hirarki gereja katolik

25
HIRARKI GEREJA KATOLIK Mar. 27 Semakin tahu no comments Yesus menghendaki hirarki dalam Gereja . Yesus menghendaki hirarki dalam Gereja-Nya. Hal tersebut tampak ketika dalam karya-Nya di depan publik Ia memilih 12 rasul (Mat 4:18-22; Mrk 1:16-20; Luk 5:1-11) dan juga kemudian 70 muridNya (Luk 10:1). Jika Kristus tidak menghendaki semacam susunan dalam jemaat, tentu Ia tidak perlu memilih mereka ini. Maka, adanya susunan hirarki dalam Gereja justru terbentuk sesuai dengan kehendak Kristus, yang mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus (lih. Mat 16:18). Jika kita tekun membaca Kitab Suci, kita akan menemukan banyaknya ayat dalam Kitab Suci yang menunjukkan keutamaan rasul Petrus dibandingkan dengan rasul-rasul lainnya. Di dalam Konsili Yerusalem (49-50) pada saat terjadi konflik jemaat tentang masalah keyahudian, Rasul Petruslah yang membuat keputusan, walaupun kemudian Rasul Yakobus yang berbicara dalam khotbah penutup. Maka walau benar semua rasul dan penatua yang melayani dalam sidang itu, namun di dalam sidang itu tetap berdiri seorang pemimpin yang memutuskan, terutama jika terjadi konflik ataupun perbedaan pandangan, dan peran ini dilaksanakan oleh Rasul Petrus dan selanjutnya oleh para penerusnya. Keutamaan Uskup Roma/Paus (penerus Rasul Petrus) juga secara khusus nampak pada surat St. Klemens, selaku penerus Rasul Petrus, yang ditujukan kepada jemaat di Korintus untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di sana. Di masa selanjutnya, hirarki dimulai dari diakon, imam, penilik jemaat/uskup . Maka prinsip susunan kepemimpinan Gereja bermula dari Kristus yang menunjuk ke12 rasul, dan kemudian setelah kenaikan-Nya, para murid mulai pula menunjuk para penilik jemaat dan diaken/ diakon, seperti pengajaran Rasul Paulus kepada Timotius (1 Tim

Upload: ferrermadridis7629

Post on 24-Oct-2015

170 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

1234

TRANSCRIPT

Page 1: HIRARKI GEREJA KATOLIK

 

HIRARKI GEREJA KATOLIK

Mar. 27 Semakin tahu no comments

Yesus menghendaki hirarki dalam Gereja.

Yesus menghendaki hirarki dalam Gereja-Nya. Hal tersebut tampak ketika dalam karya-Nya di depan publik Ia memilih 12 rasul (Mat 4:18-22; Mrk 1:16-20; Luk 5:1-11) dan juga kemudian 70 muridNya (Luk 10:1). Jika Kristus tidak menghendaki semacam susunan dalam jemaat, tentu Ia tidak perlu memilih mereka ini. Maka, adanya susunan hirarki dalam Gereja justru terbentuk sesuai dengan kehendak Kristus, yang mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus (lih. Mat 16:18). Jika kita tekun membaca Kitab Suci, kita akan menemukan banyaknya ayat dalam Kitab Suci yang menunjukkan keutamaan rasul Petrus dibandingkan dengan rasul-rasul lainnya. Di dalam Konsili Yerusalem (49-50) pada saat terjadi konflik jemaat tentang masalah keyahudian, Rasul Petruslah yang membuat keputusan, walaupun kemudian Rasul Yakobus yang berbicara dalam khotbah penutup. Maka walau benar semua rasul dan penatua yang melayani dalam sidang itu, namun di dalam sidang itu tetap berdiri seorang pemimpinyang memutuskan, terutama jika terjadi konflik ataupun perbedaan pandangan, dan peran ini dilaksanakan oleh Rasul Petrus dan selanjutnya oleh para penerusnya. Keutamaan Uskup Roma/Paus (penerus Rasul Petrus) juga secara khusus nampak pada surat St. Klemens, selaku penerus Rasul Petrus, yang ditujukan kepada jemaat di Korintus untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di sana.

Di masa selanjutnya, hirarki dimulai dari diakon, imam, penilik jemaat/uskup.

Maka prinsip susunan kepemimpinan Gereja bermula dari Kristus yang menunjuk ke12 rasul, dan kemudian setelah kenaikan-Nya,  para murid mulai pula menunjuk para penilik jemaat dan diaken/ diakon, seperti pengajaran Rasul Paulus kepada Timotius (1 Tim 3). Para penilik jemaat ini disebut uskup ataupun imam;  sebagaimana disebut dalam tulisan St. Ignatius Martir (ia adalah murid langsung dari Rasul Yohanes dan dari Uskup Antiokhia setelah Rasul Petrus) dan St. Klemens dari Aleksandria; sehingga urutannya dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah adalah uskup, imam, dan diakon. St. Ignatius Martir (110) mengajarkan agar jemaat tidak memisahkan diri dari kesatuan dengan para uskup yang mencerminkan pikiran Kristus.

 

Kepada jemaat di Efesus (n.3-5) St. Ignatius menulis:

“Aku mendesak kamu agar menyesuaikan tindakanmu dengan pikiran Tuhan. Sebab Yesus Kristus…. adalah pikiran Allah Bapa, sebagaimana para uskup, yang ditunjuk di seluruh dunia, mencerminkan pikiran Kristus.

 

Page 2: HIRARKI GEREJA KATOLIK

Maka, kamu harus bertindak sesuai dengan pikiran para uskup, seperti yang pasti kamu lakukan. Para imam… adalah terikat secara erat dengan para uskup seperti dawai pada sebuah harpa…. Jangan salah tentang hal ini. Jika barangsiapa tidak berada di dalam tempat kudus (gereja), ia kekurangan roti Tuhan. Dan jika doa satu atau dua orang sangat besar kuasanya, betapa lebih lagi doa uskup dan seluruh Gereja. Barang siapa yang gagal bergabung dalam penyembahanmu menunjukkan kesombongannya, dengan kenyataan bahwa ia menjadi seorang skismatik. Ada tertulis, “Tuhan menolak orang yang sombong”. Mari kita, dengan sungguh menghindari melawan uskup sehingga kita dapat tunduk kepada Tuhan.”

