hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id · jumlah siswa kelas sepuluh sebagai populasi...

36
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai pengaruh gaya pengasuhan dan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja SMA di kota Bogor ditujukan untuk mendapatkan gambaran tingkat perilaku konsumsi rokok dan perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja SMA di kota Bogor, serta untuk mendapatkan gambaran bagaimana pengaruh dari faktor diri, faktor keluarga dan faktor teman sebaya terhadap perilaku konsumsi rokok dan perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja SMA di kota Bogor. Sekolah-sekolah yang mengikuti penelitian ini antara lain, SMA A, B, dan C kemudian SMK D, SMK E, dan SMK F. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pertama dilakukan di SMA A, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah cukup baik. Jumlah siswa keseluruhan adalah 938 siswa dengan 68 orang guru dan 18 orang pegawai. Kelas sepuluh terbagi atas 8 kelas dan jumlah siswa kelas sepuluh sebagai populasi penelitian di sekolah ini adalah 270 siswa. Lokasi penelitian kedua dan ketiga dilakukan di SMA B dan SMA C, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah kurang memadai. Jumlah siswa kelas sepuluh dari kedua sekolah ini sebagai populasi penelitian adalah 83 siswa. Lokasi penelitian keempat dilakukan di SMK D, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah cukup baik. Jumlah siswa kelas sepuluh sebagai populasi penelitian di sekolah ini adalah 490 siswa. Lokasi penelitian kelima dilakukan di SMK E. SMK ini mengkhususkan diri pada teknik percetakan. Saat penelitian dilakukan terlihat bahwa sekolah sedang mengadakan renovasi. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah cukup memadai. Kelas sepuluh terbagi atas dua kelas dan jumlah siswa kelas X yang menjadi populasi penelitian di sekolah ini adalah 58 siswa. Lokasi penelitian keenam adalah SMK F. SMK ini mengkhususkan diri pada seni kerajinan dan pariwisata dan memiliki tiga program keahlian yaitu pariwisata, tata busana, dan tata boga. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah

Upload: phunganh

Post on 08-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

38  

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai pengaruh gaya pengasuhan dan teman sebaya terhadap

perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja SMA di kota Bogor

ditujukan untuk mendapatkan gambaran tingkat perilaku konsumsi rokok dan

perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja SMA di kota Bogor, serta untuk

mendapatkan gambaran bagaimana pengaruh dari faktor diri, faktor keluarga dan

faktor teman sebaya terhadap perilaku konsumsi rokok dan perilaku konsumsi

minuman beralkohol remaja SMA di kota Bogor. Sekolah-sekolah yang mengikuti

penelitian ini antara lain, SMA A, B, dan C kemudian SMK D, SMK E, dan SMK

F.

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pertama dilakukan di SMA A, sarana dan prasarana yang

dimiliki sekolah cukup baik. Jumlah siswa keseluruhan adalah 938 siswa dengan

68 orang guru dan 18 orang pegawai. Kelas sepuluh terbagi atas 8 kelas dan

jumlah siswa kelas sepuluh sebagai populasi penelitian di sekolah ini adalah 270

siswa.

Lokasi penelitian kedua dan ketiga dilakukan di SMA B dan SMA C, sarana

dan prasarana yang dimiliki sekolah kurang memadai. Jumlah siswa kelas sepuluh

dari kedua sekolah ini sebagai populasi penelitian adalah 83 siswa.

Lokasi penelitian keempat dilakukan di SMK D, sarana dan prasarana yang

dimiliki sekolah cukup baik. Jumlah siswa kelas sepuluh sebagai populasi

penelitian di sekolah ini adalah 490 siswa.

Lokasi penelitian kelima dilakukan di SMK E. SMK ini mengkhususkan diri

pada teknik percetakan. Saat penelitian dilakukan terlihat bahwa sekolah sedang

mengadakan renovasi. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah cukup

memadai. Kelas sepuluh terbagi atas dua kelas dan jumlah siswa kelas X yang

menjadi populasi penelitian di sekolah ini adalah 58 siswa.

Lokasi penelitian keenam adalah SMK F. SMK ini mengkhususkan diri

pada seni kerajinan dan pariwisata dan memiliki tiga program keahlian yaitu

pariwisata, tata busana, dan tata boga. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah

39  

cukup baik. Sebanyak 27 orang siswa kelas sepuluh dari sekolah ini menjadi

contoh dalam penelitian.

Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga pada penelitian ini meliputi usia orangtua (usia

ayah dan ibu), pendidikan orangtua (pendidikan ayah dan ibu), dan pendapatan

keluarga. Kelompok usia ayah dengan persentase tertinggi pada penelitian ini

adalah kelompok dewasa madya ( 41 – 65 tahun) yaitu sebesar 78.5 persen. Rata-

rata usia ayah remaja adalah 45.98 tahun. Kelompok usia ibu dengan persentase

tertinggi pada penelitian ini adalah kelompok dewasa madya ( 41 – 65 tahun)

yaitu sebesar 50 persen, rata-rata usia ibu remaja adalah 41.85 tahun (Tabel 4).

Tabel 4 Sebaran remaja berdasarkan usia orangtua dan Jenis Kelamin remaja Usia Orangtua Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan n % n % n %

Ayah Dewasa muda (20-40 tahun) 22 22,0 20 20,0 42 21,0 Dewasa madya(41-65 tahun) 78 78,0 79 79,0 157 78,0 Dewasa lanjut (>65 tahun) 0 0 1 1,0 1 0.5 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0 Rata-rata (tahun) 45.98 Ibu Dewasa muda (20-40 tahun) 55 55 44 44 99 49.5 Dewasa madya(41-65 tahun) 45 45 55 55 100 50,0 Dewasa lanjut (>65 tahun) 0 0 1 1 1 0.5 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0 Rata-rata (tahun) 41.85

Tingkat pendidikan orangtua remaja pada penelitian ini bervariasi, yaitu

“Tidak Tamat SD”, “Tamat SD”, “Tamat SMP”, “Tamat SMA”, “Tamat

D1/D2/D3”, “Tamat D4/S1”, “Tamat S2”, “Tamat S3”. Persentase tertinggi

tingkat pendidikan ayah pada penelitian ini, baik pada remaja laki – laki maupun

perempuan adalah “Tamat D1/D2/D3” dengan total persentase sebesar 47 persen.

Gambaran tingkat pendidikan orangtua remaja ditampilkan pada Tabel 5 .

40  

Tabel 5 Sebaran remaja berdasarkan pendidikan ayah dan jenis kelamin Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan n % n % n %

Tidak tamat SD 0 0 1 1,0 1 5,0 Tamat SD 4 4,0 4 4,0 8 4,0 Tamat SMP 16 16,0 13 13,0 29 14,5 Tamat SMA 15 15,0 15 15,0 30 15,5 Tamat D1/D2/D3 46 46,0 48 48,0 94 47,0 D4/S1 7 7,0 3 3,0 10 5,0 S2 11 11,0 15 15,0 26 13,0 S3 1 1,0 1 1,0 2 1,0 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0

Hasil penelitian ini menunjukkan , tingkat pendidikan ibu yang paling

tinggi persentasenya adalah pada kelompok “Tamat D1/D2/D3” baik pada remaja

laki –laki maupun perempuan , yaitu dengan total persentase sebesar 44 persen

(Tabel 6).

Tabel 6 Sebaran remaja berdasarkan pendidikan ibu dan jenis kelamin Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan n % n % n %

Tidak tamat SD 2 2,0 0 0 2 1,0 Tamat SD 7 7,0 5 5,0 12 6,0 Tamat SMP 18 18,0 22 22,0 40 20,0 Tamat SMA 17 17,0 13 13,0 30 15,0 Tamat D1/D2/D3 42 42,0 46 46,0 88 44,0 D4/S1 6 6,0 7 7,0 13 6,5 S2 5 5,0 6 6,0 11 5,5 S3 3 3,0 1 1,0 4 2,0 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0

Pendapatan keluarga adalah total pendapatan yang dimiliki oleh keluarga

yang berasal dari ayah , ibu , maupun anggota keluarga lain. Persentase tertinggi

pendapatan keluarga pada penelitian ini adalah pada kelompok ≤ Rp 1.000.000 –

Rp 5.000.000 baik pada kelompok remaja laki-laki maupun perempuan dengan

total presentase tertinggi sebesar 86.5 persen. Rata – rata pendapatan keluarga

remaja adalah sebesar Rp. 3. 379. 750 (Tabel 7).

41  

Tabel 7 Sebaran remaja menurut pendapatan keluarga dan jenis kelamin Pendapatan Keluarga (Rp) Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan n % n % n %

≤ 1.000.000 – 5.000.000 88 88,0 85 85,0 173 86,5 5.100.000 – 10.000.000 12 12,0 9 9,0 21 10,5 10.100.000 – 15.000.000 0 0 2 2,0 2 1,0 15.100.000 – 20.000.000 0 0 0 0 0 0 > 20.000.000 0 0 4 4,0 4 2,0 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0 Rata-rata (Rp/bulan) 3 379 750

Karakteristik Remaja

Pada penelitian ini, karakteristik responden terdiri dari usia , jenis kelamin

remaja , dan uang saku. Responden pada penelitian ini mempunyai rentang usia

antara 15 tahun hingga 19 tahun, dan sebagian besar responden laki – laki maupun

responden perempuan berusia 16 tahun dengan persentase sebesar 73 persen

(Tabel 8).

