gubernur jawa timurarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/pergub_no._74_thn_2015_ttg...praktik...

24
- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7, Pasal 16, Pasal 18, Pasal 21, dan Pasal 37 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 7 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, perlu membentuk Peraturan Gubernur tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 7 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan Peraturan Negara Tahun1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan dalam Undang-UndangNomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan Peraturan Negara Tahun 1950); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun Republik Indonesia 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3821); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4279); 4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 5. Undang-Undang

Upload: phungdiep

Post on 10-May-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 1 -

GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR

NOMOR 74 TAHUN 2015

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7, Pasal 16,

Pasal 18, Pasal 21, dan Pasal 37 Peraturan Daerah Provinsi

Jawa Timur Nomor 7 Tahun 2014 tentang Tenaga

Kesehatan, perlu membentuk Peraturan Gubernur tentang

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi

Jawa Timur Nomor 7 Tahun 2014 tentang Tenaga

Kesehatan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan

Peraturan Peraturan Negara Tahun1950) sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun

1950 tentang Perubahan dalam Undang-UndangNomor

2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan Peraturan Negara

Tahun 1950);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun

Republik Indonesia 1999 Nomor 42, Tambahan

Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3821);

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran

NegaraRepublik Indonesia Nomor 4279);

4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4431);

5. Undang-Undang

Page 2: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 2 -

5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5038);

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5063);

8. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5072);

9. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5494);

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana

telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

11. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5607);

12. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang

Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 307,Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5612);

13. Peraturan

Page 3: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 3 -

13. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang

Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian

Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5612) sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan

dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 164);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang

Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi Calon Pegawai

Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2005 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4561)sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun

2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi

Calon Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 91, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4743);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5044);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5135);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang

Sistem Informasi Kesehatan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 126, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5542);

18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 971 Tahun 2009

tentang Jabatan Struktural di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan;

19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 299 Tahun 2010

tentang Penyelenggaraan Program Dokter Internsip dan

Penempatan Dokter Pasca Internsip;

20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340 Tahun 2010

tentang Klasifikasi Rumah Sakit;

21. Peraturan

Page 4: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 4 -

21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

52/MENKES/PER/X/2011 tentang Izin Praktik dan

Pelaksanaan Praktik Kedokteran;

22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2013

tentang Kriteria Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terpencil,

Sangat Terpencil, dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Yang Tidak Diminati;

23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2013

tentang Pedoman Pengangkatan Dokter dan Bidan

Sebagai Pegawai Tidak Tetap;

24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2013

tentang Penugasan Khusus Residen Senior;

25. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga

Kerja Asing;

26. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013

tentang Registrasi Tenaga Kesehatan;

27. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2013

tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara

Asing;

28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

29. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;

30. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek;

31. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2014

tentang Registrasi Tenaga Kesehatan;

32. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014

tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;

33. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;

34. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Nomor 61 Tahun

2014, Menteri Dalam Negeri Nomor 68 Tahun 2014,

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 08/SKB/Menpan-RB/10/ 2014,

tentang Perencanaan dan Pemerataan Tenaga Kesehatan

di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah

Daerah;

35. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;

36. Peraturan

Page 5: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 5 -

36. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 7 Tahun

2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Daerah

Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 Nomor 7 Seri D,

Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur

Nomor 43);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PETUNJUK

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA

TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA

KESEHATAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten/Kota

di Jawa Timur.

2. Provinsi adalah Provinsi Jawa Timur.

3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Daerah Provinsi

Jawa Timur.

4. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.

5. Dinas adalah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

6. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota di Jawa Timur.

7. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota di Jawa Timur.

8. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kesehatan.

9. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan

diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan

dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

10. Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta

memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui

pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma

Tiga.

11. Fasilitas

Page 6: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 6 -

11. Fasilitas Pelayanan Kesehatana dalah suatu alat dan/atau

tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,

maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

12. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan

tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi bidang

Kesehatan.

13. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga

Kesehatan yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi atau

Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu

lain serta mempunyai pengakuan secara hukum untuk

menjalankan praktik.

14. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR

adalah bukti tertulis yang diberikan oleh konsil masing-

masing Tenaga Kesehatan kepada Tenaga Kesehatan yang

telah diregistrasi.

15. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah

bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota kepada Tenaga Kesehatan sebagai

pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik.

