hipertensi dan komplikasi serebrovas
DESCRIPTION
klinisTRANSCRIPT
HIPERTENSI DAN KOMPLIKASI SEREBROVAS-KULAR
Hipertensi yang tidak diobati dengan baik akhirnya menyebabkan komplikasi pada target organ yaitu
jantung, mata, ginjal dan otak (serebrovaskular).
Komplikasi hipertensi pada otak dapat bersifat akut atau kronik. Komplikasi hipertensi pada otak yang
sifatnya akut biasanya karena kenaikan tekanan darah yang cepat dan mendadak seperti pada
ensefalopati hipertensi. Sedangkan komplikasi yang bersifat kronik berupa kelainan-kelainan pembuluh
darah otak berupa:
1. Nodular atherosklerosis (atheroma)
2. Charcot-Bouchard aneurysm
3. Fibrinoid necrosis
1. Nodular atherosklerosis (atheroma)
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko terpenting untuk terjadinya atheroma di pembuluh darah
otak. Faktor risiko lainnya adalah: diabetes melitus, merokok, hiperkolesterolemia.. Atheroma dapat
menyebabkan komplikasi stroke nonhemoragik.
2. Charcot-Bouchard aneurysm
Hipertensi dianggap sebagai satu-satunya faktor utama untuk terjadinya aneurisma ini. Tekanan darah
yang terus menerus tinggi dan sudah disertai komplikasi aneurisma Charcot-Bouchard dapat
mengakibatkan komplikasi stroke hemoragik.
3. Fibrinoid necrosis
Komplikasi lain hipertensi pada pembuluh darah otak adalah terjadinya fibrinoid necrosis. Kelainan
pembuluh darah ini akan bermanifestasi klinis sebagai hipertensi maligna.
Berdasarkan perubahan pembuluh darah otak akibat hipertensi, maka komplikasi serebrovaskuler
hipertensi dapat berupa :
1. Ensefalopati hipertensi
2. Hipertensi maligna
3. Stroke hemoragik
4. Stroke non hemoragik
ENSEFALOPATI HIPERTENSI
Hypertensive encephalopathy (HE) atau ensefalopati hipertensi adalah sindrom klinik akut reversibel
yang dipresipitasi oleh kenaikan tekanan darah tiba-tiba sehingga melampaui batas otoregulasi otak. HE
dapat terjadi pada normotensi yang tekanan darahnya mendadak naik menjadi 160/100 mmHg.
Sebaliknya mungkin belum terjadi pada penderita hipertensi kronik meskipun tekanan arteri rata-rata
mencapai 200 atau 225 mmHg.
Selain akibat kegagalan atau keterlambatan pengobatan penderita hipertensi, HE juga dapat terjadi
akibat penyakit tertentu.
Tabel 3. Etiologi hipertensi ensefalopati
Malignant hypertension of any cause:
Acute glomerulonephritis
Eclampsia
Renovascular hypertension
Post coronary artery bypass hypertension
Abrupt withdrawal of antihypertensive therapy
Monoamine oxidase inhibitor-tyramine interaction
Pheochromocytoma
Phencyclidine poisoning
Phenylpropanolamine overdose
Acute renal artery occlusion
Transplant renal artery stenosis or acute rejection
Acute or chronic spinal cord injuries
Komplikasi pada penderita stroke
Selama menjalani perawatan di RS, pasien stroke dapat mengalami komplikasi akibat penyakitnya.
Komplikasi yang umum terjadi adalah bengkak otak (edema) yang terjadi pada 24 jam sampai 48 jam
pertama setelah stroke. Berbagai komplikasi lain yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
- Kejang: Kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke perdarahan. Kejadian kejang umumnya
memperberat defisit neurologik
- Nyeri kepala: walaupun hebat, umumnya tidak menetap. Penatalaksanaan membutuhkan analgetik
dan kadang antiemetic
- Hiccup: penyebabnya adalah kontraksi otot-otot diafragma. Sering terjadi pada stroke batang otak,
bila menetap cari penyebab lain seperti uremia dan iritasi diafragma.
