hemoptisis
DESCRIPTION
pptTRANSCRIPT
PendahuluanPendahuluan
• Gejala atau tanda dari suatu penyakit
• Penyebab batuk darah sangat beragam
• Laju perdarahan dan lokasi perdarahan volume perdarahan
• Pertolongan segera dan pengawasan medis
• Ekspektorasi darah akibat perdarahan yang keluar dari jalan napas
• Penanganan segera
• Mengganggu pertukaran gas di paru dan dapat mengganggu kestabilan hemodinamik
ANATOMI VASKULARISASI PARUANATOMI VASKULARISASI PARU
• Sirkulasi pulmoner dan sirkulasi bronkial
• Sirkulasi bronkial : – Cabang dari aorta desenden– Nutrisi pada paru dan saluran napas – Tekanan pembuluh darah sistemik – Cenderung terjadi perdarahan lebih hebat/banyak
• Sirkulasi pulmonar – Berasal dari atrium kanan– Mengatur pertukaran gas – Tekanan rendah ( 15-18 mmhg )– Cenderung perdarahan sedikit
Skema sirkulasi bronkial dan anastomosis sirkulasi bronkial dengan sirkulasi Skema sirkulasi bronkial dan anastomosis sirkulasi bronkial dengan sirkulasi pulmonarpulmonar
Am Rev Respir Dis 1987;135:463-81
ETIOLOGIETIOLOGI
• Etiologi beragam• Terbanyak akibat tuberkulosis,
keganasan (bronchogenic carcinoma), bronkiektasis, pneumonia dan bronkitis
• Penyebab lain : kelainan jantung, hematologis, pembuluh darah, kelainan sistemik, akibat obat, trauma/iatrogenik, benda asing, endometriosis, infeksi lainnya
• Ekspektorasi darah dalam jumlah besar atau batuk darah masif : 5% dari selurun penderita batuk darah
• Kekerapan batuk darah yang berakibat fatal mencakup 7-32% penderita batuk darah masif.
PATOGENESISPATOGENESIS
• Penyakit/kelainan pada parenkim paru, sistem sirkulasi bronkial atau pulmoner, maupun pleura sehingga terjadi perdarahan pada kedua sistem sirkulasi tersebut
DIAGNOSISDIAGNOSIS
• Hemoptisis, epistaksis atau hematemesis
• Definisi hemoptisis masif berbeda di berbagai institusi yaitu antara 200-1000 mL/24 jam
• Kebanyakan : laju perdarahan 600 ml/24 jam.
• Bagian Pulmonologi FKUI/RS Persahabatan Jakarta masih menggunakan kriteria MASIF yang diajukan Busroh (1978) sebagai berikut :
– Batuk darah sedikitnya 600 mL /24 jam– Batuk darah < 600 mL/24 jam, tapi lebih dari 250
mL/24 jam, Hb < 10g% dan masih terus berlangsung
– Batuk darah < 600 mL/24 jam, tapi lebih dari 250 mL/24 jam, Hb > 10g% dalam 48 jam belum berhenti.
PEMERIKSAAN FISIS
• Pemeriksaan fisis dapat membantu diagnosis penyebab hemoptisis
• Stridor atau mengi dapat memberikan petunjuk tumor/benda asing di daerah trakeolaring.
• Gambaran saddle nose atau perforasi septum dapat menunjukkan granulomatosis Wegener.
• Jari tabuh (clubbing fiber) memberikan petunjuk kemungkinan keganasan intratorakal dan supurasi intratorakal (abses paru, bronkiektasis)
PEMERIKSAAN PENUNJANGPEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan sputum• Pemeriksaan lab• Pemeriksaan radiologi• Bronkoskopi• Lainnya sesuai indikasi
TATALAKSANA
• Prinsip penatalaksanaan hemoptisis :– Menjaga jalan napas dan stabilisasi penderita– Menentukan lokasi perdarahan– Memberikan terapi
• Prioritas tindakan awal penderita lebih stabil, kemudian mencari sumber dan penyebab perdarahan.
• Mencegah risiko berulangnya hemoptisis
• Penderita dengan hemoptisis masif harus dimonitor dengan ketat di instalasi perawatan intensif
LANGKAH I : MENJAGA JALAN LANGKAH I : MENJAGA JALAN NAPAS DAN STABILISASI NAPAS DAN STABILISASI
PENDERITAPENDERITA• Menenangkan dan mengistirahatkan
penderita • Menjaga jalan napas tetap terbuka • Resusitasi cairan dan bila perlu transfusi• Laksan (stool softener) • Obat sedasi ringan • suplementasi oksigen• Instruksi cara membatukkan darah dengan
benar
• Penderita dengan keadaan umum berat dan refleks batuk kurang adekuat, maka posisi penderita Tredelenberg mencegah aspirasi darah ke sisi yang sehat
• Pipa endotrakeal berdiameter besar
• Bronkoskopi serat optik lentur untuk evaluasi, melokalisir perdarahan dan tindakan pengisapan (suctioning).
LANGKAH II : LOKALISASI SUMBER LANGKAH II : LOKALISASI SUMBER DAN PENYEBAB PERDARAHANDAN PENYEBAB PERDARAHAN
• Pemeriksaan radiologi (foto toraks, payar paru, angiografi)
• Bronkoskopi (BSOL maupun bronkoskop kaku)
LANGKAH III : PEMBERIAN LANGKAH III : PEMBERIAN TERAPI SPESIFIKTERAPI SPESIFIK
1. Bronkoskopi terapeutik– Bilas bronkus dengan larutan
garam fisiologis dingin (iced saline lavage)
– Pemberian obat topikal– Tamponade endobronkial– Fotokoagulasi laser (Nd-YAG
Laser)
2. Terapi non-bronkoskopik
– Pemberian terapi medikamentosa • Vasopresin intravena • Asam traneksamat (antifibrinolitik) • Vitamin k• Vitamin c• Kortikosteroid sistemik pd autoimun• Gonadotropin releasing hormon agonist (GnRH)
atau danazol hemoptisis katamenial • antituberkulosis, antijamur ataupun antibiotik
– Radioterapi • Terutama yang disebabkan oleh proses keganasan
3. Embolisasi arteri bronkialis dan pulmoner
• Teknik ini terutama dipilih untuk penderita dengan penyakit bilateral, fungsi paru sisa yang minimal, menolak operasi ataupun memiliki kontraindikasi tindakan operasi
4. Bedah • Tindakan bedah dilakukan apabila tidak
berhasil tindakan terapi diatas
Diagnosis banding
Hemoptisis Hematemesis
Berbusa Merah terang
pH netral
Bercampur makananMerah tuapH asam
PROGNOSISPROGNOSIS
• Dengan tatalaksana tepat kebanyakan penderita memiliki prognosis yang baik
• Akibat keganasan dan gangguan pembekuan darah memiliki prognosis yang lebih buruk