hubungaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implan

33
Hubungaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhannya yang masih tinggi, dan penyebaran antar daerah yang kurang seim- bang merupakan ciri penduduk Indonesia dan merupakan masalah pokok di bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kematian penduduk (Anonim, 2009 www.google.co.id/search?q=Pengertian+KB.id, diperoleh tanggal 29 februari 2012). Sehingga diperlukan suatu usaha untuk menekan laju pertumbuhan pendudukan, demi mencapai keluarga kecil sejahtera, hal ini dikuatkan oleh pernyataan dari Manuaba : ‘’Untuk mencapai masa depan yang lebih baik melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan kemampuan untuk bersaing dalam era globalisasi, maka perencanaan jumlah dan susunan anggota keluarga harus dilaksanakan sehingga tercapai suatu norma keluarga kecil bahagia sejahtera” (Manuaba,2009). Seluruh manusia menyadari dan melihat kenyataan ini, sehingga berbagai usaha dilakukan untuk menyatukan pendapat dan menerapkan strategi, dengan tujuan utama, menekan laju pertumbuhan di Negara masing-masing (Manuaba,2003). Berdasarkan data BKKBN tahun 2011 angka kelahiran di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 2,6% dimana jumlah penduduk 216 juta jiwa dan keempat terbanyak di dunia (Anonim,2012,¶1 http://www.bkkbn.go.id/article detail, diperoleh tanggal 29 februari 2012).

Upload: lodiakristinmanipada

Post on 10-Sep-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Hubungaan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Implan

