golden ratio (rasio emas) · pdf file2 jika disusun secara cermat, maka akan terbentuk barisan...
TRANSCRIPT
1
Golden Ratio (Rasio Emas)
Rasio emas yang juga disebut sebagai proporsi Tuhan, telah diketemukan oleh para
Phytagorean pada tahun 500 SM. Rasio ini memiliki banyak aplikasi menarik dalam
geometri. Rasio emas dapat ditemukan menggunakan barisan Fibonacci, 1, 1, 2, 3, 5, 8, …, an
, dimana an diperoleh dari menjumlahkan dua bilangan sebelumnya. Misal, 1 + 1 = 2, 1 + 2 =
3, 2 + 3 = 5, dan seterusnya. Hasil bagi dari dua bilangan yang berurutan berbentuk
.
Bilangan-bilangan yang terbentuk akan menghasilkan barisan baru, yaitu: 1, 2, 1.5, 1.66…,
1.6, 1.625, 1.61538…, 1.61904…, … . bilangan-bilangan ini mendekati suatu bilangan
desimal yaitu 1.61803…, yang disebut dengan rasio emas, disimbolkan dengan nilainya
adalah √
.
Berikut beberapa hal unik tentang rasio emas.
1. Aesthetics. Suatu persegi panjang emas, karena perbandingan dari panjang dan lebarnya
membentu rasio emas. Persegi panjang ini dianggap oleh orang Yunani sebagai bentuk
yang nyaman dipandang.
Sepanjang garis ini, memperlihatkan bahwa kartu indeksnya berdimensi 3 × 5 dan 5 × 8,
dua pasang bilangan tersebut dalam barisan Fibonacci menghasilkan hasil bagi yang
mendekati nilai .
2. Geometri Fallacy (kesalahan geometri). Jika kita memotong persegi sebagaimana yang
ditunjukkan pada gambar di sebelah kiri dan disusun kembali seperti pada gaambar
persegipanjang sebelah kanan, daerah yang dihasilkan sungguh unik.
Perhatikan hawa bilangan 5, 8, 13, 21 yang terbentuk. Jika bilangan-bilangan dari barisan
Fibonacci diganti dengan 8, 13, 21, 34, masing-masing membentuk hasil yang unik.
Keunikan ini berlanjut terus sepertihalnya pada barisan Fibonacci. Bagaimanapun, jika
keempat bilangan tersebut diganti dengan 1, dan 2 + 1, masing-masing
sangatlah serasi.
3. Tempat-tempat yang unik. Perhatikan bagian dari segitiga Pascal berikut.
2
Jika disusun secara cermat, maka akan terbentuk barisan Fibonacci.
Tiga hal tersebut ada beberapa dari sekian banyak hubungan yang menarik antara rasio
emas dengan bilangan Fibonacci.
STRETEGI 12
Work Backward
Normalnya, untuk memecahkan suatu soal kita akan memulai dari awal dan bekerja maju
hingga mendapatkan jawaban. Untuk kali ini, akan lebih efektif ketika kita memecahkan
suatu masalah dari akhir kemudian bekerja mundur. Berikut ini contoh masalah yang
tepat untuk diselesaikan dengan strategi ini.
Masalah awal
Seorang PKL memiliki sekeranjang apel. Merasa dermawan suatu
hari, ia membagi-bagikan setengah dari apel nya ditambah satu untuk
orang asing pertama yang ia temui, setengah dari apel yang tersisa
ditambah satu untuk orang asing berikutnya yg ia temui, dan setengah
dari apel yang tersisa ditambah satu untuk orang asing ketiga yang ia
temui. Jika penjual memiliki sisa satu untuk dirinya sendiri, Berapa
banyak apel mula-mula yang ia miliki?
PETUNJUK
Strategi Work Backward baik diterapkan ketika:
a. Hasil akhir yang jelas dan bagian awal dari masalah tidak jelas.
b. Masalah berlangsung dari yang kompleks di awal kemudian menjadi sederhana di
akhir.
c. Pendekatan langsung melibatkan persamaan rumit.
d. Masalah melibatkan suatu urutan tindakan berbalik.
PENDAHULUAN
Pada Bab 6, himpunan pecahan telah diperkenalkan untuk menunjukkan bagian-bagian dari
keseluruhan. Dalam bab ini kami memperkenalkan desimal, yang merupakan sistem
penomoran yang mudah untuk pecahan, dan persen, yang merupakan representasi dari
pecahan yang biasa digunakan untuk perdagangan. Kemudian konsep rasio dan proporsi yang
dikembangkan karena pentingnya mereka dalam aplikasi matematika secara menyeluruh.
3
7.1 DESIMAL
Bilangan .1, .10, dan .100 semuanya adalah sama, namun dapat dinyatakan secara
berbeda. Dengan menggunakan Balok Basis Sepuluhan, bilangan .1, .10, dan .100 dapat
ditampilkan sebagai berikut.
Desimal
Desimal digunakan untuk menyatakan pecahan dalam notasi nilai tempat basis 10
yang biasa kita gunakan. Untuk lebih jelasnya, kita dapat melihat pecahan pada gambar 7.1
berikut.
