hal 175-182 mulyasari ikan nilem ok

8
KARAKTERISTIK GENETIK ENAM POPULASI IKAN NILEM ( Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT Mulyasari *) , Dinar Tri Soelistyowati **) , Anang Hari Kristanto ***) , dan Irin Iriana Kusmini *) *) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor 16154 E-mail: [email protected] **) Departemen Budidaya Perairan_FPIK, Institut Pertanian Bogor Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB, Bogor 16680 ***) Pusat Riset Perikanan Budidaya Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540 (Naskah diterima: 10 Maret 2010; Disetujui publikasi: 25 Juni 2010) ABSTRAK Penelitian karakteristik genetik populasi ikan nilem, Osteochilus hasselti di Jawa Barat dilakukan untuk mendapatkan data base sebagai langkah awal dalam melaksanakan program pemuliaan guna mempertahankan dan meningkatkan produksi dari ikan nilem di Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi genetik ikan nilem menggunakan metode RAPD dan menelusuri keragaman intra dan inter-populasi ikan nilem, Osteochilus hasselti di sentra budidaya yang terdapat di daerah Jawa Barat. Berdasarkan hasil penelitian, populasi Sumedang secara genetis memiliki keragaman paling tinggi dibandingkan dengan populasi lainnya serta alel spesifik yang tidak ditemukan pada populasi lain (1.100 bp). Sedangkan Sukabumi memiliki keragaman genetik dan jumlah alel yang paling rendah. Hubungan inter-populasi ikan nilem hijau di Jawa Barat tidak berbeda nyata di mana jarak genetik enam populasi ikan nilem tersebut berkisar antara 0,0153-0,1392. KATA KUNCI: RAPD, ikan nilem, Osteochilus hasselti, Jawa Barat ABSTRACT: Characteristic genetic of six population of nilem carp fish at West Java. By: Mulyasari, Dinar Tri Soelistyowati, Anang Hari Kristanto, and Irin Iriana Kusmini Research on genetic variation was done to conduct breeding program as the effort to maintain and increase the production of nilem carp fish at West Java. The aim of this study was to identify nilem carp genetically and to estimate the variation of the intra and inter population of nilem carp fish from West Java using RAPD methods. The result showed that Sumedang population had the highest genetic variation and had specific allele that cannot be found at other population (1,100 bp). But in contrast Sukabumi population had the lowest genetic variation and allele number. The inter- population relationship among fish from West Java were not significantly different. Genetic distance among population were between 0.0153-0.1392. KEYWORDS: RAPD, nilem fish, Osteochilus hasselti, West Java Karakteristik genetik enam populasi ikan nilem ..... (Mulyasari) 175

Upload: yien-jhons

Post on 22-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hal 175-182 Mulyasari Ikan Nilem OK

KARAKTERISTIK GENETIK ENAM POPULASI IKAN NILEM(Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT

Mulyasari*), Dinar Tri Soelistyowati**), Anang Hari Kristanto***), danIrin Iriana Kusmini*)

*) Balai Riset Perikanan Budidaya Air TawarJl. Raya Sempur No. 1, Bogor 16154

E-mail: [email protected]

**) Departemen Budidaya Perairan_FPIK, Institut Pertanian BogorJl. Lingkar Akademik, Kampus IPB, Bogor 16680

***) Pusat Riset Perikanan BudidayaJl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540

(Naskah diterima: 10 Maret 2010; Disetujui publikasi: 25 Juni 2010)

ABSTRAK

Penelitian karakteristik genetik populasi ikan nilem, Osteochilus hasselti di Jawa Baratdilakukan untuk mendapatkan data base sebagai langkah awal dalam melaksanakanprogram pemuliaan guna mempertahankan dan meningkatkan produksi dari ikan nilemdi Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi genetik ikan nilemmenggunakan metode RAPD dan menelusuri keragaman intra dan inter-populasi ikannilem, Osteochilus hasselti di sentra budidaya yang terdapat di daerah Jawa Barat.Berdasarkan hasil penelitian, populasi Sumedang secara genetis memiliki keragamanpaling tinggi dibandingkan dengan populasi lainnya serta alel spesifik yang tidakditemukan pada populasi lain (1.100 bp). Sedangkan Sukabumi memiliki keragamangenetik dan jumlah alel yang paling rendah. Hubungan inter-populasi ikan nilem hijaudi Jawa Barat tidak berbeda nyata di mana jarak genetik enam populasi ikan nilemtersebut berkisar antara 0,0153-0,1392.