16. Standar Profesi adalah batasan kemampuan minimal

berupa pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

professional yang harus dikuasai dan dimiliki oleh seorang

individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya

pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh

organisasi profesi bidang kesehatan.

17. Standar Prosedur Operasional yang selanjutnya disingkat

SOP adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah

yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin

tertentu dengan memberikan langkah yang benar

dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk

melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan

yang dibuat oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan

berdasarkan Standar Profesi.

18. Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia yang selanjutnya

disingkat MTKI adalah lembaga untuk dan atas nama

Menteri yang berfungsi menjamin mutu tenaga kesehatan

dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terdiri dari

unsur kementerian dan organisasi profesi kesehatan.

19. Majelis

Page 7: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 7 -

19. Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi yang selanjutnya

disingkat MTKP adalah lembaga yang membantu

pelaksanaan tugas MTKI.

20. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia adalah lembaga yang

melaksanakan tugas secara independen yang terdiri atas

konsil masing-masing Tenaga Kesehatan.

21. Organisasi Profesi adalah wadah untuk berhimpun Tenaga

Kesehatan yang seprofesi.

22. Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan adalah badan

yang dibentuk oleh Organisasi Profesi untuk setiap

cabang disiplin ilmu kesehatan yang bertugas mengampu

dan meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin ilmu

tersebut.

23. Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing adalah warga

negara asing yang memiliki pengetahuan dan/atau

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan

yang diakui oleh Pemerintah.

24. Pengguna Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing adalah

institusi, lembaga atau organisasi yang berbadan hukum

dan telah memiliki izin mendayagunakan Tenaga

Kesehatan Warga Negara Asing untuk melakukan

kegiatan upaya kesehatan dengan membayar upah atau

imbalan dalam bentuk lain.

25. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang

selanjutnya disingkat RPTKA adalah rencana penggunaan

Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing pada jabatan

tertentu yang dibuat oleh Pengguna untuk jangka waktu

tertentu.

26. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya

disingkat IMTA adalah izin tertulis yang diberikan oleh

Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang ketenagakerjaan atau Pejabat yang ditunjuk

kepada pengguna tenaga kerja asing.

27. Daerah tidak diminati adalah daerah yang bukan

merupakan daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan

dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki

kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan tenaga dokter,

dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.

28. Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis

Kompetensi yang selanjutnya disingkat dengan PPDS-BK

adalah para dokter umum yang mengikuti pendidikan

Dokter Spesialis dan mendapatkan bantuan biaya

pendidikan.

29. Pegawai

Page 8: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 8 -

29. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang

selanjutnya disingkat PPPK adalah Warga Negara

Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat

berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu

untuk menjalankan tugas pemerintahan.

30. Internsip adalah proses pemantapan mutu profesi dokter

untuk menerapkan kompetensi yang diperoleh selama

pendidikan, secara terintegrasi, komprehensif, mandiri,

serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga,

dalam rangka pemahiran dan penyelarasan antara hasil

pendidikan dengan praktik di lapangan.

31. Sumber Daya Manusia Kesehatan yang selanjutnya

disingkat SDMK adalah Tenaga Kesehatan (termasuk

Tenaga Kesehatan strategis) dan tenaga pendukung/

penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta

mengabdikan dirinya dalam upaya dan manajemen

kesehatan.

32. Badan adalah lembaga pendidikan dan pelatihan Tenaga

Kesehatan milik pemerintah maupun swasta yang

terakreditasi.

33. Penugasan khusus adalah pendayagunaan secara khusus

Sumber Daya Manusia Kesehatan dalam kurun waktu

tertentu guna meningkatkan akses dan mutu pelayanan

kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan di daerah

tertinggal, perbatasan dankepulauan daerah bermasalah

kesehatan, serta Rumah Sakit Kelas C dan Kelas D di

Kabupaten yang memerlukan pelayanan medik

spesialistik.

34. Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Perizinan Terpaduyang

selanjutnya disingkat UPT P2T adalah Unit Pelaksana

Teknis Badan Penanaman Modal Provinsi Jawa Timur

yang menyelenggarakan pelayanan perizinan dan non

perizinan di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa

Timur.

B A B II

PERENCANAAN

Bagian Kesatu

Pemetaan

Pasal 2

(1) Dalam rangka memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan,

Gubernur menyusun dan menetapkan perencanaan tenaga

kesehatan.

