiswa yang bekerja ini tentunya juga dipengaruhi oleh berbagai kekuatan
dari dalam seorang mahasiswa tersebut untuk bertoleransi terhadap stress yang
atara lain self esteem, self efficacy, locus of control, tipe kepribadian A – B dan
coping strategy. Ada wacana baru yang yang mengungkap suatu kemampuan
individu dalam menghadapi stres dan kesulitan sehingga individu tersebut dapat
menghadapi stres dengan baik. Kemampuan ini oleh Paul G. Stoltz (2000)
dinyatakan dengan Adversity Quotient. Menurut Paul G. Stoltz Adversity Quotient
4
pengaruh yang sangat besar dalam mengadapi kegagalan, kondisi-kondisi sulit,
dan tekanan. Dengan Adversity Quotient, seseorang tidak hanya dapat
menghadapi kondisi sulit dan kegagalan namun juga dapat mengubahnya menjadi
peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar. Di Amerika telah banyak
perusahaan-perusahan yang besar telah menggunakan model training Adversity
Quotient untuk menghadapi stres kerja dan burnout yang sering dirasakan
karyawan pada perusahaan tersebut. Dengan training Adversity Quotient ini tidak
hanya mampu mengurangi stres yang dirasakan karyawan namun juga dapat
memberikan peningkatan produktivitas pada perusahaan tersebut (Century, 2004).
Bagi mahasiswa yang bekerja, Adversity Quotient ini menjadi sangat penting
karena Adversity Quotient akan memberikan cara dalam menghadapi situasi sulit
(stres) yang dialami mahasiswa yang bekerja sehingga tidak menghambat
aktifitasnya baik sebagai mahasiswa maupun pekerja.
Adversity Quotient sendiri merupakan derajat kemampuan seseorang
dalam bertahan dan menanggulangi situasi yang dianggapnya sebagai masalah.
Satu proses yang dimulai dari persepsi seseorang terhadap sebuah situasi yang
menentukan tindakan orang itu dalam menghadapi situasi tersebut. Tindakan ini
akan menjadi pola reaksi dari individu yang mana pola ini dapat berubah dan
diubah. Selanjutnya Adversity Quotient (AQ) akan berinteraksi dengan kecerdasan
umum (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) sehingga memungkinan individu
mampu menghadapi rintangan hidup. Surekha (2001) menambahkan bahwa
Adversity adalah kemampuan berpikir, mengelola dan mengarahkan tindakan
5
yang membentuk suatu pola–pola tanggapan kognitif dan prilaku atas stimulus
peristiwa-peristiwa dalam kehidupan yang merupakan tantangan atau kesulitan.
Mahasiswa yang bekerja telah menerima segala konsekuensi dari
keputusannya untuk bekerja seperti harus membagi waktu kuliah dengan bekerja
demi mendapatkan tambahan uang saku, pengalaman kerja dan pengembangan
diri dalam kaitannya dengan persaingan di dunia kerja yang sebenarnya (pujianto
2002). Seligman (dalam Stoltz, 2000) menyatakan perbedaan individu yang
pesimis dan optimis sebagai perbandingan seseorang yang memiliki Adversity
Quotient yang tinggi atau rendah. Kondisi stress yang terima oleh mahasiswa
yang bekerja tentunya dapat direduksi apabila seseorang tersebut memiliki
Adversity Quotient yang tinggi karena kesulitan- kesulitan yang didapatkan dalam
aktivitasnya baik dalam bekerja maupun belajar dapat dihadapi dengan baik,
sehingga segala macam tujuan yang menjadi motivasi dalam diri mahasiswa yang
bekerja dapat tercapai.
Dari berbagai uraian di atas dapat dilihat adanya hubungan yang erat
antara Adversity Quotient seseorang dalam menghadapi stres. Banyak penelitian
sebelumnya tentang stres kerja yang dialami oleh karyawan atau pekerja.
Beberapa penelitian meneliti tentang stres pada mahasiswa. Tetapi belum banyak
penelitian yang menyoroti kemampuan individu dalam menghadapi stres dari segi
internal pada mahasiswa yang bekerja. Oleh karena itu dalam penelitian ini ingin
meneliti tentang hubungan antara Adversity Quotient dan stres pada mahasiswa
yang bekerja.
6
B. Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah apakah
ada hubungan antara Adversity Quotient dan stres pada mahasiswa yang bekerja?
C. Tujuan Penelitian
Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara Adversity Quotient dan stres pada mahasiswa yang bekerja
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberi
sumbangan kepada perkembangan ilmu Psikologi Perkembangan dan
Industri.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian tentang hal ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan untuk membantu mahasiswa yang bekerja untuk
mengetahui diri sehingga dapat menjadi siap dalam menghadapi
tantangan-tantangan yang akan dihadapi dalam peranya sebagai
mahasiswa dan pekerja.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. STRES
1. Pengertian Stres
Menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) stres dapat di definisikan
sebagai respon tubuh yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan yang
melebihi kemampuanya
Hal tersebut sama dengan definisi yang di ungkapkan oleh Rice (1992)
bahwa stres merupakan subjektif respon. Ini berasal dari internal seseorang
seperti emosinya dan bagaimana ia menanggapi dan mengatasi stimulus
tersebut.
Menurut David (1990) stres juga didefinisikan sebagai respon otomatis
dari tubuh yang berasal dari pikiran-pikiran, perubahan-perubahan, dan
tantangan yang muncul pada kehidupan sehari-hari yang menyebabkan
seseorang merasa terganggu.
Stress dapat juga berarti respon fisiologis, psikologis, dan prilaku dari
seseorang dalam upaya untuk menyesuaikan diri dari tekanan baik secara
internal maupun eksternal (Laurentius, 2003).
Dari uraian diatas maka stres dapat didefinisikan yaitu merupakan bentuk
respon psikologis dari stimulus yang berasal dari suatu kejadian, lingkungan dan
kondisi fisik yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang dan berada
dalam tekanan.
8
2. Gejala Stres
Menurut Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1992) gejala stres
dapat di bagi dalam 3 (tiga) aspek, yaitu :
a. Gejala Psikologis : Kecemasan, ketegangan; bingung, marah, sensitif;
memendam perasaan; komunikasi tidak efektif; mengurung diri;
depresi; merasa terasing dan mengasingkan diri; kebosanan;
ketidakpuasan kerja; lelah mental; menurunnya fungsi intelektual;
kehilangan daya konsentrasi; kehilangan spontanitas dan kreativitas;
kehilangan semangat hidup; menurunnya harga diri dan rasa percaya
diri.
b. Gejala Fisik : Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah;
meningkatnya sekresi adrenalin dan noradrenalin; gangguan
gastrointestinal (misalnya gangguan lambung); mudah terluka; mudah
lelah secara fisik; kematian; gangguan kardiovaskuler; gangguan
pernafasan; lebih sering berkeringat; gangguan pada kulit; kepala
pusing, migrain; kanker ketegangan otot; problem tidur (sulit tidur,
terlalu banyak tidur)
c. Gejala Perilaku : Menunda ataupun menghindari pekerjaan/tugas;
penurunan prestasi dan produktivitas; meningkatnya penggunaan
minuman keras dan mabuk; perilaku sabotase; meningkatnya frekuensi
absensi; perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan atau
kekurangan); kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat
badan; meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi seperti
9
ngebut, berjudi; meningkatnya agresivitas dan kriminalitas;penurunan
kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman;
kecenderungan bunuh diri
3. Faktor-faktor yang menyebabkan stres
a) Stres Akademik
Menurut P. G. Hanson (1987) Stres akademik adalah stres yang
berasal dari akademi atau pendidikan. Lingkungan dimana mahasiswa
kuliah dapat berperan dalam menimbulkan stres seperti misalnya
lingkungan yang padat dan ramai. Dalam menghadapi ujian dapat
mengakibatkan terjadinya stres. Kecemasan dalam menghadapi ujian
merupakan masalah utama yang dihadapi mahasiswa. Mengerjakan tugas
yang banyak dapat menyebabkan terjadi academic overload. Lingkungan
masyarakat dimana terdapat tuntutan untuk mendapat pendidikan yang
tinggi membuat lingkungan pendidikan menjadi sangat kompetitif.
Tuntutan untuk mendapat gelar agar bisa mendapatkan pekerjaan yang
baik menjadi sebuah tekanan yang mengakibatkan stres bagi pelajar.
b) Stres Pekerjaan
Yang menjadi penyebab stres pada faktor pekerjaan adalah
banyaknya beban pekerjaan (overload). Overload adalah keadaan dimana
tuntutan atau kebutuhan melebihi kapasitas individu untuk melakukannyan
(Girdano,1990). Overload ini dapat dibedakan secara kuantitatif dan
kualitatif. Dikatakan overload secara kuantitatif jika banyaknya pekerjaan
10
yang ditarge tkan melebihi kapasitas individu tersebut. Akibatnya
karyawan tersebut mudah lelah dan berada dalam "tegangan tinggi".
Overload secara kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan
sulit, sehingga menyita kemampuan teknis dan kognitif karyawan. Dalam
sebuah perusahaan tidak jarang seorang karyawan mengerjakan tugas yang
sebenarnya bukan bidangnya.
c) Stres Organisasi
Organisasi adalah suatu unit sosial yang dikoordinasikan dengan
sadar, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar
yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian
tujuan bersama (Robbins, 1998). Perusahaan atau universitas dapat
digolongkan sebagai sebuah organisasi.
Robbins (1998) membuat tiga kategori penyebab potensial stres
yaitu faktor lingkungan, faktor organisasional dan faktor individu. Karena
sekolah, perusahaan atau unit kegiatan lain termasuk dalam dikategorikan
sebagai organisasi maka faktor organisasional tentunya akan lebih
berpengaruh.
Faktor ini lebih banyak terjadi pada perusahaan tapi dapat juga
terjadi pada mahasiswa karena universitas merupakan sebuah organisasi.
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres.
Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam
suatu kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, seorang
11
atasan yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak
menyenangkan merupakan beberapa contoh.
Berdasarkan contoh-contoh tersebut, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi berkisar dalam kategori tuntutan tugas, tuntutan peran,
tuntutan antar pribadi, struktur organisasi dan kepemimpinan organisasi.
Tuntutan tugas merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan
seseorang. Faktor ini mencakup desain pekerjaan, kondisi kerja, dan tata
letak kerja fisik.
Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada
seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam
organisasi itu. Konflik peran terjadi bila harapan-harapan tidak dapat
diwujudkan atau dipuaskan . Peran yang kelebihan beban dialami bila
individu diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan
oleh waktu. Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh
rekan kerja. Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan
antar pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar.
Struktur organanisasi menentukan tingkat diferensiasi
(pembedaan) dalam organisasi, tingkat aturan dan pengaturan, dan di mana
keputusan diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi
dalam keputusan mengenai seorang karyawan merupakan suatu contoh
dari variabel struktural yang mungkin merupakan sumber potensial dari
stres.
12
Kepemimpinan organisasi menggambarkan gaya manajerial dari
eksekutif senior organisasi. Beberapa pejabat eksekutif kepala
menciptakan suatu budaya yang dicirikan oleh ketegangan, rasa takut, dan
kecemasan. Mereka membangun tekanan yang tidak realistis untuk
berprestasi dalam jangka pendek, memaksakan pengawasan yang
berlebihan ketatnya, dan secara rutin memecat karyawan yang tidak dapat
mengikuti.
d) Faktor Individu (Internal)
Selain faktor-faktor penyebab stres yang berasal dari luar
(eksternal), ada pula yang berasal dari faktor individu sendiri (internal).
Faktor ini adalah berdasarkan kepribadian (personality) individu yang
bersangkutan. Allport (dalam Hawari 2001) mendefinisikan personality
sebagai :
“Personality is the dynamic organization within the individual of
those psychophysical systems that determine his unique adjustments to his
environment”.
Setiap individu memiliki penyesuaian tersendiri terhadap
lingkungannya. Hal ini mempengaruhi tingkat ketahanan individu terhadap
stres. Aspek-aspek kepribadian yang dapat mempengaruhi tingkat
ketahanan individu terhadap stres antara lain self esteem, self efficacy,
locus of control, dan tipe kepribadian A – B
Self esteem atau pandangan yang positif terhadap diri sendiri
merupakan sumber coping untuk stres. Individu dengan self esteem yang
tinggi lebih tahan atau lebih dapat mengatasi stres. Mereka lebih dapat
13
untuk mengadopsi strategi coping yang efektif untuk mengatasi stres
ketimbang individu dengan self esteem yang rendah.
Self efficacy adalah sebagaimana baik seorang individu dapat
mengatasi atau menghadapi sebuah situasi (Bandura, 1982). Jika individu
yakin dengan kemampuannya untuk mengatasi sebuah situasi dengan baik
atau dengan kata lain mempunyai self efficacy yang tinggi lebih tahan
dalam menghadapi stres.
Wrightsman & Deaux (dalam Hawari, 2001) menyebutkan, Locus
Of Control (LOC) merupakan kecenderungan secara umum untuk
meyakini bahwa kontrol atas kejadian-kejadian dalam kehidupan ada
secara internal maupun eksternal. LOC internal cenderung merasa yakin
bahwa kontrol kejadian-kejadian ada di dalam tangannya sendiri. LOC
eksternal memiliki keyakinan bahwa kehidupannya dipengaruhi oleh
orang lain atau peristiwa-peristiwa yang tidak dapat dikontrolnya.
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa individu dengan LOC internal
lebih tahan terhadap stres. Hal ini disebabkan karena mereka percaya
bahwa mereka dapat mengontrol situasi atau keadaan yang ada dalam
mencapai tujuan mereka (Hawari, 2001).