Tabel 8 Sebaran remaja menurut usia dan jenis kelamin Usia Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan n % n % n %

15 tahun 4 4,0 6 6,0 10 5 16 tahun 73 73,0 73 73,0 146 73,0 17 tahun 21 21,0 21 21,0 42 21,0 18 tahun 0 0 0 0 0 0 19 tahun 2 2,0 0 0 2 1,0 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0 Rata-rata (tahun) 16.19

Pada penelitian ini, rata-rata uang saku remaja per bulan adalah sebesar Rp

160.600. Untuk paparan yang lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran remaja menurut besarnya uang saku dan jenis kelamin Uang saku (Rp) Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan n % n % n %

80.000 – 353.500 51 51,0 59 59,0 110 55,0 353.500 – 626.700 44 44,0 37 37,0 91 40,5 > 626. 700 5 5,0 4 4,0 9 4,5 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0 Rata-rata (Rp/bulan) 160 600

42  

Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Rokok

Pengetahuan remaja tentang rokok Pengetahuan tentang rokok adalah pengetahuan individu tentang bahaya

dan risiko konsumsi rokok . Berikut adalah gambaran lengkap pengetahuan

remaja tentang rokok yang ditampilkan pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran remaja menurut pengetahuan remaja tentang rokok dan jenis

kelamin Pengetahuan Tentang Rokok Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan n % n % n %

Tinggi 93 93,0 89 89,0 182 91,0 Sedang 6 6,0 11 11,0 17 8,5 Rendah 1 1,0 0 0 1 0,5 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0Mean (persen) ± SD 94,2±0.60 92,0±0.67 93,2±0.64

Pada penelitian ini, persentase tertinggi pada remaja yang memiliki

pengetahuan tinggi tentang rokok, baik pada remaja laki – laki dan perempuan

yaitu dengan total persentase sebesar 66.5 persen (Tabel 9).

Sikap remaja tentang rokok Sikap remaja tentang rokok adalah respon yang ditunjukkan individu

terhadap rokok, dapat berupa respon pro tentang perilaku konsumsi rokok maupun

respon anti perilaku konsumsi rokok. Hasil pada penelitian ini menunjukkan

remaja yang memiliki sikap negatif tentang rokok memiliki persentase lebih tinggi

baik pada remaja laki-laki maupun perempuan dengan total persentase sebesar

72.5 persen (Tabel 11).

Tabel 11 Sebaran remaja menurut sikap remaja tentang rokok dan jenis kelamin Sikap Remaja Tentang

Rokok Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan n % n % n %

Sikap anti rokok 57 57,0 88 88,0 145 72,5 Sikap Pro rokok 43 43,0 12 12,0 55 27,5 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0Mean (persen) ± SD 81,8±4.90 91,7±3.77 86.76±4.71

43  

Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Minuman Beralkohol

Pengetahuan tentang minuman beralkohol Pengetahuan remaja tentang minuman beralkohol adalah pengetahuan

individu tentang bahaya dan risiko minuman beralkohol . remaja dengan

pengetahuan tinggi merupakan kelompok dengan perentase teringgi baik pada

kelompok remaja laki-laki maupun perempuan yaitu sebesar 74.5 persen.

Pengetahuan alkohol diduga berhubungan dengan perilaku konsumsi minuman

beralkohol (Tabel 12).

Tabel 12 Sebaran remaja menurut pengetahuan remaja tentang minuman beralkohol dan jenis kelamin

Pengetahuan Tentang Minuman Beralkohol

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n % n % n % Tinggi 79 79,0 70 70,0 149 74,5 Sedang 19 19,0 29 29,0 48 24,0 Rendah 2 2,0 1 1,0 3 1,5 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0 Mean (persen) ± SD 93.8±0.68 93.2±0.61 93.8±0.64 Sikap tentang minuman beralkohol

Sikap tentang minuman beralkohol adalah respon yang ditunjukkan

individu terhadap minuman beralkohol, dapat berupa respon pro perilaku

konsumsi minuman beralkohol maupun respon anti terhadap perilaku konsumsi

minuman beralkohol. Pada penelitian ini persentase tertinggi terdapat pada

kelompok remaja dengan sikap anti terhadap minuman beralkohol, dengan total

persentase sebesar 90 persen. Sikap negatif terhadap minuman berlkohol diduga

dapat mencegah individu untuk mengkonsumsi minuman beralkohol (Tabel 13).

Tabel 13 Sebaran remaja menurut sikap remaja tentang minuman beralkohol dan jenis kelamin

Sikap Remaja Tentang Minuman Beralkohol

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan n % n % n %

Sikap anti minuman beralkohol 86 86,0 94 94,0 180 90,0 Sikap pro minuman beralkohol 14 14,0 6 6,0 20 10,0 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0 Mean ± SD 91.75±2.39 95±1.61 93.4±2.06

44  

Perilaku Konsumsi Orangtua

Perilaku konsumsi rokok orangtua

Perilaku konsumsi rokok orangtua adalah adalah kegiatan orangtua

menghisap rokok. Gambaran perilaku konsumsi rokok orangtua tersaji pada Tabel

14.

Tabel 14 Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi rokok orangtua dan jenis kelamin remaja

Perilaku konsumsi rokok orangtua

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n % n % n % Konsumsi rokok 79 79,0 78 78,0 157 78,5 Tidak Konsumsi rokok 21 21,0 22 22,0 43 21,5 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0

Hasil dari penelitian ini menunjukan lebih dari sebagian orangtua, baik

orangtua dari remaja laki-laki maupun orangtua dari remaja perempuan memiliki

perilaku konsumsi rokok, yaitu dengan total persentase sebesar 78.5 persen

(Tabel 14).

Perilaku konsumsi rokok orangtua meliputi, jumlah minimal rokok yang

dihisap orangtua/hari, orangtua menunjukkan perilaku konsumsi rokok di depan

remaja, orangtua mengkonsumsi rokok di dalam rumah, dan kebiasaan perilaku

konsumsi rokok orangtua menimbulkan bau tidak sedap di dalam rumah.

Hasil penelitian menunjukkan orangtua remaja yang menghisap rokok

minimal satu bungkus perhari adalah sebesar 38.5 persen. Lebih dari separuh

orangtua remaja, mengkonsumsi rokok didepan anaknya. Persentase orangtua

yang konsumsi rokok di depan remaja adalah sebesar 55.5 persen. Lebih dari

separuh orangtua mengkonsumsi rokok di dalam rumah yaitu sebesar 58.5 persen.

Persentase kelompok orangtua remaja yang menimbulkan bau tidak sedap di

dalam rumah karena perilaku konsumsi rokok, adalah sebesar 64 persen. Berikut

adalah rincian perilaku konsumsi rokok orangtua yang terpapar lengkap pada tabel

15.

45  

Tabel 15 Sebaran remaja menurut kebiasaan konsumsi rokok orangtua dan jenis kelamin remaja

Perilaku Konsumsi Rokok Orangtua

Jenis Kelamin Remaja Total Laki-laki Perempuan

n (79) % n (78) % n (157) % Jumlah Minimal Rokok (1 bungkus/hari)

Ya 33 41,8 44 56,4 77 49,0 Tidak 46 58,2 34 43,6 80 51,0 Total 79 100,0 78 100,0 157 100,0 Konsumsi Rokok Di Depan Remaja

Ya 55 69,6 56 71,8 111 70,7 Tidak 24 30,4 22 28,2 46 29,3 Total 79 100,0 78 100 157 100 Kebiasaan konsumsi rokok di dalam rumah

Ya 55 69,6 62 79,5 117 74,5 Tidak 24 30,4 16 20,5 40 25,5 Total 79 100,0 78 100,0 157 100,0 Kebiasaan Konsumsi rokok Menimbulkan Bau Tidak Sedap

Ya 55 69,6 67 85,9 122 77,7 Tidak 24 30,4 11 14,1 35 22,3 Total 79 100,0 78 100,0 157 100,0

Perilaku konsumsi minuman beralkohol orangtua

Perilaku konsumsi minuman beralkohol orangtua adalah kegiatan orangtua

yang mengkonsumsi minuman beralkohol. Pada penelitian ini, persentase

orangtua yang mengkonsumsi minuman beralkohol adalah sebesar 7.5 persen

(Tabel 16).

Tabel 16 Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi minuman beralkohol orangtua dan jenis kelamin remaja

Perilaku konsumsi minuman beralkohol

orangtua

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n % n % n % Ya 8 8,0 7 7,0 15 7,5 Tidak 92 92,0 93 93,0 185 92,5 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0

Berikut adalah gambaran perilaku konsumsi minuman beralkohol orangtua

yang meliputi konsumsi minuman beralkohol setiap hari, konsumsi minuman

46  

beralkohol di depan remaja, konsumsi minuman beralkohol didalam rumah, dan

konsumsi minuman beralkohol yang menimbulkan perilaku buruk bagi orangtua.

Hasil penelitian menunjukkan persentase orangtua yang mengkonsumsi minuman

beralkohol setiap hari sebesar 1 persen, masing-masing 1 orangtua remaja laki-

laki, dan 1 orangtua remaja perempuan. Pada penelitian ini orangtua yang

mengkonsumsi minuman beralkohol di depan anaknya adalah sebesar 2.5 persen.

Hasil penelitian menunjukkan kelompok orangtua yang mengkonsumsi minuman

beralkohol di dalam rumah sebesar 3.5 persen. Kelompok orangtua yang

mengkonsumsi minuman beralkohol dan memiliki perilaku buruk di rumah adalah

sebesar 1.5 persen. Data gambaran perilaku konsumsi minuman beralkohol

orangtua tersaji lengkap pada Tabel 17.

Tabel 17 Sebaran remaja menurut kebiasaan konsumsi minuman beralkohol orangtua

Perilaku konsumsi minuman beralkohol

orangtua

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n % n % n % Perilaku konsumsi Minuman Beralkohol Setiap Hari Ya 1 12,5 1 14,3 2 13,3 Tidak 7 87,5 6 85,7 13 86,7 Total 8 100,0 7 100,0 15 100,0Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Di Depan remaja Ya 3 37,5 2 28,6 5 33,3 Tidak 5 62,5 5 71,4 10 66,7 Total 8 100,0 7 100,0 15 100,0Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Di Dalam Rumah Ya 4 50,0 3 42,9 7 46,7 Tidak 4 50,0 4 57,1 8 53,3 Total 8 100,0 7 100,0 15 100,0Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Menimbulkan Perilaku Buruk Orangtua Ya 1 12,5 1 14,3 2 13,3 Tidak 7 87,5 6 85,7 13 86,7 Total 8 100,0 7 100,0 15 100,0

47  

Gaya Pengasuhan

Pada penelitian ini yang dimaksud dengan gaya pengasuhan adalah

interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan.

