hemangioma

30
KASUS UJIAN SEORANG ANAK 4 TAHUN DENGAN HEMANGIOMA LABIALIS ORIS INFERIOR SINISTRA Periode : 22-28 Februari 2015 Oleh: Oleh: Gunung Mahameru, S.Ked G 99141077 Pembimbing: dr. Amru Sungkar.,SpB.,SpBP KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2015

Upload: gunung-mahameru

Post on 04-Oct-2015

371 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Hemangioma

TRANSCRIPT

  • KASUS UJIAN

    SEORANG ANAK 4 TAHUN DENGAN HEMANGIOMA

    LABIALIS ORIS INFERIOR SINISTRA

    Periode : 22-28 Februari 2015

    Oleh:

    Oleh:

    Gunung Mahameru, S.Ked G 99141077

    Pembimbing:

    dr. Amru Sungkar.,SpB.,SpBP

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI

    SURAKARTA

    2015

  • BAB I

    STATUS PASIEN

    A. ANAMNESIS

    I. Identitas Pasien

    Nama : An. FA

    No RM : 01106906

    Umur : 4 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Alamat : Tambak, Mandan, Sukoharjo, Jawa Tengah

    Tanggal Masuk : 18 Februari 2015

    Tanggal Periksa : 25 Februari 2015

    II. Keluhan Utama

    Benjolan pada bibir mulut bagian bawah kiri sejak 4 tahun SMRS

    III. Riwayat Penyakit Sekarang

    Orang tua pasien datang dengan keluhan adanya benjolan pada mulut

    bagian bawah pasien yang ada sejak lahir (4 tahun SMRS). Benjolan muncul

    pada bibir mulut bagian bawah kiri. Orang tua pasien mengaku gelisah karena

    sejak 1 tahun SMRS benjolan tampak semakin nyata. Pada awalnya benjolan

    muncul berwarna merah hanya sebesar mata ikan, beberapa bulan kemudian

    pasien merasakan benjolan bertambah besar dan semakin terlihat nyata

    memerah yang lebih besar dari sebelumnya. Lalu pasien membawa ke dokter

    swasta terdekat, pasien mengaku diberitahu untuk dirujuk ke RSDM untuk

    penanganan selanjutnya. Atas beberapa pertimbangan pasien menunda

    pengobatan ke RSDM.

    7 bulan SMRS pasien akhirnya datang ke RSDM untuk melakukan

    pemeriksaan terhadap penyakit pasien dan diberitahu bahwa pasien mengalami

  • adanya kelainan pada pembuluh darahnya. Benjolan pada pasien dirasakan

    tampak lebih gelap dan lebih besar sebesar kacang atom. Keluarga pasien

    mengaku kalau pasien rutin diinapkan di RSDM dan diberikan suntikan di

    kamar operasi.

    IV. Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat mondok sebelumnya : disangkal

    Riwayat trauma : disangkal

    Riwayat penyakit jantung : disangkal

    Riwayat alergi : disangkal

    V. Riwayat Penyakit Keluarga

    Riwayat keluhan serupa : disangkal

    Riwayat diabetes mellitus : disangkal

    Riwayat penyakit jantung : disangkal

    Riwayat alergi : disangkal

    B. ANAMNESA SISTEMIK

    Mata : mata kuning (-), penglihatan kabur (-), pandangan

    ganda (-), berkunang-kunang (-)

    Telinga : darah (-), lendir (-), cairan (-), telinga berdenging (-),

    pendengaran berkurang (-)

    Mulut : darah (-), gusi berdarah (-), sariawan (-), mulut

    kering (-), gigi goyah (-) sulit berbicara (-), benjolan (+) merah sebesar kacang

    atom berwarna merah gelap

    Hidung : penciuman menurun (-), darah (-), sekret (-)

    Sistem Respirasi : sesak nafas (-), suara sengau (-), sering tersedak (-)

    Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-), sesak saat aktivitas (-)

    Sistem Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), diare (-)

    Sistem Muskuloskeletal : nyeri otot (-), nyeri sendi (-)

    Sistem Genitourinaria : nyeri BAK (-), kencing darah (-)

  • Integumen : nyeri (-), lepuh (-) pada ekstremitas superior, gatal (-)

    C. Pemeriksaan Fisik

    I. Primary Survey

    a. Airway : Bebas, cervical spine stabil

    b. Breathing : Pernapasan spontan, thoracoabdominal

    RR: 22x/menit

    c. Circulation : TD: 110/70 mmHg, N: 84x/menit.

    d. Disability : GCS: E4V5M6, lateralisasi (-)

    e. Exposure : t: 36,7 oC, jejas (+) (lihat status lokalis)

    II. Secondary Survey

    a. Kepala : mesocephal, jejas (-)

    b. Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil

    isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+), hematom

    periorbita(-/-)

    c. Telinga : secret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid(-), Nyeri

    Tragus (-)

    d. Hidung : bentuk simetris, nafas cuping hidung (-), secret (-),

    darah (-)

    e. Mulut : gusi berdarah (-), lidah kotor (-), jejas (-), mukosa

    basah (+), maxilla goyang (-), mandibula goyang (-),

    pelo (+) benjolan (+) labialis oris inferior sinistra

    (lihat status lokalis)

    f. Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-),

    Nyeri tekan (-), JVP tidak meningkat

    g. Thoraks : bentuk normochest, simetris, gerak pernafasan

    simetris, jejas (-)

    h. Jantung

    Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

    Palpasi : ictus cordis tidak teraba

  • Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar

    Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-

    )

    i. Pulmo

    Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri

    Palpasi : fremitus taktil kanan=kiri

    Perkusi : sonor/sonor

    Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

    j. Abdomen

    Inspeksi : distended (-)

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Perkusi : timpani

    Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defance muscular (-)

    k. Ekstremitas : akral dingin oedem

    D. Status Lokalis:

    - Regio Labialis oris inferioris sinistra

    Inspeksi : benjolan (+) warna merah kehitaman

    Palpasi : nyeri tekan (-), lunak, pulsasi tidak teraba, ukuran

    2x1x3cm, batas tidak tegas

    E. ASSESMENT

    Hemangioma R Labialis Oris Inferior Sinistra

    F. PLANNING

    1. Pemeriksaan darah rutin.

    2. Informed Consent

    3. Konsul Anestesi

    4. Pro Injeksi Flumicort 25 mg

    - -

    - -

    - -

    - -

  • G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    a. Hasil pemeriksaan laboratorium (18 Februari 2015)

    Hb : 12,5 g/dl

    Hct : 38%

    AE : 4,73 juta/uL

    AL : 7,3 ribu/uL

    AT : 260 ribu/uL

    Gol Darah : O

    H. PROGNOSIS

    a. Ad vitam : bonam

    b. Ad sanam : bonam

    c. Ad fungsionam : bonam

  • BAB II

    JAWABAN UJIAN

    1. ANAMNESIS

    Untuk menegakkan diagnosis diperlukan adanya data dasar, salah satunya adalah

    anamnesis. Anamnesis dengan lengkap berperan besar meneegakkan diagnosis.