(2) Gubernur

Page 9: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 9 -

(2) Gubernur dalam menyusun dan menetapkan perencanaan

Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

a. jenis, kualifikasi, jumlah, dan distribusi Tenaga

Kesehatan berdasarkan analisis jabatan dan analisis

beban kerja;

b. penyelenggaraan upaya kesehatan;

c. ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan;

d. kemampuan pembiayaan;

e. kondisi geografis;

f. sosial budaya;

g. formasi Tenaga Kesehatan; dan

h. masalah kesehatan di daerah.

Pasal 3

(1) Dalam melaksanakan perencanaan Tenaga Kesehatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Gubernur

menugaskan Dinas untuk menyusun perencanaan Tenaga

Kesehatan secara berjenjang berdasarkan ketersediaan

Tenaga Kesehatan serta kebutuhan penyelenggaraan

pembangunan dan upaya kesehatan.

(2) Perencanaan Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan melalui pemetaan Tenaga

Kesehatan.

Pasal 4

(1) Pemetaan Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (2), dilakukan dengan cara pendataan

terhadap:

a. jumlah dan jenis Tenaga Kesehatan;

b. fasilitas pelayanan kesehatan; dan

c. wilayah.

(2) Pemetaan Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan informasi SDMK yang menjadi bagian

dari Sistem Informasi Kesehatan.

(3) Sistem Informasi SDMK sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disusun berdasarkan laporan data SDMK dari

Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pasal 5

Page 10: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 10 -

Pasal 5

(1) Dalam rangka mendukung Sistem Informasi Kesehatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), setiap

fasilitas pelayanan kesehatan wajib melaporkan data SDMK

kepada Pemerintah Kabupaten/Kota.

(2) Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib melaporkan informasi SDMK yang disusun

dalam bentuk dokumen kepada Gubernur melalui Dinas.

(3) Informasi SDMK sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

meliputi:

a. data keadaan SDMK;

b. data kebutuhan SDMK; dan

c. hasil pengkajian SDMK.

(4) Format dokumen Laporan SDMK sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran I yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Gubernur ini.

Bagian Kedua

Jenis Tenaga Kesehatan

Pasal 6

(1) Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4, terdiri dari:

a. tenaga medis;

b. tenaga psikologi klinis;

c. tenaga keperawatan;

d. tenaga kebidanan;

e. tenaga kefarmasian;

f. tenaga kesehatan masyarakat;

g. tenaga kesehatan lingkungan;

h. tenaga gizi;

i. tenaga keterapian fisik;

j. tenaga keteknisian medis;

k. tenaga teknik biomedika;

l. tenaga kesehatan tradisional; dan

m. tenaga kesehatan lain

(2) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan

dokter gigi spesialis.

(3) Jenis

Page 11: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 11 -

(3) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga psikologi klinis sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b adalah psikologi klinis.

(4) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c terdiri atas berbagai jenis perawat.

(5) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d adalah bidan.

(6) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf e terdiri atas apoteker dan tenaga teknis

kefarmasian.

(7) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf f terdiri atas epidemiolog kesehatan,

tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing

kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan

kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan, serta

tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga.

(8) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf g terdiri atas tenaga sanitasi

lingkungan, entomolog kesehatan, dan mikrobiolog

kesehatan.

(9) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h

terdiri atas nutrisionis dan dietisien.

(10) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga keterapian fisik sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf i terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis, terapis

wicara, dan akupunktur.

(11) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga keteknisian medis sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf j terdiri atas perekam medis dan informasi

kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan

darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi,

penata anestesi, terapis gigi dan mulut, dan audiologis.

(12) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga teknik biomedika sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf k terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli

teknoiogi laboratorium medik, fisikawan medik,

radioterapis, dan ortotik prostetik.

(13) Jenis

Page 12: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 12 -

(13) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok

Tenaga Kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf l terdiri atas tenaga kesehatan

tradisional ramuan dan tenaga kesehatan tradisional

keterampilan.

(14) Jenis tenaga kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf m sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

Bagian Ketiga

Pengadaan dan Peningkatan Mutu

Pasal 7

(1) Dalam rangka memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan

yang profesional, Gubernur melakukan pengadaan Tenaga

Kesehatan.

(2) Pengadaan Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat dilakukan melalui penerimaan Tenaga

Kesehatan.

