geologi dan potensi sumber daya komoditas pertanian wilayah tengah kabupaten brebes provinsi jawa...

8
POTENSI PENGEMBANGAN KOMODITI TEBU DAN KAITANNYA DENGAN POTENSI BATUAN KABUPATEN BREBES Oleh: Iqlima Ramiza Fauzi 4001413030 Program Studi Pendidikan Iipa Universitas negeri semarang Abstrak Wilayah Tengah Kab. Brebes yang mencakup Kecamatan Jatibarang, Kersana, Ketanggungan, Larangan dan Songgom, secara fisiografis merupakan dataran rendah aluvial yang diselingi perbukitan rendah. Wilayah ini menyimpan banyak potensi batuan yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas masyarakatnya. Aktivitas tersebut didominasi oleh aktivitas pertanian, karena mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah sebagai petani. Berdasarkan data dari BPS tahun 1999, wilayah Tengah yang luasnya 51.271 Ha. merupakan wilayah pertanian dengan komposisi lahan sawah 26.300 Ha, tegalan dan kebun campuran 13.225 Ha. serta hutan sejenis 17.222 Ha. Produk pertanian yang utama adalah tebu (Saccharum officinarum) yang mencapai hampir 65 % dari produksi tebu Kab. Brebes, produk lainnya adalah cabe, bawang merah dan padi. Mendominasinya tebu sebagai produk pertanian yang banyak ditanam di wilayah tersebut tidak terlepas dari struktur tanah, dan potensi batuan yang ada. Keduanya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan komoditi tebu dan dapat mempengaruhi kadar sukrosa dalam tebu. Kata kunci : Geologi, struktur tanah, potensi batuan Pendahuluan Kabupaten Brebes yang luasnya menduduki urutan kelima di Provinsi Jawa Tengah, yaitu sekitar dua setengah kali dari luas Provinsi DKI Jakarta, sebenarnya menyimpan potensi sumderdaya alam yang besar dan secara geografis memiliki keunggulan komparatif dibanding kabupaten lainnya, antara lain dijumpainya bentang lahan yang membentang mulai wilayah pesisir, dataran rendah yang subur untuk pertanian sampai

Upload: iqlima-ramiza-fauzi

Post on 12-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Mendominasinya tebu sebagai produk pertanian yang banyak ditanam di wilayah Brebes tidak terlepas dari struktur tanah, dan potensi batuan yang ada. Keduanya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan komoditi tebu dan dapat mempengaruhi kadar sukrosa dalam tebu.

TRANSCRIPT

Page 1: Geologi Dan Potensi Sumber Daya Komoditas Pertanian Wilayah Tengah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah

POTENSI PENGEMBANGAN KOMODITI TEBU DAN KAITANNYA DENGAN POTENSI BATUAN

KABUPATEN BREBESOleh:

Iqlima Ramiza Fauzi4001413030

Program Studi Pendidikan IipaUniversitas negeri semarang

AbstrakWilayah Tengah Kab. Brebes yang mencakup Kecamatan Jatibarang, Kersana, Ketanggungan, Larangan dan Songgom, secara fisiografis merupakan dataran rendah aluvial yang diselingi perbukitan rendah. Wilayah ini menyimpan banyak  potensi batuan yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas masyarakatnya. Aktivitas tersebut didominasi oleh aktivitas  pertanian, karena mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah sebagai  petani. Berdasarkan data dari BPS tahun 1999, wilayah Tengah yang luasnya 51.271 Ha. merupakan wilayah pertanian dengan komposisi lahan sawah 26.300 Ha, tegalan dan kebun campuran 13.225 Ha. serta hutan sejenis 17.222 Ha.

Produk pertanian yang utama adalah tebu (Saccharum officinarum) yang mencapai hampir 65 % dari produksi tebu Kab. Brebes, produk lainnya adalah cabe, bawang merah dan padi. Mendominasinya tebu sebagai produk pertanian yang banyak ditanam di wilayah tersebut tidak terlepas dari struktur tanah, dan potensi batuan yang ada. Keduanya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan komoditi tebu dan dapat mempengaruhi kadar sukrosa dalam tebu.

Kata kunci : Geologi, struktur tanah, potensi batuan

PendahuluanKabupaten Brebes yang luasnya menduduki urutan kelima di Provinsi Jawa Tengah, yaitu sekitar dua setengah kali dari luas Provinsi DKI Jakarta, sebenarnya menyimpan potensi sumderdaya alam yang besar dan secara geografis memiliki keunggulan komparatif dibanding kabupaten lainnya, antara lain dijumpainya bentang lahan yang membentang mulai wilayah pesisir, dataran rendah yang subur untuk pertanian sampai pegunungan yang masih hutan, serta aliran Kali Pemali dengan Waduk Malahayu dan Waduk Penjalin sebagai sumber irigasi.