Kegiatan pengasuhan ini meliputi, mendidik, membimbing, mendisiplinkan

melindungi untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada

dalam masyarakat. Kategorisasi gaya pengasuhan menurut Baumrind, 1991 adalah

gaya pengasuhan authoritative, gaya pengasuhan permissive, dan gaya

pengasuhan authoritharian.

Pada penelitian ini, hampir keseluruhan orangtua remaja menerapkan gaya

pengasuhan authoritative. Gaya pengasuhan ayah dan ibu dengan persentase

tertinggi adalah kategori gaya pengasuhan authoritative yaitu 91.5 persen untuk

kelompok ayah dan sebesar 93.5 persen untuk kelompok ibu. Sebaran gaya

pengasuhan ayah dan ibu remaja tersaji lengkap pada Tabel 18.

Tabel 18 Sebaran remaja menurut kategori gaya pengasuhan orangtua dan jenis kelamin remaja

Gaya Pengasuhan Orangtua

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n % n % n % Ayah Authoritarian 5 5,0 3 3,0 8 4 Permissive 4 4,0 5 5,0 9 4,5 Authoritative 91 91,0 92 92,0 183 91,5 Total 100 100.0 100 100.0 200 100.0 Ibu Authoritarian 2 2,0 9 9,0 11 5,5 Permissive 1 1,0 1 1,0 2 1,0 Authoritative 97 97,0 90 90,0 187 93,5 Total 100 100.0 100 100.0 200 100.0

Teman Sebaya

Dalam penelitian ini teman sebaya dianalisis melalui dua hal, yaitu

keterikatan teman sebaya dan perilaku konsumsi teman sebaya yang meliputi

perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol teman sebaya.

48  

Keterikatan teman sebaya

Keterikatan teman sebaya adalah merupakan persepsi remaja tentang

sejauh mana ia bergantung dan terikat dengan teman sebayanya (Ramayanti

2000). Gambaran keterikatan teman sebaya ditampilkan lengkap pada Tabel 19

berikut ini.

Tabel 19 Sebaran remaja menurut keterikatan dengan teman sebaya dan jenis kelamin remaja

Keterikatan dengan teman sebaya

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n % n % n % Tinggi 3 3,0 6 6,0 9 4,5 Sedang 93 93,0 93 93,0 186 93,0 Rendah 4 4,0 1 1,0 5 2,5 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0Mean (persen) ± SD 63,35±5.55 61,57±5.36 62,46±5.46

Hasil penelitian menunjukkan , baik remaja laki-laki maupun remaja

perempuan hampir keseluruhan memiliki keterikatan sedang dengan teman

sebayanya, dengan total persentase sebesar 93 persen (Tabel 19).

Perilaku konsumsi rokok teman sebaya

Perilaku konsumsi rokok teman sebaya adalah aktifitas teman sekelompok

pertemanan yang menghisap rokok. Pada penelitian ini persentase perilaku

konsumsi rokok teman sebaya remaja laki-laki lebih besar dari perilaku konsumsi

rokok teman sebaya remaja perempuan. Secara keseluruhan , persentase teman

sebaya yang memiliki perilaku konsumsi rokok lebih tinggi daripada teman

sebaya yang tidak konsumsi rokok yaitu sebesar 62 persen. Gambaran lengkap

mengenai perilaku konsumsi rokok teman sebaya tersaji pada Tabel 20.

Tabel 20 Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi rokok teman sebaya dan jenis kelamin

Perilaku konsumsi rokok teman sebaya

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n % n % n % Konsumsi rokok 80 80,0 44 44,0 124 62,0 Tidak Konsumsi rokok 20 20,0 56 56,0 76 38,0 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0

49  

Perilaku konsumsi minuman beralkohol teman sebaya

Perilaku konsumsi minuman berlakohol teman sebaya adalah aktifitas

teman sekelompok pertemanan yang mengkonsumsi minuman beralkohol.

Kelompok teman sebaya remaja laki-laki lebih banyak yang mengkonsumsi

minuman beralkohol yaitu sebesar 49 persen, daripada kelompok teman sebaya

remaja perempuan hanya sebesar 6 persen. Secara keseluruhan , persentase teman

sebaya yang mengkonsumsi minuman beralkohol lebih banyak, yaitu sebesar 27.5

persen (Tabel 21).

Tabel 21 Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi minuman beralkohol teman sebaya dan jenis kelamin remaja

Perilaku konsumsi minuman beralkohol

teman sebaya

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n % n % n % Ya 49 49,0 6 6,0 55 27,5 Tidak 51 51,0 94 94,0 145 72,5 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0  

Perilaku Konsumsi Remaja

Perilaku konsumsi rokok remaja

Pada penelitian ini, persentase remaja laki – laki yang pernah konsumsi

rokok sebesar 62 persen, sedangkan remaja perempuan yang pernah konsumsi

rokok sebesar 11 persen. Secara keseluruhan persentase remaja yang pernah

konsumsi rokok adalah sebesar 26.5 persen (Tabel 22).

Tabel 22 Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi rokok (pernah/tidak pernah) dan jenis kelamin

Perilaku konsumsi rokok remaja

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n % n % n % Pernah 62 62,0 11 11,0 73 26,5 Tidak Pernah 38 38,0 89 89,0 127 63,5 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0

Pada penelitian ini, pengkategorian perilaku konsumsi rokok diadaptasi

dari Smet (1994) dengan mengakumulasikan skor dari frekuensi konsumsi rokok,

jumlah rokok yang dikonsumsi setiap kali merokok, lama konsumsi, dan jumlah

uang yang dibelanjakan untuk konsumsi rokok. Hasil penelitian menunjukkan

50  

persentase remaja laki – laki perokok sebesar 35 persen, sedangkan remaja

perempuan yang perokok sebesar 2 persen. Secara keseluruhan persentase remaja

perokok adalah sebesar 18.5 persen . Dari total persentase perokok remaja sebesar

18.5 persen, sebesar 15 persen merupakan perokok ringan, sebesar 3 persen

merupakan perokok sedang, dan sebesar 0,5 persen merupakan perokok berat.

Hasil uji beda T, menunjukkan perbedaan antara perilaku konsumsi rokok remaja

laki-laki dan perempuan (Tabel 23). Dari 37 orang remaja yang memiliki perilaku

konsumsi rokok, 1 orang remaja perempuan merupakan siswa SMA, dan 1 orang

remaja perempuan merupakan siswa SMK, 22 remaja laki-laki merupakan siswa

SMK, dan 13 remaja laki-laki merupakan siswa SMA. Secara keseluruhan, remaja

yang memiliki perilaku konsumsi rokok, 14 orang merupakan siswa SMA, dan 23

orang merupakan siswa SMK.

Tabel 23 Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi rokok dan jenis kelamin Perilaku konsumsi rokok

remaja Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan n % n % n %

Tidak konsumsi rokok (0) 65 65,0 98 98,0 163 81,5 Perokok ringan (>12) 28 28,0 2 2,0 30 15,0 Perokok sedang (9-12) 6 6,0 0 0 6 3,0 Perokok berat (5-8) 1 1,0 0 0 1 0,5 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0 Uji beda T 0,000

Perilaku konsumsi rokok remaja yang diidentifikasi pada penelitian ini,

meliputi frekuensi konsumsi rokok, jumlah rokok yang dikonsumsi setiap kali

merokok, lama konsumsi, jumlah uang yang dibelanjakan untuk konsumsi rokok.

Pada penelitian ini, pesentase tertinggi hari konsumsi rokok remaja dalam 1 bulan

terakhir adalah kelompok 1-14 hari yaitu sebesar 37.8 persen. Kelompok remaja

yang menghisap 1-4 batang rokok setiap hari , memiliki persentase paling tinggi

yaitu sebesar 54.1 persen. Berikut adalah rincian perilaku konsumsi rokok remaja

yang dipaparkan lengkap pada Tabel 24.

51  

Tabel 24 Sebaran perilaku konsumsi rokok remaja, menurut jumlah hari konsumsi rokok, jumlah batang yang dihisap, lama konsumsi rokok, dan jumlah uang yang dibelanjakan untuk konsumsi rokok

Perilaku Konsumsi Rokok Remaja

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n (35)

% n (2)

% n (37)

%

Jumlah hari konsumsi rokok dalam 1 bulan terakhir

1-14 12 34,3 2 100,0 14 37,8 15-27 11 31,4 0 0 11 29,7 >27 12 34,3 0 0 12 32,4 Jumlah batang rokok yang dihisap/hari dalam 1 bulan terakhir

1-4 19 54,3 1 50,0 20 54,1 5-14 14 40,0 1 50,0 15 40,5 >14 2 5,7 0 0 2 5,4 jumlah batang rokok yang sudah dihisap hari ini

0-2 29 82,9 2 100,0 31 83,8 2-4 5 14,3 0 0 5 13,5 >4 1 2,9 0 0 1 2,7 Lama Merokok (Bulan) 1-28 27 77,1 1 50,0 28 75,7 29-56 4 11,4 1 50,0 5 13,5 >56 4 11,4 0 0 4 10,6 Belanja Rokok (Rp) 5000-103.500 27 77,1 2 100,0 29 78,4 103.500-202.000 5 14,3 0 0 5 12,5 >202.000 3 8,6 0 0 3 8,1

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas remaja yang memiliki perilaku

konsumsi sudah menghisap 0-2 batang rokok, pada saat hari penelitian yaitu

sebesar 83.8 persen. Lebih dari separuh remaja yaitu sebesar 75.7 persen, telah

mengkonsumsi rokok selama 1-28 bulan. Lebih dari separuh remaja

membelanjakan uang untuk rokok sebesar Rp 5000,00 – Rp 103.333,33 / bulan.

