green constitution

9
PERAN HUKUM DALAM DINAMIKA PEMBANGUNAN NASIONAL DIKAITKAN DENGAN TEORI HUKUM PEMBANGUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PEMBANGUNAN Oleh: Rizqi Bangun Lestari Sejak sebelum memperoleh kemerdekaannya, Begitu banyak masyarakat Indonesia yang menyuarakan pembangunan. Berbagai usaha pemerintah untuk melakukan pembangunan nasional di berbagai sektor dilakukan demi memajukan kesejahteraan umum sebagai tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Indonesia sebagai negara berkembang memang memerlukan pembangunan yang progresif dan responsif untuk mengejar ketertinggalannya dari negara maju. Hal tersebut maklum mengingat sejarah Bangsa Indonesia yang dijajah oleh Pemerintah Kolonial selama lebih dari 3,5 abad lamanya. Pergantian Kultur setelah Indonesia merdeka memaksa pemerintah serta rakyat untuk melakukan suatu langkah yang mandiri sehingga dapat meninggalkan pribadi “orang jajahan”. Dikarenakan Setiap negara yang merdeka dan berdaulat harus mempunyai suatu hukum Nasional yang baik dalam bidnag kepidanaan maupun bidang keperdataan, mencerminkan kepribadian jiwa dan pandangan hidup bangsanya. 1 Lalu sampai sejauh manakan peran hukum dalam pembangunan nasional? Pembangunan hukum nasional merupakan keniscayaan yang mesti diterima oleh Bangsa Indonesia, karena kondisinya sebagai negara yang memiliki tingkat kemajemukan masyarakat yang sangat tinggi dan pluralitas sosial yang kompleks. 2 Kondisi kemajemukan dan masyarakat yang pluralis tersubsitusi dalam ideologi kenegaraan, atau filsafat hukum bangsa Indonesia yaitu Pancasila. 1 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,1989, Hlm.135 2 Damang, negarahukum.com, diunduh pada tanggal 22 Mei 2014

Upload: rizqi-bangun-lestari

Post on 27-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hukum lingkungan

TRANSCRIPT

Page 1: green constitution

PERAN HUKUM DALAM DINAMIKA PEMBANGUNAN NASIONAL

DIKAITKAN DENGAN TEORI HUKUM PEMBANGUNAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PEMBANGUNAN

Oleh: Rizqi Bangun Lestari

Sejak sebelum memperoleh kemerdekaannya, Begitu banyak masyarakat

Indonesia yang menyuarakan pembangunan. Berbagai usaha pemerintah untuk

melakukan pembangunan nasional di berbagai sektor dilakukan demi memajukan

kesejahteraan umum sebagai tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Indonesia

sebagai negara berkembang memang memerlukan pembangunan yang progresif

dan responsif untuk mengejar ketertinggalannya dari negara maju. Hal tersebut

maklum mengingat sejarah Bangsa Indonesia yang dijajah oleh Pemerintah

Kolonial selama lebih dari 3,5 abad lamanya. Pergantian Kultur setelah Indonesia

merdeka memaksa pemerintah serta rakyat untuk melakukan suatu langkah yang

mandiri sehingga dapat meninggalkan pribadi “orang jajahan”. Dikarenakan

Setiap negara yang merdeka dan berdaulat harus mempunyai suatu hukum

Nasional yang baik dalam bidnag kepidanaan maupun bidang keperdataan,

mencerminkan kepribadian jiwa dan pandangan hidup bangsanya.1 Lalu sampai

sejauh manakan peran hukum dalam pembangunan nasional?

Pembangunan hukum nasional merupakan keniscayaan yang mesti

diterima oleh Bangsa Indonesia, karena kondisinya sebagai negara yang memiliki

tingkat kemajemukan masyarakat yang sangat tinggi dan pluralitas sosial yang

kompleks.2 Kondisi kemajemukan dan masyarakat yang pluralis tersubsitusi

dalam ideologi kenegaraan, atau filsafat hukum bangsa Indonesia yaitu Pancasila.

