h. kapugu - aplikasi motif bentenan

Upload: veronica-kumurur

Post on 15-Jul-2015

660 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Jurnal Sabua Vol.3, No.1: 40-47, Mei 2011 PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

ISSN 2085-7020

APLIKASI MOTIF BENTENAN PADA BANGUNAN SENTRA KERAJINAN KAIN TENUN DI PUSOMAEN, KABUPATEN MINAHASA TENGGARA, SULAWESI UTARA Herry Kapugu Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi Abstrak. Kain Tenun Bentenan merupakan kain khas suku Minahasa yang pernah ditenun sejak abad ke 18. Seiring berjalannya waktu, keberadaaan kain Tenun Bentenan mulai langka. Hingga awal abad ke 20, di daerah asalnya, Kain Tenun Bentenan sudah hampir tidak bisa ditemukan lagi. Berangkat dari keprihatinan inilah, Sentra Kerajinan Kain Tenun Bentenan di Pusomaen dihadirkan sebagai wadah untuk melestarikan kembali keberadaan kain Tenun Bentenan sebagai kain khas Sulawesi Utara khususnya suku minahasa. Upaya pelestarian dilakukan dengan memproduksi kain tenun Bentenan di tempat dimana pernah diproduksi sebelumnya, dengan memberdayakan masyarakat setempat yang dibimbing dan dilatih untuk membuat kain tenun dengan kualitas tinggi. Kegiatan perancangan ini, menggunakan Tema Arsitektur Sebagai Sarana Ekspresi Motif Tenun Bentenan yaitu sebuah strategi desain yang menerapkan bagian dari beberapa aspek motif seperti : geometri, makna filosofis, warna dan tekstur dari kain tenun bentenan, yang diaplikasikan ke dalam bentuk, ruang, tampilan maupun ide-ide arsitektural lainnya. Perancangan Sentra Kerajinan Kain Tenun Bentenan, dengan mengusung tema diatas menghasilkan desain yang unik dimana terdapat empat massa menyebar berdasarkan perwujudan dari motif Tinonton Mata. Lay out dan sirkulasinya memberi kesan dinamis, hal ini diperoleh dari bentuk persegi enam dari motif Lengkey Wanua, yang memiliki makna filosofis sebagai sebuah ruang. Pada selubung bangunan terdapat keseimbangan antara dinding masif dan kaca, dengan aksen vertikal pada sisi kusen menggunakan motif Kaiwu Patola. Serta masih banyak lagi motif dari kain tenun Bentenan yang diaplikasikan pada elemen-elemen arsitektur lainnya. Diharapkan dengan penggunaan strategi desain diatas, Sentra Kerajinan Kain Tenun Bentenan ini akan memiliki tampilan yang unik dan membawa sejumlah terobosan baru dalam bidang industri kerajinan. Kata Kunci : Kain tenun Bentenan, sentra kerajinan, ekspresi motif PENDAHULUAN Sentra kerajinan kain tenun Bentenan merupakan sebuah wadah yang memproduksi serta memberikan pelatihan tenun bagi masyarakat dalam usaha dan melestarikan keberadaan kain tenun bentenan yang saat ini hampir mengalami kepunahan. Sentra kerajinan kain tenun Bentenan ini, mempresentasikan, merefleksikan, dan menginformasikan berbagai nilai-nilai filosofis dari kain tenun tersebut,

@Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado Mei 2011

41

H. KAPUGU tenun dobel ikat (berasal dari India disebut kain patola. Kain impor ini dibawa oleh pedagangpedagang ke Indonesia. Ciri khas ragam hias patola ini adalah beberapa bentuk garis geometris belah ketupat, segitiga, dan bunga bersudut delapan, dan dibuat dari bahan sutera). Berdasarkan persebaran asal usul kebudayaan Indonesia yang dimulai zaman prasejarah. Nenek moyang bangsa Indonesia hidup menetap ke kepulauan Indonesia bergelombang pada periode Neolitikum dari Asia Tenggara, hal ini terjadi sekitar 2000 tahun sebelum masehi. Nenek moyang bangsa Indonesia pada waktu itu sudah hidup menetap tidak lagi mengembara. Hal ini terbukti dari penemuan ahli sejarah, dimana pada penggaliannya ditemukan kepingan-kepingan tembikar/tanah liat. Beberapa di antaranya telah direkonstruksikan, dan ternyata tembikar itu berbentuk periuk belanga, dan mangkok dengan hiasan berupa garis-garis lurus, lekuk-lekuk yang dibentuk dengan goresan kayu kecil saat tembikar masih basah. Tembikar ini berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda cair. Pengetahuan lain yaitu membuat barang dari anyaman daun-daunan, serat pohon, atau serat kayu untuk menyimpan benda-benda padat. Anyaman-anyaman berbagi jenis daun pandan, batang bambu, rotan selain menghasilkan berbagai jenis keperluan rumah tangga, juga menghasilkan anyaman yang fungsinya sebagai alat pengangkut untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Seperti berbagai bentuk keranjang. Dasar pengetahuan anyam-mengayam inilah yang merupakan dasar dari cara-cara menenun membuat pakaian yang mempunyai prinsip menjalin bagian lurus/vertikal dengan bagian yang melintang/horizontal. Dari penemuan-penemuan tersebut, membuktikan bahwa selain nenek moyang bangsa Indonesia sudah hidup menetap, mereka juga telah memiliki pengetahuan/ketrampilan membuat barang-barang/anyaman-anyaman dari berbagai macam hasil alam yang ada disekitarnya. Dari sinilah dasar awal pengetahuan cara menenun hingga mengalami berbagai perkembangan modernisasi hingga saat ini.

sehingga nilai-nilai sejarah yang ada didalamnya tetap hadir dan bisa diketahui, dipahami, diserap dan diterima oleh masyarakat. Zaman dahulu kain tenun dibuat oleh suku Minahasa, dengan beragam Motif (Pinusu) yang dipercaya memiliki daya magis dan symbol kekuatan bagi masyarakatnya yang saat itu masih memiliki kepercayaan tradisional yaitu kepercayaan dengan memuja leluhur atau nenek moyang mereka. Motif-motif tersebut memiliki beragam arti dan makna secara filosofisnya, serta visualisasi yang unik jika bisa diterapkan sebagai sarana ekspresi pada objek disain. Hal inilah yang menjadi inspirasi untuk diterapkan pada Sentra Kerajinan Kain Tenun Bentenan Di Pusomaen. Pusomaen merupakan sebuah kecamatan baru di Minahasa Tenggara (dahulu bagian dari Kec. Belang-Minahasa Selatan), dimana sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan laut. Di dalam kecamatan tersebut terdapat sebuah desa yang menjadi cikal bakal pertama kali di buatnya kain Tenun Minahasa yaitu Desa Bentenan. Dari sinilah Kain tenun Minahasa, disebut sebagai kain Tenun Bentenan. Berdasarkan hal tersebut, maka diangkat sebuah konsep tema Arsitektur sebagai sarana ekspresi motif tenun Bentenan untuk di implikasikan ke dalam disain Sentra Kerajinan Kain Tenun Bentenan Di Pusomaen, dengan lokasi perancangannya, berada di kawasan yang berhadapan langsung dengan Laut Maluku, Di desa pertama kali kain tenun itu dibuat yaitu Desa Bentenan. Sejarah Persebaran Tenun Ikat Di Indonesia Kain tenun merupakan salah satu perlengkapan hidup manusia yang sudah dikenal sejak zaman prasejarah yang diperoleh dari perkembangan pakaian penutup badan setelah rumput-rumputan dan kulit kayu. Menurut para ahli yang mengadakan penelitian tentang persebaran tenun ikat membagi periodesasi persebaran Tenun ikat, yaitu: (a) tenun ikat lungsi (dikenal sejak zaman prasejarah, corak ragam hias pada pakaian berupa penggambaran nenek moyang, pohon hayat, binatang, dan sebagainya); (b) tenun ikat pakan (dikenal sesudah zaman prasejarah dan relative baru; (c)