1000 Ribuan
: 10 = 100 Ratusan
: 10 = 10 Puluhan
: 10 = 1 Satuan
: 10 =
Persepuluhan
: 10 =
Perseratusan
: 10 =
Perseribuan
Gambar 7.1
Refleksi dari Penelitian
Siswa sering memiliki kesalahpahaman tentang notasi bilangan desimal. Beberapa siswa
melihat titik desimal sebagai sesuatu yang memisahkan dua bilangan cacah (Greer, 1987)
Standar NCTM
Semua siswa harus memahami struktur nilai tempat dari sistem bilangan basis 10, dapat
menyatakan dan membandingkan bilangan cacah dan desimal.
4
( ) ( ) ( ) ( ) (
) (
) (
)
Bentuk di atas dapat dipandang sebagai 3457.968 =
, dibaca “Tiga ribu
empat ratus lima puluh tujuh dan sembilan ratus enam puluh delapan perseribu”. Kata “dan”
pada kalimat baca tersebut harus digunakan sebagai pemisah pada notasi desimal.
Gambar 7.2 berikut suatu persegi ratusan dapat digunakan untuk menunjukkan
persepuluhan dan perseratusan. Perhatikan bahwa persegi besar (keseluruhan persegi)
mewakili bilangan 1, satu strip vertikal mewakili bilangan 0.1, dan masing-masing persegi
kecil mewakili bilangan 0.01.
Gambar 7.2
Selain dengan persegi satuan dapat juga menggunakan garis bilangan untuk menggambarkan
suatu desimal. Lihat Gambar 7.3 berikut.
Gambar 7.3
Desimal yang telah kita pelajari sejauh ini dinamakan dengan Terminating Decimal
(Desimal Berakhir), karena dapat dituliskan dengan sejumlah angka tidak nol tertentu di
sebelah kanan titik desimal.
Refleksi dari Penelitian
Siswa harus didorong untuk mengekspresikan pecahan desimal dengan bahasa bermakna
(daripada menggunakan "titik"). Hal ini kadang-kadang membantu siswa memecah
bentuk pecahan ke dalam komposisi persepuluh, misalnya, 0,35 akan dibaca tiga
persepuluh ditambah 5/100 bukannya 35/100 (Resnick, Nesher, Leonard, Magone,
Omanson, & Peled, 1989).
TEOREMA
Misalkan
adalah suatu pecahan sederhana. Kemudian
adalah suatu desimal berakhir
jika dan hanya jika b hanya memiliki faktor prima 2 dan/atau 5. ( karena b dapat dijabarkan
dalam bentuk pangkat dari 10).
0,4 atau
4 persepuluhan
0,07 atau
7 perseratusan
5
Desimal Berurut
Desimal berakhir dapat dibandingkan menggunakan persegi ratusan, dengan
menggunakan garis bilangan, dengan membandingkan mereka dalam bentuk pecahan
mereka, atau dengan membandingkan nilai tempat satu per satu dari kiri ke kanan seperti kita
membandingkan bilangan cacah.
Mental Matematika dan Perkiraan
Operasi-operasi pennambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang
melibatkan desimal mirip dengan operasi pada bilangan cacah. Secara khusus, nilai tempat
memiliki peran penting. Sebagai contoh, untuk menemukan jumlah 3.2 + 5.7, Seseorang bisa
menambahkan bilangan cacahnya terlebih dahulu, 3 + 5 = 8, kemudian persepuluh, 0.2 + 0.7
= 0.9, kemudian didapatkan 8.9. Amati bahwa bilangan cacahnya ditambahkan terlebih
dahulu, baru kemudian persepuluh, penambahan dilakukan dari kiri ke kanan. Dalam hal
menemukan jumlah 7.6 + 2.5, orang bisa menambahkan persepuluh pertama, 0.6 + 0.5 = 1.1,
kemudian menggabungkan jumlah ini dengan 7 + 2 = 9 untuk mendapatkan jumlah 9 + 1.1 =
10.1. Dengan demikian, seperti dengan bilangan cacah, desimal dapat ditambahkan dari kiri
ke kanan atau kanan ke kiri.
Refleksi dari Penelitian
Siswa sering mengalami kesulitan memahami kesenilaian antara desimal dan pecahan
(misalnya, bahwa 0,4 adalah sama dengan 2/5). Penelitian telah menemukan bahwa
pemahaman ini dapat ditingkatkan dengan mengajarkan keduanya secara bersamaan
dengan menggunakan desimal dan pecahan untuk menggambarkan situasi yang sama
(Owens, 1990).
Standar NCTM
Siswa harus menggunakan model, patokan, dan bentuk senilai untuk memperkirakan
nilai pecahan.
Refleksi dari Penelitian
Kesalahan siswa mengidentifikasi suatu bilangan missal 0,1814 adalah lebih besar dari
0,3 karena karena 0,1814 memiliki angka yang lebih banyak (Hiabert & Wearne, 1986)
6
7.2 OPERASI PADA DESIMAL
Para peneliti telah menciptakan istilah "perkalian membuat lebih besar" untuk
menggambarkan kesalahpahaman siswa bahwa dalam setiap masalah perkalian, hasil kali
selalu lebih besar dari masing-masing faktor. Situasi bagaimana "Perkalian membuat besar"
tidak terjadi?
Demikian pula, "pembagian membuat lebih kecil" digunakan untuk menggambarkan
kesalahpahaman siswa bahwa dalam masalah pembagian, hasil bagi selalu lebih kecil dari
yang dibagi. Kapan situasi ini tidak berlaku? Diskusikan di mana kesalahpahaman "perkalian
membuat lebih besar, perkalian membuat lebih kecil".
