gubernur bali peraturan daerah provinsi bali nomor … · wilayah pesisir adalah daerah peralihan...
TRANSCRIPT
GUBERNUR BALI
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI
NOMOR ... TAHUN ….
TENTANG
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PROVINSI BALI TAHUN 2020-2040
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (5)
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Bali
Tahun 2020-2040;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1649); 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5490);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966); 7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5214);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 294, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5603);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang
Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2014 tentang
Penataan Wilayah Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5574);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5941); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2017 tentang
Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 225, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6133); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6215); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2019 tentang
Rencana Tata Ruang Laut (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6345); 20. Peraturan Presiden Nomor 121 Tahun 2012 tentang
Rehabilitasi di Wilayah Pesisir dan Pulau–Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 266);
21. Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau–Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 267);
22. Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2016 tentang Batas
Sempadan Pantai (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 757);
23. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20
Tahun 2014 tentang Tata Cara dan Prosedur Penetapan Lokasi Bandar Udara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 113); 24. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 07/PRT/M/2015 tentang Pengamanan Pantai (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 532);
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80
Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 157); 26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 01/PRT/M/2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 139); 27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2016
tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 464); 28. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 23/PERMEN-KP/2016 tentang Perencanaan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1138);
29. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 89); 30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 116 Tahun 2017
tentang Koordinasi Penataan Ruang Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1854);
31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2019 tentang Tata Cara Peran Masyarakat dalam Perencanaan Tata Ruang di Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 167); 32. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 24/PERMEN-KP/2019 tentang Tata Cara Pemberian Izin Lokasi Perairan Perairan dan Izin
Pengelolaan Perairan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 758);
33. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 25/PERMEN-KP/2019 tentang Izin Pelaksanaan
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau–Pulau Kecil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 776);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI
dan
GUBERNUR BALI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA ZONASI
WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI
BALI TAHUN 2020 – 2040.
BAB I KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat. 2. Provinsi adalah Provinsi Bali.
3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Bali. 4. Gubernur adalah Gubernur Bali. 5. Kabupaten/Kota adalah kabupaten dan kota di Provinsi Bali.
6. Tri Hita Karana adalah tiga unsur keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia,
dan manusia dengan lingkungannya yang dapat mendatangkan kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia.
7. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disingkat PWP-3-K adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil antarsektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara Ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan
manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan Masyarakat. 8. Perencanaan PWP-3-K adalah suatu proses penyusunan
tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang ada dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan Wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu.
9. Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disingkat RSWP-3-K adalah rencana yang memuat arah
kebijakan lintas sektor untuk Kawasan perencanaan pembangunan melalui penetapan tujuan, sasaran dan strategi yang luas, serta target pelaksanaan dengan indikator yang tepat untuk memantau rencana
tingkat nasional.
10. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya
disingkat RZWP-3-K adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan
penetapan struktur dan pola Ruang pada Kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 11. Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
selanjutnya disingkat RPWP-3-K adalah rencana yang memuat susunan kerangka kebijakan, prosedur, dan tanggung jawab dalam rangka
pengoordinasian pengambilan keputusan di antara berbagai lembaga/instansi pemerintah mengenai kesepakatan penggunaan sumber daya atau kegiatan pembangunan di Zona yang ditetapkan.
12. Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disingkat RAPWP-3-K adalah tindak lanjut rencana PWP-3-K
yang memuat tujuan, sasaran, anggaran, dan jadwal untuk satu atau beberapa tahun ke depan secara terkoordinasi untuk melaksanakan
berbagai kegiatan yang diperlukan oleh instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pemangku kepentingan lainnya guna mencapai hasil Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di setiap
Kawasan perencanaan. 13. Wilayah adalah Ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
14. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
15. Kawasan adalah bagian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
memiliki fungsi tertentu dan ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan
keberadaannya. 16. Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan,
organisme dan non organisme lain serta proses yang menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas.
17. Populasi Ikan adalah kelompok jenis ikan tertentu yang secara alami dan dalam jangka panjang memiliki kecenderungan untuk mencapai
keseimbangan secara dinamis sesuai dengan kondisi habitat beserta lingkungannya.
18. Garis Pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi.
19. Perairan Pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi
perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari Garis Pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk,
perairan dangkal, rawa payau, dan laguna. 20. Ruang adalah wadah yang meliputi Ruang darat, Ruang laut, dan Ruang
udara, termasuk Ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan Wilayah tempat manusia dan makhluk lain hidup melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.
21. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan Ekosistemnya.
22. Pulau-Pulau Kecil adalah kumpulan beberapa pulau kecil yang membentuk kesatuan Ekosistem dengan perairan di sekitarnya.
23. Pulau Kecil Terluar adalah Pulau Kecil yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional.
24. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik Pemanfaatan Ruang
melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung
sebagai satu kesatuan dalam Ekosistem pesisir. 25. Alokasi Ruang adalah distribusi peruntukkan Ruang di Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil.
26. Zona adalah Ruang yang penggunaannya disepakati bersama antara berbagai pemangku kepentingan dan telah ditetapkan status
hukumnya. 27. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur Ruang
dan pola Ruang sesuai dengan Rencana Zonasi melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
28. Kawasan Pemanfaatan Umum adalah bagian dari Wilayah laut yang
ditetapkan peruntukkannya bagi berbagai sektor kegiatan yang setara dengan Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Perundang-undangan di bidang penataan Ruang. 29. Kawasan Konservasi adalah Kawasan laut dengan ciri khas tertentu
yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan Ruang laut secara berkelanjutan yang setara dengan Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perundang-undangan di bidang penataan
Ruang. 30. Kawasan Strategis Nasional Tertentu yang selanjutnya disingkat dengan
KSNT adalah Kawasan yang terkait dengan kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia, yang
pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional. 31. Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat dengan KSN
adalah Wilayah yang penataan Ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan, termasuk Wilayah yang telah tetapkan sebagai warisan dunia.
32. Daerah Latihan Militer adalah perairan yang disiapkan/digunakan untuk meningkatkan kemampuan perorangan dan/atau satuan dalam rangka menghadapi kemungkinan ancaman musuh.
33. Daerah Terbatas adalah perairan yang bisa digunakan atau dilaksanakan kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan kemiliteran.
34. Kawasan Suci Laut adalah Kawasan perairan laut di sekitar pura yang perlu dijaga kesuciannya dalam radius tertentu sesuai status pura
sebagaimana ditetapkan dalam Bhisama Kesucian Pura oleh Parisadha Hindu Dharma Indonesia Pusat dan/atau Kawasan perairan laut yang difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi
umat Hindu di Bali. 35. Bhisama Kesucian Pura adalah norma agama yang ditetapkan oleh
Sabha Pandita Parisadha Hindu Dharma Indonesia Pusat, sebagai pedoman pengamalan ajaran Agama Hindu tentang Kawasan kesucian
pura yang belum dijelaskan secara lengkap dalam kitab suci. 36. Alur Laut adalah perairan laut yang dimanfaatkan untuk Alur
Pelayaran, pipa/kabel bawah laut, dan migrasi biota laut secara berkelanjutan bagi berbagai sektor kegiatan.
37. Zona Pariwisata adalah bagian dari Kawasan Pemanfaatan Umum untuk
kegiatan pariwisata yang di dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan pariwisata yang
disediakan oleh Masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
38. Zona Perikanan Budidaya adalah bagian dari Kawasan Pemanfaatan
Umum untuk kegiatan memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang
terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
39. Zona Perikanan Tangkap adalah bagian dari Kawasan Pemanfaatan Umum untuk kegiatan memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam
keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
40. Zona Pelabuhan adalah bagian dari Kawasan Pemanfaatan Umum
untuk kegiatan pelabuhan, terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang,
berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda
transportasi. 41. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau
barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata Ruang Wilayah.
42. Daerah Lingkungan Kerja yang selanjutnya disingkat DLKr adalah Wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan atau terminal khusus
yang digunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan. 43. Daerah Lingkungan Kepentingan yang selanjutnya disingkat DLKp
adalah perairan di sekeliling Daerah Lingkungan Kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran.
44. Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan
perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang
digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. 45. Pelabuhan Perikanan Nusantara yang selanjutnya disingkat PPN adalah
Pelabuhan Perikanan kelas B untuk melayani kapal perikanan yang
melakukan kegiatan perikanan di perairan Indonesia dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
46. Pangkalan Pendaratan Ikan yang selanjutnya disingkat PPI adalah Pelabuhan Perikanan kelas D untuk melayani kapal perikanan yang
melakukan kegiatan perikanan di perairan Indonesia. 47. Wilayah Kerja yang selanjutnya disingkat WK adalah tempat yang terdiri
atas bagian daratan dan perairan yang dipergunakan secara langsung
untuk kegiatan Kepelabuhanan perikanan. 48. Wilayah Pengoperasian yang selanjutnya disingkat WO adalah tempat
yang terdiri atas bagian daratan dan perairan yang berpengaruh langsung terhadap operasional Kepelabuhanan perikanan.
49. Zona Pendaratan Pesawat adalah bagian dari Kawasan Pemanfaatan Umum untuk kegiatan pendaratan pesawat terbang di perairan bagi kepentingan tertentu.
50. Zona Bandar Udara adalah bagian dari Kawasan Pemanfaatan Umum
untuk kegiatan bandar udara, tediri dari Kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat
pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
51. Zona Pergaraman adalah bagian dari Kawasan Pemanfaatan Umum untuk penyemaian air laut menjadi kristal garam.
52. Zona Hutan Mangrove adalah bagian dari Kawasan Pemanfaatan Umum sebagai komunitas vegetasi pantai tropis yang khas, tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut, terutama di laguna, muara
sungai, dan pantai yang terlindung dengan substrat lumpur atau lumpur berpasir.
53. Zona Pertambangan adalah bagian dari Kawasan Pemanfaatan Umum yang digunakan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualan, serta kegiatan pasca tambang. 54. Zona Energi adalah bagian dari Kawasan Pemanfaatan Umum untuk
kegiatan atau usaha penyediaan dan/atau memproduksi tenaga listrik. 55. Taman Nasional selanjutnya disingkat TN adalah bagian dari Kawasan
Konservasi sebagai kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem Zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi, dan pendidikan.
56. Kawasan Taman Hutan Raya selanjutnya disebut Tahura adalah bagian dari Kawasan Konservasi sebagai Kawasan pelestarian alam yang
dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuh-tumbuhan dan satwa alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, pengembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, pariwisata, dan rekreasi. 57. Kawasan Konservasi Perairan selanjutnya disingkat KKP adalah bagian
dari Kawasan Konservasi yang dilindungi, dikelola dengan sistem Zonasi
untuk mewujudkan pengelolaaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.
58. Kawasan Konservasi Maritim selanjutnya disingkat KKM adalah bagian dari Kawasan Konservasi sebagai daerah perlindungan adat dan budaya
maritim yang mempunyai nilai arkeologi historis khusus, situs sejarah kemaritiman dan tempat ritual keagamaan atau adat dan sifatnya sejalan dengan upaya konservasi pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
59. Daerah Perlindungan Budaya Maritim adalah lokasi yang dilindungi dimana terdapat benda peninggalan sejarah dan/atau tempat ritual
keagamaan atau adat yang berkaitan dengan budaya kemaritiman. 60. Kawasan Tempat Suci adalah Kawasan di sekitar pura yang perlu dijaga
kesuciannya dalam radius tertentu sesuai status pura sebagaimana ditetapkan dalam Bhisama Kesucian Pura oleh Parisadha Hindu Dharma
Indonesia Pusat Tahun 1994. 61. Alur Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar dan
bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk
dilayari kapal angkutan laut. 62. Alur Pipa dan Kabel Bawah Laut adalah jaringan instalasi pipa dan
kabel di bawah permukaan laut seperti pipa minyak dan gas, pipa air bersih, kabel listrik, dan kabel telekomunikasi.
63. Alur Migrasi Biota adalah perlintasan atau koridor migrasi biota laut
seperti mamalia laut, penyu, dan jenis ikan tertentu. 64. Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil. 65. Izin Lokasi Perairan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
selanjutnya disebut Izin Lokasi Perairan adalah izin yang diberikan untuk memanfaatkan Ruang secara menetap dari sebagian Perairan
Pesisir yang mencakup permukaan laut dan kolom air sampai dengan permukaan dasar laut pada batas keluasan tertentu.
66. Izin Pengelolaan Perairan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, yang
selanjutnya disebut Izin Pengelolaan Perairan adalah izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan pemanfaatan sumber daya perairan di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang setara dengan izin usaha. 67. Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya
disebut Rehabilitasi adalah proses pemulihan dan perbaikan kondisi Ekosistem atau populasi yang telah rusak walaupun hasilnya dapat berbeda dari kondisi semula.
68. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Setiap Orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut
lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.
69. Setiap Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
70. Pemangku Kepentingan Utama adalah para pengguna Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang mempunyai kepentingan langsung dalam mengoptimalkan pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil, seperti Nelayan Tradisional, Nelayan modern, Pembudi Daya Ikan, pengusaha pariwisata, pengusaha perikanan, dan
Masyarakat. 71. Masyarakat adalah masyarakat yang terdiri atas Masyarakat Lokal dan
Masyarakat Tradisional yang bermukim di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil. 72. Masyarakat Lokal adalah kelompok Masyarakat yang menjalankan tata
kehidupan sehari-hari berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima sebagai nilai-nilai yang berlaku umum tetapi tidak sepenuhnya
bergantung pada Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tertentu. 73. Masyarakat Tradisional adalah Masyarakat perikanan tradisional yang
masih diakui hak tradisionalnya dalam melakukan kegiatan
penangkapan ikan atau kegiatan lainnya yang sah di daerah tertentu yang berada dalam perairan kepulauan sesuai dengan kaidah hukum
laut internasional. 74. Desa Adat adalah kesatuan Masyarakat hukum adat di Bali yang
memiliki Wilayah, kedudukan, susunan asli, hak-hak tradisional, harta kekayaan sendiri, tradisi, tata krama pergaulan hidup Masyarakat secara turun temurun dalam ikatan tempat suci (kahyangan tiga atau
kahyangan desa), tugas, dan kewenangan serta hak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
75. Nelayan adalah Setiap Orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.
76. Nelayan Kecil adalah Nelayan yang melakukan penangkapan ikan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik yang tidak menggunakan kapal penangkap ikan maupun yang menggunakan kapal penangkap
ikan berukuran paling besar 10 (sepuluh) gross ton (GT). 77. Nelayan Tradisional adalah Nelayan yang melakukan penangkapan ikan
di perairan yang merupakan hak perikanan tradisional yang telah
dimanfaatkan secara turun-temurun sesuai dengan budaya dan kearifan lokal.
78. Pembudi Daya Ikan adalah Setiap Orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan air tawar, ikan air payau, dan ikan
air laut. 79. Pembudi Daya Ikan Kecil adalah Pembudi Daya Ikan yang melakukan
pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
80. Peran Masyarakat adalah kepedulian dan keterlibatan Masyarakat secara fisik atau non fisik, langsung atau tidak langsung, atas dasar
kesadaran sendiri atau akibat peranan pembinaan dalam PWP-3-K. 81. Gugatan Perwakilan adalah gugatan yang berupa hak kelompok kecil
Masyarakat untuk bertindak mewakili Masyarakat dalam jumlah besar dalam upaya mengajukan tuntutan berdasarkan kesamaan permasalahan, fakta hukum, dan tuntutan ganti kerugian.
82. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disingkat TKPRD adalah tim ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang di daerah Provinsi dan di daerah Kabupaten/Kota, dan
mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Gubernur dan bupati/wali kota dalam pelaksanaan koordinasi penataan Ruang di daerah.
Bagian Kedua
Ruang Lingkup
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini terdiri atas:
a. batas wilayah, asas, prinsip dan tujuan; b. jangka waktu dan fungsi;
c. kebijakan dan strategi; d. rencana Alokasi Ruang;
e. peraturan Pemanfaatan Ruang; f. larangan; g. indikasi program;
h. kelembagaan; i. pengawasan dan pengendalian;
j. hak, kewajiban dan Peran Masyarakat; k. penyelesaian sengketa;
l. mitigasi bencana; m. rehabilitasi; dan
n. gugatan perwakilan.
BAB II
BATAS WILAYAH, ASAS, PRINSIP DAN TUJUAN
Bagian Kesatu Batas Wilayah
Pasal 3
(1) Batas Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi meliputi: a. Wilayah Pesisir ke arah darat meliputi batas Wilayah administrasi
kecamatan; dan b. Wilayah Pesisir ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur
dari Garis Pantai pada saat pasang tertinggi ke arah laut lepas
dan/atau ke arah perairan kepulauan. (2) PWP-3-K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan
sesuai dengan rencana tata Ruang Wilayah Provinsi, rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota beserta rencana rincinya.
(3) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta skala 1:250.000 (satu berbanding dua ratus lima puluh ribu) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua Asas
Pasal 4
RZWP-3-K Provinsi disusun berdasarkan asas yang dijiwai oleh filosofi Tri Hita Karana yang bersumber dari kearifan lokal sad kerthi meliputi:
a. berkelanjutan; b. konsistensi;
c. keterpaduan; d. kepastian hukum; e. kemitraan;
f. pemerataan; g. peran Masyarakat;
h. keterbukaan; i. desentralisasi;
j. akuntabilitas; dan k. keadilan.
Bagian Ketiga Prinsip
Pasal 5
Pengaturan RZWP-3-K Provinsi diselenggarakan dengan prinsip satu
kesatuan Wilayah yaitu satu pulau, satu pola dan satu tata kelola.
Bagian Keempat
Tujuan
Pasal 6
RZWP-3-K Provinsi bertujuan untuk:
a. melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta sistem
ekologisnya secara berkelanjutan; b. melindungi dan melestarikan nilai-nilai sosial, budaya dan spiritual di
Wilayah Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; c. meningkatkan ketahanan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dari
ancaman bencana alam dan perubahan iklim;
d. memperkuat Peran Masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif Masyarakat dalam PWP-3-K agar tercapai keadilan,
keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan e. meningkatkan nilai ekonomi secara serasi, selaras dan seimbang
antarsektor melalui Peran Masyarakat dalam PWP-3-K.
BAB III JANGKA WAKTU DAN FUNGSI
Bagian Kesatu
Jangka Waktu
Pasal 7
(1) Jangka waktu RZWP-3-K Provinsi yakni 20 (dua puluh) tahun.
(2) RZWP-3-K Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali RZWP-3-K Provinsi dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan lingkungan strategis yang diakibatkan oleh:
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan;
b. perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan dengan undang-undang; dan/atau
c. perubahan batas Wilayah daerah yang ditetapkan dengan undang-undang.
(4) Peninjauan kembali dalam waktu kurang dari 5 (lima) tahun dilakukan
apabila terjadi perubahan kebijakan dan strategi nasional yang mempengaruhi Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi.
Bagian Kedua
Fungsi
Pasal 8
RZWP-3-K Provinsi berfungsi sebagai:
a. bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
b. acuan dalam penyusunan RPWP-3-K dan RAPWP-3-K; c. instrumen penataan Ruang di Wilayah Perairan Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil;
d. memberikan kekuatan hukum terhadap Alokasi Ruang di Wilayah
Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; e. dasar pemberian Izin Lokasi Perairan Pesisir;
f. acuan dalam rujukan konflik di Perairan Pesisir; g. acuan dalam Pemanfaatan Ruang di Perairan Pesisir; dan h. acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan di Wilayah
Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
BAB IV
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Bagian Kesatu
Kebijakan
Pasal 9
Kebijakan PWP-3-K, meliputi: a. pengembangan dan pemantapan Kawasan Konservasi di Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagai prioritas Alokasi Ruang laut
dalam perwujudan pengelolaan berbasis Ekosistem; b. pengarusutamaan nilai-nilai sosial, budaya, spiritual, dan kearifan
lokal dalam PWP-3-K; c. pencegahan, pengendalian, pemulihan, dan Rehabilitasi Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara terpadu; d. peningkatan Mitigasi Bencana dan adaptasi perubahan iklim; e. optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
berbasis Kawasan secara terpadu dengan penguatan pada Pemberdayaan Masyarakat dan mendorong investasi pemerintah,
Masyarakat, dan swasta secara merata antarWilayah; f. pengembangan sistem dan pendekatan PWP-3-K secara terpadu; dan
g. peningkatan aksesibilitas serta dukungan prasarana dan sarana dalam PWP-3-K.
Bagian Kedua Strategi
Pasal 10
(1) Pengembangan dan pemantapan Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil sebagai prioritas Alokasi Ruang laut dalam
perwujudan pengelolaan berbasis Ekosistem sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a dilaksanakan dengan strategi yang meliputi:
a. memperkuat jejaring kerja (networking) guna akselerasi penetapan Kawasan Konservasi yang telah dicadangkan dan menginisiasi
pencadangan Kawasan Konservasi sesuai potensinya; b. memperkuat jejaring Kawasan Konservasi guna memantapkan dan
memperkuat kapasitas pengelolaan Kawasan Konservasi serta meningkatkan ketahanan Kawasan Konservasi terhadap tekanan dan ancaman;
c. mengelola Kawasan Konservasi secara efektif dan produktif dengan melibatkan Pemangku Kepentingan Utama untuk menjadi model
PWP-3-K berbasis konservasi; dan d. menetapkan perlindungan Alur Migrasi Biota laut.
(2) Pengarusutamaan nilai-nilai sosial, budaya, spiritual, dan kearifan
lokal dalam PWP-3-K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b dilaksanakan dengan strategi yang meliputi:
a. revitalisasi nilai-nilai sosial dan budaya Masyarakat sebagai basis PWP-3-K yang berkearifan sesuai dengan falsafah Tri Hita Karana.
b. melindungi dan melestarikan Kawasan Suci Laut dan Kawasan
Tempat Suci sesuai dengan Bhisama Kesucian Pura dan berlandaskan segara kerthi dalam PWP-3-K;
c. meningkatkan Peran Masyarakat Tradisional dan/atau Desa Adat dalam PWP-3-K; dan
d. menerapkan kearifan lokal sebagai pertimbangan dalam PWP-3-K. (3) Pencegahan, pengendalian, pemulihan, dan Rehabilitasi Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c dilaksanakan dengan strategi yang meliputi: a. mencegah dan mengendalikan kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak negatif terhadap Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, baik yang bersumber dari laut maupun dari
daratan; b. mengembangkan usaha-usaha Rehabilitasi untuk mempercepat
pemulihan Ekosistem dan/atau populasi yang mengalami kerusakan melalui peran serta aktif Pemangku Kepentingan Utama;
c. mendorong pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil yang bersifat non-ekstraktif atau mengedepankan kaidah konservasi; dan
d. meningkatkan implementasi kearifan lokal dalam PWP-3-K. (4) Peningkatan Mitigasi Bencana dan adaptasi perubahan iklim
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d dilaksanakan dengan strategi yang meliputi: a. menggunakan dan/atau menerapkan aspek risiko bencana dalam
PWP-3-K; b. meningkatkan ketahanan daerah, sosial, ekonomi, infrastruktur,
fisik lingkungan serta Ekosistem terhadap ancaman bencana dan perubahan iklim, baik secara struktural maupun non-struktural;
dan c. memperkuat pengelolaan Kawasan Konservasi melalui pendekatan
jejaring Kawasan Konservasi, baik jejaring lokal, nasional, regional
maupun global. (5) Optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
berbasis Kawasan secara terpadu dengan penguatan pada Pemberdayaan Masyarakat dan mendorong investasi pemerintah,
Masyarakat, dan swasta secara merata antarWilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf e dilaksanakan dengan strategi yang meliputi:
a. mengembangkan kegiatan eksplorasi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil melalui kerjasama dengan perguruan tinggi,
lembaga riset, dan swasta; b. meningkatkan investasi pemerintah serta mendorong investasi
Masyarakat dan swasta dalam pemanfaatan potensi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di berbagai sektor terkait;
c. mengembangkan pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan kapasitas sumber daya manusia;
d. pengembangan sektor-sektor ekonomi kelautan yang berdaya saing dan berkelanjutan;
e. mengembangkan keterpaduan antara subsistem hulu dan subsistem
hilir dalam pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
f. mengembangkan perikanan tangkap skala kecil melalui perlindungan dan pemberdayaan Nelayan Kecil, modernisasi sarana penangkapan ikan, akses modal dan pemasaran, penerapan
teknologi tepat guna dan pengembangan alat bantu penangkapan ikan serta menerapkan praktek-praktek penangkapan ikan yang
ramah lingkungan; g. mengembangkan perikanan budidaya laut berbasis komoditas
unggulan, berdaya saing tinggi, serta adaptif terhadap perubahan iklim dalam suatu sistem hulu-hilir yang terpadu serta penerapan teknologi tepat guna;
h. mengembangkan pariwisata berdaya saing tinggi bertaraf internasional dan berbasis Masyarakat serta selaras dengan kaidah
konservasi dan falsafah Tri Hita Karana serta memaksimalkan implementasi prinsip-prinsip ekowisata;
i. mengembangkan energi baru dan terbarukan yang bersumber dari jasa kelautan;
j. mengembangkan pemanfaatan pasir laut untuk memenuhi
kebutuhan material bagi pembangunan infrastruktur; k. mengembangkan usaha pergaraman rakyat sebagai alternatif mata
pencaharian Masyarakat pesisir; l. memberikan perlindungan terhadap pemangkalan Nelayan
Tradisional dan/atau Nelayan Kecil untuk kelangsungan mata pencaharian dan penghidupannya;
m. mendorong investasi swasta dalam pemanfaatan potensi air
laut-dalam sebagai alternatif penyediaan air minum, pengembangan produk-produk kebugaran, dan kesehatan serta penguasaan
teknologi; dan n. mengembangkan industrialisasi kelautan dan perikanan dengan
pendekatan ekonomi biru (blue economy) berbasis Kawasan. (6) Pengembangan sistem dan pendekatan PWP-3-K secara terpadu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf f dilaksanakan dengan strategi yang meliputi: a. menggunakan analisis kewilayahan sebagai pertimbangan dalam
penentuan Alokasi Ruang guna mewujudkan keserasian dan keselarasan antara Ekosistem daratan dan Ekosistem laut;
b. meningkatkan keseimbangan dan pemerataan pembangunan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan
c. mengembangkan keterpaduan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antarsektor, antarWilayah, dan antar-Pemangku Kepentingan Utama.
(7) Peningkatan aksesibilitas serta dukungan prasarana dan sarana dalam PWP-3-K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf g, dilaksanakan
dengan strategi yang meliputi: a. meningkatkan kualitas pelayanan dan daya dukung atau kapasitas
pelabuhan angkutan laut dan penyeberangan yang telah ada; b. akselerasi pembangunan pelabuhan angkutan laut dan
penyeberangan;
c. meningkatkan fasilitas dan moda transportasi laut, kualitas pelayanan, keamanan, kenyamanan, keselamatan serta kelancaran
angkutan penyeberangan dan angkutan laut pelayaran rakyat terutama angkutan laut antara Pulau Bali dengan Pulau-Pulau
Kecil;
d. menata sistem Alur Pelayaran dan mengembangkan navigasi
pelayaran; e. mengembangkan fasilitas dan kapasitas Pelabuhan Perikanan
sebagai pusat-pusat kegiatan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi Wilayah;
f. mengembangkan Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai
secara bertahap; g. mengembangkan pendaratan pesawat terbang untuk meningkatkan
aksesibilitas Wilayah Pesisir Bali Utara; h. mengembangkan prasarana dan sarana wisata bahari yang aman
dan nyaman serta tidak merusak lingkungan; i. mengembangkan industri perkapalan untuk mendukung industri
wisata bahari;
j. mengembangkan sarana dan prasarana guna mendukung sistem usaha perikanan tangkap berbasis minabisnis secara terpadu,
meliputi tempat pelelangan ikan, cool chain system (CCS), depo-depo bahan bakar untuk Nelayan, fasilitas penanganan hasil dan
pemasaran hasil, pusat informasi, lembaga keuangan, dan fasilitas lainnya;
k. mengembangkan fasilitas perikanan budidaya untuk mendukung
sistem minabisnis perikanan budidaya secara terpadu, meliputi fasilitas penyediaan benih, penyediaan pakan, kesehatan ikan, pasca
panen, pemasaran, dan fasilitas lainnya; dan l. mengembangkan prasarana penunjang pembangkit listrik untuk
meningkatkan kapasitas pelayanan.
BAB V RENCANA ALOKASI RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 11
(1) Rencana Alokasi Ruang meliputi:
a. kawasan pemanfaatan umum; b. kawasan konservasi;
c. kawasan strategis nasional tertentu; dan d. alur laut.
(2) Selain rencana Alokasi Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdapat Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Suci Laut. (3) Rencana Alokasi Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam peta skala 1:250.000 (satu berbanding dua ratus lima puluh ribu) sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. (4) Rencana Alokasi Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
penggambarannya lebih lanjut ke dalam peta skala 1:50.000 (satu berbanding lima puluh ribu) sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5) Rincian rencana Alokasi Ruang memuat Kawasan, Zona, dan subzona beserta kodenya, lokasi, luas, titik koordinat, dan nomor lembar peta
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Kawasan Pemanfaatan Umum
Paragraf 1 Umum
Pasal 12
Kawasan Pemanfaatan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. zona pariwisata; b. zona perikanan budidaya; c. zona perikanan tangkap;
d. zona pelabuhan; e. zona pendaratan pesawat;
f. zona bandar udara; g. zona pergaraman;
h. zona hutan mangrove; i. zona pertambangan; j. zona energi; dan
k. zona pemanfaatan lainnya.
Paragraf 2 Zona Pariwisata
Pasal 13
(1) Zona Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a meliputi:
a. subzona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil; b. subzona wisata alam bawah laut; dan
c. subzona olah raga air. (2) Subzona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. subzona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Jembrana meliputi pantai Candikusuma dengan kode
subzona KPU-W-P3K-01, Rening dengan kode subzona KPU-W-P3K-02, Delod Berawah–Penyaringan–Yehembang dengan
kode subzona KPU-W-P3K-03, Yehembang Kangin-Yeh Sumbul dengan kode subzona KPU-W-P3K-04, Pekutatan-Pangyangan dengan kode subzona KPU-W-P3K-05, dan Pengeragoan-Selabih
dengan kode subzona KPU-W-P3K-06; b. subzona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil di
Kabupaten Tabanan meliputi pantai Selabih-Yeh Bakung-Mekayu-Suraberata dengan kode subzona KPU-W-P3K-07, Balian dengan
kode subzona KPU-W-P3K-08, Bonian dengan kode subzona KPU-W-P3K-09, Antap Delodsema dengan kode subzona KPU-W-P3K-10, Bebali-Kelecung dengan kode subzona
KPU-W-P3K-11, Tegal Mengkep-Beraban dengan kode subzona KPU-W-P3K-12, Pasut Barat dengan kode subzona KPU-W-P3K-13,
Pasut Timur-Kelating dengan kode subzona KPU-W-P3K-14, Kelating dengan kode subzona KPU-W-P3K-15, Yeh Gangga dengan kode
subzona KPU-W-P3K-16, dan Batutampeh dengan kode subzona KPU-W-P3K-17;
c. subzona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil di
Kabupaten Badung meliputi pantai Nyanyi-Mengening-Sogsogan dengan kode subzona KPU-W-P3K-18, Seseh-Sepang-Pererenan-
Batumejan-Batubolong dengan kode subzona KPU-W-P3K-19, Nelayan Canggu dengan kode subzona KPU-W-P3K-20, Brawa dengan kode subzona KPU-W-P3K-21, Legian-Kuta dengan kode
subzona KPU-W-P3K-22, Pantai Jerman dengan kode subzona KPU-W-P3K-23, Jimbaran 1 dengan kode subzona KPU-W-P3K-24,
Jimbaran 2 dengan kode subzona KPU-W-P3K-25, dan Nusa Dua dengan kode subzona KPU-W-P3K-26;
d. subzona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil di Kota Denpasar meliputi pantai Mertasari-Semawang-Batujimbar-Sindhu dengan kode subzona KPU-W-P3K-27;
e. subzona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Gianyar meliputi pantai Biaung-Lembeng dengan kode
subzona KPU-W-P3K-28 dan Segara Wilis dengan kode subzona KPU-W-P3K-29;
f. subzona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Klungkung yaitu pantai Jumpai dengan kode subzona KPU-W-P3K-30;
g. subzona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Karangasem meliputi pantai Candidasa dengan kode
subzona KPU-W-P3K-31; Jasri-Ujung dengan kode subzona KPU-W-P3K-32, dan Amed dengan kode subzona
KPU-W-P3K-33; dan h. subzona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil di
Kabupaten Buleleng meliputi pantai Air Sanih dengan kode subzona
KPU-W-P3K-34, Singaraja dengan kode subzona KPU-W-P3K-35, Kampung Baru dengan kode subzona KPU-W-P3K-36, Kampung
Bugis dengan kode subzona KPU-W-P3K-37, dan Penimbangan dengan kode subzona KPU-W-P3K-38.
(3) Subzona wisata alam bawah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. subzona wisata alam bawah laut di Kabupaten Karangasem meliputi
Amed dengan kode subzona KPU-W-ABL-01, Paselatan-Tegallanglangan-Batu Belah-Batuniti dengan kode subzona
KPU-W-ABL-02, Kubu-Baturinggit dengan kode subzona KPU-W-ABL-03, dan Candi Gora Tianyar dengan kode subzona
KPU-W-ABL-04; b. subzona wisata alam bawah laut di Kabupaten Buleleng meliputi
Bukti dengan kode subzona KPU-W-ABL-05, Lokapaksa-Umeanyar
dengan kode subzona KPU-W-ABL-06, dan Pejarakan dengan kode subzona KPU-W-ABL-07; dan
c. subzona wisata alam bawah laut di Kabupaten Jembrana yaitu Teluk Gilimanuk dengan kode subzona KPU-W-ABL-08.
(4) Subzona olah raga air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: a. subzona olah raga air di Kabupaten Jembrana meliputi Medewi–
Pulukan–Pekutatan dengan kode subzona KPU-W-OR-01; b. subzona olah raga air di Kabupaten Tabanan meliputi Balian dengan
kode subzona KPU-W-OR-02 dan Yeh Gangga dengan kode subzona KPU-W-OR-03;
c. subzona olah raga air di Kabupaten Badung meliputi Pererenan-
Batumejan-Batubolong–Canggu-Brawa dengan kode subzona KPU-W-OR-04, Legian-Kuta dengan kode subzona KPU-W-OR-05,
Jimbaran dengan kode subzona KPU-W-OR-06, Peminge–Sawangan-Kutuh-Nyang Nyang dengan kode subzona KPU-W-OR-07, Tanjung Benoa-Samuh dengan kode subzona KPU-W-OR-08;
d. subzona olah raga air di Kota Denpasar yaitu Serangan dengan kode subzona KPU-W-OR-09; dan
e. subzona olah raga air di Kabupaten Gianyar yaitu Gumicik dengan kode subzona KPU-W-OR-10.
Paragraf 3
Zona Perikanan Budidaya
Pasal 14
Zona Perikanan Budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b
yaitu subzona budidaya laut, meliputi: a. subzona budidaya laut di Kabupaten Jembrana meliputi perairan sekitar
Candikusuma dengan kode subzona KPU-BD-BL-01, Baluk-Cupel
dengan kode subzona KPU-BD-BL-02, dan Delod Berawah-Penyaringan kode subzona KPU-BD-BL-03;
b. subzona budidaya laut di Kabupaten Karangasem meliputi perairan sekitar Pertima–Subagan-Ujung Pesisi–Tumbu dengan kode subzona
KPU-BD-BL-04, Paselatan dengan kode subzona KPU-BD-BL-05, Muntidesa-Tunassari-Kertabuana-Tamansari dengan kode subzona KPU-BD-BL-06; dan
c. subzona budidaya laut di Kabupaten Buleleng meliputi perairan sekitar Bukti–Kubutambahan dengan kode subzona KPU-BD-BL-07, Pengulon-
Patas–Gerokgak-Sanggalangit–Musi-Penyabangan dengan kode subzona KPU-BD-BL-08, dan Sendang–Sumberkima–Pejarakan dengan kode
subzona KPU-BD-BL-09.
Paragraf 4
Zona Perikanan Tangkap
Pasal 15
(1) Zona Perikanan Tangkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c meliputi: a. subzona demersal;
b. subzona pelagis; dan c. subzona pelagis dan demersal.
(2) Subzona demersal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. subzona demersal di Kabupaten Tabanan meliputi perairan sekitar Selemadeg Barat dengan kode subzona KPU-PT-D-01 dan Selemadeg Timur-Kediri dengan kode subzona KPU-PT-D-02;
b. subzona demersal di Kabupaten Badung meliputi perairan sekitar Cemagi–Munggu–Pererenan–Canggu–Tibubeneng-Kerobokan Kelod-
Seminyak-Legian dengan kode subzona KPU-PT-D-03; dan c. subzona demersal di Kabupaten Karangasem meliputi perairan
sekitar Seraya dengan kode subzona KPU-PT-D-04 dan Kubu dengan kode subzona KPU-PT-D-05.
(3) Subzona pelagis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. subzona pelagis di perairan Selat Bali dengan kode subzona KPU-PT-P-01, KPU-PT-P-02, KPU-PT-P-03, KPU-PT-P-04, dan
KPU-PT-P-05; b. subzona pelagis di perairan Samudera Hindia dengan kode subzona
KPU-PT-P-06 dan KPU-PT-P-07;
c. subzona pelagis di perairan Selat Badung dengan kode subzona KPU-PT-P-08, KPU-PT-P-09, KPU-PT-P-10, KPU-PT-P-11,
KPU-PT-P-12, dan KPU-PT-P-13; d. subzona pelagis di perairan Selat Lombok dengan kode subzona
KPU-PT-P-14, KPU-PT-P-15, KPU-PT-P-16, KPU-PT-P-17, KPU-PT-P-18, dan KPU-PT-P-19; dan
e. subzona pelagis di perairan Laut Bali dengan kode subzona
KPU-PT-P-20, KPU-PT-P-21, KPU-PT-P-22, dan KPU-PT-P-23. (4) Subzona pelagis dan demersal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi: a. subzona pelagis dan demersal di perairan Selat Bali dengan kode
subzona KPU-PT-PD-01 dan KPU-PT-PD-02; b. subzona pelagis dan demersal di perairan Selat Badung dengan kode
subzona KPU-PT-PD-03, KPU-PT-PD-04, KPU-PT-PD-05,
KPU-PT-PD-06, KPU-PT-PD-07, KPU-PT-PD-08, KPU-PT-PD-09, dan KPU-PT-PD-10; dan
c. subzona pelagis dan demersal di perairan Laut Bali dengan kode subzona KPU-PT-PD-11, KPU-PT-PD-12, dan KPU-PT-PD-13.
Paragraf 5
Zona Pelabuhan
Pasal 16
(1) Zona Pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf d
meliputi: a. subzona DLKr dan DLKp; dan b. subzona WKOPP.
(2) Subzona DLKr dan DLKp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Gilimanuk di Kabupaten Jembrana dengan kode subzona KPU-PL-DLK-01;
b. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Benoa di Kota Denpasar dengan kode subzona KPU-PL-DLK-02;
c. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Serangan di Kota Denpasar
dengan kode subzona KPU-PL-DLK-03; d. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Sanur di Kota Denpasar dengan
kode subzona KPU-PL-DLK-04; e. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Gunaksa di Kabupaten
Klungkung dengan kode subzona KPU-PL-DLK-05; f. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Kusamba di Kabupaten
Klungkung dengan kode subzona KPU-PL-DLK-06;
g. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Padangbai di Kabupaten Karangasem dengan kode subzona KPU-PL-DLK-07;
h. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Labuhan Amuk/Tanah Ampo di Kabupaten Karangasem dengan kode subzona KPU-PL-DLK-08;
i. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Labuhan Amed di Kabupaten Karangasem dengan kode subzona KPU-PL-DLK-09;
j. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Kubu di Kabupaten
Karangasem dengan kode subzona KPU-PL-DLK-10; k. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Sangsit di Kabupaten Buleleng
dengan kode subzona KPU-PL-DLK-11; l. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Singaraja di Kabupaten
Buleleng dengan kode subzona KPU-PL-DLK-12;
m. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Pemaron di Kabupaten Buleleng dengan kode subzona KPU-PL-DLK-13;
n. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Brombong di Kabupaten Buleleng dengan kode subzona KPU-PL-DLK-14;
o. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng dengan kode subzona KPU-PL-DLK-15; dan
p. subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Pegametan di Kabupaten
Buleleng dengan kode subzona KPU-PL-DLK-16. (3) Subzona WKOPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi: a. subzona WKOPP PPN Pengambengan di Kabupaten Jembrana
dengan kode subzona KPU-PL-WKO-01; b. subzona WKOPP PPI Yeh Sumbul di Kabupaten Jembrana dengan
kode subzona KPU-PL-WKO-02;
c. subzona WKOPP PPI Kedonganan di Kabupaten Badung dengan kode subzona KPU-PL-WKO-03;
d. subzona WKOPP PPI Kusamba di Kabupaten Klungkung dengan kode subzona KPU-PL-WKO-04; dan
e. subzona WKOPP PPI Amed di Kabupaten Karangasem dengan kode subzona KPU-PL-WKO-05.
Paragraf 6 Zona Pendaratan Pesawat
Pasal 17
(1) Zona Pendaratan Pesawat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf e yaitu perairan Batu Ampar Desa Pejarakan Kecamatan
Gerokgak Kabupaten Buleleng dengan kode zona KPU-PP-01. (2) Zona Pendaratan Pesawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pendaratan pesawat terbang terapung (seaplane).
Paragraf 7 Zona Bandar Udara
Pasal 18
(1) Zona Bandar Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf f meliputi:
a. subzona operasi bandar udara; dan b. subzona keselamatan operasional penerbangan.
(2) Subzona operasi bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai, meliputi perairan Kelurahan Tuban Kecamatan Kuta Kabupaten Badung dengan kode
subzona KPU-BU-OBU-01 dan Teluk Benoa dengan kode subzona KPU-BU-OBU-02.
(3) Subzona operasi bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dapat dikembangkan dengan cara Reklamasi. (4) Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan secara
terpadu dengan Mitigasi dampak terhadap pantai di sekitarnya. (5) Subzona keselamatan operasional penerbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b yaitu operasional penerbangan Bandar Udara I
Gusti Ngurah Rai, meliputi perairan Kelurahan Tuban Kecamatan Kuta Kabupaten Badung dengan kode subzona KPU-BU-KP-01 dan
KPU-BU-KP-02, dan Teluk Benoa dengan kode subzona KPU-BU-KP-03.
Paragraf 8 Zona Pergaraman
Pasal 19
(1) Zona Pergaraman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf g yaitu subzona garam rakyat.
(2) Subzona garam rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pantai Gumbrih dan Pengeragoan di Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana dengan kode subzona KPU-GR-R-01.
Paragraf 9
Zona Hutan Mangrove
Pasal 20
(1) Zona Hutan Mangrove sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf h
meliputi pantai berhutan mangrove di Desa Pejarakan dan Desa Sumberkima Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng dengan kode
zona KPU-HM-01. (2) Zona Hutan Mangrove sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diperuntukkan bagi wisata alam.
Paragraf 10
Zona Pertambangan
Pasal 21
(1) Zona Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf i yaitu subzona pasir laut.
(2) Subzona pasir laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. perairan Selat Bali dengan kode subzona KPU-TB-PL-01; dan b. perairan Samudera Hindia dengan kode subzona KPU-TB-PL-02.
(3) Pemanfaatan pasir laut pada subzona sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya diperuntukkan bagi pembangunan infrastruktur publik
dan pengamanan pantai.
Paragraf 11
Zona Energi
Pasal 22
(1) Zona Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf j yaitu
subzona pembangkit listrik. (2) Subzona pembangkit listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu
perairan sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng dengan kode subzona KPU-EN-PLT-01.
Paragraf 12
Zona Pemanfaatan Lainnya
Pasal 23
(1) Zona Pemanfaatan Lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf k meliputi: a. subzona penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan; b. subzona pemangkalan nelayan; dan
c. subzona jalan bebas hambatan. (2) Subzona penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. perairan sekitar Gondol Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng
dengan kode subzona KPU-LN-PP-01; dan b. perairan sekitar Tigaron Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem
dengan kode subzona KPU-LN-PP-02.