APLIKASI MOTIF BENTENAN PADA BANGUNAN SENTRA KERAJINAN..... Pada periode berikutnya, masa perkembangan kebudayaan Dongson 700 tahun SM, disitu banyak diketemukan oleh para arkeologi, artifak perunggu. Pengetahuan ini dibawah oleh migrasi bangsa dari Asia tenggara ke Indonesia. Salah satu hasil kebudayaannya adalah nekara yang dipakai dalam upacara memanggil hujan sebagai genderang perang. Juga sebagai lambang kemakmuran. Permukaan nekara ini dihias dengan motif spiral, meander (segitiga), garis lurus, lingkaran dan lainnya. Unsur-Unsur Ragam Hias (motif) Dalam Tenun Ikat Di Indonesia Pengetahuan tentang seni ragam hias (motif), pada awalnya diterapkan pada nekaranekara perunggu yang dibawa nenek moyang bangsa Indonesia, hal ini berpengaruh pada seni ragam hias yang ada di Indonesia pada umumnya. Tidak hanya ragam hias tapi konsepsi tentang alam yang dianggap mempunyai kekuatan magis terbukti diterapkan sebagai ragam hias pada pakaian tenun Indonesia. Konsepsi unsur-unsur alam yang mempunyai kekuatan magis yang dikenal sejak zaman neolitikum adalah konsepsi dari agama atau kepercayaan tradisional masyarakatnya. Dimana alam dengan sekalian isinya sangat mempengaruhi kehidupan manusia dalam segala hasil karya manusia. Semua itu tercermin sebagai pengaruh unsur alam yang dianggap mempunyai kekuatan magis di sekelilingnya. Unsur alam yang mempunyai kekuatan magis itu antara lain beberapa jenis flora seperti reptil, kuda, udang yang melambangkan dunia bawah dan burung-burung melambangkan dunia atas dan fauna tertentu (bunga, pohon) serta alam berupa gunung, sungai, matahari, bintang. Setelah itu, manusia yang dianggap mempunyai kekuatan magis serta dipuja ialah nenek moyang atau leluhur yang menurunkan mereka. Dalam ragam hias unsur-unsur tadi diwujudkan dalam bentuk-bentuk geometris/abstraksi (seperti: bentuk kait, garis lurus, meander/segitiga, serta segi empat/belah ketupat), Dan khusus bentuk nenek moyang,bentuk fisiknya yang dominan kedua tangan dan kaki yang terbentang.

42

MOTIF DAN MAKNA FILOSOFI KAIN BENTENAN Motif-motif dari kain tenun Bentenan masingmasing memiliki makna filosofis dan bentuk geometri yang bermacam-macam(walaupun motifnya dari hasil analogi). Gambar Manusia (Tinonton) Pada pola gambar manusia ini, menggambarkan pemimpin dari semua dewa-dewi di negeri langit yaitu Muntu-Untu (Dewa), jelmaan dewa Matahari Toar dan Lingkan Wene (Dewi), jelmaan dewi Bumi Lumimuut atau dewi kesuburan. Turing Turing terbuat dari logam yang berbentuk huruf C. Hanya digunakan oleh kaum pria, sebagai tanda pemimpin. Turing ini digambarkan pada kain tenun yang khusus digunakan oleh para pria. Patola Nama Patola berasal dari nama pelabuhan Patolu di India, yang mengeksport kain tenun sutra ke Indonesia sejak abad ke 13, yang kemudian perdagangan kain ini direbut oleh Portugis. Dinamakan motif Patola karena sesuai dengan nama sejenis ular terbesar di Minahasa sawah mamengko (piton), melambangkan sebagai symbol dewi bumi (Lumimuut), memiliki warna kulit mirip kain sutra India. Maka ular piton Minahasa lalu dinamakan juga ular Patola. Ekor Ikan Ekor ikan juga digambarkan sebagai simbol kekuatan, karena tanpa ekor, maka ikan tidak dapat berenang. Pinaku = Paku = Pakis hutan Bentuk kuncup tumbuhan pakis hutan dianggap punya kekuatan untuk bertumbuh dari bentuk melengkung menjadi daun yang bercabangcabang. Serewung = Rewung = Rebung = Tunas Pohon Bambu Rewung Rebung yang mulanya hanya bentuk kerucut segitiga lalu tumbuh menjadi pohon bambu yang melambangkan kekuatan/kekokohan. Ekor Kuse (Kus-kus) Ekor Kuse (Kus-kus) dapat digunakan untuk bergelantungan (menggantung) di atas pohon

