geologi laut - morfologi dasar laut untuk penempatan kabel bawah laut

12
MORFOLOGI DASAR LAUT UNTUK PENEMPATAN KABEL BAWAH LAUT ABSTRAK Area pantai dan perairan Selat Sunda akan dikembangkan sebagai bagian dalam penempatan kabel bawah laut yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Rencana penempatan kabel bawah laut ini membutuhkan beberapa persyaratan teknis yang harus dipertimbangkan. Salah satu pertimbangan untuk peletakan kabel bawah laut adalah memahami morfologi dasar laut selat Sunda. Penelitian dilakukan berdasarkan 6 lintasan pemeruman dengan jarak antar lintasan 1 km, dan 4 lintasan memotong lintasan utama. Kedalaman laut yang diperoleh kemudian dikoreksi dengan muka laut terendah. Kondisi permukaan dasar laut di sisi pantai Sumatra sangat datar serta sejauh 2 km kea rah laut lepas masih dipengaruhi oleh aktifitas pasang surut. Garis pantainya dicirikan oleh tanaman bakau dan fraksi sedimen halus (lumpur dan lempung). Pada sisi Jawa, morfologi pantai dicirikan oleh kemiringan lereng yang curam dan kebanyakan area ditempati oleh aktivitas industri. Pendahuluan

Upload: lola-nurul-afifah

Post on 15-Dec-2014

160 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Geologi Laut - Morfologi Dasar Laut Untuk Penempatan Kabel Bawah Laut

MORFOLOGI DASAR LAUT UNTUK PENEMPATAN

KABEL BAWAH LAUT

ABSTRAK

Area pantai dan perairan Selat Sunda akan dikembangkan sebagai

bagian dalam penempatan kabel bawah laut yang menghubungkan Pulau

Jawa dan Pulau Sumatera. Rencana penempatan kabel bawah laut ini

membutuhkan beberapa persyaratan teknis yang harus dipertimbangkan.

Salah satu pertimbangan untuk peletakan kabel bawah laut adalah

memahami morfologi dasar laut selat Sunda. Penelitian dilakukan

berdasarkan 6 lintasan pemeruman dengan jarak antar lintasan 1 km, dan

4 lintasan memotong lintasan utama. Kedalaman laut yang diperoleh

kemudian dikoreksi dengan muka laut terendah.

Kondisi permukaan dasar laut di sisi pantai Sumatra sangat datar

serta sejauh 2 km kea rah laut lepas masih dipengaruhi oleh aktifitas

pasang surut. Garis pantainya dicirikan oleh tanaman bakau dan fraksi

sedimen halus (lumpur dan lempung). Pada sisi Jawa, morfologi pantai

dicirikan oleh kemiringan lereng yang curam dan kebanyakan area

ditempati oleh aktivitas industri.

Pendahuluan

Area penempatan ini berlokasi di barat laut selat sunda antara

pulau jawa dan pulau Sumatra. Secara administratif wilayah tersebut

masuk kedalam daerah Kalianda provinsi Lampung dan daerah Cilegon

provinsi Banten. Secara geografis area ini berada pada 5⁰ 55’ 39.5” dan 5⁰

40’ 22” Lintang Selatan; dan 105⁰ 46’ 7” dan 106⁰ 6’ 42” Bujur Timur.

Selat Sunda akan dikembangkan untuk penempatan kabel bawah

laut yang menghubungkan antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Dalam

perencanaannya terdapat beberapa kebutuhan yang harus

Page 2: Geologi Laut - Morfologi Dasar Laut Untuk Penempatan Kabel Bawah Laut

dipertimbangkan dan salah satunya adalah memahami morfologi dasar

laut dari selat sunda.

Tujuan dari pembelajaran ini adalah utnuk mengetahui keadaan

geologi dari laut dan daerah pantai untuk mengetahui lokasi penempatan

kabel bawah laut. Beberapa data seperti dari geologi dan geofisilka baik

secara horizontal dan secara vertikal memerlukan jalur penempatan

kabel. Kondisi alam dari pengukuran kedalaman, observasi pasang dan

endapan bawah laut dari area pemasangan dibutuhkan untuk membuat

perkiraan ketahanan dari instalasi kabel berdasarkan peta dasar laut

sepanjang rute yang disurvei.

Pembelajaran sebelumnya menunjukan bahwa morfologi dasar laut

yang dipengaruhi oleh arus pasang dan endapan yang menutupi area

penempatan tersebut. Ini diharapkan dapat memberikan hasil survei

dalam pembuatan perkiraan pada area potensial untuk menginstalasi

kabel di area yang telah dipilih. Data dan peta dari Hidrografi laut dan

jasa oseanografi.