KATA KUNCI: RAPD, ikan nilem, Osteochilus hasselti, Jawa Barat

ABSTRACT: Characteristic genetic of six population of nilem carp fish atWest Java. By: Mulyasari, Dinar Tri Soelistyowati, Anang HariKristanto, and Irin Iriana Kusmini

Research on genetic variation was done to conduct breeding program as the effort tomaintain and increase the production of nilem carp fish at West Java. The aim of thisstudy was to identify nilem carp genetically and to estimate the variation of theintra and inter population of nilem carp fish from West Java using RAPD methods. Theresult showed that Sumedang population had the highest genetic variation and hadspecific allele that cannot be found at other population (1,100 bp). But in contrastSukabumi population had the lowest genetic variation and allele number. The inter-population relationship among fish from West Java were not significantly different.Genetic distance among population were between 0.0153-0.1392.

KEYWORDS: RAPD, nilem fish, Osteochilus hasselti, West Java

Karakteristik genetik enam populasi ikan nilem ..... (Mulyasari)

175

Page 2: Hal 175-182 Mulyasari Ikan Nilem OK

PENDAHULUAN

Ikan nilem, Osteochilus hasselti merupa-kan ikan Cyprinid yang banyak terdapat didaerah Jawa Barat. Ikan nilem ini sangatpotensial untuk dikembangkan menjadiproduk unggulan perikanan budidaya darikawasan Priangan. Dari sisi ekonomi,kelestarian lingkungan, dan produksi,budidaya ikan ini menguntungkan. Nilaiekonomis ikan nilem meningkat setelahdijadikan produk olahan misalnya baby fishgoreng, dendeng dan pindang, diasap dandikalengkan (Rahardjo & Marliani, 2007). Telurikan nilem digemari masyarakat karena rasanyayang lezat dan mempunyai peluang sebagaikomoditas ekspor (Winarlin et al., 2006;Subagja et al., 2006a). Dari aspek lingkunganikan nilem berperan sebagai biocleaning agentkarena sifatnya yang suka memakan detritusdan perifiton sehingga ikan ini bisa digunakanuntuk membersihkan keramba jaring apung.Sedangkan dari segi budidayanya ikan nilemini mudah dipelihara pada kondisi air yangberbeda-beda, memiliki sintasan danreproduksi yang tinggi (Cholik et al., 2005)serta tahan terhadap penyakit (Subagja etal., 2006a). Berdasarkan keunggulan danpotensinya, Menteri Kelautan dan Perikananmengukuhkan ikan ini sebagai salah satukomoditas Gerakan Mina Padi Rakyat atauGEMPAR pada tanggal 3 Mei 2006 (Subagja etal., 2006a,b).

Selama ini budidaya ikan nilem dikaramba dan sawah masih sangat terbatas.Pemeliharaannya hanya bersifat sampingandari hasil budidaya secara polikultur bersama-sama dengan ikan mas, mujair atau gurame,sehingga produksinya masih relatif rendah.Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksiikan nilem yang berkelanjutan, hal ini perludidukung oleh program pemuliaan atauperbaikan genetik stok yang unggul secaragenetik. Perbaikan mutu genetik suatujenis ikan berhubungan erat dengan tingkatkeragaman genetik. Keragaman genetikpenting keberadaannya dalam populasi danterus-menerus dikelola dan harus diperluasagar selalu tersedia bahan untuk meningkatkanstok yang unggul. Informasi keragamangenetik, status genetik (gene pool) dankeunggulan sifat suatu populasi menjadi dasarkegiatan dalam melakukan program pemuliaanikan. Dalam hal ini, seleksi dan persilanganmerupakan dua metode yang dapat dilakukandalam perbaikan mutu genetik untuk