43

H. KAPUGU SENTRA KERAJINAN KAIN TENUN BENTENAN DI PUSOMAEN, MINAHASA TENGGARA (SULAWESI UTARA) Suatu pusat kawasan industri/lokasi yang membuat kerajinan dari bahan kain yang ditenun melalui ketrampilan tangan yang berasal dari desa Bentenan di Kecamatan Pusomaen bagian dari Kabupaten Minahasa Tenggara yang memiliki corak dan motif yang unik dari suku Minahasa. Sentra kerajinan kain tenun Bentenan merupakan sebuah wadah yang memproduksi serta memberikan pelatihan tenun bagi masyarakat dalam usaha dan melestarikan keberadaan kain tenun bentenan yang saat ini hampir mengalami kepunahan. Sentra kerajinan kain tenun Bentenan ini, mempresentasikan, merefleksikan, dan menginformasikan berbagai nilai-nilai filosofis dari kain tenun tersebut, sehingga nilai-nilai sejarah yang ada didalamnya tetap hadir dan bisa diketahui, dipahami, diserap dan diterima oleh masyarakat. Zaman dahulu kain tenun dibuat oleh suku Minahasa, dengan beragam Motif (Pinusu) yang dipercaya memiliki daya magis dan simbol kekuatan bagi masyarakatnya yang saat itu masih memiliki kepercayaan tradisional yaitu kepercayaan dengan memuja leluhur atau nenek moyang mereka. Motif-motif tersebut memiliki beragam arti dan makna secara filosofisnya, serta visualisasi yang unik jika bisa diterapkan sebagai sarana ekspresi pada objek disain. Hal inilah yang menjadi inspirasi untuk diterapkan pada Sentra Kerajinan Kain Tenun Bentenan Di Pusomaen. Berdasarkan hal tersebut, maka diangkat sebuah konsep tema Arsitektur sebagai sarana ekspresi motif tenun Bentenan untuk di aplikasikan pada disain Sentra Kerajinan Kain Tenun Bentenan Di Pusomaen, dengan lokasi perancangannya, berada di kawasan yang berhadapan langsung dengan Laut Maluku. Di desa Bentenan ini pertama kali kain tenun itu dibuat. Pusomaen merupakan sebuah kecamatan baru di Minahasa Tenggara (dahulu bagian dari Kec. Belang-Minahasa Selatan), dimana sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan laut.

