hipoparatiroidisme

25
MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III DENGAN MASALAH HIPOPARATIROIDISME OLEH KELOMPOK 4: RATNA WUANDARI RAHMATULLAH SABILA HASANAH ALMAFAZAH SHANTI ARIESTANTYA 1

Upload: shabiela-mafazah

Post on 17-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah kmb

TRANSCRIPT

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH IIIDENGAN MASALAH HIPOPARATIROIDISME

OLEH KELOMPOK 4:RATNA WUANDARI

RAHMATULLAH

SABILA HASANAH ALMAFAZAHSHANTI ARIESTANTYAAKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH

BANDAR LAMPUNG

2014/2015 KATA PENGANTARAssalammualaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II. Adapun makalah ini membahas mengenai HIPOPARATIROIDISME.Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta saran saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Baitul Hikmah.Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih.Wassalammualaikum Wr.WbBandar Lampung, Maret 2015

PenyusunDAFTAR ISICOVER ..1 KATA PENGANTAR ..2

DAFTAR ISI ..................................3BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ................................4B. Rumusan Masalah......................................4C. Tujuan ................................................4BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian ...................................5B. Etiologi...............................................................5C. Patofisiologi...5D. Manifestasi Klinis...................................6E. Komplikasi .....................................................................................................7F. Pemeriksaan Fisik.7G. Penatalaksanaan diagnostik...................................................................................7H. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................8BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ......................................10B. Diagnosa..................................10C. Perencanaan....................................11D. Implementasi dan Evaluasi ............................................................................15BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................16B. Saran..............................................16DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Selama sekresi hormone paratiroid (PTH), kelenjar paratiroid bertanggung jawab mempertahankan kadar kalsium ekstraseluler. Hiperparatiroidisme adalah karakter penyakit yang disebabkan kelebihan sekresi hormone paratiroid, hormon asam amino polipeptida. Sekresi hormon paratiroid diatur secara langsung oleh konsentrasi cairan ion kalsium. Efek utama dari hormon paratiroid adalah meningkatkan konsentrasi cairan kalsium dengan meningkatkan pelepasan kalsium dan fosfat dari matriks tulang, meningkatkan penyerapan kalsium oleh ginjal, dan meningkatkan produksi ginjal. Hormon paratiroid juga menyebabkan phosphaturia, jika kekurangan cairan fosfat. hiperparatiroidisme biasanya terbagi menjadi primer, sekunder dan tersier. (Lawrence Kim, MD, 2005)Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital). Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui.B. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana bagaimana proses terjadinya hipoparatiroidisme secara sistematis, serta mengetahui apa yang yang menjadi konsep penyakit yang terjadi pada klien yang mengalami hipoparatiroidisme, serta dapat mengaplikasikanya dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami kliendengan gejala hipoparatiroidisme.BAB II

LANDASAN TEORIA. PengertianHipoparatiroidisme adalah suatu gangguan pada kelenjar paratiroid yang disebabkan karena hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid (Hotma Rumahorbo, 1999: 81).

Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh suplai darah terganggu kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid pada saat dilakukan tiroidektomi, paratiroidektomi atau diseksi radikal leher dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital). Atrofi kelenjar paratiroid yang etiologinya kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui.(Brunner & Suddarth, 2001:1321)B. EtiologiJarang sekali terjadi hipoparatiroidisme primer, dan jika ada biasanya terdapat pada anak-anak dibawah umur 16 tahun. Ada tiga kategori dari hipoparatiroidisme:1. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama: Post operasi pengangkatan kelenjar partiroid dan total tiroidektomi dan Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat kongenital atau didapat (acquired).2. Hipomagnesemia.3. Sekresi hormon paratiroid yang tidak aktif.4. Resistensi terhadap hormon paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)C. Patofisiologi1. Gejala hipoparatiroidisme disebabkan oleh defisiensi parathormon yang mengakibatkan kenaikan kadar fosfat darah (hiperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia). Tanpa adanya parathormon akan terjadi penurunan resorpsi kalsium dari tulang dan disepanjang tubulus renalis. Penurunan eksresi fosfat melalui fosfat melalui ginjal menyebabkan hipofosfaturia, dan kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan hipokalsuria.2. Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid.D. KlasifikasiHipoparatiroid dapat berupa hipoparatiroid neonatal, simpel idiopatik hipoparatiroid, dan hipoparatiroid pascabedah.1. Hipoparatiroid neonatal, Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh maternal hiperkalsemia.2. Simpel idiopatik hipoparatiroid, Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.3. Hipoparatiroid pascabedah, Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.