meningkatkan produktivitas suatu jenisikan. Program seleksi dapat diterapkan jikakeragaman genetik ikan nilem itu tinggi, danapabila keragaman genetik rendah mungkinbisa dilakukan persilangan (hibridisasi). Selamaini keragaman genetik ikan nilem hanyaterbatas pada informasi morfologinyasedangkan informasi genetik belum banyakdilakukan. Tujuan penelitian ini adalahmelakukan identifikasi genetik ikan nilemmenggunakan metode RAPD dan menelusurikeragaman intra dan inter-populasi ikan nilemOsteochilus hasselti di sentra budidaya yangterdapat di daerah Jawa Barat.

METODOLOGI PENELITIAN

Pengadaan Ikan

Ikan yang digunakan sebagai bahanpenelitian ini terdiri atas jenis-jenis ikan nilemyang terdapat di daerah Jawa Barat yaitu:Bogor, Tasikmalaya, Kuningan, Sumedang,Cirata, dan Sukabumi (Gambar 1). Jumlah sampelyang digunakan untuk analisis morfomeristikmasing-masing strain dan lokasi adalah 20 ekorsedangkan untuk analisis DNA sampel yangdigunakan adalah 10 ekor. Pengambilansampel dilakukan dengan bantuan pem-budidaya setempat. Selanjutnya dari lokasipengambilan, untuk analisis DNA sampeldisimpan dalam larutan alkohol 70% sebelumdilakukan analisis lebih lanjut.

Ekstraksi DNA

Sampel ikan berupa sirip dorsal ditimbangsebanyak 0,5-1 mg dan dimasukkan ke dalamtabung Eppendorf 1,5 mL, kemudian dilisisdengan menambahkan larutan lisis (10mM trisHCl pH 7,5; 125mM NaCl; 10mM EDTA pH 7,5;0,5% SDS; dan 4 M urea) sebanyak 500 μL danprotein kinase sebanyak 15 μL. Setelah itudikocok menggunakan alat vorteks dandiinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam atausampai sirip hancur. Selanjutnya ditambahkanlarutan Phenol: Chloroform: Isoamilalkohol (PCI)dengan perbandingan 25:24:1 sebanyak1.000 μL dan disentrifugasi pada kecepatan10.000 rpm selama 10 menit. Supernatan laludipindahkan ke tabung baru dan ditambahkanetanol 90% sebanyak 1.000 μL dan Na asetatsebanyak 10 μL lalu disentrifugasi padakecepatan 10.000 rpm selama 10 menit.Supernatan dibuang dan pellet dikeringanginkan sampai etanol menguap. DNA di-larutkan dengan menambahkan rehydration

J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.2 Tahun 2010: 175-182

176

Page 3: Hal 175-182 Mulyasari Ikan Nilem OK

solution sebanyak 100 μL dan disimpan padasuhu 4oC selama semalam atau pada suhu 65oCselama 1 jam. Jika DNA belum akan digunakandalam jangka waktu lama maka disimpan padasuhu –20oC.

Amplifikasi DNA dengan Teknik PCR

Sebelum amplifikasi DNA, dilakukan seleksiprimer untuk mendapatkan jenis primer yangsesuai. Amplifikasi DNA dilakukan meng-gunakan metode PCR dengan komposisi bahansebagai berikut: 2 μL DNA genom hasilekstraksi, 2 μL primer, 8,5 μL distilled waterdicampur dengan 12,5 μL master mix PCRFermentas (komposisi: PCR buffer, enzim Taqpolymerase, MgCl2 dan dNTP mix) sehinggatotal volume menjadi 25 μL. Campuran ter-sebut kemudian dimasukkan ke dalam mesinPCR yang sudah diprogram. Secara umumproses PCR terdiri atas tiga tahap yaitudenaturasi (penguraian utas ganda DNA),penempelan primer (annealing), danpemanjangan utas DNA (elongasi). Pre-denaturasi dilakukan pada suhu 94oC selama2 menit untuk memastikan kesempurnaandenaturasi, sedangkan denaturasi dilakukanpada suhu 94oC selama 1 menit, annealingpada suhu 36oC selama 1menit, dan elongasipada suhu 72oC selama 2 menit. Elongasi akhirdilakukan pada suhu 72oC selama 7 menituntuk meyakinkan proses elongasi berjalansempurna, proses PCR ini berjalan sebanyak35 siklus. Untuk mengetahui keberhasilanamplifikasi primer yang dicobakan, campuran