    Poin anamnesis yang menjadi poin kunci adalah berikut ini :

    a. Keluhan utama, Lokasi, Onset, Kronologi

    Hemangioma merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada bayi

    yang baru lahir. Dikatakan bahwa 10% dari bayi yang baru lahir dapat

    mempunyai hemangioma. Sekitar 30% kasus hemangioma terlihat saat bayi

    lahir sementara 70% ditemukan pada minggu-minggu pertama dari

    kehidupan bayi. Dari literatur dikatakan 60% hemangioma terjadi pada

    daerah kepala dan leher. Pertanyaan ini untuk mengetahui alasan dari pasien

    datang ke rumah sakit, dan penilaian awal progresifitas penyakit. Karena

    pada pertanyaan ini akan diketahui mulai terjadinya penyakit pada pasien.

    b. Kualitas kuantitas, memperberat memperringan, penyerta

    Hemangioma dapat mengalami pertumbuhan sampai kurang lebih 18 bulan

    sebelum akhirnya akan mengalami regresi spontan (fase involusi) yang

    dapat memakan waktu 3-10 tahun. Hampir semua hemangioma pada anak-

    anak akan mengalami regresi spontan dan menghilang tanpa terapi apapun.

    Akan tetapi, hemangioma juga dapat menjadi masif sehingga menimbulkan

    komplikasi yang mengancam nyawa seperti perdarahan dan gangguan

    pernafasan sehingga diperlukan diagnosis dan terapi dini.Dengan adanya

    pertanyaan pertanyaan tersebut akan mengetahui lebih lanjut progresivitas

    penyakit, komplikasi, dan dugaan keganasan.

    c. Analisis Faktor risiko

    Angka kejadian tertinggi terjadi pada ras kulit putih dan terendah pada ras

    asia.

    Hemangioma lebih sering terjadi pada perempuan bila dibandingkan dengan

    laki-laki dengan perbandingan 5:1.

  • Angka kejadian hemangioma meningkat menjadi 20-30% pada bayi-bayi

    yang dilahirkan prematur dengan berat badan lahir kurang dari satu

    kilogram.

    Belum ada literatur yang dapat menunjukkan secara pasti akan keterkaitan

    insidensi henmangioma yang berkaitan dengan faktor herediter, tetapi

    menurut survey, 10% pada bayi-bayi dengan riwayat keluarga menderita

    hemangioma.

    2. PEMERIKSAAN FISIK

    Gambaran klinis merupakan faktor terpenting dalam menegakan diagnosis

    hemangioma. Pemeriksaan terpenting adalah pada status lokalis dan pemeriksaan

    secara menyeluruh untuk menyingkirkan kecurigaan adanya lesi yang sama pada

    bagian tubuh yang berbeda.

    - Hemangioma yang sudah terbentuk sempurna saat lahir jarang ditemui, pada

    umumnya hemangioma tidak langsung tampak pada saat lahir tetapi

    beberapa minggu pertama setelah lahir.

    - Beberapa jenis hemangioma dapat tampak pada saat lahir sebagai lesi samar-

    samar di kulit, yang bervariasi dari makula merah sampai nevus pucat yang

    menyerupai memar.

    - Pada fase proliferasi, Hemangioma tumbuh cepat selama 6 8 minggu

    pertama setelah lahir. Hemangioma yang terletak di permukaan kulit, maka

    kulit akan menonjol dan berwarna merah muda menyala atau berwarna

    kebiruan dan sedikit menonjol apabila letaknya pada lapisan kulit yang lebih

    dalam.

    - Dalam fase involusi, hemangioma mencapai puncak proliferasi pada akhir

    tahun pertama. Setelah itu hemangioma tumbuh proporsional terhadap

    pertumbuhan bayi. Warna yang menyala berangsur-angsur berubah menjadi

    samar. Kulit mulai memucat, dan konsistensi tumor menjadi lunak. Fase ini

    pada umumnya berlangsung sampai anak usia 5-10 tahun. Berakhirnya masa

    involusi terjadi pada usia 10-12 tahun.

  • 3. DIAGNOSIS DAN DIFFERENSIAL DIAGNOSIS

    Dengan data dasar berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik, akan didapatkan

    diagnosis hemangioma.

    Diagnosis banding yang dapat diberikan untuk hemangioma, antara lain :

    Tumor dan kelainan pembuluh darah lain

    o Malformasi kapiler

    o Malformasi vena

    o Malfornmasi limfatik

    o Arteriovenosus

    o Hemangioma kapiler lobular (granuloma piogenik)

    o Tufted angioma

    o Spindle cell hemangioendothelioma

    o Hemangioendotelioma Kaposiformis

    Fibrosarcoma

    Rhabdomyosarcoma

    Miofibromatosis (termasuk hemangioperisitoma)

    Nasal glioma

    Lipoblastoma

    Dermatofibrosarcoma protuberants (dan giant-cell fibroblastoma)

    Neurofibroma

    4. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN PENILAIAN HASIL

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pilihan pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:

    1. USG : Ultrasonografi berguna untuk membedakan hemangioma dari struktur

    dermis yang dalam ataupun subkutan, seperti kista atau kelenjar limfe.

    2. MRI : MRI merupakan modalitas imaging pilihan karena mampu

    mengetahui lokasi dan penyebaran baik hemangioma kutan dan ekstrakutan.

    3. CT scan : Penggunaan kontras dapat membantu membedakan hemangioma

    dari penyakit keganasan atau massa lain yang menyerupai hemangioma.