Individu dengan Tipe Kepribadian A lebih mudah terserang stres
ketimbang individu dengan Tipe Kepribadian B. Hal ini disebabkan ciri-
ciri dari Tipe Kepribadian A. Dalam buku Manajemen Stres, Cemas dan
Depresi (Dadang Hawari, 2001) Rosenmen & Chesney 1980
menggambarkannya antara lain dengan ciri-ciri sebagai berikut :
14
1. ambisius, agresif dan kompetitif
2. kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah
(emosional)
3. kewaspadaan berlebihan, kontro diri kuat, percaya diri berlebihan
(over confidence)
4. cara bicara cepat, bertindak cepat, hiperaktif, tidak dapat diam
5. bekerja tidak mengenal waktu (workcoholik)
6. pandai berorganisasi dan memimpin dan memerintah (otoriter)
7. lebih suka bekerja sendirian
8. kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak relaks), serba
tergesa-gesa
9. mudah bergaul, pandai menimbulkan perasaan empati dan bila
tidak tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan
10. tidak mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel)
11. bila berlibur pikirannya ke pekerjaan, tidak dapat santai
12. berusaha keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi ketahanan (resilience) terhadap
stres
Menurut Norman Garmezy (dalam Santrock, 2003) faktor-faktor yang
mempengaruhi stres ketahanan (resilience) seseorang terhadap stres yaitu :
1. ketrampilan kognitif (perhatian, pemikiran reflektif) dan respon
positif terhadap orang lain
15
2. keluarga, ditandai dengan adanya kehangatan, keterikatan satu sama
lain, dan ada orang dewasa yang memperhatikan
3. ketersediaan sumber dukungan eksternal, seperti ketika kebutuhan
yang kuat akan tokoh ibu dapat dipenuhi oleh tokoh guru, tetangga,
orang tua teman, atau struktur institusional.
5. Stress pada mahasiswa yang bekerja
Seorang mahasiswa tentunya memiliki kesibukan-kesibukan akademik
seperti adanya tugas-tugas mata kuliah dan jadwal kuliah yang harus dihadapi
setiap harinya. Oleh karena itu, beban tugas pada mahasiswa yang bekerja tentu
lebih besar dari pada beban tugas mahasiswa pada umumnya karena mahasiswa
yang bekerja memiliki tanggung jawab lain yaitu bekerja di sela-sela kesibukan
akademisnya sebagai seorang mahasiswa (Handianto, 2006). Seringnya terjadi
benturan dua tuntutan yang berbeda ini menimbulkan tegangan (stres) pada diri
mahasiswa yang telah bekerja. Seseorang yang berada dalam keadaan seperti itu
akan merasa kelebihan beban dan menjadi tegang. Kelebihan beban itu yang
disebut overload (Girdano,1990).
Overload ini dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif (Girdano,
1990). Dikatakan overload secara kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang
ditargetkan melebihi kapasitas seseorang. Overload secara kualitatif bila
pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit, sehingga menyita kemampuan
teknis dan kognitif. Mahasiswa maupun karyawan dapat saja mengalami
overload secara kuantitatif ataupun kualitatif. Bahkan dapat saja overload
16
kuantitatif dan kualitatif dialami secara bersamaan. Overload secara kuantitatif
pada mahasiswa dapat terjadi bila mendapat materi kuliah yang diberikan untuk
ujian dan tugas yang diberikan terlalu banyak sedangkan waktu yang diberikan
untuk mempelajari dan mengerjakannya tidak sebanding. Overload secara
kualitatif pada mahasiswa terjadi bila materi kuliah yang diberikan terlalu
beragam sehingga sulit untuk dapat memahaminya dan tugas yang diberikan
terlalu komplek dan sulit bagi mahasiswa untuk mengerjakannya. Pada
karyawan yaitu bila tugas yang diberikan juga beragam dan terlalu sulit
sehingga sangat menyita kemampuannya atau bahkan tidak sesuai dengan
kemampuannya untuk mengerjakanya.
Keputusan seorang mahasiswa ini menjadikan seorang mahasiswa yang
juga bekerja memiliki peran ganda baik sebagai mahasiswa maupun pekerja.
Peran (role) adalah aspek fungsional yang berasosiasi dengan posisi spesifik
dalam konteks sosial. Setiap orang memiliki lebih dari satu peran dalam
kehidupannya. Ada kalanya peran-peran yang dijalani memiliki ketidaksesuaian
antara kebutuhan atau tuntutan peran yang satu dengan yang lainnya.
Ketidaksesuaian ini menyebabkan terjadinya konflik peran (role conflict)
(Girdano, 1990).
Role conflict dapat dibedakan menjadi dua yaitu interrole conflict dan
intrarole conflict. Kedua jenis role conflict itu dialami oleh mahasiswa yang
bekerja. Sebagai mahasiswa, mereka mengalami intrarole conflict ketika harus
menyelesaikan tugas atau menghadapi ujian dua mata kuliah yang berbeda.
Sebagai karyawan mereka juga mengalami hal ini bila harus menyelesaikan dua
17
atau lebih tugas pada waktu yang relatif bersamaan. Pada mahasiswa yang
bekerja selain konflik tersebut mereka juga mengalami interrole conflict. Ini
terjadi karena peran mereka sebagai karyawan yang harus melakukan aktivitas
dalam pekerjaannya dan juga sebagai mahasiswa yang harus melakukan
aktivitas dalam kuliahnya.
Tuntutan tugas merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan
seseorang. Mahasiswa mempunyai tugas begitu juga dengan karyawan.
Mahasiswa dalam kuliahnya meskipun tidak semua mata kuliah diberikan tugas
dan tidak semua dosen memberikan tugas tapi setiap semesternya pasti ada
beberapa tugas yang harus dikerjakan. Selain itu mahasiswa juga harus belajar
untuk mempersiapkan ujian dan dalam kuliah terdapat juga beberapa kuis.
Karyawan sudah pasti mempunyai tugas yang diberikan dati tempat ia bekerja.
Pada mahasiswa yang bekerja tuntutan tugas mereka dua kali lipat karena pada
satu peran ia harus mengerjakan tugas-tugas kuliah dan pada peran lainnya
harus mengerjakan tugas-tugas kantornya. Tuntutan peran berhubungan dengan
tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu
yang dimainkan dalam organisasi itu. Telah dijelaskan sebelumnya tentang
peran ganda yang dialami mahasiswa yang bekerja. Peran sebagai mahasiswa
dan peran karyawan seringkali mengalami ketidaksesuaian. Hal ini mungkin
merupakan sumber potensial stes yang besar bagi mahasiswa yang bekerja.
Pada mahasiswa yang bekerja, time pressure yang mereka rasakan pasti
tidak bisa dihindari. Time pressure ini adalah salah satu penyebab utama
terjadinya stres (Girdano,1990). Time pressure ini terjadi karena harus
18
melakukan terlalu banyak hal (Munandar, 1995). Munandar mengatakan bahwa
waktu dalam masyarakat industri merupakan suatu unsur yang sangat penting.
Setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan
cermat. Waktu merupakan salah satu ukuran dari efisiensi. Atas dasar ini orang
sering harus bekerja berkejaran dengan waktu. Tugas harus diselesaikan
sebelum waktu berakhir (dead line).
Individu yang mempunyai aktivitas, baik dalam sekolah (academic)
maupun pekerjaan (occupational) akan menemui masalah deadline (Hanson,
1986). Deadline merupakan salah satu penyebab terjadinya time pressure.
Mahasiswa dalam aktivitas kuliahnya sering menghadapi time pressure.
Banyaknya bahan mata kuliah yang harus dipelajari sebelum ujian dan tugas-
tugas yang harus dikumpulkan pada waktunya (deadline) merupakan time
pressure yang mereka hadapi.
Mahasiswa yang bekerja ketika menghadapi deadline baik dari kuliahnya
dan pekerjaannya akan mengalami time pressure yang besar karena pada saat
yang bersamaan mereka harus menyelesaikan kedua tugas tersebut. Hal ini
mungkin juga merupakan sumber potensial stes yang besar bagi mahasiswa
yang bekerja.
Tingkat stres masing-masing peran berbeda. Begitu juga tingkat stres
masing-masing individu. Oleh karena itu dapat diasumsikan jika satu peran saja
dapat menimbulkan stres maka dua peran yang dijalani bersamaan akan
mempunyai tingkat stres yang lebih daripada hanya menjalani satu peran saja.
19
B. Adversity Quotient
1. Pengertian Adversity Quotient
Adversity memiliki akar kata “adverse” yang berarti negatif atau bertolak
belakang. Berdasarkan akar kata tersebut adversity memiliki arti yang luas.
Mulai dari berita buruk, kesusahan, nasib sial sampai pada penyakit yang tak
tersembukan, masa-masa sulit, kepedihan dan bencana. Adversity dapat juga
dipahami sebagai sebuah keadaan tidak beruntung atau bencana, kesusahan dan
digambarkan sebagai kecelakaan yang tak terelakan (Laksmono, 2001)
Sementara Quotient, menurut esiklopedia Wikipedia selain berarti hasil
akhir dari pembagian soal, juga dapat diartikan sejenis test seperti Test
Kecerdasan (Intelligent Quotient) yang mana dalam hal ini quotient memberikan
gambaran derajat atau tingkat kecerdasan individu dalam bentuk skor. Jadi
berdasarkan akar katanya, Adversity Quotient berarti skor seseorang saat
bertahan dalam kepedihan, kesulitan, bencana, kecelakaan atau situasi negatif
lain. Stoltz (2000) menyatakan Adversity Quotient adalah daya juang yang
diuraikan sebagai derajat kemampuan seseorang dalam bertahan,
menanggulangi situasi yang dianggapnya sebagai masalah, dan melampaui
masalah yang dihadapi dalam bentuk skor.
Dari uraian diatas maka Adversity Quotient dapat didefinisikan sebagai
derajat kemampuan seseorang dalam bertahan dan menanggulangi situasi yang
dianggapnya sebagai masalah.
20
2. Dimensi Adversity Quotient
Stoltz (2000) membagi daya juang individu atas empat dimensi yang
terdiri dari Control, Origin – Owner, Reach dan Endurance (CO2RE). Berikut
ini diuraikan tiap-tiap dimensi tersebut.
a. Control/C (control)
Dimensi ini menekankan kemampuan seseorang mengendalikan
respons dirinya dalam situasi yang ada serta mempengaruhi situasi
tersebut secara positif. Seseorang yang berpandangan optimis mampu
mengendalikan respons diri agar tetap aktif, memegang kontrol dan
mampu mempengaruhi situasi yang dihadapinya. Sementara pandangan
pesimis akan berdampak sebaliknya.
Gandhi (dalam Stoltz, 2000) meyakini bahwa manusia dapat
mengubah penjajahan (situasi tertekan) bukan dengan mengubah
pandangan sang penjajah (situasi) itu sendiri tetapi dengan mengubah
keyakinan yang ada dalam dirinya yaitu kemerdekaan dapat diwujudkan.
Jadi kontrol atas diri (kemerdekaan) Gandhi tidak ada pada penjajah
(situasi) tetapi pada diri sendiri, walau kontrol lingkungan hidup ada
pada penjajah. Gandhi mulai mengubah anggapan bangsa India melalui
kesediaan untuk mengambil kontrol hidup dari tangan penjajah. Semakin
besar kontrol seseorang, semakin seseorang dimampukan untuk
bertindak, berkembang, dan hidup bahagia.
Ada empat tingkatan dalam pengendalian yaitu:
21
1) Pengendalian Seketika, yaitu individu dapat mengendalikan respons
sekaligus segera memberikan respon positif saat berhadapan dengan
situasi bermasalah.
2) Pengendalian Tertunda, yaitu individu mampu mengendalikan
respons tetapi belum segera memberikan respon positif saat
berhadapan dengan situasi bermasalah
3) Luapan Emosi Secara Verbal, yaitu individu yang tak mampu
mengendalikan respon dan memberikan respon negatif berupa
ungkapan verbal yang negatif.
4) Luapan Emosi Secara Fisik, yaitu individu yang tak mampu
mengendalikan respon dan memberikan respon negatif berupa
ungkapan fisik yang negatif.
b. Origin dan Ownership (O2)
Adalah sejauh mana seseorang mau mengakui masalah yang dihadapi
dan bersedia menanggung akibat atas situasi yang dihadapi secara
objektif.
1) Ownership (pengakuan)
Adalah dimensi yang berhubungan dengan pengakuan atas situasi
bermasalah yang dihadapi seseorang. Dengan kemampuan dan
kemauan untuk mengakui adanya masalah, akan meningkatkan
kesadaran bertanggung jawab dan akhirnya memperluas kendali atau
kontrol hidup, meningkatkan keberdayaan dan motivasi dalam
mengambil tindakan. Orang berdaya juang tinggi memiliki
22
kemampuan untuk bertanggung jawab secara wajar serta mengakui
bagian yang memang harus ditanggung. Sementara orang berdaya
juang rendah cenderung tidak bertanggung jawab karena enggan
mengakui kesalahan mereka.
2) Origin (asal-usul)
Adalah dimensi yang mencari akar persoalan dengan titik berat pada
siapa dan apa yang menjadi asal usul kesulitan yang ada. Hal ini
berkaitan dengan rasa bersalah dan penyesalan seseorang. Jika
seseorang menghadapi kegagalan, maka akan baik jika orang
tersebut mengalami rasa bersalah yang adil dan penyesalan yang
wajar. Orang tersebut tidak melemparkan semua kesalahan pada diri
sendiri atau pada lingkungan. Tapi sebaliknya, orang tersebut dapat
melihat sisi mana yang dapat dipertanggung-jawabkan sebagai
kesalahan diri sendiri dan sisi mana yang memang merupakan bagian
dari kekurangan lingkungan.
Orang dengan daya juang tinggi memiliki kemampuan untuk melihat
asal usul persoalan yang dihadapi dengan jernih, memiliki rasa
bersalah yang adil dan bersedia bertanggung jawab. Sebaliknya
orang dengan daya juang rendah cenderung tidak mampu mencari
asal-usul persoalan yang dihadapi. Orang dengan daya juang rendah
akan menimbun diri dengan rasa bersalah yang tak perlu sehingga
mematikan harapan dalam diri sendiri atau sebaliknya, melempar
kesalahan pada lingkungan.
23
c. Reach/R (jangkauan)
Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melokalisasi
permasalahan yang dihadapi. Individu yang berdaya juang tinggi melihat
persoalan yang dihadapi secara tepat dan tetap fokus sehingga tidak
mempengaruhi semua aspek hidupnya. Sedangkan individu berdaya
juang rendah cenderung memandang persoalan yang dihadapi akan
meluas dan mempengaruhi aspek hidup lain.
d. Endurance/E (daya tahan)
Dimensi ini merujuk pada prediksi waktu seseorang atas situasi yang
dihadapi. Individu berdaya juang rendah akan memprediksi situasi yang
dihadapi berlangsung lama karena penyebab persoalan dipandang
sebagai sesuatu yang permanen serta tak dapat diperbaiki. Sebaliknya
individu berdaya juang tinggi menganggap situasi yang dihadapi akan
segera berakhir karena penyebabnya dapat diubah dan diperbaiki.
