hipokrit atau munafik.docx

16
1. Hipokrit atau Munafik Hipokrit atau munafik ini muncul pada karakter manusia Indonesia sejak masa feodal dan kolonial. Manusia Indonesia sering berpura- pura, lain di muka, lain di belakang. Sistem feodal dan kolonial di masa lampau menekan rakyat dan menindas segala inisiatif rakyat.Sehingga langsung atau tidak langsung, memaksa manusia Indonesia menyembunyikan apa sebenarnya yang dirasakannya, dipikirkannya, dan dikehendakinya. Semua itu disembunyikan karena takut akan mendapatkan ganjaran yang membawa bencana bagi dirinya. 2. Segan dan Enggan Bertanggung jawab Kalimat ”Bukan Saya” sering kali terlontar dari mulut manusia Indonesia. Ini menurutMochtar Lubis merupakan bukti nyata rasa segan dan enggan bertanggung jawab memang ada dalam diri manusia Indonesia. Misalnya, jika terjadi suatu kesalahan atau kegagalan pada suatu lembaga. Maka atasan akan berkata ”Bukan Saya” lalu menggeser kesalahan ke bawahannya. Begitu seterusnya hingga jabatan terbawah. Ketika sampai pada bawahan tetap saja kata ”bukan saya” padaatasan akan berganti menjadi ”Saya hanya melaksanakan perintah dari atasan!” 3. Berjiwa Feodal Feodalisme ini ditandai dengan penguasa sangat tidak suka mendengar kritik. Sedangkanyang lain menjadi segan untuk melontarkan kritik. Manusia yang berada di kalangan atas mengharapkan agar manusia yang di bawahnya mengabdi kepadanya dengan segala bentuk.Begitu pula dengan bawahan, mereka dengan jiwa feodalnya bersedia untuk mengabdi pada yang lebih ’di atas’ tadi. Karena prinsipnya “Asal Bapak Senang”, yang penting selamat dan cari aman. 4. Percaya Takhayul Jika di zaman dahulu manusia percaya gunung, pohon, keris memiliki kekuatan gaib.Begitu pula dengan manusia Indonesia masa sekarang. Sampai sekarangmanusia Indonesia yang modern pun, baik itu yang telah bersekolah dan berpendidikanmodern sekalipun masih terus juga membuat jimat, mantra atau lambang-lambang.Manusia Indonesia sangat cenderung percaya menara, semboyan atau lambang yangdibuatnya sendiri. Misalnya, Pancasila. Manusia Indonsia tidak peduli apakah telahmelaksanakan dengan baik dan benar atau belum Pancasila itu.

Upload: salmia-hajar-iskriani

Post on 01-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hipokrit atau Munafik.docx

1. Hipokrit atau Munafik

Hipokrit atau munafik ini muncul pada karakter manusia Indonesia sejak masa feodal dan kolonial. Manusia Indonesia sering berpura-pura, lain di muka, lain di belakang. Sistem feodal dan kolonial di masa lampau menekan rakyat dan menindas segala inisiatif rakyat.Sehingga langsung atau tidak langsung, memaksa manusia Indonesia menyembunyikan apa sebenarnya yang dirasakannya, dipikirkannya, dan dikehendakinya. Semua itu disembunyikan karena takut akan mendapatkan ganjaran yang membawa bencana bagi dirinya.

2. Segan dan Enggan Bertanggung jawab

Kalimat ”Bukan Saya” sering kali terlontar dari mulut manusia Indonesia. Ini menurutMochtar Lubis merupakan bukti nyata rasa segan dan enggan bertanggung jawab memang ada dalam diri manusia Indonesia. Misalnya, jika terjadi suatu kesalahan atau kegagalan pada suatu lembaga. Maka atasan akan berkata ”Bukan Saya” lalu menggeser kesalahan ke bawahannya. Begitu seterusnya hingga jabatan terbawah. Ketika sampai pada bawahan tetap saja kata ”bukan saya” padaatasan akan berganti menjadi ”Saya hanya melaksanakan perintah dari atasan!”

