hb-antimonopoli

26
PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT PENDAHULUAN PENDAHULUAN Lahirnya Undang-undang Lahirnya Undang-undang Antimonopoli dan Persaingan Tidak Antimonopoli dan Persaingan Tidak Sehat (UU No. 5 Tahun 1999) merupakan Sehat (UU No. 5 Tahun 1999) merupakan perangkat hukum dalam dunia usaha perangkat hukum dalam dunia usaha yang didasarkan sebagai kebutuhan yang didasarkan sebagai kebutuhan yang mendesak. Desakan eksternal bisa yang mendesak. Desakan eksternal bisa karena tuntutan keadaan dan tekanan karena tuntutan keadaan dan tekanan eksternal misalnya dari IMF sebagai eksternal misalnya dari IMF sebagai lembaga pemberi kredit. lembaga pemberi kredit.

Upload: asasia

Post on 09-Jan-2016

52 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

- PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: hb-antimonopoli

ANTIMONOPOLI DAN ANTIMONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHATPERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PENDAHULUANPENDAHULUAN

Lahirnya Undang-undang Lahirnya Undang-undang Antimonopoli dan Persaingan Tidak Antimonopoli dan Persaingan Tidak Sehat (UU No. 5 Tahun 1999) Sehat (UU No. 5 Tahun 1999) merupakan perangkat hukum dalam merupakan perangkat hukum dalam dunia usaha yang didasarkan sebagai dunia usaha yang didasarkan sebagai kebutuhan yang mendesak. Desakan kebutuhan yang mendesak. Desakan eksternal bisa karena tuntutan eksternal bisa karena tuntutan keadaan dan tekanan eksternal keadaan dan tekanan eksternal misalnya dari IMF sebagai lembaga misalnya dari IMF sebagai lembaga pemberi kredit. pemberi kredit.

Page 2: hb-antimonopoli

Keberadaan Undang-undang Antimonopoli ini Keberadaan Undang-undang Antimonopoli ini selain adanya desakan IMF, juga sebagai selain adanya desakan IMF, juga sebagai respons atas tuntutan masyarakat yang respons atas tuntutan masyarakat yang mengutuk konglomerat di mana mereka mengutuk konglomerat di mana mereka diperlakukan istimewa selama rezim orde diperlakukan istimewa selama rezim orde baru, sedangkan di lain pihak pengusaha kecil baru, sedangkan di lain pihak pengusaha kecil dan menengah tidak mendapatkan perhatian dan menengah tidak mendapatkan perhatian yang memadai. Dalam tulisan ini diulas yang memadai. Dalam tulisan ini diulas tentang Undang-Undang Antimonopoli Nomor tentang Undang-Undang Antimonopoli Nomor 5 Tahun 1999.5 Tahun 1999.

Mencermati topik pembahasan kali ini, ada Mencermati topik pembahasan kali ini, ada dua isu penting, yakni masalah praktik dua isu penting, yakni masalah praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Keduanya merupakan permasalahan dunia Keduanya merupakan permasalahan dunia ekonomi yang seharusnya diatur oleh dunia ekonomi yang seharusnya diatur oleh dunia hukum agar terjadi persaingan yang sehat dan hukum agar terjadi persaingan yang sehat dan menghindari praktik monopoli. Bagaimana menghindari praktik monopoli. Bagaimana hukum mengatur kedua persoalan di atas hukum mengatur kedua persoalan di atas dalam konteks nasional maupun global, di dalam konteks nasional maupun global, di mana sistem ekonomi suatu negara akan mana sistem ekonomi suatu negara akan dipengaruhi dan saling mempengaruhi kondisi dipengaruhi dan saling mempengaruhi kondisi perekonomian negara lain.perekonomian negara lain.

Page 3: hb-antimonopoli

PENGERTIAN PELAKU USAHAPENGERTIAN PELAKU USAHA

Pelaku usaha dalam UU No. 5 Tahun 1999 didefinisikan Pelaku usaha dalam UU No. 5 Tahun 1999 didefinisikan sebagai berikut.sebagai berikut.

“setiap orang perseorangan atau badan usaha, “setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan berkedudukan atau melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik usaha dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan melalui perjanjian menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.”ekonomi.”

