hati nurani
DESCRIPTION
PRINSIP DAN PENERAPAN HATI NURANI DALAM KEPERAWATAN PROFESIONALTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanyakan pada hati nurani! Dimanakah hati nurani kita? Tidak punya hati
nurani! Apakah hati nurani itu?
Banyak dari kita sering mendengar kalimat-kalimat seperti ini, namun jarang
yang bisa menjabarkan makna yang sesungguhnya tentang hati nurani. Dalam
kehidupan sehari-hari, saat kita ada pikiran untuk melakukan hal-hal yang
menyimpang dari kebaikan, kita akan merasakan satu sisi hati kita akan membisikkan
larangan agar tidak melakukan niat pikiran buruk kita tadi, namun sekejap kemudian
ada bisikan hati yang lain untuk membujuk agar kita tetap melakukan niat hati yang
semula. Saat niat semula belum terlaksana, seolah-olah ada perseteruan dalam hati,
antara yang membujuk agar terlaksana dan yang melarang agar tujuan tidak
terlaksana.
Pada zaman sekarang adanya trend besar dimana-mana, bahwa orang semakin
peduli pentingnya etika. Semacam kebangkitan etika terutama di Indonesia dalam
setiap percakapan orang memberikan suatu evaluasi etis atau moral terhadap suatu
kejadian atau perbuatan. Itu tidak etis, tindakannya pun tidak bermoral. Setiap orang
1
merasa bahwa segala kehancuran, seperti tindakan kekerasan atau main hakim
sendiri, terjadi karena orang melupakan nilai dan norma moral. Dan norma yang tidak
diindahkan dalam tatanan pergaulan sosial.
Hari nurani paling jelas kaitannya dengan moralitas, karena hati nurani
menyingkap dengan terang dimensi etis dalam hidup manusia. Hati nurani
mengungkapkan penghayatan tentang baik-buruk berkaitan dengan tingkah laku yang
konkret.
1.2. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengertian dari hati nurani
Untuk mengetahui fenomena moral yang terjadi dalam kehidupan
Untuk mengetahui pembagian hati nurani dilihat dari berbagai aspek
Untuk mengetahui tentang struktur kepribadian dan hubungannya
dengan hati nurani
b. Tujuan khusus
2
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengembangan Kepribadian oleh Bapak Bambang
Soewito,S.KM, M.Kes
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian hati nurani
Secara bahasa
Dalam bahasa Inggris, hati nurani artinya consciece. Kalau kata consciece
diterjemahbalik maka artinya menjadi suara hati, kata hati atau hati nurani.
Berdekatan dengan kata conscience, ada kata conscious. Conscious artinya sadar,
berkesadaran, atau kesadaran. Disamping kedua kata ini, ada satu lagi yang
berdekatan maknanya yaitu intuition, intuition artinya gerak hati, lintasan hati, gerak
batin.
Hati nurani adalah kemampuan atau fakultas yang membedakan apakah salah
satu dari tindakan apakah benar atau salah. Rasa moral tentang yang benar dan yang
salah, terutama karena akan mempengaruhi tingkah laku sendiri; Kesadaran; berpikir;
kesadaran, terutama kesadaran diri. Kesadaran juga berarti peran kognitif diri yang
memperjelas secara sadar di mana diri kita saat ini dan bagaimana situasi lingkungan
3
kita. Kajian-kajian yang mendalam tentang hal ini dapat kita telusuri lebih jauh
terutama di dalam sains psikologi.
Dalam filosofi orang jawa, manusia saat terlahir mempunyai empat jiwa
sebagai kembarannya, yang lahir bersama-sama dengannya. Dalam buku Zhuan
Falun, dikatakan manusia mampunyai Zhu Yuanshen (Jiwa Utama) dan Fu Yuanshen
(Jiwa sekunder) yang menguasai satu tubuh. Jumlah Fu yuanshen berbeda-beda ada
yang mempunyai satu, dua, tiga, empat, bahkan lima. Tubuh manusia jika tidak ada
Yuanshen, tidak ada tabiat, watak dan karakter, bila tanpa semua ini hanya
merupakan segumpal daging, dia tidak akan menjadi seorang manusia yang lengkap
dengan kepribadian mandiri.
Fu Yuanshen atau jiwa sekunder, yang berada di dimensi lain dapat melihat
hakikat suatu urusan, tahu mana yang salah dan yang benar, tidak dibuat sesat oleh
masyarakat manusia. Sedangkan Zhu Yuanshen (Jiwa Utama) mudah tergoda oleh
nafsu duniawi. Untuk manusia yang mempunyai bawaan dasar baik mudah
dikendalikan oleh kehidupan tingkat tinggi, Fu Yuanshennya juga berasal dari tingkat
tinggi. Semakin tinggi tingkat Fu Yuanshennya berasal, hal-hal yang diketahui
semakin sesuai dengan kebenaran dari prinsip-prinsip Tuhan. Sedangkan untuk
manusia yang bawaan dasarnya rendah mudah dipengaruhi oleh informasi dari
kehidupan tingkat rendah yang menyesatkan.
4
Hati nurani adalah informasi yang disampaikan oleh Fu Yuanshen manusia,
karena Fu Yuanshen manusia berasal dari tingkatan yang lebih tinggi daripada Zhu
Yuanshennya, dengan demikian Fu Yuanshenlah yang selalu menjaga manusia agar
terhindar dari perbuatan yang menyimpang dari hukum Tuhan. Namun begitu Zhu
Yuanshen juga adalah kesadaran utama manusia, dialah yang memegang kendali
untuk memutuskan segala sesuatu yang hendak dilakukan. Meskipun hati nurani kita
mengingatkan untuk selalu berjalan di jalan lurus, namun jika kesadaran utama kita
memutuskan untuk tetap melakukan perbuatan buruk,maka tetap saja kita akan
melakukan keputusan salah yang telah kita putuskan tersebut.
Zhu yuanshen manusia yang mudah terpengaruh oleh keduniawian akan
mudah dituntun oleh informasi-informasi yang membujuk kita untuk selalu berjalan
di jalan yang menyimpang, karena informasi yang dibawa/diperoleh bisa jadi
informasi dari unsur-unsur negatif yang berusaha menyesatkan Zhu
yuanshen/kesadaran utama kita. Meskpiun hati nurani (Fu Yuanshen) selalu
mengingatkannya, namun apa daya tangan tak sampai karena jika kesadaran utama
kita tetap mengambil keputusan yang menyimpang tersebut, maka tetap saja kita
melakukan suatu keburukan, sesuai dengan informasi yang menyesatkan yang
diperoleh oleh Zhu Yuanshen kita.