Pasal 8

(1) Penerimaan Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2) dilakukan melalui:

a. Penerimaan Tenaga Kesehatan yang berstatus PNS; dan

b. Penerimaan Tenaga Kesehatan yang berstatus non PNS.

(2) Penerimaan Tenaga Kesehatan yang berstatus PNS dan non

PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 9

(1) Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan,

Gubernur melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap

Tenaga Kesehatan.

(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan oleh Dinas dan/atau Badan.

(3) Kepala Dinas melakukan akreditasi terhadap Badan

dengan melibatkan konsil masing-masing Tenaga

Kesehatan dan Organisasi Profesi.

Pasal 10

Page 13: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 13 -

Pasal 10

(1) Setiap badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

ayat (2) yang akan menyelenggarakan pendidikan pelatihan

teknis dan fungsional Tenaga Kesehatan harus mengajukan

permohonan kepada Kepala Dinas dengan melampirkan:

a. Kerangka Acuan;

b. Kurikulum pelatihan;

c. Narasumber;

d. Jadual pelatihan; dan

e. Evaluasi pelatihan.

(1) Kepala Dinas menunjuk pejabat yang membidangi

pendidikan dan pelatihan untuk melakukan verifikasi

terhadap permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1).

(2) Berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diterbitkan Keputusan Kepala Dinas tentang

Penyelenggaraan Pelatihan Bidang Kesehatan Terakreditasi.

Pasal 11

Bagi peserta pendidikan dan pelatihan Bidang Kesehatan

pada Dinas atau Badan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 dan telah memenuhi syarat kelulusan diberikan

sertifikat.

Bagian Keempat

Penempatan

Pasal 12

(1) Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan pemerataan

Tenaga Kesehatan, Gubernur melakukan penerimaan dan

penempatan Tenaga Kesehatan melalui:

a. pengangkatan Pegawai Negeri SipilTenaga Kesehatan;

b. pengangkatan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian

Kerja; dan/atau

c. penugasan khusus.

(2) Pemenuhan kebutuhan Tenaga Kesehatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar

Tenaga Kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan

berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Standar

Page 14: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 14 -

(3) Standar Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) meliputi Standar Minimal Tenaga Kesehatan dan

pengembangan pelayanan kesehatan.

(4) Standar Minimal Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran II yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Gubernur ini.

Pasal 13

(1) Gubernur dapat melakukan penempatan Tenaga Kesehatan

di fasilitas pelayanan kesehatan milik Pemerintah Provinsi

dan fasilitas pelayanan kesehatan tertentu yang

diselenggarakan masyarakat.

(2) Penempatan Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan

yang bersifat sosial berdasar hasil pemetaan tenaga

kesehatan.

Pasal 14

(1) Dalam rangka memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan

didaerah tertentu dan daerah tidak diminati, Gubernur

melakukan penempatan khusus Tenaga Kesehatan melalui

penugasan khusus.

(2) Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi :

a. Dokter spesialis;

b. Dokter gigi spesialis;

c. Dokter residen senior; dan

d. Tenaga Kesehatan yang dibutuhkan.

(3) Daerah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memiliki kriteria sebagai berikut:

a. daerah tertinggal yaitu daerah Kabupaten yang kurang

berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala

Provinsi dan berpenduduk tertinggal;

b. daerah kepulauan yaitu daerah pulau-pulau kecil

berpenduduk termasuk pulau-pulau kecil terluar;

c. daerah bermasalah kesehatan yaitu daerah kabupaten

atau kota yang mempunyai Indeks Pembangunan

Kesehatan Masyarakat (IPKM) dibawah rerata dan

proporsi penduduk miskinnya lebih tinggi dari rerata

atau kabupaten/kota yang memiliki masalah kesehatan

khusus.

(4) Daerah

Page 15: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 15 -

(4) Daerah tidak diminati sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan daerah dengan kriteria:

a. tidak ada peminat untuk bertugas difasilitas pelayanan

kesehatan walaupun telah disediakan formasi oleh

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah;

b. tidak terpenuhinya formasi melalui pengangkatan CPNS;

c. tidak ada tenaga yang dibutuhkan dengan usia lulusan

dibawah ketentuan pengangkatan CPNS;

d. berada di daerah rawan bencana dan konflik; dan/atau

e. memerlukan Tenaga Kesehatan tertentu sesuai

kebutuhan.

Pasal 14

Masa berlaku penugasan khusus bagi Tenaga Kesehatan yang

ditempatkan di daerah tertentu sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (1) adalah sebagai berikut:

a. Dokter pasca pendidikan spesialis yang akan

melaksanakan praktik kedokteran di Provinsi wajib

melaksanakan penugasan khusus selama 2 (dua) tahun di

fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk Pemerintah

Provinsi;

b. Dokter residen senior dan Tenaga Kesehatan yang

melaksanakan praktik keprofesian di Provinsi dapat

melaksanakan penugasan khusus paling lama 6 (enam)

bulan di fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk

Pemerintah Provinsi.

Pasal 15

(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang diberi penugasan khusus

memperoleh hak, antara lain:

a. tempat tinggal atau rumah dinas;

b. tunjangan khusus;

c. kenaikan pangkat istimewa;

d. pengembangan karier;

e. perlindungan dalam pelaksanaan tugas; dan/atau

f. hak lain yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

(2) Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b, antara lain berupa tunjangan perbaikan

penghasilan, insentif, dan/atau bantuan transport.

(3) Pembiayaan

Page 16: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 16 -

(3) Pembiayaan atas hak yang diberikan bagi Tenaga

Kesehatan yang mendapat penugasan khusus sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota, dan

sumber pembiayaan lainnya sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 16

(1) Dalam rangka melakukan pemenuhan dan/atau

pemerataan kebutuhan Tenaga Kesehatan di daerah,

Gubernur dapat menetapkan pola ikatan dinas kepada

Tenaga Kesehatan yang memperoleh beasiswa dari daerah.

(2) Pola ikatan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat berupa:

a. tugas kembali ke instansi asal;

b. tugas di daerah asal; atau

c. tugas di daerah tertentu sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (3).

Bagian Kelima

Mutasi

Pasal 17

(1) Gubernur berwenang melakukan mutasi tenaga kerja antar

Kabupaten/Kota dengan tujuan:

a. memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan pada fasilitas

pelayanan kesehatan; dan/atau

b. pengembangan karier (promosi)

(2) Mutasi Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan

fasilitas pelayanan kesehatan yang jumlah Tenaga

Kesehatannya belum memenuhi standar.

(3) Pengembangan karier Tenaga Kesehatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dilakukan melalui

promosi jabatan struktural dan/atau alih jenjang jabatan

fungsional.

(4) Mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

oleh Gubernur setelah berkoordinasi dengan Kabupaten/

Kota.

Pasal 18

Page 17: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 17 -

Pasal 18

(1) Gubernur/Bupati/Walikota dalam melakukan mutasi

Tenaga Kesehatan untuk menduduki jabatan struktural di

bidang kesehatan harus memperhatikan:

a. kompetensi dasar;

b. kompetensi bidang; dan

c. kompetensi khusus.

(2) Kompetensi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, meliputi:

a. integritas;

b. kepemimpinan;

c. perencanaan;

d. penganggaran;

e. pengorganisasian; dan

f. kerjasama.

(3) Kompetensi bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b, meliputi:

a. orientasi pada pelayanan;

b. orientasi pada kualitas;

c. berfikir analitis;

d. berfikir konseptual;

e. keahlian teknikal, manajerial, dan profesional; dan

f. inovasi.

(4) Kompetensi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c, meliputi:

a. pendidikan;

b. pelatihan; dan/atau

c. pengalaman jabatan

(5) Standar Kompetensi Khusus bagi pejabat struktural di

bidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 19

(1) Gubernur/Bupati/Walikota dalam melakukan mutasi bagi

Tenaga Kesehatan yang akan menduduki jabatan

fungsional harus memperhatikan:

a. kompetensi jabatan fungsional kesehatan; dan

b. Standar Tenaga Kesehatan pada fasilitas kesehatan.

(2) Kompetensi jabatan fungsional kesehatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a ditentukan sesuai dengan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(3) Standar

Page 18: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 18 -

(3) Standar Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada

ayat(1) huruf b berupa standar minimal Tenaga Kesehatan

sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (3).

Pasal 20

Mutasi tenaga fungsional yang merupakan alih jenjang jabatan

fungsional dari terampil ke ahli harus memiliki ijazah yang

linier dan telah lulus diklat keahlian.

Pasal 21

(1) Dalam rangka pemenuhan dan pemerataan Tenaga

Kesehatan antar Kabupaten/Kota, Gubernur melakukan

redistribusi Tenaga Kesehatan dengan cara menempatkan

kembali Tenaga Kesehatan dari fasilitas pelayanan

kesehatan yang memiliki kelebihan Tenaga Kesehatan ke

fasilitas pelayanan kesehatan yang kekurangan Tenaga

Kesehatan.

(2) Pelaksanaan redistribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

(3) Redistribusi Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) harus memperhatikan ketersediaan sarana

dan prasarana serta jenis Tenaga Kesehatan yang

disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.

(4) Dalam hal pelaksanaan redistribusi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) belum dapat memenuhi kebutuhan Tenaga

Kesehatan, Gubernur dapat melakukan distribusi Tenaga

Kesehatan pada Kabupaten/Kota yang kekurangan Tenaga

Kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan.

BAB III

TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING

Pasal 22

(1) Dalam rangka memenuhi kekurangan Tenaga Kesehatan di

daerah, Gubernur dapat mendayagunakan Tenaga

Kesehatan WNA.

(2) Dalam

Page 19: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 19 -

(2) Dalam pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara

Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur

memiliki tugas dan tanggungjawab untuk:

a. melakukan pemantauan pendayagunaan Tenaga

Kesehatan Warga Negara Asing skala provinsi;

b. melaporkan hasil pemantauan pendayagunaan Tenaga

Kesehatan Warga Negara Asing kepada Menteri dengan

tembusan Bupati/Walikota;

c. menilai kelayakan fasilitas pelayanan kesehatan

Pengguna; dan

d. memberikan perpanjangan RPTKA dan IMTA bagi

pengguna Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing yang

bekerja lintas kabupaten/kota di wilayah Provinsi.

Pasal 23

(1) Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang akan

mempekerjakan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing

wajib memiliki pengesahan RPTKA.

(2) Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diajukan kepada Menteri yang menangani ketenagakerjaan.

(3) Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) fasilitas pelayanan kesehatan

harus mengajukan permohonan rekomendasi kepada

Menteri.

(4) Menteri dalam memberikan rekomendasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) meminta pertimbangan Gubernur

dan/atau Bupati/Walikota secara berjenjang.

(5) Dalam memberikan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (4), Gubernur dan/atau Bupati/Walikota

melakukan penilaian kelayakan fasilitas pelayanan

kesehatan Pengguna Tenaga Kesehatan Warga Negara

Asing.

Pasal 24

(1) Dalam pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara

Asing di daerah, Gubernur melakukan pemantauan dan

pengawasan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing

berdasarkan IMTA.

(2) Pemantauan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dilaksanakan oleh Kepala Dinas dengan

melibatkan Organisasi Profesi.

(3) Hasil

Page 20: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 20 -

(3) Hasil pemantauan dan pengawasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), dilaporkan kepada Menteri dan Menteri yang

membidangi ketenagakerjaan dengan tembusan Bupati/

Walikota.

Pasal 25

(1) Pengguna Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing yang

melakukan pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga

Negara Asing wajib melakukan perpanjangan RPTKA dan

IMTA sesuai dengan peraturan perundang-undangan di

bidang ketenagakerjaan.

(2) Gubernur berwenang melaksanakan perpanjangan RPTKA

dan IMTA bagi Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing yang

bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan antar Kabupaten/

Kota.

(3) Gubernur melimpahkan kewenangan perpanjangan RPTKA

dan IMTA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada

UPT P2T.

(4) Dalam melakukan perpanjangan RPTKA dan IMTA

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) UPT P2T wajib

memperhatikan hasil pemantauan Tenaga Kesehatan

Warga Negara Asing yang telah dilakukan oleh Kepala

Dinas.

(5) Bupati/Walikota yang berwenang melakukan perpanjangan

RPTKA dan IMTA wajib memperhatikan laporan hasil

pemantauan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing yang

dilakukan oleh Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada

ayat (4).

BAB IV

SURAT TANDA REGISTRASI

Pasal 26

(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang akan menjalankan

pekerjaan dan/atau praktik keprofesiannya di wilayah

provinsi wajib memiliki STR.

(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk

jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

(3) Selama

Page 21: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 21 -

(3) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh

Gubernur bagi Tenaga Kesehatan lulusan Jawa Timur

dan/atau telah bekerja di Jawa Timur.