Selain itu harus diwaspadai adanya:
- pneumonia nosocomial
- Transformasi hemoragik dari infark
- Hidrosefalus obstruktif
- Peninggian tekanan darah. Sering terjadi pada awal kejadian dan turun beberapa hari kemudian.
- Demam dan infeksi. Demam berhubungan dengan prognosa yang tidak baik. Bila ada infeksi umumnya
adalah infeksi paru dan traktus urinarius.
- Emboli pulmonal. Sering bersifat letal namun dapat tanpa gejala. Selain itu, pasien menderita juga
trombosis vena dalam (DVT).
- Abnormalitas jantung. Disfungsi jantung dapat menjadi penyebab, timbul bersama atau akibat stroke.
Sepertiga sampai setengah penderita stroke menderita komplikasi gangguan ritme jantung.
- Gangguan fungsi menelan, aspirasi dan pneumonia. Dengan fluoroskopi ditemukan 64% penderita
stroke menderita gangguan fungsi menelan. Penyebab terjadi pneumonia kemungkinan tumpang tindih
dengan keadaan lain seperti imobilitas, hipersekresi dll.
- Kelainan metabolik dan nutrisi. Keadaan undernutrisi yang berlarut-larut terutama terjadi pada pasien
umur lanjut. Keadaan malnutrisi dapat menjadi penyebab menurunnya fungsi neurologis, disfungsi
kardiak dan gastrointestinal dan abnormalitas metabolisme tulang.
- Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia. Akibat pemasangan kateter dauer, atau gangguan fungsi
kandung kencing atau sfingter uretra eksternum akibat stroke.
- Perdarahan gastrointestinal. Umumnya terjadi pada 3% kasus stroke. Dapat merupakan komplikasi
pemberian kortikosteroid pada pasien stroke. Dianjurkan untuk memberikan antagonis H2 pada pasien
stroke ini.
- Dehidrasi. Penyebabnya dapat gangguan menelan, imobilitas, gangguan komunikasi dll.
- Hiponatremi. Mungkin karena kehilangan garam yang berlebihan.
- Hiperglikemia. Pada 50% penderita tidak berhubungan dengan adanya diabetes melitus sebelumnya.
Umumnya berhubungan dengan prognosa yang tidak baik.
- Hipoglikemia. Dapat karena kurangnya intake makanan dan obat-obatan.
Dampak stroke tidak hanya dirasakan oleh penderitanya namun juga oleh orang-orang terdekatnya
(anggota keluarga inti). Dampak psikologis yang sering ditemui adalah depresi. Depresi terjadi karena
penderita menyadari bahwa dirinya tidak memiliki stamina seperti sebelumnya, dan dalam kadar yang
berbeda, penderita tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal dan secara mandiri
kesadaran ini menimbulkan perasaan tidak berdaya, tidak berguna, perasaan menjadi beban orang lain
sehingga sering mereka tampak sedih, melamun atau menangis
Situasi pasca stroke bukanlah situasi yang mudah untuk dihadapi. Selain mempengaruhi hubungan di
antara anggota keluarga dan penderitanya, kelelahan secara fisik dan mental juga dialami oleh anggota
keluarga yang merawat. Keadaan ini tidak dapat dipastikan akan berlangsung berapa lama, tergantung
pada kondisi penderita (stroke ringan yang menyebabkan pikun beberapa hal atau stroke berat sampai
lumpuh) dan juga penerimaan keluarga akan kondisi ini serta bagaimana mereka menyesuaikan diri
menghadapi kondisi tersebut.
Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan dengan singkat, bahwa tahanan dari pembuluh
darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah yang datang. Apalagi dalam otak pembuluh
darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis memiliki tahanan yang juga kecil.
Kemudian bila tekanan darah melebihi kemampuan pembuluh darah, maka pembuluh darah ini akan
pecah dan selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang memiliki prognosis yang tidak baik