hal.28-33 teori behaviourisme

6
28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006 Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme tentang Pemerolehan Bahasa Pertama Theresia Kristianty *) *) Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta Opini Pengertian Bahasa Pertama, Kedua dan Asing ebelum mendiskusikan pandangan kaum Behaviorisme tentang pemerolehan bahasa pertama, ada baiknya terlebih dahulu memahami istilah-istilah berikut ini: bahasa pertama, kedua, asing, dan pemerolehan bahasa pertama. Pemerolehan bahasa pertama terjadi apabila pemelajar, biasanya anak yang sejak semula tanpa bahasa dapat berbahasa. Jadi, bahasa pertama ialah bahasa yang pertama kali dikuasai seseorang. Bahasa kedua ialah bahasa yang dimiliki seseorang sesudah ia menguasai bahasa pertamanya, dan bahasa tersebut digunakan sebagai alat komunikasi berdampingan dengan bahasa pertama. Bahasa kedua tersebut biasanya diperoleh dalam lingkungan sosial tempat bahasa Teori Behaviorisme mengatakan bahwa peniruan sangat penting dalam mempelajari bahasa. Teori ini juga mengatakan bahwa mempelajari bahasa berhubungan dengan pembentukan hubungan antara kegiatan stimulus-respon dengan proses penguatannya. Proses penguatan ini diperkuat oleh suatu situasi yang dikondisikan, yang dilakukan secara berulang-ulang. Sementara itu, karena rangsangan dari dalam dan luar mempengaruhi proses pembelajaran, anak-anak akan merespon dengan mengatakan sesuatu. Ketika responnya benar, maka anak tersebut akan mendapat penguatan dari orang-orang dewasa di sekitarnya. Saat proses ini terjadi berulang-ulang, lama kelamaan anak akan menguasai percakapan. Kata kunci : Behaviorisme, Operant Conditioning, Kegiatan Stimulus-Respons, Reinforcement Process The behaviouristic says that imitation is very important in language learning. It also says that learning a language concerns the formation of stimulus-respond relationship combined with the reinforcement process. The process is strengthened by a conditioning situation which is done through repeatation. Meanwhile, since internal and external stimulis influence the learning process, the influence makes the children respond the stimulis by saying something. When the saying is right, the children will get a strengthening action from the adults surrounding.When this process occours repertively, the children soon master the saying. Abstrak S Pendahuluan itu digunakan. Sementara itu, istilah bahasa asing digunakan untuk menyatakan bahasa yang diperoleh di dalam lingkungan tempat bahasa tersebut biasanya tidak digunakan (yakni biasanya melalui pembelajaran) dan kalau sudah diperoleh, bahasa tersebut tidak digunakan oleh pemelajar dalam situasi rutin, sehari-hari (Klien, 1986). Contoh berikut ini memperjelas uraian di atas, coba perhatikan. Ika, seorang anak yang lahir dan tumbuh di lingkungan berbahasa Sunda menguasai untuk pertama kalinya bahasa Sunda. Maka, bahasa pertamanya ialah bahasa Sunda. Kemudian, setelah agak besar ia dapat berbahasa Indonesia, maka bahasa keduanya ialah bahasa Indonesia. Bila kemudian ia dapat berbahasa Jawa, maka bahasa tersebut menjadi bahasa ketiganya, dan seterusnya. Di Indonesia, pada umumnya, bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua masyarakatnya. Namun, di kota-kota besar dan di lingkungan keluarga campuran antarsuku, bahasa pertama

Upload: elaine-ying

Post on 02-Jan-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hal.28-33 Teori Behaviourisme

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006

Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorismetentang Pemerolehan Bahasa Pertama

Theresia Kristianty*)

*) Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

Opini

Pengertian Bahasa Pertama,Kedua dan Asing

ebelum mendiskusikan pandangan kaumBehaviorisme tentang pemerolehan bahasapertama, ada baiknya terlebih dahulumemahami istilah-istilah berikut ini:

bahasa pertama, kedua, asing, dan pemerolehanbahasa pertama.