9 μL hasil PCR dengan 2 μL loading dyedielektroforesis pada gel agarose 2% (w/v)dalam larutan TBE dan tegangan 100 Voltselama 30 menit. Gel direndam dalam larutanetidium bromida agar pita DNA dapat terlihatpada cahaya ultra violet untuk keperluandokumentasi menggunakan kamera. Gene Ruler100bp DNA ladder digunakan sebagai standaruntuk menentukan ukuran fragmen hasilamplifikasi.

Analisis Data

Parameter yang diukur dalam penelitian iniadalah keragaman genetik dan morfologi sertafilogenetik dari ikan nilem yang ada di daerahJawa Barat. Untuk mengukur parametertersebut di atas, ada beberapa karakter yangdianalisis sebagai berikut:

a. Derajat polimorfisme

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel

Figure 1. Sampling location

di mana:h = Heterozigositasn = Jumlah sampelXi2 = Frekuensi alel ke– i

P 0.95 =Jumlah lokus polimorfik

x 100%Jumlah lokus total

b. Heterozigositas populasi ikan nilem

h = 1 - Σ Xi2n

i=1

PROVINSI JAWA BARAT

Pulau Jawa

Kuningan

Sumedang

Bogor

Sukabumi

Tasikmalaya

Waduk Cirata

Karakteristik genetik enam populasi ikan nilem ..... (Mulyasari)

177

Page 4: Hal 175-182 Mulyasari Ikan Nilem OK

c. Jarak genetik yang hanya didapatkan pada populasiSumedang dan fragmen 400 bp pada populasiBogor. Fragmen 3.100 bp hanya dimiliki olehpopulasi Sumedang dan Kuningan, fragmen1.700 bp hanya ada pada populasi Sumedangdan Tasikmalaya, fragmen 225 bp padapopulasi Bogor dan Sukabumi, sedangkanfragmen 1.300 dan 500 bp pada populasi Bogordan Kuningan. Fragmen 2.900 dan 1.500 bphanya dimiliki oleh populasi Tasikmalaya,Sumedang, dan Bogor, sedangkan fragmen1.600 bp hanya ada pada populasiTasikmalaya, Sumedang, dan Kuningan.Fragmen 750 bp didapatkan pada semuapopulasi ikan nilem di Jawa Barat kecualiSukabumi.

Keragaman genetik yang ditentukan olehnilai rata-rata heterozigositas dan persentasepolimorfisme ikan nilem hijau yang dianalisisdisajikan dalam Tabel 1. Heterozigositas darienam populasi ikan nilem hijau di Jawa Baratmemiliki nilai yang hampir sama berkisar antara0,1054-0,2138. Nilai heterozigositas tertinggiterlihat pada populasi dari Sumedang (0,2138)dan nilai terendah adalah ikan yang berasaldari Sukabumi (0,1054). Sedangkan persentasepolimorfisme dari enam populasi ikan nilemhijau tersebut berkisar antara 40%-68%.Persentase polimorfisme tertinggi berasal daridaerah Sumedang yaitu 68%, sedangkanpersentase polimorfisme terendah berasal dariCirata yaitu 40%.

Secara statistik dengan menggunakan ujiperbandingan berpasangan Fst menunjukkanbahwa tidak terdapat perbedaan genetik yangnyata antara populasi ikan yang diuji (P>0,05)

Gambar 2. Pola fragmen RAPD ikan nilem dari enam populasi di Jawa Barat yang diamplifikasimenggunakan primer OPA-11

Figure 2. RAPD fragment pattern of nilem carp from six population at West Java thatamplified used OPA-11 primer

di mana:D = Jarak genetikJab = Frekwensi haplotipe pada lokus

populasi yang samaJa dan Jb = Frekwensi haplotipe pada populasi A

dan B

Untuk menentukan jarak genetik danpembuatan dendrogram dilakukan denganmetode Unweight Pair Group Methods Arith-metic (UPGMA), data biner dianalisis denganmenggunakan program komputer Tools ForPopulation Genetic Analysis (TFPGA) (Miller,1997).

