hordeolum palpebra superior oculi dexstra
DESCRIPTION
Makalah BlokTRANSCRIPT
Hordeolum Palpebra Superior Oculi Dexstra
Putri Primastuti Handayani.
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510. Telephone: (021)5694-2051. Email: [email protected]
Pendahuluan
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi
kornea dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata. Kelainan yang didapat
pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai keganasan, proses
inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti hordeolum. Hordeolum adalah salah satu
penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak mata. Hordeolum merupakan infeksi atau
peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan
oleh bakteri. Kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun
mengancam penglihatan.
Skenario yang saya dapatkan adalah seorang laki-laki 32 tahun yang datang ke
Poliklinik dengan keluhan utama kelopak atas mata kanan bengkak nyeri dan merah sejak 5
hari yang lalu, awalnya benjolan kecil yang gatal namun lama-lama membesar dan nyeri.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang mata dan penyakitnya,
khususnya pada penyakit yang menyerang kelopak mata atau palpebra yang sering terjadi.
Metode yang digunakan termasuk metode kepustakaan dimana buku-buku tersebut didapat
dari perpustakaan. Buku-buku tersebut berhubungan dengan mata.
Pembahasan
Palpebra
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan
melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari
dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama.1 Dari superfisial ke dalam terdapat lapis
kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis
membran mukosa (konjungtiva pelpebrae). Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain
tubuh karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
Muskulus orbikularis okuli berfungsi untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
1
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat
berjalan ke pipi dan dahi.
Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian
diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis. Jaringan Areolar terdapat di bawah
muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. Tarsus
merupakan struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang
disebut tarsus superior dan inferior.1 Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata
dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).
Konjungtiva Palpebra, bagian posterior palpebrae dilapisi selapismembran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra dipisahkan oleh garis
kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari
bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil
yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.1 Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior
berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari
kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
Anamnesis
Keluhan utama : Mata kanan bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh mata kanan bengkak sejak 5 hari
yang lalu
Sudah berapa lama benjolannya ada?
Apakah mengenai satu kelopak mata atau kedua kelopak mata?
Apakah benjolannya semakin membesar?
Bagaimana konsistensi benjolannya?
Apakah ada rasa nyeri ?
Pola serangan (mendadak atau berangsur-angsur) ?
Apakah ada cairan yang keluar? Kental/cair
Apakah ada keluhan lain seperti mata merah, perih, berair, gatal?
Apakah ada kotoran mata terus (belekan)?
Apakah ada gangguan penglihatan ?
Apakah dulu pernah mengalami seperti ini?
2
Apakah keluarga ada yang seperti ini?
Apakah sudah di obati ?
Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan:
Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya
Riwayat hipertensi disangkal oleh pasien, riwayat DM disangkal oleh pasien
Riwayat Sosial:
Keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa
Lingkungan rumah tidak ada yang mengalami hal serupa
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan kalazion yang bisa kita lakukan adalah:
Inspeksi
Inspeksi mata sendiri dibedakan menjadi inspeksi mata luar dan dalam dengan
menggunakan funduskopi.2 Dalam inspeksi mata luar perlu diperhatikan apakah ada
lesi kulit, pertumbuhan jaringan yang salah, tanda-tanda radang seperti
pembengkakkan, eritema, panas dan nyeri tekan dengan palpasi. Posisi palpebral juga
perlu diperhatikan apakah dalam posisi normal atau sudah terjadi ptosis atau retraksi
palpebra. Dalam inspeksi konjungtiva superior juga perlu dilakukan pembalikkan
palpebral untuk melihat apakah terdapat benda asing yang mungkin saja mencetus
terjadinya pembengkakan pada palpebra.
Palpasi
Palpasi palpebral juga perlu dilakukan bila terjadi pembengkakkan pada palpebral,
dimana kita harus menilai konsistensi, nyeri, ukuran dan apakah benjolan tersebut
dapat digerakkan atau tidak. Dari hasil pemeriksaan mata secara insepeksi dan palpasi
ditemukan benjolan tersebut terdapat pada palpebral superior oculo dextra.