Dengan mencermati definisi pelaku usaha diatas, Dengan mencermati definisi pelaku usaha diatas, ternyata hanya menyebutkan semua kegiatan yang ternyata hanya menyebutkan semua kegiatan yang dijalankan di dalam wilayah negara kesatuan Republik dijalankan di dalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, pembuat undang-undang Indonesia. Dengan demikian, pembuat undang-undang tidak mempertimbangkan aspek globalisasi, dimana tidak mempertimbangkan aspek globalisasi, dimana pelaku usaha sangat dimungkinkan untuk melintas pelaku usaha sangat dimungkinkan untuk melintas batas-batas kontekstual di kandung maksud bahwa batas-batas kontekstual di kandung maksud bahwa pelaku usaha ini tidak melakukan kegiatan pelaku usaha ini tidak melakukan kegiatan monopolistik di wilayah negara kesatuan RI yang monopolistik di wilayah negara kesatuan RI yang merusak iklim usaha yang sehat dan kompetitif.merusak iklim usaha yang sehat dan kompetitif.

Page 4: hb-antimonopoli

PENGERTIAN MONOPOLIPENGERTIAN MONOPOLI

Dalam UU No. 5 Tahun 1999, Dalam UU No. 5 Tahun 1999, pengertian monopoli secara pengertian monopoli secara singkat didefinisikan sebagai singkat didefinisikan sebagai berikut.berikut.

“suatu bentuk penguasaan “suatu bentuk penguasaan atas produksi dan atau atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau pemasaran barang dan atau penggunaan jasa tertentu oleh penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku atau satu satu pelaku atau satu kelompok pelaku usaha”kelompok pelaku usaha”

Page 5: hb-antimonopoli

PRAKTIK MONOPOLI DAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT PERSAINGAN TIDAK SEHAT

Selain definisi monopoli dan Selain definisi monopoli dan persaingan, UU No. 5 Tahun 1999 persaingan, UU No. 5 Tahun 1999 mengatur tentang praktek monopoli mengatur tentang praktek monopoli yang pengertiannya sebagai berikut.yang pengertiannya sebagai berikut.

“Praktek monopoli adalah suatu “Praktek monopoli adalah suatu pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasanya produksi mengakibatkan dikuasanya produksi dan pemasaran atas barang dan atau dan pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.”merugikan kepentingan umum.”

Page 6: hb-antimonopoli

Dari definisi tersebut dapat dicermati Dari definisi tersebut dapat dicermati bahwa suatu praktik monopoli bahwa suatu praktik monopoli tersebut harus dibuktikan adanya tersebut harus dibuktikan adanya unsur mengakibatkan persaingan unsur mengakibatkan persaingan tidak sehat dan merugikan tidak sehat dan merugikan kepentingan umum. Sedangkan kepentingan umum. Sedangkan pengertian persaingan usaha tidak pengertian persaingan usaha tidak sehat diartikan sebagai berikut.sehat diartikan sebagai berikut.

“Persaingan antarpelaku usaha “Persaingan antarpelaku usaha dalam menjalankan kegiatan dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.”menghambat persaingan usaha.”

Page 7: hb-antimonopoli

PENGERTIAN KOMPETISIPENGERTIAN KOMPETISI

Berbicara masalah kompetisi, selain Berbicara masalah kompetisi, selain telah masuk pada dunia hukum juga telah masuk pada dunia hukum juga dalam dunia ekonomi. Ilmu ekonomi dalam dunia ekonomi. Ilmu ekonomi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang dapat dikatakan sebagai ilmu tentang kompetisi kompetisi (science of competition)(science of competition). . Selain itu, ekonomi dapat dipandang Selain itu, ekonomi dapat dipandang sebagai sebagai science of scarcityscience of scarcity.. Pendapat Pendapat diatas tersebut begitu realitis bahwa diatas tersebut begitu realitis bahwa manusia berusaha memenuhi keinginan manusia berusaha memenuhi keinginan melalui sumber daya yang ada dan melalui sumber daya yang ada dan terbatas terbatas ((economics is often referre to economics is often referre to as the science of scarcity),as the science of scarcity), sehingga sehingga manusia berkompetisi untuk memenuhi manusia berkompetisi untuk memenuhi keinginannya.keinginannya.

Page 8: hb-antimonopoli

KEGIATAN YANG DILARANGKEGIATAN YANG DILARANGMONOPOLIMONOPOLI

Pelaku usaha dilarang melakukan Pelaku usaha dilarang melakukan praktek monopoli karena akan praktek monopoli karena akan menimbulkan persaingan tidak menimbulkan persaingan tidak sehat, mengendalikan harga sehat, mengendalikan harga seenaknya yang akhirnya seenaknya yang akhirnya kepentingan konsumen akan kepentingan konsumen akan terabaikan. Persoalannya adalah terabaikan. Persoalannya adalah kapan suatu pelaku usaha dapat kapan suatu pelaku usaha dapat dikategorikan melakukan dikategorikan melakukan monopoli.monopoli.Undang-undang Nomor 5 Tahun Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 merumuskan beberapa 1999 merumuskan beberapa kriteria sebagai berikut.kriteria sebagai berikut.