Pemerolehan bahasa pertama terjadi apabilapemelajar, biasanya anak yang sejak semulatanpa bahasa dapat berbahasa. Jadi, bahasapertama ialah bahasa yang pertama kali dikuasaiseseorang. Bahasa kedua ialah bahasa yangdimiliki seseorang sesudah ia menguasai bahasapertamanya, dan bahasa tersebut digunakansebagai alat komunikasi berdampingan denganbahasa pertama. Bahasa kedua tersebut biasanyadiperoleh dalam lingkungan sosial tempat bahasa

Teori Behaviorisme mengatakan bahwa peniruan sangat penting dalam mempelajari bahasa. Teori ini jugamengatakan bahwa mempelajari bahasa berhubungan dengan pembentukan hubungan antara kegiatanstimulus-respon dengan proses penguatannya. Proses penguatan ini diperkuat oleh suatu situasi yangdikondisikan, yang dilakukan secara berulang-ulang. Sementara itu, karena rangsangan dari dalam dan luarmempengaruhi proses pembelajaran, anak-anak akan merespon dengan mengatakan sesuatu. Ketikaresponnya benar, maka anak tersebut akan mendapat penguatan dari orang-orang dewasa di sekitarnya.Saat proses ini terjadi berulang-ulang, lama kelamaan anak akan menguasai percakapan.

Kata kunci : Behaviorisme, Operant Conditioning, Kegiatan Stimulus-Respons, Reinforcement Process

The behaviouristic says that imitation is very important in language learning. It also says that learning alanguage concerns the formation of stimulus-respond relationship combined with the reinforcement process.The process is strengthened by a conditioning situation which is done through repeatation. Meanwhile,since internal and external stimulis influence the learning process, the influence makes the childrenrespond the stimulis by saying something. When the saying is right, the children will get a strengtheningaction from the adults surrounding.When this process occours repertively, the children soon master thesaying.

Abstrak

SSSSS

Pendahuluanitu digunakan. Sementara itu, istilah bahasa asingdigunakan untuk menyatakan bahasa yangdiperoleh di dalam lingkungan tempat bahasatersebut biasanya tidak digunakan (yaknibiasanya melalui pembelajaran) dan kalau sudahdiperoleh, bahasa tersebut tidak digunakan olehpemelajar dalam situasi rutin, sehari-hari (Klien,1986).

Contoh berikut ini memperjelas uraian di atas,coba perhatikan. Ika, seorang anak yang lahir dantumbuh di lingkungan berbahasa Sundamenguasai untuk pertama kalinya bahasa Sunda.Maka, bahasa pertamanya ialah bahasa Sunda.Kemudian, setelah agak besar ia dapat berbahasaIndonesia, maka bahasa keduanya ialah bahasaIndonesia. Bila kemudian ia dapat berbahasaJawa, maka bahasa tersebut menjadi bahasaketiganya, dan seterusnya.

Di Indonesia, pada umumnya, bahasaIndonesia menjadi bahasa kedua masyarakatnya.Namun, di kota-kota besar dan di lingkungankeluarga campuran antarsuku, bahasa pertama

Page 2: Hal.28-33 Teori Behaviourisme

29Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006

Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

berbeda, biasanya bahasa Indonesia adalahbahasa pertama anak-anak di lingkungantersebut. Sedangkan bahasa Inggris di Indonesiadisebut sebagai bahasa asing. Disebut demikiankarena bahasa ini datang dari luar dan tidakdigunakan oleh masyarakat Indonesia secaraumum untuk berkomunikasi sehari-hari. Namun,di Singapura dan Filipina, umpamanya, bahasaInggris adalah bahasa kedua karena sebagaianbesar masyarakat tersebut memperoleh bahasaInggris sebagai bahasa kedua danmenggunakannya dalam berkomunikasi sehari-hari, di rumah, di sekolah, di tempat bekerja dansebagainya.