Untuk menghindarkan diri dari perbuatan dosa karena perbuatan buruk maka
kita harus mendengarkan bisikan hati nurani. Saat terjadi perseteruan isi hati antara
5
hati nurani kita dengan bisikan hati yang mengajak keburukan, maka segera
kuatkanlah kesadaran utama kita untuk mengikuti bisikan hati nurani yang jelas-jelas
akan membawa kita melakukan hal-hal yang benar. Sebagai contoh, saat kita berpikir
untuk berbohong demi menutupi perbuatan buruk kita, maka hati nurani anda akan
membisikkan larangan untuk tidak berbohong, atau saat kita mau memamerkan diri,
hati kita membisikkan untuk tidak memamerkan diri, saat ingin menyebarkan
hasutan, gosip dll yang buruk, akan ada suara hati yang melarang kita melakukan hal-
hal tersebut.
Saat manusia sudah tidak mau mendengarkan hati nuraninya, niscaya akan
selalu melakukan hal yang tidak benar, hanya saja kita tetap bersyukur karena hati
nurani kita tidak bosan-bosannya menyertai dan membimbing kita sepanjang hidup
kita. Setelah raga ini terpisah dari jiwa kita maka barulah Fu Yuanshen berpisah
dengan Zhu Yuanshen untuk menjalani kehidupan masing-masing. Mungkin Fu
Yuanshen masuk surga, sedang Zhu yuanshen harus menjalani reinkarnasi dalam
enam jalur reinkarnasi, atau malah mengalami pemusnahan total di neraka yang tak
berujung pangkal tingkatannya.
Secara metafisika
Hati Nurani adalah kesadaran akan kewajiban berhadapan dengan sistuasi
konkret yang saya hadapi kini dan disini. Berkaitan dengan adanya kesadaran
(conscientia = bersama dengan, turut mengetahui) tentang perbuatan dan tentang
6
pelaku (diri sendiri). Semacam instansi dalam bati kita, yang menilai dari segi moral
perbuatan-perbuatan yang kita lakukan. Cara berfungsinya Sebagai vindex : menilai
perbuatan yang telah berlangsung Sebagai index : menilai perbuatan yang akan
datang Sebagai ludex : menilai perbuatan yang sedang dilakukan. Kemutlakan hati
nurani, tuntutannya mutlak, tidak dapat di tawar-tawar. Memerintahkan tanpa syarat
(imperatif kateoris). Mengikuti hati nurani merupakan hak dasar bagi setiap orang.
Hati nurani adalah norma terakhir bagi perbuatan-perbuatan kita. Hati nurani bisa
keliru tuntutannya mutlak tapi belum tentu benar (bisa benar bisa salah). Perlu
dibedakan : saat sebelum keputusan diambil, Saat keputusan diambil. Sifat personal
dan Adipersonal hati nurani; bersifat personal karena selalu berkaitan erat dengan
pribadi yang bersangkutan dan hanya memberi penilaiannya tentang perbuatan saya
sendiri. Bersifat Adipersonal, karena Hati nurani (Nur = cahaya) berarti hati yang
diterangi, terhadap hati nurani seakan kita menjadi “pendengar”, mempunyai aspek
transenden, yang melebihi pribadi kita, dan karena aspek adipersonal ini, hati nurani
memiliki dimensi religius. Penentuan baik buruk , benar salah. Perbuatan yang
dilakukan atas desakan hati nurani belum tentu secara objektif juga baik.Yang
sebenarnya mau diungkapkan bukanlah baik buruknya perbuatan itu sendiri,
melainkan bersalah tidaknya si pelaku. Maka kita tidak pernah boleh bertindak
bertentangan dengan hati nurani kita. Akan tetapi manusia wajib juga
mengembangkan hati nuraninya dan seluruh kepribadian etisnya samapi menjadi
matang dan seimbang (yang subjektif dan objektif menjadi sama).
7
B. Arti Hati Nurani
Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral yang tumbuh dan
berkembang dalam hati manusia dalam situasi konkret. Suara hati menilai suatu
tindakan manusia benar atau salah , baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai
hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru. Dalam hati, manusia sebelum
bertindak atau melakukan sesuatu , ia sudah mempunyai kesadaran atau pengetahuan
umum bahwa ada yang baik dan ada yang buruk. Setiap orang memiliki kesadaran
moral tersebut, walaupun kadar kesadarannya berbeda – beda. Pada saat-saat
menjelang suatu tindakan etis, pada saat itu kata hati akan mengatakan perbuatan itu
baik atau buruk. Jika perbuatan itu baik, kata hati muncul sebagai suara yang
menyuruh dan jikaperbuatan itu buruk, kata hati akan muncul sebagai suara yang
melarang. Kata hati yang muncul pada saat ini disebut prakata hati.
Pada saat suatu tindakan dijalankan, kata hati masih tetap bekerja, yakni
menyuruh atau melarang. Sesudah suatu tindakan, maka kata hati muncul sebagai
“hakim” yang memberi vonis. Untuk perbuatan yang baik, kata hati akan memuji,
sehingga membuat orang merasa bangga dan bahagia. Namun, jika perbuatan itu
8
buruk atau jahat, maka kata hati akan menyalahkan, sehingga, orang merasa gelisah,
malu, putus asa, menyesal.
C. Fungsi Hati Nurani
Fungsi hati nurani yaitu sebagai pegangan, pedoman, atau norma untuk
menilai suatu tindakan, apakah tindakan itu baik atau buruk. Hati nurani berfungsi
sebagai pegangan atau praturan-peraturan konkret di dalam kehidupan sehari-hari dan
menyadarkan manusia akan nilai dan harga dirinya. Sikap kita terhadap hati nurani
adalah menghormati setiap suara hati yang keluar dari hati nurani kita. Mendengarkan
dengan cermat dan teliti setiap bisikan hati nurani. Mempertimbangkan secara masak
dan dengan pikiran sehat apa yang dikatakan hati nurani. Melaksanakan apa yang
disuruh hati nurani.
D. Pentingnya Pembinaan Hati Nurani
Tujuan pokok pembinaan hati nurani adalah hati nurani yang secara subyektif
dan obyektif benar. Denga hati nurani yang baik dan benar, seseorang akan selalu
terdorong untuk bertiandak melakukan kehendak Tuhan dan menuruti norma-norma
moral obyektif. Pembinaan hati nurani tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan seseoang tentang kebenaran dan nilai-nilai, ataupun kemapuan untuk
memecahkan dilema moral, tetapi juga harus memasukkan ke dalamnya pembinaan
9
karakter moral seseoarang secara lebih penuh. Pembinaan hati nurani merupakan
upaya yang hakiki agar manusia lebih mampu hidup dan bertindak sesuai dengan
bisikan hati hati nurani yang bisa dipertanggungjawabkan secara moral. Melalui
pembinaan hati nurani, manusia diharapkan bisa terhindar dari kesesatan dalam
pengambilan keputusan dan tindakan.
E. Ciri Khas Hati Nurani
Ciri khas dari suara hati nurani adalah ia tidak dapat ditawar dan hanya
sepintas keluarnya dengan atau tanpa disadari, ini berlaku mutlak. Mutlak di sini
mempunyai arti ia tidak dapat ditawar melalui pertimbangan-pertimbangan dalam
bentuk apapun. Hal itu disebkan karena suara hati nurani merupakan suara dari Maha
Mutlak.
Tempat berkumpulnya bagi mereka yang hatinya bersih dan tak bernoda dan
tempat mengingat Tuhan itulah Hati Nurani. Suara hati adalah suara halus yang murni
datang langsung dari kesadaran sang Hidup yang ada dalam diri kita yang paling
dalam yang bersih dan jujur, tanpa adanya pertimbangan dalam memberikan jawaban.
Suara hati ini tidak akan keluar jika hati nurani.
F. Hakikat-Hakikat Hati Nurani
1. Penghayatan atas yang baik dan yang buruk di dalam tingkah laku yang konkret.
10
Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral yang tumbuh dan
berkembang dalam hati manusia dalam situasi konkret.
2. Kekuatan Hati Melebihi Kekuatan Pikiran.
Akal manusia sungguh sangat liberal dan radikal mampu menembus ruang
dan waktu mengembara dari khayal ke khayal, mampu berfikir untuk berkreasi dan
berinovasi, membuat aturan-aturan untuk dirinya dan sesamanya, bahkan dengan akal
itu pula manusia dapat berbuat sangat kejam, melanggar norma-norma yang dapat
merusak sistem kehidupan. Dengan akal pula manusia mampu menguasai bumi
dengan cara mengolah sumber-sumber daya yang ada di bumi dan memanfaatkannya
untuk kepentingan dirinya, bahkan manusia mampu pergi ke ruang angkasa,
menginjakan kakinya di bulan dan suatu saat nanti akan dapat pula mengeksplorasi
sumber daya di ruang angkasa. Itulah akal manusia yang dianugerahkan Tuhan hanya
untuk manusia, anugrah ini tentunya harus dipergunakan untuk mensyukuri
nikmatnya, akal yang senantiasa bersyukur ini disebut akal sehat, akal sehat selalu
bersanding dengan hati nurani.
Hati nurani atau hati kecil hati adalah hati yang selalu diliputi cahaya sang
Maha Pencipta, mengikuti irama alam semesta yang memang diciptakan Tuhan untuk
manusia maka tatkala manusia yang berhati nurani melihat ketidak sesuaian atau
11
adanya ketidak selarasan dengan alam ini maka dirinya kan tergerak untuk
merubahnya dan menyesuaikan dengan keselarasan alam tadi. Ketika seseorang
dengan hati nurani, melihat ada orang lain yang patut ditolong pasti akan ditolongnya
tanpa menghiraukan apa jenis warna kulitnya dari bangsa atau kelompok mana yang
ditolong itu berasal. Dengan hati nurani juga manusia bisa berbuat baik untuk seluruh
mahluk yang ada di alam ini dengan memberi perlindungan secara maksimal dengan
menjaga keseimbangannya. Inilah manusia yang dapat memberi rahmat atas alam ini,
pembawa damai dan toleransi.
3. Pemberi Peringatan yang Paling Halus.
Hati nurani itu penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan, dan kebenaran yang
hakiki. Dengan demikian kenapa hati nurani ini tidak kita jadikan sebagai salah satu
pertimbangan yang mendasar didalam pengambilan suatu keputusan terhadap apa
yang akan kita kerjakan. Suatu philosofi yang mendasarkan bahwa seseorang jika
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya, maka dia akan dihantui
oleh kesalahan-kesalahan. tersebut. Ada lagi kata-kata “orang lain mungkin dapat
anda tipu, tapi hati nurani anda, pasti akan sulit untuk anda bohongi”. Kata-kata ini
bermakna cukup mendalam sebagai hukuman bagi seseorang yang melakukan suatu
hal yang bertentangan dengan nurani. Bahkan hukuman ini mungkin lebih keras dari
hukuman fisik, karena hal ini merupakan hukuman bathin, atau yang biasa disebut
“tekanan bathin”.
12
Marilah kita selalu bercermin kepada hati nurani, karena didalamnya
terkandung nilai-nilai luhur, yang akan membawa kemaslahatan bagi kita sendiri dan
orang-orang disekitar kita. Janganlah pertimbangan-pertimbangan negatif lebih
mendominasi, sehingga menyebabkan “buta”nya hati nurani. Kembalilah kepada
pemikiran-pemikiran positif dalam mencermati suatu masalah dengan koridornya
adalah hati nurani. Janganlah konsep materialistis sampai mengesampingkan hati
nurani, kita tidak akan mampu lari dari kesalahan-kesalahan akibat melawan nurani
itu.
4.Hati nurani merupakan martabat terdalam diri manusia.
Hati nurani diberikan secara langsung oleh Sang Pencipta kepada manusia.
Anugrah inilah yang mampu membantu manusia dalam membedakan suatu hal yang
baik dan yang buruk. Hati nurani inilah yang memberikan dorongan bagi manusia
untuk melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu. Karenanya apabila kita
tidak mengikuti apa yang dikatakan oleh hati nurani, maka hal itu sama dengan
mengkhianati martabat terdalam yang ada pada diri kita serta menghancurkan
integritas pribadi kita sebagai manusia.
5. Hati nurani tempat kesadaran manusia untuk merefleksikan diri.
Kesadaran inilah yang mampu membedakan manusia dengan mahluk ciptaan Tuhan
lainnya. Hati nurani inilah yang menuntut manusia untuk melakukan perbuatan yang
13
bersifat moral (baik dan buruk). Tidak hanya itu, hati nurani juga memiliki
kemampuan untuk mengetahui dan menilai suatu perbuatan bersifat moral ataupun
amoral, dengan kata lain hati nurani juga dapat dijadikan sebagai “saksi” yang
mengetahui perbuatan yang kita lakukan. Suara hati menilai suatu tindakan manusia
benar atau salah , baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan
jujur, walaupun dapat keliru.
6. Hati Nurani Retrospektif dan Hati Nurani Prospektif
Hati nurani retrospektif memberikan penilaian tentang perbuatan-perbuatan
yang telah berlangsung di masa lampau. Hati nurani dalam arti retrospektif menuduh
atau mencela, bila perbuatannya jelek, dan sebaliknya, memuji atau memberi rasa
puas, bila perbuatannya dianggap baik. Jadi, hati nurani ini merupakan semacam
instansi kehakiman dalam batin kita tentang perbuatan yang telah berlangsung.
Hati nurani prospektif melihat ke masa depan dan menilai perbuatan-
perbuatan kita yang akan datang. Hati nurani dalam arti ini mengajak kita untuk
melakukan sesuatu atau seperti barangkali lebih banyak terjadi mengatakan “ jangan “
dan melarang untuk melakukan sesuatu. Di sinipun rupanya aspek negatif lebih
mencolok. Dalam hati nurani prospektif ini sebenarnya terkandung semacam ramalan.
Ia mengatakan, hati nurani pasti akan menghukum kita, andaikan kita melakukan
perbuatan itu. Dalam arti ini hati nurani prospektif menunjuk kepada hati nurani
retrospektif yang akan datang, jika perbuatan menjadi kenyataan.
14
Pembeda antara hati nurani retrospektif dan hati nurani prospektif ini bisa
menampilkan kean seolah-olah hati nurani hanya menyangkut masa lampau atau
masa depan.
7. Hati Nurani Bersifat Personal dan Adipersonal
Hati nurani bersifat personal, artinya selalu berkaitan erat dengan pribadi
bersangkutan. Hati nurani akan berkembang juga bersama dengan perkembangannya
seluruh kepribadianya. Ada alasan lain untuk mengatakan bahwa hati nurani bersifat
personal, yaitu hati nurani hanya berbicara atas nama saya. Hati nurani hanya
memberi penilaiannya tentang perbuatan saya sendiri.
Walaupun begitu, hati nurani tidak memberikan penilaian tentang perbuatan
orang lain . Kita hanya memperhatikan norma-norma dan cita-cita yang juga diikuti
oleh hati nurani kita. Tapi integritas pribadi kita tidak akan merasa diperkosa, bila
orang lain melakukan apa yang menurut kita tidak boleh.
Di samping aspek personal, hati nurani menunjukkan juga suatu aspek
adipersonal. Selain bersifat pribadi, hati nurani juga seolah-olah melebihi pribadi kita,
seolah-olah merupakan instansi di atas kita. Karena aspek adipersonal itu, orang
beragama kerap kali mengatakan bahwa hati nurani adalah suara Tuhan atau bahwa
Tuhan berbicara melalui hati nurani. Setiap orang mempunyai hati nurani karena ia
munusia. Kenyataan itu justru menyediakan landasan untuk mencapai persetujuan di
15
bidang etis antara semua manusia, melampaui segala perbedaan mengenai agama,
kebudayaan, posisi ekonomis, dan lain-lain.
8. Pegangan menuju keputusan yang baik dan benar.
Dalam setiap pertimbangan yang kita miliki dan dalam melakukan atau
memutuskan sesuatu selalu dipengaruhi oleh logika dan hati nurani. Ada kalanya
logika manusia tidak dapat memberikan keputusan terbaik, maka diharapkan hati
nurani memegang kendali atas keputusan kita. Hati nurani merupakan salah satu
”otak” dalam pengambilan keputusan disamping logika. Hati nurani dapat juga
memberikan penilaian dan rasa tanggung jawab terhadap keputusan tersebut.Hati
nurani memiliki fungsi sebagai ”juri” atas diri kita. Hati nurani akan terus
memberikan penilaian terhadap perbuatan, keputusan, dan cara hidup kita.
9. Hati nurani makin lama makin terasa dan memiliki peranan
Seiring perkembangan zaman, terjadi pula banyak perubahan dalam tatanan
masyarakat, termasuk di dalamnya perubahan di bidang tata moral masyarakat.
Dalam kehidupan moral sehari-hari, peranan hati nurani makin lama makin memiliki
peranan. Jika dalam masyarakat tidak ada lagi konsensus mengenai norma moral, dan
16
jika kesadaran bersama akan patokan menjadi kabur, maka perbuatan seringkali
tergantung pada keyakinan pribadi dan pada hati nurani. Agar mampu mengambil
keputusan yang baik dan benar, seseorang harus memiliki hati nurani yang dewasa
dan matang.
10. Hati nurani yang luhur dapat membuat manusia melakukan hal besar, dan di sisi
lain, hati nurani yang tersesat dapat membuat manusia melakukan hal yang sama
sekali tidak berperikemanusiaan
11. Pengendali Hidup Manusia
Institusi pengendali hidup manusia sebenarnya tidak satu perkara atau hal,
melainkan banyak hal, diantara pengendali itu ada yang saling menguatkan, ada yang
saling merobohkan. Pengendali hidup manusia adalah kebutuhan jasmaniah, kondisi
alam lingkungannya, peradaban dimana ia dilahirkan, akal fikirannya, perasaannya,
keyakinannya, situasi politik dan sosialnya, serta hati nuraninya. Hati nurani
merupakan tempat keberadaan nilai-nilai yang bersifat fitrah. Dalam setiap diri kita
tertanam nilai-nilai fitrah seperti kasih sayang, kesabaran, kelemah-lembutan, serta
kerinduan akan kebenaran yang hakiki. Hati nurani merupakan kekuatan pendorong
bagi manusia untuk selalu rindu pada kebenaran. Sehingga apabila kehidupan sosial
kita dibangun di atas hati nurani, maka kehidupan sosial kita akan aman damai.
17
12. Kebaikan ini akan terasa mudah apabila kita sering mengikuti hati nurani dalam
berbicara dan bertindak.
Hati nurani cenderung kepada kebaikan. Kebaikan ini akan terasa mudah
apabila kita sering mengikuti hati nurani dalam berbicara dan bertindak. Namun, bagi
seseorang yang sudah terbiasa melakukan sesuatu tidak berdasarkan hati nurani hal
ini akan menjadi berat. Perlu kekuatan yang luar biasa untuk mengikuti hati nurani.
Terutama hal yang belum bisa diterima oleh keadaan sekitar. Disini keyakinan dan
optimisme perlu ditanamkan dalam pikiran dan hati kita. Setiap manusia pastilah
mempunyai hati nurani. Kejujuran yang ada di dalam hati manusia. Seringkali kita
melakukan tindakan yang sesuai dengan hati nurani. Kata hati nurani tidak pernah
bohong. Namun, banyak konsekuensi yang akan kita dapatkan apabila kita mengkuti
hati nurani. Karena seringkali hati nurani yang kita rasakan tidak mudah diterima oleh
keadaan sekitar kita. Sehingga kadang-kadang ada tarik menarik antara mengikuti
hati nurani atau mengingkarinya.
G. Virtualisasi dan Revitalisasi Hati Nurani
Hati nurani butuh penyegaran, didikan, latihan, rekreasi, reorientasi,
penanaman paradigma. Hati nurani merupakan pemberian Sang Pencipta yang perlu
dibina. Pembinaan ini ada yang halus dan jitu, ada yang kuran tepat dan longgar, serta
ada pula yang tumpul. Hati nurani yang tumpul biasanya disebabkan adanya salah
didikan yang ditanamkan sejak kecil. Keadaan hati nurani (longgar, tumpul, maupun
18
jitu), semuanya bergantung pada pendidikan lingkungan. Karenanya dibutuhkan suatu
pembinaan terhadap hati nurani agar moral manusia tetap terjaga.
Orang dari jaman dahulupun sudah menyadari akan peran informasi-informasi
yang didapatkan dari lingkungan terhadap perilaku manusia. Kualitas hati nurani
yang dimiliki seseorang tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan. sekitar orang
tersebut. Secara tidak langsung kualitas hati nurani seseorang dipengaruhi oleh
lingkungannya. Melalui lingkunganlah seseorang membentuk nilai-nilai moral dan
tanggung jawab. Lingkungan merupakan menjadi sumber pengetahuan bagi hati
nurani. Lingkungan yang berpengaruh itu dapat berupa keluarga, teman, pergaulan,
budaya, agama, dan tradisi. Jika seseorang hidup dalam lingkungan yang baik maka
hati nurani yang terbentuk akan memiliki kualitas yang baik dan sebaliknya.
Kesadaran manusia dalam bertindak dan merfleksikan apa yang telah
dilakukan sangat dipengaruhi oleh hati nurani. Hati nurani inilah yang mendorong
manusia untuk melakukan perbuatan moral (baik atau buruk), serta melakukan
penilaian terhadap sikap yang telah ataupun hendak dilakukan. Dalam hal ini hati
nurani melakukan penilaian suatu tindakan baik secara retrospektif maupun
prospektif, dan bertindak sebagai “saksi” atas perbuatan yang telah dilakukan. Peran
hati nurani yang begitu besar dalam mempengaruhi sikap serta tindakan yang
diperbuat menuntut pengelolaan hati nurani yang baik, dan tepat.
19
Pembinaan hati nurani yang tidak tepat dapat berakibat pada rusaknya nilai –
nilai moral yang ada dalam diri manusia. Hati nurani , sebagai penilaian dari suatu
perbuataan, tidak luput dari kemungkinan untuk keliru. Kepincangan dan gangguan
hati nurani tersebut akan sangat berpengaruh pada saat seseorang membuat
keputusan. Hati nurani yang terganggu atau pincang dapat mengakibatkan orang sulit
mengambil keputusan, bahkan dapat menentukan keputusan yang salah secara moral.
Hati nurani dapat juga menjadi tumpul/salah/tersesat jika manusia tersebut tidak
pernah mendengarkan suara hati nuraninya ataupun karena lingkungan yang ada
disekitar mausia tersebut.
H. Hati Nurani Sebagai Fenomena Moral
Setiap manusia mempunyai pengalaman tentang hati nurani dan mungkin
pengalaman itu merupakan perjumpaan paling jelas dengan moralitas sebagai
kenyataan. Contoh-contoh pengalaman tentang hati nurani :
Seorang hakim telah menjatuhkan vonis dalam suatu perkara pengadilan yang
penting. Malam sebelumnya ia didatangi oleh wakil dari pihak terdakwa.
Orang itu menawarkan sejumlah besar uang, bila sihakim bersedia
memenangkan pihaknya. Hakim yakin bahwa terdakwa itu bersalah. Bahan
bukti yang telah dikumpulkan dengan jelas menunjukkan hal itu. Tapi ia
tergiur oleh uang yang begitu banyak, sehingga tidak bisa lain ia menerima
penawaran itu. Ia telah memutuskan terdakwa tidak bersalah dan
membebaskannya dari segala tuntutan hukum. Kejaidian ini sangat
20
menguntungkan dia. Sekarang ia sanggup menyekolahkan anaknya ke luar
negeri dan membeli rumah yang sudah lama diidam-idamkan oleh istrinya.
Namun demikian, ia tidak bahagia. Dalam batinnya ia merasa gelisah. Ia
seolah-olah “ malu “ terhadap dirinya sendiri. Bukan karena ia takut kejadian
itu akan diketahui oleh atasannya, karena kasus suap itu tida diketahui oarang
lain. Namun kepastian ini tidak bisa menghilangkan kegelisahannya. Baru kali
ini ia menyerah terhadap godaan semacam itu. Sampai sekarang ia selalu setia
pada sumpahnya ketika dilantik dalam jabatan yang luhur ini. Mengapa kali
ini ia sampai terjatuh ? Ia merasa marah dan mual terhadap dirinya sendiri.
I. Kesadaran dan Hati Nurani
Dengan “ hati nurani “ kita maksudkan penghayatan tentang baik atau buruk
berhubungan dengan tingkah laku konkret kita. Hati nurani ini memerintah atau
melarang kita untuk melakukan sesuatu kini dan di sini. Ia tidak berbicara tentang
sesuatu yang umum, melainkan tentang situasi yang sangat konkret. Tidak mengikuti
hati nurani ini berarti menghancurkan integritas pribadi kita dan mengkhianati
martabat terdalam kita.
Hati nurani berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai
kesadaran. Untuk menunjukkan kesadaran, dalam bahasa Latin dan bahasa-bahasa
yang diturunkan daripadanya, dipakai kata conscientia. Kata itu berasal dari kata
kerja scire ( mengetahui ) dan awalan con- ( bersama dengan, turut ). Dengan
demikian conscientia sebenarnya berarti “ turut mengetahui “. Kata conscientia yang
21
sama dalam bahasa Latin ( dan bahasa-bahasa yang serumpun dengannya ) digunakan
juga untuk menunjukkan “ hati nurani “.
J. Hati Nurani Sebagai Norma Moral Yang Subyektif
Dalam sejarah filsafat sering dipersoalkan apakah hati nurani termasuk
perasaan, kehendak atau rasio. Hati nurani memberi suatu penilaian, artinya suatu
putusan ( judgement ). Ia menegaskan : ini baik dan ini harus dilakukan atau ini buruk
dan ini tidak boleh dilakukan. Mengemukakan putusan jelas merupakan suatu fungsi
dari rasio. Tapi dalam hal ini perlu dibedakan antara dua macam rasio: rasio teoritis
dan rasio praktis. Rasio teoritis memberi jawaban atas pertanyaan : apa yang dapat
saya ketahui?. Dengan demikian rasio dalam arti ini merupakan sumber pengetahuan,
termasuk juga ilmu pengetahuan. Sedangkan rasio praktis terarah pada tingkah laku
manusia. Rasio praktis memberi jawaban atas pertanyaan apa yang harus saya
lakukan?. Dengan ini rasio praktis memberi penyuluhan bagi perbuatan-perbuatan
kita. Kalu rasio teoritis bersifat abstrak, maka rasio praktis justru bersifat konkret.
Ucapan hati nurani pada umumnya bersifat intuitif, artinya langsung
menyatakan ini baik atau buruk. Mengikuti hati nurani merupakan suatu hak dasar
bagi setiap manusia. Maka tidak mengherankan, bila dalam Deklarasi Universal
tentang Hak-hak Asasi Manusia (1948) disebut juga “Hak Atas Kebebasan Hati
Nurani“ ( Pasal 18) .
Dapat disimpulkan bahwa hati nurani mempunyai kedudukan kuat dalam
hidup moral kita, malah bisa dikatakan dipandang dari sudut subyek, hati nurani
22
adalah norma terakhir untuk perbuatan-perbuatan kita. Jadi, hati nurani adalah norma
perbuatan kita pertama-tama sejauh menyangkut soal kebersalahan.
K. Pembinaan Hati Nurani
Tidak sedikit filsuf mencurigakan ajaran tradisional tentang hati nurani,justru
karena hati nurani bersifat subjektif. Kecurigaan ini terutama ditemukan pada filsuf-
filsuf yang dipengaruhi oleh cara berpikir ilmu pengetahuan empiris .ilmu
pengetahuan empiris mempunyai sebagai cita;cita obyektivitas sempurna ,keadaan
yang sedapat mungkin dilepaskan dari setiap unsur subyektif.
Etika sebagai ilmu tidak menjadi mubazir dengan adanya hati nurani .etika
harus berusaha keras untuk mencari kepastian ilmiah dan obyektif tentang problem-
problemMoral yang dihadapi.tapi bagaimanapun juga,etika sebagai ilmu selalu
bergerak pada tahap umum.dan,seperti sudah dijelaskan sebelumnya ,hati nurani
justru bertugas untuk menerjemahkan prinsip-prinsip dan norma-norma moral yang
umum kedalam situasi konkret .karena itu peranan hati nurani selalu dibutuhkan.
Hati nurani harus dididik ,seperti juga akal budi manusia membutuhkan
pendidikan .dalam sebuah buku kecil ,filsuf prancis Gabriel madinier (1895-1958 )
Mengemukakan –beberapa pikiran yang pantas diperhatikan .tempat yang serasi
untuk pendidikan moral adalah keluarga ,bukan sekolah .pendidikan hati nurani ,itu
harus dijalankan demikian rupa sehingga si anak menyadari tanggung jawabnya
sendiri .
23
Pendidikan selanjutnya harus menanam kepekaan bathin terhadap yang
baik .seperti tujuan akhir pendidikan sebagai keseluruhan adalalah kemandirian serta
otonomi anak harus belajar menjalankan kewajiban mereka karena keyakinan ,bukan
Karena paksaan dari luar.ketakutan akan samksi yang mewarnai permulaan
kehidupan moral,lama –kelamaan harus diganti dengan cinta akan nilai-nilai .
Pendidikan hati nurani tidak membutuhkan system pendidikan formal,malah lebih
baik berlangsung dalam rangka pendidikan informal,yaitu keluarga .
L. Hati Nurani dan “Superego”
Sering kali hati nurani dikaitkan dengan “superego”,bahkan tidak jarang
kedua hal itu disamakan begitu saja .istilah “superego”berasal dari Sigmund
Freud(1856-1939) ,dokter ahli saraf Austria yang meletakan dasar untuk psikoanalisis
.ia mengemukakan istilah itu dalam rangka teorinya tentang struktur kepribadian
manusia.atau lebih tepat lagi,bila dikatakan bahwa ini teorinya yang kedua tentang
struktur kepribadian ,yang sejak tahun 1923 (artinya ,sejak buku The Ego and the Id)
Menggantikan pandangannya yang terdahulu.
1. Pandangan Freud tentang stuktur kepribadian
Struktur psikis manusia menurut Freud meliputi tiga sistem yang berbeda-
beda, yaitu :
24
a. Id
Pada permulaan psikologi modern hidup psiksi disamakan begitu saja dengan
kesadaran ,hal itu diwarisi oleh psikologi dari filsuf prancis Rene Descarets (1596-
1650) yang dijuluki “Bapak filsafat modern” dan menjalankan pengaruh besar atas
psikologi,ketika mulai berkembang sebagai suatu ilmu tersendiri. Bagi
Descarets ,kegiatan psiksi yang tak sadar merupakan suatu kontradiksi ,karena hidup
psiksi sama saja dengan kesadaran .
Freud memakai istilah “id” untuk menunjukkan ketaksadaran itu. Id adalah
lapisan yang paling fundamental dalam susunan yang bersifat impersonal atau
anonim ,tidak disengaja atau tidak disadari ,dalam daya-daya mendasar yang
menguasai kehidupan psikis manusia. Justru karena itu freud memilih istilah
“Id”(atau bahasa aslinya ES) yang merupakan kata ganti orang neutrum .tentang Id
berlaku bukan aku ( =subyek) yang melakukan ,melainkan ada yang dalam diri aku.
Bagi freud ,adanya id psikis yang paling jelas membuktikan adanya Id adalah
mimpi .nya melakukan apa yang disukai. Kata Freud: Id dipimpin oleh prinsip
kesenangan”(the pleasure principle).
b. Ego
Ego atau aku mulai mekar dari Id melalui kontaknya dengan dunia luar.
Aktivitasnya Ego biasa sadar , prasadar maupun tak sadar. Tapi untuk sebagian besar
ego bersifat sadar. Aktivitas sadar boleh disebut persepsi bathiniah dan proses-proses
intelektual dan aktivitas sadar dijalankan oleh ego melalui mekanisme-mekanisme
pertahanan (defence mechamnisme). Ego dikuatkan oleh “prinsip realitas”(the reality
25
principle ). Ego juga mengontrol apa yang mau masuk kesadaran dan apa yang akan
dikerjakan. Akhirnya Ego menjamin kesatuan kepribadian atau dengan kata lain
mengadakan sintesis psikis.
c. Superego
Superego adalah instansi terakhir yang ditemukan Frued. Superego dapat
menempatkan diri di depan hadapan ego serta memperlakukannya sebagai objek dan
caranya kerap sekali sangat keras. Superego ini merupakan dasar bagi fenomena yang
kita sebut “hati nurani”.
Superego adalah instansi yang melepaskan diri dari ego dalam bentuk
observasi-diri, kritik-diri, larangan dan tindakan repleksi lainnya. Pokoknya, tindakan
terhadap dirinya sendiri. Aktivitas superego menyatakan diri dalam konflik dengan
ego, yang dirasakan dalam emosi-emosi seperti rasa bersalah, rasa menyesal, rasa
malu, dan sebagainya.
2.Hubungan hati nurani dengan superego
Teori frued tentang sruktur kepribadian tentu jauh lebih kompleks daripada
yang bisa diuraikan disini.tapi penjelasan diatas kiranya sudah cukup untuk mendapat
gambaran sedikit tentang maksud frued dengan superego.
Menurut hemat kami, hati nurani dan superego tidak bisa disamakan. Konteks
dimana kedua paham itu dipakai sangat berbeda. Hati nurani dipakai dalam konteks
26
etis, sedangkan superego berperanan dalam konteks psikoanalitis (atau dirumuskan
lebih teknis: dalam konteks metapsikologis). Dalam dua hal itu kerangka acuannya
sangat berbeda.
Dalam buku pengantar baru pada psikoalisis(1933), salah satu buku terakhir
yang ditulisnya, ia mengatakan bahwa selain hati nurani superego meliputi juga
fungsi-fungsi obserpasi-diri dan “ideal dari aku” (gambaran yang dipakai subjek
untuk mengukur dirinya dan sebagai standar yang harus dikejar).
Psikoanalisis frued mempunyai jasa besar dalam memperlihatkan bahwa rasa
bersalah sering kali bercampur dengan unsur-unsur patologis. Psikoalisis justru dapat
membantu kita untuk membedakan antara rasa bersalah yang kurang sehat serta rasa
bersalah yang otentik dan dapat menjaga agar rasa bersalah itu sedapat mungkin
otentik, artinya terpancar dari kepribadian yang utuh.
M. L. Kohlberg Tentang Perkembangan Kesadaran Moral
Seorang sarjana yang meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk
mempelajari penomena moralitas dari sudut pandang psikologi adalah Lawrence
Kohlberg(1927-1988). Profesor psikologi amerika ini mula-mula bekerja di
Universitas Chicago dan kemudian di Universitas Harvard di mana ia memimpin
Harvards Center For Moral Education. Karena itu disini kita mempelajari secara
singkat pandangannya yang terkenal tentang perkembangan moral menurut enam
tahap.
1. Maksud dan Metode Penelitian Kohlberg
27
Dalam seluruh karyanya kohlberg mengakui ketergantungannya pada psikolog
swiss, jean piaget (1896-1980).sepanjang karirnya sebagai psikolog piaget
mempelajari perkembangan petahuan manusia (yang disebutnya”epistekologi
genetis”). Kohlberg yakin bahwa hasil penelitiannya berlaku secara transkultural
dan tidak terbatas pada suatu kebudayaan tersendiri.
Kohlberg menemukan bahwa perkembangan moral seorang anak berlangsung
menurut enam tahap atau fase, tapi tidak setiap anak berkembang secara cepat,
sehingga tidak semua tahap-tahap itu tidak dengan pasti dapat dikaitkan dengan
umur-umur tertentu.
2. Enam Tahap Dalam Pengembangan Moral
Menurut kohlberg, enam tahap (stages) dalam perkembangan moral dapat
dikaitkan satu sama lain dalam tiga tingkat (levels) demikian rupa sehingga setiap
tingkat meliputi dua tahap.
a. Tingkat Prakonvesional
Pada tingkat ini si anak mengakui adanya aturan-aturan dan baik serta buruk
mulai mempunyai arti baginya,tapi hal itu semata-mata dihubungkan dengan reaksi
orang lain.pada tingkat prakonvesional ini dapat dibedakan dua tahap.
Tahap 1: orientasi hukuman dan kepatuhan.anak mendasarkan perbuatannya
atas otoritas konkret(orangtua,guru) dan atas hukuman yang akan menyusul, bila ia
tidak patuh.
28
Tahap 2: orientasi relativis instrumental.perbuatan adalah baik, jika ibarat
instrumen (alat) dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan kadang-kadang juga
kebutuhan orang lain.
b. Tingkat Konvensional
Tingkat ini oleh Kohlberg disebut ”konvensional”, karena disini anak mulai
menyesuaikan (bahasa latin: convenire) penilaian dan prilakunya dengan harapan
orang lain atau kode yang berlaku dalam kelompok sosialnya.
Tahap 3: penyesuaian dengan kelompok atau orientasi menjadi anak
manis.anak cenderung mengarahkan diri kepada keinginan serta harapan dari anggota
keluarga atau kelompok lain (sekolah disini tentu lebih penting). Perilaku yang baik
adalah perilaku yang menyenangkan dan membantu orang lain serta disetujui oleh
mereka.
Tahap 4: orientasi hukum dan ketertiban (law and order). Paham “kelompok”
dengan nama anak harus menyesuaikan diri di sini diperluas: dari kelompok akrab
(artinya,orang-orang yang dikenal oleh anak secara pribadi) ke kelompok yang lebih
abstrak ,seperti suku bangsa, Negara, agama.
c. Tingkat Pascakonvensional
Oleh Kohlberg tingkat ketiga ini disebut juga “tingkat otonom” atau “ tingkat
berprinsip” (prinsipled level).pada tingkat ketiga ini hidup moral dipandang sebagai
penerimaan tanggung jawab pribadi atas dasar prinsip-prinsip yang dianut dalam
batin.
29
Tahap 5: orientasi kontrak-sosial egalistik.disini disadari relatipisme nilai-
nilai dan pendapat-pendapt pribadi dan kebutuhan akan usaha-usaha untuk mencapai
consensus.
Tahap 6: Orientasi prisip etika yang universal. Di sini orang megatur tingkah
laku dan penilaian moralnya berdasarkan hati nurani pribadi. Yang mencolok adalah
prinsip-prinsip ini menyangkut keadilan, kesediaan membantu satu sama lain,
persaman hak manusia dan hormat untuk martabat manusia sebagai pribadi. Orang
yang melanggar prinsip-prinsip hati nurani ini akan mengalami penyesalan yang
mendalam(remorse).
3. Beberapa Ciri Khas Perkembangan Moral
Akhirnya secara singkat kita memandang lagi beberapa sifat yang menurut
penelitian Kohlberg menandai seluruh perkembangan moral ini. Sifat pertama ialah
bahwa perkembangan tahap-tahap selalu berlangsung dengan cara yang sama, dalam
arti, si anak mulai dengan tahap pertama, lalu pindah ke tahap kedua, dan seterusnya.
Sifat kedua ialah bahwa orang hanya dapat mengerti penalaran moral satu
tahap di atas tahap di mana ia berada. Sifat ketiga adalah bahwa orang secara kognitif
merasa tertarik pada cara berpikir satu tahap di atas tahapnya sendiri. Sifat keempat
adalahh bahwa perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya terjadi bila dialami
ketidakseimbangan kognitif dalam penilaian moral, artinya, orang sudah tidak melihat
jalan keluar untuk menyelesaikan masalah atau dilemma moral yang dihadapi.
Akhirnya bisa dicatat lagi bahwa menurut Kohlberg dari sudut psikologis pun
tahap 6 adalah tahap yang paling tinggi dan sempurna. Karena itu menurut Kohlberg
30
tahap 6 harus menjadi tujuan pendidikan moral, biarpun pada kenyataannya hanya
sedikit orang mencapai tahap ini.
N. Shame Culture dan Guilt Culture
Dalam antropologi budaya pernah dibfdakan antara dua macam kebudayaan:
shame culture dan guilt culture, kebudayaan maludan kebudayaan kebersalahan.
Shame culture seluruhnya ditandai oleh rasa malu dan disitu tidak terkenal rasa
bersalah. Sedangkan dalam guilt culture terdapat rasa bersalah. Menurut pandangan
ini, shame culture adalah kebudayaan di mana pengertian-pengertian seperti
“hormat”, “reputasi”, “naa baik”, “status”, dan “gengsi” sangat ditekankan. Dalam
shame culture, sanksinya datang dari luar, yaitu apa yang dipikirkan atau dikatakan
oleh orang lain. Kiranya sudah jelas bahwa dala shame culture tidak ada hati nurani.
Sebaliknya, guilt culture adalah kebudayaan di mana pengertian-pengertian
seperti “dosa” (sin), “kebersalahan” (guilt), dan sebagainya sangat dipentingkan.
Dalam guilt culture, sanksinya tidak dating dari luar, melainkan dari dalam: dari batin
orang bersangkutan. Dapat dimengerti bahwa dalam guilt culture semacam itu hati
nurani memegang peranan sangat penting.
31
Para ahli yang mengemukakan perbedaan ini berpendapat bahwa kebanyakan
kebudayaan adalah shame culture, sedangkan guilt culture hanya sedikit. Untuk
beberapa waktu pembedaan antara shame culture dan guilt culture itu diterima begitu
saja, terutama oleh para antropolog Amerika.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam bahasa Inggris, hati nurani artinya consciece. Kalau kata consciece
diterjemahbalik maka artinya menjadi suara hati, kata hati atau hati nurani. Hati
nurani adalah kemampuan atau fakultas yang membedakan apakah salah satu dari
tindakan apakah benar atau salah. Rasa moral tentang yang benar dan yang salah,
terutama karena akan mempengaruhi tingkah laku sendiri; Kesadaran; berpikir;
kesadaran, terutama kesadaran diri.
Hati nurani erat kaitannya dengan kesadaran seseorang, yaitu, kesanggupan
untuk mengenal diri sendiri dan karena itu ia berefleksi tentang dirinya. Hanya
32
manusialah yang mempunyai kesadaran diri. Selain itu, hati nurani juga bersifat
adipersonal, seolah-olah melebihi pribadi kita, sebagai instansi di atas kita. Ada aspek
transendental. Hal itu terlihat dalam pengertian kata “hati nurani” itu sendiri. “Hati
nurani” berarti “hati yang diterangi” (nur = cahaya). Dalam pengalaman mengenai
hati nurani seolah-olah ada cahaya dari luar yang menerangi budi dan hati kita. Aspek
yang sama tampak juga dalam nama lain yang sering di pakai dalam bahasa Indonesia
untuk menunjukkan hati nurani: suara hati, kata hati, suara batin.
Fungsi hati nurani yaitu sebagai pegangan, pedoman, atau norma untuk
menilai suatu tindakan, apakah tindakan itu baik atau buruk. Hati nurani berfungsi
sebagai pegangan atau praturan-peraturan konkret di dalam kehidupan sehari-hari dan
menyadarkan manusia akan nilai dan harga dirinya.
3.2. Saran
Setelah adanya pembuatan makalah ini semoga para pembaca terutama para
Mahassawa/i dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Hati Nurani pada
mata kuliah Pengembangan Kepribadian ini.
33
DAFTAR PUSTAKA
K. Beirtens. Etika. 2004. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Baik Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta) maupun Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1988) menjelaskan kata “hati nurani” begitu saja sebagai: “Hati
yang telah mendapat cahaya Tuhan”.
Marshall Glickman, The Mindful Money Guide, (Jakarta: Elex Media Komputindo,
1999).
S.P. Lili Tjahjadi, Hukum Moral:Ajaran Immanuel Kant Tentang Etika dan Imperatif
Kategoris, (Yogyakarta: Kanisius, 1991).
S.P. Lili Tjahjadi, Hukum Moral:Ajaran Immanuel Kant Tentang Etika dan Imperatif
Kategoris, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. 50.
34
filsafatindonesia1001.wordpress.com/.../filsafat-hati-nurani-bag-1/ - T
35