hasil dan pembahasan kondisi umum penelitian · rataaan konsumsi bahan kering domba dengan ransum...

14
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Secara umum penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Meskipun demikian terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah kesulitan mendapatkan ternak percobaan yang seragam dalam umur dan bobot badan dan terdapat beberapa ternak terserang penyakit yaitu cacingan. Hambatan tersebut dapat diatasi dengan melihat recording umur domba dan menimbang ternak lalu membuat range bobot badan domba (besar, sedang, kecil) sebagai ulangan. Untuk domba yang terserang cacingan diberikan obat merk “Kalbazen” dengan menggunakan pipet suntikan. Ternak diberikan vitamin minyak ikan pada masa adaptasi untuk merangsang nafsu makan. Pemberian obat dilakukan dengan cara memberikan langsung kepada ternak melalui oral (mulut) Gambar 6. Selama penelitian berlangsung ternak mengalami kenaikan bobot badan dan mengalami kenaikan konsumsi bahan kering yang normal. Pada akhir periode penelitian minggu ke 10-12 terjadi penurunan konsumsi pakan yang diakibatkan karena pada periode tersebut domba betina mengalami masa birahi. Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

Upload: ngonhu

Post on 23-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian · Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan Peubah Perlakuan ±SEM ... Khusus untuk MIL pada 0 100 ... semakin banyak

25

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian

Secara umum penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Meskipun demikian

terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah kesulitan

mendapatkan ternak percobaan yang seragam dalam umur dan bobot badan dan

terdapat beberapa ternak terserang penyakit yaitu cacingan. Hambatan tersebut dapat

diatasi dengan melihat recording umur domba dan menimbang ternak lalu membuat

range bobot badan domba (besar, sedang, kecil) sebagai ulangan. Untuk domba yang

terserang cacingan diberikan obat merk “Kalbazen” dengan menggunakan pipet

suntikan. Ternak diberikan vitamin minyak ikan pada masa adaptasi untuk

merangsang nafsu makan. Pemberian obat dilakukan dengan cara memberikan

langsung kepada ternak melalui oral (mulut) Gambar 6.

Selama penelitian berlangsung ternak mengalami kenaikan bobot badan dan

mengalami kenaikan konsumsi bahan kering yang normal. Pada akhir periode

penelitian minggu ke 10-12 terjadi penurunan konsumsi pakan yang diakibatkan

karena pada periode tersebut domba betina mengalami masa birahi.

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian · Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan Peubah Perlakuan ±SEM ... Khusus untuk MIL pada 0 100 ... semakin banyak

26

Konsumsi Bahan Kering

Konsumsi diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang dimakan oleh

ternak, dan zat yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan

hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut (Tilman et al., 1998). Rataan

konsumsi bahan kering ransum selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan

Peubah Perlakuan

±SEMM0 MJ MIL MILT

…………………..g/ekor/hari…………………..

Konsumsi Bahan Kering

Hijauan (g/ekor/hari) 115,89 119,61 120,14 107,31 8,87

Konsentrat (g/ekor/hari) 285,87 302,21 277,49 267,26 2,06

Total BK ransum

(g/ekor/hari) 401,76 421,82 397,63 374,57 2,94

(g/kg BB0,75) 63,35 60,67 57,03 59,16 1,37

(% BB) 3,20 3,19 3,01 3,18 0,03

Hijauan:Konsentrat 29:71 28:72 30:70 29:71 Keterangan : M0=Ransum kontrol; MJ = Ransum mengandung 1,5% Minyak Jagung; MIL= Ransum

mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru; MILT = Ransum mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru Terproteksi SEM = standard error of mean.

Berdasarkan analisis ragam, perlakuan tidak memberikan pengaruh yang

nyata (P>0,05) terhadap konsumsi bahan kering. Hal ini menunjukkan bahwa ransum

yang ditambah minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru

terproteksi memiliki palatabilitas yang sama dengan ransum tanpa minyak. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Chruch dan Pond (1988), palatabilitas bahan pakan dapat

mempengaruhi konsumsi bahan kering ransum. Hartati et al. (2007) menunjukkan

bahwa penambahan mineral seng pada PPG (Pakan Padat Gizi) mengandung

1,50% minyak lemuru tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering.