3. Berjiwa Feodal

Feodalisme ini ditandai dengan penguasa sangat tidak suka mendengar kritik. Sedangkanyang lain menjadi segan untuk melontarkan kritik. Manusia yang berada di kalangan atas mengharapkan agar manusia yang di bawahnya mengabdi kepadanya dengan segala bentuk.Begitu pula dengan bawahan, mereka dengan jiwa feodalnya bersedia untuk mengabdi pada yang lebih ’di atas’ tadi. Karena prinsipnya “Asal Bapak Senang”, yang penting selamat dan cari aman.

4. Percaya Takhayul

Jika di zaman dahulu manusia percaya gunung, pohon, keris memiliki kekuatan gaib.Begitu pula dengan manusia Indonesia masa sekarang. Sampai sekarangmanusia Indonesia yang modern pun, baik itu yang telah bersekolah dan berpendidikanmodern sekalipun masih terus juga membuat jimat, mantra atau lambang-lambang.Manusia Indonesia sangat cenderung percaya menara, semboyan atau lambang yangdibuatnya sendiri. Misalnya, Pancasila. Manusia Indonsia tidak peduli apakah telahmelaksanakan dengan baik dan benar atau belum Pancasila itu. Mereka tetap saja dengan penuh keyakinan bahwa setelah mengucapkannya maka masyarakat Pancasila itu telahtercipta.

5. Berjiwa Artistik

Dari keenam ciri manusia yang dikemukakan Mochtar Lubis hanya ciri inilah yangmerupakan ciri positif. Suatu ciri yang menarik dan mempesonakan dan merupakan sumber dan tumpuan hari depan manusia Indonesia. Manusia Indonesia hidup dengan perasaansensualnya yang kemudian membuat daya artistik berkembang lalu tertuang dalam segalarupa ciptaan artistik. Tapi sifat artistik itu ada kelemahannya, yakni manusia Indonesiacenderung memakai perasaannya dalam berpikir dan bertindak sehingga hal itu bisamenghambat perkembangan hidupnya.

6. Berwatak lemah atau kurang kuat

Manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis mau mengubah keyakinannya agar dapat ”Bertahan”. Kegoyahan watak serupa ini merupakan akibat dari ciri manusia feodal. Diamerupakan segi lain dari

Page 2: Hipokrit atau Munafik.docx

sikap ABS, ciri ini termasuk ke dalam upaya untuk menyenangkanatasan dan menyelamatkan diri. Sikap menyenangkan hati antara kedua belah pihak (yang berkuasa dan yang dikuasai) itu merupakan suatu kegoyahan watak.

Terlepas dari benar atau salah apa yang dikemukakan Mochtar Lubis, paling tidak dapatmenjadi referensi dan introspeksi. Jikalau ciri-ciri negatif tersebut memang ada dan dapatmengganggu atau pembangunan dan pertumbuhan negeri, maka harus cepat diminimalisir bahkan disingkirkan. Karena inti suatu negara bukanlah sistem, namun pembuat dan pelaksana sistemlah yang merupakan faktor penting. Semua manusia di dalamnya, yaknimanusia Indonesia

Secara teori karakter dan prinsip hidup masyarakat Indonesia yang> > cenderung malas, malu untuk berusaha, dan mudah menyerah (Muchtar Lubis,> > 1989). Hal ini bertolak belakang dengan prinsip hidup dan karakter> > masyarakat Tionghoa, yang memiliki semangat untuk maju dan berkembang,> > sikap tidak mudah menyerah dan tidak malu untuk mencoba. Ditambah sikap> > disiplin, konsisten, dan integritas menjadi modal utama keberhasilan etnis> > Tionghoa. Konsekuensinya, etnis Tionghoa dapat bertahan dan berkembang> > dimanapun mereka berada.

Potrem buram bangsa ini seolah sudah melekat mendarah daging. Seperti sulit untuk mendapatkan optimisme ketika rasa pesimisme menjalar secara massif ke dalam setiap elemen masyarakat. Sedikit saja isu dilancarkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab secara mudah banga ini mudah diprovokasi. Rajutan bangsa ini sangat mudah dikoyak oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Citra manusia Indonesia yang ditampilkan secara tidak langsung sudah dibenarkan oleh sikap bangsa ini yang cenderung hipokrit, tidak mau bertanggung jawab dan tipifikasi lainnya yang disampaikan oleh Lubis. Bangsa ini membutuhkan pemimpin minim bicara tapi kaya kinerja. Pemimpin yang dapat bergerak cepat dan tepat. Tentu saja kita tidak mau tipologi yang disampaikan Lubis memang adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri dan memang benar adanya. Akan tetapi kondisi yang disampaikan Lubis seolah-olah masih nyata terlihat beberapa waktu ini, citra manusia yang korup, tidak mengindahkan norma, penuh kekerasan. Sebuah potret yang seharusnya tidak ada dalam wajah manusia indonesia.