1 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,Jakarta: Balai

Pustaka,1989, Hlm.135 2 Damang, negarahukum.com, diunduh pada tanggal 22 Mei 2014

Page 2: green constitution

Pancasila merupakan sendi keserasian hukum sehingga terbukti bahwa benih

keserasian tersebut terdapat dalam silanya.3

Menurut Mochtar, semua masyarakat yang sedang membangun selalu

dicirikan oleh perubahan dan hukum berfungsi agar dapat menjamin bahwa

perubahan itu terjadi secara teratur yang dapat dibantu oleh perundnag-undangan

atau keputusan pengadilan atau kombinasi keduanya. Hukum menjadi suatu

sarana (alat) yang tidak dapat dibaikan dalam proses pembangunan. Hukum yang

baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (The Living Law)

dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari

nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat itu.4

Dalam hubungan dengan fungsi hukum yang telah dikemukakannya,

Mochtar Kusumaatmadja memberikan definisi hukum dalam pengertian yang

lebih luas, tidak saja merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang

mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, melainkan meliputi pula

lembaga-lembaga (institution) dan proses-proses (processes) yang mewujudkan

berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan.5

Konsep hukum sebagai alat pembaharuan dan pembangunan dalam

masyarakat berasal dari Roscoe Pound dalam bukunya yang terkenal “An

Introduction to the philosophy of Law (1954). Dengan disesuaikan dengan situasi

dan kondisi di Indonesi, konsepsi “Law as a tool of Social Engineering” yang

merupakan inti pemikiran dari aliran Pragmatic Legal Realism itu, oleh Mochtar

Kusumaatmadja kemudian dikembangkan di indonesia melalui Fakultas Hukum

Universitas Padjadjaran.6

3 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Renungan tentang Filsafat Hukum,

Jakarta: CV.Rajawali, 1978,Hlm.81 4 Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif, Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum

Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, Jakarta: Genta Publishing,2012,hlm, 65-66 5 Mochtar Kusumaatmadja, Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan

Nasional, Bandung: Binacipta 1986, hlm. 11. 6 Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Bandung: Mandar

Maju,2002, hlm.73.

Page 3: green constitution

Dikaji dari perspektif sejarahnya maka sekitar tahun tujuh puluhan lahir

Teori Hukum Pembangunan dan elaborasinya bukanlah dimaksudkan

penggagasnya sebagai sebuah “teori” melainkan “konsep” pembinaan hukum

yang dimodifikasi dan diadaptasi dari teori Roscoe Pound “Law as a tool of social

engineering” yang berkembang di Amerika Serikat. Apabila dijabarkan lebih

lanjut maka secara teoritis Teori Hukum Pembangunan dari Prof. Dr. Mochtar

Kusumaatmadja, S.H., LL.M. dipengaruhi cara berpikir dari Herold D. Laswell

dan Myres S. Mc Dougal (Policy Approach) ditambah dengan teori Hukum dari

Roscoe Pound (minus konsepsi mekanisnya). Mochtar mengolah semua masukan

tersebut dan menyesuaikannya pada kondisi Indonesia.7

Lebih jauh, Mochtar berpendapat bahwa pengertian hukum sebagai sarana

lebih luas dari hukum sebagai alat karena:

1. Di Indonesia peranan perundang-undangan dalam proses pembaharuan

hukum lebih menonjol, misalnya juka dibandingkan dnegan Amerika

Serikat yang menempatkan yurisprudensi (khususnya putusan the

Suptreme Court) pada tempat lebih penting.

2. Konsep hukum sebagai “alat” akan megakibatkan hasil yang tidak jauh

berbeda dengan penerapan “legisme” sebagaimana pernah diadakan pada

zaman Hindia Belanda, dan di Indonesia ada sikap yang menunjukkan

kepekaan masyarakat untuk menolak penerapan konsep seperti itu.