Page 9: hb-antimonopoli

1.1. Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atasPelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana maksud dalam ayat (1) apabila: Barang dan atau maksud dalam ayat (1) apabila: Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada subtitusinya; jasa yang bersangkutan belum ada subtitusinya;

3. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat3. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk dalam persaingan dan atau jasa yang sama; masuk dalam persaingan dan atau jasa yang sama; atau, atau,

4. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku4. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50 % (lima puluh usaha menguasai lebih dari 50 % (lima puluh persen) pasangsa pasar atau jenis barang atau jasa persen) pasangsa pasar atau jenis barang atau jasa tertentu. tertentu.

Page 10: hb-antimonopoli

MONOPSONIMONOPSONI

Pasal 28 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Pasal 28 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengatur tentang larangan praktik monopsoni, yaitu mengatur tentang larangan praktik monopsoni, yaitu sebagai berikut.sebagai berikut.

1. Pelaku usaha dilarang melakukan menguasai 1. Pelaku usaha dilarang melakukan menguasai penerimaan pasokan ataupenerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasardalam pasar bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopolipraktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. dan atau persaingan usaha tidak sehat.

2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai 2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaanpenerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal sebagaimana pasokan atau menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalamdimaksud dalam ayat (1) apabila satu pelaku usaha atau satu ayat (1) apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usahakelompok pelaku usaha menguasai 50% (lima puluh persen) pangsa pasar menguasai 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atausatu jenis barang atau jasa tertentu. jasa tertentu.

Page 11: hb-antimonopoli

PENGUASAAN PASARPENGUASAAN PASAR

Pelaku usaha dilarang melakukan peguasaan pasar baik Pelaku usaha dilarang melakukan peguasaan pasar baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama pelaku secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama pelaku usaha lainnya yang mengakibatkan praktik monopoli usaha lainnya yang mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat berupa:dan persaingan usaha tidak sehat berupa:Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan; ataubersangkutan; atauMenghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingannya untuk tidak melakukan hubungan usaha pesaingannya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu; atau membatasi dengan pelaku usaha pesaingnya itu; atau membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan; ataupada pasar bersangkutan; atauMelakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha Melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.tertentu.Dalam ketentuan pasal berikutnya, yakni Pasal 20 dan Dalam ketentuan pasal berikutnya, yakni Pasal 20 dan 21 pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan 21 pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan atau jasa dengan cara melakukan barang dan atau jasa dengan cara melakukan jual rugi jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan atau mematikan usaha maksud untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan terjadi praktik monopoli dan pesaingan mengakibatkan terjadi praktik monopoli dan pesaingan tidak sehat. Selain itu, pelaku usaha dilarang tidak sehat. Selain itu, pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian atau produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian atau komponen harga barang dan atau jasa. Hal ini sering komponen harga barang dan atau jasa. Hal ini sering terjadi dalam perang dagang internasional berupa terjadi dalam perang dagang internasional berupa praktik dumping.praktik dumping.

Page 12: hb-antimonopoli

PERSEKONGKOLANPERSEKONGKOLAN

Beberapa bentuk persekongkolan yang dilarang oleh Beberapa bentuk persekongkolan yang dilarang oleh Undang-undang adalah sebagai berikut.Undang-undang adalah sebagai berikut.

1. Pelaku usaha dilarang melakukan persekongkolan 1. Pelaku usaha dilarang melakukan persekongkolan dengan pihak lain dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehinggatender sehingga mengakibatkan terjadi persaingan tidak sehat. mengakibatkan terjadi persaingan tidak sehat.

2. Pelaku usaha bersekongkol dengan pihak lain untuk 2. Pelaku usaha bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatmendapat informasi kegiatan usaha pesaingnya yang informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan rahasiadiklasifikasikan rahasia perusahaan. perusahaan.

3. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak 3. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat produksi dan ataupemasaran lain untuk menghambat produksi dan ataupemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau dipasok dipasar bersangkutan menjadi berkurang, atau dipasok dipasar bersangkutan menjadi berkurang, baik baik dari jumlah, kualitas, maupun kecepatan baik baik dari jumlah, kualitas, maupun kecepatan waktu yang di persyaratkan.waktu yang di persyaratkan.