Jika kita secara cermat menyaksikan peristiwa kekinian tentu apa yang disampaikan oleh Lubis seolah-olah mendapatkan pembenaran. Dapat disaksikan saat ini permasalaham-permasalahan banyak melanda, seperti beberapa kasus korupsi yang banyak menimpa mulai dari level bawah sampai level atas, minimnya contoh yang baik dari para pemimpin, rendahnya ikatan kebangsaan, rendahnya daya saing Indonesia di kancah dunia, hukum yang mudah dipermainkan dan berpihak kepada penguasa, rakyat yang belum tersejahterakan dan permasalahan-permasalahan lainnya. Negara ini telah menjauh dari kondisi ideal yang menjadi tujuan bersama. Padahal secara lantang pembukaaan UUD 1945 menyatakan tujuan negara Indonesia mulai dari melindungi, mensejahterakan, mencerdaskan, menjaga ketertiban dunia dengan berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Apa yang secara jelas termaktub di dalam pembukaan UUD 1945 seolah hanya menjadi sebuah tulisan yang hanya dibacakan ketika upacara setiap hari senin atau upacara kemerdekaan tanpa dijadikan pedoman setiap kalangan untuk dilaksanakan secara maksimal.

Page 3: Hipokrit atau Munafik.docx

Ciri-Ciri Manusia menurut Mochtar Lubis

Ciri Utama :1. Hipokrit2. Segan dan Enggan Bertanggung Jawab3. Berjiwa Feodal4. Percaya Tahayul5. Berjjiwa Artistik6. Berwatak Lemah atau Kurang Kuat

Ciri Tambahan :1. Kecendrungan Boros2. Tidak Suka Bekerja Keras Kecuali Terpaksa3. Mememntingkan Status4. Kurang Sabar dan Suka Menggerutu5. Cepat Cemburu dan Dengki Terhadap Orang Lain6. Gambang Senang dan Bangga7. Berjiwa Plagiat8. Memiliki Kasih Sayang yang Tinggi9. Berhati Lembut dan Suka Damai10. Berjiwa Humoris yang Tinggi

Tanggapan mengenai Ciri-Ciri Manusia menurut Mochtar Lubis :

1. Hipokrit (Munafik)

Ciri manusia Indonesia yang pertama menurut Mochtar Lubis adalah munafik atau

hipokrit. Dalam ciri yang pertama ini dijelaskan bahwa kemunafikan merupakan sifat

manusia Indonesia sebagai contoh, Pidato-pidato tentang kebajikan dan kebijaksanaan

ada dimana-mana, diucapkan dan didengarkan, namun korupsi masih saja merajalela.

Kemunafikan pada manusia Indonesia ternyata pada masa sekarang sudah merambak

pada berbagai macam aspek, banyak sekali kalau kita perhatikan mulut-mulut manis yang

mengumbar janji, mengatakan yang kebalikan dari apa yang akan dilaksanakan, topeng-

topeng kepalsuan, bagai penebar kebaikan pada tampak luar yang berhati busuk dan

berwatak yang buruk didalamnya. Cenderung masih dapat teramati. Meskipun hal ini

hanya terdapat pada individu-individu ataupun kelompok manusia Indonesia. Tidak

secara mayoritas, tetapi patut dijadikan sebuah intropeksi. Penulis mengambil contoh

sikap hipokrit ini dengan tingkah laku wakil rakyat di negara ini. Cenderung terdapat

perbedaan mutlak antara sikap mereka yang pada saat melakukan kampanye sebelum

terpilih dan ketika mereka terpilih. Mereka cenderung lebih senang berprilaku hedonisme

dengan menuntut beragam fasilitas mewah ketika rakyat yang seharusnya mereka

Page 4: Hipokrit atau Munafik.docx

wakilkan hanya tertidur dengan selimut kumal di atas emperan toko. Mereka sibuk beradu