Setiap anak yang normal pada sekitar umur limatahun dapat berkomunikasi dalam bahasa yangdigunakan di lingkungannya, walaupun tanpapembelajaran formal. Dalam usia ini padaumumnya anak-anak telah menguasai sistemfonologi, sintaksis dan semantik dari bahasapertamanya, yang juga disebut dengan bahasaibunya. Penguasaan ini diperolehnya secarabertahap. Mula-mula, selagi bayi dia mengocehyang biasanya ocehannya tidak dipahami olehorangtuanya atau orang yang berada dilingkungannya. Sekitar satu tahun, ia dapatmengucapkan kata-kata pertamanya, misalnya“Mama”, “Mamam”, dan “Papa”. Dalam usia iniujarannya terdiri atas satu kata yangmengekspresikan gagasan yang kompleks denganmakna yang bervariasi tergantung pada konteks.Kata “Mam”, misalnya dapat berarti “Lihat sayasedang makan”, atau “Saya ingin makan”, ataumungkin saja “Ibu sedang makan”, tergantungkonteks situasi ketika ujaran itu diucapkan. Tahapberikutnya pada umur kurang lebih dua tahun iadapat mengkombinasikan dua atau tiga katadalam bentuk ujaran untuk berinteraksi denganorang di sekitarnya ataupun untuk menyuruh dantindakan lainnya. Pada umur tiga tahunkemampuan berbahasanya sangat meningkatdan pada usia kurang lebih lima tahun ia telahmampu menguasai struktur yang kompleks,perbendaharaan katanya berkembang dankemampuan komunikasinya meningkat.

Ada tiga pandangan utama tentangpemerolehan bahasa pertama. Pandanganpertama yakni teori Behaviorisme yangmenyatakan bahwa anak dilahirkan sebagaitabula rasa, papan bersih yang tidak tahu duniaataupun bahasa dan anak-anak dibentuk oleh

lingkungan. Menurut aliran ini pemerolehanbahasa ialah pemerolehan kebiasaan (habits).Pandangan kedua ialah pandangan Nativis yangberpendapat bahwa anak dilahirkan denganmembawa kemampuan berbahasa dengandimilikinya Alat Pemerolehan Bahasa (LanguageAcquisition Device atau disingkat LAD). Pandanganketiga ialah pandangan kognitif yangberanggapan bahwa anak dilahirkan dengankemampuan berpikir dan di dalamnya termasukkemampuan berbahasa, dan kemampuan iniberkembang karena adanya interaksi denganorang dan dunia sekitarnya. Dalam tulisan ini,yang akan dibahas adalah hanya pandanganBehaviorisme.

Menurut pandangan kaum Behaviorisme bahasaadalah bagian penting dari keseluruhan tingkahlaku manusia. Kaum Behaviorisme ini menamakanbahasa sebagai perilaku verbal (verbal behavior).Untuk membangun teori tentang pemerolehanbahasa, para pakar aliran ini memusatkanperhatian mereka pada aspek-aspek bahasa yangkasat mata, yang teramati, sehingga data merekaadalah ujaran-ujaran tersebut. Teori Behaviorismeterhadap pemerolehan bahasa bersumber padateori-teori pembelajaran Behavioristic (BehaviorismeLearning Theories). Ada dua teori utama yangdikembangkan oleh para pakar Behaviorisme yakniClassical Conditioning dan Operant Conditioning.Penjelasan berikut ini berdasarkan sumber utamadari Angelis dan Martin (1980) dan Clark (1975).

Prinsip-Prinsip Teori PembelajaranBehaviorisme (Behaviorisme

LearningTheory)

Dalam teori Behaviorisme ada tiga konsep penting:rangsangan (stimulus) yang disimbolkan denganS, tanggapan atau respons (response) dengansimbol R, dan penguatan (reinforcement) dengansimbol P. Istilah stimulus mengacu pada semuahal atau perubahan yang ada dalam lingkungan.Kata-kata atau kalimat dalam tulisan ini adalahcontoh dari rangsangan. Stimulus dapat berasaldari luar (external stimulus), misalnya suara keras,suara manusia, ujaran atau sinar dan dapat daridalam (internal stimulus) misalnya rasa lapar, atau

Pemerolehan Bahasa Pertama

Pandangan Behaviorisme terhadapPemerolehan Bahasa Pertama

Page 3: Hal.28-33 Teori Behaviourisme

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006

Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

keinginan untuk berbicara. Respons mengacupada perubahan perilaku yang melibatkanadanya aktivitas yang disebabkan oleh otot dankelenjar. Sama halnya dengan stimulus, responsbisa berupa respons luar (external) dan responsdalam (internal). Penguatan (reinforcement) adalahperistiwa atau sesuatu yang dianggap sebagaihadiah atau hukuman yang menyebabkan makinbesarnya kemungkinan stimulus (S) tertentumenghasilkan respons (R) tertentu, menyebabkanmakin besarnya kemungkinan stimulus (S)tertentu menghasilkan respons (R) tertentu.

