hidup itu seperti sebatang rokok
DESCRIPTION
Cerita pendek tentang kehidupanTRANSCRIPT
Hidup itu seperti sebatang rokok
Senja itu tak seperti biasanya terdengar detak jam dinding yang
terus berjalan yang seolah tiada lelahnya, aku sendiri dengan alunan
musik reggae yang alunanya perlahan menenggelamkanku bersama
tenggelamnya sang surya
Kupandangi sebatang rokok yang terselip diantara jari tengah dan
jari telunjuk tangan kananku, perlahan apinya baranya membakar
lintingan tembakau itu dan menyisakan abu. Sesekali ku hisap lintingan
tembakau itu dan aku begitu menikmatinya, bahkan dengan asiknya. Dan
ketika baranya kian mendekat ke pangkal lintingan itu kucoba
mengisapnya sekali lagi dan kali ini benar-benar sudah tak bisa ku hisap
lagi.
Ketika bara itu padam perlahan hati kecilku bertanya, apakah hidup ini
juga seperti lintingan itu ? dinyalakan, dinikmati hingga habis dan hanya
menyisakan abu ? jika hidup ini bagai lintingan itu sudah seberapa banyak
yang kuhisap, seberapa banyak lintingan itu terbakar ? tiba-tiba aku ingin
berjalan ke masa lalu rasanya ingin bercerita pada diri sendiri tentang
kata demi kata, lembar demi lembar dan catatan demi catatan. Seolah
lembaran-lembaran itu berisi semua hal yang takkan bisa dilakukan orang
lain, seolah dengan lantang dan begitu sombongnya aku bercerita pada
diriku sendiri. Dan terus berkata “aku adalah yang terbaik dan selalu yang
terbaik”, hati kecilku terlihat tersenyum sinis melihat dan mendengar aku
bercerita tentang lembaran demi lembaran cerita itu, dan tiba-tiba keluar
sepatah kata yang entah kenapa seolah kata itu begitu tajam, bahkan
lebih tajam dari pedang sekalipun. “sampai kapan kau akan hidup dalam
kebohongan ?”. kata-kata itu begitu lembut dia ucapkan sperti racun yang
masuk ke pikiranku secara perlahan, sampai merusak sistem syarafku.
Mulutku seperti terpaku tak mampu mengucap satu kata pun, aku hanya
mampu memandangi sisa lintingan yang kubakar tadi, entah mengapa
mataku tiba-tiba menangis.
“untuk apa kau menyombongkan kepadaku tentang yang ada dalam
lembaran-lembaran masa lalumu, sedangkan kini aku hanya melihatmu
tak ubahnya seperti abu rokok yang ada di depanmu itu !, kau hanya
terus menghibur dan meyakinkan dirimu bahwa kau yang terhebat kau
memiliki segalanya. Tapi lihat siapa dirimu sekarang ? “
Mataku seolah menyalahkanku dengan limpahan airmatanya yang begitu
deras, tak henti-hentinya.dadaku terasa kian sesak seolah saluran
pernafasanku tertutup oleh rasa sesal.
seolah aku baru melihat terangnya dunia, ternyata aku tak ubahnya
seperti semut yang berjalan di atas dunia. Kini aku melihat burung-burung
terbang tinggi menggapai awan, menikmati seisi jagad raya .
“jika hidup ini seperti rokok yang telah kau bakar, kau jangan terus
menikmati asapnya hingga tak kau sadari baranya menggergoti rokokmu.
Hisaplah rokok itu di untuk mendapatkan asap lagi untuk kau nikmati. Dan
jadikan abunya pelajaran !”