Dari data profil subbottom, pengembangan struktur geologi di

sekitar air Selat Sunda yang terkonsentrasi di selat yang sempit.

Kesalahan ini memiliki kepadatan yang sangat tinggi dan terdistribusi,

dapat dibagi menjadi 2 zona. Zona yang pertama memiliki pola dan arah

yang sejajar dengan kesalahan teluk Lampung. Zona kedua menunjukkan

sebagai struktur kecil dan menghasilkan pengembangan fraktur zona.

Berdasarkan megasopic dan microscopik endapan tersebut terdiri dari

pasir berlumpur dengan jumlah kerikil sedikit, sandi lumpur dengan kerikil

dan serak lumpur dengan jumlah pasir kecil (Kuntoro, 1994).

TOPOGRAFI PESISIR

Topografi pesisir telah diklasifikasi berdasarkan Dolan, 1975.

Secara umum, topografi pantai Jawa dan Lampung berbeda. Topografi

pesisir Jawa, yaitu curam dan berbukit (Mustapa, 2004). Daerah datar

ditemukan di sekitar pantai dan elevasi maksimum sekitar 80 m.

Page 3: Geologi Laut - Morfologi Dasar Laut Untuk Penempatan Kabel Bawah Laut

Topografi dari sisi Sumatra kurang bergelombang, dengan ketinggian

maksimum sekitar 35 m di atas permukaan laut.

Kondisi pantai timur Sumatra merupakan wilayah rawa-rawa dengan

relief rendah/ datar. Berdasarkan peta geologi kecenderungan

pantai/kemiringan umumnya kurang dari 1, tapi kemudian area

bergelombang bertemu dengan daerah perbukitan, yang merupakan

bagian dari filtur vulkanik muda. Shoreline pada daerah ini umumnya

merupakan mangrove dengan sedimen berlumpur.

Kondisi pantai barat Jawa merupakan sistem yang dipengaruhi oleh

kondisi selat Sunda. Di sebelah utara daerah tersebut merupakan daerah

tanjung yang berasal dari batuan vulkanik Gunung Gede. Wilayah ini

terletak di utara Merak. Kondisi pantai wilayah ini relatif stabil dan

memiliki morfologi pantai yang curam. Kecenderungan kemiringan pantai

bervariasi dari 3 sampai 5. Di area lokal terdiri dari pantai saku, yang

terdiri dari aluvial dengan pesisir menengah.

METODE-METODE

Kegiatan studi terdiri dari akurasi soundingwit echo yang sangat tinggi

(positioning sistem diferensial global) dan sampling sendimen bawah laut

dengan menggunakan alat untuk mengeluarkan biji gravitasi. Untuk

mengedintifikasi datum vertikal, pengukuran pasang surut dilakukan

selama 15 hari. Data sampling diukur selama periode penelitian,

digunakan untuk koreksi pengukuran gema terdengar. Perhitungan datum

vertikal telah menggunakan metode admiralty, dan sebagian hasilnya

diperoleh level rata-rata . datum vertikal berasal dari perhitungan Zo dari

MSL kedalaman air, kemudian dikireksi diperoleh dengan kedalaman air

dari level air terendah, LWL. Wilayah studi ditentukan dengan

mempertimbangkan hasil dari enam garis 1 km, dan 4 baris silang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 4: Geologi Laut - Morfologi Dasar Laut Untuk Penempatan Kabel Bawah Laut

Hasil yang diperoleh adalah data pengamatan pasang surut,

batimetri dan sedimen sampling. Pengukuran pasang dilakukan selama 15

hari berturut-turut pada MrSeli di Port, Ketapang. Metode yang digunakan

pada Analisis data pasang surut British Admiralty Harmonis metode, yang

menyumbang pasang surut konstanta harmonik terdiri dari: laut berarti

tingkat, amplitudo dan fase dari 9 pasang surut komponen (M2, S2, N2,

K1, O1, M4, MS4,K2, dan P1). Hasil gelombang harmonikanalisis

ditunjukkan pada Tabel 1 di atas.Hasil perhitungan gelombang

harmonikdata dalam tabel 1 adalah sebagai berikut:

• Posisi mata air tinggi (HWS)atas rata-rata permukaan laut (MSL):

• Hasil air tinggi adalah 37,25 cmatas rata-rata permukaan laut.