(3) Subzona pemangkalan nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. subzona pemangkalan nelayan di Kabupaten Jembrana meliputi pantai Gilimanuk dengan kode subzona KPU-LN-NEL-01, Melaya
Pantai dengan kode subzona KPU-LN-NEL-02, Pangkung Dedari 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-03, Pangkung Dedari 2 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-04, Anyarsari dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-05, Candikusuma dengan kode subzona KPU-LN-NEL-06, Pabuahan-Baluk-Cupel dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-07, Pengambengan dengan kode subzona KPU-LN-NEL-08, Mekarsari Perancak dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-09, Lemodang Perancak dengan kode subzona KPU-LN-NEL-10, Munduk–Tengah-Anyar-Yeh Kuning-Beratan dengan kode subzona KPU-LN-NEL-11, Yeh Sumbul-Medewi dengan
kode subzona KPU-LN-NEL-12, Pulukan dengan kode subzona KPU-LN-NEL-13, Pekutatan dengan kode subzona KPU-LN-NEL-14,
dan Gumbrih dengan kode subzona KPU-LN-NEL-15; b. subzona pemangkalan nelayan di Kabupaten Tabanan meliputi
pantai Selabih dengan kode subzona KPU-LN-NEL-16, Balian dengan kode subzona KPU-LN-NEL-17, Bonian dengan kode subzona KPU-LN-NEL-18, Antap Delodsema-Bebali dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-19, Beraban dengan kode subzona KPU-LN-NEL-20, Pasut dengan kode subzona KPU-LN-NEL-21, Kelating dengan kode
subzona KPU-LN-NEL-22, dan Yeh Gangga dengan kode subzona KPU-LN-NEL-23;
c. subzona pemangkalan nelayan di Kabupaten Badung meliputi
pantai Sogsogan dengan kode subzona KPU-LN-NEL-24, Seseh dengan kode subzona KPU-LN-NEL-25, Nelayan Canggu dengan
kode subzona KPU-LN-NEL-26, Perancak Tibubeneng dengan kode subzona KPU-LN-NEL-27, Kuta dengan kode subzona KPU-LN-NEL-28, Pemelisan Tuban dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-29, Kelan dengan kode subzona KPU-LN-NEL-30, Jimbaran dengan kode subzona KPU-LN-NEL-31, Balangan dengan
kode subzona KPU-LN-NEL-32, Labuhan Sait dengan kode subzona KPU-LN-NEL-33, Suluban dengan kode subzona KPU-LN-NEL-34,
Kutuh dengan kode subzona KPU-LN-NEL-35, Sawangan 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-36, Sawangan 2 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-37, Peminge dengan kode subzona KPU-LN-NEL-38,
Samuh dengan kode subzona KPU-LN-NEL-39, Terora dengan kode subzona KPU-LN-NEL-40, Tengkulung dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-41, Tanjung Benoa Barat dengan kode subzona KPU-LN-NEL-42, Mumbul dengan kode subzona KPU-LN-NEL-43,
Pasek-Pengenderan Kedonganan dengan kode subzona KPU-LN-NEL-44, dan Kelan Timur dengan kode subzona KPU-LN-NEL-45;
d. subzona pemangkalan nelayan di Kota Denpasar meliputi pantai Pesanggaran dengan kode subzona KPU-LN-NEL-46, Serangan
dengan kode subzona KPU-LN-NEL-47, Mertasari dengan kode subzona KPU-LN-NEL-48, Semawang dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-49, Batujimbar dengan kode subzona KPU-LN-NEL-50, Sindhu dengan kode subzona KPU-LN-NEL-51, Sanur dengan kode subzona KPU-LN-NEL-52, dan Matahari Terbit dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-53; e. subzona pemangkalan nelayan di Kabupaten Gianyar meliputi
pantai Gumicik dengan kode subzona KPU-LN-NEL-54, Kubur dengan kode subzona KPU-LN-NEL-55, Manyar dengan kode
subzona KPU-LN-NEL-56, Sagara dengan kode subzona KPU-LN-NEL-57, Purnama dengan kode subzona KPU-LN-NEL-58, Segara Wilis dengan kode subzona KPU-LN-NEL-59, Cucukan
dengan kode subzona KPU-LN-NEL-60, Lebih dengan kode subzona KPU-LN-NEL-61, dan Siyut dengan kode subzona KPU-LN-NEL-62;
f. subzona pemangkalan nelayan di Kabupaten Klungkung meliputi pantai Tegal Besar dengan kode subzona KPU-LN-NEL-63, Lepang
dengan kode subzona KPU-LN-NEL-64, Kampung Kusamba dengan kode subzona KPU-LN-NEL-65, Segara-Br. Bias Kusamba dengan kode subzona KPU-LN-NEL-66, Pesinggahan dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-67, dan Belatung dengan kode subzona KPU-LN-NEL-68;
g. subzona pemangkalan nelayan di Kabupaten Karangasem meliputi
pantai Yeh Malet dengan kode subzona KPU-LN-NEL-69, Pengangalon dengan kode subzona KPU-LN-NEL-70, Labuhan Amuk
dengan kode subzona KPU-LN-NEL-71, Ulakan-Tanah Ampo dengan kode subzona KPU-LN-NEL-72, Buitan dengan kode subzona KPU-LN-NEL-73, Candidasa dengan kode subzona KPU-LN-NEL-74,
Samuh dengan kode subzona KPU-LN-NEL-75, Songlawah Bugbug dengan kode subzona KPU-LN-NEL-76, Bugbug dengan kode
subzona KPU-LN-NEL-77, Pasir Putih Bugbug dengan kode subzona KPU-LN-NEL-78, Jasri dengan kode subzona KPU-LN-NEL-79, Ujung
Pesisi-Seraya Barat dengan kode subzona KPU-LN-NEL-80, Yehbung dengan kode subzona KPU-LN-NEL-81, Bunutan Seraya dengan kode subzona KPU-LN-NEL-82, Belubuh Seraya dengan kode
subzona KPU-LN-NEL-83, Songan Seraya dengan kode subzona KPU-LN-NEL-84, Tukad Buah dengan kode subzona KPU-LN-NEL-
85, Tukad Tiis dengan kode subzona KPU-LN-NEL-86, Lesek Seraya Timur dengan kode subzona KPU-LN-NEL-87, Kutumanak dengan
kode subzona KPU-LN-NEL-88, Kusambi dengan kode subzona KPU-LN-NEL-89, Batukeseni 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-90, Batukeseni 2 dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-91, Aas dengan kode subzona KPU-LN-NEL-92, Banyuning 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-93, Banyuning 2
dengan kode subzona KPU-LN-NEL-94, Lean 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-95, Lean 2 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-96,
Lean 3 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-97, Bunutan 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-98, Bunutan 2 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-99, Jemeluk dengan kode subzona KPU-LN-NEL-100,
Amed dengan kode subzona KPU-LN-NEL-101, Paselatan dengan kode subzona KPU-LN-NEL-102, Tegallanglangan dengan kode
subzona KPU-LN-NEL-103, Batu Belah dengan kode subzona KPU-LN-NEL-104, Tukad Abu dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-105, Tulamben 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-106, Tulamben 2 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-107, Rubaya 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-108,
Rubaya 2 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-109, Baturinggit dengan kode subzona KPU-LN-NEL-110, Gerombong-Sukadana
dengan kode subzona KPU-LN-NEL-111, Karangsari dengan kode subzona KPU-LN-NEL-112, Lebah dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-113, Darmawinangun dengan kode subzona KPU-LN-NEL-114, Ekaadnyana dengan kode subzona KPU-LN-NEL-115, Santer dengan kode subzona KPU-LN-NEL-116,
Tunassari-Muntidesa dengan kode subzona KPU-LN-NEL-117, Kertabuana 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-118, Kertabuana 2
dengan kode subzona KPU-LN-NEL-119, Tamansari dengan kode subzona KPU-LN-NEL-120, Tegalsari 1 dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-121, dan Tegalsari 2 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-122; dan
h. subzona pemangkalan nelayan di Kabupaten Buleleng meliputi
pantai Ngis dengan kode subzona KPU-LN-NEL-123, Yehbau 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-124, Yehbau 2 dengan kode
subzona KPU-LN-NEL-125, Tembok dengan kode subzona KPU-LN-NEL-126, Bulakan dengan kode subzona KPU-LN-NEL-127, Sambirenteng dengan kode subzona KPU-LN-NEL-128, Penuktukan
dengan kode subzona KPU-LN-NEL-129, Les dengan kode subzona KPU-LN-NEL-130, Les-Tejakula dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-131, Tejakula 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-132, Tejakula 2 dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-133, Bondalem 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-134, Bondalem 2 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-135, Julah dengan kode subzona KPU-LN-NEL-136,
Sembiran dengan kode subzona KPU-LN-NEL-137, Pacung 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-138, Pacung 2 dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-139, Bukti dengan kode subzona KPU-LN-NEL-140, Sanih dengan kode subzona KPU-LN-NEL-141, Tebanding dengan
kode subzona KPU-LN-NEL-142, Tambak dengan kode subzona KPU-LN-NEL-143, Kubu Kelod dengan kode subzona KPU-LN-NEL-144, Giri Mas dengan kode subzona KPU-LN-NEL-145,
Pabean Sangsit dengan kode subzona KPU-LN-NEL-146, Kerobokan dengan kode subzona KPU-LN-NEL-147, Buana Sari dengan kode
subzona KPU-LN-NEL-148, Banyuning dengan kode subzona KPU-LN-NEL-149, Kampung Baru dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-150, Kampung Anyar dengan kode subzona KPU-LN-NEL-151, Banyuasri dengan kode subzona KPU-LN-NEL-152, Galiran dengan kode subzona KPU-LN-NEL-153,
Pemaron 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-154, Pemaron 2 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-155, Anturan dengan kode
subzona KPU-LN-NEL-156, Kalibukbuk dengan kode subzona KPU-LN-NEL-157, Kalibukbuk-Kaliasem dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-158, Temukus 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-159, Temukus 2 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-160, Kalianget dengan kode subzona KPU-LN-NEL-161,
Tangguwisia dengan kode subzona KPU-LN-NEL-162, Seririt-Pengastulan dengan kode subzona KPU-LN-NEL-163,
Lokapaksa dengan kode subzona KPU-LN-NEL-164, Umeanyar dengan kode subzona KPU-LN-NEL-165, Banjarasem dengan kode
subzona KPU-LN-NEL-166, Kalisada 1 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-167, Kalisada 2 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-168, Brombong 1 dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-169, Brombong 2 dengan kode subzona KPU-LN-NEL-170, Pengulon dengan kode subzona KPU-LN-NEL-171,
Patas dengan kode subzona KPU-LN-NEL-172, Gerokgak dengan kode subzona KPU-LN-NEL-173, Musi dengan kode subzona
KPU-LN-NEL-174, Gondol dengan kode subzona KPU-LN-NEL-175, Banyupoh dengan kode subzona KPU-LN-NEL-176, Pemuteran dengan kode subzona KPU-LN-NEL-177, Sendang dengan kode
subzona KPU-LN-NEL-178, dan Pegametan dengan kode subzona KPU-LN-NEL-179.
(4) subzona jalan bebas hambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi perairan Teluk Benoa di Kota Denpasar dan
Kabupaten Badung sebagai jalan di atas permukaan laut dengan tiang pancang dengan kode subzona KPU-LN-JBH-01.
Bagian Ketiga
Kawasan Konservasi
Paragraf 1 Umum
Pasal 24
Kawasan Konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b meliputi:
a. TN; b. Tahura; c. KKP; dan
d. KKM.
Paragraf 2 Taman Nasional
Pasal 25
(1) TN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a meliputi: a. perairan Pejarakan-Sumberklampok di Kabupaten Buleleng dan
Gilimanuk di Kabupaten Jembrana dengan kode zona TN-01; dan b. perairan Gilimanuk di Kabupaten Jembrana dengan kode zona
TN-02. (2) Pengelolaan dan Zonasi TN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Paragraf 3
Tahura
Pasal 26
(1) Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b yaitu bagian
dari Tahura I Gusti Ngurah Rai di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, meliputi Tanjung Benoa dengan kode zona THR-01, Terora
dengan kode zona THR-02, Mumbul dengan kode zona THR-03, Kedonganan-Kelan dengan kode zona THR-04, Tuban dengan kode
zona THR-05, Pesanggaran dengan kode zona THR-06, dan Serangan dengan kode zona THR-07 dan THR-08.
(2) Pengelolaan dan Zonasi Tahura sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Paragraf 4 Kawasan Konservasi Perairan
Pasal 27
(1) KKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c meliputi: a. KKP Melaya, meliputi perairan sekitar Melaya Kabupaten Jembrana
dengan kode zona KKP-01; b. KKP Perancak, meliputi perairan sekitar Perancak Kabupaten
Jembrana dengan kode zona KKP-02;
c. KKP Bali Selatan meliputi perairan sekitar Kecamatan Kuta
Kabupaten Badung dengan kode zona KKP-03 dan Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung dengan kode zona KKP-04, perairan
sekitar Pulau Serangan Kota Denpasar dengan kode zona KKP-05 dan KKP-06, dan perairan sekitar Semawang Kota Denpasar dengan Kode zona KP-07;
d. KKP Kabupaten Karangasem, meliputi perairan sekitar Padangbai dengan kode zona KKP-08 dan KKP-09, Candidasa dengan kode
zona KKP-10, Seraya-Amed dengan kode zona KKP-11, dan Tulamben dengan kode zona KKP-12;
e. KKP Kabupaten Buleleng, meliputi perairan sekitar Tejakula dengan kode zona KKP-13, Buleleng-Banjar dengan kode zona KKP-14, dan Pemuteran dengan kode zona KKP-15; dan
f. KKP Nusa Penida, meliputi perairan sekitar Kepulauan Nusa Penida Kabupaten Klungkung dengan kode zona KKP-16.
(2) KKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola sebagai taman wisata perairan.
(3) KKP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Paragraf 5 Kawasan Konservasi Maritim
Pasal 28
(1) KKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf d yaitu KKM Teluk
Benoa meliputi perairan Teluk Benoa dengan kode zona KKM-01,
KKM-02, KKM-03, KKM-04, dan KKM-05. (2) KKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola sebagai Daerah
Perlindungan Budaya Martim yang di dalamnya terdapat titik-titik suci atau situs suci kemaritiman yang mempunyai nilai penting bagi agama,
adat, dan budaya, serta tempat ritual keagamaan dan/atau adat. (3) Pengelolaan dan Zonasi KKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Bagian Keempat
Kawasan Strategis
Paragraf 1 Umum
Pasal 29
Kawasan Strategis meliputi: a. KSNT; dan
b. KSN.
Paragraf 2
Kawasan Strategis Nasional Tertentu
Pasal 30
(1) KSNT Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a merupakan Pulau Kecil Terluar.
(2) KSNT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu perairan sekitar Nusa
Penida di Kabupaten Klungkung dengan kode zona KSNT. (3) KSNT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
Paragraf 3
Kawasan Strategis Nasional
Pasal 31
(1) KSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b meliputi: a. KSN Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan
(KSN Kawasan Perkotaan Sarbagita);
b. Daerah Latihan Militer; dan c. Daerah Terbatas.
(2) KSN Kawasan Perkotaan Sarbagita sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi perairan sekitar Kota Denpasar, Kabupaten Badung,
Kabupaten Gianyar, serta Kecamatan Kediri dan Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan dengan kode zona KSN.
(3) Daerah Latihan Militer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
yaitu daerah latihan TNI-AL, meliputi perairan lepas pantai Buleleng di Kabupaten Buleleng bagian Barat dengan kode zona DLM.
(4) Daerah Terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yaitu daerah larangan berlabuh, meliputi perairan sekitar Gilimanuk dan
Candikusuma di Kabupaten Jembrana dengan kode zona DT. (5) Pengelolaan ruang laut KSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Bagian Keenam
Alur Laut
Paragraf 1 Umum
Pasal 32
Alur Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf e terdiri atas:
a. alur pelayaran; b. alur pipa dan kabel bawah laut; dan c. alur migrasi biota.
Paragraf 2
Alur Pelayaran
Pasal 33
(1) Alur Pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a
meliputi: a. Alur Laut Kepulauan Indonesia;
b. alur pelayaran internasional; c. alur pelayaran nasional;
d. alur pelayaran regional; e. alur pelayaran lokal; dan f. bagan pemisah lalu lintas (traffic separation scheme).
(2) Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a yaitu perairan Selat Lombok yang merupakan bagian dari ALKI II, dengan kode subzona AL-AP-ALKI-01, AL-AP-ALKI-02, dan
AL-AP-ALKI-03. (3) Alur pelayaran internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. alur pelayaran Pelabuhan Benoa di Kota Denpasar melalui Selat Badung dan melewati ALKI II dengan tujuan Benua Australia, Asia,
Eropa, dan Amerika dengan kode subzona AL-AP-PI-01; dan b. alur pelayaran Pelabuhan Labuhan Amuk/Tanah Ampo di
Kabupaten Karangasem melalui Selat Badung dan melewati ALKI II dengan tujuan Benua Australia, Asia, Eropa, dan Amerika dengan kode subzona AL-AP-PI-02.
(4) Alur pelayaran nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. alur pelayaran Pelabuhan Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng melalui Laut Bali dengan tujuan Pelabuhan Lembar, Pelabuhan
Benoa, dan lain-lain dengan kode subzona AL-AP-PN-01; dan b. alur pelayaran Pelabuhan Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng
melalui Laut Bali dengan tujuan Surabaya dan lain-lain dengan
kode subzona AL-AP-PN-02. (5) Alur pelayaran regional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
meliputi: a. alur pelayaran Pelabuhan Gilimanuk di Kabupaten Jembrana
dengan tujuan Pelabuhan Ketapang Provinsi Jawa Timur melalui perairan Selat Bali dengan kode subzona AL-AP-PR-01;
b. alur pelayaran Pelabuhan Padangbai di Kabupaten Karangasem
dengan tujuan Pelabuhan Lembar Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui perairan Selat Badung dan Selat Lombok dengan kode
subzona AL-AP-PR-02 dan Pelabuhan Senggigi/Gili Trawangan Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui perairan Selat Badung dan
Selat Lombok dengan kode subzona AL-AP-PR-03; c. alur pelayaran Pelabuhan Serangan di Kota Denpasar dengan tujuan
Pelabuhan Senggigi/Gili Trawangan Provinsi Nusa Tenggara Barat
melalui perairan Selat Badung dengan kode subzona AL-AP-PR-04; dan
d. alur pelayaran Pelabuhan Kedonganan di Kabupaten Badung dengan tujuan Pelabuhan Muncar Provinsi Jawa Timur melalui perairan
Selat Bali dengan kode subzona AL-AP-PR-05. (6) Alur pelayaran lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
meliputi:
a. alur pelayaran Pelabuhan Sanur di Kota Denpasar dengan tujuan Nusa Lembongan di Kabupaten Klungkung melalui Selat Badung
dengan kode subzona AL-AP-PL-01; b. alur pelayaran Pelabuhan Sanur di Kota Denpasar dengan tujuan
Pelabuhan Mentigi di Kabupaten Klungkung melalui Selat Badung dengan kode subzona AL-AP-PL-02;
c. alur pelayaran Pelabuhan Kusamba di Kabupaten Klungkung
dengan tujuan Nusa Lembongan di Kabupaten Klungkung melalui Selat Badung dengan kode subzona AL-AP-PL-03;
d. alur pelayaran Pelabuhan Kusamba di Kabupaten Klungkung dengan tujuan Pelabuhan Mentigi di Kabupaten Klungkung melalui
perairan Selat Badung dengan kode subzona AL-AP-PL-04;
e. alur pelayaran Pelabuhan Kusamba di Kabupaten Klungkung
dengan tujuan Sampalan di Kabupaten Klungkung melalui perairan Selat Badung dengan kode subzona AL-AP-PL-05; dan
f. alur pelayaran Pelabuhan Padangbai di Kabupaten Karangasem dengan tujuan Sampalan di Kabupaten Klungkung melalui perairan Selat Badung dengan kode subzona AL-AP-PL-06.
(7) Bagan pemisah lalu lintas (traffic separation scheme) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f yaitu perairan Selat Lombok, dengan
kode subzona AL-AP-TSS-01, AL-AP-TSS-02, AL-AP-TSS-03, dan AL-AP-TSS-04.
Paragraf 3
Alur Pipa dan Kabel Bawah Laut
Pasal 34
(1) Alur Pipa dan Kabel Bawah Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 huruf b meliputi: a. alur pipa minyak dan gas; b. alur kabel listrik; dan
c. alur kabel telekomunikasi. (2) Alur pipa minyak dan gas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
yaitu jaringan pipa minyak dan gas Pelabuhan Benoa menuju Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai di Teluk Benoa dengan kode AL-APK-GM-01.
(3) Alur kabel listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. jaringan transmisi listrik Jawa - Bali melalui Selat Bali, dengan
landing point di Pantai Gilimanuk Kabupaten Jembrana dengan kode AL-APK-KL-01, AL-APK-KL-02, AL-APK-KL-03, dan AL-APK-KL-04;
dan b. jaringan transmisi listrik Bali - Nusa Lembongan melalui Selat
Badung dengan landing point Pantai Saba dan Nusa Lembongan dengan kode AL-APK-KL-05.
(4) Alur kabel telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: a. jaringan kabel telekomunikasi melalui Selat Bali dari Muncar
Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur menuju Bali dengan beach hole di pantai Candikusuma Kabupaten Jembrana dengan
kode AL-APK-KT-01; b. jaringan kabel telekomunikasi melalui Selat Bali dari Puger
Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur menuju Bali dengan beach hole di pantai Jimbaran Kabupaten Badung dengan kode
AL-APK-KT-02; c. jaringan kabel telekomunikasi melalui Selat Bali dengan beach hole
di pantai Jimbaran Kabupaten Badung menuju Benculuk Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur dengan kode AL-APK-KT-03;
d. jaringan kabel telekomunikasi melalui Selat Bali dari Grajagan
Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur menuju Bali dengan beach hole di pantai Kedonganan Kabupaten Badung dengan kode
AL-APK-KT-04; e. jaringan kabel telekomunikasi melalui Selat Badung dan Selat
Lombok dari Senggigi Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat menuju Bali dengan beach hole di pantai Sanur Kota
Denpasar dengan kode AL-APK-KT-05;
f. jaringan kabel telekomunikasi melalui Selat Badung dan Selat
Lombok dari Senggigi Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat menuju Bali dengan beach hole di pantai Goa Lawah
Kabupaten Klungkung dengan kode AL-APK-KT-06; g. jaringan kabel telekomunikasi melalui Selat Badung dan Selat
Lombok dari Senggigi Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa
Tenggara Barat menuju Bali dengan beach hole di pantai Seraya Kabupaten Karangasem dengan kode AL-APK-KT-07;
h. jaringan kabel telekomunikasi melalui Laut Bali dengan beach hole di pantai Kubutambahan Kabupaten Buleleng menuju Sulawesi
dengan kode AL-APK-KT-08; i. jaringan kabel telekomunikasi melalui Selat Badung dan Selat
Lombok dengan beach hole di pantai Sanur Kota Denpasar menuju Nusa Penida Kabupaten Klungkung dan Pulau Lombok dengan kode
AL-APK-KT-09; j. jaringan kabel telekomunikasi Palapa Ring Timur melalui Samudera
Hindia dan Selat Lombok dengan beach hole di pantai Sanur Kota
Denpasar menuju Pulau Lombok dengan kode AL-APK-KT-10 dan AL-APK-KT-11;
k. jaringan kabel telekomunikasi Serat Optik Palapa melalui Laut Bali dengan beach hole di Lokapaksa Kabupaten Buleleng menuju
Kalimantan dengan kode AL-APK-KT-12; dan l. jaringan kabel telekomunikasi Serat Optik Palapa melalui Laut Bali
dengan beach hole di Bondalem Kabupaten Buleleng menuju Pulau
Lombok dengan kode AL-APK-KT-13.
Paragraf 4 Alur Migrasi Biota
Pasal 35
(1) Alur Migrasi Biota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf c
meliputi:
a. alur migrasi penyu; dan b. alur migrasi mamalia laut.
(2) Alur migrasi penyu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. alur migrasi penyu dari selatan Pulau Jawa menuju pantai Kuta Kabupaten Badung melewati Selat Bali dengan kode AL-AMB-MP-01;
b. alur migrasi penyu dari selatan Pulau Jawa menuju Australia melalui Selat Bali dan Samudera Hindia dengan kode
AL-AMB-MP-02; c. alur migrasi penyu dari selatan Pulau Jawa menuju Laut Flores
melalui Selat Bali, Samudera Hindia, dan Selat Lombok dengan kode AL-AMB-MP-03; dan
d. alur migrasi penyu dari selatan Pulau Jawa menuju Kepulauan
Sumenep Provinsi Jawa Timur melalui Selat Bali, Samudera Hindia, Selat Lombok, dan Laut Bali dengan kode AL-AMB-MP-04.
(3) Alur migrasi mamalia laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. alur migrasi mamalia laut (paus) dari Laut Flores menuju perairan selatan Pulau Bali (Samudera Hindia) melalui Selat Lombok dengan kode AL-AMB-MM-01 dan AL-AMB-MM-02; dan
b. alur migrasi mamalia laut (lumba-lumba) di perairan sekitar Lovina
Kabupaten Buleleng dengan kode AL-AMB-MM-03.
Bagian Kelima Kawasan Suci Laut
Pasal 36
(1) Kawasan Suci Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) merupakan Kawasan Tempat Suci atau daerah kekeran pura sad
kahyangan dan pura dang kahyangan sesuai Bhisama Kesucian Pura. (2) Kawasan Suci Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. perairan sekitar Pura Rambut Siwi di Yehembang Kangin Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana dengan kode zona KS-01;
b. perairan sekitar Pura Srijong di Antap Kecamatan Selemadeg
Kabupaten Tabanan dengan kode zona KS-02; c. perairan sekitar Pura Pakendungan dan Pura Tanah Lot di Beraban
Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan dengan kode zona KS-03; d. perairan sekitar Pura Petitenget di Kerobokan Kelod Kecamatan Kuta
Utara Kabupaten Badung dengan kode zona KS-04; e. perairan sekitar Pura Sakenan di Serangan Kecamatan Denpasar
Selatan Kota Denpasar dengan kode zona KS-05;
f. perairan sekitar Pura Erjeruk di Sukawati Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar dengan kode zona KS-06;
g. perairan sekitar Pura Masceti di Medahan Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar, Pura Kentel Gumi di Tusan Kecamatan
Banjarangkan Kabupaten Klungkung dan Pura Watu Klotok di Tojan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung dengan kode zona KS-07; dan
h. perairan sekitar Pura Goa Lawah di Pesinggahan Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung dan Pura Silayukti di Padangbai Kecamatan
Manggis Kabupaten Karangasem dengan kode zona KS-08.
BAB VI
PERATURAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 37
(1) Peraturan Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf e merupakan ketentuan persyaratan Pemanfaatan Ruang dan ketentuan pengendalian yang disusun untuk setiap Zona/subzona
peruntukkan dalam RZWP-3-K. (2) Peraturan Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
merupakan ketentuan yang diperuntukkan sebagai alat pengaturan pengalokasian Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil terdiri atas:
a. peraturan Pemanfaatan Ruang dalam Kawasan/Zona/subzona; b. perizinan;
c. insentif dan disinsentif; dan d. arahan pengenaan sanksi.
(3) Peraturan Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berfungsi untuk: a. menjadi alat pengendali kegiatan pemanfaatan Zona/subzona;
b. menjaga kesesuaian Pemanfaatan Ruang dengan rencana Zonasi; c. menjamin agar kegiatan pemanfaatan baru tidak mengganggu
kegiatan Pemanfaatan Ruang yang telah berjalan dan sesuai dengan
rencana Alokasi Ruang; dan d. mencegah dampak kegiatan Pemanfaatan Ruang yang merugikan.
Bagian Kedua
Peraturan Pemanfaatan Ruang dalam Kawasan/Zona/Subzona
Pasal 38
(1) Peraturan Pemanfaatan Ruang dalam Kawasan/Zona/subzona
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf a merupakan upaya perwujudan RZWP-3-K meliputi:
a. aktivitas yang dibolehkan; b. aktivitas yang tidak dibolehkan; dan c. aktivitas yang dibolehkan setelah memperoleh izin.
(2) Aktivitas yang dibolehkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa Pemanfaatan Ruang untuk segala kegiatan yang dialokasikan
pada suatu Ruang, tidak mempunyai pengaruh dan dampak sehingga tidak mempunyai pembatasan dalam implementasinya, karena baik
secara fisik dasar Ruang maupun fungsi Ruang sekitar saling mendukung dan terkait.
(3) Aktivitas yang tidak dibolehkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b merupakan kegiatan Pemanfaatan Ruang yang sama sekali tidak dibolehkan pada suatu Ruang, karena dapat merusak
lingkungan dan mengganggu kegiatan lain yang ada di sekitarnya. (4) Aktivitas yang dibolehkan setelah memperoleh izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c berupa setiap kegiatan yang diizinkan dialokasikan pada suatu Ruang setelah memperoleh izin sesuai Peraturan Perundang-undangan.
(5) Peraturan Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. (6) Kategori aktivitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat dalam
matriks aktivitas dan Zona/subzona Alokasi Ruang yang dirinci berdasarkan jenis-jenisnya pada masing-masing Zona atau subzona tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga Perizinan
Pasal 39
(1) Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf b diperuntukkan bagi kegiatan Pemanfaatan Ruang dari sebagian
Perairan Pesisir. (2) Perizinan berfungsi sebagai:
a. alat pengawasan dalam Pemanfaatan Ruang untuk mencapai kesesuaian Pemanfaatan Ruang; dan
b. rujukan dalam Pemanfaatan Ruang.
(3) Perizinan disusun berdasarkan:
a. Peraturan Pemanfaataan Ruang; dan
b. ketentuan teknis berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
sektor terkait lainnya. (4) Jenis perizinan terkait Pemanfaatan Ruang laut di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil meliputi: a. Izin Lokasi Perairan; b. Izin Pengelolaan Perairan; dan
c. izin lain berdasarkan Peraturan Perundang-undangan. (5) Setiap pejabat Pemerintah Provinsi yang berwenang menerbitkan izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sesuai dengan RZWP-3-K.
Pasal 40
(1) Setiap Orang yang melakukan Pemanfaatan Ruang dari sebagian
Perairan Pesisir secara menetap wajib memiliki Izin Lokasi Perairan. (2) Pemanfaatan Ruang dari sebagian Perairan Pesisir sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi permukaan laut, kolom air sampai permukaan dasar laut dalam luasan dan waktu tertentu.
(3) Izin Lokasi Perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Gubernur berdasarkan RZWP-3-K yang berlaku dan menjadi dasar pemberian Izin Pengelolaan Perairan.
(4) Izin Lokasi Perairan tidak dapat diberikan pada Zona inti di Kawasan Konservasi, Alur Laut, Kawasan pelabuhan, dan pantai umum.
Pasal 41
(1) Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan sumber daya Perairan
Pesisir dan perairan Pulau-Pulau Kecil wajib memiliki Izin Pengelolaan
Perairan untuk kegiatan: a. produksi garam;
b. wisata bahari; c. pemanfaatan air laut selain energi;
d. pengusahaan pariwisata alam perairan di Kawasan Konservasi; e. pengangkatan barang muatan kapal tenggelam; f. biofarmakologi laut; dan/atau
g. bioteknologi laut; (2) Izin Pengelolaan Perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Gubernur setelah dipenuhinya syarat administratif, teknis, dan operasional.
Pasal 42
(1) Gubernur dalam menerbitkan Izin Lokasi Perairan dan Izin Pengelolaan Perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dan Pasal 41 wajib
mempertimbangkan: a. kelestarian Ekosistem pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
b. ketersediaan lokasi dan/atau akses bagi Masyarakat Lokal dan Masyarakat Tradisional untuk melakukan Pemanfaatan Ruang dan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan Pulau-Pulau Kecil;
c. Nelayan Kecil dan Nelayan Tradisional; d. kepentingan nasional; dan
e. hak lintas damai bagi kapal asing.
(2) Masyarakat Tradisional dan/atau Desa Adat yang memanfaatkan
Ruang laut wajib memiliki Izin Lokasi Perairan dan/atau Izin Pengelolaan Perairan.
(3) Ketentuan mengenai tata cara penerbitan, pemenuhan komitmen, masa berlaku, dan berakhirnya Izin Lokasi Perairan dan Izin Pengelolaan Perairan diatur dalam Peraturan Gubernur.
Bagian Keempat
Insentif dan Disinsentif
Pasal 43
Pemberian insetif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
ayat (2) huruf c dalam pengendalian Pemanfaatan Ruang laut dilaksanakan untuk:
a. meningkatkan upaya pengendalian Pemanfaatan Ruang laut sesuai dengan perencanaan Ruang laut;
b. memfasilitasi kegiatan Pemanfaatan Ruang laut agar sejalan dengan perencanaan Ruang laut; dan
c. meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka
Pemanfaatan Ruang laut yang sejalan dengan perencanaan Ruang laut.
Pasal 44
(1) Ketentuan pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 merupakan ketentuan yang mengatur tentang pemberian imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan yang
didorong perwujudannya dalam RZWP-3-K. (2) Ketentuan pemberian insentif berfungsi sebagai:
a. perangkat untuk mendorong kegiatan dalam Pemanfaatan Ruang yang sejalan dengan RZWP-3-K; dan
b. katalisator perwujudan Pemanfaatan Ruang. (3) Ketentuan pemberian insentif disusun berdasarkan:
a. rencana Alokasi Ruang;
b. Peraturan Pemanfaatan Ruang; c. kriteria pemberian akreditasi; dan
d. Peraturan Perundang-undangan sektor terkait lainnya. (4) Standar dan pedoman pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi: a. relevansi isu prioritas; b. proses konsultasi publik;
c. dampak positif terhadap pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup;
d. dampak terhadap peningkatan kesejahteraan Masyarakat; e. kemampuan implementasi yang memadai; dan
f. dukungan kebijakan dan program Pemerintah Provinsi. (5) Pemberian insentif diberikan dalam bentuk:
a. insentif fiskal berupa keringanan atau pembebasan pajak atau
retribusi daerah; dan
b. insentif non fiskal berupa penambahan dana alokasi khusus,
pemberian kompensasi, subsidi silang, kemudahan prosedur perizinan, imbalan, sewa Ruang, urun saham, pembangunan dan
pengadaan infrastruktur, pengurangan retribusi, prasarana dan sarana, penghargaan dari Pemerintah Provinsi kepada Masyarakat, swasta, dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota, dan/atau publisitas
atau promosi. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian insentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Gubernur.
Pasal 45
(1) Ketentuan pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan
RZWP-3-K. (2) Ketentuan pemberian disinsentif disusun berdasarkan:
a. rencana Alokasi Ruang; b. Peraturan Pemanfaatan Ruang; c. ketentuan tentang larangan dalam pemanfaatan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil; dan d. Peraturan Perundang-undangan sektor terkait lainnya.
(3) Ketentuan pemberian disinsentif diberikan dalam bentuk: a. disinsentif fiskal berupa pengenaan pajak/retribusi daerah yang
tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat Pemanfaatan Ruang; dan
b. disinsentif non fiskal berupa pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, pemberian penalti, pengurangan dana
alokasi khusus, persyaratan khusus dalam perizinan, dan/atau pemberian status tertentu dari Pemerintah atau Pemerintah
Provinsi. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian disinsentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Gubernur.
Bagian Kelima
Arahan Pengenaan Sanksi
Pasal 46
(1) Arahan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 ayat (2) huruf d merupakan tindakan penertiban yang dilakukan kepada Setiap Orang yang melakukan pelanggaran
Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang berupa sanksi administratif dan/atau sanksi pidana.
(2) Pelanggaran Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
tidak sesuai dengan RZWP-3-K dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
b. Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang tidak sesuai dengan izin yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang;
c. Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan/atau
d. Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang menghalangi akses publik.
(3) Arahan pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan berdasarkan: a. hasil pengawasan Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil; b. tingkat simpangan implementasi RZWP-3-K;
c. kajian antar-instansi yang berwenang; dan d. Peraturan Perundang-undangan sektor terkait.
BAB VII
LARANGAN
Pasal 47
Setiap Orang dilarang melakukan:
a. Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang tidak sesuai dengan RZWP-3-K dan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan; b. Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang tidak
sesuai dengan izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang; c. Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil; dan/atau d. Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
menghalangi akses publik.
BAB VIII
INDIKASI PROGRAM
Pasal 48
(1) Indikasi program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf g
merupakan upaya perwujudan rencana Alokasi Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sesuai Peraturan Pemanfaatan Ruang.
(2) Indikasi program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui penyusunan dan pelaksanaan program Pemanfaatan Ruang beserta sumber pendanaannya.
(3) Indikasi program sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat: a. usulan program utama;
b. lokasi program; c. sumber pendanaan; d. institusi pelaksana program; dan
e. waktu dan tahapan pelaksanaan. (4) Indikasi program utama disusun untuk waktu pelaksanaan selama 20
(dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan. (5) Pendanaan indikasi program bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, badan usaha, lembaga swadaya Masyarakat, Masyarakat, dan/atau kerja sama pendanaan.
(6) Kerjasama pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(7) Indikasi program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.
BAB IX KELEMBAGAAN
Pasal 49
(1) Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan RZWP-3-K Provinsi maka koordinasi dan kerjasama antarsektor dan/atau
antardaerah bidang penataan Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil terintegrasi oleh TKPRD Provinsi dan/atau Dinas Kelautan dan Perikanan.
(2) Susunan, keanggotaan, tugas, dan fungsi kelembagaan TKPRD Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
BAB X
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 50
(1) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf i dilakukan untuk menjamin terselenggaranya Pemanfaatan Ruang sesuai RZWP-3-K secara tertib terhadap
pelaksanaan Pemanfaatan Ruang oleh pejabat pengawas yang berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Wewenang pejabat dalam pengawasan dan/atau pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Gubernur.
(3) Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan dan/atau pengendalian terhadap pelaksanaan Pemanfaatan Ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1). (4) Peran Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 51
(1) Pengawasan PWP-3-K meliputi perencanaan dan pelaksanaan
PWP-3-K. (2) Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan PWP-3-K
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait sesuai dengan kewenangannya.
(3) Pengawasan secara terkoordinasi dengan instansi terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam hal: a. pengumpulan dan perolehan dokumen rencana pengelolaan;
b. pertukaran data dan informasi; c. tindak lanjut laporan/pengaduan;
d. pemeriksaan sampel; dan e. kegiatan lain dalam menunjang pelaksanaan pengawasan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. (4) Pengawasan PWP-3-K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu
pada RZWP-3-K sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
(5) Pejabat pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) melakukan pengawasan terhadap pemanfaatan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil yang dilakukan di: a. Kawasan Pemanfaatan Umum;
b. Kawasan Konservasi; c. Kawasan Strategis Nasional Tertentu; d. Kawasan Strategis Nasional;
e. Kawasan Suci Laut; dan f. Alur Laut.
(6) Pejabat pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) selain melakukan pengawasan terhadap pemanfaatan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (5) juga melakukan pengawasan terhadap kegiatan: a. Rehabilitasi;
b. Reklamasi; dan c. Mitigasi Bencana.
(7) Pengawasan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil harus memperhatikan kearifan lokal, Masyarakat Tradisional, dan Desa Adat.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan PWP-3-K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Gubernur.
Bagian Ketiga Pengendalian
Pasal 52
(1) Gubernur melakukan pengendalian terhadap RZWP-3-K. (2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kebijakan
terhadap perencanaan dan program dan/atau kegiatan Pemanfaatan Ruang.
BAB XI
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu Hak Masyarakat
Pasal 53
Dalam PWP-3-K, Masyarakat berhak untuk: a. memperoleh akses terhadap bagian Perairan Pesisir yang sudah diberi
Izin Lokasi Perairan dan Izin Pengelolaan Perairan; b. mengusulkan Wilayah penangkapan ikan secara tradisional ke dalam
RZWP-3-K;
c. melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; d. memperoleh manfaat atas pelaksanaan PWP-3-K;
e. memperoleh informasi berkenaan dengan PWP-3-K; f. mengajukan laporan dan pengaduan kepada pihak yang berwenang atas
kerugian yang menimpa dirinya yang berkaitan dengan pelaksanaan
PWP-3-K; g. menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaan yang sudah
diumumkan dalam jangka waktu tertentu; h. melaporkan kepada penegak hukum akibat dugaan pencemaran
dan/atau perusakan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang merugikan kehidupannya;
i. mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang merugikan kehidupannya; j. memperoleh ganti rugi; dan
k. mendapat pendampingan dan bantuan hukum terhadap permasalahan yang dihadapi dalam PWP-3-K.
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 54
Dalam PWP-3-K, Masyarakat berkewajiban:
a. memberikan informasi berkenaan dengan PWP-3-K; b. menjaga, melindungi, dan memelihara kelestarian Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil;
c. menyampaikan laporan terjadinya bahaya, pencemaran, dan/atau kerusakan lingkungan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
d. memantau pelaksanaan RPWP-3-K; dan/atau e. melaksanakan program PWP-3-K yang disepakati di tingkat desa.
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 55
(1) Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan serta
dalam PWP-3-K dalam tahap: a. perencanaan; b. pelaksanaan; dan
c. pengawasan.
(2) Peran Masyarakat dalam perencanaan PWP-3-K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan melalui:
a. usulan penyusunan RSWP-3-K, RZWP-3-K, RPWP-3-K, dan RAPWP-3-K; dan
b. penyusunan RSWP-3-K, RZWP-3-K, RPWP-3-K, dan RAPWP-3-K.
(3) Peran Masyarakat dalam pelaksanaan PWP-3-K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan:
a. konsistensi pada perencanaan PWP-3-K yang telah disepakati; b. melakukan Mitigasi Bencana terhadap kegiatan yang berpotensi
mengakibatkan kerusakan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; c. melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil;
d. memperhatikan keberadaan Masyarakat hukum adat dan tidak bertentangan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
e. menjaga, memelihara, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta kelestarian fungsi lingkungan hidup di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil; f. memantau pelaksanaan RPWP-3-K; dan g. memberikan informasi atau laporan dalam pelaksanaan PWP-3-K.
(4) Peran Masyarakat dalam pengawasan PWP-3-K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan:
a. melaporkan kerugian yang menimpa dirinya yang berkaitan dengan pelaksanaan PWP-3-K;
b. melaporkan dugaan pencemaran dan/atau perusakan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang merugikan kehidupannya; dan/atau
c. melaporkan terjadinya bahaya, pencemaran, dan/atau kerusakan lingkungan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
BAB XII PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 56
(1) Penyelesaian sengketa dalam PWP-3-K ditempuh melalui pengadilan dan/atau di luar pengadilan.
(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap tindak pidana PWP-3-K sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 57
(1) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan para pihak sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan diselenggarakan untuk
mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian
dan/atau mengenai tindakan tertentu guna mencegah terjadinya atau terulangnya dampak penting sebagai akibat tidak dilaksanakannya
PWP-3-K.
(3) Dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan jasa pihak ketiga, baik yang memiliki kewenangan mengambil keputusan maupun yang tidak
memiliki kewenangan mengambil keputusan untuk membantu penyelesaian sengketa.
(4) Hasil kesepakatan penyelesaian sengketa di luar pengadilan harus
dinyatakan secara tertulis dan bersifat mengikat para pihak.
BAB XIII
MITIGASI BENCANA
Pasal 58
(1) Pemerintah Provinsi menyelenggarakan Mitigasi Bencana di Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagai bagian dari PWP-3-K. (2) Pemerintah Provinsi menyelenggarakan upaya pengamanan pantai pada
pantai yang mengalami erosi dan/atau abrasi. (3) Ketentuan mengenai tata cara Mitigasi Bencana sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur dalam Peraturan Gubernur.
Pasal 59
(1) Setiap Orang dan/atau penanggung jawab kegiatan yang mengelola
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil wajib melakukan Mitigasi Bencana sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Setiap Orang dan/atau penanggung jawab kegiatan yang mengelola
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam kegiatan Mitigasi Bencana bertanggung jawab:
a. menjaga lingkungan, memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
b. melakukan kegiatan Mitigasi Bencana bagi aktivitasnya dan pemanfaatan lainnya.