Tanaman Tebu merupakan tanaman perkebunan semusim, yang mempunyai sifat tersendiri sebab didalam batangnya terdapat zat gula. Tebu termasuk keluarga rumput – rumputan seperti halnya padi, glagah, jagung, bambu. Dalam rangka pengembangan suatu komoditas tanaman, pertama kali yang harus dilakukan adalah mengetahui kondisi tanah yang sesuai dari komoditas yang akan dikembangkan kemudian mencari wilayah yang mempunyai tempat tumbuh yang sesuai.

Tanah yang paling banyak untuk tanaman tebu adalah tanah yang bertekstur geluh seperti tanah alluvial, grumosol, latosol dan regusol dengan ketinggian paling sesuai adalah kurang dari 500 m diatas permukaan laut. Pembahasan

Page 2: Geologi Dan Potensi Sumber Daya Komoditas Pertanian Wilayah Tengah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu tanaman penting sebagai penghasil gula, sedangkan gula diketahui merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok, yaitu suatu komoditi penting yang selalu diperhatikan oleh pemerintah (Sudiatso, 1983).

Wilayah pengembangan komoditi tanaman Tebu berada di Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Songgom, Kecamatan Larangan, dan Kecamatan Kersana, secara fisiografis merupakan dataran rendah yang banyak mengandung tanah atau  batuan endapan aluvial yang diselingi perbukitan rendah. Wilayah ini memiliki ketinggian 5-50 meter di atas permukaan laut yang merupakan dataran landai.

Dilihat dari jenis tanah, tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah seperti tanah alluvial, grumosol, latosol dan regusol dengan ketinggian antara 0 –1400 m diatas permukaan laut. Akan tetapi lahan yang paling sesuai adalah kurang dari 500 m diatas permukaan laut. Sedangkan pada ketinggian > 1200 m diatas permukaan laut pertumbuhan tanaman relative lambat.

Tanah Alluvial

Menurut Soepraptihardjo (1979), tanah aluvial adalah tanah yang bertekstur lempung sampai liat, sering berlapis-lapis debu dan pasir, lapisan atas masih selalu dapat mengalami penambahan bahan dan kadang-kadang mengandung bahan organik. Umumnya secara tetap atau semusim dalam keadaan basah, sebagian dipengaruhi oleh genangan air (berkala atau menetap) atau pelimpahan alam banjir (pasang). Konsistensi lekat sampai teguh dengan daya penahan air rendah sampai tinggi dengan substrat beraneka. Di daerah pantai terdiri dari endapan laut yang sebagian dapat mengandung pirit.

Menurut Soepardi (1983) menyatakan bahwa tanah aluvial ditemukan di daerah iklim beragam, umumnya berwarna kelabu hingga coklat, bertekstur pasir dan debu, berstruktur gumpal atau tanpa struktur. Konsistensi tanah aluvial teguh pada saat lembab, plastik dalam keadaan basah dank eras pada waktu kering. Kadar bahan organik adalah rendah dengan kejenuhan sedang hingga tinggi dan KTK tinggi.

Tanah aluvial merupakan tanah atau batuan hasil endapan erosi lumpur dan pasir halus di daerah dateran rendah. Tanah aluvial juga berasal dari batuan induk vulkanis sehingga memiliki kesuburan yang cukup untuk dijadikan lahan pertanian.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Brebes didominasi oleh jenis tanah Aluvial Kelabu yakni 42.426 hektar yang merupakan tanah potensial untuk pengembangan produk pertanian, hortikultura, perkebunan, perikanan dan lain-lain. Menurut hasil analisis laboraturium Puslitbangtanak Bogor, tanah aluvial Brebes mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Tekstur liat yang menyebabkan kapasitas tukar kation (KTK) sangat tinggi (>40). (Tan 1991) Semakin besar nilai KTK maka semakin besar kemampuan tanah untuk menjerap kation-kation terutama yang termasuk unsur-unsur hara tanaman.

2. Nilai pH H2O yang terkandung dalam tanah aluvial Kabupaten Brebes yaitu sebesar 5,9 artinya tergolong asam (menurut Pusat Penelitian Tanah/PPT 1983).

3. Kandungan Karbon C organik kurang dari 1% dan N organik 0,1-0,2 % artinya tergolong sangat rendah sehingga nisbah  juga rendah yaitu antara 5-10.