(4) Untuk mendapatkan STR sebagaimana dimaksud pada

ayat (3), Tenaga Kesehatan harus mengajukan permohonan

melalui UPT P2T.

(5) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) harus dilengkapi dengan persyaratan sebagai

berikut:

a. foto copy ijazah yang dilegalisir;

b. foto copy Sertifikat Uji Kompetensi;

c. rekomendasi dari Organisasi Profesi;

d. surat pengantar dari MTKP Jawa Timur; dan

e. pas foto latar belakang merah dengan ukuran 4 x 6,

sebanyak dua lembar.

(6) Terhadap tenaga kesehatan lulusan luar Jawa Timur yang

sudah bekerja di Jawa Timur selain harus memenuhi

persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus

melampirkan foto copy surat perjanjian kerja atau

keputusan pengangkatan dari pejabat yang berwenang.

(7) Dalam hal pengajuan permohonan telah memenuhi syarat

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6)

diterbitkan STR dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)

hari sejak permohonan diterima.

BAB V

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 27

Dalam melakukan penegakan hukum administrasi, Gubernur

dapat menerapkan sanksi administrasi terhadap pelanggaran

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 7 Tahun 2014

yang meliputi:

a. pelanggaran oleh Dokter pasca internsip dan pasca

pendidikan spesialis yang tidak melaksanakan penugasan

khusus selama 2 (dua) tahun di fasilitas pelayanan

kesehatan yang ditunjuk Pemerintah Provinsi;

b. pelanggaran oleh TK- WNA yang bekerja di Indonesia tanpa

disertai dengan STR;

c. pelanggaran oleh Tenaga Kesehatan yang bekerja tanpa

dilengkapi dengan STR;

d. pelanggaran

Page 22: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 22 -

d. pelanggaran oleh Tenaga Kesehatan yang melakukan

pelayanan kesehatan tanpa memiliki SIP;

e. pelanggaran oleh penyelenggara fasilitas pelayanan

kesehatan yang mempekerjakan Tenaga Kesehatan yang

tidak mempunyai SIP; dan

f. pelanggaran oleh Tenaga Kesehatan yang dalam

menjalankan pekerjaan dan/atau praktik keprofesiannya

tidak melaksanakan kewajibannya.

Pasal 28

Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dapat

diketahui melalui:

a. pengawasan yang dilakukan instansi yang berwenang; atau

b. pengaduan masyarakat.

Pasal 29

(1) Penerapan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 27, dapat berupa:

a. teguran tertulis;

b. paksaan pemerintahan;

c. denda administrasi; dan/atau

d. pencabutan Izin.

(2) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, diterapkan kepada:

a. Tenaga Kesehatan yang melakukan pelanggaran

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a, huruf b,

huruf c, huruf d, dan huruf f; dan/atau

b. penanggung jawab fasilitas pelayanan kesehatan yang

melakukan pelanggaran terhadap Pasal 27 huruf e.

(3) Paksaan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b diterapkan apabila Tenaga Kesehatan atau

penanggung jawab fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak

menghiraukan teguran tertulis sebagaimana dimaksud

pada ayat (2).

(4) Pengenaan denda administrasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c diterapkan apabila Tenaga Kesehatan

atau penanggungjawab fasilitas pelayanan kesehatan

mengalami keterlambatan dalam melaksanakan sanksi

paksaan pemerintahan.

(5) Pencabutan

Page 23: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 23 -

(5) Pencabutan Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d diterapkan apabila Tenaga Kesehatan atau

penanggung jawab fasilitas pelayanan kesehatan:

a. tidak melaksanakan sebagian besar atau seluruh

paksaan pemerintah yang telah diterapkan dalam waktu

tertentu; dan/atau

b. telah menyebabkan terjadinya tindakan yang

membahayakan keselamatan dan kesehatan manusia.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 30

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan

penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Timur.

Ditetapkan di Surabaya

pada tanggal 21 Desember 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR

ttd

Dr. H. SOEKARWO

LAMPIRAN I

Page 24: GUBERNUR JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7734/PerGub_No._74_Thn_2015_ttg...Praktik Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

- 24 -

Diundangkan di Surabaya

pada tanggal Desember 2015

an. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI

JAWA TIMUR

Kepala Biro Hukum

ttd

Dr. HIMAWAN ESTU BAGIJO, SH.,MH

Pembina Tingkat I

NIP. 19640319 198903 1 001

BERITA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 NOMOR 74 SERI E