  • 4. Foto polos : Jika terjadi pada saluran pernafasan dan bersifat mengganggu

    jalan nafas.

    5. Biopsi kulit : Biopsi diperlukan bila ada keraguan diagnosis ataupun untuk

    menyingkirkan hemangioendotelioma kaposiformis atau penyakit keganasan.

    Pemeriksaan immunohistokimia dapat membantu menegakkan diagnosis.

    Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan biopsi ialah perdarahan.

    Pada pemeriksaan radiologis akan ditemukan adanya dominasi gambaran

    pembuluh darah. Gambaran ini disertai dengan adanya minimalisasi dari

    parenkim jaringan normal hingga tidak ada.

    Hasil biopsy jaringan akan ditemukan sel endotel matur dengan turnover

    lambat, pada gambaran jaringan tersebut juga ditemukan adanya sel mast

    yang berjumlah sedikit. Adapun batas antara jaringan normal dan jaringan

    hemangioma didapatkan adanya membran basalis tipis.

    5. RENCANA PENATALAKSANAAN

    Umumnya hemangioma tidak menimbulkan komplikasi, dan dapat diobservasi

    hingga terjadi involusi spontan. perlu dijelaskan pada orang tua untuk kontrol

    teratur 3-6 bulan sekali atau lebih cepat. Beberapa ahli lebih memilih mengobati

    hemangioma pada saat muncul untuk mencegah pembesaran, sebagian lagi

    memberikan pengobatan atas indikasi adanya gangguan kosmetik atau bila sudah

    mulai mengganggu fungsi organ.

    Tatalaksana yang dapat dilakukan pada pasien adalah :

    1. Observasi dan Edukasi

  • 2. Terapi medikamentosa : Kortikosteroid

    3. Terapi Operatif : dilakukan dengan indikasi, antara lain pertumbuhan

    progresif, dugaan keganasan, gagal dengan medikamentosa.

    6. EDUKASI, PENYULUHAN, DAN PENCEGAHAN SEKUNDER

    Perjalanan alamiah penyakit ini munculnya cepat setelah bayi lahir dan

    menetap hingga usia balita, antara usia 5-7 tahun. Hemangiomainfantil dengan

    ukuran yang kecil sebaiknya dilakukan observasi saja khususnya pada fase

    proliferasi dan fase involusi. Setelah sembuh, kulit akan tampak normal atau

    hanya mengalami kecacatan yang minimal. Orang tua pasien perlu diberikan

    penjelasan mengenai penyakit dan perjalanan klinisnya sehingga tidak terjadi

    kecemasan. Memotivasi orangtua pasien untuk memeriksakan secara berkala

    untuk follow-up perkembangan hemangioma infantil perlu dilakukan.

    Pemeriksaan yanglebih sering perlu dilakukan apabila lesi besar, mengalami

    ulserasi,multipel, atau terletak pada struktur anatomi yang vital.

  • BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. ANGIOGENESIS

    Dalam perkembangan embrio, suatu prekursor yang umum, hemangioblas,

    menghasilkan sel- sel induk hematopoiesis dan sel- sel angioblas, sel-sel angioblas

    akan berproliferasi, bermigrasi ke lokasi perifer dan dapat berdiferensiasi menjadi

    sel-sel endotel, perisit, serta sel-sel otot polos vaskular. Endothelial Progenitor Cell

    (EPC) sebagai prekursor endotel yang mirip angioblas juga disimpan di dalam sum-

    sum tulang dewasa dan dapat memulai angiogenesis, sel-sel ini turut berpartisipasi

    dalam menggantikan sel-sel endotel yang hilang pada endotelialisasi implan

    vaskulat dan pada neovaskularisasi organ yang mengalami iskemia, luka di kulit

    serta tumor.4

    VEGF dan angiopoitin merupakan faktor yang paling penting , reseptor

    tirosin kinase VEGFR-2 (terutama terbatas pada sel endotel dan prekursor sel

    endotel) adalah reseptor yang paling penting untuk angiogenesis ( sekalipun FGF-2

    dapat pula meningkatkan proliferasi, diferensiasi dan migrasi sel-sel endotel).

    Interaksi VEGF/VEGFR-2:4

    Memobilisasi sel prekursor endotel dari sum sum tulang dan meningkatkan

    proliferasi sel sera diferensiasinya pada tempat angiogenesis.

    Menstimulasi proliferasi dan motilitas sel endotel yang sudah ada sehungga

    terjadi peningkatan pembentukan tunas kapiler

    Stabilisasi pembuluh darah yang masih rapuh memerlukan penyerahan perisit

    serta sel-sel otot polos dan pengendapan protein matriks ekstrasel, angiopoietin 1

    serta 2, PDGF dan TGF- turut berpartisipasi dalam proses ini.4

    Angiopoietin 1 berinteraksi dengan reseptor sel endotel untuk merekrut sel-

    sel periendotel. Interaksi tersebut juda memediasi maturasi pembuluh darah

    dari saluran sederhana menjadi suatu struktur vaskular yang lebih kompleks

    dan membantu mempertahankan inaktivitas sel-sel endotel. Interaksi

  • angiopoietin 2-Tie2 menimbulkan efek sebaliknya, sel-sel endotel jadi lebih

    responsif terhadap VEGF.

    PDGF merekrut sel-sel otot polos

    TGF- menstabilkan pembuluh darah yang baru terbentuk dengan

    meningkatkan produksi matriks ekstrasel.