TRANSCRIPT

Hubungaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implan

BAB IPENDAHULUANA.Latar Belakang MasalahJumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhannya yang masih tinggi, dan penyebaran antar daerah yang kurang seimbang merupakan ciri penduduk Indonesia dan merupakan masalah pokok di bidang kependudukan.Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi disebabkan tingkatkelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kematian penduduk (Anonim, 2009www.google.co.id/search?q=Pengertian+KB.id, diperoleh tanggal 29 februari 2012). Sehingga diperlukan suatu usaha untuk menekan laju pertumbuhan pendudukan, demi mencapai keluarga kecil sejahtera, hal ini dikuatkan oleh pernyataan dari Manuaba : Untuk mencapai masa depan yang lebih baik melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan kemampuan untuk bersaing dalam era globalisasi, maka perencanaan jumlah dan susunan anggota keluarga harus dilaksanakan sehingga tercapai suatu norma keluarga kecil bahagia sejahtera (Manuaba,2009).Seluruh manusia menyadari dan melihat kenyataan ini, sehingga berbagai usaha dilakukan untuk menyatukan pendapat dan menerapkan strategi, dengan tujuan utama, menekan laju pertumbuhan di Negara masing-masing (Manuaba,2003). Berdasarkan data BKKBNtahun 2011angka kelahiran di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 2,6% dimana jumlah penduduk 216 juta jiwa dan keempat terbanyak di dunia (Anonim,2012,1http://www.bkkbn.go.id/articledetail, diperoleh tanggal 29 februari2012).Keluarga Berencana merupakan suatu usaha dalam menekan lonjakan angka kelahiran di Indonesia hal ini dipertegas oleh Masri Singarimbun (1988) dalam Depag 2007: keluarga berencana di Indonesia yang secara resmi diintegrasikan dalam program pembangunan sejak pelita I (1969/1970) secara umum di upayakan untuk pembangunan kependudukan dan upaya mengatasi besarnya jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi disebabkan tingkat kelahiran yang tinggi pula dan penyebaran penduduk yang kurang merata antara pulau. Dan diperkuat oleh pernyataan Saifudin AB, (2009): KB merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama, alasan utama diperlukan keluarga berencana untuk mencegah mortalitas dan morbiditas ibu (Saifudin AB.2009).Kontrasepsi dibutuhkan untuk membatasi jumlah pendudukdan menjamin ketersediaan sumber daya alam sehingga menjaga kualitas hidup manusia (Anonim, 2008). Pemakaian kontrasepsi selain ditujukan untuk merencanakan kapan kehamilan akan berlangsung, ditujukan pula untuk mengatur jarak antara kelahiran pertama dan kelahiran berikutnya.Metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi 2 cara yaitu metode kontrasepsi jangka panjang dan metode kontrasepsi non jangka panjang. Metode jangka panjang merupakan alat kontrasepsi yang memiliki tingkat keefektifan yang tinggi, dipasang hanya satu kali untuk pemakaian yang lama, tingkat pengembalian kesuburannya relatif cepat.Masyarakat banyak yang sudah mengetahui mengenai keluarga berencana, mereka hanya bisa mengartikan, dan mengetahui jenis jenis keluarga berencana. Mungkin hanya beberapa orang saja yang mampu menjelaskan mengenai pengertian, jenis jenis alat kontrasepsi, efek samping, kontraindikasi, kelebihan, dan kekurangan alat kontrasepsi. Hal serupa dengan pendapat BKKBN (2007): Tingkat pengetahuan masyarakat akan kontrasepsi sudah tinggi (97,5%) namun baru sebatas mampu menyebut jenis alat dan obat kontasepsi, tetapi belum dapat menyebutkan efek samping, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan. Padahal informasi ini penting difahami sebelum memutuskan menggunakan alat kontrasepsi tertentu (BKKBN, 2007, 1 ,http://www.bkkbn.go.id/article_detail, diperoleh tanggal 29 februari 2012). Alasan inilah yang membuat para akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi belum berbasis pada rasional, efektivitas, efisien, hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh BKKBN Pusat: Kecenderungan penggunaan alat dan obat kontrasepsi di Indonesia belum berbasis pada pertimbangan rasionalitas, efektivitas, dan efisiensi.Masih rendahnya peserta KB vasektomi dan tubektomi serta makin menurunnya peserta IUD di satu pihak dan meningkatnya pengguna pil suntik merupakan salah satu bukti kesertaan masyarakat ber-KB belum mempertimbangkan ketiga hal tersebut. Akibatnya, jumlah peminat alat dan obat kontrasepsi dengan masa efektivitas pendek, maka biaya yang harus dikeluarkan untuk penyediaan alat dan obat kontrasepsi di Indonesia terbilang lumayan tinggi(BKKBN, 2009, 1,http://www.bkkbn.go.id/article_detail, diperoleh tanggal 29 februari 2012). Pengetahuan mengenai KB sangat penting untuk dimiliki oleh akseptor dalam memilih alat kontrasepsi yang akan dipergunakan karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang.Hal ini diperkuat oleh pernyataan menurut Notoatmodjo apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifatlanggeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.Mengambil keputusan yang tepat untuk sebuah keluarga yang terencana bukanlah hal mudah. Selain itu juga mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.Peserta Keluarga Berencana yang masih menggunakan kontrasepsi pil dan non metode jangka panjang lainnya diarahkan untuk memilih spiral/IUD atau metode jangka panjang yang lebih murah dan telah diketahui mempunyai daya lindung yang lebih efektif serta pemakaian yang lama, digunakan satu kali dalam waktu yang cukup lama. Dalam rangka peningkatan penggunaanmetode yang lebih efektif, digalakkan kegiatan pelayanan bersama masyarakat (Anonim,1997, 3http:/www.google.co.id/ search?q=Pengertian+KB.id, diperoleh tanggal 29 februari 2012). Selain hal tersebutdibutuhkan juga suatu penataan program agar masalah kependudukan lebih tertata. Hal ini serupa dengan yang diungkapkan olehArjoso, Sumaryati dalam Dwidjo, (2008): Berkaitan dengan demografi/masalah