Konsumsi bahan kering berkisar 374,57-421,82 (g/ekor/hari) atau 57,03-

63,35 g/kg BB0,75 atau 3,01%-3,20% dari bobot badan. Konsumsi bahan keringuntuk

perlakuan M0, MJ, MIL, MILT masing-masing yaitu 401,76; 421,82; 397,63; dan

374,57 (g/ekor/hari).

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian · Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan Peubah Perlakuan ±SEM ... Khusus untuk MIL pada 0 100 ... semakin banyak

27

Maulidina et al. (2011) melaporkan bahwa konsumsi bahan kering ransum

domba betina calon induk yang menggunakan bungkil kelapa, onggok dan minyak

kelapa sawit (Crude Palm Oil, CPO) konsumsi bahan kering berkisar 450,29-517,21

(g/ekor/hari) atau 3,20%-3,49% bobot badan. Shaliha et al. (2012) juga melaporkan

bahwa jumlah konsumsi bahan kering yang dikonsumsi oleh domba jantan yang

diberi ransum dengan menggunakan jagung, onggok dan bungkil kelapa konsumsi

bahan keringnya 422-500 (g/ekor/hari) atau 59-68 g/kg BB0,75 atau 3,1%-3,5% dari

bobot badan.

Kearl (1982) menyatakan bahwa domba dengan bobot badan 15 kg dengan

pertambahan bobot badan 50-100 (g/ekor/hari) mengkonsumsi bahan kering sebesar

530-560 (g/ekor/hari) atau 58,9-64,4 g/kg BB0,75. Menurut NRC (1985), domba

dengan bobot tubuh 10-20 kg dengan pertambahan bobot tubuh domba 200-250

g/hari membutuhkan bahan kering 0,5-1 kg atau 5% dari bobot hidup.

Konsumsi bahan kering dalam penelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian

Maulidina et al. (2011), Shaliha et al. (2012), Kearl (1982) maupun NRC (1985). Hal

ini diduga karena adanya perbedaan jenis bahan pakan dalam ransum yang dapat

menimbulkan perbedaan palatabilitas, kandungan nutrisi dan kecernaan, yang pada

akhirnya menyebabkan perbedaan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak

(Hamdan et al., 2004). Scollan et al. (2001) melaporkan bahwa ransum dengan

minyak ikan cenderung mengurangi konsumsi pakan. Chillard dan Doreau (1997)

juga melaporkan bahwa asupan jagung dan konsentrat yang dilengkapi dengan

minyak ikan menurunkan konsumsi bahan kering pada sapi perah.

Imbangan konsumsi bahan kering hijauan dan konsentrat agak sedikit

berbeda dari yang diharapkan yaitu 30:70 dikarenakan pemberian yang terpisah

antara hijauan dan konsentrat. Sehingga, ternak lebih menyukai konsentrat daripada

hijauan. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa ternak lebih memilih pakan yang

kualitas baik. Ratio hijauan dan konsentrat untuk perlakuan M0 (29:71), MJ (28:72),

dan MILT (29:71) sedangkan untuk MIL (30:70) merupakan rasio yang tepat untuk

perbandingan yang diharapkan pada perlakuan ini.

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian · Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan Peubah Perlakuan ±SEM ... Khusus untuk MIL pada 0 100 ... semakin banyak

28

Pola Konsumsi Bahan Kering (BK)

Pola konsumsi rataan bahan kering selama penelitian terlihat pada Gambar 7.

Rataan konsumsi bahan kering pada dua minggu pertama untuk M0, MJ, MIL, MILT

masing-masing yaitu 207,74; 216,81; 215,65; 194,20 (g/ekor/hari), kemudian

meningkat masing-masing sebesar 534,54; 555.66; 485,47; dan 479,72 (g/ekor/hari).

Gambar 7 . Grafik Pola Konsumsi Bahan Kering Mingguan M0=Ransum kontrol; MJ = Ransum mengandung 1,5% Minyak Jagung; MIL= Ransum mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru; MILT = Ransum mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru

Secara umum, rataan konsumsi bahan kering penelitian tidak berbeda nyata,

tetapi dari pola konsumsi bahan kering menunjukan bahwa ransum MJ mempunyai

konsumsi lebih baik dan lebih tinggi dari ketiga ransum perlakuan lainnya. Hal ini

diduga karena panambahan sumber minyak nabati lebih disukai ternak dibandingkan

dengan penambahan sumber minyak yang berasal dari hewani. Penambahan minyak

ikan menyebabkan bau amis dalam ransum, sehingga menyebabkan palatabilitas

menurun. Sudarman et al. (2008) menyatakan bahwa penambahan sabun-Ca yang

berasal dari minyak ikan dalam ransum diduga menyebabkan adanya bau amis dalam

ransum yang tidak disukai domba yang mengakibatkan palatabilitas ransum

berkurang.

Ransum yang ditambah minyak ikan lemuru terproteksi (MILT) lebih rendah

sejak dari awal yaitu 194,20 menjadi 479,7 (g/ekor/hari). Khusus untuk MIL pada

0

100

200

300

400

500

600

2 4 6 8 10 12Rat

aan

Kon

sum

si B

ahan

Ker

ing

(g/e

kor/h

ari)

Minggu Ke-

M0MJMILMILT

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian · Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan Peubah Perlakuan ±SEM ... Khusus untuk MIL pada 0 100 ... semakin banyak

29

minggu ke 10-12 terjadi penurunan konsumsi bahan kering harian kemungkinan

disebabkan oleh adanya beberapa ekor domba yang menunjukan gejala birahi. Birahi

menyebabkan konsumsi rendah sehingga menyebabkan konsumsi bahan kering

menurun. Tanda-tanda berahi yang paling penting adalah domba kelihatan tidak

tenang dan nafsu makan biasanya turun (Ginting dan Sitepu, 1989).

Konsumsi Protein Kasar (PK)

Rataan konsumsi protein kasar ransum selama penelitian dapat dilihat pada

Tabel 11.

Tabel 11. Rataaan Konsumsi Protein Kasar Domba dengan Ransum Perlakuan

Peubah Perlakuan

±SEMM0 MJ MIL MILT

…………………..g/ekor/hari…………………..

Konsumsi Protein Kasar

Hijauan (g/ekor/hari) 10,17 10,50 10,25 9,42 0,77

Konsentrat (g/ekor/hari) 63,87 61,12 54,28 52,25 4,32

Total (g/ekor/hari) 74,04 71,62 64,82 61,66 5,06 Keterangan : M0=Ransum kontrol; MJ = Ransum mengandung 1,5% Minyak Jagung; MIL= Ransum

mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru; MILT = Ransum mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru Terproteksi SEM = standard error of mean. 

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dengan penambahan

minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi tidak

memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap konsumsi protein kasar. Nilai

konsumsi protein kasar dari tiap perlakuan yaitu M0, MJ, MIL dan MILT masing-

masing 74,04; 71,62;, 64,82; dan 61,66 (g/ekor/hari).

Kebutuhan protein dalam pakan harus diperhitungkan dengan baik. Rataan

konsumsi protein kasar perhari dari masing-masing perlakuan yaitu berkisar antara

62,76-71,03 (g/ekor/hari).

Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan NRC (1985), domba dengan

bobot tubuh 10-20 kg membutuhkan protein 127-167 (g/ekor/hari) untuk

pertumbuhan, perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa atau

potensi genetik ternak dan tingkat produksi, pertambahan bobot badan domba NRC

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian · Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan Peubah Perlakuan ±SEM ... Khusus untuk MIL pada 0 100 ... semakin banyak

30

(1985) yaitu 200-250 g/hari, sedangkan pertambahan bobot badan dari penelitian ini

adalah 81,32-88,64 (g/ekor/hari). Hasil ini mendekati dengan yang dilaporkan

Maulidina et al. (2011) yaitu domba dengan bobot tubuh 10-25 kg dengan

pertambahan bobot tubuh 50-100 g/hari membutuhkan protein 67,08-86,63

(g/ekor/hari). Shaliha et al. (2012) juga melaporkan bahwa jumlah konsumsi protein

yang dikonsumsi oleh domba jantan lepas sapih yang diberi ransum dengan

menggunakan jagung, onggok dan bungkil kelapa konsumsi protein kasar berkisar

67-80 (g/ekor/hari). Menurut Kearl (1982) bahwa domba dengan bobot badan 15 kg

dengan pertambahan bobot badan 50-100 (g/ekor/hari) mengkonsumsi protein kasar

sebesar 49-58 (g/ekor/hari).

Peningkatan konsumsi protein kasar dipengaruhi oleh kandungan protein

dalam pakan yaitu semakin tinggi kandungan protein semakin banyak pula protein

yang terkonsumsi. Boorman (1980) menyatakan semakin tinggi kandungan protein

semakin banyak pula protein yang terkonsumsi. Tingginya protein terkonsumsi

diharapkan dapat meningkatkan jumlah protein yang teretensi dalam tubuh ternak,

sehingga dapat dimanfaatkan oleh ternak untuk memenuhi hidup pokok dan

produksi.

Konsumsi Serat Kasar

Rataan konsumsi serat kasar ransum selama penelitian dapat dilihat pada

Tabel 12.

Tabel 12. Rataaan Konsumsi Serat Kasar Domba dengan Ransum Perlakuan

Peubah Perlakuan

±SEMM0 MJ MIL MILT

…………………..g/ekor/hari…………………..

Konsumsi Serat Kasar

Hijauan (g/ekor/hari) 32,20 33,23 33,38 29,82 2,47

Konsentrat (g/ekor/hari) 26,87 30,92 27,38 25,59 2,10

Total (g/ekor/hari) 59,07 64,16 60,76 55,37 4,53 Keterangan : M0=Ransum kontrol; MJ = Ransum mengandung 1,5% Minyak Jagung; MIL= Ransum

mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru; MILT = Ransum mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru Terproteksi SEM = standard error of mean. 

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian · Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan Peubah Perlakuan ±SEM ... Khusus untuk MIL pada 0 100 ... semakin banyak

31

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak

memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap konsumsi serat kasar. Sejalan

dengan konsumsi zat makananan lainnya, konsumsi bahan kering yang tidak berbeda

nyata juga menyebabkan konsumsi serat yang tidak berbeda antar perlakuan. Faktor

lain yang dapat mempengaruhi konsumsi serat, yaitu kandungan serat kasar di dalam

ransum, hal ini sejalan dengan yang dilaporkan oleh Suparjo et al. (2011) bahwa

konsumsi serat kasar dipengaruhi oleh kandungan serat kasar dalam ransum, karena

serat yang terkonsumsi akan semakin tinggi jika kandungan serat kasar ransum juga

tinggi dan begitu juga sebaliknya.

Konsumsi serat kasar domba betina lepas sapih yang diperoleh pada

penelitian sebesar 55,37-64,16 (g/ekor/hari). Rataan konsumsi serat kasar untuk

perlakuan M0, MJ, MIL, MILT masing-masing yaitu 59,07; 64,16; 60,76; 55,37

(g/ekor/hari).

Hasil yang diperoleh tersebut lebih rendah dari hasil penelitian Shaliha et al.

(2012) yang menggunakan domba jantan lepas sapih yang diberi ransum dengan

kandungan serat kasar sebesar 21,27%-22,25% konsumsi serat kasarnya sebesar 94-

106 (g/ekor/hari). Perbedaan konsumsi serat kasar ransum pada penelitian ini

disebabkan karena kandungan serat kasar ransum pada penelitian ini lebih rendah

yaitu berkisar 14,91%-15,50%. Konsumsi serat kasar sangat dipengaruhi oleh

kandungan serat yang terkandung didalam ransum. Kandungan serat kasar didalam

pakan dapat mempengaruhi kecernaan didalam ransum, karena menurut Tilman et al.

(1991) semakin banyak serat kasar yang terdapat di dalam suatu bahan pakan, maka

semakin tebal dinding sel dan akibatnya semakin rendah daya cerna dari bahan

makanan.

Menurut Maynard dan Loosli (1993) domba dan ternak ruminansia lainnya

membutuhkan serat kasar sekitar 18% didalam ransum. Ternak ruminansia

mempunyai kemampuan untuk mencema serat kasar dengan bantuan mikroba.

Kecukupan konsumsi serat kasar akan berpengaruh pada pertumbuhan. Walaupun

demikian, semakin tinggi konsumsi serat kasar bukan berarti akan menghasilkan

pertumbuhan ternak dan produksi yang lebih baik. Hal ini dikarenakan serat kasar

bersifat menurunkan daya cerna.

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian · Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan Peubah Perlakuan ±SEM ... Khusus untuk MIL pada 0 100 ... semakin banyak

32

Konsumsi Lemak Kasar

Rataan konsumsi lemak kasar ransum selama penelitian dapat dilihat pada

Tabel 13.

Tabel 13. Rataaan Konsumsi Lemak Kasar Domba dengan Ransum Perlakuan

Peubah Perlakuan

±SEMM0 MJ MIL MILT

…………………..g/ekor/hari…………………..

Konsumsi Lemak Kasar

Hijauan (g/ekor/hari) 2,12 2,19 2,20 1,96 0,16

Konsentrat (g/ekor/hari) 13,43a 20,12ab 23,06b 33,51c 2,69

Total (g/ekor/hari) 15,55a 22,31ab 25,26b 35,47c 2,77 Huruf kecil superskrip dalam baris yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata (P<0,01). Keterangan : M0=Ransum kontrol; MJ = Ransum mengandung 1,5% Minyak Jagung; MIL= Ransum

mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru; MILT = Ransum mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru Terproteksi SEM = standard error of mean.

Hasil sidik ragam yang tertera di Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan

penambahan sumber minyak yang digunakan pada penelitian ini sangat nyata

mempengaruhi konsumsi lemak kasar (P<0,01). Konsumsi lemak kasar berkisar

15,55-35,47 (g/ekor/hari). Rataan konsumsi lemak kasar untuk perlakuan M0, MJ,

MIL, MILT masing-masing yaitu 15,55; 22,31; 25,26; 35,47 (g/ekor/hari).

Ransum MILT menghasilkan konsumsi lemak kasar paling tinggi jika

dibandingkan dengan MIL, MJ dan M0. Hal ini dikarenakan ransum MILT memiliki

kandungan lemak kasar lebih tinggi dibandingkan M0, MJ, dan MIL (Tabel 6).

Haddad dan Younis (2004) menyimpulkan konsumsi lemak kasar dapat meningkat

sejalan dengan penambahan jumlah lemak dalam ransum.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Haddad dan Younis (2004) yang

menyebutkan bahwa penambahan lemak dalam ransum sebesar 0%; 2,5%; dan 5%

pada ransum domba awwasi jantan lepas sapih pada periode pembesaran signifikan

dapat meningkatkan konsumsi lemak kasar secara linier sebesar 21%; 59%; dan

67%. Shaliha et al. (2012) juga melaporkan bahwa jumlah konsumsi lemak kasar

yang dikonsumsi oleh domba jantan lepas sapih yang diberi ransum dengan

menggunakan jagung, onggok dan bungkil kelapa konsumsi bahan keringnya

berkisar 28-31 (g/ekor/hari).

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian · Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan Peubah Perlakuan ±SEM ... Khusus untuk MIL pada 0 100 ... semakin banyak

33

Machmuler et al. (2000) menyebutkan hijauan dapat menyumbang komponen

lemak dalam pakan domba. Ransum penelitian ini terdiri atas hijauan yang

mengandung 1,83%. Oleh karena itu, selain dari lemak konsentrat, tinginya lemak

hijauan yang mendorong tingginya tingkat konsumsi lemak, meskipun konsumsi

lemak hijauan tidak berbeda nyata. Menurut Parakkasi (1999), komponen asam

lemak hijauan terdiri atas asam lemak tak jenuh.

Konsumsi Total Digestible Nutrient (TDN)

Rataan konsumsi Total Digestible Nutrient ransum selama penelitian dapat

dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rataaan Konsumsi Total Digestible Nutrient dengan Ransum Perlakuan

Peubah Perlakuan

±SEMM0 MJ MIL MILT

…………………..g/ekor/hari…………………..

Konsumsi TDN

(g/ekor/hari) 267,30 292,67 280,49 279,40 2,04 Keterangan : M0=Ransum kontrol; MJ = Ransum mengandung 1,5% Minyak Jagung; MIL= Ransum

mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru; MILT = Ransum mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru Terproteksi SEM = standard error of mean.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata

(P>0,05) terhadap konsumsi Total Digestible Nutrient. Rataan konsumsi Total

Digestible Nutrient untuk perlakuan M0, MJ, MIL dan MILT masing-masing

sebesar 267,30; 292,67; 280,49 dan 279,40 (g/ekor/hari). Aboenawan (1991)

menyatakan bahwa semakin tinggi Total Digestible Nutrient suatu pakan maka pakan

tersebut akan semakin baik karena banyak zat-zat makanan yang dapat digunakan.

Rataan konsumsi Total Digestible Nutrient berkisar 279,67-292,67

(g/ekor/hari). Kisaran tersebut belum mencukupi kebutuhan pokok konsumsi Total

Digestible Nutrient menurut NRC (1985) untuk domba dengan bobot badan 10-20 kg

sebesar 400-800 (g/ekor/hari). Perbedaan ini dimungkinkan adanya perbedaan faktor

genetik dengan domba yang digunakan dalam penelitian. Konsumsi Total Digestible

Nutrient domba pada penelitian ini tercukupi jika berdasarkan Kearl (1982) yaitu

berkisar 290-380 (g/ekor/hari), dan Shaliha et al. (2012) yaitu berkisar 277-327

(g/ekor/hari).

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian · Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan Peubah Perlakuan ±SEM ... Khusus untuk MIL pada 0 100 ... semakin banyak

34

Konsumsi bahan kering dan kandungan energi dapat menjadi faktor tinggi

rendahnya konsumsi energi, karena menurut NRC (1985) jumlah konsumsi energi

merupakan korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kandungan energi ransum,

selain itu Lallo (1996) melaporkan bahwa konsumsi energi akan meningkat sejalan

dengan peningkatan kandungan energi pakan.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan indikator kecepatan pertumbuhan

seekor ternak selama penelitian. Rataan pertambahan bobot badan ransum selama

penelitian dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rataan Pertambahan Bobot Badan Domba dan Efisiensi Pakan

Peubah Perlakuan ±SEM

M0 MJ MIL MILT

Bobot awal (kg/ekor) 9,20 9,53 10 8,53 0,66

Bobot akhir (kg/ekor) 16,93 17,60 17,47 15,93 1,15

Pertambahan Bobot Badan

(kg/ekor) 7,73 8,07 7,47 7,40 0,55

(g/ekor/hari) 84,94 88,64 82,05 81,32 0,006

Efisiensi Pakan 0,21 0,21 0,21 0,22 0,65 Keterangan : M0=Ransum kontrol; MJ = Ransum mengandung 1,5% Minyak Jagung; MIL= Ransum

mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru; MILT = Ransum mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru Terproteksi SEM = standard error of mean.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan

pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan. Blakely dan Bade

(1998) menyatakan bahwa zat makanan utama yang dibutuhkan oleh ternak untuk

tujuan pertumbuhan adalah energi, oleh karena konsumsi Total Digestible Nutrient

antar perlakuan dalam penelitian ini tidak berbeda nyata, maka pertambahan bobot

badan yang dihasilkan juga tidak berbeda nyata.

Hasil penelitian menunjukan bahwa rataan pertambahan bobot badan domba

berkisar 81,32-88,64 (g/ekor/hari). Rataan pertambahan bobot badan untuk perlakuan

M0, MJ, MIL dan MILT yaitu masing-masing 84,94; 88,64; 82,05 dan 81,32

(g/ekor/hari).

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian · Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan Peubah Perlakuan ±SEM ... Khusus untuk MIL pada 0 100 ... semakin banyak

35

Rataan pertambahan bobot badan masih berada di antara pertambahan bobot

badan domba pada penelitian. Maulidina et al. (2011) dengan ransum menggunakan

bungkil kelapa, onggok dan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil, CPO)

pertambahan bobot badannya yaitu sebesar 82,74-104,87 (g/ekor/hari). Shaliha et al.

(2012) melaporkan bahwa pertambahan bobot badan domba jantan lepas sapih yang

diberi ransum dengan menggunakan jagung, onggok dan bungkil kelapa konsumsi

protein kasar berkisar 67-80 (g/ekor/hari). Mathius et al. (1998) juga melaporkan

ransum yang menggunakan bahan pakan bungkil kedelai yang mendapat

perlindungan molases dan minyak kelapa sawit yang mendapat perlindungan CaCO3

menghasilkan pertambahan bobot badan domba sebesar 71,67-100 (g/ekor/hari).

Hasil penelitian Hasnudi dan Wahyuni (2005) menyatakan bahwa pertambahan

bobot badan yang tidak berbeda nyata dapat juga disebabkan ternak domba

mengonsumsi pakan yang jumlahnya tidak berbeda nyata.

Pola Pertambahan Bobot Badan

Pola rataan pertambahan bobot badanselama penelitian terlihat pada Gambar

8. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu indikator dari pengujian ransum.

Gambar 8 menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan untuk semua perlakuan

relatif sama dan meningkat setiap minggunya. Cheeke (1999) menyatakan bahwa

kualitas dan kuantitas pakan mempengaruhi pertambahan bobot badan.

Rataan pertambahan bobot badan awal untuk M0, MJ, MIL, MILT masing-

masing yaitu 9,2; 9,53; 10; dan 8,53 (kg/ekor), kemudian meningkat masing-masing

sebesar 16,59; 17.6; 17,47; dan 15,93 (kg/ekor). Peningkatan dan penurunaan bobot

badan biasanya diikuti dengan peningkatan dan penurunan konsumsi pakan setiap

minggunya. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan berkorelasi

positif dengan konsumsi pakan dan zat makanan domba.

Secara umum, rataan pertambahan bobot badan penelitian tidak berbeda

nyata, tetapi dari pola pertambahan bobot badan menunjukkan bahwa ransum MJ

mempunyai pertambahan bobot badan yang lebih baik dan lebih tinggi dari ketiga

ransum perlakuan lainnya. Pada minggu kedelapan domba dengan ransum kontrol

memiliki pertambahan bobot badan cenderung menurun hingga minggu kesepuluh.

Hal ini disebabkan domba kurang merespon ransum yang diberikan.

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian · Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan Peubah Perlakuan ±SEM ... Khusus untuk MIL pada 0 100 ... semakin banyak

36

Grafik 8. Grafik Pola Pertambahan Bobot Badan Mingguan M0=Ransum kontrol; MJ = Ransum mengandung 1,5% Minyak Jagung; MIL= Ransum mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru; MILT = Ransum mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan merupakan kebalikan dari konversi pakan. Efisiensi pakan

merupakan perbandingan antara pertambahan bobot badan yang dihasilkan dengan

jumlah pakan yang dikonsumsi. Rataan efisiensi pakanransum selama penelitian

dapat dilihat pada Tabel 12.

Hasil sidik ragam menunjukan bahwaperlakuan tidak memberikan pengaruh

yang nyata (P>0,05) terhadap efisiensi pakan.Rataan efisiensi pakan untuk perlakuan

M0, MJ, MIL dan MILT masing-masing sebesar 0,21 ; 0,21; 0,21 dan 0,22.

Hasil penelitian ini lebih tinggi bila dibandingakan dengan hasil penelitian

Kook et al. (2002) yang memakai sapi jantan dan sapi jantan yang dikastrasi

memiliki efisiensi 0,12 dan 0,08 dengan perlakuan 5% minyak ikan dalam ransum.

Nilai efisiensi yang semakin tinggi menunjukan bahwa ransum yang dikonsumsi

semakin baik yang diubah menjadi hasil produk pada ternak (pertambahan bobot

badan). Campbell et al. (2006) menyatakan bahwa efisiensi dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan,

kecukupan zat makanan untuk hidup pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta

jenis pakan yang digunakan.

02468

101214161820

0 2 4 6 8 10 12

Rat

aan

Perta

mba

han

Bob

ot B

adan

(k

g/ek

or)

Minggu ke-

M0MJMILMILT

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian · Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan Peubah Perlakuan ±SEM ... Khusus untuk MIL pada 0 100 ... semakin banyak

37

Income Over Feed Cost

Salah satu cara untuk menghitung keuntungan secara sederhana adalah

dengan perhitungan Income Over Feed Cost. Analisis pendapatan dengan cara ini

didasarkan pada harga jual domba, harga beli bakalan dan biaya pakan.

Rataaan Income Over Feed Cost dengan ransum perlakuan dapat dilihat pada Tabel

16.

Tabel 16. Rataaan Income Over Feed Cost dengan Ransum Perlakuan

Perlakuan Harga Harga Biaya

IOFC Beli Jual Pakan

….…………………Rp/ekor ………………………

M0 276.000 677.333 54.178 347.156

MJ 286.000 704.000 67.732 350.268

MIL 300.000 698.667 57.773 340.894

MILT 256.000 637.333 54.004 327.330 Keterangan : M0=Ransum kontrol; MJ = Ransum mengandung 1,5% Minyak Jagung; MIL= Ransum

mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru; MILT = Ransum mengandung 1,5% Minyak Ikan Lemuru Terproteksi SEM = standard error of mean. 

Harga bakalan yang dibeli pada awal periode pemeliharaan adalah Rp

30.000/Kg, sedangkan harga jual domba adalah Rp 40.000/Kg. Pengeluaran biaya

pakan selama proses pemeliharaan dihitung berdasarkan jumlah pakan yang

dikonsumsi selama pemeliharaan 91 hari dikali harga ransum. Konsumsi rata-rata

harian setiap perlakuan yaitu, M0 mengkonsumsi 401,8 g/ekor/hari, MJ

mengkonsumsi 421,8 g/ekor/hari, MIL mengkonsumsi 397,6 g/ekor/hari, dan MILT

mengkonsumsi 374,6 g/ekor/hari. Penelitian ini menggunakan ransum dengan harga

setiap jenisnya yaitu, ransum M0 seharga Rp 1770/kg, ransum MJ seharga Rp

2079/kg, ransum MIL seharga Rp 1779/kg, dan ransum MILT seharga Rp 1854/kg.

Berdasarkan hasil perhitungan Income Over Feed Cost yang diperoleh pada

Tabel 13 dapat terlihat bahwa domba dengan ransum 1,5% minyak jagung memiliki

biaya pakan paling tinggi, namun nilai Income Over Feed Cost juga paling tinggi.

Hal ini dapat disebabkan ransum MJ menghasilkan pertambahan bobot badan domba

yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Kasim (2002) yang menyatakan bahwa konsumsi

pakan, pertambahan bobot badan, dan harga pakan saat pemeliharaan dapat

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian · Rataaan Konsumsi Bahan Kering Domba dengan Ransum Perlakuan Peubah Perlakuan ±SEM ... Khusus untuk MIL pada 0 100 ... semakin banyak

38

berpengaruh terhadap nilai perhitungan Income Over Feed Cost. Perlakuan dengan

ransum MILT menghasilkan Income Over Feed Cost paling rendah dikarenakan

pertambahan bobot badan yang rendah. Perlakuan dengan ransum M0 menggunakan

ransum dengan harga paling murah, tetapi tidak menunjukan nilai Income Over Feed

Cost yang paling tinggi. Jadi harga pakan yang murah belum bisa mengindikasikan

Income Over Feed Cost yang tinggi, karena masih dipengaruhi efisiensi pakan dan

pertambahan bobot badan.