skripsirepository.ub.ac.id/1687/1/dina hanifasari.pdf · 2020. 7. 24. · potensi pariwisata yang...
TRANSCRIPT
PENILAIAN TINGKAT KEBAHAGIAAN MASYARAKAT LOKAL
TERHADAP KEBERADAAN KEGIATAN WISATA DI
DESA ORO-ORO OMBO KECAMATAN BATU KOTA BATU
SKRIPSI
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Ditujukan untuk memenuhi persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Teknik
DINA HANIFASARI
NIM. 125060600111036
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
PENILAIAN TINGKAT KEBAHAGIAAN MASYARAKAT LOKAL
TERHADAP KEBERADAAN KEGIATAN WISATA DI
DESA ORO-ORO OMBO KECAMATAN BATU KOTA BATU
SKRIPSI
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Ditujukan untuk memenuhi persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Teknik
DINA HANIFASARI
NIM. 125060600111036
Skripsi ini telah direvisi dan disetujui oleh dosen pembimbing
pada tanggal Agustus 2017
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dian Dinanti, ST., MT., Nindya Sari, ST., MT.,
NIP. 2010028004102001 NIP. 197405302006042001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Dr. Ir. Abdul Wahid Hasyim, MSP
NIP. 19651218 199412 1 001
IDENTITAS TIM PENGUJI SKRIPSI
JUDUL SKRIPSI:
Penilaian Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Kegiatan Wisata
di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu
Nama Mahasiswa : Dina Hanifasari
NIM : 125060600111036
Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota
KOMISI PEMBIMBING:
Ketua : Dian Dinanti, ST., MT.,
Anggota : Nindya Sari, ST., MT.,
TIM DOSEN PENGUJI:
Dosen Penguji 1 : Dr. tech. Christia Meidiana, ST., M. Eng
Dosen Penguji 2 : Kartika Eka Sari, ST., MT.,
Tanggal Ujian : 17 Juli 2017
SK Penguji : 851 / UN10.F07/SK/2017
Teriring Ucapan Terimakasih kepada
Ibu dan Ayah
Kupersembahkan gelar ST kepada kalian berdua
Terimakasih atas perjuangan dan doa doa kalian dalam menjadikanku seorang
sarjana
i
RINGKASAN
DINA HANIFASARI, Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya, Agustus 2017, Penilaian Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal
terhadap Keberadaan Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota
Batu, Dosen Pembimbing : Dian Dinanti.,ST.,MT dan Nindya Sari.,ST.,MT.
Indonesia dengan kekayaan alam dan corak kebudayaan yang tinggi memiliki
potensi pariwisata yang besar. Kota Batu merupakan ikon utama pariwisata Jawa Timur
dengan salah satu pusat kegiatan sektor wisata terletak di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan
Batu. Pembangunan sektor pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan
terutama bagi masyarakat lokal. Secara umum pada aspek ekonomi, pariwisata berdampak
positif pada kesejahteraan masyarakat, namun cenderung berdampak negatif dari aspek
sosial-budaya dan lingkungan. Penilaian keberhasilan pembangunan secara holistik
terhadap kesejahteraan masyarakat dapat diukur melalui indeks kebahagiaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebahagiaan masyarakat lokal
terhadap keberadaan kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu.
Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif statistik dengan menggunakan alat ukur
kebahagiaan Gross National Happiness Index dan analisis crosstabs atau analisis tabulasi
silang, yaitu analisis korelasional untuk melihat hubungan antar variabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan masyarakat lokal di Desa
Oro-Oro Ombo berada pada kategori bahagia. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata memiliki nilai indeks kebahagiaan lebih tinggi dibandingkan
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Nilai indeks kebahagiaan
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata adalah 0,77 (kategori
sangat bahagia) dan nilai indeks kebahagiaan masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata adalah 0,68 (kategori bahagia). Berdasarkan hubungan antara tingkat
kebahagiaan dengan kondisi sosial ekonomi dapat diketahui tingkat kebahagiaan
berhubungan dengan kelompok umur, gender, pendidikan, pendapatan dan pekerjaan.
Masyarakat yang berada pada kategori tidak bahagia cenderung pada kelompok umur 44-
52 tahun, perempuan, lulusan SD, pendapatan < Rp 1.000.000 dan bekerja sebagai PKL
maupun penjaga homestay.
Kata Kunci: Indeks Kebahagiaan, Tabulasi Silang, Sektor Wisata
ii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
iii
SUMMARY
DINA HANIFASARI, Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering University
of Brawijaya, Agustus 2017, Happiness Index of Local Community to The Tourism
Activities in Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu, Advisors : Dian
Dinanti.,ST.,MT and Nindya Sari.,ST.,MT.
Indonesia contains great potential in the tourism sector with nature and cultural
diversity. Kota Batu is the main icon of East Java tourism with one of the tourism activity
center is located in Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu. The development of the
tourism sector is directed to improve the welfare especially for local community.
Generally, the development of tourism can improve the welfare of local community on the
economic aspect, but tend to have a negative impact on the socio-cultural and environment
aspect. The welfare of community towards a holistic development outcomes can be
measured by the happiness index.
This study aims to determine the happiness index of local community to the tourism
activity in Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu. The analytical method use
measure instrument Gross National Happiness Index (GNHI) and Cross Tabulation
Analysis.
The results showed that the local community in Desa Oro-Oro Ombo is in the
happy category. Local community which working in supporting sector of tourism activities
is have a higher happiness index value than local community which working in the sector
of tourism activities. The happiness index value of local community which working in
supporting sector of tourism activities is 0.77 (extremely happy) and the happiness index
value of local community which working in the sector of tourism activities is 0.68 (happy).
Based on the Cross Tabulation Analysis known that happiness index associated with age
group, gender, education, income and employment. Local comunity in the unhappy
category tend to be in the age group of 44-52 years old, women, elementary school
graduates, income < Rp 1.000.000 and working as street vendors and homestay keeper.
Keywords: Happiness Index, Cross Tabulation, Tourism Sector
iv
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karuniaNya laporan skripsi ini yang berjudul “Penilaian Tingkat Kebahagiaan Masyarakat
Lokal terhadap Keberadaan Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu,
Kota Batu” dapat saya selesai dengan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam
menyelesaikan ini telah mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dian Dinanti, ST.,MT., dan Ibu Nindya Sari, ST., MT selaku dosen pembimbing
yang dengan sabar menyediakan waktu, tenaga maupun pikiran untuk membantu
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.
2. Ibu Dr. tech. Christia Meidiana, ST., M. Eng dan Ibu Kartika Eka Sari, ST., MT.,
selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dukungan dalam
penyelesaian skripsi.
3. Bapak Wiweko dan Bapak Trisno Aji, SH. selaku kepala desa dan sekertaris desa Oro-
Oro Ombo beserta perangkat dan masyarakat desa yang telah memberikan banyak
bantuan berupa fasilitas, informasi dan data dalam penyusunan skripsi.
4. Kedua Orang Tua tercinta, Ir. Diding Suhardi, MT., dan Dr. Masiyah Kholmi, MM.,
Ak., terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala cinta, kasih sayang, doa serta
dukungan moral dan semangat, juga kakak-kakakku Dyah Rahmasari, S.Farm., dan
Diana Nurindrasari, S.E., keluarga Sukun serta keluarga Jombang atas segala
dukungannya.
5. Teman-teman seperjuangan Arina, Dayu, Dita, Mia, Rika, Shilvy, Syarifah, Wanda,
Diella dan Devy atas kesediaan waktu untuk berdiskusi dan dukungan semangat selama
perkuliahan sampai penyusunan skripsi.
6. Teman-Teman PWK UB 2012 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas segala
kerjasama dan persahabatan selama ini.
7. Seluruh teman dan sahabat, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu, yang telah membantu selama mengikuti perkuliahan dan penyusunan dan skripsi.
Penulis juga menyadari bahwa penyusunan Laporan Tugas akhir ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga diharapkan adanya kritik dan saran untuk memperbaiki Laporan
Tugas Akhir ini.
Malang, Agustus 2017
Penulis
vi
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
vii
DAFTAR ISI
RINGKASAN .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah................................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 4
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................... 5
1.6.1 Ruang Lingkup Materi ................................................................................ 5
1.6.2 Ruang Lingkup Wilayah ............................................................................. 7
1.7 Kerangka Pemikiran ............................................................................................... 8
1.8 Sistematika Pembahasan......................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata................................................................................................................ 11
2.1.1 Kegiatan Wisata .......................................................................................... 11
2.2 Masyarakat Lokal ................................................................................................... 16
2.2.1 Dampak Perkembangan Wisata pada Masyarakat Lokal .......................... 17
2.3 Gross National Happiness Index (GNHI) .............................................................. 19
2.3.1 Kebahagiaan ............................................................................................... 19
2.3.2 Tujuan Pengukuran Kebahagiaan melalui GNHI ....................................... 20
2.3.3 Domain dan Indikator GNHI ...................................................................... 21
2.3.4 Ambang Batas dalam GNHI ....................................................................... 26
2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................................................... 27
2.5 Kerangka Teori ....................................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................................... 31
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................................. 31
3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................................... 39
3.3.1 Survei Sekunder .......................................................................................... 39
3.3.2 Survei Primer .............................................................................................. 39
viii
3.4 Populasi dan Sampel .............................................................................................. 40
3.5 Metode Analisis Data ............................................................................................. 42
3.5.1 Gross National Happiness Index (GNHI) .................................................. 42
3.5.2 Analisis Crosstabs ...................................................................................... 51
3.5.3 Analisis Deskriptif ...................................................................................... 54
3.6 Diagram Alir .......................................................................................................... 55
3.7 Desain Survei ......................................................................................................... 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi ........................................................................... 59
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Desa Oro-Oro Ombo ..................................... 59
4.1.2 Profil Desa Oro-Oro Ombo ........................................................................ 61
4.2 Karakteristik Pariwisata Desa Oro-Oro Ombo ....................................................... 64
4.2.1 Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo .................................................. 70
4.2.2 Kegiatan Pendukung atau Luar Wisata Desa Oro-Oro Ombo ................... 71
4.3 Analisis Gross National Happiness Index (GNHI) ............................................... 74
4.3.1 Kecukupan Indikator .................................................................................. 74
4.3.2 Kecukupan Domain .................................................................................... 110
4.3.3 Identifikasi Kelompok Masyarakat yang Bahagia dan Belum Bahagia ..... 112
4.3.4 Persentase Domain yang Memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan
pada Masyarakat Belum Bahagia (As) ....................................................... 114
4.3.5 Indeks Kebahagiaan ................................................................................... 116
4.4 Hubungan Tingkat Kebahagiaan dengan Kondisi Sosial, Demografi dan
Ekonomi Masyarakat Lokal ................................................................................... 132
4.5 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal terhadap Keberadaan Kegiatan
Wisata ..................................................................................................................... 139
4.4 Rekomendasi .......................................................................................................... 141
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 153
5.2 Saran ....................................................................................................................... 154
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Kegiatan Wisata dan Kegiatan di Luar Wisata/Pendukung Wisata ......... 15
Tabel 2.2 Indikator dan Variabel Kebahagiaan ........................................................ 24
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 28
Tabel 3.1 Bobot Indikator Indeks Kebahagiaan ....................................................... 33
Tabel 3.2 Variabel Penelitian ................................................................................... 35
Tabel 3.3 Data Survei Sekunder ............................................................................... 39
Tabel 3.4 Data Survei Primer ................................................................................... 40
Tabel 3.5 Jumlah Sampel Masyarakat Lokal di Desa Oro-Oro Ombo ..................... 42
Tabel 3.6 Ambang Batas Kecukupan dan Bobot ...................................................... 44
Tabel 3.7 Contoh Penerapan Ambang Batas Kecukupan (Ak) dan Bobot (B) ......... 45
Tabel 3.8 Contoh Perhitungan Persentase Masyarakat yang Memenuhi Ambang
Batas Kecukupan (II) ................................................................................ 45
Tabel 3.9 Contoh Perhitungan Kecukupan Domain (KD)........................................ 46
Tabel 3.10 Contoh Perhitungan Persentase Masyarakat yang Memenuhi
Ambang Batas Kebahagiaan (BB) ............................................................ 47
Tabel 3.11 Contoh Perhitungan Tingkat Kecukupan Domain (TK) ........................... 48
Tabel 3.12 Gradient Kebahagiaan .............................................................................. 49
Tabel 3.13 Contoh Perhitungan Persentase Domain yang Memenuhi
Ambang Batas Kebahagiaan pada Masyarakat Belum Bahagia (As) ....... 49
Tabel 3.14 Kategori Indeks Kebahagiaan ................................................................... 50
Tabel 3.15 Case Processing Summary........................................................................ 52
Tabel 3.16 Crosstabs ................................................................................................... 52
Tabel 3.17 Chi Square Tests ....................................................................................... 53
Tabel 3.18 Desain Survei ............................................................................................ 56
Tabel 4.1 Guna Lahan di Desa Oro-Oro Ombo ........................................................ 61
Tabel 4.2 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo yang Memiliki Keterbatasan
Fisik .......................................................................................................... 63
Tabel 4.3 Rata-rata Jam kerja Masyarakat Lokal yang Bekerja di Sektor
Kegiatan Wisata dan Sektor Pendukung atau Luar Wisata ...................... 91
Tabel 4.4 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan
Wisata dan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung atau
Luar Wisata............................................................................................... 116
Tabel 4.5 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Kondisi
Kondisi Demografis, Sosial dan Ekonomi ............................................... 118
Tabel 4.6 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pembagian
Wilayah ..................................................................................................... 119
Tabel 4.7 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Kelompok
Umur ......................................................................................................... 124
x
Tabel 4.8 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Gender ....................... 125
Tabel 4.9 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Tingkat
Pendidikan ................................................................................................. 126
Tabel 4.10 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pendapatan ................. 128
Tabel 4.11 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pekerjaan .................... 130
Tabel 4.12 Hasil Uji Chi-Square Tingkat Kebahagiaan dengan Kelompok Umur
Gender, Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Pekerjaan .......................... 133
Tabel 4.13 Crosstabulation .......................................................................................... 133
Tabel 4.14 Konstribusi Kecukupan Indikator dan Variabel pada Masyarakat Lokal
yang berada pada Kategori Tidak Bahagia beserta rekomendasinya ........ 142
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Pikir .......................................................................................... 8
Gambar 2.1 Model Paradigma Pembangunan Baru ..................................................... 19
Gambar 2.2 Domain dan Indikator Indeks Kebahagiaan ............................................. 22
Gambar 2.3 Kerangka Teori ......................................................................................... 30
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Perhitungan GNHI...................................................... 51
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 55
Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Oro-Oro Ombo ................................................... 60
Gambar 4.2 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut Kelompok Umur ..................... 61
Gambar 4.3 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut Pekerjaan ................................ 62
Gambar 4.4 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut Tingkat Pendidikan ................. 63
Gambar 4.5 Susunan Kelembagaan POKDARWIS Desa Oro-Oro Ombo .................. 66
Gambar 4.6 Obyek Wisata Batu Night Spectacular (BNS) ......................................... 67
Gambar 4.7 Jumlah Kunjungan Wisatawan BNS Tahun 2009-2015 ........................... 68
Gambar 4.8 Struktur Organisasi Batu Night Spectacular (BNS) ................................. 69
Gambar 4.9 Persentase Jumlah Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo .................. 70
Gambar 4.10 Persentase Jumlah Kegiatan Pendukung dan Luar Wisata di
Desa Oro-Oro Ombo ................................................................................ 71
Gambar 4.11 Peta Persebaran Kegiatan Wisata , Kegiatan Pendukung dan
Luar Wisata di Desa Oro-Oro Ombo ........................................................ 73
Gambar 4.12 Persentase yang Memenuhi Ambang Batas Kecukupan pada
Masing-Masing Indikator ......................................................................... 74
Gambar 4.13 Persentase Masyarakat Lokal yang Memenuhi Ambang Batas
Kecukupan pada Masing-Masing Indikator ............................................. 78
Gambar 4.14 Persentase Masyarakat Lokal yang Merasa Puas pada Indikator
Kepuasan Hidup ....................................................................................... 79
Gambar 4.15 Persentase Masyarakat Lokal yang Sering atau Kadang
Merasakan Emosi Positif .......................................................................... 81
Gambar 4.16 Persentase Masyarakat Lokal yang Sering atau Kadang
Merasakan Emosi Negatif ........................................................................ 82
Gambar 4.17 Persentase Masyarakat Lokal yang Memiliki Pengetahuan
Baik pada Indikator Pengetahuan ............................................................. 86
Gambar 4.18 Persentase Masyarakat yang Kadang Membenarkan Tindakan
Menyimpang pada Indikator Norma......................................................... 87
Gambar 4.19 Persentase Jam Kerja Masyarakat Lokal .................................................. 91
Gambar 4.20 Persentase Jam Tidur Masyarakat Lokal .................................................. 92
Gambar 4.21 Persentase Masyarakat Lokal yang Mengaku Memiliki
Hak-Hak Kebebasan Politik ..................................................................... 94
Gambar 4.22 Persentase Masyarakat Lokal yang Merasa Kinerja Pemerintah..............
sudah Baik ................................................................................................ 97
xii
Gambar 4.23 Susunan Kerja Pemerintah Desa Oro-Oro Ombo ...................................... 98
Gambar 4.24 Persentase Masyarakat Lokal yang Memiliki Persepsi
Layanan sudah Baik .................................................................................. 100
Gambar 4.25 Persentase Masyarakat Lokal yang Memiliki Rasa Kenyamanan
dan Kepercayaan dalam Keluarga dan Masyarakat .................................. 102
Gambar 4.26 Persentase Masyarakat Lokal yang Merasakan Polusi Air,
Polusi Udara dan Polusi Tanah ................................................................. 104
Gambar 4.27 Permasalahan Sampah di Desa Oro-Oro Ombo ........................................ 106
Gambar 4.28 Persentase Sub-Indikator Kepemilikan Rumah ......................................... 107
Gambar 4.29 Persentase Sub-Indikator Konstruksi Rumah ............................................ 108
Gambar 4.30 Persentase Sub-Indikator Konstruksi MCK .............................................. 109
Gambar 4.31 Persentase Sub-Indikator Rasio Jumlah Kamar Rumah ............................ 109
Gambar 4.32 Persentase Masyarakat Lokal yang Memenuhi Ambang
Batas Kebahagiaan .................................................................................... 110
Gambar 4.33 Konstribusi Kecukupan Domain Masyarakat Lokal di
Desa Oro-Oro Ombo ................................................................................. 112
Gambar 4.34 Persentase Masyarakat Lokal yang Tidak Bahagia, Hampir
Bahagia, Bahagia dan Sangat Bahagia ..................................................... 113
Gambar 4.35 Persentase Masyarakat Lokal yang Bahagia dan Belum Bahagia ............. 114
Gambar 4.36 Konstribusi Kecukupan Domain pada Masyarakat yang
Belum Bahagia .......................................................................................... 115
Gambar 4.37 Peta Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor
Kegiatan Wisata menurut Pembagian Wilayah di Desa Oro-Oro Ombo .. 121
Gambar 4.38 Peta Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor
Pendukung atau Luar Wisata menurut Pembagian Wilayah di Desa
Oro-Oro Ombo .......................................................................................... 122
Gambar 4.39 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pembagian
Wilayah ..................................................................................................... 123
Gambar 4.40 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Kelompok
Umur .......................................................................................................... 125
Gambar 4.41 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Gender ......................... 126
Gambar 4.42 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Tingkat
Pendidikan ................................................................................................. 127
Gambar 4.43 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurur Pendapatan .................. 129
Gambar 4.44 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pekerjaan
di Sektor Kegiatan Wisata ......................................................................... 130
Gambar 4.45 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pekerjaan
di Sektor Kegiatan Pendukung atau Luar Wisata .................................... 132
Gambar 4.46 Konstribusi Kecukupan Domain Masyarakat Lokal yang Tidak
Bahagia ...................................................................................................... 135
Gambar 4.47 Konstribusi Kecukupan Domain Masyarakat Lokal yang Sangat
Bahagia ...................................................................................................... 138
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Form Wawancara (Batu Night Spectacular) ........................................... L-1
Lampiran 2 Form Wawancara (POKDARWIS Desa Oro-Oro Ombo) ...................... L-1
Lampiran 3 Form Wawancara Indeks Kebahagiaan ................................................... L-2
Lampiran 4 Form Kuesioner Indeks Kebahagiaan...................................................... L-3
Lampiran 5 Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo ................................................ L-7
Lampiran 6 Kegiatan Pendukung Wisata/Luar Wisata di Desa Oro-Oro Ombo ........ L-11
Lampiran 7 Penerapan Ambang Batas Kecukupan dan Bobot Masyarakat
Lokal Pekera di Sektor Kegiatan Wisata ................................................. L-13
Lampiran 8 Penerapan Ambang Batas Kecukupan dan Bobot Masyarakat
Lokal Pekera di Sektor Kegiatan Pendukung/Luar Wisata ..................... L-18
Lampiran 9 Kecukupan Indikator dan Persentase yang memenuhi Ambang
Batas Kecukupan pada Masyarakat Pekerja di Sektor Kegiatan
Wisata ...................................................................................................... L-24
Lampiran 10 Kecukupan Indikator dan Persentase yang memenuhi Ambang
Batas Kecukupan pada Masyarakat Pekerja di Sektor Kegiatan
Pendukung/ Luar Wisata ......................................................................... L-31
Lampiran 11 Kecukupan Domain, Persentase Masyarakat yang memenuhi
Ambang Batas Kebahagiaan, Konstribusi Kecukupan Domain,
Tingkat Kecukupan Domain, Gradient Kebahagiaan Masyarakat
Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata .......................................................... L-37
Lampiran 12 Kecukupan Domain, Persentase Masyarakat yang memenuhi
Ambang Batas Kebahagiaan, Konstribusi Kecukupan Domain,
Tingkat Kecukupan Domain, Gradient Kebahagiaan Masyarakat
Pekerja di Sektor Kegiatan Pendukung/Luar Wisata .............................. L-42
Lampiran 13 Persentase Domain yang Memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan
pada Masyarakat Belum Bahagia (As) Masyarakat Lokal Pekerja di
Sektor Kegiatan Wisata ........................................................................... L-48
Lampiran 14 Persentase Domain yang Memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan
pada Masyarakat Belum Bahagia (As) Masyarakat Lokal Pekerja di
Sektor Pendukung/ Luar Wisata .............................................................. L-50
Lampiran 15 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan
Wisata menurut Kondisi Demografis, Sosial Ekonomi ........................... L-52
Lampiran 16 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor
Kegiatan Pendukung/Luar Wisata menurut Kondisi Demografis,
Sosial Ekonomi ........................................................................................ L-54
Lampiran 17 Crosstab Tingkat Kebahagiaan dengan Kondisi Kondisi Demografis,
Sosial Ekonomi ........................................................................................ L-56
xiv
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata menurut Undang - Undang Nomor 10 Tahun 2009 adalah keseluruhan
kegiatan yang terkait dengan wisata dan bersifat multidimensional serta multidisiplin yang
muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan
dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah dan pengusaha. Dewasa ini
sektor pariwisata merupakan salah satu sektor perdagangan di dunia yang menjadi sumber
pendapatan utama bagi banyak negara berkembang (Permanasari, 2011).
Indonesia dengan kekayaan alam dan corak kebudayaan yang tinggi memiliki
potensi pariwisata yang besar. Sektor pariwisata berkonstribusi 4,23% pada penerimaan
Produk Domestik Bruto (PDB) nasional atau senilai Rp 461,36 triliun dengan peningkatan
devisa yang dihasilkan mencapai U$ 11,9 milyar dan penyerapan tenaga kerja pada bidang
pariwisata sebanyak 12,16 juta orang (Kementerian Pariwisata, 2016). Sektor pariwisata
diarahkan untuk memperluas dan memeratakan kesempatan usaha dan lapangan kerja guna
meningkatkan kesejahteraan terutama bagi masyarakat lokal.
Kesejahteraan masyarakat lokal telah menjadi fokus utama dalam pariwisata,
mengingat peran pentingnya dalam pengembangan, perencanaan dan keberlanjutan
pariwisata (Uysal & Jurowski, 1994). Sejumlah penelitian yang dilakukan di berbagai
destinasi wisata secara umum mengindikasikan bahwa pariwisata pada perspektif
perekonomian terbukti mampu membuka kesempatan kerja, menciptakan peluang usaha
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun pada aspek sosial-budaya dan
lingkungan setempat memberikan dampak negatif (Untong, 2010 ; Sebele, 2010 ; Aref,
2011).
New Development Paradigm Steering Committee and Secretariat (2013)
menjelaskan bahwa aspek ekonomi memiliki keterbasan dalam mempresentasikan
kesejahteraan masyarakat sehingga meningkatkan perhatian dunia pada pentingnya aspek
non-ekonomi. Hal ini juga seiring dengan pencapaian tujuan Sustainable Development
Goal’s (SDG’s) yang memiliki fokus pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan serta
perubahan masyarakat dunia yang semakin menghargai aspek budaya, sosial, religi dan
kearifan lokal.
2
Negara Bhutan telah memperkenalkan sebuah tolak ukur kesejahteraan bangsa
melalui kebahagiaan masyarakat dimana kebahagiaan tersebut dinilai berdasarkan aspek-
aspek kehidupan secara subjektif maupun obyektif. Hal tersebut dinilai lebih mampu
mempresentasikan kesejahteraan masyarakat secara holistik melalui keseimbangan aspek
ekologi, sosial, ekonomi dan budaya (Cahyat, Gonner & Haug, 2007). Aspek tersebut
dirangkum ke dalam sembilan domain kebahagiaan yaitu kesejahteraan psikologis,
kesehatan, penggunaan waktu, pendidikan, keragaman budaya, tatanan pemerintah,
vitalitas komunitas, keanekaragaman ekologi dan standar hidup yang memiliki bobot sama
pentingnya dalam menentukan indeks kebahagiaan. Penilaian kebahagiaan masyarakat atau
yang lebih dikenal dengan Gross National Happiness Index (GNHI) kemudian menjadi
acuan dalam penyusunan indeks kebahagiaan termasuk di Indonesia.
Penyusunan indeks kebahagiaan di Indonesia pertama kali dirilis oleh BPS pada
tahun 2013. Indeks kebahagiaan penduduk Indonesia pada tahun 2013 adalah 64,09 dan
mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 68,28 (skala 0-100). Demikian pula pada
indeks kebahagiaan Provinsi Jawa Timur yang mengalami peningkatan pada tahun 2014
yaitu 68,70 dibandingkan tahun sebelumnya 68,28, dimana indeks kebahagiaan masyarakat
di perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (BPS Jawa Timur, 2015).
Namun, angka peningkatan indeks kebahagiaan Jawa Timur tidak terlalu signifikan dan
menunjukkan proporsi masyarakat Jawa Timur yang tidak bahagia masih cukup besar
karena tidak terlalu jauh dari ambang batas skor ketidakbahagiaan dimana menurut Kadir
(2014) ambang batas skor kebahagiaan adalah 50.
Kota Batu merupakan ikon utama pariwisata Jawa Timur dengan image “Kota
Wisata Batu” yang mengandalkan sektor pariwisata untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD). Rencana Induk Pariwisata Kota Batu 2014 - 2019 menunjuk Desa Oro-Oro
Ombo, Kecamatan Batu sebagai salah satu pusat kegiatan sektor pariwisata dengan konsep
wisata modern yang menggabungkan antara wisata kuliner dan belanja. Desa Oro-Oro
Ombo selain terletak di dekat pusat kota juga merupakan desa dengan pengunjung
terbanyak di Kota Batu (RIPPDA Kota Batu 2014-2019). Secara administratif, pariwisata
Desa Oro-Oro Ombo antara lain adalah obyek wisata Batu Night Spectacular (BNS),
Wisata Coban Rais dan Peternakan Kuda Megastar. Desa Oro-Oro Ombo juga merupakan
jalur wisata, festival wisata serta tempat pengembangan perumahan wisata atau villa
(Rencana Strategis Kota Batu, 2012-2017).
3
Desa Oro-Oro Ombo diarahkan sebagai kawasan strategis sektor unggulan
pariwisata khususnya wisata belanja dan kuliner serta lokasi kegiatan wisata di hutan
lindung yang digunakan untuk mempertahankan serta memelihara fungsi hutan lindung.
Pengelolaan hutan lindung dilakukan bersama dengan masyarakat dengan tujuan
memberikan pemahaman tentang pentingnya hutan dengan fungsi ekologis dan nilai
ekonomis serta membuka alur wisata jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa memiliki
terhadap alam (RIPPDA Kota Batu 2014-2019).
Pembangunan pariwisata di Kota Batu merupakan usaha pemerintah untuk
memberikan konstribusi yang cukup signifikan bagi peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat. Dasar perencanaan pembangunan pariwisata di Kota Batu salah
satunya menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM memberikan gambaran
tentang dampak dari pembangunan bagi penduduk mencakup tiga bidang yang dianggap
paling mendasar, yaitu usia hidup, pengetahuan dan standar hidup layak. Pada tahun 2014
IPM Kota Batu sudah mencapai 0,76 (skala 0-1) atau berada dalam kategori sedang dan
menempati urutan ke 9 dari 38 Kabupaten/Kota se-Jawa Timur (BPS Kota Batu, 2015).
Namun, IPM bersifat relatif dan bukan merupakan indikator keberhasilan pembangunan
yang komprehensif karena tidak mencakup indikator pada aspek lingkungan budaya
(Nugraha, 2010).
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kesejahteraan tidak cukup hanya dinilai dari
aspek ekonomi, namun dibutuhkan aspek-aspek lain untuk melengkapinya. Sebagaimana
dijelaskan oleh Cahyat, Gonner & Haug (2007), sistem pengukuran yang terintegrasi
antara aspek ekologi, sosial, ekonomi dan budaya dapat menjadi tolak ukur utama dalam
menilai kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dan kondisi kehidupan dapat
merefleksikan kebahagiaan masyarakat (Veenhoven, 2004).
Hasil penelitian Luthfi (2013), menunjukkan bahwa pembangunan pariwisata di
Kota Batu pada tahun 2009-2013 dalam aspek ekonomi memiliki dampak positif pada
kesejahteraan masyarakat. Anggraeni (2014) menjelaskan bahwa pembangunan wisata di
Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu dapat menciptakan lapangan pekerjaan
baru, memicu perbaikan infrastruktur dan mempermudah akses transportasi sehingga
memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar.
Namun, dalam penelitian Yanti (2014) keberadaan wisata di Desa Oro-Oro Ombo
berdampak pada menurunnya kegiatan sosial-budaya masyarakat lokal dan Anggraeni
(2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pembangunan wisata di Desa Oro-Oro
Ombo berpengaruh pada bergesernya budaya lokal, timbulnya kesenjangan sosial serta
4
pada segi ekologi berdampak pada kemacetan dan perubahan alih fungsi lahan. Sejauh ini
belum terdapat adanya penelitian mengenai dampak pembangunan wisata terhadap
kebahagiaan masyarakat di Kota Batu oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai penilaian kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan wisata
khususnya di Desa Oro-Oro Ombo dengan menggunakan pendekatan Gross National
Happiness Index (GNHI).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil penelitian Luthfi (2013) pada tahun 2009-2013 dan Anggraeni
(2014) pada tahun 2014, pembangunan wisata di Kota Batu pada aspek ekonomi dapat
memberikan dampak positif kesejahteraan masyarakat pada aspek ekonomi yaitu membuka
lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan. Namun, ditinjau dari aspek sosial,
budaya dan lingkungan menurut penelitian Anggaraeni (2014) dan Yanti (2014)
pembangunan wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu pada tahun
2014 menimbulkan kemacetan, terganggunya aktivitas masyarakat sehari-hari akibat
banyaknya kunjungan wisatawan, bergesernya budaya lokal terutama pada generasi muda,
menurunnya pelestarian tradisi desa, kesenjangan sosial dan perubahan alih fungsi lahan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, rumusan masalah yang
dikaji dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana tingkat kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan
wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui tingkat kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan
kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Masyarakat Kota Batu
Mengetahui tingkat kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan
wisata dapat digunakan untuk mengetahui dampak kegiatan wisata terhadap
kesejahteraan hidup masyarakat khususnya bagi masyarakat di Desa Oro-Oro
5
Ombo. Mengetahui tingkat kebahagiaan masyarakat lokal juga dapat digunakan
untuk mengetahui hal - hal yang perlu dikembangkan dan dipertahankan oleh
masyarakat.
2. Pemerintah Kota Batu
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam
pengembangan pariwisata Kota Batu selanjutnya. Penilaian tingkat kebahagiaan
masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan wisata ini diharapkan dapat
menjadi salah satu masukan dalam evaluasi kinerja pembangunan pariwisata serta
memberikan pemahaman mengenai tingkat kebahagiaan masyarakat lokal
khususnya di Desa Oro-Oro Ombo.
3. Pihak Swasta
Pihak swasta dalam hal ini adalah pengembang atau developer obyek wisata,
Penilaian tingkat kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan
wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu ini diharapkan dapat
menjadi masukan strategi dalam pengembangan obyek wisata.
4. Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
menilai kebahagiaan masyarakat terhadap keberadaan kegiatan wisata. Selain itu,
gambaran mengenai penilaian tingkat kebahagiaan masyarakat lokal terhadap
kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu dapat
dijadikan bahan sebagai referensi dan penelitian selanjutnya.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi merupakan batasan dan cakupan materi yang akan dibahas
dalam penelitan ini sehingga materi yang digunakan tepat sasaran dan pembahasannya
tidak meluas. Ruang lingkup materi yang akan dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada
ditemukannya tingkat kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan wisata
di Desa Oro-Oro Ombo melalui perbandingan tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata dengan yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata
selain itu, juga mengetahui hubungan tingkat kebahagiaan dengan kondisi sosial,
demografis dan ekonomi masyarakat. Lingkup materi penelitian meliputi:
6
A. Tinjauan penelitian
Komponen-komponen yang dijadikan tinjauan terhadap penelitian yang akan
dilakukan, yaitu:
1. Pariwisata yaitu pengertian pariwisata dan kegiatan wisata
2. Masyarakat lokal yaitu pengertian masyarakat lokal dan dampak perkembangan
wisata pada masyarakat lokal
3. Gross National Happiness Index (GNHI) yaitu pengertian kebahagiaan, tujuan
GNHI, domain dan indikator dan ambang batas dalam GNHI
4. Penelitian terdahulu terkait perkembangan pariwisata dan indeks kebahagiaan
masyarakat.
B. Karakteristik Wilayah Studi
Karakteristik wilayah studi yang dijabarkan secara deskriptif terkait gambaran
umum dan karakteristik pariwisata di Desa Oro-Oro Ombo.
C. Analisis Gross National Happiness Index (GNHI)
Tingkat kebahagiaan diukur berdasarkan 9 domain berdasarkan Gross National
Happiness Index (GNHI) yaitu kesejahteraan psikologis, kesehatan, penggunaan waktu,
pendidikan, keragaman budaya, tatanan pemerintah, vitalitas komunitas,
keanekaragaman ekologi dan standar hidup. Analisis GNHI terdiri dari kecukupan
indikator, kecukupan domain, identifikasi kelompok masyarakat yang bahagia dan belum
bahagia, persentase domain yang memenuhi kecukupan pada masyarakat yang belum
bahagia dan indeks kebahagiaan.
D. Analisis Crosstab
Analisis crosstab atau analisis tabulasi silang digunakan untuk mengetahui dan
menganalisis korelasi atau hubungan antar variabel yaitu tingkat kebahagiaan dengan
kondisi sosial, demografis dan ekonomi masyarakat.
E. Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal terhadap Keberadaan Kegiatan
Wisata
Membandingkan tingkat kebahagiaan antara kedua kelompok, sehingga
menghasilkan kelompok mana yang memiliki tingkat kebahagiaan lebih tinggi. Tingkat
kebahagiaan masyarakat lokal tersebut nantinya dikelompokkan menurut kondisi
geografis, sosial, demografis dan ekonomi sehingga gambaran tingkat kebahagiaan dapat
diketahui secara terperinci.
7
F. Rekomendasi
Rekomendasi berisi tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
indeks kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan wisata berdasarkan
dari hasil analisis GNHI dan analisis crosstab.
1.6.2 Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah penelitian berada di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota
Batu yang terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Krajan Oro-Oro Ombo yang terdiri dari 7
RW, Dusun Gondorejo yang terdiri dari 3 RW dan Dusun Dresel yang terdiri dari 3 RW
dengan total keseluruhan 34 RT . Batas-batas administrasi Desa Oro-Oro Ombo adalah
sebagai berikut:
Batas Utara : Kelurahan Ngaglik dan Kelurahan Temas, Kecamatan Batu
Batas Timur : Desa Beji, Kecamatan Junrejo
Batas Barat : Wilayah Perhutani dan Gunung Panderman
Batas Selatan : Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo
8
1.7 Kerangka Pikiran
Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi pariwisata yang tinggi dan berkonstribusi besar pada PDB nasional, peningkatan devisa dan penyerapan tanaga kerja
Sejumlah penelitian menyebutkan pembangunan pariwisata memiliki dampak positif pada perekonomian masyarakat namun, cenderung memberikan dampak negatif pada aspek sosial-budaya dan lingkungan setempat (Untong, Kaosa-ard dkk, 2010 ; Sebele, 2010 ; Aref, 2011)
Kesejahteraan masyarakat dinilai lebih efektif dengan menggunakan tolak ukur secara holistik melalui aspek ekonomi, ekologi, sosial dan budaya
(Cahyat, Gonner & Haug,2007), dimana Negara Bhutan mengartikulasikan kesejahteraan melalui tingkat kebahagiaan atau Gross National
Happiness Index (GNHI) dengan 9 aspek , yang kemudian dijadikan acuan dalam menentukan tingkat kebahagiaan di Indonesia.
Indeks kebahagiaan di Indonesia pertama kali dirilis BPS tahun 2013 dengan nilai indeks 64,09 dan pada 2014 menadi 68,28 (skala 0-100).
Provinsi Jawa Timur yang mengalami peningkatan pada tahun 2014 yaitu 68,70 dibandingkan tahun sebelumnya 68,28, dimana indeks
kebahagiaan masyarakat di perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (BPS Jawa Timur, 2015). Namun, angka peningkatan indeks
kebahagiaan Jawa Timur tidak terlalu signifikan dan menunjukkan proporsi masyarakat Jawa Timur yang tidak bahagia masih cukup besar karena
tidak terlalu jauh dari ambang batas skor ketidakbahagiaan dimana menurut Kadir (2014) ambang batas skor kebahagiaan adalah 50.
Kota Batu melalui branding “Kota Wisata Batu” merupakan salah satu ikon pariwisata Jawa Timur yang mengandalkan sektor pariwisata untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Salah satu pusat sektor kegiatan wisata adalah di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu (RIPPDA 2014-2019). Secara administratif
pariwisata di Desa Oro-Oro Ombo adalah obyek wisata BNS, Coban Rais, Peternakan Kuda Megastar. Desa Oro-Oro Ombo juga merupakan jalur
wisata, festival wisata dan tempat pengembangan perumahan wisata atau homestay (Renstra Kota Batu 2012-2017).
Identifikasi Masalah
Bagaimana tingkat kebahagiaan masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu,Kota Batu?
Survei Primer
Penyebaran Kuesioner
Kuesioner diajukan pada responden masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pariwisata dan pendukung pariwisata.
Kuesioner berisi tentang sembilan aspek kebahagiaan
berdasarkan Gross National Happiness Index (GNHI).
Observasi
Karakteristik dan kondisi wisata wilayah secara umum
Wawancara
- Pemerintah Desa Oro-Oro Ombo
- Kelompok Sadar Wisata Desa Oro-Oro Ombo
- Pihak Obyek Wisata
Survei Sekunder
Studi Literatur
Terkait pariwisata, kegiatan wisata masyarakat lokal, dampak
kegiatan wisata pada masyarakat lokal, kebahagiaan dan
Gross National Happiness Index (GNHI)
Studi Instansi
- Profil Desa oro-Oro Ombo
- RPJM Desa Oro-Oro Ombo
- Persebaran kegiatan wisata dan pendukung di Desa Oro-
Oro Ombo
- Jumlah wisatawan pengunjung di kegiatan wisata di Desa
Oro-Oro Ombo
Karakteristik
Wilayah
Studi
Gambaran
umum
wilayah studi,
karakteristik
pariwisata
wilayah studi
Analisis Gross National Happiness
Index (GNHI)
Tingkat kebahagiaan diukur berdasarkan 9
domain berdasarkan Gross National
Happiness Index (GNHI) yaitu kesejahteraan
psikologis, kesehatan, penggunaan waktu,
pendidikan, keragaman budaya, tatanan
pemerintah, vitalitas komunitas,
keanekaragaman ekologi dan standar hidup.
Analisis GNHI terdiri dari kecukupan
indikator, kecukupan domain, identifikasi
kelompok masyarakat yang bahagia dan
belum bahagia, persentase domain yang
memenuhi kecukupan pada masyarakat yang
belum bahagia dan indeks kebahagiaan.
Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal terhadap Keberadaan Kegiatan Wisata di
Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu
Berdasarkan hasil penelitian Luthfi (2013) pada tahun 2009-2013 dan Anggraeni (2014) pada tahun 2014, pembangunan wisata di Kota Batu pada
aspek ekonomi dapat memberikan dampak positif kesejahteraan masyarakat pada aspek ekonomi yaitu membuka lapangan pekerjaan dan
meningkatkan pendapatan. Namun, ditinjau dari aspek sosial, budaya dan lingkungan menurut penelitian Anggaraeni (2014) dan Yanti (2014)
pembangunan wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu pada tahun 2014 menimbulkan kemacetan, terganggunya aktivitas
masyarakat sehari-hari akibat banyaknya kunjungan wisatawan, bergesernya budaya lokal terutama pada generasi muda, menurunnya pelestarian
tradisi desa, kesenjangan sosial dan perubahan alih fungsi lahan.
Gambar 1.1 Kerangka Pikir
Tingkat Kebahagiaan Masyarakat
Lokal terhadap Keberadaan
Kegiatan Wisata
Membandingkan tingkat kebahagiaan
antara kedua kelompok, sehingga
menghasilkan kelompok mana yang
memiliki tingkat kebahagiaan lebih tinggi.
Tingkat kebahagiaan masyarakat lokal
tersebut nantinya dikelompokkan menurut
kondisi geografis, sosial, demografis dan
ekonomi sehingga gambaran tingkat
kebahagiaan dapat diketahui secara
terperinci beserta rekomendasinya.
Analisis Crosstab
Analisis crosstab atau
analisis tabulasi silang
digunakan untuk
mengetahui dan
menganalisis korelasi
atau hubungan antar
variabel yaitu tingkat
kebahagiaan dengan
kondisi sosial,
demografis dan
ekonomi masyarakat.
9
1.8 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan pada penelitian “Penilaian Tingkat Kebahagiaan
Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo,
Kecamatan Batu, Kota Batu” adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan dalam penelitian berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup penelitian yang mencakup ruang
lingkup wilayah dan ruang lingkup materi, kerangka pemikiran serta sistematika
pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka berisi tentang kumpulan teori yang akan digunakan sebagai acuan
dalam penelitian, baik teori mengenai pariwisata, kegiatan wisata, masyarakat
lokal, dampak perkembangan wisata pada masyarakat lokal, Gross National
Happiness Index (GNHI) dan penelitian terdahulu serta kerangka teori.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian berisi metode dan alur yang digunakan dalam penelitian yang
terdiri dari jenis penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, populasi
dan sampel, metode analisis data terkait tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang
digunakan dalam penelitian, diagram alir dan desain survei.
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan dalam penelitian ini berisi tentang gambaran umum dan karakteristik
wilayah studi, karakteristik pariwisata wilayah studi dan analisis Gross National
Happiness Index (GNHI), analisis crosstab, analisis deskriptif terkait tingkat
kebahagiaan masyarakat lokal terhadap keberadaan kegiatan wisata serta
rekomendasi.
BAB V PENUTUP
Penutup berisi kesimpulan serta saran bagi pemerintah dan akademisi.
10
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Berdasarkan Undang - Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh masyarakat,
pengusaha dan pemerintah. Berikut ini beberapa pengertian lebih lanjut mengenai
pariwisata, antara lain:
1. Menurut Murphy dalam Pitana & Gayatri (2005)
Pariwisata adalah keseluruhan dari elemen - elemen terkait wisatawan, daerah
tujuan wisata, perjalanan, industri dan lain-lain yang merupakan akibat dari
perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut dilakukan
secara tidak permanen.
2. Menurut Suwardjoko & Warpani (2007)
Pariwisata adalah fenomena politik – sosial – ekonomi – budaya - fisik yang
muncul sebagai wujud kebutuhan manusia dan Negara serta interaksi antara
wisatawan dengan masyarakat tuan rumah, sesama wisatawan, pemerintah dan
pengusaha berbagai jenis barang dan jasa yang diperlukan oleh wisatawan.
Dari definisi di atas, pengertian pariwisata dapat dirangkum yaitu hubungan dan
fenomena yang timbul akibat perjalanan dan tinggal untuk sementara dengan maksud
bersenang-senang, bersantai dan rekreasi atau berniaga dan keperluan-keperluan lainnya.
Hubungan dan fenomena yang timbul dari pariwisata merupakan mata rantai panjang yang
dapat menggerakkan berbagai macam kegiatan dalam kehidupan masyarakat.
2.1.1 Kegiatan Wisata
Kegiatan wisata adalah menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau
mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang
terkait di bidang tersebut (UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan). Kegiatan
wisata diwujudkan melalui antara lain adalah penyediaan daya tarik wisata, penyediaan
kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan
minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi,
penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran, jasa informasi
12
pariwisata, jasa konsultan pariwisata, jasa pramuwisata dan spa. Berikut ini adalah
penjelasan lebih lanjut mengenai masing - masing kegiatan wisata.
1. Penyediaan daya tarik wisata
Kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan atau potensi seni budaya bangsa yang
telah ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata
(Wibowo, 2008). Penyediaan daya tarik wisata dapat diwujudkan dengan
penyediaan obyek wisata dan atraksi wisata serta penyediaan golf, kolam renang,
boating, surfing, fishing, tennis court dan fasilitas lainnya (Wibowo, 2008).
2. Penyediaan kawasan pariwisata
Kegiatan membangun atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata (Wibowo, 2008).
3. Jasa transportasi wisata
Kegiatan penyediaan jasa angkutan umum yaitu angkutan khusus wisata atau
angkutan umum yang menyediakan angkutan wisata (Pendit, 2002).
4. Jasa perjalanan wisata
Jasa perjalanan wisata terbagi menjadi biro perjalanan wisata dan agen perjalanan
wisata. Biro perjalanan wisata bergerak pada penyediaan jasa perencanaan
perjalanan dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, termasuk
penyelenggaran perjalanan ibadah. Agen perjalanan wisata adalah usaha jasa
pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket dan pemesanan akomodasi serta
pengurusan dokumen perjalanan (Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Tahun 2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Perjalanan Wisata). Jasa
perjalanan wisata dapat diwujudkan dengan perusahaan tour operator and travel
agent (Wibowo, 2008).
5. Jasa makanan dan minuman
Kegiatan pengolahan, penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman yang
dapat dilakukan sebagai bagian dari penyediaan akomodasi maupun sebagai usaha
yang berdiri sendiri. Jasa makanan dan minuman dapat diwujudkan dengan
penyediaan rumah makan, restoran, self-services, cafeteria, coffee shop, grill room,
bar, tavern dan sebagainya (Wibowo, 2008).
6. Penyediaan akomodasi
Kegiatan penyediaan kamar dan fasilitas lain serta pelayanan yang diperlukan.