Belajar dapat digambarkan sebagaipembentukan hubungan antara S dan R. Ataudengan kata lain, belajar adalah kecenderunganS tertentu menghasilkan R tertentu. Prinsip yangmenjadi dasar dari pendekatan pembelajaran S-Rpada penelaahan perilaku ialah classicalconditioning dan operant conditioning.

Kedua prosedur pengkondisian ini mulai daripenelitian pada bagaimana hewan belajar dandiperluas pada pembelajaran bahasa. Prosedurconditioning ini dijadikan dasar untuk programpengajaran bahasa kepada tuna rungu dan tunagrahita. Para pakar psikolog jugamengaplikasikan prinsip-prinsip pengkondisiandan pembelajaran makna dan bentuk-bentukgramatika.

Teori Classical Conditioning

Classical conditioning yang juga disebut sebagaiteori contiguity (keterdekatan dua objek atau lebihtanpa diselingi hal lain) dikembangkan oleh ahlifisiologi Rusia, Ivan Petrovich Pavlov (1894-1936).Dalam mengembangkan teori ini, Pavlovmelakukan serangkaian percobaan. Bagaimanapercobaan atau eksperimennya? Marilah kita ikutipaparan berikut ini.Dalam ekperimennya ia menunjukkan makanankepada anjing yang kemudian memakanmakanan itu. Setiap kali ditunjukkan makanan,anjing itu mengeluarkan air liur. Tampak bahwamakanan yang di sini disebut unconditionalstimulus (UCS) menyebabkan respons (R),keluarnya air liur. Pada percobaan-percobaanberikutnya, bel dibunyikan sebelum makananditunjukan kepada anjing. Sesudah beberapa kalipercobaan, anjing mulai mengeluarkan air liursebagai respons terhadap bunyi bel saja. Dengankata lain anjing tersebut telah terkondisi (terbiasa)untuk memindahkan (mentransferkan)responnya, dalam hal ini keluarnya air liur daristimulus adalah wajar, yakni makanan ke

stimulus yang terkondisi (conditioned stimulus)dalam hal ini bunyi bel. Diagram di bawah inimenunjukkan penjelasan di atas.

Sementara itu, stimulus makanan disebutunconditioned stimulus karena stimulus itu dapatmenimbulkan respons tanpa adanya pelatihanatau pembelajaran. Stimulus bunyi bel disebutconditioned stimulus atau stimulus terkondisikarena rangsangan ini dapat menimbulkanrespons (R) yakni keluarnya air liur setelah latihanberulang kali dengan memasangkannyabersamaan dengan stimulus makanan. Responsyang ditimbulkan oleh conditioned stimulus disebutrespons terkondisi (conditioned respons).

Penemuan Pavlov tentang kaitan antarastimulus dan respons ini berpengaruh besarterhadap pandangan para ahli tentang psikologibelajar. Berdasarkan penemuan Pavlov ini, JohnB. Watson dari Amerika Serikat menciptakanistilah behaviorism. Ia menggunakan teori classicalconditioning untuk segala yang bertalian denganbelajar. Dengan proses pengkondisian, dibentukserangkaian kaitan stimulus-respons, dantingkah laku yang lebih rumit dipelajari denganmembentuk rangkaian-rangkaian respons.

Dalam lingkup pemerolehan bahasa pertama,classical conditioning ini dapat menjelaskanbagaimana kita belajar makna kata. Sepertidiketahui dalam lingkungan banyak rangsanganyang dapat menimbulkan emosi positif ataunegatif. Jika rangsangan-rangsangan bahasa,misalnya kata, frasa, atau kalimat, sering terjadibersamaan dengan rangsangan-rangsanganlingkungan, maka pada akhirnya rangsanganbahasa tersebut dapat menimbulkan responsemosional walaupun tidak ada rangsanganlingkungan. Untuk jelasnya mari kita pelajaricontoh berikut ini.