 

Kepada jemaat di Trallia, n.2-7, St. Ignatius menulis:

“Sebab ketika kamu menaati uskup seperti seandainya ia adalah Yesus Kristus, kamu… hidup tidak hanya menurut cara manusia, tetapi menurut cara Yesus Kristus, yang demi kita, menderita, wafat, supaya kamu dapat percaya akan kematian-Nya… Oleh karena itu, adalah penting, untuk bertindak jangan sampai tanpa [persetujuan] uskup. Bahkan tunduklah kepada para imam sebagaimana kepada para rasul Yesus Kristus. Ia adalah pengharapan kita, dan jika kita hidup dalam kesatuan dengan-Nya sekarang, kita akan mencapai hidup kekal. Mereka juga yang adalah diakon… harus memuaskan semua orang. Sebab mereka tidak hanya melayani makanan dan minuman, tetapi melayani Gereja Tuhan. Barang siapa ada di dalam tempat kudus, adalah murni, sedangkan ia yang berada di luar tempat kudus adalah tidak murni. Artinya: mereka yang melakukan apapun tanpa uskup, imam dan diakon tidak mempunyai hati nurani yang jernih.” (n.7)

 

Kepada jemaat di Smyrna, n.8, St. Ignatius menulis:

“Jauhkan dirimu dari skisma sebagai sumber dari segala kesulitan/kejahatan. Kamu semua harus tunduk pada uskup sama seperti Yesus Kristus kepada Allah Bapa. Tunduk juga kepada para imam seperti kamu kepada para rasul; dan hormatilah para diakon seperti kamu menghormati hukum Tuhan …. Kamu harus menganggap Ekaristi sebagai yang sah, jika dirayakan oleh uskup atau oleh seseorang yang diberinya kuasa. Di mana uskup berada, biarlah kongregasi umat berada, seperti di mana Yesus Kristus berada, di sanalah ada Gereja Katolik. Tanpa supervisi dari uskup, tidak ada baptisan ataupun perayaan Ekaristi diperbolehkan….”

 

Kepada jemaat di Filadelfia, n.7, St. Ignatius menulis:

“…saya berbicara dengan suara yang keras, suara dari Tuhan: “Perhatikanlah uskup dan imam dan para diakon“. Sebagian orang mengira bahwa saya mengatakan hal ini karena saya tahu adanya perpecahan di antara beberapa orang; namun Dia, yang menjadi alasan mengapa saya dirantai, menjadi saksi bahwa saya tidak mengetahuinya dari manusia; melainkan dari Roh yang membuatku mengatakan hal ini, “Jangan melakukan sesuatu tanpa uskup, jagalah badanmu

Page 3: HIRARKI GEREJA KATOLIK

sebagai bait Allah, cintailah persatuan, jauhkanlah perpecahan, turutilah Kristus, seperti Dia telah menuruti Allah Bapa.”

 

Selanjutnya, St. Klemens dari Aleksandria (150-215), mengajarkan:

“Banyak nasehat-nasehat untuk orang-orang tertentu telah ditulis di dalam Kitab Suci: sebagian untuk para imam, sebagian untuk para uskup dan para diakon; … “(St. Clement of Alexandria, The Instructor of Children 3:12:97:2).

“Di dalam Gereja, tingkatan dari para uskup, para imam, dan para diakon terjadi sebagai suatu gambaran, menurut pendapatku, dari kemuliaan malaikat dan di mana susunan tersebut, seperti yang dikatakan di dalam Alkitab, menantikan orang-orang yang telah mengikuti langkah-langkah dari para murid dan yang telah hidup di dalam kepenuhan kebenaran menurut Kitab Suci.” (St. Clement of Alexandria, Miscellanies 6:13:107:2).

 

Dengan demikian, kita ketahui bahwa sejak abad-abad awal di dalam Gereja telah ada hirarki kepemimpinan, yang dimulai dari diakon, imam dan Uskup. Salah satu tugas uskup yang terpenting adalah mempersatukan umat, dengan selalu menyampaikan ajaran Kristus. Melalui kesatuan dengan Uskup inilah kita sebagai umat dapat menghindari perpecahan, dan menjaga persatuan, sebagaimana dikehendaki oleh Kristus (lih. Yoh 17:20-21).

 

HIRARKI GEREJA KATOLIK

Mar. 27 Semakin tahu no comments

Yesus menghendaki hirarki dalam Gereja.

Yesus menghendaki hirarki dalam Gereja-Nya. Hal tersebut tampak ketika dalam karya-Nya di depan publik Ia memilih 12 rasul (Mat 4:18-22; Mrk 1:16-20; Luk 5:1-11) dan juga kemudian 70 muridNya (Luk 10:1). Jika Kristus tidak menghendaki semacam susunan dalam jemaat, tentu Ia tidak perlu memilih mereka ini. Maka, adanya susunan hirarki dalam Gereja justru terbentuk sesuai dengan kehendak Kristus, yang mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus (lih. Mat 16:18). Jika kita tekun membaca Kitab Suci, kita akan menemukan banyaknya ayat dalam Kitab Suci yang menunjukkan keutamaan rasul Petrus dibandingkan dengan rasul-rasul lainnya. Di dalam Konsili Yerusalem (49-50) pada saat terjadi konflik jemaat tentang masalah keyahudian, Rasul Petruslah yang membuat keputusan, walaupun kemudian Rasul Yakobus yang berbicara dalam khotbah penutup. Maka walau benar semua rasul dan penatua yang melayani dalam sidang itu, namun di dalam sidang itu tetap berdiri seorang pemimpinyang memutuskan, terutama jika terjadi konflik ataupun perbedaan pandangan, dan peran ini dilaksanakan oleh Rasul Petrus dan selanjutnya oleh para penerusnya. Keutamaan Uskup

Page 4: HIRARKI GEREJA KATOLIK

Roma/Paus (penerus Rasul Petrus) juga secara khusus nampak pada surat St. Klemens, selaku penerus Rasul Petrus, yang ditujukan kepada jemaat di Korintus untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di sana.

Di masa selanjutnya, hirarki dimulai dari diakon, imam, penilik jemaat/uskup.

Maka prinsip susunan kepemimpinan Gereja bermula dari Kristus yang menunjuk ke12 rasul, dan kemudian setelah kenaikan-Nya,  para murid mulai pula menunjuk para penilik jemaat dan diaken/ diakon, seperti pengajaran Rasul Paulus kepada Timotius (1 Tim 3). Para penilik jemaat ini disebut uskup ataupun imam;  sebagaimana disebut dalam tulisan St. Ignatius Martir (ia adalah murid langsung dari Rasul Yohanes dan dari Uskup Antiokhia setelah Rasul Petrus) dan St. Klemens dari Aleksandria; sehingga urutannya dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah adalah uskup, imam, dan diakon. St. Ignatius Martir (110) mengajarkan agar jemaat tidak memisahkan diri dari kesatuan dengan para uskup yang mencerminkan pikiran Kristus.