argumentasi saat melakukan perancangan RUU yang seharusnya untuk kesejahteraan

rakyat, tetapi dengan hasil yang nihil atau bahkan tidak produktif RUU tersebut hanyalah

menjadi lemparan wacana untuk meraup pencitraan. Sikap ini memang tidak dimiliki oleh

semua wakil rakyat kita. Masih banyak wakil rakyat yang peduli dan tidak mau ‘main

mata’ dengan menipu rakyat. Tetapi, apakah sebagian kecil dari mereka mampu bertahan

dengan keadaan terasing akibat keadaan? Penulis pikir, mungkin waktu saja yang bisa

menjawab. Sama seperti milik Mochtar Lubis semua ini hanyalah stereotip (gambaran)

tentang keadaan manusia Indonesia yang tergeneralisasi. benarkah atau tidak benarkah

semua hanyalah tuduhan tapi beralasan. Yang jelas dalam masyarakat kita sekarang masih

ada juga mereka-mereka yang tidak bersifat munafik, mereka yang tidak hipokrisi dan

masih ada mereka yang baik secara luar dan dalam.

2. Segan dan Enggan Bertanggungjawab

Lalu pada ciri yang kedua adalah enggan bertanggung jawab atas perbuatannya, kata

“bukan saya” merupakan suatu kata penyelamat dalam menghadapi sesuatu yang tidak

baik atau berakibat buruk. Lepas dari tanggung jawab dengan mengatakan “saya hanya

melaksanakan tugas dari atasan” merupakan pembelaan paling ampuh dari suatu

kesalahan yang dilakukan. Kata-kata galau dan curahan hati dikeluarkan sebagai ‘air mata

buaya’ agar mendapat belas kasihan dari orang dengan harapan kesalahan tersebut

dimaafkan dan mereka bebas dari tanggung jawab. Kita bisa melihat bagaimana

ketegasan sang pemimpin negara ini, ia lebih senang lepas tangan dengan memberikan

komentar-komentar pepesan kosong dengan wajah yang dibuat melankolis agar

dikasihani. dalam Manusia Indonesia, Mochtar Lubis menyebutkan korupsi yang ada di

Pertamina sebagai contoh nyata, dimana pada saat itu ratusan juta dollar uang negara

dikorupsi, belum lagi pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan oleh jajaran

Pertamina mulai dari Presiden Direktur hingga ke lapisan bawah, namun tidak

seorangpun yang dituntut. Kalau dilihat berarti kebobrokan dalam tubuh Pertamina sudah

berlangsung sekian lama, sampai beberapa waktu lalu semua terbongkar, walau belum

tuntas. 30 tahun lebih berarti memang Pertamina menjalankan semua praktek kotornya.

Selain itu manusia Indonesia jika menerima sesuatu yang bersifat mengangangkat

derajatnya seperti penghargaan dan pujian maka akan langsung diterima, walau mungkin

salah sasaran dalam pemberiannya. Manusia Indonesia menurut yang digambarkan oleh

Mochtar Lubis tidak akan sungkan-sungkan untuk tampil kedepan menerima bintang,

Page 5: Hipokrit atau Munafik.docx

tepuk tangan, surat pujian, piagam penghargaan, dan sebagainya. Dari ciri yang kedua ini

memang sudah sangat menyedihkan apa yang terjadi pada masa tahun 1977 kebelakang

tersebut. namun jika penulis samakan dengan masa tahun 2009, sepertinya kenyataan ini

masih tidak berubah. Lihat saja para pelaku korupsi yang saling salah-menyalahkan, tidak

mau mengaku dan melemparkan tanggung jawab kepada pihak-pihak lain, sampai

akhirnya diketahui bahwa korupsi yang terjadi berjalan secara “Berjamaah”, begitulah

kiranya ditulis dalam beberapa koran.