BAB XIV
REHABILITASI
Pasal 60
(1) Pemerintah Provinsi menyelenggarakan Rehabilitasi sebagai bagian dari
PWP-3-K. 2) Ketentuan mengenai tata cara Rehabilitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Gubernur.
Pasal 61
(1) Setiap Orang dan/atau penanggung jawab kegiatan yang mengelola
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang melawan hukum dan mengakibatkan kerusakan Ekosistem dan/atau Populasi Ikan yang
melampaui kriteria kerusakan Ekosistem dan/atau Populasi Ikan dan/atau pencemaran laut yang melampaui baku mutu air laut wajib
membayar ganti kerugian kepada negara dan/atau melakukan tindakan tertentu berdasarkan putusan pengadilan.
(2) Tindakan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
kewajiban untuk melakukan Rehabilitasi atau membayar biaya Rehabilitasi kepada negara.
(3) Selain tindakan tertentu, Setiap Orang dan/atau penanggung jawab kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan sita jaminan dan jumlah uang paksa (dwangsom) berdasarkan putusan
pengadilan.
Pasal 62
(1) Setiap Orang dan/atau penanggung jawab kegiatan yang mengelola Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dapat dibebaskan dari kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) jika yang bersangkutan
dapat membuktikan bahwa pencemaran dan/atau perusakan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil disebabkan oleh salah satu alasan
berikut: a. bencana alam;
b. keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia (force majeure); atau c. tindakan pihak ketiga.
(2) Dalam hal terjadi kerugian yang disebabkan kesengajaan oleh pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, pihak ketiga bertanggung jawab membayar ganti kerugian.
BAB XV GUGATAN PERWAKILAN
Pasal 63
(1) Masyarakat berhak mengajukan Gugatan Perwakilan ke pengadilan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab PWP-3-K, organisasi kemasyarakatan berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan
pelestarian fungsi lingkungan hidup. (3) Organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
memenuhi persyaratan berikut:
a. merupakan organisasi resmi di Wilayah tersebut atau organisasi nasional;
b. berbentuk badan hukum; c. memiliki anggaran dasar yang dengan tegas menyebutkan dengan
tujuan didirikannya organisasi untuk kepentingan pelestarian lingkungan hidup; dan
d. telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasar dan
anggaran rumah tangganya. (4) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti kerugian kecuali penggantian biaya atau
pengeluaran yang nyata-nyata dibayarkan.
BAB XVI
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 64
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (1) dan Pasal 41 ayat (1) dikenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa: a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan; c. penutupan lokasi; d. pencabutan sementara izin;
e. pencabutan tetap izin; dan/atau f. denda administratif.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Gubernur.
BAB XVII KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 65
(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya di bidang PWP-3-K diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk membantu Pejabat Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang PWP-3-K agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan PWP-3-K; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang PWP-3-K;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen–dokumen lain berkenaan tindak pidana di bidang PWP-3-K;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang PWP-3-K;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang PWP-3-K;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai saksi atau tersangka; j. menghentikan penyidikan; dan
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang PWP-3-K menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum dan berkoordinasi dengan Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia di Daerah.
BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 66
Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (1), Pasal 41 ayat (1), Pasal 47, Pasal 59 ayat (1), dan Pasal 61 ayat (1) diancam dengan pidana kurungan atau pidana denda sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 67
Pejabat Pemerintah Provinsi yang berwenang menerbitkan izin tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (5) diancam dengan pidana kurungan atau denda sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
BAB XIX KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 68
(1) Peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan PWP-3-K dinyatakan
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah
ini. (2) Izin Lokasi Perairan, Izin Pengelolaan Perairan, dan izin lain
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (4) yang telah dikeluarkan dan tidak bertentangan
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya izin.
(3) Izin Lokasi Perairan, Izin Pengelolaan Perairan, dan izin lain
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini, berlaku ketentuan: a. izin yang belum dilaksanakan pembangunan dan/atau
pengelolaannya, wajib disesuaikan berdasarkan Peraturan Daerah ini;
b. izin yang sudah dilaksanakan pembangunan dan/atau
pengelolaannya, wajib disesuaikan berdasarkan Peraturan Daerah ini untuk dapat dilaksanakan sampai habis jangka waktu
berlakunya; c. izin yang sudah dilaksanakan pembangunan dan/atau
pengelolaannya dan tidak memungkinkan untuk dilakukan
penyesuaian berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin tersebut dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat
pembatalan izin tersebut diberikan penggantian yang layak sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
d. penggantian terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin sebagaimana dimaksud pada huruf c, dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Semesta Berencana
Provinsi.
BAB XX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 69
(1) Dalam hal Kawasan Konservasi yang belum ditetapkan oleh Menteri
pada saat Peraturan Daerah ini ditetapkan, Kawasan Konservasi tersebut dan Alokasi Ruangnya disesuaikan dengan hasil penetapan
oleh Menteri. (2) Dalam hal subzona DLKr dan DLKp yang belum ditetapkan oleh
Menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang
perhubungan laut pada saat Peraturan Daerah ini ditetapkan, subzona DLKr dan DLKp tersebut dan Alokasi Ruangnya disesuaikan dengan
Alokasi Ruang pada RZWP-3-K ini. (3) Dalam hal subzona WKOPP yang belum ditetapkan oleh Menteri pada
saat Peraturan Daerah ini ditetapkan, subzona WKOPP tersebut dan Alokasi Ruangnya disesuaikan dengan Alokasi Ruang pada RZWP-3-K ini.
(4) Dalam hal penetapan KSN oleh Menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang penataan Ruang yang belum disepakati pada
saat Peraturan Daerah ini ditetapkan, KSN tersebut dan Alokasi Ruangnya disesuaikan dengan hasil penetapan KSN oleh Menteri yang
membidangi penataan Ruang. (5) Dalam hal alur pelayaran regional dan alur pelayaran lokal yang belum
ditetapkan pada RZWP-3-K ini akan ditetapkan oleh pejabat yang
membidangi urusan pemerintahan di bidang perhubungan laut. (6) Luas Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang tercantum pada Zona
dan/atau subzona dalam Lampiran IV Peraturan Daerah ini, tidak mencerminkan luas Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
sebenarnya. (7) Pemerintah Provinsi dapat menyusun Rencana Zonasi Rinci dan/atau
RPWP-3-K pada lokasi tertentu yang diprioritaskan.
BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 70
Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3),
Pasal 44 ayat (6), 45 ayat (4), Pasal 50 ayat (2), Pasal 51 ayat (8), Pasal 58 ayat (3), Pasal 60 ayat (2), dan Pasal 64 ayat (3) ditetapkan paling lama
1 (satu) tahun sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini.
Pasal 71
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar Setiap Orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi.
Ditetapkan di Bali
pada tanggal ...
GUBERNUR BALI,
WAYAN KOSTER
Diundangkan di Bali
pada tanggal ...
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI,
DEWA MADE INDRA
LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI TAHUN ….... NOMOR .......
NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI : .......
PENJELASAN
ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI
NOMOR ....... TAHUN …….
TENTANG
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI TAHUN 2020-2040
I. UMUM
Provinsi Bali terdiri dari Pulau Bali sebagai pulau utama dan beberapa pulau kecil merupakan satu kesatuan Wilayah yang dikelola melalui pendekatan terintegrasi antara Ekosistem darat dan Ekosistem
laut. Luas Wilayah Provinsi Bali yaitu 5.636,66 km2, secara administratif terdiri atas delapan kabupaten dan satu kota. Luas
daratan Wilayah pesisirnya yaitu 3.512,68 km2 atau 62,3% dari total luas Wilayah yang terdiri dari 7 kabupaten dan 1 kota serta 35
kecamatan. Luas Perairan Pesisir lebih kurang 9.150 km2 dan panjang Garis Pantai lebih kurang 633 km. Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Bali merupakan suatu sistem sumber daya alam dan
lingkungan hidup berserta sistem sosial, budaya, ekonomi, dan hankam yang mempunyai peranan penting bagi pembangunan daerah dan
nasional. Perairan Pesisir Provinsi Bali merupakan area yang
menghubungkan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia dimana terdapat aliran massa air Arus Lintas Indonesia (Arlindo) atau Indonesian Through Flow (ITF). Sebagai penghubung Samudera Pasifik
dan Samudera Hindia menjadikan Perairan Pesisir Bali dan sekitarnya sangat mendukung keragaman Ekosistem pesisir. Sekitar 75% Garis
Pantai Pulau Bali dan Pulau-Pulau Kecilnya merupakan habitat terumbu karang. Bersama-sama dengan Ekosistem mangrove dan
padang lamun, Ekosistem-Ekosistem pesisir sangat mendukung tingginya produktivitas hayati Perairan Pesisir yang berkontribusi bagi perikanan dan pariwisata.
Kombinasi antara arus yang kuat dan morfologi dasar laut berupa cekungan dan palung serta tebing-tebing berundak dasar laut
menyebabkan banyaknya muncul upwelling air dingin yang menjadi faktor kunci bagi habitat pelagik ekonomis penting, seperti ikan lemuru,
tongkol dan cakalang. Sumber daya ikan pelagis ini menjadi tumpuan bagi Nelayan Tradisional yang jangkauan penangkapannya sangat
terbatas hanya di Perairan Pesisir. Kondisi oseanografi yang demikian juga menjadikan Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Bali sebagai koridor migrasi berbagai jenis mamalia laut dan beberapa
spesies genting seperti penyu, paus, lumba-lumba, pari manta dan Mola-mola. Jika dilindungi dan dikelola dengan tepat, Perairan Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Bali dapat menjadi kantong-kantong bagi kehidupan laut dan perikanan yang produktif serta mendukung
pariwisata yang berdaya saing. Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Bali mengalami
perkembangan pembangunan yang pesat, baik secara langsung maupun
tidak langsung bertumpu pada Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil. Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil telah berkembang menjadi
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Berbeda dengan daerah lainnya, pembangunan Provinsi Bali bertumpu pada sektor pariwisata sebagai
sektor unggulan dan pengganda yang mempunyai keterkaitan erat dalam mendorong sektor-sektor lainnya seperti perikanan, transportasi, industri pengolahan, dan jasa-jasa lainnya. Kontribusi sektor pariwisata
melalui Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum bagi pembentukan nilai tambah perekonomian Provinsi Bali dalam periode 2011-2015 rata-
rata 21,43% pertahun dengan pertumbuhan 7,04% pertahun. Sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang digerakkan oleh
sektor pariwisata maka pendayagunaan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan Pulau-Pulau Kecil juga cenderung akan berkembang pesat seiring dengan perkembangan pembangunan
kepariwisataan nasional yang mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan pasar pariwisata nasional terutama pasar Asia dan Pasifik
cenderung akan terus tumbuh di masa yang akan datang sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan transportasi. Dalam satu
dekade terakhir (periode 2006-2015), pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara mencapai rata-rata 8,65% pertahun dan wisatawan nusantara rata-rata 13,11% pertahun.
Pesatnya pembangunan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di satu sisi memberi kontribusi yang besar bagi peningkatan
perekonomian Wilayah namun di sisi lain muncul berbagai permasalahan yang kompleks, antara lain kerusakan dan alterasi
Ekosistem pesisir, erosi/abrasi pantai, pencemaran Perairan Pesisir, berkurangnya habitat peneluran penyu, kemerosotan sumber daya ikan dan konflik pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Berbagai permasalahan di atas merupakan dampak dari pengembangan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil cenderung bersifat transformatif
yang merubah bentang alam dan eksploitatif terhadap Ekosistem pesisir. Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil juga masih menjadi
kantong-kantong kemiskinan di Bali khususnya Wilayah Pesisir di luar Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Gianyar. Sementara itu, untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya Perairan Pesisir
melalui peningkatan investasi guna memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha masih terhambat oleh kekosongan regulasi
Pemanfaatan Ruang laut. Di sisi lain pembangunan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
tidak terlepas dari ancaman bencana pesisir dan dampak perubahan iklim. Ditinjau dari aspek geografis, geologis, dan hidro-meteorologis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Bali merupakan salah
satu Kawasan rentan terhadap ancaman bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, abrasi pantai, angin kencang, dan gelombang
badai pasang. Demikian juga bahwa Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau kecil Provinsi Bali rentan terhadap dampak pemanasan global dan
perubahan iklim. Dalam rangka mengoptimalkan peran Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil bagi pembangunan secara berdaya guna dan
berkelanjutan, mengatasi permasalahan dan ancaman yang ada, dibutuhkan perangkat perencanaan pengelolaan yang menentukan arah
penggunaan sumber daya. Dengan demikian Provinsi Bali menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) sebagai pelaksanaan amanat Peraturan Perundang-undangan.
Penetapan Peraturan Daerah tentang RZWP-3-K Provinsi Bali merupakan mandat Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 dalam Pasal 9 ayat (5) disebutkan RZWP-3-K ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas.
Pasal 2 Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1) Huruf a
Cukup jelas. Huruf b
Penentuan batas Wilayah Perairan Pesisir antara dua daerah provinsi yang saling berhadapan dengan jarak kurang dari 24 (dua puluh empat) mil laut diukur
berdasarkan prinsip garis tengah. Ayat (2)
Cukup jelas. Ayat (3)
Cukup jelas. Pasal 4
Yang dimaksud dengan “sad kerthi” adalah upaya untuk menyucikan
jiwa (atma kerthi), menjaga kelestarian hutan (wana kerthi), dan danau (danu kerthi) sebagai sumber air bersih, laut beserta pantai
(segara kerthi), keharmonisan sosial dan alam yang dinamis (jagat kerthi), dan membangun kualitas sumber daya manusia (jana kerthi).
Yang dimaksud dengan kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang
masih berlaku dalam tata kehidupan Masyarakat.
Huruf a Asas keberlanjutan diterapkan agar: 1. pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
tidak melebihi kemampuan regenerasi sumber daya hayati atau laju inovasi substitusi sumber daya nonhayati pesisir;
2. pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil saat ini tidak boleh mengorbankan kebutuhan generasi yang
akan datang atas Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan
3. pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
yang belum diketahui dampaknya harus dilakukan secara hati-hati dan didukung oleh penelitian ilmiah yang memadai.
Huruf b Asas konsistensi merupakan konsistensi dari berbagai instansi
dan tingkat pemerintahan, dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan untuk melaksanakan program PWP-3-K yang telah diakreditasi.
Huruf c Asas keterpaduan dikembangkan dengan:
1. mengintegrasikan kebijakan dengan perencanaan berbagai sektor pemerintahan secara horizontal dan secara vertikal antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah; dan
2. mengintegrasikan Ekosistem darat dengan Ekosistem laut berdasarkan masukan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam PWP-3-K.
Huruf d Asas kepastian hukum diperlukan untuk menjamin kepastian hukum yang mengatur PWP-3-K secara jelas dan dapat
dimengerti dan ditaati oleh semua pemangku kepentingan; serta keputusan yang dibuat berdasarkan mekanisme atau cara yang
dapat dipertanggungjawabkan dan tidak memarjinalkan Masyarakat.
Huruf e Asas kemitraan merupakan kesepakatan kerja sama antarpihak yang berkepentingan berkaitan dengan PWP-3-K.
Huruf f Asas pemerataan ditujukan pada manfaat ekonomi Sumber
Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang dapat dinikmati oleh sebagian besar anggota Masyarakat.
Huruf g Asas Peran Masyarakat dimaksudkan: 1. agar Masyarakat mempunyai peran dalam perencanaan,
pelaksanaan, sampai tahap pengawasan dan pengendalian; 2. memiliki informasi yang terbuka untuk mengetahui
kebijakan Pemerintah dan mempunyai akses yang cukup untuk memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil; 3. menjamin adanya representasi suara Masyarakat dalam
keputusan tersebut;
4. memanfaatkan sumber daya tersebut secara adil. Huruf h
Asas keterbukaan dimaksudkan adanya keterbukaan bagi Masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang PWP-3-K, dari tahap perencanan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sampai tahap evaluasi dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara. Huruf i
Asas desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintahan dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan di bidang PWP-3-K.
Huruf j
Asas akuntabilitas dimaksudkan bahwa PWP-3-K dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
Huruf k Asas keadilan merupakan asas yang berpegang pada
kebenaran, tidak berat sebelah, tidak memihak, dan tidak sewenang-wenang dalam pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Pasal 5 Prinsip satu kesatuan Wilayah yaitu satu pulau, satu pola, dan satu tata kelola adalah setara dengan prinsip pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil terpadu yang mengintegrasikan kegiatan: a. antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
b. antar-Pemerintah Daerah; c. antarsektor;
d. antara Pemerintah, dunia usaha, dan Masyarakat; e. antara Ekosistem darat dan Ekosistem laut; dan f. antara ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip manajemen.
Pasal 6 Cukup jelas
Pasal 7 Cukup jelas
Pasal 8 Cukup jelas
Pasal 9
Huruf a Cukup jelas.
Huruf b Pengarusutamaan nilai-nilai sosial, budaya, spiritual, dan
kearifan lokal dalam PWP-3-K bermakna bahwa PWP-3-K memperhatikan nilai-nilai luhur yang masih berlaku dalam tata kehidupan Masyarakat, adat istiadat Masyarakat, norma-norma
agama, dan nilai-nilai spiritual. Huruf c
Cukup jelas. Huruf d
Cukup jelas. Huruf e
Yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat adalah
upaya pemberian fasilitas, dorongan, atau bantuan kepada Masyarakat dan Nelayan Tradisional agar mampu menentukan
pilihan yang terbaik dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara lestari.
Huruf f Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas. Pasal 10
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b Yang dimaksud “segara kerthi” adalah laut atau samudera
sebagai sumber alam tempat leburnya semua kekeruhan, yang harus dilestarikan dengan tidak melakukan
pencemaran dan perusakan lingkungan pesisir dan laut serta menjaga nilai-nilai kesucian dan keasriannya.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d Cukup jelas.
Ayat (3) Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b Cukup jelas.
Huruf c Yang dimaksud pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil yang bersifat non-ekstraktif adalah pemanfaatan dengan cara tidak memanen atau mengambil berupa barang atau benda tetapi pemanfaatan jasa-jasa
antara lain pemanfaatan pariwisata alam, energi kelautan, dan transportasi laut.
Yang dimaksud dengan kaidah konservasi adalah pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
yang memadukan kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan sumber daya hayati, dan pemanfaatan secara lestari sumber daya hayati dan
Ekosistemnya. Huruf d
Cukup jelas. Ayat (4)
Huruf a Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas. Huruf c
Yang dimaksud jejaring Kawasan Konservasi adalah kerja sama pengelolaan 2 (dua) atau lebih Kawasan Konservasi
secara sinergis yang memiliki keterkaitan biofisik.
Yang dimaksud jejaring lokal adalah jejaring Kawasan Konservasi yang terdapat dalam suatu hamparan ekoregion
yang berada dalam 1 (satu) provinsi serta memiliki keterkaitan Ekosistem.
Yang dimaksud jejaring nasional adalah jejaring Kawasan Konservasi dalam suatu hamparan ekoregion yang terdapat
dalam lebih dari 1 (satu) provinsi serta memiliki keterkaitan Ekosistem.
Yang dimaksud jejaring regional adalah jejaring Kawasan
Konservasi yang terdapat dalam suatu hamparan ekoregion yang mencakup dua atau lebih negara bertetangga serta
memiliki keterkaitan Ekosistem.
Yang dimaksud jejaring global adalah jejaring Kawasan
Konservasi yang terdapat dalam suatu hamparan beberapa ekoregion yang berbeda tetapi mempunyai keterkaitan Ekosistem secara global dan mencakup beberapa negara.
Ayat (5) Huruf a
Cukup jelas. Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c Cukup jelas.
Huruf d Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas. Huruf f
Yang dimaksud perikanan tangkap skala kecil adalah kegiatan perikanan tangkap yang dilakukan oleh Nelayan
Kecil dimana mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Huruf g Cukup jelas.
Huruf h Cukup jelas.
Huruf i Yang dimaksud dengan energi baru dan terbarukan yang bersumber dari jasa kelautan antara lain energi panas laut
(ocean thermal), energi pasang surut (tidal energy), energi gelombang (wind wave energy), dan energi arus laut
(current energy). Huruf j
Cukup jelas. Huruf k
Cukup jelas. Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m Yang dimaksud dengan air laut-dalam adalah air laut yang
berada di kedalaman 350 m atau lebih. Air laut-dalam ini memiliki karakter yang unik seperti suhu yang rendah
sekitar 10 derajat Celcius, air tergolong stabil dan matang karena terbentuk dalam ribuan tahun lamanya, relatif bebas dari virus dan bakteri, dan memiliki kandungan
mineral yang tinggi. Karakter air laut-dalam yang unik inilah yang membuat potensi pemanfaatannya menjadi
sangat potensial. Huruf n
Konsep ekonomi biru (blue economy) adalah konsep pengembangan yang membidik tiga kepentingan, yakni
pertumbuhan, kesejahteraan Masyarakat, dan penyehatan lingkungan. Ekonomi biru dapat dilihat sebagai tindakan yang bertumpu pada pengembangan ekonomi rakyat secara
komprehensif guna mencapai pembangunan secara keseluruhan, sumber daya laut yang diolah akan
dimanfaatkan secara optimal sebagai basis utama pembangunan ekonomi nasional. Beberapa pengertian
ekonomi biru yaitu: 1. Suatu proses dimana semua bahan baku berikut proses
produksi berasal dari alam semesta dan mengikuti cara
alam bekerja.
2. Model ekonomi ke depan akan memperhitungkan
keuntungan dan strategi inovasi dengan mengikuti kondisi alam.
3. Ekonomi biru merupakan suatu alat yang dapat
digunakan untuk memperbaiki kondisi ekonomi yang
telah kurang baik dan menciptakan lebih banyak kegiatan dalam bentuk model yang berkelanjutan.
4. Memberikan solusi terbaik dengan cara mentransfer ekonomi dan menghasilkan komunitas untuk masa yang
akan datang sehingga akan lebih baik. Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7) Cukup jelas
Pasal 11 Ayat (1)
Yang dimaksud Alokasi Ruang adalah distribusi peruntukkan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sejauh 12 mil laut yang terdiri dari Alokasi Ruang dengan fungsi-fungsi
tertentu. Penentuan Alokasi Ruang dilakukan melalui analisis kesesuaian Perairan Pesisir, untuk menghasilkan usulan
Alokasi Ruang menjadi peta RZWP-3-K. Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Ayat (5) Cukup jelas
Pasal 12 Cukup jelas
Pasal 13
Ayat (1) Huruf a
Yang dimaksud wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil adalah aktivitas wisata yang memanfaatkan
Ruang pantai/pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dari air surut tertinggi sampai surut terendah, antara lain rekreasi pantai, permainan pantai, berjemur, mandi, renang, dan
berkano atau berdayung. Huruf b
Yang dimaksud wisata alam bawah laut adalah aktivitas wisata yang memanfaatkan Ruang dan/atau daya tarik
wisata alam yang berada di dasar dan/atau di bawah permukaan air antara lain menyelam, snorkeling, hookah, perahu lambung kaca, kapal selam, dan semi-kapal selam.
Huruf c. Yang dimaksud olah raga air adalah aktivitas wisata yang
memanfaatkan Ruang permukaan air, antara lain parasailing, banana boat, jetski, dan berselancar.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4) Cukup jelas.
Pasal 14 Cukup jelas.
Pasal 15 Ayat (1)
Huruf a Yang dimaksud subzona demersal adalah perairan yang
digunakan untuk aktivitas penangkapan ikan yang sebagian besar dari siklus hidupnya berada di dasar atau dekat dasar perairan, termasuk ikan-ikan yang hidup di
Ekosistem terumbu karang. Huruf b
Yang dimaksud subzona pelagis adalah perairan yang digunakan untuk aktivitas penangkapan ikan yang
sebagian sebagian besar dari siklus hidupnya berada di permukaan atau dekat permukaan perairan.
Huruf c
Cukup jelas. Ayat (2)
Cukup jelas. Ayat (3)
Cukup jelas. Ayat (4)
Pasal 16
Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Huruf a Cukup jelas.
Huruf b
Subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Benoa dipergunakan bersama dengan Pelabuhan Perikanan.
Huruf c Subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Serangan
dipergunakan bersama dengan Pelabuhan Perikanan. Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e Cukup jelas.
Huruf f Cukup jelas.
Huruf g Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas. Huruf i
Cukup jelas. Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Subzona DLKr dan DLKp Pelabuhan Sangsit dipergunakan bersama dengan Pelabuhan Perikanan.
Huruf l Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas. Huruf n
Cukup jelas. Huruf o
Cukup jelas. Huruf p
Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.
Pasal 17 Ayat (1)
Cukup jelas. Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 18 Ayat (1)
Huruf a Yang dimaksud subzona operasi bandar udara adalah
Kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang,
bongkar muat barang dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
Huruf b Yang dimaksud subzona keselamatan operasional penerbangan adalah Wilayah daratan atau perairan dan
Ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka
menjamin keselamatan penerbangan. Ayat (2)
Cukup jelas. Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4) Cukup jelas.
Ayat (5) Cukup jelas.
Pasal 19 Ayat (1)
Yang dimaksud dengan subzona garam rakyat adalah perairan
pantai yang digunakan untuk aktivitas pergaraman oleh petambak garam kecil dengan luas lahan kurang dari 5 (lima)
hektar. Ayat (2)
Cukup jelas. Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Pasal 21 Ayat (1)
Yang dimaksud subzona pasir laut adalah perairan yang
dipergunakan untuk aktivitas penambangan bahan galian pasir yang tidak mengandung unsur mineral golongan A dan/atau
golongan B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas. Pasal 22
Ayat (1) Yang dimaksud subzona pembangkit listrik adalah lokasi
pembangkit listrik dan daerah sekitarnya sebagai penyangga operasional pembangkit listrik tenaga uap.
Ayat (2)
Cukup jelas. Pasal 23
Ayat (1) Huruf a
Cukup jelas. Huruf b
Yang dimaksud subzona pemangkalan nelayan adalah
Ruang di daerah pantai dan perairan sekitarnya yang dipergunakan oleh Nelayan Tradisional atau Nelayan Kecil
untuk pemangkalan perahu dan aktivitas kenelayanan lainnya.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas. Ayat (4)
Cukup jelas. Pasal 24
Cukup jelas Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26 Cukup jelas
Pasal 27 Ayat (1)
Cukup jelas. Ayat (2)
Yang dimaksud taman wisata perairan adalah Kawasan
Konservasi Perairan dengan tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi.
Ayat (3) Cukup jelas.
Pasal 28 Ayat (1)
Cukup jelas. Ayat (2)
Yang dimaksud dengan titik-titik suci atau situs suci
kemaritiman adalah pura, muntig (bagian teluk yang menjadi daratan saat air surut), loloan (pertemuan sungai dengan laut),
sawangan (loloan yang dalam), dan lamun (kumpulan tanaman laut).
Ayat (3) Cukup jelas.
Pasal 29 Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas. Pasal 31
Cukup jelas. Pasal 32
Cukup jelas. Pasal 33
Ayat (1)
Huruf a Yang dimaksud Alur Laut Kepulauan Indonesia adalah Alur
Laut yang dilalui oleh kapal atau pesawat udara asing di atas Alur Laut tersebut, untuk melaksanakan pelayaran
dan penerbangan dengan cara normal semata-mata untuk transit yang terus menerus, langsung dan secepat mungkin serta tidak terhalang melalui atau di atas perairan
kepulauan dan laut teritorial yang berdampingan antara satu bagian laut lepas atau Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia dan bagian laut lepas atau Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia lainnya.
Huruf b Yang dimaksud alur pelayaran internasional adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari kapal angkutan laut antarnegara.
Yang dimaksud angkutan laut adalah kegiatan angkutan yang menurut kegiatannya melayani kegiatan angkutan
laut. Huruf c
Alur pelayaran nasional adalah perairan yang dari segi
kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari kapal angkutan
laut di dalam negeri. Huruf d
Alur pelayaran regional adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari kapal angkutan
laut dan/atau angkutan penyeberangan antarprovinsi.
Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi
sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh
perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
Huruf e
Alur pelayaran lokal adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya
dianggap aman dan selamat untuk dilayari kapal angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan dalam provinsi.
Huruf f Bagan pemisah lalu lintas (traffic separation scheme) adalah skema penjaluran yang dimaksudkan untuk memisahkan
lalu lintas kapal arah berlawanan dengan tata cara yang tepat dan dengan pengadaan jalur lalu lintas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas. Ayat (5)
Cukup jelas. Ayat (6)
Cukup jelas. Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 34 Cukup jelas.
Pasal 35 Cukup jelas.
Pasal 36 Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas. Pasal 38
Cukup jelas. Pasal 39
Ayat (1) Ketentuan perizinan merupakan alat pengendali Pemanfaatan Ruang yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan melalui proses administrasi dan teknis yang wajib dipenuhi sebelum kegiatan
pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilaksanakan, guna menjamin kesesuaian Pemanfaatan Ruang
di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “izin lain berdasarkan Peraturan Perundang-undangan” adalah izin Pemanfaatan Ruang
dan/atau Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang berdasarkan Peraturan Perundang-undangan, seperti izin Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
untuk Daerah Lingkungan Kerja pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang diterbitkan oleh
Menteri Perhubungan. Ayat (5)
Cukup jelas. Pasal 40
Ayat (1)
Cukup jelas. Ayat (2)
Cukup jelas. Ayat (3)
Cukup jelas. Ayat (4)
Yang dimaksud Kawasan pelabuhan meliputi DLKr dan DLKp.
Yang dimaksud pantai umum adalah bagian dari Kawasan Pemanfaatan Umum yang telah dipergunakan oleh Masyarakat,
antara lain, untuk kepentingan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi pariwisata, olah raga, dan ekonomi.
Pasal 41 Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas. Pasal 43
Cukup jelas. Pasal 44
Cukup jelas. Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46 Ayat (1)
Cukup jelas. Ayat (2)
Huruf a Yang dimaksud Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang tidak sesuai dengan RZWP-3-K dan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku adalah:
1. Pemanfaatan Ruang dengan izin di lokasi yang tidak sesuai dengan peruntukkannya;
2. Pemanfaatan Ruang tanpa izin di lokasi yang sesuai dengan peruntukkannya; dan/atau
3. Pemanfaatan Ruang tanpa izin di lokasi yang tidak
sesuai dengan peruntukkannya.
Huruf b
Yang dimaksud Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang tidak sesuai dengan izin yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang adalah: 1. tidak menindaklanjuti izin yang telah dikeluarkan. 2. memanfaatkan Ruang tidak sesuai dengan izin yang
diberikan. Huruf c
Cukup jelas. Huruf d
Yang dimaksud dengan "akses publik" adalah jalan masuk yang berupa kemudahan, antara lain: 1. akses Masyarakat memanfaatkan Ruang dalam
menghadapi bencana pesisir. Bencana pesisir adalah kejadian karena peristiwa alam
atau karena perbuatan orang yang menimbulkan perubahan sifat fisik dan/atau hayati pesisir dan
mengakibatkan korban jiwa, harta, dan/atau kerusakan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
2. akses Masyarakat menuju laut dalam menikmati
keindahan alam; 3. akses Nelayan dan Pembudi Daya Ikan dalam kegiatan
perikanan, termasuk akses untuk mendapatkan air minum atau air bersih;
4. akses pelayaran rakyat; dan 5. akses Masyarakat untuk kegiatan keagamaan dan adat
di pantai.
Ayat (3) Cukup jelas.
Pasal 47 Cukup jelas.
Pasal 48 Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas. Pasal 50
Cukup jelas. Pasal 51
Cukup jelas. Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53 Cukup jelas.
Pasal 54 Cukup jelas.
Pasal 55 Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Yang dimaksud “dampak penting” adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh
suatu usaha dan/atau kegiatan. Ayat (3)
Cukup jelas. Ayat (4)
Cukup jelas. Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas. Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “upaya pengamanan pantai” adalah upaya untuk melindungi dan mengamankan daerah pantai dan
muara sungai dari kerusakan akibat erosi dan/atau abrasi. Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 59 Cukup jelas.
Pasal 60 Cukup jelas.
Pasal 61 Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas. Pasal 63
Cukup jelas. Pasal 64
Cukup jelas. Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66 Cukup jelas.
Pasal 67 Cukup jelas
Pasal 68 Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Huruf a
Cukup jelas. Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c Yang dimaksud dengan “penggantian yang layak” adalah
bahwa nilai atau besar penggantian itu tidak mengurangi tingkat kesejahteraan orang yang bersangkutan.
Huruf d Cukup jelas
Pasal 69
Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas. Ayat (4)
Cukup jelas. Ayat (5)
Cukup jelas. Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7) Yang dimaksud Rencana Zonasi Rinci adalah rencana detail
dalam 1 (satu) Kawasan atau Zona berdasarkan arahan pengelolaan di dalam Rencana Zonasi yang dapat disusun oleh
Pemerintah Daerah dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dan teknologi yang dapat diterapkan serta ketersediaan sarana yang pada gilirannya menunjukkan jenis
dan jumlah surat izin yang dapat diterbitkan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 70 Cukup jelas.
Pasal 71 Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR ………
LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR …. TAHUN ….
TENTANG
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI TAHUN 2020-2040
PETA WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 250.000
LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI
NOMOR …. TAHUN ….
TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU
KECIL PROVINSI BALI TAHUN 2020-2040
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 250.000
LAMPIRAN III
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR …. TAHUN …. TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU
KECIL PROVINSI BALI TAHUN 2020-2040
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-01)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-02)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-03)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-04)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-05)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-06)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-07)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-08)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-09)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-10)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-11)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-12)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-13)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-14)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-15)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-16)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-17)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-18)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-19)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-20)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-21)
PETA RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI SKALA 1 : 50.000 (NLP 5101-22)
LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR …. TAHUN …. TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI TAHUN 2020-2040
RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
A. KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
1. ZONA PARIWISATA
1.1 SUBZONA WISATA ALAM PANTAI/PESISIR PULAU-PULAU KECIL
KPU-W-01 KPU-W-P3K-01 CANDIKUSUMA MELAYA JEMBRANA 34,59 8° 18' 1,115" LS 114° 30' 26,918" BT 5101-02
KPU-W-02 KPU-W-P3K-02 RENING NEGARA JEMBRANA 93,27 8° 19' 54,029" LS 114° 30' 59,849" BT 5101-02
KPU-W-03 KPU-W-P3K-03 DELOD BERAWAH-PENYARINGAN-YEHEMBANG
MENDOYO JEMBRANA 287,77 8° 23' 56,549" LS 114° 42' 22,798" BT 5101-02 5101-06
KPU-W-04 KPU-W-P3K-04 YEHEMBANG KANGIN-YEHSUMBUL
MENDOYO JEMBRANA 70,42 8° 24' 42,843" LS 114° 47' 28,384" BT 5101-06
KPU-W-05 KPU-W-P3K-05 PEKUTATAN-PANGYANGAN PEKUTATAN JEMBRANA 194,60 8° 26' 28,439" LS 114° 50' 55,866" BT 5101-06
KPU-W-06 KPU-W-P3K-06 PENGERAGOAN-SELABIH PEKUTATAN-SELEMADEG BARAT
JEMBRANA-TABANAN 94,65 8° 27' 42,958" LS 114° 54' 15,677" BT 5101-06
KPU-W-07 KPU-W-P3K-07 SELABIH-YEHBAKUNG-MEKAYU-SURABERATA
SELEMADEG BARAT TABANAN 133,64 8° 29' 8,658" LS 114° 56' 26,514" BT 5101-06
KPU-W-07 KPU-W-P3K-08 BALIAN SELEMADEG BARAT TABANAN 14,03 8° 30' 12,915" LS 114° 57' 49,358" BT 5101-06
KPU-W-07 KPU-W-P3K-09 BONIAN SELEMADEG BARAT TABANAN 10,14 8° 30' 29,144" LS 114° 58' 16,402" BT 5101-06
KPU-W-08 KPU-W-P3K-10 ANTAP DELODSEMA SELEMADEG TABANAN 5,87 8° 32' 29,241" LS 115° 0' 22,490" BT 5101-11
KPU-W-09 KPU-W-P3K-11 BEBALI-KELECUNG SELEMADEG TABANAN 4,84 8° 32' 45,639" LS 115° 0' 43,248" BT 5101-11
KPU-W-10 KPU-W-P3K-12 TEGALMENGKEP-BERABAN SELEMADEG TIMUR TABANAN 19,59 8° 33' 12,726" LS 115° 1' 19,800" BT 5101-11
KPU-W-11 KPU-W-P3K-13 PASUT BARAT KERAMBITAN TABANAN 6,48 8° 33' 40,898" LS 115° 2' 0,456" BT 5101-11
KPU-W-12 KPU-W-P3K-14 PASUT TIMUR-KELATING KERAMBITAN TABANAN 26,55 8° 34' 12,720" LS 115° 2' 39,164" BT 5101-11
KPU-W-13 KPU-W-P3K-15 KELATING KERAMBITAN TABANAN 6,86 8° 34' 41,710" LS 115° 3' 14,057" BT 5101-11
KPU-W-14 KPU-W-P3K-16 YEH GANGGA TABANAN TABANAN 13,07 8° 35' 8,271" LS 115° 3' 41,306" BT 5101-11
KPU-W-15 KPU-W-P3K-17 BATUTAMPIH KEDIRI TABANAN 9,42 8° 35' 54,161" LS 115° 4' 25,586" BT 5101-11
KPU-W-16 KPU-W-P3K-18 NYANYI-MENGENING-SOGSOGAN
KEDIRI-MENGWI TABANAN-BADUNG 37,35 8° 38' 35,428" LS 115° 6' 15,742" BT 5101-10
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KPU-W-17 KPU-W-P3K-19 SESEH-SEPANG-PERERENAN-BATUMEJAN-BATUBOLONG
MENGWI-KUTA UTARA BADUNG 28,92 8° 39' 14,429" LS 115° 7' 21,520" BT 5101-10
KPU-W-17 KPU-W-P3K-20 NELAYAN CANGGU KUTA UTARA BADUNG 4,51 8° 39' 42,317" LS 115° 7' 54,270" BT 5101-10
KPU-W-17 KPU-W-P3K-21 BRAWA KUTA UTARA BADUNG 12,34 8° 39' 57,454" LS 115° 8' 13,234" BT 5101-10
KPU-W-18 KPU-W-P3K-22 LEGIAN-KUTA KUTA BADUNG 53,73 8° 42' 39,258" LS 115° 9' 55,599" BT 5101-10
KPU-W-18 KPU-W-P3K-23 PANTAI JERMAN KUTA BADUNG 14,26 8° 43' 38,879" LS 115° 9' 54,835" BT 5101-10
KPU-W-19 KPU-W-P3K-24 JIMBARAN1 KUTA SELATAN BADUNG 7,53 8° 46' 42,009" LS 115° 9' 50,013" BT 5101-10
KPU-W-19 KPU-W-P3K-25 JIMBARAN2 KUTA SELATAN BADUNG 2,22 8° 46' 52,172" LS 115° 9' 41,063" BT 5101-10
KPU-W-21 KPU-W-P3K-26 NUSA DUA KUTA SELATAN BADUNG 6,32 8° 55' 52,109" LS 115° 8' 0,413" BT 5101-10
KPU-W-24 KPU-W-P3K-27 MERTASARI-SEMAWANG-BATUJIMBAR-SINDHU
DENPASAR SELATAN DENPASAR 601,21 8° 42' 0,588" LS 115° 15' 58,751" BT 5101-10
KPU-W-25 KPU-W-P3K-28 BIAUNG-LEMBENG DENPASAR TIMUR- SUKAWATI DENPASAR-GIANYAR 12,64 8° 38' 59,396" LS 115° 16' 37,126" BT 5101-10
KPU-W-26 KPU-W-P3K-29 SEGARA WILIS BLAHBATUH GIANYAR 10 8° 36' 20,349" LS 115° 19' 41,806" BT 5101-16
KPU-W-27 KPU-W-P3K-30 JUMPAI KLUNGKUNG KLUNGKUNG 22,36 8° 34' 32,299" LS 115° 25' 27,717" BT 5101-16
KPU-W-28 KPU-W-P3K-31 CANDIDASA KARANGASEM KARANGASEM 263,83 8° 30' 47,852" LS 115° 33' 52,283" BT 5101-16
KPU-W-29 KPU-W-P3K-32 JASRI-UJUNG KARANGASEM KARANGASEM 28,56 8° 28' 27,500" LS 115° 37' 42,217" BT 5101-20
KPU-W-30 KPU-W-P3K-33 AMED KARANGASEM KARANGASEM 6,32 8° 20' 2,688" LS 115° 39' 17,978" BT 5101-21
KPU-W-35 KPU-W-P3K-34 AIR SANIH KUBUTAMBAHAN BULELENG 20,93 8° 4' 36,658" LS 115° 13' 6,423" BT 5101-12
KPU-W-36 KPU-W-P3K-35 SINGARAJA BULELENG BULELENG 30,38 8° 5' 23,935" LS 115° 6' 21,840" BT 5101-12
KPU-W-37 KPU-W-P3K-36 KAMPUNG BARU BULELENG BULELENG 9,42 8° 5' 53,738" LS 115° 5' 45,057" BT 5101-12
KPU-W-38 KPU-W-P3K-37 KAMPUNG BUGIS BULELENG BULELENG 8,24 8° 6' 14,257" LS 115° 5' 4,790" BT 5101-12
KPU-W-39 KPU-W-P3K-38 PENIMBANGAN BULELENG BULELENG 27,36 8° 6' 37,414" LS 115° 4' 35,624" BT 5101-12
1.2 SUBZONA WISATA ALAM BAWAH LAUT
KPU-W-30 KPU-W-ABL-01 AMED ABANG KARANGASEM 34,43 8° 19' 56,352" LS 115° 39' 4,242" BT 5101-21
KPU-W-31 KPU-W-ABL-02 PASELATAN-TEGALLANGLANGAN-BATU BELAH-BATUNITI
ABANG-KUBU KARANGASEM 103,09 8° 18' 31,013" LS 115° 37' 26,568" BT 5101-21
KPU-W-32 KPU-W-ABL-03 KUBU-BATURINGGIT KUBU KARANGASEM 91,03 8° 14' 34,202" LS 115° 34' 16,973" BT 5101-17
KPU-W-33 KPU-W-ABL-04 CANDI GORA TIANYAR KUBU KARANGASEM 30,34 8° 11' 54,985" LS 115° 30' 22,865" BT 5101-17
KPU-W-34 KPU-W-ABL-05 BUKTI KUBUTAMBAHAN BULELENG 69,22 8° 4' 42,093" LS 115° 14' 4,877" BT 5101-12
KPU-W-40 KPU-W-ABL-06 LOKAPAKSA-UMEANYAR SERIRIT BULELENG 26,38 8° 10' 55,919" LS 114° 54' 52,998" BT 5101-07
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KPU-W-41 KPU-W-ABL-07 PEJARAKAN GEROKGAK BULELENG 128,40 8° 7' 5,498" LS 114° 34' 58,942" BT 5101-03
KPU-W-42 KPU-W-ABL-08 TELUK GILIMANUK MELAYA JEMBRANA 17,75 8° 9' 45,550" LS 114° 26' 24,363" BT 5101-02
1.3 SUBZONA OLAH RAGA AIR
KPU-W-05 KPU-W-OR-01 MEDEWI-PULUKAN-PEKUTATAN
PEKUTATAN JEMBRANA 184,66 8° 25' 36,328" LS 114° 48' 29,079" BT 5101-06
KPU-W-07 KPU-W-OR-02 BALIAN SELEMADEG BARAT TABANAN 124,20 8° 30' 27,484" LS 114° 57' 46,466" BT 5101-06
KPU-W-14 KPU-W-OR-03 YEH GANGGA TABANAN TABANAN 68,41 8° 35' 18,867" LS 115° 3' 36,545" BT 5101-11
KPU-W-17 KPU-W-OR-04 PERERENAN-BATUMEJAN-BATU BOLONG-CANGGU-BERAWA
MENGWI-KUTA UTARA BADUNG 71,15 8° 39' 39,362" LS 115° 7' 41,846" BT 5101-10
KPU-W-18 KPU-W-OR-05 LEGIAN-KUTA KUTA BADUNG 249,31 8° 42' 52,055" LS 115° 9' 41,693" BT 5101-10
KPU-W-19 KPU-W-OR-06 JIMBARAN KUTA SELATAN BADUNG 159,19 8° 46' 54,689" LS 115° 8' 39,176" BT 5101-10
KPU-W-20 KPU-W-OR-07 PEMINGE-SAWANGAN-KUTUH-NYANG NYANG
KUTA SELATAN BADUNG 805,25 8° 50' 12,716" LS 115° 11' 22,770" BT 5101-10
KPU-W-22 KPU-W-OR-08 TANJUNG BENOA-SAMUH KUTA SELATAN BADUNG 430,46 8° 46' 44,298" LS 115° 13' 55,758" BT 5101-10
KPU-W-23 KPU-W-OR-09 SERANGAN DENPASAR TIMUR DENPASAR 103,10 8° 43' 41,134" LS 115° 14' 37,226" BT 5101-10
KPU-W-25 KPU-W-OR-10 GUMICIK SUKAWATI GIANYAR 30,44 8° 38' 46,485" LS 115° 17' 2,373" BT 5101-10
2. ZONA PERIKANAN BUDIDAYA
2.1 SUBZONA BUDIDAYA LAUT
KPU-BD-01 KPU-BD-BL-01 CANDIKUSUMA MELAYA JEMBRANA 699,12 8° 19' 21,475" LS 114° 30' 11,221" BT 5101-02
KPU-BD-02 KPU-BD-BL-02 BALUK-CUPEL NEGARA JEMBRANA 1.585,97 8° 21' 48,038" LS 114° 32' 1,506" BT 5101-02
KPU-BD-03 KPU-BD-BL-03 DELODBERAWAH-PENYARINGAN
MENDOYO JEMBRANA 1.628,79 8° 24' 30,894" LS 114° 42' 25,956" BT 5101-01 5101-02 5101-06
KPU-BD-04 KPU-BD-BL-04 PERTIMA-SUBAGAN-UJUNG PESISI-TUMBU
KARANGASEM KARANGASEM 301,44 8° 28' 53,080" LS 115° 37' 40,383" BT 5101-20
KPU-BD-05 KPU-BD-BL-05 PASELATAN ABANG KARANGASEM 58,11 8° 19' 21,558" LS 115° 38' 0,446" BT 5101-21
KPU-BD-06 KPU-BD-BL-06 MUNTIDESA-TUNASSARI-KERTABUANA-TAMANSARI
KUBU KARANGASEM 251,92 8° 10' 45,161" LS 115° 28' 53,446" BT 5101-17
KPU-BD-07 KPU-BD-BL-07 BUKTI-KUBUTAMBAHAN KUBUTAMBAHAN BULELENG 1.170,12 8° 4' 10,024" LS 115° 13' 17,779" BT 5101-12
KPU-BD-08 KPU-BD-BL-08 PENGULON-PATAS-GEROKGAK-SANGGALANGIT-MUSI-PENYABANGAN
GEROKGAK BULELENG 1.351,40 8° 10' 4,393" LS 114° 46' 15,558" BT 5101-07
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KPU-BD-09 KPU-BD-BL-09 SENDANG-SUMBERKIMA-PEJARAKAN
GEROKGAK BULELENG 832,82 8° 7' 19,254" LS 114° 37' 15,891" BT 5101-03
3. ZONA PERIKANAN TANGKAP
3.1 SUBZONA DEMERSAL
KPU-PT-02 KPU-PT-D-01 SELEMADEG BARAT SELEMADEG BARAT TABANAN 559,44 8° 30' 19,142" LS 114° 57' 14,629" BT 5101-06
KPU-PT-02 KPU-PT-D-02 SELEMADEG TIMUR-KEDIRI SELEMADEG - KEDIRI TABANAN 912,02 8° 34' 21,029" LS 115° 2' 16,327" BT 5101-11
KPU-PT-02 KPU-PT-D-03
CEMAGI-MUNGGU-PERERENAN-CANGGU-TIBUBENENG-KEROBOKAN KELOD-SEMINYAK-LEGIAN
MENGWI - KUTA UTARA -KUTA BADUNG 962,25 8° 40' 28,144" LS 115° 7' 34,471" BT 5101-10
KPU-PT-21 KPU-PT-D-04 SERAYA KARANGASEM KARANGASEM 565,30 8° 26' 23,101" LS 115° 40' 57,354" BT 5101-20
KPU-PT-21 KPU-PT-D-05 KUBU KUBU KARANGASEM 477,83 8° 12' 50,193" LS 115° 31' 59,516" BT 5101-17
3.2 SUBZONA PELAGIS
KPU-PT-01 KPU-PT-P-01 SELAT BALI - JEMBRANA 5.054,11 8° 16' 49,036" LS 114° 26' 15,834" BT 5101-02
KPU-PT-02 KPU-PT-P-02 SELAT BALI - JEMBRANA-TABANAN-BADUNG
101.191,68 8° 36' 56,564" LS 114° 49' 51,157" BT
5101-01 5101-02 5101-04 5101-05 5101-06 5101-11
KPU-PT-03 KPU-PT-P-03 SELAT BALI - JEMBRANA-TABANAN-BADUNG
10.458,92 8° 53' 18,079" LS 114° 57' 41,429" BT 5101-04 5101-05
KPU-PT-04 KPU-PT-P-04 SELAT BALI - BADUNG 2.066,64 8° 55' 19,202" LS 114° 59' 23,782" BT 5101-04 5101-05
KPU-PT-05 KPU-PT-P-05 SELAT BALI - BADUNG 7.815,13 8° 58' 27,115" LS 115° 0' 22,858" BT 5101-04
KPU-PT-06 KPU-PT-P-06 SAMUDERA HINDIA - BADUNG-DENPASAR-KLUNGKUNG
65.338,01 8° 53' 59,346" LS 115° 22' 5,548" BT
5101-09 5101-10 5101-14 5101-15
KPU-PT-07 KPU-PT-P-07 SAMUDERA HINDIA - KLUNGKUNG 36.386,99 8° 54' 17,056" LS 115° 39' 1,757" BT 5101-14 5101-15 5101-19
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KPU-PT-08 KPU-PT-P-08 SELAT BADUNG - DENPASAR-GIANYAR-KLUNGKUNG
23.319,14 8° 50' 41,386" LS 115° 30' 36,624" BT 5101-10 5101-14 5101-15
KPU-PT-09 KPU-PT-P-09 SELAT BADUNG - DENPASAR-GIANYAR 1225,09 8° 39' 1,007" LS 115° 22' 0,251" BT 5101-10 5101-15
KPU-PT-12 KPU-PT-P-10 SELAT BADUNG - GIANYAR-KLUNGKUNG 578,14 8° 35' 48,578" LS 115° 22' 39,743" BT 5101-16
KPU-PT-13 KPU-PT-P-11 SELAT BADUNG - KLUNGKUNG 290,18 8° 35' 2,751" LS 115° 25' 31,990" BT 5101-16
KPU-PT-14 KPU-PT-P-12 SELAT BADUNG - KLUNGKUNG 906,37 8° 38' 19,897" LS 115° 27' 25,401" BT 5101-15
KPU-PT-15 KPU-PT-P-13 SELAT BADUNG - KARANGASEM 373,93 8° 33' 13,299" LS 115° 31' 28,402" BT 5101-16
KPU-PT-16 KPU-PT-P-14 SELAT LOMBOK - GIANYAR-KLUNGKUNG-KARANGASEM
19.748,10 8° 36' 0,221" LS 115° 35' 38,413" BT
5101-15 5101-16 5101-19 5101-20
KPU-PT-17 KPU-PT-P-15 SELAT LOMBOK - KLUNGKUNG 18.404,31 8° 40' 48,193" LS 115° 39' 31,211" BT 5101-15 5101-19 5101-20
KPU-PT-18 KPU-PT-P-16 SELAT LOMBOK - KARANGASEM 12.741,64 8° 31' 50,050" LS 115° 44' 9,584" BT 5101-16 5101-21
KPU-PT-19 KPU-PT-P-17 SELAT LOMBOK - KARANGASEM 6494,16 8° 30' 32,706" LS 115° 39' 14,618" BT 5101-16 5101-21
KPU-PT-20 KPU-PT-P-18 SELAT LOMBOK - KARANGASEM 506,89 8° 29' 17,290" LS 115° 50' 35,739" BT 5101-21
KPU-PT-21 KPU-PT-P-19 SELAT LOMBOK - KARANGASEM-BULELENG
90.402,80 8° 17' 5,316" LS 115° 43' 0,754" BT
5101-12 5101-13 5101-17 5101-18 5101-21 5101-22
KPU-PT-22 KPU-PT-P-20 LAUT BALI - BULELENG 81.819,35 8° 2' 11,916" LS 115° 27' 4,194" BT
5101-12 5101-13 5101-17 5101-18 5101-21 5101-22
KPU-PT-23 KPU-PT-P-21 LAUT BALI - BULELENG 88.378,45 7° 59' 29,273" LS 115° 4' 13,762" BT
5101-07 5101-08 5101-12 5101-13 5101-18
KPU-PT-24 KPU-PT-P-22 LAUT BALI - BULELENG 200,12 8° 10' 11,807" LS 114° 55' 52,610" BT 5101-07
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KPU-PT-25 KPU-PT-P-23 LAUT BALI - BULELENG 79.935,24 8° 3' 15,909" LS 114° 42' 5,542" BT 5101-03 5101-07 5101-08
3.3 SUBZONA PELAGIS DAN DEMERSAL
KPU-PT-01 KPU-PT-PD-01 SELAT BALI - JEMBRANA 4.083,15 8° 14' 41,314" LS 114° 26' 45,930" BT 5101-02
KPU-PT-02 KPU-PT-PD-02 SELAT BALI - JEMBRANA-TABANAN-BADUNG
55.924,12 8° 32' 51,937" LS 114° 52' 12,126" BT
5101-01 5101-02 5101-05 5101-06 5101-10 5101-11
KPU-PT-06 KPU-PT-PD-03 SELAT BADUNG - DNPASAR-BADUNG 10.518,12 8° 45' 58,395" LS 115° 16' 58,837" BT 5101-09
5101-10
KPU-PT-07 KPU-PT-PD-04 SELAT BADUNG - DENPASAR-GIANYAR 262,66 8° 40' 39,004" LS 115° 19' 30,966" BT 5101-10
KPU-PT-10 KPU-PT-PD-05 SELAT BADUNG - DENPASAR-GIANYAR 567,55 8° 38' 17,597" LS 115° 18' 6,141" BT 5101-10 5101-16
KPU-PT-09 KPU-PT-PD-06 SELAT BADUNG - DENPASAR-GIANYAR 1.794,03 8° 38' 48,397" LS 115° 20' 1,088" BT 5101-10 5101-15
KPU-PT-11 KPU-PT-PD-07 SELAT BADUNG - GIANYAR 9,07 8° 36' 21,987" LS 115° 19' 53,927" BT 5101-16
KPU-PT-12 KPU-PT-PD-08 SELAT BADUNG - GIANYAR 53,09 8° 36' 30,493" LS 115° 21' 31,622" BT 5101-16
KPU-PT-16 KPU-PT-PD-09 SELAT BADUNG - GIANYAR 70,83 8° 37' 8,935" LS 115° 22' 14,537" BT 5101-15 5101-16
KPU-PT-19 KPU-PT-PD-10 SELAT BADUNG - KARANGASEM 944,25 8° 28' 46,036" LS 115° 38' 19,590" BT 5101-20
KPU-PT-24 KPU-PT-PD-11 LAUT BALI - BULELENG 560,28 8° 10' 28,211" LS 114° 56' 51,222" BT 5101-07
KPU-PT-25 KPU-PT-PD-12 LAUT BALI - BULELENG 1.069,17 8° 10' 58,553" LS 114° 52' 53,339" BT 5101-07
KPU-PT-25 KPU-PT-PD-13 LAUT BALI - BULELENG 528,33 8° 10' 10,380" LS 114° 48' 54,734" BT 5101-07
4. ZONA PELABUHAN
4.1 SUBZONA DLKr dan DLKp
KPU-PL-01 KPU-PL-DLK-01 GILIMANUK MELAYA JEMBRANA 108,46 8° 9' 32,135" LS 114° 26' 5,242" BT 5101-02
KPU-PL-05 KPU-PL-DLK-02 TELUK BENOA DENPASAR SELATAN DENPASAR 1.377,52 8° 45' 21,887" LS 115° 14' 8,987" BT 5101-10
KPU-PL-06 KPU-PL-DLK-03 SERANGAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 97,88 8° 43' 2,323" LS 115° 14' 37,442" BT 5101-10
KPU-PL-07 KPU-PL-DLK-04 SANUR DENPASAR SELATAN DENPASAR 112,70 8° 40' 6,616" LS 115° 16' 0,927" BT 5101-10
KPU-PL-08 KPU-PL-DLK-05 GUNAKSA DAWAN KLUNGKUNG 66,56 8° 34' 33,973" LS 115° 26' 8,886" BT 5101-16
KPU-PL-09 KPU-PL-DLK-06 KUSAMBA DAWAN KLUNGKUNG 81,02 8° 33' 41,426" LS 115° 27' 35,709" BT 5101-16
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KPU-PL-10 KPU-PL-DLK-07 PADANGBAI MANGGIS KARANGASEM 163,21 8° 32' 14,534" LS 115° 31' 8,662" BT 5101-16
KPU-PL-10 KPU-PL-DLK-08 LABUHAN AMUK/TANAH AMPO MANGGIS KARANGASEM 2.524,97 8° 32' 1,898" LS 115° 32' 26,527" BT 5101-16
KPU-PL-11 KPU-PL-DLK-09 AMED ABANG KARANGASEM 66,62 8° 19' 38,975" LS 115° 38' 32,141" BT 5101-21
KPU-PL-12 KPU-PL-DLK-10 KUBU KUBU KARANGASEM 35,01 8° 15' 5,052" LS 115° 34' 55,841" BT 5101-17
KPU-PL-13 KPU-PL-DLK-11 SANGSIT SAWAN BULELENG 32,38 8° 4' 34,257" LS 115° 7' 47,101" BT 5101-12
KPU-PL-14 KPU-PL-DLK-12 SINGARAJA BULELENG BULELENG 33,19 8° 6' 3,316" LS 115° 5' 19,920" BT 5101-12
KPU-PL-15 KPU-PL-DLK-13 PEMARON BULELENG BULELENG 23,73 8° 7' 43,656" LS 115° 3' 25,794" BT 5101-12
KPU-PL-16 KPU-PL-DLK-14 BROMBONG GEROKGAK BULELENG 32,26 8° 11' 33,900" LS 114° 51' 44,629" BT 5101-07
KPU-PL-17 KPU-PL-DLK-15 CELUKAN BAWANG GEROKGAK BULELENG 1.210,72 8° 10' 28,242" LS 114° 50' 36,481" BT 5101-07
KPU-PL-18 KPU-PL-DLK-16 PEGAMETAN GEROKGAK BULELENG 47,25 8° 7' 25,715" LS 114° 37' 18,868" BT 5101-03
4.2 SUBZONA WKOPP
KPU-PL-02 KPU-PL-WKO-01 PENGAMBENGAN NEGARA JEMBRANA 368,09 8° 23' 32,580" LS 114° 33' 57,412" BT 5101-02
KPU-PL-03 KPU-PL-WKO-02 YEHSUMBUL MENDOYO JEMBRANA 25,44 8° 25' 0,726" LS 114° 48' 4,921" BT 5101-06
KPU-PL-04 KPU-PL-WKO-03 KEDONGANAN KUTA BADUNG 167,76 8° 45' 29,383" LS 115° 9' 25,375" BT 5101-10
KPU-PL-08 KPU-PL-WKO-04 KUSAMBA DAWAN KLUNGKUNG 27,81 8° 34' 25,519" LS 115° 26' 34,188" BT 5101-16
KPU-PL-11 KPU-PL-WKO-05 AMED ABANG KARANGASEM 17,87 8° 19' 52,697" LS 115° 38' 34,429" BT 5101-21
5. ZONA PENDARATAN PESAWAT
KPU-PP-01 - BATU AMPAR GEROKGAK BULELENG 66,16 8° 7' 42,288" LS 114° 33' 42,669" BT 5101-03
6. ZONA BANDAR UDARA
6.1 SUBZONA OPERASI BANDAR UDARA
KPU-BU-01 KPU-BU-OBU-01 TUBAN KUTA BADUNG 151,28 8° 44' 45,947" LS 115° 9' 4,500" BT 5101-10
KPU-BU-02 KPU-BU-OBU-02 TELUK BENOA KUTA BADUNG 6,80 8° 44' 51,688" LS 115° 11' 8,677" BT 5101-10
6.1 SUBZONA KESELAMATAN OPERASIONAL PENERBANGAN
KPU-BU-01 KPU-BU-KP-01 TUBAN KUTA BADUNG 101,35 8° 44' 57,288" LS 115° 8' 42,477" BT 5101-10
KPU-BU-01 KPU-BU-KP-02 TUBAN KUTA BADUNG 10,46 8° 44' 29,245" LS 115° 9' 17,406" BT 5101-10
KPU-BU-02 KPU-BU-KP-03 TELUK BENOA KUTA BADUNG 21,26 8° 44' 51,163" LS 115° 11' 20,304" BT 5101-10
7. ZONA PERGARAMAN
7.1 SUBZONA GARAM RAKYAT
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KPU-GR-01 KPU-GR-R-01 GUMBRIH-PENGERAGOAN PEKUTATAN JEMBRANA 59,38 8° 27' 13,710" LS 114° 53' 10,932" BT 5101-06
8. ZONA HUTAN MANGROVE
KPU-HM-01 - PEJARAKAN-SUMBERKIMA GEROKGAK BULELENG 109,62 8° 7' 51,163" LS 114° 35' 47,172" BT 5101-03
9. ZONA PERTAMBANGAN
9.1 SUBZONA PASIR LAUT
KPU-TB-01 KPU-TB-PL-01 SELAT BALI - TABANAN, BADUNG 938,34 8° 40' 4,108" LS 115° 3' 17,785" BT 5101-05 5101-10
KPU-TB-02 KPU-TB-PL-02 SAMUDERA HINDIA - BADUNG 359,53 8° 52' 4,818" LS 115° 15' 9,408" BT 5101-09 5101-10
10. ZONA ENERGI
10.1 SUBZONA PEMBANGKIT LISTRIK
KPU-EN-01 KPU-EN-PLT-01 CELUKAN BAWANG GEROKGAK BULELENG 59,15 8° 11' 33,983" LS 114° 51' 21,034" BT 5101-07
11. ZONA PEMANFAATAN LAINNYA
11.1 SUBZONA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
KPU-LN-01 KPU-LN-PP-01 GONDOL GEROKGAK BULELENG 60,93 8° 9' 11,490" LS 114° 43' 8,830" BT 5101-07
KPU-LN-02 KPU-LN-PP-02 TIGARON KUBU KARANGASEM 6,49 8° 13' 20,438" LS 115° 32' 38,760" BT 5101-17
11.2 SUBZONA PEMANGKALAN NELAYAN
KPU-LN-03 KPU-LN-NEL-01 GILIMANUK MELAYA JEMBRANA 16,39 8° 10' 52,548" LS 114° 26' 3,145" BT 5101-02
KPU-LN-04 KPU-LN-NEL-02 MELAYA PANTAI MELAYA JEMBRANA 11,01 8° 16' 11,625" LS 114° 28' 47,468" BT 5101-02
KPU-LN-05 KPU-LN-NEL-03 PANGKUNG DEDARI 1 MELAYA JEMBRANA 7,96 8° 16' 42,314" LS 114° 29' 5,830" BT 5101-02
KPU-LN-06 KPU-LN-NEL-04 PANGKUNG DEDARI 2 MELAYA JEMBRANA 12,65 8° 17' 4,558" LS 114° 29' 30,330" BT 5101-02
KPU-LN-07 KPU-LN-NEL-05 ANYARSARI MELAYA JEMBRANA 9,02 8° 17' 33,233" LS 114° 30' 2,187" BT 5101-02
KPU-LN-08 KPU-LN-NEL-06 CANDIKUSUMA MELAYA JEMBRANA 16,63 8° 18' 22,858" LS 114° 30' 54,770" BT 5101-02
KPU-LN-09 KPU-LN-NEL-07 PABUAHAN-BALUK-CUPEL NEGARA JEMBRANA 541,85 8° 21' 24,483" LS 114° 32' 42,711" BT 5101-02
KPU-LN-10 KPU-LN-NEL-08 PENGAMBENGAN NEGARA JEMBRANA 17,20 8° 23' 43,330" LS 114° 34' 43,705" BT 5101-02
KPU-LN-11 KPU-LN-NEL-09 MEKARSARI PERANCAK JEMBRANA JEMBRANA 132,33 8° 24' 25,213" LS 114° 36' 0,817" BT 5101-01
5101-02
KPU-LN-12 KPU-LN-NEL-10 LEMODANG PERANCAK JEMBRANA JEMBRANA 8,13 8° 24' 29,254" LS 114° 37' 19,581" BT 5101-01
5101-02
KPU-LN-13 KPU-LN-NEL-11 MUNDUK-TENGAH-ANYAR-YEH
KUNING-BERATAN JEMBRANA JEMBRANA 152,29 8° 24' 22,452" LS 114° 39' 5,597" BT
5101-
015101-02
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KPU-LN-14 KPU-LN-NEL-12 YEH SUMBUL-MEDEWI MENDOYO-PEKUTATAN JEMBRANA 4,14 8° 25' 1,219" LS 114° 48' 14,180" BT 5101-06
KPU-LN-15 KPU-LN-NEL-13 PULUKAN PEKUTATAN JEMBRANA 2,47 8° 25' 27,781" LS 114° 48' 40,248" BT 5101-06
KPU-LN-16 KPU-LN-NEL-14 PEKUTATAN PEKUTATAN JEMBRANA 1,70 8° 25' 44,229" LS 114° 49' 0,992" BT 5101-06
KPU-LN-17 KPU-LN-NEL-15 GUMBRIH PEKUTATAN JEMBRANA 2,62 8° 27' 6,107" LS 114° 53' 7,746" BT 5101-06
KPU-LN-18 KPU-LN-NEL-16 SELABIH SELEMADEG BARAT TABANAN 16,31 8° 28' 17,115" LS 114° 55' 17,250" BT 5101-06
KPU-LN-19 KPU-LN-NEL-17 BALIAN SELEMADEG BARAT TABANAN 7,02 8° 30' 22,341" LS 114° 58' 4,057" BT 5101-06
KPU-LN-20 KPU-LN-NEL-18 BONIAN SELEMADEG BARAT TABANAN 4,43 8° 30' 37,353" LS 114° 58' 23,695" BT 5101-06
KPU-LN-21 KPU-LN-NEL-19 ANTAP DELODSEMA-BEBALI SELEMADEG TABANAN 3,99 8° 32' 36,298" LS 115° 0' 33,992" BT 5101-11
KPU-LN-22 KPU-LN-NEL-20 BERABAN SELEMADEG TIMUR TABANAN 1,23 8° 33' 32,177" LS 115° 1' 50,192" BT 5101-11
KPU-LN-23 KPU-LN-NEL-21 PASUT KERAMBITAN TABANAN 2,29 8° 33' 49,426" LS 115° 2' 10,234" BT 5101-11
KPU-LN-24 KPU-LN-NEL-22 KELATING KERAMBITAN TABANAN 3,31 8° 34' 48,898" LS 115° 3' 22,039" BT 5101-11
KPU-LN-25 KPU-LN-NEL-23 YEH GANGGA TABANAN TABANAN 3,44 8° 35' 37,608" LS 115° 4' 10,986" BT 5101-11
KPU-LN-26 KPU-LN-NEL-24 SOGSOGAN MENGWI BADUNG 1,20 8° 38' 47,224" LS 115° 6' 41,219" BT 5101-10
KPU-LN-27 KPU-LN-NEL-25 SESEH KURA UTARA BADUNG 2,15 8° 38' 52,860" LS 115° 6' 51,440" BT 5101-10
KPU-LN-28 KPU-LN-NEL-26 NELAYAN CANGGU KURA UTARA BADUNG 1,53 8° 39' 37,214" LS 115° 7' 47,802" BT 5101-10
KPU-LN-29 KPU-LN-NEL-27 PERANCAK TIBUBENENG KURA UTARA BADUNG 2,19 8° 39' 47,128" LS 115° 8' 0,822" BT 5101-10
KPU-LN-30 KPU-LN-NEL-28 KUTA KUTA BADUNG 2,27 8° 43' 28,191" LS 115° 10' 5,553" BT 5101-10
KPU-LN-31 KPU-LN-NEL-29 PEMELISAN TUBAN KUTA BADUNG 10,72 8° 44' 8,221" LS 115° 9' 40,555" BT 5101-10
KPU-LN-32 KPU-LN-NEL-30 KELAN KUTA BADUNG 11,42 8° 45' 13,475" LS 115° 9' 40,147" BT 5101-10
KPU-LN-33 KPU-LN-NEL-31 JIMBARAN KUTA SELATAN BADUNG 1,51 8° 46' 49,231" LS 115° 9' 44,333" BT 5101-10
KPU-LN-34 KPU-LN-NEL-32 BALANGAN KUTA SELATAN BADUNG 0,85 8° 47' 25,925" LS 115° 7' 27,685" BT 5101-10
KPU-LN-35 KPU-LN-NEL-33 LABUHAN SAIT KUTA SELATAN BADUNG 1,92 8° 48' 37,475" LS 115° 6' 12,371" BT 5101-10
KPU-LN-36 KPU-LN-NEL-34 SULUBAN KUTA SELATAN BADUNG 0,83 8° 48' 52,506" LS 115° 5' 17,195" BT 5101-10
KPU-LN-37 KPU-LN-NEL-35 KUTUH KUTA SELATAN BADUNG 1,85 8° 50' 38,531" LS 115° 11' 26,100" BT 5101-10
KPU-LN-38 KPU-LN-NEL-36 SAWANGAN 1 KUTA SELATAN BADUNG 1,05 8° 50' 5,451" LS 115° 12' 51,232" BT 5101-10
KPU-LN-39 KPU-LN-NEL-37 SAWANGAN 2 KUTA SELATAN BADUNG 1,17 8° 49' 34,813" LS 115° 13' 17,259" BT 5101-10
KPU-LN-40 KPU-LN-NEL-38 PEMINGE KUTA SELATAN BADUNG 1,10 8° 48' 55,998" LS 115° 13' 40,697" BT 5101-10
KPU-LN-41 KPU-LN-NEL-39 SAMUH KUTA SELATAN BADUNG 3,85 8° 47' 8,650" LS 115° 13' 41,726" BT 5101-10
KPU-LN-42 KPU-LN-NEL-40 TERORA KUTA SELATAN BADUNG 4,19 8° 46' 8,976" LS 115° 13' 28,255" BT 5101-10
KPU-LN-43 KPU-LN-NEL-41 TENGKULUNG KUTA SELATAN BADUNG 1,49 8° 45' 54,869" LS 115° 13' 27,500" BT 5101-10
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KPU-LN-44 KPU-LN-NEL-42 TANJUNG BENOA BARAT KUTA SELATAN BADUNG 8,09 8° 45' 17,737" LS 115° 12' 57,553" BT 5101-10
KPU-LN-45 KPU-LN-NEL-43 MUMBUL KUTA SELATAN BADUNG 12,60 8° 46' 42,867" LS 115° 11' 52,377" BT 5101-10
KPU-LN-46 KPU-LN-NEL-44 PASEK-PENGENDERAN KEDONGANAN
KUTA SELATAN BADUNG 10,58 8° 45' 48,426" LS 115° 11' 1,776" BT 5101-10
KPU-LN-47 KPU-LN-NEL-45 KELAN TIMUR KUTA SELATAN BADUNG 10,00 8° 45' 10,438" LS 115° 11' 6,037" BT 5101-10
KPU-LN-48 KPU-LN-NEL-46 PESANGGARAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 4,43 8° 43' 39,004" LS 115° 12' 51,597" BT 5101-10
KPU-LN-49 KPU-LN-NEL-47 SERANGAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 28,71 8° 43' 14,390" LS 115° 14' 1,100" BT 5101-10
KPU-LN-50 KPU-LN-NEL-48 MERTASARI DENPASAR SELATAN DENPASAR 1,01 8° 42' 47,203" LS 115° 15' 8,336" BT 5101-10
KPU-LN-51 KPU-LN-NEL-49 SEMAWANG DENPASAR SELATAN DENPASAR 7,27 8° 42' 22,777" LS 115° 15' 52,192" BT 5101-10
KPU-LN-52 KPU-LN-NEL-50 BATUJIMBAR DENPASAR SELATAN DENPASAR 2,30 8° 41' 40,058" LS 115° 16' 2,793" BT 5101-10
KPU-LN-53 KPU-LN-NEL-51 SINDHU DENPASAR SELATAN DENPASAR 2,33 8° 40' 53,603" LS 115° 15' 53,995" BT 5101-10
KPU-LN-54 KPU-LN-NEL-52 SANUR DENPASAR SELATAN DENPASAR 1,74 8° 40' 32,653" LS 115° 15' 52,481" BT 5101-10
KPU-LN-55 KPU-LN-NEL-53 MATAHARI TERBIT DENPASAR SELATAN DENPASAR 7,52 8° 40' 12,743" LS 115° 15' 45,260" BT 5101-10
KPU-LN-56 KPU-LN-NEL-54 GUMICIK SUKAWATI GIANYAR 7,51 8° 38' 43,088" LS 115° 16' 59,244" BT 5101-10
KPU-LN-57 KPU-LN-NEL-55 KUBUR SUKAWATI GIANYAR 3,14 8° 38' 31,235" LS 115° 17' 13,796" BT 5101-10
KPU-LN-58 KPU-LN-NEL-56 MANYAR SUKAWATI GIANYAR 8,10 8° 38' 18,644" LS 115° 17' 27,163" BT 5101-10
KPU-LN-59 KPU-LN-NEL-57 SAGARA SUKAWATI GIANYAR 2,12 8° 37' 45,291" LS 115° 18' 3,553" BT 5101-10
KPU-LN-60 KPU-LN-NEL-58 PURNAMA SUKAWATI GIANYAR 6,42 8° 37' 31,298" LS 115° 18' 12,150" BT 5101-10
KPU-LN-61 KPU-LN-NEL-59 SEGARA WILIS BLAHBATUH GIANYAR 6,42 8° 36' 34,250" LS 115° 19' 29,092" BT 5101-16
KPU-LN-62 KPU-LN-NEL-60 CUCUKAN BLAHBATUH GIANYAR 2,11 8° 35' 19,600" LS 115° 21' 3,196" BT 5101-16
KPU-LN-63 KPU-LN-NEL-61 LEBIH GIANYAR GIANYAR 15,29 8° 34' 58,649" LS 115° 21' 17,728" BT 5101-16
KPU-LN-64 KPU-LN-NEL-62 SIYUT GIANYAR GIANYAR 2,67 8° 34' 33,009" LS 115° 22' 11,349" BT 5101-16
KPU-LN-65 KPU-LN-NEL-63 TEGAL BESAR BANJAR ANGKAN KLUNGKUNG 5,13 8° 34' 32,501" LS 115° 22' 29,029" BT 5101-16
KPU-LN-66 KPU-LN-NEL-64 LEPANG BANJAR ANGKAN KLUNGKUNG 2,80 8° 34' 31,809" LS 115° 23' 5,069" BT 5101-16
KPU-LN-67 KPU-LN-NEL-65 KAMPUNG KUSAMBA DAWAN KLUNGKUNG 2,34 8° 33' 58,405" LS 115° 27' 7,611" BT 5101-16
KPU-LN-68 KPU-LN-NEL-66 SEGARA-BR. BIAS KUSAMBA DAWAN KLUNGKUNG 6,37 8° 33' 44,781" LS 115° 27' 22,071" BT 5101-16
KPU-LN-69 KPU-LN-NEL-67 PESINGGAHAN DAWAN KLUNGKUNG 3,63 8° 33' 18,775" LS 115° 27' 51,344" BT 5101-16
KPU-LN-70 KPU-LN-NEL-68 BELATUNG DAWAN KLUNGKUNG 2,89 8° 33' 5,700" LS 115° 28' 37,149" BT 5101-16
KPU-LN-71 KPU-LN-NEL-69 YEH MALET MANGGIS KARANGASEM 2,83 8° 32' 56,418" LS 115° 29' 16,939" BT 5101-16
KPU-LN-72 KPU-LN-NEL-70 PENGANGALON MANGGIS KARANGASEM 6,69 8° 32' 45,173" LS 115° 29' 45,466" BT 5101-16
KPU-LN-73 KPU-LN-NEL-71 LABUHAN AMUK MANGGIS KARANGASEM 2,10 8° 31' 6,518" LS 115° 30' 29,084" BT 5101-16
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KPU-LN-74 KPU-LN-NEL-72 ULAKAN-TANAH AMPO MANGGIS KARANGASEM 16,14 8° 30' 23,971" LS 115° 31' 4,746" BT 5101-16
KPU-LN-75 KPU-LN-NEL-73 BUITAN MANGGIS KARANGASEM 7,69 8° 30' 4,496" LS 115° 32' 8,861" BT 5101-16
KPU-LN-76 KPU-LN-NEL-74 CANDIDASA MANGGIS KARANGASEM 2,40 8° 30' 33,017" LS 115° 33' 53,740" BT 5101-16
KPU-LN-77 KPU-LN-NEL-75 SAMUH KARANGASEM KARANGASEM 6,61 8° 30' 51,371" LS 115° 34' 39,736" BT 5101-16
KPU-LN-78 KPU-LN-NEL-76 SONGLAWAH BUGBUG KARANGASEM KARANGASEM 7,83 8° 30' 37,746" LS 115° 35' 35,903" BT 5101-20
KPU-LN-79 KPU-LN-NEL-77 BUGBUG KARANGASEM KARANGASEM 17,20 8° 30' 25,467" LS 115° 36' 3,831" BT 5101-20
KPU-LN-80 KPU-LN-NEL-78 PASIR PUTIH BUGBUG KARANGASEM KARANGASEM 8,98 8° 30' 7,398" LS 115° 36' 41,201" BT 5101-20
KPU-LN-81 KPU-LN-NEL-79 JASRI KARANGASEM KARANGASEM 13,53 8° 28' 49,771" LS 115° 37' 18,622" BT 5101-20
KPU-LN-82 KPU-LN-NEL-80 UJUNG PESISI-SERAYA BARAT KARANGASEM KARANGASEM 23,21 8° 27' 54,330" LS 115° 38' 3,968" BT 5101-20
KPU-LN-83 KPU-LN-NEL-81 YEHBUNG KARANGASEM KARANGASEM 5,47 8° 27' 19,998" LS 115° 38' 59,185" BT 5101-20
KPU-LN-84 KPU-LN-NEL-82 BUNUTAN SERAYA KARANGASEM KARANGASEM 5,66 8° 26' 36,273" LS 115° 40' 26,204" BT 5101-20
KPU-LN-85 KPU-LN-NEL-83 BELUBUH SERAYA KARANGASEM KARANGASEM 6,45 8° 26' 9,137" LS 115° 41' 0,191" BT 5101-20
KPU-LN-86 KPU-LN-NEL-84 SONGAN SERAYA KARANGASEM KARANGASEM 4,42 8° 25' 43,389" LS 115° 41' 26,739" BT 5101-20
KPU-LN-87 KPU-LN-NEL-85 TUKAD BUAH KARANGASEM KARANGASEM 2,76 8° 25' 35,457" LS 115° 41' 38,828" BT 5101-20
KPU-LN-88 KPU-LN-NEL-86 TUKAD TIIS KARANGASEM KARANGASEM 3,10 8° 25' 11,374" LS 115° 41' 50,232" BT 5101-20
KPU-LN-89 KPU-LN-NEL-87 LESEK SERAYA TIMUR KARANGASEM KARANGASEM 3,42 8° 24' 53,217" LS 115° 42' 0,935" BT 5101-20
KPU-LN-90 KPU-LN-NEL-88 KUTUMANAK ABANG KARANGASEM 3,08 8° 23' 45,116" LS 115° 42' 35,806" BT 5101-20
KPU-LN-91 KPU-LN-NEL-89 KUSAMBI ABANG KARANGASEM 2,50 8° 23' 29,800" LS 115° 42' 39,877" BT 5101-20
KPU-LN-92 KPU-LN-NEL-90 BATUKESENI 1 ABANG KARANGASEM 2,46 8° 23' 5,999" LS 115° 42' 37,675" BT 5101-20
KPU-LN-93 KPU-LN-NEL-91 BATUKESENI 2 ABANG KARANGASEM 1,18 8° 22' 51,949" LS 115° 42' 36,334" BT 5101-20
KPU-LN-94 KPU-LN-NEL-92 AAS ABANG KARANGASEM 5,12 8° 22' 22,247" LS 115° 42' 24,180" BT 5101-20
KPU-LN-95 KPU-LN-NEL-93 BANYUNING 1 ABANG KARANGASEM 8,06 8° 22' 3,959" LS 115° 42' 8,167" BT 5101-20 5101-21
KPU-LN-96 KPU-LN-NEL-94 BANYUNING 2 ABANG KARANGASEM 1,07 8° 21' 41,547" LS 115° 41' 58,963" BT 5101-21
KPU-LN-97 KPU-LN-NEL-95 LEAN 1 ABANG KARANGASEM 1,59 8° 21' 22,640" LS 115° 41' 35,027" BT 5101-21
KPU-LN-98 KPU-LN-NEL-96 LEAN 2 ABANG KARANGASEM 4,65 8° 21' 15,223" LS 115° 41' 22,765" BT 5101-21
KPU-LN-99 KPU-LN-NEL-97 LEAN 3 ABANG KARANGASEM 3,54 8° 20' 58,148" LS 115° 40' 59,434" BT 5101-21
KPU-LN-100 KPU-LN-NEL-98 BUNUTAN 1 ABANG KARANGASEM 1,79 8° 20' 40,439" LS 115° 40' 38,209" BT 5101-21
KPU-LN-101 KPU-LN-NEL-99 BUNUTAN 2 ABANG KARANGASEM 6,37 8° 20' 35,885" LS 115° 40' 19,695" BT 5101-21
KPU-LN-102 KPU-LN-NEL-100 JEMELUK ABANG KARANGASEM 3,18 8° 20' 13,668" LS 115° 39' 34,155" BT 5101-21
KPU-LN-103 KPU-LN-NEL-101 AMED ABANG KARANGASEM 15,60 8° 20' 1,877" LS 115° 38' 52,211" BT 5101-21
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KPU-LN-104 KPU-LN-NEL-102 PASELATAN ABANG KARANGASEM 14,81 8° 19' 27,470" LS 115° 37' 53,913" BT 5101-21
KPU-LN-105 KPU-LN-NEL-103 TEGALLANGLANGAN ABANG KARANGASEM 7,02 8° 18' 43,953" LS 115° 37' 26,131" BT 5101-21
KPU-LN-106 KPU-LN-NEL-104 BATU BELAH ABANG KARANGASEM 6,10 8° 18' 24,513" LS 115° 37' 15,819" BT 5101-21
KPU-LN-107 KPU-LN-NEL-105 TUKAD ABU KUBU KARANGASEM 14,80 8° 17' 31,121" LS 115° 36' 33,130" BT 5101-21
KPU-LN-108 KPU-LN-NEL-106 TULAMBEN 1 KUBU KARANGASEM 1,38 8° 16' 42,677" LS 115° 35' 44,893" BT 5101-21
KPU-LN-109 KPU-LN-NEL-107 TULAMBEN 2 KUBU KARANGASEM 1,77 8° 16' 14,703" LS 115° 35' 28,150" BT 5101-21
KPU-LN-110 KPU-LN-NEL-108 RUBAYA 1 KUBU KARANGASEM 1,75 8° 15' 52,028" LS 115° 35' 16,410" BT 5101-21
KPU-LN-111 KPU-LN-NEL-109 RUBAYA 2 KUBU KARANGASEM 2,12 8° 15' 43,493" LS 115° 35' 10,080" BT 5101-21
KPU-LN-112 KPU-LN-NEL-110 BATURINGGIT KUBU KARANGASEM 11,01 8° 14' 40,774" LS 115° 34' 15,637" BT 5101-17
KPU-LN-113 KPU-LN-NEL-111 GEROMBONG-SUKADANA KUBU KARANGASEM 51,10 8° 13' 49,001" LS 115° 33' 20,944" BT 5101-17
KPU-LN-114 KPU-LN-NEL-112 KARANGSARI KUBU KARANGASEM 6,37 8° 13' 19,027" LS 115° 32' 28,160" BT 5101-17
KPU-LN-115 KPU-LN-NEL-113 LEBAH KUBU KARANGASEM 20,02 8° 12' 52,856" LS 115° 31' 38,676" BT 5101-17
KPU-LN-116 KPU-LN-NEL-114 DARMAWINANGUN KUBU KARANGASEM 12,33 8° 12' 21,185" LS 115° 30' 45,307" BT 5101-17
KPU-LN-117 KPU-LN-NEL-115 EKAADNYANA KUBU KARANGASEM 3,69 8° 11' 52,537" LS 115° 30' 17,350" BT 5101-17
KPU-LN-118 KPU-LN-NEL-116 SANTER KUBU KARANGASEM 3,68 8° 11' 32,336" LS 115° 30' 0,565" BT 5101-17
KPU-LN-119 KPU-LN-NEL-117 TUNASSARI-MUNTIDESA KUBU KARANGASEM 14,42 8° 11' 21,282" LS 115° 29' 31,423" BT 5101-17
KPU-LN-120 KPU-LN-NEL-118 KERTABUANA 1 KUBU KARANGASEM 3,26 8° 10' 59,700" LS 115° 29' 11,066" BT 5101-17
KPU-LN-121 KPU-LN-NEL-119 KERTABUANA 2 KUBU KARANGASEM 3,62 8° 10' 50,203" LS 115° 28' 56,917" BT 5101-17
KPU-LN-122 KPU-LN-NEL-120 TAMANSARI KUBU KARANGASEM 3,04 8° 10' 38,965" LS 115° 28' 11,303" BT 5101-17
KPU-LN-123 KPU-LN-NEL-121 TEGALSARI 1 KUBU KARANGASEM 4,79 8° 10' 24,120" LS 115° 27' 52,277" BT 5101-17
KPU-LN-124 KPU-LN-NEL-122 TEGALSARI 2 KUBU KARANGASEM 3,60 8° 10' 10,815" LS 115° 27' 35,475" BT 5101-17
KPU-LN-125 KPU-LN-NEL-123 NGIS TEJAKULA BULELENG 5,71 8° 9' 44,057" LS 115° 27' 12,908" BT 5101-17
KPU-LN-126 KPU-LN-NEL-124 YEHBAU 1 TEJAKULA BULELENG 2,05 8° 9' 31,114" LS 115° 26' 40,907" BT 5101-17
KPU-LN-127 KPU-LN-NEL-125 YEHBAU 2 TEJAKULA BULELENG 4,29 8° 9' 23,047" LS 115° 26' 22,456" BT 5101-17
KPU-LN-128 KPU-LN-NEL-126 TEMBOK TEJAKULA BULELENG 3,24 8° 9' 12,029" LS 115° 25' 48,408" BT 5101-17
KPU-LN-129 KPU-LN-NEL-127 BULAKAN TEJAKULA BULELENG 1,48 8° 9' 8,904" LS 115° 25' 30,169" BT 5101-17
KPU-LN-130 KPU-LN-NEL-128 SAMBIRENTENG TEJAKULA BULELENG 1,54 8° 8' 23,536" LS 115° 23' 57,150" BT 5101-17
KPU-LN-131 KPU-LN-NEL-129 PENUKTUKAN TEJAKULA BULELENG 1,44 8° 8' 12,617" LS 115° 23' 34,936" BT 5101-17
KPU-LN-132 KPU-LN-NEL-130 LES TEJAKULA BULELENG 4,05 8° 7' 50,893" LS 115° 22' 19,200" BT 5101-17
KPU-LN-133 KPU-LN-NEL-131 LES-TEJAKULA TEJAKULA BULELENG 8,51 8° 7' 42,083" LS 115° 21' 40,537" BT 5101-17
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KPU-LN-134 KPU-LN-NEL-132 TEJAKULA 1 TEJAKULA BULELENG 6,32 8° 6' 59,172" LS 115° 20' 38,242" BT 5101-17
KPU-LN-135 KPU-LN-NEL-133 TEJAKULA 2 TEJAKULA BULELENG 4,96 8° 6' 42,207" LS 115° 19' 51,671" BT 5101-17
KPU-LN-136 KPU-LN-NEL-134 BONDALEM 1 TEJAKULA BULELENG 3,32 8° 6' 44,249" LS 115° 19' 22,442" BT 5101-17
KPU-LN-137 KPU-LN-NEL-135 BONDALEM 2 TEJAKULA BULELENG 2,09 8° 6' 31,799" LS 115° 18' 54,001" BT 5101-17
KPU-LN-138 KPU-LN-NEL-136 JULAH TEJAKULA BULELENG 1,68 8° 6' 18,609" LS 115° 18' 12,920" BT 5101-17
KPU-LN-139 KPU-LN-NEL-137 SEMBIRAN TEJAKULA BULELENG 1,27 8° 6' 12,287" LS 115° 17' 33,114" BT 5101-17
KPU-LN-140 KPU-LN-NEL-138 PACUNG 1 TEJAKULA BULELENG 1,05 8° 5' 42,386" LS 115° 16' 30,621" BT 5101-12
KPU-LN-141 KPU-LN-NEL-139 PACUNG 2 TEJAKULA BULELENG 3,85 8° 5' 27,937" LS 115° 16' 12,023" BT 5101-12
KPU-LN-142 KPU-LN-NEL-140 BUKTI KUBUTAMBAHAN BULELENG 3,44 8° 5' 0,959" LS 115° 14' 50,917" BT 5101-12
KPU-LN-143 KPU-LN-NEL-141 SANIH KUBUTAMBAHAN BULELENG 4,07 8° 4' 24,496" LS 115° 12' 25,841" BT 5101-12
KPU-LN-144 KPU-LN-NEL-142 TEBANDING KUBUTAMBAHAN BULELENG 4,19 8° 3' 59,494" LS 115° 11' 40,930" BT 5101-12
KPU-LN-145 KPU-LN-NEL-143 TAMBAK KUBUTAMBAHAN BULELENG 3,94 8° 3' 41,269" LS 115° 10' 47,379" BT 5101-12
KPU-LN-146 KPU-LN-NEL-144 KUBU KELOD KUBUTAMBAHAN BULELENG 3,39 8° 3' 47,514" LS 115° 9' 38,885" BT 5101-12
KPU-LN-147 KPU-LN-NEL-145 GIRI MAS SAWAN BULELENG 4,77 8° 4' 32,465" LS 115° 8' 2,055" BT 5101-12
KPU-LN-148 KPU-LN-NEL-146 PABEAN SANGSIT SAWAN BULELENG 5,58 8° 4' 45,167" LS 115° 7' 36,205" BT 5101-12
KPU-LN-149 KPU-LN-NEL-147 KEROBOKAN SAWAN BULELENG 4,45 8° 4' 51,450" LS 115° 7' 10,370" BT 5101-12
KPU-LN-150 KPU-LN-NEL-148 BUANA SARI BULELENG BULELENG 3,37 8° 5' 3,311" LS 115° 6' 47,948" BT 5101-12
KPU-LN-151 KPU-LN-NEL-149 BANYUNING BULELENG BULELENG 3,24 8° 5' 45,803" LS 115° 5' 54,700" BT 5101-12
KPU-LN-152 KPU-LN-NEL-150 KAMPUNG BARU BULELENG BULELENG 3,25 8° 6' 1,764" LS 115° 5' 35,136" BT 5101-12
KPU-LN-153 KPU-LN-NEL-151 KAMPUNG ANYAR BULELENG BULELENG 3,69 8° 6' 19,535" LS 115° 4' 54,790" BT 5101-12
KPU-LN-154 KPU-LN-NEL-152 BANYUASRI BULELENG BULELENG 2,86 8° 6' 58,347" LS 115° 4' 19,090" BT 5101-12
KPU-LN-155 KPU-LN-NEL-153 GALIRAN BULELENG BULELENG 3,27 8° 7' 5,800" LS 115° 4' 7,516" BT 5101-12
KPU-LN-156 KPU-LN-NEL-154 PEMARON 1 BULELENG BULELENG 2,97 8° 7' 31,691" LS 115° 3' 41,931" BT 5101-12
KPU-LN-157 KPU-LN-NEL-155 PEMARON 2 BULELENG BULELENG 3,65 8° 7' 56,166" LS 115° 3' 23,488" BT 5101-12
KPU-LN-158 KPU-LN-NEL-156 ANTURAN BULELENG BULELENG 11,11 8° 8' 37,719" LS 115° 2' 48,711" BT 5101-12
KPU-LN-159 KPU-LN-NEL-157 KALIBUKBUK BULELENG BULELENG 21,02 8° 9' 9,346" LS 115° 1' 53,498" BT 5101-12
KPU-LN-160 KPU-LN-NEL-158 KALIBUKBUK-KALIASEM BULELENG - BANJAR BULELENG 15,96 8° 9' 47,679" LS 115° 1' 11,038" BT 5101-12
KPU-LN-161 KPU-LN-NEL-159 TEMUKUS 1 BANJAR BULELENG 6,41 8° 10' 23,481" LS 115° 0' 14,092" BT 5101-12
KPU-LN-162 KPU-LN-NEL-160 TEMUKUS 2 BANJAR BULELENG 6,57 8° 10' 37,154" LS 114° 59' 28,951" BT 5101-07
KPU-LN-163 KPU-LN-NEL-161 KALIANGET SERIRIT BULELENG 22,42 8° 10' 54,313" LS 114° 57' 52,521" BT 5101-07
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KPU-LN-164 KPU-LN-NEL-162 TANGGUWISIA SERIRIT BULELENG 4,42 8° 10' 54,136" LS 114° 56' 58,086" BT 5101-07
KPU-LN-165 KPU-LN-NEL-163 SERIRIT-PENGASTULAN SERIRIT BULELENG 16,96 8° 10' 55,683" LS 114° 56' 4,076" BT 5101-07
KPU-LN-166 KPU-LN-NEL-164 LOKAPAKSA SERIRIT BULELENG 3,33 8° 4' 53,636" LS 114° 52' 51,116" BT 5101-07
KPU-LN-167 KPU-LN-NEL-165 UMEANYAR SERIRIT BULELENG 3,75 8° 11' 0,200" LS 114° 54' 49,588" BT 5101-07
KPU-LN-168 KPU-LN-NEL-166 BANJARASEM SERIRIT BULELENG 17,35 8° 11' 15,894" LS 114° 53' 54,018" BT 5101-07
KPU-LN-169 KPU-LN-NEL-167 KALISADA 1 SERIRIT BULELENG 4,21 8° 11' 24,141" LS 114° 53' 12,464" BT 5101-07
KPU-LN-170 KPU-LN-NEL-168 KALISADA 2 SERIRIT BULELENG 4,26 8° 11' 40,939" LS 114° 52' 28,693" BT 5101-07
KPU-LN-171 KPU-LN-NEL-169 BROMBONG 1 GEROKGAK BULELENG 3,57 8° 11' 43,661" LS 114° 52' 7,190" BT 5101-07
KPU-LN-172 KPU-LN-NEL-170 BROMBONG 2 GEROKGAK BULELENG 4,50 8° 11' 44,590" LS 114° 51' 40,197" BT 5101-07
KPU-LN-173 KPU-LN-NEL-171 PENGULON GEROKGAK BULELENG 12,78 8° 11' 28,534" LS 114° 49' 32,339" BT 5101-07
KPU-LN-174 KPU-LN-NEL-172 PATAS GEROKGAK BULELENG 3,60 8° 11' 7,608" LS 114° 48' 35,917" BT 5101-07
KPU-LN-175 KPU-LN-NEL-173 GEROKGAK GEROKGAK BULELENG 2,82 8° 10' 38,318" LS 114° 47' 21,533" BT 5101-07
KPU-LN-176 KPU-LN-NEL-174 MUSI GEROKGAK BULELENG 3,55 8° 10' 6,536" LS 114° 44' 59,378" BT 5101-07
KPU-LN-177 KPU-LN-NEL-175 GONDOL GEROKGAK BULELENG 5,99 8° 9' 16,431" LS 114° 42' 40,831" BT 5101-07
KPU-LN-178 KPU-LN-NEL-176 BANYUPOH GEROKGAK BULELENG 2,81 8° 8' 42,446" LS 114° 41' 45,363" BT 5101-03
KPU-LN-179 KPU-LN-NEL-177 PEMUTERAN GEROKGAK BULELENG 1,62 8° 8' 37,636" LS 114° 39' 30,256" BT 5101-03
KPU-LN-180 KPU-LN-NEL-178 SENDANG GEROKGAK BULELENG 11,27 8° 8' 10,987" LS 114° 38' 18,760" BT 5101-03