 

Kepada jemaat di Efesus (n.3-5) St. Ignatius menulis:

“Aku mendesak kamu agar menyesuaikan tindakanmu dengan pikiran Tuhan. Sebab Yesus Kristus…. adalah pikiran Allah Bapa, sebagaimana para uskup, yang ditunjuk di seluruh dunia, mencerminkan pikiran Kristus.

 

Maka, kamu harus bertindak sesuai dengan pikiran para uskup, seperti yang pasti kamu lakukan. Para imam… adalah terikat secara erat dengan para uskup seperti dawai pada sebuah harpa…. Jangan salah tentang hal ini. Jika barangsiapa tidak berada di dalam tempat kudus (gereja), ia kekurangan roti Tuhan. Dan jika doa satu atau dua orang sangat besar kuasanya, betapa lebih lagi doa uskup dan seluruh Gereja. Barang siapa yang gagal bergabung dalam penyembahanmu menunjukkan kesombongannya, dengan kenyataan bahwa ia menjadi seorang skismatik. Ada tertulis, “Tuhan menolak orang yang sombong”. Mari kita, dengan sungguh menghindari melawan uskup sehingga kita dapat tunduk kepada Tuhan.”

 

Kepada jemaat di Trallia, n.2-7, St. Ignatius menulis:

“Sebab ketika kamu menaati uskup seperti seandainya ia adalah Yesus Kristus, kamu… hidup tidak hanya menurut cara manusia, tetapi menurut cara Yesus Kristus, yang demi kita, menderita, wafat, supaya kamu dapat percaya akan kematian-Nya… Oleh karena itu, adalah penting, untuk bertindak jangan sampai tanpa [persetujuan] uskup. Bahkan tunduklah kepada para imam sebagaimana kepada para rasul Yesus Kristus. Ia adalah pengharapan kita, dan jika kita hidup dalam kesatuan dengan-Nya sekarang, kita akan mencapai hidup kekal. Mereka juga yang adalah diakon… harus memuaskan semua orang. Sebab mereka tidak hanya melayani makanan dan minuman, tetapi melayani Gereja Tuhan. Barang siapa ada di dalam tempat kudus, adalah murni,

Page 5: HIRARKI GEREJA KATOLIK

sedangkan ia yang berada di luar tempat kudus adalah tidak murni. Artinya: mereka yang melakukan apapun tanpa uskup, imam dan diakon tidak mempunyai hati nurani yang jernih.” (n.7)

 

Kepada jemaat di Smyrna, n.8, St. Ignatius menulis:

“Jauhkan dirimu dari skisma sebagai sumber dari segala kesulitan/kejahatan. Kamu semua harus tunduk pada uskup sama seperti Yesus Kristus kepada Allah Bapa. Tunduk juga kepada para imam seperti kamu kepada para rasul; dan hormatilah para diakon seperti kamu menghormati hukum Tuhan …. Kamu harus menganggap Ekaristi sebagai yang sah, jika dirayakan oleh uskup atau oleh seseorang yang diberinya kuasa. Di mana uskup berada, biarlah kongregasi umat berada, seperti di mana Yesus Kristus berada, di sanalah ada Gereja Katolik. Tanpa supervisi dari uskup, tidak ada baptisan ataupun perayaan Ekaristi diperbolehkan….”

 

Kepada jemaat di Filadelfia, n.7, St. Ignatius menulis:

“…saya berbicara dengan suara yang keras, suara dari Tuhan: “Perhatikanlah uskup dan imam dan para diakon“. Sebagian orang mengira bahwa saya mengatakan hal ini karena saya tahu adanya perpecahan di antara beberapa orang; namun Dia, yang menjadi alasan mengapa saya dirantai, menjadi saksi bahwa saya tidak mengetahuinya dari manusia; melainkan dari Roh yang membuatku mengatakan hal ini, “Jangan melakukan sesuatu tanpa uskup, jagalah badanmu sebagai bait Allah, cintailah persatuan, jauhkanlah perpecahan, turutilah Kristus, seperti Dia telah menuruti Allah Bapa.”

 

Selanjutnya, St. Klemens dari Aleksandria (150-215), mengajarkan:

“Banyak nasehat-nasehat untuk orang-orang tertentu telah ditulis di dalam Kitab Suci: sebagian untuk para imam, sebagian untuk para uskup dan para diakon; … “(St. Clement of Alexandria, The Instructor of Children 3:12:97:2).

“Di dalam Gereja, tingkatan dari para uskup, para imam, dan para diakon terjadi sebagai suatu gambaran, menurut pendapatku, dari kemuliaan malaikat dan di mana susunan tersebut, seperti yang dikatakan di dalam Alkitab, menantikan orang-orang yang telah mengikuti langkah-langkah dari para murid dan yang telah hidup di dalam kepenuhan kebenaran menurut Kitab Suci.” (St. Clement of Alexandria, Miscellanies 6:13:107:2).

 

Dengan demikian, kita ketahui bahwa sejak abad-abad awal di dalam Gereja telah ada hirarki kepemimpinan, yang dimulai dari diakon, imam dan Uskup. Salah satu tugas uskup yang

Page 6: HIRARKI GEREJA KATOLIK

terpenting adalah mempersatukan umat, dengan selalu menyampaikan ajaran Kristus. Melalui kesatuan dengan Uskup inilah kita sebagai umat dapat menghindari perpecahan, dan menjaga persatuan, sebagaimana dikehendaki oleh Kristus (lih. Yoh 17:20-21).