Penyediaan akomodasi dapat diwujudkan dengan penyediaan hotel, motel, wisma,
homestay, cottages, camping dan youth hostel (Wibowo, 2008).
13
7. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi
Kegiatan pengurusan penyelenggaran hiburan baik yang mendatangkan,
mengirimkan maupun mengembalikan serta menentukan tempat, waktu dan jenis
hiburan. Jasa penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi dapat diwujudkan
dengan penyelenggaraan badan usaha yang menyajikan hiburan-hiburan atau event
organizer (Pendit, 2002).
8. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran
Merupakan kegiatan dengan memberikan jasa pelayanan bagi satu pertemuan
sekelompok orang (misalnya negarawan, usahawan, cendekiawan) untuk
membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama
(Wibowo, 2008).
9. Jasa informasi pariwisata
Penyediaan jasa berupa informasi, dan penyebaran serta pemanfaatan informasi
kepariwisataan. Jasa informasi wisata dapat diwujudkan dengan tourist information
center yang terdapat di airport, terminal, pelabuhan atau suatu resort atau
dibentuknya lembaga khusus untuk mempromosikan pariwisata (Wibowo, 2008).
10. Jasa konsultan pariwisata
Penyediaan jasa berupa saran dan nasihat yang diberikan untuk penyelesaian
masalah-masalah yang timbul mulai dari penciptaan gagasan, pelaksanaan
operasinya yang disusun secara sistematis berdasarkan disiplin ilmu yang diakui
serta disampaikan secara lisan, tertulis maupun gambar oleh tenaga ahli profesional
(Wibowo, 2008).
11. Jasa pramuwisata
Kegiatan bersifat komersial yang mengatur, mengkoordinir dan menyediakan
tenaga pramuwisata untuk memberikan pelayanan bagi seseorang atau sekelompok
orang yang melakukan perjalanan wisata (Wibowo, 2008). Jasa pramuwisata dapat
diwujudkan dengan penyediaan jasa pemandu (guide) serta penerjemah (Pendit,
2002).
12. Spa
Spa adalah upaya kesehatan tradisional dengan perawatan holistik dan pelayanan
professional yang menawarkan berbagai treatment untuk memenuhi kesehatan
tubuh, pikiran dan jiwa (mind, body and spirit). Tipe-tipe spa antara lain adalah
ayurvedic spa, day spa, destination spa, mineral spring spa, hotel spa, club spa,
medical spa, dental spa dan mobile spa (Jumarani,L. 2009).
14
Sammeng (2001) menerangkan lapangan kerja yang tercipta oleh industri
pariwisata dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) kelompok besar yaitu:
1. Lapangan kerja langsung, adalah pekerjaan-pekerjaan yang tersedia pada jajaran
industri pariwisata, misalnya: akomodasi dan catering, tours & travel, daya tarik
dan fasilitas bisnis pariwisata.
2. Lapangan kerja tidak langsung, adalah pekerjaan-pekerjaan yang tersedia pada
pabrik, toko dan usaha-usaha lain yang diperlukan oleh pengusaha dan organisasi-
organisasi pariwisata yang melayani langsung wisatawan. Lapangan kerja tidak
langsung mencakup bidang yang sangat luas, yaitu mulai sektor pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan sampai dengan sektor industri manufaktur dan
industri jasa.
3. Lapangan kerja induced, adalah lapangan kerja yang tercipta akibat dari
pengeluaran orang-orang yang bekerja secara langsung atau tidak langsung pada
industri pariwisata.
Salah, W., L.J.Crampon & L.M. Roth Field (1997) dalam bukunya Tourism
Management membagi kegiatan masyarakat diluar kepariwisataan namun mendukung
kegiatan tersebut menjadi dua yaitu pengadaan prasarana umum (general infrastructures)
dan kebutuhan masyarakat banyak (basic needs of civilized life).
1. Pengadaan sarana prasarana umum (general infrastructure)
Kegiatan pengadaan yang bertujuan menyangkut kebutuhan orang banyak dan
membantu kelancaran roda perekonomian yaitu, pengadaan pembangkit tenaga
listrik dan sumber energi, sistem penyediaan air bersih, sistem jaringan jalan raya
dan jalur kereta api, sistem irigasi dan perhubungan telekomunikasi.
2. Kebutuhan masyarakat banyak (basic needs of civilized life)
Kegiatan pengadaan yang bertujuan menyangkut kebutuhan orang banyak seperti
rumah sakit, apotik, bank, kantor pos, pom bensin dan administrasi pemerintahan
(polisi, pengadilan, badan legislatif dan lain-lain).
Pendit (2002) juga membagi kegiatan pendukung dan penunjang pariwisata
menjadi dua yaitu sarana pelengkap pariwisata (supplementing tourism superstructures)
dan sarana penunjang pariwisata (supporting tourism superstructures). Sarana pelengkap
pariwisata diwujudkan dengan kegiatan penyediaan kerajinan tangan, penyediaan
perusahaan manufaktur, toko-toko souvenir, toko pakaian, toko perhiasan, toko kelontong
dan toko foto (cuci-cetak), salon dan sebagianya. Sarana penunjang pariwisata diwujudkan
dengan kegiatan penyediaan night club, casinos, steambaths dan lain-lain.
15
Tabel 2.1 Kegiatan Wisata dan Kegiatan di Luar Wisata/ Pendukung Wisata
Kegiatan Wisata
(UU No.10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan)
Kegiatan di Luar Wisata/Pendukung wisata
Salah, W., L.J.Crampon & L.M. Pendit (2002)
Roth Field (1997)
General
Infrastucture
Basic Needs of
Civilized Life
Supplementing
tourism
superstructures
Supporting
tourism
superstructures
1. Penyediaan daya tarik wisata
- obyek wisata dan atraksi wisata
(Wibowo,2008)
- golf, kolam renang, boating, surfing,
fishing, tennis court dan fasilitas
lainnya (Wibowo,2008)
2. Penyediaan kawasan pariwisata
3. Jasa transportasi wisata
- Penyedia angkutan wisata
(Pendit,2002)
4. Jasa perjalanan wisata
- perusahaan tour operator and travel
agent (Wibowo,2008)
5. Jasa makanan dan minuman
- rumah makan, restoran, self-services,
cafeteria, coffee shop, grill room, bar,
tavern (Wibowo,2008)
6. Penyediaan akomodasi
- hotel, motel, wisma, homestay,
cottages, camping dan youth hostel
(Wibowo,2008)
7. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan
rekreasi
- penyelenggaraan badan usaha event
organizer (Pendit,2002)
8. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan
insentif, konferensi dan pameran
9. Jasa informasi pariwisata
- Tourist information center/lembaga
khusus untuk mempromosikan
pariwisata (Wibowo,2008) 10. Jasa konsultan pariwisata
11. Jasa pramuwisata
- Jasa pemandu (guide) serta penerjemah
(Wibowo,2008)
12. Spa
Ayurvedic spa, day spa, destination spa,
mineral spring spa, hotel spa, club spa,
medical spa, dental spa dan mobile spa
(Jumarani,L.2009)
Kegiatan
masyarakat yang
berkaitan dengan :
- Pengadaan
pembangkit
tenaga listrik
dan sumber
energi
- Sistem
penyediaan air
bersih
- Sistem jaringan
jalan raya
- Sistem irigasi
- Perhubungan
telekomunikasi
- Pertanian,
Perkebunan,
Peternakan,
Perikanan
Kegiatan masyarakat
yang berkaitan
dengan :
- Rumah sakit
- Apotik
- Bank
- Kantor pos
- Pom bensin
- Adminitrasi
pemerintah
(polisi,pengadilan,
badan legislatif)
- Perusahaan
manufaktur
(kerajinan
tangan/
kesenian),
- Toko-toko
souvenir,
- Toko
pakaian
(boutiques),
- Toko
perhiasan
(jewellery),
- Toko
kelontongan
- Toko foto
(cuci-cetak),
- Salon
(barbershop)
- Night club
- Casinos
- Steambaths
Sumber: UU No 10 Tahun 2009,Salah, W., L.J.Crampon & L.M. Roth Field (1997), Pendit (2002), Wibowo (2008),
Jumarani,L (2009)
Berdasarkan Tabel 2.1, kegiatan wisata dapat dibedakan menjadi dua yaitu kegiatan
wisata itu sendiri dan kegiatan di luar wisata atau pendukung wisata. Kegiatan wisata
dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi 12 macam yaitu daya tarik wisata, kawasan
pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman,
jasa akomodai, jasa penyelenggara kegiatan hiburan dan rekreasi, jasa penyelenggara
pertemuan, jasa informasi pariwisata, jasa konsultasi wisata, jasa pramuwisata dan spa.
16
Untuk kegiatan di luar wisata dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu sarana prasarana
umum (general infrastructure), kebutuhan masyarakat banyak (basic needs of civilized
life), sarana pelengkap pariwisata (supplementing tourism superstructures) dan sarana
penunjang pariwisata (supporting tourism superstructures). Macam-macam kegiatan
wisata ini nantinya dipergunakan sebagai masukan dalam menentukan kegiatan wisata dan
kegiatan pendukung wisata yang berada di wilayah studi serta menentukan sampel
penelitian.
2.2 Masyarakat Lokal
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan (Soekanto, 2006). Emile
Durkheim (dalam Taneko, 1984) menyebutkan bahwa masyarakat terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut:
1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama
2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama
3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama
Masyarakat lokal di wilayah studi penelitian ini adalah masyarakat pedesaan. Ciri-
ciri masyarakat lokal pedesaan berdasarkan modul “Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat
Perkotaan” antara lain adalah mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat
dibandingkan dengan masyarakat perkotaan, sistem kehidupan umumnya berkelompok
dengan dasar kekeluargaan. Sebagaian besar warga hidup dari pertanian (pekerjaan yang
bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan/part time), masyarakatnya cenderung
homogen (mata pencahariaan, agama, adat-istiadat dan sebagainya) serta umumnya sangat
giat bekerja.
Masyarakat pedesaan juga memiliki ciri khas hidup dalam kesederhanaan, mudah
curiga terhadap hal-hal atau komunitas yang baru sehingga beberapa golongan masyarakat
tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada,
menjunjung tinggi kesopanan, lugas (berbicara apa adanya), memiliki perasaan “minder”
dengan masyarakat perkotaan, menghargai orang lain, gotong royong, demokratis
(musyawarah untuk mencapai mufakat) dan sangat religius (Waluya, B.). Masyarakat
pedesaan yang memiliki sifat dasar harmonis, rukun dan damai juga memiliki beberapa
gejala sosial yang sering timbul yaitu adanya konflik yang berkaitan dengan kedudukan,
17
gengsi dan pernikahan serta kontraversi (pertentangan) yang disebabkan oleh perubahan
konsep kebudayaan dan kompetisi negatif (timbul rasa iri dan saling memfitnah).
Masyarakat pedesaan dalam penelitian ini merupakan masyarakat pedesaan yang
berada di area wisata. Masyarakat lokal di area wisata berdasarkan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2009 memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan
serta dalam penyelenggaraan kepariwisataan, termasuk penyampaian saran, pendapat dan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam rangka proses perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan kepariwisataan. Keikutsertaan masyarakat
lokal di area wisata mulai dikembangkan mulai tahun 1990. Hal tersebut tersebut dibangun
agar tidak hanya investor atau pihak swasta saja yang mendapat keuntungan yang besar
dari pariwisata tetapi masyarakat di area wisata juga ikut berperan aktif dalam pariwisata,
tidak hanya menjadi bagian kecil dari kegiatan wisata seperti PKL, warung kecil dan lain-
lain (Permanasari, 2011).
Peran aktif masyarakat lokal di area wisata dalam pengembangan wisata juga
diharapkan mampu mempertahankan dan meningkatkan kebanggaan pada budaya lokal,
mempertahankan lingkungan, meningkatkan perekonomian masyarakat dan mengurangi
laju urbanisasi (Permanasari, 2011). Berdasarkan ciri-ciri atau kecenderungan hal tersebut
dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk menentukan sampel masyarakat lokal dan
membantu menggambarkan kondisi kemasyarakatan dalam wilayah studi di penelitian ini.
2.2.1 Dampak Perkembangan Wisata pada Masyarakat Lokal
Perkembangan menurut Suwantoro (1997) adalah suatu proses atau cara
menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna dan berguna. Adanya perkembangan
pariwisata tentunya juga akan memicu adanya dampak khususnya bagi kesejahteraan
masyarakat lokalnya (Kim, 2002). Waluya (2012) dalam tulisannya yang berjudul
“Sosiologi Pariwisata: Pariwisata dan Kebudayaan”, terdapat adanya dampak positif dari
perkembangan wisata bagi masyarakat, antara lain adalah:
1. Terbukanya lapangan kerja di sektor pariwisata
2. Memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat yang turut serta memberikan
pelayanan kepada para wisatawan yang memerlukan jasanya
3. Masyarakat menjadi lebih ingin mempelajari budaya serta adat istiadat agar bisa
disajikan pada wisatawan dan dapat menjadikan obyek wisata itu menjadi lebih
menarik karena atraksi budaya yang disuguhkan lebih variatif
4. Masyarakat bisa menguasai beberapa bahasa asing agar bisa berkomunikasi dengan
wisatawan asing guna menambah pengetahuan dan pengalaman
18
Kegiatan wisata juga dapat menimbulkan adanya dampak-dampak negatif yaitu:
a. Dampak negatif terhadap lingkungan alam yang mencakup gejala alam yang
ada di sekitarnya antara lain adalah kerusakan vegetasi, polusi air, polusi udara,
polusi suara, kerusakan kawasan tepi sungai, habisnya cadangan air tanah dan
air permukaan serta masalah sampah.
b. Dampak negatif terhadap lingkungan binaan antara lain pemanfaatan lahan
yang tidak benar, pembangunan kota yang tidak terkendali, perubahan gaya
hidup, kepadatan tinggi, perubahan pemanfaatan lahan dan kerusakan bangunan
bersejarah.
c. Dampak negatif terhadap lingkungan budaya yang mencakup nilai-nilai dan
kepercayaan adat mulai luntur, tindakan moral negatif (pelacuran dan mabuk),
perilaku hedonis, seni dan kerajinan adat tidak dilestarikan dan meningkatnya
pelanggaran hukum (pencurian, narkotika, kelompok jahat).
Dampak perkembangan wisata yang terjadi juga dapat memengaruhi psikologis
masyarakat. Adanya kontak dengan budaya lain dapat mendorong pertumbuhan suatu
kebudayaan baru sehingga dapat menimbulkan munculnya toleransi terhadap perbuatan
menyimpang (Nasir, 2014). Toleransi terhadap perbuatan menyimpang dalam hal ini salah
satunya adalah sikap saling membohongi dan memeras antara masyarakat lokal dengan
wisatawan akibat tidak terdapat adanya hubungan yang mendalam. Masyarakat lokal
khususnya yang bekerja di kegiatan wisata memiliki kepentingan ekonomi untuk
mendapatkan pendapatan tambahan sehingga hubungan yang semula didasarkan pada
keramah-tamahan tradisional dapat berubah menjadi keramah-tamahan yang
dikomersialkan (Pitana & Gayatri, 2005). Selain itu ketidakpuasan masyarakat terhadap
bidang-bidang tertentu dapat menimbulkan reaksi berupa perlawanan atau pertentangan
untuk mengubahnya (Nasir, 2014).
Berdasarkan dampak yang telah diuraikan dapat diketahui bahwa dampak
perkembangan pariwisata tidak hanya berpengaruh pada kondisi ekonomi masyarakat
namun juga pada lingkungan, sosial, budaya dan psikologis. Dampak perkembangan
wisata ini nantinya akan dijadikan masukan untuk menggambarkan dampak dan
permasalahan yang timbul akibat dari perkembangan wisata pada masyarakat lokal yang
ada di wilayah studi.
19
2.3 Gross National Happiness Index (GNHI)
2.3.1 Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan suatu hal yang dipersepsikan secara subyektif oleh tiap
orang. Kebahagiaan yang dimaksud bukan hanya terbatas pada perasaan subyektif seperti
perasaan senang (fun), perasaan ceria (cheerful) atau perasaan gembira lainnya yang
mudah berubah dalam waktu yang relatif singkat. Kebahagiaan dalam hal ini adalah
perasaan yang lebih mendalam dan obyektif menyangkut pengembangan seluruh aspek
kehidupan suatu individu (BPS Jawa Timur, 2015).
Kepuasan hidup dapat diasosiasikan sebagai ukuran kebahagiaan dengan
pendekatan pengukuran subyektif, sementara kesejahteraan cenderung dikaitkan dengan
penilaian terhadap kondisi kehidupan (living conditions) dengan pendekatan pengukuran
obyektif dan psikologik. Kepuasan hidup merupakan suatu ukuran yang menggambarkan
tingkat kebahagiaan, sementara itu kebahagiaan juga merupakan suatu ukuran
kesejahteraan pada tataran yang lebih tinggi. Menurut Veenhoven (2004), kebahagiaan
merupakan refleksi dari kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan yang telah dicapai.
Gross National Happines Index (GNHI) atau yang disebut sebagai indeks
kebahagiaan merupakan istilah dari Negara Bhutan, dimana konsep ini menyiratkan bahwa
pembangunan berkelanjutan harus mengambil pendekatan holistik terhadap kemajuan dan
kesejahteraan non-ekonomi (New Development Paradigm Steering Committee and
Secretariat, 2013).
Gambar 2.1 Model Paradigma Pembangunan Baru Sumber: New Development Paradigm Steering Committee and Secretariat (2013:9)
SOCIETAL HAPPINESS
A. Needs
All human beings, regardless of
the environment in which they
live, require adequate
satisfaction or their need for
food, water, shelter, security &
respect. All of this, in turn, is
dependent upon a sustainable
environment
B. Holistic Development Agenda A transformative agenda with
interconnected solutions
- Environment conservations
- Sustainable & equitable socio-
economic development
- Preservation & promotion of
culture
- Good governance
C. Responsible use of resources
Natural, social, human and economic
resources to ensure present and future
sustainibility
E. Happiness Skill
Dream creatively from human
historical experience, wisdom
traditions and modern science
D. Outcome : Equitable &
Sustainable Society
Ecological diversity &
resilience
Living standards
Health
Education
Cultural diversity &
resilience
Community vitality
Time balance
Good governance
Psychological wellbeing
20
Gambar 2.1 merupakan Model Paradigma Pembangunan Baru menurut New
Development Paradigm Steering Committee and Secretariat (2013) yang mendasari indeks
kebahagiaan dengan penjabaran sebagai berikut.
1. Kebutuhan
Kebutuhan mendasar seperti standar hidup yang layak, lingkungan, kesehatan,
pendidikan, partisipasi budaya, keseimbangan penggunaan waktu, partisipasi dan
kebebasan politik serta kesejahteraan psikologis yang belum terpenuhi oleh
paradigma pembangunan konvensional.
2. Agenda pembangunan yang holistik
Diperlukan adanya struktur kelembagaan, kebijakan, sistem pengukuran dan
mekanisme peraturan sebagai inti model. Konsep GNH menggunakan empat pilar
yaitu good governance, pembangunan sosial ekonomi yang berkelanjutan,
pelestarian budaya dan pelestarian lingkungan.
3. Pengunaan sumber daya alam, manusia dan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan
masa kini dan masa mendatang yang sustainable.
4. Kebahagiaan juga dapat dipengaruhi oleh sejarah, pengalaman, kebudayaan dan
ilmu modern
5. Kebahagiaan dianggap sebagai hasil transformasi dan terjemahan dari
kesejahteraan yang terdiri dari 9 domain yaitu kesejahteraan psikologis, kesehatan,
pendidikan, keragaman budaya dan ketahanan, penggunaan waktu, tatanan
pemerintah, vitalitas komunitas, keanekaragaman ekologi dan ketahanan dan
standar hidup.
Berdasarkan definisi diatas, kebahagiaan dalam penelitian ini bukan perasaan
gembira mudah berubah dalam waktu yang relatif singkat tetapi merupakan hasil
transformasi dari kesejahteraan yang terdiri dari 9 domain yaitu kesejahteraan psikologis,
kesehatan, pendidikan, keragaman budaya dan ketahanan, penggunaan waktu, tatanan
pemerintah, vitalitas komunitas, keanekaragaman ekologi dan ketahanan dan standar
hidup.
2.3.2 Tujuan Pengukuran Kebahagiaan melalui GNHI
Pengukuran indeks kebahagiaan dikembangkan oleh Ura, dkk (2012) yang dapat
digunakan dalam beberapa hal serta memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Menetapkan kerangka alternatif pembangunan
Visi pembangunan secara eksplisit yaitu berusaha memenuhi kepuasaan secara
lebih kompleks melalui sembilan domain sebagai cerminan tujuan pembangunan.
21
2. Indikator indeks kebahagiaan sebagai panduan dalam sektor pembangunan
Indikator indeks kebahagiaan dapat memantau kegiatan sektor publik, memonitor
output, mengevaluasi keberhasilan program serta memberikan insentif bagi
pemerintah untuk meningkatkan layanan berdasarkan konstribusi indeks
kebahagiaan dari waktu ke waktu.
3. Mengalokasikan sumber daya sesuai dengan target
Indeks kebahagiaan merupakan panduan yang cukup efektif dalam penentuan
kebijakan karena terdapat pemahaman yang jelas mengenai keberhasilan program
kegiatan serta kelemahan sumber daya dari waktu ke waktu.
4. Mengukur kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat
Komponen indikator GNH bertujuan untuk menerangkan kesejahteraan masyarakat
secara kompleks dan terperinci. Hal ini juga memerlukan metodologi pengukuran
yang mudah untuk dimengerti masyarakat.
5. Mengukur kemajuan seiring waktu
Indeks kebahagiaan alat ukur yang peka terhdap perubahan dari waktu ke waktu
sehingga dapat diamati selama dekade terakhir. Beberapa indikator akan langsung
responsif terhadap perubahan dalam kebijakan yang relevan.
6. Membandingkan kemajuan di seluruh wilayah
Indeks kebahagiaan mampu memberikan makna perbandingan pada karakter daerah
yang bervariasi sehingga survei dapat dilakukan pada seluruh daerah.
Berdasarkan tujuan pengukuran kebahagiaan melalui GNHI, dalam penelitian ini
memiliki tujuan yang identik pada tujuan nomor 4 yaitu untuk mengukur kebahagiaan dan
kesejahteraan rakyat. GNHI sendiri menurut Haryanto, J. dapat dipilah ke dalam
kelompok-kelompok dan wilayah, sehingga dapat digunakan untuk merancang kebijakan
dan program peningkatan kebahagiaan secara rinci dan terpadu baik oleh pemerintah pusat,
daerah, LSM atau dunia usaha, dimana dalam penelitian pengukuran kebahagiaan melalui
GNHI dipilah ke dalam kelompok masyarakat lokal pekerja sektor kegiatan wisata dan
kelompok masyarakat pekerja sektor pendukung atau luar wisata di wilayah studi.
2.3.3 Domain dan Indikator GNHI
Ura, dkk (2012) menentukan domain dan indikator indeks kebahagiaan berdasarkan
lima kriteria yaitu :
1. Mencerminkan nilai normatif indeks kebahagiaan yang telah diartikulasikan dalam
dokumen resmi pembangunan
2. Setiap domain dan indikator telah dianalisis untuk memastikan ketahanan
22
3. Mencerminkan kebahagiaan sehingga dapat dilakukan peningkatan
4. Harus relevan untuk tindakan kebijakan publik
5. Mudah dimengerti masyarakat dan berhubungan dengan pengalaman hidup
Berdasarkan hal tersebut, indeks kebahagiaan memiliki sembilan domain yang
terdiri dari tiga golongan domain yaitu domain standar (standard domain) meliputi standar
hidup, kesehatan dan pendidikan, domain baru (newer domain) meliputi penggunaan
waktu, tatanan pemerintah dan keragaman ekologi serta domain inovatif (innovative
domain) meliputi kesejahteraan psikologis, vitalitas komunitas dan keragaman budaya
(Ura, dkk, 2012).
Gambar 2.2 Domain dan Indikator Indeks Kebahagiaan Sumber: (Ura, dkk, 2012)
Berdasarkan Gambar 2.2, Indeks kebahagiaan sendiri memiliki 33 indikator dan
129 variabel. Indikator indeks kebahagiaan terdiri dari indikator subyektif dan obyektif.
Terdapat sembilan indikator subyektif antara lain yaitu kepuasan hidup, emosi positif dan
negatif, spiritualitas, catatan status kesehatan diri, kebebasan politik, kinerja pemerintah,
tanggung jawab terhadap lingkungan dan persepsi terhadap isu lingkungan. Serta terdapat
enam indikator yang dilaporkan sendiri yaitu pengetahuan, norma, hubungan keluarga,
hubungan masyarakat, bahasa dan driglam namzha (Ura, dkk, 2012).
23
Indeks kebahagiaan merupakan dimensi kepuasan hidup yang mengarah pada
kesejahteraan subyektif, sehingga penting untuk menyertakan kajian indikator subyektif
yang berguna ketika indikator obyektif tidak cukup untuk menjelaskan aspek penting
dalam sebuah domain. Aspek subyektif tersebut sangat penting untuk diukur karena
merupakan hal yang paling inti dalam kesejahteraan (Ura, dkk, 2012). Berikut ini Tabel 2.2
adalah rincian penjelasan indikator dan variabel indeks kebahagiaan.
24
Tabel 2.2 Indikator dan Variabel Indeks Kebahagiaan No Domain Indikator Variabel Bobot
1 Kesejahteraan
psikologis
Kepuasan hidup Tingkat kepuasaan terhadap kesehatan, pekerjaan, keluarga, standar hidup dan keseimbangan kerja 33%
Emosi positif Emosi positif adalah perasaan kasih sayang, kemurahan hati, pengampunan, kepuasan dan ketenangan 17%
Emosi negatif Emosi negatif diwakili oleh keegoisan, kecemburuan, iri hati, amarah, rasa takut dan khawatir 17%
Spiritualitas Tingkat spiritual yang diakui, pengakuan dosa, ritual ibadah, keterlibatan dalam kegiatan rohani 33%
2 Kesehatan Catatan status kesehatan diri Kondisi status kesehatan masyarakat selama satu 1 bulan terakhir 10%
Kesehatan sehari-hari Jumlah 'hari sehat' responden dalam satu bulan terakhir 30%
Difabel Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya kecacatan yang membatasi. 30%
Kesehatan mental Kualitas kesehatan mental individu 30%
3 Pendidikan Keaksaraan Seseorang dapat dikatakan melek huruf bila mampu membaca dan di salah satu bahasa sehari-hari 30%
Kualifikasi pendidikan Pendidikan yang berkualifikasi apabila seseorang mampu menyelesaikan enam tahun wajib belajar dari
pendidikan formal, non-formal dan sekolah monastic 30%
Pengetahuan Pengetahuan diluar pendidikan formal, yaitu pengetahuan terkait legenda dan cerita rakyat, festival lokal, lagu
tradisional, penularan HIV-AIDS dan pengetahuan tentang pemerintahan. 20%
Norma Persepsi masyarakat pada tindakan membunuh, mencuri, berbohong, menciptakan ketidakharmonisan dalam
hubungan sosial dan pelecehan seksual. 20%
4 Keragaman budaya Bahasa Tingkat kefasihan bahasa ibu yang dilaporkan sendiri. 20%
Partisipasi budaya Frekuensi partisipasi dalam kegiatan sosial budaya dalam 12 bulan terakhir 30%
Keterampilan seni
Minat dan pengetahuan masyarakat di tiga belas seni dan kerajinan di Bhutan yaitu tenun, border, lukisan,
pertukangan, ukiran, patung, casting, blacksmithing, karya bambu, goldsmithing, silversmithing, pengrajin
batu, karya dengan kulit dan karya dengan kertas.
30%
Driglam Namzha
(Upacara Adat) Perilaku masyarakat seperti cara bergerak, makan dan berpakaian di acara-acara resmi dan di ruang formal. 20%
5 Penggunaan waktu
Penggunaan waktu jam kerja
Penggunaan waktu jam kerja dalam satu hari dimana waktu kerja standar adalah 8 jam/sehari. Dalam hal ini
definisi kerja juga mencakup pekerjaan yang bahkan belum dibayar seperti pemerhati anak, woola (tenaga
kerja pembantu dalam suatu komunitas) dan pekerja sukarela dan pembantu informal.
50%
Penggunaan waktu jam
tidur/istirahat Penggunaan waktu jam tidur/istirahat dalam satu hari dimana waktu tidur standar adalah 8 jam/sehari. 50%
6 Tatanan Pemerintah
Kebebasan politik
Persepsi masyarakat tentang tujuh kebebasan politik yaitu kebebasan berbicara dan berpendapat, hak untuk
memilih, hak untuk bergabung dengan partai politik pilihan mereka, hak untuk membentuk asosiasi atau
menjadi anggota dari asosiasi, hak untuk akses yang sama dan kesempatan untuk bergabung dengan layanan
publik, hak untuk upah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya dan kebebasan dari diskriminasi
berdasarkan ras,jenis kelamin.
10%
Partisipasi politik
Partisipasi politik dalam hal ini adalah keikutsertaan voting dalam pemilu dan frekuensi kehadiran di
pertemuan masyarakat. 40%
Kinerja pemerintah Penilaian subyektif masyarakat terkait kinerja pemerintah dalam 12 terakhir bulan pada tujuan utama dari
pemerintahan yang baik yaitu tenaga kerja, kesetaraan, lingkungan dan budaya. 10%
25
No Domain Indikator Variabel Bobot
Penyediaan layanan
Menilai penyediaan layanan berdasarkan pelayanan kesehatan, pembuangan limbah, akses listrik dan pasokan
air yang kualitas. 40%
7 Vitalitas komunitas Hubungan masyarakat Hubungan masyarakat dinilai berdasarkan rasa kenyamanan dan kepercayaan dengan tetangga. 20%
Hubungan keluarga Hubungan keluarga dinilai berdasarkan rasa kenyamanan dan kepercayaan dengan keluarga yang dinilai dari
titik lemah sampai kuat. 20%
Keamanan Keamanan di masyarakat dinilai berdasarkan kejadian kejahatan dalam 12 bulan terakhir. 30%
Donasi Waktu dan uang yang dikeluarkan individu untuk donasi dalam acara amal atau penggalangan dana 30%
8 Keanekaragaman
ekologi
Isu lingkungan / Polusi Tingkat kesadaran masyarakat yang dirasakan dalam permasalahan lingkungan 10%
Tanggung jawab terhadap
lingkungan
Mengukur perasaan pribadi tanggung jawab terhadap lingkungan. Hal ini penting untuk memperkuat sikap
yang akan mendorong orang untuk menjadi ramah lingkungan dan untuk mengidentifikasi kerusakan apapun
di saat yang sangat sadar lingkungan dilihat dari warga.
10%
Isu-isu perkotaan
Perhatian masyarakat terhadap empat isu perkotaan yaitu kemacetan lalu lintas, ruang hijau yang tidak
memadai, kurangnya jalan pejalan kaki dan lingkungan tercemar. Isu-isu perkotaan dapat dikembangkan
sesuai dengan wilayah studi.
40%
Kerusakan oleh satwa liar
Adanya satwa liar di sini dapat mengindikasikan adanya di kerusakan tanaman yang berkonsekuensi pada
ekonomi bagi petani, rumah tangga serta mengganggu pola tidur dan dapat menciptakan kecemasan dan rasa
tidak aman. Dinilai dengan kehadiran dan ketidakhadirannya kerusakan dan tingkat keparahan kerusakan.
40%
9 Standar hidup Pendapatan rumah tangga per
kapita
Pendapatan rumah tangga termasuk pendapatan yang diperoleh oleh semua individu dalam rumah tangga dari
berbagai sumber dalam atau di luar negeri. 33%
Asset
Indikator aset telah digunakan sebagai indikator standar hidup dalam banyak studi, karena menggambarkan
kesejahteraan rumah tangga. Aset rumah tangga seperti seperti barang-barang tahan lama dan semi-tahan
lama dari penggunaan sehari-hari, antara lain yaitu, telepon,handphone, komputer/laptop, kulkas, televisi,
motor, mobil, kepemilikan tanah dan kepemilikan ternak.
33%
Kualitas rumah
Rumah merupakan kebutuhan dasar bagi seseorang, tempat dimana sebagian besar menghabiskan waktu,
sehingga kualitas rumah juga berpengaruh pada kondisi sosial, Kualitas rumah dinilai berdasarkan tiga aspek
yaitu konstruksi rumah, konstruksi MCK dan rasio kamar.
33%
Sumber: (Ura, dkk 2012)
26
Berdasarkan Tabel 2.2, dapat diketahui bahwa indikator indeks kebahagiaan sama-
sama memiliki bobot, dimana bobot tersebut tidak ditentukan berdasarkan peringkatnya
secara permanen karena sangat berpengaruh bagi kelompok atau lembaga tertentu. Setiap
indikator memiliki total bobot sebesar 100% dimana indikator obyektif atau yang lebih
handal memiliki bobot yang relatif lebih tinggi. Pembobotan telah memperhitungkan
tingkat akurasi dan mencegah perubahan indeks kebahagiaan pada masa depan yang
terpengaruh oleh kerangka acuan atau perubahan aspirasi seseorang yang memungkinkan
berpengaruh pada indikator subyektif atau berdasarkan laporan diri mereka sendiri.
Banyaknya indikator subyektif bisa menjadi kelemahan dari indeks kebahagiaan namun,
pengujiaan terhadap indeks kebahagiaan telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang
relatif baik untuk perubahan struktur indikator yang kecil (Ura, dkk, 2012).
Hal yang perlu diingat, tidak semua indikator relevan untuk diterapkan di semua
wilayah contohnya pada indikator kerusakan lahan pertanian akibat satwa liar kurang
relevan bagi wilayah perkotaan dan indikator Driglam Namzha yaitu etika dalam
berperilaku dan berpakaian di depan umum dan upacara formal serta pengaturan
kebudayaan pada Negara Bhutan hanya berlaku di Negara Bhutan. Demikian pula dengan
indikator kesehatan mental yang perlu memperhatikan catatan kesehatan mental
masyarakat dan indikator donasi dalam acara amal yang lebih banyak diterapkan di Negara
Bhutan. Uraian dari domain dan indikator ini nantinya akan digunakan untuk menentukan
domain dan indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini.
2.3.4 Ambang Batas dalam GNHI
Indeks kebahagiaan sendiri memiliki dua macam ambang batas, yaitu ambang batas
kecukupan dan ambang batas kebahagiaan. Ambang batas kecukupan digunakan untuk
menentukan apakah seseorang atau rumah tangga telah mencapai kecukupan pada masing-
masing indikator. Beberapa ambang batas kecukupan indikator tersebut menggunakan
standar nasional, namun terdapat juga indikator-indikator yang tidak diatur dalam literatur
maupun standar internasional. Sehingga, dalam beberapa indikator mengandalkan
penilaian normatif yang disesuaikan dengan peraturan dan kondisi wilayah studi (Ura,
dkk,2012).
Ambang batas kedua yaitu ambang batas kebahagiaan yaitu seberapa banyak
indikator atau berapa banyak persen yang harus dicapai seseorang agar bisa disebut sebagai
bahagia. Ambang batas kebahagiaan sendiri memiliki tiga hal yang perlu diperhatikan
yaitu:
27
a. Adanya keragaman karena tidak semua indikator dapat diterapkan secara
universal
b. Adanya pengukuran yang kurang akurat akibat perbedaan atau keragu-raguan
seseorang dalam mengatakan apa yang terjadi sebenarnya (takut tampak bangga
atau pamer). Dengan adanya hal ini maka ambang batas kebahagiaan tidak
semuanya harus memiliki kecukupan di setiap domainnya.
c. Adanya kebebasan memilih dimana beberapa orang dapat merasakan
kebahagiaan tanpa mencapai kecukupan dalam setiap domain.
Berdasarkan tiga hal tersebut, indeks kebahagiaan mengakui adanya keterbatasan
ukuran kuantitatif sehingga ukuran seseorang yang bahagia tidak harus memenuhi 100%
domain tetapi cukup 66% dari domain yang telah ditetapkan. Uraian ambang batas dalam
GNHI ini nantinya akan dijadikan pertimbangan dan dasar penentuan ambang batas yang
digunakan dalam penelitian ini.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan literatur dalam penelitian adalah
penelitian terkait tentang dampak perkembangan pariwisata pada masyarakat yaitu “Peran
Pembangunan Kawasan Wisata Jawa Timur Park II terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat di Sekitarnya” oleh Anggraeni, S. (2014), “Peran Pariwisata terhadap
Kesejahteraan Masyarakat di Sektor Lapangan Pekerjaan dan Perekonomian tahun 2009-
2013 (Studi Kasus : Kota Batu)” oleh Luthfi, R. (2013), dan “Perubahan Fungsi Keluarga
sebagai Dampak adanya Obyek Wisata (Studi Kasus Perubahan Fungsi Ekonomi Keluarga
Petani Pada Wilayah Obyek Wisata BNS Desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu)” oleh Yanti
(2014).
Penelitian terdahulu yang dipergunakan juga terkait dengan tingkat kebahagiaan
yaitu “An Extensive Analysis of GNH Index” oleh Ura, dkk (2012) dan “Pengukuran
Kinerja Pembangunan Perdesaan dengan Pendekatan Gross National Happines Index
(Studi Kasus : Kecamatan Pagak dan Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang)” oleh
Dayana, Surjono & Sutikno (2015). Berikut ini Tabel 2.3 merupakan penjabaran dari
penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan literatur.
28
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Sumber Tujuan Metode Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan
Peran Pembangunan
Kawasan Wisata Jawa
Timur Park II terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat di Sekitarnya
Anggraeni, S. 2014. .Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas
Brawijaya Malang.
Mengetahui peran pembangunan
kawasan wisata Jawa Timur Park II terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat di Sekitarnya
Pengumpulan data
menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi
Pendekatan Fenomenologis
Pembangunan Kawasan Wisata
JTP II berdampak pada:
Terciptanya lapangan pekerjaan
baru
Memicu perbaikan infrastruktur
dan mempermudah akses
transportasi
Kemacetan
Bergesernya budaya lokal
Kesenjangan sosial
Perubahan alih fungsi lahan
Hasil yang
diharapkan mampu
mengetahui
dampak
pembangunan obyek wisata
terhadap
masyarakat
Pembangunan pariwisata
dalam hal ini adalah obyek wisata BNS
Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui tingkat
kebahagiaan masyarakat
secara holistik
Analisis menggunakan
bantuan alat ukur GNHI
Peran Pariwisata
terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Sektor
Lapangan Pekerjaan dan
Perekonomian tahun
2009-2013 (Studi Kasus : Kota Batu)
Luthfi, Renaldy R.
2013. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Malang.
Mengetahui gambaran tentang
kesejahteraan masyarakat Kota
Batu, khususnya di sektor Lapangan pekerjaan dan
Perekonomian daerahnya
Pengumpulan data
menggunakan wawancara,
observasi dan dokumentasi
Metode Kualitatif
Fenomenologi
Pariwisata memiliki peran positif
terhadap kesejahteraan masyarakat Kota Batu di sektor
lapangan pekerjaan dan
perekonomian
Masyarakat merasakan terjadi
peningkatan lapangan pekerjaan dan pendapatan walapun tidak
secara kontinue tiap tahun
Dampak negatif yang dirasakan
sektor pertanian menurun, kemacetan dan tanah semakin
tidak subur
Hasil yang
diharapkan
mampu mengetahui
dampak
pariwisata
terhadap kesejahteraan
masyarakat
Pariwisata dalam hal ini
yang berada di Desa Oro-
Oro Ombo
Kesejahteraan masyarakat
dalam penelitian ini
secara kseluruhan tidak
hanya di aspek
perekonomian
Analisis menggunakan
bantuan alat ukur GNHI
Perubahan Fungsi
Keluarga sebagai
Dampak adanya Obyek
Wisata (Studi Kasus Perubahan Fungsi
Ekonomi Keluarga
Petani Pada Wilayah
Obyek Wisata BNS Desa Oro-Oro Ombo, Kota
Batu)
Yanti, Restian D.
2014. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya.
Mengetahui bentuk perubahan
fungsi ekonomi dalam keluarga
masyarakat Desa Oro-Oro Ombo
sebagai akibat adanya
industrialiasai pariwisata
Pengumpulan data
menggunakan wawancara,
observasi dan dokumentasi
Metode kualitatif deskriptif
dengan pendekatan studi kasus
Masyarakat lokal yang awalnya
bekerja di sektor agraris beralih
ke sektor industrialiasasi
pariwisata
Pembangunan obyek wisata
BNS mampu menyerap tenaga kerja masyarakat lokal tetapi
hanya pada tingkat mikro
Kegiatan sosial budaya di Desa
Oro-Oro Ombo menurun
Hasil yang
diharapkan
mampu
mengetahui
dampak obyek
wisata BNS
terhadap
masyarakat lokal
Desa Oro-Oro Ombo
Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui tingkat
kebahagiaan masyarakat
Analisis menggunakan
bantuan alat ukur GNHI
An Extensive Analysis of
GNH Index
Ura,Alkire,Zangmo
&Wangdi (2012).
Thimphu,Bhutan. The Centre for Bhutan
Studies
Mengetahui indeks kebahagiaan
Negara Bhutan
Metode pengumpulan data
menggunakan kuesioner
Menggunakan Gross National
Happiness Index (GNHI)
Hasil perhitungan GNH Indeks
menunjukkan
Persentase masyarakat yang
bahagia dan tidak bahagia
Indikator yang paling
Menganalisis
indeks
kebahagiaan
indikator GNHI dengan
33 variabel indeks
kebahagiaan mengalami
perubahan yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebudayaan
29
Judul Penelitian Sumber Tujuan Metode Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan
berkonstribusi pada indeks
kebahagiaan
Indeks kebahagiaan
berdasarkan pembagian wilayah
Indeks kebahagiaan
berdasarkan demografi dan ekonomi (pendapatan,
pekerjaan, pendidikan, umur,
gender,status perkawinan)
kuesioner
wilayah studi
Fokus penelitian pada
indeks kebahagiaan
masyarakat lokal di
wilayah kegiatan wisata
Indeks kebahagiaan
dipergunakan untuk
menunjukkan tingkat
kebahagiaan masyarakat
yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan luar
kegiatan wisata
Pengukuran Kinerja
Pembangunan Perdesaan
dengan Pendekatan
Gross National Happines Index (Studi
Kasus : Kecamatan
Pagak dan Kecamatan
Donomulyo, Kabupaten Malang)
Dayana, Surjono &
Sutikno (2015)
Planning for Urban
Region and Environment (PURE)
Volume 4 No.4.
Mengetahui indeks kebahagiaan
masyarakat (masyarakat pemanfaat
PNPM dan masyarakat non
pemanfaat PNPM)
Mengetahui keterkaitan indeks
kebahagiaan masyarakat (masyarakat pemanfaat PNPM)
dengan program PNPM Mandiri
Perdesaan
Metode Pengumpulan data
dengan studi instansi,
kuesioner, observasi, serta
wawancara
Metode analisis dengan Gross
National Happiness Index (GNHI) dan analisis deskriptif
Adanya perbedaan indeks
kebahagiaan antara masyarakat
pemanfaat PNPM dan
masyarakat non pemanfaat
PNPM
Jenis bantuan program PNPM
belum dapat melingkupi seluruh
persentase kecukupan indikator
kebahagiaan
Menganalisis
indeks
kebahagiaan
dengan
menggunakan
kuesioner
dengan 9
indikator GNHI
Dalam penelitian ini
Indeks Kebahagiaan tidak
dikaitkan dengan program
PNPM Pedesaan maupun
kemiskinan Pedesaan,
namun terkait
kesejahteraan masyarakat
lokal terhadap keberadaan
kegiatan wisata di wilayah studi
30
2.5 Kerangka Teori
Penilaian Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Kegiatan Wisata
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Masyarakat Lokal di Area Wisata
Masyarakat lokal di area wisata
memiliki kesempatan yang sama dan
seluas-luasnya dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan
penyelenggaraan kepariwisataan.
UU Nomor
10 Tahun
2009
Dampak Kegiatan Wisata Pada Masyarakat Lokal
Terbukanya lapangan kerja, memberikan pendapatan tambahan, ingin mempelajari
budaya serta adat istiadat agar bisa disajikan pada wisatawan, menguasai beberapa
bahasa asing. Dampak negatif terhadap lingkungan alam lingkungan dan lingkungan
budaya.
Waluya
(2012)
Pariwisata
Pengertian Pariwisata
UU Nomor 10
Tahun 2009
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata yang didukung oleh masyarakat,
pengusaha dan pemerintah.
Murphy dalam
Pitana & Gayatri
(2005)
Pariwisata adalah keseluruhan dari elemen -
elemen terkait wisatawan, daerah tujuan wisata,
perjalanan, industri dan lain-lain yang
merupakan akibat dari perjalanan wisata ke
daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan
tersebut dilakukan secara tidak permanen
Suwardjoko &
Warpani (2007)
Pariwisata adalah fenomena politik – sosial –
ekonomi – budaya - fisik yang muncul sebagai
wujud kebutuhan manusia dan Negara serta
interaksi antara wisatawan dengan masyarakat
tuan rumah, sesama wisatawan, pemerintah dan
pengusaha berbagai jenis barang dan jasa yang
diperlukan oleh wisatawan.
Kegiatan Wisata
UU No.10 Tahun
2009
Kegiatan wisata diwujudkan melalui
penyediaan daya tarik wisata, penyediaan
kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata,
jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan
minuman, penyediaan akomodasi,
penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi,
penyelenggaraan pertemuan, perjalanan
insentif, konferensi dan pameran, jasa informasi
pariwisata, jasa konsultan pariwisata, jasa
pramuwisata dan spa
Salah, W.,
L.J.Crampon &
L.M. Roth Field
(1997)
kegiatan masyarakat diluar kepariwisataan
namun mendukung kegiatan tersebut menjadi
dua yaitu pengadaan prasarana umum (general
infrastructures) dan kebutuhan masyarakat
banyak (basic needs of civilized life).
kegiatan pendukung dan penunjang pariwisata
yaitu sarana pelengkap pariwisata
(supplementing tourism superstructures) dan
sarana penunjang pariwisata (supporting
tourism superstructures).
Pendit (2002)
Masyarakat Lokal
Pengertian Masyarakat Lokal
Soekanto
(2006)
Masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan dan mereka mempunyai
kesamaan wilayah, identitas,
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan
perasaan persatuan yang diikat oleh
kesamaan
Emile
Durkheim
(dalam
Taneko,
1984)
Masyarakat merupakan manusia yang
hidup bersama, bercampur untuk waktu
yang cukup lama, mereka sadar bahwa
mereka merupakan suatu kesatuan,
mereka merupakan suatu sistem hidup
bersama
Ciri-Ciri Masyarakat Lokal
hubungan yang lebih mendalam dan
erat, sistem kehidupan umumnya
berkelompok dengan dasar
kekeluargaan, sebagaian besar warga
hidup dari pertanian masyarakatnya
cenderung homogen (mata
pencahariaan, agama, adat-istiadat dan
sebagainya), sangat giat bekerja,
sederhana mudah curiga, menjunjung
tinggi kesopanan, lugas, memiliki
perasaan “minder” dengan masyarakat
perkotaan, menghargai orang lain,
gotong royong, demokratis dan sangat
religius
Waluya ,B
Masyarakat lokal khususnya yang bekerja di kegiatan wisata memiliki kepentingan
ekonomi untuk mendapatkan pendapatan tambahan sehingga hubungan yang semula
didasarkan pada keramah-tamahan tradisional dapat berubah menjadi keramah-
tamahan yang dikomersialkan
Nasir
(2014)
Adanya kontak dengan budaya lain dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan
baru sehingga dapat menimbulkan munculnya toleransi terhadap perbuatan
menyimpang. ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu dapat
menimbulkan reaksi berupa perlawanan atau pertentangan untuk mengubahnya Pitana &
Gayatri
(2005)
Penelitian Terdahulu
Anggraeni, S. 2014. Peran Pembangunan Kawasan Wisata Jawa Timur Park II
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya.
Luthfi, Renaldy R. 2013. Peran Pariwisata terhadap Kesejahteraan Masyarakat di
Sektor Lapangan Pekerjaan Tahun 2009-2013 (Studi Kasus:Kota Batu).
Yanti, Restian D. 2014. Perubahan Fungsi Keluarga sebagai Dampak adanya
Obyek Wisata (Studi Kasus Perubahan Fungsi Ekonomi Keluarga Petani pada
Wilayah Obyek Wisata BNS, Desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu).
Dayana, dkk. 2015. Pengukuran Kinerja Pembangunan Perdesaan dengan
Pendekatan Gross National Happines Index (Studi Kasus : Kecamatan Pagak dan
Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang)
Ura, dkk. 2012. An Extensive Analysis of GNH Index
Gross National Happiness Index
(GNHI)
Pengertian Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah perasaan
yang lebih mendalam dan
obyektif menyangkut
pengembangan seluruh aspek
kehidupan suatu individu
BPS
Jawa
Timur
(2015)
Veenho
ven,
2004
Kebahagiaan merupakan
refleksi dari kondisi kehidupan
dan tingkat kesejahteraan yang
telah dicapai
NDP
Steering
Commit
tee
(2013)
Hasil dari transformasi
kesejahteraan yang terdiri dari
9 domain kebahagiaan
Tujuan GNHI
Mengukur kebahagiaan dan
kesejahteraan rakyat yang
dapat dipilah ke dalam
kelompok - kelompok dan
wilayah.
Ura,
dkk
(2012)
Domain dan Indikator GNHI
9 domain kebahagiaan yaitu
Kesejahteraan psikologis
Kesehatan
Pendidikan
Keragaman budaya
Penggunaan waktu
Tatanan pemerintah
Vitalitas komunitas
Keanekaragaman ekologi
Standar hidup
dan terdiri dari 33 indikator
Ura,
dkk
(2012)
Ambang Batas GNHI
Ambang batas kecukupan
digunakan untuk menentukan
apakah seseorang atau rumah
tangga telah mencapai
kecukupan pada masing-
masing indikator
Ambang batas kebahagiaan
yaitu seberapa banyak
indikator atau berapa banyak
persen yang harus dicapai
seseorang agar bisa disebut
sebagai bahagia
Ura,
dkk
(2012)
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian mengenai penilaian tingkat kebahagiaan masyarakat lokal terhadap
keberadaan kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan statistik. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran tentang
karakteristik tertentu (variabel tertentu) dari suatu subyek yang sedang menjadi perhatian
dalam kegiatan penelitian (Nuryaman & Christina, 2015). Pendekatan statistik yaitu
pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami dengan menguraikan atau
memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan (Hasan, 2006).
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
dapat ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Dalam menentukan variabel penelitian
perlu adanya definisi operasional terlebih dahulu. Definisi operasional bertujuan agar
penelitian sesuai dengan definisi konsep serta dapat menjadi acuan pembahasan penelitian.
Adapun definisi operasional variabel tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Penilaian
Penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik
atau buruk, penilaian biasanya bersifat kualitatif, dimana sebelum kita melakukan
penilaian dilakukan pengukuran (kuantitatif) terlebih dahulu. Penilaian sendiri
memiliki fungsi selektif (pemilihan), diagnosis (mengetahui sebab-sebab kelebihan dan
kelemahan), penempatan (sesuai, tidak sesuai) dan pengukur keberhasilan (mengetahui
sejauh mana suatu program atau kegiatan berhasil diterapkan).
Penilaian dalam penelitian ini memiliki fungsi diagnosis yaitu melalui konstribusi
kecukupan domain. Penilaian dalam penelitian ini juga sebagai pengukur keberhasilan
suatu kegiatan dalam hal ini yaitu keberadaan kegiatan wisata terhadap kebahagiaan
masyarakat lokal menggunakan Gross National Happiness Index (GNHI).
32
2. Kebahagiaan
Kebahagiaan dalam hal ini adalah adalah perasaan yang lebih mendalam bersifat
subyektif maupun obyektif sebagai hasil transformasi dan terjemahan dari
kesejahteraan menyangkut pengembangan pada 9 domain kehidupan suatu individu
yaitu kesejahteraan psikologis, kesehatan, pendidikan, keragaman budaya dan
ketahanan, penggunaan waktu, tatanan pemerintah, vitalitas komunitas,
keanekaragaman ekologi dan ketahanan dan standar hidup.
3. Kegiatan
Kegiatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online tahun 2016 adalah
aktivitas, usaha, pekerjaan atau kekuatan dan ketangkasan. Kegiatan merupakan bagian
dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian
dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program. Kegiatan dalam penelitian ini
adalah kegiatan wisata yang merupakan bentuk kegiatan dalam mencapai kemajuan
pariwisata.
Gross National Happiness Index memiliki 9 domain, 33 indikator dan 129 variabel.
Domain indeks kebahagiaan memiliki bobot yang sama, dimana bobot tersebut tidak
ditentukan berdasarkan peringkatnya secara permanen karena sangat berpengaruh bagi
kelompok atau lembaga tertentu. Setiap domain memiliki total bobot sebesar 100% dimana
domain-domain tersebut memiliki indikator subyektif dan obyektif. Indikator obyektif atau
yang lebih handal memiliki bobot yang relatif lebih tinggi (Ura, dkk, 2012).
Pembobotan tersebut telah memperhitungkan tingkat akurasi dan mencegah
perubahan indeks kebahagiaan pada masa depan yang terpengaruh oleh kerangka acuan
atau perubahan aspirasi seseorang yang memungkinkan berpengaruh pada indikator
subyektif atau berdasarkan laporan diri mereka sendiri. Banyaknya indikator subyektif bisa
menjadi kelemahan dari indeks kebahagiaan namun, pengujiaan terhadap indeks
kebahagiaan telah dilakukan oleh Ura, dkk (2012) dan menunjukkan hasil yang relatif baik
untuk perubahan struktur indikator yang kecil.
Hal yang perlu diperhatikan adalah tidak semua indikator relevan untuk diterapkan
di semua wilayah. Berdasarkan Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016 tidak terdapat adanya
masyarakat lokal desa yang memiliki keterbatasan mental. Driglam Namzha yang
merupakan upacara dan adat dalam berpakaian di Bhutan juga kurang relevan digunakan
diluar wilayah Bhutan. Selain itu berdasarkan wawancara dengan Pemerintah Desa Oro-
Oro Ombo tidak terdapat adanya laporan kerusakan areal persawahan atau perkebunan dari
binatang buas dan tidak terdapat program pengumpulan amal/donasi di Desa Oro-Oro
33
Ombo. Dengan pertimbangan tersebut reduksi indikator dilakukan yaitu 33 indikator
menjadi 29 indikator dimana indikator catatan kesehatan mental, Driglam Namzha (adat di
Bhutan), donasi dan kerusakan oleh satwa liar tidak dipergunakan dalam penelitian ini.
Penelitian menggunakan metode GNHI dengan mereduksi indikator juga pernah dilakukan
oleh Dayana, Sutikno & Surjono (2015).
Berikut ini Tabel 3.1 merupakan penjabaran bobot tiap indikator indeks
kebahagiaan yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.1 Bobot Indikator Indeks Kebahagiaan
No Domain Indikator GNHI Indikator yg digunakan
dalam Penelitian
Bobot
GNHI
Bobot yang
digunakan
dalam Penelitian
1 Kesejahteraan
Psikologis
Kepuasan Hidup
Keseimbangan emosi positif
Keseimbangan emosi negatif
Spiritualitas
Kepuasan Hidup
Keseimbangan emosi positif
Keseimbangan emosi negatif
Spiritualitas
33%
17%
17%
33%
33%
17%
17%
33%
2 Kesehatan Catatan Status Kesehatan Diri
Kesehatan sehari-hari
Difabel
Cacatan Kesehatan Mental
Catatan Status Kesehatan Diri
Kesehatan sehari-hari
Difabel
-
10%
30%
30%
30%
20%
40%
40%
-
3 Pendidikan Keaksaraan
Kualifikasi Pendidikan
Pengetahuan
Norma
Keaksaraan
Kualifikasi Pendidikan
Pengetahuan
Norma
30%
30%
20%
20%
30%
30%
20%
20%
4 Keragaman
Budaya
Bahasa
Partisipasi Budaya
Keterampilan Seni
Driglam Namzha
Bahasa
Partisipasi Budaya
Keterampilan Seni
-
20%
30%
30%
20%
27%
36.5%
36.5%
-
5 Penggunaan
Waktu
Penggunaan waktu jam kerja
Penggunan waktu jam tidur
Penggunaan waktu jam kerja
Penggunan waktu jam tidur
50%
50%
50%
50%
6 Tatanan
Pemerintah
Kebebasan Politik
Partisipasi Politik
Kinerja pemerintah
Penyediaan Layanan
Kebebasan Politik
Partisipasi Politik
Kinerja pemerintah
Penyediaan Layanan
10%
40%
10%
40%
10%
40%
10%
40%
7 Vitalitas
Komunitas
Keamanan
Hubungan masyarakat
Hubungan keluarga
Donasi
Keamanan
Hubungan masyarakat
Hubungan keluarga
-
20%
20%
30%
30%
30%
30%
40%
-
8 Keanekaragaman
Ekologi
Polusi
Tanggung jawab terhadap
lingkungan
Isu-isu perkotaan
Kerusakan oleh Satwa Liar
Polusi
Tanggung jawab terhadap
lingkungan
Isu-isu perkotaan
-
10%
10%
40%
40%
23.5%
23.5%
53%
-
9 Standar Hidup Pendapatan rumah tangga
Aset
Kualitas rumah
Pendapatan rumah tangga
Aset
Kualitas rumah
34%
33%
33%
34%
33%
33%
Sumber : Modifikasi dari Ura, dkk (2012)
Untuk menilai indikator tersebut menggunakan beberapa variabel dengan parameter
standar internasional, namun terdapat juga indikator-indikator yang tidak diatur dalam
literatur maupun standar internasional sehingga, juga mengandalkan penilaian normatif
yang disesuaikan dengan peraturan dan kondisi wilayah studi. Indikator kualifikasi
34
pendidikan menggunakan variabel standar pendidikan nasional yaitu 12 tahun wajib
belajar. Indikator pengetahuan meliputi pengetahuan diluar formal pada sejarah
lokal/nasional, lagu lokal/nasional dan tatanan pemerintah, sedangkan pengetahuan akan
penularan HIV-AIDS tidak digunakan karena penyakit tersebut tidak ditemukan pada
wilayah studi. Pada indikator kinerja pemerintah ditambahkan variabel kinerja pemerintah
pada pariwisata mengingat wilayah studi merupakan wilayah pembangunan wisata.
Indikator pendapatan juga mempertimbangkan dari upah minimum regional (UMR)
wilayah studi. Indikator kualitas rumah disesuaikan dengan peraturan SNI 03-1733-2004
tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
Variabel tersebut kemudian dibuat dalam bentuk pertanyaan untuk kuesioner
dengan skala likert yang diajukan pada responden yaitu masyarakat lokal yang bekerja di
sektor kegiatan wisata maupun yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata di Desa
Oro-Oro Ombo. Berikut ini Tabel 3.2 adalah variabel – variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
35
Tabel 3.2 Variabel Penelitian Tujuan Domain Indikator Variabel GNHI Variabel yang digunakan dalam Penelitian Skor
Mengetahui
tingkat
kebahagiaan
masyarakat
lokal di Desa Oro-Oro
Ombo,
Kecamatan
Batu, Kota Batu
Kesejahteraan
psikologis
Kepuasan hidup
- Berapa tingkat kepuasan anda terhadap kondisi kesehatan?
- Berapa tingkat kepuasan anda terhadap pekerjaan?
- Berapa tingkat kepuasan anda terhadap hubungan keluarga?
- Berapa tingkat kepuasan anda terhadap standar hidup?
- Berapa tingkat kepuasan anda terhadap keseimbangan kerja?
- Berapa tingkat kepuasan anda terhadap kondisi kesehatan?
- Berapa tingkat kepuasan anda terhadap pekerjaan?
- Berapa tingkat kepuasan anda terhadap hubungan keluarga?
- Berapa tingkat kepuasan anda terhadap standar hidup?
- Berapa tingkat kepuasan anda terhadap keseimbangan kerja?
1-5 (sangat tidak
puas – sangat puas)
Emosi positif
- Apakah anda sering merasa empati? - Apakah anda sering merasa murah hati?
- Apakah anda sering merasa mudah memaafkan orang lain?
- Apakah anda sering merasa puas/bersyukur?
- Apakah anda sering merasa tenang?
- Apakah anda sering merasa empati? - Apakah anda sering merasa murah hati?
- Apakah anda sering merasa mudah memaafkan orang lain?
- Apakah anda sering merasa puas/bersyukur?
- Apakah anda sering merasa tenang?
1-4 (tidak pernah –
sering)
Emosi negatif
- Apakah anda sering merasa egois?
- Apakah anda sering merasa cemburu? - Apakah anda sering merasa marah?
- Apakah anda sering merasa takut?
- Apakah anda sering merasa khawatir?
- Apakah anda sering merasa egois?
- Apakah anda sering merasa cemburu? - Apakah anda sering merasa marah?
- Apakah anda sering merasa takut?
- Apakah anda sering merasa khawatir?
1-4 (tidak pernah – sering)
Spiritualitas
- Bagaimana gambaran diri anda dalam hal spiritual? - Bagaimana gambaran diri anda dalam hal spiritual? 1-4 (rendah – sangat
tinggi)
- Apakah anda sering mengucapkan doa/mengakui dosa?
- Apakah anda sering beribadah sesuai syariat kepercayaan?
- Apakah anda sering terlibat kegiatan kerohanian?
- Apakah anda sering mengucapkan doa/mengakui dosa?
- Apakah anda sering beribadah sesuai syariat kepercayaan?
- Apakah anda sering terlibat kegiatan kerohanian?
1-4 (tidak pernah –
sering)
Kesehatan Catatan status kesehatan
diri
- Bagaimana kondisi kesehatan secara umum selama 1 bulan
terakhir
- Bagaimana kondisi kesehatan secara umum selama 1 bulan
terakhir
1-5 (sangat buruk-
sangat baik)
Kesehatan sehari-hari - Apakah anda pernah mengalami sakit selama 1 bulan
terakhir? Berapa hari?
- Apakah anda pernah mengalami sakit selama 1 bulan
terakhir? Berapa hari? -
Difabel - Apakah anda mengalami keterbatasan fisik yang membatasi
aktivitas sehari-hari?
- Apakah anda mengalami keterbatasan fisik yang membatasi
aktivitas sehari-hari? 1-2 (ya dan tidak)
Catatan Kesehatan
Mental
- Apakah anda memiliki keterbatasan mental yang membatasi
aktivitas sehari-hari - 1-2 (ya dan tidak)
Pendidikan Keaksaraan - Apakah anda mampu membaca dan menulis? - Apakah anda mampu membaca dan menulis? 1-2 (tidak dan ya)
Kualifikasi pendidikan - Pendidikan terakhir wajib belajar 6 tahun - Pendidikan terakhir (wajib belajar 12 tahun) 1-2 (tidak dan ya)
Pengetahuan
- Bagaimana pengetahuan anda mengenai sejarah lokal
maupun nasional?
- Bagaimana pengetahuan anda mengenai lagu tradisional
maupun nasional? - Bagaimana pengetahuan anda mengenai tatanan
pemerintahan?
- Bagaimana pengetahuan anda mengenai penularan HIV
AIDS
- Bagaimana pengetahuan anda mengenai sejarah lokal
maupun nasional?
- Bagaimana pengetahuan anda mengenai lagu tradisional maupun nasional?
- Bagaimana pengetahuan anda mengenai tatanan
pemerintahan?
1-5 (sangat buruk-sangat baik)
36
Tujuan Domain Indikator Variabel GNHI Variabel yang digunakan dalam Penelitian Skor
Norma
- Bagaimana persepsi anda mengenai tindak pembunuhan?
- Bagaimana persepsi anda mengenai tindak pencurian?
- Bagaimana persepsi anda mengenai tindak kebohongan?
- Bagaimana persepsi anda mengenai tindak pelecehan seksual?
- Bagaimana persepsi anda mengenai tindak pembunuhan?
- Bagaimana persepsi anda mengenai tindak pencurian?
- Bagaimana persepsi anda mengenai tindak kebohongan?
- Bagaimana persepsi anda mengenai tindak pelecehan seksual?
1-5 (tidak tahu-tidak
dibenarkan)
Keragaman budaya Bahasa - Bagaimana tingkat kefasihan anda dalam bahasa ibu?
- Bagaimana tingkat kefasihan anda dalam bahasa ibu (Indonesia)?
1-5 (sangat buruk-sangat baik)
Partisipan budaya - Apakah anda sering berpartisipasi dalam kegiatan sosial-budaya selama 1 tahun terakhir?
- Apakah anda sering berpartisipasi dalam kegiatan sosial-budaya selama 1 tahun terakhir?
1-4 (tidak pernah – sering)
Keterampilan seni - Bagaimana tingkat keahlian anda dalam keterampilan seni? - Bagaimana tingkat keahlian anda dalam keterampilan seni? 1-5 (sangat buruk-
sangat baik)
Driglam Namzha
- Apakah Driglam Namzha penting dalam kehidupan sehari-hari?
- Apakah anda sering mempraktekkan Driglam Namzha
dalam beberapa tahun terakhir?
1-3 (tidak penting-sangat penting)
1-4 (tidak pernah-
sering)
Penggunaan waktu Penggunaan waktu jam
kerja - Lama waktu bekerja - Lama waktu bekerja -
Penggunaan waktu jam
tidur - Lama waktu tidur - Lama waktu tidur -
Good Governance
Kebebasan Politik
- Apakah anda merasa memiliki kebebasan berbicara dan
berpendapat?
- Apakah anda merasa memiliki hak untuk memilih? - Apakah anda merasa memiliki hak untuk bergabung dengan
partai politik pilihan mereka?
- Apakah anda merasa memiliki hak untuk membentuk
asosiasi atau menjadi anggota dari asosiasi? - Apakah anda merasa memiliki hak untuk akses yang sama
dan kesempatan untuk bergabung dengan layanan publik?
- Apakah anda merasa memiliki hak untuk upah yang sama
untuk pekerjaan yang sama nilainya? - Apakah anda merasa memiliki kebebasan dari diskriminasi
berdasarkan ras,jenis kelamin?
- Apakah anda merasa memiliki kebebasan berbicara dan
berpendapat?
- Apakah anda merasa memiliki hak untuk memilih? - Apakah anda merasa memiliki hak untuk bergabung dengan
partai politik pilihan mereka?
- Apakah anda merasa memiliki hak untuk membentuk
asosiasi atau menjadi anggota dari asosiasi? - Apakah anda merasa memiliki hak untuk akses yang sama
dan kesempatan untuk bergabung dengan layanan publik?
- Apakah anda merasa memiliki hak untuk upah yang sama
untuk pekerjaan yang sama nilainya? - Apakah anda merasa memiliki kebebasan dari diskriminasi
berdasarkan ras,jenis kelamin?
1-5 (tidak memiliki-
sangat memiliki)
Partisipasi Politik - Apakah anda sering mengikuti voting dalam pemilu?
- Apakah anda sering mengikuti pertemuan masyarakat
- Apakah anda sering mengikuti voting dalam pemilu?
- Apakah anda sering mengikuti pertemuan masyarakat
1-4 (tidak pernah –
sering)
Kinerja pemerintah
- Bagaimanaa persepsi anda mengenai kinerja pemerintah
tentang ketenagakerjaan?
- Bagaimanaa persepsi anda mengenai kinerja pemerintah
tentang kesetaraan? - Bagaimanaa persepsi anda mengenai kinerja pemerintah
tentang lingkungan dan budaya?
- Bagaimanaa persepsi anda mengenai kinerja pemerintah
tentang ketenagakerjaan?
- Bagaimanaa persepsi anda mengenai kinerja pemerintah
tentang kesetaraan? - Bagaimanaa persepsi anda mengenai kinerja pemerintah
tentang pariwisata?
1-5 (sangat buruk-
sangat baik)
37
Tujuan Domain Indikator Variabel GNHI Variabel yang digunakan dalam Penelitian Skor
- Bagaimanaa persepsi anda mengenai kinerja pemerintah
tentang lingkungan dan budaya?
Penyediaan layanan
- Bagaimana persepsi anda mengenai pelayanan kesehatan?
- Bagaimana persepsi anda mengenai pelayanan pembuangan
limbah?
- Bagaimana persepsi anda mengenai pelayanan akses listrik dan pasokan air?
- Bagaimana persepsi anda mengenai pelayanan kesehatan?
- Bagaimana persepsi anda mengenai pelayanan pembuangan
limbah?
- Bagaimana persepsi anda mengenai pelayanan akses listrik dan pasokan air?
1-5 (sangat buruk-
sangat baik)
Vitalitas komunitas Keamanan
- Apakah sering terjadi tindak kejahatan di lingkungan sekitar dalam setahun terakhir?
- Apakah sering terjadi tindak kejahatan di lingkungan sekitar dalam setahun terakhir?
1-4 (tidak pernah –
sering)
Hubungan keluarga - Bagaimana keakraban dan kenyamanan dengan keluarga?
- Bagaimana kepercayaan anda dengan keluarga?
- Bagaimana keakraban dan kenyamanan dengan keluarga?
- Bagaimana kepercayaan anda dengan keluarga?
1-5 (sangat lemah-
sangat kuat)
Hubungan masyarakat
- Bagaimana keakraban dan kenyamanan anda dengan
tetangga lingkungan sekitar tempat tinggal?
- Bagaimana kepercayaan anda dengan tetangga lingkungan
sekitar tempat tinggal?
- Bagaimana keakraban dan kenyamanan anda dengan
tetangga lingkungan sekitar tempat tinggal?
- Bagaimana kepercayaan anda dengan tetangga lingkungan
sekitar tempat tinggal?
1-5 (sangat lemah-
sangat kuat)
Donasi - Berapa hari anda melakukan kegiatan donasi?
- Berapa yang ada sumbangkan pada kegiatan donasi? - -
Keanekaragaman
ekologi
Polusi
- Apakah kondisi air di lingkungan sekitar tempat tinggal
anda memiliki kualitas yang baik ? (tidak berasa,berwarna,berbau/pencemaran sungai)
- Apakah kondisi udara di lingkungan sekitar tempat tinggal
anda memiliki kualitas yang baik? (tidak berpolusi, tidak
bising) - Apakah kondisi tanah di lingkungan sekitar tempat tinggal
anda memiliki kualitas yang baik?
- Apakah kondisi air di lingkungan sekitar tempat tinggal
anda memiliki kualitas yang baik ? (tidak berasa,berwarna,berbau/pencemaran sungai)
- Apakah kondisi udara di lingkungan sekitar tempat tinggal
anda memiliki kualitas yang baik? (tidak berpolusi, tidak
bising) - Apakah kondisi tanah di lingkungan sekitar tempat tinggal
anda memiliki kualitas yang baik?
1-2 (tidak dan ya)
Tanggung jawab
lingkungan
- Apakah anda merasa bertanggungjawab terhadap
lingkungan sekitar tempat tinggal?
- Apakah anda merasa bertanggungjawab terhadap
lingkungan sekitar tempat tinggal?
1-5 (sangat tidak
bertanggungjawab-
sangat
bertanggungjawab)
Isu-isu Perkotaan - Apakah anda memperhatikan isu-isu perkotaan yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal? (kemacetan, RTH
tidak memadai, polusi, masalah pejalan kaki, dsb)
- Apakah anda memperhatikan isu-isu perkotaan yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal? (kemacetan, RTH
tidak memadai, polusi, masalah pejalan kaki, dsb)
1-5 (sangat kurang
memperhatikan-sangat
memperhatikan)
Kerusakan oleh satwa
liar
- Apakah perkebunan atau pertanian anda pernah mengalami
kerusakan oleh satwa liar?
- Seburuk apakah kerusakan perkebunan atau pertanian anda
oleh satwa liar?
- 1-2 (tidak dan ya)
1-4 (tidak buruk-
sangat buruk)
Standar hidup Pendapatan rumah
tangga per kapita
- 1,096.94 Nu per months
- 14,200 Nu per years
- < Rp 1.000.000 1
- Rp 1.000.000 – 1.500.000 2
38
Tujuan Domain Indikator Variabel GNHI Variabel yang digunakan dalam Penelitian Skor
- 31,834.30 Nu - Rp 1.500.001 - Rp 2.000.000,- 3
- Rp 2.000.001 – Rp 2.500.000,- 4
- Rp 2.500.001 – Rp 3.000.000,- 5
- > Rp 3.000.000 6
Asset Kepemilikan aset rumah tangga seperti kepemilikan
Tanah Kepemilikan aset rumah tangga seperti kepemilikan tanah 1-2 (tidak dan ya)
Kualitas rumah
- Kepemilikan tempat tinggal (bukan milik
sendiri/menumpang)
- Jenis lantai terluas (tanah, non-permanen)
- Jenis dinding terluas (bambu, non-permanen) - Jenis atap terluas (non-permanen)
- Tidak terdapat MCK (sungai)
- Jumlah anggota keluarga >3 org/kamar
- Kepemilikan tempat tinggal (bukan milik
sendiri/menumpang)
- Jenis lantai terluas (tanah, non-permanen)
- Jenis dinding terluas (bambu, non-permanen) - Jenis atap terluas (non-permanen)
- Tidak terdapat MCK (sungai)
- Jumlah anggota keluarga >3 org/kamar
1
- Kepemilikan tempat tinggal (kontrak/dinas)
- Jenis lantai terluas (kayu/semi permanen)
- Jenis dinding terluas (kayu/semi permanen) - Jenis atap terluas (seng/ semi permanen)
- Terdapat MCK semi permanen
- Jumlah anggota keluarga 3 org/kamar
- Kepemilikan tempat tinggal (kontrak/dinas)
- Jenis lantai terluas (kayu/semi permanen)
- Jenis dinding terluas (kayu/semi permanen) - Jenis atap terluas (seng/ semi permanen)
- Terdapat MCK semi permanen
- Jumlah anggota keluarga 3 org/kamar
2
- Kepemilikan tempat tinggal (milik sendiri)
- Jenis lantai terluas (ubin/permanen)
- Jenis dinding terluas (tembok/permanen) - Jenis atap terluas (beton/genteng/permanen)
- Terdapat MCK permanen
- Jumlah anggota keluarga 1-2 org/kamar
- Kepemilikan tempat tinggal (milik sendiri)
- Jenis lantai terluas (ubin/permanen)
- Jenis dinding terluas (tembok/permanen) - Jenis atap terluas (beton/genteng/permanen)
- Terdapat MCK permanen
- Jumlah anggota keluarga 1-2 org/kamar
3
Sumber : Modifikasi dari Ura, dkk (2012)
39
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
pengumpulan data secara sekunder yang berasal literatur dan dari instansi berupa
kebijakan-kebijakan terkait di Kota Batu serta pengumpulan data primer, yakni peneliti
mengambil data secara langsung di lapangan.
3.3.1 Survei Sekunder
Survei sekunder dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi dari berbagai
studi literatur dan studi instansi. Studi literatur dilakukan dengan cara mencari kajian
kepustakaan dari buku-buku, jurnal ilmiah yang berkaitan dengan tingkat kebahagiaan
maupun pariwisata. Berikut ini Tabel 3.3 merupakan data sekunder yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
Tabel 3.3 Data Survei Sekunder
Jenis Data Kegunaan Data Sumber Data Waktu Pengambilan
Data
Profil Desa Oro-Oro Ombo
RPJM Desa Oro-Oro
Ombo
Mengetahui gambaran wilayah
studi
Kantor Desa Oro-Oro
Ombo
13-20 September 2016
Kegiatan Wisata Desa Oro-
Oro Ombo
Mengetahui kegiatan wisata yang
ada di Desa Oro-Oro Ombo
Pertumbuhan kunjungan
wisatawan di Desa Oro-Oro
Ombo
Pokdarwis Oro-Oro
Ombo, Dinas Pariwisata
Kota Batu, Batu Night
Spectacular (BNS)
3.3.2 Survei Primer
Survei primer yang dilakukan dalam penelitian ini memerlukan data yang akurat,
sehingga dalam survei primer ini akan dilakukan adalah penyebaran kuesioner, observasi
dan wawancara. Berikut ini merupakan penjabaran teknik yang dilakukan untuk survei
primer dalam penelitian ini:
1. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terkait dengan keterangan tentang fakta
yang diketahui oleh responden atau juga mengenai pendapat atau sikap (Nasution,
2004). Data kuesioner diajukan kepada responden terkait 9 domain dan 29 indikator
kebahagiaan berdasarkan Gross National Happiness Index yang digunakan untuk input
menghitung indeks kebahagiaan sebagaimana tersaji dalam Lampiran 4 (Hal. L-3 – L-
7).
2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan merupakan teknik perolehan data dengan melakukan
pengamatan langsung dan pencatatan yang sistematis mengenai hal-hal yang berkaitan
40
dengan kegiatan penelitian. Observasi juga dilakukan bila belum banyak keterangan
yang dimiliki tentang masalah yang diselidiki sehingga dari hasil observasi tersebut
dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai permasalahan yang ada (Nasution,
2004). Observasi lapangan yang dilakukan tersebut dilaksanakan pada kegiatan-
kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik perolehan data dengan cara mengumpulkan
informasi berdasarkan keterangan dari narasumber. Wawancara bersifat semi
terstruktur dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara
terstruktur (Sugiyono, 2009). Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan
bantuan pedoman wawancara untuk memudahkan dan memfokuskan pertanyaan yang
tersaji pada Lampiran 1-3 (Hal. L-1 – L-2). Narasumber dalam penelitian ini adalah
perangkat Desa Oro-Oro Ombo, Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Desa Oro-
Oro Ombo dan pegawai struktural di Obyek Wisata Batu Night Spectacular (BNS).
Hasil observasi lapangan dan wawancara digunakan untuk melengkapi dan
mendukung data dari kuesioner. Berikut ini adalah penjabaran survei primer yang akan
dilakukan.
Tabel 3.4 Data Survei Primer
Survei Jenis Data Kegunaan Data Sumber Data Waktu
Pengambilan Data
Observasi
Lapangan
Gambaran umum dan
karakteristik pariwisata Desa
Oro-Oro Ombo
Mengetahui gambaran umum
dan karakteristik wisata Desa
Oro-Oro Ombo
Observasi 13-15 September
2016
Wawancara
Gambaran umum dan
karakteristik pariwisata Desa
Oro-Oro Ombo
Mengetahui gambaran umum
dan karakteristik wisata Desa
Oro-Oro Ombo
Perangkat Desa
Oro-Oro Ombo
Kelompok Sadar
Wisata Desa Oro-
Oro Ombo
Batu Night
Spectacular
(BNS) 30 September– 15
Oktober 2016
Kuesioner
Data pribadi
(umur, gender, pendidikan
tempat bekerja, pendapatan,
pekerjaan)
Mengetahui data pribadi
responden untuk
mengelompokkan tingkat
kebahagiaan menurut kondisi
demografis, sosial dan ekonomi
Masyarakat Lokal
Desa Oro-Oro
Ombo
Hasil jawaban pertanyaan
variabel kebahagiaan
Input dalam menghitung indeks
kebahagiaan
3.4 Populasi dan Sampel
Salah satu hal yang dapat mempengaruhi keakuratan penelitian adalah dengan
menentukan populasi. Populasi adalah keseluruhan obyek yang memiliki karakteristik
tertentu dan lengkap untuk diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
41
masyarakat lokal yang bekerja di Desa Oro-Oro Ombo. Penelitian ini akan menggunakan
sampel dalam pengambilan data primer untuk memudahkan peneliti mengamati seluruh
anggota populasi karena dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga. Sampel adalah jumlah
keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Wardiyanta, 2006).
Perhitungan sampel responden masyarakat lokal disesuaikan dengan tujuan
penelitian yaitu mengidentifikasi dan menganalisis tingkat kebahagiaan masyarakat lokal.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling atau sampel
yang diambil berdasarkan kriteria tertentu yaitu:
1. Responden adalah masyarakat yang tinggal menetap minimal 12 bulan (Nasir S.,
2014).
2. Badan Pusat Statistik menyebutkan usia angkatan kerja adalah 15-64 tahun.
Namun, untuk memberikan gambaran yang lebih luas, responden memiliki batas
minimal usia 17 tahun yang tergolong pada usia remaja akhir dengan kematangan
kognitif (Papalia, Old & Feldman, 2001) sehingga memungkinkan untuk
mengambil keputusan sendiri. Sehingga, dapat ditetapkan, responden dalam
penelitian ini adalah yang memiliki usia 17-64 tahun.
3. Responden memiliki pekerjaan utama (jam kerja normal) pada sektor kegiatan
wisata atau di sektor pendukung atau luar wisata dengan penjabaran sebagai
berikut:
a. Sektor kegiatan wisata dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bekerja
di penyediaan daya tarik wisata, penyediaan kawasan pariwisata, jasa
transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman,
penyediaan akomodasi, penyelenggaran kegiatan hiburan (rekreasi,
pertemuan, perjalanan insentif , konferensi dan pameran) , jasa informasi
wisata, jasa konsultan wisata, jasa pramuwisata dan spa.
b. Sektor pendukung atau luar wisata dalam penelitian ini adalah masyarakat
yang bekerja di pengadaan prasarana umum (pengadaan pembangkit tenaga
listrik dan sumber energi, sistem penyediaan air bersih, sistem jaringan jalan
raya, sistem irigasi dan perhubungan telekomunikasi), kegiatan masyarakat
banyak (rumah sakit, apotik, bank, kantor pos, pom bensin dan kantor
pemerintahan), sarana pelengkap wisata (perusahaan kerajinan tangan, toko
souvenir, toko pakaian, toko perhiasan, toko kelontong, toko foto dan salon)
dan sarana penunjang wisata (night club, casinos dan steambaths).
42
Jumlah penduduk di Desa Oro-Oro Ombo yang bekerja adalah sebanyak 9621 jiwa
namun karena masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan sektor
pendukung luar wisata tidak diketahui secara pasti jumlahnya sehingga penentuan sampel
menggunakan Formula Lemeshow:
Keterangan:
Z = Tingkat Kepercayaan/signifikasi (1,96)
P = Proporsi populasi (0,25)
d = Standar error (0,05)
= 288.12 ~ 300 unit sampel
Berdasarkan perhitungan sampel dengan menggunakan formula Lemeshow
didapatkan sampel minimal sebanyak 288 sampel, sehingga nilai sampel dibulatkan
menjadi 300 sampel. Selanjutnya sampel dialokasikan menjadi dua kelompok yaitu sampel
masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan masyarakat yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kebahagiaan masyarakat lokal terhadap kegiatan wisata secara utuh melalui perbandingan
dua kelompok masyarakat lokal yang berkaitan dengan kegiatan wisata.
Tabel 3.5 Jumlah Sampel Masyarakat Lokal di Desa Oro-Oro Ombo Jumlah
Penduduk
Bekerja
Jumlah
Sampel
Sampel Pekerja di Sektor
Kegiatan pariwisata
Sampel Pekerja di Sektor
Luar/Pendukung Kegiatan
Wisata
9621 300 150 150
Berdasarkan Tabel 3.5 dapat diketahui jumlah sampel pekerja di sektor kegiatan
wisata sebanyak 50% dari jumlah sampel yaitu 150 responden dan sampel pekerja di sektor
luar atau pendukung kegiatan wisata juga sebanyak 50% dari jumlah sampel yaitu 150
responden sehingga jumlah sampel yang berasal dari setiap kelompok sama.
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Gross National Happiness Index (GNHI)
Penelitian ini menggunakan alat ukur kebahagiaan Gross National Happiness Index
(GNHI) berdasarkan penelitian Ura, dkk (2012) . GNHI merupakan metodologi yang
bersifat inovatif, sederhana, akurat dan dapat didekomposisikan. Metode ini dapat
43
digunakan salah satunya untuk mengukur kesejahteraan masyarakat. Sebelum melakukan
perhitungan indeks kebahagiaan hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah.
1. Penerapan Ambang Batas Kecukupan dan Bobot
Setelah mendapatkan jawaban dari responden berdasarkan variabel (x) yang telah
ditentukan langkah selanjutnya yaitu menerapkan ambang batas kecukupan dari jumlah
skor jawaban (∑I). Indeks kebahagiaan memiliki dua macam ambang batas, yaitu
ambang batas kecukupan dan ambang batas kebahagiaan. Ambang batas
kecukupan digunakan untuk menentukan apakah seseorang telah mencapai kecukupan
pada masing-masing indikator.
Sebagaimana variabel yang digunakan, beberapa ambang batas kecukupan tidak
diatur dalam literatur maupun standar internasional sehingga, juga mengandalkan
penilaian normatif yang disesuaikan dengan peraturan dan kondisi wilayah studi.
Selain itu, ambang batas kecukupan juga menggunakan literatur dari penelitian
Dayana, Surjono & Sutikno (2015).
Setelah menerapkan ambang batas kecukupan, indikator yang dapat memenuhi
ambang batas kecukupan (Ak) akan dinilai dengan poin 1 sedangkan yang belum
memenuhi akan dinilai dengan poin 0. Hasil dari poin 0 dan 1 yang didapatkan
kemudian dikalikan dengan bobot (B) masing-masing indikator. Ambang batas
kecukupan (Ak) dan bobot (B) yang digunakan dalam penelitian ini pada Tabel 3.6
berikut ini.
44
Tabel 3.6 Ambang Batas Kecukupan dan Bobot
No Domain (D) Indikator (I) Variabel (x) Skor Ambang Batas Kecukupan Pemenuhan Ambang
Batas Kecukupan (Ak)
Bobot
(B)
1 Kesejahteraan
Psikologis
Kepuasan Hidup
Keseimbangan emosi positif
Keseimbangan emosi negatif
Spiritualitas
Skala likert 5 poin terhadap 5 variabel
Skala likert 4 poin terhadap 5 variabel
Skala likert 4 poin terhadap 5 variabel
Skala likert 4 poin terhadap 4 variabel
5-25
5-20
5-20
4-16
20-25
15-20
15-20
12-16
1 atau 0
1 atau 0
1 atau 0
1 atau 0
33%
17%
17%
33%
2 Kesehatan Catatan Status Kesehatan Diri
Kesehatan sehari-hari
Difabel
Skala likert 5 poin
Jumlah hari sehat responden sebulan terakhir
Difabel
1-5
-
1-2
4-5
21-31
Tidak Difabel
1 atau 0
1 atau 0
1 atau 0
20%
40%
40%
3 Pendidikan Keaksaraan
Kualifikasi Pendidikan
Pengetahuan
Value/Norma
Kemampuan membaca dan menulis
Tingkat pendidikan wajib belajar 12 tahun
Skala likert 5 poin terhadap 3 variabel
Skala likert 5 poin terhadap 4 variabel
1-2
1-2
3-15
4-20
Melek Aksara
SMP/MTs/Sederajat
12-15
20
1 atau 0
1 atau 0
1 atau 0
1 atau 0
30%
30%
20%
20%
4 Keragaman
Budaya
Bahasa
Partisipasi Budaya
Keterampilan Seni
Skala likert 5 poin
Skala likert 4 poin
Skala likert 5 poin
1-5
1-4
1-5
4-5
3-4
4-5
1 atau 0
1 atau 0
1 atau 0
27%
36.5%
36.5%
5 Penggunaan
Waktu
Penggunaan waktu jam kerja
Penggunan waktu jam tidur
Jumlah jam kerja
Jumlah jam tidur
-
-
≤ 8 jam
≥ 8 jam
1 atau 0
1 atau 0
50%
50%
6 Tatanan
Pemerintah
Kebebasan politik
Partisipasi politik
Kinerja pemerintah
Penyediaan Layanan
Skala likert 5 poin terhadap 7 variabel
Skala likert 4 poin terhadap 2 variabel
Skala likert 5 poin terhadap 4 variabel
Skala likert 5 poin terhadap 3 variabel
7-35
2-8
4-20
3-15
28-35
6-8
16-20
12-15
1 atau 0
1 atau 0
1 atau 0
1 atau 0
10%
40%
10%
40%
7 Vitalitas
Komunitas
Hubungan masyarakat
Hubungan keluarga
Keamanan
Skala likert 5 poin terhadap 2 variabel
Skala likert 5 poin terhadap 2 variabel
Skala likert 4 poin
2-10
2-10
1-4
8-10
8-10
3-4
1 atau 0
1 atau 0
1 atau 0
30%
30%
40%
8 Keanekaragaman
Ekologi
Isu-isu perkotaan
Tanggung jawab terhadap lingkungan
Polusi
Skala likert 5 poin
Skala likert 5 poin
Permasalahan polusi
1-5
1-5
3-6
4-5
4-5
6
1 atau 0
1 atau 0
1 atau 0
53%
23.5%
23.5%
9 Standar Hidup Pendapatan rumah tangga
Aset
Kualitas rumah
Pendapatan rumah tangga per kapita
Kepemilikan asset
Konstruksi rumah, konstruksi MCK, rasio
kamar
1-6
1-2
-
4-6
Kepemilikan asset rumah pribadi
Konstruksi Permanen, MCK, 1-2
orang/kamar
1 atau 0
1 atau 0
1 atau 0
34%
33%
33%
Sumber : Modifikasi dari Ura, dkk (2012) dan Dayana, Surjono & Sutikno (2015)
45
Hasil perkalian pemenuhan ambang batas kecukupan atau Ak (1 atau 0) dengan
bobot (B) kemudian disebut sebagai kecukupan indikator (KI). Berikut ini Tabel 3.7
adalah contoh penerapan ambang batas kecukupan dan bobot.
Tabel 3.7 Contoh Penerapan Ambang Batas Kecukupan (Ak) dan Bobot (B)
Responden
(N)
Indikator Kepuasan Hidup (I1)
Variabel (X) Total
(∑I1 = X1+
X1+X3+X4+X5)
Pemenuhan
Ambang
Batas
Kecukupan (20-25)
(Ak1)
Bobot
(33%)
(B1)
Kecukupan
Indikator
KI = Ak1 x
B1
Kesehatan
(skor 1-5) (X1)
Pekerjaan
(skor 1-5) (X2)
Hub.
Keluarga (skor 1-5)
(X3)
Standar Hidup
(skor 1-5) (X4)
Keseimbangan
Kerja (1-5) (X5)
1 4 4 5 4 3 20 1 33% 33%
2 5 3 3 3 4 18 0 33% 0%
2. Kecukupan Indikator (KI)
Nilai kecukupan indikator (KI) menunjukkan kemampuan individu dalam
memenuhi ambang batas kecukupan suatu indikator. Nilai ini juga dapat menunjukkan
berapa persen individu yang dapat memenuhi ambang batas kecukupan suatu indikator
(II) di dalam masyarakat atau wilayah tertentu. Dengan cara menghitung jumlah
individu yang mampu memenuhi ambang batas kecukupan (∑Nak) kemudian dibagi
dengan jumlah total individu yang diteliti (∑N). Berikut ini Tabel 3.8 adalah contoh
perhitungan persentase masyarakat yang memenuhi ambang batas kecukupan suatu
indikator.
Tabel 3.8 Contoh Perhitungan Persentase Masyarakat yang memenuhi Ambang Batas Kecukupan (II)
Responden
(N)
Kecukupan Indikator (KI)
Indikator
Kepuasan
Hidup
(KI1)
Indikator
Emosi
Positif
(KI2)
Indikator
Emosi
Negatif
(KI3)
Indikator
Spiritualitas
(KI4)
Indikator
Kualitas
Rumah
(KI29)
1 33% 17% 17% 0% 33%
2 33% 17% 17% 33% 33%
3 0% 17% 17% 33% 33%
150 33% 17% 17% 0% 33%
Individu yang
memenuhi
Ambang Batas
Kecukupan
(∑Nak)
69 107 80 85 96
Persentase yang
memenuhi
Ambang Batas
Kecukupan
(II = (∑Nak)/ (∑N)
69/150 =
46%
107/150 =
71%
80/150 =
53%
85/150 =
57%
96/150 =
64%
46
Nilai persentase masyarakat yang memenuhi ambang batas kecukupan (II) tersebut
tidak termasuk dalam rangkaian perhitungan untuk menghasilkan nilai indeks
kebahagiaan namun, persentase tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kondisi dan
situasi dalam masyarakat atau wilayah studi atau menjadi pendukung dalam
menggambarkan kebahagiaan masyarakat. Selanjutnya, setelah menemukan nilai
kecukupan indikator (KI), kemudian kecukupan indikator (KI) pada masing-masing
domain dijumlahkan dan menghasilkan kecukupan domain (KD).
3. Kecukupan Domain (KD)
Kecukupan domain (KD) didapatkan dari hasil penjumlahan kecukupan indikator
(∑KI) pada masing-masing domain. Berikut ini Tabel 3.9 adalah contoh perhitungan
kecukupan domain.
Tabel 3.9 Contoh Perhitungan Kecukupan Domain (KD)
Responden
(N)
Domain Kesejahteraan Psikologis (D1)
Kecukupan Indikator (KI) Kecukupan Domain
( KD1 = ∑ KI1 + KI2 +
KI3 + KI4) Kepuasan Hidup
(KI1)
Emosi Positif
(KI2)
Emosi Negatif
(KI3)
Spiritualitas
(KI4)
1 33% 17% 17% 0% 67%
2 33% 17% 17% 33% 100%
Nilai kecukupan domain (KD) menunjukkan kemampuan individu dalam
memenuhi kecukupan indikator, dimana kecukupan domain juga memiliki ambang
batas yang disebut sebagai ambang batas kebahagiaan (Ab). Ambang batas
kebahagiaan yaitu seberapa banyak indikator atau berapa banyak persen yang harus
dicapai seseorang agar bisa disebut sebagai bahagia. Ambang batas kebahagiaan
sendiri memiliki tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu;
a. Adanya keragaman karena tidak semua indikator dapat diterapkan secara
universal
b. Adanya pengukuran yang kurang akurat akibat perbedaan atau keragu-raguan
seseorang dalam mengatakan apa yang terjadi sebenarnya (takut tampak bangga
atau pamer). Dengan adanya hal ini maka ambang batas kebahagiaan tidak
semuanya harus memiliki kecukupan di setiap indikatornya.
c. Adanya kebebasan memilih dimana beberapa orang dapat merasakan
kebahagiaan tanpa mencapai kecukupan dalam setiap indikator.
Berdasarkan tiga hal tersebut, indeks kebahagiaan mengakui adanya keterbatasan
ukuran kuantitatif sehingga ukuran seseorang yang bahagia tidak harus memenuhi 100%
indikator tetapi cukup 66% dari domain yang telah ditetapkan.
47
Nilai kecukupan domain (KD) juga dapat menunjukkan berapa persen individu
yang dapat memenuhi ambang batas kebahagiaan suatu domain (BB) di dalam masyarakat
atau wilayah tertentu. Dengan cara menghitung jumlah individu yang mampu memenuhi
ambang batas kebahagiaan (∑Nab) (nilai kecukupan domain > 65%) kemudian dibagi
dengan jumlah total individu (∑N). Dalam memudahkan pembacaan data persentase
masyarakat yang memenuhi ambang batas kebahagiaan, data bisa disajikan dengan jumlah
total 100% yang disebut sebagai konstribusi kecukupan domain (K). Berikut ini Tabel
3.10 adalah contoh persentase perhitungan masyarakat yang memenuhi ambang batas
kebahagiaan suatu domain (BB)
Tabel 3.10 Contoh Perhitungan Persentase Masyarakat yang memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan (BB)
Responden
(N)
Kecukupan Domain (KD)
KD1 KD2 KD3 KD4 KD5 KD6 KD7 KD8 KD9
TOTAL
1 67% 80% 100% 73% 100% 60% 70% 100% 33%
2 100% 60% 80% 100% 100% 100% 100% 24% 66%
3 67% 100% 80% 64% 100% 40% 60% 24% 66%
150 50% 100% 70% 100% 0% 40% 60% 24% 33%
Individu
yang
memenuhi
Ambang
Batas
Kebahagiaan
(∑Nab)
64 111 95 71 59 77 105 60 94
Persentase
yang
memenuhi
Ambang
Batas
Kebahagiaan
(BB =
(∑Nab)/ (∑N)
64/150 =
43%
111/150 =
74%
95/150 =
63%
71/150 =
47%
59/150 =
39%
77/150 =
51%
105/150
= 70%
60/150
= 40%
94/150 =
63%
4.91
Konstribusi
Kecukupan
Domain
(K =
BB / ∑ BB)
0.43/4.91
=
9%
0.74/4.91
=
15%
0.63/4.91
=
13%
0.47/4.91
=
10%
0.39/4.91
=
8%
0.51/4.91
=
10%
0.7/4.91
=
14%
0.4/4.91
=
8%
0.63/4.91
=
13%
100%
Keterangan:
KD 1 = Kesejahteraan Psikologis KD 4 = Keragaman Budaya KD 7 = Vitalitas Komunitas
KD 2.= Kesehatan KD 5 = Penggunaan Waktu KD 8 = Keanekaragaman Ekologi
KD 3 = Pendidikan KD 6 = Tatanan Pemerintah KD 9 = Standar Hidup
Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah nilai persentase masyarakat yang
memenuhi ambang batas kebahagiaan (BB) tersebut tidak termasuk dalam rangkaian
perhitungan untuk menghasilkan nilai indeks kebahagiaan. Seperti halnya nilai
persentase masyarakat pada kecukupan indikator (II), persentase tersebut dapat
48
dijadikan sebagai gambaran kondisi dan situasi dalam masyarakat atau wilayah studi
atau menjadi pendukung dalam menggambarkan kebahagiaan masyarakat.
Setelah mendapatkan nilai kecukupan domain (KD) selanjutnya sembilan
kecukupan domain akan dijumlah dan dirata-rata sehingga menghasilkan nilai tingkat
kecukupan domain (TK). Berikut ini Tabel 3.11 adalah contoh perhitungan tingkat
kecukupan domain.
Tabel 3.11 Contoh Perhitungan Tingkat Kecukupan Domain (TK)
Responden
(N)
Kecukupan Domain (KD) Tingkat Kecukupan Domain (TK)
((∑ KD1 + KD2 + KD3+ KD4 + KD5 +
KD6 + KD7 + KD8 + KD9) / 9)) KD1 KD2 KD3 KD4 KD5 KD6 KD7 KD8 KD9
1 67% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 66% 93%
2 100% 100% 80% 100% 100% 100% 100% 77% 100% 95%
Keterangan:
KD 1 = Kesejahteraan Psikologis KD 4 = Keragaman Budaya KD 7 = Vitalitas Komunitas
KD 2.= Kesehatan KD 5 = Penggunaan Waktu KD 8 = Keanekaragaman Ekologi
KD 3 = Pendidikan KD 6 = Tatanan Pemerintah KD 9 = Standar Hidup
Nilai tingkat kecukupan domain (TK) inilah yang nantinya akan dipergunakan
untuk mengidentifikasi kelompok masyarakat yang bahagia dan belum bahagia.
Berikut ini adalah langkah-langkah perhitungan indeks kebahagiaan selanjutnya.
4. Identifikasi Kelompok Masyarakat yang Bahagia dan Belum Bahagia
Identifikasi kelompok masyarakat yang bahagia dan belum bahagia dilakukan
dengan menerapkan gradient kebahagiaan pada tingkat kecukupan domain (TK).
Gradient kebahagiaan menurut Ura, dkk (2012) dapat dibagi menjadi 4 kategori, yaitu
77%-100% dikategorikan sebagai sangat bahagia, 66%-76% dikategorikan sebagai
bahagia, 50%-65% dikategorikan sebagai hampir bahagia dan 0%-49% dikategorikan
sebagai tidak bahagia.
Seseorang dianggap bahagia apabila mencapai kecukupan sebesar 66% atau setara
dengan enam domain, sedangkan dianggap tidak bahagia apabila tidak mencapai 66%.
Dapat disimpulkan bahwa kelompok masyarakat bahagia memiliki persentase
kecukupan sebesar 66%-100% sedangkan kelompok masyarakat yang belum bahagia
persentase kecukupannya sebesar 0%-65%. Untuk lebih jelasnya terkait gradient
kebahagiaan dan pengelompokan masyarakat yang bahagia dan yang belum bahagia
dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut ini.
49
Tabel 3.12 Gradient Kebahagiaan Kategori Kebahagiaan Tingkat Kecukupan Domain
Bahagia 66%-100%
Sangat Bahagia
Bahagia
77%-100%
66-76%
Belum Bahagia 0%-65%
Hampir Bahagia
Tidak Bahagia
50%-65%
0%-49%
Sumber: Ura,Alkire,Zangmo&Wangdi (2012)
Setelah mengindentifikasi masyarakat yang bahagia dan belum bahagia kemudian
dipersentasekan sehingga menghasilkan nilai HH (persentase masyarakat yang bahagia
dan Hn (persentase masyarakat yang belum bahagia).
5. Persentase Domain yang Memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan pada
Masyarakat Belum Bahagia (As)
Setelah mengetahui nilai HH dan Hn selanjutnya adalah menghitung persentase
domain yang memenuhi ambang batas kebahagiaan pada orang-orang yang belum
bahagia (As). Dimana, individu dianggap telah memenuhi apabila kecukupan domain
mencapai ≥ 66%. Berikut ini adalah rumus perhitungan untuk mengetahui nilai As.
As
Keterangan :
Db = Jumlah domain yang memenuhi ambang batas kebahagiaan pada responden yang belum bahagia
Nb = Jumlah responden belum bahagia
D = Jumlah domain kebahagiaan
Hal ini dimaksudkan didalam menghitung indeks kebahagiaan tidak hanya
memperhitungkan persentase individu yang bahagia namun juga memperhitungkan
kecukupan domain pada masyarakat yang belum bahagia. Berikut ini Tabel 3.13 adalah
contoh perhitungan As.
Tabel 3.13 Contoh Perhitungan Persentase Domain yang Memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan pada Masyarakat
Belum Bahagia (As) Kecukupan Domain (KD)
Tingkat
Kecukupan
Domain
(TK)
Gradient
Kebahagiaan
∑ Domain
Memenuhi
Kecukupan
(Db)
Responden
Belum
Bahagia
(Nb)
KD1 KD2 KD3 KD4 KD5 KD6 KD7 KD8 KD9
1 83% 40% 80% 100% 100% 50% 60% 0% 66% 64% Hampir Bahagia 5
2 83% 100% 80% 27% 100% 0% 100% 77% 0% 63% Hampir Bahagia 6
3 50% 100% 80% 27% 100% 60% 60% 24% 66% 63% Hampir Bahagia 4
74 17% 100% 80% 27% 0% 0% 60% 0% 0% 32% Tidak Bahagia 2
TOTAL 238
Keterangan:
KD 1 = Kesejahteraan Psikologis KD 4 = Keragaman Budaya KD 7 = Vitalitas Komunitas
KD 2.= Kesehatan KD 5 = Penggunaan Waktu KD 8 = Keanekaragaman Ekologi
KD 3 = Pendidikan KD 6 = Tatanan Pemerintah KD 9 = Standar Hidup
50
6. Indeks Kebahagiaan
Setelah mengetahui nilai HH, Hn dan As, kemudian indeks kebahagiaan dapat
dihitung menggunakan rumus berikut:
GNH = (HH+HnAs)
Keterangan :
HH = persentase orang yang bahagia
Hn = persentase yang belum bahagia [(HH = (1 – Hn)]
As = persentase domain yg memenuhi ambang kecukupan pada orang belum bahagia
Setelah diketahui nilai GNH pada rentang nilai 0-1, kemudian diidentifikasi jenis
kategorinya berdasarkan Tabel 3.14 berikut ini.
Tabel 3.14 Kategori Indeks Kebahagiaan Kategori Kebahagiaan Indeks Kebahagiaan (0-1)
Sangat Bahagia 0,77 - 1
Bahagia 0,66 – 0,76
Hampir Bahagia 0,50 – 0,65
Tidak Bahagia 0 – 0,49
Sumber: Ura, dkk (2012)
Sehingga pada dasarnya indeks kebahagiaan merupakan persentase domain pada
setiap orang atau perwakilan kelompok yang telah memenuhi kecukupan. Indeks
kebahagiaan juga dapat digunakan untuk menyajikan data untuk agregasi. Agregasi
adalah melakukan agregat terhadap data populasi ke dalam sebuah ukuran yang
terperinci. Salah satu tujuan dari agregasi adalah sebagai upaya untuk menggambarkan
dan memudahkan melihat data sehingga dapat dikomunikasikan dengan baik pada
masyarakat umum. Selain itu, juga dapat digunakan untuk menemukan fenomena yang
terjadi dalam masyarakat serta memperkuat temuan hasil indeks kebahagiaan. Agregasi
dapat dikelompokkan menurut kondisi demografis, sosial dan ekonomi masyarakat
(pembagian wilayah, umur, gender, tingkat pendidikan, pendapatan per kapita).
Berdasarkan penjabaran langkah-langkah perhitungan Gross National Happiness
Index (GNHI) diatas, dapat digambarkan menjadi bagan seperti Gambar 3.1 berikut ini.
51
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Perhitungan Gross National Happiness Index (GNHI) Sumber: Modifikasi dari Ura, dkk (2012)
3.5.2 Analisis Crosstabs
Analisis tabulasi silang atau crosstabs merupakan salah satu analisis korelasional
yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel, sehingga analisa tabulasi silang
dapat digunakan untuk menganalisa lebih dari dua variabel. Berikut ini adalah langkah-
langkah dan contoh perhitungan analisis crosstabs hubungan tingkat kebahagiaan dengan
jenis pekerjaan menggunakan SPSS.
1. Buka lembar kerja baru SPSS
2. Masukkan data, karena semua data kategori pilih decimalsnya = 0
3. Untuk variabel tingkat kebahagiaan memiliki tipe numerik, dimana 1 = tidak
bahagia, 2 = hampir bahagia, 3 = bahagia dan 4 = sangat bahagia
Persentase Masy. yg memenuhi
Ambang Batas Kebahagiaan (BB) (Kecukupan domain > 65%)
BB = (∑Nab)/ (∑N)
Konstribusi
Kecukupan Domain
(K = BB / ∑ BB)
GNH = (HH + HnAs) Identifikast jenis kategori kebahagiaan pada
rentang (0-1) Persentase Masy. Bahagia (HH)
Persentase Masy. Belum Bahagia
(Hn)
Persentase Domain yg
memenuhi Ambang Batas
Kebahagiaan pada Masy. Belum Bahagia (As)
As
Identifikasi Kelompok Masy. yg
Bahagia dan Belum Bahagia
(melalui Penerapan Gradient Kebahagiaan pd
Tingkat Kecukupan Domain (TK))
Tingkat Kecukupan Domain ( TK = [(∑ KD1 + KD2 + KD3+ KD4 + KD5
+ KD6 + KD7 + KD8 + KD9) / ∑ D )]
Kecukupan Indikator (KI = Ak x B)
Dikalikan dengan bobot (B) masing-masing
indikator
Kecukupan Domain (KD = ∑ KI1 + KI2 +….)
Penerapan
Ambang Batas
Kecukupan
pada nilai I
Penetapan Indikator,
Variabel dan Ambang
Batas Kebahagiaan
Mendapatkan nilai
variabel (x) dari hasil
kuesioner responden
Menjumlah nilai variabel (x)
pada setiap indikator untuk
mendapatkan nilai I
(I1 = ∑ X1+ X2 + ….. )
Persentase Masy. yg memenuhi
Ambang Batas Kecukupan
II = (∑Nak)/ (∑N)
Memenuhi ambang
batas
kecukupan dinilai 1
(Ak1)
Tidak memenuhi
ambang batas kecukupan dinilai 0
(Ak0)
52
4. Untuk variabel jenis pekerjaan juga memiliki tipe numeric, dimana 1 = sektor
kegiatan wisata dan 2 = sektor pendukung atau luar wisata
5. Setelah data dimasukkan dari baris menu, pilih Analyze, lalu pilih sub menu
Descriptive Statistics, lalu pilih sub sub menu Crosstab
6. Masukkan variabel tingkat kebahagiaan pada kotak Row (s) dengan cara klik tanda
panah yang terdapat pada samping kiri kotak Row(s) tersebut
7. Masukkan variabel jenis pekerjaan pada kotak Column (s) dengan cara klik tanda
panah yang terdapat pada samping kiri kotak Column (s) tersebut
8. Kemudian klik Statistics sehingga akan muncul jendela baru. Beri tanda centang (v)
pada kotak Chi Square. Klik Continue.
9. Klik Cells, dan akan muncul jendela baru. Beri tanda centang (v) pada kotak
Observed, Expected, Rows, Colums, Totals, dan klik Continue
10. Klik OK, setelah itu secara otomatis output akan keluar sebagai berikut
A. Case Processing Summary
Tabel 3.15 Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori_Kebahagiaan_ *
Jenis Pekerjaan 300 100.0% 0 .0% 300 100.0%
Sumber: Hasil Analisa, 2017
Pada Tabel Case Processing Summary menunjukkan dalam penelitian tersebut
terdapat 300 sampel, karena di dalam penelitian menggunakan 300 sampel maka artinya
tidak ada yang hilang atau missing sehingga tingkat kevalidannya adalah 100%.
B. Crosstab
Tabel 3.16 Crosstab
Pekerjaan
Total Sektor
Kegiatan
Wisata
Kegiatan
Pendukung atau
Luar Wisata
Kategori_Kebahagiaan_ Tidak
Bahagia
Count 40 10 50
Expected Count 25.0 25.0 50.0
% within Kategori_Kebahagiaan_ 80.0% 20.0% 100.0%
% within Pekerjaan 26.7% 6.7% 16.7%
% of Total 13.3% 3.3% 16.7%
Hampir
Bahagia
Count 34 53 87
Expected Count 43.5 43.5 87.0
% within Kategori_Kebahagiaan_ 39.1% 60.9% 100.0%
53
% within Pekerjaan 22.7% 35.3% 29.0%
% of Total 11.3% 17.7% 29.0%
Bahagia Count 34 48 82
Expected Count 41.0 41.0 82.0
% within Kategori_Kebahagiaan_ 41.5% 58.5% 100.0%
% within Pekerjaan 22.7% 32.0% 27.3%
% of Total 11.3% 16.0% 27.3%
Sangat
Bahagia
Count 42 39 81
Expected Count 40.5 40.5 81.0
% within Kategori_Kebahagiaan_ 51.9% 48.1% 100.0%
% within Pekerjaan 28.0% 26.0% 27.0%
% of Total 14.0% 13.0% 27.0%
Total Count 150 150 300
Expected Count 150.0 150.0 300.0
% within Kategori_Kebahagiaan_ 50.0% 50.0% 100.0%
% within Pekerjaan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Sumber: Hasil Analisa, 2017
Pada Tabel tingkat kebahagiaan dan jenis pekerjaan crosstabulation menunjukkan
data obyektif atau frekuensi nyata (Count) dan frekuensi harapan (Expected Count) baik
dalam bentuk skor maupun persentase. Hasil yang didapatkan dari Tabel tersebut adalah
terdapat 40 pekerja di sektor kegiatan wisata yang tidak bahagia, 34 pekerja di sektor
kegiatan wisata yang hampir bahagia, 34 pekerja di sektor kegiatan wisata yang bahagia
dan 42 pekerja di sektor kegiatan wisata yang sangat bahagia. Sedangkan untuk pekerja di
kegiatan pendukung atau luar wisata, terdapat 10 yang tidak bahagia, 53 yang hampir
bahagia, 48 yang bahagia dan 39 yang sangat bahagia.
C. Chi-Square Test
Tabel 3.17 Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 24.651a 3 .000
Likelihood Ratio 25.971 3 .000
N of Valid Cases 300
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 25.00.
Sumber: Hasil Analisa, 2017
Uji Chi-Square untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel (baris
dan kolom).
54
Hipotesa untuk kasus ini adalah
- H0 : Tidak ada hubungan antara baris dan kolom, atau antara tingkat
kebahagiaan dengan jenis pekerjaan
- H1 : Ada hubungan antara baris dan kolom, atau antara tingkat kebahagiaan
dengan jenis pekerjaan
Pengambilan keputusan dengan berdasarkan perbandingan Chi-Square Uji dan
angka dari Tabel
- Jika Chi-Square Hitung < Chi-Square Tabel, maka H0 diterima
- Jika Chi-Square Hitung > Chi-Square Tabel, maka H0 ditolak
Berdasarkan tabel 3.17, uji Chi-Square Hitung yaitu 24.651, sedangkan Chi-Square
tabel untuk tingkat signifikansi (α) = 5% dan derajat kebebasan (dF) = 3 adalah 7.82
karena Chi-Square Hitung (24.651) > Chi Square Tabel (7.82), maka H0 ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara baris dan kolom atau antara
tingkat kebahagiaan dengan jenis pekerjaan.
Mengamati hubungan antara dua variabel juga dapat digunakan dengan menguji
hipotesis dengan membandingkan nilai probabilitas pada bagian Asymp. Sig. (2-sided),
yang pada Tabel yaitu 0.000. Jika nilai Probabilitas > 0.05 maka H0 diterima, tetapi bila
nilai probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak. Dalam kasus ini 0.00 < 0.05 maka H0 ditolak,
artinya ada hubungan antara baris dan kolom atau antara tingkat kebahagiaan dengan jenis
pekerjaan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kebanyakan masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata berada pada kategori belum bahagia sedangkan
kebanyakan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata berada
pada kategori bahagia.
3.5.3 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah memberikan deskripsi mengenai karakteristik variabel
penelitian yang sedang diamati serta data demografi responden (Nurnyaman & Christina,
2015). Tujuan dari analisis ini adalah memberikan gambaran pengolahan data terkait
dengan tingkat kebahagiaan masyarakat lokal baik yang bekerja di sektor kegiatan wisata
maupun yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata. Kemudian, membandingkan
hasil tingkat kebahagiaan dari kedua kelompok masyarakat lokal tersebut.
55
3.6 Diagram Alir Penelitian
Tingkat
Kebahagiaan:
9 Variabel
Kesejahteraan
psikologis
Kesehatan
Pendidikan
Keragaman
Budaya
Penggunaan Waktu
Tatanan
Pemerintah
Vitalitas
Komunitas
Keanekaragaman
Ekologi
Standar Hidup
29 Indikator
INPUT
Survei Primer:
Observasi
Wawancara
Kuesioner
Survei Sekunder
Survei Instansi
Studi Literatur
PENGUMPULAN
DATA
Analisis
Gross National
Happines Index
(GNHI)
ANALISA OUTPUT
Tingkat kebahagiaan masyarakat
lokal terhadap keberadaan
kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo
Kec. Batu, Kota Batu
Tingkat
kebahagiaan
masyarakat lokal
yang bekerja di sektor kegiatan
wisata
Tingkat kebahagiaan
masyarakat lokal
yang bekerja di sektor kegiatan
pendukung atau
luar wisata
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian
Bagaimana tingkat
kebahagiaan masyarakat lokal di
Desa Oro-Oro Ombo,
Kecamatan Batu,
Kota Batu?
Penilaian Tingkat
Kebahagiaan
Masyarakat Lokal terhadap Keberadaan
Kegiatan Wisata di
Desa Oro-Oro Ombo
Kecamatan Batu
Kota Batu
Penerapan Ambang Batas Kecukupan dan Bobot
Kecukupan Indikator
Kecukupan Domain
Tingkat Kecukupan
Domain
Identifikasi Kelompok
Masy. yg Bahagia dan
Belum Bahagia (melalui Penerapan
Gradient Kebahagiaan pd
Tingkat Kecukupan
Domain)
Persentase
Masy. Bahagia (HH)
Persentase
Masy. Belum Bahagia (Hn)
Persentase Domain yg
memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan pada Masy.
Belum Bahagia (As)
GNH = (HH + HnAs)
Identifikast jenis kategori kebahagiaan pada
rentang (0-1)
Persentase Masy. yg memenuhi
Ambang Batas Kecukupan
Persentase Masy.
yg memenuhi Ambang Batas
Kebahagiaan
Konstribusi
Kecukupan
Domain
56
3.7 Desain Survei
Tabel 3. 18 Desain Survei
Tujuan Domain Indikator Data yang Dibutuhkan Sumber
Data
Metode
Pengumupulan
Data
Metode
Analisis
Data
Output
Mengidentifikasi
tingkat
kebahagiaan
masyarakat lokal
yang bekerja di
sektor kegiatan
wisata dan yang
bekerja di sektor
kegiatan
pendukung atau
luar wisata
Kesejahteraan
psikologis
Kepuasan hidup
- Tingkat kepuasan terhadap kondisi kesehatan
- Tingkat kepuasan terhadap pekerjaan
- Tingkat kepuasan terhadap hubungan keluarga
- Tingkat kepuasan terhadap standar hidup
- Tingkat kepuasan terhadap keseimbangan kerja
Hasil
Kuesioner
Survei Primer :
Kuesioner
Analisis
Gross
National
Happiness
Index
Tingkat
kebahagiaan
masyarakat
lokal yang
bekerja di
sektor
kegiatan
wisata dan
yang bekerja
di sektor
kegiatan
pendukung
atau luar
wisata
Emosi positif
- Persepsi perasaan empati yang dimiliki
- Persepsi perasaan murah hati yang dimiliki
- Persepsi perasaan mudah memaafkan orang lain yang dimiliki
- Persepsi perasaan puas/bersyukur yang dimiliki
- Persepsi perasaan tenang yang dimiliki
Emosi negatif
- Persepsi perasaan egois yang dimiliki
- Persepsi perasaan cemburu yang dimiliki
- Persepsi perasaan marah yang dimiliki
- Persepsi perasaan takut yang dimiliki
- Persepsi perasaan khawatir yang dimiliki
Spiritualitas
- Gambaran diri dalam hal spiritual
- Fluktuasi dalam mengucapkan doa/mengakui dosa
- Fluktuasi dalam beribadah sesuai syariat kepercayaan
- Fluktuasi keterlibatan dalam kegiatan kerohanian
Kesehatan Catatan status kesehatan diri - Kondisi kesehatan secara umum selama 1 bulan terakhir
Kesehatan sehari-hari - Jumlah hari sehat selama 1 bulan terakhir
Difabel - Keterbatasan fisik yang membatasi aktivitas sehari-hari
Pendidikan Keaksaraan - Kemampuan membaca dan menulis
Kualifikasi pendidikan - Pendidikan terakhir
Pengetahuan
- Pengetahuan mengenai sejarah lokal maupun nasional
- Pengetahuan mengenai lagu tradisional maupun nasional
- Pengetahuan mengenai tatanan pemerintahan
Norma
- Persepsi mengenai tindak pembunuhan
- Persepsi mengenai tindak pencurian
- Persepsi mengenai tindak kebohongan
- Persepsi mengenai tindak pelecehan seksual
57
Tujuan Domain Indikator Data yang Dibutuhkan Sumber
Data
Metode
Pengumupulan
Data
Metode
Analisis
Data
Output
Keragaman
budaya
Bahasa - Tingkat kefasihan dalam berbahasa Indonesia
Hasil
Kuesioner
Survei Primer :
Kuesioner
Analisis
Gross
National
Happiness
Index
Tingkat
kebahagiaan
masyarakat
lokal yang
bekerja di
sektor
kegiatan
wisata dan
yang bekerja
di sektor
kegiatan
pendukung
atau luar
wisata
Partisipasi budaya - Partisipasi dalam kegiatan sosial-budaya selama 1 tahun
terakhir
Keterampilan seni - Tingkat keahlian dalam keterampilan seni
Penggunaan
waktu
Penggunaan waktu jam kerja - Lama waktu bekerja
Penggunaan waktu jam tidur - Lama waktu tidur
Tatanan
Pemerintah
Kebebasan Politik
- Persepsi dalam memiliki kebebasan berbicara dan
berpendapat
- Persepsi dalam memiliki hak untuk memilih yang dimiliki
- Persepsi dalam memiliki hak untuk bergabung dengan partai
politik yang mereka pilih
- Persepsi dalam memiliki hak untuk membentuk asosiasi atau
menjadi anggota dari asosiasi
- Persepsi dalam memiliki hak untuk akses yang sama dan
kesempatan untuk bergabung dengan layanan publik
- Persepsi dalam memiliki hak untuk upah yang sama untuk
pekerjaan yang sama nilainya
- Persepsi dalam memiliki kebebasan dari diskriminasi
berdasarkan ras,jenis kelamin
Partisipasi Politik - Fluktuasi mengikuti voting dalam pemilu
- Fluktuasi mengikuti pertemuan masyarakat
Kinerja pemerintah
- Persepsi mengenai kinerja pemerintah tentang
ketenagakerjaan
- Persepsi mengenai kinerja pemerintah tentang kesetaraan
- Persepsi mengenai kinerja pemerintah tentang pariwisata
- Persepsi mengenai kinerja pemerintah tentang lingkungan dan
budaya
Penyediaan layanan
- Persepsi mengenai pelayanan kesehatan
- Persepsi mengenai pelayanan pembuangan limbah
- Persepsi mengenai pelayanan akses listrik dan pasokan air
Vitalitas
komunitas Keamanan
- Fluktuasi tindak kejahatan di lingkungan sekitar dalam
setahun terakhir
Hubungan keluarga - Tingkat keakraban dan kenyamanan dengan keluarga
- Tingkat kepercayaan dengan keluarga
58
Tujuan Domain Indikator Data yang Dibutuhkan Sumber
Data
Metode
Pengumupulan
Data
Metode
Analisis
Data
Output
Hubungan masyarakat
- Tingkat keakraban dan kenyamanan dengan tetangga
lingkungan sekitar tempat tinggal
- Tingkat kepercayaan dengan tetangga lingkungan sekitar
tempat tinggal
Hasil
Kuesioner
Survei Primer :
Kuesioner
Analisis
Gross
National
Happiness
Index
Tingkat
kebahagiaan
masyarakat
lokal yang
bekerja di
sektor
kegiatan
wisata dan
yang bekerja
di sektor
kegiatan
pendukung
atau luar
wisata
Keanekaragaman
ekologi
Polusi
- Kualitas air di lingkungan sekitar tempat tinggal
- (tidak berasa,berwarna,berbau/pencemaran sungai)
- Kualitas udara di lingkungan sekitar tempat tinggal
- (tidak berpolusi, tidak bising)
- Kualitas tanah di lingkungan sekitar tempat tinggal
Tanggung jawab lingkungan - Tanggungjawab terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal
Isu-isu Perkotaan
- Perhatian terhadap isu-isu perkotaan yang terjadi di
lingkungan sekitar tempat tinggal (kemacetan, RTH tidak
memadai, polusi, masalah pejalan kaki, dsb)
Standar hidup Pendapatan rumah tangga per
kapita Pendapatan rumah tangga per kapita
Asset Kepemilikan aset rumah tangga seperti kepemilikan tanah
Kualitas rumah
- Kepemilikan tempat tinggal
- Jenis lantai terluas
- Jenis dinding terluas
- Jenis atap terluas
- Kepemilikan MCK
- Jumlah anggota keluarga/kamar
Menganalisa
tingkat
kebahagiaan
masyarakat lokal
terhadap
keberadaan
kegiatan wisata
di Desa Oro-Oro
Ombo
Kecamatan
Batu, Kota Batu
Tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata
Hasil analisa tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata
Hasil
Analisis
Analisis
Crosstabs
Analisis
Deskriptif
Tingkat
kebahagiaan
masyarakat
lokal terhadap
keberadaan
kegiatan
wisata di Desa
Oro-Oro
Ombo
Kecamatan
Batu, Kota
Batu
Tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan pendukung atau luar
wisata
Hasil analisa tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan pendukung atau luar wisata
59
59
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Desa Oro-Oro Ombo
Desa Oro-Oro Ombo merupakan salah satu dari empat kelurahan dan empat desa
(Kelurahan Batu, Kelurahan Ngaglik, Kelurahan Sisir, Kelurahan Temas, Kelurahan
Songgokerto, Desa Pesanggarahan, Desa Sumberejo, Desa Sidomulyo, Desa Oro-Oro
Ombo) yang terletak di Kecamatan Batu, Kota Batu. Luas wilayah Desa Oro-Oro Ombo
adalah 368 Ha dengan jarak desa menuju ke Kantor Kecamatan Batu adalah 2 Km dan
menuju ke pusat Kota Batu adalah 5 Km.
Desa Oro Oro Ombo terletak di wilayah perkotaan dengan ketinggian 850 - 970
meter dari permukaan laut, curah hujan rata-rata pertahun antara 2000 - 3000 mm, dengan
bulan basah rata rata 7 bulan dan bulan kering rata rata 5 bulan serta suhu rata-rata antara
240
- 260
C. Desa Oro-Oro Ombo terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Gondorejo, Dusun
Krajan dan Dusun Dresel. Dusun Gondorejo terdiri dari 3 RW 11 RT , Dusun Krajan
terdiri dari 7 RW 16 RT dan Dusun Dresel terdiri dari 3 RW 9 RT. Batas – batas wilayah
Desa Oro-Oro Ombo adalah sebagai berikut.
Batas Utara : Kelurahan Ngaglik dan Kelurahan Temas, Kecamatan Batu
Batas Timur : Desa Beji, Kecamatan Junrejo
Batas Barat : Wilayah Perhutani dan Gunung Panderman
Batas Selatan : Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo
60
Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Oro-Oro Ombo
61
4.1.2 Profil Desa Oro-Oro Ombo
A. Guna Lahan
Luas wilayah Desa Oro-Oro Ombo adalah 368 Ha dengan penggunaan lahan
terbesar adalah pertanian lahan kering seluas 196 Ha (53,26%) dan terkecil adalah
perkantoran seluas 0,5 Ha (0,14%). Berikut ini Tabel 4.1 adalah rincian penggunan lahan
di Desa Oro-Oro Ombo.
Tabel 4.1 Guna Lahan di Desa Oro-Oro Ombo No Guna Lahan Ha
1 Permukiman dan Pekarangan 19.57% 72
2 Sawah irigasi teknis 4.89% 18
4 Sawah irigasi setengah teknis 6.52% 24
5 Pertanian lahan kering 53.26% 196
6 Tanah kas desa 11.14% 41
7 Tanah lapangan 0.27% 1
8 Perkantoran 0.14% 0,5
9 Pegunungan 0.41% 1,5
10 Jalan 3.80% 14
TOTAL 100% 368
Sumber : Profil Desa Oro-Oro Ombo Tahun 2016
Perkerasan jalan di Desa Oro-Oro Ombo sendiri berupa aspal dan rabatan namun,
masih terdapat jalan yang menggunakan makadam dan tanah.
B. Demografi
Jumlah penduduk Desa Oro-Oro Ombo adalah 11.982 jiwa dengan jumlah laki-laki
sebanyak 5.885 jiwa (49,12%) dan jumlah perempuan sebanyak 6.097 jiwa (50,88%) .
Berikut ini Gambar 4.2 adalah jumlah penduduk menurut kelompok umur.
Gambar 4.2 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut Kelompok Umur Sumber : Profil Desa Oro-Oro Ombo Tahun 2016
Jumlah penduduk Desa Oro-Oro Ombo umur 0-15 tahun adalah 3062 jiwa, umur
16-31 tahun adalah 3405 jiwa, umur 32-47 tahun adalah 3090 jiwa, umur 48-63 tahun
adalah 1555 jiwa dan umur > 63 tahun adalah 870 jiwa. Jumlah tersebut menunjukkan
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
0 - 15 16 - 31 32 - 47 48 - 63 > 63
25,55 %
28,42 % 25,79 %
12,98 %
7,26 %
62
bahwa jumlah penduduk di Desa Oro-Oro Ombo menurut kelompok umur terbanyak
adalah umur 16 – 31 tahun yang merupakan usia produktif.
Jumlah penduduk di Desa Oro-Oro Ombo dapat dikelompokan menurut profesi
atau pekerjaan. Pekerjaan masyarakat di Desa Oro-Oro Ombo antara lain adalah petani,
nelayan, pedagang, pegawai negeri sipil (PNS), ABRI, kepolisian, purnawirawan,
pensiunan, guru/dosen, dokter, bidan/tenaga medis lainnya, pegawai swasta. Selain itu
juga terdapat wiraswasta, pembantu rumah tangga (PRT), pelajar/mahasiswa, ibu rumah
tangga (IRT), sopir, tukang, buruh, peternak dan jasa. Berikut ini Gambar 4.3 rincian
jumlah penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut profesi pekerjaan.
Gambar 4.3 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut Pekerjaan Sumber : Profil Desa Oro-Oro Ombo Tahun 2016
Persentase pekerjaan tertinggi di Desa Oro-Oro Ombo adalah pegawai
swasta/wiraswasta (32,2%), petani/peternak (17,3%), sopir,tukang,buruh dan PRT
(16,1%). Pelajar dan mahasiswa sebanyak 5,8% dan IRT 3,1%. Jumlah penduduk yang
bekerja pedagang hanya 2,4%, jasa dan lain-lainnya 1,3%. Selain itu, terdapat PNS
(0,8%), ABRI/kepolisian (0,5%), purnawirawan/pensiunan (0,5%), guru/dosen (0,3%)
dan jumlah persentase pekerjaan yang paling terendah adalah dokter/bidan/tenaga medis
(0,1%), sedangkan penduduk yang belum bekerja juga menunjukkan persentase yang
cukup besar yaitu 19,7%.
Jumlah penduduk di Desa Oro-Oro Ombo juga dapat dikelompokan menurut
tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan dapat dikelompokkan menjadi Pra
Sekolah/PAUD, TK, SD/MI, SMP, SMA, Diploma, S1 dan S2. Berikut ini Gambar 4.4
rincian jumlah penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut tingkat pendidikan.
19.7%
17.3%
2.4%
0.8%
0.5%
0.5% 0.3%
0.1%
32.2%
16.1%
5.8%
3.1%
1.3% Belum Bekerja
Petani/Peternak
Pedagang
PNS
ABRI/Kepolisian
Purnawirawan/Pensiunan
Guru/Dosen
Dokter/Bidan/Tenaga Medis
Pegawai Swasta/Wiraswasta
Sopir/Tukang/Buruh/PRT
Pelajar/Mahasiswa
IRT
Jasa dan Lain-Lain nya
63
Gambar 4.4 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo menurut Tingkat Pendidikan Sumber : Profil Desa Oro-Oro Ombo Tahun 2016
Lulusan SD/MI memiliki jumlah terbanyak di Desa Oro-Oro Ombo yaitu sebanyak
24,9% (2981 jiwa) sedangkan lulusan S2 merupakan yang tersedikit yaitu hanya 0,1% (8
jiwa). Untuk lulusan PAUD/Pra Sekolah sebanyak 18% (2158 jiwa), TK sebanyak 22,8%
(2736 jiwa), SMP sebanyak 19,5% (2334 jiwa), SMA sebanyak 12,2% (1463 jiwa),
Diploma sebanyak 2,1% (254 jiwa) dan S1 sebanyak 0,4% (48 jiwa). Selain itu juga
terdapat penduduk yang memiliki keterbatasan fisik atau disabilitas dengan rincian pada
Tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2 Penduduk Desa Oro-Oro Ombo yang memiliki Keterbatasan Fisik No Keterbatasan Fisik Jumlah (Jiwa)
1 Cacat Fisik 7
2 Tuna Rungu 4
3 Tuna Wicara 3
4 Tuna Netra 3
5 Lumpuh 2
6 Mental -
Total 19
Sumber : Profil Desa Oro-Oro Ombo Tahun 2016
Penduduk di Desa Oro Oro Ombo yang memiliki keterbatasan fisik adalah
sebanyak 19 jiwa dimana 7 jiwa diantaranya memiliki cacat fisik, 4 jiwa memiliki tuna
rungu, tuna wicara sebanyak 3 jiwa, tuna netra sebanyak 3 jiwa dan 2 jiwa mengalami
kelumpuhan namun tidak ditemukan adanya masyarakat yang memiliki keterbatasan
mental.
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
PAUD/Pra Sekolah
TK
SD/MI
SMP
SMA
Diploma
S1
S2
18%
22,8%
24,9%
19.5%
12,2%
2,1%
0.4%
0,1%
64
4.2 Karakteristik Pariwisata Desa Oro-Oro Ombo
Desa Oro-Oro Ombo menurut RTRW Kota Batu Tahun 2010-2030 merupakan pusat
lingkungan di BWK I Kota Batu yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan skala desa dan
pusat kegiatan wisata modern yang dilengkapi dengan kawasan perdagangan pendukung
pariwisata. Desa Oro-Oro Ombo juga memiliki fungsi kegiatan sebagai jasa skala regional
yaitu berupa penginapan serta jasa skala kota sebagai penjualan makanan dan minuman
(restoran).
Desa Oro-Oro Ombo sendiri merupakan salah satu desa yang pada awalnya bertumpu
pada sektor pertanian, hal tersebut terlihat pada guna lahan desa yang sebagian besar (53,26%)
masih merupakan pertanian lahan kering dengan jumlah masyarakat yang bekerja di sektor
pertanian juga masih terbilang cukup banyak yaitu 2069 jiwa (17,3%). Berdasarkan hasil
wawancara dengan Sekertaris Desa Oro-Oro Ombo, desa ini awalnya hanyalah sebuah desa
yang sepi dan jauh dari keramaian. Jarak rumah juga berjauh-jauhan antara yang satu dengan
yang lain. Namun setelah hadirnya obyek wisata BNS pada tahun 2008 banyak orang yang
mengunjungi serta mengenal wilayah desa Oro-Oro Ombo, sebab di desa itu terdapat sarana
wisata pada malam hari untuk keluarga yang hendak berkumpul bersama atau refreshing
melepas penat sejenak. Sehingga, masyarakat Desa Oro-Oro Ombo yang semula merupakan
masyarakat agraris kini bergeser menjadi masyarakat pariwisata yang membawa dampak pada
terbentuknya lembaga masyarakat baru yang bernama Kelompok Sadar Wisata
(POKDARWIS).
Pembentukan POKDARWIS Desa Oro-Oro Ombo dimulai pada tahun 2009 melalui
Surat Keputusan Walikota Nomor: 180/175/KEP/422.012/2009, lembaga ini pada awalnya
merupakan paguyuban masyarakat tani yang belum terstruktur dan bersifat informal. Tujuan
utama dari pembentukan POKDARWIS adalah sebagai wadah pemberdayaan potensi ekonomi
masyarakat lokal dalam mengatur segala bentuk perekonomian mereka di industri pariwisata.
POKDARWIS bahkan ditetapkan oleh pemerintah setempat sebagai kelembagaan ekonomi
yang menitikberatkan pada profit oriented untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
POKDARWIS memiliki peran penting dalam perkembangan kegiatan wisata di Desa
Oro-Oro Ombo. Seiring dengan perkembangan wisata, POKDARWIS mulai menetapkan
aturan formal, penentuan hak kepemilikan, aturan biaya transaksi dan unsur informal yang
ditentukan.
65
1. Aturan formal kegiatan wisata
Aturan formal dibuat agar dapat membentuk hubungan perekonomian yang
menguntungkan antar kelompok masyarakat. Kerjasama ini ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan tiap individu dalam kelompok masyarakat. Salah satu
bentuk kerjasama yang menguntungkan antar kelompok masyarakat yaitu para
pengelola homestay yang bekerjasama dengan peternak sapi dan petani jeruk,
dimana wisatawan yang menginap di homestay akan diberikan susu dan jeruk
gratis. Aturan ini rupanya mampu menarik banyak wisatawan untuk menginap di
homestay Desa Oro-Oro Ombo sehingga mulai banyak diterapkan pada tahun 2013.
Selain itu adalah penyediaan lahan parkir menggunakan tanah kas desa yang
dulunya tidak dimanfaatkan. Adanya penyediaan lahan parkir melihat peluang dari
wisatawan yang kesulitan untuk mencari tempat parkir karena lahan parkir kegiatan
wisata yang tidak memadai dengan banyaknya jumlah kendaraan.
2. Penentuan hak kepemilikan kegiatan wisata
Penentuan tersebut yaitu pihak yang menanam modal pendirian homestay dan
obyek wisata diwajibkan untuk mengambil tenaga kerja dari masyarakat lokal Desa
Oro-Oro Ombo. Hal ini dianggap sebagai sistem bagi hasil antara masyarakat lokal
dengan pihak pengelola obyek wisata yang diharapkan mampu untuk mengurangi
angka pengangguran dan meningkatkan pemanfaatan sumber daya manusia di Desa
Oro-Oro Ombo. Keputusan pengambilan tenaga kerja dilakukan melalui proses
musyawarah antara pihak investor, POKDARWIS dan masyarakat lokal, dimana
unsur keterampilan dan tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor
penentunya.
3. Aturan biaya tranksaksi kegiatan wisata
Aturan ini dibuat untuk mempertahankan dan melindungi struktur lembaga
POKDARWIS dan sebagai kas yang ditujukan untuk pengembangan wisata secara
swadaya. Biaya transaksi didapat dari biaya mencari kesempatan kerjasama antar
kelompok masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan wisata atau dengan pihak
investor, biaya negosiasi kerjasama, biaya pengawasan kerjasama dan biaya
pelaksanaan persetujuan kerjasama.
66
4. Unsur informal kegiatan wisata
Unsur informal dalam pelaksaanan kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo adalah
perlunya modal sosial dalam tiap individu tersebut yaitu kepercayaan (kepercayaan
diri dan kepercayaan antar sesama).
Dalam rangka untuk meningkatkan perkembangan wisata, POKDARWIS juga
merumuskan beberapa program yang melibatkan tokoh masyarakat, masyarakat lokal, dinas
terkait dan badan usaha swasta yang memiliki CSR untuk permberdayaan masyarakat.
Program POKDARWIS antara lain adalah pembangunan Market Fair (Pasar Desa),
Pencetusan Usaha homestay, Pengolahan Sampah, Pengelolaan Parkir, Pembentukan
Pramuwisata dan Informan Wisata. Berikut ini Gambar 4.5 adalah susunan kelembagaan
POKDARWIS Desa Oro-Oro Ombo.
Gambar 4.5 Susunan Kelembagaan POKDARWIS Desa Oro-Oro Ombo Sumber :Kelompok Sadar Wisata Desa Oro-Oro Ombo
POKDARWIS Desa Oro-Oro Ombo sebagai lembaga pengelola wisata juga
melakukan kerjasama dengan masyarakat lokal yang tergabung dalam bidang keamanan dan
ketertiban serta membentuk Paguyuban PKL. Kerjasama dengan POKDARWIS desa lain
untuk mengemas pemasaran pariwisata di Desa Oro-Oro Ombo (kerjasama dengan
POKDARWIS Desa Songgokerto untuk menunjang Wisata Minat Khusus Gunung Panderman
dengan kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo). Untuk bidang jasa akomodasi karena
tingginya minat wisatawan pada homestay di Desa Oro-Oro Ombo maka dibentuklah
67
paguyuban homestay serta dibentuknya Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) yang berguna
untuk menyedia informasi khususunya pada wisatawan serta menyediakan jasa pramuwisata
(pemandu/guide).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS),
pariwisata di Desa Oro-Oro Ombo mulai berkembang sejak adanya kehadiran obyek wisata
dengan konsep baru di bidang pariwisata yang belum ada dan belum diterapkan di kota-kota
lain di Jawa Timur. Obyek wisata tersebut diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi
daerah, memajukan kegiatan multisektoral dan mendongkrak potensi sektor lain seperti
ekonomi, sosial budaya dan sebagainya. Obyek wisata tersebut merupakan hasil dari
kerjasama yang tergabung dalam Perseroan Terbatas, PT. Mutiara Indah yang dikenal
masyarakat dengan nama Batu Night Spectacular (BNS).
Batu Night Spectacular (BNS) yang mulai beroperasi sejak tahun 2008 merupakan
obyek wisata dengan suasana hiburan keluarga yang memadukan konsep mall, market,
permainan, sport dan hiburan dalam satu tempat dengan tujuan menghidupkan suasana malam
di Kota Batu. Obyek wisata ini menyajikan antara lain 32 wahana yaitu Cinema 4D, Circuit
Go Kart, Slalom Test, Drag Race, Sepeda Udara, Lampion Garden, Galeri Hantu, Berburu
Hantu, Disco Bumper Car, Aero Test, Flying Swinger, Carnival, Trampolin, Rumah Kaca, Ali
Baba, Kids Zone, Battle Area, Games Room, Play Ground, Banji Trampolin, Air Mancur
Menari, Laser Show, Layar Terpanjang, Night Market, Café Hantu Elite, After Me, Food
Court, Warung Bethania, Magic Square, Pusat Pijat Refleksi, Pasar Buah Malam, Scooter
Corner dan lain-lain (Batu Night Spectacular,2016).
Gambar 4.6 Obyek Wisata Batu Night Spectacular (BNS) Sumber : Hasil Observasi, 2016
68
BNS dengan konsep wisata malam dibuka mulai pukul 15.00 – 24.00. Harga tiket
masuk BNS sendiri tergolong murah yaitu weekday seharga Rp 30,000,- dan weekend seharga
Rp 40.000,-. Harga tiket untuk wahana juga beragam namun sangat terjangkau yaitu berkisar
antara Rp 5.000,00 – Rp 15.000,00 per wahana. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak
BNS, wahana favorit wisatawan adalah lampion garden yaitu berupa taman terbuka yang
dihiasi oleh lebih dari 600 lampion dengan berbagai macan bentuk dan ukuran serta wahana
cinema 4D yang merupakan bioskop dimensi 4 pertama di Malang Raya. Adanya berbagai
macam wahana yang unik dan inovatif tentunya juga dapat menarik minat jumlah kunjungan
wisatawan di BNS. Wisatawan yang berkunjung ke BNS pun bervariatif mulai dari wisatawan
lokal sampai wisatawan nusantara. Berikut ini Gambar 4.7 adalah jumlah kunjungan
wisatawan BNS dari tahun 2009 sampai tahun 2015.
Gambar 4.7 Jumlah Kunjungan Wisatawan BNS Tahun 2009-2015 Sumber: BPS Kota Batu
Jumlah kunjungan wisatawan BNS tahun 2009-2015 berdasarkan Gambar 4.7 bersifat
fluktuatif (naik-turun) dimana jumlah kunjungan wisatawan BNS tertinggi terdapat pada tahun
2011 (323.303 orang) dan terendah pada tahun 2014 pada tahun (266.733 orang). Secara
keseluruhan, jumlah kunjungan wisatawan di BNS dapat dikatakan berkisar pada jumlah
250.000 – 350.000 orang tiap tahunnya dan dapat terus meningkat pada tahun-tahun
setelahnya. BNS memiliki potensi pariwisata yang cukup besar dan masih akan terus
berkembang.
Upaya BNS dari tahun ke tahun untuk meningkatkan jumlah wisatawan adalah selalu
mencoba memberikan pelayanan yang terbaik untuk wisatawan dengan menyajikan inovasi
69
wahana-wahana terbaru agar wisatawan betah dan akan mengunjungi kembali BNS. Apabila
terdapat wahana yang sudah tidak diminati oleh pihak BNS akan dilakukan pergantian
wahana. Selain itu untuk menjaga kenyamanan, keamanan dan keselamatan wisatawan pihak
teknisi juga selalu memeriksa tiap-tiap wahana sebelum beroperasi untuk menanggulangi hal-
hal yang tidak diinginkan. Hal tersebut juga tidak terlepas dari kinerja tenaga kerja yang
bekerja di BNS.
BNS memiliki struktur organisasi yang telah disusun berdasarkan fungsinya antara
lain adalah Dewan Komisaris, Direktur Utama, Direktur Umum dan Humas, Direktur
Operasional, Duty Manager, Finance, Accounting, Legal, Marketing, F&B, HRD,
Engineering, Kasir, Logistik, Security, Parkir, Entrance, Entertain, Art serta Design. Berikut
ini Gambar 4.8 adalah struktur organisasi BNS dimana garis instruksi menunjukkan susunan
komunikasi, tugas, wewenang dan tanggung jawab.
Gambar 4.8 Struktur Organisasi Batu Night Spectacular (BNS)
Sumber : Batu Night Spectacular, 2016
Keputusan bentuk kerjasama antara pihak Pemerintah Desa Oro-Oro Ombo dengan
pihak pengelola Batu Night Spectacular (BNS) adalah mengambil 30% tenaga kerja dari
masyarakat lokal. Pengambilan tenaga kerja tersebut juga mempertimbangkan dari ketentuan
POKDARWIS, dimana kemampuan, modal dan tingkat pendidikan menjadi dasar penentuan
pekerjaan tersebut. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Oro-Oro Ombo yang masih
didominasi oleh lulusan TK, SD/MI, dan SMP memungkinkan banyak masyarakat lokal yang
bekerja pada bagian security, parkir dan entrance.
70
4.2.1 Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo
Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Batu
tahun 2014-2019 dan Profil Desa Oro-Oro Ombo Tahun 2016, kegiatan wisata yang ada di
Desa Oro-Oro Ombo dapat dikelompokkan menjadi 8 jenis kegiatan. Kegiatan wisata tersebut
adalah daya tarik wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata,
jasa makanan dan minuman, jasa akomodasi, jasa informasi wisata dan jasa pramuwisata
Rincian kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo dapat dilihat pada Lampiran 5 (Hal. L-8 - L-
10). Berikut ini Gambar 4.9 adalah persentase jumlah kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo.
Gambar 4.9 Persentase Jumlah Kegiatan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo Sumber :RIPPDA Kota Batu 2014-2019, Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016
Berdasarkan persentase jumlah kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo dapat diketahui
bahwa jenis kegiatan wisata yang mendominasi adalah jasa akomodasi berupa homestay dan
villa (64%) dan jasa makanan dan minuman berupa rumah makan, warung dan catering (21%)
hal tersebut sesuai dengan fungsi Desa Oro-Oro Ombo sebagai jasa skala regional penginapan
serta jasa skala kota penjualan makanan dan minuman. Hal tersebut juga sesuai dengan
program POKDARWIS dalam mengalakkan Paguyuban homestay dan Paguyuban PKL.
Persebaran kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo sebagian besar terdapat di Dusun Krajan
khususnya pada ruas jalan utama yaitu Jalan Oro-Oro Ombo, Jalan Panderman dan Jalan
TVRI yang merupakan pusat kegiatan di Desa Oro-Oro Ombo.
2% 2%
9%
1%
21%
64%
1% 1% Daya Tarik Wisata
Kawasan Pariwisata
Jasa Transportasi Wisata
Jasa perjalanan wisata
Jasa makanan dan minuman
Jasa akomodasi
Jasa informasi Wisata
Jasa Pramuwisata
71
4.2.2 Kegiatan Pendukung atau Luar Wisata di Desa Oro-Oro Ombo
Kegiatan masyarakat diluar kepariwisataan namun mendukung kegiatan tersebut dapat
dibedakan menjadi empat yaitu pelengkap pariwisata, penunjang pariwisata, prasarana umum
dan sarana kebutuhan masyarakat banyak. Desa Oro-Oro Ombo yang diarahkan sebagai pusat
kegiatan wisata modern di Kota Batu berimbas pada munculnya lapangan kerja tidak langsung
yang diperlukan oleh kegiatan wisata atau lapangan kerja yang tercipta dari adanya kegiatan
wisata . Kegiatan pelengkap pariwisata yang terdapat di Desa Oro-Oro Ombo yaitu industri
kerajinan tangan, toko souvenir, toko kelontong dan salon sedangkan kegiatan penunjang
pariwisata (night club, casinos dan steambaths) tidak ditemukan. Kegiatan prasarana umum di
Desa Oro-Oro Ombo adalah kegiatan pada pertanian, peternakan perhubungan dan
telekomunikasi, untuk sarana kebutuhan masyarakat banyak yaitu posyandu, apotik, bank,
kantor pos dan kantor pemerintahan. Rincian kegiatan pendukung atau luar wisata di Desa
Oro-Oro Ombo dapat dilihat pada Lampiran 6 (Hal. L-10 - L-12). Berikut ini Gambar 4.10
adalah persentase jumlah kegiatan pendukung wisata di Desa Oro-Oro Ombo.
Gambar 4.10 Persentase Jumlah Kegiatan Pendukung di Desa Oro-Oro Ombo Sumber : Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016
Berdasarkan persentase jumlah kegiatan pendukung di Desa Oro-Oro Ombo dapat
diketahui bahwa jenis kegiatan yang mendominasi adalah toko kelontong (46%) dimana
indutri kerajinan tangan hanya terdapat 6%. Untuk prasarana umum di Desa Oro-Oro Ombo
sendiri terdapat sarana perhubungan/komunikasi yaitu stasiun TV yang terdapat di Dusun
Dresel dan sarana penyediaan air bersih berupa sumber mata air darmi dan sumber mata air
kali ampo. Pertanian berupa padi, jagung dan sebagainya serta holtikultura dengan hasil
6%
35%
46%
12% Industri Kerajinan
Tangan
Toko Souvenir
Toko Kelontong
Salon
72
unggulan pada buah jeruk. Untuk peternakan sendiri terdapat sapi perah, sapi potong, kuda,
kambing, domba, ayam, kelinci, itik dan ulat hongkong serta juga terdapat kegiatan
perikanan dan perkebunan. Kegiatan pertanian dan peternakan banyak berkembang di Dusun
Dresel khususnya pada pertanian jeruk dan peternakan kuda sedangkan di Dusun Krajan
banyak dikembangkan peternakan ulat hongkong.
Sarana kebutuhan masyarakat di Desa Oro-Oro Ombo adalah sarana kesehatan yaitu
polindes, rumah berobat, praktek dukun bayi dan posyandu yang telah tersebar di masing-
maisng dusun. Sedangkan untuk apotik, bank, kantor pos dan kantor pemerintah terpusat di
Dusun Krajan kecuali Kantor Perhutani dan UPTD Kominfo yang terletak di Dusun Dresel.
Peta persebaran kegiatan wisata, kegiatan pendukung dan kegiatan luar wisata di Desa
Oro-Oro Ombo dapat dilihat pada Gambar 4.11.
73
Gambar 4.11 Peta Persebaran Kegiatan Wisata, Pendukung Wisata dan Luar Wisata di Desa Oro-Oro Ombo
74
4.3 Analisis Gross National Happiness Index (GNHI)
Analisis Gross National Happines Index (GNHI) dilakukan untuk menilai tingkat
kebahagiaan masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang merupakan wilayah
perkembangan wisata. Berikut ini adalah hasil perhitungan tingkat kebahagiaan dan
perbandingannya di antara dua kelompok masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata dengan yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata.
4.3.1 Kecukupan Indikator
Kecukupan indikator merupakan hasil perkalian pemenuhan ambang batas kecukupan
(1 atau 0) dengan bobot. Penerapan ambang batas kecukupan dan bobot dapat dilihat pada
lampiran 7 dan 8 (Hal. L-13 – L.24). Untuk hasil perhitungan kecukupan indikator dapat
dilihat pada lampiran 9 dan 10 (Hal. L-24 – L-36).. Nilai kecukupan indikator menunjukkan
kemampuan individu dalam memenuhi ambang batas kecukupan suatu indikator. Nilai ini juga
dapat menunjukkan berapa persen individu yang dapat memenuhi ambang batas kecukupan
suatu indikator di dalam masyarakat atau wilayah tertentu.
Berikut ini Gambar 4.12 adalah persentase masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan
wisata dan pekerja di sektor pendukung atau luar wisata yang memenuhi ambang batas
kecukupan dengan penggambaran mulai dari persentase yang tertinggi sampai dengan
terendah.
(a)
75
(b)
Gambar 4.12 Persentase yang Memenuhi Ambang Batas Kecukupan pada Masing-Masing Indikator
(a) Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata ;
(b) Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung atau Luar Wisata
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan pada Gambar 4.12 (a), masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata memiliki pemenuhan ambang kecukupan tertinggi pada indikator tidak difabel (100%),
keaksaraan (96%) dan partisipasi politik (92%). Namun, masih terdapat kurang dari 50%
masyarakat yang tidak memenuhi kecukupan pada beberapa indikator yaitu isu perkotaan
(49%), keterampilan seni (49%), jam kerja (47%), kepuasan hidup (46%), tanggung jawab
lingkungan (45%), polusi (40%), jam tidur (40%), pendapatan (39%) dan pengetahuan (33%).
Untuk masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata berdasarkan
Gambar 4.12 (b), memiliki pemenuhan ambang batas kecukupan tertinggi pada indikator tidak
difabel (98%), partisipasi politik (91%) dan emosi positif (90%) sedangkan yang terendah
pada indikator polusi (49%), pendapatan (41%) dan pengetahuan (41%).
Kedua kelompok masyarakat lokal memiliki persentase pemenuhan tertinggi pada
indikator tidak difabel dan partisipasi politik. Tingginya persentase masyarakat lokal yang
memenuhi kecukupan indikator tidak difabel dapat dilihat oleh jumlah masyarakat
penyandang disabilitas pada Tabel 4.2 yang hanya sedikit di Desa Oro-Oro Ombo. Namun,
76
pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata masih terdapat 2%
yang tidak memenuhi kecukupan indikator tidak difabel atau memiliki disabilitas. Indikator
partisipasi politik juga memiliki persentase pemenuhan kecukupan yang tinggi pada kedua
kelompok masyarakat lokal, hal tersebut dapat mengindikasikan adanya antusiasme
masyarakat lokal yang tinggi dalam mengikuti voting pemilu dan pertemuan masyarakat.
Masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata juga memiliki persentase
pemenuhan kecukupan yang tinggi pada indikator keaksaraan. Pemenuhan kecukupan
indikator keaksaraan juga lebih tinggi apabila dibandingkan dengan masyarakat lokal pekerja
di sektor pendukung atau luar wisata, namun tidak terlalu signifikan yaitu 96% banding 85%.
Masyarakat dapat dikatakan memenuhi kecukupan indikator keaksaraan jika memiliki
kemampuan membaca dan menulis atau melek aksara. Perkembangan pariwisata yang terjadi
di Desa Oro-Oro Ombo dapat membawa adanya perkembangan teknologi yang
memungkinkan masyarakat lokal untuk lebih mudah mengakses informasi.
Untuk masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata juga
memiliki persentase pemenuhan kecukupan yang tinggi pada indikator emosi positif. Emosi
positif adalah perasaan masyarakat yang merupakan refleksi dari hal-hal di lingkungan
sekitarnya. Perasaan tersebut meliputi perasaan empati, murah hati, memaafkan,
puas/bersyukur dan tenang. Pemenuhan kecukupan indikator emosi positif pada masyarakat
lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata lebih tinggi dibandingkan masyarakat lokal
pekerja di sektor kegiatan wisata yaitu 90% dibanding 71%. Ashley, C. (2000) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam pengembangan wisata selalu terdapat konflik
yang tidak dapat dihindari. Salah satu konflik yang biasanya timbul adalah munculnya
perasaan negatif ditengah masyarakat karena merasa tidak menikmati keuntungan dari
pembangunan pariwisata (Nasir, 2014).
Berdasarkan Gambar 4.12, kedua kelompok masyarakat lokal memiliki persentase
pemenuhan kecukupan yang rendah pada indikator pendapatan. Masyarakat dianggap
memenuhi ambang batas kecukupan indikator pendapatan apabila memiliki pendapatan > Rp.
2.000.000,- atau di atas UMK Kota Batu. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata masih terdapat 61% yang memiliki pendapatan dibawah UMK, demikian pula pada
59% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata. Selain itu, indikator
pengetahuan juga memiliki persentase yang paling rendah dibandingkan dengan lainnya.
77
Pengetahuan dalam hal ini adalah pengetahuan di luar formal yaitu terkait sejarah, lagu
tradisional dan nasional dan tatanan pemerintah. Hadirnya obyek wisata BNS dengan konsep
wisata modern ditengah-tengah masyarakat juga membawa dampak munculnya teknologi-
teknologi baru yang membawa perubahan pada masyarakat. Perubahan teknologi lebih cepat
dibanding perubahan budaya khususnya pada perkembangan teknologi informasi yang dapat
diadaptasi dan diterapkan oleh masyarakat sehingga pengetahuan masyarakat juga berubah
(Goode,2007). Gaya hidup pedesaan yang bersifat tradisional dan umumnya menyukai sejarah
dan lagu-lagu tradisional (Nasir,2014) juga dapat berubah seiring dengan adanya
perkembangan tersebut dan memungkinkan terjadi di Desa Oro-Oro Ombo. Hal tersebut
terlihat pada hasil penelitian Anggraeni (2014) dimana salah satu dampak perkembangan
pariwisata di Desa Oro-Oro Ombo adalah mulai bergesernya budaya lokal seperti cara
berpakaian dan perilaku terutama pada generasi muda.
Masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata juga memiliki persentase
pemenuhan kecukupan yang rendah pada indikator polusi yaitu hanya 40%. Demikian pula
pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata yang tergolong
rendah yaitu hanya 49%. Indikator polusi merupakan persepsi masyarakat lokal terhadap
polusi air, polusi udara dan polusi tanah pada lingkungan sekitarnya. Hal tersebut dapat
dimungkinkan merupakan salah satu dampak dari pengembangan wisata dimana Desa Oro-
Oro Ombo yang awalnya hanyalah sebuah desa yang sepi dan jauh dari keramaian kini
menjadi bising dan ramai.
Indikator penggunaan jam tidur juga memiliki persentase pemenuhan yang rendah
pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata yaitu hanya 40% atau dengan
kata lain masih terdapat 60% yang memiliki jam tidur dibawah jam tidur normal (>8 jam). Hal
tersebut dimungkinkan disebabkan oleh sebagian besar masyarakat lokal pekerja di sektor
kegiatan wisata yang memiliki pekerjaan sampingan. Pekerjaan sampingan tersebut selain
untuk memperoleh tambahan penghasilan yaitu untuk tetap mengelola aset pedesaan yang
dimiliki (pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan), dimana guna lahan Desa Oro-Oro
Ombo sendiri didominasi oleh pertanian lahan kering sebesar 196 Ha.
Oleh sebagian masyarakat lokal, pekerjaan sampingan tersebut merupakan penunjang
pekerjaan utamanya, yaitu hasil dari pengelolaan aset pedesaan yang dimilikinya kemudian
diolah dan dijadikan bahan baku utama untuk dipasarkan di sektor kegiatan wisata (contoh:
78
petani jagung menjadi penjaja jagung manis di BNS, hasil pertanian dan perkebunan untuk
rumah makan dan catering). Karakteristik masyarakat pedesaan yang giat bekerja dan saling
tolong-menolong juga bisa diasumsikan dalam penggunaan waktu istirahat atau tidur
masyarakat.
Berikut ini Gambar 4.13 yaitu persentase masyarakat yang memenuhi ambang batas
kecukupan pada masing-masing indikator yang digambarkan berdasarkan domain yang
dibentuknya.
Gambar 4.13 Persentase Masyarakat Lokal yang memenuhi Ambang Batas Kecukupan pada Masing Masing Indikator Sumber : Hasil Analisis,2016
Berikut ini adalah penjabaran persentase masyarakat lokal yang memenuhi ambang
batas kecukupan pada masing-masing indikator berdasarkan domain yang dibentuknya.
A. Kesejahteraan Psikologis
Kesejahteraan psikologis dibentuk oleh kepuasan hidup, emosi positif, emosi negatif
dan spiritualitas. Berdasarkan Gambar 4.13, persentase pemenuhan kecukupan tertinggi
dalam kesejahteraan psikologis pada kedua kelompok masyarakat lokal adalah emosi positif
dan terendah pada kepuasan hidup. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau
79
luar wisata memiliki tingkat kecukupan indikator kepuasan hidup, emosi positif, emosi
negatif dan spiritualitas yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat lokal yang bekerja di
sektor kegiatan wisata.
1. Kepuasan hidup
Persentase pemenuhan kecukupan pada indikator kepuasan hidup masyarakat lokal
yang bekerja di sektor kegiatan wisata adalah 46% sedangkan masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pendukung atau luar wisata adalah 55%. Dengan kata lain, sebanyak 54%
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan 45% masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pendukung atau luar wisata masih belum memenuhi kecukupan pada
kepuasan hidup. Hal tersebut tentunya disebabkan oleh persentase nilai sub-indikator
kepuasan hidup yang meliputi kepuasan hidup pada kesehatan, pekerjaan, hubungan
keluarga, standar hidup dan keseimbangan kerja.
Gambar 4.14 Persentase Masyarakat Lokal yang menyatakan Puas pada Indikator Kepuasan Hidup Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.14, persentase masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan
wisata (77%) maupun di sektor pendukung atau luar wisata (79%) yang puas dengan
kondisi kesehatannya sudah tinggi, demikian pula pada kepuasan hubungan keluarga pada
kedua kelompok masyarakat yang juga sangat tinggi. Namun, pada kepuasan pekerjaan
terdapat selisih persentase nilai yang cukup signifikan, dimana 73% masyarakat lokal
pekerja di sektor pendukung atau luar wisata telah mengaku puas dengan pekerjaannya
sedangkan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata hanya 61%.
0%
20%
40%
60%
80%
100%77%
61%
90%
51%
38%
79% 73%
84%
61% 55%
Kepuasan Hidup
Pekerja di sektor
kegiatan wisata
Pekerja di sektor
pendukung/di luar
wisata
80
Desa Oro-Oro Ombo sebagai wilayah perkembangan wisata tentunya memiliki
dampak pada terbukanya lapangan pekerjaan pada sektor pariwisata. Namun, tidak semua
masyarakat memiliki kemampuan dan modal yang cukup untuk memiliki atau mengelola
kegiatan wisata, sehingga hanya bekerja sebagai pegawai atau karyawan rendah atau hanya
bekerja pada bagian kecil dari kegiatan wisata. Perkembangan wisata juga dapat
menimbulkan adanya persaingan dalam kesempatan kerja antara pihak swasta, masyarakat
pendatang dan masyarakat lokal (Anggraeni, 2014).
Desa Oro-Oro Ombo sebagai wilayah perkembangan wisata juga dapat menimbulkan
dampak pada perubahan pola hidup masyarakat. Berdasarkan Gambar 4.14, sebanyak 49%
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan 39% masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pendukung atau luar wisata menyatakan belum puas dengan standar
hidupnya. Dengan hadirnya obyek wisata BNS yang memiliki kunjungan wisatawan lebih
dari 200.000 orang tiap tahunnya, tentunya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
khususnya yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Peningkatan pendapatan dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga standar hidup juga akan berubah. Hal
tersebut juga dapat disebabkan oleh dampak perkembangan wisata menurut Spillane
(1989) yaitu perubahan pola hidup yang diakibatkan oleh masuknya teknologi baru dan
adanya kontak langsung dengan wisatawan yang memiliki kebudayaan berbeda.
Persentase kedua masyarakat lokal yang memiliki kepuasan pada keseimbangan kerja
juga memiliki perbandingan nilai yang cukup signifikan. Masyarakat lokal pekerja di
sektor pendukung atau luar wisata yang mengaku puas dengan keseimbangan kerja adalah
55% sedangkan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata hanya 38%.
Keseimbangan kerja dapat disebabkan oleh penggunaan jam kerja yaitu pekerjaan utama
dan pekerjaan sampingan (apabila memiliki pekerjaan sampingan), Khususnya masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata yang sebagian besar memiliki pekerjaan
sampingan.
Kepuasan hidup pada keseimbangan kerja juga dimungkinkan oleh keseimbangan
antara pekerjaan dengan gaji atau upah yang diperoleh. Masyarakat lokal Desa Oro-Oro
Ombo tidak semuanya memiliki aset pedesaan, masih terdapat masyarakat yang berusaha
memperoleh tambahan penghasilan dengan bekerja serabutan. Pekerja serabutan memiliki
pekerjaan yang tidak tetap sehingga penghasilannya pun tidak tetap. Selain itu, terdapat
81
pegawai atau karyawan rendah dengan pekerjaan yang cukup banyak memakan waktu dan
tenaga namun, tidak berbanding lurus dengan gaji yang diperolehnya serta pekerja yang
tidak memiliki cukup banyak pelanggan atau tidak memiliki tempat yang tetap atau
berpindah-pindah sehingga penghasilannya tidak menentu.
2. Emosi positif
Indikator kesejahteraan psikologis selain kepuasan hidup adalah emosi positif. Emosi
positif memiliki persentase kecukupan tertinggi dibandingkan dengan indikator dalam
kesejahteraan psikologis lainnya. Karakteristik masyarakat pedesaan yang lugas,
menghargai orang lain dan saling tolong menolong (Waluya, B.) menciptakan adanya
atmosfer emosi positif yang tinggi. Pemenuhan kecukupan emosi positif masyarakat lokal
yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata (90%) lebih tinggi dibandingkan emosi
positif masyarakat lokal yang bekerja sektor kegiatan wisata (71%). Berikut ini adalah
Gambar persentase nilai sub-indikator emosi positif yang meliputi perasaan empati, murah
hati, memaafkan, puas atau bersyukur dan perasaan tenang.
Gambar 4.15 Persentase Masyarakat Lokal yang Sering atau Kadang Merasakan Emosi Positif Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.15, pemenuhan kecukupan emosi positif yang lebih tinggi pada
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata dapat disebabkan oleh
perasaan empati, murah hati, puas atau bersyukur dan perasaan tenang juga lebih banyak
dimiliki oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata,
sedangkan perasaan memaafkan lebih banyak dimiliki oleh masyarakat lokal yang bekerja
di sektor kegiatan wisata.
0%
20%
40%
60%
80%
100%79%
71%
91%
73%
61%
87% 86% 86% 89% 89%
Emosi Positif
Pekerja di sektor
kegiatan wisata
Pekerja di sektor
pendukung/di luar
wisata
82
3. Emosi negatif
Persentase pemenuhan kecukupan indikator emosi negatif masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata adalah 53% yang berarti sebanyak 47% masih sering atau
kadang merasakan emosi negatif, sedangkan emosi negatif masyarakat lokal yang bekerja
di sektor kegiatan pendukung atau luar wisata adalah 68% yang berarti sebanyak 32%
masih sering atau kadang merasakan emosi negatif. Berikut ini adalah persentase nilai sub-
indikator emosi negatif yaitu perasaan egois, cemburu, marah, takut dan khawatir.
Gambar 4.16 Persentase Masyarakat Lokal yang Sering atau Kadang Merasakan Emosi
Negatif Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.16, persentase perasaan emosi negatif tertinggi pada kedua
kelompok masyarakat lokal adalah perasaan takut dan khawatir sedangkan yang terendah
adalah perasaan cemburu. Perasaan egois, cemburu, marah, takut dan khawatir lebih
banyak dirasakan oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Persentase
masyarakat lokal yang merasa egois, cemburu dan marah memiliki selisih yang cukup
signifikan. Perasaaan egois, cemburu dan marah yang lebih banyak dirasakan masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dimungkinkan merupakan refleksi dari adanya
perkembangan wisata di Desa Oro-Oro Ombo yang mengakibatkan adanya persaingan
kerja.
Menurut Nasir (2014), kehadiran obyek wisata di tengah-tengah masyarakat dapat
menimbulkan konflik apabila tidak membawa perubahan ekonomi. Kenyataan bahwa
adanya hubungan kerjasama antara pemerintah desa dengan pihak obyek wisata melalui
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Egois Cemburu Marah Takut Khawatir
31% 28% 31%
42% 43%
19%
9% 11%
41% 39%
Emosi Negatif
Pekerja di sektor
kegiatan wisata
Pekerja di sektor
pendukung/di luar
wisata
83
penyerapan tenaga kerja masyarakat lokal dan mengizinkan adanya pembukaan usaha-
usaha di sekitar obyek wisata dapat digunakan sebagai media untuk meredam konflik
masyarakat. Melalui kelembagaan POKDARWIS, masyarakat yang bekerja di sektor
kegiatan wisata diarahkan pada kerjasama antar kelompok yang bersifat profit oriented.
Namun, dengan melihat adanya potensi sektor kegiatan wisata yang cukup besar di Desa
Oro-Oro Ombo, tidak dapat dipungkiri akan timbulnya perasaan egois untuk mencari
keuntungan sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup.
POKDARWIS sebagai lembaga non-formal yang mengatur kegiatan wisata di Desa
Oro-Oro Ombo juga memiliki adanya persyaratan dalam perekrutan tenaga kerja, dimana
kemampuan, keterampilan dan tingkat pendidikan masyarakat menjadi dasar pada
penempatan tenaga kerja. Persyaratan tersebut dapat menimbulkan kecemburuan dan
kemarahan pada golongan masyarakat tertentu. Perasaan egois, cemburu dan marah yang
dirasakan oleh kedua kelompok masyarakat lokal juga mungkin diakibatkan oleh
persaingan kerja pada pekerjaan sejenis, dimana sektor kegiatan satu dengan yang lainnya
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga jumlah pelanggan atau
wisatawan yang datang berkunjung juga berbeda-beda.
Berdasarkan Gambar 4.16, perasaan takut dan khawatir pada masyarakat lokal pekerja
di sektor kegiatan wisata maupun yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata
memiliki persentase nilai yang hampir sama. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
pertumbuhan kegiatan wisata dan kunjungan wisatawan di Desa Oro-Oro Ombo yang
dapat memicu peningkatan pelanggaran hukum (kasus pencurian dan pengedaran
narkoba). Dalam RPJM Desa Oro-Oro 2015-2021 disebutkan bahwa fasilitas keamanan
seperti pos kampling masih kurang merata dan terdapat beberapa tempat yang belum
memiliki PJU. Petugas keamanan (LINMAS) Desa Oro-Oro Ombo juga masih kurang
aktif ikut serta dalam kegiatan sektor wisata. Pada kenyataannya masyarakat lebih banyak
memilih untuk memperkerjakan saudara atau masyarakat lokal yang kurang mampu
sebagai penjaga (homestay, toko) atau sebagai tukang parkir.
4. Spiritualitas
Indikator kesejahteraan psikologis juga didasarkan oleh kondisi spiritualitas.
Berdasarkan Gambar 4.13, masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung wisata atau
luar wisata (61%) memiliki persentase tingkat kecukupan spritualitas lebih tinggi
84
dibandingkan dengan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata (57%).
Angka tersebut cukup rendah mengingat karakteristik masyarakat pedesaan yang
umumnya memiliki spiritualitas yang tinggi. Desa Oro-Oro Ombo sendiri memiliki banyak
tempat pengembangan agama yaitu melalui organisasi budaya terbang jidor dan khadrah,
terdapat pondok pesantren Sunan Kalijaga, tempat pengajian, Gereja Pepatan serta
organisasi keagamaan seperti NU, Anshor, Remas dan Forsita. Meningkatnya pelanggaran
hukum dan menurunnya kegiatan spiritualitas dapat mengindikasikan adanya nilai-nilai
dan kepercayaan adat yang mulai luntur sebagai dampak dari adanya pengembangan
wisata (Waluya, B.).
B. Kesehatan
Kesehatan dibentuk oleh indikator catatan status kesehatan diri, indikator kesehatan
sehari-hari dan tidak difabel. Berdasarkan Gambar 4.13, nilai persentase kecukupan tertinggi
pada indikator kesehatan kedua kelompok masyarakat lokal adalah indikator tidak difabel,
dimana sebanyak 100% masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan wisata dalam penelitian
ini tidak terdapat yang memiliki disabilitas sedangkan masyarakat yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata terdapat 2% yang memiliki disabilitas.
Catatan status kesehatan diri adalah kondisi kesehatan yang tengah dirasakan oleh
individu, dimana persentase catatan status kesehatan diri yang baik pada masyarakat lokal
yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata (83%) lebih tinggi dibandingkan dengan
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Demikian pula pada persentase
indikator kesehatan sehari-hari (jumlah hari sehat dalam satu bulan terakhir), yang lebih
didominasi oleh masyarakat yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata (81%)
dibandingkan dengan masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan wisata (74%).
Berdasarkan persentase kecukupan pada indikator-indikator kesehatan dapat dikatakan
bahwa kondisi kesehatan pada kedua kelompok masyarakat baik. Hal tersebut mengingat
fasilitas kesehatan di Desa Oro-Oro Ombo yang cukup tersedia dengan baik yaitu posyandu
yang terdapat di setiap dusun, polindes dan rumah bersalin di Dusun Krajan serta rumah
berobat di Dusun Gondorejo.
C. Pendidikan
Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari kemampuan mereka untuk mengakses
pendidikan setinggi-tingginya, serta mampu menggunakan pendidikan tersebut untuk
85
memenuhi kebutuhan hidupnya (Permanasari, 2011). Pendidikan dibentuk oleh keaksaraan,
kualifikasi pendidikan, pengetahuan dan norma. Tingkat pendidikan masyarakat sendiri
dapat dipengaruhi oleh kemudahan masyarakat dalam mengakses pendidikan. Fasilitas
pendidikan yang terdapat di Desa Oro-Oro Ombo tergolong cukup lengkap yaitu terdapat
lima unit playgroup/PAUD, empat unit TK, empat unit SD, satu unit SMP dan satu unit
SMA.
Berdasarkan Gambar 4.13, persentase pemenuhan kecukupan tertinggi kedua
kelompok masyarakat pada indikator pendidikan adalah keaksaraan dan terendah pada
pengetahuan. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata memiliki nilai
persentase kecukupan lebih tinggi pada indikator keaksaraan dan kualifikasi pendidikan
sedangkan persentase kecukupan indikator pengetahuan dan norma lebih banyak dimiliki
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata.
1. Keaksaraan
Persentase pemenuhan kecukupan pada indikator keaksaraan yang tinggi dapat
dimungkinkan oleh perkembangan pariwisata yang terjadi di Desa Oro-Oro Ombo yang
membawa perkembangan teknologi sehingga masyarakat lokal lebih mudah mengakses
informasi.
2. Kualifikasi Pendidikan
Tingginya persentase pemenuhan kecukupan pada indikator keaksaraan dan kualifikasi
pendidikan juga dapat disebabkan oleh adanya ketentuan dari POKDARWIS mengenai
masyarakat yang bekerja, khususnya di sektor kegiatan wisata diutamakan memiliki
kemampuan dan kualifikasi pendidikan yang tinggi khususnya masyarakat yang memiliki
jenjang pendidikan SLTA ke atas. Dalam hasil survei, rata-rata masyarakat lokal yang
memiliki kualifikasi pendidikan SD dan SMP serta yang tidak tamat SD bekerja sebagai
tukang ojek wisata, PKL maupun penjaga homestay, penjaga toko, petani dan peternak.
Namun, juga terdapat masyarakat lokal yang walaupun memiliki kualifikasi pendidikan
rendah tetapi mengambil keuntungan dengan aset yang dimilikinya yaitu dengan cara
mengelola rumah makan atau menyewakan rumahnya sebagai homestay.
3. Pengetahuan
Persentase pemenuhan kecukupan pada indikator pengetahuan lebih banyak dimiliki
oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata (41%)
86
dibandingkan dengan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata (33%).
Berikut ini adalah persentase masyarakat lokal yang mengaku memiliki pengetahuan yang
baik terkait sejarah lokal maupun nasional, pengetahuan mengenai lagu tradisional
maupun nasional dan pengetahuan mengenai tatanan pemerintah.
Gambar 4.17 Persentase Masyarakat Lokal yang memiliki Pengetahuan Baik pada Indikator
Pengetahuan Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.17, pemenuhan kecukupan indikator pengetahuan masyarakat
yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata lebih tinggi dibandingkan masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Khususnya pada pengetahuan terkait lagu
tradisional dan nasional yang memiliki perbandingan persentase nilai yang cukup
signifikan di antara kedua kelompok masyarakat tersebut. Desa Oro-Oro Ombo sendiri
memiliki beberapa organisasi seni budaya yang dapat digunakan sebagai wadah untuk
melestarikan sejarah lokal dan nasional yaitu kuda lumping, reog dan bantengan, selain itu
juga terdapat organisasi seni budaya untuk mengembangkan lagu tradisional dan nasional
yaitu karawitan dan orkes melayu. Namun, pada kenyataannya organisasi seni budaya
tersebut lebih banyak diikuti oleh masyarakat yang telah lanjut usia dan kurang diminati
oleh kaum remaja sehingga memungkinkan regenerasi penerusnya menjadi tidak ada.
Hadirnya obyek wisata BNS dengan konsep wisata modern ditengah-tengah
masyarakat juga dapat membawa dampak munculnya teknologi-teknologi baru yang
membawa perubahan pada masyarakat. Perubahan teknologi lebih cepat dibanding
perubahan budaya, kepercayaan serta norma untuk mengatur kehidupan (Goode,2007).
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sejarah Lokal &
Nasional
Lagu Tradisional
& Nasional
Tatanan
Pemerintah
43%
31%
44% 47% 41%
45%
Pengetahuan
Pekerja di sektor
kegiatan wisata
Pekerja di sektor
pendukung/di luar
wisata
87
Khususnya pada perkembangan teknologi informasi yang memungkinkan untuk mulai
diadaptasi dan diterapkan oleh masyarakat lokal Desa Oro-Oro Ombo, sehingga
pengetahuan masyarakat juga berubah.
4. Norma
Norma juga merupakan salah satu indikator dalam pendidikan masyarakat. Norma
dalam hal ini adalah persepsi masyarakat terkait dengan tindakan menyimpang yang
terjadi lingkungan sekitarnya (Ura, dkk 2012). Berdasarkan Gambar 4.13, masyarakat
lokal yang bekerja di sektor pendukung memiliki persentase pemenuhan indikator norma
lebih tinggi. Berikut ini adalah persentase masyarakat lokal yang mengaku kadang
membenarkan tindakan pembunuhan, pencurian, kebohongan dan pelecehan seksual.
Gambar 4.18 Persentase Masyarakat yang Kadang Membenarkan Tindakan Menyimpang
pada Indikator Norma Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.18, masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata
maupun yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata sepakat bahwa tindakan
pelecehan seksual sepenuhnya tidak benar. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata sebanyak 5% dan 2% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung
atau luar wisata memiliki persepsi bahwa tindakan pembunuhan kadang benar,
pembunuhan tersebut dapat diasumsikan sebagai bentuk pertahanan diri yang merupakan
respon masyarakat atas adanya tindakan kriminal seperti pencurian yang terdapat di Desa
Oro-Oro Ombo. Namun, sebanyak 3% masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata masih memiliki persepsi bahwa tindakan pencurian kadang benar.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Pembunuhan Pencurian Kebohongan Pelecehan
Seksual
5% 3%
27%
0% 2% 0%
24%
0%
Norma
Pekerja di sektor
kegiatan wisata
Pekerja di sektor
pendukung/di luar
wisata
88
Demikian pula dengan tindak kebohongan dimana 27% masyarakat lokal yang bekerja
di sektor kegiatan wisata dan 24% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau
luar wisata menganggap tindakan tersebut kadang benar. Hal tersebut dapat memunginkan
oleh dampak perkembangan wisata yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku,
kebiasaan, moral dan budaya masyarakat lokal (Waluya, B.). Adanya kontak dengan
budaya lain dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan baru sehingga dapat
menimbulkan munculnya toleransi terhadap perbuatan menyimpang.
Toleransi terhadap perbuatan menyimpang dalam hal ini salah satunya adalah sikap
saling membohongi antara masyarakat lokal dengan wisatawan akibat tidak terdapat
adanya hubungan yang mendalam (Nasir,2014). Karakteristik masyarakat pedesaan yang
bersifat jujur dan terbuka dapat berubah seiring dengan waktu mengingat persaingan kerja
dalam industri wisata sehingga “kebohongan” dilakukan guna menarik minat wisatawan
dan konsumen. Hal tersebut juga dapat dimungkinkan sejalan dengan menurunnya
kegiatan spiritualitas dan adanya emosi negatif pada kesejahteraan psikologis masyarakat
di Desa Oro-Oro Ombo.
D. Keragaman Budaya
Keragaman budaya dibentuk oleh bahasa, partisipasi budaya dan keterampilan seni.
Berdasarkan Gambar 4.13, persentase pemenuhan kecukupan keragaman budaya masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata tertinggi adalah pada indikator bahasa,
sedangkan persentase tingkat kecukupan keragaman budaya masyarakat lokal yang bekerja
di sektor pendukung atau luar wisata tertinggi pada indikator partisipasi budaya.
1. Bahasa
Persentase pemenuhan kecukupan indikator bahasa lebih didominasi oleh masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata (78%) dibandingkan persentase kecukupan
indikator bahasa masyarakat yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata batas
(63%). Hal tersebut mungkin disebabkan oleh budaya masyarakat Desa Oro-Oro Ombo
yang masih menggunakan bahasa tradisional sebagai bahasa sehari-hari yaitu bahasa jawa.
Namun, hal yang perlu dicermati adalah tingkat kefasihan bahasa indonesia
masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo yang tinggi
selain memiliki sisi positif juga memiliki sisi negatif. Ryan dalam Pitana & Gayatri (2005)
menyebutkan salah satu dampak perkembangan wisata terhadap aspek budaya adalah
89
terjadinya erosi bahasa daerah. Hal tersebut terjadi akibat adaptasi masyarakat lokal yang
menyesuaikan untuk melayani wisatawan sehingga secara tidak langsung kegiatan
pariwisata memaksa masyarakat lokal untuk mengadopsi bahasa sesuai kebutuhan.
2. Partisipasi budaya
Persentase pemenuhan kecukupan partisipasi budaya pada Gambar 4.13 dapat
dikatakan sejalan dengan pemenuhan kecukupan pengetahuan masyarakat lokal, dimana
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata (69%) memiliki
persentase partisipasi budaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat pekerja
di sektor kegiatan wisata (51%).
3. Keterampilan seni
Persentase pemenuhan kecukupan indikator keterampilan seni juga lebih didominasi
oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata (53%)
dibandingkan dengan masyarakat pekerja di sektor kegiatan wisata (49%). Persentase
pemenuhan kecukupan indikator partisipasi budaya dan keterampilan seni pada
masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata yang lebih tinggi
dimungkinkan dapat disebabkan oleh sebagian masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan
wisata yang memiliki pekerjaan sampingan sehingga penggunaan waktu lebih banyak
digunakan untuk bekerja.
Demikian pula, berdasarkan keterangan dari Sekertaris Desa Oro-Oro Ombo, saat ini
sudah sangat sedikit kesadaran warga untuk mengadakan kegiatan sosial budaya bersama-
sama. Selain itu berdasarkan penelitian Anggraeni (2014), dengan adanya pembangunan
kawasan wisata di Desa Oro-Oro Ombo mengakibatkan adanya perubahan cara
berpakaian, cara bergaul dan tata krama khususnya pada generasi muda serta memicu
sikap yang tidak peduli dan acuh tak acuh.
Desa Oro-Oro Ombo sendiri merupakan wilayah perkembangan wisata (BNS) dengan
kunjungan wisatawan dari berbagai macam latar belakang daerah dan budaya yang membaur
menjadi satu, sehingga menurut Pitana & Gayatri (2005) dapat mengakibatkan terkikisnya
budaya lokal yang berubah menjadi budaya baru yang berbeda (akulturasi budaya) dengan
budaya setempat. Pemerintah Desa Oro-Oro Ombo sebenarnya cukup banyak mewadahi
kegiatan seni budaya untuk semua kalangan yaitu mulai dari anak-anak sampai dewasa
antara lain adalah adanya terbang jidor, khadrah, drum band, reog ponorogo, campursari,
90
jama’ah shalawat, pencak silat, kentrung/sanduk, karawitan, kuda lumping, bantengan dan
orkes melayu.
Desa Oro-Oro Ombo juga memiliki berbagai macam peninggalan masa lalu (heritage)
yaitu kawasan makam pesarean leluhur desa yaitu makam Mbah Brojodento, Singo Sentono,
Kyai Muhammad dan Kyai Musyafik. Namun, pada kenyataanya, selain karena sebagian
besar kegiatan seni budaya lebih banyak diminati kaum manula, sarana dan prasarana seni
budaya juga belum memadai. Dengan adanya potensi kesenian dan budaya yang dimiliki
oleh Desa Oro-Oro Ombo seharusnya dapat menjadi salah satu cara untuk tetap
mengembangkan pariwisata serta meningkatkan dan mempertahankan budaya, masyarakat
lokal.
E. Penggunaan Waktu
Berdasarkan Gambar 4.13, persentase pemenuhan kecukupan indikator penggunaan
waktu jam kerja dan jam tidur lebih banyak dimiliki oleh masyarakat lokal yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata.
1. Jam kerja
Masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata sebanyak 53% masih bekerja lebih
dari jam kerja normal, sedangkan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan pendukung
atau luar wisata yang bekerja lebih dari jam kerja normal adalah sebanyak 46%. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh sebagian besar masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan
wisata yang memiliki pekerjaan sampingan. Karakteristik masyarakat pedesaan yang giat
bekerja dan saling tolong-menolong dimungkinkan turut menyebabkan penggunaan waktu
kerja masyarakat. Berikut ini adalah rincian persentase nilai jam kerja masyarakat lokal
yang bekerja di sektor kegiatan wisata maupun yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata di Desa Oro-Oro Ombo.
91
Gambar 4.19 Persentase Jam Kerja Masyarakat Lokal Sumber : Hasil Analisis, 2016
Berdasarkan Gambar 4.19, persentase jam kerja terbanyak pada masyarakat yang
bekerja di sektor kegiatan wisata adalah 9 jam (34%) sedangkan persentase jam kerja
terbanyak pada masyarakat yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata adalah 8
jam (35%). Selain itu, pada kedua kelompok masyarakat lokal masih terdapat masyarakat
yang bekerja sampai 12 jam. Berikut ini adalah rata-rata jam kerja masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata maupun yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata.
Tabel 4.3 Rata-rata Jam Kerja Masyarakat Lokal yang bekerja di Sektor Kegiatan Wisata dan
Sektor Pendukung atau Luar Wisata di Desa Oro-Oro Ombo Pekerjaan Rata-rata Jam Kerja
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
Pedagang BNS 9-10 jam
Petugas Pintu Masuk 6-7 jam
Petugas Keamanan 7-8 jam
Tukang Parkir 9-11 jam
PKL 7- 12 jam
Tukang Ojek 8-10 jam
Travel Agent 8-9 jam
Pengelola/Pegawai Catering 7-9 jam
Pengelola/Pegawai Warung 6–10 jam
Pengelola/Penjaga homestay 7-10 jam
Kelompok Informasi Masyarakat 6 jam
Pramuwisata 6 jam
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
Petani 8-12 jam
Peternak 7-11 jam
Pegawai Swasta 7-8 jam
Tenaga Medis 8-9 jam
Perangkat Desa 9-10 jam
Pengelola/Penjaga Toko 7-12 jam
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
6 Jam 7 Jam 8 Jam 9 Jam 10 Jam 11 Jam 12 Jam
9% 14%
23%
34%
13%
2% 4% 0%
19%
35%
25%
15%
3% 3%
Jam Kerja
Pekerja di
sektor kegiatan
wisata
Pekerja di
sektor
pendukung/di
luar wisata
92
Pekerjaan Rata-rata Jam Kerja
Pengelola/Pegawai Salon 8-10 jam
Pengrajin 8-10 jam
Sumber: Hasil Kuesioner, 2016
Berdasarkan Tabel 4.3, rata-rata jam kerja masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan
wisata yang masih lebih dari jam kerja normal adalah pedagang BNS dan tukang parkir,
sedangkan masyarakat lokal yang bekerja sebagai travel agent dan pengelola/pegawai
catering masih terdapat yang bekerja sampai 9 jam, demikian pula pada tukang ojek,
pengelola/pegawai warung dan pengelola/penjaga homestay yang bekerja sampai 10 jam.
Masyarakat yang bekerja sebagai PKL juga ada yang bekerja sampai 12 jam.
2. Jam Tidur
Penggunaan waktu juga meliputi jam tidur masyarakat. Nilai pemenuhan kecukupan
penggunaan jam tidur pada kedua kelompok masyarakat lokal cukup signifikan.
Masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata memiliki tingkat kecukupan 40% pada
jam tidur atau sebanyak masih terdapat 60% masyarakat memiliki waktu tidur atau
istirahat kurang dari jam tidur normal (<8 jam), sedangkan masyarakat lokal pekerja di
sektor kegiatan pendukung atau luar wisata yang memiliki waktu tidur atau istirahat
kurang dari jam tidur normal sebanyak 43%. Berikut ini adalah nilai pemenuhan
kecukupan penggunaan jam tidur.
Gambar 4.20 Persentase Jam Tidur Masyarakat Lokal Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.20, persentase jam tidur tertinggi pada masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata adalah 7 jam (41%) sedangkan persentase jam tidur
tertinggi masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata adalah 8 jam
(37%). Persentase penggunaan jam tidur yang cukup rendah dapat disebabkan oleh masih
0%
20%
40%
60%
80%
100%
6 Jam 7 Jam 8 Jam 9 Jam
19%
41%
31%
9%
25% 18%
37%
20%
Jam Tidur
Pekerja di sektor
kegiatan wisata
Pekerja di sektor
pendukung/di
luar wisata
93
terdapat masyarakat lokal yang hanya memiliki jam tidur dan istirahat selama 7-6 jam.
Berdasarkan domain penggunaan waktu, jam kerja masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata lebih banyak, sehingga penggunaan jam tidur dan istirahat juga lebih
sedikit dibandingkan dengan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata.
F. Tatanan Pemerintah
Tatatan pemerintah dibentuk oleh indikator kebebasan politik, kinerja pemerintah dan
penyediaan layanan. Berdasarkan Gambar 4.13, persentase pemenuhan kecukupan indikator
tatanan pemerintah tertinggi pada kedua kelompok masyarakat lokal adalah indikator
partisipasi politik yaitu 92% pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata
dan 91% pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata.
Sedangkan, persentase tingkat kecukupan indikator dalam tatanan pemerintah terendah
terdapat pada indikator kinerja pemerintah dan penyediaan layanan. Persentase pemenuhan
kecukupan indikator tatanan pemerintah berupa kebebasan politik, kinerja pemerintah dan
penyediaan layanan lebih didominasi oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata.
1. Kebebasan politik
Pemenuhan kecukupan indikator kebebasan politik masyarakat lokal yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata memiliki tingkat kecukupan yang sudah tinggi yaitu
72% sedangkan pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata hanya 65%
atau dengan kata lain 45% merasa belum memiliki kebebasan politik. Indikator kebebasan
politik mencakup persepsi masyarakat atas tujuh kebebasan politik, yaitu kebebasan
berbicara dan berpendapat, hak untuk memilih, hak untuk bergabung dengan partai politik
pilihan mereka, hak untuk membentuk asosiasi atau menjadi anggota asosiasi, hak untuk
akses yang sama dan kesempatan untuk bergabung dengan layanan publik, hak untuk upah
yang sama pada pekerjaan bernilai sama dan kebebasan diskriminasi berdasarkan ras dan
jenis kelamin.
Berikut ini adalah persentase masyarakat lokal yang mengaku telah memiliki hak-hak
dalam indikator kebebasan politik.
94
Gambar 4.21 Persentase Masyarakat Lokal yang Mengaku Memiliki Hak-Hak Kebebasan Politik Sumber : Hasil Analisis,2016
Keterangan:
a. Kebebasan berbicara dan berpendapat f. hak untuk upah yang sama dengan
b. hak untuk memilih pekerjaan yg sama
c. hak untuk bergabung dengan partai politik g.Kebebasan dari diskrimasi ras,jenis kelamin
d. hak untuk membentuk/bergabung dengan asosiasi
e. hak untuk akses yang sama & bergabung dgn pelayanan publik
Berdasarkan Gambar 4.21, persentase masyarakat yang merasa memiliki hak untuk
bergabung dengan partai politik, hak untuk akses yang sama dan bergabung dengan
pelayanan serta kebebasan dari diskriminasi ras jenis kelamin memiliki persentase nilai
yang hampir sama pada kedua kelompok masyarakat. Demikian pula, pada hak untuk
memilih dan hak untuk membentuk atau bergabung dengan asosiasi yang hanya memiliki
sedikit selisih nilai persentase antara kedua kelompok masyarakat. Namun, untuk
kebebasan berbicara dan berpendapat serta hak untuk upah yang sama pada pekerjaan yang
sama memiliki selisih nilai persentase yang cukup signifikan.
Persentase masyarakat lokal yang memiliki kebebasan berbicara dan berpendapat lebih
banyak dimiliki oleh masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata yaitu 81%
dibandingkan dengan masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata yang
hanya 69%. Masyarakat lokal di area wisata berdasarkan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2009 memiliki hak untuk menyelenggarakan pariwisata, menyampaikan saran,
pendapat dan pertimbangan, pengambilan keputusan dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan penyelenggaraan pariwisata.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
a b c d e f g
81%
96%
76%
87% 93%
52%
87%
69%
91%
77%
91% 93%
76%
87%
Kebebasan Politik
Pekerja di sektor
kegiatan wisata
Pekerja di sektor
pendukung/di
luar wisata
95
Kebebasan berbicara dan berpendapat masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata dapat diwujudkan melalui perencanaan pariwisata yang melibatkan tokoh
masyarakat, masyarakat lokal, dinas terkait dan pihak investor. POKDARWIS sebagai
lembaga yang mewadahi kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo biasanya mengambil
beberapa perwakilan (2-3 orang) saja dari kelompok-kelompok masyarakat lokal yang
bekerja di kegiatan wisata dalam perencanaan wisata, sehingga tidak menutup
kemungkinan adanya masyarakat yang kurang memiliki wadah untuk berbicara dan
berpendapat.
Berdasarkan Gambar 4.21, persentase hak untuk memilih pada kedua kelompok
masyarakat lokal sudah tinggi, namun lebih banyak didominasi oleh masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata dengan selisih nilai persentase yang tidak terlalu
signifikan. Hal ini sejalan dengan tingginya persentase pada indikator partisipasi politik
pada Gambar 4.13. Demikian pula dengan persentase hak untuk bergabung dengan partai
politik antara kedua kelompok masyarakat lokal yang hampir sama. Sebanyak 24%
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan 23% masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan pendukung wisata atau luar wisata merasa kurang memiliki hak
untuk bergabung dengan partai politik. Hal tersebut dimungkinkan berkaitan dengan
adanya SDM masyarakat lokal Desa Oro-Oro Ombo dengan output pendidikan yang masih
rendah sehingga belum memahami kegunaan dari partai politik itu sendiri.
Hak untuk membentuk atau bergabung dengan asosiasi memiliki persentase yang lebih
tinggi pada masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata (91%)
dibandingkan dengan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata (81%) namun,
perbandingannya tidak terlalu signifikan. Hak untuk akses yang sama dan bergabung pada
pelayanan publik memiliki nilai persentase yang sama pada kedua kelompok yaitu 93%,
yang berarti pada kedua kelompok masyarakat merasa telah memiliki akses dan pelayanan
publik yang baik.
Kebebasan dari diskriminasi ras dan jenis kelamin memiliki nilai persentase yang sama
pada kedua kelompok masyarakat lokal yaitu 87%. Hal tersebut memungkinkan tidak
terdapat adanya pembatasan pembagian kerja khususnya pada laki-laki maupun
perempuan di Desa Oro-Oro Ombo. Namun, hak upah yang sama pada pekerjaan yang
sama memiliki nilai persentase yang cukup siginifikan di antara kedua kelompok
96
masyarakat lokal. Masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung wisata atau luar wisata
sebanyak 76% mengaku telah memiliki hak untuk upah yang sama pada pekerjaan yang
bernilai sama, sedangkan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata yang
mengaku memiliki hak tersebut hanya 52%. Masih terdapat 48% masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata dan 23% masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata yang merasa belum memiliki hak tersebut.
Karakteristik masyarakat pedesaan cenderung homogen termasuk dalam pekerjaan.
Kegiatan wisata yang mendominasi di Desa Oro-Oro Ombo adalah penyediaan jasa
akomodasi (64%) khususnya pada penyediaan homestay dan penyediaan jasa makanan dan
minuman berupa warung atau tempat makan (21%). Dengan adanya sektor kegiatan yang
sama memungkinkan adanya kompetisi kerja. Dalam kompetisi tersebut selain
mempertimbangkan kelengkapan dan kondisi fasilitas yang ditawarkan, mengharusnya
adanya diversifikasi produk yang memiliki inovasi dan kreasi tersendiri untuk menarik
minat wisatawan, sehingga pendapatan masyarakat juga pasti akan berbeda-beda.
Letak kegiatan juga dapat menjadi penyebab hal tersebut, dimana pusat kegiatan wisata
Desa Oro-Oro Ombo terletak di area sekitar BNS (Dusun Krajan), namun kemampuan dan
modal masyarakat juga perlu diperhatikan (harga sewa lebih mahal). Selain itu, masih
terdapat masyarakat yang belum dapat berlaku dan bertindak sebagai tuan rumah dalam
menyambut wisatawan (RPJM Desa Oro-Oro Ombo 2015 - 2021). Hal tersebut dapat
dimungkinkan oleh rendahnya penguasaan keterampilan dalam bidang wisata karena
masyarakat dulunya hanya bertani dan berternak sehingga memberikan dampak pada
penerimaan gaji atau upah yang diterima.
2. Partisipasi politik
Partisipasi politik pada kedua kelompok masyarakat lokal sudah tinggi. Tingginya
persentase kecukupan pada partisipasi politik mengindikasikan adanya antusiasme
masyarakat dalam mengikuti voting pemilu dan mengikuti pertemuan masyarakat sudah
tinggi.
3. Kinerja pemerintah
Persentase pemenuhan kecukupan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung
atau luar wisata (65%) pada kinerja pemerintah lebih tinggi dibandingkan masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata (55%). Kinerja pemerintah dalam hal ini
97
adalah persepsi masyarakat terhadap kinerja pemerintah pada bidang tenaga kerja,
kesetaraan, pariwisata serta lingkungan dan budaya. Berikut ini adalah persentase
masyarakat lokal yang memiliki persepsi bahwa kinerja pemerintah sudah baik.
Gambar 4.22 Persentase Masyarakat Lokal yang Merasa Kinerja Pemerintah sudah Baik Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.22, persentase tertinggi kinerja pemerintah menurut persepsi
kedua kelompok masyarakat terdapat pada bidang kesetaraan . Hal tersebut sejalan dengan
persentase hak akses yang sama dan bergabung dengan pelayanan publik serta persentase
kebebasan dari diskriminasi ras dan jenis kelamin pada Gambar 4.22 yang juga sudah
banyak dimiliki oleh kedua kelompok masyarakat lokal. Untuk persentase kinerja
pemerintah terendah menurut persepsi kedua kelompok masyarakat terdapat pada bidang
lingkungan dan budaya.
Kinerja pemerintah pada bidang tenaga kerja dirasa sudah baik oleh 71% masyarakat
lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata dan 61% dirasa cukup baik oleh
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Namun, 29% masyarakat lokal
yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata dan 39% masyarakat lokal yang bekerja
di kegiatan wisata merasa kinerja pemerintah pada bidang tenaga kerja masih kurang.
Kinerja pemerintah pada bidang pariwisata juga dinilai masih kurang baik oleh 49%
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan 37% masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pendukung atau luar wisata.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tenaga Kerja Kesetaraan Pariwisata Lingkungan
Budaya
61%
87%
51%
39%
71%
86%
63%
44%
Kinerja Pemerintah
Pekerja di sektor
kegiatan wisata
Pekerja di sektor
pendukung/di luar
wisata
98
Angka pengangguran dapat ditekan melalui perkembangan wisata melalui terciptanya
lapangan pekerjaan baru ditengah-tengah masyarakat. Namun, di Desa Oro-Oro Ombo
yang perlu dicermati adalah masih terdapat adanya 19,7% masyarakat yang belum bekerja
di Desa Oro-Oro Ombo (Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016). Kinerja pemerintah Desa Oro-
Oro Ombo tentunya juga dapat dilihat dari SDM Perangkat Desa itu sendiri. Berikut ini
adalah susunan kerja pemerintah Desa beserta profil tingkat tingkat pendidikan Perangkat
Desa Oro-Oro Ombo.
Gambar 4.23 Susunan Kerja Pemerintah Desa Oro-Oro Ombo Sumber : Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016
Berdasarkan susunan kerja dan profil pendidikan pemerintah Desa Oro-Oro Ombo
pada Gambar 4.23, SDM perangkat Desa Oro-Oro Ombo sebagai penyelenggara
pembangunan dan kemasyarakatan desa masih tergolong rendah. Hal tersebut juga diakui
pemerintah Desa Oro-Oro Ombo dalam Profil Desa Tahun 2016, bahwa salah satu
permasalahan Desa Oro-Oro Ombo adalah rendahnya SDM Pemerintah Desa yang
berdampak pada penguasaan dan pemahaman hukum sehingga menyebabkan adanya
kegagalan pembuatan produk serta langkah hukum yang berhubungan dengan kerjasama
pihak ketiga (investor). Investor atau pihak swasta dalam hal ini masih menjadi pemegang
keuntungan terbesar dari potensi pariwisata Desa Oro-Oro Ombo.
Perencanaan pembangunan pariwisata desa masih bertumpu hanya pada satu sektor
saja, dimana salah satu misi dari RPJM Desa Oro-Oro Ombo tahun 2015 - 2021 adalah
99
“Perencanaan Pariwisata berbasis Pertanian”, padahal Desa Oro-Oro Ombo sendiri
memiliki banyak potensi kegiatan wisata, seperti wisata budaya dan wisata religi.
Demikian pula pada RIPPDA Kota Batu tahun 2014 - 2019 yang menunjukkan Desa Oro-
Oro Ombo sebagai pusat kegiatan wisata modern. Hal tersebut juga memungkinkan
adanya karakteristik masyarakat desa yang memiliki kecurigaan dengan komunitas baru
(Waluya, B.) sehingga membuat masyarakat pedesaan cenderung untuk bertahan pada
konsep-konsep pengembangan yang lama.
Kurangnya persentase persepsi masyarakat terhadap kinerja pemerintah pada bidang
pariwisata juga dapat dimungkinakan oleh kurangnya modal dan pelatihan pada
masyarakat lokal yang bekerja di bidang pariwisata sehingga banyak potensi pariwisata
Desa Oro-Oro Ombo yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Pada kenyataannya,
penyuluhan oleh POKDARWIS Desa Oro-Oro Ombo dilaksanakan pada perwakilan
kelompok masyarakat tertentu saja, dimana tidak semua masyarakat yang bekerja di sektor
kegiatan wisata memiliki sebuah paguyuban (tukang ojek, rumah makan).
Berdasarkan Gambar 4.24, kinerja pemerintah pada bidang lingkungan dan budaya
juga dirasa masih kurang oleh 61% masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata dan 54% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata. Hal
tersebut juga dapat disebabkan oleh lingkungan Desa Oro-Oro Ombo yang belum
memiliki pengolahan sampah serta sarana prasarana budaya yang belum memadai.
4. Penyediaan layanan
Selain kebebasan politik, partisipasi politik dan kinerja pemerintah, tatanan pemerintah
juga mencakup penyediaan layanan. Penyediaan layanan adalah persepsi masyarakat lokal
terhadap penyediaan layanan pemerintah pada pelayanan kesehatan, pelayanan
pembuangan limbah dan pelayanan akses listrik dan pasokan air. Berdasarkan Gambar
4.13, persentase pemenuhan kecukupan penyediaan layanan lebih didominasi oleh
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata. Berikut ini adalah
rincian persentase persepsi masyarakat terhadap indikator penyediaan layanan.
100
Gambar 4.24 Persentase Masyarakat Lokal yang Memiliki Persepsi Penyediaan Layanan sudah Baik Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.24, persentase penyediaan layanan tertinggi pada kedua
kelompok masyarakat lokal adalah pada pelayanan kesehatan. Persentase penyediaan
layanan kesehatan lebih banyak dirasakan oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata (78%), namun selisih nya tidak terlalu signifikan dengan
penyediaan layanan kesehatan pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata (75%). Hal tersebut sejalan dengan pemenuhan kecukupan kedua kelompok
masyarakat lokal pada indikator-indikator kesehatan yang juga tinggi.
Persentase masyarakat lokal yang merasakan penyediaan layanan akses listrik dan
pasokan air yang baik juga lebih didominasi oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata (67%) namun perbandingannya juga tidak terlalu signifikan
dengan layanan akses listrik dan pasokan air yang dirasakan masyarakat lokal yang bekerja
di sektor kegiatan wisata (65%). Masih terdapat 33% masyarakat lokal yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata dan 35% masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata yang belum merasakan pelayanan akses listrik dan pasokan air dengan
baik. Hal tersebut dimungkinkan oleh adanya, beberapa titik jalan di Desa Oro-Oro Ombo
yang belum memiliki lampu PJU sehingga dapat mengurangi keamanan dan kenyamanan
masyarakat khususnya pada waktu malam hari.
Pelayanan pembuangan limbah memiliki persentase yang lebih rendah dibandingkan
pelayanan pada bidang lainnya. Sebanyak 58% masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata dan 61% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata memiliki persepsi bahwa penyediaan pelayanan pembuangan limbah masih kurang
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Pelayanan
Kesehatan
Pelayanan
Pembuangan
Limbah
Pelayanan Akses
Listrik dan Pasokan
Air
75%
42%
64%
78%
39%
67%
Penyediaan Layanan
Pekerja di sektor
kegiatan wisata
Pekerja di sektor
pendukung/di luar
wisata
101
baik. Hal tersebut sejalan dengan persepsi kedua kelompok masyarakat pada kinerja
pemerintah pada lingkungan dan budaya yang juga masih kurang pada Gambar 4.22.
Berdasarkan Profil Desa Oro-Oro Ombo Tahun 2016, salah satu permasalahan desa adalah
masalah persampahan sehingga membuat lingkungan terkesan kumuh.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh salah satu dampak dari adanya perkembangan
wisata yaitu adanya peningkatan aktivitas dari kunjungan wisatawan yang menimbulkan
adanya peningkatan jumlah volume persampahan. POKDARWIS sendiri selaku lembaga
pengelola kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo telah mencanangkan adanya program
pengelolaan sampah, namun pada kenyataannya belum terealisasi dengan baik. Hal
tersebut terlihat pada kurangnya penyediaan tempat pembuangan sampah umum sehingga
banyak masyarakat yang masih membuang sampah sembarang dan menumpuk di pinggir
jalan.
G. Vitalitas Komunitas
Modal sosial berperan dalam pengembangan wisata, dimana masalah yang dihadapi
anggota masyarakat merupakan masalah bersama sehingga menumbuhkan rasa solidaritas
sosial dalam komunitas (Nasir,2014). Vitalitas komunitas dibentuk oleh kondisi keamanan,
hubungan keluarga dan hubungan masyarakat. Berdasarkan Gambar 4.13,persentase
pemenuhan kecukupan indikator keamanan dan hubungan keluarga lebih didominasi oleh
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata, sedangkan persentase
pemenuhan kecukupan indikator hubungan masyarakat lebih didominasi oleh masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata.
1. Keamanan
Indikator keamanan dalam hal ini adalah frekuensi tindakan kriminal yang dirasakan
masyarakat dalam satu bulan terakhir. Sebanyak 28% masyarakat lokal yang bekerja di
sektor kegiatan wisata dan 25% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau
luar wisata masih sering atau kadang merasakan tindakan kriminal di lingkungan sekitar
mereka. Tindakan kriminal yang terjadi di desa Oro-Oro Ombo biasanya adalah tindakan
pencurian dan pengedaran narkoba. Tindakan pencurian dapat dimungkin karena adanya
kesempatan pada malam hari atau pada rumah yang kosong pada siang hari, selain itu
adalah adanya pengedaran narkoba pada beberapa masyarakat pemuda yang menganggur
(Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016).
102
2. Hubungan keluarga dan hubungan masyarakat
Vitalitas komunitas juga dibentuk oleh indikator hubungan keluarga dan hubungan
masyarakat. Hubungan keluarga adalah rasa kenyamanan dan kepercayaan dengan
keluraga, sedangkan hubungan masyarakat yaitu rasa kenyamanan dan kepercayaan
dengan tetangga sekitar. Berikut ini adalah persentase masyarakat yang merasa memiliki
rasa kenyamanan dan kepercayaan dalam keluarga dan masyarakat.
Gambar 4.25 Persentase Masyarakat Lokal yang Memiliki Rasa Kenyamanan dan Kepercayaan
dalam Keluarga dan Masyarakat Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.25, persentase kenyamanan dan kepercayaan dalam keluarga
lebih banyak dimiliki oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata dibandingkan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Hal tersebut
dimungkinkan terjadi terkait hasil penelitian Yanti (2014) yaitu adanya perubahan
masyarakat agraris menjadi masyarakat industri wisata dapat menimbulkan adanya
perubahan sosial pada level keluarga, dimana peran anggota keluarga yang semula hanya
mengurus rumah tangga (ibu) menjadi bekerja dan beberapa anak yang membantu orang
tuanya bekerja.
Namun, masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata memiliki hubungan
dengan masyarakat lebih erat daripada hubungan dengan keluarga. Hal tersebut terlihat
dari persentase kenyamanan dan kepercayaan dengan tetangga, masyarakat lokal pekerja
di sektor kegiatan wisata yang lebih tinggi dibandingkan persentase kenyamanan dan
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Kenyamanan
dgn Keluarga
Kepercayaaan
dgn Keluarga
Kenyamanan
dgn Masyarakat
Kepercayaan
dgn Masyarakat
81% 81%
92%
83% 88% 88%
81% 82%
Pekerja di
sektor kegiatan
wisata
Pekerja di
sektor
pendukung/di
luar wisata
103
kepercayaan dengan keluarga. Hal tersebut juga dapat dimungkinkan oleh adanya
penerapan unsur informal dalam pembagian kerja di sektor kegiatan wisata yaitu rasa
kepercayaan antar sesama.
Namun, hal yang perlu dicermati dalam hal ini adalah menurut Pitana & Gayatri
(2005), masyarakat lokal khususnya yang bekerja di kegiatan wisata memiliki kepentingan
ekonomi untuk mendapatkan pendapatan tambahan sehingga hubungan yang semula
didasarkan pada keramah-tamahan tradisional dapat berubah menjadi keramah-tamahan
yang dikomersialkan. Hubungan masyarakat yang bekerja di kegiatan wisata di Desa Oro-
Oro Ombo banyak terwujud pada kerjasama masyarakat yang tergabung dalam
paguyuban, salah satunya adalah paguyuban homestay, yaitu apabila homestay yang
dikelola penuh maka wisatawan yang akan menginap tersebut diarahkan pada homestay
pemilik lainnya yang masih kosong, dimana homestay pemilik lainnya tersebut
memberikan komisi atau tips sebagai gantinya.
Pada kenyataanya kelembagaan POKDARWIS di Desa Oro-Oro Ombo juga
menitikberatkan pada asas profit oriented. Sehingga hal tersebut dapat mengindikasikan
adanya perubahan hubungan dalam masyarakat dimana hubungan masyarakat pedesaan
yang semula berasas pada kekeluargaan mulai bergeser menjadi hubungan yang
menitikberatkan pada profit oriented.
H. Keanekaragaman Ekologi
Keanekaragaman ekologi dibentuk oleh polusi, tanggung jawab lingkungan dan isu-isu
perkotaan. Berdasarkan Gambar 4.13, persentase pemenuhan kecukupan indikator polusi,
tanggung jawab terhadap lingkungan dan isu-isu perkotaan lebih didominasi oleh
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata, khususnya pada
indikator tanggung jawab terhadap lingkungan yang memiliki selisih yang cukup signifikan.
1. Polusi
Persentase tingkat kecukupan polusi pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata adalah 49% sedangkan pada masyarakat lokal yang bekerja di
sektor kegiatan wisata adalah 40%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 60%
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan 51% masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pendukung atau luar wisata merasakan adanya polusi di lingkungan
sekitar mereka. Polusi dalam hal ini meliputi polusi air, polusi udara dan polusi tanah.
104
Berikut ini adalah persentase masyarakat lokal yang mempunyai keluhan adanya polusi di
lingkungan mereka.
Gambar 4.26 Persentase Masyarakat Lokal yang Merasakan Polusi Air, Udara dan Tanah Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.26, persentase masyarakat lokal memiliki keluhan pada
pencemaran air sedikit, yaitu hanya 4% dari masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata. Sedangkan 100% masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan pendukung
atau luar wisata tidak memiliki keluhan pada pencemaran air. Hal tersebut dapat
mengindikasikan bahwa kondisi kualitas air dan pengelolaan air di Desa Oro-Oro Ombo
baik. Desa Oro-Oro Ombo sendiri memiliki dua sumber mata air yaitu Sumber Darmi dan
Sumber Kali Ampo. Air bersih tersebut juga dikelola secara swadaya oleh lembaga
HIPPAM milik pemerintah desa dan terdapat PDAM milik pemerintah daerah.
Demikian pula pada persentase polusi tanah, hanya 11% dari masyarakat lokal pekerja
di sektor pendukung atau luar wisata yang memiliki keluhan pada kondisi kualitas tanah,
dimana 72 Ha lahan pertanian di Desa Oro-Oro Ombo berdasarkan Profil Desa Oro-Oro
Ombo tahun 2016 memiliki kondisi sedang atau tidak terlalu subur. Untuk polusi udara
memiliki tingkat persentase yang tertinggi diantara sub-indikator polusi lainnya.
Berdasarkan Gambar 4.26, masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata
sebanyak 58% dan 44% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung di sektor
kegiatan wisata memiliki keluhan pada polusi udara di lingkungan mereka. Polusi udara
dapat ditimbulkan oleh adanya penumpukan sampah di pinggir jalan yang dapat
menimbulkan bau tidak sedap. Timbulnya polusi udara di Desa Oro-Oro Ombo juga
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Polusi Air Polusi Udara Polusi Tanah
4%
58%
0% 0%
44%
11%
Polusi
Pekerja di sektor
kegiatan wisata
Pekerja di sektor
pendukung/di luar
wisata
105
dimungkinkan oleh volume kendaraan dari wisatawan yang meningkat khususnya pada
hari libur. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan kegiatan wisata, Desa Oro-Oro Ombo
yang semula merupakan desa yang sepi dengan jarak rumah yang berjauhan kini menjadi
bising dan ramai.
2. Rasa tanggung jawab terhadap lingkungan
Persentase rasa tanggung jawab terhadap lingkungan masyarakat lokal berdasarkan
Gambar 4.13 lebih banyak dimiliki oleh masyarakat yang bekerja di sektor pendukung
atau luar wisata dibandingkan dengan masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan wisata
dengan selisih persentase yang cukup signifikan. Sebanyak 55% masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata dan 32% masyarakat yang bekerja di sektor pendukung
atau luar wisata mengaku masih kurang memiliki rasa bertanggung jawab terhadap
lingkungan sekitar, hal tersebut seakan menjadi refleksi masyarakat lokal terhadap
munculnya beberapa permasalahan lingkungan seperti persampahan yang ada di Desa Oro-
Oro Ombo.
3. Isu-isu perkotaan
Untuk persentase masyarakat lokal yang memperhatikan isu-isu perkotaan pada
Gambar 4.13 lebih banyak dimiliki oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata dibandingkan dengan masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata namun, selisihnya tidak terlalu signifikan. Sebanyak 51% masyarakat yang
bekerja di sektor kegiatan wisata dan 49% masyarakat yang bekerja di sektor pendukung
atau luar wisata kurang memperhatikan adanya isu-isu perkotaan. Isu-isu perkotaan dalam
hal ini adalah adanya kemacetan, polusi, RTH yang kurang memadai dan permasalahan
pejalan kaki.
Geografis wilayah Desa Oro-Oro Ombo yang terletak di kaki lereng Gunung
Panderman dengan panorama indah serta hawa yang sejuk, menjadi daya tarik tersendiri
bagi investor atau penanam untuk modal untuk mengembangan kegiatan wisata di Desa
Oro-Oro Ombo. Dengan adanya pertumbuhan pariwisata dapat meningkatkan laju
urbanisasi penduduk meningkat diiringi dengan perkembangan sosial budaya masyarakat
yang semakin tinggi. Perubahan lahan pun juga semakin meningkat, lahan yang semula
kosong kini menjadi lahan terbangun perumahan maupun homestay/villa.
106
Permasalahan yang dipicu adanya pertumbuhan pariwisata antara lain adalah tanah kas
desa yang digunakan masyarakat sebagai lahan parkir, membuat volume kendaraan sangat
banyak sehingga masyarakat lokal sendiri kurang leluasa untuk keluar-masuk kendaraan.
Belum terdapat aturan penataan PKL yang tegas di Desa Oro-Oro Ombo sehingga PKL
tidak tertata dengan baik. Masih terdapat jalan aspal yang rusak dan menimbulkan
genangan saat musim hujan. Serta permasalahan sampah yaitu adanya penumpukan
sampah di jalan dan belum adanya pengolahan sampah (RPJM Desa Oro-Oro Ombo 2015
-2021).
Gambar 4.27 Permasalahan Sampah di Desa Oro-Oro Ombo Sumber: Hasil Observasi, 2016
I. Standar Hidup
Standar hidup dibentuk oleh pendapatan, aset dan kualitas rumah. Berdasarkan Gambar
4.13, persentase pemenuhan kecukupan pada indikator pendapatan lebih didominasi oleh
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata, namun selisihnya tidak
terlalu signifikan. Sedangkan, pada persentase tingkat kecukupan indikator aset dan kualitas
yang lebih didominasi oleh masyakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata namun
selisihnya juga tidak cukup signifikan.
1. Pendapatan
Masyarakat lokal yang bekerja di kegiatan wisata sebanyak 39% dan 41% masyarakat
lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata telah memiliki pendapatan sesuai
dengan UMK Kota Batu tahun 2016 (≥ Rp 2.000.000). Masih terdapat 61% masyarakat
lokal pekerja di sektor kegiatan wisata dan 59% masyarakat lokal pekerja di sektor
kegiatan pendukung atau luar wisata.
107
2. Kepemilikan aset pribadi
Untuk indikator persentase tingkat kecukupan kepemilikan asset, 79% masyarakat
lokal yang bekerja di kegiatan sektor wisata dan 77% masyarakat lokal yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata telah memiliki asset kepemilikan rumah pribadi. Berikut
ini adalah rincian dari sub-indikator asset kepemilikan rumah.
Gambar 4.28 Persentase Sub-Indikator Kepemilikan Rumah Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.28, 16% masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan
19% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata belum memiliki
kepemilikan rumah pribadi. Masyarakat lokal yang belum memiliki memiliki rumah
pribadi umumnya masih menumpang di rumah orang tua maupun saudara atau penjaga
homestay yang mengurus homestay dan sekaligus tinggal menumpang disana. Selain itu,
juga terdapat 5% masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dan 4%
masyarakat lokal di yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata yang tinggal di
rumah kontrakan hal tersebut juga terkait dengan harga tanah di Desa Oro-Oro Ombo yang
semakin mahal karena adanya perkembangan pariwisata.
Indikator kualitas rumah yang terdiri dari sub-indikator kepemilikan rumah, konstruksi
rumah, kepemilikan MCK dan rasio jumlah kamar. Konstruksi rumah dapat dilihat dari
jenis lantai terluas (tanah / kayu / ubin / tekel), jenis dinding terluas (bambu / kayu /
tembok) dan jenis atap terluas (asbes / seng / genteng). Berdasarkan SNI 03-1733-2004
tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, rumah di
kategorikan sebagai rumah permanen apabila dindingnya tembok dengan kerangka beton
bertulang, lantai yang dipakai yaitu ubin atau tegel dan atapnya berupa genting. Rumah di
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Bukan Milik
Sendiri
Kontrak/Dinas Milik Sendiri
16%
5%
79%
19%
4%
77%
Kepemilikan Rumah
Pekerja di
sektor kegiatan
wisata
Pekerja di
sektor
pendukung/di
luar wisata
108
kategorikan sebagai rumah semi permanen apabila dindingnya tembok yang sebagian
terbuat dari papan atau kayu, lantai yang dipakai yaitu terbuat dari semen dan atapnya
berupa genting. Rumah di kategorikan sebagai rumah non permanen apabila dindingnya
berupa bambu, lantai yang dipakai yaitu terbuat dari semen atau tanah dan atapnya berupa
genting atau seng. Berikut ini adalah rincian sub-indikator konstruksi rumah.
Gambar 4.29 Persentase Sub-Indikator Konstruksi Rumah Sumber : Hasil Analisis,2016
Kebutuhan akan rumah menurut Maslow (2003) merupakan kebutuhan penting yang
harus dipenuhi (biological and physiological needs) yang mempengaruhi
pengaktualisasian seseorang terhadap lingkungannya. Sebanyak 57% masyarakat lokal
yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata dan 54% masyarakat lokal yang
memiliki tinggal di rumah dengan konstruksi permanen. Namun, masih terdapat 5%
masyarakat di sektor kegiatan wisata yang tinggal di konstruksi rumah non permanen. Hal
tersebut, berarti menunjukkan bahwa bagi 5% masyarakat yang bekerja di sektor kegiatan
wisata, dampak kegiatan wisata terhadap pendapatannya masih rendah sehingga belum
mampu membiayai kebutuhan akan rumah. Demikian pula dengan kepemilikan MCK,
berikut ini adalah rinciannya.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Permanen Semi Permanen Non Permanen
54%
41%
5%
57%
43%
1%
Konstruksi Rumah
Pekerja di
sektor kegiatan
wisata
Pekerja di
sektor
pendukung/di
luar wisata
109
Gambar 4.30 Persentase Sub-Indikator Konstruksi MCK Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.30, masih terdapat 6% masyarakat lokal pekerja di sektor
kegiatan wisata dan 1% masyarakat lokal di sektor kegiatan pendukung atau luar wisata
yang menggunakan MCK non permanen atau sungai. Masyarakat yang masih
menggunakan MCK non-permanen atau sungai menurut RPJM Desa Oro-Oro Ombo tahun
2015 - 2021 merupakan masyarakat yang tidak memiliki cukup pendapatan sehingga
pendapatannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Masyarakat yang belum
memiliki MCK permanen biasanya mengandalkan MCK umum milik desa yang tersedia
sebanyak 2 unit. Selain kepemilikan MCK, kualitas rumah juga mencakup rasio jumlah
kamar, berikut ini adalah rinciannya.
Gambar 4.31 Persentase Sub-Indikator Rasio Jumlah Kamar Rumah Sumber : Hasil Analisis,2016
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
MCK permanen MCK semi
permanen
MCK non
permanen
/Sungai
67%
27%
6%
72%
27%
1%
Konstruksi MCK
Pekerja di sektor
kegiatan wisata
Pekerja di sektor
pendukung/di luar
wisata
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1-2 org/kamar 3 org/kamar >3 org/kamar
41%
28% 31% 36%
30% 34%
Rasio Jumlah Kamar
Pekerja di sektor
kegiatan wisata
Pekerja di sektor
pendukung/di luar
wisata
110
Berdasarkan Gambar 4.31, sebanyak 31% masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata dan 34% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata tinggal dengan lebih dari 3 orang/kamar, padahal jumlah rasio jumlah kamar
maksimum adalah 1 - 2 orang/kamar.
Setelah mendapatkan nilai kecukupan indikator kemudian dilanjutkan dengan
menghitungan nilai kecukupan domain.
4.3.2 Kecukupan Domain
Kecukupan domain didapatkan dari hasil penjumlahan kecukupan indikator pada
masing-masing domain. Perhitungan kecukupan domain dapat dilihat pada lampiran 11 dan 12
(hal.L-37 – L-47). Nilai kecukupan domain juga dapat menunjukkan berapa persen individu
yang dapat memenuhi ambang batas kebahagiaan (> 65%). Berikut ini Gambar 4.32 adalah
persentase masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata dan pekerja di sektor pendukung
atau luar wisata yang memenuhi ambang batas kebahagiaan.
Gambar 4.32 Persentase Masyarakat Lokal yang Memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan Sumber : Hasil Analisis,2016
Keterangan:
1. Kesejahteraan Psikologis 4. Keragaman Budaya 7. Vitalitas Komunitas
2. Kesehatan 5. Penggunaan Waktu 8. Keanekaragaman Ekologi
3. Pendidikan 6. Tatanan Pemerintah 9. Standar Hidup
43%
74% 63%
47%
39%
51%
70%
40%
63%
68%
81%
58% 51%
54% 57%
68%
45% 57%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pekerja di sektor kegiatan wisata Pekerja di sektor pendukung/di luar wisata
111
Berdasarkan Gambar 4.32, persentase masyarakat lokal yang memenuhi ambang batas
kecukupan tertinggi terdapat pada domain kesehatan yaitu 81% pada masyarakat yang bekerja
di sektor pendukung atau luar wisata dan 74% pada masyarakat yang bekerja di sektor
kegiatan wisata. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pemenuhan kecukupan indikator tidak
difabel, catatan status kesehatan dan kesehatan sehari-hari masyarakat lokal yang tinggi
dimana persentase pemenuhan indikator pelayanan kesehatan juga tinggi.
Selain itu juga dimungkinkan adanya karakteristik masyarakat pedesaan yang memiliki
kebiasaan hidup sederhana dan pola konsumsi sehat. Domain vitalitas komunitas juga
memiliki persentase pemenuhan ambang batas yang cukup tinggi, dimana persentase antara
kedua kelompok masyarakat memiliki nilai hampir sama. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
tingginya persentase pemenuhan kecukupan pada indikator keamanan, hubungan keluarga dan
hubungan masyarakat serta kemungkinan adanya karakteristik masyarakat pedesaan yang
memiliki hubungan erat dan mendalam.
Untuk persentase masyarakat lokal yang memenuhi ambang batas kecukupan terendah
terdapat pada domain keanekaragaman ekologi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh rendahnya
pemenuhan kecukupan masyarakat lokal pada indikator polusi, rasa tanggung jawab terhadap
lingkungan dan isu-isu perkotaan. Demikian pula pada pemenuhan kecukupan indikator
kinerja pemerintah khususnya pada lingkungan budaya dan pelayanan pembuangan limbah
yang juga rendah. Pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata juga memiliki
persentase pemenuhan kecukupan yang rendah pada domain penggunaan waktu, dimana jam
kerja masyarakat lokal yang tinggi membawa konsekuensi pada rendahnya jam tidur sehingga
mengakibatkan pada pemenuhan kecukupan domain penggunaan waktu yang juga rendah.
Masyarakat lokal yang bekerja di kegiatan wisata memiliki pemenuhan kecukupan
yang lebih tinggi pada domain pendidikan, vitalitas komunitas dan standar hidup. Sedangkan
domain kesejahteraan psikologis, kesehatan, keragaman budaya, tatanan pemerintah dan
keanerakaragaman ekologi lebih banyak dimiliki masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata. Khususnya pada domain kesejahteraan psikologi dan penggunaan
waktu yang memiliki nilai yang signifikan antara kedua kelompok masyarakat lokal.
Dalam memudahkan pembacaan data persentase masyarakat yang memenuhi ambang
batas kebahagiaan, data bisa disajikan dengan jumlah total 100% yang disebut sebagai
konstribusi kecukupan domain. Berikut ini Gambar 4.33 konstribusi kecukupan domain
112
masyarakat lokal yang bekerja di kegiatan wisata dan yang bekerja di sektor pendukung atau
luar wisata.
(a) (b) Gambar 4.33 Konstribusi Kecukupan Domain
(a) Masyarakat yang bekerja di Sektor Kegiatan Wisata ;
(b) Masyarakat yang bekerja di Sektor Pendukung atau Luar Wisata Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.33, masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata
maupun yang bekerja di sektor pendukung memiliki konstribusi kecukupan domain tertinggi
pada kesehatan dan terendah pada domain keanekaragaman ekologi. Secara keseluruhan,
sembilan domain kebahagiaan masing-masing memiliki nilai konstribusi terhadap kebahagiaan
masyarakat , namun nilai tersebut masih belum relatif seimbang terlihat pada konstribusi
kecukupan domain tertinggi dan kecukupan domain terendah yang memiliki perbedaan cukup
signifikan.
Setelah mendapatkan nilai kecukupan domain selanjutnya sembilan kecukupan domain
akan dijumlah dan dirata-rata sehingga menghasilkan nilai tingkat kecukupan domain. Nilai
tingkat kecukupan domain dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12 (hal.L-37 – L-47).
4.3.3 Identifikasi Kelompok Masyarakat yang Bahagia dan Belum Bahagia
Identifikasi kelompok masyarakat yang bahagia dan belum bahagia dilakukan dengan
menerapkan gradient kebahagiaan pada tingkat kecukupan domain. Gradient kebahagiaan
menurut Ura, dkk (2012) dapat dibagi menjadi 4 kategori, yaitu 77%-100% dikategorikan
sebagai sangat bahagia, 66%-76% dikategorikan sebagai bahagia, 50%-65% dikategorikan
sebagai hampir bahagia dan 0%-49% dikategorikan sebagai tidak bahagia. Rincian gradient
kebahagiaan dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12 (hal.L-37 – L-47). Berikut ini adalah
persentase masyarakat lokal yang sangat bahagia, bahagia, hampir bahagia dan tidak bahagia.
9%
15%
13%
10% 8%
10%
14%
8%
13%
KesejahteraanPsikologisKesehatan
Pendidikan
Keragaman Budaya
Penggunaan Waktu
Tatanan Pemerintah
Vitalitas Komunitas
KeanekaragamanEkologiStandar Hidup
13%
15%
11%
9% 10%
11%
13%
8%
11%
KesejahteraanPsikologisKesehatan
Pendidikan
Keragaman Budaya
Penggunaan Waktu
Tatanan Pemerintah
Vitalitas Komunitas
KeanekaragamanEkologiStandar Hidup
113
Gambar 4.34 Persentase Masyarakat Lokal yang Tidak Bahagia, Hampir Bahagia, Bahagia
dan Sangat Bahagia Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.34, dapat diketahui persentase masyarakat lokal pekerja di
sektor kegiatan wisata dan masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata pada
kategori sangat bahagia memiliki nilai hampir sama. Untuk nilai persentase tingkat
kebahagiaan pada kategori hampir bahagia dan bahagia lebih banyak didominasi oleh
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata. Namun, pada kategori
tidak bahagia lebih banyak dimiliki oleh masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata dengan nilai persentase yang cukup signifikan.
Hasil dari persentase masyarakat lokal pada Gambar 4.34 selanjutnya dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kelompok masyarakat yang bahagia dan belum bahagia. Masyarakat
dapat dikatakan belum bahagia apabila tidak memenuhi tingkat kecukupan 66% atau dengan
kata lain masyarakat yang berada pada kategori tidak bahagia dan hampir bahagia. Berikut ini
Gambar 4.35 adalah persentase masyarakat bahagia dan belum bahagia pada masyarakat lokal
pekerja di sektor kegiatan wisata dan pekerja di sektor pendukung atau luar wisata.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tidak Bahagia Hampir
Bahagia
Bahagia Sangat
Bahagia
27% 23% 23%
28%
7%
35% 32%
26%
Pekerja di sektor
kegiatan wisata
Pekerja di sektor
pendukung/luar
wisata
114
Gambar 4.35 Persentase Masyarakat Lokal yang Bahagia dan Belum Bahagia Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.35, persentase masyarakat yang bahagia pada kedua kelompok
masyarakat lokal lebih banyak di bandingkan masyarakat yang belum bahagia, namun nilai
persentasenya tidak terlalu signifikan. Berdasarkan Gambar 4.35 juga dapat diketahui
persentase masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata yang belum bahagia (49%) lebih
banyak dibandingkan dengan masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata
yang belum bahagia (42%). Sehingga persentase kelompok masyarakat yang bahagia lebih
banyak dimiliki pekerja di sektor pendukung atau luar wisata yaitu 58% banding 51%.
Persentase masyarakat lokal yang bahagia disebut sebagai HH dan persentase masyarakat
lokal yang belum bahagia disebut Hn.
4.3.4 Persentase Domain yang Memenuhi Ambang Batas Kebahagiaan pada
Masyarakat Belum Bahagia (As)
Setelah mengetahui persentase kelompok masyarakat lokal yang bahagia dan belum
bahagia, indeks kebahagiaan juga mempertimbangkan persentase domain yang memenuhi
kecukupan pada masyarakat yang belum bahagia atau As. Jumlah domain yang memenuhi
ambang batas kebahagiaan pada masing-masing individu dapat dilihat di Lampiran 13 dan 14
(Hal. L-48 – L-52) dengan perhitungan berikut ini.
As
Keterangan :
Db = ∑ domain yang memenuhi ambang batas kebahagiaan pada responden yang belum bahagia
Nb = ∑ responden belum bahagia
D = ∑ domain kebahagiaan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Belum Bahagia Bahagia
49% 51%
42%
58% Pekerja di
sektor
kegiatan
wisata
Pekerja di
sektor
pendukung/di
luar wisata
115
As masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata:
As masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata:
Hasil perhitungan As menunjukkan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata
yang belum bahagia rata-rata hanya memiliki kecukupan domain sebanyak 36% atau kurang
lebih 3 domain sedangkan pada masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata
yang belum bahagia rata-rata memiliki memenuhi kecukupan domain sebanyak 44% atau
kurang lebih 4 domain. Sehingga, persentase rata-rata domain yang memenuhi kecukupan
pada masyarakat belum bahagia lebih banyak dimiliki oleh masyarakat lokal yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata. Berikut ini adalah konstribusi kecukupan domain pada
masyarakat yang belum bahagia.
(a) (b)
Gambar 4.36 Konstribusi Kecukupan domain pada Masyarakat yang Belum Bahagia
(a) Masyarakat Lokal yang bekerja di Sektor Kegiatan Wisata ;
(b) Masyarakat Lokal yang bekerja di Sektor Pendukung atau Luar Wisata Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.36, diketahui konstribusi kecukupan domain pada kedua
kelompok masyarakat lokal yang belum bahagia tertinggi terdapat pada domain kesehatan,
sedangkan yang terendah pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata adalah
domain kesejahteraan psikologis, penggunaan waktu dan keanekaragaman ekologi dan pada
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata adalah keragaman
6%
18%
15%
10% 5%
12%
18%
6%
10%
Kesejahteraan Psikologis
Kesehatan
Pendidikan
Keragaman Budaya
Penggunaan Waktu
Tatanan Pemerintah
Vitalitas Komunitas
Keanekaragaman Ekologi
Standar Hidup
15%
19%
11%
6% 7%
12%
13%
9%
8%
Kesejahteraan Psikologis
Kesehatan
Pendidikan
Keragaman Budaya
Penggunaan Waktu
Tatanan Pemerintah
Vitalitas Komunitas
Keanekaragaman Ekologi
Standar Hidup
116
budaya, penggunaan waktu dan standar hidup. Konstribusi kecukupan domain pada kedua
kelompok masyarakat lokal yang belum bahagia memiliki persentase yang signifikan antara
yang tertinggi dan terendah atau tidak seimbang.
4.3.5 Indeks Kebahagiaan
Indeks kebahagiaan dapat dihasilkan melalui rumus berikut ini:
GNH = (HH+HnAs)
HH = persentase masyarakat yang bahagia
Hn = persentase masyarakat yang belum bahagia
As = persentase domain yang memenuhi ambang batas kebahagiaan pada orang
belum bahagia
Setelah mengetahui nilai persentase HH, Hn dan As pada masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata dan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau
luar wisata dapat diketahui nilai indeks kebahagiaan. Hasil nilai indeks kebahagiaan tersebut
dapat dikelompok menjadi empat kategori pada skala 0-1 yaitu sangat bahagia (0,77-1),
bahagia (0,66-0,76), hampir bahagia (0,50-0,65) dan tidak bahagia (0-0,49).
Tabel 4.4 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata dan Masyarakat Lokal
Pekerja di Sektor Pendukung atau Luar wisata
Persentase
yang Bahagia
(HH)
Persentase
yang Belum
Bahagia (Hn)
Persentase
Kecukupan pada
yang Belum
Bahagia (As)
Indeks
Kebahagiaan
(HH + HnAs)
Kategori
Masy. Lokal Pekerja di
Sektor Kegiatan Wisata 51% 49% 36% 0.68 Bahagia
Masy. Lokal Pekerja di
Sektor Pendukung atau
luar wisata
58% 42% 44% 0.77 Sangat Bahagia
Sumber: Hasil Analisa, 2016
Berdasarkan perhitungan indeks kebahagiaan pada Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata memiliki nilai indeks
kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata. Nilai indeks kebahagiaan yang tinggi pada masyarakat lokal yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata disebabkan oleh persentase masyarakat yang bahagia (HH)
dan persentase kecukupan pada yang belum bahagia (As) juga lebih tinggi dibandingkan
dengan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata.
Salah satu indikator penting dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan dikenal
dengan istilah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencakup tiga bidang pembangunan
117
mendasar yaitu usia, hidup, pengetahuan dan hidup layak. Pencapaian kategori tinggi jika nilai
IPM > 80, menengah atas jika besarnya antara 66-80, menengah bawah jika antara 50-66 dan
rendah jika < 50. Kota Batu sendiri memiliki nilai IPM sebesar 76,50 pada tahun 2014. Hal ini
berarti pencapaian pembangunan manusia di Kota Batu sudah cukup bagus meskipun harus
tetap ditingkatkan antara lain dengan meningkatan kinerja kegiatan pembangunan (BPS Kota
Batu, 2015).
Sedangkan, berdasarkan nilai GNHI, masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata berada pada kategori bahagia dan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung
atau luar wisata berada pada kategori sangat bahagia. Sehingga dapat dikatakan bahwa
masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo telah berada pada kategori bahagia dengan adanya
keberadaan kegiatan wisata.
