hipokratik- tinjauan
DESCRIPTION
.TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Skrining / penapisan farmakologi adalah suatu metode untuk mengetahui aktivitas
farmakologik suatu zat. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba
setelah diberi zat uji. Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk mengetahui
aktivitas farmakologi suatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini dilakukan dengan
melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba setelah diberi zat uji.
Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu obat atau
bahan obat yang belum diketahui sebelumnya, baik yang berasal dari alam maupun
semisintetis. Cara ini didasarkan atas bahwa obat bila berinteraksi dalam materi biologis
dalam tubuh akan menghasilkan efek tertentu tergantung pada dosis yang diberikan.
Penapisan farmakologi pendahuluan dilakukan menurut metode Malon-Robichoud mengenai
penapisan hipokratik yang dimodifikasi. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul
pada hewan percobaan setelah diberi suatu obat.
Skrining ini dapat membedakan suatu obat/bahan yangberguna dan yang tidak
berguna dengan cepat dan biaya yang relatif murah. Darinya akan dihasilan profil
farmakodinamik obat/bahan. Selain itu dapat diketahui efek farmakologi pada suatu obat
yang belum diketahui sebelumnya, sehingga diperoleh perkiraan efek farmakologi
berdasarkan pendekatan data parameter-parameter yang diketahui. Penelitian ini
menggunakan metode penapisan hipokratik yang dipertajam dengan uji-uji spesifik
diantaranya seperti uji viskositas, ujiaktivitas motorik, uji perpanjangan waktu tidur, uji anti
konvulsi dan uji efek hipotensi.
Dalam percobaan farmakologi, volume cairan yang diberikan kepada hewan
percobaan tidak boleh melebihi jumlah tertentu. Zat atau obat yang disediakan dalam
praktikum ini antara lain yang memberikan efek depresan SSP, perangsang SSP,
simpatomimetik, parasimpatomimetik, simpatolitik, muscle relaxant, analgesik,
vasokonstriktor, dan vasodilator. Pada percobaan ini akan dilakukan evaluasi dan
pengelompokan efek-efek yang timbul padahewan uji (tikus) berdasarkan efek yang dapat
ditimbulkan oleh zat atau obat tersebut. Prinsip dasar penapisan atau skrining farmakologi ini
ialah mencari persen aktivitas yangterjadi pada setiap kelompok efek–efek tersebut,
kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan persen aktivitas yang paling besar. Semakin
besar persen aktivitas pada suatu efek maka zat atau obat uji semakin mempunyai
kecenderungan berasal dari kelompok efek tersebut.
Uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat yang belum
diketahui efeknya serta untuk mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek fisiologis atau
tidak sehingga disebut sebagai penapisan hipokratik (penapisan awal). Penapisan ini masih
merupakan prediksi. Dasar dari metode ini yaitu, bahwa bila obat berinteraksi dengan materi
biologis dalam tubuh akan menghasilkan efek tertentu, tergantung pada dosis yang diberikan.
Sistem saraf biasanya dibagi menjadi susuna saraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang). Serta susunan saraf perifer, yang terbagi menjadi 2, yaitu susunan syaraf motoris
(yang bekerja sekehendak kita) serta susuna saraf otonom yang bekerja menurut aturannya
sendiri.
Farmakodinamik adalah ilmu cabang yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi
obat serta mekanisme kerjanya. Menurut teori pendudukan reseptor, intensitas efek obat
berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki atau diikatnya, dan intensitas efek
mencapai maksimal bila seluruh reseptor diduduki oleh obat. Efek obat umumnya timbul
karena interaksi obat dengan reseptor. Pada sel suatu organisme reaksi ini menyebabkan
perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respon khas obat tersebut : reseptor obat
merupakan komponen mikromolekul fungsional yang mencakup 2 konsep penting. Pertama,
obat dapat merubah kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, obat tidak menimbulkan suatu
fungsi baru, tetapi hanya memodifikasi fungsi yang sudah ada
Berikut adalah beberapa aktivitas/ profil farmakodinamik yang akan diuji dalam
skrining hipokratik :
1. Parasimpatomimetik
Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan
efek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatis, karena melepaskan neurohormon
asetilkolin di ujung-ujung neuronnya. Efek-efek yang muncul setelah pemberian
kolinergika adalah:
Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar
ludah dan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dll.
Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung,
vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.
Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan
sekresi dahak diperbesar.
Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya
tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.
Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin.
Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.
Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.
2. Simpatomimetik
Simpatomimetika atau adrenergika adalah zat-zat yang dapat menimbulkan (sebagian)
efek yang sama dengan stimulasi susunan simpaticus dan melepaskan noradrenalin di
ujung-ujung sarafnya. Efek-efek yang ditimbulkan adalah:
Vasokonstriksi otot polos dan menstimulsi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya
antar lain sekresi liur dan keringat.
Menurunkan peristaltik usus.
Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.
Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.
3. Simpatolitik
Simpatolitika atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh
aktivitas susunan saraf simpatis. Efeknya melawan efek yang ditimbulkan oleh
simpatomimetika.
4. Analgetik
Analagetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
5. Vasodilator
Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat melebarkan pembuluh darah
secara langsung.
6. Vasokonstriktor
Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan vasodilator.
7. CNS Activation
Zat-zat yang dapat merangsang SSP. Efek-efek yang ditimbulkan adalah:
Konvulsi.
