hn membedah the third way giddens

6
MEMBEDAH “THE THIRD WAY” ANTHONY GIDDENS Hidayat Nataatmadja Lembaga Analisis Sosial & Kajian Ekonomi Politik DOKUMENTASI 2010

Upload: universitas-muhammadiyah-aceh

Post on 24-Jun-2015

244 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: HN Membedah the Third Way Giddens

MEMBEDAH“THE THIRD WAY”ANTHONY GIDDENS

Hidayat Nataatmadja

Lembaga Analisis Sosial & Kajian Ekonomi Politik

DOKUMENTASI 2010

Page 2: HN Membedah the Third Way Giddens

Membedah “The Third Way”Anthony Giddens*

Oleh Hidayat Nataatmadja

1. Kriteria “Baik” dan “Relevan”Buku The Third Way memang menarik, tetapi bukan seperti yang

dilukiskan oleh I. Wibowo dalam tulisan pengantar terjemahan bukutersebut. Pembaca buku itu perlu menyadari, bahwa apa yang baik danrelevan bagi Clinton dan Blair belum tentu baik dan relevan bagi Indonesia,karena kriteria “baik” dan “relevan” melekat pada konsep “sistem kedirian”(eigen system). Sehingga, yang penting kemudian adalah bagaimana kitamenyari baik dan relevannya ide yang dikandung dalam buku itu dilihatdari sistem kedirian kita, karena mungkin saja yang baik dan relevan bagiClinton dan Blair sebenarnya adalah sesuatu yang buruk dan tidak relevandilihat dari sudut sistem kedirian dimana kita berada.

Wibowo menekankan istilah manufactured uncertainty dan ontologicalsecurity yang dikemukakan oleh Giddens. Istilah manufactured uncertaintyadalah relevan bagi kita, meskipun harus ditambah dengan keteranganbahwa kita dalam hal ini bukan produsen uncertainty, melainkan konsumenuncertainty itu, sehingga uncertainty itu benar-benar membawamanufactured anxiety sebagai akibat ketergantungan yang luar biasa padaprodusen uncertainty tadi.

Istilah ontological security samasekali tidak relevan bagi masyarakatyang dihantui oleh manufactured anxiety yang melekat pada manufactureduncertainty. Di lain pihak istilah ontologi itu sendiri bagi kita justrumengandung masalah besar, karena oleh Giddens istilah itu dilekatkan padasesuatu yang tidak ada hubungannya dengan agama, atau dengan konsepsejenis “tauhid”. Mungkin dalam masyarakat Barat IPTEK memangmemberikan kemandirian yang luar biasa (meskipun tidak bisa dipisahkandari manufactured uncertainty) karena merekalah yang menjadi penguasaIPTEK, dan dengan kekuasaan itulah mereka merasakan hikmah yang

*Arsip ini tidak disertai titimangsa. Namun, jika merujuk kepada buku yang dibahas, The Third

Way, yang versi terjemahannya terbit pertama kali pada 1999, maka tulisan ini dibuat sekitarmedio 1999-2000. Tulisan ini dibuat Dr. Hidayat Nataatmadja untuk sebuah acara bedah bukuyang diselenggarakan oleh HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), tapi tanpa keterangan HMI darikampus mana. Arsip ini diolah dari file yang berasal dari pengolah kata versi WS (wordstar), yangdiserahkan Dr. Hidayat kepada LANSKAP pada Agustus 2007 (TN).

Page 3: HN Membedah the Third Way Giddens

PUSAT KAJIAN & DOKUMENTASI KARYA HIDAYAT NATAATMADJAwww.hidayat-nataatmadja.blogspot.com

email: [email protected]

2

disebut ontological security. Lebih mengerikan lagi seandainya istilah itumerupakan pengakuan Giddens bahwa “IPTEK” telah menjadi “Agama”.

Mungkin juga konsep ontological security yang disebut Giddens itudikaitkan dengan tingkat pendapatan yang berhasil mereka raih. Kalaudemikian, ontological security itu samasekali tidak relevan bagi kita yangdirundung krisis, yang justru terpuruk di lembah kemiskinan dan bebanhutang.

Dengan cara baca demikian, jelas kiranya bahwa manufactureduncertainty itu diproduksi bersama IPTEK yang penerapannya mengikutiaturan main WTO dalam pasar bebas dan globalisasi. Atau, jika dilihat lebihjauh, wajah dunia dewasa ini adalah wajah baru yang muncul sebagai akibat“runtuhnya” Rusia, yang merupakan antitesis Liberalisme. Kaum liberalmerasa mendapat angin baru, sehingga munculah konsep pasar bebas danglobalisasi, sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan sebelumnya. Tetapimereka tidak menyadari bahwa pasar bebas dan globalisasi yang merekalancarkan mendatangkan masalah-masalah baru yang tidak didugasebelumnya, seperti pelanggaran HAM, ecosoc rights, kelestarianlingkungan, masalah gender, demokrasi, krisis ekonomi, dan seterusnya.

Mereka telah salah duga karena mengira bahwa roda kapitalisme dapatdikendalikan sepenuhnya oleh negara adidaya, dalam hal ini AmerikaSerikat. Perilaku ekonomi dunia dewasa ini membuktikan bahwa dugaan itumeleset. Mereka keliru memperkirakan peran non-government di duniamoneter pasar bebas, yang terkait dengan lalu-lintas devisa dan komunikasiglobal. Bayangkan, menurut Giddens hanya 5 persen dari dana yang tersediadi dunia yang digunakan dalam transaksi substantif, sedangkan 95 persenlainnya digunakan dalam transaksi yang mengandung arti fiktif, spekulatif,gamblish, provokatif, dan… saya kira tidak ada yang tahu apa sebenarnyayang terjadi di dunia moneter internasional, tempat para penguasa duniabebas dari pengaruh dan pengendalian suatu negara! Bagi saya itulah wajahkapitalisme yang sangat mengerikan, yang bersembunyi di balik PBB(Perserikatan Bangsa Bangsa) dan lembaga-lembaga internasional lain yangberada di bawahnya.

Muncul perilaku kriminal yang belum masuk dalam kategori kriminaldalam undang-undang negara mana pun, dan Krisis Asia memperlihatkanperbuatan-perbuatan kriminal yang dimaksud:

(a) Tidak ada pemilik modal yang sehat bersedia memberikan kreditbesar-besaran kepada konglomerat Indonesia sejak tahun 1993,dimana DSR (debt service ratio) sudah mendekati 30 persen.

(b) Mengapa justru dalam periode 1993-1997 mengalir kredit sekitarUS$40 miliar kepada swasta Indonesia? Jelas hal itu merupakantindak kriminal, karena ada itikad busuk yang muncul pada tahun

Page 4: HN Membedah the Third Way Giddens

PUSAT KAJIAN & DOKUMENTASI KARYA HIDAYAT NATAATMADJAwww.hidayat-nataatmadja.blogspot.com

email: [email protected]

3

1997, munculnya arus balik pembayaran kredit yang mengandungciri kriminal itu.

(c) Begitulah nilai tukar dollar meningkat sampai mencapaiRp18.000/dollar, yang merupakan penggarongan aset bangsaIndonesia di siang hari bolong.

(d) Terbukalah peluang untuk menguasai perusahaan Indonesia tanpamengeluarkan uang sepeserpun!

(e) Saya kira, tindakan kriminal seperti itulah yang berhasil merekaterapkan di Meksiko dan Brazil.

Ajaib, karena seharusnya Bank Dunia dan IMF tahu persis mengenai halitu, tetapi mereka berpangku tangan, bahkan ikut-ikutan bilang bahwafundamental ekonomi Indonesia cukup kuat. Ada kesan bahwa Bank Duniadan IMF tidak hanya diperintah oleh Pemerintah Negara Maju, melainkanjuga diperintah oleh Mafia Internasional.

Pemerintah Indonesia ketiban pulung, dan didesak oleh pemerintahnegara maju untuk berperan sebagai debt collector, tanpa memperhatikanbagaimana transaksi kredit itu terjadi, apakah benar Pemerintah Indonesiabertanggung jawab terhadap kredit yang diterima oleh warga negaranya.Lihat, misalnya, betapa takutnya pemerintah kita menghadapi Paiton dalamkasus PLN, meskipun jelas ada unsur kriminal di dalamnya.

IMF terlihat hanya memperhatikan dunia perbankan, tanpa membantumemperhatikan hubungan perbankan dengan sektor riil. Kita tahu bahwaperbaikan sektor perbankan yang tidak ada hubungannya dengan perbaikansektor riil adalah BOHONG BESAR!

Kita tidak tahu apa yang dibahas oleh Blair dan Clinton yang berkaitandengan The Third Way. Tetapi jelas, yang mereka khawatirkan adalah peranMafia Internasional yang bisa membikin skenario tersendiri yang tidaksejalan dengan skenario Negara Adidaya. Mungkin Amerika juga tidak maumenimbulkan krisis yang begitu besar di Indonesia, karena bisamenimbulkan dampak pada stabilitas ekonomi dan politik dunia.

Jelas, buku Giddens mengandung peringatan dan pengamatan yangsangat penting bagi Clinton dan Blair dalam upaya untuk bisa benar-benarmenerapkan skenario ekonomi dunia tanpa ikut-campur tangan Mafia.Tetapi, mungkin peran Mafia itu, dalam batas-batas tertentu, diperlukanagar Negara Adidaya bisa cuci tangan seandainya terjadi musibah sepertiyang terjadi di Asia. Bukankah Mafia merupakan unsur kapitalisme yangselalu dipelihara oleh negara adidaya? Kini muncul Mafia Biotipe Baru, danbagi Clinton yang penting adalah bagaimana memelihara mereka sebagaisalah satu kekuatan potensial yang bisa lebih menjamin skenario pasar

Page 5: HN Membedah the Third Way Giddens

PUSAT KAJIAN & DOKUMENTASI KARYA HIDAYAT NATAATMADJAwww.hidayat-nataatmadja.blogspot.com

email: [email protected]

4

bebas dan globalisasi versi WTO.Ingat, bahwa terjadinya krisis di Amerika Latin dan Asia ternyata

berkorelasi positif dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di negaramaju. Sejak Krisis OPEC negara maju mengalami resesi ekonomi, dan barumelalui skenario pasar bebas dan globalisasi ini mereka bisa mengatasiresesi itu, untuk dipindahkan ke Asia dan Amerika Latin.