kependudukan yang semakin meningkat, BKKBN hendaknya melakukan langkah antisipasi melalui program strategis untuk mengatasi besarnya jumlah usia produktif yang akan mengakibatkan tingginya tingkat kelahiran. Untuk itu perlu upaya terus-menerus dalam penggunaan berbagai metode kontrasepsi dari yang kurang efektif ke kontrasepsi yang lebih efektif dan lebih efisien.BENGKULU, IPKB- Berdasarkan data BKKBN jumlah pasangan usia subur di Provinsi Bengkulu mencapai 331.400 keluarga yang tersebar disepuluh daerah kabupaten dan kota di daerah ini menjadi sasaran peserta KB aktif.Berdasarkan Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) jumlah PUS di Bengkulu sebanyak 331.400 keluarga menjadi target peserta KB aktif, angka sebanyak itu terdapat 156.677 keluarga. Cakupan pemakaian kontrasepsi di propinsi benkulu, akseptor suntik sebanyak 48,01%, pil 26,97%, implant 10,65%, IUD 7,63%, MOP/MOW 2,56%, kondom 1,18%, dan lainya sebanyak 0,01%.Sementara data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2011, jumlah peserta KBMetode Kontrasepsi Jangka panjang seperti IUD sebanyak 3,65%, MOP/MOW sebanyak 1,35%, Implant 13,46%. Berbeda dengan cakupan pengguna Non MKJP yaitu suntik sebanyak 47,97%, pil sebanyak 21,99%, dan kondom sebanyak 11,58% (BKKBN 2011).Hal inipun serupa dengandi Desa Lubuk Banyau Kecamatan Padang Jaya yang memiliki jumlah akseptor metode non jangka panjang lebih banyak dibandingkan dengan metode jangka panjang. Dapat dilihat melalui data berikut ini,Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Kecamatan Padang Jaya pada tahun 2011, desa Lubuk Banyau memiliki jumlah pasangan usia subur 4.976 orang. Jumlah peserta KB aktif sebanyak 370, yang terdiri dari jumlah akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi non jangka panjang 1199 diantaranya suntik 654, PIL 431, kondom 114. Sedangkan jumlah akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang 193diantaranya IUD 46, MOP 2, MOW 9, IMP 136.Hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 responden dengan cara wawancara mengenai pengetahuan ibu tentang kontrasepsi, jenis alat kontrasepsi, efek samping, kontraindikasi, kelebihan, dan kekurangan. Hanya 3 orang yang dapat mengetahui kontrasepsi, jenis alat kontrasepsi, efek samping, kontraindikasi, kelebihan, dan kekurangan secara benar dan secara keseluruhan macam-macam alat kontrasepsi. Dan sebanyak 7 orang yang tidak mendukung metode kontrasepsi jangka panjang dengan alasan sakit pada waktu pemasangannya, dan biayanya mahal. Masyarakat belum mempunyai keinginan untuk mengganti metode kontrasepsi yang mereka gunakan ke metode kontrasepsi jangka panjang, karena mereka belum mengetahui secara detail mengenai seputar alat kontrasepsi. (Hartanto 2004)B.Rumusan MasalahBerdasarkan pernyataan di atas maka penulis ingin mengetahui adakah hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang implant di Desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012?C.Tujuan1.Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang implantdi Desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.2.Tujuan Khususa.Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012b.Untuk mengetahui sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang implant di Desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.c.Untuk mengetahui jumlah penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.d.Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang implant di Desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.e.Untuk mengetahui hubungan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.D.Manfaat Penelitian1.Secara teoritisDiharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengembangan serta dinamika ilmu keperawatan, terutama yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi implant.2.Secara praktisa.Bagi masyarakat Desa Lubuk Banyau kec. Padang Jaya hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pemilihan metode kontrasepsi implant.b.Bagi peneliti selanjutnyahasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan pemilihan metode kontrasepsi implant.c.Bagi keperawatan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi praktek keperawatan maternitas terutama dalam program pendidikan kesehatan mengenai metode kontrasepsi implant.E.Keaslian PenelitianBerdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di Prodi D 3 Keperawatan Universitas Ratu Samban, akan tetapi pernah diteliti oleh Ratna Dewi (2009), dengan judul Hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap metode kontrasepsi jangka panjang Implant di Desa Surolangun Jakarta selatan. Adapun perbedaan penelitian dengan penulis adalah metode penelitian, variabel, populasi, sampel, tempat dan waktu.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Pengetahuan1)Pengertian PengetahuanPengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengeinderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pencaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).Menurut WHO (dalam Notoatmodjo, 2003) pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.a.Proses adopsi perilakuDari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:1.Awareness( kesadaran ),yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus ( objek ) terlebih dahulu.2.Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.3.Evaluation( menimbang nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi4.Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru5.Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.2)Tingkatan PengetahuanMenurut Notoatmodjo tingkat Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:1.Tahu (know)Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Pengetahuan ini merupakan tingkat yang paling rendah (C1).2.Memahami(comprehension)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Comprehension meliputi : menterjemahkan, menafsirkan, menginterpretasikan, meramalkan dan eksplorasi (C2).3.Aplikasi (aplication)Aplikasi (C3) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).4.Analisis (analysis)Analisis (C4) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.5.Sintesis (syhthesis)Sintesis (C5) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.6.Evaluasi (evaluation)Evaluasi (C6) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suaru kriteria yangditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.3)Faktor Yang Mempengaruhi PengetahuanMenurut Notoatmodjo, 2003. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor adalah:a.PengalamanPengalaman dapat dari apa yang pernah dialami sendiri maupun pengalaman orang lain yang diketahuinya. Seorang akseptor KB suntik telah merasakan sendiri pengaruh kontrasepsi KB suntik dengan segenap suka dan dukanya. Jika akseptor tersebut bertemu dengan seorang akseptor Implant saat control di BPS maka mereka akan saling bercerita tentang suka duka selama mereka menjadi akseptor.Disini terjadi saling tukar pengalaman dan kedua akseptor tersebut saling memberi dan menerima pengetahuan berdasar pengalaman masing-masing.b.Sosio-BudayaPerilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Di suatu masyarakat memiliki kepercayaan bahwa banyak anak banyak rejeki, maka akan sulit bagi mereka untuk menerima informasi mengenai kontrasepsi.c.KeyakinanKeyakinan dapat diperleh secara turun temurun tanpa adanya pembuktian atau diperoleh dari pengalaman yang telahdimilikinya dan terbukti benar setelah teruji oleh waktu dan kejadian yang berulang-ulang. Seorang akseptor baru dengan mantap ia memilih alat kontrsepsi Implant ia yakin karena ibu dan keluarganya adalah pengguna Implant. Keyakinan akseptor baru ini makin mantap setelah memperoleh informasi Implant saat konsultasi dengan tenaga kesehatan yang memasang Implannya.d.FasilitasMedia cetak maupun elektronik serta buku-buku merupakan fasilitas sumber informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat. Banyak tersedia informasi dan ibu-ibu dapat memperoleh informasi sesuai kebutuhannya. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi akan memungkinkan setiap orang memperoleh informasi secara cepat, tepat, dan akurat. Orang dapat berhubungan konsultan ahli melalui radio, televisi, majalah, dan lain-lain.Kaitannya dengan kontrasepsi, pengetahuan merupakan faktor sangat penting karena berdampak luas pada perilaku pengguna alat kontrasepsi (akseptor) dalam menetapkan keputusan terhadap alat kontrasepsi yang digunakan. Kemantapan akseptor dengan metode yang dipilihnya, ketahanan akseptor dalam menghadapi masalah-masalah (efek samping) yang dialaminya serta kemampuan adaptasinya.B.Konsep Sikap1)Pengertian SikapSikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau issue (Petty,cocopio,1986 dalam Azwar S,2000:6). Atau kecenderungan bertindak dari individu, berupa respons terhadap stimulus ataupun objek tertentu (Sunaryo,2004). Sikap bisa juga berupa kecenderungan seseorang terhadap objek mendukung atau tidak mendukung, seperti yang diungkapkan oleh Azwar (2007):Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut.2)Komponen SikapMenurut Azwar struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :a.Komponen kognitif merupakan representative apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang controversial.b.Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.c.Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.Apabila salah satu diantara ketiga komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa sehingga konsistensi itu tercapai kembali. Konsistensi internal diantara komponen-komponen sikap lebih terasa perlu dipertahankan pada sikap yang intensitasnya ekstrim, seperti sikap sangat setuju (sangat positif) dan sikap yang sangat tidak setuju (sangat negatif). Semakin ekstrim intensitas sikap seseorang maka akan semakin terasa apabila ada semacam serangan terhadap salah satu komponen sikapnya. Dari segi lain, sikap yang ekstrim biasanya juga tidak mudah untuk diubah. Hal ini menyebabkan timbulnya bentuk perilaku kompensatif apabila terjadi ketidakseimbangan komponen sikap. Perilaku kompensatif tersebut dapat berbentuk reaksi yang berlebihan yang searah dengan sikap semula dan secara tidak sadar diperlihatkan individu untuk mempertahankan ego (Azwar,A. 2007).3)Tingkatan SikapMenurut Notoatmodjo S. (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:a.Menerima (receiving)Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).b.Merespon (responding)Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.c.Menghargai (valuing)Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.d.Bertanggung jawab (responsible)Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.4)Sifat SikapSikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Purwanto,Heri. 1998:63).a.Sikap positif (favourable) kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu.b.Sikap negatif (unfavourable) terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.5)Cara Pembentukan SikapMenurutPurwanto, Heri (1998:65) sikap dapat dibentuk atau berubah melalui4 macam cara :a.Adopsi: kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.b.Diferensiasi: dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Objek tersebut dapat membentuk sikap tersendiri pula.c.Integrasi: pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.d.Trauma: adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.Kaitan pengetahuan dengan sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalahUntuk mempunyai sikap yang positif diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan dalam menjalani akan kurang.C.Konsep Dasar Implanta.PengertianImplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levenogestrel yang dibungkus dalam kapsul silasticsilikon (polidemetsilixane) dan disusukan dibawah kulit(Sarwono 2003).Implant adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah khusus untuk wanita.(sperof dan darney, 2005)b.Jenis-jenis kontrasepsi Implant1) NorplantTerdiri dari 6 batang silastis lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mmyang diisi dengan 36 mg levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun.2) ImplanonTerdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.s3) JedenaTerdiri dari 2 batang kapsul silastik yang diisi dengan 75 mg levonogestrol dan lama kerja 3 tahun.c. Mekanisme Kerja Implant (Hartanto 2004).1. Mekanisme kerja yang tepat dari implant belum jelas benar.2. Seperti kontrasepsi lain yang hanya berisi progesti saja, implant tampaknya mencegah terjadinya kehamilan melalui beberapa cara:a) Mencegah ovulasi.b) Perubahan lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan spermatozoa.c) Menghambat perkembangan siklis dari endometrium.d. Insersi dan Pengeluaran Implant1) Insersi dan pengeluaran implant pada umumnya merupakan prosedur bedah minor, yang memerlukan anastesi lokal dan insisi yang kecil.2) Waktu terbaik untuk insersi adalah pada saat haid atau jangan melebihi 5 6 hari setelah haid.3) Implant ditempatkan tepat di bawah kulit, umumnya pada bagian lengan dalam atas atau bawah.4) Pengeluaran implant terutama norplant biasanya memerlukan waktu 15 -20 menit apabila di pasang dengan benar.5) Bila implant telah dikelurkan, implant baru dapat segera dipasang pada tempat yang sama bila tidak ada pembengkakan pada tempat tersebut, atau dipasang pada tempat yang sama dengan arah yang berlawanaan bila tempat yang lama mengalami trauma dan pembengkakan selama pengeluaran implant yang lama, atau di pasang pada lengan yang lain.6) Infeksi atau komplikasi lain seperti hematoma setelah insersi jarang terjadi.7) Dapat terjadi ekspulsi dari implant bila tempat insersi mengalami infeksi.8) Yang penting pada saat insersi dan pengeluaran implant adalah menjaga seterilitas.e. Efektivitas Implant1) Angka kegagalan Norplant: < 1per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode barier.2) Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke-6 kira-kira 2,5- 3% akseptor menjadi hamil.d. Efek samping Implant1) Efek samping yang paling utama dari norplant adalah perubahan pola haid, yang terjadi pada kira-kira 60% akseptor dalam tahun pertama setelah insersi.2) Yang paling sering terjadi adalah :a. Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam satu siklus.b. Perdarahan bercak (spotting).c. Berkurangnya panjang siklus haid.d. Amenore, meskipun lebih jarang terjadi di bandigkan perdarahan lama atau perdarahan bercak.3. Umunya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih dari pada biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak berubah.4. Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang dengan jalanya waktu.5. Perdarahan yang hebat jarang terjadi.1.Keuntungan Metode Kontrasepsi Implanta)Ekonomis karena tidak harus mengeluarkan biaya setiap bulan.b)Praktis karena sekali pasang berkhasiat untuk jangka waktu yang lama (3 tahun atau lebih).c)Efektif karena berkhasiat untuk mencegah kehamilan dalam jangka waktu yang lama dan kemungkinan terjadinya kegagalan sangat kecil.d)Tidak mengganggu kesuburan ibu setelah alat kontrasepsi dicabut.e)Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.f)Bebas dari pengaruh estrogen.g)Tidak mengganggu kegiatan senggama.h)Tidak mengganggu ASI.i)Mengurangi jumlah darah menstruasi dan mengurangi resiko terjadinya anemia.2. Kerugian Implant1. Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih.2. petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pengangkatan implant.3. lebih mahal.4. Sering timbul perubahan pola haid.5. Akseptor tidak dapat menhentikan implant dengan sekehendaknya sendiri.6. Beberapa orang wanita mungkin segan untuk menggunakannya karene kurang mengenalnya.7. Implant kadang-kadang dapat dilihat oleh orang lain.3. Indikasia.Usia reproduksi.b.Menghendaki kontrasepsi jangka panjang.c.Ibu menyusui.d.Pasca keguguran.e.Pasca persalinan.f.Tidak menginginkan anak lagi, tetapi tidak mau menggunakan metode steril (vasektomi atau tubektomi).g.Wanita dengan kontraindikasi hormon esterogen.h.sering lupa mengkonsumsi pil.4. Kontraindikasi Metode Kontrasepsi Implanta)Bila ibu sedang hamil atau diperkirakan hamilb)Perdarahan pervaginam yang belum jelas.c)Kanker payu dara atau riwayat kanker payu dara.d)Tidak dapat menerima perubahan pola menstruasi.e)Adanya tanda-tanda kanker (Implant)f)Menderita penyakit-penyakit sebagai berikut :-Penyakit Jantung-Tekanan Darah Tinggi-Penyakit Kencing Manis(DM)-HepatitisD.Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode kontrasepsi implant..Pengetahuan mengenai jenis alat dan obat kontrasepsi, efek samping, kontraindikasi, kelebihan, dan kekurangan sangat diperlukan agar para pemakai alat kontrasepsi dapat menggunakan alat kontrasepsi yang berbasis pada rasional, efektivitas, efisien. Dalam arti masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik mengenai alat kontrasepsi sehingga memiliki kebebasan untuk memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan, alat kontrasepsi yang digunakan adalah alat kontrasepsi yang memiliki daya guna yang lebih dari 3 tahun pemakaiannya, dipasang hanya 1 kali pemasangan, serta tingkat pengembalian kesuburan relatif cepat. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor pengalaman, sosio-budaya, keyakinan, dan fasilitas.Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB diantaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB berkurang (Notoatmojo,2003). Karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang.E.Kerangka KonsepKerangka penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep yang yang satu terhadap yang lain dari masalah yang diteliti, sedangkan konsep adalah suatu abstraksiyang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian (Notoadmojo 2010).Menggunakan kontrasepsi implant