Meningkatkan laju pernapasan. Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan antara lain:
- Aktivitas motorik meningkat
- Temperatur rektum naik
- Rasa ingin tahu meningkat
8. CNS Depressant
Zat-zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan CNS
activation. Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan antara lain:
· Aktivitas motorik menurun
· Laju pernapasan menurun
· Hilang refleks pinal
· Paralisa kaki
· Hilang daya cengkeram
9. Muscle Relaxant
Efek yang ditimbulkan mirip dengan CNS depressant.
Daftar bobot untuk parameter-parameter yang diamati
No Parameter
Faktor
bobot Kriteria aktivitas
1 Kelopak mata turun 1 PEN.SSSP/SIMPL/REL.OT
2 Bulu berdiri 0,5 SIMM/PARASIMM
3 Ekor berdiri 0,5 ANALG
4 Bola mata menonjol 1,5 SIMM
5 Ekor/telinga merah 1 VASODILATASI
6 Ekor/telinga pucat 2 VASOKONSTRIKSI
7 Fasikulasi 1 STIM.SSP/PARASIMM
8 Tremor 1 STIM.SSP
9
Aktiv. Motorik
menurun 1 PEN.SSP/SILML, REL.OT
10
Aktiv. Motorik
meningkat 1 STIM.SSP
11 Respirasi meningkat 2 STIM SSP
12 Respirasi menurun 2 PEN.SSP/REL.OT
13 Gerak berputar 1 STIM.SP/ANALG
14 Ekor bergelombang 1 STIM..SSP
15 Agresif 1 STIM.SSP
16 Rasa ingin tahu á 1 STIM.SSP
17 Rasa ingin tahu â 1 PEN.SSP/REL.OT
18 Refleks kornea 1 PEN.SSP
hilang
19
Refleks telinga
hilang 1 PEN..SSP/REL.OT
20 Refleks ballik hilang 1 PEN.SSP
21 Salivasi 2 PARASIMM
22 Lakrimasi á 0,5 PARASIMM
23 Lakrimasi â 2 SIMM
24 Air mata berdarah 1,5 PARASIMM
25 Paralisa kaki 1 PEN.SSP/REL.OT
26 Tremor 1 STIM.SP
27 Konvulsi 1
STIMM.SSP/SIMM/SIML/
PARASIMM
28 Urinasi 2 PARASIMM
29 Diare 1 PARASIMM
30 Temperatur rektum á 2 SRIM.SSP/SIMM
31 Temperatur rektum â 1 PEN.SSP/SIML/PARASIMM
32 Jatuh dari rotaroad 1 PEN.SSP/REL.OT
33 Katalepsi 1 PEN.SSP
34
Tonus tubuh
menurun 1,5 PEN.SSP/REL.OT
35
Tonus tubuh
meningkat 2 RTIM.SSP
36 Reaksi plat panas á 1 PEN,SSP/REL.OT/ANALG
37 Reaksi jepit ekor â 1 PEN.SSP/REL.OT/ANALG
38 Menggeliat 0,5 REL..OT
39 Pandangan tak lurus 2 PEN.SSP
40 Pupil mengecil 1,5 PARASIMM/SIML/PEN.SSP
41 Pupil melebar 0,5 SIML/PARASIML/ANALG
42 Ekor naik 0,5 ANALG
43 Berat badan â 1,5
44 Berat badan á 2
Hewan percobaan yang akan kami bahas yaitu mencit karena pada praktikum ini kami
menggunakan mencit sebagai hewan coba.
Mencit
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Order : Rodentia
Family : Muridae
Subfamily : Murinae
Genus : Mus
Species : M.musculus
Memiliki panjang dari hidung sampai ekor 7.5–10 cm dan panjang ekor 5–10 cm;
memilki berat 10–25 g, memilki panjang kaki hanya 15–19 mm; dapat melompat sampai 45
cm. Mencit dapat menerima gelombang ultrasonic sampai 100 kHz dan aktif pada malam
hari, mencit bersifat penakut , fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya. memiliki suhu
tubuh normal 47,4 0C laju respirasi normal 163 tiap menit.
Mencit dijadikan hewan percoabaan di laboratorium karena mencit merupakan mamalia
dan danya homolog dengan manusia. Selain itu mencit mudah ditangani, tidak mahal, dan
cepat bereproduksi.
Dalam percobaan farmakologi, volume cairan yang diberikan kepada hewan percobaan
tidak boleh melebihi jumlah tertentu. Adapun volume maksimum pemberian obat pada
mencit yaitu :
Hewan Percobaan
Batas volume maksimum (ml) perekor untuk cara pemberian
IV IM IP SC ORAL
Mencit 0,5 0,05 1 0,5 1
Adapun jumlah obat yang diberikan kepada hewan percobaan dihitung berdasarkan pada
rumus :
VAO = Berat (kg ) x Dosis (mg /kgBB)
Konsentrasi (mg /ml)
Faktor yang mempengaruhi hasil percobaan adalah kondisi mencit yaitu keadaan
kandang, suasana kandang baru yang (asing), pengamatan hewan dalam kandang, dan
keadaan ruangan tempat hidup hewan percobaan (cuaca).
DAFTAR PUSTAKA
- Katzung, Bertram G. (2004). Basic & clinical pharmacology, 9th Edition, Lange
Medical Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-book version of the text).
- Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.