Yudi yang berumur sekitar 15 bulan akanmenarik taplak meja makan. Ibunya segeramengatakan, “Tidak! Tidak!” sambil menepistangannya dengan harapan Yudi akanmenghubungkan sakit di tangannya dengan kata“Tidak! Tidak!” akan menimbulkan responsmakna yang tidak menyenangkan bagi Yudi. Jika

Unconditioned stimulus (UCS) (makanan) R Keluarnya air liur

Conditioned stimulus (CS) (Bunyi bel)

Gambar 1. Classical Conditioning

Page 4: Hal.28-33 Teori Behaviourisme

31Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006

Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

hal ini terjadi berulang kali dan respons emosionalsudah ditransferkan dari hukuman fisik ke ujaran“Tidak! Tidak!”, maka pembiasaan telah berhasil.Jadi, kata “Tidak” menghasilkan responsemosional, sama halnya dengan bunyi belmenimbulkan respons air liur. Dengan demikian,ibu tersebut telah berhasil mengajarkan makna“Tidak”. Dengan kata lain, Yudi memahamimakna “Tidak” yang berarti suatu larangan.

Teori Operant Conditioning dikemukakan olehtokoh psikologi B.F. Skinner dengan karyanyayang terkenal berjudul Verbal Behavior (1957).Menurut Skinner, perilaku yang berpengaruhpada lingkungan disebut perilaku operant (tooperate: menghasilkan efek yang dikehendaki,mempengaruhi). Operant Conditioning merujukpada pengkondisian atau pembiasaan di manamanusia memberikan respons atau operant(kalimat atau ujaran) tanpa stimulus yangtampak; operant ini dipelajari dengan pembiasaan(conditioning). Dalam proses pemerolehan bahasapertama peran peniruan (imitation) dianggapsangat penting.

Berdasarkan percobaan-percobaan padatikus dan burung dara, Skinner berkesimpulanbahwa perilaku atau respons yang diikuti olehpenguat (reinforce) positif cenderung akandiulangi, sedangkan respons-respons yangdiikuti oleh hukum atau tidak diikuti oleh penguatcenderung melemah untuk kemudianmenghilang.

Dengan demikian, dalam lingkuppembelajaran bahasa, pembelajaran perilakubahasa yang efektif terdiri atas pemberian responsyang tepat terhadap rangsangan yang ada, danhubungan antara rangsangan dan tanggapanmenjadi kebiasaan karena adanya penguatan(reinforcement). Bila seorang anak mengucapkansesuatu yang kebetulan sesuai (appropriate)dengan situasi, ibunya atau orang disekitarnyamenghadiahinya dengan anggukan, ucapan,senyuman, atau tindakan yang lain yangmenunjukkan persetujuan. Hal ini akanmengakibatkan respons yang sama akan terjadilagi dalam situasi yang sama. Namun, jikaujarannya tidak benar, si ibu tidakmengatakannya. Maka akan kecil kemungkinanterjadinya respons yang sama dalam situasi yangsejenis.

Untuk jelasnya mari kita pelajari contohsederhana berikut. Jika Tobi mengatakan “Num”,dan diberi air minum, maka dia akanmenggunakan kata “Num” lagi bila ia inginminum. Sebaliknya, bila ia misalnya, mengatakan,“Ta” tanpa diiringi penguatan dari ibunya atauorang di sekitarnya, maka ia cenderung untuktidak mengucapkan kata tersebut untuk memintaair minum.

Penjelasan di atas selain digunakan untukmenerangkan bagaimana anak menghasilkanujaran, juga digunakan untuk menjelaskanbagaimana anak memahami ujaran. Jika anakmemberi tanggapan dengan benar terhadaprangsangan lisan, maka ia diberi hadiah atauimbalan, misalnya berupa senyuman, ucapan ataupujian. Dengan cara ini, ujaran-ujaran orangdewasa menjadi rangsangan-rangsangan bagianak untuk menanggapinya. Anak akanmenunjukkan bahwa ia memahami ujaran yangdidengarnya, dan ia pun mampu menghasilkanwicara yang sesuai dengan situasi.