Bagan 1Kerangka Konsep

E.HipotesisHipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atau pertanyaan penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi hipotesis tidak dinilai benar ataupun salah, melainkan diuji apakah valid atau tidak (Sastroasmoro,S. 2002:33). Dalam penelitian ini yang menjadi hipotesisnya adalah:1.Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.2.Ada hubungan antara sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A.Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional yang dilakukan untuk melihat hubungan pengetahuan tentang metode kontrasepsi jangka panjang Implant dengan sikap ibu terhadap metode kontrasepsi jangka panjang Implant. Dengan pendekatan penelitiancross sectionalyaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama Notoatmojo (2002), dengan kata lain penelitian ini untuk melihat hubungan antara variabel-variabel yaitu variabel dependen dengan variabel independen dengan mengidentifikasi apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang metode kontrasepsi jangka panjang implant dengan sikap ibu terhadap metode kontrasepsi jangka panjang Implant.B. Variabel PenelitianVariabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2002:70). Dalam penelitian ini ada 2 jenis variabel yaitu variabel independent (variabel bebas) dan variabel dependent (variabel terikat).1)Variabel Independen (bebas)Variabel ini sering disebut stimulus, input, prediktor, dan atecendent. Atau variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Adapun variabel yang akan diteliti dari pengetahuan dengan sikap ibu terhadap metode kontrasepsi jangka panjang adalah pengetahuan.2)Variabel Dependen (terikat)Variabel ini sering disebut variabel respon, output, kriteria, konsekuensi. Variabel terikat merupakan variabel dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah sikap ibu terhadap metode kontrasepsi jangka panjang.C.Definisi OperasionalDefinisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara oprasional bersarkan kharateristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengkuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena ( Aziz alimul H, 2007).

Tabel 1Definisi operasionalNoVariabelDefinisi OperasionalCara ukurAlat UkurHasil UkurSkala

1aIndependen.a.Pengetahuan

b.SikapPengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. (Notoadmodjo, 2003)

Perasaan mendukung atau tidak atau tidak memihak.Wawacara

wawancaraKuisioner1-15

Kuisioner1-151.Baik jikajawaban benar 75%2.jikajikajawaban benar50-75%3.Kurang jikajawaban benar 0,05 maka di katakan antara kedua variabel secara statistik terdapat hubungan yang tidak bermakna. Sedangkan apabila nilai P < 0,05 maka secara statistik kedua variabel tersebut terdapat hubungn yang bermakna.BAB IVHASIL PENELITIAN

A.Gambaran umum desa Lubuk BanyauDesa Lubuk Banyau merupakan salah satu cakupan wilayah kerja puskesmas Air Lais yang mempunyai luas 130,35 km2. Batas wilayah desa Lubuk Banyau :1.Sebelah utara berbatasan dengan desa Giri Mulya.2.Sebelah selatan berbatasan Desa Seberang Tunggal.3.Sebelah timur berbatasan dengan desa Sido Mukti.4.Sebelah barat berbatasan dengan desa Giri Mulya.Penduduk Kelurahan Datar Ruyungpada tahun 2012 berjumlah 22.541 jiwa.B.Jalannya PenelitianPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.Jalannya penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu :1.Tahap PersiapanTahap persiapan ini meliputi konsultasi dengan pembimbing, studipustaka untuk mengidentifikasi masalahpenelitian, melakukan survey awal, merumuskan masalah penelitian, menyiapkan instrument penelitian dan mengurus surat izin penelitian.2.Tahap PelaksanaanTahap pelaksanaan ini dimulai dengan pengambilan data yang dilakukan denganmendatangi rumah responden kemudian membagikan kuisioner. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal16 Julisampai dengan22 Juli2012didesa Lubuk Banyau.Selama penelitian dilaksanakan tidak ditemukan masalahataupun hambatan-hambatan yang berarti.3.Tahap AkhirSetelah pelaksanaan penetilian selesai, barulah penulis membuat laporan penelitian dan dikonsultasi untuk mendapatkan persetujuan dari pembimbing yang selanjutnya dilakukan ujian karya tulis ilmiah.C.Hasil PenelitianPenelitian ini dilakukan untukmengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemilihan metode alat kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.

1.Karakteristik RespondenTabel 2Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

NoUmurfrekuensiPersentase %

1< 251425,4

225 302240

3> 301730,9

Jumlah55100

Hasil penelitian tahun 2012Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil bahwa hampir dari responden berumur 25-30 tahun sebanyak 22 responden (40%), sedangkan yang berumur < 25 tahun sebanyak 14 responden (25,4%) dan yang berumur > 30 tahun sebanyak 17 responden (30,9).Tabel 3Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak

NoJumlah anakFrekwensiPersentase %

111221,8

22-33665,4

3> 3712,8

Jumlah55100

Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah anak 2-3 sebanyak 36 responden (65,4%), sedangkan responden yang memiliki jumlah anak 1 sebanyak 12 responden (21,8%) dan responden yang mmemiliki jumlah anak > 3 sebanyak 7 responden (12,8%).2.Variabel yang ditelitia.Analisa UnivariatAnalisa ini dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti baik independen (tingkat pengetahuan dan sikap ibu) maupun variabel dependen (pemilihan metode alat kontasepsi implant).Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan hasil sebagai berikut:Tabel3Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012

NoTingkat Pengetahuan IbuFrekuensiPresentase ( % )

1Kurang2952,7

2Sedang1527,3

3Baik1120

Jumlah55100

Sumber:Hasil penelitian 2012Tabel3menunjukkan bahwa dari55 ibu di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jayayangberpengetahuan baik sebanyak 11 orang (20%), berpengetahuan sedang sebanyak 15 orang (27,3%) yang berpengetahuan kurang sebanyak 29 orang (52,7%).

Tabel 4Distribusi frekuensi sikap ibu terhadap metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012

NoSikap ibuFrekuensiPresentase ( % )

1Tidak mendukung2952,7

2Mendukung2647,3

Jumlah55100

Sumber:Hasil penelitian 2012Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 55 ibu yang mempunyai sikap tidak mendukung sebanyak 29 orang (52,7%) dan yang mempunyai sikap mendukung sebanyak 26 orang (47,3%).

Tabel 5Distribusi frekuensi jumlah penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012

NoPenggunaan metode kontrasepsi jangka panjang implantFrekuensiPresentase ( % )

1Implant1832,7

2Non implant3767,3

Jumlah55100

Sumber:Hasil penelitian 2012Tabel5menunjukkan bahwa dari55 ibu yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang implant sebanyak 18 orang (32,7%) sedangkan ibu yang tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka implant sebanyak 37 orang (67,3%).b.Analisa BivariatAnalisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen (tingkat pengetahuan dan sikap ibu) dan variabel dependen (pemilihan metode kontrasepsi implant) yaitu menggunakan analisisChi-Squaredengan derajat kepercayaan 95% ( = 0,05) adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel6Hubungan tingkat pengetahuan terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012

NoTingkat pengetahuanPemilihan kontrasepsi implantTotalX2P

Non implantImplant

N%N%N%

1Kurang2749,123,62952,731,402

0,000

2Sedang1018,259,11527,3

3Baik0011201120

Jumlah3767,31832,755100

Sumber:Hasil penelitian 2012Berdasarkan tabel6diketahui bahwaibu yang memilih metode kontrasepsi implant sebagian besar berasal dari ibu yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebnayak 11 orang (20%), ibu berpengetahuan sedang sebanyak 5 orang(9,1%) dan ibu berpengetahuan kurang sebnayak 2 orang (3,6%).Selanjutnya berdasarkan ujiChi-SquaredidapatX2hitung :31,402> X2tabel : 5,991nilai= 0,000 karena nilai< 0,05 pada taraf signifikansi 5% (= 0,05) sehinggahipotesisditerima dimana hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.

Tabel6Hubungan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012NoSikap ibuPemilihan kontrasepsi implantTotalX2P

Non implantimplant

N%N%N%

1Tidak mendukung2647,335,52952,711,8910,001

2Mendukung11201527,32647,3

Jumlah3767,31832,755100

Sumber:Hasil penelitian 2012Berdasarkan tabel6diketahui bahwaibu yang memilih kontrasepsi implant berasal dari ibu yang mempunyai sikap mendukung yaitu sebnayak 15 orang (27,3%) dan ibu yang mempunyai sikap tidak mendukung sebanyak 3 orang (5,5%).Selanjutnya berdasarkan ujiChi-SquaredidapatX2Hitung :11,891> X2tabel : 3,481nilai= 0,001 karena nilai< 0,05 pada taraf signifikansi 5% (= 0,05) sehinggahipotesis diterimadimana hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan sikap terhadap pemilihan alat kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.D.Pembahasan1.Hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode alat kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.Berdasarkan hasil penelitian terhadap 55 responden yang memilih metode kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012 didapatkan frekuensi tertinggi yang memilih alat kontrasepsi implant berasal dari ibu yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 11 orang (20%), berpengetahuan sedang sebanyak 5 orang (9,1%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 2 orang (3,6%).Menurut BKKBN 2007informasi mengenai alat kontrasepsi sangat penting difahami sebelum memutuskan menggunakan alat kontrasepsi tertentu. Hal ini serupa dengan pendapat BAPPENAS yaitu dengan berbekal pengetahuan mengenai alat-alat kontrasepsi, beserta efek samping yang ditimbulkannya, kontraindikasi, kekurangan, dan kelebihannya. Masyarakat dapat menentukan pilihan alat kontrasepsi yang sesuai sehingga memberi pengayoman lebih tinggi yang akhirnya akan meningkatkan kelestariannya dalam berkeluarga berencana. Jadi pengetahuan mengenai alat-alat kontrasepsi beserta efek samping, kontraindikasi, kekurangan, dan kelebihan sangat diperlukan untuk menentukan pilihan alat kontrasepsi yang akandigunakan serta untuk mendukung program Repelita V yaitu agar masyarakat lebih menggunakan alat kontrasepsi yang efektif.Masih adanya responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori kurang, yaitu sebanyak 52,7% dikarenakan beberapa hal yang mempengaruhi antara lain informasi yang kurang mengenai alat kontrasepsi beserta efek samping, kontraindikasi, kekurangan, dan kelebihan. Beberapa ibu sangat jarang mengikuti acara-acara penyuluhan mengenai keluarga berencana. Hanya ibu-ibu yang menjadi kader PKK saja yang aktif mengikuti acara tersebut. Sosialisasi dari kader PKK yang aktif mengikuti acara penyuluhan kepada ibu yang tidak aktif belum efektif diberikan sehingga pemahaman ibu mengenai alat kontrasepsi kurang. Rata-rata ibu mendapat informasi mengenai alat kontrasepsi dengan cara bertukar pikiran atau pendapat, serta pengalaman. Hal ini sependapat dengan Kuswati, Ani (2007), yang menyatakan bahwa pengalaman di dalam menggunakan jenis KB akan berpengaruh terhadap pengetahuan mereka mengenai cara KB selain yang digunakan. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang, jadi jika ibu memiliki pengetahuan yang kurang mengenai alat kontrasepsi maka dapat mempengaruhi persepsi mereka mengenai alat kontrasepsi.Saran bagi ibu diharapkan aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu di daerah setempat serta berkonsultasi pada bidan tentang kontrasepsi yang cocok baginya. Adapun untuk petugas kesehatan agar lebih sering melakukan penyuluhan tentang alat kontrasepsi.2.Hubungansikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 55 responden yang memilih metode kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012 didapatkan frekuensi tertinggi yang memilih alat kontrasepsi implant berasal dari ibu yang memiliki sikap mendukung adalah sebanyak 15 orang (27,3%) dan sikap tidak mendukung sebanyak 3 orang (5,5%).Sikap adalah salah satu faktor predisposisi yang merupakan pendorong perilaku seseorang untuk bertindak (Green dalam Notoatmodjo,2003). Sikap adalahsuatu kecenderungan seseorang terhadap objek tertentu bisa juga perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Tetapi sikap positif atau mendukung saja tanpa ditunjang faktor lain belum tentu memastikan seseorang untuk melakukan sesuatu. Misalnya seorang ibu mempunyai sikap positif terhadap metode kontrasepsi jangka panjang dengan pengetahuan yang cukup, namun tidak diikuti pula dengan motivasi yang positif, tentu hal ini akan menyebabkan ibu tersebut tidak akan menggunakan atau memilih alat kontrasepsi jangka panjang.

BAB VKESIMPULAN DAN SARANA.KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode pemilihan kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012,maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1.Sebagian besaribu mempunyai pengetahuan kurang tentang pemilihan metode kontrasepsi implant.2.Sebagian besaribu mempunyai sikap tidak mendukung terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant.3.Sebagian besar ibu tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang implant .4.Terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.5.Terdapathubungan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.

B.Saran1. BagiMasyarakat Desa Lubuk BanyauDiharapkanhasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pemilihan metode kontrasepsi implant.2.Bagi Peneliti.Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan pemilihan metode kontrasepsi implant.3. BagikeperawatanDiharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi praktek keperawatan maternitas terutama dalam program pendidikan kesehatan mengenai metode kontrasepsi implant..

Diposkan olehelvan amd Kepdi01.20Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest1