hpp.docx
TRANSCRIPT
PERDARAHAN POST PARTUM
I. DEFINISI
Pengertian perdarahan post partum yang lama adalah kehilangan darah
sebesar 500 cc atau lebih setelah akhir kala III persalinan. Pernyataan di atas terjadi
apabila wanita tersebut mengalami persalinan pervaginam. Menurut Pritchard
berdasarkan penelitiannya :60 % wanita dengan persalinan pervaginam kehilangan
darah sebesar < 500 cc, 30 % kehilangan darah sebesar 500 – 1000 cc, hanya
kurang lebih 5 % kehilangan sebesar 100-1500 cc. Hal ini dibandingkan dengan
wanita yang mengalami operasi Caesar, 60 % kehilangan darah sebesar 500 – 1000
cc, 20 % kehilangan 1000 – 1500 cc, 10 % kehilangan sebesar kurang dari 500 cc,
sisanya kehilangan lebih dari 1500 cc.
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian :
a) Perdarahan postpsrtum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir.
b) Perdarahan postpsrtum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi
setelah 24 jam, biasanya antara hari ke-5 sampai 15 postpartum.
II. ETIOLOGI
Ada terdapat beberapa penyebab penyebab perdarahan postpartum, yaitu :
Tone : atonia uterus
Trauma : trauma pada uterus, serviks atau vagina
Tissue : retained placentae
Thrombin : kelainan koagulasi
III. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko dapat berhubungan dengan faktor antepartum, intrapartum dan
postpartum.
a. Faktor antepartum :
Abruptio placentae
Plasenta previa
Hipertensi gestasional dengan proteinuria
Uterus yang membesar secara berlebihan, seperti pada gemeli,
makrosomia, polihidramnion)
Perdarahan postpartum sebelumnya
Kelainan hemostasis pada ibu
b. Faktor resiko intrapartum
Operasi (SC)
Persalinan yang memanjang
Persalinan terhambat
Persalinan cepat
Induksi
Korioamnionitis
Distosia bahu
Versi dalam podalic dan ekstrasi sungsang pada kembar (kelahiran fetus
kedua)
Kelainan hemostasis pada ibu
c. Faktor resiko postpartum
Laserasi atau episiotomi
Plasenta yang tertinggal
Ruptur uterus
d. Inversi uterus
e. Kelainan hemostasis
Kelainan pembekuan darah misalnya a atau hipofibrinogenemia yang sering
dijumpai pada :
- Perdarahan yang banyak
- Solusio plasenta
- Kematian janin yang lama dalam kandungan
- Pre-eklampsi dan eklampsi
- Infeksi, hepatitis dan septik syok.
Hal-hal yang paling sering dapat menyebabkan perdarahan postpartum :
Atonia uteri
Perlukaan jalan lahir
Retensio Plasenta
Atonia Uterus
Merupakan Kegagalan uterus untuk melakukan kontraksi dengan baik
merupakan penyebab yang paling sering dari perdarahan postpartum.
Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah :
- Umur : umur yang terlalu muda atau tua
- Paritas : sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara
- Partus lama dan partus terlantar
- Uterus terlalu regang dan besar, misalnya hamil dengan janin besar,
multifetus atau hidramnion dan gemelli
- Anastesi umum yang terlalu dalam, serta Anastesi spinal mudah
mengalami perdarahan postpartum karena atonia uterus.
- Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couvelair pada
solusio plasenta
Pengobatan perdarahan postpartum pada atonia uteri
Tergantung pada banyaknya perdarahan dan derajad atonia uteri, dibagi
dalam 3 tahap :
- Tahap I : Perdarahan yang tidak begitu banyak dapat diatasi dengan
cara pemberian uterotonika, mengurut rahim (massage), dan
memasang gurita.
- Tahap II : Bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak,
selanjutnya berikan infus dan transfusi darah dan dapat dilakukan :
Perasat (maneuver) Zangemeister
Perasat (maneuver) Fritch
Kompresi bimanual
Kompresi aorta
Tamponade utero-vaginal
Jepitan arteri uterina dengan cara henkel
Tamponade utero-vaginal walaupun secara fisiologis tidak tepat,
hasilnya masih memuaskan, terutama didaerah pedesaan dimana
fasilitasnya sangat minim dan tidak ada.
- Tahap III : Bila semua upaya diatas tidak menolong juga, maka usaha
terakhir adalah menghilangkan sumber perdarahan, dapat ditempuh
dua cara, yaitu dengan meligasi arteri hipogastrika atau histerektomi.
Kadar HbJenis dan uji silang darahNilai fungsi pembekuan
Perdarahan terus berlangsungIdentifikasi sumber perdarahan lain: laserasi jalan lahir (hematom parametrial, ruptur uteri, inversion uteri), sisa fragmen plasenta, koagulopati
Uterus tidak berkontraksi
Kompresi bimanualKompresi aorta abdominal
Tekan segmen bawah atau aorta abdominalMisoprostol 400 mg perrektal
Tidak berhasil
Tampon uterusRujuk
Ligasi arteri uterina dan ovarika
Berhasil
Terkontrol
Transfusi
Rawat lanjut dan observasi ketat
Perdarahan masih berlangsung
Transfusi
Histerektomi
Multiparitas Partus lamaRegangan uterusSolusio plasenta
Masase uterus dan kompresi bimanualOksitosin 10 iu IM dan infus 20 iu/500 ml NS/RL 40 tts/guyur
Infus untuk restorasi cairan dan jalur obat esensial
Retensio Plasenta
Adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi
lahir.
Sebab-sebabnya adalah :
1) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat
lebih dalam, yang menurut tingkat perlengketannya dibagi menjadi:
a) Plasenta adhesive : Plasenta yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam.
b) Plasenta inkreta : Plasenta dimana vili khorialis tumbuh lebih
dalam dan menembus desidua sampai ke miometrium.
Atonia uteri
c) Plasenta Akreta : Plasenta yang menembus lebih dalam
kedalam miometrium tetapi belum menembus serosa.
d) Plasenta Perkreta : Plasenta yang menembus samapi serosa
atau peritoneum dinding rahim.
2) Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan
menyebabkan perdarahan yang banyak.
3) Adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim akibat
kesalahan penanganan kala III, yang akan menghalangi plasenta
keluar ( Plasenta Inkaserata)
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila
sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan merupakan indikasi
untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena
kandung kemih atau rektum penuh, karena itu keduannya harus dikosongkan.
Penanganan
Apabila plasenta belum lahir dalam setengah sampai 1 jam setelah bayi lahir,
apalagi bila terjadi perdarahan, maka harussegera dikeluarkan. Tindakan yang
dapat dikerjakan adalah :
1) Coba 1-2 kali perasat Crede
2) Keluarkan plasenta dengan tangan (manual plasenta)
Pasang cairan infus dektrosa 5%, ibu dalam posisi litotomi, dengan narkosa dan
segala sesuatu dalam keadaan suci hama.
Tehnik : tangan kiri diletakkan di fundus uteri, tangan kanan dimasukkan dalam
rongga rahim dengan menyusuri tali pusat sebagai penuntun. Tepi plasenta
dilepas disisihkan dengan tepi jari-jari tangan bila sudah lepas ditarik keluar.
Lakukan eksplorasi apakah ada luka-luka atau sisa plasenta dan bersihkanlah.
Manual plasenta berbahaya karena dapat terjadi robekan jalan lahir (uterus) dan
membawa infeksi.
3) Bila perdarahan banyak berikan transfusi darah.
4) Berikan juga obat-obatan seperti uterotonika dan antibiotika.
Inversio Uteri
Adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke
dalam kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum
uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, sekitar 1 : 20000 persalinan. Terjadi tiba-
tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Menurut perkembangannya inversio uteri dapat dibagi dalam beberapa tingkat :
1. Inversio uteri ringan.
Fundus uteri menonjol ke dalam kavum uteri, tetapi belum keluar dari ruang
tersebut.
2. Inversio uteri sedang
Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina
3. Inversio uteri berat.
Uterus dengan vagina, semuanya terbalik, atau sebagian besar terletak di
luar vagina
Inversio uteri bisa terjadi spontan atau sebagai akibat tindakan.
Spontan dapat terjadi pada :
1. Grande multipara
2. Atonia uteri
3. Kelemahan alat kandungan
4. Tekanan intra abdominal yang tinggi ( mengejan dan batuk)
Tindakan karena :
1. Cara crede yang berlebihan
2. Tarikan tali pusat
3. Manual plasenta yang dipaksakan
Diagnosis dan gejala klinis :
1. Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat,
perdarahan yang banyak sampai syok, apalagi bila plasenta masih melekat
dan sebagian sudah ada yang terlepas ; dan dapat terjadi strangulasi dan
nekrosis
2. Pemeriksaan dalam
Bila masih inkomplet, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri
cekung ke dalam
Bila komplet diatas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba
massa lunak. Kavum uteri sudah tidak ada atau terbalik
Penanganan :
1. Bila ada perdarahan atau syok, berikan infus elektrolit dan tranfusi darah
serta perbaiki keadaan umum
2. Sesudah itu segera dilakukan reposisi, yang perlu dilakukan dalam anestesi
umum.
Cara melakukan reposisi :
Tangan seluruhnya dimasukkan ke dalam vagina sedang jari – jari tangan
dimasukkan ke dalam kavum uteri melalui serviks uteri yang mungkin sudah mulai
menciut, telapak tangan menekan korpus perlahan – lahan tetapi terus menerus
kearah atas agak ke depan sampai korpus uteri melewati serviks dan inversio
ditiadakan. Suntikan IV 0,2 mg ergometrin kemudian diberikan dan jika dianggap
masih perlu, dilakukan tamponade uterovaginal.
Apabila reposisi per vaginam gagal, sebaiknya dilakukan pembedahan.
Dikerjakan laparotomi, dinding belakang lingkaran konstriksi dibuka, sehingga
memungkinkan penyelenggaraan reposisi uterus sedikit demi sedikit,
kemudian luka di belakang uterus dijahit dan luka laparotomi ditutup.
Pada inversio uteri menahun, yang ditemukan beberapa lama setelah
persalinan, sebaiknya ditunggu berakhirnya involusi untuk kemudian
dilakukan pembedahan per vaginam
Prognosis :
Walaupun inversio uteri kadang – kadang bisa terjadi tanpa banyak gejala
dengan penderita tetap dalam keadaan baik, namun umumnya kelainan tersebut
menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian tinggi ( 15 – 70 %). Reposisi
secepat mungkin memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita.
Ruptur Uterus
Sering terjadi pada pasien yang sebelumnya pernah megalami pembedahan
uterus (seperti operasi Caesar dengan histerektomi), atau biasanya berhubungan
dengan trauma.
Luka uterus atau kelainan yang ada
sebelum kehamilan sekarang
Luka uterus atau kelainan yang terjadi selama
kehamilan sekarang
Pembedahan yang melibatkan
miometrium
SC atau histerektomi
Pernah mengalami ruptur uterus
Insisi miomektomi melalui
endometrium
Metroplasti*
Trauma uterus
Aborsi dengan alat / instrumen (kuret)
Trauma tumpul atau tajam
Ruptur yang tidak diketahui
Anomali kongenital
Sebelum kelahiran
Kontraksi secara persisten, kuat dan
spontan
Stimulasi persalinan (oksitosin)
Instilasi intraamnion (Salin / prostaglandin)
Perforasi karena tekanan kateter
Trauma luar (tajam / tumpul)
Versi luar
Uterus yang membesar berlebihan
(hidramnion)
Selama kelahiran
Versi dalam
Kesulitan kelahiran (menggunakkan
forsep)
Ekstrasi sungsang
Janin besar pada segmen bawah
Tekanan uterus yang besar selama
kelahiran
Kesulitan mengeluarkan plasenta secara
manual
Didapat
Plasenta inkreta /perkreta
Neoplasia tofoblatik gestasional
adenomiosis
* keterangan:
METROPLASTI adalah reseksi dan rekombinasi fundus uteri dapat berakibat ruptur uteri
ADENOMIOSIS terutama pada wanita tua berhubungan dengan disrupsi miometrium-endometrium sehingga selama
kuretase dapat menyebabkan ruptur uterus, atoni uterus, plasenta previa. Pengobatannya dengan Gonadotropin-
releasing hormone agent
IV. TATA LAKSANA
Perlunya mengetahui tata laksana pada kala III persalinan yang normal untuk
mencegah seminimal mungkin terjadinya perdarahan postpartum :
Pemberian okstosin 10 U IM
Setelah kelahiran, klem dan potong tali pusat, dengan segera palpasi fundus
uteri untuk memastikan kontraksi uterus.
Regang secara gentle tali pusat sementara tangan yang lain melakukan
‘pijatan’ pada uterus, diharapkan plasenta akan keluar dari uterus.
Bila plasenta tidak dapat dikeluarkan dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin
20 unit dalam larutan salin / Ringer laktat 1000 cc.