    II. HEMANGIOMA

    2.1 DEFINISI

    Hemangioma adalah suatu tumor jinak yang terbentuk akibat kelainan

    proliferasi dari jaringan angioblastik pada masa fetal. Kelainan ini sering ditemukan

    pada kulit dan jaringan subkutan, tapi tidak tertutup kemungkinan bahwa bentuk

    neoplasma ini didapati di seluruh bagian tubuh yang memiliki pembuluh darah.1

    2.2 EPIDEMIOLOGI

    Hemangioma merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada bayi

    yang baru lahir. Dikatakan bahwa 10% dari bayi yang baru lahir dapat mempunyai

    hemangioma dimana angka kejadian tertinggi terjadi pada ras kulit putih dan

    terendah pada ras asia. Hemangioma lebih sering terjadi pada perempuan bila

    dibandingkan dengan laki-laki dengan perbandingan 5:1. Angka kejadian

    hemangioma meningkat menjadi 20-30% pada bayi-bayi yang dilahirkan prematur

    dengan berat badan lahir kurang dari satu kilogram 2,3

    . Sekitar 30% kasus

    hemangioma terlihat saat bayi lahir sementara 70% ditemukan pada minggu-minggu

    pertama dari kehidupan bayi. Belum ada literatur yang dapat menunjukkan secara

    pasti akan keterkaitan insidensi henmangioma yang berkaitan dengan faktor

    herediter, tetapi menurut survey, 10% pada bayi-bayi dengan riwayat keluarga

    menderita hemangioma. Dari literatur dikatakan 60% hemangioma terjadi pada

    daerah kepala dan leher dan dapat mengalami pertumbuhan sampai kurang lebih 18

    bulan sebelum akhirnya akan mengalami regresi spontan (fase involusi) yang dapat

    memakan waktu 3-10 tahun.1 Hampir semua hemangioma pada anak-anak akan

    mengalami regresi spontan dan menghilang tanpa terapi apapun. Akan tetapi,

    hemangioma juga dapat menjadi masif sehingga menimbulkan komplikasi yang

  • mengancam nyawa seperti perdarahan dan gangguan pernafasan sehingga

    diperlukan diagnosis dan terapi dini.

    2.3 ETIOLOGI

    Sampai saat ini penyebab hemangioma belum diketahui dengan jelas,

    beberapa sumber menyebutkan kemungkinan bahwa angiogenesis dan

    vaskulogenesis berperan banyak dalam proliferasi elemen pembentuk pembuluh

    darah yang berlebihan. Vaskulogenesis ialah proses terjadinya prekursor sel

    endotelial menjadi pembuluh darah, sedangkan angiogenesis ialah perkembangan

    pembuluh darah baru dari sistem pembuluh darah yang sudah ada. Dilaporkan

    bahwa progenitor sel endotelial mempunyai kontribusi terhadap terjadinya

    penyebaran awal hemangioma.5,6

    Cytokines, seperti Basic Fibroblast Growth Factor (BFGF) dan Vascular

    Endothelial Growth Factor (VEGF), mempunyai peranan dalam proses

    angiogenesis. Peningkatan faktor-faktor pembentukan angiogenesis seperti

    penurunan kadar angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis

    factorbeta, dan transforming growth factorbeta berperan dalam etiologi terjadinya

    hemangioma.7

    2.4 PATOFISIOLOGI

    Zhang, et al mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara VEGF dan

    Endothelial progenitor cell (EPC) yang berperan dalam pembentukan lesi

    hemangioma.9

    VEGF memiliki sifat angiogenik dan spesific mitogenic activator

    untuk sel endotel, keberadaan VEGF akan memicu pengeluaran dan pengumpulan

    EPC pada situs tertentu seperti pada situs pertumbuhan tumor atau iskemia.

    Peningkatan faktor-faktor pembentukan angiogenesis seperti penurunan

    kadar angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor

    beta, dan transforming growth factorbeta berperan dalam proses terjadinya

    hemangioma

    2.5 KLASIFIKASI HEMANGIOMA

  • Pada tahun 1982, berdasarkan histologi dan prilaku biologi lesi, Mulliken

    dan Glowacki membagi kelainan vaskular yang terjadi pada kulit anak-anak menjadi

    dua kelompok utama yaitu malformasi vaskuler dan hemangioma.8

    Malformasi vaskular akan tampak saat lahir dan akan bertumbuh seiring

    bertambahnya usia anak. Malformasi vaskular dikelompokkan menjadi tipe yang

    high flow (malformasi arteri dan malformasi arteriovenosus) dan low flow

    (malformasi vena, kapiler, dan limfatik).

    Perbedaan Hemangioma Malformasi Vaskuler

    Saat timbul Saat lahir lesi samar atau

    belum tampak sama sekali

    Saat lahir lesi sudah

    tampak

    Perjalanan penyakit Fase proliferasi, fase

    involusi

    Tumbuh selaras dengan

    pertumbuhan anak dan

    menetap

    Insidensi 3:1 1:1

    Radiologis

    Tak terdapat

    jaringan parenkim

    Gambaran dominan

    pembuluh darah

    Kaya akan jaringan

    parenkim lobuler

    dengan batas tegas

    Histologis

    Sel endotel matur

    dengan turnover

    lambat

    Sedikit mast cell

    Membran basalis

    tipis

    Sel epitel immatur

    dengan turnover

    cepat

    Banyak mast cell

    Membran basalis

    multilaminer

    Hemangioma umumnya tidak tampak atau cenderung samar pada saat

    kelahiran dan akan mengalami pertumbuhan yang progresif pada minggu-minggu

    pertama kehidupan sang anak. Pertumbuhan lesi ini akan berlanjut hingga usia 6-20

    bulan. Lalu hemangioma akan mengal ami fase involusi pada usia 5-7 tahun.

    Hemangioma secara morfologis dapat terbagi menjadi tiga yaitu:

  • a. Hemangioma terlokalisir merupakan jenis yang paling sering ditemukan,

    berbatas tegas, dan tumbuh dari fokus tunggal.

    b. Hemangioma segmental bentuknya menyerupai plaque yang sering tampak

    pada teritori kulit yang spesifik, tumbuh secara linier maupun geometris.

    Jenis ini lebih sering mengalami ulserasi, gangguan tumbuh kembang dan

    dapat timbul bersamaan dengan hemangioma visceral dan mempunyai

    prognosis yang cenderung buruk.

    c. Hemangioma multiple

    Klasifikasi lain membagi hemangioma berdasar kedalaman dari permukaan

    kulit. Hemangioma superfisialis atau kutaneus, yang merupakan 50-60% dari semua

    hemangioma akan berwarna seperti strawberry pada saat matur. Hemangioma

    profunda atau subkutaneus bila lokasinya cukup dalam akan tampak seperti daging

    tumbuh yang berwarna. Dan bila lokasinya lebih ke superficial maka akan tampak

    seperti nodul kebiru- biruan dan terkadang dijumpai telangaktesi atau vena yang

    dilatasi pada kulit yang melingkupinya. Masuk dalam kelompok ini yaitu

    hemangioma intramuskuler dan skeletal. Bila terdapat hemangioma superficial

    (berwarna merah) dan dijumpai indurasi di bawahnya, maka jenis ini masuk

    kedalam Hemangioma Campuran atau compound. Hemangioma viseralis,merupakan

    hemangioma yang letaknya pada organ dalam seperti hepar, usus, paru ,otak ,dll.

    Benson et al membagi hemangioma menjadi 3 jenis7:

    a. Hemangioma intradermal

    Tumor jinak ini berwarna merah kebiruan dan biasanya tidak

    mengadakan regresi, dindingnya terdiri dari endotelium dewasa dan

    resisten terhadap radiasi. Penerita biasanya datang dengan alasan

    estetika.

    b. Hemangioma kapiler

    Hemangioma jenis ini merupakan bentuk hemangioma yang paling

    sering terjadi, dengan angka insidensi 1-1,5% pada bayi. Kelainan ini

    menonjol di permukaan kulit, tidak rata dan kemerahan. Lesi ini dapat

    mengadakan regresi spontan sampai umur dewasa. Dindingnya terdiri

  • atas sel endotel embrio dan sensitif terhadap penyinaran. Tatalaksana

    bervariasi dari menyuntikkan bahan sklerotik hingga pemberian radiasi

    (600-800-rad dalam 2-3 kali penyinaran). Akan tetapi banyak ahli yang

    kurang setuju akan kedua metode ini karena penyuntikan bahan sklerotik

    dapat menyebabkan nekrosis dan jaringan parut sementara pada

    penyinaran sering terjadi dermatitis bahkan dapat memicu perkembangan

    suatu keganasan.

    Tindakan operatif pada usia

  • 2.6 GAMBARAN KLINIS

    Gambaran klinis merupakan faktor terpenting dalam menegakan diagnosis

    hemangioma. Hemangioma yang sudah terbentuk sempurna saat lahir jarang

    ditemui, pada umumnya hemangioma tidak langsung tampak pada saat lahir tetapi

    beberapa minggu pertama setelah lahir. Beberapa jenis hemangioma dapat tampak

    pada saat lahir sebagai lesi samar-samar di kulit, yang bervariasi dari makula merah

    sampai nevus pucat yang menyerupai memar.

    Pada fase proliferasi, Hemangioma tumbuh cepat selama 6 8 minggu

    pertama setelah lahir. Hemangioma yang terletak di permukaan kulit, maka kulit

    akan menonjol dan berwarna merah muda menyala atau berwarna kebiruan dan

    sedikit menonjol apabila letaknya pada lapisan kulit yang lebih dalam.

    Dalam fase involusi, hemangioma mencapai puncak proliferasi pada akhir

    tahun pertama. Setelah itu hemangioma tumbuh proporsional terhadap pertumbuhan

    bayi. Warna yang menyala berangsur-angsur berubah menjadi samar. Kulit mulai

    Gambar: (kanan) hemangioma kavernosa, (kiri) a)hemangioma

    kapiler/strawberry,b)hemangioma profunda/intradermal, c) hemangioma

    campuran

  • memucat, dan konsistensi tumor menjadi lunak. Fase ini pada umumnya

    berlangsung sampai anak usia 5-10 tahun. Kecepatan regresi hemangioma tidak

    berhubungan dengan gender, lokasi, ukuran, dan morfologi. Masa involusi akan

    berakhir pada saat anak usia 5 tahun (50%), dan pada usia 7 tahun (70%).

    Berakhirnya masa involusi terjadi pada usia 10-12 tahun.

    Gambar: Histologis fase hemangioma, (dari kiri-kanan) fase proliferasi-fase involusi-fase

    involusi selesai

    2.7 DIAGNOSIS BANDING

    Tumor dan kelainan pembuluh darah lain

    o Malformasi kapiler

    o Malformasi vena

    UKURAN

    Proliferasi Proses involusi

    Iinvolusi

    selesai

    Ukuran

    Umur (th)

    Lahir 1 2 3 4 5 6 7

    Gambar 12. Tiga fase

    perjalanan alamiah

    hemangioma.

    Garis putus = tipe

    uncommon; garis

    penuh =tipe

    common

    Involusi selesai Proliferasi

    LAHIR 1 2 3 4 5 6 7 (UMUR TAHUN)

  • o Malfornmasi limfatik

    o Arteriovenosus

    o Hemangioma kapiler lobular (granuloma piogenik)

    o Tufted angioma

    o Spindle cell hemangioendothelioma

    o Hemangioendotelioma Kaposiformis

    Fibrosarcoma

    Rhabdomyosarcoma

    Miofibromatosis (termasuk hemangioperisitoma)

    Nasal glioma

    Lipoblastoma

    Dermatofibrosarcoma protuberants (dan giant-cell fibroblastoma)

    Neurofibroma

    2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Hemangioma pada umumnya dapat dengan mudah didiagnosis melalui

    anamnesis dan pemeriksaan fisik akan tetapi lesi yang letaknya profunda atau

    hemangioma superficial yang meragukan diperlukan suatu pemeriksaan penunjang

    untuk mendukung diagnosis hemangioma. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara

    lain:

    6. USG5

    Ultrasonografi berguna untuk membedakan hemangioma dari struktur dermis

    yang dalam ataupun subkutan, seperti kista atau kelenjar limfe. USG secara

    umum mempunyai keterbatasan untuk mengevaluasi ukuran dan penyebaran

    hemangioma. Dikatakan juga bahwa USG doppler (2 kHz) dapat digunakan

    untuk densitas pembuluh darah yang tinggi (lebih dari 5 pembuluh darah/m2)

    dan perubahan puncak arteri. Pemeriksaan menggunakan alat ini merupakan

    pemeriksaan yang sensitif dan spesifik untuk mengenali suatu hemangioma

    infantil dan membedakannya dari massa jaringan lunak lain.