3. Tiga Tipe Manusia Berdasarkan Derajat Daya Juang
Stoltz (2000) dalam penelitiannya menemukan bahwa adalah tiga jenis
kelompok manusia berdasarkan tingkatan daya juang. Berikut ini diuraikan
ketiga jenis kelompok tersebut:
1. Quiters (Penyerah), yaitu orang dengan daya juang rendah
Tipe ini memiliki ciri-ciri yaitu berkarakter menolak, mundur,
mengabaikan, berhenti atau meninggalkan tanggung jawab, bergaya
hidup datar, murung, mati rasa, pemarah, kecanduan (apapun), hidup
24
tanpa makna. Di tempat kerja umumnya bekerja sekadar saja, tidak ada
ambisi, mutu kerja di bawah standar, tidak mau ambil resiko dan tidak
kreatif. Relasinya memiliki banyak teman sejenis untuk memupuk rasa
tak berdaya. Respon terhadap perubahan cenderung menolak atau lari
bahkan menyabot peluang kesuksesan diri secara aktif. Menggunakan
kalimat yang bersifat membatasi dan menolak seperti “saya tidak
mampu”, “saya tidak bisa” dan sebagainya. Kontribusi yang diberikan
sedikit dan tak ada visi dalam berkarya karena ambang daya tahan yang
rendah
2. Campers (Mapan), yaitu orang dengan daya juang sedang.
Tipe ini memiliki ciri-ciri yaitu mampu menanggapi tantangan
tetapi cepat puas lalu berhenti, menciptakan ilusi kesuksesan agar tidak
perlu untuk berusaha lebih baik lagi, gaya hidup menetap, menciptakan
daerah aman dan mapan untuk dirinya. Di tempat kerja punya sejumlah
inisiatif, cukup bersemangat dan memiliki kreativitas tetapi tidak berani
mengambil resiko. Relasi cenderung mencari aman dan tidak mau lepas
dari kemapanan yang diciptakan. Respon terhadap perubahan adalah
menahan dan diam bukan karena menunggu waktu yang tepat, tetapi
lebih karena takut mengambil tindakan. Orang berdaya juang sedang
secara aktif dapat mengikuti perubahan sejauh perubahan itu tidak
berskala besar dan secara aktif menolak perubahan jika perubahan itu
berskala besar. Mereka menggunakan bahasa yang kompromi antara lain
‘ini cukup bagus’, ‘lumayan’ dan sebagainya. Memberikan kontribusi
25
tetapi tidak banyak karena campers belum menggunakan
kemampuannya secara optimal. Ambang daya tahannya lebih besar dari
quitters tetapi tidak cukup besar untuk menghadapi perubahan yang
cepat dan lama.
3. Climbers (Pendaki), yaitu orang dengan daya juang tinggi.
Ciri-ciri tipe ini adalah memiliki karakter ingin terus bertumbuh
dan mengembangkan diri dengan gaya hidup penuh gairah, gigih, ulet,
tabah, tidak takut, bersedia diam bahkan mundur untuk kemudian maju
lagi. Ditempat kerja memiliki inisiatif yang tinggi, kreatif dan semangat
untuk terus maju berkembang. Climbers cenderung membuat segala
sesuatunya mejadi terwujud. Climbers bekerja dengan visi, memiliki
inspirasi dan karenanya mampu menjadi pemimpin yang baik.
Membentuk berbagai jenis relasi dan tidak takut untuk menjajaki semua
potensi yang ada. Menyambut baik resiko akibat kritikan tetapi memiliki
relasi yang bemakna. Komitmen climbers dalam berelasi adalah mampu
menerima keceriaan sama seperti rasa sakit dan penderitaan. Respons
terhadap perubahan adalah positif. Bagi climbers perubahan adalah
tantangan dan tantangan membuat climbers semakin berkembang.
Climbers adalah jenis orang yang dapat diandalkan saat adanya
perubahan. Climbers sadar bahwa perubahan adalah sesuatu yang tak
dapat dihindarkan. Climbers berkembang pesat berkat adanya
perubahan. Bahasa yang digunakan oleh climbers selalu penuh dengan
keyakinan dan kemungkinan untuk dikerjakan, misalnya: ‘ayo kita
26
kerjakan’, ‘kita pasti bisa’, ‘jika satu pintu tertutup pasti pintu lain
terbuka’, ‘masalah bukan untuk dihindari tetapi untuk dihadapi’ dan
sebagainya. Jenis orang seperti ini merupakan orang yang paling banyak
memberikan kontribusi. Climbers menggunakan seluruh kemampuannya
untuk bertumbuhkembang serta mengembangkan lingkungan
sekelilingnya. Climbers secara aktif mengupayakan hasil optimal dalam
tiap perubahan hidup. Ambang daya tahan climbers sangat tinggi.
Climbers mampu bekerja di bawah tekanan dan tetap berkembang.
4. Adversity Quotient pada mahasiswa yang bekerja
Mahasiswa yang bekerja berarti juga memiliki dua peran yang berbeda
yaitu sebagai seorang siswa yang sedang menempuh pendidikan dan seorang
pekerja yang bekerja dalam sebuah tempat bekerja. Di samping mahasiswa
yang bekerja bisa mempunyai penghasilan sendiri, pengalaman yang
didapatkan saat bekerja sangat bermanfaat untuk mendukung perkuliahan itu
sendiri. Setidaknya seorang mahasiswa tersebut dapat merasakan langsung
semua hal yang berhubungan dengan dunia kerja yang sesungguhnya, yang
selama ini hanya kita tahu dari buku dan sharing dari dosen (Handianto,
2006). Dengan pengetahuan dan pengalaman langsung, tentunya akan lebih
mudah memahami isi perkuliahan tersebut. Karena pada dasarnya, isi
perkuliahan memang menjelaskan istilah-istilah dan hal-hal yang terjadi dan
berhubungan erat dengan dunia kerja.
27
Sikap optimis juga ditunjukan pada mahasiswa yang bekerja yang
berani mengambil keputusan untuk bekerja dan membagi waktunya antara
belajar dan bekerja menunjukkan adanya sifat tahan banting dan keuletan.
Werner (dalam Stoltz, 2000) menyatakan bahwa orang yang optimis adalah
para perencana yang mampu menyelesaikan masalah dan orang yang dapat
memanfaatkan masalah sebagai peluang. Hal ini didukung oleh penelitian
Seligman (dalam Stoltz, 2000) menyatakan perbedaan individu yang pesimis
dan optimis sebagai perbandingan seseorang yang memiliki Adversity
Quotient yang tinggi atau rendah. Individu pesimis akan memandang kesulitan
sebagai situasi yang menetap, pribadi dan berdampak ke semua aspek hidup
lain, sedangkan individu optimis akan memandang kesulitan sebagai kondisi
sementara, eksternal dan terbatas pada persoalan saat itu saja.
C. Dinamika Adversity Quotient dan Stress
Stres merupakan hal yang dekat dengan kita. Dalam berbagai bidang
kehidupan, kita dapat mengalami stress karena berbagai masalah atau kesulitan
yang timbul di dalamnya. Mahasiswa sering kali mengalami stress yang di
sebabkan oleh aktivitas-aktivitas akademiknya seperti tugas-tugas maupun ujian.
Begitu juga dengan para pegawai yang merasakan stress karena pekerjaan-
pekerjaannya. Robbins (1998) membuat tiga kategori penyebab potensial stres
yaitu faktor lingkungan, faktor organisasional dan faktor individu. Faktor
lingkungan dan organisasional menjadi faktor eksternal penyebab stres
dikarenakan faktor ini berada di luar diri manusia. Seperti contonya tekanan untuk
28
menghadapi kekeliruan, menyelesaikan tugas pada waktu yang terbatas, serta
beban kerja yang berlebihan. Faktor individu merupakan faktor internal
dikarenakan faktor ini berada di dalam diri manusia (persepsi). Faktor inilah yang
mempengaruhi tingkat ketahanan individu terhadap stres.
Terganggu atau tidaknya individu, tergantung persepsinya terhadap
peristiwa yang dialaminya. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan
penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil
manfaat dari situasi yang dihadapi (Diana, 1991). Kemampuan untuk dapat
mereduksi stres ini tergantung kepada presepsi positif masing-masing individu
tersebut dalam menanggapi stress yang diterimanya.
Menurut Selye, (dalam Monk, 2001) Stressor yang sama dapat dipersepsi
secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang positif dan tidak berbahaya,
atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan mengancam. Penilaian kognitif
individu dalam hal ini nampaknya sangat menentukan apakah stressor itu dapat
berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat berpengaruh
terhadap respon yang akan muncul. Maka diperlukan sikap optimis dari individu
untuk dapat meganggap stressor sebagai peristiwa yang positif sehingga dapat
memunculkan respon yang positif pula.
Seligman (dalam Stoltz, 2000) menyatakan perbedaan itu sebagai individu
yang pesimis dan optimis sebagai perbandingan seseorang yang memiliki
Adversity Quotient yang tinggi atau rendah. Individu pesimis akan memandang
kesulitan sebagai situasi yang menetap, pribadi dan berdampak ke semua aspek
29
hidup lain, sedangkan individu optimis akan memandang kesulitan sebagai
kondisi sementara, eksternal dan terbatas pada persoalan saat itu saja.
Sikap optimis juga menunjukkan adanya sifat tahan banting dan keuletan.
Orang yang memiliki sifat tahan banting dan ulet mampu mengatasi kesulitan
lebih baik daripada yang tidak memiliki sifat itu. Werner (dalam Stoltz, 2000)
menyatakan bahwa orang yang optimis adalah para perencana yang mampu
menyelesaikan masalah dan orang yang dapat memanfaatkan masalah sebagai
peluang. Misalnya seorang pelajar mendapat nilai jelek dalam sebuah tes sehingga
harus mengulang kembali. Pelajar tersebut menganggap masalah yang
dihadapinya (mengulang tes) sebagai peluang untuk memperbaiki nilai.
Stoltz (2000) membagi Adversity Quotient individu atas empat dimensi
yang terdiri dari Control, Origin – Owner, Reach dan Endurance (CO2RE). Empat
dimensi ini menjadi indikasi bahwa seseorang yang memiliki Adversity Quotient
yang tinggi berarti individu tersebut memiliki tingkat kendali yang kuat atas
kesulitan-kesulitan yang dialami, mengaggap bahwa sumber kesulitan tersebut
berasal dari luar diri atau orang lain. Disamping itu individu tersebut juga
memiliki kemampuan untuk merespon kesulitan sebagai sesuatu yang spesifik dan
terbatas yang berarti tidak membiarkan kesulitan-kesulitan menjadi sebuah
bencana dengan membiarkannya meluas. Individu tersebut juga berarti
mengaggap kesulitan-kesulitan yang dialaminya bersifat sementara sehingga tidak
terus menerus memikirkan tentang kesulitan tersebut dan menjalani hal-hal sulit
dengan mengganggap hal tersebut adalah sebuah proses. Begitu juga sebaliknya
seseorang yang memiliki Adversity Quotient yang rendah berarti individu tersebut
30
tidak mempunyai kendali atas kesulitan-kesulitan yang dialami. Menganggap
kesulitan-kesulitan tersebut karena kesalahan diri dan akan memasuki area-area
lain dalam kehidupan. Individu yang memiliki Adversity Quotient yang rendah
juga memandang kesulitan sebagai peristiwa yang berlangsung lama.
Empat dimensi yang menjadi indikator tinggi rendahnya Adversity
Quotient ini mengacu kepada kesulitan yang dihadapi individu dalam hidupnya.
Kesulitan-kesulitan yang dialami individu tentunya memberikan beban stres dan
membuat individu berada dalam tekanan sehingga individu tersebut memberikan
respon dalam menghadapi kesulitan atau stress dalam hidupnya. Terry Beehr dan
John Newman (dalam Rice, 1992) membagi tiga gejala individu yang berada
dalam stress yang tinggi. Tiga gejala ini meliputi gejala psikologis, gejala fisik,
dan gejala prilaku. Gejala psikologis misalnya kecemasan, komunikasi tidak
efektif, mengurung diri, depresi, merasa terasing dan mengasingkan diri, dan
kebosanan. Gejala Fisik misalnya meningkatnya detak jantung dan tekanan darah,
meningkatnya sekresi adrenalin dan noradrenalin, gangguan gastrointestinal
(misalnya gangguan lambung), mudah terluka, lebih sering berkeringat, dan
mudah lelah secara fisik. Begitu juga gejala prilaku seperti contohnya menunda
ataupun menghindari pekerjaan/tugas, serta penurunan prestasi dan produktivitas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator pada Adversity Quotient
memberikan dampak gejala pada diri individu. Apabila individu tersebut tidak
mempunyai kendali (control) atas kesulitan-kesulitan yang dialami yang
berdampak pada individu tersebut sehingga berada dalam kondisi kecemasan,
tertekan, dan depresi. Individu yang menganggap kesulitan-kesulitan tersebut
31
karena kesalahan diri (origin - ownership) dan akan memasuki area-area lain
dalam kehidupan sehinga individu tersebut menjadi sensitif, kurang percaya diri,
kurang kreatif, kurang spontan, dan sering menghindari pekerjaan. Begitu juga
sebaliknya seseorang yang menganggap kesulitan-kesulitan tersebut berasal dari
luar diri dan merespon kesulitan-kesulitan tersebut sesuatu yang terbatas (reach)
berarti individu terbuka terhadap perubahan, percaya diri, dan spontan, serta
kreatif. Sama halnya ketika individu tersebut memandang kesulitan yang terjadi
bersifat sementara (endurance) berarti individu tersebut akan lebih memiliki
semangat dan sikap optimis. Begitu juga sebaliknya, individu yang memandang
kesulitan yang terjadi berlangsung lama sehingga individu tersebut akan merasa
bosan, tidak puas dengan hasil kerjanya, dan kurang bersemangat.
Hal ini menjadi tolak ukur bagaimana kemampuan bertahan dalam
kesulitan atau Adversity Quotient pada diri seseorang sangat berpengaruh dalam
kemampuan seseorang menanggapi masalah atau kesulitan yang dihadapinya.
Dapat dikatakan juga apabila seseorang memiliki Adversity Quotient yang tinggi
maka seseorang tersebut memiliki kemampuan untuk memandang stress sebagai
suatu yang positif. Begitu juga sebaliknya, seseorang memiliki Adversity Quotient
yang rendah maka seseorang tersebut memiliki kemampuan untuk memandang
stress sebagai suatu yang negatif.