3. Berjiwa Feodal

Ciri yang ketiga adalah jiwa Feodal yang masih tertanam subur dalam diri Manusia

Indonesia. Sikap ini secara jelas tergambar dari bagaimana sikap manusia Indonesia yang

cenderung selalu mengharapkan penghormatan dari bawahannya. Dikatakan bahwa nilai-

nilai Feodalisme merupakan warisan dari negara-negara kerajaan yang ada pada jaman

dahulu di nusantara, lalu diambil alih oleh para penjajah, terjadi revolusi kemerdekaan

yang sebenarnya bertujuan untuk menghilangkan feodalisme yang ada pada diri manusia

Indonesia. Sikap-sikap feodal ini bersifat destruktif dikarenakan seorang bawahan akan

menganggap mereka yang lebih tinggi dari mereka adalah benar dalam setiap

tindakannya, ketidak bolehan dalam menyangkal walau itu salah sekalipun merupakan

salah satu keburukan dari feodalisme, selain itu juga menghancurkan harkat dan martabat

manusia sebagai manusia yang sama derajatnya dengan manusia lain. seperti yang ada

dalam jaman sekarang dimana seorang bawahan dikatakan tidak sopan jika menegur

atasan karena alasan yang benar, merupakan suatu bentuk dari feodalisme, tidak

didengarnya suara mereka yang ada dibawah sebagai suara manusia juga merupakan

bentuk nyata dari feodalisme yang terjadi pada manusia Indonesia. Lihatlah bagaimana

seorang anak, istri, atau keponakan dari seorang pejabat dapat dengan mudahnya

melewati setiap hambatan dan halangan. Mereka bisa saja diterima menjadi seorang

pegawai atau diangkat menjadi seorang pembesar di sebuah instansi pemerintahan tanpa

harus memperhatikan kualitas yang dimiliki. Sementara mereka yang benar-benar pantas

mendapatkan pekerjaan tersebut, malah dimarginalkan dan dianggap tidak mampu untuk

mendapatkannya. Hanya saja kerajaan yang dimaksud sudah bukan raja lagi sebagai

pemimpin namun raja-raja tersebut sudah diganti namanya menjadi presiden, menteri,

jenderal, presiden direktur dan lainnya. Nyata sekali bahwa feodalisme menghambat

proses perkembangan manusia dikarenakan tidak sampainnya kritik terhadap pemimpin

Page 6: Hipokrit atau Munafik.docx

dikarenakan 2 hal yaitu bawahan yang segan dalam melakukannya dan pemimpin yang

tidak mau mendengar suara dari bawah.

4. Percaya Tahayul

Ciri keempat adalah Manusia Indonesia masih percaya takhayul. Sikap ini selalu muncul

dan menjadi nilai tersendiri dalam kehidupan manusia Indonesia. Penulis menemukan

bahwa dimanapun manusia Indonesia itu lahir dan besar. Nilai-nilai mistis dan tahayul

selalu menyertai pertumbuhannya. Sebut saja, di tempat kelahiran penulis di daerah

Sumatera Selatan. Masyarakat di sana lebih senang tidur semalam suntuk di daerah-

daerah yang dianggap keramat dan mendatangkan rizki daripada membanting tulang

bekerja di ladang. Masyarakat disana juga percaya bahwa di dalam kehidupan ada

larangan atau tindakan pamali yang dapat mendatangkan balak atau musibah ketika

pantangan tersebut dilanggar. Hal-hal seperti memotong kuku di malam hari, duduk di

bawah pintu, atau bersiul di malam hari dianggap perbuatan yang diharamkan untuk

dilakukan. Tidak hanya sampai disana. Penulis juga menemukan, adanya keanehan dalam

prilaku manusia Indonesia yang lebih percaya ramalan seorang dukun atau pawang

daripada mendengarkan penjelasan ilmiah dari seorang dokter mengenai wabah penyakit

pagebluk yang menyerang desa. Manusia Indonesia memang unik, mereka sekolah tinggi-

tinggi bahkan sampai keluar negeri tetapi di dalam saku celana atau ikat pinggang milik

mereka terselip gulungan jimat pelindung dari marabahaya. Menurut hemat penulis,

sudah seharusnya sikap ini diminimalisir atau bahkan dirasionalkan. Kepercayaan

terhadap benda-benda yang dianggap bertuah, semisal keris dan sebagainya patutlah kita

kritisi bersama. Dalam pendekatan sosiologis, penulis menemukan bahwa nilai-nilai

mistis dan kepercayaan manusia Indonesia terhadap tahayul tidak bisa dipisahkan dari

budaya masyarakat setempat. Kebudayaan yang membentuk karakter manusia Indonesia

yang memiliki nilai-nilai kepercayaan terhadap tahayul. Mengambil contoh mengenai

keberadaan Nyai Roro Kidul, yang ada di wilayah di sekitar Pantai Selatan, Pulau Jawa.