Page 13: hb-antimonopoli

POSISI DOMINANPOSISI DOMINAN

Pergertian posisi dominan dapat dilihat Pergertian posisi dominan dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 4 yang dalam Pasal 1 angka 4 yang menyebutkan bahwa posisi dominan menyebutkan bahwa posisi dominan adalah adalah keadaan di mana pelaku usaha keadaan di mana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang dan pasokan atau permintaan barang dan jasa tertentu.jasa tertentu.

Page 14: hb-antimonopoli

Mengenai pengaturan suatu pelaku Mengenai pengaturan suatu pelaku usaha menggunakan posisi dominan usaha menggunakan posisi dominan dituangkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan dituangkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan (2). Pelaku usaha dapat dikategorikan (2). Pelaku usaha dapat dikategorikan menggunakan posisi dominan apabila menggunakan posisi dominan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Menetapkan syarat-syarat 1. Menetapkan syarat-syarat perdaganganperdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan dengan tujuan untuk mencegah dan atauatau menghalangi konsumen memperoleh menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, barang dan atau jasa yang bersaing, baikbaik dari segi harga maupun kualitas. dari segi harga maupun kualitas.

2. Membatasi pasar dan pengembangan2. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi atau menghambat palaku teknologi atau menghambat palaku usahausaha lain yang berpotensi menjadi pesaing lain yang berpotensi menjadi pesaing untukuntuk memasuki pasar bersangkutan. memasuki pasar bersangkutan.

Page 15: hb-antimonopoli

Dalam ayat (2) secara kuantitatif Dalam ayat (2) secara kuantitatif ditentukan berapa persentase ditentukan berapa persentase penguasaan pasar oleh pelaku usaha penguasaan pasar oleh pelaku usaha sehingga dapat dikatakan sehingga dapat dikatakan menggunakan posisi dominan menggunakan posisi dominan sebagaimana ketentuan diatas, yaitu sebagaimana ketentuan diatas, yaitu sebagai berikut.sebagai berikut.

1. Satu pelaku atau satu kelompok 1. Satu pelaku atau satu kelompok pelakupelaku usaha menguasai 50% (lima puluh usaha menguasai 50% (lima puluh persen)persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis atau lebih pangsa pasar satu jenis barangbarang atau jasa tertentu. atau jasa tertentu.

2. Dua atau tiga pelaku usaha atau 2. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompokkelompok pelaku usaha menguasai 75% (tujuh pelaku usaha menguasai 75% (tujuh puluhpuluh lima persen) atau lebih pangsa pasar lima persen) atau lebih pangsa pasar satusatu jenis barang atau jasa tertentu. jenis barang atau jasa tertentu.

Page 16: hb-antimonopoli

JABATAN RANGKAPJABATAN RANGKAP

Seseorang yang menduduki Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu atau komisaris dari suatu perusahaan, pada waktu perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilarang yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi merangkap menjadi direksi atau komisaris pada atau komisaris pada perusahaan lain, apabila perusahaan lain, apabila perusahaan-perusahaan perusahaan-perusahaan tersebut :tersebut :

Page 17: hb-antimonopoli

1. Berada dalam pasar 1. Berada dalam pasar bersangkutanbersangkutan yang sama, yang sama,

2. Memilik keterkaitan yang 2. Memilik keterkaitan yang eraterat dalam bidang dan atau jenis dalam bidang dan atau jenis usaha, usaha,

3. Secara bersama dapat 3. Secara bersama dapat menguasaimenguasai pangsa pasar barang dan pangsa pasar barang dan atau jasaatau jasa tertentu; yang dapat tertentu; yang dapat mengakibatkan monopoli mengakibatkan monopoli dan ataudan atau pesaingan usaha tidak pesaingan usaha tidak sehat.sehat.

Page 18: hb-antimonopoli

PEMILIKAN SAHAMPEMILIKAN SAHAM

Pelaku usaha dilarang memiliki saham Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar dalam bidang yang sama pada pasar yang bersangkutan yang sama atau yang bersangkutan yang sama atau mendirikan beberapa perusahaan yang mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar yang bersangkutan yang pada pasar yang bersangkutan yang sama apabila kepemilikan tersebut sama apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan:mengakibatkan:Satu pelaku atau satu kelompok pelaku Satu pelaku atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50% (lima puluh usaha menguasai 50% (lima puluh persen) atau lebih pangsa pasar satu persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.jenis barang atau jasa tertentu.Dua atau tiga pelaku usaha atau Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75% kelompok pelaku usaha menguasai 75% (tujuh puluh lima persen) atau lebih (tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.jasa tertentu.

Page 19: hb-antimonopoli

PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHANDAN PENGAMBILALIHAN

Sebelum menjelaskan penggabungan Sebelum menjelaskan penggabungan dan peleburan bahkan sampai dan peleburan bahkan sampai pengambilalihan perusahaan, perlu pengambilalihan perusahaan, perlu ditekankan bahwa yang di maksud ditekankan bahwa yang di maksud dengan pelaku usaha di sini adalah dengan pelaku usaha di sini adalah pelaku usaha yang berbadan hukum pelaku usaha yang berbadan hukum maupun bukan berbadan hukum, yang maupun bukan berbadan hukum, yang menjalankan suatu jenis usaha yang menjalankan suatu jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus bersifat tetap dan terus menerus dengan tujuan untuk memperoleh laba. dengan tujuan untuk memperoleh laba. Secara garis bahwa tindakan Secara garis bahwa tindakan penggabungan, peleburan, dan penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan yang akan secara pengambilalihan yang akan secara tegas dilarang. Dalam undang-undang tegas dilarang. Dalam undang-undang ini hanya menegaskan bentuk ini hanya menegaskan bentuk penggabungan yang bersifat vertikal penggabungan yang bersifat vertikal (lihat Pasal 14)(lihat Pasal 14)

Page 20: hb-antimonopoli

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHAKOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

Mengenai status dan keanggotaan Mengenai status dan keanggotaan diatur dalam Pasal 1 angka 18, 30 dan diatur dalam Pasal 1 angka 18, 30 dan Pasal 31 UU Nomor 5 Tahun 1999. Pasal 31 UU Nomor 5 Tahun 1999. Komisi Pengawas Persaingan Usaha Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah Komisi yang dibentuk (KPPU) adalah Komisi yang dibentuk untuk mengawasi pelaku usaha dalam untuk mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktik monopoli atau tidak melakukan praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat (Pasal 1 persaingan usaha tidak sehat (Pasal 1 angka 18). KPPU ini statusnya angka 18). KPPU ini statusnya merupakan lembaga yang independen, merupakan lembaga yang independen, terlepas dari pengaruh pemerintah, dan terlepas dari pengaruh pemerintah, dan bertanggungjawab langsung kepada bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Adapun keanggotaan KPPU Presiden. Adapun keanggotaan KPPU minimal 7 (tujuh) orang yang terdiri minimal 7 (tujuh) orang yang terdiri dari Ketua dan Wakil Ketua merangkap dari Ketua dan Wakil Ketua merangkap anggota. anggota.

Page 21: hb-antimonopoli

Pengangkatan dan Pengangkatan dan pemberhentian KPPU berada pemberhentian KPPU berada di bawah kewenangan di bawah kewenangan Presiden dengan persetujuan Presiden dengan persetujuan DPR. Anggota KPPU diangkat DPR. Anggota KPPU diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.masa jabatan berikutnya.

Page 22: hb-antimonopoli

Tugas dan wewenang KPPU meliputi Tugas dan wewenang KPPU meliputi beberapa hal berikut :beberapa hal berikut :

1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian 1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapatyang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingandan persaingan usaha tidak sehat. usaha tidak sehat.2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan 2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atauusaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan praktikmengakibatkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.3. Melakukan penilaian terhadap ada tidaknya3. Melakukan penilaian terhadap ada tidaknya penyalahgunaan posisi dominan. penyalahgunaan posisi dominan.4. Mengambil tindakan sesuai dengan 4. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang komisiwewenang komisi sebagaimana diatur dala Pasal 36. sebagaimana diatur dala Pasal 36.5. Memberikan saran dan pertimbangan 5. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakanterhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan praktik pemerintah yang berkaitan dengan praktik monopoli danmonopoli dan persaingan usaha tidak sehat. persaingan usaha tidak sehat.6. Menyusun pedoman dan atau publikasi 6. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitanyang berkaitan dengan Undang-undang ini. dengan Undang-undang ini.7. Memberikan laporan secara berkala atas 7. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisihasil kerja komisi kepada Presiden dan DPR. kepada Presiden dan DPR.