 

Page 7: HIRARKI GEREJA KATOLIK

   

Home  

Katekese Katekese Umat Dokumen Gereja  

Apologetik Kitab Suci Orang Kudus Jadwal Misa Sadar Liturgi Artikel Iman Hubungi Kami 

Kalender Liturgi hari ini 

Kitab Hukum Kanonik

No. kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906 

KITAB SUCI +Deuterokanonika

:  -  Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju 

Katekismus Gereja Katolik

HIERARKIS GEREJA KATOLIK

Menurut Ajaran resmi Gereja struktur Hierarkis termasuk hakikat kehidupan-nya juga. Perutusan ilahi, yang dipercayakan Kristus kepada para rasul itu, akan berlangsung sampai akhir zaman (lih. Mat 28:20). Sebab Injil, yang harus mereka wartakan, bagi Gereja merupakan azas seluruh kehidupan untuk selamanya. Maka dari itu dalam himpunan yang tersusun secara hirarkis yaitu para Rasul telah berusha mengangkat para pengganti mereka.Maka Konsili mengajarkan bahwa "atas penetapan ilahi para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja" Kepada mereka itu para Rasul  berpesan, agar mereka menjaga seluruh kawanan, tempat Roh Kudus mengangkat mereka untuk menggembalakan jemaat Allah (lih. Kis 20:28).(LG 20). Pengganti meraka yakni, para Uskup, dikehendaki-Nya menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir jaman (LG 18).

makdud dari "atas penetapan ilahi para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja" ialah bahwa dari hidup dan kegiatan Yesus timbulah keplompok orang yang kemudian berkembang menjadi Gereja, seperti yang dikenal sekarang. Proses perkembangan pokok itu terjadi dalam Gereja perdana atau Gereja para rasul, Yakni Gereja yang mengarang Kitab Suci Perjanjian baru. Jadi, dalam kurun waktu antara kebangkitan Yesus dan kemartiran St. Ignatius dari Antiokhia pada awal abad kedua, secara prinsip terbentuklah hierarki Gereja sebagaimana dikenal dalam Gereja sekarang.

Striktur Hierarkis Gereja yang sekarang terdiri dari dewan para Uskup dengan Paus sebagai kepalanya, dan para imam serta diakon sebagai pembantu uskup

1 1 1

Page 8: HIRARKI GEREJA KATOLIK

1. Para Rasul

Sejarah awal perkembangan Hierarki adalah kelompok keduabelas rasul. Inilah kelompok yang sudah terbentuk waktu Yesus masih hidup. Seperti Paulus juga menyebutnya kelompok itu " mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku" (Gal 1:17). Demikian juga Paulus pun seorang rasul, sebagaimana dalam Kitab Suci (1Kor 9:1, 15:9, dsb)

Pada akhir perkembangannya ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia, yang mengenal "penilik" (Episkopos), "penatua" (presbyteros), dan "pelayan" (diakonos). Struktur ini kemudian menjadi struktur Hierarkis yang terdiri dari uskup, imam dan diakon.

2. Dewan Para Uskup

Pada akhir zaman Gereja perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup adalah pengganti para rasul, seperti juga dinyatakan dalam Konsili Vatikan II (LG 20). Tetapi hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas uskup (karena duabelas rasul). Disini dimaksud bukan rasul satu persatu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh kalangan para uskup. hal tersebut juga di pertegas dalam Konsili Vatikan II (LG 20 dan LG 22).

Tegasnya, dewan para uskup menggantikan dewan para rasul. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang diterima menjadi uskup karena diterima kedalam dewan itu. itulah Tahbisan uskup, "Seorang menjadi anggota dewan para uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hierarkis dengan kepada maupun para anggota dewan" (LG 22). Sebagai sifat kolegial ini, tahbisan uskup belalu dilakukan oleh paling sedikit tiga uskup, sebab tahbisan uskup berarti bahwa seorang anggota baru diterima kedalam dewan para uskup (LG 21).

3. Paus

Kristus mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul lainnya untuk menggembalakan umat-Nya. Paus, pengganti Petrus adalah pemimpin para uskup.

Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah uskup Roma pertama. Karena itu Roma selalu dipandang sebagai pusat dan pedoman seluruh Gereja. Maka menurut keyakinan tradisi, uskup roma itu pengganti petrus, bukan hanya sebagai uskup lokal melainkan terutama dalam fungsinya sebagai ketua dewan pimpinan Gereja. Paus adalah uskup Roma, dan sebagai uskup Roma ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa yang serupa dengan Petrus. hal ini dapat kita lihat dalam sabda Yesus sendiri :

"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Mat 16:17-19).

4. Uskup

Paus adalah juga seorang uskup. kekhususannya sebagai Paus, bahwa dia ketua dewan para uskup. Tugas pokok uskup ditempatnya sendiri dan Paus bagi seluruh Gereja adalah pemersatu. Tugas hierarki yang pertama dan utama adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas itu boleh disebut tugas kepemimpinan, dan para uskup "dalam arti sesungguhnya disebut pembesar umat yang mereka

Page 9: HIRARKI GEREJA KATOLIK

bimbing" (LG 27).

Tugas pemersatu dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan Gereja. Komunikasi iman Gereja terjadi dalam pewartaan, perayaan dan pelayanan. Maka dalam tiga bidang itu para uskup, dan Paus untuk seluruh Gereja, menjalankan tugas kepemimpinannya. "Diantara tugas-tugas utama para uskup pewartaan Injilah yang terpenting" (LG 25). Dalam ketiga bidang kehidupan Gereja uskup bertindak sebagai pemersatu, yang mempertemukan orang dalam komunikasi iman.

5. Imam

Pada zaman dahulu, sebuah keuskupan tidak lebih besar daripada sekarang yang disebut paroki. Seorang uskup dapat disebut "pastor kepala" pada zaman itu. dan imam-imam "pastor pembantu", lama kelamaan pastor pembantu mendapat daerahnya sendiri, khususnya di pedesaan. Makin lama daerah-daerah keuskupan makin besar. Dengan Demikian, para uskup semakin diserap oleh tugas oraganisasi dan administrasi. Tetapi itu sebetulnya tidak menyangkut tugasnya sendiri sebagai uskup, melainkan cara melaksanakannya. sehingga uskup sebagai pemimpin Gereja lokal, jarang kelihatan ditengah-tengah umat.

melihat perkembangan demikian, para imam menjadi wakil uskup. "Di masing-masing jemaat setempat dalam arti tertentu mereka menghadirkan uskup. Para imam dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan para uskup, sebagai penolong dan organ mereka" (LG 28).

Tugas konkret mereka sama seperti uskup: "Mereka ditahbiskan untuk mewartakan Injil serta menggembalakan umat beriman, dan untuk merayakan ibadat ilahi"

6. Diakon

"Pada tingkat hiererki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi tangan 'bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan'" (LG29). Mereka pembantu uskup tetapi tidak mewakilinya.