Namun, dampaknya tidak terlalu signifikan pada masyarakat lokal yang bekerja di
sektor kegiatan wisata karena justru masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar
wisata yang lebih bahagia. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah nilai indeks
kebahagiaan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata tidak terlalu jauh dari
ambang batas kategori bahagia yaitu hanya 0.68. Hal tersebut disebabkan oleh nilai persentase
masyarakat lokal yang belum bahagia juga masih banyak yaitu 49%. Demikian pula dengan
nilai indeks kebahagiaan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata
yang berada pada ambang batas kategori sangat bahagia yaitu 0.77. Hal tersebut juga
disebabkan oleh 42% masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata
yang belum bahagia.
Indeks kebahagiaan selain dapat digunakan untuk menyajikan data melalui identifikasi
kecukupan domain juga dapat digunakan untuk agregasi. Agregasi adalah melakukan agregat
terhadap data populasi ke dalam sebuah ukuran yang terperinci. Salah satu tujuan dari agregasi
adalah sebagai upaya untuk mengGambarkan dan memudahkan melihat data sehingga dapat
dikomunikasikan dengan baik pada masyarakat umum. Selain itu, juga dapat digunakan untuk
menemukan fenomena yang terjadi dalam masyarakat serta memperkuat temuan hasil indeks
kebahagiaan. Agregasi dapat dikelompokkan menurut pembagian wilayah, umur, gender,
tingkat pendidikan, pendapatan per kapita dengan rincian perhitungan indeks kebahagiaan
dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16 (Hal. L-52 – L-55). Berikut ini adalah hasil
perhitungan agregasi indeks kebahagiaan.
118
Tabel 4.5 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Kondisi Demografis, Sosial dan Ekonomi
Desa Oro-
Oro Ombo
Pembagian Wilayah Kelompok Umur Gender Tingkat Pendidikan Pendapatan per bulan
Dusun
Gondorejo
Dusun
Krajan
Dusun
Dresel
17-
25
26-
34
35-
43
44-
52 >52
Laki-
laki
Perem-
puan
Tidak
Tamat
SD
SD SMP SLTA D3/D
4 S1
≤ 1
juta
1.000.001
-
1.500.000
1.500.001
-
2.000.000
2.000.001
-
2.500.000
2.500.001
-
3.000.000
> 3
juta
Masy. Lokal
Pekerja di
Sektor
Kegiatan
Wisata
0.68
B
0.6
HB
0.72
B
0.75
B
0.73
B
0.72
B
0.68
B
0.69
B
0.39
TB
0.77
SB
0.58
HB
0.33
TB
0.37
TB
0.56
HB
0.87
SB
0.8
SB
0.88
SB
0.32
TB
0.55
HB
0.75
B
0.94
SB
0.93
SB
0.91
SB
Masy. Lokal
Pekerja di
Sektor
Pendukung
atau luar
wisata
0.77
SB
0.73
B
0.78
SB
0.78
SB
0.63
HB
0.73
B
0.86
SB
0.77
SB
0.42
TB
0.77
SB
0.77
SB
0.52
HB
0.8
SB
0.75
B
0.84
SB
0.83
SB
0.94
SB
0.6
HB
0.59
HB
0.91
SB
0.85
SB
0.87
SB
0.85
SB
Keterangan:
TB = Tidak Bahagia
HB = Hampir Bahagia
B = Bahagia
SB = Sangat Bahagia
119
Berdasarkan pada Tabel 4.5, dapat diketahui indeks kebahagiaan menurut kondisi
sosial, demografi dan ekonomi pada kedua kelompok masyarakat. Masyarakat lokal pekerja di
sektor kegiatan wisata memiliki nilai indeks kebahagiaan tertinggi pada masyarakat lokal yang
tinggal di Dusun Dresel, umur 17-25 tahun, laki-laki, tingkat pendidikan S1 dan pendapatan
pada Rp 2.000.001 - Rp 2.500.000 per bulan. Sedangkan yang memiliki nilai indeks
kebahagiaan terendah terdapat pada masyarakat lokal yang tinggal di Dusun Gondorejo, umur
>52 tahun, perempuan, tidak tamat SD dan berpendapatan ≤ Rp 1.000.000 per bulan.
Untuk masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata memiliki nilai
indeks kebahagiaan tertinggi pada masyarakat yang tinggal di Dusun Krajan dan di Dusun
Dresel, umur 35 - 43, laki-laki atau perempuan, tingkat pendidikan S1 dan pendapatan pada
Rp 1.500.000 - Rp 2.000.000. Sedangkan yang memiliki nilai indeks kebahagiaan terendah
terdapat pada masyarakat yang tinggal di Dusun Gondorejo, umur >52 tahun, tidak tamat SD
dan berpendapatan Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000. Berikut ini adalah rincian tingkat
kebahagiaan berdasarkan menurut kondisi sosial, demografi dan ekonomi pada kedua
kelompok masyarakat.
A. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pembagian Wilayah
Indeks kebahagiaan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata dan masyarakat
lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata berdasarkan pembagian wilayah di
Desa Oro-Oro Ombo dapat dibedakan menjadi tiga yaitu Dusun Gondorejo, Dusun Krajan
dan Dusun Dresel. Berikut ini adalah penjabarannya.
Tabel 4.6 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal berdasarkan Pembagian Wilayah
Persentase
yang Bahagia
(HH)
Persentase
yang Belum
Bahagia (Hn)
Persentase
Kecukupan pada
yang Belum
Bahagia (As)
Indeks
Kebahagiaan
(HH + HnAs)
Kategori
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
Dusun Gondorejo 38% 62% 35% 0.60 Hampir Bahagia
Dusun Krajan 56% 44% 35% 0.72 Bahagia
Dusun Dresel 59% 41% 39% 0.75 Bahagia
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung/ luar wisata
Dusun Gondorejo 53% 47% 42% 0.73 Bahagia
Dusun Krajan 58% 42% 46% 0.78 Sangat Bahagia
Dusun Dresel 63% 37% 40% 0.78 Sangat Bahagia
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Tabel 4.6, indeks kebahagiaan tertinggi pada masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata terdapat pada Dusun Dresel namun selisihnya tidak
terlalu signifikan dengan indeks kebahagiaan di Dusun Krajan sedangkan indeks
120
kebahagiaan terendah terdapat pada Dusun Gondorejo. Hal tersebut disebabkan persentase
nilai HH dan As yang tinggi pada masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata
Dusun Dresel. Sedangkan nilai persentase Hn tertinggi terdapat pada Dusun Gondorejo
dengan persentase HH hanya 38% sehingga mengakibatkan masyarakat lokal pekerja di
sektor kegiatan wisata yang tinggal di Dusun Gondorejo berada pada kategori hampir
bahagia .
Untuk indeks kebahagiaan tertinggi pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata juga terdapat pada Dusun Krajan dan Dusun Dresel sedangkan
indeks kebahagiaan terendah pada Dusun Gondorejo. Hal tersebut juga dapat disebabkan
oleh nilai persentase HH tertinggi pada masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau
luar wisata terdapat pada Dusun Dresel dan nilai As tertinggi pada Dusun Krajan
sedangkan persentase Hn tertinggi terdapat pada Dusun Gondorejo. Namun, masyarakat
lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata pada Dusun Gondorejo, Dusun
Krajan dan Dusun Dresel telah berada pada kategori bahagia.
Untuk lebih lanjut, berikut ini adalah perbandingan nilai indeks kebahagiaan pada
kedua kelompok masyarakat lokal berdasarkan pembagian wilayah.
121
Gambar 4.37 Peta Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata menurut Pembagian Wilayah
di Desa Oro-Oro Ombo
122
Gambar 4.38 Peta Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung atau Luar Wisata menurut Pembagian Wilayah
di Desa Oro-Oro Ombo
123
Gambar 4.39 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pembagian Wilayah Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.39, indeks kebahagiaan pada kedua kelompok masyarakat
lokal di Dusun Krajan dan Dusun Dresel memiliki selisih nilai yang tidak terlalu
signifikan. Namun indeks kebahagiaan di Dusun Gondorejo memiliki nilai yang cukup
signifikan antara kedua kelompok masyarakat lokal. Indeks kebahagiaan masyarakat
lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata yang tinggal di Dusun
Gondorejo adalah 0.73 sedangkan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata yang tinggal di Dusun Gondorejo adalah 0.6. Dapat dikatakan secara keseluruhan,
indeks kebahagiaan menurut pembagian wilayah terendah terdapat pada Dusun
Gondorejo.
Berdasarkan peta indeks kebahagiaan menurut pembagian wilayah pada Gambar
4.39, Dusun Gondorejo merupakan dusun yang memiliki luas wilayah paling kecil
dibandingkan dengan dusun lainnya. Perkembangan wisata di Dusun Gondorejo sendiri
tidak terlalu tinggi dibandingkan Dusun Krajan dan Dusun Dresel karena apabila dilihat
dari persebaran kegiatan wisata yang lebih banyak terdapat di Dusun Krajan dan di
Dusun Dresel. Pada Dusun Krajan terdapat obyek wisata BNS dan di Dusun Dresel
terdapat obyek wisata Coban Rais dan Peternakan Kuda Megastar yang baru-baru ini
sedang berkembang, sehingga kesempatan bekerja masyarakat yang tinggal di Dusun
Gondorejo pada obyek wisata lebih sedikit.
Berdasarkan hasil survei 2016, masyarakat yang tinggal di Dusun Gondorejo lebih
banyak yang bekerja sebagai tukang ojek, pengelola warung atau rumah makan dan
0.60
0.72 0.75 0.74
0.78 0.78
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
Dusun Gondorejo Dusun Krajan Dusun Dresel
Pekerja di
sektor
kegiatan
wisata
Pekerja di
sektor
pendukung/di
luar wisata
tidak
bahagia
hampir
bahagia
bahagia
sangat
bahagia
124
pengelola/penjaga homestay. Sarana dan prasarana umum juga lebih banyak terdapat di
Dusun Krajan yang merupakan pusat kegiatan di Desa Oro-Oro Ombo.
B. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Kelompok Umur
Indeks kebahagiaan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata dan
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata di Desa Oro-Oro
Ombo menurut kelompok umur dapat dibedakan menjadi lima kelompok yaitu kelompok
umur 17-25 tahun, 26-34 tahun, 35-43 tahun, 44-52 tahun dan > 52 tahun. Berikut ini
adalah penjabarannya.
Tabel 4.7 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Kelompok Umur
Persentase
yang Bahagia
(HH)
Persentase
yang Belum
Bahagia (Hn)
Persentase
Kecukupan pada
yang Belum
Bahagia (As)
Indeks
Kebahagiaan
(HH + HnAs)
Kategori
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
17-25 tahun 53% 47% 41% 0.73 Bahagia
26-34 tahun 55% 45% 37% 0.72 Bahagia
35-43 tahun 51% 49% 35% 0.68 Bahagia
44-52 tahun 51% 49% 37% 0.69 Bahagia
> 52 tahun 17% 83% 27% 0.39 Tidak Bahagia
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung/ luar wisata
17-25 tahun 35% 65% 43% 0.63 Hampir Bahagia
26-34 tahun 51% 49% 45% 0.73 Bahagia
35-43 tahun 73% 27% 47% 0.86 Sangat Bahagia
44-52 tahun 60% 40% 43% 0.77 Sangat Bahagia
> 52 tahun 0% 100% 42% 0.42 Tidak Bahagia
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kebahagiaan masyarakat lokal menurut
kelompok umur diketahui bahwa masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata
yang berumur 17-52 tahun berada pada kategori bahagia dengan indeks kebahagiaan
tertinggi pada kelompok umur 17-25 tahun. Namun, pada kelompok umur > 52 tahun
berada pada kategori tidak bahagia. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah persentase Hn
(persentase masyarakat belum bahagia) yang mencapai 83% sehingga nilai indeks
kebahagiaan menjadi rendah.
Demikian pula pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata, dimana pada kelompok umur > 52 berada pada kategori tidak bahagia dengan
persentase masyarakat yang belum bahagia mencapai 100%. Untuk nilai indeks
kebahagiaan paling tinggi dalam masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau
luar wisata adalah pada kelompok umur 35-43 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan
indeks kebahagiaan berdasarkan kelompok umur dapat digambarkan trend sebagai
berikut.
125
Gambar 4.40 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Kelompok Umur Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.40, trend indeks kebahagiaan menurut kelompok umur pada
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata adalah semakin bertambahnya
umur maka indeks kebahagiaan akan cenderung semakin menurun. Sedangkan pada
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata, indeks kebahagiaan
akan meningkat seiring dengan pertambahan umur sampai kelompok umur 35-43 tahun
dan akan mengalami penurunan mulai kelompok umur 44-52 tahun dan seterusnya
C. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Gender
Indeks kebahagiaan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata dan
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata menurut gender atau
jenis kelamin di Desa Oro-Oro Ombo dapat dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.
Berikut ini adalah penjabarannya.
Tabel 4.8 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Gender
Persentase
yang Bahagia
(HH)
Persentase
yang Belum
Bahagia (Hn)
Persentase
Kecukupan pada
yang Belum
Bahagia (As)
Indeks
Kebahagiaan
(HH + HnAs)
Kategori
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
Laki-laki 61% 39% 40% 0.77 Sangat Bahagia
Perempuan 37% 63% 33% 0.58 Hampir Bahagia
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung/ luar wisata
Laki-laki 56% 44% 46% 0.77 Sangat Bahagia
Perempuan 60% 40% 42% 0.77 Sangat Bahagia
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kebahagiaan lokal menurut gender pada
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata memiliki nilai
indeks kebahagiaan yang sama pada laki-laki maupun perempuan dan berada pada
kategori sangat bahagia. Namun, pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
0.73
0.72 0.68 0.69
0.39
0.63
0.73
0.86
0.77
0.42
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
17-25 tahun 26-34 tahun 35 - 43 tahun 44 - 52 tahun >52 tahun
Pekerja di
sektor
kegiatan
wisata
Pekerja di
sektor
pendukung/
di luar
wisata
tidak
bahagia
hampir
bahagia
bahagia
sangat
bahagia
126
wisata, indeks kebahagiaan antara laki-laki dan perempuan memiliki selisih nilai yang
signifikan dimana indeks kebahagiaan laki-laki adalah 0,77 (sangat bahagia) sedangkan
indeks kebahagiaan perempuan hanya 0,58 (hampir bahagia). Berikut ini adalah
perbandingan indeks kebahagiaan menurut gender pada kedua kelompok masyarakat
lokal.
Gambar 4.41 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Gender Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.41, dapat diketahui bahwa indeks kebahagiaan pada gender
laki-laki masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata maupun yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata memiliki nilai yang sama dan berada pada kategori
sangat bahagia. Namun, pada nilai indeks kebahagiaan pada gender perempuan lebih
didominasi oleh masyarakat yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata dengan
selisih nilai yang cukup signifikan.
D. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Tingkat Pendidikan
Indeks kebahagiaan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata dan
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata di Desa Oro-Oro
Ombo menurut tingkat pendidikan dapat dibedakan menjadi tidak tamat SD, SD, SMP,
SLTA, DIPLOMA dan S1. Berikut ini adalah penjabarannya.
Tabel 4.9 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Tingkat Pendidikan
Persentase
yang Bahagia
(HH)
Persentase
yang Belum
Bahagia (Hn)
Persentase
Kecukupan pada
yang Belum
Bahagia (As)
Indeks
Kebahagiaan
(HH + HnAs)
Kategori
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
Tidak Tamat SD 0% 100% 33% 0.33 Tidak Bahagia
SD 9% 91% 32% 0.37 Tidak Bahagia
SMP 27% 73% 40% 0.56 Hampir Bahagia
SLTA 78% 22% 41% 0.87 Sangat Bahagia
DIPLOMA 68% 32% 35% 0.80 Sangat Bahagia
S1 79% 21% 44% 0.88 Sangat Bahagia
0.77
0.58
0.77 0.77
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
Laki-Laki Perempuan
Pekerja di
sektor kegiatan
wisata
Pekerja di
sektor
pendukung/di
luar wisata
tidak
bahagia
hampir
bahagia
bahagia
sangat
bahagia
127
Persentase
yang Bahagia
(HH)
Persentase
yang Belum
Bahagia (Hn)
Persentase
Kecukupan pada
yang Belum
Bahagia (As)
Indeks
Kebahagiaan
(HH + HnAs)
Kategori
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung/ luar wisata
Tidak Tamat SD 17% 83% 42% 0.52 Hampir Bahagia
SD 65% 35% 42% 0.80 Sangat Bahagia
SMP 50% 50% 50% 0.75 Bahagia
SLTA 73% 27% 42% 0.84 Sangat Bahagia
DIPLOMA 71% 29% 42% 0.83 Sangat Bahagia
S1 86% 14% 56% 0.94 Sangat Bahagia
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kebahagiaan menurut tingkat pendidikan,
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata memiliki nilai indeks
kebahagiaan tertinggi pada tingkat pendidikan S1 dan terendah pada tingkat pendidikan
tidak tamat SD. Rendahnya nilai indeks kebahagiaan pada masyarakat lokal pekerja di
sektor kegiatan wisata yang tidak tamat SD disebabkan oleh persentase masyarakat yang
belum bahagia (Hn) yang mencapai 100%. Demikian pula pada masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pendukung atau luar wisata, dimana indeks kebahagiaan tertinggi
terdapat pada tingkat pendidikan S1 dan terendah pada tidak tamat SD. Berdasarkan hasil
perhitungan indeks kebahagiaan menurut tingkat pendidikan dapat digambarkan trend
sebagai berikut.
Gambar 4.42 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Tingkat Pendidikan Sumber : Hasil Analisis, 2016
Berdasarkan Gambar 4.42, indeks kebahagiaan menurut tingkat pendidikan pada
masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata maupun yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata memiliki kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan maka indeks kebahagiaan akan cenderung naik. Indeks kebahagiaan pada
0.33 0.37
0.56
0.87
0.80
0.88
0.52
0.80 0.75
0.84 0.83
0.94
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
Tidak Tamat SD SD SMP SLTA DIPLOMA S1
Pekerja di
sektor
kegiatan
wisata
Pekerja di
sektor
pendukung/
di luar
wisata
tidak
bahagia
hampir
bahagia
bahagia
sangat
bahagia
128
tingkat pendidikan tidak tamat SD, SD dan SMP memiliki nilai yang signifikan di antara
kedua kelompok masyarakat lokal. Khususnya pada tingkat pendidikan SD dimana,
masyarakat lokal pekerja di sektor wisata dengan tingkat pendidikan SD berada pada
kategori tidak bahagia sedangkan masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar
wisata dengan tingkat pendidikan SD justru berada pada kategori sangat bahagia.
Hal ini dimungkinkan oleh adanya ketentuan dari POKDARWIS pada pembagian
kerja di kegiatan wisata yang disesuaikan dengan kualifikasi pendidikan sehingga
masyarakat lokal yang memiliki kualifikasi pendidikan tinggi lebih banyak memiliki
kesempatan kerja pada bidang yang lebih baik dan mampu membawa kesejahteraan bagi
pekerjanya. Berdasarkan hasil survei 2016, masyarakat lokal yang tidak tamat SD
umumnya bekerja sebagai tukang parkir, PKL, penjaga homestay, petani, peternak,
pengelola/penjaga toko serta pengrajin.
F. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pendapatan
Indeks kebahagiaan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata dan
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata di Desa Oro-Oro
Ombo menurut pendapatan dapat dibedakan menjadi masyarakat dengan pendapatan ≤
Rp 1.000.000,00, Rp 1.000.001,00 – Rp 1.500.000,00, Rp 1.500.001,00 – Rp
2.000.000,00, Rp 2.000.001,00 – Rp 2.500.000,00, Rp 2.500.001,00 – Rp 3.000.000,00
dan > Rp 3.000.000,00. Berikut ini adalah penjabarannya.
Tabel 4.10 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pendapatan
Persentase
yang Bahagia
(HH)
Persentase
yang Belum
Bahagia (Hn)
Persentase
Kecukupan pada
yang Belum
Bahagia (As)
Indeks
Kebahagiaan
(HH + HnAs)
Kategori
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
≤ 1.000.000 0% 100% 32% 0.32 Tidak Bahagia
1.000.001 - 1.500.000 30% 70% 36% 0.55 Hampir Bahagia
1.500.001 - 2.000.000 56% 44% 42% 0.75 Bahagia
2.000.001 - 2.500.000 92% 8% 33% 0.94 Sangat Bahagia
2.500.001 - 3.000.000 87% 13% 50% 0.93 Sangat Bahagia
> 3.000.000 84% 16% 44% 0.91 Sangat Bahagia
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung/ luar wisata
≤ 1.000.000 29% 71% 44% 0.60 Hampir Bahagia
1.000.001 - 1.500.000 30% 70% 42% 0.59 Hampir Bahagia
1.500.001 - 2.000.000 84% 16% 47% 0.91 Sangat Bahagia
2.000.001 - 2.500.000 71% 29% 48% 0.85 Sangat Bahagia
2.500.001 - 3.000.000 74% 26% 49% 0.87 Sangat Bahagia
> 3.000.000 71% 29% 48% 0.85 Sangat Bahagia
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kebahagiaan menurut pendapatan dapat
diketahui bahwa masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata memiliki
indeks kebahagiaan tertinggi pada yang memiliki pendapatan Rp 2.000.001,00 – Rp
129
2.500.000,00 dan terendah pada yang memiliki pendapatan ≤ Rp 1.000.000,00.
Masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata dengan pendapatan ≤ Rp
1.000.000,00 memiliki nilai persentase yang belum bahagia mencapai 100% sehingga
menyebabkan rendahnya nilai indeks kebahagiaan.
Untuk masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata
memiliki indeks kebahagiaan tertinggi pada yang memiliki pendapatan Rp 1.500.001,00
– Rp 2.000.000,00 dengan yang terendah pada yang memiliki pendapatan ≤ Rp
1.000.000,00 dan Rp 1.000.001,00 – Rp 1.500.000,00. Berdasarkan hasil perhitungan
indeks kebahagiaan berdasarkan pendapatan dapat digambarkan trend sebagai berikut.
Gambar 4.43 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pendapatan Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.43, apabila dicermati masyarakat lokal yang memiliki
indeks kebahagiaan tertinggi bukan terdapat pada masyarakat yang memiliki pendapatan
yang paling tinggi namun, terdapat kecenderungan semakin tinggi pendapatan maka
indeks kebahagiaan juga akan semakin meningkat. Selain itu, nilai indeks kebahagiaan
pada kedua masyarakat lokal yang berpendapatan ≤ Rp 1.000.000,- memiliki perbedaan
yang cukup signifikan.
G. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pekerjaan
Indeks kebahagiaan dalam hal ini juga dapat dikelompokkan menurut pekerjaan
untuk mengetahui lebih detail tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang bekerja di
sektor kegiatan wisata maupun yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata. Indeks
kebahagiaan masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata menurut pekerjaan di
Desa Oro-Oro Ombo dapat dibedakan menjadi 12 jenis yaitu pedagang BNS, petugas
0.32
0.55
0.75
0.94 0.93 0.91
0.60 0.59
0.91
0.85 0.87
0.85
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
≤ 1.000.000 1.000.001 -1.500.000
1.500.001 -2.000.000
2.000.001 -2.500.000
2.500.001 -3.000.000
> 3.000.000
Pekerja disektorkegiatanwisata
Pekerja disektorpendukung/di luar wisata
tidak
bahagia
hampir bahagia
bahagia
sangat bahagia
130
pintu masuk, petugas keamanan, tukang parkir, PKL, tukang ojek, travel agent,
pengelola atau pegawai catering, pengelola atau pegawai warung, pengelola atau penjaga
homestay, Kelompok Infomasi Masyarakat (KIM) dan pramuwisata. Untuk indeks
kebahagiaan masyarakat lokal pekerja di sektor pendukung atau luar wisata menurut
pekerjaan di Desa Oro-Oro Ombo dapat dibedakan menjadi 8 jenis yaitu petani,
peternak, pegawai swasta, tenaga medis, perangkat desa, pengelola atau penjaga toko,
pengelola atau pegawai salon dan pengrajin. Berikut ini adalah penjabarannya.
Tabel 4.11 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pekerjaan
Persentase
yang Bahagia
(HH)
Persentase
yang Belum
Bahagia (Hn)
Persentase
Kecukupan pada
yang Belum
Bahagia (As)
Indeks
Kebahagiaan
(HH + HnAs)
Kategori
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Kegiatan Wisata
Pedagang BNS 87% 13% 50% 0.93 Sangat Bahagia
Petugas Pintu Masuk 80% 20% 33% 0.87 Sangat Bahagia
Petugas Keamanan 100% 0% 36% 1.00 Sangat Bahagia
Tukang Parkir 0% 100% 37% 0.37 Tidak Bahagia
PKL 0% 100% 37% 0.37 Tidak Bahagia
Tukang Ojek 0% 100% 38% 0.38 Tidak Bahagia
Travel Agent 80% 20% 44% 0.89 Sangat Bahagia
Pengelola/Pegawai Catering 69% 31% 53% 0.85 Sangat Bahagia
Pengelola/Pegawai Warung 59% 41% 32% 0.72 Bahagia
Pengelola/Penjaga homestay 44% 56% 31% 0.61 Hampir Bahagia
Kelompok Informasi Masyarakat 100% 0% 0% 1.00 Sangat Bahagia
Pramuwisata 100% 0% 0% 1.00 Sangat Bahagia
Masyarakat Lokal Pekerja di Sektor Pendukung/ Luar wisata
Petani 15% 85% 47% 0.56 Hampir Bahagia
Peternak 68% 32% 49% 0.84 Sangat Bahagia
Pegawai Swasta 64% 36% 44% 0.80 Sangat Bahagia
Tenaga Medis 83% 17% 56% 0.93 Sangat Bahagia
Perangkat Desa 100% 0% 0% 1.00 Sangat Bahagia
Pengelola/Penjaga Toko 55% 45% 42% 0.74 Bahagia
Pengelola/Pegawai Salon 71% 29% 44% 0.84 Sangat Bahagia
Pengrajin 40% 60% 43% 0.66 Bahagia
Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kebahagiaan menurut pekerjaan pada Tabel
4.11, secara keselurahan masyarakat lokal yang memiliki indeks kebahagiaan tertinggi
adalah yang bekerja sebagai petugas keamanan, kelompok informasi masyarakat,
pramuwisata dan perangkat desa sedangkan yang terendah adalah tukang parkir dan
PKL. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata memiliki nilai tertinggi
pada petugas keamanan, Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dan pramuwisata
dengan nilai indeks mencapai 1 atau dengan kata lain persentase yang bahagia adalah
100% kemudian pedagang BNS dengan nilai indeks 0.93. Sedangkan nilai indeks
kebahagiaan terendah terdapat pada pekerjaan tukang parkir, PKL dan tukang ojek yang
berada pada kategori tidak bahagia dan memiliki persentase masyarakat yang belum
131
bahagia sebanyak 100%, sehingga sangat signifikan dengan pekerjaan yang memiliki
nilai indeks tertinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar grafik indeks
kebahagiaan masyarakat lokal berdasarkan pekerjaan di sektor kegiatan wisata di bawah
ini.
Gambar 4.44 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pekerjaan di Sektor Kegiatan Wisata Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.44, dapat diketahui masyarakat lokal yang bekerja sebagai
pramuwisata, Kelompok Informasi Masyarakat (KIM), petugas keamanan (security),
pedagang BNS, travel agent, petugas pintu masuk dan pengelola atau pegawai catering
berada dalam kategori sangat bahagia. Untuk masyarakat lokal yang bekerja sebagai
pengelola atau pegawai warung berada dalam kategori bahagia. Masyarakat lokal yang
bekerja sebagai pengelola atau penjaga homestay berada pada kategori hampir bahagia
dan yang bekerja sebagai tukang parkir, PKL dan tukang ojek berada pada kategori tidak
bahagia.
Untuk indeks kebahagiaan berdasarkan pekerjaan pada masyarakat lokal yang
bekerja di sektor pendukung atau luar wisata memiliki nilai indeks tertinggi pada
perangkat desa dengan nilai indeks 1 kemudian tenaga medis dengan nilai indeks 0.93,
sedangkan nilai indeks terendah terdapat pada pekerjaan petani dengan nilai indeks
hanya 0.56. Berikut ini adalah grafik indeks kebahagiaan masyarakat lokal menurut
pekerjaan di sektor pendukung atau luar wisata.
0.37 0.37 0.38
0.61
0.72
0.85 0.87 0.89 0.93
1.00 1.00 1.00
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
tidak
bahagia
hampir bahagia
bahagia
sangat bahagia
132
Gambar 4.45 Indeks Kebahagiaan Masyarakat Lokal menurut Pekerjaan di Sektor Pendukung atau
Luar Wisata Sumber : Hasil Analisis,2016
Berdasarkan Gambar 4.45, dapat diketahui bahwa masyarakat lokal yang bekerja
sebagai perangkat desa, tenaga medis, pengelola atau pegawai salon, peternak dan
pegawai swasta berada pada kategori sangat bahagia. Masyarakat lokal yang bekerja
sebagai pengelola atau penjaga toko dan pengrajin berada pada kategori bahagia dan
petani berada pada kategori hampir bahagia. Perangkat desa, tenaga medis, peternak,
pegawai swasta dan petani merupakan masyarakat lokal yang bekerja pada sektor sarana
dan prasarana umum, sedangkan pengelola/pegawai salon, pengelola/pegawai toko serta
pengrajin merupakan masyarakat lokal yang bekerja pada sektor pendukung wisata.
Berikut ini adalah penjabaran lebih lanjut mengenai hubungan tingkat kebahagiaan
dengan kondisi sosial, demografi dan ekonomi masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo
dengan menggunakan analisis crosstabs.
4.4 Hubungan Tingkat Kebahagiaan dengan Kondisi Sosial, Demografi dan
Ekonomi Masyarakat Lokal
Hubungan tingkat kebahagiaan dengan kelompok umur, gender, tingkat
pendidikan, pendapatan per kapita dan jenis pekerjaan dapat diketahui dengan
menggunakan analisis crosstabs berdasarkan perhitungan pada Lampiran 17 (Hal L-56 –
L-60). Berikut ini adalah hasil perhitungan uji chi-square tingkat kebahagiaan dengan
kelompok umur, gender, tingkat pendidikan, pendapatan per kapita dan jenis pekerjaan.
0.56
0.66 0.74
0.80 0.84 0.84
0.93 1.00
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
tidak bahagia
hampir bahagia
bahagia
sangat bahagia
133
Tabel 4.12 Hasil Uji Chi-Square Tingkat Kebahagiaan dengan Kelompok Umur, Gender, Tingkat Pendidikan,
Pendapatan per Kapita dan Jenis Pekerjaan Value
(Pearson
Chi-Square
dF Hipotesa Pengambilan
Keputusan
Asymp.
Sig. (2
sided)
Pengambilan
Keputusan
Tingkat
Kebahagiaan_
Kelompok Umur
34.512a 12
H0: Tidak
ada
hubungan
H1: Ada
hubungan
antara
Jika Chi-
Square
Hitung <
Chi-Square
tabel, maka
H0 diterima
Jika Chi-
Square
Hitung >
Chi-Square
tabel, maka
H0 ditolak
34.512 > 21.03
H0 ditolak 0.001
Jika nilai
probabilitas
> 0.05
maka H0
diterima
Jika nilai
probabilitas
< 0.05
maka H0
ditolak
0.001< 0.05
H0 ditolak
Tingkat
Kebahagiaan_
Gender
11.872a 3
11.872 > 7.82
H0 ditolak 0.008
0.008< 0.05
H0 ditolak
Tingkat
Kebahagiaan_
Tingkat
Pendidikan
1.051E2a 15
1.051E2 > 25.00
H0 ditolak 0.000
0.000< 0.05
H0 ditolak
Tingkat
Kebahagiaan_
Pendapatan per
Kapita
1.287E2a 15
1.287E2> 25.00
H0 ditolak 0.000
0.000< 0.05
H0 ditolak
Tingkat
Kebahagiaan_
Jenis Pekerjaan
24.651a 3
24.651> 7.82
H0 ditolak 0.000
0.000< 0.05
H0 ditolak
Sumber : Hasil Perhitungan, 2017
Hubungan antara dua variabel pada analisis crosstabs dapat diketahui melalui
perbandingan chi square hitung dengan chi square tabel atau perbandingan nilai
probabilitas dengan nilai Asymp. Sig. (2-sided). Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.12
dapat diketahui melalui perbandingan chi square maupun dengan nilai probabilitas, H0
ditolak yang artinya terdapat hubungan antara tingkat kebahagiaan dengan kelompok
umur, gender, tingkat pendidikan, pendapatan per kapita dan jenis pekerjaan masyarakat
lokal di Desa Oro-Oro Ombo.
Berikut ini adalah hasil crosstabulation antara tingkat kebahagiaan kelompok umur,
gender, tingkat pendidikan, pendapatan per kapita dan jenis pekerjaan dengan jumlah
terbanyak pada tiap kategori kebahagiaan dimana rincian hasil crosstabulation terdapat
pada Lampiran 17 (Hal L-56 – L-60).
Tabel 4.13 Crosstabulation
Kelompok Umur Gender Tingkat
Pendidikan
Pendapatan per Kapita
(per bulan) Jenis Pekerjaan
Tidak Bahagia 32%
(umur 44-52 tahun)
66%
(Perempuan)
50%
(SD)
62%
(<1.000.000)
80%
(Keg. Wisata)
Hampir Bahagia 31%
(umur 35-43 tahun)
59,8%
(Laki-Laki)
29.9%
(SMP)
32.2%
(1.000.001 – 1.500.000)
60.9%
(Keg. Pendukung)
Bahagia 42,7%
(umur 35-43 tahun)
59,8%
(Laki-Laki)
45.1%
(SMA)
29.3%
(1.500.001 – 2.000.000)
58.5%
(Keg. Pendukung)
Sangat Bahagia 35,8%
(umur 35-43 tahun)
61,7%
(Laki-Laki)
48.1%
(SMA)
25.9%
(1.500.001 – 2.500.000)
51.9%
(Keg. Wisata)
Sumber : Hasil Analisa, 2017
134
Berdasarkan Tabel 4.13 masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang paling
banyak berada pada kategori tidak bahagia terdapat pada kelompok umur 44-52 tahun,
perempuan, lulusan SD, pendapatan per kapita < Rp 1.000.000 dan bekerja di sektor
kegiatan wisata. Berdasarkan hasil survei 2016, masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo
pada kelompok umur 44-52 tahun yang berada pada kategori tidak bahagia sebanyak 69%
adalah perempuan, 69% lulusan SD, 50% memiliki pendapatan per kapita < Rp 1.000.000
dan 31% bekerja sebagai PKL. Masyarakat lokal yang berjenis kelamin perempuan di Desa
Oro-Oro Ombo yang berada pada kategori tidak bahagia sebanyak 33% berada pada
kelompok umur 44-52 , 55% lulusan SD, 52% memiliki pendapatan per kapita < Rp
1.000.000 dan 33% bekerja sebagai penjaga homestay serta 30% bekerja sebagai PKL.
Sedangkan untuk masyarakat lokal dengan lulusan SD yang berada pada kategori
tidak bahagia sebanyak 44% berada pada kelompok umur 44-52 , 68% perempuan, 64%
memiliki pendapatan per kapita < Rp 1.000.000 dan 32% bekerja sebagai penjaga
homestay dan 28% bekerja sebagai PKL. Masyarakat lokal yang berpendapatan per kapita
< Rp 1.000.000 yang berada pada kategori tidak bahagia sebanyak 29% berada pada
kelompok umur 35-43 dan 44-52, 58% perempuan, 52% lulusan SD dan 42% bekerja
sebagai penjaga homestay.
Untuk masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata yang berada pada
kategori tidak bahagia sebanyak 35% berada pada kelompok umur 44-52 tahun, 73%
perempuan, 60% lulusan SD, 68% memiliki pendapatan per kapita < Rp 1.000.000 dan
30% bekerja sebagai penjaga homestay serta 25% bekerja sebagai PKL. Berdasarkan
penjabaran dari hasil survei 2016 tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat kecenderungan
masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang berada pada kategori tidak bahagia adalah
masyarakat lokal pada kelompok umur 44-52 tahun, perempuan, lulusan SD, memiliki
pendapatan per kapita < Rp 1.000.000 dan bekerja sebagai PKL maupun penjaga
homestay. Berikut ini adalah Gambar 4.46 konstribusi kecukupan domain masyarakat
yang tidak bahagia pada kelompok masyarakat tersebut.
135
2%
23%
5%
14%
0% 16%
16%
14%
9%
Konstribusi Kecukupan Domain
Masyarakat Lokal pada Kelompok Umur
44-52 tahun yang Tidak Bahagia
5%
25%
11%
9% 1% 16%
16%
9%
9%
Konstribusi Kecukupan Domain
Masyarakat Lokal Perempuan yang
Tidak Bahagia
5%
26%
6%
13% 2%
18%
13%
11%
6%
Konstribusi Kecukupan Domain
Masyarakat Lokal Lulusan SD
yang Tidak Bahagia
8%
30%
10% 9% 0%
14%
19%
10% 0%
Konstribusi Kecukupan Domain
Masyarakat Lokal yang Memiliki
Pendapatan < Rp 1.000.000 yang
Tidak Bahagia
3%
14%
14%
10%
0% 21%
7%
10%
21%
Konstribusi Kecukupan Domain
PKL yang Tidak Bahagia
4%
33%
7% 11%
0%
15%
15%
15%
0%
Konstribusi Kecukupan Domain
Penjaga Homestay yang Tidak Bahagia
Kesejahteraan
Psikologis
Kesehatan
Pendidikan
Keragaman Budaya
Penggunaan Waktu
Tatanan Pemerintah
Vitalitas Komunitas
Keanekaragaman
Ekologi
Standar Hidup
Gambar 4.46 Konstribusi Kecukupan Domain Masyarakat Lokal yang Tidak Bahagia Sumber : Hasil Analisa, 2017
Berdasarkan Gambar 4.46, konstribusi kecukupan domain kesehatan dan tatanan
pemerintah cenderung tinggi dibandingkan dengan domain lainnya. Konstribusi kecukupan
domain keragaman budaya juga cukup tinggi namun, tergolong rendah pada masyarakat
bependapatan < Rp 1.000.000 yang tidak bahagia dan yang perempuan yang tidak bahagia.
Untuk konstribusi kecukupan domain vitalitas komunitas juga cukup tinggi namun,
tergolong rendah pada PKL yang tidak bahagia. Konstribusi kecukupan domain
136
keanekaragaman ekologi juga cukup tinggi namun cukup rendah pada perempuan yang
tidak bahagia.
Kecukupan domain pendidikan masyarakat pada kelompok umur 44-52 tahun,
lulusan SD dan penjaga homestay yang tidak bahagia tergolong rendah namun, pada
perempuan, masyarakat berpendapatan < Rp 1.000.000 serta PKL yang tidak bahagia
tergolong masih cukup tinggi. Sedangkan, kecukupan domain standar hidup pada PKL
yang tidak bahagia tergolong tinggi tetapi tergolong sangat rendah pada masyarakat
berpendapatan < Rp 1.000.000 serta penjaga homestay.
Sehingga, apabila dicermati maka masyarakat lokal yang tidak bahagia cenderung
memiliki konstribusi kecukupan domain yang rendah pada domain kesejahteraan
psikologis dan pengggunaan waktu dibandingkan dengan domain yang lainnya. Domain
kesejahteraan psikologis sendiri mencakup kepuasan hidup, emosi positif, emosi negatif
dan spiritualitas. Kepuasan hidup masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo tergolong
rendah pada keseimbangan kerja (Gambar 4.14). Hal tersebut juga berkaitan dengan
kecukupan domain penggunaan waktu yang rendah, masyarakat lokal yang bekerja PKL
memiliki jam kerja 7 – 12 jam dan penjaga homestay memiliki jam kerja 7 – 10 jam (Tabel
4.3), dimana jam kerja normal adalah 8 jam.
Tingginya jam kerja PKL juga dapat disebabkan oleh pekerjaan sampingan yang
umumnya juga merupakan petani atau peternak, dimana hasil pertanian dan peternakan
tersebut dikelola kemudian dipasarkan di sekitar obyek wisata. Desa Oro - Oro Ombo
sendiri memiliki dua paguyuban PKL yang terletak di sekitar BNS, dimana kondisinya
belum tertata dengan rapi dan masih sering ditemukan sampah-sampah yang berserakan.
Letak paguyuban PKL yang berdekatan dengan obyek wisata juga memungkinkan
menimbulkan adanya kebisingan dan keramaian.
Penjaga homestay sendiri bekerja memenuhi kebutuhan penginap atau
membersihkan homestay, sedangkan apabila homestay sedang kosong maka dipergunakan
untuk bekerja sampingan. Namun, homestay saat ini sangat diminati oleh wisatawan yang
sekedar beristirahat atau yang menghabiskan akhir pekan di Kota Batu. Homestay di Desa
Oro-Oro Ombo sendiri sebagian besar berada di dekat obyek wisata BNS yang dinilai
sangat strategis karena dapat mudah ditemukan oleh wisatawan. Namun, hal tersebut juga
berdampak pada adanya kemacetan, polusi dan kebisingan di lingkungan tersebut.
Berdasarkan Tabel 4.13, masyarakat lokal yang paling banyak berada pada
kategori sangat bahagia terdapat pada kelompok umur 35-43 tahun, laki-laki, lulusan SMA,
pendapatan per kapita Rp 1.500.001 – Rp 2.500.000 dan bekerja di sektor kegiatan wisata.
137
Berdasarkan hasil survei 2016, masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo pada kelompok
umur 35-43 tahun yang berada pada kategori sangat bahagia sebanyak 66% adalah laki-
laki, 59% lulusan SMA, 38% memiliki pendapatan per kapita Rp 2.000.001 – Rp
2.500.000 dan 34% bekerja sebagai pengelola toko/minimarket.
Masyarakat lokal yang berjenis kelamin laki-laki di Desa Oro-Oro Ombo yang
berada pada kategori sangat bahagia sebanyak 44% berada pada kelompok umur 35-43
tahun , 60% lulusan SMA, 28% memiliki pendapatan per kapita Rp 1.500.001 – Rp
2.000.000 dan 26% memiliki pendapatan per kapita Rp 2.000.001 – Rp 2.500.000 serta
20% bekerja sebagai pengelola toko/minimarket. Sedangkan untuk masyarakat lokal
dengan lulusan SMA yang berada pada kategori sangat bahagia sebanyak 44% berada pada
kelompok umur 35- 43 , 69% laki-laki, 31% memiliki pendapatan per kapita Rp 2.000.001
– Rp 2.500.000 dan 28% bekerja sebagai pengelola toko/minimarket.
Masyarakat lokal yang berpendapatan per kapita Rp 1.500.001 – Rp 2.500.000
yang berada pada kategori sangat bahagia sebanyak 38% berada pada kelompok umur 44-
52 tahun dan 33% berada pada kelompok umur 35-43 tahun, 67% laki-laki, 43% lulusan
SMA dan 14% bekerja sebagai pengelola toko/minimarket, 10% bekerja sebagai peternak,
10% bekerja sebagai pengelola warung/rumah makan, 10% bekerja sebagai pramuwisata
dan 10% bekerja sebagai pedagang di BNS.
Untuk masyarakat lokal pekerja di sektor kegiatan wisata yang berada pada
kategori sangat bahagia sebanyak 29% berada pada kelompok umur 35-43 tahun dan
kelompok umur 26-34 tahun, 67 % laki-laki, 52% lulusan SMA, 33% memiliki pendapatan
per kapita Rp 2.000.001 – Rp 2.500.000 dan 21% bekerja sebagai pengelola homestay,
dan 17% bekerja sebagai pengelola warung/rumah makan.
Berdasarkan penjabaran dari hasil survei 2016 tersebut dapat dikatakan bahwa
terdapat kecenderungan masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang berada pada
kategori sangat bahagia adalah masyarakat lokal pada kelompok umur 35 - 43 tahun, laki-
laki, lulusan SMA, memiliki pendapatan per kapita Rp 1.500.001 – Rp 2.500.000 dan
bekerja sebagai pengelola toko/minimarket. Berikut ini adalah konstribusi kecukupan
domain masyarakat yang sangat bahagia pada kelompok masyarakat tersebut.
138
10%
14%
11%
12%
10%
9%
14%
10%
12%
Konstribusi Kecukupan Domain
Masyarakat Lokal Umur 35-43 yang
Sangat Bahagia
10%
12%
11%
12%
12%
9%
12%
10%
12%
Konstribusi Kecukupan Domain Laki-
Laki yang Sangat Bahagia
11%
13%
12%
11% 11%
9%
12%
9%
12%
Konstribusi Kecukupan Domain Lulusan
SMA yang Sangat Bahagia
11%
12%
12%
11%
11%
11%
11%
9%
13%
Konstribusi Kecukupan Domain
Masyarakat yang Berpendapatan
Rp 1.500.001 - Rp 2.500.000 yg
Sangat Bahagia
13%
13%
10%
13% 13%
5%
13%
10%
11%
Konstribusi Kecukupan Domain pada Pengelola Toko
yg Sangat Bahagia
Kesejahteraan Psikologis
Kesehatan
Pendidikan
Keragaman Budaya
Penggunaan Waktu
Tatanan Pemerintah
Vitalitas Komunitas
Keanekaragaman Ekologi
Standar Hidup
Gambar 4.47 Konstribusi Kecukupan Domain Masyarakat Lokal yang Sangat Bahagia Sumber : Hasil Analisa, 2017
Berdasarkan Gambar 4.47, sembilan domain berkonstribusi pada kebahagiaan
masyarakat Desa Oro-Oro Ombo. Domain kesejahteraan psikologis, kesehatan,
pendidikan, keragaman budaya, penggunaan waktu, vitalitas komunitas dan standar hidup
memiliki konstribusi nilai yang relatif tinggi dibandingkan dengan domain lainnya. Untuk
domain keanekaragaman ekologi tergolong memiliki konstribusi yang rendah pada
139
masyarakat lokal lulusan SMA dan masyarakat lokal berpendapatan Rp 1.500.001 – Rp
2.500.000 yang sangat bahagia. Sedangkan, pada domain tatanan pemerintah memiliki
konstribusi yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan lainnya.
Dapat dikatakan bahwa masyarakat lokal Desa Oro-Oro Ombo yang sangat bahagia
tidak membutuhkan konstribusi kecukupan yang tinggi pada domain tatanan pemerintah.
Domain tatanan pemerintah sendiri meliputi indikator kebebasan politik, partisipasi politik,
kinerja pemerintah dan penyediaan layanan. Berdasarkan pada penjabaran kecukupan
indikator diketahui bahwa persentase masyarakat lokal yang memenuhi kecukupan
indikator kebebasan politik, partisipasi politik, kinerja pemerintah dan penyediaan layanan
sudah tinggi (>50%). Namun, apabila dicermati lebih lanjut, persentase masyarakat lokal
yang merasa kinerja pemerintah khususnya pada bidang lingkungan dan budaya serta
penyediaan layanan khususnya pembuangan limbah masih tergolong rendah (<50%).
4.5 Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Lokal terhadap Keberadaaan Kegiatan
Wisata
Berdasarkan hasil analisa tingkat kebahagiaan dengan menggunakan Gross
National Happiness Index (GNHI), dapat diketahui secara umum masyarakat lokal berada
pada kategori bahagia dengan adanya keberadaan kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo
karena kedua kelompok masyarakat yaitu masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata berada pada kategori bahagia dan yang bekerja di sektor kegiatan pendukung atau
luar wisata berada pada kategori sangat bahagia. Namun, masyarakat lokal yang bekerja di
sektor pendukung atau luar wisata memiliki nilai indeks kebahagiaan lebih tinggi
dibandingkan dengan masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata. Berikut ini
adalah penjabarannya.
1. 62% masyarakat lokal Dusun Gondorejo yang bekerja di sektor kegiatan wisata
berada pada kategori belum bahagia. Dusun Gondorejo merupakan dusun yang
memiliki wilayah paling kecil dibandingkan dengan dusun lainnya. Dusun
Gondorejo sendiri memiliki jarak terhadap pusat Kota Batu (3 Km) lebih dekat dan
memiliki akses jalan yang lebih mudah dibandingkan Dusun Dresel. Namun, Dusun
Dresel memiliki kelebihan pada kondisi geografisnya. Selain itu, di Dusun
Gondorejo belum terdapat obyek/atraksi wisata sehingga opportunity masyarakat
lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata lebih sedikit dibandingkan di Dusun
Krajan maupun Dusun Dresel.
140
Dusun Krajan merupakan pusat kegiatan dan pusat pemerintahan di Desa Oro-Oro
Ombo, selain itu juga terdapat obyek wisata Batu Night Spectacular (BNS)
sehingga banyak kegiatan wisata yang berkembang di lingkungan tersebut.
Demikian pula pada Dusun Dresel yang memiliki bentang alam dan geografis yang
dekat dengan hutan alam dan sumber mata air sehingga pengembangan wisata juga
pesat khususnya wisata alam yaitu Coban Rais dan Peternakan Kuda Megastar.
Dengan adanya pengembangan pariwisata pada Dusun Krajan dan Dusun Dresel
maka opportunity masyarakat lokal juga semakin besar.
2. 63% perempuan yang bekerja di sektor kegiatan wisata berada pada kategori belum
bahagia. Berdasarkan hasil survei 2016, perempuan yang bekerja di sektor kegiatan
wisata umumnya bekerja sebagai PKL, pengelola/pegawai warung,
pengelola/pegawai catering dan pengelola/penjaga homestay. Perempuan yang
belum bahagia memiliki konstribusi kecukupan domain yang rendah pada
penggunaan waktu dan keragaman budaya. Pengunaan jam kerja perempuan yang
banyak dapat disebabkan oleh adanya pekerjaan sampingan atau yang juga bertugas
menjadi ibu rumah tangga (IRT).
3. Adanya pembagian kerja pada sektor kegiatan wisata yang ditentukan oleh
POKDARWIS berdasarkan kualifikasi pendidikan sehingga masyarakat lokal yang
memiliki tingkat pendidikan minimal lulusan SMA lebih banyak memiliki
kesempatan kerja pada bidang yang lebih baik dan mampu membawa kesejahteraan
bagi pekerjanya. Namun, masyarakat lokal lebih banyak yang merupakan lulusan
TK, SD dan SMP (Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016). Berdasarkan hasil survei
2016, masyarakat lokal tidak tamat SD yang bekerja pada sektor kegiatan wisata
umumnya memiliki pekerjaan sebagai tukang parkir, PKL dan penjaga homestay.
Sedangkan pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata tidak terikat oleh adanya peraturan tersebut. Hal tersebut terlihat dari adanya
perbandingan yang signifikan antara indeks kebahagiaan masyarakat lokal yang
tidak tamat SD, lulusan SD dan lulusan SMP pada kedua kelompok.
4. Berdasarkan hasil perhitungan indeks kebahagiaan menurut jenis pekerjaan , indeks
kebahagiaan yang paling tinggi dimiliki masyarakat lokal yang bekerja sebagai
pramuwisata, Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) , petugas keamanan dan
perangkat desa dengan nilai indeks kebahagiaan 1, dapat dikatakan masyarakat
lokal yang memiliki pekerjaan tersebut 100% berada pada kategori bahagia.
Sedangkan yang indeks kebahagiaan terendah adalah masyarakat lokal yang
141
bekerja sebagai tukang parkir, PKL, tukang ojek dan petani atau yang bekerja pada
sektor informal. Masyarakat lokal yang bekerja pada sektor formal atau berkaitan
langsung dengan pariwisata lebih banyak memiliki opportunity dibandingkan
dengan masyarakat lokal yang bekerja pada sektor informal atau bekerja di bagian
kecil dari obyek wisata.
Lebih lanjut menggunakan analisis crosstabs, dapat diketahui bahwa terdapat
adanya hubungan antara tingkat kebahagiaan dengan kelompok umur, gender, tingkat
pendidikan, pendapatan dan jenis pekerjaan di Desa Oro-Oro Ombo.
1. Masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang berada pada kategori tidak bahagia
cenderung pada kelompok umur 44-52 tahun, perempuan, lulusan SD, memiliki
pendapatan per kapita < Rp 1.000.000 dan bekerja sebagai PKL maupun penjaga
homestay. Kelompok masyarakat yang berada pada kategori tidak bahagia
cenderung memiliki konstribusi kecukupan domain yang rendah pada domain
kesejahteraan psikologis dan pengggunaan waktu dibandingkan dengan domain
yang lainnya.
2. Masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang berada pada kategori sangat bahagia
cenderung pada masyarakat lokal kelompok umur 35 - 43 tahun, laki-laki, lulusan
SMA, memiliki pendapatan per kapita Rp 1.500.001 – Rp 2.500.000 dan bekerja
sebagai pengelola toko/minimarket. Kelompok masyarakat yang berada pada
kategori sangat bahagia memiliki konstribusi kecukupan domain yang tinggi pada
domain kesejahteraan psikologis, kesehatan, pendidikan, keragaman budaya,
penggunaan waktu, vitalitas komunitas dan standar hidup.
4.6 Rekomendasi
Berdasarkan dari hasil analisa indeks kebahagiaan menggunakan Gross National
Happiness Index dan hubungan tingkat kebahagiaan dengan kondisi sosial, demografis dan
ekonomi dapat diketahui bahwa masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang berada
pada kategori tidak bahagia cenderung pada kelompok umur 44-52 tahun, perempuan,
lulusan SD, memiliki pendapatan per kapita < Rp 1.000.000 dan bekerja sebagai PKL
maupun penjaga homestay. Berikut ini adalah Tabel 4.14 rekomendasi untuk masyarakat
lokal yang berada pada kategori tidak bahagia yang didasarkan pada kecukupan indikator
dan variabel nya.
142
Tabel 4.14 Konstribusi Kecukupan Indikator dan Variabel pada Masyarakat Lokal yang berada pada Kategori Tidak Bahagia dan Rekomendasi Konstribusi
Kecukupan Domain
Persentase yang memenuhi Kecukupan Indikator
Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
Kesejahteraan
Psikologis (8%) Kepuasan Hidup (8%)
Kesehatan (cukup puas-sangat tidak puas) (40%)
Fasilitas kesehatan di Desa Oro-Oro Ombo di setiap dusun telah tersedia yaitu posyandu, serta polindes, rumah bersalin dan
rumah berobat di Dusun Krajan
Belum terdapat adanya fasilitas kesehatan
rumah sakit di Desa Oro-Oro Ombo (Hasil Survei,2016)
Meningkatkan kualitas fasilitas kesehatan secara bertahap
Pengembangan kawasan rumah sakit di Desa Oro-Oro Ombo (Renstra Bappeda
Kota Batu 2012-2017)
Pekerjaan (cukup puas- sangat tidak puas) (70%)
Masih terdapat masyarakat lokal yang bekerja pada bagian kecil dari kegiatan
wisata
Masyarakat yang bekerja dengan cukup banyak waktu namun tidak berbanding lurus dengan gaji/pendapatan yang diperoleh
(PKL, tukang ojek, petani)
Pekerja yang tidak memiliki tempat tetap atau berpindah-pindah sehingga
penghasilannya tidak menentu (PKL)
(Hasil Survei,2016)
Dusun Gondorejo belum memililki obyek/atraksi wisata sehingga opportunity
masyarakat lokal yang bekerja di sektor
kegiatan wisata lebih sedikit dibandingkan di Dusun Krajan maupun Dusun Dresel
(Hasil Analisis,2016)
Penataan PKL di sekitar obyek wisata BNS
Penyelenggaraan pelatihan dan pembinaan secara kontinuitas terhadap
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan obyek dan daya tarik
wisata
Pengembangan potensi kegiatan wisata di Dusun Gondorejo khususnya pada jasa perjalanan wisata, informasi wisata dan
pramuwisata yang belum banyak terdapat
di Desa Oro-Oro Ombo
Hubungan keluarga
(cukup puas-sangat tidak puas) (17%) Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 83%
Standar hidup
(cukup puas-sangat tidak puas) (90%)
Sebanyak 98% masy. yang tidak bahagia memiliki pendapatan < 2.000.001, 38% tinggal di tempat tinggal bukan milik
sendiri dan 80% tinggal di rumah dengan
konstruksi semi permanen/non permanen. (Hasil Survei,2016)
Standar hidup layak meliputi kebutuhan pangan dan non pangan yang harus dipenuhi (BPS, 2010) dimana biaya
Penyediaan rumah sederhana layak huni bagi masyarakat kurang mampu (RPJMD
Kota Batu 2012-2017)
Memberikan bantuan sosial untuk
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat RTM melalui kelompok usaha bersama
(KUBE) atau kelompok sosial ekonomi
sejenis lainnya
Penyediaan layanan serta akses fasilitas
143
Konstribusi
Kecukupan Domain
Persentase yang memenuhi Kecukupan Indikator
Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
konsumsi yang dibutuhkan masyarakat semakin tinggi, sehingga sebagian besar
pendapatan hanya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan
Masih terdapat masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang masuk dalam kategori
Rumah Tangga Miskin (RTM) (RPJM Desa 2016-2021)
sarana-prasarana khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu
Keseimbangan kerja
(cukup puas-sangat tidak puas) (66%)
Masih terdapat masyarakat yang bekerja sampingan sehingga jam kerja melebihi jam
kerja normal (>8 jam)
(Hasil Survei,2016)
Penetapan jam kerja normal yaitu kurang
lebih 8 jam sehingga memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat
Menetapkan spesifikasi pekerjaan/jobdesk yang jelas sehingga tidak terdapat adanya masyarakat yang
bekerja tumpang tindih
Emosi Positif (66%)
Perasaan Empati (jarang – tidak pernah) (18%)
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel perasaan empati sudah tinggi yaitu 82%
Perasaan Murah Hati (jarang – tidak pernah) (32%)
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel perasaan murah hati sudah tinggi yaitu 68%
Perasaan Memaafkan
(jarang – tidak pernah) (18%)
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel perasaan memaafkan sudah
tinggi yaitu 82%
Perasaan Puas / bersyukur
(jarang – tidak pernah) (26%)
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel perasaan puas/bersyukur sudah
tinggi yaitu 74%
Perasaan Tenang (jarang – tidak pernah) (36%)
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel perasaan tenang sudah tinggi yaitu 64%
Emosi Negatif (662%)
Perasaan Egois
(kadang – sering) (30%)
Perasaan Cemburu (kadang – sering) (20%)
Perasaan Marah (kadang – sering) (26%)
Perasaan Takut
(kadang – sering) (34%)
144
Konstribusi
Kecukupan Domain
Persentase yang memenuhi Kecukupan Indikator
Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
Perasaan Khawatir (kadang – sering) (46%)
Spiritualitas (50%)
Berdoa/mengakui dosa
(jarang – tidak pernah) (8%)
Kegiatan keagamaan di Desa Oro-Oro Ombo intensitasnya semakin berkurang (Hasil Wawancara, 2017)
Fasilitas peribadatan membutuhkan renovasi (RPJM Desa Oro-Oro Ombo
2015-2021)
Mengoptimalkan peran lembaga sosial keagamaan yang berada di Desa Oro-
Oro Ombo, untuk meningkatkan
pemahaman dan pengamalan nilai-nilai keagamaan
Menyediakan dan meningkatkan kualitas fasilitas kegiatan keagamaan
Meningkatkan pengembangan agama melalui organisasi budaya yang telah ada di Desa Oro-Oro Ombo (terbang
jidor dan khadrah)
Ibadah sesuai syariat
(jarang – tidak pernah) (18%)
Keikutsertaan kegiatan rohani (jarang – tidak pernah) (48%)
Gambaran diri dalam hal spiritual (kurang - tidak) (20%)
Kesehatan (25%)
Kesehatan Diri (54%) Kondisi kesehatan 1 bulan terakhir
(cukup baik –sangat tidak baik) (46%) Fasilitas kesehatan di Desa Oro-Oro Ombo
di setiap dusun telah tersedia yaitu
posyandu, namun polindes, rumah bersalin dan rumah berobat masih terpusat di Dusun
Krajan
Belum terdapat adanya fasilitas kesehatan rumah sakit di Desa Oro-Oro Ombo
(Hasil Survei,2016)
Meningkatkan kualitas fasilitas kesehatan secara bertahap
Pengembangan kawasan rumah sakit di Desa Oro-Oro Ombo (Renstra Bappeda
Kota Batu 2012-2017)
Kesehatan Sehari-hari (66%) Jumlah hari sehat selama 1 bulan terakhir
(< 21 hari) (46%)
Tidak Difabel (100%) Difabel (0%) Persentase masyarakat yang memenuhi
kecukupan variabel tidak difabel sudah tinggi
Pendidikan (11%)
Keaksaraan (76%) Tidak mampu membaca dan menulis / buta
huruf (24%)
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel keaksaraan sudah tinggi yaitu
76%
Kualifikasi Pendidikan (26%) Tidak tamat pendidikan wajib belajar 12 tahun (74%)
Masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo paling banyak merupakan lulusan SD/MI (24,9%)
(Profil Desa Oro-Oro Ombo 2016)
Masih tingginya angka putus sekolah,
Angka meneruskan sekolah masih rendah
Ketidakmampuan dari faktor ekonomi
Rendahnya kesadaran akan pentingnya pendidikan
(RPJM Desa Oro-Oro Ombo 2016-2021)
Menyediakan program pendidikan kejar paket A, B, C, D beserta pelatihan dasar
tenaga kerja
Mengembangkan lembaga pendidikan berbasis pariwisata seperti SMK
pariwisata
Pengetahuan (38%) Pengetahuan sejarah lokal dan nasional Organisasasi seni budaya lebih banyak Pembangunan gedung kesenian dan
145
Konstribusi
Kecukupan Domain
Persentase yang memenuhi Kecukupan Indikator
Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
(cukup baik-sangat tidak baik) (56%) diminati masyarakat lokal yang berusia lanjut dan kurang diminati oleh kaum remaja
Masih minimnya sarana prasarana kegiatan budaya
Perkembangan wisata membawa dampak pada perubahan teknologi dimana perubahan teknologi lebih cepat dibanding perubahan
budaya dan kepercayaan (Goode, 2007) sehingga memungkinkan untuk diadaptasi
dan diterapkan masyarakat
teater di Desa Oro-Oro Ombo guna menarik minat masyarakat lokal dalam
mengembangkan kesenian dan kebudayaan lokal daerah
Mengoptimalkan dan menambahkan sarana dan prasarana pada kegiatan
budaya yang telah ada seperti terbang jidor,khadrah, drum band, reog, kuda
lumping dll sehingga menarik minat
kaum remaja dan dapat dijadikan wadah untuk mempelajari pengetahuan
mnegenai sejarah maupun lagu lokal
Pengetahuan lagu tradisional dan nasional
(cukup baik-sangat tidak baik) (66%)
Pengetahuan tatanan pemerintah
(cukup baik-sangat tidak baik) (48%)
Data dan informasi pemerintahan yang masih
sulit untuk diakses
Meningkatkan kemudahan akses data dan
informasi tentang pemerintahan Desa Oro-Oro Ombo yang valid dapat diletakkan
pada papan pengumuman desa, dibentuk brosur/leaflet maupun di website
Norma (60%)
Persepsi mengenai tindak pembunuhan (kadang benar) (8%)
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel persepsi mengenai tindak pembunuhan sudah tinggi yaitu 92%
Persepsi mengenai tindak pencurian
(kadang benar) (10%)
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel persepsi mengenai tidank
pencurian sudah tinggi 90%
Persepsi mengenai tindak kebohongan (kadang benar) (38%)
Adanya kontak dengan budaya lain dapat
menimbulkan adanya toleransi dalam perbuatan menyimpang, salah satunya yaitu
sikap saling membohongi yang biasanya
dilakukan masyarakat dengan wisatawan akibat tidak terdapat adanya hubungan yang
mendalam (Nasir, 2014)
Meningkatkan kapasitas SDM masyarakat
lokal melalui pelatihan dan sosialisasi
sebagai tuan rumah dalam kegiatan wisata
Persepsi mengenai tindak pelecehan seksual
(kadang benar) (0%)
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel persepsi mengenai tindak
pelecehan seksual sudah tinggi yaitu 100%)
Keragaman Budaya (8%)
Bahasa (28%) Kefasihan dalam berbahasa Indonesia (cukup baik-sangat tidak baik) (72%)
Masyarakat lokal masih banyak yang menggunakan bahasa daerah atau bahasa Jawa
Meningkatkan kapasitas masyarakat melalui peran lembaga sosial
Partisipasi Budaya (40%) Partsipasi dalam kegiatan sosial-budaya 1
bulan terakhir (jarang-tidak pernah) (60%) Organisasasi seni budaya lebih banyak
diminati masyarakat lokal yang berusia
lanjut dan kurang diminati oleh kaum
remaja
Pembangunan gedung kesenian dan teater di Desa Oro-Oro Ombo guna
menarik minat masyarakat lokal dalam
mengembangkan kesenian dan Keterampilan Seni (22%)
Keahlian dalam keterampilan seni (cukup baik-sangat tidak baik) (78%)
146
Konstribusi
Kecukupan Domain
Persentase yang memenuhi Kecukupan Indikator
Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
Sarana dan prasarana seni dan budaya belum memadai
kebudayaan lokal daerah
Mengembangkan wisata budaya di Desa Oro-Oro Ombo yaitu makam pesarehan
leluhur desa maupun melalui kegiatan
budaya (bantengan, reog, karawitan)
Mengoptimalkan dan menambahkan sarana dan prasarana pada kegiatan
budaya yang telah ada seperti terbang jidor,khadrah, drum band, reog, kuda
lumping dll sehingga menarik minat
kaum remaja dan dapat dijadikan wadah untuk mempelajari pengetahuan
mnegenai sejarah maupun lagu lokal
Penggunaan
Waktu (1%)
Jam Kerja (6%) Lama waktu kerja diatas jam kerja normal (>
8 jam) (94%) Masih terdapat masyarakat yang bekerja
sampingan sehingga jam kerja melebihi jam
kerja normal (>8 jam) (Hasil Survei,2016)
Penetapan jam kerja normal yaitu kurang lebih 8 jam sehingga memiliki waktu
yang cukup untuk beristirahat
Menetapkan spesifikasi pekerjaan/jobdesk yang jelas sehingga
tidak terdapat adanya masyarakat yang
bekerja tumpang tindih
Jam Tidur (4%) Lama waktu tidur / istirahat kurang dari jam tidur/istirahat normal
(<8 jam) (96%)
Tatanan Pemerintah (15%)
Kebebasan Politik (12%)
Kebebasan berbicara dan berpendapat
(cukup memiliki-sangat tidak memiliki)
(54%)
POKDARWIS sebagai lembaga pengatur kegiatan wisata biasanya mengambil beberapa
perwakilan (2-3 orang) saja dari kelompok-
kelompok masyarakat dalam perencanaan wisata
Membentuk forum diskusi publik maupun musyawarah pada tingkat RT/RW, dusun,
Desa secara kontinu dengan harapan dapat
menjaring aspirasi dari seluruh lapisan masyarakat
Hak untuk memilih
(cukup memiliki-sangat tidak memiliki) (14%)
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 86%
Hak untuk bergabung dengan partai politik
pilihan (cukup memiliki-sangat tidak
memiliki) (66%)
Rendahnya partisipasi masyarakat pada kegiatan politik
Tingkat pendidikan politik masyarakat yang masih rendah
Kurangnya peran serta dan fungsi lembaga-lembaga sosial dan politik
masyarakat dalam rangka meningkatkan harmonisasi dan demokratisasi
Pembentukan dan pengembangan lembaga pembinaan politik di Desa Oro-Oro Ombo
147
Konstribusi
Kecukupan Domain
Persentase yang memenuhi Kecukupan Indikator
Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
(Renstra Kota Batu 2012-2017)
Hak untuk membentuk asosia atau menjadi anggota asosiasi (cukup memiliki-sangat tidak
memiliki) (24%)
Persentase masyarakat yang memenuhi
kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 76%
Mempertahankan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membentuk
asosiasi maupun menjadi anggota asosiasi
Hak untuk akses dan bergabung dlm layanan
publik (memiliki-sangat memiliki) (12%)
Persentase masyarakat yang memenuhi
kecukupan sudah tinggi yaitu 88%
Mempertahankan dan meningkatkan akses
dan layanan publik untuk masyarakat
Hak untuk upah yg sama untuk pekerjaan
yang sama nilainya (cukup memiliki-sangat tidak memiliki) (74%)
Karakteristik masyarakat desa yang cenderung
homogen dalam pekerjaan, dimana kegiatan wisata yang mendominasi adalah jasa
akomodasi (64%) dan penyediaan jasa
makanan dan minuman (21%) sehingga persaingan kerja juga tinggi
Melakukan diversifikasi produk pariwisata secara bertahap sesuai tuntutan pasar wisatawan agar
mengurangi persaingan dalam usaha
Mengidentifikasi dan mengembangkan potensi kegiatan wisata khususnya pada jasa perjalanan wisata, informasi wisata
dan pramuwisata yang belum banyak
terdapat di Desa Oro-Oro Ombo
Kebebasan diskrimasi (cukup memiliki-sangat tidak memiliki) (24%)
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi
Partisipasi Politik (78%)
Keikutsertaan voting
(jarang – tidak pernah) (12%) Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 88%
Keikutsertaan pertemuan masyarakat
(jarang – tidak pernah) (40%) Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 60%
Kinerja Pemerintah (12%)
Kinerja pada bidang tenaga kerja
(cukup baik-sangat tidak baik) (70%)
Masih terdapat 19,7% masyarakat yang belum bekerja atau menganggur
Pihak penanam modal/investor telah diwajibkan untuk mengambil tenaga kerja dari masyarakat lokal namun, unsur
keterampilan dan kualifikasi pendidikan masyarakat masih banyak yang belum
memenuhi
Meningkatkan pelatihan dan pembinaan
secara kontinuitas terhadap masyarakat
dalam pengembangan obyek dan daya tarik wisata
Kinerja pada bidang kesetaraan
(cukup baik-sangat tidak baik) (24%) Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 76%
Kinerja pada bidang pariwisata (cukup baik-sangat tidak baik) (78%)
Rendahnya SDM pemerintah Desa yang berdampak pada penguasaan dan
pemahaman hukum sehingga menyebabkan adanya kegagalan dalam pembuatan produk
serta langkah hukum yang berhubungan
Meningkatkan kualitas SDM dengan program pelatihan dan penyuluhan, serta memberikan sertifikasi komptensi
kerja/sertifikasi profesi kepada
148
Konstribusi
Kecukupan Domain
Persentase yang memenuhi Kecukupan Indikator
Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
kerjasama pihak ketiga (investor masih enjadi pemegang keuntungan terbesar dari
potensi wisata desa) (RPJM Desa 2015-2021)
Penyuluhan pariwisata oleh POKDARWIS hanya dilaksanakan pada perwakilan
kelompok saja
Tidak semua kelompok masyarakat tergabung pada paguyuban (tukang ojek,
warung/ rumah makan)
Masih minimnya keberadaan pusat informasi pariwisata
masyarakat yang berperan dalam pariwisata
Membentuk forum diskusi publik maupun musyawarah pada tingkat
RT/RW, dusun, Desa secara kontinu dengan harapan dapat menjaring aspirasi
dari seluruh lapisan masyarakat
Mengidentifikasi dan mengembangkan potensi kegiatan wisata khususnya pada
jasa perjalanan wisata, informasi wisata
dan pramuwisata yang belum banyak terdapat di Desa Oro-Oro Ombo
Kinerja pada bidang lingkungan budaya (cukup baik-sangat tidak baik) (76%)
Belum terdapat adanya pengolahan sampah, minimnya fasilitas kebersihan
Sarana prasarana budaya yang kurang memadai
Belum adanya kemitraan dengan swasta berkaitan untuk pengelolaan sampah demi
menjamin kebersihan
Merumuskan konsep dan regulasi pengembangan pariwisata (PERDA) dengan mempertimbangkan berbagai
aspek khususnya kelestarian lingkungan
dan keberlanjutan, mengingat Desa Oro-Oro Ombo juga memiliki banyak potensi
alam
Pembangunan gedung kesenian dan teater di Desa Oro-Oro Ombo guna menarik minat masyarakat lokal dalam
mengembangkan kesenian dan kebudayaan lokal daerah
Menjalin kemitraan dengan investor berkaitan dengan pengelolaan sampah
Penyediaan Layanan (46%)
Pelayanan kesehatan
(cukup baik-sangat tidak baik) (32%)
Fasilitas kesehatan di Desa Oro-Oro Ombo di setiap dusun telah tersedia yaitu
posyandu, namun polindes, rumah bersalin dan rumah berobat masih terpusat di Dusun
Krajan
Belum terdapat adanya fasilitas kesehatan rumah sakit di Desa Oro-Oro Ombo
(Hasil Survei,2016)
Meningkatkan kualitas fasilitas kesehatan secara bertahap
Pengembangan kawasan rumah sakit di Desa Oro-Oro Ombo (Renstra Bappeda Kota Batu 2012-2017)
Pelayanan pembuangan limbah
(cukup baik-sangat tidak baik) (78%) Minimnya fasilitas pengolahan limbah
komunal
Mengembangkan infrastruktur
pengolahan air limbah komunal dan
149
Konstribusi
Kecukupan Domain
Persentase yang memenuhi Kecukupan Indikator
Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
Minimnya fasilitas kebersihan yang berupa tempat sampah di setiap ruas jalan
fasilitas penyehatan lingkungan permukiman
Merealisasikan rancangan program POKDARWIS terkait pengelolaan
sampah
Mengembangkan infrastruktur pengelolaan persampahan.
Pelayanan akses listrik dan pasokan air
(cukup baik-sangat tidak baik) (18%)
Persentase masyarakat yang memenuhi
kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 82%
Mempertahankan dan meningkatkan pelayanan akses listrik dan pasokan air
Menyediakan PJU pada beberapa titik jalan yang masih gelap dan kurang aman
untuk pengendara maupun masyarakat pada malam hari
Vitalitas
Komunitas (15%)
Keamanan (46%) Tindak kejahatan di lingkungan sekitar
(kadang-sering) (54%)
Fasilitas keamanan masih kurang merata
Masih terdapat beberapa tempat yang belum memiliki PJU
Petugas keamanan (LINMAS) Desa Oro-Oro Ombo masih kurang aktif ikut serta dalam
kegiatan wisata (RPJM Desa Oro-Oro Ombo 2015-2021)
Pemerataan fasilitas keamanan
Meningkatkan partisipasi petugas keamanan (LINMAS) dan masyarakat Desa Oro-Oro Ombo untuk ikut serta
dalam kegiatan wisata
Hubungan Keluarga (72%)
Keakraban dan kenyamanan dengan keluarga
(cukup kuat – sangat tidak kuat) (28%) Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi 72%
Kepercayaan dengan keluarga
(cukup kuat – sangat tidak kuat (28%) Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi 72%
Hubungan Masyarakat (74%)
Keakraban dan kenyamanan dengan masy. (cukup kuat – sangat tidak kuat) (22%)
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi 78%
Kepercayaan dengan masy. (cukup kuat – sangat tidak kuat (28%)
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi 72%
Keanekaragaman Ekologis (9%)
Polusi (34%)
Kondisi kualitas air tidak baik (berasa,
berwarna, berbau) (2%) Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 98%
Kondisi kualitas udara tidak baik (berpolusi, bising) (62%)
Minimnya fasilitas kebersihan, tidak terdapat adanya berupa tempat sampah di
setiap ruas jalan setiap sampah berserakan dan menimnulkan bau tidak sedap
khususnya disekitar area wisata
Dengan meningkatnya kebutuhan lahan
Pengembangan kegiatan pelayanan dan pengolahan persampahan yang dapat
dilakukan dengan melakukan kemitraan dengan pihak investor atau swasta
Penyediaan dan penambahan jumlah tempat sampah khususnya di jalan-jalan
150
Konstribusi
Kecukupan Domain
Persentase yang memenuhi Kecukupan Indikator
Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
parkir, maka terdapat kendaraan yang masih menggunakan badan jalan sekitar obyek
wisata untuk parkir yang dapat mengakibatkan kemacetan dan kebisingan
serta polusi
(Hasil Survei,2016)
utama menuju lokais wisata
Penataan lahan parkir yang jelas dan tegas
Kondisi kualitas tanah tidak baik (6%) Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 94%
Tanggung Jawab terhadap
Lingkungan (22%)
Tanggung jawab pada lingkungan (cukup bertanggung jawab-sangat tidak bertanggung
jawab) (78%)
Kesadaran dan pemahaman pelaku usaha wisata maupun masyarakat untuk menjaga
dan bertanggung jawab terhadap lingkungan masih cukup lemah hal tersebut terlihat dari
banyaknya sampah yang berserakan khususnya pada sekitar obyek/kegiatan
wisata
Belum ada peraturan sanksi terhadap ketidakpatuhan pelaku usaha terhadap kelestariaan lingkungan
(Hasil Survei,2016)
Mengembangkan pengelolaan usaha pariwisata yang peduli terhadap
lingkungan
Meningkatkan kesadaran pelaku usaha pariwisata terhadap kelestariaan
lingkungan
Menetapkan peraturan sanksi/denda bagi
masyarakat atau pelaku usaha wisata yang menimbulkan
kerusakan/pencemaran pada lingkungan (denda bagi yang membuang sampah
sembarangan)
Meningkatkan kegiatan wisata alam sekaligus menanamkan gerakan untuk cinta alam dan menciptakan tanggung
jawab pada lingkungan sekitar
Isu Perkotaan (38%)
Perhatiaan terhadap isu-isu perkotaan seperti
kemacetan, RTH tidak memadai, polusi dsb (cukup memperhatikan – sangat tidak
memperhatikan) (62%)
Kepekaan dan kesadaran masyarakat terhadap
isu-isu atau permasalahan perkotaan yang ada
di lingkungan sekitar masih lemah
Meningkatkan kesadaran dan kepekaan pelaku usaha pariwisata maupun
masyarakat terhadap permasalahan perkotaan yang terjadi di lingkungan
sekitarnya
Meningkatkan kegiatan wisata alam sekaligus menanamkan gerakan untuk cinta alam dan menciptakan kepekaan
pada permsalahan di lingkungan sekitar
Standar Hidup
(6%) Pendapatan (2%) Pendapatan < 2.000.001 (98%)
POKDARWIS sebagai lembaga yg mengatur kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo memiliki persyaratan dalam
perekrutan tenaga kerja yang disesuaikan
Meningkatkan kapasitas masyarakat melalui program pemberdayaan di
bidang pariwisata
Mengalokasikan anggaran pemerintah
151
Konstribusi
Kecukupan Domain
Persentase yang memenuhi Kecukupan Indikator
Persentase Pemenuhan Variabel Permasalahan Rekomendasi
dengan kemampuan, keterampilan dan tingkat pendidikan, namun masih banyak
masy. yang hanya lulusan SD/MI sehingga bekerja pada bagian kecil dari kegiatan
wisata
Masyarakat yang bekerja dengan cukup banyak waktu namun tidak berbanding lurus dengan gaji/pendapatan yang diperoleh
(PKL, tukang ojek, petani)
Pekerja yang tidak memiliki tempat tetap atau berpindah-pindah sehingga penghasilannya tidak menentu (PKL)
(Hasil Survei,2016)
Masih terdapat masyarakat lokal di Desa
Oro-Oro Ombo yang masuk dalam kategori Rumah Tangga Miskin (RTM) (RPJM Desa
2016-2021)
Iklim persaingan usaha/kerja yang semakin meningkat
untuk mengembangkan obyek dan daya tarik wisata yang berbasis masyarakat
khususnya pada potensi Desa Oro-Oro Ombo di wisata alam yaitu wisata
Coban Rais dan wisata budaya
Membentuk bantuan sosial untuk
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat RTM melalui kelompok usaha bersama
(KUBE) atau kelompok sosial ekonomi
sejenis lainnya
Meningkatkan kapasitas SDM masyarakat lokal melalui pelatihan dan sosialisasi
Asset (62%) Tidak memiliki kepemilikan asset (rumah/tanah) (38%)
Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 62%
Kualitas Rumah (5%)
Tempat tinggal bukan milik sendiri/pribadi
(38%) Persentase masyarakat yang memenuhi kecukupan variabel sudah tinggi yaitu 62%
Konstruksi rumah semi atau non permanen
(80%)
Standar hidup layak meliputi kebutuhan
pangan dan non pangan yang harus dipenuhi (BPS, 2010) dimana biaya konsumsi yang
dibutuhkan masyarakat semakin tinggi, sehingga sebagian besar pendapatan hanya
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pangan
Penyediaan rumah sederhana layak huni bagi masyarakat kurang mampu (RPJMD Kota Batu 2012-2017)
Tidak terdapat MCK permanen (66%)
Rasio jumlah kamar > 1-2 org/kamar (88%)
Sumber : Hasil Analisa, 2017
152
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
153
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai “Penilaian Tingkat Kebahagiaan
Masyarakat Lokal terhadap Keberadaan Wisata di Desa Oro-Oro Ombo” menggunakan
Gross National Happiness Index, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum dapat dikatakan masyarakat lokal berada pada kategori bahagia
dengan adanya keberadaan kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo karena kedua
kelompok masyarakat yaitu masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan
wisata berada pada kategori bahagia dan yang bekerja di sektor kegiatan
pendukung atau luar wisata berada pada kategori sangat bahagia.
Indeks kebahagiaan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar
wisata lebih tinggi dibandingkan dengan yang bekerja di sektor kegiatan wisata.
Nilai indeks kebahagiaan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau
luar wisata adalah 0,77 sedangkan nilai indeks kebahagiaan masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata adalah 0,68. Nilai indeks kebahagiaan pada
masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata yang lebih
tinggi disebabkan oleh persentase masyarakat yang bahagia (HH) dan persentase
domain yang memenuhi ambang batas kebahagiaan pada masyarakat belum
bahagia (As) lebih banyak dimiliki masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung atau luar wisata.
a. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor kegiatan wisata di Desa Oro-Oro
Ombo memiliki indeks kebahagiaan 0,68 (kategori bahagia) dengan persentase
masyarakat yang belum bahagia (Hn) masih cukup banyak yaitu 49% dan
persentase domain yang memenuhi ambang batas kebahagiaan pada masyarakat
belum bahagia (As) sebesar 36%. Konstribusi kecukupan domain tertinggi
adalah kesehatan (15,1%) dan terendah adalah keanekaragaman ekologi (8,2%)
serta penggunaan waktu (8%).
154
b. Masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung atau luar wisata di Desa
Oro-Oro Ombo memiliki indeks kebahagiaan 0,77 (kategori sangat bahagia).
dengan persentase masyarakat yang belum bahagia (Hn) juga masih cukup
banyak yaitu 42% dengan persentase domain yang memenuhi ambang batas
kebahagiaan pada masyarakat belum bahagia (As) sebesar 44%. Konstribusi
kecukupan domain tertinggi adalah kesehatan (15,1%) dan terendah adalah
keanekaragaman ekologi (8,4%).
2. Berdasarkan hubungan antara tingkat kebahagiaan dengan kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat menggunakan analisis crosstab dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. Terdapat hubungan antara tingkat kebahagiaan dengan kelompok umur, gender,
pendidikan, pendapatan dan pekerjaan
b. Masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang berada pada kategori tidak
bahagia cenderung pada kelompok umur 44-52 tahun, perempuan, lulusan SD,
memiliki pendapatan per kapita < Rp 1.000.000 dan bekerja sebagai PKL
maupun penjaga homestay. Kelompok masyarakat yang berada pada kategori
tidak bahagia cenderung memiliki konstribusi kecukupan domain yang rendah
pada domain kesejahteraan psikologis, pengggunaan waktu dan standar hidup.
c. Masyarakat lokal di Desa Oro-Oro Ombo yang berada pada kategori sangat
bahagia cenderung pada masyarakat lokal kelompok umur 35 - 43 tahun, laki-
laki, lulusan SMA, memiliki pendapatan per kapita Rp 1.500.001 – Rp
2.500.000 dan bekerja sebagai pengelola toko/minimarket. Kelompok
masyarakat yang berada pada kategori sangat bahagia cenderung memiliki
konstribusi kecukupan domain yang tinggi pada domain kesejahteraan
psikologis, kesehatan, pendidikan, keragaman budaya, penggunaan waktu,
vitalitas komunitas dan standar hidup.
5.2 Saran dan Keterbatasan Penelitian
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut.
1. Bagi pemerintah Desa Oro-Oro Ombo untuk mempertahankan dan meningkatkan
tingkat kebahagiaan masyarakat lokal melalui peningkatan pada persentase
kecukupan indikator yang masih rendah khususnya pada masyarakat yang berada
pada kategori tidak bahagia antara lain yaitu:
155
a. Peningkatan kecukupan indikator pendapatan (2%), melalui peningkatkan
kapasitas masyarakat melalui program pemberdayaan, pelatihan dan sosialisasi
di bidang pariwisata, pembentukan bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat rumah tangga miskin (RTM) melalui kelompok usaha
bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya.
b. Peningkatan kecukupan indikator jam tidur (4%) dan jam kerja (6%), melalui
penetapan jam kerja normal yaitu kurang lebih 8 jam sehingga memiliki
waktu yang cukup untuk beristirahat dan penetapan spesifikasi
pekerjaan/jobdesk yang jelas sehingga tidak terdapat adanya masyarakat yang
bekerja tumpang tindih.
c. Peningkatan kecukupan indikator kepuasan hidup (8%), melalui penyediaan
rumah sederhana layak huni dan layanan akses fasilitas sarana dan prasarana
khususnya pada masyarakat yang kurang mampu.
2. Bagi pemerintah Kota Batu, hasil penelitian dapat menjadi acuan pertimbangan
dalam merumuskan kebijakan maupun program pembangunan yang bertujuan
untuk pengembangan pariwisata serta peningkatan kesejahteraan secara efektif di
Kota Batu.
3. Penelitian ini memiliki keterbatasan pada penggunaan indikator yang bersifat
subyektif (emosi positif, emosi negatif), dimana untuk penelitian selanjutnya dalam
melakukan pengukuran indikator subyektif diperlukan adanya observasi lebih
mendalam dengan jangka waktu kurang lebih satu tahun sehingga didapatkan hasil
yang lebih valid dan akurat.
4. Penelitian selanjutnya dapat memasukkan faktor-faktor yang paling memengaruhi
tingkat kebahagiaan khususnya pada masyarakat lokal yang bekerja di sektor
pendukung wisata di Desa Oro-Oro Ombo dimana berdasarkan hasil penelitian
didapatkan masyarakat lokal yang bekerja di sektor pendukung wisata memiliki
nilai indeks kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat lokal yang
bekerja di sektor kegiatan wisata.
5. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan alat ukur kesejahteraan masyarakat lokal
yang lain yaitu menggunakan analisis Quality of Life (QOL) sebagai penguat hasi
penelitian atau membandingkan tingkat kebahagiaan masyarakat lokal yang bekerja
di sektor kegiatan wisata di Desa Oro-Oro Ombo (BNS) dengan masyarakat lokal
yang bekerja di sektor kegiatan wisata di Desa Sisir (Jatim Park 2).
156
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
DAFTAR PUSTAKA
BPS Jawa Timur. 2015. Indeks Kebahagiaan Jawa Timur Tahun 2014. Berita Resmi
Statistik Provinsi Jawa Timur No.15/02/35/Th.XIII, 5 Februari 2015.
BPS Kota Batu. 2015. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2014.
Cahyat, Gonner & Haug. 2007. Mengkaji Kemiskinan dan Kesejahteraan Rumah Tangga.
Bogor. Centre for Intrenational Forestry Research (CIFOR).
Goode, W. J. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Bumi Aksara.
Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Jumarani,L. 2009. The Essence of Indonesian Spa : Spa Indonesia Gaya Jawa dan Bali.
Jakarta : Gramedia Pustaka.
Kementerian Pariwisata. 2016. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata
Tahun 2015. Jakarta. Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Kementerian
Pariwisata.
Maslow, Abraham. 2003. Motivasi dan Kepribadian. Jakarta : Midas Surya Grafindo.
Nasution. 2004. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara.
New Development Paradigm Steering Committee and Secretariat. 2013. Happiness :
Towards a New Development Paradigm. Report of The Kingdom of Bhutan.
Nuryaman & Christina. 2015. Metodologi Penelitian Akuntansi dan Bisnis Teori dan
Praktek. Bogor : Ghalia Indonesia.
Papalia, D.E., Old,S.W., Feldman. 2001. Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba
Humanika.
Pendit. N. S. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar. Jakarta : Pradnya Paramita.
Pitana, I Gede & Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Andi Offset : Yogyakarta.
Salah W, L.J Crampon & L.M. Roth Field. 1997. Tourism Management. Jakarta : Pradnya
Paramita.
Sammeng, A. M.. 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta : Balai Pustaka
Soekanto, S. 2006. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Spillane, J.J.1989. Pariwisata Indonesia: Siasat Ekonomi dan Kebudayaan. Yogyakarta :
Kanisius
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Bandung : Alfabeta.
Suwantoro, G.1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Suwardjoko & Warpani. 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. ITB Bandung.
Taneko S. B. 1984. Struktur dan Proses Sosial : Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan.
Jakarta : CV. Rajawali.
Ura, Alkire, Zangmo & Wangdi. 2012. An Extensive Analysis of GNH Index.
Thimphu,Bhutan. The Centre for Bhutan Studies.
Veenhoven, R. 2004. Happiness As An Aim in Public Policy. Hoboken, USA. John Wiley
and Sons, Inc.
Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Wibowo, Lili A. 2008. Modul - Usaha Jasa Pariwisata (disajikan pada Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru (PLPG) Bidang keahlian Manajemen Bisnis). Bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Perundang-undangan
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2010 tentang Tata Cara Pendaftaran
Usaha Jasa Perjalanan Wisata
Profil Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu tahun 2016
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Batu tahun 2014 - 2019
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Oro-Oro Ombo tahun 2015 - 2021
Rencana Strategis (Renstra) Kota Batu tahun 2012 - 2017
Rencana Tata ruang Wilayah (RTRW) Kota Batu Tahun 2010 - 2030
SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Jurnal
Aref, Fariborz. 2011. Jurnal - The Effects of Tourism on Quality of Life : A Case Study of
Shiraz Iran. Life Science Journal Volume 8 No.2.
Ashley C. 2000. Jurnal - The Impacts of Tourism on Rural Livelihoods: Namibia’s
Experience. Overseas Development Institute (ODI), Working Paper 128. London:
ODI.
Dayana, Surjono & Sutikno. 2015. Jurnal - Pengukuran Kinerja Pembangunan Perdesaan
dengan Pendekatan Gross National Happiness Index (Studi Kasus : Kecamatan
Donomulyo dan Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang). Malang. Planning for
Urban Region and Environment (PURE) Volume 4 No.4.
Kim, Kyungmi. 2002. Jurnal - The Effects of Tourism Impacts Upon Quality of Life of
Residents in The Community. ProQuest Dissertations and Theses. Virginia
Polytechnic Institute and State University.
Sebele, L.S. 2010. Jurnal - Community-Based Tourism Ventures, Benefits and Challenges:
Khama Rhino Sanctuary Trust, Central District, Botswana. Tourism Management
Volume 31.
Untong, A., Kaosa-ard M., Ramos, V. dkk. 2010. "Factors Influencing Local Resident
Support for Tourism Development: A Structural Equation Model," in The APTA
Conference 2010, Macau.
Uysal & Jurowski. 1994. Jurnal - Testing The Push and Pull Factors. Annals of Travel
Research Volume 21 No.4.
Wibowo, M. G. 2015. Jurnal - Kebijakan Pembangunan Nasional: dari Pertumbuhan
(Growth) Menuju Kebahagiaan (Happiness). Jurnal Imu Syari’ah dan Hukum Vol.
49 No.1 Juni 2015.
Tidak Diterbitkan
___, Modul – Masyarakat Pedesaaan dan Masyarakat Perkotaan. Universitas Gunadarma.
Tidak diterbitkan.
Anggraeni, S. 2014. Jurnal Imiah – Peran Pembangunan Kawasan Wisata Jawa Timur
Park II Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Tidak diterbitkan.
Haryanto,J. Paradigma Baru Pembangunan Nasional (Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan RI). Tidak diterbitkan.
Luthfi, Renaldy R. 2013. Jurnal Ilmiah - Peran Pariwisata terhadap Kesejahteraan
Masyarakat di Sektor Lapangan Pekerjaan Tahun 2009-2013 (Studi Kasus:Kota
Batu). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Tidak
diterbitkan.
Nasir, Sri R. R. 2014. Skripsi – Perubahan Sosial Masyarakat Lokal Akibat Perkembangan
Pariwisata Dusun Wakka Kab. Pinrang (Interkasi Antara Wisatawan dan
Masyarakat Lokal). Makassar. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin. Tidak diterbitkan.
Ndawa, Johanes J. J. 2014. Jurnal Ilmiah – Dampak Alih Penggunaan Lahan Pertanian ke
Non Pertanian terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan Rumah Tangga Petani
di Kota Batu (Studi Kasus Desa Oro-Oro Ombo – Batu). Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Tidak diterbitkan.
Permanasari, Ika K. 2011. Tesis - Pemberdayaan Masyarakat melalui Desa Wisata Dalam
Usaha Peningkatan Kesejahteraan (Desa Candirejo, Magelang, Jawa Tengah).
Jakarta. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Tidak diterbitkan.
Waluya, B. __. Modul – Masyarakat Pedesaan (Rural Community). Jurusan Pendidikan
Geografi Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Waluya,B. 2012. Jurnal Ilmiah - Sosiologi Pariwisata: Pariwisata dan Kebudayaan.
Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Yanti, Restian D. 2014. Skripsi - Perubahan Fungsi Keluarga sebagai Dampak adanya
Obyek Wisata (Studi Kasus Perubahan Fungsi Ekonomi Keluarga Petani pada
Wilayah Obyek Wisata BNS, Desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu). Malang. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Tidak diterbitkan.
Wawancara
HRD Batu Night Spectacular (BNS), 15 Oktober 2016
Ketua Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Desa Oro-Oro Ombo, 13 Oktober 2016
Sekertaris Desa Oro-Oro Ombo, 13 Oktober 2016
Internet
Badan Pusat Statistik. Konsep / Penjelasan Teknis Tenaga Kerja..
https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/6 (diakses pada tanggal 15 September 2016).
Kadir. 2014. Menggenjot kebahagiaan.
https://www.tempo.co/read/kolom/2014/04/24/1295/Menggenjot-Kebahagiaan .
(diakses pada tanggal 19 September 2016).
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. 2016. http://kbbi.web.id/kegiatan , (diakses pada
tanggal 13 September 2016).
Nugraha, Galih Y., 2010. Makalah Indeks Pembangunan Manusia.
https://www.academia.edu/8915823/MAKALAH_IPM?auto=download, (diakses 7
April 2017).