Benar, di sisi lain sebenarnya Giddens tidak membawa reseppenyembuh, kecuali gagasan-gagasan futuristik yang sulit diwujudkandalam bentuk operasional kebijaksanaan. Dalam hal ini Giddens realistik,karena resep itu memang tidak ada, karena kita tidak lagi berhadapandengan ilmu ekonomi atau sains, melainkan dengan “perjudian di mejainternasional”. Benar, tokoh-tokoh seperti Clinton dan Blair mempunyaipeluang untuk ikut bermain. Kita tidak tahu apakah yang diperjudikan itukepentingan Clinton atau kepentingan negara. Itulah sebenarnya yang kitahadapi: “Kematian Ilmu Ekonomi dan Berakhirnya Sains”, dalam arti tiadalagi manusia bisa berbicara mengenai KEBENARAN, pada waktu duniakemanusiaan berubah menjadi meja perjudian yang sangat mengerikan,terutama bagi negara-negara miskin yang diperjudikan seperti Indonesia. Dimeja hijau perjudian itulah negara mini seperti Israel bisa saja menguasaidunia dari kolong meja.

2. Evaluasi Substansi pada Dimensi FenomenalMaaf, seandainya saya hanya memperlihatkan skenario buku alternatif

dengan menggunakan “sistem kedirian bangsa Indonesia”. Mungkin dalamdiskusi nanti skenario itu dapat kita kembangkan. Saya lebih tertarik untukmembahas “Dimensi Noumenal” yang pada waktu ini tidak termasuk kedalam wilayah sains.

3. Evaluasi Substansi pada Dimensi NoumenalAneh, Giddens tidak memperhatikan fenomena-fenomena baru itu

dengan IPTEK dan penerapan IPTEK, yang sebenarnya merupakan sumberdari segala fenomena yang aneh-aneh itu, yang belum ada dalam kamusIPTEK, seperti “blue jean crime pasar bebas”, sebagai langkah maju dari“white collar crime” yang sudah lama kita kenal.

Mari kita lihat Gambar 1, yang memperagakan bagaimana dari jejaksejarah kita nelihat hubungan keturunan antara (1) “Agama”, (2) “Filosofi”,(3) “Ilmu Fisika”, (4) “Ilmu Disipliner lainnya”, (5) “Ideologi” dan (6)“Paradigma”. Kita seharusnya melihat hubungan keturunan itu sebagaiberikut:

(1) Filosofi “diturunkan” dari Agama(2) Ilmu Fisika “diturunkan” dari Filosofi(3) Ilmu-ilmu lainnya “diturunkan” dari Ilmu Fisika(4) Ideologi merupakan “jalur sintesis” yang bertendensi

Page 6: HN Membedah the Third Way Giddens

PUSAT KAJIAN & DOKUMENTASI KARYA HIDAYAT NATAATMADJAwww.hidayat-nataatmadja.blogspot.com

email: [email protected]

5

“menyatukan kembali” ilmu-ilmu disipliner itu menjadi satukesatuan yang tidak terpisahkan.

(5) Kegagalan ideologi mendorong munculnya alternatif, yaknimenemukan “paradigma” sebagai sintesis yang diperlukanuntuk menyatukan keseluruhan disiplin ilmu.

Saya melihat bahwa proses “diturunkan” atau “menurunkan” itu sangattidak tuntas, sehingga sebenarnya filosofi sudah melepaskan diri dariagama. Begitu pula “ilmu fisika” sudah melepaskan diri dari Filosofi. Atauada kecenderungan filosofi justru ditentukan oleh disiplin ilmu, sehinggamuncullah filosofi disipliner.

Bahwa “ilmu fisika” merupakan “ilmu dasar yang menurunkan” disiplinilmu lainnya, hanya diakui secara “implisit”, sehingga sebenarnya “ilmu-ilmu disipliner” itu sejak awal sudah berkembang sendiri-sendiri.

Bagi saya itulah sumber kesenjangan yang kita hadapi dewasa ini, yaknisebagai akibat ilmu yang acak-acakan, yang bisa berdiri sendiri-sendiri,sehingga ideologi tidak bisa berperan sebagai pemersatu. Di lain fihakkonsep paradigma semakin tidak menentu, karena kejelasannyamemerlukan keberanian kita untuk melihat kembali proses penurunan ilmusecara tuntas, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1. Pada gambar ituterbayang “The Forth Way” yang saya tawarkan kepada HMI.