Para uskup mempunyai 2 macam pembantu, yaitu pembantu umum (disebut imam) dan pembantu khusus (disebut diakon). Bisa dikatakan juga diakon sebagai "pembantu dengan tugas terbatas". jadi diakon juga termasuk kedalam anggota hierarki

oo 000 ooo

Istilah nama:

seorang kardinal adalah seorang uskup yang diberi tugas dan wewenang memilih Paus baru, bila ada seorang Paus yang meninggal. (karena Paus adalah uskup roma, maka Paus baru sebetulnya dipilih oleh pastor-pastor kota Roma, khususnya pastor-pastor dari gereja-gereja "utama" (cardinalis)). Dewasa ini para kardinal dipilih dari uskup-uskup seluruh dunia. lama kelamaan para kardinal juga berfungsi sebagai penasihat Paus, bahkan fungsi kardinal menjadi suatu jabatan kehormatan. Para kardinal diangkat oleh Paus. Sejak abad ke 13 warna pakaian khas adalah merah lembayung.

 

Berikut link Artikel terkait dalam proses Pembelajaran iman Katolik :

[Home katekese] [Pengantar Awal] [Menjadi Katolik] [Pengenalan akan Allah] [Hierarkis Gereja]

Page 10: HIRARKI GEREJA KATOLIK

No. : masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901 

Materi iman

Dokumen Gereja 

No:  masukkan no. yang dikehedaki - 0 (nol) untuk melihat daftar isi-(catatan kaki lihat versi Cetak)  

[Home Dasar Iman Katolik] [Magisterium] [Tradisi Suci] [Kitab Suci] [Home Gereja Katolik] [Sejarah Gereja Katolik] [Satu] [Kudus] [Katolik] [Apostolik] [Allah Tritunggal] [Bapa] [Putra] [Roh Kudus] [Home Hukum Gereja] [Sepuluh Perintah Allah] [Lima Perintah Gereja] [Katekismus Gereja Katolik] [Kitab Hukum Kanonik] [Sejarah Syahadat] [Syahadat iman/Syahadat Panjang] [Syahadat Para Rasul/Syahadat Pendek] [Penjelasan Syahadat Pendek] [Home Liturgi] [TPE Umat 2005] [TPE Imam 2005] [Simbol-simbol Liturgi] [Kalender Liturgi] [Perlengkapan Liturgi] [Arti kata liturgi] [Teologi Liturgis] [Pelayanan Perangkai Bunga Liturgis] [Bagaimana Menyanyikan misa] [Bunga dalam tata ruang liturgis] [Liturgi, dekorasi, bunga] [Tata Gerak Sikap Tubuh] [Tata Kata Liturgis] [Home Sakramen] [Sakramen Baptis ] [Sakramen Ekaristi] [Sakramen Tobat ] [Sakramen Krisma] [Sakramen Perkwainan] [Sakramen Perminyakan] [Sakramen Imamat] [Doa-doa Dasar Katolik] [Tanda Salib] [Bapa Kami] [Salam Maria] [Kemualiaan] [Doa Tobat] [Doa Iman] [Terpujilah] [Doa-doa Liturgis] [Ibadat Pagi] [Ibadat sore] [Ibadat malam] [Doa masa Advent] [Doa Masa Natal] [Doa Masa Prapaskah] [Doa Masa Paskah] [Doa Novena Roh Kudus] [Doa Roh Kudus] [Home Doa-doa Pribadi] [Doa Pribadi] [Doa Keluarga] [Doa Jemaat] [Doa Masyarakt Umum ] [Devosi & Ziarah] [Jalan Salib] [Doa Silih] [Litani Hati Yesus] [Doa Rosario] [Litani St. Perawan Maria] [Novena Tiga Salam Maria] [Dosa] [Dosa Berat] [Dosa Ringan] [Bunda Maria] [Api Penyucian] [Orang-Orang Kudus] [Mistagogi] [Sifat-Sifat Allah] [Yesus Kristus] [Gereja & Pewartaannya] [Penghayatan Sakramen] [Hidup Menjemaat] [Silsilah Yesus Kristus]

 

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id

1.Paus.

“Konsili Suci mengajarkan, bahwa atas penetapan ilahi, para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja” (Lumen Gentium 20). Lumen Gentium adalah Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja.

2.Imam

merupakan “penolong dan organ para uskup” (Lumen Gentium 28) Didalam Gereja Katolik ada imam diosesan (sebutan yang sering dipakai imam praja) dan imam religius (ordo atau kongregasi).

3.Imam diosesan

adalah imam keuskupan yang terikat dengan salah satu keuskupan tertentu dan tidak termasuk ordo atau kongregasi tertentu. Imam religius (misalnya

Page 11: HIRARKI GEREJA KATOLIK

SJ, MSF, OFM, dsb) adalah imam yang tidak terikat dengan keuskupan tertentu, melainkan lebih terikat pada aturan ordo atau kongregasinya.

4.Diakon

adalah pembantu Uskup dan Imam dalam pelayanan terhadap umat beriman. Mereka ditahbiskan untuk mengambil bagian dalam imamat jabatan. Karena tahbisannya ini, maka seorang diakon masuk dalam kalangan hirarki. Di Gereja Katolik ada 2 macam Diakon, yaitu :1) mereka yang dipersiapkan untuk menerima tahbisan Imam .2) mereka yang menjadi Diakon untuk seumur hidupnya tanpa menjadi Imam.

5.Kardinal

adalah merupakan gelar kehormatan. Kata “kardinal” berasal dari kata Latin”cardo” yang berarti “engsel”, dimana seorang Kardinal dipilih menjadi asisten-asisten kunci dan penasehat dalam berbagai urusan gereja. Kardinal dapat dipilih dari kalangan Imam ataupun Uskup. Di Indonesia telah ada 2 orang Kardinal, yaitu Yustinus Kardinal Darmojuwono Pr (alm.) dan Julius Kardinal Darmaatmaja SJ.

Bagi kaum awam, perutusan Gereja Katolik bukan saja dibidang liturgi dan pewartaan, tetapi juga dibidang pengembalaan. Misalnya sebagai:

1. Pengurus Dewan Paroki Tugasnya adalah memikirkan, merencanakan, memutuskan dan mempertanggung-jawabkan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan dan karya paroki. Misalnya kegiatan pewartaan sabda, perayaan liturgi dan membangun masyarakat.2. Pengurus Wilayah atau Stasi Tugasnya adalah mengkoordinasi kegiatan antar lingkungan yang berada didalam wilayah Dewan Parokinya.3. Pengurus Lingkungan Tugasnya adalah menampung dan menyalurkan masalah-masalah yang ada di lingkungan kepada Dewan Paroki atau Pastor Parokinya. Juga mengadakan pendataan dalam lingkungan atau kelompok dan mengadakan pertemuanbersama dengan Pengurus Kelompok.4. Pengurus Kelompok Tugasnya adalah menjadi tumpuan utama dan pertama untuk mengembangkan kehidupan umat Katolik. Merekalah yang melakukan berbagai program lingkungan dalam rangka pembinaan umat.

