harapan untuk sentra

Upload: drian

Post on 14-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Harapan Untuk SentraGakkumduPosted on 22 Maret 2014 by Wilson Therik

Sumber foto: kahaba.infoPeran Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sebagai sebuah lembaga pengawas pemilu yang bersifat permanen (tetap) dan jajaran di bawahnya Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) baik di tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan maupun Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) di tingkat Kelurahan yang bersifat ad hoc (sementara) dalam penanganan dugaan pelanggaran tindak pidana pemilu merupakan pintu masuk pada sistem penegakan hukum Pemilu yang melibatkan Kepolisian dan Kejaksaan. Dalam posisi demikian, lembaga pengawas pemilu (Bawaslu/Panwaslu) seringkali mengalami kendala dengan keterbatasan waktu dalam penanganan dugaan pelanggaran pidana pemilu, tidak ada kewenangan untuk menyita alat bukti dan juga tidak ada kewenangan untuk mewajibkan saksi memberi keterangan.Untuk mengatasi kendala tersebut, Bawaslu RI bersama dengan Kepolisian Negara RI dan Kejaksaan Agung RI telah melakukan penandatanganan Nota Kesepakatan pada tanggal 16 Januari 2013 tentang pembentukan Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Sentra Gakkumdu). Kesepakatan tersebut berisi komitmen ketiga institusi untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana pemilu secara terpadu dalam rangka tercapainya penegakan hukum yang cepat, sederhana dan tidak memihak.Nota kesekapatan tersebut memuat pembentukan Sentra Gakkumdu pada tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota, yang mana menunjuk Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran pada Bawaslu; Kabareskrim Polri dan Jampidum Kejagung sebagai Ketua dalam struktur keanggotaan Sentra Gakkumdu di tingkat pusat, sedangkan Ketua Bawaslu, Kapolri dan Jaksa Agung sebagai Pembina Sentra Gakkumdu di tingkat pusat.Sesuai Nota Kesepakatan, fungsi Sentra Gakkumdu adalah sebagai forum koordinasi dalam proses penanganan pelanggaran tindak pidana pemilu, pelaksanaan pola tindak pidana pemilu itu sendiri, pusat data, peningkatan kompetensi, monitoring-evaluasi. Sementara mengenai pola penanganan tidak pidana pemilu telah dirinci dalam Standar Operasional dan Prosedur (SOP) tentang Polda Tindak Pidana Pemilu pada Sentra Gakkumdu.Menurut SOP Sentra Gakkumdu, penanganan tindak pidana pemilu dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap yaitu: a) Penerimaan, pengkajian dan penyampaian laporan/temuan dugaan tindak pidana pemilu kepada Pengawas Pemilu; Pengawas Pemilu berwenang menerima laporan/temuan dugaan pelanggaran pemilu yang diduga mengandung unsur tindak pidana pemilu, dengan menuangkan dalam Formulir Pengaduan. Setelah menerima laporan/temuan adanya dugaan tindak pidana pemilu, Pengawas Pemilu segera berkoordinasi dengan Sentra Gakkumdu dan menyampaikan laporan/temuan tersebut kepada Sentra Gakkumdu dalam jangka waktu paling lama 24 Jam sejak diterimanya laporan/temuan. b) Tindak lanjut Sentra Gakkumdu terhadap laporan/temuan dugaan tindak pidana pemilu; dalam tahap ini dilakukan pembahasan oleh Sentra Gakkumdu dengan dipimpin oleh anggota Sentra Gakkumdu yang berasal dari unsur Pengawas Pemilu. Peserta Rapat membahas dan memberikan saran dan pendapat terhadap syarat formil dan materiil, pasal yang diterapkan dan pemenuhan unsur tindak pidana pemilu. c) Tindak lanjut Pengawas Pemilu terhadap rekomendasi Sentra Gakkumdu, Dalam tahap ini disusun rekomendasi Sentra Gakkumdu, yang menentukan apakah suatu laporan/temuan merupakan dugaan tindak pidana pemilu atau bukan, atau apakah laporan/temuan tersebut perlu dilengkapi dengan syarat formil/syarat materiil.Mekanisme penanganan dengan sinergi antar lembaga demikian ini diharapkan dapat secara efektif dan efisien menjawab berbagai kendala penanganan tindak pidana pemilu yang selama ini dikhawatirkan terjadi. terutama kekhawatiran tentang ketidaksepahaman penerapan peraturan antara pengawas pemilu dengan Kepolisian dan Kejaksaan. Di sampingitu, SOP ini diharapkan akan mudah untuk menjadi panduan kerja bagi petugas Sentra Gakkumdu di seluruh tingkatan.Harapan pada Sentra Gakkumdu di NTTDengan hadirnya Sentra Gakkumdu pada setiap kabupaten/kota se-NTT (minus Kabupaten Malaka karena merupakan Daerah Otonomi Baru) diharapkan penanganan dugaan pelanggaran pidana pemilu di Kabupaten/Kota dapat ditangani secara maksimal oleh Sentra Gakkumdu dengan tujuan agar dugaan pelanggaran pidana pemilu yang ditangani tidak kadaluarsa dari sisi batasan waktu atau tidak diproses dengan alasan tidak cukup bukti. Seperti yang pernah diberitakan oleh media cetak lokal yang terbit di Kupang bahwa pihak kejaksaan mengembalikan berkas kasus dugaan pelanggaran tindak pidana pemilu oleh Anita Gah (Calon Anggota DPR RI dari Partai Demokrat) kepada pihak Polda NTT karena dinilai oleh pihak kejaksaan tidak cukup bukti (P-19), pihak Polda NTT diminta untuk melengkapi bukti-bukti yang diminta.Padahal laporan dari Bawaslu NTT kepada Polda NTT itu berdasarkan rekomendasi dari Sentra Gakkumdu NTT. Idealnya laporan lembaga Pengawas Pemilu kepada pihak kepolisian itu tidak ada lagi yang namanya P-19, tujuan pembentukan Sentra Gakkumdu agar laporan/temuan dugaan pelanggaran tindak pidana pemilu yang dilimpahkan ke kepolisian untuk tidak P-19 atau kadaluarsa karena batasan waktu, analisis di Sentra Gakkumdu menjadi point penting untuk memutuskan apakah laporan/temuan dugaan pelanggaran tindak pidana pemilu itu sudah cukup bukti atau sebaliknya agar tidak bolak-balik antara kepolisian dan kejaksaan yang kemudian kadaluarsa karena melewati batas waktu, Sentra Gakkumdu sesungguhnya punya kewenangan untuk mengumpulkan dan mendalami bukti-bukti yang dibutuhkan maupun keterangan saksi sebelum laporan/temuan dugaan pelanggaran tindak pidana pemilu diteruskan kepada pihak kepolisian oleh lembaga Pengawas Pemilu.Ketika bicara dugaan pelanggaran tindak pidana pemilu maka harapan itu ada di tangan Sentra Gakkumdu, lembaga Pengawas Pemilu hanya sebagai pintu masuk, analisis dan keputusan selanjutnya berada di pundak Sentra Gakkumdu (Pengawas Pemilu, Kepolisian dan Kejaksaan) di pundak mereka lah semoga masih ada secercah harapan untuk penegakan tindak pidana pemilu di Indonesia termasuk di bumi Flobamora tercinta.

Sentra Gakkumdu, Optimalisasi Penanganan Pidana Pemilu

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) bersama dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan Kejaksaan Agung menggelar Rapat Koordinasi Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Sentra Gakkumdu), di Jakarta, Selasa (14/5), sebagai bentuk tindak lanjut nota kesepakatan bersama antara tiga elemen penegak hukum tersebut.

Koordinasi tersebut dimaksudkan untuk optimalisasi penanganan tindak pidana Pemilu, dalam Pileg dan Pilpres 2014. Anggota Sentra Gakkumdu diharapkan dapat mewujudkan penegakan hukum yang terpadu, efektif, cepat, dan tidak memihak, kata Ketua Bawaslu Muhammad saat membuka Rapat Koordinasi Sentra Gakkumdu, di Jakarta, Selasa (14/5) malam.

Salah satu langkah strategis Bawaslu ini, merupakan amanah dari UU No. 8/2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, agar tidak ada lagi perbedaan persepsi antara Bawaslu, Kepolisian, dan Kejaksaan dalam melakukan penanganan pelanggaran pidana Pemilu. Sebelumnya, tidak adanya wadah Sentra Gakkumdu, menyulitkan Pengawas Pemilu dalam menindaklanjuti adanya temuan atau pelaporan pidana Pemilu. Misalnya, ada beberapa kasus yang diteruskan oleh Pengawas Pemilu ditolak oleh Kepolisian akibat tidak cukup bukti atau Sentra Gakkumdu belum terbentuk.

Berdasarkan evaluasi, tambah Muhammad, penanganan pelanggaran Pemilu yang kerap terbentur tersebut dikarenakan ketidaksamaan persepsi dalam penerapan pasal-pasal dalam ketentuan pidana yang diatur oleh UU Pemilu. Oleh karena itu, dalam Rapat Koordinasi ini diharapkan ada output berupa standard operating procedure (SOP) yang jelas dalam penanganan tindak pidana Pemilu.