• Posisi air pasang tinggi adalah 50,29 cmatas rata-rata permukaan laut.

• air yang tinggi adalah 56,29 cm di atas permukaan laut rata-ratatingkat.

• Posisi terendah adalah air yang tinggi 60,56 cmatas rata-rata

permukaan laut.

DESKRIPSI RUTE

Survei diperoleh bersama dengan 6 baris utama (S1; LP, N1, N2,

N3, N4) dengan spasi baris 1 km di samping 4 silang baris. Sebelum

survei, tingkat air relatif pada tingkat stasiun adalah diukur pada saat

waktu pencatatan. Ketinggian air menentukan tingkat air relatif terhadap

LWS.

Garis N-1 terletak diutara daerah berprospek. Pada Sisi lokasi

Sumatera, kondisi pantai ini sangat datar dan dipengaruhi oleh 2 km lepas

pantai pasang aktivitas. Garis pantai dicirikan oleh mangrove dan denda

fraksi sedimen (lumpurdan tanah liat). Di sisi Jawa, pantai morfologi

dicirikan oleh kemiringan yang sangat terjal dan sebagian besar daerah

ini ditempati oleh kegiatan industri petrokimia.

Garis N-2 ini terletak di selatan dari N-1. Kondisi morfologi dasar

laut menunjukkan fitur yang sama sebagai garis N-1, namun daerah dekat

ke sisi Sumatera dicirikan oleh permukaan berundulasi dariterumbu

Page 5: Geologi Laut - Morfologi Dasar Laut Untuk Penempatan Kabel Bawah Laut

karang.Kondisi Jalur N-3, di Sumatera sisi dicirikan oleh daerah transisi

antara mangrove dan pantai berpasir. Kemiringan sekitar pantai lebih

curam dari N-1 dan N-2,yang diterjemahkan bahwa kawasan ini tidak

mungkin dipengaruhi oleh pasang dari daerah lain.

Garis N-4 di sisi Sumatra, titik pendaratan ditandai oleh curam

kemiringan daripada yang lain di selatan dan utara pesisir.

LP (Landing Point / Titik Mendarat) adalah kabel sementara yang

dirancang untuk mengarahkan titik dimana garis survei masing-masing

berpotongan dengan garis pantai. Di sisi Jawa, kabel bawah laut yang

dijadikan sebagai titik pendaratan dan pengganti tempat, terletak di

sekitar Pantai Salira. Garis S-1 adalah garis survei selatan, sebagai garis

LP. Pada sisi Sumatera daerah dekat pantai ditutupi oleh perkebunan

rumput laut dan pada sisi Jawa ditempati oleh PLTU Suralaya. Dipilih 4

angka garis silang, yang melintasi 6 baris utama hampir tegak lurus.

Sampel bawah dikumpulkan pada 10 lokasi di Selat Sunda. Dari analisis

deskripsi megascopic bahwa secara umum tanah / sedimen di daerah

survei berupa pasir yang berada di atas mineral dan tanah liat di bagian

bawah. Ketebalan permukaan pasir sangat tipis, yakni antara (3 – 9) cm.

Ada yang mengasumsikan dasar laut terbentuk dari bahan yang sangat

keras (mungkin batuan). Daerah studi dapat dibagi menjadi enam kondisi

topografi yang berbeda. Berikut ini adalah deskripsi tentang berbagai

aplikasi khusus terletak di area survei dari Sumatera ke Pulau Jawa.

a. Dasar laut di daerah pantai dekat LP Sumatera dapat dilihat

berdasarkan permukaan airnya yang dangkal. Sedangkan dasar

laut di luar garis kontur 5 m secara bertahap berubah

kemiringannya. Sedimen di daerah ini diasumsikan endapan pro-

delta. Sebagian besar sedimen di daerah ini sampai kedalaman air

tertentu, terdapat lapisan yang menonjol di dasar permukaan yang

akan terlihat berdasarkan catatan yang diperoleh dari gema yang

Page 6: Geologi Laut - Morfologi Dasar Laut Untuk Penempatan Kabel Bawah Laut

terdengar. Kedalaman akhir dari air adalah endapan pro-delta,

kurang dari 15 m di garis survei N3.