TIGA TUGAS KRISTUS

Page 12: HIRARKI GEREJA KATOLIK

 

1. Manusia diciptakan dengan cara dihembusi (dipersatui) Nafas Hidup lalu jadi manusia sejati (Kekasih Allah, Citra Allah, dan Keluarga Allah). Setelah mereka rusak karena menolak Roh Kudus, perbaikannya dilakukan dengan cara yang sama, yaitu dihembusi lagi dengan Roh Kudus, atau dipersatui dengan Allah. Itulah yang dilakukan Kristus baik pada waktu penciptaan maupun waktu penebusan, ketika Dia diutus Bapa, turun ke dunia untuk bersatu dengan manusia dan mencurahkan Roh Kudus. Dengan begitu manusia pulih kembali menjadi manusia sejati.

2. Selain tugas tersebut, tugas Kristus berikutnya adalah mewartakan-Nya kepada manusia dan membimbing mereka agar menghayati: (a) persatuan Tuhan-manusia itu, dan (b) martabat mulia sebagai manusia sejati. Kristus membimbing, mengajari serta melatih mereka.

3. Tugas Kristus tersebut diringkas menjadi tiga. Tri Tugas Kristus yakni imam, nabi dan raja (gembala). Imam adalah orang yang di rumah ibadat berdiri paling depan. Ke bawah (kepada jemaat): imam membawa firman dan berkat Allah. Ke atas (kepada Allah): dia membawa doa dan permohonan umat. Kristus sebagai Imam, ke bawah, mempersatukan Allah kepada manusia, “memasukkan” Roh Allah ke dalam manusia. Dan ke atas, Kristus mempersatukan manusia kepada Allah, “memasukkan” manusia ke dalam Allah. Barangsiapa makan tubuh-Ku dan minum darah-Ku, dia tinggal dalam Aku, dan Aku dalam dia (Yoh 6:56). Ranting yang bersatu dengan pokok anggur akan hidup dan menghasilkan buah (Yoh 15). Nabi adalah orang yang mewartakan firman Allah (berkhotbah). Kristus mewartakan bahwa (a) Kerajaan Allah sudah datang dan menyatu dengan manusia (Immanuel). Dan bahwa (b) karenanya manusia telah dipulihkan menjadi manusia sejati. Dan Raja adalah orang yang memimpin rakyatnya. Kristus sebagai gembala memimpin domba-domba-Nya menuju surga, di mana mereka bersatu dengan Tuhan, dan menjadi sempurna sebagai Kekasih Allah, Citra Allah, dan Keluarga Allah. Dan sebagai gembala Kristus mengajari serta melatih mereka agar hidup sebagai manusia sejati.

4. JUGA TIGA TUGAS UMAT ALLAH: Tri Tugas Kristus itu diturunkan-Nya kepada murid-murid-Nya, baik perorangan maupun kelompok. Berkat Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma, umat juga dijadikan imam, nabi dan raja terhadap masyarakat (dan orangtua terhadap anaknya). Kalau romo mengemban imamat jabatan, umat memegang imamat umum. Ke atas, umat Allah mempersembahkan doa dan permohonan untuk orang lain, mengajak teman berdoa, serta mendorongnya agar rajin ke gereja. Ke bawah, umat Allah ke sana ke mari menebar berkat, derma, uluran tangan menolong (helping hands), dan penghiburan. Sebagai nabi, umat Allah menyampaikan firman Allah, memberitahu kehadiran Allah di hati manusia dan bahwa martabat manusia itu luhur-mulia; mengajar agama, memberi nasihat dan teguran. Dan sebagai gembala, umat Allah mempelopori kebaikan, kemanusiaan, kesucian, dan persatuan. Memberi teladannya. Menjadi pemimpin informal.    

Rabu, 28 November 2007

Page 13: HIRARKI GEREJA KATOLIK

TUGAS - TUGAS GEREJA

1. MEWARTAKAN (KERYGMA)Tugas gereja dalam mewartakan adalah sebagai berikut :

Pewarta sabda: Kristus, sabda Allah, menciptakan gereja. Gereja berasal dari Kristus

Gereja adalah Sabda

: Kristus dapat hadir & bicara dalam sejarah manusia, dan gereja merupakan pewartaan & kesaksian tentang Yesus Kristus, Sabda, dan wahyu Allah.

Mengajar Magistarium: Tugas hirarki dalam mengajar adalah pengajaran, perumusan iman sesuai situasi & perkembangan zaman.: Tugas pewartaannya yakni tugas panggilan setiap orang yang percaya pada Kristus, contohnya: imam, biarawan, biarawati.

2. MENGUDUSKAN (LITURGIA)

Pengudusan dalam perayaan

Page 14: HIRARKI GEREJA KATOLIK

Gereja tampil istimewa dalam keikutsertaan penuh & aktif seluruh umat Allah yang kudus dalam perayaan liturgi ( persekutuan iman).

Media-cara :Doa gereja – Doa di dalam gereja: Doa gereja, Doa umum, doa bersama, dalam bentuk liturgi ( Yunani, leitourgia ) atau lebih dikenal sebagai ibadat resmi gereja, yakni kesatuan gereja dengan kristus melalui doa.: Doa dalam gereja, Doa pribadi.

Sakramen

: Sakramen sebagai sarana untuk menyampaikankepada umat manusia tentang rahasia penyelamatan Allah.: Sakramen menunjukkan tindakan Allah kepada kita.: Ada 7 sakramen dalam gereja

1. Babtis

Pembaptisan adalah sakramen pertama dan mendasar dalam inisiasi Kristiani. Sakramen ini dilayankan dengan cara menyelamkan si penerima ke dalam air atau dengan mencurahkan (tidak sekedar memercikkan) air ke atas kepala si penerima "dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus" (Matius 28:19). Pelayan sakramen ini biasanya seorang uskup atau imam, atau (dalam Gereja Latin, namun tidak demikian halnya dalam Gereja Timur) seorang diakon.