E. Manifestasi KlinisHipokalsemia menyebabkan iritablitas sistem neuromuskeler dan turut menimbulkan gejala utama hipoparatiroidisme yang berupa tetanus.Tetanus merupakan hipertonia otot yang menyeluruh disertai tremor dan kontraksi spasmodik atau tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk melakukan gerakan volunter. Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa, kesemutan dan kram pada ekstremitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan serta kaki. Pada keadaan tetanus yang nyata, tanda-tanda mencakup bronkospasme, spasme laring, spasme karpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangan dan ekstensi sensi karpofalangeal), disfagia, fotopobia, aritmia jantung serta kejang. Gejala lainnya mencakup ansietas, iritabilitas, depresi dan bahkan delirium. Perubahan pada EKG dan hipotensi dapat terjadi. (Brunner & Suddath, 2001)F. Komplikasi1. Kalsium serum menurun (Hipokalsemia)2. Fosfat serum meninggi (Insufisiensi ginjal kronik)G. Pemeriksaan FisikAda pemeriksaan terdapat refleks patologis:1. Erbs sign, Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot (normal pada 6 milli-ampere)2. Chvosteks sign, Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot wajah. Chvostek's sign mendeteksi laten tetanus, penyadapan dari saraf wajah kelima di depan telinga dengan mulut pasien yang sedikit terbuka menyebabkan kontraksi dari otot-otot wajah. Menunjukkan hasil positif apabila pengetukan yang dilakukan secara tiba-tiba di daerah nervus fasialis tepat di depan kelenjar parotis dan disebelah anterior telinga menyebabkan spasmeatau gerakan kedutan pada mulut, hidung, dan mata.3. Trousseaus sign, Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagaipada spasme carpopedal. Trousseaus sign dianggap positif apabila terjadi spasme karpopedal yang ditimbulkan akibat penyumbatan aliran darah jke lengan selama 3 menit dengan manset tensi meter.4. Peroneal sign, dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan adduksi dari kaki. Rambut tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih, Kulit kering dan permukaan kasar, Kuku : tipis dan kadang-kadang ada deformitas.H. Pemeriksaan DiagnostikDiagnosa sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas seperti rasa nyeri dan pegal-pegal, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium akan membantu. Biasanya hasil laboratorium yang ditunjukkan, yaitu:1. Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang berkisar dari 5-6 mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi. 2. Fosfat anorganik dalam serum tinggi3. Fosfatase alkali normal atau rendah4. Foto Rontgen :a) Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorakb) Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid5. Density dari tulang bisa bertambah6. EKG: biasanya QT-interval lebih panjangI. Penatalaksanaan