sepertinya sudah berlangsung lama semua ini, tak perlu dipertanyakan lagi tentang apa

yang terjadi pada masa 1977 kebelakang tersebut. coba saja lihat keadaan sekarang, siaran

tv menampilkan segala macam sihir, kuntilanak, jailangkung, pocong, genderuwo, dan

aksi dukun-men-dukun. Belum lagi ditambah film-film bioskop yang menampilkan segala

macam judul berbau setan dan makhluk halus, dan film-film layar lebar tersebut dibuat

atas dasar adanya permintaan pasar terhadap jenis film misteri horor. Yang terbaru dari

takhayul ini adalah kisah dukun-dukun cilik yang dapat menyembuhkan sembarang

Page 7: Hipokrit atau Munafik.docx

penyakit, mereka kedapatan pasien sampai puluhan ribu orang dalam sehari. Sungguh

mengejutkan memang dalam keadaan dunia yang sudah modern dan dikuasai oleh iptek

seperti ini masih ada mereka yang mengharapkan keajaiban yang tidak mungkin

dijelaskan oleh rasio. Kepercayaan terhadap segala macam keramat-keramat juga masih

ada di Indonesia, dan para pelakunya juga sebagian adalah manusia-manusia berijazah

yang dikatakan berpendidikan itu. Namun dalam tanggapannya penulis setuju dengan

Sarlito Wirawan, yang mengatakan dalam taggapan terhadap ceramah Mochtar Lubis,

bahwa mengenai mitos dan mistik bukanlah monopoli manusia Indonesia semata,

melainkan suatu sifat hakiki manusiawi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan akan rasa

aman (security need). Selama manusia masih belum bisa mengatasi bahaya-bahaya dan

ancaman-ancaman dengan dengan kemapuan dan ilmu penghetahuannya sendiri, selama

itu manusia masih akan mencari pelindung terhadap mitos dan mistik. Dalam hal manusia

Indonesia Sarlito Wirawan mengatakan bahwa gejala mitos dan mistik ini lebih banyak

terdapat di kalangan “angkatan tua”. Dikarenakan mereka tidak menerima pendidikan

yang layak, namun karena jasa-jasanya pada masa revolusi maka mereka harus mengisi

kedudukan penting dalam pemerintahan. Dengan sendirinya kemampuan dan ilmu yang

mereka milik belumlah cukup untuk memegang jabatan itu dan mereka masih merasa

kurang “secure” dalam memegang jabatan mereka itu, maka larilah mereka kepada

praktek-praktek perdukunan dan mistik. Dikalangan angkatan yang lebih muda seperti

para sarjana atau mahasiswa, terlihat bahwa praktek-praktek mistik sudah jauh berkurang,

meskipun belum dapat dikatakan sudah hilang sama sekali. Sarlito Wirawan yakin dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan dinegara kita, maka mitos dan mistik pun akan makin

berkurang, demikianlah apa yang dikatakan oleh Sarlito Wirawan dalam tanggapannya

terhadap manusia Indonesia ala Mochtar Lubis. Tapi sepertinya pernyataan dari Sarlito

Wirawan tampaknya meleset, kenyataannya di Indonesia hal mistik malah semkin

merebak dari hari-ke-hari, hal ini ditunjukkan dengan munculnya klinik-klinik “spiritual

healing” (yang bagi penulis hal ini merupakan suat modernisasi dari praktek perdukunan

dengan menggunakan bahasa inggris dengan nama “spritual healing”). Ditambah lagi

ilmu psikologi kini memiliki mazhabnya yang keempat yaitu psikologi transpersonal yang

didalamnya membahas dimensi sprirtual manusia termasuk hal-hal mistik. Namun dalam

satu sisi memang benar kegemaran terhadap mistisme ini bukanlah sekedar monopoli dari

manusia Indonesia saja melainkan juga pada masyarakat barat dengan film-film berbau

exorcism, vampir, dracula, zombi, sihir-sihir seperti Harry Potter dan lain sebagainya.