Dalam keadaan darurat, siapapun yang berniat untuk melakukan apa yang dilakukan Gereja, bahkan jika orang itu bukanlah seorang Kristiani, dapatmembaptis.

Pembaptisan membebaskan penerimanya dari dosa asal serta semua dosa pribadi dan dari hukuman akibat dosa-dosa tersebut, dan membuat orang yang dibaptis itu mengambil bagian dalam kehidupan Tritunggal Allah melalui "rahmat yang menguduskan" (rahmat pembenaran yang mempersatukan pribadi yang bersangkutan dengan Kristus dan Gereja-Nya).

Page 15: HIRARKI GEREJA KATOLIK

Pembaptisan juga membuat penerimanya mengambil bagian dalam imamat Kristus dan merupakan landasan komuni (persekutuan) antar semua orang Kristen.

Jika seseorang secara resmi menyatakan tobat dan imannya pada Kristus, serta bertekad ikut serta dalam tugas panggilan Kristus, maka ia diterima dalam umat dengan sakramen permandian.Orang yang menerima sakramen permandian diterima oleh Kristus menjadi anggota tubuhNya, umat Allah (Gereja), orang tersebut laksana baru lahir dalam gereja.Orang yang telah dipermandikan harus siap hidup bagi Allah.Perayaan dalam peristiwa permandian berupa pencurahan air pada dahi, dan imam berkata, ”Aku mempermandikan engkau dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus”.

2.KrismaPenguatan atau Krisma adalah sakramen kedua dalam inisiasi Kristiani. Sakramen ini diberikan dengan cara mengurapi penerimanya dengan Krisma, minyak yang telah dicampur sejenis balsam, yang memberinya aroma khas, disertai doa khusus yang menunjukkan bahwa, baik dalam variasi Barat maupun Timurnya, karunia Roh Kudus menandai si penerima seperti sebuah meterai. Melalui sakramen ini, rahmat yang diberikan dalam pembaptisan "diperkuat dan diperdalam" (KGK 1303). Seperti pembaptisan, penguatan hanya diterima satu kali, dan si penerima harus dalam keadaan layak (artinya bebas dari dosa-maut apapun yang diketahui dan yang belum diakui) agar dapat menerima efek sakramen tersebut. Pelayan sakramen ini adalah seorang uskup yang ditahbiskan secara sah; jika seorang imam (presbiter) melayankan sakramen ini — sebagaimana yang biasa dilakukan dalam Gereja-Gereja Timur dan dalam keadaan-keadaan istimewa (seperti pembabtisan orang dewasa atau seorang anak kecil yang sekarat) dalam Gereja Ritus-Latin (KGK 1312–1313) — hubungan dengan jenjang imamat di atasnya ditunjukkan oleh minyak (dikenal dengan nama krisma atau myron) yang telah diberkati oleh uskup dalam perayaan Kamis Putih atau pada hari yang dekat dengan hari itu. Di Timur sakramen ini dilayankan segera sesudah pembaptisan. Di Barat, di mana administrasi biasanya dikhususkan bagi orang-orang yang sudah dapat memahami arti pentingnya, sakramen ini ditunda sampai si penerima mencapai usia awal kedewasaan; biasanya setelah yang bersangkutan diperbolehkan menerima sakramen Ekaristi, sakramen ketiga dari inisiasi Kristiani. Kian lamakian dipulihkan urut-urutan tradisional sakramen-sakramen inisiasi ini, yakni diawali dengan pembaptisan, kemudian penguatan, barulah Ekaristi. Krisma menjadi tanda kedewasaan, untuk turut serta bertanggung jawab atas kehidupan Umat Allah dan pada sesama.

Page 16: HIRARKI GEREJA KATOLIK

3.TobatSakramen Tobat, dan Sakramen Pengampunan(KGK 1423–1424). Sakramen ini adalah sakramen penyembuhan rohani dari seseorang yang telah dibaptis yang terjauhkan dari Allah karena telah berbuat dosa. Sakramen ini memiliki empat unsur: penyesalan si peniten (si pengaku dosa) atas dosanya (tanpa hal ini ritus rekonsiliasi akan sia-sia), pengakuan kepada seorang imam (boleh saja secara spirutual akan bermanfaat bagi seseorang untuk mengaku dosa kepada yang lain, akan tetapi hanya imam yang memiliki kuasa untuk melayankan sakramen ini), absolusi (pengampunan) oleh imam, dan penyilihan.

"Banyak dosa yang merugikan sesama. Seseorang harus melakukan melakukan apa yang mungkin dilakukannya guna memperbaiki kerusakan yang telah terjadi (misalnya, mengembalikan barang yang telah dicuri, memulihkan nama baik seseorang yang telah difitnah, memberi ganti rugi kepada pihak yang telah dirugikan). Keadilan yang sederhana pun menuntut yang sama. Akan tetapi dosa juga merusak dan melemahkan si pendosa sendiri, serta hubungannya dengan Allah dan sesama. Si pendosa yang bangkit dari dosa tetap harus memulihkan sepenuhnya kesehatan rohaninya dengan melakukan lagi sesuatu untuk memperbaiki kesalahannya: dia harus 'melakukan silih bagi' atau 'memperbaiki kerusakan akibat' dosa-dosanya. Penyilihan ini juga disebut 'penitensi'" (KGK 1459). Pada awal abad-abad Kekristenan, unsur penyilihan ini sangat berat dan umumnya mendahului absolusi, namun sekarang ini biasanya melibatkan suatu tugas sederhana yang harus dilaksanakan oleh si peniten, untuk melakukan beberapa perbaikan dan sebagai suatu sarana pengobatan untuk menghadapi pencobaan selanjutnya. Para pengikut Kristus perlu bertobat secara terusmenerus dihadapan Allah dan sesama. Tanda pertobatan tersebut diterima dalam perayaan sakramen tobat.