a. Medis

Tujuan menaikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl (2,2-2,5 mmol/L) dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme serta hipokalsemia. Apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus pascatiroidektomi, terapi dilakukan adalah pemberian kalsium glukonas intravena. Jika terapi ini tidak segera menurunkan iritabilitas neuromuskular dan serangan kejang, preparat sedatif seperti pentobarbital dapat dapat diberikan.Pemberian peparat parathormon parenteral dilakukan mengatasi hipoparatiroidisme akut disertai tetanus. Namun demikian, akibat tingginya insidens reaksi alergi pada penyuntikan parathormon, maka preparat ini dibatasi hanya pada hipokalsemia akut. Pasien yang mendapatkan parathormon memerlukan pemantauan akan adanya perubahan kadar kalsium serum dan reaksi alergi.Akibat adanya iritabilitas neuromuskuler, penderita hipokalsemia dan tetanus memerlukan lingkungan bebas dari suara bising, hembusan angin yang tiba-tiba, cahaya yang terang atau gerakan yang mendadak. Trakeostomi atau ventilasi mekanis dibutuhkan bersama dengan obat-obat bronkodilator jika pasien mengalami gangguan pernafasan. Terapi bagi penderita hipoparatiroidisme kronis ditentukan sesudah kadar kalsium serum diketahui. Diet tinggi kalsium rendah fosfor diresepkan. Meskipun susu, produk susu dan kuning telur merupakan makanan tinggi kalsium, jenis makanan ini harus dibatasi karena kandungan fosfor yang tinggi. Bayam juga perlu dihindari karena mengandung oksalat yang akan membentuk garam kalsium yang tidak laut. Tablet oral garam kalsium seperti kalsium glukonat, dapat diberikan sebagai suplemen dalam diet. Gel alumunium karbonat (Gelusil, Amphojel) diberikan sesudah makan untuk mengikat fosfat dan meningkatkan eksresinya lewat traktus gastrointestinal.Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi dihidrotakisterol (AT 10 atau Hytakerol), atau ergokalsiferol (vitamin D2) atau koolekalsiferpol (vitamin D3) biasanya diperlukan dan akan meningkatkan absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal. b. Keperawatana) Perawat pasien pascaoperatif yang menjalani tiroidektomi, paratirodektomi dan diseksi radikal leher diarahkan kepada deteksi tanda tanda dini hipokalsemia dan antisipasi tanda tanda tetanus, kejang serta kesulitan pernapasan.b) Kalsium glukonat disediakan di samping tempat tidur pasien bersama dengan peralatan yang diperlukan untuk penyuntikan intravena. Jika pasien mempunyai masalah jantung, potensial mengalami aritmia atau menggunakan obat digitalis, maka pemberian kalsium glukonat harus dilakukan dengan hati hatic) Kalsium dan digitalis akan meningkatkan kontraksi sistolik, dan lebih lanjut kedua preparat ini saling menimbulkan potensiasi. Keadaan ini dapat menyebabkan aritmia jantung yang fatal,. Sebagai konsekuensinya, pasien jantung memerlukan pemantauan jantung yang kontinu dan pengkajian yang cermat.

Aspek penting dalam asuhan keperawatan adalah mengajarkan pasien tentang terapi medic dan diet. Pasien perlu mengetahui alas an mengapa asupan kalsiumnya harus tinggi sementara asupan fosfatnya harus rendah; pasien juga harus mengenali gejala gejala hipokalsemia serta hiperkalsemia dan segera melaporkannya ke dokter jika gejala gejala ini timbul.BAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH IIHIPOPARATIROIDISMEA. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Anamnesisa) Keluhan utama : Biasanya Klien merasa ada kelainan bentuk tulang , pendarahan yang sulit berhenti , kejang-kejang , kesemutan dank lien merasa lemas / lemah .b) Riwayat kesehatan :

1. Riwayat penyakit saat iniTanyakan pada klien tentang manifestasi bekas atau kesemutan disekitar mulut atau ujung jari tangan atau ujung jari kaki . 2. Riwayat penyakit dahulu : Tanyakan apakah klien pernah megalami tindakan operasi khususnya pengangkatan kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid. Tanyakan pada klien apakah ada riwayat penyinaran pada leher .3. Riwayat penyakit keluarga: Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan Hipoparatiroid.

2. Pemeriksaan fisik B1 (Breathing) : amati bunyi suara nafas . pada klien hipoparatiroid biasanya terdengar suara stridor, suara serak. B2 (Blood) : amati adanya disritmia jantung, sianosis, palpitasi B3 (Brain) : amati adanya parestesis pada bibir, lidah, jari-jari, kaki. Kesemutan, tremor, hiperefleksia, tanda chvosteks dan trousseaus positif papil edema, labilitas emosional, peka rangsang, ansietas, perubahan dalam tingkat kesadaran, tetani kejang B 4 (Bladder) : pembentukan kalkuli pada ginjal B 5 (Bowel) : mual, muntah, nyeri abdomen B 6 (Bone) : Amati tanda fisik, seperti; rambut tipis, pertumbuhan kuku buruk yang deformitas dan gampang patah, kulit kering. Amati apakah ada kelainan bentuk tulang

3. Pemeriksaan penunjanga. Laboratorium

Kalsium serum rendah

Fosfat anorganik dalam serum tinggi

Fosfatase alkali normal atau rendah.

b. Diagnostik

- Foto Rontgen

- Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak.

- Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid.

- Density dari tulang bisa bertambah.

- EKG: biasanya QT-interval lebih panjang Intevensi KeperawatanNoDx. KeperawatanTujuanIntervensi Keperawatan

IntervensiRasional

1Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia.Agar klien tidak mengalami cedera.

Kreteria hasil : Reflek normal, tanda vital stabil, makan diet dan minum obat seperti yang dianjurkan, kadar kalsium serum normal.

a. Pantau tanda-tanda vital dan reflek tiap 2 jam sampai 4 jam.

b. Pantau fungsi jantung secara terus menerus/gambaran EKG.

c. Bila pasien dalam tirah baring berikan bantalan pagar tempat tidur dan pertahakan tempat tidur dalam posisi rendah.

d. Bila aktivitas kejang terjadi ketika pasien bangun dari tempat tidur, bantu pasien untuk berjalan, singkirkan benda-benda yang membahayaka, bantu pasien dalam menangani kejang dan reorientasikan bila perlu.

e. Kolaborasi dengan dokter dalam menangani gejala dini dengan memberikan dan memantau efektifitas cairan parenteral dan kalsium.

f. Pemberian kalsium dengan hati-hati.

g. Berikan suplemen vitamin D dan kalsium sesuai program.

h. Kaji ulang pemeriksaan kadar kalsium.a. Untuk mengetahui kelainan sedini mungkin.

b. Untuk mengetahui abnormalitas dari gambaran EKG.

c. Untuk mencegah terjadinya injuri/jatuh.

d. Untuk menghindari cedera yang terjadi akibat benda yang terdapat di lingkungan sekitar klien dan mencegah kerusakan lebih berat akibat kejang.

e. Antisifasi terhadap hipokalsemia dengan cara penanganan medis.

f. Pemberian kalsium yang terlalu cepat akan mengakibatkan tromboflebitis hipotensi.

g. Untuk membantu memenuhi kekurangan kalsium dalam tubuh.

h. Untuk mengontrol kadar kalsium serum.

2Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan spasme laring akibat aktivitas kejang.

Dalam waktu 1x24 jam setelah diberikan intervensi, pola nafas klien kembali efektif.

Kreteria hasil :a. Frekwensi, irama, dan kedalaman pernafasan normal.

b. Auskultasi paru menunjukan bunyi yang bersih.

a. Siapkan peralatan penghisap dan jalan nafas oral di dekat tempat tidur sepanjang waktu.

b. Siapkan tali tracheostomi, oksigen, dan peralatan resusitasi manual siap pakai sepanjang waktu.

Edema laring:c. Kaji upaya pernafasan dan kualitas suara setiap 2 jam.

d. Auskultasi untuk mendengarkan stridor laring setiap 4 jam.

e. Laporkan gejala dini pada dokter dan kolaborasi untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka.

f. Intruksikan pasien agar menginformasikan pada perawat atau dokter saat pertama terjadi tanda kekakuan pada tenggorok atau sesak nafas.

g. Baringkan pasien untuk mengoptimalkan bersihan jalan nafas, pertahankan kepala dalam posisi kepala dalam posisi alamiah, garis tengah.

Kejang:h. Bila terjadi kejang: pertahankan jalan nafas, penghisapan orofaring sesuai indikasi, berikan O2 sesuai pesanan, pantau tensi, nadi, pernafasan dan tanda-tanda neurologis, periksa setelah terjadi kejang, catat frekwensi, waktu, tingkat kesadaran, bagian tubuh yang terlibat dan lamanya aktivitas kejang.

i. Siapkan untuk berkolaborasi dengan dokter dalam mengatasi status efileptikus misalnya: intubasi, pengobatan.

j. Lanjutkan perawatan untuk kejang.a. Supaya memudahkan karena serangan bisa secara tiba-tiba.

b.Untuk memudahkan dalam tindakan apabila terjadi sumbatan jalan nafas.

c. Untuk mengetahui suara dan keadaan jalan nafas.

d.Adanya stridor suatu tanda adanya oedema laring.

e. Kolaborasi dengan dokter untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka karena perawat terbatas akan hak dan wewenang.

f. Agar perawat bisa siap-siap untuk melakukan suatu tindakan.

g.Untuk mencegah penekanan jalan nafas/mempertahankan jalan nafas untuk tetap terbuka.

h.Bila terjadi kejang otomatis O2 ke otak menurun sehingga bisa berakibat fatal ke seluruh jaringan tubuh termasuk pernafasan.

i. Kolaborasi dengan dokter dalam hal tindakan wewenang dokter (pengobatan dan tindakan).

j. Untuk mencegah terjadinya serangan berulang.

3Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output.

Dalam perawatan 2x24 jam diharapkan klien dapat memenuhi kebutuhan aktivitas.

Kreteria hasil :a. Tingkat aktivitas meningkat tanpa dispnoe, tachicardi atau peningkatan tekanan darah.

b. Melakukan aktivitas tanpa bersusah payah.

a. Kaji pola aktivitas yang lalu.

b.Kaji terhadap perubahan dalam gejala muskuloskeletal setiap 8 jam.

c. Kaji respon terhadap aktivitas: Catat perubahan tensi, nadi, pernafasan, hentikan aktivitas bila terjadi perubahan, tingkatkan keikutsertaan dalam kegiatan kecil sesuai dengan peningkatan toleransi, ajarkan pasien untuk memantau respon terhadap aktivitas dan untuk mengurangi, menghentikan atau meminta bantuan ketika terjadi perubahan.

d.Rencanakan perawatan bersama pasien untuk menentukan aktivitas yang ingin pasien selesaikan: Jadwalkan bantuan dengan orang lain.

e. Seimbangkan antara waktu aktivitas dengan waktu istirahat.

f. Simpan benda-benda dan barang lainnya dalam jangkauan yang mudah bagi pasien.a. Untuk membandingkan aktivitas sebelum sakit dan yang akan diharapkan setelah perawatan.

b.Untuk memantau keberhasilan perawatan.

c. Untuk melihat suatu perkembangan perawatan terhadap aktivitas secara bertahap.

d.Dengan merencanakan perawatan, perawat dengan klien dapat mempermudah suatu keberhasilan karena datangnya kemauan dari klien.

e. Untuk mengatasi kelelahan akibat latihan.

f. Untuk menghemat penggunaan energi klien.

Evaluasi1. Mencapai fungsi pernapasan adekuat

a. Menunjukan frekuensi pernapasan dan kedalaman pernapasan normal, dan kekuatan otot normal.b. Auskultasi paru menunjukan bunyi yang bersih.c. Mentaati program medikasi yang telah ditetapkan.d. Mengihindari situasi yang dapat mencetuskan flu dan infeksi, yang dapat memperberat gejala.

2. Mengalami pemulihan krisis Hipoparatiroidisme

a. Menyebutkan tanda dan gejala.b. Mentaati program medikasi3. Klien tidak mengalami cedera apa bila ada kejang berulang.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipoparatiroidisme adalah suatu gangguan pada kelenjar paratiroid yang disebabkan karena hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid

(Hotma Rumahorbo, 1999: 81).

Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh suplai darah terganggu kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid pada saat dilakukan tiroidektomi, paratiroidektomi atau diseksi radikal leher dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital). Atrofi kelenjar paratiroid yang etiologinya kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui.(Brunner & Suddarth, 2001:1321)B. Saran Kelenjar paratiroid adalah suatu organ dalam sistem endokrin yang berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa tersebut membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu hormon paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh seseorang.Oleh karena begitu pentingnya fungsi hormon paratiroid itu, penanganan medis yang tepat, serta asuhan keperawatan yang segera sangat dibutuhkan untuk menangani pasien dengan kelaiana hipoparatiroid. Karena efek penundaan penanganan dapat berakibat buruknya prognosis dan kemungkinan berkembangnya berbagai komplikasi.DAFTAR PUSTAKAa) Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Jakarta: EGC.b) Barbara C. Long, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan), Edisi 3, Hal : 95-101, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan KeperawatanPadjajara, Bandung, 1996.

c) Hortma Rumaharbo, SKp, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin, Hal : 81-84, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Bandung, 199

17