Kita dapat lihat dinamika antara Adversity Quotient dan stres dalam bagan
respon individu sebagai berikut:
32
33
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Ha: Ada hubungan negatif
antara Adversity Quotient dan Stres pada mahasiswa yang bekerja. Semakin tinggi
Adversity Quotient maka semakin rendah stres pada mahasiswa yang bekerja.
Begitu juga sebaliknya, semakin rendah Adversity Quotient maka semakin tinggi
stres pada mahasiswa yang bekerja
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian inferensial
kuantitatif korelasional. Penelitian inferensial adalah metode penelitian yang
dirancang untuk membuat suatu kesimpulan tentang populasi dengan pengambilan
sampel (Deuna, 1996). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
dan membuat suatu kesimpulan antara dua variabel. Variabel tersebut adalah
adversity quotient dan stres pada mahsiswa yang bekerja.
B. Identivikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki dua variabel yang diidentifikasi sebagai berikut :
1. Variabel prediktor yaitu Adversity Quotient
2. Variabel kriterium yaitu stres
C. Definisi Operasional Variabel Pnelitian
1. Adversity Quotient
Adversity Quotient merupakan daya juang yang diuraikan sebagai
derajat kemampuan seseorang dalam bertahan dan menanggulangi situasi
yang dianggapnya sebagai masalah. Adversity Quotient diukur
menggunakan skala Adversity Quotient yang di susun berdasarkan empat
34
dimensi menurut Paul G. Stoltz (2000), yaitu : Control, Origin-Ownership,
Reach, dan Endurance
Seseorang dapat dinyatakan memiliki stres yang tinggi apabila seseorang
tersebut memiliki skor yang tinggi pada item-item Control, Origin-
Ownership, Reach, dan Endurance
2. Stres
Stres merupakan bentuk respon psikologis dari stimulus yang berasal
dari suatu kejadian, lingkungan dan kondisi fisik yang dapat menyebabkan
seseorang menjadi tegang dan berada dalam tekanan. Stres diungkapkan
dengan menggunakan skala stres yang di susun berdasarkan gejala stres
menurut Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1992) yaitu gejala
psikogis, gejala fisik, dan gejala prilaku.
Seseorang dapat dinyatakan memiliki Adversity Quotient yang tinggi
apabila seseorang tersebut memiliki skor yang tinggi pada item-item yang
menunjukan gejala psikogis, gejala fisik, dan gejala prilaku.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah mahasiswa yang masih aktif dalam hal
akademis dan bekerja sebagai pekerja paruh waktu (part timer). Mahasiswa
yang masih aktif dalam hal akademis adalah mahasiswa yang masih
mengambil minimal 12 sks dalam setiap semester dan tidak dalam masa cuti
studi (peraturan akademik, 2005). Sedangkan pekeja paruh waktu adalah
35
pekerja yang bekerja minimal 4 jam sehari dengan waktu kerja minimal 5
hari dalam seminggu.
E. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini mengukur hubungan antara Adversity Quotient dengan
stres pada mahasiswa yang bekerja. Maka untuk mengolah data digunakan
tehnik korelasi. Adapun alat pengumpul data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Skala Adversity Quotient
2. Skala Stres
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan skala
model Linkert. Pernyataan yang digunakan dalam skala merupakan skala
terstruktur, yang mana jawaban sudah disediakan dan subjek hnaya memilih
satu jawaban yang sesuai dengan kondisi diri subjek.
Adapun skala yang digunakan dalam masing-masing variabel
penelitian ini adalah:
1. Skala Adversity Quotient
Penyusunan skala Adversity Quotient disusun berdasarkan 4
dimensi yang dikemukakan oleh Paul G. Stoltz yaitu
a. Control
Dimensi ini menekankan kemampuan seseorang mengendalikan
respon dirinya dalam situasi sulit yang ada, serta mempengaruhi
situasi sulit tersebut secara positif.
36
b. Origin dan Ownership
Adalah sejauh mana seseorang menempatkan masalah yang
dihadapi tidak hanya pada diri sendiri namun juga melihat faktor
dari luar sebagai asal usul masalah dan bersedia menanggung
akibat atas situasi sulit yang dihadapi secara objektif.
c. Reach
Adalah kemampuan seseorang untuk melokalisasi permasalahan
yang dihadapi agar tidak merembes ke hal-hal lain.
d. Endurance
Dimensi ini merujuk pada prediksi waktu seseorang atas situasi
sulit yang dihadapi.
Berdasarkan empat dimensi diatas, selanjutnya peneliti menyusun 80
butir pernyataan yang terdiri dri 40 pernyataan favorable dan 40 pernyataan
unfavorabel. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai
berikut
Tabel 1
Tabel spesifikasi item-item Skala Adversity Quotient
Dimensi
Adversity
Quotient
No Item
Bobot Jumlah
Aitem Favourable Unfavorable
Control 4, 5, 10, 21, 45, 50,
51, 52, 71, 72
6, 8, 11, 29, 30, 31,
32, 53, 54, 55 25% 20
Origin
O2 Ownership
2, 25, 26, 27, 28, 7, 48, 49, 67, 68
25% 20 3, 33, 46, 47, 56 9, 34, 35, 65, 66
Reach 1, 12, 13, 36, 37, 38,
57, 58, 59, 60
14, 15, 16, 19, 20, 69,
70, 74, 75, 76 25% 20
Endurance 17, 18, 22, 23, 24, 73,
77, 78, 79, 80
39, 40, 41, 42, 43, 44,
61, 62, 63, 64 25% 20
Jumlah 40 40 100% 80
37
Skor jawaban subjek pada Skala Adversity Quotient, yaitu :
Tabel 2
Skor jawaban subjek pada Skala Adversity Quotient
Respon favorabel unfavorabel
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai. (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai
(STS) 1 4
Semakin tinggi skor subjek yang diperoleh, maka semakin tinggi
juga Adversity Quotient yang dimiliki. Sebaliknya semakin rendah
skor total yang diperoleh, maka semakin rendah juga Adversity
Quotient yang dimiliki.
2. Skala Stres
Penyususnan skala Stres disusun berdasarkan 3 gejala yang
dikemukakan oleh Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1992)
yaitu:
a. Gejala Psikologis
b. Gejala Fisik
c. Gejala Prilaku
Berdasarkan tiga gejala diatas, selanjutnya peneliti menyusun 60
butir pernyataan yang terdiri diri pernyataan favorable. Pernyataan-
pernyataan tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai berikut
38
Tabel 3
Tabel Spesifikasi Item-item Stres
Indikator stress No Item bobot Jumlah
Aitem
Gejala
Psikologis
1, 2, 3, 11, 12, 13, 21, 22, 23, 24,
25, 36, 37, 38, 42, 50, 51, 52, 56, 57 33,3% 20
Gejala Fisik 4, 5, 6, 10, 17, 18, 19, 20, 28, 29,
30, 31, 34, 35, 44, 45, 48, 49, 53, 59 33,3% 20
Gejala Prilaku 7, 8, 9, 14, 15, 16, 26, 27, 32, 33,
39, 40, 41, 43, 46, 47, 54, 55, 58, 60 33,3% 20
Jumlah 100% 60
Tabel 4
Skor jawaban subjek pada Skala Stres
Respon favorabel unfavorabel
Sangat Sering (SS) 4 1
Sering (S) 3 2
Jarang (TS) 2 3
Tidak Pernah (STS) 1 4
Semakin tinggi skor subjek yang diperoleh, maka semakin tinggi pula
tingkat stres yang dialami. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor subjek
yang diperoleh, maka semakin rendah pula tingkat stres yang dialami.
F. Pertanggungjawaban Mutu
1. Estimasi Validitas
Uji validitas adalah pengujian alat ukur untuk melihat seberapa
jauh suatu alat ukur memiliki ketepatan dan kecermatan dalam
melakukan fungsi ukurnya( Azwar, 2000) Salah satu bentuk validitas
39
adalah validitas isi. Validitas isi dilakukan melalui pengujian terhadap
isi tes dengan analisis rasional atau lewat penilaian (judment) yang
bersifat subyektif. Validitas isi terdapat 2 jenis yaitu validitas tampang
dan validitas logik (Azwar, 1997).
Validitas tampang adalah validitas yang paling rendah
signifikasinya karena hanya berdasarkan penilaian terhadap format
penampilan tes. Validitas ini dilakukan dengan cara memeriksa sebuah
skala dan menyimpulkan apakah skala tersebut dapat memberi kesan
mengukur sikap yang akan diukur (profesional judgement).
2. Seleksi Aitem
Seleksi aitem dilakukan dengan cara menguji karateristik masing-
masing aitem yang menjadi bagian tes. Apabila terdapat aitem tidak
memenuhi syarat kualitas, maka tidak dapat diikutkan dalam bagian
tes. Salah satu kualitas yang baik adalah konsistensi antara aitem
dengan tes secara keseluruhan atau sering disebut dengan korelasi
aitem total. Pengujian reliabilitas dan validitas hanya dapat dilakukan
terhadap aitem-aitem yang telah teruji dan terpilih (Azwar, 1999).
Sebagai kriteria pemilihan berdasarkan koefisien korelasi total,
digunakan batasan (rix) ≥ 0,3. Semua aitem yang mencapai koefisien
korelasi minimal 0,3 daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar,
1999).
40
Peneliti melakukan uji coba Skala Adversity Quotient dan Skala
Stres dengan melibatkan 50 mahasiswa yang bekerja. Setelah data
terkumpul, Skala Adversity Quotient dan Skala Stres kemudian
diproses menggunakan SPSS for windows seri 17.
3. Estimasi Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang
mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki
reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (Azwar,
1997).
Penelitian Adversity Quotient dan Stres menggunakan estimasi
reliabilitas konsistensi internal Alpha-Cronbach yaitu melalui
pendekatan reliabilitas konsistensi internal. Koefisien Alpha
merupakan estimasi yang baik terhadap reliabilitas pada banyak situasi
pengukuran (Azwar, 2008). Nilai reliabilitas skala dianggap
memuaskan apabila mendekati 0,90. Koefisien yang tidak setinggi itu
kadang sudah dianggap memuaskan (Azwar, 1997).
4. Hasil Uji Coba Alat Penelitian
a. Hasil Uji Coba Skala Adversity Quotient
Skala Adversity Quotient dihitung menggunakan SPSS for
Windows versi 17.0. Seleksi aitem menggunakan koefisien korelasi
aitem total. Kriterian aitem yang diterima jika korelasinya positif
41
dan sama dengan atau lebih besar dari 0,3 (Azwar, 1999). Uji
reliabilitas Skala Adversity Quotient pada 80 aitem dengan α =
0,9093 dan 40 aitem gugur. Setelah menghilangkan aitem gugur,
koefisien reliabilitas α = 0,917 dengan 40 aitem. Hasil uji coba
Skala Adversity Quotient dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5
Tabel Skala Adversity Quotient Sebelum dan Sesudah Uji Coba
Pada tabel diatas nomer item yang diberi tanda bintang adalah
nomor item yang gugur. Adanya item yang gugur membuat proporsi
pada setiap aspek menjadi berbeda, sehingga peneliti memutuskan untuk
menyamakan proporsi tiap aspek dengan cara memilih 10 item dengan
reabilitas terbaik pada tiap aspek.
Tabel 6 berikut ini menunjukan spesifikasi item Skala Adversity
Quotient setelah dilakukan penelitian uji coba :
Dimensi
Adversity
Quotient
No Item
Jumlah Aitem Favourable Unfavorable
Control 4, 5*, 10, 21, 45, 50*, 51,
52, 71, 72
6, 8* 11*29, 30, 31*
32, 53, 54, 55* 14
Origin
O2 Ownership
2*, 25*, 26* 27, 28* 7* 48, 49, 67* 68* 10
3, 33, 46, 47, 56 9* 34, 35* 65* 66
Reach 1, 12, 13, 36* 37, 38* 57,
58, 59*,60*
14* 15, 16* 19, 20, 69,
70* 74* 75, 76* 11
Endurance 17, 18, 22* 23, 24, 73, 77,
78, 79* 80
39* 40, 41, 42, 43, 44,
61* 62* 63* 64 14
Jumlah 28 21 49
42
Tabel 6
Tabel spesifikasi item-item Skala Adversity Quotient Setelah Uji Coba
Dimensi
Adversity
Quotient
No Item
Bobot Jumlah Aitem Favourable Unfavorable
Control 3, 5, 13, 28,
37, 38 4, 15, 29, 30 25% 10
Origin
O2 Ownership
14 26, 27
25% 10 2, 16, 24, 25,
31 17, 35
Reach 1, 6, 7, 18, 32,
33 8, 11, 12, 36 25% 10
Endurance 9, 10, 49, 40 19, 20, 21, 22, 23,
34 25% 10
Jumlah 22 18 100% 40
b. Hasil Uji Coba Skala Stres
Skala Stres dihitung menggunakan SPSS for Windows versi
17.0. Seleksi aitem menggunakan memakai koefisien korelasi aitem
total. Kriterian aitem yang diterima jika korelasinya positif dan sama
dengan atau lebih besar dari 0,3 (Azwar, 1999). Uji reliabilitas skala
iklim komunikasi organisasi pada 60 aitem dengan α = 0,930 dan 21
aitem gugur. Setelah menghilangkan aitem gugur, koefisien
reliabilitas α = 0,934 dengan 39 aitem. Hasil uji coba Skala Stres
dapat dilihat pada tabel berikut :
43
Tabel 7
Tabel Skala Stres Sebelum dan Sesudah Uji Coba
Indikator stress No Item Jumlah
Gejala Psikologis 1*, 2, 3, 11, 12, 13, 21, 22*, 23, 24, 25, 36, 37,
38, 42, 50, 51, 52*, 56, 57 17
Gejala Fisik 4, 5, 6, 10, 17, 18, 19, 20, 28, 29, 30, 31, 34,
35, 44, 45*, 48*, 49*, 53, 59* 16
Gejala Prilaku 7*, 8*, 9, 14*, 15, 16, 26, 27, 32, 33*, 39, 40,
41*, 43, 46, 47*, 54*, 55, 58, 60 13
Jumlah 46
Pada tabel diatas nomer item yang diberi tanda bintang adalah
nomor item yang gugur. Adanya item yang gugur membuat proporsi
pada setiap aspek menjadi berbeda, sehingga peneliti memutuskan
untuk menyamakan proporsi tiap aspek dengan cara memilih 13 item
dengan reabilitas terbaik pada tiap aspek.