Bagaimanakah dengan perkembangansintaksis anak? Dalam perkembangan sintaksisanak, proses pemerolehan berarti generalisasi darisatu situasi ke situasi lain, dan dalam setiapsituasi pola-pola linguistik yang benar diperkuatoleh orang-orang dewasa di sekitar anak tersebut.Di lain pihak, pola-pola linguistik yang tidakbenar tidak diperkuat, dan lambat laun akanhilang dengan sendirinya.

Telah dikemukakan di muka bahwa menurutpendekatan Behaviorisme, perilaku bahasadibentuk dengan peniruan-peniruan. Tampaknyaini ada benarnya, mengingat bahasa pertama yangdiperoleh anak-anak sama dengan bahasa yangdigunakan oleh orang di sekitarnya. Ini tampakdari kenyataan, misalnya, anak yang dilahirkandan tumbuh di lingkungan yang berbahasaMelayu Manado akan menguasai bahasa MelayuManado, bukan Melayu Riau ataupun bahasaJawa.

Namun, faktor peniruan ini banyakdiragukan oleh pakar di luar pendekatananBehaviorisme, khususnya para pakar dari aliranNativisme. Mereka berpendapat bahwa belajarbahasa terjadi bukan karena meniru.

Mari kita pelajari beberapa kritikan merekaterhadap pandangan Behaviorisme beserta dengan

Kritikan-kritikan TerhadapPandangan Behaviourisme

Teori Operant Conditioning

Page 5: Hal.28-33 Teori Behaviourisme

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006

Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

alasan-alasannya. Kritikan-kritikan ini disarikandari Anglis dan Martin (1980) dan hasil penelitianClark (1982).1. Kaum Nativis berpendapat bahwa ujaran

anak bukan tiruan dari apa yang didengarnyadari orang tuanya atau orang di sekitarnya.Anak yang berbahasa Inggris mengucapkanAll gone milk tentunya bukan karena ia menirututuran orang tuanya. Bahkan mungkinorang tuanyalah yang menirukan ujarananaknya. Demikian pula, kesalahan-kesalahan yang dibuat anak bukanberdasarkan tiruan (imitation), karenakesalahan-kesalahan ini tidak diucapkanoleh orang dewasa. Misalnya kalimat We goedto the park, yang diucapkan oleh anakbukanlah yang didengarnya dari orang tuaatau orang di sekitarnya.

2. Berdasarkan kenyataan yang ada, anak-anakdapat membentuk kalimat atau ujaran yangbelum pernah mereka dengar. Mereka dapatmenyusun kalimat berdasarkan kombinasi-kombinasi dari kata-kata yang sudah merekakuasai, tetapi kalimat-kalimat atau ujaran-ujaran tersebut belum pernah mereka dengar.Jika belajar bahasa hanya berdasarkanpeniruan, maka tidaklah mungkin anakdapat menyusun kalimat atau ujaran yangbelum pernah mereka dengar.

3. Anak-anak, apapun bahasa atau ragambahasa yang dipelajarinya, mempunyai polaperkembangan kemampuan berbahasa yangrelatif sama. Hasil penelitian Brown (1970),yang dikutip oleh McNeill (1973),umpamanya, menunjukan bahwa anak-anakdalam memperoleh bahasa Inggris melaluipaling tidak dua tahap. Pada tahap I, ujarananak-anak rata-rata terdiri atas dua morfem,dan ujaran-ujaran mereka terdiri atas katapenuh (content words) terutama kata benda dankata kerja. Keuniversalan ini tentunya bukankarena tiruan saja, karena anak-anak terpajan(exposed) oleh bahasa atau ragam bahasa yangberbeda.

4. Hasil-hasil penelitian, misalnya penelitianEve V. Clark (1982), menunjukkan bahwaanak-anak menciptakan kata-kata ataukalimat yang tidak digunakan oleh orang disekitarnya. Clark menyebut kemampuan inisebagai kretivitas leksikal (lexical creativity).Berikut ini beberapa contoh yangdiberikannya. Plate-egg dan cup egg untuk fried

egg dan boiled egg, lesonner untuk teacher, salteruntuk more saltier lawning untuk moving thelawn; the he’s keying door ketika seorang anak(berumur tiga tahun) melihat orang membukapintu dengan kunci.