Algoritma Operasi Desimal
Algoritma sederhana untuk desimal, yaitu: penambahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian.
SEPOTONG MATEMATIKA
Notasi Desimal telah berkembang selama bertahun-tahun tanpa kesepakatan universal.
Simak daftar berikut ekspresi desimal untuk pecahan
.
Notasi Tahun Muncul
3 142 1522, Adam Riese (Jerman)
3|142 & 3,142 1579, Francois Fieta (Prancis)
0 1 2 3
3 1 4 2
1585, Simon Stevin (Belanda)
3 · 142 1614, John Napier (Skotlandia)
Sekarang, orang Amerika menggunakan "titik desimal" versi notasi Napier (3.142, di mana
titiknya terletak pada baris), Inggris mempertahankan versi asli (3 · 142, di mana titiknya
terletak di tengah-tengah baris), sedangkan Perancis dan Jerman mempertahankan notasi
"koma desimal" Vieta (3,142). Oleh karena itu, hingga sekarang belum ada kesepakatan
universal tentang pemakaina notasi decimal ini.
TEOREMA
Mengali/Membagi Desimal dengan Pangkat dari 10
Misalkan n suatu desimal dan m suatu bilangan cacah bukan nol. Mengalikan n dengan
10m senilai dengan membentuk bilangan baru dengan memindahkan titik desimal n
sebanyak m angka ke kanan. Membagi n dengan 10m adalah senilai dengan membentuk
bilangan baru dengan memindahkan titik desimal n sebanyak m angka ke kiri.
Mengalikan/membagi dengan pangkat dari 10 dapat digunakan mempermudah mengalikan
suatu desimal. Sebagai contoh, untuk menemukan hasil kali 0.003 × 41,000, kita dapat
mengaalikan 0.003 dengan 1000 (menghasilkan 3) dan kemudian membagi 41,000 dengan
1000 (menghasilkan 41) mka hasil kali 3 × 41 = 123.
7
1. Penambahan
Misal:
a. 3.56 + 7.95
b. 0.0094 + 80.183
SOLUSI: Kita bisa menemukan jumlahnya dengan dua cara: (1) pendekatan pecahan,
dan (2) pendekatan algoritma desimal.
(1) Pendekatan pecahan
(2) Pendekatan desimal
Gambar 7.9
Pendekatan desimal seperti halnya pada penambahan bilangan cacah, mengatur
angka di kolom sesuai dengan nilai-nilai tempatnya dan menjumlahkan angka-
angka dalam setiap kolom, jika selesai bisa dikelompokkan kembali. LIhat
Gambar 7.9
2. Pengurangan
Misal:
a. 14.793 – 8.95
b. 7.56 – 0.0008
SOLUSI: Pada soal seperti ini juga bisa digunakan pendekatan pecahan seperti halnya
pada saat soal penjumlahan. Namun, pada soal pengurangan lebih efektif menggunakan
algoritma pengurangan.
a.
Langkah 1
Luruskan titik
desimal
Langkah 2
Kurangkan seperti
pada bilangan
cacah
Langkah 3
Sisipkan titik desimal
pada jawaban
8
Catatan: Langkah 2 menunjukkan mental desimal, dimana tidak perlu menuliskan titik
desimalnya.
b. Tulis kembali 7.56 sebagai 7.5600
3. Perkalian
Misal: 437.09 × 3.8.
SOLUSI: Mengacu pada perkalian pecahan.
Perkalian Lattice dengan Desimal
Misal: 34.5 × 2.05
Jadi hasilnya adalah 70,725.
Langkah 1: Buat suatu praduga sementara hasil
kali 34,5 × 2,05 ≈ 35 × 2 = 70
Hasil kalinya dalam puluhan.
Langkah 2: Gambarlah Tabel Lattice dan
tuliskan angka-angka pembentuk bilangan,
termasuk titik desimalnya. Posisi titik lurus
dengan dengan angka pembentuknya.
Langkah 3: Tuliskan hasil kalinya ke dalam
Lattice.
Langkah 4: Buat perpanjangan diagonal dari
kanan ke kiri.
Langkah 5: Letakkan titik desimal pada
jawaban. Cara meletakkan titik desimal: Tarik
garis bantu horizoltal ke kiri terhadap yang di
samping, dan garis bantu vertikal ke bawah
terhadap titik yang di atas hingga bertemu pada
suatu titik. Arahkah titik pertemuan tersebut
secara diagonal ke kiri bawah hingga berakhir
pada jawaban.
Tahukah kamu?
Metode Perkalian Lattice
telah digunakan oleh
Sekolah di Iran sejak tahun
1010. Matode ini sering
juga disebut metode “Kisi”
9
4. Pembagian
Misal: 154.63 : 4.7
SOLUSI: Pertama, mari menduka hasil sementara 155 : 5 = 31, tentu hasilnya nanti akan
mendekati 31. Selanjutnya kita menggunakan pecahan untuk membagi.
Perhatikan bahwa pada metode pecahan, kita mengganti bentuk desimal sesungguhnya
menjadi pecehana senilai yang terdiri atas bilangan cacah.
154.63 : 4.7 15463 : 470
Demikian pula, masalah 1546.3 : 47 juga manghasilkan jawaban 32.9 dengan metode
Pendekatan Faktor Hilang. Dengan demikian, sebagaimana contoh ini, berbagai masalah
pembagian pada desimal dapat diganti dengan pembagi bilangan cacah yang senilai.
