geologi kelautan

21
Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan Geologi kelautan mencakup penelitian geofisika, geokimia, sedimentologi, dan paleontologi di dasar samudera dan daerah pesisisr. Geologi kelautan berkaitan erat dengan oseanografi fisik dan tektonik lempeng. Penelitian geologi kelautan menjadi sangat penting untuk memberikan bukti mengenai pemekaran lantai samudera dan tektonik lempeng pada tahun-tahun setelah perang dunia ke-2. Dasar samudera secara esensial erupakan daerah terakhir yang belum dieksplorasi dan sipetakan secara detail dengan tujuan militer (kapal selam) dan tujuan ekonomi (penambangna logam dan minyak bumi) sebagai alsan penelitian. Cincin Api di sekitar Samudera Pasifik yang kehadirannya mengintensifkan aktivitas vulkanisme dan seismic memberikan ancaman utama untuk bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api. Semua sistem peringatan dini untuk peristiwa bencana ini membutuhkan

Upload: dyno-triandika-diputra

Post on 26-Nov-2015

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Nice

TRANSCRIPT

Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

Geologi kelautan mencakup penelitian geofisika, geokimia, sedimentologi,

dan paleontologi di dasar samudera dan daerah pesisisr. Geologi kelautan berkaitan

erat dengan oseanografi fisik dan tektonik lempeng. Penelitian geologi kelautan

menjadi sangat penting untuk memberikan bukti mengenai pemekaran lantai

samudera dan tektonik lempeng pada tahun-tahun setelah perang dunia ke-2. Dasar

samudera secara esensial erupakan daerah terakhir yang belum dieksplorasi dan

sipetakan secara detail dengan tujuan militer (kapal selam) dan tujuan ekonomi

(penambangna logam dan minyak bumi) sebagai alsan penelitian. Cincin Api di

sekitar Samudera Pasifik yang kehadirannya mengintensifkan aktivitas vulkanisme

dan seismic memberikan ancaman utama untuk bencana gempa bumi, tsunami, dan

letusan gunung api. Semua sistem peringatan dini untuk peristiwa bencana ini

membutuhkan pemahaman yang lebih detail mengenai geologi kelautan di

lingkungan pesisir dan busur kepulauan. Selain itu contoh lainnya seperti penelitian

pada lampiran yang menjelaskan mengenai penelitian gunung api bawah laut.

Penelitian tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kebencanaan berupa meletus

gunung api bawah laut.

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang besar, dimana sekitar 70% dari

luas wilayahnya terdiri dari lautan dan memiliki potensi sumber daya yang cukup

melimpah yang berada di laut, dasar laut, dan bawah dasar laut. Oleh karena itu

penelitian di lautan akan sangat bermanfaat dalam baik dalam sumber daya alam,

konservasi, peringatan kebencanaan, dan lain-lain. Untuk mempelajari penelitian

dilautan tersebut maka dibutuhkan ilmu atau pengetahuan di bidang geologi kelautan.

Geologi Kelautan berkaitan dengan oseanografi fisik dan tektonik lempeng.

Geologi Kelautan mencakup penelitian geofisika, geokimia, sedimentology, dan

paleontology di dsar samudra dan di daerah pesisir. Penelitian geologi kelautan

menjadi sangat penting untuk memberikan bukti mengenai pemekaran lantai

samudera dan tektonik lempeng. Dasar samudera secara esensial merupakan daerah

terakhir yang belum dieksplorasi dan dipetakan secara detail dengan dukungan tujuan

militer (kapal selam) dan tujuan ekonomi (penambangan logam dan minyak bumi)

sebagai alasan penelitian.

Secara tektonik, kepulauan Indonesia dapat dibagi menjadi tiga wilayah

lempeng tektonik, yaitu Indonesia Barat, Tengah, Timur. Sedangkan dilihat dari

potensi sumber daya geologi Indonesia memiliki 40 cekungan sedimen lepas pantai

yang diperkirakan dapat mengahasilkan miliaran barel minyak bumi. Dari 40 buah

cekungan sedimen lepas pantai in, 37 cekungan sedimen terdapat di kawasan

Indonesia Tengah dan Timur. Meski cadangan minyak dan gas bumi Indonesia

diperkirakan besar, namun cadangan ini tersebar pada lokasi perairan yang terpencil.

Dirjen Migas (2003) merilis bahwa sekitar 22 cekungan sedimen dikedua kawasan ini

masih belum diteliti atau dieksplorasi kandungannya secara mendetail.

Disamping potensi migas, berdasarkan bentuk topografi dasar lautnya perairan

Indonesia diperkirakan pula mengandung potensi mineral yang bernilai ekonomis

terutama di perairan utara Sulawesi, Maluku, Irian, dan Flores. Perkiraan ini

didasarkan kepada bentuk topografi dasar lautnya yang merupakan daerah aktivitas

magmatisma bawah laut. Topografi dasar laut daerah ini menyerupai bentuk topografi

dasra laut di perairan Bismarck, Papua Nugini. Sumber tambang dasar laut di Papua

Nugini telah diketahui mengandung tembaga, seng, emas, dan perak, sebagai contoh

di perairan utara Flores telah ditemukan sumber mineral logam hidrotermal, seperti

logam mulia emas dan perak, serta tembaga, seng, dan timbal.

Dengan semakin menipisnya cadangan mineral dan migas di daratan, maka

diperlukan akselerasi eksplorasi dan penemuan cadangan baru di laut. Akselerasi

pembangunan sektor energy dan sumber daya mineral ini menuntut pergeseran

aktivitas dari darat ke laut termasuk di dalamnya adalah aktivitas riset dan kajian

geologi. Hingga saat ini masih banyak wilayah laut Indonesia yang belum terpetakan

secara geologi oleh lembaga pemerintah, yaitu sekitar 85% termasuk di dalamnya

adalah batas wilayah dan landas kontinen.

Selain untuk bidang sumber daya alam, penelitian di laut juga untuk penelitian

peringatan kebencanaan yang mungkin timbul atau berasal dari laut. Contohnya yaitu

cincin api di sekitar Samudera Pasifik yang kehadirannya mengintensifkan aktivitas

vulkanisme dan seismik memberikan ancaman utama untuk bencana gempa bumi,

tsunami, dan letusan gunung api.

Di Indonesia perkembangan penelitian geologi kelautan dilakukan oleh

sebuah lembaga yang bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

(PPPGL). PPPGL terbentuk pada tanggal 6 Maret 1984, yang merupakan gabungan

dari Seksi Geologi Marin dan Seksi Geofisika Marin pada Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi (P3G).

Pada awal terbentuknya, PPPGL didukung oleh 4 bidang teknis, yaitu: Bidang

Geologi Kelautan, Bidang Sarana Operasi Kelautan, Bidang Manejemen Informasi

dan Bagian Umum, dan saat itu sarana dan prasarana bersumber dari P3G. Untuk

lebih memudahkan penelitian, PPPGL membuat Kapal Peneliti yang bernama

Geomarin yang memiliki berbagai peralatan survei pantai, dan dioperasikan untuk

mendukung penelitian Geologi Kelautan pada perairan dangkal atau pesisir.

PPPGL memiliki tugas untuk melaksanakan penelitian dan pembangunan

pada bidang geologi kelautan di seluruh wilayah Laut Indonesia untuk menunjang

pembangunan Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral. PPPGL dikembangkan agar

menjadi lembaga yang menuju kemandirian dan pengembangan pelayanan jasa riset

dan teknologi. Penyelidikan dan pemetaan geologi kelautan semakin intensif

dilakukan, guna mencari cadangan sumber daya mineral baru, yang bersifat ekonomis

untuk menunjang pembangunan nasional. Hal ini berkaitan dengan semakin

menipisnya cadangan sumber daya mineral yang ada di darat. Kegiatan tersebut

merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah dan negara dalam menggali potensi

sumber daya mineral dan energi yang terdapat di wilayah laut Indonesia, mulai dari

garis pantai, hingga batas terluar Landas Kontinen termasuk Zona Ekonomi Ekslusif

(ZEE).

Saat ini PPPGL memiliki kapal Geomarin III, penyempurnaan dari kapal

Geomarin I & II. Kapal geomarin III di rancang sebagai kapal peneliti multi purposes

dan diharapkan berkemampuan untuk melaksanakan berbagai metoda peneletian

geologi, geofisika, oceanografi

dan hidrografi. Kapal Geomarin III dilengkapi dengan fasilitas DPS/DP-1

(Dynamic Positioning System), yaitu sistem manuver pergerakan relatif terhadap

gerakan sensor bawah laut.

PPPGL banyak melakukan penelitian dan pengembangan bidang geologi

kelautan di seluruh wilayah Indonesia dengan prirotas kegiatan melakukan penelitian

dan pengembangan di kawasan lepas pantai/laut, juga pengembangan pelayanan riset

dan teknologi. Selah satunya dengan melakukan eksplorasi dan utilisasi potensi

sumber-sumber gas biogenik atau gas methana di perairan dangkal sebagai sumber

energi alternatif masyarakat kawasan pantai terpencil dan upaya antisipasi kelangkaan

energi migas di masa yang akan datang.

Eksplorasi Geologi Kelautan di Indonesia

Perioda 1930 - 1980 :

Belanda (Ekspedisi Snellius, Ekspedisi Vening - Meinesz).

AS - LDEO (R/V Robert Conrad, R/V Vema, R/V Maurice Ewing).

AS - SIO (R/V Thomas Washington: Sio Rama, INDOPAC; R/V Atlantis).

Perioda 1980 - 2004:

Belanda - NIOZ (R/V Tyro: Ekspedisi Snellius II).

Perancis - Ifremer (R/V Coriolis: CORINDON, GEOINDON; R/V Jean Charcot:

Krakatau; R/V Baruna Jaya; R/V Marion Dufresne)

Jerman (R/V Sonne: Ginco I).

Jepang - Jamstec (R/V Natsushima-Shinkai).

Perioda 2005 - kini:

Multinasional (R/V Sonne: SeaCause I & II, SO-189; HMS Scott)

DAFTAR PUSTAKA DAN REFERENSI.

1. http://migasnet10-angga8094.blogspot.com/2010/01/geologi-kelautan.html

2. http://www.mgi.esdm.go.id/content/sejarah-puslitbang-geologi-kelautan

4. http://www.mgi.esdm.go.id/content/p3gl-setelah-25-tahun

5. http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/4223-puslitbang-geologi-

kelautan-masuki-usia-27-tahun.html

6. http://www.slideshare.net/daengaslam/introduction-marine-geology

7. http://www.gvc.gu.se/Department_of_earth_sciences/Marine_Geology

8. http://mit.whoi.edu/marine-geology-and-geophysics