Data gambaran perilaku konsumsi rokok remaja tersaji lengkap pada Tabel 24.

Pada penelitian ini, perilaku konsumsi rokok remaja juga meliputi tempat

mengkonsumsi rokok. Pada penelitian ini, tempat-tempat yang paling sering

digunakan remaja untuk konsumsi rokok oleh remaja laki-laki adalah warung,

smoking area, kamar, toilet, rumah (selain kamar dan toilet). Tempat-tempat yang

paling sering digunakan oleh remaja perempuan untuk konsumsi rokok adalah

52  

warung, tempat umum, kamar, toilet, rumah (selain kamar dan toilet) . Data

tempat konsumsi rokok remaja tersaji lengkap pada Tabel 25.

Tabel 25 Sebaran remaja menurut tempat konsumsi rokok dan jenis kelamin Tempat konsumsi rokok Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan n (35) % n (2) % n (37) %

Smoking area 26 74,3 0 0 26 74,3Kendaraan umum 15 42,9 0 0 15 42,9Warung 34 97,1 1 50,0 35 94,6Sekolah ( kantin, warung) 11 31,4 0 0 11 31,4Tempat umum (stasiun, mall, terminal, jalan raya)

28

80,0

1

50,0

29

78,4

Kamar 27 77.1 1 50,0 28 75,7Toilet 23 65,7 1 50,0 24 64,9Rumah (selain kamar dan toilet) 24 64,5 1 50,0 25 67,6

Alasan konsumsi rokok remaja juga merupakan variabel yang

diidentifikasi dalam penelitian ini. Beberapa alasan konsumsi rokok yang sering

disebutkan oleh remaja laki-laki pada penelitian ini antara lain, mendapat

kenikmatan, mengurangi rasa cemas, marah, gelisah, sudah menjadi kebiasaan,

sudah ketagihan, dan mempererat hubungan antar teman. Sedangkan untuk remaja

perempuan, alasan konsumsi rokok yang sering dikemukakan adalah untuk

mengurangi rasa cemas, marah, gelisah, mandapat kenikmatan (Tabel 26).

Tabel 26 Sebaran remaja menurut alasan konsumsi rokok dan jenis kelamin Alasan Konsumsi rokok Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan n (35) % n (2) % n (37) %

Mendapat kenikmatan 30 85,7 1 50,0 31 83,8Mempererat hubungan antar teman

22

62,9

1

50,0

23

62,2

Mengurangi rasa cemas, marah, gelisah

28

80,0

2

100,0

30

81,1

Sudah ketagihan 24 68,6 0 0 24 64,9Kebiasaan 27 77,1 0 0 27 73,0Bisa konsentrasi 17 48,6 0 0 17 45,9Dipaksa oleh teman 3 8,6 0 0 3 8,1

Alasan tidak mengkonsumsi rokok juga diidentifikasi di dalam penelitian

ini. Beberapa alasan tidak konsumsi rokok yang dikemukakan oleh remaja laki-

laki dan remaja perempuan antara lain, konsumsi rokok merupakan perilaku

53  

merugikan, menghindari timbulnya penyakit karena rokok, dilarang orangtua,

dapat menghemat uang, dilarang sekolah. Alasan-alasan yang dikemukakan

remaja untuk tidak memiliki perilaku konsumsi rokok tersaji lengkap pada Tabel

27.

Tabel 27 Sebaran remaja menurut alasan tidak konsumsi rokok dan jenis kelamin Alasan Tidak Konsumsi

rokok Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan n (65) % n (98) % n (163) %

Dapat menghemat uang 62 95,4 91 92,9 153 93,9 Menghindari timbulnya penyakit karena konsumsi rokok

63

96,9

93

94,9

156

95,7 Konsumsi rokok adalah perilaku merugikan

63

96,9

96

98,0

159

97,5

Dilarang agama 37 56,9 74 75,5 111 68,1 Dilarang orangtua 62 95,4 94 95,9 156 95,7 Dilarang sekolah 59 90,8 94 95,9 153 93,9 Tidak punya uang 11 16,9 41 41,8 52 31,9

Perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja

Persentase tertinggi remaja menurut pernah/tidak pernah mengkonsumsi

minuman beralkohol pada penelitian ini adalah kelompok remaja yang tidak

pernah mengkonsumsi minuman beralkohol yaitu sebesar 83 persen (Tabel 28).

Tabel 28 Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi minuman beralkohol (pernah/tidak pernah) remaja dan jenis kelamin

Perilaku konsumsi minuman beralkohol

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n % n % n % Pernah 28 28,0 6 6,0 34 17,0 Tidak Pernah 72 72,0 94 94,0 166 83,0 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0

Perilaku konsumsi minuman beralkohol pada penelitian ini, dikategorikan

berdasarkan akumulasi skor dari frekuensi konsumsi minuman beralkohol, jumlah

yang dikonsumsi setiap kali konsumsi minuman beralkohol, lama konsumsi

minuman beralkohol, dan jumlah uang yang dibelanjakan untuk konsumsi

minuman beralkohol. Pengkategorian diadaptasi dari Molberg (1983). Hasil

penelitian ini menunjukkan, perilaku konsumsi alkohol pada remaja laki-laki

sebesar 25 persen, lebih tinggi dari perilaku konsumsi minuman beralkohol pada

54  

remaja perempuan sebesar 1 persen. Secara keseluruhan, kelompok remaja yang

memiliki perilaku konsumsi minuman beralkohol adalah sebesar 13 persen, dari

jumlah tersebut sebanyak 1 persen merupakan kelompok remaja yang

mengkonsumsi alkohol tingkat berat . Dari 26 orang remaja yang memiliki

perilaku konsumsi minuman beralkohol, 1 orang remaja perempuan dan 2 orang

remaja laki-laki merupakan siswa SMA, dan 23 remaja laki-laki merupakan siswa

SMK Hasil uji beda T menunjukkan adanya perbedan antara perilaku konsumsi

minuman beralkohol remaja laki-laki dan perempuan. Berikut pada Tabel 29

adalah gambaran lengkap sebaran perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja.

Tabel 29 Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja dan jenis kelamin

Perilaku konsumsi minuman beralkohol

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n % n % n % Tidak Konsumsi minuman beralkohol (0)

75 75,0 98 98,0 174 87,0

Konsumsi minuman beralkohol tingkat ringan (>11)

21

21,0

0

0

21

10,5 Konsumsi minuman beralkohol tingkat sedang (8-11)

4

4,0

1

1,0

2

2,5 Konsumsi minuman beralkohol tingkat berat (4-7)

0

0

0

0

2

1,0 Total 100 100,0 100 100,0 200 100,0Uji Beda T 0,000

Perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja yang diidentifikasi dalam

penelitian ini meliputi frekuensi konsumsi minuman beralkohol, jumlah yang

dikonsumsi setiap kali konsumsi minuman beralkohol, lama konsumsi minuman

beralkohol, dan jumlah uang yang dibelanjakan untuk konsumsi minuman

beralkohol. Berikut adalah gambaran lengkap perilaku konsumsi minuman

beralkohol remaja yang dipaparkan lengkap pada Tabel 30.

55  

Tabel 30 Sebaran perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja menurut jumlah hari mengkonsumsi minuman beralkohol dalam 1 bulan terakhir , jumlah yang dikonsumsi perhari, lama konsumsi minuman beralkohol, dan uang untuk belanja minuman beralkohol

Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Remaja

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n (25) % n (1) % n (26) % Jumlah hari mengkonsumsi minuman beralkohol dalam 1 bulan terakhir

0-7 25 100,0 0 0 25 96,2 8-14 0 0 0 0 0 0 >14 0 0 1 100,0 1 3,8 Jumlah yang dikonsumsi / hari (ml)

50-1100 23 92,0 1 100,0 24 92,3 >1100-2100 1 4,0 0 0 1 3,8 >2100 1 4,0 0 0 1 3,8 Lama Mengkonsumsi Minuman Beralkohol (Bulan)

0.25-8,5 23 92,0 0 0 23 88,5 >8.5-16.75 0 0 0 0 0 0 >16.75 2 8,0 1 100,0 3 11,5 Belanja Minuman Beralkohol (Rp)

0-150.000 23 92,0 1 100,0 24 92,3 >150.000-300.000 1 4,0 0 0 1 3,8 >300.000 1 4,0 0 0 1 3,8

Salah satu indikator yang diperhatikan dalam perilaku konsumsi minuman

beralkohol adalah jumlah hari untuk mengkonsumsi minuman beralkohol dalam

satu bulan terakhir. Persentase tertinggi berada pada kelompok remaja yang

mengkonsumsi minuman beralkohol selama 0-7 hari dalam sebulan, yaitu dengan

persentase sebesar 96.2 persen. . Hampir seluruh remaja yang mengkonsumsi

minuman beralkohol , mengkonsumsi minuman beralkohol sebanyak 50-1050 ml

setiap kali konsumsi. Mayoritas remaja yang mengkonsumsi minuman beralkohol

, telah memiliki perilaku konsumsi minuman beralkohol selama 0.25-8.5 bulan.

Hampir seluruh remaja yang mengkonsumsi minuman beralkohol, yaitu sebesar

92.3 persen , membelanjakan uang untuk minuman beralkohol sebesar Rp 0,00

hingga Rp150.000,00 (Tabel 30).

Pada penelitian ini, perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja juga

meliputi tempat dan alasan remaja mengkonsumsi minuman beralkohol.

56  

Berdasarkan hasil penelitian, tempat-tempat yang sering digunakan remaja laki-

laki untuk mengkonsumsi minuman beralkohol adalah rumah (selain kamar),

kamar, tempat umum, bar/club, toilet. Sedangkan tempat-tempat yang sering

digunakan oleh remaja perempuan antara lain bar/club dan restaurant. Tempat-

tempat yang biasa digunakan oleh remaja untuk mengkonsumsi minuman

beralkohol tersaji lengkap pada Tabel 31.