Teknik ini biasanya digunakan saat melakukan algoritma pembagian desimal yang
panjang.
Berikut penjelasan teknik "memindahkan titik desimal" untuk mendapatkan pembagi
bilangan cacah.
Misal: a dan b adalah suatu desimal
Jika a : b = c , maka a = bc,
Kemudian a . 10n = bc . 10
n = (b . 10
n) c untuk setiap n.
Sedemikian hingga (a . 10n) : (b . 10
n) = c
Dari persamaan terakhir ini menunjukkan bahwa kita dapat mengalikan a dan b (yang
dibagi dan pembagi) dengan pangkatan 10 yang sama untuk membuat pembagi bilangan
cacah. Teknik ini mirip dengan pengurangan dan penjumlahan yang sama kecuali bahwa
pembagian dan perkalian yang terlibat di sini.
NOTASI ILMIAH
Perkalian dan pembagian suatu bilangan yang besar terkadang akan lebih mudah dengan
terlebih dahulu menyatakannya dalam notasi ilmiah. Suatu bilangan dikatakan dalam
notasi ilmiah jika dinyatakan dalam bentuk a x 10n, di mana 1 ≤ a ≤ 10 dan n adalah
bilangan cacah. a disebut mantissa sedangkan n disebut karakteristik dari a x 10n. Tabel
berikut memberikan beberapa contoh dari bilangan yang dinyatakan dalam notasi ilmiah.
10
Berikut contoh permasalahan yang diselesaikan dengan mengubah bilangan menjadi
notasi ilmiah.
DESIMAL BERULANG
Pada contoh sebelumnya telah kita lihat bahwa pecahan dalam bentuk sederhana adalah
pecahan yang penyebutnya adalah 2m
. 5n memiliki representasi decimal berakhir.
Pecahan jenis ini juga dapat dikonversi menjadi desimal menggunakan kalkulator atau
algoritma pembagian bersusun untuk menjadikannya bentuk desimal.
Misal
dapat ditampilkan dalam bentuk desimal sebagai berikut.
Jadi,
Skarang bagaimana jika bilangan
dinyatakan dalam bentuk desimal?
Meskipun dengan kalkulator manghasilkan suatu desimal yang berakhir, yaitu
0,333333333. Hal ini dikarenakan keterbatasan tempilan pada kalkulator, nilai sebenarnya
lebih panjang dari itu. Dengan menggunakan algoritma pembagian bersusun pun, tidak
akan menghasilkan bilangan decimal berakhir, karena sisa pembagiannya selalu 1.
Demikian juga dengan bilangan
. Sebagai pengganti titik-titik, ditulis
dengan garis horisontal di atas repetend (digit yang berulang). Berikut beberapa contoh:
11
Bilangan desimal yang memiliki repetend disebut desimal berulang. Banyaknya digit
yang berulang tersebut dinamakan periode dari desimal tersebut. Misalnya,
mempunyai periode 2 karena digit yang berulang adalah 0 dan 9.
Ketika suatu bilangan cacah dibagi oleh 7, maka sisa yang mungkin adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5,
6. Pada desimal berakhir, digit 0 mungkin juga akan muncul sebagai sisa pembagian (dan
desimal berakhir), atau ketika, sisa bukan nol muncul kembali sebagi sisa pembagian.
Pada kondisi ini, desimal tersebut akan mulai berulang. Perhatikan bahwa sisa hasil bagi
6 muncul sebanyak dua kali, maka desimal tersebut akan mulai berulang tepat pada digit
tersebut. Oleh karena itu
. Demikian pula
, akan mulai berulang tidak
lebih dari sisa ke-13,
akan mulai berulang tidak lebih dari sisa ke-23, dan seterusnya.
Dengan memperhatikan beberapa contoh di mana penyebut memiliki faktor-faktor lain
selain 2 atau 5, pernyataan berikut akan menjadi jelas.
Sebelumnya telah dibahas bahwa mudah untuk mengungkapkan suatu desimal berakhir
sebagai pecahan. Tapi misalkan suatu bilangan memiliki representasi pengulangan,
desimal tak berakhir. Dapatkah kita menemukan representasi pecahan untuk bilangan
tersebut?
Misal kita akan menyatakan decimal sebagai suatu pecahan.
SOLUSI:
Misalkan n = . maka 100n =
Kemudian 100n = 34.343434…
n = 0.343434… -
99n = 34
n =
Cara ini dapat diterapkan untuk sebarang desimal berulang yang tak berakhir, tidak semua
decimal n dikalikan dengan 100. Untuk kasus umum, kita bisa mengalikan decimal berulang
tak berakhir n dengan 10m
, dimana m adalah banyaknyadigit pada repetend. Misal, untuk
menyatakan menjadi bentuk pecahan, andaikan n = dan kalikan keduanya n
dan dengan 103 , karena digit yang berulang adalah mempunyai 3 digit.
Kemudian 103n – n = dari sini kita menemukan hasil
bahwa n =
.
TEOREMA
Pecahan dengan Pengulangan, Representasi Desimal Tak berakhir
Misalkan
suatu pecahan sederhana. Kemudian
memiliki representasi desimal
berulang yang tidak berakhir jika dan hanya jika b memiliki faktor prima selain 2
atau 5.
12
Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram di bawah ini.
Math Morsel
Debugging adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses pemeriksaan suatu
program komputer untuk kesalahan dan kemudian memperbaiki kesalahan. Menurut cerita
dahulu, proses debugging diadopsi oleh Grace Hopper, yang merancang bahasa komputer
COBOL. Ketika salah satu programnya tidak berjalan sebagaimana mestinya, kemudian
ditemukan bahwa salah satu komponen komputer telah tidak berfungsi dikarenakan serangga
(bug) sebenarnya yang ditemukan di antara komponennya. Sejak saat itu, jika suatu program
tidak berjalan seperti yang dirancang semestinya maka dikatakan memiliki "bug" di
dalamnya. Oleh karena itu harus "didebug."
7.3 RASIO DAN PROPORSI
Untuk proyek pembangunannya, Jose perlu untuk memotong beberapa papan menjadi dua
bagian A dan B sehingga bagian A sebesar 1
3 kali bagian B. untuk situasi ini, diskusikan
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Bagian A seberapa besar dari papan tersebut?
2. Bagian B berapa kali besar bagian A?
3. Apa/bagaimana rasio dari bagian A dengan bagian B?
Ulangi untuk dua situasi berikut:
Bagian A sebesar 3
4 kali bagian B; bagian A sebesar
2
5 kali bagian B
TEOREMA
Setiap pecahan mempunyai representasi desimal berulang, dan setiap desimal
berulang memiliki representasi pecahan.
Pecahan
(bentuk sederhana)
Penyebut dengan faktor
hanya 2 dan/atau 5
Penyebut dengan
minimal satu faktornya
bukan bukan 2 atau 5
Desimal
berulang
Desimal berakhir (salah
satu sisanya adalah 0)
Desimal tak brakhir
(repetend-nya bukan 0)
13
Rasio
Konsep rasio muncul di banyak tempat di matematika dan di kehidupan sehari-hari, seperti
ilustrasi contoh berikut.
Contoh 7.19
a. Di Washington School, rasio dari murid dengan guru adalah 17 : 1, dibaca “17 banding
1”.
b. Di Smithville, rasio cewek dengan cowok adalah 3 : 2.
c. Suatu campuran cat memiliki rasio 5 : 3 untuk cat biru dengan cat merah.
d. Rasio centimeter dengan inci adalah 2.54 : 1.
Pada bab ini, bilangan yang digunakan dalam rasio adalah bilangan cacah, pecahan,
atau desimal yang menyatakan pecahan. Dalam bahasa Inggris, kata per berarti “untuk
setiap” dan menyatakan rasio. Contohnya, angka-angka seperti mil per galon (jarak mil
bensin), kilometer per jam (kecepatan), dollar per jam (upah), sen per ons (harga satuan),
orang per mil persegi (kepadatan populasi), dan persen semuanya adalah rasio.
Tidak seperti pecahan, ada hal-hal dari rasio ketika b dapat berupa nol. Contohnya,
rasio dari pria dengan wanita pada permulaan tim basket liga utama dapat dilaporkan sebagai
9 : 0. Bagaimanapun, karena penerapan tersebut jarang terjadi, definisi dari rasio a : b tidak
memuat kasus b = 0.
Rasio mengijinkan kita untuk membandingkan ukuran relatif dari dua kuantitas.
Perbandingan ini dapat dinyatakan dengan simbol rasio a : b atau sebagai hasil bagi a
b .
Hasil bagi muncul secara alami ketika kita menyatakan rasio. Pada contoh 7.19(a), ada 1
17
banyak guru dan murid di Washington School. Pada bagian (b) ada 3
2 banyak cewek dan
cowok di Smithville. Kita juga dapat mengatakan ada 2
3 banyak cowok dan cewek, atau
bahwa rasio dari cowok dengan cewek adalah 2 : 3. Hal ini diilustrasikan pada gambar 7.10.
Gambar 7.10
Refleksi dari Penelitian
Anak-anak memahami efek perubahan manjadi bagian-bagian pada keseluruhan yang
tak terhitung sebelum mereka mulai sekolah, dan pemahaman ini tidak dimanfaatkan
selama 2 tahun berikutnya di sekolah (Irwin, 1996)
DEFINISI
Rasio adalah suatu pasangan terurut dari bilangan, ditulis a : b, dengan b ≠ 0.
14
Perhatikan bahwa ada beberapa rasio yang dapat kita bentuk ketika membandingkan
populasi dari cowok dan cewek di Smithville, misalkan 2 : 3 (cowok dengan cewek), 3 : 2
(cewek dengan cowok), 2 : 5 (cowok dengan anak-anak), 5 : 3 (anak-anak dengan cewek, dan
lainnya. Beberapa rasio memberi suatu perbandingan sebagian dengan sebagian, seperti
Contoh 7.19(c). Pada campuran cat, kita akan menggunakan 5 satuan cat biru dan 3 satuan cat
merah. (Suatu satuan dapat berupa sebarang ukuran – milimeter, sendok teh, cangkir, dan
lainnya) Rasio dapat juga menyatakan perbandingan dari sebagian dengan keseluruhan atau
keseluruhan dengan sebagian. Pada Contoh 7.19(b) rasio cowok (sebagian) dengan anak-
anak (keseluruhan) adalah 2 : 5. Perhatikan bahwa rasio sebagian dengan keseluruhan, 2 : 5,
adalah konsep yang sama dengan pecahan dari anak-anak, yaitu cowok, dinamakan2
5.
Perbandingan dari semua anak-anak dengan cowok dapat dinyatakan dengan rasio
keseluruhan dengan sebagian yaitu 5 : 2, atau sebagai pecahan 5
2.
Pada Contoh 7.19(b), rasio cewek dengan cowok menyatakan hanya ukuran relatif
dari populasi dari cewek dan cowok di Smithville. Itu bisa 30 cewek dan 20 cowok, 300
cewek dan 200 cowok, atau beberapa pasangan bilangan lain dengan rasio yang
ekivalen/sama. Penting untuk dicatat bahwa rasio selalu menyatakan jumlah (banyak) relatif,
daripada mutlak. Pada beberapa penerapan, ini berguna untuk mengetahui rasio mana yang
menyatakan jumlah (banyak) yang relatif sama. Pertimbangkan contoh berikut.
Contoh 7.20
Di kelas 1, rasio dari cewek dengan cowok adalah 8 : 6. Di kelas 2, rasionya adalah 4 : 3.
Misalkan tiap kelas memiliki 28 murid. Apakah rasio-rasio tersebut menyatakan jumlah
(banyak) relatif yang sama?
Solusi. Perhatikan bahwa kelas-kelas dapat dikelompokkan dalam cara-cara berbeda (Gambar
7.11)
Kelas 1: GGGG GGGG GGGG GGGG
BBB BBB BBB BBB Rasio 8 : 6
Kelas 2: GGGG GGGG GGGG GGGG
BBB BBB BBB BBB Rasio 4 : 3
Gambar 7.11
Pengelompokan yang ditunjukkan di Gambar 7.11 tidak mengubah jumlah (banyak)
relatif dari cewek dengan cowok dalam kelompoknya. Kita katakan bahwa di kedua kelas ada
4 cewek untuk setiap 3 cowok. Karena itu kita katakan bahwa, sebagai pasangan terurut, rasio
4 : 3 dan 8 : 6 adalah ekivalen/sama, karena mereka menyatakan jumlah (banyak) relatif yang
sama. Mereka ekivalen dengan rasio 16 : 12.
Dari Contoh 7.20 seharusnya jelas bahwa rasio a : b dan ar : br, dimana r ≠ 0,
menyatakan jumlah (banyak) relatif yang sama. Dengan menggunakan argumen yang sama
dengan yang digunakan oleh pecahan, kita dapat menunjukkan bahwa rasio a : b dan c : d
15
menyatakan jumlah (banyak) relatif yang sama jika dan hanya jika ad = bc. Jadi kita
mempunyai definisi berikut.
Seperti pecahan, definisi ini dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa jika n adalah
suatu bilangan tak nol, maka an a
bn b , atau an : bn = a : b. Di persamaan
a c
b d , a dan d
disebut ekstrim, karena a dan d adalah di posisi ekstrim dari persamaan a : b = c : d,
sedangkan b dan c disebut means. Jadi kesamaan dari rasio menyatakan bahwa dua rasio
adalah sama jika dan hanya jika hasil kali means sama dengan hasil kali ekstrim.
Proporsi
Konsep dari proporsi berguna dalam menyelesaikan masalah yang memuat rasio.
Persamaan 10 5
12 6 adalah proporsi karena
10 5.2 5
12 6.2 6 . Dan juga, persamaan
14 22
21 33 adalah suatu contoh proporsi, karena 14.33 = 21.22. Secara umum,
a c
b d adalah
proporsi jika dan hanya jika ad = bc. Contoh berikut menunjukkan bagaimana proporsi
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari.
Contoh 7.21
Sekolah Adam memesan 3 karton susu coklat untuk setiap 7 murid. Jika ada 581 murid di
sekolah, berapa banyak karton susu coklat yang harus dipesan?
Solusi. Buat proporsi menggunakan rasio dari karton dengan murid. Misalkan n adalah
banyak karton yang belum diketahui. Maka
3 ( ) ( )
7 ( ) 581 ( )
karton n karton
murid murid
Dengan menggunakan sifat perkalian-silang dari rasio, kita peroleh bahwa
3 × 581 = 7 × n
Jadi 3 581
2497
n
Sekolah harus memesan 249 karton susu coklat.
DEFINISI
Proporsi adalah suatu pernyataan bahwa dua rasio yang diketahui adalah sama.
DEFINISI
Kesamaan dari rasio
Misalkan a
b dan
c
d sebarang dua rasio. Maka
a c
b d
jika dan hanya jika ad = bc.
16
Di contoh 7.21, banyaknya karton susu dibandingkan dengan banyaknya murid. Rasio
memuat satuan berbeda ( di sini karton dengan murid) disebut rates. Rates digunakan secara
bersamaan seperti mil per galon, sen per ons, dan lainnya.
Ketika menyelesaikan proporsi seperti pada Contoh 7.21, penting untuk menyusun
rasio secara konsisten sesuai satuan yang berhubungan dengan jumlah (banyak). Pada solusi
kita, rasio 3 : 7 dan n : 581 menyatakan rasio dari karton susu coklat dengan murid di
sekolah. Proporsi berikut dapat juga digunakan.