3. Apabila hukum disini termasuk juga hukum internasional, maka konsep

hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat sudah diterapkan jauh

sebelum konsep ini diterima secara resmi sebagai landasan kebijakan

hukum nasional.8

Lebih detail maka Mochtar Kusumaatmadja mengatakan, bahwa:

“Hukum merupakan suatu alat untuk memelihara ketertiban dalam

masyarakat. Mengingat fungsinya sifat hukum, pada dasarnya adalah

7 Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Ke-Indonesiaan, Jakarta:

CV Utomo, 2006, hlm. 411 8 Ibid, hlm.415

Page 4: green constitution

konservatif artinya, hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang

telah tercapai. Fungsi demikian diperlukan dalam setiap masyarakat,

termasuk masyarakat yang sedang membangun, karena di sini pun ada

hasil-hasil yang harus dipelihara, dilindungi dan diamankan. Akan tetapi,

masyarakat yang sedang membangun, yang dalam difinisi kita berarti

masyarakat yang sedang berubah cepat, hukum tidak cukup memiliki

memiliki fungsi demikian saja. Ia juga harus dapat membantu proses

perubahan masyarakat itu. Pandangan yang kolot tentang hukum yang

menitikberatkan fungsi pemeliharaan ketertiban dalam arti statis, dan

menekankan sifat konservatif dari hukum, menganggap bahwa hukum

tidak dapat memainkan suatu peranan yang berarti dalam proses

pembaharuan.”9

Indonesia seringkali berada dalam masa transisi yaitu sedang terjadi

perubahan nilai-nilai dalam masyarakat dari nilai-nilai yang bersidat tradisional ke

nilai-nilai modern. Transisi ini memperlihatkan bahwa nilai-nilai yang lama

digantikan oleh nilai-nilai yang baru. Teori Hukum Pembangunan amat mewarnai

corak kebijakan pemerintah Orde Baru (program Keluarga Berencana (KB) bisa

disebut sebagai salah satucontoh), kini teori itu bisa dibilang telah diabaikan

pemerintah pasca-Reformasi sekarang ini.Betapa tidak, teori tersebut tidak

dicantumkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengahdan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2009-2014. Selain itu, Teori

Hukum Pembangunan dalam praktik pembentukan hukum dan penegakan hukum

masih mengalami hambatan-hambatan yang dikarenakan sukarnya menentukan

tujuan dari perkembangan hukum (pembaruan), sedikitnya data empiris yang

dapat digunakan untuk mengadakan suatu analisis deskriptif dan prediktif, dan

sukarnya mengadakan ukuran yang objektif untuk mengukur berhasil/tidaknya

usaha pembaharuan hukum. Yang lebih parah lagi, adanya upaya destruktif

pengambil kebijakan yang kerap memanfaatkan celah untuk menggunakan hukum

9 Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan (Kumpulan

Karya Tulis) Bandung: Alumni, 2002, hlm. 14

Page 5: green constitution

sekedar sebagai alat dengan tujuan memperkuat dan mendahulukan kepentingan

kekuasaan daripada kepentingan dan manfaat bagi masyarakat.10

Namun sesuai dengen perkembangan teori hukum di Indonesia, kemudian

dikemukakanlah Teori Hukum Progresif yang dikatakan merupakan hukum yang

pro rakyat dan hukum yang pro keadilan. Dengan asumsi dasar hukum adalah

untuk manusia, maka setiap kali ada masalah dalam dan dengan hukum,

hukumlah yang ditinjau dan diperbaiki bukan manusia yang dipaksakan untuk

dimasukkan ke dalam sistem hukum.

Romli Atmasasmita kemudian mencoba memahami persamaan dan

perbedaan kedua teori tersebut. Titik persamaan yang ditemukan adalah sama-

sama menghendaki agar hukum memiliki peranan jauh ke depan, yaitu

memberikan arah dan dorongan perkembangan masyarakat agar tercapai

masyarakat yang tertib, adil, dan sejahtera. Peranan hukum bukan sekedar sebagai

alat (tools) melainkan harus dipahami sebagai saranan (dinamis) untuk mancapai

kemajuan peradaban manusia.

Perbedaan kedua teori hukum tersebut ada pada tolak pangkal

pemikirannya. Pertama, Mochtar beranjak dari bagaimana memfungsikan hukum

dalam proses pembangunan sosial, sedangkan Satjipto beranjak dari kenyataan

dan pengalaman tidak bekerjanya hukum sebagai suatu sistem perilaku.

Kedua, Mochtar menegaskan bahwa kepastian hukum dalam arti

keteraturan masih harus dipertahankan sebagai pintu masuk menuju ke arah

kepastian hukum dan keadilan, sedangkan Satjipto menyatakan, demi kepentingan

manusia, maka hukum tidak dapat memaksakan ketertiban kepada manusia,

hukum lah yang harus ditinjau kembali dan dijalankan dengan nurani.

Ketiga, bagi Mochtar hukum seyogianya diperankan sebagai sarana

(bukan alat) pembaharuan masyarakat (law as a tool of social engineering), tetapi

Satjipto menegaskan bahwa model pemeranan hukum demikian dikhawatirkan

10

Romli Atmasasmita, Op.Cit, hlm.77

Page 6: green constitution

mengasilkan “dark engineering” jika tidak disertai dengan hati nurani (manusia)

penegak hukumnya.11

Pada dasarnya, secara teoritis Teori Hukum Pembangunan dan Teori

Hukum Progresif mendasarkan pada teori hukum yang sama, yaitu Sociological

Jurisprudence dari Roscoe Pound dan Pragmatic Legal realism dari Eugen Ehlich.

Namun, Teori Hukum Progresif diperkuat dengan pengaruh aliran studi hukum

kritis (critical legal studies) yang cenderung apriori terhadap segala keadaan dan

bersikap anti-foundationalism. Romli Atmasasmita pun memandang hukum dapat

diartikan dan seharusnya juga diartikan sebagai sistem nilai (system of values),

selain hukum merupakan sistem norma (system of norms) sebagaimana

dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmaja dan hukum sebagai sistem perilaku

(system of behavior) sebagaimana dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo. Ketiga

hakikat hukum itulah yang disebut oleh Romli sebagai tripartite character of the

Indonesian legal theory of social and bereucratic engineering. Yaitu rekayasa

birokrasi dan rekayasa masyarakat yang dilandaskan pada sistem norma, sistem

perilaku, dan sistem nilai yang bersumber pada Pancasila sebagai ideologi bangsa

Indonesia. Pandangan itu yang disebut Teori Hukum Integratif.12

Teori Hukum Integratif itu sendiri merupakan perpaduan antara Teori

Hukum Pembangunan dnegan Teori Hukum Progresif dimana hukum berfungsi

sebagai sistem nilai,sistem norma dan sistem perilaku, sehingga ketiga hakikat

hukum disebut sebagai tripartite character og the Indonesian legal theory of

soccial and bereucratic engineering. Yaitu rekayasa birokrasi dan rekayasa

masyarakat yang dilandaskan pada sistem norma, sistem perilaku dan sistem nilai

yang bersumber dari Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.

Olehkarena itu, setiap pembangunan haruslah kembali mengacu kepada

filsafah pancasila, yaitu :

11

Ibid, hlm.89-91 12

Luthfi Widagdo Eddyono, “Integrasi Teori Hukum Pembangunan dan TeoriHukum Progresif”, http://luthfiwe.blogspot.com/2012/06/integrasi-teori-hukum-pembangunan-dan.html, diunduh pada tanggal 22 Mei 2014

Page 7: green constitution

1. pembangunan yang berlandaskan ketuhanan yang Maha Esa,

2. Kerakyatan yang adil dan beradab, dalam arti pembangunan harus

dilakukan secara adil dan merata untuk kepentingan rakyat, serta

haruslah berada, maksudnya adalah pembangunan harus tetap

menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma yang berlaku.

3. pembangunan nasional harus menjunjung tinggi semangat persatuan,

hal ini menjadi tugas yang cukup berat mengingat kultur masyarakat

Indonesia yang Pluralistik.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan. Acuan ini dipakai ketika pembangunan

harus dipimpin oleh pemimpin yang memiliki himah kebijaksanaan

dan keputusan harus dilakukan dengan menggunakan musyawarah

melalui perwakilan, dalam hal ini dewan legislatif.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, berarti bahwa

pembngunan ditujukan untuk seluruh rakyat Indonesia, sehingga harus

diperlakukan secara adil.

Dalam pembangunan itu sendiri, pemerintah menetapkan berbagai

pengaturan hukum yang berlandaskan teori-teori yang sudah dikemukakan diatas,

dapat disebut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional serta Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2007 tentang rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

yang menggantikan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Rencana

Pembangunan Lima Tahunan (Repelita) dalam sistem orde baru.

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. Dalam Lampiran

RPJP disebutkan bahwa:

"Kemajuan ekonomi perlu didukung oleh kemampuan suatu bangsa di

dalam mengembangkan potensi dirinya untuk mewujudkan kemandirian.

Kepentingan utama dalam pembangunan tersebut adalah mempertahankan

kedaulatan perekonomian serta mengurangi ketergantungan ekonomi dari

pengaruh luar, tetapi tetap berdaya saing. Dengan pemahaman itu,

Page 8: green constitution

tantangan utama kemajuan ekonomi adalah mengembangkan aktivitas

perekonomian yang didukung oleh penguasaan dan penerapan teknologi

serta peningkatan produktivitas SDM, mengembangkan kelembagaan

ekonomi yang efisien yang menerapkan praktik-praktik terbaik dan

prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, serta menjamin ketersediaan

kebutuhan dasar dalam negeri."

Maka dari itu, sudah jelas bahwa peranan hukum dalam pembangunan

sudah barang tentu selalu mengikuti arah pembaharuan. Hukum selalu bergerak

dinamis mengikuti perkembangan masyarakat. Hukum sebagai sistem tidak hanya

sebagai regulator, akan tetapi menjalankan fungsi Direktif berupa pengarah dalam

pembangunan, Integratif berupa pembina kesatuan bangsa dan negara dalam

pembangunan nasional, stabilitatif sebagai pemelihara keselarasan, keserasian dan

keseimbangan, serta korektif sebagai acuan dalam mengkoreksi sikap tindak baik

aparatur pemerintah maupun sikap tindak masyarakat dalam proses pembangunan

Page 9: green constitution

DAFTAR PUSTAKA

. Buku:

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,Jakarta: Balai

Pustaka,1989, Hlm.135

Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Bandung: Mandar

Maju,2002

Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Ke-Indonesiaan,

Jakarta: CV Utomo, 2006.

Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan

(Kumpulan Karya Tulis) Bandung: Alumni, 2002

Mochtar Kusumaatmadja, Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan

Nasional, Bandung:Binacipta, 1986.

Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Renungan tentang Filsafat Hukum,

Jakarta: CV.Rajawali, 1978

Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif, Rekonstruksi Terhadap Teori

Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, Jakarta: Genta

Publishing,2012

Artikel:

Damang, negarahukum.com, diunduh pada tanggal 22 Mei 2014

Luthfi Widagdo Eddyono, “Integrasi Teori Hukum Pembangunan dan

TeoriHukum Progresif”, http://luthfiwe.blogspot.com/2012/06/integrasi-

teori-hukum-pembangunan-dan. html, diunduh pada tanggal 22 Mei 2014