4.EkaristiSejak jaman rasul, umat kristiani berkumpul untuk bersyukur kepada Allah Bapa yang telah membangkitkan Kristus dan menjadikanNya penyelamat. Itu menjadi tanda terbentuknya suatu Ekaristi. Ekaristi adalah sakramen (yang ketiga dalam inisiasi Kristiani) yang dengannya umat Katolik mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus serta turut serta dalam pengorbanan diri-Nya. Aspek pertama dari sakramen ini (yakni mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus) disebut pula Komuni Suci. Roti (yang harus terbuat dari gandum, dan yang tidak diberi ragi dalam ritus Latin, Armenia dan Ethiopia, namun diberi ragi dalam kebanyakan Ritus Timur) dan anggur (yang harus terbuat dari buah anggur) yang digunakan dalam ritus Ekaristi, dalam iman Katolik, ditransformasi dalam segala hal kecuali wujudnya yang kelihatan menjadi Tubuh dan Darah Kristus, perubahan ini disebut transubstansiasi. Hanya uskup atau imam yang dapat

Page 17: HIRARKI GEREJA KATOLIK

menjadi pelayan Sakramen Ekaristi, dengan bertindak selaku pribadi Kristus sendiri. Diakon serta imam biasanya adalah pelayan Komuni Suci, umat awam dapat diberi wewenang dalam lingkup terbatas sebagai pelayan luar biasa Komuni Suci. Ekaristi dipandang sebagai "sumber dan puncak" kehidupan Kristiani, tindakan pengudusan yang paling istimewa oleh Allah terhadap umat beriman dan tindakan penyembahan yang paling istimewa oleh umat beriman terhadap Allah, serta sebagai suatu titik dimana umat beriman terhubung dengan liturgi di surga.

5.PerminyakanPengurapan Orang Sakit adalah sakramen penyembuhan yang kedua. Dalam sakramen ini seorang imam mengurapi si sakit dengan minyak yang khusus diberkati untuk upacara ini. "Pengurapan orang sakit dapat dilayankan bagi setiap umat beriman yang, karena telah mencapai penggunaan akal budi, mulai berada dalam bahaya yang disebabkan sakit atau usia lanjut" (kanon 1004; KGK 1514). Baru menderita sakit ataupun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang.

Dalam tradisi Gereja Barat, sakramen ini diberikan hanya bagi orang-orang yang berada dalam sakratul maut, sehingga dikenal pula sebagai "Pengurapan Terakhir", yang dilayankan sebagai salah satu dari "Ritus-Ritus Terakhir". "Ritus-Ritus Terakhir" yang lain adalah pengakuan dosa (jika orang yang sekarat tersebut secara fisik tidak memungkinkan untuk mengakui dosanya, maka minimal diberikan absolusi, yang tergantung pada ada atau tidaknya penyesalan si sakit atas dosa-dosanya), dan Ekaristi, yang bilamana dilayankan kepada orang yang sekarat dikenal dengan sebutan "Viaticum", sebuah kata yang arti aslinya dalam bahasa Latin adalah "bekal perjalanan".

6.Perkawinanpernikahan atau perkawinan seperti imamat,adalah suatu sakramenn yang mengkoesersi penerimanya guna suatu misi khusus dalam pembangunan gereja,serta menganugrahkan rahmat demi perampungan misi tersebut. Sakramen ini yang dipandang menjadi suatu tada cinta kasih yang menyatukan Kristus dengan Gereja menetapkan diantara 2 pasangan suatu ikatan yang bersifat permanen dan eksklusif, yang dimateraikan oleh Allah.dengan demikian pernikahan antara pria yang sudah dibabtis dengan wanita yang sudah di babtis telah dimasuki secara sah dan telah dsempurnakan dengan persetubuhan, tidak dapat diceraikan. Sakramen ini menganugerahkan kepada pasangan yang bersangkutan rahmat yang mereka perlukan untuk mencapai kekudusan dalam hidup perkawinan mereka serta untuk meghasilkandan mengasuh anak mereka dengan penuh tanggung jawab

Page 18: HIRARKI GEREJA KATOLIK

7. ImamatUmat membutuhkan pelayan yang bertugas demi kepentingan dan perkembangan umat dalah hidup bermasayarakatPelantikan para pelayan itu dinyatakan dalam tahbisan sakramen imamat.

Melayani (Diakonia): Yesus datang untuk melayani bukan dilayani. Sebagai murid kristus maka kita juga harus mengambil sikap untuk melayani, bukan dilayani.: Saling melayani,prinsip dasar kehidupan gereja, itulah panggilan gereja menurut hidup Kristus.: Pelayanan dalam perwujudan iman kristiani adalah dengan mengikuti jejak kristus.: Pelayanan dalam hal ini adalah kerjasama, tolong menolong, saling membantu, menyadari, dan menghayati bahwa kemerdekaan adalah kesempatan untuk melayani sesama yang tercapai dalam kebersamaan dan persaudaraan.

: Ciri-ciri pelayanan :

Ciri religius,pelayanan mempunyai dasar dalam ketaatan kepada Allah sang pencipta. ( HK. Kasih 1 ) ”Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap”

Kesetiaan pada Kristus sebagai Tuhan dan Guru,Pelayanan merupakan wujud konkret untuk memberi teladan bahwa kita adalah murid Kristus.

3.MENGAMBIL BAGIAN DALAM SENGSARA DAN PENDERITAAN KRISTUS; YAITU SENASIB DENGAN ORANG-ORANG MENDERITA

Pelayanan diwujudkan dengan menolong, meng utamakan orang-orang yang membutuhkan, yaitu orang-orang miskin.

Dalam hal ini pelayanan gereja adalah dengan melibatkan diri dalam usaha membebaskan umat manusia dari penderitaan & kemiskinan.

4. KERENDAHAN HATIDalam hal ini tidak boleh membanggakan pelayanannya, tapi mengakui keterbatasan usaha manusia, menerima dunia & umat manusia apa adanya, menghayati sikap Kristus dihadapan sesama.

Page 19: HIRARKI GEREJA KATOLIK

Wujud pelayanan gereja :Kegiatan social gereja ( sebagai perwujudan iman ),membangun yayasan pendidikan serta yayasan kesehatan katholik juga organisasi & perkumpulan untuk membangun kesejahteraan masyarakat.Gereja dengan Negara

: Dalam usaha pembangunan, Gereja mengharapkan tokoh-tokoh dan masyarakat kristiani untuk berpartisipasi dalam upaya pembangunan sesuai keahlian & panggilan serta dapat memberi teladan kejujuran & keadilan yang layak di tiru.: Gereja mendukung segala waha pemupuk toleransi & kerukunan antar umat beragama serta solidaritas terhadap kaum miskin.: Dalam upaya hukum, gereja mendukung usaha perlindungan HAM atas dasar manusiawi.: Gereja mendukung usaha swadaya dalam kemasyarakatan, budaya, dan bernegara, agar potensi dan keterlibatan warga Negara dikembangkan sesuai tujuan Negara.