3( ) 7( )
( ) 581( )
karton rasio murid rasio
n karton sekolah murid sekolah
Di sini pembilang menunjukkan rasio asli. (Perhatikan bahwa proporsi 3 581
7n tidak tepat
untuk menyatakan permasalahan, karena satuan pembilang dan penyebut tidak bersesuaian.)
Secara umum, proporsi berikut adalah ekivalen (dengan kata lain, mempunyai solusi
yang sama). Ini dapat dibuktikan dengan perkalian-silang.
a c a b b d c d
b d c d a c a b
Jadi ada beberapa kemungkinan proporsi yang tepat yang dapat diperoleh ketika
menyamakan rasio.
Refleksi dari Penelitian
Ketika ditanya untuk menyelesaikan macam-macam tugas rasio dan proporsi, murid
mengakui keperluan bilangan bukan bulat dan akan mengembangkan pemahaman dari
konsep perkalian di konsep penambahan rasio dan proporsi. (Lo & Watanabe, 1997)
Standar NCTM
Semua murid harus mengembangkan, menganalisis, dan menjelaskan metode untuk
menyelesaikan masalah yang memuat proporsi seperti penskalaan dan penemuan rasio
ekivalen.
Refleksi dari Penelitian
Murid kelas 6 “kelihatannya mampu meggeneralisasikan penghitungan yang mereka
tahu dengan baik, tetapi mereka mendapatkan kesulitan menggeneralisasi
penghitungan dengan sesuatu yang kurang familier bagi mereka. Di sisi lain, sekolah
menengah murid akan mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang lebih banyak
dengan banyak macam situasi perkalian, termasuk keproporsionalan,variasi invers dan
perpangkatan” (Swafford & Langrall, 2000)
17
7.4 PERSEN
Harga grosir dari jaket yang ditandai naik 40% untuk mendapatkan harga eceran dan harga
eceran kemudian ditandai turun 40% untuk harga jual, apakah harga grosir dan harga jual
sama? Jika tidak, jelaskan mengapa tidak dan tentukan mana yang lebih besar.
Mengubah persen
Persen menyediakan jalan bersama dalam menyatakan pecahan. Kata “persen”
memiliki arti kata Latin yang berarti “per seratus”. Jadi 25 persen berarti 25 per seratus, 25
100,
atau 0.25. Simbol % diguunakan untuk menyatakan persen. Jadi 420% berarti 420
100, 4.20,
atau 420 per seratus. Umumnya, n% menyatakan rasio 100
n.
Karena persen adalah pernyataan alternatif dari pecahan dan desimal, penting untuk
bisa mengubah ke semua tiga bentuk tersebut, seperti pada Gambar 7.12. Karena kita telah
belajar mengubah pecahan ke desimal, dan sebaliknya, ada hanya 4 kasus pengubahan tersisa
untuk dipertimbangkan pada Gambar 7.12.
Gambar 7.12
Kasus 1: Persen ke Pecahan
Gunakan definisi dari persen. Contohnya, 63% = 63
100 dalam arti persen.
Kasus2: Persen ke Desimal
Karena kita tahu bagaimana mengubah pecahan ke desimal, kita dapat menggunakan
kemampuan ini untuk mengubah persen ke pecahan dan kemudian ke desimal. Contohnya,
63% = 63
100 = 0.63 dan 27% =
27
100 = 0.27. Dua contoh ini menyarankan ke jalan pintas
berikut, dengan menghilangkan pengubahan ke pecahan. Dengan kata lain, untuk mengubah
persen secara langsung ke desimal, “hilangkan simbol % dan pindahkan titik desimal dua
tempat ke kiri”. Jadi 31% = 0.31, 213% = 2.31, 0.5% = 0.005, dan lainnya.
Pecahan
Persen Desimal berulang
Standar NCTM
Semua murid harus mengenal dan membangun bentuk ekivalen dari penggunaan
pecahan, desimal, dan persen secara bersamaan.
18
Kasus 3: Desimal ke Persen
Disini kita hanya membalik jalan pintas di kasus 2. Contohnya, 0.83 = 83%, 5.1 = 510%, dan
0.0001 = 0.01% dimana persen diperoleh dari desimal dengan “memindah titik desimal dua
tempat ke kanan dan menulis simbol % di sebelah kanan”.
Kasus 4: Pecahan ke Persen
Beberapa pecahan yang memiliki desimal terakhir dapat diubah ke persen dengan menuliskan
pecahan dengan penyebut 100. Contohnya, 17
100 = 17%,
2
5 =
40
100 = 40%,
3
25 =
12
100 =
12%, dan lainnya. Juga, pecahan dapat diubah ke desimal (menggunakan kalkutator atau
pembagian panjang), dan kemudian kasus 3 dapat diterapkan.
Mental Matematika dan Penghitungan Menggunakan Ekivalensi Pecahan
Karena banyak penggunaan persen secara bersamaan mempunyai ekivalensi pecahan
yang baik sekali, hal ini sering lebih mudah untuk menemukan persen dari suatu bilangan
secara mental, menggunakan pecahan. Dan juga, seperti kasus dengan proporsi, persentase
dari bilangan dapat dihitung dengan memilih pecahan yang cocok.
Contoh 7.27
Temukan persen berikut secara mental, gunakan ekuivalensi pecahan.
Solusi
Menyelesaikan Masalah Persen
Pertanyaan berikut menggambarkan 3 tipe berbeda dari masalah yang memuat persen.