Pemeriksaan pada OS masih dalam batas normal.2
Pada kasus hordeolum umumnya hanya itu yang penting untuk dilakukan
namun sebaiknya dilakukan pemeriksaan mata secara keseluruhan untuk mendapatkan
keadaan umum mata pasien. Beberapa pemeriksaan yang umumnya dilakukan untuk menilai
mata pasien adalah.2
Penilaian visus
Pemeriksaan segmen posterior mata (funduskopi)
Pemeriksaan gerak bola mata
Pemeriksaan lapang pandang
3
Pemeriksaan tekanan bola mata (tonometry)
OS Pemeriksaan OD
20/20 Visus 20/20
Normal Palpebra Benjolan (+) di
palpebra superior,
hiperimi (+)
Tenang Konjungtiva palpebra Hiperemi
Tenang Konjungtiva bulbi Tenang
Jernih Kornea Jernih
Normal Bilik mata depan Normal
Bulat, reguler, sentral Iris/pupil Bulat, reguler,
sentral
Positif Refleks pupil Positif
Jernih Lensa Jernih
Tidak dilakukan Tes flouresin Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Tidak di lakukan
Diagnosis
Diagnosis Kerja
Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata
bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri.3 Hordeolum dapat timbul pada 1
kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom,
kelenjar Zeis, dan Moll. Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Hordeolum interna terjadi peradangan pada kelenjar Meibom. Hordeolum interna dapat
memecah ke arah kulit atau ke permukaan konjungtiva. Pada hordeolum interna ini
benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam).
2) Hordeolum eksterna terjadi peradangan pada kelenjar Zies dan kelenjar Moll. Benjolan
ini Nampak dari luar pada kulit kelopak mata (palpebra).
4
Diagnosis Banding
Kalazion
Kalazion adalah suatu lipogranuloma yang terjadi akibat sumbatan pada kelenjar
Meibom, menyebabkan terbentuknya suatu nodul pada palpebra yang bersifat keras dan tidak
nyeri. Patofisiologinya produk-produk hasil pemecahan lipid (lemak), mungkin dari enzim-
enzim bakteri yang berupa asam lemak bebas, mengalami kebocoran dari jalur sekresinya
memasuki jaringan di sekitarnya dan merangsang terbentuknya respon inflamasi.3 Massa
yang terbentuk dari jaringan granulasi dan sel-sel radang ini membentuk kalazion. Hal ini
dapat membedakan kalazion dari hordeolum, yang merupakan reaksi radang akut dengan
leukosit PMN dan nekrosis disertai pembentukan pus. Namun demikian, hordeolum dapat
menyebabkan terbentuknya kalazion, dan sebaliknya.
Gejala klinis Kalazion adalah pasien datang dengan riwayat singkat adanya keluhan
pada palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah,
pembengkakan, perlunakan).3 Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu
yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu
tertentu. Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior. Kondisi ini tampak dengan
penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta
gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak.
Pengobatan
Kalazion yang kecil dan tanpa disertai nyeri dapat diabaikan.
Pengobatan secara konservatif seperti pemijatan pada palpebra, kompres hangat, dan
steroid topikal ringan biasanya dapat berhasil dengan baik.
Pada sebagian besar kasus, pembedahan hanya dilakukan bila pengobatan selama
berminggu-minggu tidak membuahkan hasil.
Penatalaksanaan dari kalazion terinfeksi (misalnya hordeolum interna) meliputi
pemanasan, serta antibiotik topikal dan atau sistemik.
Blefaritis
Blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak
dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel
dan kelenjar rambut. Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan
kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif dan
5
bahan kosmetik.4 Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman Streptococcus alfa atau beta,
Pneumococcus dan Pseudomonas. Demodex folliculorum selain dapat merupakan penyebab
dapat pula merupakan vektor untuk terjadinya infeksi Staphylococcus. Dikenal bentuk
blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif dan blefaritis angularis. Blefaritis sering disertai
dengan konjungtivitis dan keratitis.
Blefaritis anterior dapat disebabkan bakteri stafilokokk dan seborreik. Blefaritis
stafilokok dapat disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif
atau Staphylococcus epdiermidis (stafilokok koagulase-negatif). Blefaritis seborreik (non-
ulseratif) umumnya berkaitan dengan keberadaan Pityrosporum ovale meskipun organisme
ini belum terbukti menjadi penyebabnya. Sering kali kedua jenis blefaritis ada secara
bersamaan (infeksi campur). Seborrhea kulit kepala, alis, dan telinga sering menyertai
blefaritis seborreik. Pada blefaritis posterior merupakan peradangan palpebra akibat disfungsi
kelenjar meibom. Blefaritis anterior dan posterior bisa terjadi secara bersamaan. Dermatitis
seboroik umumnya disertai dengan disfungsi kelenjar meibom. Kolonisasi atau infeksi strain
stafilokokok dalam jumlah memadai sering disertai dengan penyakit kelenjar meibom dan
bisa menjadi salah satu penyebab gangguan fungsi kelenjar meibom.4 Lipase bakteri dapat
menimbulkan peradangan pada kelenjar meibom dan konjungtiva serta menyebabkan
terganggunya film air mata.
Etiologi
Hordeolum merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus pada
kelenjar sebasea kelopak mata. Staphylococcus aureus merupakan agent infeksi pada 90-
95%, Hidupnya bakteri ini tdak membahayakan. Tapi akan bisa menyebabkan infeksi pada
mata dan menghasilkan benjolan kecil seperti jerawat ketika bakteri tersebut terperangkap
dalam kantung atau saluran air mata yang sedang sakit.4 Infeksi ini mudah menyebar,
sehingga diperlukan pencegahan terutama mengenai kebersihan individual. Yaitu dengan
tidak menyentuh mata yang terinfeksi, pemakaian kosmetik bersama-sama, pemakaian
handuk dan washcloth bersama-sama.
Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis
penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan. Insidensi tidak bergantungan
dengan ras dan jenis kelamin. Dapat mengenai semua usia, tapi lebih sering menyerang pada
dewasa muda
6
Manifestasi Klinis
Menjelang bintitan tumbuh, biasanya seseorang akan merasakan beberapa hal seperti di
bawah ini:
Rasa gatal disertai sedikit nyeri pada pinggir kelopak mata di tempat bulu mata
tumbuh.
Inflamasi kecil yang kemudian bertambah besar seperti bisul yang kerap kali pecah
sendiri.
Gejala dan tanda yang lain pada hordeolum yaitu: eritema, terasa panas dan tidak
nyaman, sakit bila ditekan serta ada rasa yang mengganjal, rasa silau, mata berair, berkedip
tidak enak, rasa kelilipan, kadang terjadi gangguan penglihatan dan gatal.5 Ada 2 stadium
pada hordeolum, yaitu: stadium infiltrat yang ditandai dengan kelopak mata bengkak,
kemerahan, nyeri tekan dan keluar sedikit kotoran. Stadium supuratif yang ditandai dengan
adanya benjolan yang berisi pus (core).
Patofisiologi
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri Staphylococcus aureus yang
akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar kelopak mata.5 Hordeolum externum timbul dari
blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi
pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini
memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul
dari komplikasi blefaritis. Apabila infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder
dan inflamasi supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva.
Penatalaksanaan
Medikamentosa dan Non-medikamentosa
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.
Penatalaksaan pada hordeolum dilakukan dengan terapi medikamentosa pada stadium
infiltrate dan pembedahan untuk fase supuratif atau tidak sembuh dengan menggunakan
terapi medikamentosa.
Untuk terapi medikamentosa dapat dilakukan dengan memberikan kompres hangat 4-
6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase, kemudian bersihkan
kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak menimbulkan
iritasi, seperti sabun bayi.1,2 menghindari menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat
7
menimbulkan infeksi yang lebih serius. Menghindari pemakaian makeup pada mata, karena
kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi, menghindari memakai lensa kontak karena
dapat menyebarkan infeksi ke kornea.