Nampaknya mungkin semua manusia sudah mulai tidak rasional lagi, dan menikmati hal

Page 8: Hipokrit atau Munafik.docx

tersebut, yang dimungkinkan terjadi karena semakin sedikitnya rasa aman yang dapat

dimiliki pada jaman sekarang ini pada sebagian masyarakat yng mengakibatkan

mengambil jalan irasional untuk mendapatkan kebutuhannya akan rasa aman tersebut.

5. Berjiwa Artistik

Ciri kelima dari manusia Indonesia adalah artistik, berjiwa seni, hal ini memang sudah

dapat terlihat dari kayanya budaya daerah yang ada di Indonesia yang dalam tiap-tiap

daerahnya memiliki keseniannya masing-masing. Manusia Indonesia hidup dengan

menghargai keindahan. Ini sudah jadi watak dan karakteristik dari manusia Indonesia. Hal

ini dapat kita lihat dan amati dari bagaimana karya-karya yang dihasilkan oleh manusia

Indonesia. Ia hidup dari naluri dengan mencintai unsur-unsur estetika alam yang

dikembangkan oleh perasaan manusia Indonesia. Mereka sudah terkenal sejak berabad-

abad silam dengan hasil karya yang luar biasa. Terlihat dari bagaimana banyaknya

penemuan artefak dan prasasti yang menggambarkan keagungan dan keluhuran budaya

kesenian. Manusia Indonesia, sudah mulai belajar untuk mengekspresikan keindahan

sejak masa prasejarah. Ditemukannya berbagai macam patung, lukisan, tembikar, dan

tulisan di atas daun lontar merupakan bukti nyata mengenai sikap manusia Indonesia

dalam mengekpresikan keindahan dalam sebuah benda atau objek tertentu. Kesenian

merupakan hasil dari kebudayaan, dengan demikian maka masyarakat Indonesia memang

memiliki jiwa berkarya dan mencintai keindahan. Belum lagi ditemukan peninggalan-

peninggalan bangunan kuno, seperti candi-candi yang menakjubkan, menandakan bahwa

manusia Indonesia memiliki peradabannya sendiri. bahkan dimasa sekarang ini musik

Indonesia dikabarkan telah “menjajah” negeri tetangganya Malaysia, dengan adanya

suatu bentuk pemboikotan terhadap radio swasta di Malaysia, dikarenakan lebih sering

memutar lagu artis dari Indonesia dibandingkan lagu dari artis lokalnya sendiri. selain itu

banyak juga hasil karya asli anak bangsa yang sudah diekspor keluar negeri dan

kebanyakan dari hal itu adalah karya-karya kesenian. Jadi kalau masalah seni bangsa ini

tidak perlu takut, selama masih ada generasi penerus yang mau mempertahankannya

maka kesenian tradisional ini akan selalu terjaga kelestariannya. Manusia Indonesia

menurut penulis adalah manusia yang memiliki kemampuan untuk membangkitkan nilai-

nilai seni dari hasil karya yang dihasilkannya. Tetapi, sayangnya manusia Indonesia

belum mampu secara maksimal untuk lebih menjaga dan menghargai karya seni tersebut.

Melihat dari bagaimana banyaknya pembajakan terhadap berbagai macam hasil karya

mereka. Manusia Indonesia, memang bisa menghargai seni, tetapi hanya sedikit sekali

Page 9: Hipokrit atau Munafik.docx

dari mereka yang mampu untuk mempertahankan hasil karyanya sebagai karya agung

yang dapat diakui hak-haknya.

6. Berwatak Lemah atau Kurang Kuat

Ciri yang keenam adalah memiliki watak dan karakter yang lemah. Tidak kuatnya

manusia Indonesia dalam mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya

merupakan bahasan yang menjadi inti ciri keenam manusia Indonesia. Ini terdapat pada

kecenderungan manusia Indonesia untuk berubah-ubah keyakinannya terhadap

pandangan hidupnya. Manusia Indonesia, cenderung memiliki watak yang goyah dan

ikut-ikutan terhadap kaum mayoritas. Sifat ini akan cenderung muncul ketika manusia

Indonesia berada pada pengaruh orang yang dianggap kuat dan dituahkan dalam

lingkungan hidupnya. Manusia Indonesia, terkadang bersikap plin-plan terhadap

keputusan yang harus mereka ambil dalam sebuah keadaan. Mereka lebih senang,

mendengarkan dan mengikuti arus. Sehingga berkesan konservatif pada keadaan.