Page 23: hb-antimonopoli

SANKSI SANKSI

Ketentuan penjatuhan sanksi terhadap pelaku Ketentuan penjatuhan sanksi terhadap pelaku usaha yang melanggar undang-undang ini usaha yang melanggar undang-undang ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu :yaitu :

1. Sanksi Administrasi1. Sanksi Administrasi Dapat berupa penetapan pembatalan Dapat berupa penetapan pembatalan perjanjian,perjanjian, penghentian integrasi vertikal sebagaimana penghentian integrasi vertikal sebagaimana diaturdiatur dalam Pasal 14, perintah kepada pelaku dalam Pasal 14, perintah kepada pelaku usahausaha untuk menghentikan posisi dominan, untuk menghentikan posisi dominan, penetapanpenetapan pembatalan atas penggabungan, peleburan, pembatalan atas penggabungan, peleburan, dandan pengambilalihan badan usaha, penetapan pengambilalihan badan usaha, penetapan pembayaran ganti rugi, penetapan denda pembayaran ganti rugi, penetapan denda serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,- serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,- (satu(satu milyar rupiah) atau setinggi-tingginya milyar rupiah) atau setinggi-tingginya Rp. 25.000.000.000,- (dua puluh lima milyar Rp. 25.000.000.000,- (dua puluh lima milyar rupiah). rupiah).

Page 24: hb-antimonopoli

2. Sanksi Pidana Pokok, dan2. Sanksi Pidana Pokok, dan Pidana Tambahan Pidana Tambahan

Ketentuan penjatuhan pidana pokok Ketentuan penjatuhan pidana pokok dan tambahan dimungkinkan dalam dan tambahan dimungkinkan dalam undang-undang ini. Apabila pelaku undang-undang ini. Apabila pelaku usaha melanggar Pasal 14 (integrasi usaha melanggar Pasal 14 (integrasi vertikal), Pasal 16 (perjanjian dengan vertikal), Pasal 16 (perjanjian dengan luar negeri yang mengakibatkan luar negeri yang mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan usaha praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat), Pasal 17 (melakukan tidak sehat), Pasal 17 (melakukan monopoli), Pasal 18 (melakukan monopoli), Pasal 18 (melakukan monopsoni), Pasal 19 (penguasaan monopsoni), Pasal 19 (penguasaan pasar), Pasal 25 (posisi dominan), Pasal pasar), Pasal 25 (posisi dominan), Pasal 27 (pemilikan saham), dikenakan denda 27 (pemilikan saham), dikenakan denda minimal Rp. 25.000.000.000,- (dua minimal Rp. 25.000.000.000,- (dua puluh lima milyar rupiah) dan setinggi-puluh lima milyar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp. 100.000.000.000,- tingginya Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah).(seratus milyar rupiah).

Page 25: hb-antimonopoli

Sedangkan untuk Sedangkan untuk pelanggaran terhadap Pasal pelanggaran terhadap Pasal 5-8 (mengenai penetapan 5-8 (mengenai penetapan harga), Pasal 15 (mengenai harga), Pasal 15 (mengenai perjanjian tertutup), Pasal perjanjian tertutup), Pasal 20-24 (mengenai 20-24 (mengenai penguasaan pasar dan penguasaan pasar dan persekongkolan), dan Pasal persekongkolan), dan Pasal 26 (tantang jabatan 26 (tantang jabatan rangkap) dikenakan denda rangkap) dikenakan denda minimal Rp. 5 milyar dan minimal Rp. 5 milyar dan maksimal Rp. 25 milyar.maksimal Rp. 25 milyar.

Page 26: hb-antimonopoli

Sedangkan bagi pelaku usaha yang Sedangkan bagi pelaku usaha yang dianggap melakukan pelanggaran berat dianggap melakukan pelanggaran berat juga dikenakan pidana tambahan sesuai juga dikenakan pidana tambahan sesuai dengan Pasal 10 KUHP, berupa sebagai dengan Pasal 10 KUHP, berupa sebagai berikut :berikut :

1. Pencabutan Izin usaha1. Pencabutan Izin usaha2. Larangan kepada pelaku usaha yang 2. Larangan kepada pelaku usaha yang telahtelah terbukti melakukan pelanggaran terbukti melakukan pelanggaran terhadapterhadap undang-undang ini untuk menduduki undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris jabatan direksi atau komisaris sekurang-sekurang- kurangnya dua tahun dan selama- kurangnya dua tahun dan selama-lamanyalamanya lima tahun. lima tahun.3. Penghentian kegiatan atau tindakan3. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan tertentu yang menyebabkan timbulnyatimbulnya kerugian pada pihak lain. kerugian pada pihak lain.