HASIL DAN BAHASAN

Hasil

Dari 20 primer yang dicoba ada 4 primeryang menghasilkan fragmen-fragmen dari DNAnilem yang di uji yaitu OPA-03, OPA-11, OPA-13, dan OPA-18. Namun hanya 1 primermenunjukkan hasil PCR yang paling baik yaituOPA-11. Primer OPA-11 mempunyai fragmenyang dapat digunakan sebagai pembeda diantara populasi ikan nilem hijau yang diuji.Gambar hasil RAPD disajikan dalam Gambar 2.Beberapa fragmen RAPD yang didapatkanmengindikasikan fragmen spesifik populasiyakni fragmen yang hanya didapatkan padapopulasi tertentu. Misalnya fragmen 1.100 bp

D = -lnJab

(Ja x Jb) 0.5

Bogor

1.000 bp

500 bp

SumedangSukabumi Tasikmalaya Kuningan Cirata

J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.2 Tahun 2010: 175-182

178

Page 5: Hal 175-182 Mulyasari Ikan Nilem OK

kecuali antara populasi Sumedang denganSukabumi, Bogor dan Cirata serta antarapopulasi Tasikmalaya dengan Sukabumi(P<0,05) seperti terlihat pada Tabel 2.

Jarak genetik (D) yang dihitung menurutNei (1978) dalam Miller (1997), secarakomputasi dengan program TFPGA ber-dasarkan fragmen RAPD dari primer OPA-11antara koleksi ikan nilem hijau tertera padaTabel 3. Berdasarkan perhitungan jarak genetikdari 6 populasi ikan nilem hijau, diperoleh nilaijarak genetik terdekat adalah antara populasidari Cirata dengan populasi dari Kuningan yaitusebesar 0,0153; kemudian antara populasiBogor dengan Kuningan yaitu 0,0175 danantara populasi Bogor dengan Cirata yaitu

0,0233. Berikutnya adalah jarak genetik antarapopulasi Kuningan dengan populasi Sumedangyaitu 0,0251, populasi Kuningan denganpopulasi Tasikmalaya (0,0317) dan antarapopulasi Bogor dengan populasi Tasikmalaya(0,0337) serta populasi Cirata dengan populasiTasikmalaya (0,0525). Selanjutnya adalah jarakgenetik antara populasi Sumedang denganpopulasi Tasikmalaya (0,0528), populasiBogor dengan Sumedang (0,0618), populasiBogor dengan Sukabumi (0,0770), dan antarapopulasi Cirata dengan Sukabumi (0,0773).Kemudian antara Sumedang dengan Cirata(0,0815) dan antara Sumedang denganSukabumi yaitu sebesar 0,1046. Sedangkanjarak genetik terjauh adalah antara Sukabumidengan Tasikmalaya (0,1392).

Tabel 1. Heterozigositas dan persentase polimorfisme enam populasi ikan nilemdi Jawa Barat hasil RAPD menggunakan primer OPA-11

Table 1. Heterozigosity and polymorphism percentage of nilem carp from sixpopulation at West Java used OPA-11 primer

Keterangan (Remark):SKB = Sukabumi; BGR = Bogor; SMD = SumedangCRT = Cirata; TSM = Tasikmalaya; KNG = Kuningan

SKB BGR CRT SMD TSM KNG

Heterozigositas

Heterozigosity

Polimorfisme

Polymophism (%)64 60

0.1054 0.1674

44 64 40 68

0.1095 0.2138 0.1698 0.1877

Tabel 2. Uji perbandingan berpasangan Fst enam populasi ikan nilem diJawa Barat

Table 2. Pairwise comparison test Fst of nilem carp from six populationat West Java

Keterangan (Remark):SKB = Sukabumi; BGR = Bogor; SMD = SumedangCRT = Cirata; TSM = Tasikmalaya; KNG = Kuningan* Beda nyata (Significantly difference)