Memang dalam pengamatan penulis, tidak semua manusia Indonesia berlaku demikian.

Tetapi umumnya sifat ini masih dapat kita temukan sampai pada masa sekarang. Mochtar

Lubis mengatakan hal ini ditandai dengan adanya pelacuran-pelacuran Intelektual dalam

banyak bidang. Pelacuran intelektual sebagai contohnya adalah manipulasi hasil yang

ditujukan agar dapat mempertahankan suatu penguasa lain, seperti seseorang ahli pangan

mengatakan bahwa tidak berbahaya menggunakan suatu produk dari produsen tertentu,

padahal produk yang dijual mengandung zat yang berbahaya bagi pengkonsumsi, namun

karena sudah diberikan upah, maka ahli tersebut menutupi kenyataan dan mengatakan

bahwa tidak ada yang salah pada produk tersebut, sehingga dikatakan sebagai pelacuran

intelektual. Yang terjadi kini dalam pemerintahan adalah dengan adanya kebijakan-

kebijakan yang bersifat menyengsarakan rakyat, para ahli yang bersangkutan pada

bidangnya masing-masing tidak melakukan apa-apa walaupun tahu pada kenyatannya

bahwa kebijakan yang ada itu salah, sehingga para ahli itu dapat dikatakan sebagai

pelacur intelek. Tidak kuatnya seseorang dalam mempertahankan kebenaran akan

membawa keburukan bagi masyarakat luas, dikerenakan tanpa kebenaran maka yang

terjadi adalah pembolak-balikkan yang menuju pada ketidak jelasan, sehingga yang

terjadi adalah bergesernya nilai-nilai dalam masyarakat kearah yang negatif.

Keenam ciri ini memang berkesan menjelek-jelekkan bangsa sendiri, namun dengan ini

semua diharapkan tidak menjadi suatu bentuk kebencian terhadap bangsa sendiri,

melainkan sebagai cermin dalam bertindak. Walau semua penjabaran Mochtar Lubis

Page 10: Hipokrit atau Munafik.docx

adalah subjektif dan tidak mewakili, namun sepertinya kalau dipikirkan ada kebenaran

dalam pengamatan yang telah ia lakukan. Menurut ST Sularto (dalam Kompas) pernah

ketika tahun 1982 Mochtar Lubis diminta merefleksikan kembali ”manusia Indonesia”,

dengan tegas ia mengatakan tidak ada perubahan. Makin parah. Andaikan permintaan itu

disampaikan kembali, di saat Mochtar Lubis sudah tiada (meninggal 2 Juli 2004), niscaya

ia menangis di alam baka. Bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang kerdil, bukan bangsa

yang lemah, namun bangsa yang belum menunjukkan taringnya kepada dunia.

Diharapkan pada masa yang akan datang manusia Indonesia menjadi bangsa yang besar,

yang berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan bangsa-bangsa lain, walau

sekarang sudah demikian adanya namun rasanya masih ada sebagian dari manusia-

manusia Indonesia yang tidak merasakan hal yang sama.

Meskipun keenam sifat yang dijelaskan oleh Mochtar Lubis tersebut seakan terlalu umum

dan universal. Beliau juga menambahkan ciri-ciri manusia Indonesia yang lebih

bervariasi dari keenam sifat tersebut. Ciri tersebut antara lain tidak hemat, tidak mau

bekerja keras kecuali dipaksa, kurang sabar, memiliki sifat cemburu dan dengki terhadap

keberhasilan sesamanya. Tetapi, dibalik semua sifat negatif tersebut. Mochtar juga

menambahkan bahwa manusia Indonesia juga memiliki sisi positif, seperti ramah, saling

toleransi satu sama lain, memiliki rasa humor yang tinggi, mau belajar, serta memiliki

solidaritas antar sesamanya.

Sumber Bahan :

http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/05/ciri-manusia-indonesia-versi-mochtar-lubis-

86557.html

http://metalingua.wordpress.com/tag/manusia-indonesia/

http://superkoran.info/?p=1826

http://bujangpolitik.blogspot.com/2012/01/cerminan-manusia-indonesia-dalam.html