KPU-LN-181 KPU-LN-NEL-179 PEGAMETAN GEROKGAK BULELENG 85,29 8° 7' 23,854" LS 114° 36' 47,978" BT 5101-03
11.3 SUBZONA JALAN BEBAS HAMBATAN
KPU-LN-182 KPU-LN-JBH-01 TELUK BENOA - DENPASAR -BADUNG 71,85 8° 45' 21,038" LS 115° 12' 0,246" BT 5101-10
B. KAWASAN KONSERVASI
1. TAMAN NASIONAL
TN-01 - PEJARAKAN-SUMBERKLAMPOK-GILIMANUK
GEROKGAK, MELAYA BULELENG, JEMBRANA
3.286,67 8° 7' 6,613" LS 114° 29' 20,468" BT 5101-02 5101-03
TN-02 - GILIMANUK MELAYA JEMBRANA 758,35 8° 13' 9,544" LS 114° 26' 50,265" BT 5101-02
2. TAMAN HUTAN RAYA
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
THR-01 - TANJUNG BENOA KUTA SELATAN BADUNG 3,79 8° 45' 32,065" LS 115° 12' 59,105" BT 5101-10
THR-02 - TERORA KUTA SELATAN BADUNG 8,55 8° 46' 21,604" LS 115° 12' 58,348" BT 5101-10
THR-03 - MUMBUL KUTA SELATAN BADUNG 7,69 8° 46' 51,714" LS 115° 12' 3,224" BT 5101-10
THR-04 - KEDONGANAN-KELAN KUTA BADUNG 24,04 8° 45' 9,145" LS 115° 11' 1,415" BT 5101-10
THR-05 - TUBAN KUTA BADUNG 24,04 8° 45' 9,145" LS 115° 11' 1,415" BT 5101-10
THR-06 - PESANGGARAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 7,89 8° 43' 48,280" LS 115° 12' 24,175" BT 5101-10
THR-07 - SERANGAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 3,94 8° 44' 16,859" LS 115° 13' 44,599" BT 5101-10
THR-08 - SERANGAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 5,35 8° 43' 28,686" LS 115° 13' 52,680" BT 5101-10
3. KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
KKP-01 - MELAYA MELAYA JEMBRANA 1.171,28 8° 16' 39,146" LS 114° 28' 39,039" BT 5101-02
KKP-02 - PERANCAK JEMBRANA JEMBRANA 954,32 8° 24' 47,786" LS 114° 37' 45,618" BT 5101-01 5101-02
KKP-03 - KUTA KUTA BADUNG 841,99 8° 43' 35,312" LS 115° 8' 57,032" BT 5101-10
KKP-04 - KUTA SELATAN KUTA SELATAN BADUNG 53.834,58 8° 55' 52,109" LS 115° 8' 0,413" BT
5101-04 5101-05
5101-09 5101-10
KKP-05 - SERANGAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 40,23 8° 44' 32,251" LS 115° 13' 54,505" BT 5101-10
KKP-06 - SERANGAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 381,10 8° 44' 19,129" LS 115° 15' 7,732" BT 5101-10
KKP-07 - SEMAWANG DENPASAR SELATAN DENPASAR 639,33 8° 42' 6,531" LS 115° 16' 32,820" BT 5101-10
KKP-08 - PADANGBAI MANGGIS KARANGASEM 22,47 8° 32' 17,476" LS 115° 30' 39,572" BT 5101-16
KKP-09 - PADANGBAI MANGGIS KARANGASEM 147,97 8° 31' 33,540" LS 115° 30' 54,383" BT 5101-16
KKP-10 - CANDIDASA KARANGASEM KARANGASEM 1.753,56 8° 31' 11,118" LS 115° 35' 17,558" BT 5101-16 5101-20
KKP-11 - SERAYA-AMED ABANG-KARANGASEM KARANGASEM 2.247,63 8° 22' 14,077" LS 115° 42' 9,399" BT 5101-20 5101-21
KKP-12 - TULAMBEN KUBU KARANGASEM 1.314,52 8° 16' 21,450" LS 115° 36' 19,810" BT 5101-17 5101-21
KKP-13 - TEJAKULA TEJAKULA BULELENG 9.456,67 8° 6' 37,464" LS 115° 22' 5,160" BT 5101-12 5101-17
KKP-14 - BULELENG-BANJAR BANJAR BULELENG 6.936,89 8° 8' 40,122" LS 114° 59' 25,404" BT 5101-07 5101-08 5101-12
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KKP-15 - PEMUTERAN GEROKGAK BULELENG 1.640,28 8° 8' 1,911" LS 114° 40' 30,295" BT 5101-03 5101-07
KKP-16 - NUSA PENIDA NUSA PENIDA KLUNGKUNG 19.949,10 8° 44' 28,311" LS 115° 31' 50,088" BT 5101-15 5101-19
4. KAWASAN KONSERVASI MARITIM
KKM-01 - TELUK BENOA KUTA-KUTA SELATAN BADUNG 428,60 8° 45' 54,882" LS 115° 11' 41,783" BT 5101-10
KKM-02 - TELUK BENOA KUTA-KUTA SELATAN BADUNG 661,13 8° 45' 45,770" LS 115° 12' 23,860" BT 5101-10
KKM-03 - TELUK BENOA KUTA-KUTA SELATAN BADUNG 0,86 8° 44' 38,614" LS 115° 11' 48,054" BT 5101-10
KKM-04 - TELUK BENOA KUTA - DENPASAR SELATAN BADUNG - DENPASAR 139,34 8° 44' 14,596" LS 115° 11' 51,974" BT 5101-10
KKM-05 - TELUK BENOA DENPASAR SELATAN DENPASAR 13,48 8° 44' 15,660" LS 115° 12' 9,467" BT 5101-10
C. KAWASAN STRATEGIS
1. KAWASAN STRATEGIS NASIONAL TERTENTU (KSNT)
KSNT NUSA PENIDA NUSA PENIDA KLUNGKUNG 94.575,43 8° 49' 58,444" LS 115° 34' 20,965" BT
5101-09 5101-14 5101-15 5101-19
2. KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN)
2.1 KSN KAWASAN PERKOTAAN SARBAGITA
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
KSN
KOTA DENPASAR, KABUPATEN BADUNG, KABUPATEN GIANYAR, SERTA KECAMATAN KEDIRI DAN KECAMATAN TABANAN KABUPATEN TABANAN
DENPASAR TIMUR, DENPASAR SELATAN, KUTA, KUTA UTARA, KUTA SELATAN, MENGWI, SUKAWATI, BLAHBATUH, GIANYAR, KEDIRI, TABANAN
DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, TABANAN
216.523,99 8° 49' 56,851" LS 115° 9' 29,381" BT
5101-04 5101-05 5101-06 5101-09 5101-10 5101-11 5101-15 5101-16
2.2 DAERAH LATIHAN MILITER
DLM LEPAS PANTAI BULELENG BAGIAN BARAT
SAWAN, BULELENG, BANJAR, SERIRIT, GEROKGAK
BULELENG 101.685,42 7° 59' 46,810" LS 114° 52' 21,480" BT
5101-03 5101-08 5101-12 5101-13
2.2 DAERAH TERBATAS
DT GILIMANUK DAN CANDIKUSUMA
MELAYA JEMBRANA 2.773,82 8° 18' 10,613" LS 114° 28' 44,334" BT 5101-02
D. ALUR LAUT
1. ALUR PELAYARAN
1.1 ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA
AL-AP-01 AL-AP-ALKI-01 SELAT LOMBOK - - - 8° 27' 31,032" LS 115° 47' 27,700" BT
5101-14 5101-19
5101-20 5101-21
AL-AP-01 AL-AP-ALKI-02 SELAT LOMBOK - - - 8° 27' 31,032" LS 115° 47' 27,700" BT
5101-14 5101-15 5101-19 5101-20 5101-21
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
AL-AP-01 AL-AP-ALKI-03 SELAT LOMBOK - - 8° 27' 31,032" LS 115° 47' 27,700" BT 5101-14 5101-19
5101-20
1.2 ALUR PELAYARAN INTERNASIONAL
AL-AP-02 AL-AP-PI-01
ALUR PELAYARAN PELABUHAN BENOA MELALUI SELAT BADUNG DAN MELEWATI ALKI II DENGAN TUJUAN BENUA AUSTRALIA, ASIA, EROPA DAN AMERIKA
- - - 8° 36' 36,093" LS 115° 29' 29,417" BT
5101-10 5101-15 5101-16 5101-20
AL-AP-03 AL-AP-PI-02
ALUR PELAYARAN PELABUHAN LABUHAN AMUK/TANAH AMPO MELALUI SELAT BADUNG DAN MELEWATI ALKI II DENGAN TUJUAN BENUA AUSTRALIA, ASIA, EROPA DAN AMERIKA
- - - 8° 32' 57,666" LS 115° 34' 28,668" BT 5101-16 5101-20
1.3 ALUR PELAYARAN NASIONAL
AL-AP-04 AL-AP-PN-01
ALUR PELAYARAN PELABUHAN CELUKAN BAWANG MELALUI LAUT BALI DENGAN TUJUAN PELABUHAN LEMBAR, PELABUHAN BENOA DAN LAIN-LAIN
- - - 8° 2' 1,289" LS 115° 22' 34,488" BT
5101-07 5101-08 5101-12 5101-13 5101-17 5101-18 5101-21
AL-AP-04 AL-AP-PN-02
ALUR PELAYARAN PELABUHAN CELUKAN BAWANG MELALUI LAUT BALI DENGAN TUJUAN SURABAYA DAN LAIN-LAIN
- - - 8° 2' 37,587" LS 114° 46' 3,913" BT 5101-03 5101-07 5101-08
1.4 ALUR PELAYARAN REGIONAL
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
AL-AP-05 AL-AP-PR-01
ALUR PELAYARAN PELABUHAN GILIMANUK DENGAN TUJUAN PELABUHAN KETAPANG, JAWA TIMUR MELALUI PERAIRAN SELAT BALI
- - - 8° 9' 17,569" LS 114° 25' 39,546" BT 5101-02 5101-03
AL-AP-06 AL-AP-PR-02
ALUR PELAYARAN PELABUHAN PADANGBAI DENGAN TUJUAN PELABUHAN LEMBAR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MELALUI PERAIRAN SELAT BADUNG DAN SELAT LOMBOK
- - - 8° 35' 59,025" LS 115° 37' 7,995" BT 5101-16 5101-19 5101-20
AL-AP-06 AL-AP-PR-03
ALUR PELAYARAN PELABUHAN PADANGBAI DENGAN TUJUAN PELABUHAN SENGGIGI/GILI TRAWANGAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MELALUI PERAIRAN SELAT BADUNG DAN SELAT LOMBOK
- - - 8° 27' 17,281" LS 115° 42' 7,087" BT 5101-16 5101-20
AL-AP-07 AL-AP-PR-04
ALUR PELAYARAN PELABUHAN SERANGAN DENGAN TUJUAN PELABUHAN SENGGIGI/GILI TRAWANGAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MELALUI PERAIRAN SELAT BADUNG DAN SELAT LOMBOK
- - - 8° 36' 24,953" LS 115° 23' 49,171" BT
5101-10 5101-15 5101-16 5101-20
AL-AP-08 AL-AP-PR-05
ALUR PELAYARAN PELABUHAN KEDONGANAN KABUPATEN BADUNG MENUJU PELABUHAN MUNCAR PROVINSI JAWA TIMUR MELALUI PERAIRAN SELAT BALI
- - - 8° 29' 13,545" LS 114° 52' 27,455" BT
5101-01 5101-05 5101-06 5101-10 5101-11
1.5 ALUR PELAYARAN LOKAL
AL-AP-09 AL-AP-PL-01
ALUR PELAYARAN PELABUHAN SANUR DENGAN TUJUAN NUSA LEMBONGAN MELALUI SELAT BADUNG
- - - 8° 38' 32,653" LS 115° 21' 1,590" BT 5101-10 5101-15
AL-AP-10 AL-AP-PL-02
ALUR PELAYARAN PELABUHAN SANUR DENGAN TUJUAN PELABUHAN MENTIGI MELALUI SELAT BADUNG
- - - 8° 39' 16,881" LS 115° 27' 4,606" BT 5101-15
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
AL-AP-11 AL-AP-PL-03
ALUR PELAYARAN PELABUHAN KUSAMBA DENGAN TUJUAN NUSA LEMBONGAN MELALUI SELAT BADUNG
- - - 8° 37' 10,671" LS 115° 27' 5,449" BT 5101-15 5101-16
AL-AP-12 AL-AP-PL-04
ALUR PELAYARAN PELABUHAN KUSAMBA DENGAN TUJUAN PELABUHAN MENTIGI MELALUI PERAIRAN SELAT BADUNG
- - - 8° 37' 6,479" LS 115° 30' 10,375" BT 5101-15 5101-16
AL-AP-13 AL-AP-PL-05
ALUR PELAYARAN PELABUHAN KUSAMBA DENGAN TUJUAN SAMPALAN MELALUI PERAIRAN SELAT BADUNG
- - - 8° 36' 59,261" LS 115° 30' 23,638" BT 5101-15 5101-16
AL-AP-14 AL-AP-PL-06
ALUR PELAYARAN PELABUHAN PADANGBAI DENGAN TUJUAN SAMPALAN
MELALUI PERAIRAN SELAT BADUNG
- - - 8° 36' 12,335" LS 115° 32' 3,853" BT 5101-15
5101-16
1.6 BAGAN PEMISAH LALU LINTAS (Traffic Separation Scheme)
AL-AP-15 AL-AP-TSS-01 SELAT LOMBOK - - - 8° 35' 27,328" LS 115° 43' 55,755" BT
5101-14 5101-15 5101-19 5101-20 5101-21
AL-AP-15 AL-AP-TSS-02 SELAT LOMBOK - - - 8° 21' 50,278" LS 115° 51' 14,702" BT
5101-14 5101-19 5101-20 5101-21
AL-AP-15 AL-AP-TSS-03 SELAT LOMBOK - - - 8° 30' 44,698" LS 115° 48' 43,939" BT
5101-14 5101-19 5101-20 5101-21
AL-AP-15 AL-AP-TSS-04 SELAT LOMBOK - - - 8° 31' 32,883" LS 115° 51' 3,067" BT 5101-20
2. ALUR PIPA DAN KABEL BAWAH LAUT
2.1 ALUR PIPA MINYAK DAN GAS
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
AL-APK-01 AL-APK-GM-01 TELUK BENOA - - - 8° 44' 26,237" LS 115° 11' 50,975" BT 5101-10
2.2 ALUR KABEL LISTRIK
AL-APK-02 AL-APK-KL-01
JARINGAN TRANSMISI LISTRIK JAWA - BALI MELALUI SELAT
BALI DENGAN LANDING POINT DI PANTAI GILIMANUK
MELAYA JEMBRANA - 8° 9' 24,657" LS 114° 25' 39,426" BT 5101-02
5101-03
AL-APK-02 AL-APK-KL-02
JARINGAN TRANSMISI LISTRIK JAWA - BALI MELALUI SELAT
BALI DENGAN LANDING POINT DI PANTAI GILIMANUK
MELAYA JEMBRANA - 8° 9' 38,293" LS 114° 25' 33,503" BT 5101-02
AL-APK-02 AL-APK-KL-03
JARINGAN TRANSMISI LISTRIK JAWA - BALI MELALUI SELAT BALI DENGAN LANDING POINT DI PANTAI GILIMANUK
MELAYA JEMBRANA - 8° 9' 46,786" LS 114° 25' 30,735" BT 5101-02
AL-APK-02 AL-APK-KL-04
JARINGAN TRANSMISI LISTRIK JAWA - BALI MELALUI SELAT BALI DENGAN LANDING POINT DI PANTAI GILIMANUK
MELAYA JEMBRANA - 8° 9' 50,302" LS 114° 25' 29,195" BT 5101-02
AL-APK-03 AL-APK-KL-05
JARINGAN TRANSMISI LISTRIK BALI - NUSA LEMBONGAN MELALUI SELAT BADUNG DENGAN LANDING POINT PANTAI SABA DAN NUSA LEMBONGAN
BLAHBATUH DAN NUSA PENIDA
GIANYAR DAN KLUNGKUNG
- 8° 38' 7,184" LS 115° 23' 36,444" BT 5101-10 5101-15 5101-16
2.3 ALUR KABEL TELEKOMUNIKASI
AL-APK-04 AL-APK-KT-01
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BALI DARI MUNCAR (JAWA TIMUR) MENUJ U BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI CANDIKUSUMA
MELAYA JEMBRANA - 8° 21' 9,577" LS 114° 29' 20,778" BT 5101-02
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
AL-APK-06 AL-APK-KT-02
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BALI DARI PUGER (JEMBER, JAWA TIMUR)
MENUJU BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI JIMBARAN,
KUTA SELATAN BADUNG - 8° 50' 55,607" LS 115° 2' 21,804" BT 5101-04 5101-05
5101-10
AL-APK-05 AL-APK-KT-03
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI JIMBARAN MENUJU BENCULUK, BANYUWANGI, JAWA TIMUR
KUTA SELATAN BADUNG - 8° 51' 53,433" LS 115° 3' 11,644" BT 5101-04 5101-05 5101-10
AL-APK-07 AL-APK-KT-04
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BALI DARI GRAJAGAN (BANYUWANGI, JAWA TIMUR) MENUJU BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI KEDONGANAN
KUTA BADUNG - 8° 49' 6,569" LS 115° 1' 38,868" BT 5101-04 5101-05 5101-10
AL-APK-08 AL-APK-KT-05
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BADUNG DAN SELAT LOMBOK DARI SENGGIGI (LOMBOK BARAT, NTB) MENUJU BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI SANUR
DENPASAR SELATAN DENPASAR - 8° 34' 48,961" LS 115° 32' 0,267" BT 5101-10 5101-16 5101-20
AL-APK-09 AL-APK-KT-06
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BADUNG DAN SELAT LOMBOK DARI SENGGIGI (LOMBOK BARAT, NTB) MENUJU BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI GOA LAWAH
DAWAN KLUNGKUNG - 8° 31' 20,384" LS 115° 39' 45,973" BT 5101-16 5101-20
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
AL-APK-10 AL-APK-KT-07
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BADUNG DAN SELAT LOMBOK DARI SENGGIGI (LOMBOK BARAT, NTB) MENUJU BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI SERAYA
KARANGASEM KARANGASEM - 8° 28' 36,636" LS 115° 45' 28,122" BT 5101-20
AL-APK-11 AL-APK-KT-08
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI LAUT BALI DENGAN BEACH
HOLE DI PANTAI KUBUTAMBAHAN MENUJU SULAWESI
KUBUTAMBAHAN BULLELENG - 7° 57' 33,130" LS 115° 14' 51,660" BT 5101-12 5101-13
5101-18
AL-APK-12 AL-APK-KT-09
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BADUNG DAN SELAT LOMBOK DARI PANTAI SANUR MENUJU NUSA PENIDA DAN NUSA PENIDA MENUJU PULAU LOMBOK
DENPASAR SELATAN, NUSA PENIDA
DENPASAR - 8° 38' 8,017" LS 115° 24' 30,108" BT
5101-10 5101-15 5101-19 5101-20
AL-APK-13 AL-APK-KT-10
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI PALAPA RING TIMUR MELALUI SAMUDERA HINDIA DAN SELAT LOMBOK DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI SANUR
DENPASAR SELATAN DAN NUSA PENIDA
DENPASAR DAN KLUNGKUNG
- 8° 49' 42,115" LS 115° 25' 37,958" BT 5101-10 5101-14 5101-15
AL-APK-13 AL-APK-KT-11
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI PALAPA RING TIMUR MELALUI SAMUDERA HINDIA DAN SELAT LOMBOK DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI SANUR
DENPASAR SELATAN DAN NUSA PENIDA
DENPASAR DAN KLUNGKUNG
- 8° 49' 59,634" LS 115° 37' 45,349" BT 5101-14 5101-15 5101-19
AL-APK-14 AL-APK-KT-12
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI SERAT OPTIK PALAPA MELALUI LAUT BALI DENGAN BEACH HOLE DI LOKAPAKSA
SERIRIT BULELENG - 8° 4' 55,728" LS 114° 52' 52,163" BT 5101-07 5101-08
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
AL-APK-15 AL-APK-KT-13
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI SERAT OPTIK PALAPA MELALUI LAUT BALI DENGAN BEACH HOLE DI BONDALEM
TEJAKULA BULELENG - 8° 7' 35,848" LS 115° 32' 28,268" BT 5101-17 5101-21
3. ALUR MIGRASI BIOTA
3.1 ALUR MIGRASI PENYU
AL-AMB-01 AL-AMB-MP-01
ALUR MIGRASI PENYU DARI SELATAN PULAU JAWA MENUJU PANTAI KUTA DI KABUPATEN BADUNG MELEWATI SELAT BALI
KUTA BADUNG - 8° 45' 7,779" LS 115° 0' 32,222" BT 5101-05 5101-10
AL-AMB-02 AL-AMB-MP-02
ALUR MIGRASI PENYU DARI SELATAN PULAU JAWA MENUJU AUSTRALIA MELALUI
SELAT BALI DAN SAMUDERA HINDIA
- - - 8° 54' 39,835" LS 115° 5' 29,100" BT 5101-04 5101-05
5101-09
AL-AMB-03 AL-AMB-MP-03
ALUR MIGRASI PENYU DARI SELATAN PULAU JAWA MENUJU LAUT FLORES MELALUI SELAT BALI, SAMUDERA HINDIA DAN SELAT LOMBOK
- - - 8° 55' 18,791" LS 115° 22' 39,919" BT
5101-04 5101-09 5101-14 5101-15 5101-19 5101-20 5101-21
AL-AMB-04 AL-AMB-MP-04
ALUR MIGRASI PENYU DARI SELATAN PULAU JAWA MENUJU KEPULAUAN SUMENEP MELALUI SELAT BALI, SAMUDERA HINDIA, SELAT LOMBOK DAN LAUT BALI
- - - 8° 6' 55,110" LS 115° 31' 22,422" BT
5101-08 5101-13 5101-17 5101-18 5101-20 5101-21
3.2 ALUR MIGRASI MAMALIA LAUT
AL-AMB-05 AL-AMB-MM-01
ALUR MIGRASI MAMALIA LAUT (PAUS) DARI LAUT FLORES MENUJU PERAIRAN SELATAN PULAU BALI (SAMUDERA HINDIA) MELALUI SELAT LOMBOK
- - - 8° 50' 17,882" LS 115° 41' 37,706" BT
5101-04 5101-09 5101-10 5101-14 5101-15 5101-19
KODE ZONA KODE SUBZONA LOKASI KECAMATAN/KELURAHAN KABUPATEN/KOTA
LUAS (Ha) KOORDINAT
NLP (PERAIRAN SEKITAR) LS BT
AL-AMB-05 AL-AMB-MM-02
ALUR MIGRASI MAMALIA LAUT (PAUS) DARI LAUT FLORES MENUJU PERAIRAN SELATAN PULAU BALI (SAMUDERA HINDIA) MELALUI SELAT LOMBOK
- - - 8° 21' 36,736" LS 115° 50' 27,788" BT 5101-20 5101-21
AL-AMB-06 AL-AMB-MM-03
ALUR MIGRASI MAMALIA LAUT (LUMBA_LUMBA) DI PERAIRAN
SEKITAR LOVINA KABUPATEN BULELENG
BULELENG, BANJAR, SERIRIT,
GEROKGAK BULELENG - 8° 8' 48,817" LS 114° 58' 27,937" BT
5101-07 5101-08
5101-12
E. KAWASAN SUCI LAUT
KS-01 - PERAIRAN SEKITAR PURA RAMBUT SIWI DI YEHEMBANG KANGIN
MENDOYO JEMBRANA 623,29 8° 24' 38,741" LS 114° 45' 48,683" BT 5101-06
KS-02 - PERAIRAN SEKITAR PURA SRIJONG DI ANTAP
SELEMADEG TABANAN 543,41 8° 31' 53,444" LS 114° 59' 12,775" BT 5101-06 5101-11
KS-03 - PERAIRAN SEKITAR PURA PEKENDUNGAN DAN PURA TANAH LOT DI BERABAN
KEDIRI TABANAN 744,92 8° 37' 23,205" LS 115° 4' 48,697" BT 5101-10 5101-11
KS-04 - PERAIRAN SEKITAR PURA PETITENGET DI KEROBOKAN
KELOD
KUTA UTARA BADUNG 564,66 8° 41' 11,775" LS 115° 8' 42,989" BT 5101-10
KS-05 - PERAIRAN SEKITAR PURA SAKENAN DI SERANGAN
DENPASAR SELATAN DENPASAR 96,74 8° 43' 35,585" LS 115° 13' 25,788" BT 5101-10
KS-06 - PERAIRAN SEKITAR PURA ERJERUK DI SUKAWATI
SUKAWATI GIANYAR 369,59 8° 37' 25,581" LS 115° 18' 51,628" BT 5101-10 5101-16
KS-07 -
PERAIRAN SEKITAR PURA MASCETI DI MEDAHAN, PURA KENTEL GUMI DI TUSAN DAN PURA WATU KLOTOK DI TOJAN
BLAHBATUH, BANJARANGKAN, KLUNGKUNG
GIANYAR, KLUNGKUNG
1.740,47 8° 35' 22,617" LS 115° 22' 30,822" BT 5101-16
KS-08 -
PERAIRAN SEKITAR PURA GOA LAWAH DI PESINGGAHAN DAN PURA SILAYUKTI DI PADANGBAI
DAWAN DAN MANGGIS KLUNGKUNG, KARANGASEM
3.303,48 8° 34' 15,937" LS 115° 28' 50,001" BT 5101-16
GUBERNUR BALI,
LAMPIRAN V PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR …. TAHUN …. TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI TAHUN 2020-2040
PERATURAN PEMANFAATAN RUANG
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
A. KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
1. ZONA PARIWISATA
1.1 SUBZONA WISATA ALAM PANTAI/PESISIR PULAU-PULAU KECIL
Nilai Utama Subzona:
Pantai dan perairan
sekitarnya memiliki daya tarik wisata berupa keindahan dan keunikan bentang pantai
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan:
Penataan daya tarik wisata pantai
Pengembangan fasilitas daya
Tarik wisata pantai
Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan pantai
Pengembangan aksesibilitas wisata pantai
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Pencemaran dan kerusakan fisik pantai
Konflik pemanfaatan pantai
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang:
Pengendalian pembangunan
fasilitas pariwisata yang dapat mengganggu keseimbangan dinamis daerah pantai
CANDIKUSUMA MELAYA JEMBRANA 34,59 • Perlindungan habitat
dan populasi ikan
• Penelitian, pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Wisata dan rekreasi pantai
• Wisata dan rekreasi
air (mandi, renang, berkano), wisata perahu
• Pembuatan foto, video dan film
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Penangkapan ikan
• Pembangunan dermaga perikanan
• Pemangkalan nelayan
• Pemasangan rumpon dasar dan rumpon permukaan
• Budidaya laut
• Pemangkalan tetap
perahu/boat/kapal
• Olahraga air (jetski, banana boat, parasailing, underwater scutter), wisata pancing, wisata selancar
• Pembangunan fasilitas pariwisata (akomodasi pariwisata, restoran)
• Pembangunan pelabuhan dan semua aktivitas kepelabuhanan
• Tambat perahu
/boat/kapal
• Pengerukan dan penimbunan laut
• Pembangunan bandar udara dan semua jenis aktivitas kebandaraan
• Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral dan migas
• Pembangunan
dermaga wisata
• Pembangunan struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Pengambilan air laut dengan tanpa pipa tetap
• Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan fasilitas
keselamatan wisata bahari
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
RENING NEGARA JEMBRANA 93,27
DELOD BERAWAH-PENYARINGAN-YEHEMBANG
MENDOYO JEMBRANA 287,77
YEHEMBANG KANGIN-YEHSUMBUL
MENDOYO JEMBRANA 70,42
PEKUTATAN-PANGYANGAN
PEKUTATAN JEMBRANA 194,60
PENGERAGOAN-SELABIH PEKUTATAN-SELEMADEG BARAT
JEMBRANA-TABANAN 94,65
SELABIH-YEHBAKUNG-MEKAYU-SURABERATA
SELEMADEG BARAT TABANAN 133,64
BALIAN SELEMADEG BARAT TABANAN 14,03
BONIAN SELEMADEG BARAT TABANAN 10,14
ANTAP DELODSEMA SELEMADEG TABANAN 5,87
BEBALI-KELECUNG SELEMADEG TABANAN 4,84
TEGALMENGKEP-BERABAN
SELEMADEG TIMUR TABANAN 19,59
PASUT BARAT KERAMBITAN TABANAN 6,48
PASUT TIMUR-KELATING KERAMBITAN TABANAN 26,55
KELATING KERAMBITAN TABANAN 6,86
YEH GANGGA TABANAN TABANAN 13,07
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
BATUTAMPIH KEDIRI TABANAN 9,42 • Pertambangan/
pengambilan air laut dengan pipa tetap
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/
pengaliran air panas
dari pembangkit listrik
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
NYANYI-MENGENING-SOGSOGAN
KEDIRI-MENGWI TABANAN-BADUNG 37,35
SESEH-SEPANG-PERERENAN-BATUMEJAN-BATUBOLONG
MENGWI-KUTA UTARA BADUNG 28,92
NELAYAN CANGGU KUTA UTARA BADUNG 4,51
BRAWA KUTA UTARA BADUNG 12,34
LEGIAN-KUTA KUTA BADUNG 53,73
PANTAI JERMAN KUTA BADUNG 14,26
JIMBARAN1 KUTA SELATAN BADUNG 7,53
JIMBARAN2 KUTA SELATAN BADUNG 2,22
NUSA DUA KUTA SELATAN BADUNG 6,32
MERTASARI-SEMAWANG-BATUJIMBAR-SINDHU
DENPASAR SELATAN DENPASAR 601,21
BIAUNG-LEMBENG DENPASAR TIMUR- SUKAWATI
DENPASAR-GIANYAR 12,64
SEGARA WILIS BLAHBATUH GIANYAR 10
JUMPAI KLUNGKUNG KLUNGKUNG 22,36
CANDIDASA KARANGASEM KARANGASEM 263,83
JASRI-UJUNG KARANGASEM KARANGASEM 28,56
AMED KARANGASEM KARANGASEM 6,32
AIR SANIH KUBUTAMBAHAN BULELENG 20,93
SINGARAJA BULELENG BULELENG 30,38
KAMPUNG BARU BULELENG BULELENG 9,42
KAMPUNG BUGIS BULELENG BULELENG 8,24
PENIMBANGAN BULELENG BULELENG 27,36
1.2 SUBZONA WISATA ALAM BAWAH LAUT
Nilai Utama Subzona : AMED ABANG KARANGASEM 34,43 • Perlindungan habitat • Penangkapan ikan • Wisata menyelam
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Perairan mempunyai daya
tarik wisata alam bawah laut berupa keindahan dan keunikan ekosistem terumbu karang beserta biota perairan
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Pengembangan wisata alam bawah laut berdaya saing dan berkelanjutan
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Kerusakan ekosistem
terumbu karang dan kemerosotan keanekaragaman biota perairan
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Pengaturan daya dukung wisata alam bawah laut
Pengaturan tata laksana
wisata alam bawah laut
PASELATAN-TEGALLANGLANGAN-BATU BELAH-BATUNITI
ABANG-KUBU KARANGASEM 103,09
dan populasi ikan
• Penelitian,
pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Wisata dan rekreasi pantai
• Wisata dan rekreasi air
• Wisata perahu,
wisata perahu lambung kaca, wisata snorkeling
• Pembuatan foto, video dan film
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Pembangunan
dermaga perikanan
• Budidaya laut
• Pemasangan rumpon dasar dan rumpon permukaan
• Olahraga air (jetski, banana boat, parasailing, underwater scutter), Wisata berselancar (papan selancar, selancar angin), Wisata ocean rafting, Wisata menembak ikan (spearfishing),
• Pembangunan fasilitas
pariwisata (akomodasi pariwisata, restoran)
• Pangkalan wisata kapal cruise
• Lego jangkar perahu/boat/kapal
• Pembangunan pelabuhan dan semua aktivitas kepelabuhanan
• Pengerukan dan penimbunan laut
• Pembangunan bandar
udara dan semua jenis aktivitas kebandaraan
• Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral dan migas
• Latihan militer
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/
pengaliran air panas dari pembangkit listrik
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
(diving), Wisata Hookah (underwater helmit), Wisata kapal selam dan semi kapal selam
• Pembangunan
dermaga wisata
• Penempatan pontoon
• Penempatan fasilitas wisata bahari
• Penempatan fasilitas tambat perahu/ boat/kapal
• Tambat perahu/boat wisata
• Pembangunan
struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Pertambangan/ pengambilan air laut
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Penempatan/
pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan fasilitas keselamatan wisata bahari
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
KUBU-BATURINGGIT KUBU KARANGASEM 91,03
CANDI GORA TIANYAR KUBU KARANGASEM 30,34
BUKTI KUBUTAMBAHAN BULELENG 69,22
LOKAPAKSA-UMEANYAR SERIRIT BULELENG 26,38
PEJARAKAN GEROKGAK BULELENG 128,40
TELUK GILIMANUK MELAYA JEMBRANA 17,75
1.3 SUBZONA OLAH RAGA AIR
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Nilai Utama Subzona :
Perairan mempunyai daya
tarik wisata berupa keindahan dan keunikan bentang laut dan ombak yang menjadi tujuan wisata berselancar
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Pengembangan fasilitas keamanan dan keselamatan wisata olahraga air
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Keamanan dan keselamatan
wisata
Konflik pemanfaatan ruang dengan aktivitas penangkapan ikan
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Pengaturan daya dukung
wisata olahraga air
MEDEWI-PULUKAN-PEKUTATAN
PEKUTATAN JEMBRANA 184,66 • Perlindungan habitat
dan populasi ikan
• Penelitian, pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Wisata dan rekreasi pantai
• Wisata dan rekreasi
air
• Wisata perahu
• Wisata berselancar (papan selancar, selancar angin)
• Wisata pancing
• Pembuatan foto, video dan film
• Pemulihan dan
rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Penangkapan ikan
• Pembangunan dermaga perikanan
• Budidaya laut
• Pemasangan rumpon dasar dan rumpon permukaan
• Wisata menyelam (diving), Wisata Hookah (underwater helmit), Wisata kapal selam dan semi kapal selam
• Pembangunan fasilitas
pariwisata (akomodasi pariwisata, restoran)
• Pembangunan pelabuhan dan semua aktivitas kepelabuhanan
• Pengerukan dan penimbunan laut
• Pembangunan bandar udara dan semua jenis aktivitas kebandaraan
• Pendaratan pesawat
terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral dan migas
• Latihan militer
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
• Olahraga air (jetski,
banana boat, parasailing, underwater scutter)
• Wisata ocean rafting
• Pangkalan wisata kapal cruise
• Pembangunan dermaga wisata
• Penempatan pontoon
• Penempatan fasilitas
wisata bahari
• Penempatan fasilitas tambat perahu/ boat/kapal
• Tambat perahu/boat wisata
• Pembangunan struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Pertambangan/ pengambilan air laut
• Instalasi pembangkit
energi listrik terbarukan
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan fasilitas keselamatan wisata bahari
• Penempatan/
pembangunan sarana bantu navigasi
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
BALIAN SELEMADEG BARAT TABANAN 124,20
YEH GANGGA TABANAN TABANAN 68,41
PERERENAN-BATUMEJAN-BATU BOLONG-CANGGU-BERAWA
MENGWI-KUTA UTARA BADUNG 71,15
LEGIAN-KUTA KUTA BADUNG 249,31
JIMBARAN KUTA SELATAN BADUNG 159,19
PEMINGE-SAWANGAN-KUTUH-NYANG NYANG
KUTA SELATAN BADUNG 805,25
TANJUNG BENOA-SAMUH KUTA SELATAN BADUNG 430,46
SERANGAN DENPASAR TIMUR DENPASAR 103,10
GUMICIK SUKAWATI GIANYAR 30,44
2. ZONA PERIKANAN BUDIDAYA
2.1 SUBZONA BUDIDAYA LAUT
Nilai Utama Subzona :
Perairan dalam kondisi relatif baik, tidak tercemar dan
CANDIKUSUMA MELAYA JEMBRANA 699,12 • Perlindungan habitat
dan populasi ikan
• Penelitian,
• Penangkapan ikan
• Pemasangan rumpon dasar dan rumpon
• Budidaya laut oleh
bukan pembudidaya ikan kecil BALUK-CUPEL NEGARA JEMBRANA 1.585,97
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
relatif terlindung yang secara eksisting dan/atau mempunyai potensi pengembangan budidaya laut
Prioritas Utama untuk
Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Perlindungan dan pemberdayaan pembudidaya ikan kecil
Promosi investasi budidaya laut dalam rangka perluasan lapangan kerja
Pengembangan budidaya laut
secara terpadu dalam sistem akuabisnis
Pengendalian pencemaran perairan
Isu Strategis 5 Tahun ke depan:
Pencemaran perairan
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Pengaturan daya dukung budidaya laut
DELODBERAWAH-PENYARINGAN
MENDOYO JEMBRANA 1.628,79
pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Budidaya laut oleh pembudidaya ikan kecil
• Wisata perahu
• Pembuatan foto, video dan film
• Pemulihan dan
rehabilitasi habitat dan populasi ikan
permukaan
• Wisata alam bawah
laut
• Olahraga air (jetski, banana boat, parasailing, underwater scutter), Wisata berselancar (papan selancar, selancar angin)
• Pembangunan fasilitas pariwisata (akomodasi pariwisata, restoran)
• Pembangunan pelabuhan dan semua aktivitas kepelabuhanan
• Tambat dan labuh
kapal
• Pengerukan dan penimbunan laut
• Pembangunan bandar udara dan semua jenis aktivitas kebandaraan
• Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral dan migas
• Latihan militer
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
• Pembangunan
dermaga perikanan
• Pembangunan struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Pertambangan/ pengambilan air laut
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Penempatan/
pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Penempatan pontoon
PERTIMA-SUBAGAN-UJUNG PESISI-TUMBU
KARANGASEM KARANGASEM 301,44
PASELATAN ABANG KARANGASEM 58,11
MUNTIDESA-TUNASSARI-KERTABUANA-TAMANSARI
KUBU KARANGASEM 251,92
BUKTI-KUBUTAMBAHAN KUBUTAMBAHAN BULELENG 1.170,12
PENGULON-PATAS-GEROKGAK-SANGGALANGIT-MUSI-PENYABANGAN
GEROKGAK BULELENG 1.351,40
SENDANG-SUMBERKIMA-PEJARAKAN
GEROKGAK BULELENG 832,82
3. ZONA PERIKANAN TANGKAP
3.1 SUBZONA DEMERSAL
Nilai Utama Subzona :
Perairan memiliki sumber daya ikan demersal (kurisi,
SELEMADEG BARAT SELEMADEG BARAT TABANAN 559,44 • Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Penelitian,
• Penangkapan ikan oleh bukan nelayan tradisional/nelayan
• Pemasangan rumpon dasar
• Pembangunan SELEMADEG TIMUR-KEDIRI
SELEMADEG - KEDIRI TABANAN 912,02
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
kakap putih, kakap merah, pari, layur), ikan karang (beronang, kerapu karang) dan lobster yang secara eksisting dimanfaatkan oleh nelayan tradisional sebagai
tumpuan mata pencaharian dan penghidupannya
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan:
Perlindungan dan pemberdayaan nelayan tradisional atau nelayan kecil
Pengembangan alat penangkapan ikan ramah lingkungan
Isu Strategis 5 Tahun ke depan:
Kemerosotan sumber daya
ikan
Kerusakan habitat sumber daya ikan
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Monitoring dan evaluasi
upaya penangkapan ikan
CEMAGI-MUNGGU-PERERENAN-CANGGU-TIBUBENENG-KEROBOKAN KELOD-SEMINYAK-LEGIAN
MENGWI - KUTA UTARA -KUTA
BADUNG 962,25
pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Penangkapan ikan demersal, ikan karang dan lobster oleh nelayan tradisional/nelayan kecil
• Wisata perahu
• Wisata pancing
• Pembuatan foto,
video dan film
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
kecil
• Pemasangan rumpon
permukaan
• Budidaya laut
• Wisata alam bawah laut
• Olahraga air (jetski, banana boat, parasailing, underwater scutter), Wisata berselancar (papan selancar, selancar angin)
• Pembangunan fasilitas pariwisata
• Pembangunan
pelabuhan
• Alur pelayaran
• Tambat dan labuh kapal
• Pengerukan dan penimbunan laut
• Pembangunan bandar udara dan semua jenis aktivitas kebandaraan
• Pendaratan pesawat
terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral dan migas
• Latihan militer
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
dermaga perikanan
• Pembangunan
struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Pertambangan/ pengambilan air laut
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Penempatan pontoon
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
SERAYA KARANGASEM KARANGASEM 565,30
KUBU KUBU KARANGASEM 477,83
3.2 SUBZONA PELAGIS
Nilai Utama Subzona :
Perairan memiliki sumber
daya ikan pelagis kecil dan pelagis besar (lemuru, tembang, laying, kenyar, slengseng, tongkol, tenggiri, lemadang, cakalang, albakor, cucut, madidihang) yang secara eksisting dimanfaatkan oleh nelayan utamanya nelayan tradisional sebagai tumpuan mata
SELAT BALI - JEMBRANA 5.054,11 • Perlindungan habitat
dan populasi ikan
• Penelitian, pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Penangkapan ikan pelagis oleh nelayan tradisional atau nelayan kecil
• Budidaya laut kecuali
budidaya laut dalam
• Olahraga air (jetski, banana boat, parasailing, underwater scutter), Wisata berselancar (papan selancar, selancar angin)
• Pembangunan fasilitas pariwisata
• Pembangunan
• Penangkapan ikan
oleh bukan nelayan tradisional/nelayan kecil
• Pemasangan rumpon
• Budidaya laut dalam
• Pangkalan wisata kapal cruise
• Wisata ocean rafting
• Wisata menembak
ikan (spearfishing)
• Pembangunan
SELAT BALI - JEMBRANA-TABANAN-BADUNG
101.191,68
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
pencaharian dan penghidupannya
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Perlindungan dan pemberdayaan nelayan tradisional atau nelayan kecil
Peningkatan kemampuan armada dan diversifikasi alat penangkapan ikan
Pengembangan prasarana,
sarana dan logistik perikanan tangkap
Adaptasi terhadap perubahan iklim
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Perubahan iklim yang
mempengaruhi kelimpahan dan distribusi jenis ikan serta ketidakpastian daerah penangkapan ikan
Kemampuan armada dan alat penangkapan ikan masih terbatas
Keterbatasan prasarana, sarana dan logistik
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Penertiban jalur
penangkapan ikan
Monitoring dan evaluasi upaya penangkapan ikan
SELAT BALI - JEMBRANA-TABANAN-BADUNG
10.458,92
• Wisata perahu
• Wisata pancing
• Wisata pengamatan mamalia laut
• Pembuatan foto, video dan film
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
pelabuhan
• Pengerukan dan
penimbunan laut
• Pembangunan bandar udara dan semua jenis aktivitas kebandaraan
• Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral dan migas
• Latihan militer
• Segala kegiatan
pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
dermaga perikanan
• Penempatan pontoon
• Pembangunan struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Tambat dan labuh kapal
• Pertambangan/ pengambilan air laut
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Instalasi pipa dan
kabel bawah laut
• Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Penempatan pontoon
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/
pengaliran air panas dari pembangkit listrik
SELAT BALI - BADUNG 2.066,64
SELAT BALI - BADUNG 7.815,13
SAMUDERA HINDIA - BADUNG-DENPASAR-KLUNGKUNG
65.338,01
SAMUDERA HINDIA - KLUNGKUNG 36.386,99
SELAT BADUNG - DENPASAR-GIANYAR-KLUNGKUNG
23.319,14
SELAT BADUNG - DENPASAR-GIANYAR 1225,09
SELAT BADUNG - GIANYAR-KLUNGKUNG 578,14
SELAT BADUNG - KLUNGKUNG 290,18
SELAT BADUNG - KLUNGKUNG 906,37
SELAT BADUNG - KARANGASEM 373,93
SELAT LOMBOK - GIANYAR-KLUNGKUNG-KARANGASEM
19.748,10
SELAT LOMBOK - KLUNGKUNG 18.404,31
SELAT LOMBOK - KARANGASEM 12.741,64
SELAT LOMBOK - KARANGASEM 6494,16
SELAT LOMBOK - KARANGASEM 506,89
SELAT LOMBOK - KARANGASEM-BULELENG
90.402,80
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
LAUT BALI - BULELENG 81.819,35
LAUT BALI - BULELENG 88.378,45
LAUT BALI - BULELENG 200,12
LAUT BALI - BULELENG 79.935,24
3.3 SUBZONA PELAGIS DAN DEMERSAL
Nilai Utama Subzona :
Perairan memiliki sumber daya ikan pelagis dan demersal yang secara eksisting dimanfaatkan oleh nelayan utamanya nelayan tradisional sebagai tumpuan mata pencaharian dan penghidupannya.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Perlindungan dan
pemberdayaan nelayan tradisional atau nelayan kecil
Peningkatan kemampuan armada dan diversifikasi alat penangkapan ikan
Pengembangan prasarana, sarana dan logistik perikanan
tangkap
Adaptasi terhadap perubahan iklim
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Perubahan iklim yang mempengaruhi kelimpahan
SELAT BALI - JEMBRANA 4.083,15 • Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Penelitian, pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Penangkapan ikan pelagis dan demersal oleh nelayan tradisional atau nelayan kecil
• Wisata perahu
• Wisata pancing
• Wisata pengamatan mamalia laut
• Pembuatan foto, video dan film
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Budidaya laut kecuali budidaya laut dalam
• Olahraga air (jetski, banana boat, parasailing, underwater scutter), Wisata berselancar (papan selancar, selancar angin)
• Pembangunan fasilitas
pariwisata
• Pembangunan pelabuhan
• Pengerukan dan penimbunan laut
• Pembangunan bandar udara dan semua jenis aktivitas kebandaraan
• Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral
dan migas
• Latihan militer
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
• Penangkapan ikan pelagis dan demersal oleh bukan nelayan tradisional/nelayan kecil
• Pemasangan rumpon
• Budidaya laut dalam
• Pangkalan wisata kapal cruise
• Wisata ocean rafting
• Wisata menembak ikan (spearfishing)
• Pembangunan dermaga perikanan
• Penempatan pontoon
• Pembangunan
struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Tambat dan labuh kapal
• Pertambangan/ pengambilan air laut
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Instalasi pipa dan
kabel bawah laut
• Penempatan/
SELAT BALI - JEMBRANA-TABANAN-BADUNG
55.924,12
SELAT BADUNG - DNPASAR-BADUNG 10.518,12
SELAT BADUNG - DENPASAR-GIANYAR 262,66
SELAT BADUNG - DENPASAR-GIANYAR 567,55
SELAT BADUNG - DENPASAR-GIANYAR 1.794,03
SELAT BADUNG - GIANYAR 9,07
SELAT BADUNG - GIANYAR 53,09
SELAT BADUNG - GIANYAR 70,83
SELAT BADUNG - KARANGASEM 944,25
LAUT BALI - BULELENG 560,28
LAUT BALI - BULELENG 1.069,17
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
dan distribusi jenis ikan serta ketidakpastian daerah penangkapan ikan
Kemampuan armada dan alat
penangkapan ikan masih terbatas
Keterbatasan prasarana, sarana dan logistik
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Penertiban jalur
penangkapan ikan
Monitoring dan evaluasi upaya penangkapan ikan
LAUT BALI - BULELENG 528,33 pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan/
pembangunan sarana bantu navigasi
• Penempatan pontoon
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
4. ZONA PELABUHAN
4.1 SUBZONA DLKr dan DLKp
Nilai Utama Subzona :
Perairan pada pelabuhan
dan/atau rencana pelabuhan yang dibutuhkan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan dan menjamin keselamatan pelayaran.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Mempercepat penetapan DLKR-DLKP melalui kajian mengenai aspek keamanan dan keselamatan pelayaran dan aspek lingkungan.