1. Suatu mobil dibeli seharga $13,000 dengan uang muka 20%. Berapa uang mukanya?
Refleksi dari Penelitian
Murid yang bekerja pada masalah desimal yang diberikan secara familier, konteks
setiap hari meningkatkan pengetahuan mereka lebih signifikan daripada yang bekerja
pada masalah non-kontekstual. (Irwin,2001)
Standar NCTM
Semua murid harus bekerja fleksibel dengan pecahan, desimal, dan persen untuk
menyelesaikan masalah..
19
2. Seratus enam puluh dua senior, 90% dari kelas senior, akan mengikuti perjalanan kelas.
Berapa banyak senior di sana?
3. Susan mendapat skor 48 poin dari tes 60 poin. Berapa persen jawabannya yang tepat?
Ada 3 pendekatan untuk menyelesaikan masalah persen seperti 3 masalah terdahulu.
Yang pertama dari 3 pendekatan adalah pendekatan petak dan menyandarkan pada petak 10 ×
10 yang diperkenalkan pada awal bagian ini. Pendekatan ini lebih konkrit dan bertujuan
untuk memahamkan konsep dasar dari persen. Pendekatan bersama yang lain, proporsi dan
persamaan, lebih kuat dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah berjangkauan luas.
Pendekatan Petak
Karena persen berarti per seratus, menyelesaikan masalah untuk menemukan persen yang
hilang dapat divisualisasikan dengan penggunaan petak 10 × 10 yang diperkenalkan pada
awal bagian ini.
Contoh 7.29
Jawab 3 masalah sebelumnya dengan pendekatan petak.
Solusi
1. Suatu mobil dibeli seharga $13,000 dengan uang muka 20%. Berapa uang mukanya?
Misalkan petak pada Gambar 7.14 menyatakan total harga mobil, atau $13,000. Karena
uang mukanya adalah 20%, bayangi 20 dari 100 persegi. Solusi dapat ditemukan dengan
alasan bahwa 100 persegi menyatakan $13,000, maka 1 persegi menyatakan 13,000/100
= $130 dan oleh karena itu 20 persegi menyatakan uang muka 20 × $130 = $2600.
Gambar 7.14
2. Seratus enam puluh dua senior, 90% dari kelas senior, akan mengikuti perjalanan kelas.
Berapa banyak senior di sana?
Misalkan petak pada Gambar 7.15 menyatakan total ukuran kelas. Karena 90% dari
murid akan pergi ke perjalanan kelas, bayangi 90 dari 100 persegi. Alasan yang
digunakan untuk menyeesaikan masalah ini adalah bahwa karena 90 persegi menyatakan
162 murid, maka 1 persegi menyatakan 162/90 = 1.8 murid. Jadi 100 persegi, banyak
keseluruhan, adalah 100 × 1.8 = 180 murid.
Gambar 7.15
3. Susan mendapat skor 48 poin dari tes 60 poin. Berapa persen jawabannya yang tepat?
20
Misalkan petak pada gambar 7.16 menyatakan semua 60 poin pada tes. Dalam kasus ini,
persen tidak deketahui, jadi penentuan berapa banyak persegi yang harus dibayangi
untuk menyatakan skor Susan dari 58 poin menjadi fokus masalahnya. Alasan dengan
petak, itu dapat dilihat bahwa karena 100 persegi menyatakan 60 poin, maka 1 persegi
menyatakan 0.6 poin. Jadi 10 persegi adalah 6 poin dan 80 persegi adalah skor Susan 6 ×
8 = 48 poin. Jadi dia mendapatkan 80% jawaban tepat.
Gambar 7.16
Pendekatan Proporsi
Karena persen dapat dituliskan sebagai rasio, masalah penyelesaian persen mungkin bisa
selesai menggunakan proporsi. Untuk masalah yang memuat persen antara 0 dan 100,
mungkin dapat terbantu untuk berpikir suatu indikator bahan bakar dari kosong (0%) sampai
penuh (100%) (Gambar 7.17)
Gambar 7.17
Contoh 7.30
Jawab 3 masalah sebelumnya dengan pendekatan proporsi.
Solusi
1. Suatu mobil dibeli seharga $13,000 dengan uang muka 20%. Berapa uang mukanya
(Gambar 7.18)?
Gambar 7.18
2. Seratus enam puluh dua senior, 90% dari kelas senior, akan mengikuti perjalanan kelas.
Berapa banyak senior di sana (Gambar 7.19)?
Jadi 20
13,000 100
x , atau
13,000$2600.
5x
21
Gambar 7.19
3. Susan mendapat skor 48 poin dari tes 60 poin. Berapa persen jawabannya yang tepat
(Gambar 7.20)?
Gambar 7.20
Pendekatan Persamaan
Suatu persamaan dapat digunakan untuk menyatakan masing-masing masalah di Contoh 7.30
sebagai berikut:
1. 20% . 13,000 = x
2. 90% . x = 162
3. x% . 60 = 48
Faktanya, banyak masalah persen dapat diselesaikan dengan mudah dengan menyatakan
masalah dalam suatu persamaan dari salah satu dari ketiga bentuk sebelumnya dan kemudian
menyelesaikan persamaannya.
Jadi 162 90
100x , atau
10162 180.
9x
Jadi 48
60 100
x , atau
4100. 80.
5x
Perhatikan bagaimana (1), (2), dan (3) membawa ke perumuman berikut:
100
Sebagian persen
Keseluruhan