4. Nilai Tukar Kation (NTK) untuk Ca adalah lebih dari 20 % me/100g.

Page 3: Geologi Dan Potensi Sumber Daya Komoditas Pertanian Wilayah Tengah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah

Endapan aluvial di Kabupaten Brebes terbentuk akibat adanya pelapukan batuan di lereng gunung Slamet yang kemudian ditransportasi oleh agen pembawa berupa air sungai maupun angin sehingga mengendap pada daerah dataran rendah pada bagian tengah dan utara Kabupaten Brebes. Proses tersebut berlangsung sangat lama, bahkan hingga ratusan tahun.

Gambar: tanah alluvial

Faktor lain yang mempengaruhi potensi batuan yang ada di daerah Kabupaten Brebes yaitu curah hujan. Kabupaten Brebes merupakan daerah dengan curah hujan yang sedang yaitu 1000-2000 mm. Jika dirata-rata curah hujan yang ada di wilayah Kabupaten Brebes yaitu sebesar 1853 mm.

  Tanah Regosol (tanah pasir)Regosol merupakan tanah yang termasuk ordo entisol. Secara umum, tanah entisol adalah tanah yang belum mengalami perkembangan yang sempurna, dan hanya memiliki horizon A yang marginal. Contoh yang tergolong entisol adalah tanah yang berada di sekitar aliran sungai, kumpulan debu vulkanik, dan pasir. Tanah regosol memiliki tekstur pasir (sand), geluh pasiran (sandy loam) dan geluh lempungan (clay loam) (Supriyadi Ahmad, 1992).

Tanah regosol terbentuk dari pelapukan batuan beku dan batuan sedimen. Ciri tanah pasir ialah berkerikil dan butirannya kasar. Tanah Regosol banyak terdapat pada lahan kering.

Page 4: Geologi Dan Potensi Sumber Daya Komoditas Pertanian Wilayah Tengah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah

Lahan kering atau tegalan adalah lahan yang kebutuhan air tanamannya tergantung sepenuhnya pada air hujan dan tidak pernah tergenang air secara tetap. Penanaman tebu pada lahan kering harus memperhatikan persyaratan lahan yang meliputi tinggi tempat, kemiringan lahan, fisik tanah, drainase, kimia tanah, jenis tanah, dan dukungan tenaga kerja (Astuti, 2012).

Tebu yang ditanam di tanah Regosol cukup baik karena tanah Regosol merupakan jenis tanah yang masih muda belum mengalami perkembangan lanjut, belum mengalami diferensiasi horizon, pH umumnya netral, serta kesuburan sedang (Hardjowigeno, 1987).

Tanah Grumosol (tanah margalit)Tanah ini halus berwarna abu-abu kehitaman, cocok untuk tanaman kapas, jagung, kedelai dan tebu. Jenis tanah ini berasal dari batuan asal batu gamping atau napal (campuran gamping dan lempung). Dalam USDA, grumosol tergolong dalam ordo vertisol. Vertisol merupakan tanah dengan kandungan lempung yang sangat tinggi. Vertisol sangat lekat ketika basah, dan menjadi pecah-pecah ketika kering. Vertisol memiliki keampuan menyerap air yang tinggi dan juga mampu menimpan hara yang dibutuhkan tanaman. Grumosol sendiri merupakan tanah dengan warna kelabu hingga hitam serta memiliki pH netral hingga alkalis. Di Indonesia, jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas permukaan laut dengan topografi agak bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25oC, curah hujan <2.500 mm, dengan pergantian musim hujan dan kemarau

Tebu yang di tanam pada tanah grumosol akan tumbuh dan berkembang dengan baik karena tanah grumosol berada pada ketinggian tidak lebih dari 300 m di atas permukaan laut yang sesuai dengan tebu yang di tanam pada ketinggian kurang dari 500 m.

Tanah LitosolTanah Litosol, yaitu tanah yang baru mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangan tanah. sehingga hanya memiliki lapisan horizon yang dangkal. Sebagai tanah muda, latosol memiliki struktur yang besar-besar. Dalam USDA, litosol termasuk dalam ordo Entisol, sama dengan tanah regosol. Lebih spesifik, tanah litosol merupakan tanah muda yang berasal dari pelapukan batuan yang keras dan besar. Berasal dari batuan-batuan konglomerat dan granit, kesuburannya cukup. Tebu yang ditanam di tanah Litosol cukup baik karena tanah Litosol merupakan jenis tanah yang masih muda belum mengalami perkembangan lanjut, belum mengalami diferensiasi horizon, pH umumnya netral, serta kesuburan cukup.

    (a) (b) (c)

Page 5: Geologi Dan Potensi Sumber Daya Komoditas Pertanian Wilayah Tengah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah

Gambar (a) tanah litosol, (b) tanah grumosol, (c) tanah regosol

Kondisi tanah yang cocok untuk menanam tebu

Sifat dan keadaan tanah berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan kadar gula dalam tebu. Apabila tebu ditanam pada tanah yang banyak mengandung humus, pertumbuhannya akan baik sekali, walaupun kadar gulanya rendah. Di tanah pasir, pertumbuhan tebu kurang baik, tetapi kadar gulanya tinggi. Tebu yang ditanam di tanah masam dan tanah asin, pertumbuhannya jelek. Air gula yang dikandungnya tidak mudah dijadikan gula. Tanah lempung berkapur maupun berpasir, dan lempung liat sangat baik untuk tanaman tebu (Adisewojo, 1991:44)

Tanah baik untuk pertumbuhan tanaman tebu adalah tanah yang dapat menjamin ketersediaan air secara optimal. Selain itu, dengan derajat keasaman berkisar antara 5,7 – 7. Apabila tebu ditanam pada tanah dengan pH dibawah 5,5, maka perakarannya tidak dapat menyerap air maupun unsur hara dengan baik. Sedangkan apabila pH berada diatas 7,5, tanaman akan sering mengalami kekurangan unsur P, karena mengendap sebagai kapur fosfat. Derajat keasaman tanah diatas 7,5, juga dapat menyebabkan terjadinya klorosis pada daun, akibat dari tidak cukup tersedianya unsur Fe(Adisewojo, 1991:44)

Disamping kedua hal tersebut, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pertanaman tebu. Syarat-syarat tersebut adalah kedalaman efektif minimal 50 cm, tekstur sedang sampai berat, struktur baik dan mantap, tidak terdapat lapisan padas, tidak tergenang air, kadar garam kurang dari 1 milimush/cm3, kadar klor kurang dari 0,06%, serta kadar natrium kurang dari 12 % (Adisewojo, 1991:45)

Tanah yang paling banyak untuk tanaman tebu adalah tanah yang bertekstur geluh. Geluh (loam) merupakan tanah dengan komposisi pasir, debu, lempung dalam jumlah yang relatif seimbang (sekitar 40-40-20).LIPI dan Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia mendefinisikan tanah geluh sebagai jenis tanah yang baik dalam keadaan kering tidak seperti berlemak, mempunyai daya susut muai yang tidak kecil dan mempunyai daya ikat yang kecil dalam keadaan basah maupun kering. Tanah semacam ini dianggap ideal bagi bercocok tanam karena memiliki cukup hara dan humus daripada tanah pasiran, serapan dan drainasi air tanah lebih bagus daripada tanah debuan, dan lebih mudah diolah daripada tanah lempungan. Tanah geluh dapat dikatan merupakan tanah yang memiliki sifat di antara tanah pasir dan tanah liat.Terdapat variasi dari geluh, dan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu tanah untuk menggambarkan perubahan komposisi pasir, debu, dan lempung: geluh pasiran, geluh debuan, geluh lempungan, geluh lempung pasiran, geluh lempung debuan, dan geluh.

Keadaan tanah geluh dapat mempengaruhi kadar sukrosa dalam tebu. Hal ini dikarenakan geluh bersifat remah, lembap, dan mudah mengikat air dan nutrisi sehingga ideal untuk digunakan dalam pertanian seperti tebu. Tanah geluh terasa lunak dan mudah dikerjakan dalam kondisi kelembaban yang luas. Tanah yang banyak mengandung satu atau dua dari golongan ukuran partikel dapat bersifat seperti geluh jika memiliki struktur granular kuat, ditambah dengan tingginya kandungan bahan organik.

Page 6: Geologi Dan Potensi Sumber Daya Komoditas Pertanian Wilayah Tengah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah

PenutupTanah yang paling banyak untuk tanaman tebu adalah tanah yang bertekstur geluh seperti tanah alluvial, grumosol, latosol dan regusol. Dimana keadaan tanah ini dapat mempengaruhi kadar sukrosa dalam tebu.

Daftar Pustaka

Ika, Heni. 2008.KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR PROPINSI JAWA TENGAH.

Surakarta: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTAIndrawanto, Chandra, dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen TEBU. Jakarta: ESKA MediaSetiorini, Diah. 2014.KOMODITAS UTAMA DAN KAITANNYA DENGAN POTENSI

BATUAN KABUPATEN BREBES. Semarang: UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

https://id.wikipedia.org/wiki/Geluh