SKB BGR CRT SMD TSM KNG

SKB *****

BGR 0.4393 *****

CRT 0.1789 0.967 *****

SMD 0.0182* 0.0109* 0.0007* *****

TSM 0.0013* 0.9074 0.4646 0.3452 *****

KNG 0.215 0.7596 0.7862 0.9937 0.7336 *****

Karakteristik genetik enam populasi ikan nilem ..... (Mulyasari)

179

Page 6: Hal 175-182 Mulyasari Ikan Nilem OK

Dendrogram yang dibentuk berdasarkanjarak genetik tersebut dengan menggunakanprogram Unweighted Pair Group ArithmaticAverage (UPGMA) memperlihatkan hubunganterdekat adalah antara populasi Cirata denganKuningan, Bogor dan Tasikmalaya sedangkanyang terjauh adalah antara keempat populasitersebut dengan Sukabumi (Gambar 3).

Bahasan

Keragaman genetik ikan nilem hijau yangdianalisis menggunakan RAPD ditentukan oleh

nilai rata-rata heterozigositas dan persentasepolimorfisme dari ikan nilem tersebut. Nilaipolimorfisme ikan nilem hijau ini cukup tinggiyaitu sekitar 40%-68%, namun nilai rata-rataheterozigositasnya termasuk rendah yaituberkisar antara 0,1054-0,2138. Hal ini dapatdisebabkan oleh antara lain ikan nilem hijaudibudidaya dalam kondisi lingkungan yangrelatif stabil. Menurut Sugama et al. (1996),pada lingkungan yang stabil akan lebih sedikitditemukan variasi alel daripada kondisilingkungan yang labil, karena laju mutasi dan

Tabel 3. Matriks jarak genetik inter-populasi ikan nilem di Jawa Barat

Table 3. Genetic distance matrix of nilem carp inter-population at WestJava

Keterangan (Remark):SKB = Sukabumi; BGR = Bogor; SMD = SumedangCRT = Cirata; TSM = Tasikmalaya; KNG = Kuningan

SKB BGR CRT SMD TSM KNG

SKB *****BGR 0,0770 *****CRT 0,0773 0,0233 *****SMD 0,1046 0,0618 0,0815 *****TSM 0,1392 0,0337 0,0525 0,0528 *****KNG 0,0875 0,0175 0,0153 0,0251 0,0317 *****

Gambar 3. Dendrogram hubungan kekerabatan enampopulasi ikan nilem yang terdapat di Jawa Barat

Figure 3. Dendrogram of genetic distance between sixpopulation of nilem carp from West Java

Keterangan (Remark):SKB = Sukabumi; BGR = Bogor; CRT = CirataSMD = Sumedang; TSM = Tasikmalaya; KNG = Kuningan

SKB

0.200 0.150 0.100 0.050 0.000

SMD

TSM

BGR

KNG

CRT

J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.2 Tahun 2010: 175-182

180

Page 7: Hal 175-182 Mulyasari Ikan Nilem OK

seleksi lingkungan relatif rendah. Selain itu,pengelolaan sistem rekrutmen atauperemajaan ikan nilem hijau tidak terarahsehingga dapat menyebabkan terjadinyaseleksi tanpa sengaja yang mempengaruhigene pool ikan tersebut. Berdasarkan datasekunder selama penelitian, proses rekrutmenyang dilakukan pada populasi Bogor danTasikmalaya menggunakan induk dari satupopulasi saja dan jumlah pasangan indukyang digunakan pun terbatas. Menurut Tave(1995), perkawinan yang dilakukan tanpamemperhatikan silsilah tetuanya memilikipeluang untuk terjadinya perkawinansekerabat, di mana perkawinan tersebut akanmeningkatkan nilai inbreeding yang ditandaidengan penurunan heterozigositas danvariasi alelik. Perbandingan induk jantan danbetina yang tidak sama, sedikitnya jumlahpasang induk yang digunakan dalam pemijahandan perbedaan jumlah induk yang digunakandari generasi ke generasi dapat meningkatkanterjadinya Inbreeding (Soewardi, 2007).Inbreeding akan mengurangi heterozigositasdari suatu populasi ikan dan penurunan variasigen yang berakibat pada hilangnya alelpengontrol pertumbuhan, ketahanan terhadappenyakit yang berakibat fatal bagi keturunanberikutnya dan terjadinya abnormalitas (Tave,1995).