Pada saat plasenta keluar, nilai fundus dan pastikan sudah kontraksi dengan
baik dan tidak ada perdarahan yang keluar, kemudian periksa plasenta
secara lengkap.
Persiapkan pemberian oksitosin setelah keluar bila diperlukan karena
mungkin fundus tidak kontraksi dengan baik.
Periksa jalan lahir dan sekitarnya dan eksplorasi secara lengkap setelah
semua proses kelahiran lengkap untuk melihat ada laserasi / luka,
perdarahan dan lain-lain.
Apabila terjadi perdarahan postpartum, lakukan
1. Jangan lupa ABC (Airway, Breathing, Circulation), kemudian :
Observasi
Monitor TTV
Periksa bahwa respon kompensasi terhadap kehilangan darah baik
Cairan infus per drip
Persiapkan asisten bila harus melakukan resusitasi
Persiapan tranfusi darah
2. Penilaian fundus uteri
Bila kontraksi berhenti lakukan pijatan bimanual. Uterus harus dieksplorasi
untuk mengetahui apakah ada bagian plasenta yang tertinggal, inversio
uterus atau ruptur uterus (dapat digunakan obat analgesia)
3. Pengosongan kandung kemih
4. Intervensi obat-obatan bila uterus masih belum berkontraksi, yaitu :
5 U oksitosin IV bolus
Oksitosin 20 U / L dalam larutan normal salin atau Ringer laktat
10 U oksitosin langsung ke dalam uterus bila IV tidak dapat dilakukan
5. Jika uterus masih belum kontraksi, lakukan eksplorasi untuk menyingkirkan
adanya inversio uterus, ruptur uterus atau darah beku atau yang lainnya yang
tertinggal
6. Jika belum berkontraksi dan masih ada perdarahan, pertimbangkan :
Ergot 0,25 mg IM atau 125 mg IV
Dosis kumulatif 125 mg
Untuk merangsang kontraksi uterus
Dapat menyebabkan tetani sehingga eksplorasi uterus selanjutnya
tidak dapat dilakukan.
Hipertensimerupakan kontraindikasi
Misoprostol (Cytotec) sedang dipertimbangkan sebagai profilaksis dan
terapi :
Diabsorbsi secara baik oleh rektal,oral dan mukosa vagina
Dosis 800 – 1000 mcg (4 – 5 tablet) per rektal
Hemabate (15 – Methyl Prostaglandin F20)
250 ug IM atau intramiometrium
Dosis maksimum kumulatif 2mg
Dapat menyebabkan kontraksi tetani sehingga tidak dapat
dilakukan eksplorasi selanjutnya
Asma merupakan kontraindikasi
Efek samping adalah diare, hipertensi, demam, takikardi
7. Bila uterus kuat dan perdarahan masih berlanjut , harus dilakukan eksplorasi
jalan lahir dan sekitarnya bagian bawah :
Analgesia yang sesuai
Cahaya yang baik
Pembedahan perbaikan dari laserasi di serviks dan vagina
Lakukan penutupan luka sementara
Lakukan periksa waktu perdarahan
Jika hasil tidak normal, berikan darah lengkap
8. Jika perdarahan masih berlanjut dan berasal dari uterus yang kontraksi kuat,
lakukan evaluasi kelainan koagulasi :
Bila koagulasi tidak normal, koreksi dengan FFP, kriopresipitasi,
trombosit dan PRBC (Packed Red Blood Cell)
Bila koagulasi normal :
Persiapan O.R (bila perlu embolisasi)
Menyingkirkan ruptur uterus, insisi yang tidak adekuat
Pertimbangkan ligasi atau embolisasi uterus /hipogastrik atau histerektomi
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro H. Pre-eklampsia dan Eklampsia. Editor Wiknjosastro H,
Saifuddin AB, Rachimhadhi T, dalam Ilmu Kebidanan edisi ketiga, cetakan
kelima, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999.
2. Mansjoer A, TORCH. Editor Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI,
Setiowulan W, dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, Jilid pertama,
Media Auesculapius FKUI, Jakarta, 2001.
3. Mochtar R, Lutan D. Sinopsis Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta, 1998.
4. http://www.google.com/FKUI/Haemoragic postpartum.html.
5. http://en.wikipedia.org/wiki/Haemoragic postpartum]
Last modified : 18 December 2007, 20:03
6. http://www.prodia.co.id/m_informasi_terkini.html