Lebih lanjut, Muhammad mengatakan, tidak dapat dipungkiri bahwa penegakan hukum Pemilu yang bermasalah menjadi salah satu faktor penyumbang terjadinya pelanggaran pidana Pemilu. Oleh karena itu dengan adanya forum ini maka akan ada komunikasi yang efektif dan optimal.

Rakor ini hendaknya dapat menghasilkan sebuah solusi atas permasalahan yang kerap dihadapi di lapangan dalam penanganan tindak pidana Pemilu, serta kesamaan pola penanganan yang sesuai dengan SOP dari Sabang sampai Merauke, tuturnya.

Dalam Rapat Koordinasi Sentra Gakkumdu yang berlangsung selama tiga hari ke depan, menghadirkan Ketua dan Anggota Bawaslu, Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Sutarman, serta Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum (Jampidum) Mahfud Manan. Sedangkan pesertanya berasal dari, Kasat I Kamneg dari seluruh Polda di Indonesia, Kasi Tindak Pidana Umum dari seluruh Kejati di Indonesia, serta Anggota Bawaslu Provinsi dari seluruh Indonesia. (sumber: http://www.bawaslu.go.id)

Keberadaan Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Sentra Gakkumdu) dalam Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2014 diatur secara tegas dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2014 pasal 267. Tujuan pembentukan Sentra Gakkumdu tersebut dalam rangka untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana Pemilu, Bawaslu, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia. Selama pelaksanaan Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD 2014 serta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Daerah Istimewa Yogyakarta Sentra Gakkumdu telah terbentuk dan berjalan. Meskipun demikian, pelaksanaannya belum dapat berjalan sepenuhnya sesuai ketentuan MoU maupun SOP Sentra Gakkumdu. Beberapa kendala teknis, non teknis serta regulasi menjadi penyebab tidak optimalnya Sentra gakkumdu.Evaluasi pelaksanaan Sentra Gakkumdu pada saat Pemilu Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di DIY dirasa perlu untuk dilakukan, dengan harapan dari kegiatan tersebut dapat merumuskan usulan perbaikan pelaksanaan Sentra Gakkumdu dalam Pemilu di Indonesia pada Pemilu serentak 2019 yang akan datang.Drs Mohammad Najib, M.Si selaku Ketua Bawaslu DIY mengatakan bahwa Sentra Gakkumdu merupakan penegak hukum yang tidak boleh kalah karena persoalan keterbatasan, dan perlu adanya evaluasi guna pelaksanaan tugas pada pemilu mendatang.Kita ini merupakan penegak hukum yang seharusnya tidak boleh kalah karean persoalan keterbatasn, kata Najib di ketika memberikan materi pada kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Sentra gakkumdu Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Pemilu DPR, DPD dan DPRD Serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014.Kita merasakan Gakkumdu kurang bisa memuaskan, maka kita akan melakukan evaluasi Sentra Gakkumdu, imbuh Najib.Pada kegiatan tersebut dibahas berbagai persoalan yang ada selama pelaksanaan penanganan pelanggaran sejak pemilu legislatif hingga pemilu presiden dan wakil presiden 2014. Banyak persoalan yang dapat terungkap dan solusi-solusi yang dapat digali sebagai reverensi perbaikan Sentra Gakkumdu mendatang.Rapat Koordinasi dan Evaluasi tersebut bertujuan untuk Melakukan evaluasi pelaksanaan Sentra Gakkumdu pada saat Pemilu Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di DIY. Serta mendiskusikan berbagai persoalan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Sentra Gakkumdu di DIY, selanjutnya dilakukan Pembahasan solusi atas persoalan dan kendala tersebut dalam rangka merumuskan usulan perbaikan pelaksanaan Sentra Gakkumdu dalam Pemilu yang akan datang.Hadir dalam kegiatan itu perwakilan dari Polda DIY, perwakilan Kejaksaan Tinggi DIY, KepolisianResort dari Kabupaten/Kota se DIY, KejaksaanNegeri dari Kabupaten/Kota se DIY, Komisioner Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten/Kota se DIY, Tim Asistensi Bawaslu DIY dan tim pendukung Bawaslu DIY. Kegitan ini berlangsung selama tiga hari, Senin sd Rabu, 1 sd 3 Juni 2014 di Hotel Santika Jl. Jenderal Sudirman No. 19 Yogyakarta dengan menghadirkan narasumber Kepala Kepolisian Daerah (Polda) DIY, Kepala Kejaksaan Tinggi DIY serta Ketua dan Anggota Bawaslu DIY.