Tabel 10 berikut ini menunjukan spesifikasi item Skala Stres
setelah dilakukan penelitian uji coba :
44
Tabel 8
Tabel Spesifikasi Item-item Skala Stres Setelah Uji Coba
Indikator stress No Item bobot Jumlah
Aitem
Gejala
Psikologis
1, 2, 8, 13, 14, 15, 24, 25, 26. 29,
34, 36, 37 33,3% 13
Gejala Fisik 3, 4, 5, 7, 11, 17, 18, 19, 20, 22, 23,
31, 33 33,3% 13
Gejala Prilaku 6, 9, 10, 16, 17, 21, 27, 28, 30, 32,
35, 38, 39 33,3% 13
Jumlah 100% 39
G. Tehnik Analisis Data
1. Uji Asumsi
Uji asumsi merupakan salahsatu syarat dalam penggunaan
tehnik korelasi untuk memperoleh kesimpulan yang benar berdasarkan
data yang ada. Adapun uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Uji normalitas, yaitu untuk mengetahui apakah hubungan antara
distribusi sebaran variabel prediktor dan variabel kriterium dalam
penelitian ini bersifat normal atau tidak. Data dinyatakan
berdistribusi normal apabila signifikasi lebih besar daripada 5%
atau 0.05. Sebaliknya, apabila nilai signifikasi yang diperoleh lebih
kecil dari 5% atau 0.05, maka sebaran data tersebut tidak
45
berdistribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan
dengan Kolmogorov-Smirnov pada SPSS for Windows versi 17.0
b. Uji linearitas, yaitu untuk mengetahui apakah hubungan antara
skor variabel prediktor dan variabel kriterium merupakan bergaris
lurus atau tidak. Jika hubungan antara dua variabel tersebut
menunjukan garis lurus maka dapat dinyatakan terdapat korelasi
linier antara kedua variabel. Data dinyatakan linear apabila dua
variabel mempunyai signifikasi kurang dari 0.05 (Priyatno, 2008).
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan negatif
antara adversity quotient dan stres pada mahasiswa yang bekerja.
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan formula teknik
korelasi Pearson Product Moment melalui SPSS for Windows versi 17.0.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Senin, 14 Juni 2010 sampai dengan 5
Juli 2010. Penelitian ini melibatkan 70 subjek. Pengumpulan data
penelitian dilaksanakan dengan cara meminta subjek untuk memberikan
jawaban pada kuesioner yang berisi dua skala, yaitu Skala Adversity
Quotient dan Skala Stres. Peneliti membagikan 70 skala pada subjek dan
kembali dengan jumlah yang sama pada peneliti.
B. Data Demografi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini memiliki bidang pekerjaan yang
berbeda-beda. Subjek dengan pekerjaan sebagai penjaga warnet (OP)
sebanyak 46 orang atau sebesar 65,71%. Subjek dengan pekerjaan
sebagai waitres sebanyak 12 orang atau sebesar 17,14%. Subjek dengan
pekerjaan sebagai penjaga toko sebanyak 10 orang atau sebesar 14,28%.
Sedangkan subjek dengan pekerjaan sebagai seles sebanyak 2 orang atau
sebesar 2,8%.
47
Tabel 9
Data Pekerjaan Subjek
Pekerjaan Jumlah Presentase
OP Warnet 46 65,71%.
Waitres 12 17,14%.
Penjaga toko 10 14,28%.
Seles 2 2,8%
C. Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran
variabel dalam penelitian normal atau tidak. Apabila sebaran
variabel tidak normal maka data tidak dapat dianalisis. Penelitian uji
normalitas diolah dengan menggunakan SPSS for Windows versi
17.0.
Tabel 10
Hasil Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov-
Smirnov Signifikansi Keterangan
Adversity
Quotient 1,062 0,209 Normal
Stress 0,901 0,391 Normal
48
Hasil di atas diperoleh Kolmogorov-Smirnov untuk variabel
Adversity Quotient sebesar 1,063 dengan signifikansi 0,209. Nilai
signifikansi tersebut lebih besar dari 5 % pada variabel Adversity
Quotient, dengan demikian sebaran data adalah normal.
Data variabel Stres Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,901
dengan signifikansi 0,391. Nilai signifikansi tersebut lebih dari 5 %
pada variabel stres, dengan demikian sebaran data adalah normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah data antara
kedua variabel berupa garis lurus atau tidak. Uji linearitas tersebut
dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows versi 17.0. Dari
hasil pengolahan data, menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar
0,006. Nilai ini menunjukkan bahwa data antara variabel Adversity
Quotient dan stres adalah linear karena nilai signifikan lebih kecil
dari 0,05 (0,006 < 0,05).
D. Hasil Penelitian
1. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik
korelasi Pearson Product Moment Pada taraf signifikasi 5% (0,05).
49
Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows
versi 17.0. Uji hipotesis satu ekor (one tailed) dilakukan pada
penelitian ini karena hipotesis dalam penelitian ini sudah mengarah,
yaitu berarah negatif.
Dari hasil analisi data diketahui bahwa koefisien korelasi antara
variabel Adversity Qoutient dan Stres sebesar -0,329 dengan
signifikansi sebesar 0,003. Hal ini berarti terdapat hubungan yang
negatif dan signifikan antara variabel Adversity Qoutient dan Stres.
Jadi, semakin tinggi Adversity Quotient seseorang maka semakin
rendah stres yang di rasakan oleh orang tersebut. Begitu juga
sebaliknya semakin rendah Adversity Quotient seseorang, maka
sekin tinggi stres yang di rasakan oleh orang tersebut.
Dari penelitian ini, diktahui bahwa r = -0, 329 dan koefisien
determinan (r2) sebesar 10,8%. Hal ini berarti Adversity Quotient
memiliki sumbangan efektif sebesar 10,8 % terhadap stres pada
mahasiswa yang bekerja, sedangkan 89,2% lainya dipengaruhi oleh
variabel lain.
2. Uji Tambahan
Uji tambahan dilakukan untuk mengetahui apakah keseluruhan
subyek memiliki adversity quotient tinggi dan stres yang tinggi.
Pada tabel berikut ini disajikan data teoritis dan empiris skala
Adversity Quotient dan skala stres pada mahasiswa yang bekerja:
50
Tabel 12
Data Teoritis dan Empiris
Variabel N t SD P
Mean
Teoritis Empiris
Adversity
Quotient 70
78.013 12.562 0,00 100 117,13
Stres 49.385 15.538 0,00 97,5 91,71
Nilai P pada skala Adversity Quotient sebesar 0.00. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
mean teoritis dan empiris pada skala Adversity Quotient. Mean
teoritis adalah rata-rata skor pada alat ukur penelitian. Mean Teoritis
diperoleh dari angka titik tengah skor alat ukur penelitian. Mean
empiris adalah rata-rata skor dalam penelitian. Skala Adversity
Quotient menunjukkan mean empiris 117,13 lebih tinggi
dibandingkan mean teoritis 100. Hal tersebut menunjukkan subjek
penelitian pada kenyataannya memiliki Adversity Quotient yang
lebih tinggi.
Nilai P pada skala Stres sebesar 0.00. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan
empiris pada skala Stres. Skala Stres menunjukkan mean empiris
51
91,71 lebih rendah dibandingkan mean teoritis 97,5 Hal tersebut
menunjukkan subjek penelitian pada kenyataannya memiliki stres
yang lebih rendah.
E. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan negatif
antara adversity quotient dan stress pada mahasiswa yang bekerja.
Dari analisis data yang telah dilakukan, menunjukan nilai koefisien
korelasi antara adversity quotient dan stress pada mahasiswa yang
bekerja sebesar -0,329 dengan signifikansi 0,003. Nilai tersebut
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan
antara adversity quotient dan stress pada mahasiswa yang bekerja.
Hal ini menandakan bahwa hipotesis awal penelitian, yaitu ada
hubungan negatif dan signifikan antara adversity quotient dan stress
pada mahasiswa yang bekerja di Yogyakarta dapat diterima. Dalam
penelitian ini Adversity Quotient memiliki sumbangan efektif
sebesar 10,8% terhadap stres pada mahasiswa yang bekerja
sedangkan 98,8% lainya dipengaruhi oleh variabel lain.
Kesulitan-kesulitan yang dialami individu tentunya
memberikan beban stress dan membuat individu berada dalam
tekanan sehingga individu tersebut memberikan respon dalam
menghadapi kesulitan atau stress dalam hidupnya. Stoltz (2000)
52
membagi Adversity Quotient individu atas empat dimensi yang
terdiri dari Control, Origin – Owner, Reach dan Endurance
(CO2RE). Empat dimensi yang menjadi indikator tinggi rendahnya
Adversity Quotient ini mengacu kepada kesulitan yang dihadapi
individu dalam hidupnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
indikator-indikator pada Adversity Quotient memberikan dampak
gejala pada diri individu. Apabila individu tersebut tidak mempunyai
kendali (control) atas kesulitan-kesulitan yang dialami berdampak
pada individu tersebut mengalami kondisi kecemasan, tertekan, dan
depresi sehingga memiliki stres yang tinggi. Individu yang
menganggap kesulitan-kesulitan tersebut karena kesalahan diri
(origin - ownership) dan akan memasuki area-area lain dalam
kehidupan sehinga individu tersebut menjadi sensitif, kurang
percaya diri, kurang kreatif, kurang spontan, dan sering menghindari
pekerjaan sehingga mudah sekali terkena stres yang tinggi. Begitu
juga sebaliknya seseorang yang menganggap kesulitan-kesulitan
tersebut berasal dari luar diri dan merespon kesulitan-kesulitan
tersebut sesuatu yang terbatas (reach) berarti individu terbuka
terhadap perubahan, percaya diri, dan spontan, serta kreatif sehingga
memiliki stres yang rendah. Sama halnya ketika individu tersebut
memandang kesulitan yang terjadi bersifat sementara (endurance)
berarti individu tersebut akan lebih memiliki semangat dan sikap
53
optimis sehingga individu tersebut akan memandang stres adalah
sesuatu yang ringan dan dapat dikatakan memiliki stres yang rendah.
Begitu juga sebaliknya, individu yang memandang kesulitan yang
terjadi berlangsung lama sehingga individu tersebut akan merasa
bosan, tidak puas dengan hasil kerjanya, dan kurang bersemangat
sehingga memiliki stres yang tinggi.
Pada penelitian lain menyebutkan bahwa faktor kunci dari
stres adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan
kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari
situasi yang dihadapi. Kemampuan untuk dapat mereduksi stress ini
tergantung kepada presepsi positif masing-masing individu tersebut
dalam menanggapi stres yang diterimanya (Diana, 1991). Stressor
yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai
peristiwa yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa
yang berbahaya dan mengancam. Penilaian kognitif individu dalam
hal ini nampaknya sangat menentukan apakah stressor itu dapat
berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat
berpengaruh terhadap respon yang akan muncul (Selye, 1956). Maka
diperlukan sikap optimis dari individu untuk dapat meganggap
stressor sebagai peristiwa yang positif sehingga dapat memunculkan
respon yang positif pula.
54
Subjek penelitian merupakan mahasiswa yang telah bekerja
part time selama lebih dari 5 bulan. Dari penelitian ini diketahui
bahwa subjek tergolong memiliki Adversity Quotient yang tinggi.
Mahasiswa yang bekerja memiliki Adversity Quotient yang tinggi
mungkin disebabkan sikap optimis yang ditunjukan pada mahasiswa
yang bekerja yang berani mengambil keputusan untuk bekerja dan
membagi waktunya antara belajar dan bekerja. Hal ini juga
menunjukkan adanya sifat tahan banting dan keuletan. Werner
(dalam Stoltz, 2000) menyatakan bahwa orang yang optimis adalah
para perencana yang mampu menyelesaikan masalah dan orang yang
dapat memanfaatkan masalah sebagai peluang. Hal ini didukung
oleh penelitian Seligman (dalam Stoltz, 2000) menyatakan
perbedaan individu yang pesimis dan optimis sebagai perbandingan
seseorang yang memiliki Adversity Quotient yang tinggi atau
rendah. Individu pesimis akan memandang kesulitan sebagai situasi
yang menetap, pribadi dan berdampak ke semua aspek hidup lain,
sedangkan individu optimis akan memandang kesulitan sebagai
kondisi sementara, eksternal dan terbatas pada persoalan saat itu
saja.
Dari penelitian ini juga diketahui bahwa subjek tergolong
memiliki stres yang rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena
mahasiswa yang bekerja memiliki motivasi yang lebih. Menurut
55
Handianto (2006) mahasiswa yang bekerja memiliki motivasi sudah
memiliki penghasilan sendiri dan mereka berharap dengan tambahan
pendidikan dan gelar sarjana yang akan dimiliki nanti dapat
meningkatkan penghasilan mereka lebih baik dari yang mereka
terima saat ini sehingga dapat merencanakan masa depan yang lebih
baik. Menurut Mohammad As'ad (2001) motivasi adalah sesuatu
yang menimbulkan semangat atau dorongan yang mendorong
individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu
tujuan. Dengan memiliki motivasi ini segala kesulitan yang
menghadang pasti akan dapat diatasi demi tercapainya tujuan
sehingga strespun akan dapat dikalahkan demi hasil yang lebih baik.
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dan pembahasan menyimpulkan bahwa Adversity
Quotient berhubungan secara negatif dan signifikan dengan stres pada
mahasiswa yang bekerja. Koefisien korelasi pada penelitian ini sebesar -
0,329 dan signifikansi 0,003. Hal tersebut berarti semakin tinggi Adversity
Quotient seseorang maka semakin rendah stres yang di rasakan oleh orang
tersebut.
B. Saran
Untuk dapat memperkaya hasil penelitian, peneliti lain diharapkan
dapat melihat variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi stres pada
mahasiswa yang bekerja. Berdasarkan penelitian ini, ada 89, 2 % pada
variabel lain yang mempengaruhi stres pada mahasiswa yang bekerja.
Peneliti memberikan saran pada mahasiswa yang bekerja untuk
bisa terus menjalani dua peran yaitu sebagai mahasiswa dan pekerja
dengan terus mempertahankan dan meningkatkan adversity quotient yang
dimiliki.
57
Daftar Pustaka
Allport, G.W. (1937). Personality: A psychological interpretation. New York:
Henry Holt and Company
Anoraga, P. (1995). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
As'ad, Moh (2001) Psikologi Industri. Yogyakarta : Liberti
Azwar, S. (2000). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Azwar. (1997). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar.
Deaux, K., Dane, F. C. & Wrightsman, L. S. (1993). Social Psychology in the
90’s (6th
ed). California: Wadsworth, Inc.
Diana, P (1991). Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada
University
Girdano,D.S. (1990). Controling Stress and Tension. A Holistic Approach. New
Jersey:Prentice-Hall, Inc
Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. (2001). Psikologi remaja. Jakarta : PT BPK
Gunung Mulia
Hadi, S. (1982). Metodologi Research J Hid 2. Yogyakarta: Yayasan Penerbit.
Fakultas. Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Hager. 1999. Stress and The Woman's Body. Jakarta: Interaksa
Hanson, P.G, M.D. (1987). Nikmatnya Stres. Jakarta : Arcan
Handianto, A. (2006). Perbedaan Tingkat Stres Mahasiswa Yang Bekerja
Dengan Yang Tidak Bekerja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Atma
Jaya
Hawari, dadang . (2001). Managemen stress cemas dan depresi. Jakarta: Balai
penerbit FK UI
Laksmono, Hari.K. (2001) Tinjauan Singkat Adversity Quotient. Anima,
Indonesian Psychological Journal. Vol.17, No 1, 63-68.
58
Lina, (2000). Gaya Hidup Bekerja. Diambil 28 April 2010. www.e-
psikologi.com/anak/index.htm.
Monk, F. J., A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono. (2001). Psikologi
Perkembangan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Morgan, Richard A.King, John R. Weisz, John Schopler. (1986). Introduction
Psychology (7ed). New York :McGraw-Hill
Munandar, a.s, prof. Dr. (1995) Kuliah pengantar psikologi industri (edisi
pertama). Jakarta : tommy
Rice, P.L. (1992). Stress and Health (2nd ed).. California: Broosa/Cole Pub
Robbins, S.P. (1998). Organizational Behavior (8th ed). New Jersey : Prentice
Hill, Inc
Rudi, S. (2003). Asiknya Bekrja Part-Time. Diambil 4 Maret 2010.
http://www.Detikpost.com.
Santrock, John W. (1995). Life-Span Development Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga.
Stoltz, Paul G. (2000). Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi
Peluang. Jakarta:Grasindo.
Supratiknya, A. (1998). Statistik Psikologi. Yogyakarta : Pusat Pengembangan
dan Penelitian Sumber Belajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma
Surekha, 2001, Adversity Intellengence. Jakarta: Pustaka Umum
59
LAMPIRAN 1
Skala
1.1 Skala Adversity Quotient Sebelum Dilakukan Uji Coba
1.2 Skala Stres Sebelum Dilakukan Uji Coba
1.3 Skala Adversity Quotient Setelah Dilakukan Uji Coba
1.4 Skala Stres Setelah Dilakukan Uji Coba
60
1.1 Skala Adversity Quotient sebelum dilakukan uji coba
Petunjuk Pengisian
Berikut ini akan disajikan beberapa pernyataan. Bacalah setiap
pernyataan dengan teliti, kemudian Anda diminta memilih salah satu
jawaban yang paling sesuai dengan situasi, kondisi, pengalaman yang
saudara alami, dan yang paling menggambarkan keadaan diri Anda,
bukan jawaban yang ideal atau yang seharusnya anda lakukan, karena
tidak ada jawaban yang dianggap salah, semua jawaban benar
apabila sesuai dengan yang Anda alami. Kerjakan seluruh pernyataan
tanpa ada satu nomorpun yang terlewati, semua nomor harus terisi.
Peneliti akan merahasiakan seluruh jawaban Anda, sehingga Anda
tidak perlu ragu dalam menjawab. Pilihan jawaban yang tersedia
adalah :
SS = Bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri anda.
S = Bila pernyataan tersebut Sesuai dengan diri anda.
TS = Bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri anda.
STS = Bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
diri anda
Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban dari
empat pilihan tersebut. Apabila Anda ingin mengganti jawaban,
berilah tanda sama dengan (=) pada tanda silang (X) yang dianggap
tidak sesuai, kemudian berilah tanda silang (X) pada jawaban yang
anda anggap lebih sesuai. Atas bantuan Anda saya ucapkan terima
kasih.
61
Skala
No Item SS S TS STS
1 Saya yakin bahwa masalah yang saya hadapi
bukan merupakan contoh kegagalan saya SS S TS STS
2 Saya selalu percaya bahwa setiap orang pasti
memperoleh rintangan dalam hidubnya SS S TS STS
3 Saya cenderung untuk mencari penyebab
kesalahan-kesalahan saya dan berusaha
bertanggung jawab atas akibat dari kesalahan
saya
SS S TS STS
4 Saya bisa mengendalikan emosi saya apabila
berhadapan dengan masalah SS S TS STS
5 Menurut saya, saya bisa mengatasi rasa marah
saya yang muncul pada saat ada masalah SS S TS STS
6 Saya merasa keadaan sulit yang ada saat ini
memang merupakan nasib saya SS S TS STS
7 Saya sering berfikir kesulitan-kesulitan yang
terjadi karena kesalahan saya SS S TS STS
8 Saya merasa tidak dapat mengendalikan emosi
saya ketika berhadapan dengan masalah SS S TS STS
9 Saya kurang dapat menerima konsekuensi dari
pilihan yang didapatkan dari keputusan bersama SS S TS STS
10 Walaupun banyak kesulitan-kesulitan yang saya
hadapi namun saya tetap harus berjuang untuk
menyelesaikannya
SS S TS STS
11 Saya sering merasa takut saya tidak dapat
menyelesaikan tugas-tugas saya SS S TS STS
12 Kuliah saya tidak akan banyak terganggu
walaupun banyak pekerjaan menumpuk SS S TS STS
13 Apabila saya mendapati kesulitan, secepat
mungkin saya akan bertindak untuk
menyelesaikananya agar tidak mempengaruhi
hal lain
SS S TS STS
14 Kesulitan yang saya hadapi menunjukkan
ketidakmampuan saya dalam bekerja SS S TS STS
15 Pertengkaran antara saya dan sahabat saya
merupakan bukti ketidakmampuan saya dalam
menjalin relasi
SS S TS STS
62
16 Beban tugas saya selalu berat SS S TS STS
17 Masalah yang saya hadapi hanya sedikit
merintangi tujuan saya SS S TS STS
18 Saya tidak akan terlalu lama larut dalam
kesedihan SS S TS STS
19 Apa yang saya kerjakan selalu kurang
memuaskan bagi diri saya SS S TS STS
20 Masalah-masalah yang saya hadapi di pekerjaan
membuat saya kurang konsentrasi dalam kuliah SS S TS STS
21 Saya merasa ada banyak jalan keluar dalam
masalah saya SS S TS STS
22 Saya tidak akan menemui kesulitan yang tidak
dapat saya atasi SS S TS STS
23 Saya merasa kesulitan ini tidak selalu ada SS S TS STS
24 Saya merasa kesulitan-kesulitan yang saya
hadapi tidak akan berlangsung lama SS S TS STS
25 Saya menyadari kesalahan-kesalahan yang
terjadi di luar kemampuan saya SS S TS STS
26 Saya merasa kesulitan-kesulitan yang saya
hadapi tidak tidak hanya terjadi pada diri saya
sendiri.
SS S TS STS
27 Saya dapat belajar dari kesalahan-kesalahan
saya dan tidak larut dalam penyesalan yang
begitu dalam
SS S TS STS
28 Saya cenderung beranggapan kesulitan-kesulitan
yang saya hadapi disebabkan oleh hal-hal yang
diluar dari kemampuan saya
SS S TS STS
29 Saya cenderung untuk menghindari tugas-tugas
yang berat menurut saya SS S TS STS
30 Saya merasa kurang dapat memaksimalkan
usaha saya dalam menghadapi masalah SS S TS STS
31 Saya selalu merasa takut apabila usaha saya
usaha saya dalam menghadapi masalah nanti
gagal
SS S TS STS
32 Saya selalu merasa takut tidak memiliki jalan
keluar bagi masalah saya SS S TS STS
33 Saya dapat menerima kesalahan-kesalahan saya SS S TS STS
34 Saya merasa sering menunda-nunda pekerjaan
namun saya tidak mencoba memperbaiki hal
tersebut
SS S TS STS
35 Saya selalu merasa sumber masalah bukan
berada pada diri saya SS S TS STS
63
36 Saya merasa tidak terlalu terpengaruh oleh
segala masalah-masalah saya SS S TS STS
37 Disaat saya sedang santai saya benar-benar bisa
beristirahat tanpa terlalu memilirkan masalah-
masalah saya
SS S TS STS
38 Masalah yang saya hadapi tidak akan
mengganggu hubungan relasi saya dengan orang
lain
SS S TS STS
39 Menurut saya situasi sulit ini akan selalu terjadi
40 Saya merasa segala sesuatunya tidak akan
pernah membaik SS S TS STS
41 Saya merasa adalah orang yang gagal SS S TS STS
42 Saya slalu menyerah saat menghadapi masalah SS S TS STS
43 Saya merasa tidak akan pernah bisa membagi
waktu antara kuliah dan bekerja SS S TS STS
44 Saya merasa kesulitan selalu mengikuti diri saya SS S TS STS
45 Munculnya masalah yang cukup rumit dalam
hidup saya itu adalah hal yang tidak bisa saya
kendalikan namun saya berusaha untuk
menanggapi segala macam masalah saya dengan
positif
SS S TS STS
46 Saya tidak merasa gagal karena adanya masalah
yang saya buat SS S TS STS
47 Saya merasa mampu untuk menanggung
konsekuensi dari kesalahan-kesalahan saya SS S TS STS
48 Saya sering merasa saya orang yang gagal SS S TS STS
49 Saya merasa kesalahan-kesalahan saya selalu
berasal dari kecerobohan saya SS S TS STS
50 Saya cenderung beranggapan kesulitan
merupakan keadaan yang harus saya hadapi SS S TS STS
51 Saya cenderung beranggapan kesulitan-kesulitan
yang saya hadapi pasti juga dialami oleh banyak
orang, sehingga saya pasti juga dapat
melaluinya.
SS S TS STS
52 Saya percaya bahwa pasti ada jalan keluar pada
setiap rintangan yang saya hadapi SS S TS STS
53 Saya merasa tidak yakin bisa menyelesaikan
masalah yang saya hadapi SS S TS STS
54 Saya merasa kesulitan dari tugas-tugas yang
diberikan kepada saya di luar jangkauan saya SS S TS STS
64
55 Saya merasa menyesal karena saya tidak mampu
menyelesaikan masalah yang saya hadapi SS S TS STS
56 Saya merasa bersalah ketika saya menghindari
tanggung jawab saya SS S TS STS
57 Kesulitan yang saya hadapi hanya sedikit
menghambat kinerja saya SS S TS STS
58 Meskipun mendapati kesulitan namun hal itu
malah membuat fokus pada apa yang sedang
saya kerjakan
SS S TS STS
59 Saya mampu menikmati liburan tanpa harus
memikirkan segala tugas yang ada SS S TS STS
60 Walaupun sedikit merintangi presentasi saya
karena tidak adanya viewer, namun saya merasa
saya dapat mempresentasikan tugas saya dengan
baik
SS S TS STS
61 Saya selalu kurang memberikan usaha saya yang
terbaik sehingga selalu muncul masalah dalam
setiap pekerjaan saya
SS S TS STS
62 Saya merasa usaha saya untuk mengatasi
masalah saya selalu tidak berjalan dengan mulus SS S TS STS
63 Saya merasa selalu ada kesulitan yang
merintangi tujuan saya SS S TS STS
64 Tidak ada kata keberhasilan dalam benak saya SS S TS STS
65 Tanggung jawab merupakan hal yang paling
merisaukan bagi saya SS S TS STS
66 Saya sering merasa segala kesalahan berasal
dari faktor diluar diri saya SS S TS STS
67 Saya selalu menyalahkan diri sendiri ketika
muncul kesulitan dalam hidup saya SS S TS STS
68 Saya selalu memikirkan kesalahan-kesalahan
saya walaupun saya sedang bersistirahat SS S TS STS
69 Saya masih saja memikirkan tugas-tugas saya
walaupun saat sedang berlibur SS S TS STS
70 Saya kurang berkonsentrasi dalam kuliah karena
saya bekerja SS S TS STS
71 Saya merasa harus sepenuhnya memaksimalkan
tenaga saya saat menghadapi situasi-situasi yang
sulit
SS S TS STS
72 Saya merasa tertantang dengan adanya kesulitan
dalam tugas-tugas saya SS S TS STS
73 Saya merasa banyak keberhasilan yang saya
dapatkan dengan bekerja SS S TS STS
65
74 Saya mer
asa pasti ada masalah dalam setiap pekerjaan
saya
SS S TS STS
75 Saya lebih banyak memikirkan kesulitan-
kesulitan yang saya hadapi daripada memikirkan
segi positifnya
SS S TS STS
76 Hidup saya merasa hancur ketika saya
memutuskan hubungan dengan kekasih saya SS S TS STS
77 Apa yang telah saya capai menunjukkan
keberhasilan diri saya SS S TS STS
78 Apa yang telah saya capai selama ini
membuktikan kemampuan saya dalam
menghadapi situasi sulit
SS S TS STS
79 Walaupun menemui kesulitan, namun saya
bukan orang yang gagal SS S TS STS
80 Saya yakin pasti berhasil memperbaiki
kesalahan saya SS S TS STS
1.2 Skala Stres sebelum dilakukan uji coba
Petunjuk Pengisian
Berikut ini akan disajikan beberapa pernyataan. Bacalah setiap
pernyataan dengan teliti, kemudian Anda diminta memilih salah satu
jawaban yang paling sesuai dengan situasi, kondisi, pengalaman yang
saudara alami, dan yang paling menggambarkan keadaan diri Anda,
bukan jawaban yang ideal atau yang seharusnya anda lakukan, karena
tidak ada jawaban yang dianggap salah, semua jawaban benar
apabila sesuai dengan yang Anda alami. Kerjakan seluruh pernyataan
tanpa ada satu nomorpun yang terlewati, semua nomor harus terisi.
Peneliti akan merahasiakan seluruh jawaban Anda, sehingga Anda
tidak perlu ragu dalam menjawab. Pilihan jawaban yang tersedia
adalah :
66
SS = Bila pernyataan tersebut Sangat Sering dialami diri
anda.
S = Bila pernyataan tersebut Sering dialami diri anda.
J = Bila pernyataan tersebut Jarang dialami diri anda.
TP = Bila pernyataan tersebut Tidak Pernah dialami diri
anda
Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban dari empat
pilihan tersebut. Apabila Anda ingin mengganti jawaban, berilah tanda
sama dengan (=) pada tanda silang (X) yang dianggap tidak sesuai,
kemudian berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap
lebih sesuai. Atas bantuan Anda saya ucapkan terima kasih.
Skala
No Item SS S J TP
1 Saya sering memikirkan tugas atau pekerjaan
yang belum tuntas SS S J TP
2 Banyaknya tugas kuliah dan tanggung jawab
memicu kecemasan dalam diri saya SS S J TP
3 Saya sering merasa tidak fokus saat
melaksanankan tugas SS S J TP
4 Saya sering merasa lesu bahkan saat bangun
tidur apabila memiliki banyak masalah SS S J TP
5 Saya sering kehilangan nafsu makan saya
apabila banyak tugas yang sedang saya kerjakan SS S J TP
6 Saya banyak mengeluarkan keringat dingin saat
melakukan tugas-tugas saya yang menumpuk SS S J TP
7 Saya merasa memiliki tendensi makan dengan
cepat saat banyak tugas belum yang
terselesaikan
SS S J TP
8 Karena memiliki banyak tugas, jam makan saya
menjadi tidak teratur SS S J TP
9 Saya banyak mengurung diri saat memiliki
masalah SS S J TP
10 Saya sering merasa pusing saat menghadapi
tugas yang berat SS S J TP
11 Saya cenderung menghindar apabila banyak SS S J TP
67
tugas yang datang
12 Saya kurang percaya diri saat bertemu dengan
atasan SS S J TP
13 Saya sering merasa bersalah jika bersantai SS S J TP
14 Saya sering membolos saat kuliah karena belum
mengerjakan tugas SS S J TP
15 Saya sering kesulitan untuk membuat keputusan
saat berada pada situasi panik SS S J TP
16 Saya merasa jarang bergaul karena selalu
memikirkan tugas-tugas sya yang belum
terselesaikan
SS S J TP
17 Jantung saya sering terasa berdetak kencang saat
menghadapi persoalan atau masalah SS S J TP
18 Saya menjadi susah tidur bila saya sedang
memiliki banyak masalah SS S J TP
19 Karena tugas-tugas saya yang menumpuk
selama sebulan ini saya mengalami penurunan
berat badan
SS S J TP
20 Telapak tangan saya bergetar saat saya
melakukan pekerjaan yang berat SS S J TP
21 Saya sering mendapati diri saya berfikir tentang
masalah pada saat seharusnya saya bersantai SS S J TP
22 Saya merasa tugas dan tangung jawab saya
mengejar-ngejar saya SS S J TP
23 Saya sering merasa waktu sehari tidak cukup
bagi tugas-tugas saya SS S J TP
24 Saya merasa takut saat menghadapi ujian SS S J TP
25 Saya bosan( jemu) dengan pekerjaan saya SS S J TP
26 Saya merasa jauh dari keluarga dan teman-teman
karena memiliki masalah SS S J TP
27 Saya merasa ragu-ragu dalam menentukan sikap
saat beberapa tugas menumpuk SS S J TP
28 Kepala saya terasa sakit bila banyak pekerjaan
yang belum selesai SS S J TP
29 Saya merasa mudah lelah karena memikirkan
tugas-tugas yang belum terselesaikan SS S J TP
30 Saya menjadi sakit perut bila atasan mengawasi
saya saat bekerja SS S J TP
31 Bila mengerjakan tugas kuliah terlalu lama saya
sering mengeluarkan keringat dingin SS S J TP
32 Beban kerja yang menumpuk membuat saya
sering melewatkan hal-hal penting SS S J TP
68
33 Saya tidak senang bila atasan mengawasi saya
saat bekerja SS S J TP
34 Saya merasa nafas saya menjadi cepat bila
membuat kesalahan atau kekeliruan saat bekerja SS S J TP
35 Kepala saya terasa berat saat menghadapi tugas
kuliah yang berat SS S J TP
36 Saya sering lupa akan hal-hal kecil SS S J TP
37 Saya merasa takut dan berfikir tentang hal-hal
negatif yang akan menimpa saya SS S J TP
38 Jika melihat keberhasilan orang lain saya
menemukan banyak kekurangan pada diri saya SS S J TP
39 Saya banyak melakukan kekeliruan atau
kesalahan saat bekerja SS S J TP
40 Saya tidak dapat berkonsentrasi dalam bekerja
apabila sedang memiliki masalah SS S J TP
41 Beban kerja yang harus saya selesaikan
membuat saya mudah bersikap kasar terhadap
orang lain
SS S J TP
42 Saya merasa tersinggung dan marah apabila ada
yang menegur saya SS S J TP
43 Saya sering merasa kesulitan menyelesaikan
tugas-tugas SS S J TP
44 Saya sering mengalami kesulitan bernafas pada
situasi yang membuat saya panik SS S J TP
45 Saya merasa sering mengalami migren (sakit
kepala sebelah) saat tugas yang saya kerjakan
terlalu berat
SS S J TP
46 Rutinitas pekerjaan sehari-hari membuat saya
mudah menyalahkan orang lain SS S J TP
47 Saya merasa bingung bila melakukan pekerjaan
yang tidak sesuai dengan kemampuan saya SS S J TP
48 Mata saya sering berkunag-kunang saat berada
pada situasi panik SS S J TP
49 Saya sering mengalami pingsan apabila saya
tertekan dan kecewa SS S J TP
50 Saya merasa mudah marah disaat saya memiliki
masalah SS S J TP
51 Saya sering merasa jengkel apabila ada yang
tidak sesuai dengan harapan saya SS S J TP
52 Saya slalu merasa tidak puas karena tidak punya
banyak waktu untuk hobi dan kegemaran saya SS S J TP
69
53 Saya menjadi mual ketika saya memikirkan
tugas-tugas yang akan saya lakukan SS S J TP
54 Saya sering mondar-mandir saat memimikirkan
masalah saya SS S J TP
55 Bicara saya terbata-bata saat sedang dalam
situasi panik SS S J TP
56 Pekerjaan dan tugas saya sering membuat saya
frustasi SS S J TP
57 Saya merasa kurang bersemangat dalam
menjalani hari-hari saya SS S J TP
58 Saya sering merasa kesulitan untuk membuat
prioritas saat berada pada situasi yang menekan
saya
SS S J TP
59 Saya merasa sering buang air kecil saat eakan
menghadapi ujian SS S J TP
60 Saya sering marah-marah ketika pekerjaan saya
tidak kunjung selesai SS S J TP
1.3 Skala Adversity Quotient setelah dilakukan uji coba
Petunjuk Pengisian
Berikut ini akan disajikan beberapa pernyataan. Bacalah setiap
pernyataan dengan teliti, kemudian Anda diminta memilih salah satu
jawaban yang paling sesuai dengan situasi, kondisi, pengalaman yang
saudara alami, dan yang paling menggambarkan keadaan diri Anda,
bukan jawaban yang ideal atau yang seharusnya anda lakukan, karena
tidak ada jawaban yang dianggap salah, semua jawaban benar
apabila sesuai dengan yang Anda alami. Kerjakan seluruh pernyataan
tanpa ada satu nomorpun yang terlewati, semua nomor harus terisi.
Peneliti akan merahasiakan seluruh jawaban Anda, sehingga Anda
tidak perlu ragu dalam menjawab. Pilihan jawaban yang tersedia
adalah :
70
SS = Bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri anda.
S = Bila pernyataan tersebut Sesuai dengan diri anda.
TS = Bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri anda.
STS = Bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
diri anda
Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban dari
empat pilihan tersebut. Apabila Anda ingin mengganti jawaban,
berilah tanda sama dengan (=) pada tanda silang (X) yang dianggap
tidak sesuai, kemudian berilah tanda silang (X) pada jawaban yang
anda anggap lebih sesuai. Atas bantuan Anda saya ucapkan terima
kasih.
No Item SS S TS STS
1 Saya yakin bahwa masalah yang saya hadapi
bukan merupakan contoh kegagalan saya SS S TS STS
2 Saya cenderung untuk mencari penyebab
kesalahan-kesalahan saya dan berusaha
bertanggung jawab atas akibat dari kesalahan
saya
SS S TS STS
3 Saya bisa mengendalikan emosi saya apabila
berhadapan dengan masalah SS S TS STS
4 Saya merasa keadaan sulit yang ada saat ini
memang merupakan nasib saya SS S TS STS
5 Walaupun banyak kesulitan-kesulitan yang saya
hadapi namun saya tetap harus berjuang untuk
menyelesaikannya
SS S TS STS
6 Kuliah saya tidak akan banyak terganggu
walaupun banyak pekerjaan menumpuk SS S TS STS
7 Apabila saya mendapati kesulitan, secepat
mungkin saya akan bertindak untuk
menyelesaikananya agar tidak mempengaruhi
hal lain
SS S TS STS
8 Pertengkaran antara saya dan sahabat saya
merupakan bukti ketidakmampuan saya dalam
menjalin relasi
SS S TS STS
71
9 Masalah yang saya hadapi hanya sedikit
merintangi tujuan saya SS S TS STS
10 Saya tidak akan terlalu lama larut dalam
kesedihan SS S TS STS
11 Apa yang saya kerjakan selalu kurang
memuaskan bagi diri saya SS S TS STS
12 Masalah-masalah yang saya hadapi di pekerjaan
membuat saya kurang konsentrasi dalam kuliah SS S TS STS
13 Saya merasa ada banyak jalan keluar dalam
masalah saya SS S TS STS
14 Saya dapat belajar dari kesalahan-kesalahan
saya dan tidak larut dalam penyesalan yang
begitu dalam
SS S TS STS
15 Saya selalu merasa takut tidak memiliki jalan
keluar bagi masalah saya SS S TS STS
16 Saya dapat menerima kesalahan-kesalahan saya SS S TS STS
Saya merasa sering menunda-nunda pekerjaan
namun saya tidak mencoba memperbaiki hal
tersebut
SS S TS STS
17 Disaat saya sedang santai saya benar-benar bisa
beristirahat tanpa terlalu memilirkan masalah-
masalah saya
SS S TS STS
18 Saya merasa segala sesuatunya tidak akan
pernah membaik SS S TS STS
19 Saya merasa adalah orang yang gagal SS S TS STS
20 Saya slalu menyerah saat menghadapi masalah SS S TS STS
21 Saya merasa tidak akan pernah bisa membagi
waktu antara kuliah dan bekerja SS S TS STS
22 Saya merasa kesulitan selalu mengikuti diri saya SS S TS STS
23 Saya tidak merasa gagal karena adanya masalah
yang saya buat SS S TS STS
24 Saya merasa mampu untuk menanggung
konsekuensi dari kesalahan-kesalahan saya SS S TS STS
25 Saya sering merasa saya orang yang gagal SS S TS STS
26 Saya merasa kesalahan-kesalahan saya selalu
berasal dari kecerobohan saya SS S TS STS
27 Saya percaya bahwa pasti ada jalan keluar pada
setiap rintangan yang saya hadapi SS S TS STS
28 Saya merasa tidak yakin bisa menyelesaikan
masalah yang saya hadapi SS S TS STS
29 Saya merasa kesulitan dari tugas-tugas yang
diberikan kepada saya di luar jangkauan saya SS S TS STS
72
30 Saya merasa bersalah ketika saya menghindari
tanggung jawab saya SS S TS STS
31 Kesulitan yang saya hadapi hanya sedikit
menghambat kinerja saya SS S TS STS
32 Meskipun mendapati kesulitan namun hal itu
malah membuat fokus pada apa yang sedang
saya kerjakan
SS S TS STS
33 Walaupun sedikit merintangi presentasi saya
karena tidak adanya viewer, namun saya merasa
saya dapat mempresentasikan tugas saya dengan
baik
SS S TS STS
34 Tidak ada kata keberhasilan dalam benak saya SS S TS STS
35 Saya sering merasa segala kesalahan berasal
dari faktor diluar diri saya SS S TS STS
36 Saya masih saja memikirkan tugas-tugas saya
walaupun saat sedang berlibur SS S TS STS
37 Saya merasa harus sepenuhnya memaksimalkan
tenaga saya saat menghadapi situasi-situasi yang
sulit
SS S TS STS
38 Saya merasa tertantang dengan adanya kesulitan
dalam tugas-tugas saya SS S TS STS
39 Saya merasa banyak keberhasilan yang saya
dapatkan dengan bekerja SS S TS STS
40 Apa yang telah saya capai selama ini
membuktikan kemampuan saya dalam
menghadapi situasi sulit
SS S TS STS
1.4 Skala Stres setelah dilakukan uji coba
Petunjuk Pengisian
Berikut ini akan disajikan beberapa pernyataan. Bacalah setiap
pernyataan dengan teliti, kemudian Anda diminta memilih salah satu
jawaban yang paling sesuai dengan situasi, kondisi, pengalaman yang
saudara alami, dan yang paling menggambarkan keadaan diri Anda,
bukan jawaban yang ideal atau yang seharusnya anda lakukan, karena
tidak ada jawaban yang dianggap salah, semua jawaban benar
apabila sesuai dengan yang Anda alami. Kerjakan seluruh pernyataan
73
tanpa ada satu nomorpun yang terlewati, semua nomor harus terisi.
Peneliti akan merahasiakan seluruh jawaban Anda, sehingga Anda
tidak perlu ragu dalam menjawab. Pilihan jawaban yang tersedia
adalah :
SS = Bila pernyataan tersebut Sangat Sering dialami diri
anda.
S = Bila pernyataan tersebut Sering dialami diri anda.
J = Bila pernyataan tersebut Jarang dialami diri anda.
TP = Bila pernyataan tersebut Tidak Pernah dialami diri
anda
Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban dari empat
pilihan tersebut. Apabila Anda ingin mengganti jawaban, berilah tanda
sama dengan (=) pada tanda silang (X) yang dianggap tidak sesuai,
kemudian berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap
lebih sesuai. Atas bantuan Anda saya ucapkan terima kasih.
o Item SS S J TP
1 Banyaknya tugas kuliah dan tanggung jawab
memicu kecemasan dalam diri saya SS S J TP
2 Saya sering merasa tidak fokus saat
melaksanankan tugas SS S J TP
3 Saya sering merasa lesu bahkan saat bangun
tidur apabila memiliki banyak masalah SS S J TP
4 Saya sering kehilangan nafsu makan saya
apabila banyak tugas yang sedang saya kerjakan SS S J TP
5 Saya banyak mengeluarkan keringat dingin saat
melakukan tugas-tugas saya yang menumpuk SS S J TP
6 Saya banyak mengurung diri saat memiliki
masalah SS S J TP
7 Saya sering merasa pusing saat menghadapi
tugas yang berat SS S J TP
8 Saya kurang percaya diri saat bertemu dengan
atasan SS S J TP
74
9 Saya sering kesulitan untuk membuat keputusan
saat berada pada situasi panik SS S J TP
10 Saya merasa jarang bergaul karena selalu
memikirkan tugas-tugas sya yang belum
terselesaikan
SS S J TP
11 Jantung saya sering terasa berdetak kencang saat
menghadapi persoalan atau masalah SS S J TP
12 Karena tugas-tugas saya yang menumpuk
selama sebulan ini saya mengalami penurunan
berat badan
SS S J TP
13 Saya sering mendapati diri saya berfikir tentang
masalah pada saat seharusnya saya bersantai SS S J TP
14 Saya merasa takut saat menghadapi ujian SS S J TP
15 Saya bosan( jemu) dengan pekerjaan saya SS S J TP
16 Saya merasa jauh dari keluarga dan teman-teman
karena memiliki masalah SS S J TP
17 Saya merasa ragu-ragu dalam menentukan sikap
saat beberapa tugas menumpuk SS S J TP
18 Saya merasa mudah lelah karena memikirkan
tugas-tugas yang belum terselesaikan SS S J TP
19 Saya menjadi sakit perut bila atasan mengawasi
saya saat bekerja SS S J TP
20 Bila mengerjakan tugas kuliah terlalu lama saya
sering mengeluarkan keringat dingin SS S J TP
21 Beban kerja yang menumpuk membuat saya
sering melewatkan hal-hal penting SS S J TP
22 Saya merasa nafas saya menjadi cepat bila
membuat kesalahan atau kekeliruan saat bekerja SS S J TP
23 Kepala saya terasa berat saat menghadapi tugas
kuliah yang berat SS S J TP
24 Saya sering lupa akan hal-hal kecil SS S J TP
25 Saya merasa takut dan berfikir tentang hal-hal
negatif yang akan menimpa saya SS S J TP
26 Jika melihat keberhasilan orang lain saya
menemukan banyak kekurangan pada diri saya SS S J TP
27 Saya banyak melakukan kekeliruan atau
kesalahan saat bekerja SS S J TP
28 Saya tidak dapat berkonsentrasi dalam bekerja
apabila sedang memiliki masalah SS S J TP
29 Saya merasa tersinggung dan marah apabila ada
yang menegur saya SS S J TP
75
30 Saya sering merasa kesulitan menyelesaikan
tugas-tugas SS S J TP
31 Saya sering mengalami kesulitan bernafas pada
situasi yang membuat saya panik SS S J TP
32 Rutinitas pekerjaan sehari-hari membuat saya
mudah menyalahkan orang lain SS S J TP
33 Saya merasa mudah marah disaat saya memiliki
masalah SS S J TP
34 Saya sering merasa jengkel apabila ada yang
tidak sesuai dengan harapan saya SS S J TP
35 Bicara saya terbata-bata saat sedang dalam
situasi panik SS S J TP
36 Pekerjaan dan tugas saya sering membuat saya
frustasi SS S J TP
37 Saya merasa kurang bersemangat dalam
menjalani hari-hari saya SS S J TP
38 Saya sering merasa kesulitan untuk membuat
prioritas saat berada pada situasi yang menekan
saya
SS S J TP
39 Saya sering marah-marah ketika pekerjaan saya
tidak kunjung selesai SS S J TP
LAMPIRAN 2
Hasil Analisis Item dan Reabilitas
2.1 Reabilitas Skala Adversity Quotient
2.2 Reabilitas Skala Stres
76
2.1 Skala Adversity Quotient
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.909 80
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 220.86 337.551 .389 .908
item2 220.38 341.914 .161 .909
item3 220.60 333.143 .508 .907
item4 220.80 335.184 .520 .907
item5 220.76 347.002 -.081 .911
item6 220.94 334.302 .429 .907
item7 221.34 346.556 -.057 .911
item8 221.10 338.133 .291 .908
item9 221.06 344.384 .034 .910
item10 220.60 332.694 .556 .907
item11 221.36 338.602 .266 .909
item12 221.30 335.194 .384 .908
item13 220.70 335.724 .562 .907
item14 221.00 337.959 .271 .909
item15 220.84 333.933 .376 .908
item16 220.86 340.490 .197 .909
item17 221.18 335.293 .422 .907
item18 220.82 328.191 .606 .906
77
item19 221.06 328.874 .607 .906
item20 221.44 336.864 .390 .908
item21 220.64 332.194 .570 .906
item22 221.22 345.849 -.029 .911
item23 221.20 336.816 .400 .908
item24 221.02 336.755 .412 .908
item25 220.96 346.039 -.035 .911
item26 220.76 340.431 .173 .909
item27 220.68 333.773 .411 .907
item28 221.10 351.847 -.282 .912
item29 221.20 335.714 .364 .908
item30 221.22 338.869 .301 .908
item31 221.42 338.085 .266 .909
item32 221.26 331.870 .565 .906
item33 220.78 336.869 .366 .908
item34 221.40 333.918 .443 .907
item35 221.02 342.510 .124 .910
item36 221.18 339.212 .228 .909
item37 221.04 332.039 .491 .907
item38 220.96 340.774 .200 .909
item39 221.12 338.312 .268 .909
item40 220.70 332.582 .414 .907
item41 220.46 330.213 .607 .906
item42 220.72 330.410 .607 .906
item43 220.84 329.280 .733 .905
item44 220.84 334.994 .418 .907
item45 220.78 336.991 .383 .908
item46 221.08 333.014 .539 .907
item47 220.82 328.844 .630 .906
item48 220.70 331.684 .518 .907
item49 221.16 338.504 .302 .908
78
item50 220.98 346.796 -.070 .911
item51 220.74 335.502 .404 .908
item52 220.54 331.192 .594 .906
item53 220.92 330.524 .565 .906
item54 221.10 334.908 .406 .908
item55 221.36 340.684 .218 .909
item56 220.86 337.960 .343 .908
item57 221.14 335.796 .457 .907
item58 220.84 336.015 .396 .908
item59 221.08 338.932 .235 .909
item60 220.96 340.407 .250 .909
item61 221.08 348.851 -.163 .911
item62 221.04 345.264 .001 .910
item63 221.36 346.398 -.049 .911
item64 220.58 323.922 .686 .905
item65 221.12 343.863 .058 .910
item66 220.96 338.202 .362 .908
item67 221.16 342.790 .096 .910
item68 221.22 340.093 .176 .909
item69 221.32 337.406 .313 .908
item70 221.02 346.551 -.053 .912
item71 220.66 336.719 .402 .908
item72 220.78 331.808 .535 .907
item73 220.86 333.470 .557 .907
item74 221.74 351.870 -.284 .912
item75 221.16 335.198 .319 .908
item76 220.92 336.647 .230 .909
item77 220.54 337.600 .303 .908
item78 220.56 334.170 .500 .907
item79 220.62 337.016 .289 .909
item80 220.54 336.294 .356 .908
79
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.917 40
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 114.13 152.838 .351 .911
item2 113.87 150.027 .459 .910
item3 114.20 151.959 .372 .911
item4 114.31 149.233 .451 .910
item5 113.87 147.737 .607 .908
item6 114.59 150.884 .352 .911
item7 114.07 150.009 .518 .909
item8 114.26 151.759 .275 .913
item9 114.47 150.948 .413 .910
item10 114.14 147.747 .551 .909
item11 114.43 147.698 .540 .909
item12 114.81 151.922 .355 .911
item13 113.97 148.144 .605 .908
item14 114.07 148.937 .475 .910
item15 114.50 147.993 .602 .908
item16 114.11 151.233 .401 .911
item17 114.71 150.816 .383 .911
item18 114.44 148.105 .529 .909
item19 113.97 149.188 .392 .911
item20 113.60 151.867 .389 .911
item21 113.89 150.798 .431 .910
80
item22 114.03 150.231 .496 .910
item23 114.19 149.748 .474 .910
item24 114.16 151.787 .331 .911
item25 114.20 147.467 .590 .908
item26 114.06 149.243 .450 .910
item27 114.50 155.007 .149 .914
item28 113.84 149.062 .513 .909
item29 114.26 147.614 .569 .908
item30 114.47 151.383 .356 .911
item31 114.10 151.367 .401 .911
item32 114.44 152.279 .382 .911
item33 114.26 151.759 .346 .911
item34 113.93 145.256 .581 .908
item35 114.27 152.490 .393 .911
item36 114.61 152.356 .288 .912
item37 114.06 152.345 .404 .911
item38 114.07 150.792 .407 .911
item39 114.23 150.875 .526 .909
item40 113.91 152.746 .324 .911
81
2.2 Skala Stres
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.930 60
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 137.50 391.194 .194 .930
item2 137.76 380.104 .497 .928
item3 138.08 381.953 .498 .928
item4 138.14 375.470 .627 .927
item5 138.48 374.051 .606 .927
item6 139.08 384.687 .393 .929
item7 138.64 389.704 .158 .930
item8 138.20 386.163 .266 .930
item9 138.48 366.377 .741 .926
item10 138.22 374.910 .617 .927
item11 138.64 385.868 .371 .929
item12 138.46 379.560 .517 .928
item13 138.28 385.716 .311 .929
item14 138.68 386.998 .279 .929
item15 138.06 381.119 .535 .928
item16 138.92 378.361 .644 .927
item17 138.28 381.838 .480 .928
item18 138.04 386.856 .335 .929
item19 138.66 381.249 .440 .928
item20 138.86 382.449 .372 .929
82
item21 138.16 384.504 .388 .929
item22 138.30 387.765 .224 .930
item23 137.92 384.647 .325 .929
item24 138.24 383.615 .398 .929
item25 138.36 385.704 .424 .929
item26 138.70 370.867 .690 .926
item27 138.32 374.385 .676 .927
item28 138.46 380.498 .504 .928
item29 138.22 383.196 .452 .928
item30 139.02 380.714 .458 .928
item31 139.12 374.067 .701 .927
item32 138.24 385.819 .391 .929
item33 138.18 387.334 .282 .929
item34 138.20 384.490 .404 .929
item35 138.22 382.706 .414 .929
item36 137.92 384.279 .395 .929
item37 138.26 380.931 .456 .928
item38 138.08 376.157 .595 .927
item39 138.34 388.392 .302 .929
item40 138.14 384.613 .370 .929
item41 138.58 391.187 .181 .930
item42 138.80 380.327 .490 .928
item43 138.22 381.767 .464 .928
item44 139.12 385.822 .382 .929
item45 138.66 387.494 .221 .930
item46 138.62 378.077 .514 .928
item47 138.06 392.221 .125 .930
item48 138.96 385.468 .292 .929
item49 139.40 390.939 .144 .930
item50 138.36 385.990 .347 .929
item51 138.08 384.932 .526 .928
83
item52 138.36 392.970 .065 .931
item53 138.80 382.816 .365 .929
item54 138.92 391.422 .110 .931
item55 138.54 380.294 .405 .929
item56 138.38 379.220 .484 .928
item57 138.70 380.541 .563 .928
item58 138.34 382.066 .436 .928
item59 138.88 388.965 .179 .930
item60 138.38 377.138 .549 .928
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.934 46
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 88.71 229.482 .479 .928
item2 89.10 227.830 .562 .927
item3 89.13 225.331 .653 .926
item4 89.41 224.971 .586 .927
item5 90.00 232.232 .418 .929
item6 89.47 220.688 .687 .926
item7 89.27 224.954 .596 .927
item8 89.36 227.943 .546 .928
item9 89.03 229.680 .575 .928
item10 89.83 228.202 .653 .927
item11 89.19 230.356 .485 .928
84
item12 89.59 232.478 .333 .930
item13 89.11 231.349 .430 .929
item14 89.14 232.820 .360 .929
item15 89.33 233.267 .410 .929
item16 89.54 225.411 .586 .927
item17 89.34 226.055 .626 .927
item18 89.40 228.417 .518 .928
item19 89.29 229.743 .487 .928
item20 90.00 230.609 .454 .928
item21 89.96 226.100 .553 .927
item22 89.23 233.425 .379 .929
item23 89.14 230.559 .450 .929
item24 89.19 228.994 .491 .928
item25 88.91 230.456 .442 .929
item26 89.13 231.708 .378 .929
item27 89.06 224.402 .687 .926
item28 89.24 233.926 .402 .929
item29 89.26 232.745 .324 .930
item30 89.71 233.627 .329 .930
item31 89.29 230.352 .459 .928
item32 90.06 235.069 .294 .930
item33 89.54 231.440 .385 .929
item34 88.99 233.811 .473 .929
item35 89.51 229.529 .427 .929
item36 89.40 228.417 .518 .928
item37 89.67 230.485 .517 .928
item38 89.29 230.178 .467 .928
item39 89.33 228.340 .512 .928
85
LAMPIRAN 3
Data Penelitian
3.1 Data Skala Adversity Quotient
3.2 Data Skala Stres
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
LAMPIRAN 4
Hasil Uji Asumsi
4.1 Uji Normalitas
4.2 Uji Linearitas
99
4.1 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
stres AQ
N 70 70
Normal Parametersa,,b
Mean 91.71 117.13
Std. Deviation 15.538 12.562
Most Extreme Differences Absolute .108 .127
Positive .108 .127
Negative -.067 -.108
Kolmogorov-Smirnov Z .901 1.062
Asymp. Sig. (2-tailed) .391 .209
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
4.2 Uji Liearitas
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
stres *
AQ
Between Groups (Combined) 7821.519 28 279.340 1.296 .221
Linearity 1802.809 1 1802.809 8.365 .006
Deviation from Linearity 6018.710 27 222.915 1.034 .452
Within Groups 8836.767 41 215.531
Total 16658.286 69
100
LAMPIRAN 5
Hasil Uji Hipotesis Dan Tambahan
5.1 Uji Hipotesis
5.2 Data Deskriptif Statistik
5.3 Uji T
101
5.1 Uji Hipotesis
Correlations
stres AQ
stres Pearson Correlation 1 -.329**
Sig. (1-tailed) .003
N 70 70
AQ Pearson Correlation -.329** 1
Sig. (1-tailed) .003
N 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
5.2 Data Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AQ 70 100 159 117.13 12.562
Stres 70 57 134 91.71 15.538
Valid N (listwise) 70
5.3 Uji T
One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the
Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
AQ 78.013 69 .000 117.129 114.13 120.12
Stres 49.385 69 .000 91.714 88.01 95.42