Tabel 31 Sebaran remaja menurut tempat konsumsi minuman beralkohol dan jenis kelamin

Tempat konsumsi minuman beralkohol

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n (25) % n (1) % n (26) % Bar/Club 8 12,0 1 100,0 4 15,4Restaurant 11 4,0 1 100,0 2 7,7 Sekolah 1 4,0 0 0 1 3,8 Tempat umum (stasiun, terminal, mall)

9

36,0

0

0

9

34,6

Kamar 11 44,0 0 0 11 42,3Toilet 3 12,0 0 0 3 11,5Rumah (selain kamar) 17 68,0 0 0 17 65,4

Gambaran lengkap mengenai alasan-alasan remaja mengkonsumsi

minuman beralkohol, ditampilkan pada Tabel 32 di bawah ini.

Tabel 32 Sebaran remaja menurut alasan konsumsi minuman beralkohol dan jenis kelamin

Alasan Konsumsi Minuman Beralkohol

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n (25) % n (1) % n (26) % Mendapat kenikmatan 10 40,0 0 0 10 38,5Menyenangkan perasaan 16 64,0 0 0 16 61,5Mengurangi rasa cemas, marah, gelisah

16

64,0

1

100,0

17

65,4

Menyukai rasanya 16 64,0 1 100,0 17 65,4Agar tampak dewasa 6 24,0 0 0 6 23,1Sudah ketagihan 3 12,0 0 0 3 11,5Kebiasaan 7 28,0 0 0 7 26,9Dipaksa oleh teman 9 34,6 0 0 9 34,6

Sebaran remaja menurut alasan-alasan perilaku konsumsi minuman

beralkohol yang disebutkan oleh remaja laki-laki antara lain menyenangkan

perasaan, mengurangi rasa cemas, marah, gelisah, menyukai rasanya, mendapat

kenikmatan, dan dipaksa oleh teman. Sedangkan alasan konsumsi minuman

57  

beralkohol yang disebutkan oleh remaja perempuan adalah selain karena dapat

mengurangi rasa cemas, marah dan gelisah, konsumsi minuman beralkohol juga

karena menyukai rasanya .

Alasan-alasan remaja tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, yang

frekuensinya paling sering disebutkan dalam penelitian ini antara lain

menghindari bahaya konsumsi minuman beralkohol, menganggap perilaku

konsumsi minuman beralkohol adalah perilaku merugikan, dilarang agama,

dilarang orangtua, dan dilarang sekolah (Tabel 33).

Tabel 33 Sebaran remaja menurut alasan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol dan jenis kelamin

Alasan Tidak Konsumsi minuman beralkohol

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

n (75) % n (99) % n (174) % Dapat menghemat uang 68 90,7 93 93,9 161 92,5 Menghindari bahaya konsumsi minuman beralkohol

74

98,7

97

98,0

171

98,3 Menganggap perilaku konsumsi minuman beralkohol adalah perilaku merugikan

73

97,3

97

98,0

170

97,7 Dilarang agama 75 100,0 97 98,0 172 98,9 Dilarang orangtua 75 100,0 98 99,0 173 99,4 Dilarang sekolah 73 97,3 98 99,0 171 98,3 Tidak punya uang 21 28,0 45 45,5 66 37,9

Hubungan antara karakteristik keluarga dengan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja

Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 34 menunjukkan, usia ayah dan

usia ibu tidak berhubungan dengan perilaku konsumsi rokok dan minuman

beralkohol remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan pendidikan ibu tidak

berhubungan dengan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja.

Selaras dengan hasil penelitian, Tyas dan Pedersen (1998) menemukan bahwa

pendidikan ibu tidak berpengaruh pada perilaku konsumsi rokok remaja,

kemungkinan karena pendidikan ayah secara tradisional lebih erat terkait dengan

status sosial ekonomi keluarga daripada pendidikan ibu. Pada penelitian

pendidikan ayah juga tidak berhubungan dengan perilaku konsumsi rokok dan

minuman beralkohol remaja. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil

58  

penelitian Derzon dan Lipsey (1999) yang menyatakan pendidikan orangtua

berhubungan dengan perilaku konsumsi rokok.

Tabel 34 Nilai koefiesien korelasi antara karakteristik keluarga dengan perilaku konsumsi remaja

Keterangan: ** nyata pada p ≤ 0.01 * nyata pada p ≤ 0.05

Pada penelitian ini pendapatan keluarga tidak berhubungan dengan

perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja (Tabel 34). Hasil

penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian-penelitian yang ada yang

menyatakan pendapatan keluarga berperan dalam perilaku konsumsi rokok dan

konsumsi minuman beralkohol. Status sosial ekonomi rendah pada orang tua

secara konsisten dikaitkan dengan peningkatan kebiasaan konsumsi rokok di

kalangan remaja (Currie 1997 ; Kazemi et al. 2008). Tetapi hasil penelitian

Griesbach et al (2003) menemukan bahwa remaja yang lebih memiliki sumber

daya ekonomi yang cukup, memiliki kecenderungan untuk konsumsi rokok karena

memiliki akses yang lebih mudah untuk mendapatkan rokok.

Hubungan antara karakteristik remaja dengan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja

Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 35 , menunjukkan jenis kelamin

remaja berhubungan nyata dan negatif dengan perilaku konsumsi rokok dan

perilaku konsumsi minuman beralkohol artinya jenis kelamin laki-laki ikut

menentukan terbentuknya perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol.

Choe (2001) menemukan perbedaan gender yang sangat besar dalam hal memiliki

perilaku berisiko di negara-negara Asia, hal ini terbentuk dari norma sosial yang

berlaku di masyarakat bahwa laki-laki akan akan dimengerti dan diterima oleh

masyarakat apabila memiliki perilaku berisiko seperti konsumsi rokok dan

Karakteristik Keluarga

Perilaku Konsumsi Rokok remaja

Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Remaja

Umur Ayah (tahun) -0,030 -0,044 Umur Ibu (tahun) -0,023 -0,018 Pendapatan Keluarga (rupiah) 0,017 -0,047

Pendidikan Ayah -0,095 -0,077 Pendidikan ibu -0,097 -0,104

59  

mengkonsumsi minuman beralkohol, sedangkan Kann, et al (2000) menemukan

pada masyarakat Filipina secara umum, lebih memberikan kebebasan pada laki –

laki untuk melakukan berbagai aktifitas sosial dibandingkan dengan perempuan.

Orangtua di Filipina akan membiarkan anak laki – lakinya untuk konsumsi rokok

maupun mengkonsumsi minuman beralkohol, tetapi tidak akan membiarkan anak

perempuan untuk memiliki perilaku-perilaku tersebut

Tabel 35 Nilai koefiesien korelasi antara karakteristik remaja dengan perilaku konsumsi remaja

 

Hasil uji Spearman pada Tabel 35, juga menunjukkan bahwa usia remaja

dan uang saku remaja tidak berhubungan dengan perilaku konsumsi rokok dan

konsumsi minuman beralkohol, artinya usia remaja dan uang saku tidak ikut

menentukan terbentuknya perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol pada

remaja.

Hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang rokok dan perilaku konsumsi rokok orangtua dengan perilaku konsumsi rokok remaja

Hasil uji korelasi Spearman pada tabel 36 menunjukkan pengetahuan dan

sikap remaja tentang rokok tidak berhubungan dengan perilaku konsumsi rokok

remaja. Hasil pada penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Tyas &

Pederson, (1998) yang menemukan bahwa pengetahuan remaja tentang efek

konsumsi rokok terhadap kesehatan memberikan efek protektif terhadap

pembentukan perilaku konsumsi rokok . Hasil penelitian ini juga tidak sejalan

dengan penelitian Zapata et al (2004) yang menemukan bahwa remaja yang

perokok maupun pernah konsumsi rokok memiliki sikap yang lebih positif

terhadap rokok sehingga tidak lagi memperdulikan bahaya yang dapat

ditimbulkan oleh rokok terhadap kesehatan maupun konsekuensi sosial yang akan

timbul akibat perilaku konsumsi rokok.

Karakteristik Remaja

Perilaku Konsumsi Rokok remaja

Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Remaja

Usia Remaja 0.117 0.073 Jenis Kelamin -0,419** -0,360** Uang saku (rupiah) 0.051 -0,025

60  

Hasil dari penelitian ini menununjukan persentase yang cukup tinggi pada

remaja yang memilki pengetahuan yang tinggi tentang bahaya merokok yaitu

sebesar 91 persen , dan persentase yang cukup tinggi sebesar 72.5 persen pada

kelompok remaja yang memiliki sikap negatif terhadap rokok, tetapi angka

prevalensi merokok masih cukup tinggi yaitu 18.5 persen. Menurut Baron dan

Byrne (2002) , suatu pengetahuan dan sikap individu , akan membentuk suatu

perilaku yang selaras, tergantung dari suatu kondisi. Dalam penelitian ini kondisi

yang mungkin berperan adalah disonansi kognitif. Remaja yang memiliki

pengetahuan dan sikap yang menolak rokok , tetapi memiliki perilaku konsumsi

rokok, berarti remaja tersebut mengalami disonansi kognititif, artinya perilaku

berkebalikan dengan pengetahuan dan sikap yang dimilki.

Hasil uji korelasi Spearman pada tabel 36 menunjukkan perilaku konsumsi

rokok orangtua tidak berhubungan dengan perilaku konsumsi rokok remaja. Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Tyas dan Pedersen (1998), artinya

perilaku merokok orangtua tidak ikut berperan dalam pembentukan perilaku

konsumsi rokok remaja. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil dalam

sebuah penelitian di tujuh negara Eropa, Griesbach et al (2003) menemukan

bahwa tingkat perilaku konsumsi rokok remaja di empat negara lebih tinggi dua

kali lipat , jika remaja tersebut setidaknya memiliki satu orangtua perokok.