b. Palung disertai dengan banyak ombak ada didasar laut di lereng

dekat pantai. Sebuah bentuk seperti puncak diidentifikasi

sepanjang garis survei N2. Bentuk ini juga diakui dalam bentuk

palung yang disebutkan di baris N3 dan N4 survei. Namun, proyeksi

yang secara berturut-turut ini tidak dapat diidentifikasi berdasarkan

hasil survei garis silang dan catatan profil sub-bottom yang

disediakan oleh MGI. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa proyeksi

ini sedang terbentuk setelah melalui formasi dan perombakan

bukan gangguan tanggul.

c. Lembah erosi diidentifikasi di timur tinggi topografi sepanjang garis

survei N3 dan N4, namun berubah menjadi depresi kontur dengan

lereng yang landai di garis survei N2. Ini juga menunjukkan bahwa

thalweg mungkin telah berubah di bagian utara survei baris N3

atau potensi membagi ridge di periode lama dekat garis survei N2.

Karena tampaknya ada beberapa kemungkinan berongga bawah

elongating dari Timur ke barat, dianjurkan untuk melakukan survei

yang lebih terperinci dengan cara dari MBES untuk konfirmasi pada

tahap berikutnya.

d. Depresi kontur berlaku disertai dengan landai di bagian barat

bagian tengah Selat. Lapisan tipis pasir yang sangat kasar atas

semi konsolidasi sedimen terbentuk oleh asumsi drainase untuk

konsolidasi dikukuhkan dari sampel yang diperoleh. Jika dalam

kasus seperti undulations yang berlaku di dan di sekitar wilayah

tersebut diberikan oleh erosi diferensial karena interbeded pasir,

aplikasi sub bawah profiler dengan resolusi yang lebih tinggi yang

harus diperlukan untuk mengungkapkan sifat yang berbeda dari

selimut lapisan.

e. Topografi bergelombang di air dalam ada di bagian sebelah timur

bagian tengah selat, yang akan sulit untuk menghindari sistem

Page 7: Geologi Laut - Morfologi Dasar Laut Untuk Penempatan Kabel Bawah Laut

kabel dari daerah dalam ini antara Sumatra dan Jawa. Fitur lain

topografi di daerah ini adalah lereng curam dengan ketinggian 25

m relatif di bagian selatan N4. Selanjutnya, topografi puncak-

seperti diidentifikasi di bagian utara N3. Sebuah fitur topografi

penting adalah kedalaman air 100 m, yang tidak dapat dikenali

oleh grafik laut yang tersedia saat ini. Jika fitur ini dikaitkan

topografi menjadi periuk, maka harus direkomendasikan untuk

melaksanakan coring bersama dengan sub-bawah profil untuk

konfirmasi apakah sedimentasi telah terjadi.

f. Terdapat peralatan pabrik dan dermaga tambat di pesisir dari N1

ke N3 dari Pulau Jawa. Dasar laut di sepanjang garis survei LP

dicirikan oleh lereng yang curam berurutan hingga 70 m dari

kedalaman air, meskipun terdapat skala teras kecil-seperti fitur

dengan kemiringan lembut di kedalaman air 44 m. Di sisi lain,

dasar laut di sepanjang garis survei N4 yang ditampilkan oleh teras

seperti lereng bawah dengan lembut pada kedalaman air 32 m dan

42 m. Dasar laut bergelombang berlaku melampaui kedalaman air

yang lebih besar dari 42 m tetapi kemiringannya tidak lebih curam

daripada garis survei LP. Juga kedalaman air di bagian terdalam

adalah 60 m sepanjang garis survei N4.

KESIMPULAN

Sebagai hasilnya, ini menegaskan bahwa terdapat beberapa

potensi tentang instalasi kabel di bagian utara dari daerah survey antara

N2 dan N4.

Daerah antara garis N2 dan N4, memenuhi kriteria untuk peletakan kabel

laut sebagai berikut : relatif datar, arus lemah, dan tidak ada aktivitas

manusia.

Page 8: Geologi Laut - Morfologi Dasar Laut Untuk Penempatan Kabel Bawah Laut

TUGAS RESUME JURNAL GEOLOGI LAUT

MORFOLOGI DASAR LAUT UNTUK

PENEMPATAN

KABEL BAWAH LAUT

KELOMPOK 9

MEGAWATI 230210100003

JESSICA ERMIANDA PUTRI 230210100006

LOLA NURUL AFIFAH 230210100027

RIDHO ACHTANTIO P 230210100035

SYAHRUL FATAH CAHYADI 230210100036

M. SIBHOTULLOH RIDHO 230210100042

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

Page 9: Geologi Laut - Morfologi Dasar Laut Untuk Penempatan Kabel Bawah Laut

JATINANGOR

2011