http

2
http://female.kompas.com/read/2010/07/30/10322767/ bank.sperma.hanya.untuk.pasangan.sah http://spiritriau.com/view/Kesehatan/15090/Aturan-Kesehatan-RI-Tegas-Sebut- Bayi-Tabung-Tak-Boleh-dari-Donor-Sperma.html#.VQ98f_mUeg8 Ilustrasi JAKARTA, KOMPAS.com - Kehadiran bank sperma di Indonesia memang masih belum memungkinkan. Tetapi kalau pun bank sperma dibangun, tujuannya hanyalah untuk mempertahankan garis keturunan dari suatu keluarga. "Pembangunan bank sperma tergantung tujuan dan niatnya," ungkap pengamat kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Prof. Does Sampoerno dr MPH, kepada Kompas.com, Kamis (29/07/10) di Jakarta. Dijelaskan Prof Does, "Pembanguan bank sperma bisa dilakukan misalkan ada keluarga yang sudah menjadi dinasti, agar keturuan keluarga itu tidak lenyap ingin mereka menggunakan bank sperma tapi tujuannya untuk keluarga. Itu bisa dilakukan." Bank sperma diperbolehkan hanya untuk menyimpan sperma dari suaminya yang sah. "Hal tersebut bisa dilakukan untuk bersiap-siap apabila sang suami akan meninggal. Sperma yang ada bisa digunakan untuk menggantikan anak yang meninggal," kata Ketua Kolegium Keilmuan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indoensia (IAKMI) itu. Namun penyimpanan sperma di bank juga seharusnya diatur batas waktu atau masa kedaluwarsanya. "Batasnya, sperma suami hanya bisa disimpan sampai istri berumur 45 tahun. Karena di atas umur 45 tahun istri sudah tidak bisa melahirkan, maka sperma itu harus dimusnahkan," kata Prof Does. Bank sperma komersil Selain bank sperma suami, lanjut Prof Does, ada juga bank sperma komersial. "Mereka menyelenggarakan bank sperma komersial untuk yang ingin punya anak tapi tidak bisa punya anak, atau tidak punya suami tapi ingin punya anak. Melalui bank sperma, mereka akan menentukan ingin punya anak warna kulitnya apa,warna matanya apa, itu semua bisa dipilih," kata Prof Does. Dipandang dari sisi kesehatan, adanya bank sperma dapat membantu sebagian orang. Tetapi implementasinya harus disesuaikan dengan norma, nilai-nilai agama dan budaya di negeri itu. Di Indonesia, bank sperma untuk tujuan komersil bertentangan dengan undang- undang. Pemerintah telah mengaturnya dalam pasal 16 UU No.23/1992 tentang kesehatan dan Peraturan menteri Kesehatan No.73 tahun 1992. Peraturan itu menetapkan bahwa inseminasi buatan hanya diperbolehkan pada suami istri

Upload: vinasoraya38

Post on 15-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

http

TRANSCRIPT

Page 1: Http

http://female.kompas.com/read/2010/07/30/10322767/bank.sperma.hanya.untuk.pasangan.sah

http://spiritriau.com/view/Kesehatan/15090/Aturan-Kesehatan-RI-Tegas-Sebut-Bayi-Tabung-Tak-

Boleh-dari-Donor-Sperma.html#.VQ98f_mUeg8

Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kehadiran bank sperma di Indonesia memang masih belum

memungkinkan. Tetapi kalau pun bank sperma dibangun, tujuannya hanyalah untuk

mempertahankan garis keturunan dari suatu keluarga.

"Pembangunan bank sperma tergantung tujuan dan niatnya," ungkap pengamat kesehatan dari

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Prof. Does Sampoerno dr MPH,

kepada Kompas.com, Kamis (29/07/10) di Jakarta.

Dijelaskan Prof Does, "Pembanguan bank sperma bisa dilakukan misalkan ada keluarga yang sudah

menjadi dinasti, agar keturuan keluarga itu tidak lenyap ingin mereka menggunakan bank sperma tapi

tujuannya untuk keluarga. Itu bisa dilakukan."

Bank sperma diperbolehkan hanya untuk menyimpan sperma dari suaminya yang sah. "Hal tersebut

bisa dilakukan untuk bersiap-siap apabila sang suami akan meninggal. Sperma yang ada bisa

digunakan untuk menggantikan anak yang meninggal," kata Ketua Kolegium Keilmuan Ikatan Ahli

Kesehatan Masyarakat Indoensia (IAKMI) itu.

Namun penyimpanan sperma di bank juga seharusnya diatur batas waktu atau masa

kedaluwarsanya. "Batasnya, sperma suami hanya bisa disimpan sampai istri berumur 45 tahun. 

Karena di atas umur 45 tahun istri sudah tidak bisa melahirkan, maka sperma itu harus

dimusnahkan," kata Prof Does.

Bank sperma komersil Selain bank sperma suami, lanjut Prof Does, ada juga bank sperma

komersial. "Mereka menyelenggarakan bank sperma komersial untuk yang ingin punya anak tapi

tidak bisa punya anak, atau tidak punya suami tapi ingin punya anak. Melalui bank sperma, mereka

akan menentukan ingin punya anak warna kulitnya apa,warna matanya apa, itu semua bisa dipilih,"

kata Prof Does.

Dipandang dari sisi kesehatan, adanya bank sperma dapat membantu sebagian orang. Tetapi

implementasinya harus disesuaikan dengan norma, nilai-nilai agama dan budaya di negeri itu.

Di Indonesia, bank sperma untuk tujuan komersil bertentangan dengan undang-undang. Pemerintah

telah mengaturnya dalam pasal 16 UU No.23/1992 tentang kesehatan dan Peraturan menteri

Kesehatan No.73 tahun 1992. Peraturan itu menetapkan bahwa inseminasi buatan hanya

diperbolehkan pada suami istri yang sah secara hukum. Sel sperma dan sel telur dari pasangan itulah

yang kemudian ditanam dalam rahim istri.

"Oleh karena itu, di Indonesia unsur menggunakkan sperma yang bukan muhrim nya adalah haram,"

kata Prof Does.

Pun setelah UU No 23/1992 direvisi menjadi UU N0 36/2009, tetap ditegaskan dalam pasal 1 bahwa upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah

Page 2: Http

dengan ketentuan hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal; dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu; dan pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

Dalam UU No 23/1992 tentang Kesehatan pasal 16 ayat 1 tertulis bahwa kehamilan di luarcara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk membantu suami istri mendapat keturunan. Pada ayat dua ditegaskan upaya kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat satu hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan beberapa ketentuan.

Ketentuan tersebut yakni hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan, ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal; dilakukan oleh tenaga keschatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu; dan pada sarana kesehatan tertentu. Di ayat tiga, tertulis bahwa ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

"Jadi tampak jelas aturan yang ada di Indonesia, memang persyaratannya berasal dari sperma dan ovum suami istri yang sah. Sedangkan di luar negeri memang ada yang membolehkan donor sperma, donor ovum bahkan donor embrio," jelas Prof Dr dr Budi Santoso, SpOG(K), dari Klinik Fertilitas Graha Amerta RSUD Dr Soetomo Surabaya kepada detikHealth dan ditulis pada Kamis (9/10/2014).