gerak refleks vs gerak biasa

4
Perbedaan Gerak Refleks dan Gerak Biasa Gerak Refleks Refleks adalah suatu gerakan yang tidak sengaja dilakukan yang merupakan respon dari system saraf terhadap stimulus. Gerak refleks terdiri dari 5 komponen. Jika satu saja dari 5 komponen ini tak terpenuhi, maka respon refleks terhadap stimulus akan diubah. Komponen tersebut adalah: 1,2,3 - Reseptor Fungsi utamanya adalah mentransduksikan energi lingkungan dan mengubahnya menjadi aksi potensial pada saraf sensori. Sebagai contoh adalah reseptor dari retina mentransduksikan cahaya, pada kulit akan mentransduksikan panas, dingin, tekanan, dan stimulus cutaneous lainnya. - Saraf sensorik (saraf aferen) Saraf ini membawa aksi potensial dari reseptor ke CNS. Saraf ini memasuki medula spinalis dari akar dorsal. - Sinapsis pada CNS - Pada gerak refleks, biasanya ada lebih dari satu sinapsis. Walaupun ada sedikit monosinapsis seperti yang datang dari gelendongan otot.

Upload: trifenafiendy

Post on 15-Apr-2016

80 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Semoga Bermanfaat

TRANSCRIPT

Page 1: Gerak Refleks vs Gerak Biasa

Perbedaan Gerak Refleks dan Gerak Biasa

Gerak Refleks

Refleks adalah suatu gerakan yang tidak sengaja dilakukan yang merupakan respon

dari system saraf terhadap stimulus. Gerak refleks terdiri dari 5 komponen. Jika satu

saja dari 5 komponen ini tak terpenuhi, maka respon refleks terhadap stimulus akan

diubah. Komponen tersebut adalah:1,2,3

- Reseptor

Fungsi utamanya adalah mentransduksikan energi lingkungan dan

mengubahnya  menjadi aksi potensial pada saraf sensori.

Sebagai contoh adalah reseptor dari  retina mentransduksikan cahaya, pada

kulit akan mentransduksikan panas, dingin, tekanan, dan stimulus cutaneous

lainnya.

- Saraf sensorik (saraf aferen)

Saraf ini membawa aksi potensial dari reseptor ke CNS. Saraf ini memasuki

medula spinalis dari akar dorsal.

- Sinapsis pada CNS

- Pada gerak refleks, biasanya ada lebih dari satu sinapsis. Walaupun ada

sedikit monosinapsis seperti yang datang dari gelendongan otot.

- Saraf motorik (saraf eferen)

Saraf  ini membawa aksi potensial dari CNS ke target (efektor) organ.

Saraf motorik meninggalkan spinal cord melewati akar ventral.

- Organ target (efektor)

Di sini terjadi respon atas suatu stimulus.

Biasanya organ yang memberikan gerak refleks adalah otot atau iris mata

Dalam hal ini gerak reflek di sebut berbeda karena bersifat otomatis atau tanpa

disadari. Impuls saraf pada gerak reflek melalui alur impuls pendek. Alur impuls

dimulai dari reseptor penerima rangsangan, kemudian dibawa oleh neuron ke sumsum

tulang belakang atau medulla spinalis tanpa di olah di otak. Kemudian tanggapan atau

respon dikirim ke effector melalui saraf motoric (serat saraf efferent).1,3

Page 2: Gerak Refleks vs Gerak Biasa

Gerak Sadar

Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang

keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari

sumsum tulang belakang.1,2,3

Sistem saraf terdiri dari saraf aferen dan saraf eferen. Saraf aferen (sensorik)

berfungsi menyalurkan informasi yang berasal dari organ reseptor ke system saraf

pusat di otak untuk dapat menentukan respon terhadap rangsanagn yang masuk.

Mekanisme penghantaran informasi antara reseptor dengan sistem saraf pusat terjadi

melalui proses penghantaran impuls dengan kode irama dan frekuensi tertentu. 

Saraf eferen (motorik) terdiri dari dua bagian yaitu somatik dan autonom. Saraf

motorik somatik membawa impuls dari pusat ke otot rangak sebagai organ efektor.

Melalui proses komunikasi secara biolistrik di saraf dan proses komunikasi melalui

neurotransmitter di hubungan saraf-otot, dapat terbangkit kontraksi otot. Baik

kekuatan maupun jenis kontraksi otot rangka dapat dikendalikan oleh sistem saraf

pusat maupun oleh sistem saraf tepi. Sistem saraf somatik turut berperan dalam

proses mengendalikan kinerja otot rangka yang diperlukan untuk menyelenggarakan

beragam sikap dan gerakan tubuh.1,2,3

Referensi:

1. Singgih, S. A. Sistem saraf sebagai sistem pengendali tubuh. Jakarta:

Departemen Ilmu Faal FKUI; 2003

2. Guyton, A C. fisiologi manusia dan mekanisme penyakit (Human physiology

and mechanism of disease). Ed. 33. Jakarta: EGC; 1990

3. Vander et al. Human Physiology: The Mechanism of Body Function. 8th ed.

The McGraw−Hill: Companies; 2001.