    7. MRI5

  • MRI merupakan modalitas imaging pilihan karena mampu mengetahui lokasi

    dan penyebaran baik hemangioma kutan dan ekstrakutan. MRI juga dapat

    membantu membedakan hemangioma yang sedang berproliferasi dari lesi

    vaskuler aliran tinggi/ high flow yang lain (misalnya malformasi

    arteriovenus). Hemangioma dalam fase involusi memberikan gambaran

    seperti pada lesi vaskuler aliran rendah/ low flow (misalnya malformasi vena)

    8. CT scan5

    Pada RS yang tidak mempunyai fasilitas MRI, dapat merggunakan CT scan

    walaupun cara ini kurang mampu menggambarkan karakteristik atau aliran

    darah. Penggunaan kontras dapat membantu membedakan hemangioma dari

    penyakit keganasan atau massa lain yang menyerupai hemangioma.

    9. Foto polos5

    Pemeriksaan foto polos seperti foto sinar X, masih bisa dipakai untuk

    melihat apakah hemangioma mengganggu jalan nafas.

    10. Biopsi kulit5

    Biopsi diperlukan bila ada keraguan diagnosis ataupun untuk menyingkirkan

    hemangioendotelioma kaposiformis atau penyakit keganasan. Pemeriksaan

    immunohistokimia dapat membantu menegakkan diagnosis. Komplikasi

    yang dapat terjadi pada tindakan biopsi ialah perdarahan.

    2.9 PENATALAKSANAAN

    Pengobatan

    Umumnya hemangioma tidak menimbulkan komplikasi, dan dapat

    diobservasi hingga terjadi involusi spontan. Regresi spontan terjadi pada 80%

    hingga 85% kasus pada usia 9 tahun. Seperti telah dikemukakan di atas untuk

    memprediksi kemungkinan terjadinya giant hemangioma sangatlah sulit sehingga

    perlu dijelaskan pada orang tua untuk kontrol teratur 3-6 bulan sekali atau lebih

    cepat. Beberapa jenis hemangioma bisa mengancam jiwa atau fungsi organ dan

    tentunya memerlukan penanganan segera. Pengobatan hemangioma masih

    merupakan kontroversi. Beberapa ahli lebih memilih mengobati hemangioma pada

  • saat muncul untuk mencegah pembesaran, sebagian lagi memberikan pengobatan

    atas indikasi adanya gangguan kosmetik atau bila sudah mulai mengganggu fungsi

    organ. Pengobatan dilakukan pada hemangioma yang dapat menyebabkan

    komplikasi fungsional, yang dapat menimbulkan perubahan bentuk permanen, yang

    letaknya di tempat yang mengganggu kosmetik sehingga menyebabkan distress

    psikososial,yang pertumbuhannya cepat atau yang permukaannya bergaung yang

    mengalami ulserasi. Jenis pengobatan hemangioma sangat tergantung pada ukuran,

    lokasi, beratnya tumor, usia pasien, dan laju involusi. Gontijo8 et al, dalam suatu

    studi prospektif tentang hemangioma infantile menyatakan bahwa ukuran yang

    besar, lokasi di wajah, dan/atau morfologi tipe segmental merupakan faktor yang

    memperburuk prognosis hemangioma dari segi timbulnya komplikasi dan

    keberhasilan pengobatan.5

    A. Observasi dan Edukasi

    Perjalanan alamiah penyakit ini munculnya cepat setelah bayi lahir dan

    menetap hingga usia balita, antara usia 5-7 tahun. Hemangiomainfantil dengan

    ukuran yang kecil sebaiknya dilakukan observasi saja khususnya pada fase

    proliferasi dan fase involusi. Setelah sembuh, kulit akan tampak normal atau hanya

    mengalami kecacatan yang minimal. Orang tua pasien perlu diberikan penjelasan

    mengenai penyakit dan perjalanan klinisnya sehingga tidak terjadi kecemasan.

    Memotivasi orangtua pasien untuk memeriksakan secara berkala untuk follow-up

    perkembangan hemangioma infantil perlu dilakukan. Pemeriksaan yanglebih sering

    perlu dilakukan apabila lesi besar, mengalami ulserasi,multipel, atau terletak pada

    struktur anatomi yang vital.10

    B. Terapi medikamentosa

    I. Terapi pilihan utama

    a. Kortikosteroid

    Umumnya para klinisi memilih steroid sebagai terapi medikamentosa pilihan

    utama untuk mengobati hemangioma. Mekanisme yang jelas tentang peran steroid

  • belum diketahui secara pasti, walaupun ada dugaan bahwa steroid berpengaruh

    terhadap hemangioma dengan cara5:

    1. Menghambat kapasitas proliferasi pericytes immature.

    2. Intensifikasi efek vasokonstriksi epinefrin maupun norefinefrin pada

    pembuluh darah otot polos.

    3. Memblok reseptor estradiol pada hemangioma.

    4. Menghambat angiogenesis.

    Beberapa penulis mengelompokkan steroid berdasarkan cara pemberian menjadi:

    1. Kortikosteroid sistemik

    Pengobatan dengan kortikosteroid sistemik telah dianggap sebagai

    terapi medikamentosa yang paling efisien untuk cutaneous infantile

    hemangiomas tanpa komplikasi. Pemberian steroid sebaiknya dilakukan pada

    masa proliferatif, karena bila diberikan pada masa involusi kurang

    bermanfaat. Dosis yang dianjurkan inisial prednison atau prednisolon 2 3

    mg/kg/hari, satu kali sehari pada pagi hari. Beberapa peneliti menganjurkan

    dosis yang lebih besar (prednison 5 mg/kg/hari) untuk menghasilkan terapi

    efektif, cepat, dan cukup aman, dilanjutkan hingga 6 8 minggu dan pada

    kasus yang lebih berat dapat diberikan hingga 12 minggu.

    2. Kortikosteroid intralesi

    Kortikosteroid intralesi sangat baik diberikan pada hemangioma

    dengan ukuran kecil (diameter < 10 cm) dan lesi lokal bermasalah

    (hemangioma disertai ulserasi atau dengan komplikasi misalnya terjadi

    infeksi berulang pada daerah lesi). Dosis yang diberikan 2 3 mg/kg setiap

    kali suntikan diulang setiapminggu selama 1 -2 bulan. Adanya respon terapi

    yang baik terhadap steroid ditandai oleh pengecilan ukuran hemangioma.

    Pemberian kortikosteroid intralesi dengan interval waktu 4 8 minggu

    merupakan terapi yang efektif sebagai upaya untuk menghindari efek

    samping terapi kortikosteropid sistemik.

  • Penyuntikan dapat pula dilakukan dengan interval bulanan, sehingga

    dapat mengurangi efek samping yang tidak diinginkan, tetapi dari laporan

    diketahui laju respon pengobatan dengan cara ini hanya sekitar 85%. Efek

    samping potensial kortikosteroid intralesi antara lain, berupa, atropi kulit,

    anafilaksis, perdarahan, nekrosis kulit dan supresi adrenal, tetapi umumnya

    suntikan dapat ditoleransi dengan baik. Perhatian khusus harus diberikan

    pada periokuler. Pada hemangioma jenis ini dosis kortikosteroid intralesi

    tidak boleh melebihi 3-5 mg/kg triamcinolone setiap sesi suntikan. Beberapa

    ahli mengemukakan bahwa pemberian kortikosteroid intralesi pada daerah

    periocular dikontra-indikasikan, sejak diketahui menyebabkan banyak

    komplikasi seperti atropi kulit, nekrosis, dan oklusi arteri retina sentral,

    dengan konsekuensi kebutaan.

    3. Kortikosteroid topikal

    Kortikosteroid topikal (langsung pada daerah lesi hemangioma)

    biasanya efektif pada hemangioma tipe cutaneous.

    II. Terapi pilihan kedua

    1. Interferon Alfa-2a dan 2b

    Interferon alfa dianjurkan diberikan pada bayi dengan hemangioma

    yang mengancam jiwa bila terjadi kegagalan dengan pemberian

    kortikosteroid dosis tinggi. Sewaktu pemberian interferon alpha, status

    neurologis harus dimonitor secara ketat. Kedua jenis interferon alfa yaitu 2a

    dan 2b pernah digunakan, biasanya diberikan melalui suntikan subkutan

    dengan dosis 3 juta unit per m2 permukaan tubuh per hari diulang setiap

    minggu selama 6 bulan.

    Penggunaan interferon pada hemangioma masih sangat terbatas

    karena selain harganya mahal juga belum banyak penelitian yang

    mendukung.

  • 2. Vinkristin

    Vinkristin dapat dipertimbangkan pemberiannya pada kasus yang

    gagal dengan terapi steroid sebanyak dua siklus pengobatan, yang

    mengalami kekambuhan dan yang tidak dapat mentoleransi pengobatan

    medikamentosa lain. Vinkristin mempengaruhi mitotic spindle microtubules

    dan merangsang proses apoptosis pada sel tumor in vitro. Ada laporan yang

    menyatakan bahwa vinkristin efektif digunakan pada kasus hemangioma

    yang mengancam jiwa yang resisten terhadap pengobatan steroid. Taki et al,

    menyatakan bahwa padakasus intractable Kasabach-Merritt syndrome

    pemberian vinkristin sangat efektif, sehingga mereka menyarankan

    pemakaian vinkristin pada kasus demikian.

    Dosis yang dianjurkan 1.5 mg/m2 per kali suntikan, jika diperlukan

    dapat diulang satu kali lagi dengan interval 2-3 bulan setelah suntikan

    pertama.

    3. Bleomisin

    Omidvari et al5, melaporkan pemberian bleomisin intralesi pada

    kasus hemangioma yang mengalami komplikasi, yaitu hemangioma yang

    mengalami infeksi sekunder, permukaannya bergaung dan hemangioma yang

    tumbuh sangat cepat. Mereka mengambil suatu kesimpulan bahwa

    pemberian bleomisin mudah, aman dan merupakan terapi yang efektif untuk

    mengobati hemangioma dengan komplikasi. Ada peneliti lain yang

    memberikan suntikan local bleomisin pada 210 anak dengan hemangioma

    kavernosus dengan tingkat keberhasilan 91.2%. Terapi dengan bleomisin

    tidak efektif pada hemangioma pampiniform yaitu hemangioma yang terjadi

    akibat malformasi vena di pleksus pampiniform pada skrotum. Dosis

    bleomisin intralesi 2 mg (diberikan dalam larutan 0.4mg/ml). Suntikan dapat

    diulang sebanyak 6-10 kali dengan interval 4-6 minggu.

    4. Vascular-specific Pulse Dye Laser

  • Morelli et al5, melaporkan peranan pulsed dye laser pada

    hemangioma ulseratif. Mereka menemukan bahwa rasa sakit akibat

    hemangioma jenis ini akan menghilang setelah pengobatan awal pada 6 dari

    10 kasus hemangioma. Dua kasus dinyatakan sembuh setelah tiga kali

    pengobatan. Pada satu studi retrospektif dengan 245 pasien menunjukkkan

    hasil yang bermakna pada kelompok pengobatan dibanding kontrol. Mereka

    melaporkan bahwa terapi laser menunjukkan keunggulan jika dihubungkan

    dengan panjangnya masa pengobatan apalagi jika dihubungkan dengan hasil

    akhir volume dan bentuk hemangioma.

    C. Terapi Operatif

    1. Bedah eksisi

    Indikasi bedah eksisi ialah sebagai berikut5:

    1. Hemangioma yang tumbuh secara progresif.

    2. Hemangioma yang mengalami infeksi berulang.

    3. Hemangioma yang permukaannya bergaung, sehingga ditakutkan

    disertai keganasan.

    4. Mengganggu secara kosmetika.

    5. Hemangioma yang gagal dengan pengobatan medikamentosa.

    6. Hemangioma yang bertangkai.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Zohreh Hajheydari, Soheila Shahmohammadi, Rezvan Talaee.Update on