Berdasarkan hasil keragaman antar popu-lasi dengan melakukan uji perbandinganberpasangan Fst (selang kepercayaan 95%),hasil tersebut memperlihatkan bahwa antarapopulasi ikan nilem yang diuji umumnya tidakberbeda nyata secara genetik (P>0,05) kecualiantara populasi Sumedang dengan Sukabumi,Bogor, dan Cirata serta antara populasiTasikmalaya dengan Sukabumi (P<0,05). Bedanyata antar populasi-populasi tersebutmengindikasikan bahwa induk populasiSumedang berasal dari induk yang memilikikeragaman genetik yang berbeda denganpopulasi Bogor dan Cirata, demikian pulapopulasi Tasikmalaya dengan Sukabumi.Sedangkan populasi yang tidak berbedanyata, mungkin disebabkan oleh banyaknyakesamaan genetik antar populasi-populasitersebut. Jarak genetik rata-rata ikan nilem darienam lokasi di Jawa Barat adalah 0,07725, lebihkecil dari jarak genetik ikan pada sub spesiesyang sama seperti ikan batak (Tor sorro )(Asih et al., 2008) dan butini (Glossogobiusmatanensis) (Mamangkey et al., 2007). Hal inimenunjukkan adanya kedekatan hubungan

kekerabatan antara populasi ikan nilem yangada di Jawa Barat. Populasi ikan nilem hijauyang berasal dari Kuningan, Cirata, Bogor, danTasikmalaya memiliki hubungan kekerabatanyang lebih dekat bila dibandingkan denganSumedang dan Sukabumi. Berdasarkan hasilwawancara dengan pembudidaya, diketahuibahwa ikan nilem hijau dari daerah Bogordan Kuningan berasal dari sumber induk yangsama yaitu daerah Tasikmalaya, sedangkanikan yang dipelihara di daerah Cirata jugamerupakan ikan yang berasal dari daerahTasikmalaya, sehingga sangat jelas jika ikandari keempat lokasi tersebut memiliki jarakgenetik yang dekat. Ikan nilem asalTasikmalaya dan Kuningan memiliki jarakgenetik yang dekat dengan populasiSumedang dibanding dengan populasi lain,diduga hal ini terjadi karena sumber indukuntuk daerah Tasikmalaya berasal dariSumedang. Demikian pula dengan ikan nilemyang berasal dari Kuningan, selain mengambilinduk dari Tasikmalaya ada kemungkinanbudidaya ikan nilem di Kuningan jugamenggunakan induk yang berasal dari daerahSumedang. Hal ini dapat dilihat dari polafragmen ketiga populasi ini yang lebih banyakmenunjukkan kesamaan bila dibandingkandengan populasi lain. Sukabumi memiliki jarakgenetik terjauh dengan populasi lain. Biladilihat dari pola fragmennya, Sukabumi tidakmemiliki fragmen 750 bp yang dimiliki olehpopulasi lainnya sehingga menghasilkan jarakgenetik yang jauh dengan populasi lain. Halini dapat terjadi kemungkinan karena indukyang digunakan untuk budidaya jumlahnyasangat terbatas selain itu, antara populasiSukabumi dengan populasi lain tidak terjadipertukaran gen, sehingga peluang terjadinyainbreeding sangat besar yang menyebabkanpeluang hilangnya alel-alel tertentu juga besardan pada akhirnya akan memiliki keragamanalel yang berbeda dengan kelompok lainnyawalaupun secara garis keturunan masih satukerabat (Nugroho et al., 2006).

KESIMPULAN

Hasil analisis RAPD menunjukkan bahwanilai polimorfisme ikan nilem hijau adalah40%-68%, dan nilai rata-rata heterozigositasnyaberkisar antara 0,1054-0,2138. Hubunganinter-populasi ikan nilem hijau di Jawa Barattidak berbeda nyata. Populasi Sumedangsecara genetis memiliki keragaman palingtinggi dibandingkan dengan populasi lainnya

Karakteristik genetik enam populasi ikan nilem ..... (Mulyasari)

181

Page 8: Hal 175-182 Mulyasari Ikan Nilem OK

Soewardi, K. 2007. Pengelolaan keragamangenetik sumberdaya perikanan dankelautan. Departemen ManajemenSumberdaya Perairan, Fakultas Perikanandan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,Bogor, 153 hlm.

Subagja, J., Gustiano, R., & Djajasewaka, H.2006a. Penentuan dosis hormon steroiddan teknik pemberian untuk feminisasi ikannilem (Osteochilus hasselti). Laporan HasilRiset Balai Riset Perikanan Budidaya AirTawar Tahun Anggaran 2006. Balai RisetPerikanan Budidaya Air Tawar Bogor, BadanRiset Kelautan dan Perikanan, hlm. 300-312.

Subagja, J., Gustiano, R., & Winarlin, L. 2006b.Pelestarian ikan nilem (Osteochilus hasseltiCV) melalui teknologi perbenihannya.Prosiding Lokakarya Nasional Pengelolaandan Perlindungan Sumberdaya Genetik diIndonesia, Bogor, 20 Desember 2006, hlm.279-286.

Sugama, K., Haryanti, & Cholik, F. 1996. Bio-chemical genetics of tiger shrimp Penaeusmonodon : description electrophoresisdetectable loci. Indonesian Fish Res. J.11(1): 19-28.

Tave, D. 1995. Selective Breeding Programmefor Medium-Sized Fish Farms. FAO FishTech-nical Paper. No. 352. Rome, Italy, 122 pp.

Winarlin, L., Setiadi, E., Widiyati, A. &Djajasewaka, H. 2006. Pengaruh tingkatkedalaman air terhadap perkembanganpakan alami untuk pertumbuhan benih ikannilem (Osteochilus hasselti CV). LaporanHasil Riset Balai Riset Perikanan BudidayaAir Tawar Tahun Anggaran 2006. Balai RisetPerikanan Budidaya Air Tawar Bogor, BadanRiset Kelautan dan Perikanan, hlm. 313-332.

serta alel spesifik yang tidak ditemukan padapopulasi lain (1.100 bp). Sedangkan Sukabumimemiliki keragaman genetik dan jumlah alelyang paling rendah. Jarak genetik enampopulasi ikan nilem hijau di Jawa Barat berkisarantara 0,0153-0,1392.

DAFTAR ACUAN

Asih, S., Nugroho, E., Kristanto, A.H., & Mulyasari.2008. Penentuan variasi genetik ikan batak(Tor sorro) dari Sumatera Utara dan JawaBarat dengan metode analisis RandomlyAmplified Polymorphism DNA (RAPD). J. Ris.Akuakultur, 3(1): 91-97.

Cholik, F., Jagatraya, A.G, Poernomo, R.P., & Jauzi,A. 2005. Akuakultur: Tumpuan HarapanMasa Depan Bangsa. Masyarakat PerikananNusantara dan Taman Akuarium Air Tawar-TMII, Jakarta, 415 hlm.

Mamangkey, J.J., Sulistiono, Sjafei, D.S.,Soedharma, D., Sukimin, S., & Nugroho, E.2007. Keragaman genetik ikan endemikbutini (Glossogobius matanensis) ber-dasarkan penanda Randomly AmplifiedPolymorphism DNA (RAPD) di Danau TowutiSulawesi Selatan. J. Ris. Akuakultur, 2(3):389-397.

Nugroho, E., Subagja, J., Asih, S., & Kurniasih, T.2006. Evaluasi keragaman genetik ikankancra dengan menggunakan marker mt-DNA D-loop dan Randomly Amplified Poly-morphism DNA (RAPD). J. Ris. Akuakultur,1(2): 211-217.

Rahardjo, A.A. & Marliani, L. 2007. Nilem: DiolahNaik Derajat. Trubus. http://www.trubus.com [21 Maret 2008].

J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.2 Tahun 2010: 175-182

182