Pengembangan pelabuhan
dan berbagai fasilitas berkaitan dengan
GILIMANUK MELAYA JEMBRANA 108,46 • Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Penelitian,
pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Pembangunan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang pelabuhan sesuai Rencana Induk Pelabuhan
• Kegiatan alur-pelayaran, tempat labuh, tempat alih muat antarkapal, kolam pelabuhan
• Penangkapan ikan
• Pemasangan rumpon
• Budidaya laut
• Wisata alam bawah laut
• Olahraga dan rekreasi air, wisata berselancar
• Pembangunan bandar udara dan semua jenis aktivitas kebandaraan
• Pendaratan pesawat terbang kecuali
pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral dan migas
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit energi listrik
• Pembangunan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang pelabuhan sesuai studi kelayakan
• Kegiatan alur-
pelayaran, tempat labuh, tempat alih muat antarkapal, kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal, kegiatan pemanduan, tempat perbaikan kapal, dan kegiatan lain sesuai studi kelayakan
• Kegiatan alur-pelayaran dari dan ke pelabuhan, keperluan
TELUK BENOA DENPASAR SELATAN DENPASAR 1.377,52
SERANGAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 97,88
SANUR DENPASAR SELATAN DENPASAR 112,70
GUNAKSA DAWAN KLUNGKUNG 66,56
KUSAMBA DAWAN KLUNGKUNG 81,02
PADANGBAI MANGGIS KARANGASEM 163,21
LABUHAN AMUK/TANAH AMPO
MANGGIS KARANGASEM 2.524,97
AMED ABANG KARANGASEM 66,62
KUBU KUBU KARANGASEM 35,01
SANGSIT SAWAN BULELENG 32,38
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
kepelabuhanan
Akselerasi pembangunan
pelabuhan untuk meningkatkan aksesibilitas pulau-pulau kecil
Pengendalian pencemaran lingkungan perairan
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Konflik pemanfaatan ruang
antara pelabuhan dengan perikanan dan pariwisata
Pencemaran perairan dan kerusakan lingkungan oleh aktivitas pelabuhan
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Penataan batas DLKR-DLKP
SINGARAJA BULELENG BULELENG 33,19 untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal, kegiatan pemanduan, tempat perbaikan kapal, dan kegiatan lain sesuai
dengan kebutuhan sesuai Rencana Induk Pelabuhan
• Kegiatan alur-pelayaran dari dan ke pelabuhan, keperluan keadaan darurat, penempatan kapal mati, percobaan berlayar, kegiatan pemanduan kapal, fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal, dan pengembangan pelabuhan jangka panjang sesuai Rencana Induk Pelabuhan.
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Pembuatan foto, video dan film
• Pemulihan dan
rehabilitasi habitat dan populasi ikan
terbarukan
• Segala kegiatan
pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
keadaan darurat, penempatan kapal mati, percobaan berlayar, kegiatan pemanduan kapal, fasilitas pembangunan
dan pemeliharaan kapal, dan pengembangan pelabuhan jangka panjang sesuai studi kelayakan.
• Pengerukan laut
• Pembangunan fasilitas pariwisata
• Pembangunan struktur pengamanan pantai
• Pertambangan/ pengambilan air laut
• Instalasi pipa dan
kabel bawah laut
• Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
PEMARON BULELENG BULELENG 23,73
BROMBONG GEROKGAK BULELENG 32,26
CELUKAN BAWANG GEROKGAK BULELENG 1.210,72
PEGAMETAN GEROKGAK BULELENG 47,25
4.2 SUBZONA WKOPP
Nilai Utama Subzona :
Perairan pada pelabuhan perikanan dan/atau rencana pelabuhan perikanan yang dibutuhkan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan perikanan dan berpengaruh langsung terhadap operasional kepelabuhanan
perikanan.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Mempercepat penetapan WKOPP melalui kajian
PENGAMBENGAN NEGARA JEMBRANA 368,09 • Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Penelitian, pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Pembangunan
dermaga, kolam pelabuhan, breakwater (pemecah gelombang), revetment (turap), groin, dermaga dan jetty sesuai Rencana
• Penangkapan ikan
• Pemasangan rumpon
• Budidaya laut
• Wisata alam bawah laut
• Olahraga dan rekreasi
air, wisata berselancar
• Pembangunan bandar udara dan semua jenis aktivitas kebandaraan
• Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral dan migas
• Pembangunan dermaga, kolam pelabuhan, breakwater (pemecah gelombang), revetment (turap), groin, dermaga dan jetty sesuai sesuai studi kelayakan
• Kegiatan alur pelayaran dari dan ke pelabuhan perikanan, keperluan keadaan darurat, kegiatan pemanduan, uji coba kapal, penempatan kapal mati, dan kapal
YEHSUMBUL MENDOYO JEMBRANA 25,44
KEDONGANAN KUTA BADUNG 167,76
KUSAMBA DAWAN KLUNGKUNG 27,81
AMED ABANG KARANGASEM 17,87
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
mengenai aspek keamanan dan keselamatan pelayaran dan aspek lingkungan.
Pembangunan pelabuhan
perikanan dan pengembangan berbagai fasilitas berkaitan dengan kepelabuhanan perikanan
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Belum optimalnya peran pelabuhan perikanan sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi kelautan dan perikanan
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Penataan batas WKOPP
Induk Pelabuhan Perikanan
• Kegiatan alur
pelayaran dari dan ke pelabuhan perikanan, keperluan keadaan darurat, kegiatan pemanduan, uji coba kapal, penempatan kapal mati, dan kapal yang di ad hoc sesuai Rencana Induk Pelabuhan Perikanan
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Pembuatan foto, video dan film
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
yang di ad hoc sesuai studi kelayakan
• Pengerukan laut
• Pembangunan fasilitas pariwisata
• Pembangunan struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Pertambangan/ pengambilan air laut
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Penempatan/
pembangunan sarana mitigasi bencana
• Pembuangan/pengaliran limbah
• Pembuangan/ engaliran air panas dari pembangkit listrik
5. ZONA PENDARATAN PESAWAT
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Nilai Utama Zona :
Perairan yang relatif
terlindung dengan intensitas pemanfaatan sangat rendah khususnya penangkapan ikan sehingga dapat selaras pengembangannya dengan kebutuhan peningkatan aksesibilitas pariwisata di Bali utara sebagai pendaratan pesawat terbang.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Pengembangan sarana dan prasarana pendaratan pesawat terbang sebagai alternatif peningkatan aksesibilitas pariwisata di Bali utara.
Pelestarian lingkungan zona
pendaratan pesawat terbang dan sekitarnya
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Degradasi lingkungan dan efek tepi bagi Kawasan Taman Nasional Bali Barat
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Penataan batas zona
pendaratan pesawat terbang
BATU AMPAR GEROKGAK BULELENG 66,16 • Perlindungan habitat
dan populasi ikan
• Penelitian, pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Pembuatan foto, video dan film
• Pemulihan dan
rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Penangkapan ikan
• Pembangunan dermaga perikanan
• Pemasangan rumpon
• Budidaya laut
• Wisata alam bawah laut
• Olahraga dan rekreasi
air, wisata berselancar
• Pembangunan bandar udara dan semua jenis aktivitas kebandaraan
• Pertambangan mineral dan migas
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Segala kegiatan
pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
• Pendaratan pesawat
terbang
• Pembangunan dermaga tambat pesawat terbang
• Pembangunan dermaga wisata
• Pengerukan laut
• Pembangunan fasilitas pariwisata
• Pembangunan
struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Pertambangan/ pengambilan air laut
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Pembuangan/pengalir
an limbah
• Pembuangan/ engaliran air panas dari pembangkit listrik
6. ZONA BANDAR UDARA
6.1 SUBZONA OPERASI BANDAR UDARA
Nilai Utama Zona :
Perairan sekitar Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai yang dibutuhkan bagi pengembangan
TUBAN KUTA BADUNG 151,28 • Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Penelitian, pengembangan dan pendidikan
• Penangkapan ikan
• Pembangunan dermaga perikanan
• Pemasangan rumpon
• Budidaya laut
• Reklamasi untuk pembangunan bandar udara atau fasilitas bandar udara sesuai Rencana Induk
TELUK BENOA KUTA BADUNG 6,80
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
prasarana dan sarana bandar udara dalam jangka menengah dan panjang seiring dengan tingginya tingkat pertumbuhan penumpang.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Perencanaan reklamasi dalam rangka pengembangan bandar udara.
Perizinan reklamasi
Pelaksanaan reklamasi
Mitigasi dampak lingkungan
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Dampak lingkungan meliputi (1) perubahan hidro-
oceanografi yang meliputi arus, gelombang, dan kualitas sedimen dasar laut; (2) perubahan sistem aliran air dan drainase; (3) perubahan batimetri; (4) perubahan morfologi dan erosi/abrasi pantai; (5) penurunan kualitas air dan pencemaran lingkungan hidup; (6) degradasi ekosistem pesisir; dan (7) kerusakan daya tarik wisata
Dampak sosial ekonomi meliputi terganggunya aktivitas wisata
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Kajian Lingkungan Hidup
Strategis terhadap pengembangan bandar udara
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Pembuatan foto, video dan film
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Wisata alam bawah
laut
• Olahraga dan rekreasi air, wisata berselancar
• Pembangunan fasilitas pariwisata
• Pertambangan mineral dan migas
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit
energi listrik terbarukan
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
Bandar Udara dan/atau studi kelayakan
• Pengerukan laut
• Pembangunan struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Pertambangan/ pengambilan air laut
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Pembuangan/pengaliran limbah
• Pembuangan/ engaliran air panas dari pembangkit listrik
6.2 SUBZONA KESELAMATAN OPERASIONAL PENERBANGAN
Nilai Utama Zona :
Perairan sekitar Bandar Udara Internasional I Gusti
TUBAN KUTA BADUNG 101,35 • Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Penelitian,
• Semua jenis kegiatan wisata kecuali berselancar
• Pengambilan air laut dengan pipa tetap
• Pengambilan air laut TUBAN KUTA BADUNG 10,46
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Ngurah Rai yang dibutuhkan bagi keselamatan operasional penerbangan yaitu suatu kondisi terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam memanfaatkan ruang
udara di atas perairan.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Sosialisasi daerah keselamatan operasional penerbangan.
Pemasangan signage dan rambu-rambu pembatas.
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Kekurangtahuan masyarakat
mengenai pentingnya daerah keselamatan operasional penerbangan
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Pengawasan pemanfaatan ruang di daerah keselamatan operasional penerbangan
TELUK BENOA KUTA BADUNG 21,26
pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Pembuatan foto, video dan film
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Alur pelayaran
• Semua jenis
pembangunan prasarana/fasilitas kecuali pengamanan pantai dan mitigasi bencana
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Penempatan pontoon
• Lego jangkar
• Semua jenis kegiatan penangkapan ikan
• Semua jenis kegiatan
budidaya laut
• Semua jenis kegiatan pertambangan
• Pergaraman tradisional dan industry garam
• Industri garam
• Tambat/labuh kapal
• Pengerukan laut dan
penimbunan laut
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
dengan pipa tidak tetap
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Pembuangan/pengaliran air panas dari pembangkit listrik
• Pembuangan/pengaliran limbah
• Pembangunan struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Penempatan/pembangunan sarana mitigasi bencana
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Kegiatan lainnya
7. ZONA PERGARAMAN
7.1 SUBZONA GARAM RAKYAT
Nilai Utama Subzona :
Pantai berpasir kwarsa hitam dengan gumuk pasir yang relatif lebar, berpotensi untuk revitalisasi pergaraman tradisional dalam rangka pemberdayaan masyarakat pesisir.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
GUMBRIH-PENGERAGOAN PEKUTATAN JEMBRANA 59,38 • Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Penelitian, pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Pergaraman tradisional
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat
• Pemangkalan perahu nelayan
• Pembangunan dermaga perikanan
• Pemangkalan tetap boat/kapal
• Budidaya laut
• Semua jenis wisata bahari kecuali wisata dan rekreasi pantai
• Pembangunan semua jenis fasilitas
• Pembangunan struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Pengambilan air laut selain untuk pergaraman tradisional
• Penempatan/
pembangunan sarana mitigasi bencana
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Perlindungan dan
pemberdayaan pengerajin garam tradisional
Isu Strategis 5 Tahun ke depan:
Lemahnya keberdayaan pengerajin garam tradisional dalam pengembangan usahanya
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang : -
dan populasi ikan
• Pembuatan foto,
video dan film
• Wisata dan rekreasi pantai
• Penangkapan ikan oleh nelayan tradisional atau nelayan kecil
pariwisata
• Pembangunan
dermaga wisata
• Penempatan fasilitas wisata bahari
• Tambat kapal/boat
• Pembangunan pelabuhan dan semua aktivitas kepelabuhanan
• Pengerukan dan penimbunan laut
• Pembangunan bandar
udara dan semua jenis aktivitas kebandaraan
• Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral dan migas
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Pembuangan/
pengaliran limbah
• Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
• Penempatan fasilitas
keselamatan wisata bahari
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
8. ZONA HUTAN MANGROVE
Nilai Utama Subzona :
Pantai dan perairan
sekitarnya sebagai habitat mangrove dengan status kondisi buruk dan berada dalam ancaman degradasi tinggi akan tetapi mempunyai daya tarik wisata alam serta berada di dalam kawasan pariwisata yang sedang berkembang.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Pengembangan wisata alam
PEJARAKAN-SUMBERKIMA
GEROKGAK BULELENG 109,62 • Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Penelitian,
pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Wisata alam mangrove
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Pembuatan foto,
video dan film
• Wisata dan rekreasi
• Pemangkalan perahu nelayan
• Pembangunan
dermaga perikanan
• Pemangkalan tetap boat/kapal
• Budidaya laut dan air payau
• Semua jenis wisata bahari kecuali wisata alam mangrove, wisata dan rekreasi pantai
• Pembangunan semua jenis fasilitas pariwisata kecuali fasilitas pengusahaan
• Aktivitas pengusahaan wisata alam mangrove
• Pembangunan fasilitas
pengusahaan wisata alam mangrove
• Pembangunan dermaga sebagai fasilitas pengusahaan wisata alam mangrove
• Pembangunan struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Pengambilan air laut
• Penempatan/
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
mangrove sebagai wahana peningkatan kesadaran lingkungan dan alternatif pengusahaan wisata alam berbasis masyarakat
Rehabilitasi mangrove
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Degradasi mangrove
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Pengaturan pengembangan
prasarana dan sarana pengusahaan wisata alam mangrove
Pengaturan tata laksana wisata alam mangrove
pantai
• Penangkapan ikan
oleh nelayan tradisional atau nelayan kecil
wisata alam
• Pembangunan
dermaga wisata kecuali kecuali dermaga sebagai fasilitas pengusahaan wisata alam
• Pembangunan pelabuhan dan semua aktivitas kepelabuhanan
• Pengerukan dan penimbunan laut
• Pembangunan bandar udara dan semua jenis aktivitas kebandaraan
• Pendaratan pesawat
terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral dan migas
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/
pengaliran air panas dari pembangkit listrik
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan fasilitas
keselamatan wisata bahari
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Tambat kapal/boat
9. ZONA PERTAMBANGAN
9.1 SUBZONA PASIR LAUT
Nilai Utama Subzona :
Perairan mengandung deposit pasir sebagai cadangan penyediaan pasir bagi kebutuhan pembangunan infrastruktur.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Pengembangan pertambangan pasir laut ramah lingkungan
SELAT BALI - TABANAN, BADUNG 938,34 • Perlindungan habitat
dan populasi ikan
• Penelitian, pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Penangkapan ikan oleh nelayan tradisional atau nelayan kecil
• Wisata berperahu
• Penangkapan ikan
oleh bukan nelayan tradisional atau nelayan kecil
• Pemasangan rumpon
• Budidaya laut
• Olahraga air
• Pembangunan pelabuhan
• Pembangunan bandar
udara dan semua jenis aktivitas kebandaraan
• Pendaratan pesawat
• Pertambangan pasir
laut
• Pertambangan/ pengambilan air laut
• Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
SAMUDERA HINDIA - BADUNG 359,53
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Mitigasi dampak lingkungan
akibat penambangan pasir
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan pasir laut meliputi (1) perubahan hidro-oceanografi yang meliputi arus, gelombang, dan kualitas sedimen dasar laut; (2) perubahan batimetri; (3) perubahan morfologi dan erosi/abrasi pantai; (4) penurunan kualitas air dan pencemaran lingkungan hidup; dan (5) degradasi habitat sumber daya ikan
Dampak sosial ekonomi
meliputi : (1) terganggunya daerah penangkapan ikan masyarakat; dan (2) terganggunya aktivitas wisata
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Pengendalian dan pengawasan administratif dan operasional pengawasan dan pengamanan pengusahaan pasir laut
• Wisata pancing
• Pembuatan foto, video dan film
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
10. ZONA ENERGI
10.1 SUBZONA PEMBANGKIT LISTRIK
Nilai Utama Subzona :
Perairan sekitar Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berperan penting sebagai daerah penyangga dan pendukung operasional PLTU sebagai infrastruktur strategis daerah.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Mitigasi dampak lingkungan
akibat operasional pelabuhan batubara dan operasional PLTU
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
CELUKAN BAWANG GEROKGAK BULELENG 59,15 • Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Penelitian, pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan
keagamaan
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Pembuatan foto, video dan film
• Penangkapan ikan
• Pemangkalan perahu nelayan
• Pembangunan dermaga perikanan
• Budidaya laut
• Semua jenis wisata bahari
• Pembangunan semua jenis fasilitas pariwisata
• Pembangunan dermaga wisata
• Pembangunan pelabuhan selain untuk kepentingan pembangkit tenaga listrik
• Pembangunan bandar
• Pembangunan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang pelabuhan untuk kepentingan operasional pembangkit listrik
• Kegiatan alur pelayaran, tambat dan labuh kapal
• Pembangunan
struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Pengambilan air laut
• Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Degradasi ekosistem pesisir
Pencemaran perairan
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Pengendalian pencemaran
dan kerusakan lingkungan perairan
udara dan semua jenis aktivitas kebandaraan
• Pendaratan pesawat
terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral dan migas
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
• Penempatan fasilitas
keselamatan wisata bahari
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
11. ZONA PEMANFAATAN LAINNYA
11.1 SUBZONA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Nilai Utama Subzona : GONDOL GEROKGAK BULELENG 60,93 • Perlindungan habitat • Penangkapan ikan • Pengambilan air laut
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Perairan sekitar Balai
Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan yang dibutuhkan untuk instalasi sarana Litbang.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Penempatan batas subzona
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Gangguan terhadap sarana
Litbang oleh kegiatan pemanfaatan lainnya
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :-
TIGARON KUBU KARANGASEM 6,49 dan populasi ikan
• Penelitian,
pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Pemangkalan perahu
nelayan
• Pemasangan rumpon
• Budidaya laut
• Tambat dan labuh kapal
• Semua jenis aktivitas wisata kecuali wisata ilmiah dan pendidikan
• Pembangunan semua
jenis fasilitas pariwisata
• Pembangunan pelabuhan dan semua aktivitas kepelabuhanan
• Pembangunan bandar udara
• Pendaratan pesawat terbang
• Pertambangan mineral dan migas
• Pengerukan dan
penimbunan laut
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
• Pembangunan struktur
pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
11.2 SUBZONA PEMANGKALAN NELAYAN
Nilai Utama Subzona :
Pantai dan perairan
sekitarnya secara eksisting dimanfaatkan oleh nelayan tradisional untuk pemangkalan perahu dan aktivitas kenelayanan lainnya.
GILIMANUK MELAYA JEMBRANA 16,39 • Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Penelitian,
pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Pemangkalan tetap boat/kapal
• Budidaya laut
• Semua jenis pengusahaan wisata bahari
• Pembangunan semua jenis fasilitas pariwisata
• Pembangunan dermaga perikanan tradisional
• Pembangunan struktur
pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Pengambilan air laut dengan pipa tidak tetap
MELAYA PANTAI MELAYA JEMBRANA 11,01
PANGKUNG DEDARI 1 MELAYA JEMBRANA 7,96
PANGKUNG DEDARI 2 MELAYA JEMBRANA 12,65
ANYARSARI MELAYA JEMBRANA 9,02
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Perlindungan dan
pemberdayaan nelayan tradisional
Pengembangan sarana pemangkalan nelayan
Pengamanan pantai
Isu Strategis 5 Tahun ke depan:
Erosi/abrasi pantai
Konflik pemanfaatan pantai dan marjinalisasi nelayan tradisional dalam pemanfaatan pantai
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Penyelarasan pemanfaatan pantai untuk pemangkalan nelayan dengan pemanfaatan multifungsi lainnya
CANDIKUSUMA MELAYA JEMBRANA 16,63 • Pemangkalan perahu
nelayan
• Penempatan fasilitas tambat perahu nelayan
• Tambat dan labuh perahu nelayan
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Pembuatan foto, video dan film
• Wisata dan rekreasi
pantai
• Wisata dan rekreasi air
• Penangkapan ikan oleh nelayan tradisional atau nelayan kecil
• Aktivitas lainnya berkaitan dengan kenelayanan
• Pembangunan dermaga
wisata
• Penempatan fasilitas wisata bahari
• Tambat kapal/boat
• Pembangunan pelabuhan dan semua aktivitas kepelabuhanan
• Pengerukan dan penimbunan laut
• Pembangunan bandar
udara
• Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral dan migas
• Pertambangan/ pengambilan air laut dengan pipa tetap
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit
energi listrik terbarukan
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
• Penempatan/
pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan fasilitas keselamatan wisata bahari
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
PABUAHAN-BALUK-CUPEL NEGARA JEMBRANA 541,85
PENGAMBENGAN NEGARA JEMBRANA 17,20
MEKARSARI PERANCAK JEMBRANA JEMBRANA 132,33
LEMODANG PERANCAK JEMBRANA JEMBRANA 8,13
MUNDUK-TENGAH-ANYAR-YEH KUNING-BERATAN
JEMBRANA JEMBRANA 152,29
YEH SUMBUL-MEDEWI MENDOYO-PEKUTATAN
JEMBRANA 4,14
PULUKAN PEKUTATAN JEMBRANA 2,47
PEKUTATAN PEKUTATAN JEMBRANA 1,70
GUMBRIH PEKUTATAN JEMBRANA 2,62
SELABIH SELEMADEG BARAT TABANAN 16,31
BALIAN SELEMADEG BARAT TABANAN 7,02
BONIAN SELEMADEG BARAT TABANAN 4,43
ANTAP DELODSEMA-BEBALI
SELEMADEG TABANAN 3,99
BERABAN SELEMADEG TIMUR TABANAN 1,23
PASUT KERAMBITAN TABANAN 2,29
KELATING KERAMBITAN TABANAN 3,31
YEH GANGGA TABANAN TABANAN 3,44
SOGSOGAN MENGWI BADUNG 1,20
SESEH KURA UTARA BADUNG 2,15
NELAYAN CANGGU KURA UTARA BADUNG 1,53
PERANCAK TIBUBENENG KURA UTARA BADUNG 2,19
KUTA KUTA BADUNG 2,27
PEMELISAN TUBAN KUTA BADUNG 10,72
KELAN KUTA BADUNG 11,42
JIMBARAN KUTA SELATAN BADUNG 1,51
BALANGAN KUTA SELATAN BADUNG 0,85
LABUHAN SAIT KUTA SELATAN BADUNG 1,92
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
SULUBAN KUTA SELATAN BADUNG 0,83
KUTUH KUTA SELATAN BADUNG 1,85
SAWANGAN 1 KUTA SELATAN BADUNG 1,05
SAWANGAN 2 KUTA SELATAN BADUNG 1,17
PEMINGE KUTA SELATAN BADUNG 1,10
SAMUH KUTA SELATAN BADUNG 3,85
TERORA KUTA SELATAN BADUNG 4,19
TENGKULUNG KUTA SELATAN BADUNG 1,49
TANJUNG BENOA BARAT KUTA SELATAN BADUNG 8,09
MUMBUL KUTA SELATAN BADUNG 12,60
PASEK-PENGENDERAN KEDONGANAN
KUTA SELATAN BADUNG 10,58
KELAN TIMUR KUTA SELATAN BADUNG 10,00
PESANGGARAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 4,43
SERANGAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 28,71
MERTASARI DENPASAR SELATAN DENPASAR 1,01
SEMAWANG DENPASAR SELATAN DENPASAR 7,27
BATUJIMBAR DENPASAR SELATAN DENPASAR 2,30
SINDHU DENPASAR SELATAN DENPASAR 2,33
SANUR DENPASAR SELATAN DENPASAR 1,74
MATAHARI TERBIT DENPASAR SELATAN DENPASAR 7,52
GUMICIK SUKAWATI GIANYAR 7,51
KUBUR SUKAWATI GIANYAR 3,14
MANYAR SUKAWATI GIANYAR 8,10
SAGARA SUKAWATI GIANYAR 2,12
PURNAMA SUKAWATI GIANYAR 6,42
SEGARA WILIS BLAHBATUH GIANYAR 6,42
CUCUKAN BLAHBATUH GIANYAR 2,11
LEBIH GIANYAR GIANYAR 15,29
SIYUT GIANYAR GIANYAR 2,67
TEGAL BESAR BANJAR ANGKAN KLUNGKUNG 5,13
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
LEPANG BANJAR ANGKAN KLUNGKUNG 2,80
KAMPUNG KUSAMBA DAWAN KLUNGKUNG 2,34
SEGARA-BR. BIAS KUSAMBA
DAWAN KLUNGKUNG 6,37
PESINGGAHAN DAWAN KLUNGKUNG 3,63
BELATUNG DAWAN KLUNGKUNG 2,89
YEH MALET MANGGIS KARANGASEM 2,83
PENGANGALON MANGGIS KARANGASEM 6,69
LABUHAN AMUK MANGGIS KARANGASEM 2,10
ULAKAN-TANAH AMPO MANGGIS KARANGASEM 16,14
BUITAN MANGGIS KARANGASEM 7,69
CANDIDASA MANGGIS KARANGASEM 2,40
SAMUH KARANGASEM KARANGASEM 6,61
SONGLAWAH BUGBUG KARANGASEM KARANGASEM 7,83
BUGBUG KARANGASEM KARANGASEM 17,20
PASIR PUTIH BUGBUG KARANGASEM KARANGASEM 8,98
JASRI KARANGASEM KARANGASEM 13,53
UJUNG PESISI-SERAYA BARAT
KARANGASEM KARANGASEM 23,21
YEHBUNG KARANGASEM KARANGASEM 5,47
BUNUTAN SERAYA KARANGASEM KARANGASEM 5,66
BELUBUH SERAYA KARANGASEM KARANGASEM 6,45
SONGAN SERAYA KARANGASEM KARANGASEM 4,42
TUKAD BUAH KARANGASEM KARANGASEM 2,76
TUKAD TIIS KARANGASEM KARANGASEM 3,10
LESEK SERAYA TIMUR KARANGASEM KARANGASEM 3,42
KUTUMANAK ABANG KARANGASEM 3,08
KUSAMBI ABANG KARANGASEM 2,50
BATUKESENI 1 ABANG KARANGASEM 2,46
BATUKESENI 2 ABANG KARANGASEM 1,18
AAS ABANG KARANGASEM 5,12
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
BANYUNING 1 ABANG KARANGASEM 8,06
BANYUNING 2 ABANG KARANGASEM 1,07
LEAN 1 ABANG KARANGASEM 1,59
LEAN 2 ABANG KARANGASEM 4,65
LEAN 3 ABANG KARANGASEM 3,54
BUNUTAN 1 ABANG KARANGASEM 1,79
BUNUTAN 2 ABANG KARANGASEM 6,37
JEMELUK ABANG KARANGASEM 3,18
AMED ABANG KARANGASEM 15,60
PASELATAN ABANG KARANGASEM 14,81
TEGALLANGLANGAN ABANG KARANGASEM 7,02
BATU BELAH ABANG KARANGASEM 6,10
TUKAD ABU KUBU KARANGASEM 14,80
TULAMBEN 1 KUBU KARANGASEM 1,38
TULAMBEN 2 KUBU KARANGASEM 1,77
RUBAYA 1 KUBU KARANGASEM 1,75
RUBAYA 2 KUBU KARANGASEM 2,12
BATURINGGIT KUBU KARANGASEM 11,01
GEROMBONG-SUKADANA KUBU KARANGASEM 51,10
KARANGSARI KUBU KARANGASEM 6,37
LEBAH KUBU KARANGASEM 20,02
DARMAWINANGUN KUBU KARANGASEM 12,33
EKAADNYANA KUBU KARANGASEM 3,69
SANTER KUBU KARANGASEM 3,68
TUNASSARI-MUNTIDESA KUBU KARANGASEM 14,42
KERTABUANA 1 KUBU KARANGASEM 3,26
KERTABUANA 2 KUBU KARANGASEM 3,62
TAMANSARI KUBU KARANGASEM 3,04
TEGALSARI 1 KUBU KARANGASEM 4,79
TEGALSARI 2 KUBU KARANGASEM 3,60
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
NGIS TEJAKULA BULELENG 5,71
YEHBAU 1 TEJAKULA BULELENG 2,05
YEHBAU 2 TEJAKULA BULELENG 4,29
TEMBOK TEJAKULA BULELENG 3,24
BULAKAN TEJAKULA BULELENG 1,48
SAMBIRENTENG TEJAKULA BULELENG 1,54
PENUKTUKAN TEJAKULA BULELENG 1,44
LES TEJAKULA BULELENG 4,05
LES-TEJAKULA TEJAKULA BULELENG 8,51
TEJAKULA 1 TEJAKULA BULELENG 6,32
TEJAKULA 2 TEJAKULA BULELENG 4,96
BONDALEM 1 TEJAKULA BULELENG 3,32
BONDALEM 2 TEJAKULA BULELENG 2,09
JULAH TEJAKULA BULELENG 1,68
SEMBIRAN TEJAKULA BULELENG 1,27
PACUNG 1 TEJAKULA BULELENG 1,05
PACUNG 2 TEJAKULA BULELENG 3,85
BUKTI KUBUTAMBAHAN BULELENG 3,44
SANIH KUBUTAMBAHAN BULELENG 4,07
TEBANDING KUBUTAMBAHAN BULELENG 4,19
TAMBAK KUBUTAMBAHAN BULELENG 3,94
KUBU KELOD KUBUTAMBAHAN BULELENG 3,39
GIRI MAS SAWAN BULELENG 4,77
PABEAN SANGSIT SAWAN BULELENG 5,58
KEROBOKAN SAWAN BULELENG 4,45
BUANA SARI BULELENG BULELENG 3,37
BANYUNING BULELENG BULELENG 3,24
KAMPUNG BARU BULELENG BULELENG 3,25
KAMPUNG ANYAR BULELENG BULELENG 3,69
BANYUASRI BULELENG BULELENG 2,86
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
GALIRAN BULELENG BULELENG 3,27
PEMARON 1 BULELENG BULELENG 2,97
PEMARON 2 BULELENG BULELENG 3,65
ANTURAN BULELENG BULELENG 11,11
KALIBUKBUK BULELENG BULELENG 21,02
KALIBUKBUK-KALIASEM BULELENG - BANJAR BULELENG 15,96
TEMUKUS 1 BANJAR BULELENG 6,41
TEMUKUS 2 BANJAR BULELENG 6,57
KALIANGET SERIRIT BULELENG 22,42
TANGGUWISIA SERIRIT BULELENG 4,42
SERIRIT-PENGASTULAN SERIRIT BULELENG 16,96
LOKAPAKSA SERIRIT BULELENG 3,33
UMEANYAR SERIRIT BULELENG 3,75
BANJARASEM SERIRIT BULELENG 17,35
KALISADA 1 SERIRIT BULELENG 4,21
KALISADA 2 SERIRIT BULELENG 4,26
BROMBONG 1 GEROKGAK BULELENG 3,57
BROMBONG 2 GEROKGAK BULELENG 4,50
PENGULON GEROKGAK BULELENG 12,78
PATAS GEROKGAK BULELENG 3,60
GEROKGAK GEROKGAK BULELENG 2,82
MUSI GEROKGAK BULELENG 3,55
GONDOL GEROKGAK BULELENG 5,99
BANYUPOH GEROKGAK BULELENG 2,81
PEMUTERAN GEROKGAK BULELENG 1,62
SENDANG GEROKGAK BULELENG 11,27
PEGAMETAN GEROKGAK BULELENG 85,29
11.3 SUBZONA JALAN BEBAS HAMBATAN
Nilai Utama Subzona :
Perairan sebagai lokasi jalan
bebas hambatan di atas perairan dengan tiang
TELUK BENOA - DENPASAR -BADUNG 71,85 • Perlindungan mutlak
habitat dan populasi ikan
• Perlindungan zona
• Wisata dan rekreasi air
(mandi, renang, berkano)
• Olahraga air (jetski,
• Pengambilan air laut
dengan pipa tetap
• Pengambilan air laut dengan pipa tidak tetap
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
pancang.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Rehabilitasi ekosistem sejalan
dengan pengelolaan KKM
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Kerusakan ekosistem
Gangguan terhadap
prasarana jalan Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Pengaturan pengembangan prasarana dan sarana jalan
utama kawasan tempat suci
• Perlindungan mutlak
titik-titik suci atau situs suci
• Pembangunan infrastruktur adat dan agama
• Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Penelitian dan pengembangan
• Pendidikan
• Ritual budaya dan
keagamaan
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Wisata perahu
• Pembuatan foto, video dan film
• Penangkapan ikan pelagis oleh nelayan tradisional
• Penangkapan ikan
demersal oleh nelayan tradisional
banana boat, parasailing, underwater scutter )
• Wisata pancing
• Wisata menembak ikan (spearfishing)
• Pangkalan kapal cruise
• Penempatan pontoon
• Lego jangkar
• Pembangunan fasilitas
pariwisata (akomodasi pariwisata, restoran, dll)
• Pembangunan dermaga wisata
• Penempatan fasilitas tambat perahu/ boat/kapal
• Penangkapan ikan pelagis oleh bukan nelayan tradisional
• Penangkapan ikan demersal oleh bukan nelayan tradisional
• Pembangunan dermaga
perikanan
• Pemangkalan perahu nelayan
• Pemasangan/penempatan rumpon dasar
• Pemasangan/penemlatan rumpon permukaan
• Budidaya laut
• Pertambangan
• Pergaraman
• Pembangunan pelabuhan
• Tambat/labuh kapal
• Pengerukan laut
• Penimbunan laut
• Alur pelayaran
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Pembuangan/pengaliran air panas dari pembangkit listrik
• Pembuangan/pengaliran limbah
• Pembangunan struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Penempatan/pembangu
nan sarana mitigasi bencana
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Kegiatan lainnya
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
B. KAWASAN KONSERVASI
1. TAMAN NASIONAL
Nilai Utama Kawasan :
Perairan yang telah
ditetapkan sebagai bagian dari Taman Nasional Bali Barat yang di dalamnya terdapat ekosistem terumbu karang, mangrove dan padang lamun serta keanekaragaman jenis flora dan fauna perairan lainnya yang bernilai penting bagi ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, dan wisata alam.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Pemantapan perlindungan ekosistem dan populasi ikan
Isu Strategis 5 Tahun ke
depan:
Kerusakan ekosistem
Perubahan iklim
Pemanfaatan wisata alam
yang tidak ramah lingkungan Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Sesuai peraturan perundang-undangan
PEJARAKAN-SUMBERKLAMPOK-GILIMANUK
GEROKGAK, MELAYA BULELENG, JEMBRANA
3.286,67
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
GILIMANUK
MELAYA
JEMBRANA
758,35
2. TAMAN HUTAN RAYA
Nilai Utama Kawasan :
Perairan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari Tahura I Gusti Ngurah Rai yang di dalamnya terdapat ekosistem terumbu karang, mangrove dan padang lamun serta keanekaragaman jenis flora dan fauna perairan lainnya yang bernilai penting bagi ilmu pengetahuan,
TANJUNG BENOA KUTA SELATAN BADUNG 3,79 Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan TERORA KUTA SELATAN BADUNG 8,55
MUMBUL KUTA SELATAN BADUNG 7,69
KEDONGANAN-KELAN KUTA BADUNG 24,04
TUBAN KUTA BADUNG 24,04
PESANGGARAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 7,89
SERANGAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 3,94
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
pendidikan, penelitian, dan wisata alam.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Pemantapan perlindungan ekosistem dan populasi ikan
Isu Strategis 5 Tahun ke depan:
Kerusakan ekosistem
Perubahan iklim
Pemanfaatan wisata alam yang tidak ramah lingkungan
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Sesuai peraturan perundang-undangan
SERANGAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 5,35
3. KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
Nilai Utama Kawasan :
Perairan yang mengandung
ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil serta keanekaragaman jenis flora dan fauna yang perlu dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Penguatan kelembagaan pengelolaan
Penguatan pengelolaan
sumber daya kawasan
Penguatan sosial, ekonomi dan budaya
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Kerusakan ekosistem
Perubahan iklim
Pemanfaatan sumber daya
MELAYA MELAYA JEMBRANA 1.171,28 Sesuai dengan Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKP
Sesuai dengan Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKP
Sesuai dengan Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKP PERANCAK JEMBRANA JEMBRANA 954,32
KUTA KUTA BADUNG 841,99
KUTA SELATAN KUTA SELATAN BADUNG 53.834,58
SERANGAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 40,23
SERANGAN DENPASAR SELATAN DENPASAR 381,10
SEMAWANG DENPASAR SELATAN DENPASAR 639,33
PADANGBAI MANGGIS KARANGASEM 22,47
PADANGBAI MANGGIS KARANGASEM 147,97
CANDIDASA KARANGASEM KARANGASEM 1.753,56
SERAYA-AMED ABANG-KARANGASEM KARANGASEM 2.247,63
TULAMBEN KUBU KARANGASEM 1.314,52
TEJAKULA TEJAKULA BULELENG 9.456,67
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
yang tidak ramah lingkungan
Lemahnya pemberdayaan
sosial, ekonomi dan budaya
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Sesuai Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKP
BULELENG-BANJAR BANJAR BULELENG 6.936,89
PEMUTERAN GEROKGAK BULELENG 1.640,28
NUSA PENIDA NUSA PENIDA KLUNGKUNG 19.949,10
4. KAWASAN KONSERVASI MARITIM
Nilai Utama Kawasan :
Perairan yang di dalamnya terdapat titik-titik suci atau situs suci kemaritiman yang mempunyai nilai penting bagi agama, adat dan budaya, serta tempat ritual keagamaan dan/atau adat yang pelu dilindungi dan dilestarikan
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Penguatan kelembagaan
pengelolaan
Penguatan pengelolaan sumber daya kawasan
Penguatan sosial, ekonomi dan budaya
Isu Strategis 5 Tahun ke depan:
Terganggunya nilai-nilai
kesucian kawasan tempat suci dan situs suci oleh aktivitas pemanfaatan yang tidak sesuai dengan konsep maha wana
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Sesuai Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKM
TELUK BENOA KUTA-KUTA SELATAN BADUNG 428,60 Sesuai dengan Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKM
Sesuai dengan Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKM
Sesuai dengan Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKM TELUK BENOA KUTA-KUTA SELATAN BADUNG 661,13
TELUK BENOA KUTA-KUTA SELATAN BADUNG 0,86
TELUK BENOA KUTA - DENPASAR SELATAN
BADUNG - DENPASAR 139,34
TELUK BENOA DENPASAR SELATAN DENPASAR 13,48
C. KAWASAN STRATEGIS
1. KAWASAN STRATEGIS NASIONAL TERTENTU (KSNT)
Nilai Utama Kawasan :
Perairan sekitar Pulau Kecil Terluar
NUSA PENIDA NUSA PENIDA KLUNGKUNG 94.575,43 Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
2. KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN)
2.1 KSN KAWASAN PERKOTAAN SARBAGITA
Nilai Utama Kawasan :
Perairan yang ditetapkan
sebagai bagian dari KSN Kawasan Perkotaan Sarbagita, yaitu KSN dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.
KOTA DENPASAR, KABUPATEN BADUNG, KABUPATEN GIANYAR, SERTA KECAMATAN KEDIRI DAN KECAMATAN TABANAN KABUPATEN
TABANAN
DENPASAR TIMUR, DENPASAR SELATAN, KUTA, KUTA UTARA, KUTA SELATAN, MENGWI, SUKAWATI, BLAHBATUH,
GIANYAR, KEDIRI, TABANAN
DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, TABANAN
216.523,99 Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
2.2 DAERAH LATIHAN MILITER
Nilai Utama Subzona :
Perairan lepas pantai yang
ditetapkan sebagai daerah latihan militer.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Pengembangan komunikasi dan informasi kegiatan latihan militer
Isu Strategis 5 Tahun ke depan:- Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Penyelarasan kegiatan latihan militer dengan pemanfaatan
multifungsi lainnya
LEPAS PANTAI BULELENG BAGIAN BARAT
SAWAN, BULELENG, BANJAR, SERIRIT, GEROKGAK
BULELENG 101.685,42 Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
2.2 DAERAH TERBATAS
Nilai Utama Subzona :
Perairan yang ditetapkan sebagai daerah terlarang lego jangkar untuk melindungi instalasi infrastruktur bawah laut.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Pengembangan komunikasi dan informasi daerah terlarang
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Kurangnya informasi kepada
GILIMANUK DAN CANDIKUSUMA
MELAYA JEMBRANA 2.773,82 Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
masyarakat mengenai batas-batas daerah terlarang
Rusaknya infrastruktur
bawah laut akibat penjangkaran
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Penyelarasan daerah terlarang dengan pemanfaatan multifungsi lainnya
D. ALUR LAUT
1. ALUR PELAYARAN
1.1 ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA
Nilai Utama Subzona :
Perairan ditetapkan sebagai Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Pengawasan pelaksanaan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan oleh kapal asing
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Ancaman terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, atau kemerdekaan politik Republik Indonesia
Ancaman pencemaran minyak, limbah minyak, dumping limbah, dan bahan-bahan perusak lainnya ke dalam lingkungan laut
Illegal fishing
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :-
SELAT LOMBOK - - - Perlindungan habitat
dan populasi ikan
Penelitian, pengembangan dan pendidikan
Alur migrasi biota
Ritual budaya dan keagamaan
Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
Hak Lintas Alur Laut
Kepulauan untuk pelayaran dari Laut Sulawesi ke Samudera Hindia atau sebaliknya
Penangkapan ikan oleh nelayan tradisional atau nelayan kecil
Melakukan ancaman atau menggunakan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, atau kemerdekaan politik Republik Indonesia, atau dengan cara lain apapun yang melanggar asas-asas Hukum Internasional yang terdapat dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa oleh kapal asing sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan
Melakukan latihan
perang-perangan atau latihan menggunakan senjata macam apapun dengan mempergunakan amunisi oleh kapal perang militer asing sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan
Melakukan pendaratan di perairan oleh pesawat udara yang melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan, kecuali
Kapal atau pesawat udara asing, tennasuk kapal atau pesawat udara riset atau survey hidrografi, sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan, tidak boleh melakukan kegiatan riset kelautan atau survey hidrografi, baik dengan mempergunakan peralatan deteksi maupun peralatan pengambil contoh
Melaksanakan Hak
Lintas Alur Laut Kepulauan oleh kapal asing bertenaga nuklir; atau yang mengangkut bahan berbahaya atau beracun.
Penangkapan ikan oleh bukan nelayan tradisional atau nelayan kecil
Wisata ocean rafting
Wisata pengamatan mamalia laut
Pertambangan/ pengambilan air laut
Penempatan/
SELAT LOMBOK - - -
SELAT LOMBOK - -
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
dalam keadaan force majeure atau dalam hal musibah
Berhenti atau
berlabuh jangkar atau mondar- mandir oleh semua kapal asing sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan, kecuali dalam hal force majeure atau dalam hal keadaan musibah atau memberikan pertolongan kepada orang atau kapal yang sedang dalam keadaan musibah
Melakukan siaran gelap atau melakukan gangguan terhadap
sistem telekomunikasi dan tidak boleh melakukan komunikasi langsung dengan orang atau kelompok orang yang tidak berwenang dalam wilayah Indonesia oleh kapal asing yang melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan
Melakukan kegiatan perikanan oleh kapal asing, termasuk kapal penangkap ikan sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan
Menaikkan ke atas
kapal atau menurunkan dari kapal, orang, barang atau mata uang dengan cara yang bertentangan dengan perundangundangan kepabeanan, keimigrasian, fiskal,
pembangunan sarana mitigasi bencana
Penempatan fasilitas
keselamatan wisata bahari
Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
Instalasi pipa dan
kabel bawah laut
Eksplorasi pertambangan mineral dan migas
Latihan militer
Instalasi pembangkit
energi listrik terbarukan
Pembuangan/ pengaliran limbah
Pembuangan/
pengaliran air panas dari pembangkit listrik
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
dan kesehatan oleh kapal asing sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan, kecuali dalam keadaan force
majeure atau dalam keadaan musibah
Membuang minyak, limbah minyak, dan bahan-bahan perusak lainnya ke dalam lingkungan laut, dan atau melakukan kegiatan yang bertentangan dengan peraturan dan standar intenasional untuk mencegah, mengurangi, dan mengendalikan pencemaran laut yang berasal dari kapal oleh kapal asing yang melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan.
Melakukan dumping
di Perairan Indonesia oleh kapal asing yang melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan.
Pemasangan rumpon
Budidaya laut
Semua jenis
pengusahaan wisata bahari
Pembangunan semua jenis fasilitas pariwisata
Pendaratan pesawat
terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
1.2 ALUR PELAYARAN INTERNASIONAL
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Nilai Utama Alur Pelayaran :
Perairan yang dari segi
kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari untuk pelayaran internasional
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Penyelenggaraan alur-pelayaran meliputi perencanaan, pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, dan pengawasan
Pengembangan sarana bantu
navigasi pelayaran
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Konflik alur pelayaran dengan pemanfaatan multifungsi lainnya
Ancaman pencemaran
lingkungan laut yang bersumber dari aktivitas pelayaran kapal
Ancaman keamanan dan keselamatan pelayaran
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Penyelarasan alur pelayaran dengan pemanfaatan multifungsi lainnya
ALUR PELAYARAN PELABUHAN BENOA MELALUI SELAT BADUNG DAN MELEWATI ALKI II DENGAN TUJUAN BENUA AUSTRALIA, ASIA, EROPA DAN AMERIKA
- - -
Perlindungan habitat
dan populasi ikan
Penelitian, pengembangan dan pendidikan
Alur migrasi biota
Ritual budaya dan keagamaan
Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
Alur pelayaran
Penangkapan ikan dengan alat aktif atau bergerak oleh nelayan tradisional atau nelayan kecil
Berhenti atau
berlabuh jangkar atau mondar- mandir oleh semua kapal sewaktu melaksanakan pelayaran, kecuali dalam hal force majeure atau dalam hal keadaan musibah atau memberikan pertolongan kepada orang atau kapal yang sedang dalam keadaan musibah
Menaikkan ke atas kapal atau menurunkan dari kapal, orang, barang atau mata uang dengan cara yang bertentangan dengan perundang-undangan
kepabeanan, keimigrasian, fiskal, dan kesehatan oleh kapal sewaktu melaksanakan pelayaran, kecuali dalam keadaan force majeure atau dalam keadaan musibah
Membuang minyak, limbah minyak, dan bahan-bahan perusak lainnya ke dalam lingkungan laut, dan atau melakukan kegiatan yang bertentangan dengan peraturan-perundangan terkait pengurangan dan pengendalian pencemaran laut.
Melakukan dumping
oleh kapal yang melaksanakan pelayaran.
Pemasangan rumpon
Budidaya laut
Semua jenis
pengusahaan wisata bahari, kecuali wisata
Penangkapan ikan
oleh bukan nelayan tradisional atau nelayan kecil
Wisata ocean rafting
Wisata pengamatan
mamalia laut
Pertambangan/ pengambilan air laut
Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
Penempatan fasilitas
keselamatan wisata bahari
Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
Instalasi pipa dan
kabel bawah laut
Latihan militer
Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
Pembuangan/
pengaliran limbah
Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
ALUR PELAYARAN PELABUHAN LABUHAN AMUK/TANAH AMPO MELALUI SELAT BADUNG DAN MELEWATI ALKI II DENGAN TUJUAN BENUA
AUSTRALIA, ASIA, EROPA DAN AMERIKA
- - -
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
ocean rafting dan pengamatan mamalia laut
Pembangunan semua
jenis fasilitas pariwisata
Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
Penempatan kapal
mati
Pertambangan mineral dan migas
Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
1.3 ALUR PELAYARAN NASIONAL
Nilai Utama Alur Pelayaran :
Perairan yang dari segi
kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari untuk pelayaran nasional
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Penyelenggaraan alur-pelayaran meliputi perencanaan, pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, dan pengawasan
Pengembangan sarana bantu
navigasi pelayaran
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Konflik alur pelayaran dengan pemanfaatan multifungsi lainnya
Ancaman pencemaran
lingkungan laut yang bersumber dari aktivitas pelayaran kapal
Ancaman keamanan dan keselamatan pelayaran
ALUR PELAYARAN PELABUHAN CELUKAN BAWANG MELALUI LAUT BALI DENGAN TUJUAN PELABUHAN LEMBAR,
PELABUHAN BENOA DAN LAIN-LAIN
- - -
Perlindungan habitat
dan populasi ikan
Penelitian, pengembangan dan pendidikan
Alur migrasi biota
Ritual budaya dan keagamaan
Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
Alur pelayaran
Penangkapan ikan dengan alat aktif atau bergerak oleh nelayan tradisional atau nelayan kecil
Berhenti atau
berlabuh jangkar atau mondar- mandir oleh semua kapal sewaktu melaksanakan pelayaran, kecuali dalam hal force majeure atau dalam hal keadaan musibah atau memberikan pertolongan kepada orang atau kapal yang sedang dalam keadaan musibah
Menaikkan ke atas kapal atau menurunkan dari kapal, orang, barang atau mata uang
dengan cara yang bertentangan dengan perundang-undangan kepabeanan, keimigrasian, fiskal, dan kesehatan oleh kapal sewaktu melaksanakan pelayaran, kecuali dalam keadaan force majeure atau dalam keadaan musibah
Membuang minyak,
Penangkapan ikan
oleh bukan nelayan tradisional atau nelayan kecil
Wisata ocean rafting
Wisata pengamatan
mamalia laut
Pertambangan/ pengambilan air laut
Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
Penempatan fasilitas
keselamatan wisata bahari
Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
Instalasi pipa dan
kabel bawah laut
Latihan militer
Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
Pembuangan/
pengaliran limbah
Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
ALUR PELAYARAN PELABUHAN CELUKAN BAWANG MELALUI LAUT BALI DENGAN TUJUAN SURABAYA DAN LAIN-LAIN
- - -
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang : Penyelarasan alur pelayaran dengan pemanfaatan multifungsi lainnya
limbah minyak, dan bahan-bahan perusak lainnya ke dalam lingkungan laut, dan atau melakukan kegiatan yang
bertentangan dengan peraturan-perundangan terkait pengurangan dan pengendalian pencemaran laut.
Melakukan dumping oleh kapal yang melaksanakan pelayaran.
Pemasangan rumpon
Budidaya laut
Semua jenis pengusahaan wisata bahari, kecuali wisata ocean rafting dan pengamatan mamalia laut
Pembangunan semua
jenis fasilitas pariwisata
Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
Penempatan kapal mati
Pertambangan mineral
dan migas
Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
1.4 ALUR PELAYARAN REGIONAL
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Nilai Utama Alur Pelayaran :
Perairan yang dari segi
kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari untuk pelayaran regional
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Penyelenggaraan alur-pelayaran meliputi perencanaan, pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, dan pengawasan
Pengembangan sarana bantu
navigasi pelayaran
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Konflik alur pelayaran dengan pemanfaatan multifungsi lainnya
Ancaman pencemaran
lingkungan laut yang bersumber dari aktivitas pelayaran kapal
Ancaman keamanan dan keselamatan pelayaran
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Penyelarasan alur pelayaran dengan pemanfaatan multifungsi lainnya
ALUR PELAYARAN PELABUHAN GILIMANUK DENGAN TUJUAN PELABUHAN KETAPANG, JAWA TIMUR MELALUI PERAIRAN SELAT BALI
- - -
Perlindungan habitat
dan populasi ikan
Penelitian, pengembangan dan pendidikan
Alur migrasi biota
Ritual budaya dan keagamaan
Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
Alur pelayaran
Penangkapan ikan dengan alat aktif atau bergerak oleh nelayan tradisional atau nelayan kecil
Berhenti atau
berlabuh jangkar atau mondar- mandir oleh semua kapal sewaktu melaksanakan pelayaran, kecuali dalam hal force majeure atau dalam hal keadaan musibah atau memberikan pertolongan kepada orang atau kapal yang sedang dalam keadaan musibah
Menaikkan ke atas kapal atau menurunkan dari kapal, orang, barang atau mata uang dengan cara yang bertentangan dengan perundang-undangan
kepabeanan, keimigrasian, fiskal, dan kesehatan oleh kapal sewaktu melaksanakan pelayaran, kecuali dalam keadaan force majeure atau dalam keadaan musibah
Membuang minyak, limbah minyak, dan bahan-bahan perusak lainnya ke dalam lingkungan laut, dan atau melakukan kegiatan yang bertentangan dengan peraturan-perundangan terkait pengurangan dan pengendalian pencemaran laut.
Melakukan dumping
oleh kapal yang melaksanakan pelayaran.
Pemasangan rumpon
Budidaya laut
Semua jenis
pengusahaan wisata bahari, kecuali wisata
Penangkapan ikan
oleh bukan nelayan tradisional atau nelayan kecil
Wisata ocean rafting
Wisata pengamatan
mamalia laut
Pertambangan/ pengambilan air laut
Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
Penempatan fasilitas
keselamatan wisata bahari
Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
Instalasi pipa dan
kabel bawah laut
Latihan militer
Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
Pembuangan/
pengaliran limbah
Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
ALUR PELAYARAN PELABUHAN PADANGBAI DENGAN TUJUAN PELABUHAN LEMBAR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MELALUI PERAIRAN SELAT BADUNG DAN SELAT LOMBOK
- - -
ALUR PELAYARAN PELABUHAN PADANGBAI DENGAN TUJUAN PELABUHAN
SENGGIGI/GILI TRAWANGAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MELALUI PERAIRAN SELAT BADUNG DAN SELAT LOMBOK
- - -
ALUR PELAYARAN PELABUHAN SERANGAN DENGAN TUJUAN PELABUHAN
SENGGIGI/GILI TRAWANGAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MELALUI PERAIRAN SELAT BADUNG DAN SELAT LOMBOK
- - -
ALUR PELAYARAN PELABUHAN KEDONGANAN KABUPATEN BADUNG MENUJU PELABUHAN MUNCAR PROVINSI JAWA TIMUR MELALUI PERAIRAN SELAT BALI
- - -
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
ocean rafting dan pengamatan mamalia laut
Pembangunan semua
jenis fasilitas pariwisata
Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
Penempatan kapal
mati
Pertambangan mineral dan migas
Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
1.5 ALUR PELAYARAN LOKAL
Nilai Utama Alur Pelayaran :
Perairan yang dari segi
kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari untuk pelayaran lokal
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Penyelenggaraan alur-pelayaran meliputi perencanaan, pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, dan pengawasan
Pengembangan sarana bantu
navigasi pelayaran
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Konflik alur pelayaran dengan pemanfaatan multifungsi lainnya
Ancaman pencemaran
ALUR PELAYARAN PELABUHAN SANUR DENGAN TUJUAN NUSA LEMBONGAN MELALUI SELAT BADUNG
- - -
Perlindungan habitat
dan populasi ikan
Penelitian, pengembangan dan pendidikan
Alur migrasi biota
Ritual budaya dan keagamaan
Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
Alur pelayaran
Penangkapan ikan dengan alat aktif atau bergerak oleh nelayan tradisional atau nelayan kecil
Berhenti atau
berlabuh jangkar atau mondar- mandir oleh semua kapal sewaktu melaksanakan pelayaran, kecuali dalam hal force majeure atau dalam hal keadaan musibah atau memberikan pertolongan kepada orang atau kapal yang sedang dalam keadaan musibah
Menaikkan ke atas kapal atau menurunkan dari kapal, orang, barang atau mata uang
dengan cara yang bertentangan dengan perundang-undangan kepabeanan, keimigrasian, fiskal, dan kesehatan oleh kapal sewaktu
Penangkapan ikan
oleh bukan nelayan tradisional atau nelayan kecil
Wisata ocean rafting
Wisata pengamatan
mamalia laut
Pertambangan/ pengambilan air laut
Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
Penempatan fasilitas
keselamatan wisata bahari
Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
Instalasi pipa dan
kabel bawah laut
Latihan militer
Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
Pembuangan/
ALUR PELAYARAN PELABUHAN SANUR DENGAN TUJUAN PELABUHAN MENTIGI MELALUI SELAT BADUNG
- - -
ALUR PELAYARAN PELABUHAN KUSAMBA DENGAN TUJUAN NUSA LEMBONGAN MELALUI SELAT BADUNG
- - -
ALUR PELAYARAN PELABUHAN KUSAMBA DENGAN TUJUAN PELABUHAN MENTIGI MELALUI PERAIRAN SELAT BADUNG
- - -
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
lingkungan laut yang bersumber dari aktivitas pelayaran kapal
Ancaman keamanan dan
keselamatan pelayaran Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
Penyelarasan alur pelayaran dengan pemanfaatan multifungsi lainnya
ALUR PELAYARAN PELABUHAN KUSAMBA DENGAN TUJUAN SAMPALAN MELALUI PERAIRAN SELAT BADUNG
- - -
melaksanakan pelayaran, kecuali dalam keadaan force majeure atau dalam keadaan musibah
Membuang minyak,
limbah minyak, dan bahan-bahan perusak lainnya ke dalam lingkungan laut, dan atau melakukan kegiatan yang bertentangan dengan peraturan-perundangan terkait pengurangan dan pengendalian pencemaran laut.
Melakukan dumping oleh kapal yang melaksanakan pelayaran.
Pemasangan rumpon
Budidaya laut
Semua jenis
pengusahaan wisata bahari, kecuali wisata ocean rafting dan pengamatan mamalia laut
Pembangunan semua jenis fasilitas pariwisata
Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
Penempatan kapal
mati
Pertambangan mineral dan migas
Segala kegiatan
pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
pengaliran limbah
Pembuangan/
pengaliran air panas dari pembangkit listrik
ALUR PELAYARAN PELABUHAN PADANGBAI DENGAN TUJUAN SAMPALAN MELALUI PERAIRAN SELAT BADUNG
- - -
1.6 BAGAN PEMISAH LALU LINTAS (Traffic Separation Scheme)
Nilai Utama Subzona :
Bagan pemisah lalu lintas
(traffic separation scheme)
SELAT LOMBOK - - -
Perlindungan habitat dan populasi ikan
Penelitian,
Melakukan ancaman atau menggunakan kekerasan terhadap
Kapal atau pesawat udara asing, tennasuk kapal atau pesawat
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
pada ALKI II yang merupakan skema penjaluran yang dimaksudkan untuk memisahkan lalu lintas kapal arah berlawanan dengan tata cara yang tepat dan dengan
pengadaan jalur lalu lintas
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Pengawasan pelaksanaan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan oleh kapal asing
Isu Strategis 5 Tahun ke depan:
Ancaman terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, atau kemerdekaan politik Republik Indonesia
Ancaman pencemaran
minyak, limbah minyak, dumping limbah, dan bahan-bahan perusak lainnya ke dalam lingkungan laut
Illegal fishing Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :-
SELAT LOMBOK - - -
pengembangan dan pendidikan
Alur migrasi biota
Ritual budaya dan keagamaan
Pemulihan dan
rehabilitasi habitat dan populasi ikan
Hak Lintas Alur Laut Kepulauan untuk pelayaran dari Laut Sulawesi ke Samudera Hindia atau sebaliknya
Penangkapan ikan oleh nelayan tradisional atau nelayan kecil
kedaulatan, keutuhan wilayah, atau kemerdekaan politik Republik Indonesia, atau dengan cara lain apapun yang
melanggar asas-asas Hukum Internasional yang terdapat dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa oleh kapal asing sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan
Melakukan latihan perang-perangan atau latihan menggunakan senjata macam apapun dengan mempergunakan amunisi oleh kapal perang militer asing sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan
Melakukan
pendaratan di perairan oleh pesawat udara yang melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan, kecuali dalam keadaan force majeure atau dalam hal musibah
Berhenti atau berlabuh jangkar atau mondar- mandir oleh semua kapal asing sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan, kecuali dalam hal force majeure atau dalam hal keadaan musibah atau memberikan pertolongan kepada orang atau kapal yang sedang dalam keadaan musibah
Melakukan siaran
udara riset atau survey hidrografi, sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan, tidak
boleh melakukan kegiatan riset kelautan atau survey hidrografi, baik dengan mempergunakan peralatan deteksi maupun peralatan pengambil contoh
Melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan oleh kapal asing bertenaga nuklir; atau yang mengangkut bahan berbahaya atau beracun.
Penangkapan ikan
oleh bukan nelayan tradisional atau nelayan kecil
Wisata ocean rafting
Wisata pengamatan mamalia laut
Pertambangan/
pengambilan air laut
Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
Penempatan fasilitas keselamatan wisata bahari
Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
Instalasi pipa dan kabel bawah laut
Eksplorasi
pertambangan mineral dan migas
Latihan militer
Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
Pembuangan/
pengaliran limbah
Pembuangan/
SELAT LOMBOK - - -
SELAT LOMBOK - - -
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
gelap atau melakukan gangguan terhadap sistem telekomunikasi dan tidak boleh melakukan komunikasi langsung
dengan orang atau kelompok orang yang tidak berwenang dalam wilayah Indonesia oleh kapal asing yang melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan
Melakukan kegiatan perikanan oleh kapal asing, termasuk kapal penangkap ikan sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan
Menaikkan ke atas
kapal atau menurunkan dari kapal, orang, barang atau mata uang dengan cara yang bertentangan dengan perundangundangan kepabeanan, keimigrasian, fiskal, dan kesehatan oleh kapal asing sewaktu melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan, kecuali dalam keadaan force majeure atau dalam keadaan musibah
Membuang minyak, limbah minyak, dan bahan-bahan perusak lainnya ke dalam lingkungan laut, dan atau melakukan kegiatan yang bertentangan dengan peraturan dan standar intenasional untuk mencegah, mengurangi, dan
pengaliran air panas dari pembangkit listrik
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
mengendalikan pencemaran laut yang berasal dari kapal oleh kapal asing yang melaksanakan Hak Lintas Alur Laut
Kepulauan.
Melakukan dumping di Perairan Indonesia oleh kapal asing yang melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan.
Pemasangan rumpon
Budidaya laut
Semua jenis pengusahaan wisata bahari
Pembangunan semua jenis fasilitas pariwisata
Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
2. ALUR PIPA DAN KABEL BAWAH LAUT
2.1 ALUR PIPA MINYAK DAN GAS
Nilai Utama Subzona :
Dasar perairan pasang surut yang dimanfaatkan untuk instalasi pipa penyaluran BBM
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Pengamanan instalasi pipa
bawah laut Isu Strategis 5 Tahun ke depan:
Kebocoran pipa penyaluran BBM sehingga menyebabkan pencemaran dan kerusakan ekosistem pesisir.
TELUK BENOA - - - • Perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan
• Perlindungan zona utama kawasan tempat suci
• Perlindungan mutlak titik-titik suci atau
situs suci
• Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Penelitian dan pengembangan
• Pendidikan
• Ritual budaya dan keagamaan
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat
• Semua jenis wisata perairan
• Pangkalan kapal/ boat/perahu
• Penempatan pontoon
• Lego jangkar
• Semua jenis pembangunan fasilitas/prasarana
• Penangkapan ikan oleh bukan nelayan tradisional
• Pemasangan/penempatan rumpon
• Budidaya laut
• Pertambangan
• Pergaraman
• Pengerukan laut
• Pengambilan air laut dengan pipa tetap atau pipa tidak tetap
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Pembuangan/pengalira
n air panas dari pembangkit listrik
• Pembuangan/pengaliran limbah
• Penempatan/pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Instalasi pipa dan kabel
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :-
dan populasi ikan
• Pembuatan foto, video
dan film
• Penangkapan ikan pelagis oleh nelayan tradisional
• Penangkapan ikan demersal oleh nelayan tradisional
• Penimbunan laut
• Alur pelayaran
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
bawah laut
• Kegiatan lainnya
2.2 ALUR KABEL LISTRIK
Nilai Utama Subzona :
Perairan yang dimanfaatkan
untuk instalasi jaringan transmisi kabel listrik bawah laut.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Pengamanan instalasi kabel listrik bawah laut
Isu Strategis 5 Tahun ke depan :
Kerusakan kabel bawah laut
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :-
JARINGAN TRANSMISI LISTRIK JAWA - BALI MELALUI SELAT BALI DENGAN LANDING POINT DI PANTAI GILIMANUK
MELAYA JEMBRANA -
• Perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan
• Perlindungan kawasan
tempat suci
• Perlindungan mutlak titik-titik suci atau situs suci
• Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Pendidikan, penelitian dan pengembangan
• Ritual budaya dan keagamaan
• Pemulihan dan
rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Wisata dan rekreasi pantai
• Wisata dan rekreasi air (mandi, renang, berkano)
• Wisata perahu
• Pembuatan foto, video dan film
• Wisata perahu
lambung kaca
• Wisata snorkeling
• Olahraga air (jetski, banana boat, parasailing)
• Berselancar
• Wisata ocean rafting
• Wisata pengamatan
• Wisata alam bawah laut
• Pengusahaan wisata
selam
• Pengusahaan wisata kapal selam
• Pengusahaan wisata hookah (underwater helmit)
• Wisata pancing
• Wisata menembak ikan (spearfishing)
• Pangkalan kapal cruise
• Penempatan pontoon
• Lego jangkar
• Pembangunan fasilitas pariwisata (akomodasi pariwisata, restoran, dll)
• Pembangunan dermaga wisata
• Penempatan fasilitas
tambat perahu/ boat/kapal
• Penangkapan ikan demersal dan ikan karang
• Penangkapan ikan oleh bukan nelayan tradisional
• Pembangunan dermaga perikanan
• Pemangkalan perahu nelayan
• Pemasangan/
penempatan rumpon
• Pengambilan air laut dengan pipa tetap dan pipa tidak tetap
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Pembuangan/pengaliran air panas dari pembangkit listrik
• Pembuangan/pengaliran limbah
• Pembangunan struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Penempatan/pembangu
nan sarana mitigasi bencana
• Penempatan fasilitas keselamatan wisata bahari
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Kegiatan lainnya
JARINGAN TRANSMISI LISTRIK JAWA - BALI MELALUI SELAT BALI DENGAN LANDING POINT DI PANTAI GILIMANUK
MELAYA JEMBRANA -
JARINGAN TRANSMISI LISTRIK JAWA - BALI MELALUI SELAT BALI DENGAN LANDING POINT DI PANTAI GILIMANUK
MELAYA JEMBRANA -
JARINGAN TRANSMISI LISTRIK JAWA - BALI MELALUI SELAT BALI DENGAN LANDING POINT DI PANTAI GILIMANUK
MELAYA JEMBRANA -
JARINGAN TRANSMISI LISTRIK BALI - NUSA LEMBONGAN MELALUI SELAT BADUNG DENGAN LANDING POINT PANTAI SABA DAN NUSA LEMBONGAN
BLAHBATUH DAN NUSA PENIDA
GIANYAR DAN KLUNGKUNG
-
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
mamalia laut
• Penangkapan ikan
pelagis oleh nelayan tradisional
• Pertambangan
• Pergaraman tradisional
• Pengerukan laut
• Penimbunan laut
• Alur pelayaran
• Budidaya laut
• Pertambangan
• Industri garam
• Pembangunan pelabuhan
• Tambat/labuh kapal
• Pengerukan laut
• Penimbunan laut
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
2.3 ALUR KABEL TELEKOMUNIKASI
Nilai Utama Subzona :
Perairan yang dimanfaatkan untuk instalasi jaringan kabel telekomunikasi bawah laut.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Pengamanan instalasi kabel
telekomunikasi bawah laut Isu Strategis 5 Tahun ke depan:
Kerusakan kabel telekomunikasi bawah laut
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :-
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BALI DARI MUNCAR (JAWA TIMUR) MENUJ U BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI CANDIKUSUMA
MELAYA JEMBRANA -
• Perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan
• Perlindungan kawasan tempat suci
• Perlindungan mutlak
titik-titik suci atau situs suci
• Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Pendidikan, penelitian dan pengembangan
• Ritual budaya dan keagamaan
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Wisata dan rekreasi
pantai
• Wisata dan rekreasi air (mandi, renang, berkano)
• Wisata perahu
• Pembuatan foto, video dan film
• Wisata perahu lambung kaca
• Wisata snorkeling
• Olahraga air (jetski, banana boat, parasailing)
• Berselancar
• Wisata ocean rafting
• Wisata pengamatan mamalia laut
• Penangkapan ikan
• Wisata alam bawah laut
• Pengusahaan wisata selam
• Pengusahaan wisata
kapal selam
• Pengusahaan wisata hookah (underwater helmit)
• Wisata pancing
• Wisata menembak ikan (spearfishing)
• Pangkalan kapal cruise
• Penempatan pontoon
• Lego jangkar
• Pembangunan fasilitas pariwisata (akomodasi pariwisata, restoran, dll)
• Pembangunan dermaga wisata
• Penempatan fasilitas tambat perahu/ boat/kapal
• Penangkapan ikan demersal dan ikan karang
• Penangkapan ikan oleh bukan nelayan tradisional
• Pembangunan dermaga perikanan
• Pemangkalan perahu nelayan
• Pemasangan/penempatan rumpon
• Budidaya laut
• Pertambangan
• Pengambilan air laut dengan pipa tetap dan pipa tidak tetap
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit
energi listrik terbarukan
• Pembuangan/pengaliran air panas dari pembangkit listrik
• Pembuangan/pengaliran limbah
• Pembangunan struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Penempatan/pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan fasilitas
keselamatan wisata bahari
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Kegiatan lainnya
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BALI DARI PUGER (JEMBER, JAWA TIMUR) MENUJU BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI JIMBARAN,
KUTA SELATAN BADUNG -
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI JIMBARAN MENUJU BENCULUK, BANYUWANGI, JAWA TIMUR
KUTA SELATAN BADUNG -
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BALI DARI GRAJAGAN (BANYUWANGI, JAWA TIMUR) MENUJU BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI KEDONGANAN
KUTA BADUNG -
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BADUNG DAN SELAT LOMBOK DARI SENGGIGI (LOMBOK
BARAT, NTB) MENUJU BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI SANUR
DENPASAR SELATAN DENPASAR -
pelagis oleh nelayan tradisional
• Pertambangan
• Pergaraman tradisional
• Pengerukan laut
• Penimbunan laut
• Alur pelayaran
• Industri garam
• Pembangunan pelabuhan
• Tambat/labuh kapal
• Pengerukan laut
• Penimbunan laut
• Segala kegiatan
pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BADUNG DAN SELAT LOMBOK DARI SENGGIGI (LOMBOK BARAT, NTB) MENUJU BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI GOA LAWAH
DAWAN KLUNGKUNG -
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BADUNG DAN SELAT LOMBOK DARI SENGGIGI (LOMBOK BARAT, NTB) MENUJU BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI SERAYA
KARANGASEM KARANGASEM -
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI LAUT BALI DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI KUBUTAMBAHAN
MENUJU SULAWESI
KUBUTAMBAHAN BULLELENG -
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI MELALUI SELAT BADUNG DAN SELAT LOMBOK DARI PANTAI SANUR MENUJU NUSA PENIDA
DAN NUSA PENIDA MENUJU PULAU LOMBOK
DENPASAR SELATAN, NUSA PENIDA
DENPASAR -
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI PALAPA RING TIMUR MELALUI SAMUDERA HINDIA DAN SELAT LOMBOK DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI SANUR
DENPASAR SELATAN DAN NUSA PENIDA
DENPASAR DAN KLUNGKUNG
-
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI PALAPA RING TIMUR MELALUI SAMUDERA HINDIA DAN SELAT LOMBOK DENGAN BEACH HOLE DI PANTAI SANUR
DENPASAR SELATAN DAN NUSA PENIDA
DENPASAR DAN KLUNGKUNG
-
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI SERAT
OPTIK PALAPA MELALUI LAUT BALI DENGAN BEACH HOLE DI LOKAPAKSA
SERIRIT BULELENG -
JARINGAN KABEL TELEKOMUNIKASI SERAT OPTIK PALAPA MELALUI LAUT BALI DENGAN BEACH HOLE DI BONDALEM
TEJAKULA BULELENG -
3. ALUR MIGRASI BIOTA
3.1 ALUR MIGRASI PENYU
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Nilai Utama Subzona :
Perairan sebagai alur migrasi
penyu hijau dan penyu lekang.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Perlindungan alur migrasi penyu
Isu Strategis 5 Tahun ke depan:
Terbunuhnya penyu sebagai
bycatch kegiatan perikanan tangkap dan tertabrak kapal
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :-
ALUR MIGRASI PENYU DARI SELATAN PULAU JAWA MENUJU PANTAI KUTA DI KABUPATEN BADUNG MELEWATI SELAT BALI
KUTA BADUNG -
• Perlindungan habitat
dan populasi ikan
• Penelitian, pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Penangkapan ikan ramah lingkungan oleh nelayan tradisional/nelayan kecil
• Wisata pengamatan
hewan laut
• Pembuatan foto, video dan film
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Penangkapan ikan oleh
bukan nelayan tradisional/nelayan kecil
• Budidaya laut
• Pemasangan rumpon dasar dan rumpon permukaan
• Pengusahaan semua jenis wisata bahari kecuali wisata pengamatan hewan laut
• Pembangunan fasilitas pariwisata
• Pembangunan
pelabuhan
• Tempat labuh kapal
• Pembangunan bandar udara
• Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral dan migas
• Latihan militer
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
• Pertambangan/
pengambilan air laut
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan fasilitas keselamatan wisata bahari
• Penempatan/
pembangunan sarana bantu navigasi
ALUR MIGRASI PENYU DARI SELATAN PULAU JAWA MENUJU AUSTRALIA MELALUI SELAT BALI DAN SAMUDERA HINDIA
- - -
ALUR MIGRASI PENYU DARI SELATAN PULAU JAWA MENUJU LAUT FLORES MELALUI SELAT BALI, SAMUDERA HINDIA DAN SELAT LOMBOK
- - -
ALUR MIGRASI PENYU DARI SELATAN PULAU JAWA MENUJU KEPULAUAN SUMENEP MELALUI SELAT BALI, SAMUDERA HINDIA, SELAT LOMBOK DAN LAUT BALI
- - -
3.2 ALUR MIGRASI MAMALIA LAUT
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
Nilai Utama Subzona :
Perairan sebagai alur migrasi
mamalia laut (dolfin, paus, dugong).
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Perlindungan alur migrasi mamalia laut
Isu Strategis 5 Tahun ke depan:
Terbunuhnya mamalia laut
sebagai by catch kegiatan perikanan tangkap
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :-
ALUR MIGRASI MAMALIA LAUT (PAUS) DARI LAUT FLORES MENUJU PERAIRAN SELATAN PULAU BALI (SAMUDERA HINDIA) MELALUI SELAT LOMBOK
- - -
• Perlindungan habitat
dan populasi ikan
• Penelitian, pengembangan dan pendidikan
• Alur migrasi biota
• Ritual budaya dan keagamaan
• Penangkapan ikan ramah lingkungan oleh nelayan tradisional/nelayan kecil
• Wisata pengamatan
hewan laut
• Pembuatan foto, video dan film
• Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Penangkapan ikan oleh
bukan nelayan tradisional/nelayan kecil
• Budidaya laut
• Pemasangan rumpon dasar dan rumpon permukaan
• Pengusahaan semua jenis wisata bahari kecuali wisata pengamatan hewan laut
• Pembangunan fasilitas pariwisata
• Pembangunan
pelabuhan
• Tempat labuh kapal
• Pembangunan bandar udara
• Pendaratan pesawat terbang kecuali pendaratan pesawat darurat
• Pertambangan mineral dan migas
• Latihan militer
• Pembuangan/ pengaliran limbah
• Pembuangan/ pengaliran air panas dari pembangkit listrik
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
• Pertambangan/
pengambilan air laut
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Penempatan/ pembangunan sarana mitigasi bencana
• Penempatan fasilitas keselamatan wisata bahari
• Penempatan/
pembangunan sarana bantu navigasi
ALUR MIGRASI MAMALIA LAUT (PAUS) DARI LAUT FLORES MENUJU PERAIRAN SELATAN PULAU BALI (SAMUDERA HINDIA) MELALUI SELAT LOMBOK
- - -
ALUR MIGRASI MAMALIA LAUT (LUMBA_LUMBA) DI PERAIRAN SEKITAR LOVINA KABUPATEN BULELENG
BULELENG, BANJAR, SERIRIT, GEROKGAK
BULELENG -
E. KAWASAN SUCI LAUT
Nilai Utama Kawasan :
Kawasan perairan laut di sekitar pura yang perlu dijaga kesuciannya dalam radius
PERAIRAN SEKITAR PURA RAMBUT SIWI DI YEHEMBANG KANGIN
MENDOYO JEMBRANA 623,29
• Perlindungan mutlak
habitat dan populasi ikan
• Perlindungan zona
• Pangkalan kapal cruise
• Penempatan pontoon
• Penangkapan ikan oleh bukan nelayan
• Pengusahaan wisata
selam
• Pengusahaan wisata kapal selam
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
tertentu sesuai status pura sebagaimana ditetapkan dalam Bhisama Kesucian Pura oleh Parisadha Hindu
Dharma Indonesia Pusat dan/atau kawasan perairan laut yang difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi umat Hindu di Bali.
Prioritas Utama untuk Pembangunan 5 Tahun ke depan :
Perlindungan dan pelestarian Kawasan Suci Laut
Penyusunan Rencana Rinci dan Pengelolaan Kawasan Suci Laut
Isu Strategis 5 Tahun ke depan:
Terganggunya nilai-nilai kesucian Kawasan Suci Laut oleh aktivitas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan konsep maha wana dan segara kerthi
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :-
PERAIRAN SEKITAR PURA SRIJONG DI ANTAP
SELEMADEG TABANAN 543,41
utama kawasan tempat suci
• Perlindungan mutlak
titik-titik suci atau situs suci
• Pembangunan infrastruktur adat dan agama
• Perlindungan habitat dan populasi ikan
• Pendidikan, penelitian dan pengembangan
• Ritual budaya dan keagamaan
• Pemulihan dan
rehabilitasi habitat dan populasi ikan
• Wisata dan rekreasi pantai
• Wisata dan rekreasi air (mandi, renang, berkano)
• Wisata alam bawah laut
• Wisata perahu
• Pembuatan foto, video
dan film
• Wisata perahu lambung kaca
• Wisata snorkeling
• Berselancar
• Wisata pancing
• Wisata ocean rafting
• Wisata pengamatan mamalia laut
• Penempatan fasilitas tambat perahu/ boat/kapal
• Penangkapan ikan oleh nelayan tradisional
• Pemangkalan perahu nelayan
• Budidaya laut oleh
pembudidaya ikan kecil
• Pertambangan
• Pergaraman tradisional
• Tambat/labuh kapal
• Pembuangan/pengaliran limbah
tradisional
• Budidaya laut oleh
bukan pembudidaya ikan kecil
• Pertambangan
• Pengerukan laut
• Penimbunan laut
• Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan
• Pengusahaan wisata
hookah (underwater helmit)
• Olahraga air (jetski, banana boat, parasailing, underwater scutter )
• Pembangunan fasilitas pariwisata (akomodasi pariwisata, restoran, dll)
• Pembangunan dermaga wisata
• Pembangunan dermaga perikanan
• Pemasangan/penempat
an rumpon
• Budidaya laut oleh bukan pembudidaya ikan kecil
• Pengambilan air laut dengan pipa tetap atau pipa tidak tetap
• Latihan militer
• Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
• Industri garam
• Pembangunan pelabuhan
• Pembuangan/pengaliran air panas dari pembangkit listrik
• Pembangunan struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
• Penempatan/pembangu
nan sarana mitigasi bencana
• Penempatan fasilitas keselamatan wisata bahari
• Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi
• Instalasi pipa dan kabel bawah laut
• Kegiatan lainnya
PERAIRAN SEKITAR PURA PEKENDUNGAN DAN PURA TANAH LOT DI BERABAN
KEDIRI TABANAN 744,92
PERAIRAN SEKITAR PURA PETITENGET DI KEROBOKAN KELOD
KUTA UTARA BADUNG 564,66
PERAIRAN SEKITAR PURA SAKENAN DI SERANGAN
DENPASAR SELATAN DENPASAR 96,74
PERAIRAN SEKITAR PURA ERJERUK DI SUKAWATI
SUKAWATI GIANYAR 369,59
PERAIRAN SEKITAR PURA MASCETI DI MEDAHAN, PURA KENTEL GUMI DI TUSAN DAN PURA WATU KLOTOK DI TOJAN
BLAHBATUH, BANJARANGKAN, KLUNGKUNG
GIANYAR, KLUNGKUNG
1.740,47
PERAIRAN SEKITAR PURA GOA LAWAH DI PESINGGAHAN DAN PURA SILAYUKTI DI PADANGBAI
DAWAN DAN MANGGIS KLUNGKUNG, KARANGASEM
3.303,48
RENCANA ALOKASI RUANG RZWP-3-K PROVINSI BALI
LOKASI KECAMATAN/ KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG TIDAK DIBOLEHKAN
AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN SETELAH
MEMPEROLEH IZIN (PERAIRAN SEKITAR)
• Alur pelayaran
LAMPIRAN VI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR …. TAHUN …. TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI TAHUN 2020-2040
KATEGORI AKTIVITAS YANG DIBOLEHKAN, YANG TIDAK DIBOLEHKAN, DAN DIBOLEHKAN SETELAH MEMPEROLEH IZIN
KEGIATAN
KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
ZONA PARIWISATA
ZONA
PERIKANAN BUDIDAYA
ZONA PERIKANAN TANGKAP
ZONA PELABUHAN
ZONA
PENDARATAN PESAWAT
ZONA
BANDAR UDARA
ZONA
PERGA- RAMAN
ZONA
HUTAN MANGROVE
ZONA
PERTAM- BANGAN
ZONA ENERGI
ZONA
PEMANFATAAN LAINNYA
W- KP3K
W- ABL
W- OR
BD-BL PT-D PT-P PT-PD PL-DLK PL-WKO PP BU-OBU
BU-KP G-GR HM TB-PL EN-PLT LN-PP LN-NEL LN-JBH
Perlindungan mutlak habitat
dan populasi ikan I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Perlindungan zona utama
kawasan tempat suci I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Perlindungan mutlak titik-titik
suci atau situs suci I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Pembangunan infrastruktur adat
dan agama I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Perlindungan habitat dan
populasi ikan I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Penelitian dan pengembangan I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Pendidikan I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Ritual budaya dan keagamaan I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Pemulihan dan rehabilitasi
habitat dan populasi ikan I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Wisata dan rekreasi pantai I I I I I I I I I X X X I I X I I I X
Wisata dan rekreasi air (mandi,
renang, berkano) I I I I I I I I I X X X X I X X X I X
Wisata alam bawah laut X I X X X X X X X X X X X X X X X X X
Pengusahaan wisata selam X B X X X X X X X X X X X X X X X X X
Pengusahaan wisata kapal selam X B X X X X X X X X X X X X X X X X X
Pengusahaan wisata hookah
(underwater helmit) X B X X X X X X X X X X X X X X X X X
Wisata perahu I I I I I I I I I X X X X I I X X I I
Pengusahaan wisata alam
mangrove X X X X X X X X X X X X X B I X X I B
Pembuatan foto, video dan film I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Wisata perahu lambung kaca I I X I I I X X X X X X X X X X X X X
Wisata snorkeling I I X I I I I X X X X X X X X X X X X
Olahraga air (jetski, banana boat,
parasailing, underwater scutter ) X X B X X X X X X X X X X X X X X X X
Berselancar X X I I I I I X X X X X X X X X X X X
Wisata pancing X X X I I I I I I X X X X I I X X I X
KEGIATAN
KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
ZONA PARIWISATA ZONA
PERIKANAN BUDIDAYA
ZONA PERIKANAN TANGKAP
ZONA PELABUHAN
ZONA PENDARATAN
PESAWAT
ZONA BANDAR UDARA
ZONA PERGA- RAMAN
ZONA HUTAN
MANGROVE
ZONA PERTAM- BANGAN
ZONA ENERGI
ZONA PEMANFATAAN
LAINNYA
W- KP3K
W- ABL
W- OR
BD-BL PT-D PT-P PT-PD PL-DLK PL-WKO PP BU-OBU
BU-KP G-GR HM TB-PL EN-PLT LN-PP LN-NEL LN-JBH
Wisata ocean rafting X X B X B I B X X X X X X X X X X X X
Wisata menembak ikan
(spearfishing) X X X X B I B X X X X X X X X X X X X
Pangkalan kapal cruise X X B X B I B B I X X X X X X X X X X
Wisata pengamatan mamalia
laut I I I I I I I X X X X X X X I X X X X
Penempatan pontoon X B B B B B B B B B X X X B B B B X X
Lego jangkar X X X I I I I I I B X X X I I I X I X
Pembangunan fasilitas
pariwisata (akomodasi
pariwisata, restoran, dll)
X X X B I I I I I X X X X B I I X X X
Pembangunan dermaga wisata B B B I I I I B I B X X X B I I X I X
Penempatan fasilitas tambat
perahu/ boat/kapal B B B B B B B I B B X X X B B B X I X
Penangkapan ikan pelagis oleh
nelayan tradisional X X X X I I I I I X X X I I I X X I I
Penangkapan ikan demersal oleh
nelayan tradisional X X X X I I I I I X X X I I X X X I I
Penangkapan ikan karang X X X X I I I I I X X X X X X X X I I
Penangkapan ikan pelagis oleh
bukan nelayan tradisional X X X X I B B I I X X X X X X X X X X
Penangkapan ikan demersal oleh
bukan nelayan tradisional X X X X I I B I I X X X X X X X X X X
Pembangunan dermaga
perikanan X X X B B B B B B X X X X X X X X B X
Pemangkalan perahu nelayan X X X X I I I X I X X X X X X X X I X
Pemasangan/penempatan
rumpon dasar X X X X B B B X X X X X X X X X X X X
Pemasangan/penemlatan
rumpon permukaan X X X X X B B X X X X X X X X X X X X
Budidaya laut oleh pembudidaya
ikan kecil X X X I X X X X X X X X X X X X X X X
Budidaya laut oleh bukan
pembudidaya ikan kecil X X X B X X X X X X X X X X X X X X X
Budidaya laut dalam X X X B X B B X X X X X X X X X X X X
Pertambangan migas X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Pertambangan pasir laut X X X X X X X X X X X X X X B I X X X
Pengambilan air laut dengan
pipa tetap B B B B B B B B B B B B B B X B X B B
Pengambilan air laut dengan B B B B B B B B B B B B B B B B X B B
KEGIATAN
KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
ZONA PARIWISATA ZONA
PERIKANAN BUDIDAYA
ZONA PERIKANAN TANGKAP
ZONA PELABUHAN
ZONA PENDARATAN
PESAWAT
ZONA BANDAR UDARA
ZONA PERGA- RAMAN
ZONA HUTAN
MANGROVE
ZONA PERTAM- BANGAN
ZONA ENERGI
ZONA PEMANFATAAN
LAINNYA
W- KP3K
W- ABL
W- OR
BD-BL PT-D PT-P PT-PD PL-DLK PL-WKO PP BU-OBU
BU-KP G-GR HM TB-PL EN-PLT LN-PP LN-NEL LN-JBH
pipa tidak tetap
Latihan militer I X B B B B B X X B B B I B B X X B B
Instalasi pembangkit energi
listrik terbarukan X B B B B B B B B B B B I B X I B B B
Pergaraman tradisional X X X X X X X X X X X X I X X X X X X
Industri garam X X X X X X X X X X X X I X X X X X X
Pembangunan pelabuhan X X X X X X X B B X X X X X X B X X X
Pembangunan pelabuhan
perikanan X X X X X X X X B X X X X X X X X X X
Tambat/labuh kapal X X X X I I I I I B X X X X X B X I X
Pengerukan laut X X X X X X X B B X B B X X B B X X X
Penimbunan laut X X X X X X X B B X B B X X B B X X X
Pendaratan pesawat terbang X X X X X X X X X B B B X X X X X X X
Pembuangan/pengaliran air
panas dari pembangkit listrik X X X X B B B B B B B B B X B B I I B
Pembuangan/pengaliran limbah X X X X B B B B B B B B B X B B I I B
Pembangunan struktur
pengamanan pantai (pemecah
gelombang, turap, krib)
B B B B B B B B B B B B B B B B B B B
Penempatan/pembangunan
sarana mitigasi bencana B B B B B B B B B B B B B B B B B B B
Penempatan fasilitas
keselamatan wisata bahari B B B B B B B B B B B B B B B B B B B
Penempatan/ pembangunan
sarana bantu navigasi B B B B B B B B B B B B B B B B B B B
Instalasi pipa dan kabel bawah
laut B B B B B B B B B B B B B B X X B B B
Alur pelayaran X X X I I I I I I X X X X X I I I I X
Segala kegiatan pemanfaatan
yang merusak baik dengan atau
tanpa alat dan/atau bahan
X X X X X X X X X X X X X X X X I I X
Kegiatan lainnya B B B B B B B B B X X X X B B B B B B
KEGIATAN
KAWASAN KONSERVASI KAWASAN STRATEGIS ALUR LAUT KAWASAN
SUCI LAUT
TN THR KKP KKM KSNT
ALUR PELAYARAN ALUR PIPA/KABEL
BAWAH LAUT ALUR MIGRASI
BIOTA
SARBAGITA DLM DT AP- ALKI
AP- PI
AP- PN
AP- PR
AP- PL
AP- TSS
APK- GM
APK- KL
APK- KT
AMB-MP
AMB- MM
KS
KEGIATAN
KAWASAN KONSERVASI KAWASAN STRATEGIS ALUR LAUT KAWASAN SUCI LAUT
TN THR KKP KKM KSNT
ALUR PELAYARAN ALUR PIPA/KABEL
BAWAH LAUT ALUR MIGRASI
BIOTA
SARBAGITA DLM DT AP- ALKI
AP- PI
AP- PN
AP- PR
AP- PL
AP- TSS
APK- GM
APK- KL
APK- KT
AMB-MP
AMB- MM
KS
Perlindungan mutlak habitat dan
populasi ikan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n p
eru
ndan
g-u
ndan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n p
eru
ndan
g-u
ndan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n p
eru
ndan
g-u
ndan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n p
eru
ndan
g-u
ndan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n p
eru
ndan
g-u
ndan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n p
eru
ndan
g-u
ndan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n p
eru
ndan
g-u
ndan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n p
eru
ndan
g-u
ndan
gan
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
Perlindungan zona utama kawasan tempat suci
I I I I I I I I I I I I
Perlindungan mutlak titik-titik suci atau situs suci
I I I I I I I I I I I I
Pembangunan infrastruktur adat dan agama
I I I I I I X X X I I I
Perlindungan habitat dan populasi ikan I I I I I I I I I I I I
Penelitian dan pengembangan I I I I I I I I I I I I
Pendidikan I I I I I I I I I I I I
Ritual budaya dan keagamaan I I I I I I I I I I I I
Pemulihan dan rehabilitasi habitat dan
populasi ikan I I I I I I I I I I I I
Wisata dan rekreasi pantai X X X X X X X X X I I I
Wisata dan rekreasi air (mandi, renang, berkano)
X X X X X X X X X I I I
Wisata alam bawah laut X X X X X X X X X I I I
Pengusahaan wisata selam X X X X X X X X X B B B
Pengusahaan wisata kapal selam X X X X X X X X X B B X
Pengusahaan wisata hookah (underwater helmit)
X X X X X X X X X B B B
Wisata perahu I I I I I I I I I B B I
Pengusahaan wisata alam mangrove X X X X X X B X X B B B
Pembuatan foto, video dan film I I I I I I I I I I I I
Wisata perahu lambung kaca X X X X X X X X X X X I
Wisata snorkeling
X X X X X X X X X I I I
Olahraga air (jetski, banana boat, parasailing, underwater scutter )
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n
peru
ndan
g-
un
dan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n
peru
ndan
g-
un
dan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n
peru
ndan
g-
un
dan
gan
Sesu
ai
kete
ntu
an
pera
tura
n
peru
ndan
g-
un
dan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n
peru
ndan
g-
un
dan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n
peru
ndan
g-
un
dan
gan
Sesu
ai
kete
ntu
an
pera
tura
n
peru
ndan
g-
un
dan
gan
Sesu
ai
kete
ntu
an
pera
tura
n
peru
ndan
g-
un
dan
gan
B X X X X X X X X X X B
Berselancar I X X X X X X X X I I I
Wisata pancing I I I I I I X X X I I I
Wisata ocean rafting I I I I I I X X X I I X
Wisata menembak ikan (spearfishing) X X X X X X X X X X X X
Pangkalan kapal cruise B B B B B B X X X B B X
KEGIATAN
KAWASAN KONSERVASI KAWASAN STRATEGIS ALUR LAUT KAWASAN SUCI LAUT
TN THR KKP KKM KSNT
ALUR PELAYARAN ALUR PIPA/KABEL
BAWAH LAUT ALUR MIGRASI
BIOTA
SARBAGITA DLM DT AP- ALKI
AP- PI
AP- PN
AP- PR
AP- PL
AP- TSS
APK- GM
APK- KL
APK- KT
AMB-MP
AMB- MM
KS
Wisata pengamatan mamalia laut I I I I I I X X X I I X
Penempatan pontoon B B B B B B X X X X X X
Lego jangkar I I I I I I X X X X X X
Pembangunan fasilitas pariwisata (akomodasi pariwisata, restoran, dll)
X X X X X X X X X X X X
Pembangunan dermaga wisata B B B B B B X X X B B B
Penempatan fasilitas tambat perahu/ boat/kapal
B B B B B B X X X X X B
Penangkapan ikan pelagis oleh nelayan
tradisional I I I I I I X I X I I X
Penangkapan ikan demersal oleh nelayan tradisional
I I I I I I X X X I I X
Penangkapan ikan karang I I I I I I X X X I I X
Penangkapan ikan pelagis oleh bukan nelayan tradisional
B B B B B B X X X B B X
Penangkapan ikan demersal oleh bukan nelayan tradisional
B B B B B B X X X B B X
Pembangunan dermaga perikanan B B B B B B X X X B B X
Pemangkalan perahu nelayan X X X X X X X X X X X X
Pemasangan/penempatan rumpon dasar
B B B B B B X X X X X X
Pemasangan/penemlatan rumpon permukaan
X X X X X X X X X I I X
Budidaya laut oleh pembudidaya ikan kecil
X X X X X X X X X X X X
Budidaya laut oleh bukan
pembudidaya ikan kecil X X X X X X X X X X X X
Budidaya laut dalam X X X X X X X X X X X X
Pertambangan migas X X X X X X X X X X X X
Pertambangan pasir laut X X X X X X X X X X X X
Pengambilan air laut dengan pipa tetap B B B B B B B B B B B B
Pengambilan air laut dengan pipa tidak tetap
B B B B B B B B B B B B
Latihan militer B B B B B B B B B B B X
Instalasi pembangkit energi listrik terbarukan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n
peru
ndan
g-u
ndan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n
peru
ndan
g-u
ndan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n
peru
ndan
g-u
ndan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n
peru
ndan
g-u
ndan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n
peru
ndan
g-u
ndan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n
peru
ndan
g-u
ndan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n p
eru
ndan
g-
un
dan
gan
Sesu
ai k
ete
ntu
an
pera
tura
n p
eru
ndan
g-
un
dan
gan
B B B B B B B B B B B B
Pergaraman tradisional X X X X X X X X X I I X
Industri garam X X X X X X X X X I I X
Pembangunan pelabuhan B B B B B B X X X X X X
Pembangunan pelabuhan perikanan B B B B B B X X X X X X
Tambat/labuh kapal B B B B B B X X X X X X
Pengerukan laut X X X X X X X X X X X X
Penimbunan laut X X X X X X X X X X X X
KEGIATAN
KAWASAN KONSERVASI KAWASAN STRATEGIS ALUR LAUT KAWASAN SUCI LAUT
TN THR KKP KKM KSNT
ALUR PELAYARAN ALUR PIPA/KABEL
BAWAH LAUT ALUR MIGRASI
BIOTA
SARBAGITA DLM DT AP- ALKI
AP- PI
AP- PN
AP- PR
AP- PL
AP- TSS
APK- GM
APK- KL
APK- KT
AMB-MP
AMB- MM
KS
Pendaratan pesawat terbang B B B B B B X X X X X X
Pembuangan/pengaliran air panas dari pembangkit listrik B B B B B B B B B X X B
Pembuangan/pengaliran limbah B B B B B B B B B X X B
Pembangunan struktur pengamanan pantai (pemecah gelombang, turap, krib)
B B B B B B B B B B B B
Penempatan/pembangunan sarana mitigasi bencana B B B B B B B B B B B B
Penempatan fasilitas keselamatan wisata bahari B B B B B B B B B B B B
Penempatan/ pembangunan sarana bantu navigasi B B B B B B B B B B B B
Instalasi pipa dan kabel bawah laut B B B B B B B B B B B B
Alur pelayaran I I I I I I I I I I I I
Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat dan/atau bahan X X X X X X X X X X X X
Kegiatan lainnya B B B B B B B B B B B B
KETERANGAN :
I : Aktivitas yang dibolehkan
X : Aktivitas yang tidak dibolehkan
B : Aktivitas yang dibolehkan setelah memperoleh izin
W-KP3K : Subzona Wisata Alam Pantai/Pesisir Pulau-
Pulau Kecil
W-ABL : Subzona Wisata Alam Bawah Laut
W-OR : Subzona Olah Raga Air
BD-BL : Subzona Budidaya Laut
PT-D : Subzona Demersal
TB-PL : Subzona Pasir Laut
EN-PLT : Subzona Pembangkit Listrik
LN-PP : Subzona Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan
LN-NEL : Subzona Pemangkalan Nelayan
LN-JBH : Subzona Jalan Bebas Hambatan
AP-ALKI : Alur Laut Kepulauan Indonesia
AP-PI : Alur Pelayaran Internasional
AP-PN : Alur Pelayaran Nasional
AP-PR : Alur Pelayaran Regional
AP-PL : Alur Pelayaran Lokal
AP-TSS : Traffic Separation Scheme
PT-P : Subzona Pelagis
PT-PD : Subzona Pelagis dan Demersal
PL-DLK : Subzona DLKR dan DLKP
PL-WKO : Subzona WKOPP
PP : Zona Pendaratan Pesawat
BU-OBU : Subzona Operasi Bandar Udara
BU-KP : Subzona Keselamatan Operasional Penerbangan
GR-R : Subzona Garam Rakyat
HM : Zona Hutan Mangrove
TN : Taman Nasional
THR : Taman Hutan Raya
KKP : Kawasan Konservasi Perairan
KKM : Kawasan Konservasi Maritim
KSNT : Kawasan Strategis Nasional Tertentu
KSN : Kawasan Strategis Nasional
SARBAGITA : KSN Kawasan Perkotaan Sarbagita
DLM : Daerah Latihan Militer
DT : Daerah Terbatas
APK-GM : Alur Pipa Minyak dan Gas
APK-KL : Alur Kabel Listrik
APK-KT : Alur Kabel Telekomunikasi
AMB-MP : Alur Migrasi Penyu
AMB-MM : Alur Migrasi Mamalia Laut
KS : Kawasan Suci Laut
GUBERNUR BALI,
WAYAN KOSTER
LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR …. TAHUN …. TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI BALI TAHUN 2020-2040
INDIKASI PROGRAM RZWP-3-K PROVINSI BALI TAHUN 2020-2040
No Program Utama Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana
TAHAP I (Tahun ke)
TAHAP II (Tahun ke)
TAHAP III (Tahun ke)
TAHAP IV (Tahun ke)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
A KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
1 Zona Pariwisata
1.1 Penataan daya tarik wisata pantai 35 kawasan pantai
di 22 kecamatan
APBD Prov,
APBD Kab/ Kota
Dispar,
Pemkab, Pemkot
1.2 Pengembangan fasilitas daya
tarik wisata pantai
35 kawasan pantai
di 22 kecamatan
APBD Prov,
APBD Kab/
Kota, Badan Usaha,
Masyarakat
Dispar,
Pemkab,
Pemkot, Badan Usaha,
Masyarakat
1.3 Pengendalian pencemaran
dan/atau kerusakan
lingkungan pantai
35 kawasan pantai
di 22 kecamatan
APBD Prov,
APBD Kab/
Kota, Badan Usaha,
Masyarakat
DLHK, Pemkab,
Pemkot,
Badan Usaha, Masyarakat
1.4 Pengembangan aksesibilitas
wisata pantai
35 kawasan pantai
di 22 kecamatan
APBD Prov,
APBD Kab/
Kota
DPUPR-PKP,
Pemkab,
Pemkot,
1.5 Pengembangan wisata alam
bawah laut berdaya saing dan berkelanjutan
7 lokasi di 6 kecamatan APBD Prov,
Badan Usaha
Dispar, DKP,
Badan Usaha
1.6 Pengembangan fasilitas
keamanan dan keselamatan
wisata olahraga air
17 lokasi di 9 kecamatan APBD Prov,
Badan Usaha
Dispar, BPBD,
Badan Usaha
No Program Utama Lokasi Sumber Dana Instansi
Pelaksana
TAHAP I (Tahun ke)
TAHAP II (Tahun ke)
TAHAP III (Tahun ke)
TAHAP IV (Tahun ke)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
2 Zona Perikanan Budidaya
2.1 Perlindungan dan
pemberdayaan pembudidaya
ikan kecil
18 lokasi di 8 kecamatan APBD Prov,
APBD Kab
DKP
2.2 Promosi investasi budidaya laut 18 lokasi di 8 kecamatan APBD Prov DKP, DPM-
PTSP, KKP
2.3 Pengembangan akuabisnis
budidaya laut terpadu
18 lokasi di 8 kecamatan APBD Prov,
APBN, Badan Usaha
DKP, KKP,
Badan Usaha
2.4 Pengendalian pencemaran perairan
18 lokasi di 8 kecamatan
APBD Prov, Badan
Usaha
DKP, DLHK, Badan
Usaha,
Masyarakat
3 Zona Perikanan Tangkap
3.1 Perlindungan dan pemberdayaan nelayan keci
34 kecamatan APBN, APBD Prov, APBD Kab/ Kota
KKP, DKP, Pemkab, Pemkot
3.2 Diversifikasi dan pengembangan alat penangkapan ikan ramah
lingkungan
34 kecamatan APBN, APBD Prov, APBD
Kab/ Kota
KKP, DKP, Pemkab,
Pemkot
3.3 Peningkatan kemampuan
armada penangkapan ikan
34 kecamatan APBD Prov,
APBD Kab/ Kota, APBN
DKP, Pemkab,
Pemkot, KKP
3.4 Pengembangan sarana perbekalan dan logistik
perikanan tangkap
34 kecamatan APBD Prov, APBD Kab/
Kota, APBN
DKP, Pemkab, Pemkot, KKP
3.5 Peningkatan sarana pelabuhan perikanan
1 PPN, 2 PPI APBD Prov, APBN
DKP, KKP
3.6 Pembangunan pelabuhan
perikanan
6 PPI APBD Prov,
APBN
DKP, KKP
No Program Utama Lokasi Sumber Dana Instansi
Pelaksana
TAHAP I (Tahun ke)
TAHAP II (Tahun ke)
TAHAP III (Tahun ke)
TAHAP IV (Tahun ke)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
3.7 Adaptasi terhadap perubahan
iklim di bidang perikanan
tangkap
34 kecamatan APBD Prov,
APBD Kab/
Kota
DKP, Pemkab,
Pemkot
3.8 Pengawasan sumberdaya
kelautan dan perikanan
34 kecamatan APBD Prov,
APBN
DKP, KKP,
Masyarakat
4
Zona Pelabuhan
4.1 Pengembangan dan
pemeliharaan fasilitas pokok
dan fasilitas penunjang pelabuhan utama
1 Pelabuhan (Pelabuhan
Benoa)
APBN, BUMN Kemenhub,
BUMN
4.2 Pengembangan dan
pemeliharaan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
pelabuhan pengumpul
3 Pelabuhan (Pelabuhan
Celukan Bawang, Padangbai, Tanah
Ampo)
APBN, BUMN Kemenhub,
BUMN
4.3 Pengembangan dan
pemeliharaan fasilitas
pelabuhan pengumpan
regional
3 Pelabuhan
(Pelabuhan
Gilimanuk, Sangsit,
Nusa Penida)
APBN
(Sumber
Pendanaan
APBD)
Kemenhub
4.4 Penyusunan Rencana Induk
Pelabuhan serta Rencana
DLKR- DLKP
20 Pelabuhan
(Banyuwedang,
Brombong, Labuhan
Lalang, Lovina,
Pegametan, Pemaron,
Penuktukan, Kedonganan, Tanjung
Benoa, Sanur, Serangan,
Pengambengan, Kubu,
Manggis, Labuhan Amed,
Bias Munjul, Kusamba,
Buyuk, Nusa Lembongan dan Mentigi
APBN, APBD
Prov, APBD
kab/ kota
Dishub,
Pemkab,
Pemkot
No Program Utama Lokasi Sumber Dana Instansi
Pelaksana
TAHAP I (Tahun ke)
TAHAP II (Tahun ke)
TAHAP III (Tahun ke)
TAHAP IV (Tahun ke)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
4.5 Penetapan lokasi pelabuhan 20 Pelabuhan
(Banyuwedang,
Brombong, Labuhan
Lalang, Lovina,
Pegametan, Pemaron, Penuktukan,
Kedonganan, Tanjung
Benoa, Sanur, Serangan,
Pengambengan, Kubu,
Manggis, Labuhan Amed, Bias Munjul,
Kusamba, Buyuk, Nusa
Lembongan dan Mentigi
APBD Prov,
APBD kab/
kota, APBN
(Sumber
Pendanaan APBD)
Dishub,
Pemkab,
Pemkot,
Kemenhub
4.6 Penetapan DLKR-DLKP
Pelabuhan Pengumpul
3 Pelabuhan (Pelabuhan
Celukan Bawang, Padangbai, Tanah
Ampo)
APBN Kemenhub
4.7 Penetapan DLKR-DLKP
Pelabuhan Pengumpan Regional
3 Pelabuhan
(Pelabuhan
Gilimanuk, Sangsit, Nusa Penida)
APBD Prov Dishub
4.8 Penetapan DLKR-DLKP
Pelabuhan Pengumpan Lokal
20 Pelabuhan
(Banyuwedang,
Brombong, Labuhan
Lalang, Lovina,
Pegametan, Pemaron,
Penuktukan, Kedonganan, Tanjung
Benoa, Sanur, Serangan,
Pengambengan, Kubu,
Manggis, Labuhan
Amed, Bias Munjul,
Kusamba, Buyuk, Nusa Lembongan dan Mentigi
APBD Kab/
Kota
Pemkab,
Pemkot
No Program Utama Lokasi Sumber Dana Instansi
Pelaksana
TAHAP I (Tahun ke)
TAHAP II (Tahun ke)
TAHAP III (Tahun ke)
TAHAP IV (Tahun ke)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
4.9 Pembangunan pelabuhan 20 Pelabuhan
Pengumpan Lokal
(Banyuwedang,
Brombong, Labuhan
Lalang, Lovina, Pegametan, Pemaron,
Penuktukan,
Kedonganan, Tanjung
Benoa, Sanur, Serangan,
Pengambengan, Kubu, Manggis, Labuhan
Amed, Bias Munjul,
Kusamba, Buyuk, Nusa
Lembongan dan Mentigi
APBD Prov,
APBD kab/
kota, APBN
Dishub,
Pemkab,
Pemkot,
Kemenhub
4.10 Pengembangan dan pemeliharaan
fasilitas pokok dan fasilitas penunjang pelabuhan
pengumpan
lokal
20 Pelabuhan (Banyuwedang, Brombong, Labuhan Lalang, Lovina, Pegametan, Pemaron, Penuktukan,
Kedonganan, Tanjung
Benoa, Sanur,
Serangan,
Pengambengan, Kubu,
Manggis, Labuhan Amed, Bias Munjul,
Kusamba, Buyuk, Nusa
Lembongan dan Mentigi
APBD Prov,
APBD kab/ kota, APBN
Dishub, Pemkab, Pemkot, Kemenhub
4.11 Penetapan lokasi dan
pengoperasian wilayah tertentu
di perairan yang berfungsi
sebagai pelabuhan
2 lokasi
(Kampung
Toyapakeh,
Tanjung
Sangiang)
APBD Kab,
APBN
Pemkab,
Kemenhub
4.12 Penetapan WKOPP 8 PPI (Air Kuning, Yeh Sumbul, Kedonganan,
Tanjung Benoa,
Serangan,
Batununggul,
Kusamba, Amed)
APBD Prov DKP
No Program Utama Lokasi Sumber Dana Instansi
Pelaksana
TAHAP I (Tahun ke)
TAHAP II (Tahun ke)
TAHAP III (Tahun ke)
TAHAP IV (Tahun ke)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
5 Zona Pendaratan Pesawat
5.1 Pembangunan sarana dan
prasarana pendaratan
pesawat terbang
1 lokasi (Goris) APBN, Badan
Usaha
Kemenhub,
Badan Usaha
6 Zona Bandar Udara
6.1 Perencanaan reklamasi 1 lokasi (Tuban) BUMN BUMN
6.2 Perizinan lokasi perairan dan
lokasi reklamasi
1 lokasi (Tuban) APBN, BUMN KKP, KLHK,
BUMN
6.3 Pelaksanaan reklamasi 1 lokasi (Tuban) APBN, BUMN BUMN
6.4 Mitigasi dampak lingkungan 1 lokasi (Tuban) APBN, BUMN KKP, KLHK,
KEMEN-PUPR, DKP, BUMN
7 Zona Pergaraman
7.1 Perlindungan dan
pemberdayaan pengerajin
garam tradisional
1 lokasi
(Gumbrih-
Pengeragoan)
APBD Prov DKP
8 Zona Hutan Mangrove
8.1 Pengembangan wisata alam
mangrove berbasis masyarakat
1 lokasi (Pejarakan dan
Sumberkima)
APBD Prov,
APBD Kab,
Masyarakat
Dispar, Pemkab,,
Masyarakat
8.2 Pemberdayaan masyarakat di
bidang pengusahaan wisata alam mangrove
1 lokasi (Pejarakan dan
Sumberkima)
APBD Prov,
APBD Kab, Masyarakat,
LSM
Dispar,
Pemkab, Masyarakat,
LSM
No Program Utama Lokasi Sumber Dana Instansi
Pelaksana
TAHAP I (Tahun ke)
TAHAP II (Tahun ke)
TAHAP III (Tahun ke)
TAHAP IV (Tahun ke)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
8.3 Rehabilitasi mangrove 1 lokasi (Pejarakan dan
Sumberkima)
APBD Prov,
Masyarakat,
LSM
DKP, Dishut,
Masyarakat,
LSM
9 Zona Pertambangan
9.1 Pelaksanaan
pengawasan
pengusahaan pasir laut
2 lokasi (Selat Bali dan
Samudera Hindia)
APBN KKP
9.2 Mitigasi dampak lingkungan
akibat penambangan pasir
2 lokasi (Selat Bali dan
Samudera Hindia)
APBD Prov,
APBN, Badan
Usaha
Disnaker-
ESDM, DLHK,
KKP, Badan
Usaha
10 Zona Energi
10.1 Pencegahan dan
penanggulangan pencemaran perairan akibat operasional
pelabuhan batubara dan
operasional PLTU
1 lokasi (Celukan
Bawang)
APBD Prov,
Badan Usaha
DLHK, Badan
Usaha
11 Zona Pemanfaatan Lainnya
11.1 Desiminasi hasil litbang
kelautan dan perikanan
2 lokasi (Gondol, Tigaron) APBN KKP
11.2 Pemberdayaan masyarakat
sekitar lokasi litbang
2 lokasi (Gondol, Tigaron) APBN KKP
11.3 Pengembangan Sarana
pemangkalan nelayan
34 kecamatan APBD Prov,
APBD
kab/kota, Masyarakat
DKP, Pemkab,
Pemkot,
Masyarakat
No Program Utama Lokasi Sumber Dana Instansi
Pelaksana
TAHAP I (Tahun ke)
TAHAP II (Tahun ke)
TAHAP III (Tahun ke)
TAHAP IV (Tahun ke)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
11.4 Rehabilitasi ekosistem di sekitar
jalan bebas hambatan
1 Lokasi (Teluk Benoa) APBD Prov DLHK, DKP
B RENCANA KAWASAN KONSERVASI
1 Kawasan Konservasi Perairan
1.1 Pencadangan KKP 1 KKP (Bali Selatan : Kab.
Badung dan Kota
Denpasar)
APBD Prov DKP, Biro
Hukum
1.2 Penyusunan Rencana
Pengelolaan dan Zonasi KKP
3 KKP (Melaya, KKP
Perancak, KKP Bali Selatan)
APBD Prov,
LSM, PT
DKP, LSM, PT
1.3 Penetapan KKP 5 KKP (KKP Kab.
Karangasem, KKP Kab.
Buleleng, KKP Melaya,
KKP Perancak, KKP Bali
Selatan
APBD Prov,
APBN
DKP, Biro
Hukum, KKP
1.4 Penataan Batas KKP 5 KKP (KKP Kab.
Karangasem, KKP Kab.
Buleleng, KKP Melaya,
KKP Perancak, KKP Bali
Selatan
APBD Prov,
APBN
DKP, KKP
1.5 Penguatan kelembagaan
KKP
6 KKP (KKP Nusa Penida,
KKP Kab. Karangasem, KKP Kab. Buleleng, KKP
Melaya, KKP Perancak,
KKP Bali Selatan
APBD Prov,
APBN
DKP, KKP
1.6 Penguatan pengelolaan
sumber daya KKP
6 KKP (KKP Nusa Penida,
KKP Kab. Karangasem,
KKP Kab. Buleleng, KKP Melaya, KKP Perancak,
KKP Bali Selatan
APBD Prov,
APBN, LSM,
Badan Usaha
DKP, KKP, LSM,
Badan Usaha
No Program Utama Lokasi Sumber Dana Instansi
Pelaksana
TAHAP I (Tahun ke)
TAHAP II (Tahun ke)
TAHAP III (Tahun ke)
TAHAP IV (Tahun ke)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1.7 Penguatan sosial, ekonomi
dan budaya
6 KKP (KKP Nusa Penida,
KKP Kab. Karangasem,
KKP Kab. Buleleng, KKP
Melaya, KKP Perancak,
KKP Bali Selatan
APBD Prov,
APBN, LSM,
Badan Usaha
DKP, KKP, LSM,
Badan Usaha
2 Kawasan Konservasi Maritim
2.1 Penyusunan dan penetapan
rencana pengelolaan dan peraturan zonasi KKM
1 Lokasi (KKM Teluk
Benoa)
APBD Prov DKP, Biro
Hukum
2.2 Penataan batas serta sosialisasi 1 Lokasi (KKM Teluk
Benoa)
APBD Prov DKP
2.3 Pemantapan pengelolaan KKM 1 Lokasi KKM (KKM Teluk
Benoa)
APBD Prov,
LSM, PT,
Masyarakat
DKP, LSM, PT,
Masyarakat
2.4 Peningkatan sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat
sekitar KKM
1 Lokasi KKM (KKM Teluk
Benoa)
APBD Prov,
LSM, PT,
Masyarakat
DKP, LSM, PT,
Masyarakat
C KAWASAN STRATEGIS
1 Kawasan Strategis Nasional Tertentu
1 Perencanaan KSNT 1 lokasi (Nusa Penida) APBN KKP
2 Pemberdayaan masyarakat di
KSNT
1 lokasi (Nusa Penida) APBN KKP
3 Pembangunan infrastruktur di
KSNT
1 lokasi (Nusa Penida) APBN KemenPUPR,
Kemenhub
4 Pelestarian lingkungan hidup di
KSNT
1 lokasi (Nusa Penida) APBN KLHK, KKP
5 Pengawasan dan perlindungan di
KSNT
1 lokasi (Nusa Penida) APBN TNI AL
2 Kawasan Strategis Nasional
2.1 KSN Kawasan Perkotaan Sarbagita
No Program Utama Lokasi Sumber Dana Instansi
Pelaksana
TAHAP I (Tahun ke)
TAHAP II (Tahun ke)
TAHAP III (Tahun ke)
TAHAP IV (Tahun ke)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Perencanaan KSN 1 Kawasan (Denpasar,
Badung, Gianyar,
Tabanan)
APBN KKP
2 Pemantapan pengelolaan KSN 1 Kawasan (Denpasar,
Badung, Gianyar,
Tabanan)
APBN Kementerian/
Lembaga
2.2 Daerah Latihan Militer
1 Pengembangan komunikasi
dan informasi kegiatan
latihan militer
1 lokasi (Kab. Buleleng) APBN TNI AL
2.3 Daerah Terbatas
1 Pengembangan komunikasi
dan informasi daerah
terbatas
2 lokasi
(Candikusuma,
Gilimanuk)
APBN, TNI AL
D ALUR LAUT
1 Alur Pelayaran
1.1 Pengawasan pelaksanaan Hak
Lintas Alur Laut Kepulauan oleh kapal asing
1 lokasi (Selat Lombok) APBN Mabes TNI dan
TNI AL
1.2 Penyelenggaraan alur pelayaran
meliputi perencanaan,
pembangunan, pengoperasian,
pemeliharaan, dan pengawasan
4 lokasi (Selat Bali,
Laut Bali, Selat
Lombok, Selat Badung)
APBN Kemenhub
1.3 Pengembangan sarana bantu
navigasi pelayaran
4 lokasi (Selat Bali, Laut
Bali, Selat Lombok, Selat
Badung)
APBN Kemenhub
2 Alur Pipa dan Kabel Bawah Laut
2.1 Pengamanan instalasi pipa
bawah laut
1 lokasi (Teluk Benoa) BUMN Pertamina
2.2 Pengamanan instalasi kabel
listrik bawah laut
2 lokasi (Selat Bali, Selat
Badung)
BUMN PLN
No Program Utama Lokasi Sumber Dana Instansi
Pelaksana
TAHAP I (Tahun ke)
TAHAP II (Tahun ke)
TAHAP III (Tahun ke)
TAHAP IV (Tahun ke)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
2.3 Pengamanan instalasi
kabel telekomunikasi
bawah laut
3 Lokasi (Selat Bali, Selat
Badung, Laut Bali)
APBN, BUMN,
Badan Usaha
Kemenkominfo,
BUMN, Badan
Usaha
3
Alur Migrasi Biota
3.1 Perlindungan alur migrasi biota 4 lokasi (Selat Bali, Laut
Bali, Selat Lombok, Samudera Hindia)
APBN, APBD
Prov, LSM
KKP, DKP, LSM
E KAWASAN SUCI LAUT
2.1 Perencanaan pengelolaan calon
Kawasan Suci Laut
8 Lokasi Kawasan Suci
Laut
APBD Prov DKP
2.2 Pengawasan dan Pengendalian
Pemanfaatan Kawasan Suci Laut
8 Lokasi Kawasan Suci
Laut
APBD Prov,
APBD Kab
DKP, DISBUD,
Pemkab/Pemkot, Masyarakat
2.3 Perlindungan Kawasan Suci Laut 8 Lokasi Kawasan Suci
Laut
APBD Prov,
APBD Kab
DKP, DISBUD,
Pemkab/ Pemkot,
Masyarakat
2.4 Peningkatan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar
Kawasan Suci Laut
8 Lokasi Kawasan Suci Laut
APBD Prov, APBD Kab
DKP, Pemkab/
Pemkot
GUBERNUR BALI,
WAYAN KOSTER