dan dapat menahan seluruh tubuh binatang tersebut atau dengan kata lain sebagai tangan kelima melambangkan kekuatan. Lengkey Wanua (Motif Jala) Motif ini berhubungan dengan kepercayaan agama asli Minahasa dengan pola pemikiran Supranatural yang pralogis. Motif Lengkey Wanua Berasal dari kata (Lengkey =Tinggi diatas; Wanua = Negeri pemukiman), yang artinya bahwa roh manusia yang meninggal naik ke negeri langit (surga) dan akan menempati negeri pemukiman dengan ruang-ruang (kamar) kecil berbentuk segi empat, segi lima atau segi enam seperti sarang lebah yang berbentuk jala penangkap ikan. Gambar Bunga Motif bunga pada kain tenun Bentenan (Minahasa) masih terlalu rumit untuk dipecahkan, karena ada yang dilingkari segi empat/segi lima, bulatan, dan ada yang dilingkari titik-titik. Dari sebuah penelitian dipelajari bahwa bunga apa saja yang dipakai dalam upacara adat Minahasa tempo dulu, seperti ; Kembang sepatu, Tombaloi, Tungkara, dan bunga manggis yang diletakkan di atas nyiru. Dari penelitian itu diperoleh bahwa adanya hubungan bunga tertentu dengan rahim wanita sebagai simbol kesuburan. Motif Hias Pengisi Bidang Datar Dari penelitian, motif hias pengisi bidang datar ini nampaknya hanya sebagai hiasan dan tidak memiliki arti simbolisasi tertentu. Pada dasarnya masih banyak lagi motif hias kain tenun Bentenan (Kain Tenun Minahasa) yang belum dapat dipecahkan, walaupun telah dilakukan penelitian selama 30 tahun oleh seorang ahli sejarah dan Kebudayaan Minahasa yaitu bapak Yessy Wenas. Berbagai motif inilah yang akan dimasukkan ke dalam disain Sentra kerajinan kain tenun Bentenan yang dapat mensimbolkan/ memvisualisasikan kesan motif baik dari segi bentuk fisik maupun makna filosofis sifat yang terdapat pada motif kain tenun Bentenan.

APLIKASI MOTIF BENTENAN PADA BANGUNAN SENTRA KERAJINAN..... Di dalam kecamatan tersebut terdapat sebuah desa yang menjadi cikal bakal pertama kali di buatnya kain Tenun Minahasa yaitu Desa Bentenan. Dari sinilah Kain tenun Minahasa, disebut sebagai kain Tenun Bentenan. Fungsi Objek dalam Konteks Pewadahan, sebagai berikut: (a) sebagai Sarana produksi: Melakukan kegiatan yang menghasilkan kerajinan kain tenun Bentenan yang berkualitas; (b) sebagai sarana edukasi, memberikan pelatihan/pembelajaran/kursus menenun guna meningkatkan sumber daya manusia; (c) sebagai sarana informasi: Menjadi wadah yang dapat memberikan informasi tentang keberadaan/asalusul/sejarah kain tenun Bentenan; dan (d) sebagai sarana rekreasi, objek ini memberi kesempatan bagi para pengunjung untuk mencoba sendiri mengoperasikan alat tenun dalam beberapa saat untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sejarahnya, kain tenun bentenan pertama kali ditenun di daerah Kabupaten Minahasa Tenggara kecamatan Pusomaen Desa Bentenan. Untuk menghadirkan kembali image itu maka diadakan sentra kerajinan kain tenun di daerah tersebut sekaligus bisa mengangkat taraf hidup/tingkat perekonomian masyarakat di

44

Baik dari segi infrastruktur jalan maupun transportasi yang tersedia pada lokasi perancangan. Dari tinjauan arti tema Arsitektur sebagai sarana ekspresi motif tenun Bentenan di atas, maka dapat diambil pengertian bahwa objek disain ini, merupakan objek disain yang dihasilkan dari proses pengekspresian dari motif-motif yang ada pada kain tenun bentenan yang memiliki beragam makna sejarahnya, dan bentuk geometri yang unik. KONSEP BANGUNAN KERAJINAN KAIN TENUN BENTENAN DI PUSOMAEN Konsep Tapak dan Ruang Luar Ruang Luar pada objek ini dimanfaatkan untuk area parkir, taman dan kolam (Gambar 1). Area parkir ditempatkan pada sisi-sisi bangunan dengan pertimbangan mempermudah pengunjung dalam menjangkau masing-masing fasilitas yang ada pada sentra kerajinan kain tenun Bentenan tanpa mengesampingkan tingkat kenyamanan pemakai baik di luar ruangan maupun yang berada di dalam ruangan. Sirkulasi kendaraan diatur seefisien mungkin agar tidak menimbulkan kemacetan serta tidak mengganggu para pejalan kaki, dan untuk jalur pejalan kaki (pedestrian way) diberi penataan

Gambar 1. Ruang luar yang dimanfaatkan sebagai lahan parkir sekitarnya. Lokasi objek rancangan memiliki kemudahan dalam pencapaiannya. jalur hijau agar pengunjung bisa merasa aman dan nyaman (Gambar 2).

45

H. KAPUGU Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa roh manusia yang meninggal, akan naik ke negeri langit (surga) dan menempati negeri pemukiman dan ruang-ruang kecil berbentuk

Area terbuka hijau sangat penting untuk kesejukan atmosfer objek perancangan. Area ini di tempatkan di beberapa tempat, yaitu di area plaza utama (ditengah-tengah ke empat

Gambar 2. Sirkulasi pejalan kaki bangunan/fasilitas sentra), pada jalur hijau pengarah jalan masuk ke dalam site, serta pada area samping kanan site yang memiliki view potensial (karena berbatasan langsung dengan laut) Ada dua elemen yang berperan dalam pembentukan taman, yaitu elemen lunak (soft material) dan elemen keras (hard material). segi enam seperti sarang lebah atau jala penangkap ikan. Aplikasi arsitektural pada pola (bentuk) denah (Gambar 3). Filosofi lengkey wanua setiap manusia tidak akan mengetahui bagaimana kehidupan setelah mati namun, setiap manusia menyadari bahwa suatu hari kematian itu pasti akan datang dengan kata lain tidak bisa

Gambar 3. Aplikasi arsitektur pada bentuk denah bangunan Gubahan Massa Menggunakan motif Lengkey Wanua, yang arti: Berhubungan dengan kepercayaan agama asli Minahasa dengan pola pemikiran supranatural. Lengkey artinya Tinggi diatas sedangkan Wanua berarti negeri pemukiman. dilihat namun bisa dirasakan, pada dasarnya lay out (Blok plan) tidak bisa dilihat secara langsung oleh pengamat, pengamat hanya bisa merasakan keberadaannya melalui penempatan massa dan sirkulasi yang terbentuk.

APLIKASI MOTIF BENTENAN PADA BANGUNAN SENTRA KERAJINAN.....

46

Gambar 4. Pola Tinonton di dinding bangunanPerletakkan Massa Bangunan Motif gambar Manusia (Tinonton) yang menggambarkan semua pemimpin dari semua dewa dewi dinegeri langit yaitu Muntu-Untu (Dewa) jelmaan Dewa Matahari Toar dan Lingkan Wene (Dewi) jelmaan Dewi Bumi Lumimuut. Aplikasi Arsitektural, menggunakan titik-titik yang ada pada gambar manusia (lakilaki 1 titik dan perempuan 3 titik) yang transformasikan ke dalam jumlah bentuk massa bangunan dimana pada sentra terdapat 4 massa (fasilitas utama, fasilitas penunjang, fasialitas pengelola, dan fasilitas service). Keempat massa tersebut merupakan wujud dari titik-titik yang ada pada gambar Tinonton (Gambar 4). Penutup Bangunan Kusen Jendela menggunakan motif Kaiwu Patola. Aplikasi Arsitektural, hanya diambil hanya bentuk geometrinya saja, yaitu bentuk belah ketupat yang diaplikasikan pada bentuk kusen jendela, dimana terdapat bidang-bidang vertikal pada sisi kusen jendela yang memberi kesan tegas serta menyerupai visualisasi kain tenun yang memiliki garis-garis vertikal diantara motif-motifnya. Terdapat bidang-bidang vertikal pada samping kusen sebagai pemberi kesan tegas, serta menyerupai visualisasi sebuah kain tenun (Gambar 5). Kusen Pintu Motif Tolai Ikan (Ekor Ikan), bentuk Geometri, yang menyerupai 2 ekor ikan dengan belah ketupat ditengahnya dan saling simetris. Aplikasi Arsitektural, hanya pada bentuk geometrinya saja, yaitu bentuk 2 ekor ikan dengan belah ketupat ditengahnya dan saling simetris. Bentuk ini diaplikasikan pada kusen pintu yang ada pada sentra (Gambar 6). Tekstur dinding dan lantai Menggunakan Motif Kaiwu Patola, Tolai Ikan

Gambar 5. Bidang-bidang vertikal pada samping kusen sebagai pemberi kesan tegas, serta menyerupai visualisasi sebuah kain tenun

47

H. KAPUGU atau kawasan sama dengan filosofi seorang pemimpin yang selalu berada di bagian depan menjadi panutan bagi para pengikutnya (Gambar 7). KESIMPULAN Merancang suatu Sentra Kerajinan Kain Tenun Bentenan dengan mengusung tema Arsitektur Sebagai Sarana Ekspresi Motif Tenun Bentenan memiliki kesulitan tersendiri bagi penulis. Karena, selain harus mengerti dan memahami makna motif-motif dari kain tenun itu sendiri juga, ide-ide implementasi ke aspek

(Ekor Ikan) dan Pinaku Bentuk Geometri: Kaiwu Patola (Belah Ketupat), Tolai Ikan (menyerupai 2 ekor ikan dengan belah ketupat ditengahnya dan saling simetris), dan Pinaku (menyerupai huruf K). Aplikasi Arsitektural, dengan bentuk motif yang dihadirkan memberi kesan estetika tersendiri terhadap beberapa elemen arsitektural seperti, pada bentuk perkerasan maupun tekstur dindingnya yang diberi perbedaaan warna dan permainan tekstur agar tidak terkesan monoton dengan penggunaaan material alami seperti batu alam (Gambar 6).

Gambar 6. Konsep pintu gerbang yang selalu berada di bagian terdepan suatu bangunan Pintu Gerbang Mengaplikasikan Motif Turing. Artinya sebuah benda yang terbuat dari logam berbentuk huruf C yang hanya digunakan khusus oleh kaum pria sebagai tanda kepemimpinan. arsitekturalnya harus memiliki asosiasi logis sehingga motif yang diterapkan pada bangunan tidak terkesan hanya berupa Arsitektur Tempelan. Objek Perancangan ini selain bertujuan sebagai pusat produksi dan pelatihan

Gambar 7. Huruf C yang hanya digunakan khusus oleh kaum pria sebagai tanda kepemimpinan yang diaplikasikan di pintu gerbang. Aplikasi Arsitektural, yaitu dengan mentransformasikan ke dalam bentuk pintu gerbang. Karena konsep pintu gerbang yang selalu berada di bagian terdepan suatu bangunan kain tenun Bentenan juga mengemban misi memperkenalkan dan melestarikan keberadaan kain tenun Bentenan sebagai kain khas Sulawesi Utara Khususnya dari Tanah Minahasa.

APLIKASI MOTIF BENTENAN PADA BANGUNAN SENTRA KERAJINAN..... DAFTAR PUSTAKA Alinda, D. 2009. Sentra Kerajinan Kain Tenun Bentenan di Pusomaen: Arsitektur Sebagai Sarana Ekspresi Motif Tenun Bentenan. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado Neufert, E. 1980. Architects Data. Halsted Press. New York. Wenas, J. 2007. Sejarah dan Kebudayaan Minahasa. Institut Seni Budaya Sulawesi Utara.

48

ISSN 2085-7020