Terapi dengan menggunakan antibiotika topikal diindikasikan bila dengan kompres
hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar
daerah hordeolum. Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10
hari. Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan
hordeolum interna ringan. Antibiotik sistemik diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia
atau terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular, pada kasus hordeolum
internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau
dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau
cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau
klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.2 Analgetika seperti asam mefenamat atau
paracetamol dapat juga diberikan.
Pembedahan dilakukan apabila dengan terapi medikamentosa tidak berespon dengan
baik dan hordeolum tersebut sudah masuk dalam stadium supuratif, maka prosedur
pembedahan diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. Pada insisi hordeolum
terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi
filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum. Hordeolum internum dibuat insisi
pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus (vertikal) pada margo palpebral dan pada hordeolum
eksternum dibuat insisi sejajar (horizontal) dengan margo palpebra.
Pencegahan
Ada 6 langkah yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya mata bintitan
(Hordeolum) dan yang terakhir bahwa bintitan (Hordeolum) bukan tergolong penyakit
menular.6
1) Jaga Kebersihan. Menjaga kebersihan tidak sebatas pada kelopak mata, karena tubuh
secara menyeluruh juga harus bersih. Intinya, bila kebersihan tubuh terjaga, akan
meminimalkan peluang bakteri menginfeksi atau menimbulkan peradangan, termasuk
pada kelopak mata.
2) Cuci tangan sesering mungkin. Karena tangan kita sering kotor maka jika tidak
dicuci bisa menjadi pembawa kuman atau bakteri ketika kita mengucek mata yang
bisa meyebabkan timbulnya mata bintitan (Hordeolum).
8
3) Waspada jika mata sering gatal. Bila mata terasa atau bahkan sering gatal-gatal,
sebaiknya bersihkan dengan tetes mata atau dikompres. Jadi, jangan dibiarkan saja
karena sangat mungkin rasa gatal tersebut merupakan gejala awal terjadinya
peradangan.
4) Mengistirahatkan mata. Mata jangan dibuat terlalu lelah, karena mata yang lelah
berpeluang sangat besar untuk terjadinya mata bintitan (Hordeolum).
5) Istirahat yang cukup. Kurang tidur atau sering begadang dapat pula menjadi salah
satu penyebab mata bintitan (Hordeolum).
6) Lindungi mata. Pakailah pelindung mata di tempat-tempat yang kotor, berdebu dan
berasap supaya mata tidak mudah teriritasi.
Prognosis
Walaupun hordeolum tidak berbahaya dan komplikasinya sangat jarang, tetapi
hordeolum sangat mudah kambuh. Hordeolum biasanya sembuh sendiri atau pecah dalam
beberapa hari sampai minggu.6 Dengan pengobatan yang baik hordeolum cenderung sembuh
dengan cepat dan tanpa komplikasi. Prognosis baik apabila hordeolum tidak ditekan atau
ditusuk karena infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitar
Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hordeolum adalah selulitis palpebral yang
merupakan radang jaringan ikat longgar palpebral di depan septum orbita, serta abses
palpebral.3,4
Kesimpulan
Hordeolum atau yang sering di sebut mata bintitan terjadi akibat serangan adanya
infeksi dari bakteri Staphylococcus aureus yang akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar
kelopak mata. Hordeolum ada 2 yaitu interna dan eksterna. Hordeolum adalah penyakit
infeksi yang menular, jadi penting menjaga kebersihan diri terutama mata.
9
Daftar Pustaka
1. Gibson, J. Fisiologi dan anatomi modern. Jakarta: EGC Buku kedokteran; 2005. h. 304-8.
2. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis. Dalam Oftamologi
umum. Edisi 17. Jakarta : Widya Medika. 2007. Hal 81-82
3. Ilyas,Sidharta. 2014. Kelopak Mata. Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 5th edisi.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 94-6
4. Mitchell, dkk. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins & Cotran. Edisi ke-7. Jakarta:
EGC; 2008.h.811.
5. Burnside, Thomas J. McGlynn. Diagnosis fisik. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2005.h.117-
23.
6. James, B. Oftalmologi. Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga; 2006. h. 51-9.
10