Tabel 36 Nilai koefiesien korelasi antara pengetahuan dan sikap remaja tentang rokok dan perilaku konsumsi rokok orangtua dengan perilaku konsumsi remaja

Variabel Perilaku Konsumsi Rokok remaja Pengetahuan Rokok -0,080 Sikap Terhadap Rokok -0,018 Perilaku Merokok Orangtua 0,095 Keterangan: ** nyata pada p ≤ 0.01 * nyata pada p ≤ 0.05

Hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang minuman

beralkohol dan perilaku konsumsi minuman beralkohol orangtua dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja

Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 37 menunjukkan pengetahuan dan sikap

remaja tentang minuman beralkohol tidak berhubungan dengan perilaku konsumsi

minuman beralkohol remaja, artinya pengetahuan dan sikap remaja tidak turut

berperan dalam pembentukan perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja.

61  

Menurut Baron dan Byrne (2002), perilaku individu terbentuk dari suatu kondisi.

Kondisi yang kemungkinan sesuai untuk hasil penelitian ini adalah teman sebaya.

Pada penelitian ini hampir tigaperempat remaja memiliki pengetahuan tinggi

terhadap bahaya konsumsi minuman beralkohol dan mayoritas remaja memiliki

sikap negatif terhadap konsumsi minuman beralkohol, tetapi angka prevalensi

konsumsi minuman beralkohol remaja, masih sebesar 13 persen. Pengetahuan dan

sikap remaja tidak selaras dengan perilaku yang terbentuk, karena terdapat suatu

kondisi yang berperan yaitu teman sebaya. Menurut Erik Erickson dalam Hastuti

(2008), pada masa remaja, individu akan mengalami masa “identity vs identity

confusion”, artinya remaja sedang mencari identitas diri atau jati diri, hal yang

diharapkan pada masa remaja ini adalah kesetiaan, sehingga kemungkinan untuk

mendapat kesetiaan remaja lebih memilih untuk mengikuti perilaku teman sebaya.

Selain itu menurut Santrock (2007), pada usia remaja, individu memiliki

kebutuhan untuk diterima oleh teman sebayanya. Kemungkinan hal ini turut

berperan dalam pembentukan perilaku remaja. Oleh karena itu, pada penelitian ini

meskipun remaja memiliki pengetahuan dan sikap yang menolak konsumsi

minuman beralkohol, tetapi remaja tetap memiliki perilaku konsumsi minuman

beralkohol yang kemungkinan terbentuk karena peran teman sebaya.

Tabel 37 Nilai koefisien korelasi antara pengetahuan dan sikap remaja tentang minuman beralkohol dan perilaku konsumsi minuman beralkohol orangtua dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol

Variabel

Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Remaja

Pengetahuan Minuman Beralkohol 0,047 Sikap Terhadap Minuman Beralkohol 0,063 Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Orangtua

-0,096

Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku konsumsi minuman beralkohol

orangtua tidak berhubungan dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol

remaja .Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Power et al (2005)

dalam Scholte et al (2008) yang tidak menemukan hubungan perilaku konsumsi

minuman beralkohol orangtua dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol

anak remaja. Pada penelitian ini, konsumsi minuman beralkohol orangtua tidak

berhubungan dengan konsumsi minuman beralkohol remaja , kemungkinan

62  

disebabkan karena alasan atau penyebab remaja mengkonsumsi minuman

beralkohol bukan karena stimulus dari perilaku orangtua, melainkan lebih karena

faktor diri sendiri. Hal tersebut dapat dismpulkan dari alasan – alasan konsumsi

minuman beralkohol yang dikemukakan oleh remaja dengan frekuensi paling

sering antara lain “menyenangkan perasaan”, “mengurangi rasa cemas, marah,

dan gelisah”, dan “menyukai rasanya”.

Hubungan antara gaya pengasuhan dan teman sebaya dengan perilaku

konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja

Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 38, menunjukkan bahwa gaya pengasuhan

ayah maupun gaya pengasuhan ibu tidak berhubungan dengan perilaku konsumsi

rokok remaja. Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan berbagai penelitian

yang telah ada sebelumnya yang menyatakan terdapat hubungan antara gaya

pengasuhan dan perilaku konsumsi rokok pada remaja. Pierce (2002) dalam

penelitiannya menyatakan pengasuhan authoritatif berpengaruh terhadap perilaku

konsumsi rokok remaja. Huver et al (2007) juga menyatakan bahwa remaja

dengan orangtua yang authorithative cenderung tidak konsumsi rokok

dibandingkan dengan remaja dari keluarga yang memberikan pengasuhan

authoritarian dan pengasuhan permissive. Upaya orangtua dalam melakukan

pemantauan umumnya dianggap faktor kunci dalam menjelaskan dan mencegah

perilaku konsumsi rokok remaja dan termasuk komunikasi orangtua-anak tentang

penggunaan narkoba dan substansi spesifik. Huver et al (2007) menyatakan

bahwa penetapan aturan dirumah tentang aturan konsumsi rokok dikaitkan dengan

penurunan risiko konsumsi rokok pada remaja .Pada penelitian ini gaya

pengasuhan tidak berhubungan dengan perilaku konsumsi rokok remaja,

kemungkinan bukan hanya gaya pengasuhan saja yang berperan dalam

pembentukan perilaku konsumsi rokok remaja, hal ini dapat diamati dari alasan-

alasan mengapa remaja tidak konsumsi rokok. Alasan tidak konsumsi rokok pada

remaja yang paling sering muncul adalah “menghindari timbulnya penyakit

karena konsumsi rokok” , “konsumsi rokok adalah perilaku merugikan” dan

“dilarang orangtua”. Sehingga dapat dijelaskan bahwa selain peran orangtua,

remaja telah memiliki keyakinan diri atau self efficacy untuk menghindari perilaku

konsumsi rokok, seperti hasil penelitian Imhonde et al (2008) yang menemukan

63  

bahwa remaja dengan self efficacy tinggi lebih mudah menolak untuk mulai

konsumsi rokok.

Hasil uji korelasi Spearman pada tabel 38, menunjukkan bahwa gaya

pengasuhan ayah maupun gaya pengasuhan ibu tidak berhubungan dengan

perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja. Hasil penelitian ini kontradiktif

dengan beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya. Penelitian yang dilakukan

Durkin et al (1999) menyatakan gaya pengasuhan orangtua, baik gaya pengasuhan

ayah maupun gaya pengasuhan ibu, juga menentukan terbentuknya perilaku

konsumsi minuman beralkohol pada anak, dan menurut Jackson (1997), anak

yang memiliki ikatan emosional yang kuat dengan anggota keluarga memiliki

risiko yang lebih rendah untuk terlibat dengan perilaku menyimpang.

Tabel 38 Nilai koefiesien korelasi antara gaya pengasuhan dan teman sebaya dengan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja

Variabel

Perilaku Konsumsi

Rokok remaja

Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol

Remaja Gaya Pengasuhan Gaya Pengasuhan Ayah Authoritative -0,098 -0,042

Gaya Pengasuhan Ayah Authoritarian -0,093 -0,019

Gaya Pengasuhan Ayah permissive -0,065 0,022

Gaya Pengasuhan Ibu Authoritative 0,136 0,018

Gaya Pengasuhan Ibu Authoritarian 0,000 -0,104

Gaya Pengasuhan Ibu permissive 0,006 0,023

Teman Sebaya Keterikatan Teman Sebaya 0,101 0.216**. Perilaku Merokok Teman sebaya

0,095

-

Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Teman Sebaya -

0.242** Keterangan: ** nyata pada p ≤ 0.01 * nyata pada p ≤ 0.05

Pada penelitian ini, perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja

kemungkinan tidak disebabkan oleh gaya pengasuhan orangtua, melainkan

disebabkan oleh faktor lain yang mungkin berperan. Faktor lain tersebut mungkin

64  

dapat terlihat dari alasan-alasan yang diungkapkan remaja yang mengkonsumsi

minuman beralkohol yaitu karena untuk menyenangkan perasaan, mengurangi

rasa cemas, marah, gelisah, menyukai rasanya, mendapat kenikmatan, dan dipaksa

oleh teman. Selain itu, faktor lain yang yang berperan pada remaja yang tidak

mengkonsumsi minuman beralkohol, dapat dilihat dari alasan-alasan remaja tidak

mengkonsumsi minuman beralkohol, yaitu karena dilarang sekolah, dilarang

agama, anggapan bahwa konsumsi minuman beralkohol adalah perilaku

merugikan, dan ingin menghindari bahaya akibat konsumsi minuman beralkohol.

Faktor-faktor tersebut muncul dengan persentase yang tinggi sebagai alasan

remaja untuk tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.

Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 38 menunjukkan bahwa

keterikatan teman sebaya tidak berhubungan dengan perilaku konsumsi rokok.

Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Mantilla, et al (2008) yang

menyatakan bahwa teman sebaya berhubungan dengan terbentuknya perilaku

rokok pada remaja. Tidak adanya hubungan antara keterikatan teman sebaya

dengan perilaku konsumsi rokok remaja kemungkinan dapat dijelaskan dengan

tingginya persentase keterikatan rendah dengan teman sebaya pada penelitian ini

yaitu sebesar 62 persen, yang berarti hasil tersebut menunjukkan kemungkinan

diantara pertemanan , keputusan untuk konsumsi rokok tidak dipengaruhi oleh

teman sebaya.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara keterikatan teman

sebaya dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja (Tabel 38).

Kecenderungan remaja untuk memiliki perilaku konsumsi minuman beralkohol

akan menjadi lebih tinggi jika ada teman sebayanya yang memiliki perilaku

konsumsi minuman beralkohol. Scholte et al (2008) menyatakan bahwa teman

sebaya memiliki peran yang signifikan dalam pembentukan kebiasaan untuk terus

mengkonsumsi minuman beralkohol pada saat remaja menjadi dewasa.