    Infantile Haemangioma. J Pediatr Rev. 2014;2(1):29-38

    2. Lisa H. Lowe, Tracy C. Marchant, Douglas C. Rivard, dan Amanda J.

    Scherbel.2011.Vascular Malformations: Classification and Terminology

    the Radiologist Needs to Know.J.Ro..11.002

    3. Arzu akcay, Zeynep karakas, Ebru tugrul saribeyoglu, Aysegul unuvar,

    Can baykal, Mesut garipardic, Sema anak, Leyla agaoglu, Gulyuz ozturk

    dan Omer devecioglu.2012.Infantile Hemangiomas: Complications and

    Follow-Up. Indian Pediatrics.49: 805-11

    4. Yi Ji, Siyuan Chen, Kai Li3, Li Li, Chang Xu and Bo

    Xiang.2014.Signaling pathways in the development of infantile

    hemangioma. Journal of Hematology & Oncology, 7:13

    5. Tinte Itinteang, Aaron H. J. Withers2, Paul F. Davis..2014.Biology of

    infantile hemangioma. Frontiers in surgery. 1:1-10

    6. Jennifer J. Marler, MD, John B. Mulliken, MD .2005Current

    management of hemangiomas and vascular malformations.Clin Plastic

    Surg 32 (2005) 99 116

    7. Hanifi Bayaroullar, Yaar okkeser, Ercan Akbay, Ece Karaolu,

    Emre Karaolu, Cengiz evik.2012. Intramuscular cavernous

    hemangiomas arising from masseter muscles. Journal of Clinical and

    Experimental Investigations

    8. Konez, Orhan dan Burrows, Patrice. 2004.An appropriate diagnostic

    workup for suspected vascular birthmarks.Cleveland Clinic Journal Of

    Medicine.2:505-10

    9. I Rozylo-Kalinowska, A Brodzisz, E Gakowska, TK Rozylo, AP

    Wieczorek. 2002 Application of Doppler ultrasonography in congenital

    vascular lesions of the head and neck. Dentomaxillofacial Radiology.31-

    5

  • 10. Alfons Krol, MD, FRCPC; Carol J. MacArthur, MD. 2005.Congenital

    Hemangiomas : Rapidly Involuting and Noninvoluting Congenital

    Hemangiomas. Arch Facial Plast Surg.;7:307-311

    11. Christopher J. Hartnick, Robin T. Cotton.2002.Open Excision of

    Subglottic Hemangioma. Journal of Otolaryngology--head and neck

    surgery.13(1). pp 53-56

    12. Marzanna Oksiuta, Ewa Matuszczak, Wojciech Dbek ,Ewa Dzienis-

    Koronkiewicz, Adam Hermanowicz, Marzena Tylicka.2014.Treatment of

    problematic infantile hemangiomas with propranolol: a series of 40 cases

    and review of the literature. Postepy Hig Med Dosw (online); 68: 1138-

    1144

    13. Jeffrey L. Laskin,MS Martha A. Lawrence.An oral hemangioma in a

    three-month-old child: clinical report. The American Academoyf

    Pediatric Dentistry.7(3)

    14. Sung-Il Shin, Jung-Woo Kang, dan Joo-Hyun Ahn.2011.A Case of

    Synovial Hemangioma of the Knee. J Korean Knee Soc.23(2)

    15. Hyoung Nam Lee, Shin Young Kim, Hyung Hwan Kim, Hyun-Deuk

    Cho.2013.Subcutaneous Cavernous and Capillary Hemangiomas of the

    Breast: Radiologic-Pathological Correlation. J Korean Soc Radiol

    2013;69(6):475-479

    16. Chih-Chieh Chuang, Hou-Chun Lin, Chia-Wen

    Huang.2006..Submandibular Cavernous Hemangiomas with Multiple

    Phleboliths Masquerading as Sialolithiasis. J Chin Med Assoc.68(9)

    17. Gresham T. Richter and Adva B. Friedman. 2012.Hemangiomas and

    Vascular Malformations: Current Theory andManagement. International

    Journal of Pediatrics.

    18. Saeed A. Al-Motowa dan Imtiaz A. Chaudhry.2006.Evaluation and

    Management of Periocular Capillary Hemangioma: A Review Saudi

    Journal of Ophthalmology.20(3)

  • 19. Mohamed Ismail, Stephen Damato, Alex Freeman and Raj

    Nigam.2011.Epithelioid hemangioma of the penis: case report and

    review of literature. Journal of Medical Case Reports 2011, 5:260

    20. Snezhana Murgova, Chavdar Balabanov. 2007.Conservative Treatment

    of Cavernous Hemangioma on Eyelids.Journal of IMAB.13(1)

    21. Shoshana Greenberger, Elisa Boscolo, Irit Adini, John B. Mulliken, and

    Joyce Bischoff,.2010.Corticosteroid Suppression of VEGF-A in Infantile

    Hemangioma-Derived Stem Cells. N Engl J Med 2010;362:1005-13.

    22. T M Ranchod, I J Frieden, D R Fredrick.2005.Corticosteroid treatment of

    periorbital haemangioma of infancy: a review of the evidence. Br J

    Ophthalmol. 89:11341138.

    23. Deepa Jatti Patil. 2013. Current Concepts of Haemangioma vs Vascular

    Malformation: Map the Difference. Indian Journal of Multidisciplinary

    Dentistry,

    24. brahim Sacit Tuna, Selim Doganay, Ali Yklmaz, Abdlhakim

    Coskun.2014. Hemangioma of the Parotid Gland in an Infant: MR and

    Doppler US Findings. The Eurasian Journal of Medicine.

    25. Tina S. Chen,, Lawrence F. Eichenfield, dan Sheila Fallon

    Friedlander.2013.Infantile Hemangiomas: An Update on Pathogenesis

    and Therapy. Pediatrics.131:99108

    26. P. Paquet, M. Caucanas, C. Pirard-Franchimont, and G. E. Pirard.

    2014.Intense Pulsed Light in Infantile Hemangiomas. Journal of Science

    and Technology.2(1)

    27. Marcelo AF Ribeiro Jr, Francine Papaiordanou, Juliana M Gonalves,

    Eleazar Chaib.2010.Spontaneous rupture of hepatic hemangiomas: A

    review of the literature. World J Hepatol. 2(12): 428-433

    28. Jonathan O. Jones, Brian M. Bruel, dan Sreenadha R. Vattam.

    Management of Painful Vertebral Hemangiomas with Kyphoplasty: A

    Report of Two Cases and a Literature Review. Pain Physician 2009;

    12:E297-E303.

  • 29. Lt Col S Nair, Maj A Bahal, Col RS Bhadauria.2008.Lobular Capillary

    Hemangioma of Nasal Cavity.MJAFI; 64 : 270-271

    30. Eun Kyung Khil, Hyun Sook Hong, Ji Sang Park, Kee Hyun Chang, Hee

    Kyung Kim, Jang Yul Byun.2013.Nasopharyngeal Hemangioma in

    Adult: A Case Report. J Korean Soc Radiol;68(5):391-395