5. Demikian juga, kaum Nativis meragukanfaktor penguatan. Kenyataan menunjukkanbahwa orang tua atau orang di sekitar anak,memberikan penguatan bukan pada ujaranyang berbentuk benar, melainkan pada benartidaknya informasi yang terkandung dalamujaran. Contoh yang klasik ialah penelitianBrown dan kawan-kawan (1968) yang dikutioleh McNeill (1970). (parental approval)diberikan pada benar tidaknya kepunyaanMickey, maka jawabannya ialah No. Namun,jika anak mengatakan That Mickey’s yangseharusnya That’s Mickey’s, maka orangtuanya menyetujuinya dengan mengatakan,Yes. Jika persetujuan sama dengan penguat,maka persetujuan akan memperbesarkemungkinan terciptanya bentuk-bentukkalimat yang salah, disamping kalimat-kalimat yang benar.

Dalam tulisan ini telah dibahas pandanganBehaviorisme terhadap pemerolehan bahasapertama. Dalam hal ini, kaum Behaviorisme,menekankan pentingnya peniruan danmenyatakan bahwa belajar bahasa melibatkanpembentukan hubungan antara stimulus danrespons dan penguatan. Pembentukan ini terjadimelalui proses pembiasaan (conditioning) danpengulangan-pengulangan. Dikatakan,karenaadanya stimulus internal atau eksternal, anakmemberikan respons dengan mengucapkan ujarantertentu, dan jika ujaran itu benar ia akanmenerima penguatan dari orang dewasa disekelilingnya. Bila hal ini terjadi berulang kali,maka ujaran-ujaran tersebut telah dikuasai.

Penutup

Page 6: Hal.28-33 Teori Behaviourisme

33Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006

Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

Angleis, Paul J. dan Martin, Clessen J. , E. HelmutEsan (ed.). (1980). Psycholinguistic: TwoviewsLanguage and communication. Columbia:SC: Hornbeam Press, Incorporated

Brown, H. Douglas. (1987). Priciples of languagelearning and teaching: 2nd Edition. EnglewoodCliffs: Prentice Hall Regents

Clark, Eve V, The Young World Maker. A CaseStudy of Innovations in the Child’s Lexicon,dalam (eds) E. Wanner dan L.R. Gleitman.(1982). Language acquisition: The state of theart. Cambridge: CUP

Clark, Hebert H dan Clark, Eve V. (1977). Psychol-ogy and Language: An antroduction topsychologuistics. New York: Hartcourt BraceJovanovich

Clark, Ruth. (1980). Adult Theories, Child Strategiesand Their Implecations for the Language Teacherdalam (eds) J.P.B. Allen dan S. Pit Corder,Papers in Applied Linguistics. Oxford: OUP

Elliot, Alison J. (1987). Child language. Cambridge:CUP

Ellis, R. (1989). Understanding second language ac-

quisition. Oxford: OUPHamid, Zulkifley. (1989). Hipotesis nurani dan

pemerolehan bahasa pertama, dalam JurnalBahasa, Oktober, pp. 770-777

Karmiloff – Smith, Annette. (1979). A functional ap-proach to child language: A study of determin-ers and reference. Cambridge: CUP

Klien, Wolfgang. (1986). Second language acquisition.Cambridge: CUP

McNeill, David. (1970). The acquisition of lan-guage: The study of developmentalpsychologuistics. New York: Happer & RowPublishers

Monks, F.J. Knoers, A.M.P, Haditono, Sri Rahayu.(1992). Psikologi perkembangan: Pengantardalam berbagai bagainya. Yogyakarta: GajahMadda University Press

Purwo, Bambang Kaswanti. (1990). PerkembanganBahasa Anak Dari Lahir sampai MasaSekolah, dalam (ed) B.K. Purwo, Pellba 3:Pertemuan linguistik lembaga bahasa AtmaJaya: Ketiga. Yogyakarta: Kanisius

Subyakto, Nababan, Sri Utari. (1992).Psikolingusitik: Suatu pengantar. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama

Daftar Pustaka