Pada penelitian ini, perilaku konsumsi rokok teman sebaya juga tidak

berhubungan dengan dengan perilaku konsumsi rokok remaja. Meskipun berbagai

penelitian, termasuk penelitian Goodrow (2003) yang menemukan bahwa perilaku

merokok teman sebaya akan menyebabkan remaja cenderung memiliki perilaku

65  

tersebut, tetapi pada penelitian ini perilaku merokok teman sebaya tidak ikut

berperan dalam pembentukan perilaku konsumsi rokok remaja.

Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 38, menunjukkan terdapat

hubungan antara perilaku konsumsi minuman beralkohol teman sebaya dengan

perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja. Cara teman sebaya

mempengaruhi secara langsung yaitu dengan aktif dan eksplisit mengajak

temannya untuk mengkonsumsi minuman beralkohol , seperti mengajak untuk

konsumsi minuman beralkohol dengan teman – teman, ataupun menawarkan

minuman alkohol gratis. Sedangkan cara tidak langsung yang digunakan oleh

teman sebaya untuk mempengaruhi temannya misalnya dengan memberikan

informasi bahwa perilaku konsumsi minuman beralkohol, adalah perilaku yang

diterima masyarakat dan dikagumi oleh remaja seusia mereka Borsari et al (2001).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Rokok Remaja

Hasil regresi logistik untuk faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumsi rokok menghasilkan koefisien determinasi (nagelkerke R2) sebesar

0,411 artinya 41,1 persen varian perilaku konsumsi rokok dapat dijelaskan oleh

variabel yang ada dalam model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel

yang mempengaruhi perilaku konsumsi rokok pada remaja adalah variabel jenis

kelamin, keterikatan teman sebaya, dan sikap remaja tentang rokok.

Remaja yang berjenis kelamin laki-laki memiliki peluang 32,544 kali lebih

tinggi untuk memiliki perilaku konsumsi rokok. Semakin tinggi keterikatan teman

sebaya akan membuat remaja berpeluang memiliki perilaku konsumsi rokok 1,088

lebih tinggi. Sementara itu sikap tentang rokok mempunyai pengaruh yang positif

terhadap perilaku konsumsi , artinya semakin tinggi sikap remaja untuk menolak

rokok, maka peluang remaja untuk memiliki perilaku konsumsi rokok akan 1,094

kali lebih tinggi (Tabel 39)

Tabel 39 Variabel yang berpengaruh terhadap perilaku konsumsi rokok remaja Variabel Bebas B Sig. Exp(B)

Jenis Kelamin 3,483 0,000** 32,544 Usia remaja ,191 0,637 1,210

Keterangan: ** nyata pada p ≤ 0.05 * nyata pada p ≤ 0.1

66  

Tabel 39 Variabel yang berpengaruh terhadap perilaku konsumsi rokok remaja (lanjutan)

Variabel Bebas B Sig. Exp(B) Usia Ayah -2,727E-02 0,614 0,973Usia Ibu 0,052 0,400 1,053Pendidikan Ayah -2,212E-01 0,264 0,802Pendidikan Ibu -1,878E-01 0,317 0,829Pendapatan Keluarga 7,833E-08 0,246 1,000Uang Saku -1,862E-07 0,916 1,000Keterikatan Teman Sebaya 0,084 0,050* 1,088Pengetahuan Tentang Rokok 0,304 0,468 1,356Sikap Tentang Rokok 0,090 0,082* 1,094Perilaku Konsumsi Rokok Orangtua -1,518E-02 0,900 0,985Perilaku konsumsi Rokok Teman Sebaya 0,084 0,449 1,088Pengasuhan Ayah 0,374 0,683 1,453Pengasuhan Ibu 18,873 0,999 1,572E+0

8Konstanta -2,616E+01 0,998 4,356E-12Nagelkerke R Square 0,411 Chi-Square 58,340 Sig 0,000

Keterangan: ** nyata pada p ≤ 0.05 * nyata pada p ≤ 0.1

Hasil penelitian pada Tabel 39 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki

berpengaruh terhadap pembentukan perilaku konsumsi rokok, hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Kann, et al (2000) menemukan pada masyarakat

Filipina secara umum, lebih memberikan kebebasan pada laki – laki untuk

melakukan berbagai aktifitas sosial dibandingkan dengan perempuan. Orangtua di

Filipina akan membiarkan anak laki – lakinya untuk konsumsi rokok maupun

mengkonsumsi minuman beralkohol, tetapi tidak akan membiarkan anak

perempuan untuk memiliki perilaku-perilaku tersebut. Hasil uji regresi logistik

pada Tabel 39 menunjukkan keterikatan teman sebaya berpengaruh terhadap

perilaku konsumsi rokok, seperti yang dijelaskan dalam penelitian Goodrow

(2003), yang menjelaskan bahwa teman sebaya meningkatkan kencenderungan

remaja sebanyak dua kali lipat untuk memiliki perilaku konsumsi rokok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap remaja yang anti terhadap

rokok berpeluang lebih tinggi untuk memiliki perilaku konsumsi rokok sebesar

1,094 kali. Baron dan Byrne (2002) menjelaskan bahwa ketika sikap

menghasilkan suatu perilaku, tergantung oleh suatu keadaan, keadaan yang sesuai

67  

dalam penelitian ini adalah disonansi kognitif yaitu ketika sikap tidak selaras

dengan perilaku yang terbentuk. Selain disonansi kognitif keadaan yang

mempengaruhi sikap untuk menjadi perilaku pada remaja adalah teman sebaya

yang pada penelitian ini menunjukkan pengaruh pada pembentukan perilaku

konsumsi rokok remaja.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Remaja

Hasil regresi logistik untuk faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumsi minuman beralkohol remaja menghasilkan koefisien determinasi

(nagelkerke R2) sebesar 0,456 artinya 45,6 persen varian perilaku konsumsi

minuman beralkohol dapat dijelaskan oleh variabel yang ada dalam model. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi perilaku konsumsi

rokok pada remaja adalah variabel jenis kelamin, pendapatan keluarga, keterikatan

teman sebaya, dan sikap remaja tentang minuman beralkohol.

Remaja yang berjenis kelamin laki-laki memiliki peluang 31,712 kali lebih

tinggi untuk memiliki perilaku konsumsi minuman beralkohol. Pendapatan

keluarga berpengaruh positif terhadap pembentukan perilaku konsumsi minuman

beralkohol remaja, artinya semakin tinggi pendapatan keluarga, maka peluang

remaja untuk memiliki perilaku konsumsi minuman beralkohol 1,000 lebih tinggi.

Semakin tinggi keterikatan teman sebaya akan membuat remaja berpeluang

memiliki perilaku konsumsi minuman beralkohol 1,155 lebih tinggi. Sementara

itu sikap tentang minuman beralkohol mempunyai pengaruh yang positif terhadap

perilaku konsumsi minuman beralkohol, artinya semakin tinggi sikap remaja

untuk menolak minuman beralkohol, maka peluang remaja untuk memiliki

perilaku konsumsi minuman beralkohol akan 1,405 kali lebih tinggi (Tabel 40).

Tabel 40 Variabel yang berpengaruh terhadap perilaku konsumsi minuman beralkohol

Variabel Bebas B Sig. Exp(B) Jenis Kelamin 3,457 0,001** 31,712 Usia Remaja 0,054 0,921 1,055 Usia Ayah -6,990E-02 0,270 0,932 Usia Ibu 0,078 0,281 1,081

Keterangan: ** nyata pada p ≤ 0.05 * nyata pada p ≤ 0.1

68  

Tabel 40 Variabel yang berpengaruh terhadap perilaku konsumsi minuman beralkohol (lanjutan)

Variabel Bebas B Sig. Exp(B) Pendidikan Ayah -2,399E-01 0,306 0,787 Pendidikan Ibu -3,048E-01 0,183 0,737 Pendapatan Keluarga 1,627E-07 0,038* 1,000 Uang Saku -2,462E-06 0,287 1,000 Keterikatan Teman Sebaya 0,144 0,007* 1,155 Pengasuhan Ayah -7,363E-02 0,940 0,929 Pengasuhan Ibu 18,991 0,999 1,769E+08 Pengetahuan tentang Minuman Beralkohol

0,110

0,789

1,116

Sikap tentang Minuman Beralkohol 0,340 0,025* 1,405 Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Orangtua

-4,785E-01

0,221

0,620

Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Teman Sebaya

0,025

0,802

1,026

Konstanta -2,102E+01 0,998 7,438E-10 Nagelkerke R Square 0,456 Chi-Square 55,300 Sig 0,000

Keterangan: ** nyata pada p ≤ 0.05 * nyata pada p ≤ 0.1

Hasil penelitian pada Tabel 40 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki

berpengaruh terhadap pembentukan perilaku konsumsi minuman beralkohol, hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Kann, et al (2000) menemukan pada

masyarakat Filipina secara umum, lebih memberikan kebebasan pada laki – laki

untuk melakukan berbagai aktifitas sosial dibandingkan dengan perempuan.

Orangtua di Filipina akan membiarkan anak laki – lakinya untuk konsumsi rokok

maupun mengkonsumsi minuman beralkohol, tetapi tidak akan membiarkan anak

perempuan untuk memiliki perilaku-perilaku tersebut.

Pendapatan keluarga berpengaruh dalam pembentukan perilaku konsumsi

minuman beralkohol remaja, selaras dengan hasil penelitian Scholte (2008) yang

menemukan bahwa pendapatan orangtua berperan dalam pembentukan perilaku

konsumsi minuman beralkohol remaja. Semakin tinggi pendapataan akan

mempermudah akses remaja untuk mendapatkan minuman beralkohol.

Hasil uji regresi logistik pada Tabel 40 menunjukkan keterikatan teman

sebaya berpengaruh terhadap perilaku konsumsi rokok, seperti yang dijelaskan

dalam penelitian Scholte et al (2008), yang menjelaskan bahwa teman sebaya

69  

memberikan pengaruh pembentukan perilaku konsumsi minuman beralkohol dan

pengaruh teman sebaya tersebut juga berperan dalam pembentukan perilaku

konsumsi minuman beralkohol remaja hingga dewasa .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap remaja yang anti terhadap

rokok berpeluang lebih tinggi untuk memiliki perilaku konsumsi minuman

beralkohol sebesar 1,405 kali. Baron dan Byrne (2002) menjelaskan bahwa ketika

sikap menghasilkan suatu perilaku, tergantung oleh suatu keadaan, keadaan yang

sesuai dalam penelitian ini adalah disonansi kognitif yaitu ketika sikap tidak

selaras dengan perilaku yang terbentuk. Selain disonansi kognitif keadaan yang

mempengaruhi sikap untuk menjadi perilaku pada remaja adalah teman sebaya

yang pada penelitian ini menunjukkan pengaruh pada pembentukan perilaku

konsumsi rokok remaja.

Pembahasan Umum

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Begitu pula dengan

perilaku konsumsi rokok dan perilaku konsumsi minuman beralkohol, juga

terbentuk dari berbagai stimulus.

Terdapat tiga hal utama yang paling berperan bagi perkembangan remaja,

yaitu : keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Keluarga memiliki aspek

yang paling berperan dalam perkembangan remaja, yaitu pola interaksi hubungan

orangtua-anak yang membentuk sumber daya penting pada aspek sosial emosi

yang nantinya akan lebih berkembang melebihi apa yang ada pada masa anak-

anak. Interaksi orangtua dan anak melalui gaya pengasuhan akan berpengaruh

secara signifikan baik pada perkembangan remaja maupun pada pencapaian

perkembangan tersebut yang biasanya tercermin pada perilaku Lerner et al (2004).

Oleh karena itu, dalam pembentukan perilaku konsumsi rokok dan perilaku

konsumsi minuman beralkohol pada remaja , keluarga sangat berperan. Berbagai

penelitian menyebutkan pengasuhan authoritative, akan menghindarkan remaja

dari perilaku yang berisiko, Selain itu pemberian teladan yang baik, dengan tidak

menunjukkan perilaku yang dilarang bagi anak, selalu mengkomunikasikan untuk

70  

menghindari perilaku berisiko, serta melakukan pengawasan dalam keseharian

anak diduga dapat mencegah perilaku berisiko pada anak.

Hal lain yang juga berperan dalam perkembangan anak adalah teman sebaya

dan lingkungan sekolah. Teman sebaya pada usia remaja memiliki peranan yang

cukup tinggi. Berbagai hasil penelitian menunjukkan terbentuknya perilaku

konsumsi rokok dan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja juga

disebabkan oleh pengaruh dari teman sebaya. Apabila teman sebaya memiliki

perilaku-perilaku berisiko tersebut, maka besar kemungkinan remaja untuk

memiliki perilaku berisiko seperti perilaku konsumsi rokok dan konsumsi

minuman beralkohol.

Sekolah merupakan lingkungan dimana anak paling banyak menghabiskan

waktu selain dirumah. Sekolah juga merupakan tempat dimana anak bertemu

dengan kelompok teman sebayanya. Oleh karena sekolah juga berperan dalam

pembentukan perilaku anak.

Hasil Penelitian ini menunjukkan, gaya pengasuhan authoritative orangtua

tidak berhubungan dengan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol

pada remaja, hal ini bertolak belakang dengan beberapa penelitian yang telah ada

sebelumnya, yang menemukan bahwa pengasuhan authorithative memberikan

kecenderungan rendah untuk memiliki perilaku menyimpang ataupun

menggunakan zat-zat berbahaya dan berisiko bagi kesehatan. Keadaan ini

mungkin saja disebabkan karena remaja tinggal di lingkungan sosial yang baik,.

Pengasuhan authoritative yang dilakukan orangtua menciptakan susana yang

hangat tetapi juga tetap menanamkan kedisiplinan dan aturan. Kazemi et al (2008)

menemukan bahwa remaja yang memutuskan untuk konsumsi rokok, merupakan

pengaruh dari lingkungan sosial dan kebutuhan untuk meniru apa yang dilakukan

anggota keluarga dan teman. Oleh karena itu remaja yang tumbuh di lingkungan

sosial dan moral yang baik , tidak mudah terpengaruh oleh perilaku yang

merugikan.

Tidak terdapatnya hubungan antara gaya pengasuhan authoritative dengan

perilaku konsumsi rokok dan konsumsi minuman beralkohol pada remaja,

kemungkinan karena gaya pengasuhan orangtua tidak berhubungan langsung

dengan terbentuknya perilaku konsumsi remaja. Terdapat faktor yang terbentuk

71  

sebagai hasil dari gaya pengasuhan orangtua. Faktor tersebut menjadi variabel

tengah diantara variabel gaya pengasuhan dan perilaku konsumsi remaja, yang

pada akhirnya variabel tengah tersebut berhubungan langsung dengan perilaku

konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja. Faktor yang kemungkinan

menjadi variabel penengah tersebuat dalah faktor internal diri remaja yaitu self-

esteem, self-control, dan self-efficacy.

Wattananonsakul et al (2010) menemukan bahwa pengasuhan yang positif

akan membentuk self-control yang positif pada anak. Di dalam penelitiannya,

Wattananonsakul menemukan bahwa self-control, berperan sebagai mediator yang

berpengaruh pada terbentuknya perilaku konsumsi rokok dan konsumsi minuman

beralkohol pada remaja.

Selain karena faktor self-control remaja, faktor lain yang dapat menjadi

variabel penengah adalah self-esteem. Yang dan Schaninger (2010), menyatakan

bahwa pengasuhan yang penuh kehangatan akan merangsang pembentukan self-

esteem pada remaja. Remaja yang memiliki self –esteem, cenderung untuk tidak

terlibat dengan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol.

Faktor lain yang juga mungkin menjadi variabel penengah antara gaya

pengasuhan dan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol adalah self-

efficacy remaja. Menurut Bandura (2005), keluarga berperan dalam pembentukan

self-efficacy anak. Keluarga terutama orangtua berperan dalam memotivasi anak-

anak mereka untuk mencoba tantangan dan untuk mencapainya. Lingkungan

sosial keluarga yang positif secara tidak langsung mengajarkan kepada anak

strategi untuk mengatasi kesulitan. Berdasarkan penjelasan tersebut, artinya

keluarga berperan dalam pembentukan keyakinan diri untuk mengatasi kesulitan

dalam hal menolak terlibat dengan perilaku konsumsi rokok dan minuman

beralkohol. Seperti hasil penelitian Flay (1998) yang menemukan salah satu cara

untuk mencegah perilaku merokok remaja adalah dengan memperkuat

kemampuan remaja untuk menolak pengaruh lingkungan yang akan membuat

remaja menjadi perokok. Menurut Engels et al (1998), salah satu faktor individu

yang penting adalah refusal - self efficacy yang berarti kepercayaan diri dalam

hal kemampuan untuk tetap menjadi “non-smoker” dan menolak.

72  

Pada penelitian ini, teman sebaya tidak berperan dalam pembentukan

perilaku konsumsi rokok, sesuai dengan penjelasan sebelumnya kemungkinan

pembentukan perilaku konsumsi rokok tidak melibatkan peran teman sebaya,

tetapi kemungkinan merupakan karena faktor internal dalam diri remaja (self-

esteem, self-control, self-efficacy).

Pada penelitian ini, Keterikatan teman sebaya berpengaruh terhadap

perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja. Sehingga dapat

disimpulkan dari penelitian ini, dalam pembentukan perilaku konsumsi rokok dan

minuman beralkohol remaja, teman sebaya memiliki peran yang lebih kuar

daripada peran keluarga. Menurut Huver et al (2007) teman sebaya berperan

dalam pembentukan perilaku konsumsi rokok. Sedangkan Borsari et al (2001)

menemukan cara teman sebaya mempengaruhi secara langsung yaitu dengan aktif

dan eksplisit mengajak temannya untuk mengkonsumsi minuman beralkohol ,

seperti mengajak untuk konsumsi minuman beralkohol dengan teman – teman,

ataupun menawarkan minuman alkohol gratis. Sedangkan cara tidak langsung

yang digunakan oleh teman sebaya untuk mempengaruhi temannya misalnya

dengan memberikan informasi bahwa perilaku konsumsi minuman beralkohol,

adalah perilaku yang diterima masyarakat dan dikagumi oleh remaja seusia

mereka.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian di dalam penelitian ini adalah hasil

penelitian ini menunjukkan perilaku konsumsi rokok dan perilaku konsumsi

minuman beralkohol memiliki hubungan yang positif, artinya perilaku konsumsi

rokok berperan dalam pembentukan perilaku konsumsi minuman beralkohol, dan

sebaliknya perilaku konsumsi minuman beralkohol juga berperan dalam

pembentukan perilaku konsumsi rokok. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil

penelitian Wattananonsakul et al (2010) yang menemukan terdapat hubungan

positif pada perilaku konsumsi rokok dan konsumsi minuman beralkohol pada

remaja di Thailand.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka sangat penting bagi orangtua dan pihak

sekolah menemukan cara terbaik untuk mencegah terbentuknya perilaku konsumsi

rokok dan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja, karena selain

perilaku-perilaku tersebut merupakan perilaku yang berisiko bagi remaja,

73  

terbentuknya salah satu perilaku berisiko pada remaja memiliki kecenderungan

akan membentuk perilaku berisiko lainnya. Menurut Bandura (2005), sekolah

juga merupakan faktor yang dapat berperan dalam pembentukan self-efficacy

anak. Maka orangtua dan pihak sekolah sebaiknya bekerja sama dalam

menentukan cara yang tepat untuk mencegah internalisasi peran teman sebaya

dalam pembentukan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain: pertama,

penelitian ini adalah studi cross-sectional sehingga tidak dapat mengamati

perilaku konsumsi rokok dan konsumsi minuman beralkohol responden secara

longitudinal. Kedua, dalam penelitian ini tidak melihat peranan faktor internal

remaja, faktor sekolah dan faktor media pada pembentukan perilaku merokok dan

perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja.