kondisi umum brebes

Upload: idhul-ajach

Post on 14-Jul-2015

236 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB II KONDISI UMUM WILAYAH2.1. LETAK DAN LUAS

Sasaran lokasi kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Mangrove wilayah BPDAS Pemali Jratun tahun 2006 secara administrasi pemerintahan pada 13 kabupaten/kota di sepanjang Pantai Utara (Pantura) Provinsi Jawa Tengah. Letak geografis dan luas wilayah masing-masing kabupaten disajikan pada Tabel II-1. Tabel II-1. Letak dan Luas Kabupaten di Sepanjang Pantura Provinsi Jawa TengahNo. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kabupaten/Kota Kabupaten Brebes Kota Tegal Kabupaten Tegal Kabupaten Pemalang Kabupaten Pekalongan Kota Pekalongan Kabupaten Batang Kabupaten Kendal Kota Semarang Kabupaten Demak Kabupaten Jepara Kabupaten Pati Kabupaten Rembang Letak Geografis 10804137 - 10901192 BT 604456 - 702051 LS 109008 - 109010 BT 6050 - 6053 LS 1080576 - 10902130 BT 605041 - 701530 LS 10901730 - 10904030 BT 805230 - 702011 LS 10900000 10907800 BT 600000 702300 LS 10903755 - 10904219 BT 605042 - 705544 LS 10903755 - 10904219 BT 605042 - 705555 LS 109040 - 110018 BT 6032 - 7024 LS 109050 - 110035 BT 650' - 710' LS 1102758 1104847 BT 64326 - 70943 LS 32320 - 40935 BT 54330 64844 LS 11050 11115 BT 625 - 700 LS 11100 11130 BT 630 - 760 LS Luas (ha) 116.117,00 3.968,00 87.879,00 111.530,00 83.613,00 4.525,00 85.425,84 100.223,00 37.370,39 89.743,00 100.413,19 150.368,00 101.410,00 Garis Pantai (km) 32,00 10,00 13,00 76,63 35,00 6,50 38,72 42,05 27,00 34,10 68,00 60,00 60,00

Garis pantai sasaran lokasi pada 13 kabupaten/kota di sepanjang Pantura Provinsi Jawa Tengah sepanjang 503 km, dimana Kabupaten Jepara memiliki garis pantai terpanjang. Menurut RLPS (1999), Provinsi Jawa Tengah memiliki kawasan yang berpotensi mangrove seluas 76.929,14 ha yang sebagian besar (99% atau 76.406,35 ha) terletak di luar kawasan hutan dan sisanya (1% atau 522,79 ha) terletak di dalam kawasan hutan.

Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 1

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

Hasil inventarisasi kerusakan kawasan mangrove di lima provinsi yang dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan pada tahun 1998 diketahui, bahwa hutan di sepanjang Pantura Provinsi Jawa Tengah pada umumnya merupakan hutan mangrove miskin jenis dengan jenis yang dominan adalah Avicennia marina dan Rhizophora mucronata. Pada umumnya Avicennia marina yang ditemukan merupakan tumbuhan yang tumbuh secara alami karena daya adaptasi yang sangat tinggi, sedangkan untuk jenis Rhiziphora mucronata pada umumnya ditanam oleh masyarakat atau merupakan hasil kegiatan rehabilitasi. Berdasarkan hasil interpretasi peta land system skala 1 : 250.000, luas kawasan yang berpotensi mangrove pada 13 daerah administrasi pemerintahan di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah didapat seluas 49.875 ha dan hutan pantai seluas 27.055 ha. Luas kawasan yang berpotensi mangrove berdasarkan pembagian tipe land system pada setiap administrasi pemerintahan di kabupaten/kota terinci pada tabel berikut. Tabel II-2. Penyebaran ekosistem mangrove pada kabupaten/kota di sepanjang Pantura Provinsi Jawa TengahKawasan Pantai (ha) Mangrove KJP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Brebes Kota Tegal Tegal Pemalang Pekalongan Kota Pekalongan Batang Kendal Kota Semarang Demak Jepara Pati Rembang Jumlah 8.461 837 1.363 401 344 13 KHY PTG Jumlah 8.461 837 1.764 344 13 375 2.989 3.853 8.679 3.721 17.675 1.163 49.875 Hutan Pantai (ha) 1 219 3.186 2.432 0 685 4.838 1.777 27 1 6.672 1 7.218 27.055

No.

Kabupaten

JUMLAH 8.462 1.055 3.186 4.196 344 698 5.213 4.766 3.880 8.680 10.392 17.676 8.381 76.929

375 2.989 3.853 8.679 2.161 11.061 1.163 40.943

1.297 5.049 6.346

262 1.565 2.586

Dari tabel II-2 terlihat, bahwa berdasarkan pembagian tipe land system luas ekosistem mangrove di sepanjang Pantura wilayah BPDAS Pemali Jratun didominasi land system KJP dengan luas 40.943 ha (80,09%). Jika dilihat dari penyebaran di masing-masing kabupaten/kota, luas ekosistem mangrove tertinggi ada di Kabupaten Pati dan mempunyaiDiterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 2

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

semua tipe land system dengan luas 17.675 ha. Bertolak belakang dengan keadaan di Kabupaten Pati, ada kabupaten/kota yang tidak memiliki ekosistem mangrove, yaitu Kabupaten Tegal. Berdasarkan wilayah administrasi pengelolaan hutan daerah kajian termasuk dalam Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Kehutanan Kabupaten. Selengkapnya wilayah administrasi per Kabupaten disajikan pada tabel berikut. Tabel II-3. Wilayah Kajian Berdasarkan Admistrasi Pengelolaan HutanNo. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kabupaten/Kota Kabupaten Brebes Kota Tegal Kabupaten Tegal Kabupaten Pemalang Kabupaten Pekalongan Kota Pekalongan Kabupaten Batang Kabupaten Kendal Kota Semarang Kabupaten Demak Kabupaten Jepara Kabupaten Pati Kabupaten Rembang Administrasi Pengelolaan Hutan Dinas Kehutanan dan Pertanian Kapedal Dinas Kehutanan dan Perkebunan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dinas Kehutanan dan Perkebunan DPKLH/Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Dinas Pertanian/Dinas Kelautan dan Perikanan, Bapedalda Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Keterangan

Pada umumnya kawasan mangrove di hampir seluruh daerah kajian, bila dilihat dari status kawasan sebagian besar berada di luar kawasan. Hanya di Kabupaten Batang, tepatnya di Desa Kuripan, Kecamatan Subah sebagian masuk wilayah hutan Perum Perhutani, KPH Kendal. Menurut administrasi wilayah DAS, sasaran lokasi kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Mangrove termasuk wilayah BPDAS Pemali Jratun, Provinsi Semarang. Sasaran lokasi kajian adalah daerah-daerah pesisir di sepanjang Pantura Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di 13 kabupaten/kota dan 58 kecamatan. Selengkapnya sasaran lokasi sampai kecamatan disajikan pada Tabel II-3.

Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 3

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

Tabel II-4. Sasaran lokasi kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Mangrove wilayah BPDAS Pemali Jratun tahun 2006No. 1 Kabupaten/Kota Kabupaten Brebes Kec. Losari Kec. Tanjung Kec. Bulakamba Kec. Wanasari Kec. Brebes Luas (ha) 8.943,00 6.819,00 10.155,00 7.226,00 8.230,00 Keterangan Losari Lor, Kecipir, Limbangan, Prapag Kidul, Pangabean, Karangdempel & Prapag Lor Krakahan, Pajagan, Pangaradan, Tanjung & Tengguli Bangsi, Cimohong, Grinting, Bulakamba, Pakijangan, Pulogading, Kluwut Klampok, Sawojajar, Pesantunan, Kelobadan, Kupu, Dumaling, Kertobesuki Kaligangsa Wetan, Randusanga Wetan, Randusanga Kulon, Limbangan Wetan, Limbangan Kulon, Pasarbatang, Sigambir, Pagajungan, Kadangutar, Tengki, Kaliwlingi, Kaligangsa Kulon Damyak, Padaharja, Munjungagung, Kramat, Maribaya Suradadi, Bojongsana, Purwahamba, Sidoarjo Kedungkelor, Demangharja Muarareja, Tegal Sari Panggung, Mintragen Damya Suradadi, Bojongsana, Purwahamba, Petarukan Pesantren, Mojo, Ketapang, Limbangan, Blendung, Kertosari Blancaran, Depok Semut, Tratebang, Wonokerto Kulun, Api-api, Pecakaran Jeruksari Bandengan, Kandangpanjang, Panjangwetan, Klidang Lor, Degayu Denasrikulon, Kasepuhan, karangasem, Klidang Lor Depok, Ujungnegoro, Kranggeneng, Ponowareng, Kenconorejo, Kedungsegok Sengon, Kuripan Ketanggan, Sawangan, Sidorejo, Yosorejo

2

Kabupaten Tegal Kec. Kramat Kec. Suradadi Kec. Warureja Kota Tegal Kec. Tegal Barat Kec. Tegal Timur Kabupaten Pemalang Kec. Pemalang Kec. Taman Kec. Petarukan Kec. Ulujami Kabupaten Pekalongan Kec. Siwalan Kec. Wonokerto Kec. Tirto Kota Pekalongan Kec. Pekalongan Utara Kabupaten Batang Kec. Batang Kec. Tulis Kec. Subah Kec. GrinsingDiterbitkan Oleh:

6.111,00 9.833,00 10.410,00 1.513,00 636,00 10.283,00 6.741,00 8.129,00 6.055,00

3 4

5

1.591,00

6 7

1.456,00

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 4

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

No. 8

Kabupaten/Kota Kec. Limpung Kabupaten Kendal Kec. Rowosari Kec. Kangkung Kec. Cepiring Kec. Patebon Kec. Kota Kendal Kec. Brangsong Kec. Kaliwungu Kota Semarang Kec. Tugu Kec. Semarang Barat Kec. Semarang Utara Kec. Genuk Kabupaten Demak Kec. Sayung Kec. Karangtengah Kec. Bonang Kec. Wedung Kabupaten Jepara Kec. Kedung Kec. Tahuran Kec. Jepara Kec. Mlonggo Kec. Bangsri Kec. Kembang Kec. Keling Kabupaten Pati Kec. Dukuhseti Kec. Tayu Kec. Margoyoso

Luas (ha) Kedaung 3.264,00 3.898,00 3.008,00 4.430,00 2.749,00 3.454,00 10.769,00 3.129,34 2.386,71 1.133,28 2.738,44 7.869,00 5.155,00 8.324,00 9.876,00 4.306,28 3.890,58 2.466,70 10.295,52 8.535,24 10.812,38 23.175,80 8.159,00 4.759,00 5.997,00

Keterangan

Gempolsewu, Sendang Sikucing Jungsemi, Tanjungmojo, Kalirejo Sidomulyo, Juwiring, Kaliayu, Kalirandu Gede, Korowelan Anyar, Margorejo Pidodopulon, Pidodowetan, Kartikajaya, Wonosari Balok, Bandengan, Karangsari, Banyutuo Turunrejo, Purwokerto Wonorejo, Mororejo Mangkangkulon, Mangunharjo, Mangkangwetan Randugarut, Tugurejo, Tambakharjo Bandarharjo Terboyokulon, Terboyowetan, Trimulyo Sriwulan, Bedono, Timbulsroko, Surodadi Tambakbulusan, Morodemak, Purworejo, Betahwalang Berahan Kulon, Berahan Wetan Kedungwalang, Kalianyar, Panggung, Bulakbaru, Tanggulklare, Semat, Telukkaur, Demangan, Krapyak Bulu, Demaan, Kauman, Jobokuto, Ujungbatu, Bandengan, Kuasem, Kedungcing Monorejo, Slagi, Jambu, Sekuro, Karanggondang Bondo Bumiharjo, Clering, Ujungwatu Puncel, Tegalombo, Kembang, Dukuhseti, Banyutowo, Alasdowo, Kenanti, Bakalan Donorejo, Sambiroto, Jepat Lor, Tunggulsari, Jepat Kidul, Margomulyo Semerak, Margotuhu Kidu, Margoyoso, Tunjungrejo, Cibolek Kidul, Bulumanis Lor, Bulumanis Kidul, Tangkalan, Langgenharjo, Kertomulyo Kadilangu, Tlutur, Kertomulyo, Asempapan, Guyangan, Sambilawang Tlogoharum, Kepoh, Tluwuk Genengmulyo, Agungmulyo, Langenharjo,

9

10

11

12

Kec. Tangkil Kec. Wedarijaksa Kec. JuwanaDiterbitkan Oleh:

4.284,00 4.085,00 5.593,00

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 5

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

No.

Kabupaten/Kota Kec. Batangan

Luas (ha) 5.066,00 6.150,00 5.881,00

Keterangan Bakaran Kulon, Bakaran Wetan Raci, Ketitang Wetan, Bumimulyo, Jembangan, Lengkong, Mangunlegi, Pacangaan Tunggulsari, Tambakagung, Mojowarno, Dresi Kulon, Tasikharjo, Purworejo, Pantiharjo Gegunung Kulon, Gegunung Wetan, Pacar, Tanjungsari, Tasikagung, Pandean, Kabungan Lor, Sukoharjo, Tireman, Pasarbanggi, Tritunggal, Punjulharjo Gedongmulyo, Dasun, Bonang Leran, Trahan, Pangkalan, Sluke, Jatisari, Manggar, Blimbing, Sendangmulyo, Labuhan Kidul Sumbersari, Sumurtawang, Pandangan Kulon, Pandangan Wetan, Plawangan, Balongmulyo, Tegalmulyo, Kragan, Karangharjo, Karanglincak, Kebloran, Tanjung, Kalipang, Sendangmulyo, Sarangmeduro, Bajingmeduro, Karangmangu

13

Kabupaten Rembang Kec. Kaliori Kec. Rembang

Kec. Lasem Kec. Sluke Kec. Kragan

4.504,00 3.759,00 6.166,00

Kec. Sarang Total

9.133,00

2.2.2.2.1.

KEADAAN FISIKFisiografi dan Topografi

Hutan mangrove yang tumbuh di sepanjang pantai atau sungai yang dipengaruhi pasang surut perpaduan air sungai dan air laut yang mengandung garam. Pada dasarnya kawasan pantai merupakan wilayah peralihan antara daratan dan perairan laut. Secara fisiografis kawasan ini didefinisikan sebagai wilayah antara garis pantai hingga ke arah daratan yang masih dipengaruhi oleh pasang-surut air laut, dengan lebar yang ditentukan oleh kelandaian (persen kelerengan) pantai dan dasar laut, serta dibentuk oleh endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas, dan kadang bercampur kerikil. Pantai merupakan daerah datar, atau bisa bergelombang dengan perbedaan ketinggian tidak lebih dari 200 m, yang dibentuk oleh endapan pantai dan sungai yang bersifat lepas, dicirikan dengan adanya bagian yang kering (daratan) dan basah (rawa). Garis pantai dicirikan oleh suatu garis batas pertemuan antara daratan dengan air laut. Oleh karena itu, posisi garis pantai bersifat tidak tetap dan dapat berpindah (walking land atau walkingDiterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 6

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

vegetation) sesuai dengan pasang-surut air laut dan abrasi pantai atau pengendapan lumpur.Berdasarkan aspek fisiografis, wilayah pesisir terdiri dari atas unit wilayah Daratan Pantai dengan variasi ketinggian antara 5 50 m di atas permukaan laut, dan unit wilayah Rawarawa Pantai yang memiliki variasi ketinggian antara 0 5 m di atas permukaan laut (Dharmawan, 1999). Berdasarkan analisis pada Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000, menunjukan areal yang merupakan habitat mangrove di Provinsi Jawa Tengah terletak pada land system KJP

dan PTG dengan kemiringan lapang di bawah 3%.Secara umum kondisi fisiografi dan topografinya, wilayah Provinsi Jawa Tengah memiliki kondisi yang beragam mulai dataran pantai hingga pegunungan dengan ketinggian mulai dari 0 m dpl sampai diatas 925 m dpl. Kondisi kelerangan yang terdapat pada pantai utara pada umumnya termasuk klas datar dengan lereng < 2% dengan ketinggian 0-5 m dpl. Beberapa tempat mempunyai klas lereng landai sampai miring di desa Pelabuhan Weleri dan pantai di sekeliling Gunung Lasem serta Benteng Portugis dengan kelerengan curam hingga terjal. Kondisi fisiografis dan topografis wilayah kajian disajikan pada Tabel II-5. Tabel II-5. Kelerengan dan ketinggian daerah kajian di sepanjang Pantura Provinsi Jawa TengahNo. 1 2 3 4 5 6 7 8 Kabupaten/Kota Kabupaten Brebes Kabupaten Tegal Kota Tegal Kabupaten Pemalang Kabupaten Pekalongan Kota Pekalongan Kabupaten Batang Kabupaten Kendal Kecamatan Bulakamba, Wanasari & Brebes Kramat, Suradadi & Warureja Tegal Barat & Tegal Timur Pemalang, Taman, Petarukan & Ulujami Sragi, Wonokerto & Tirto Pekalongan Utara Batang, Tulis, Subah, Limpung & Grinsing Rowosari, Kangkung, Cepiring, Patebon, Kota Kendal, Brangsong & Kaliwungu Tugu, Semarang Barat, Kelerengan 0-2% 0-1% 0-2% 1-3% 0-3% 1-3% 0-8% 1-3% Ketinggian dpl (m) 1-5 0-5 0-5 1-5 1-5 0-5 0 - 10 0 - 10

9

Kota SemarangDiterbitkan Oleh:

08%

0-8

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 7

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

No. 10 11

Kabupaten/Kota Kabupaten Demak Kabupaten Jepara

Kecamatan Semarang Utara & Genuk Sayung, Karangtengah, Bonang & Wedung Kedung, Tahuran, Jepara, Mlonggo, Bangsri, Kembang & Keling Dukuhseti, Tayu, Margoyoso, Tangkil, Wedarijaksa, Juwana & Batangan Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke, Kragan & Sarang

Kelerengan 0-2% 0 - 25 %

Ketinggian dpl (m) 0-3 0 - 1.301

12

Kabupaten Pati

0-5%

0 - 41

13

Kabupaten Rembang

0-5%

0-10

Secara umum, kabupaten/kota sepanjang Pantura wilayah BP DAS Pemali Jratun memiliki kelerangan dan ketinggian dpl relatif sama, kecuali Kecamatan Keling di Kabupaten Jepara yang memiliki topografi yang bervariasi dari landai sampai berbukit.

2.2.2.

Geologi dan Geomorfologi

Secara umum, wilayah pantai utara Jawa Tengah terbagi dalam 2 (dua) kondisi geologis dan geomorfologis. Wilayah pesisir pantai uatara di sebelah timur (Wilayah Kabupaten Rembang) hingga wilayah kota Semarang merupakan dataran alluvial yang tersusun oleh endapan lumpur yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara di pesisir pantai dan terbawa oleh arus sepanjang pantai. Sedangkan di sebelah barat mulai dataran Gringsing ke arah barat hingga perbatasan dengan Provinsi Jawa Barat merupakan dataran alluvial yang terbentu oleh pelapukan batuan vulkanik dari daerah perbukitan di atasnya (BRLKT WIL V, 1999). Daerah sepanjang Pantura Jawa Tengah dapat dibedakan menjadi 7 satuan bentang lahan utama, yaitu; Dataran antara Kragan Sarangjowo; Lereng utara Gunung Lasem; Dataran antara Margorejo hinggga Lasem; Lereng utara dan barat Gunung Muria; Dataran antara Weleri hingga Kedung; Perbukitan sekitar Subah hingga Grinsing; dan Dataran antara Cisanggarung Batang Adanya beberapa zona bentang lahan utama di sepanjang Pantura Jawa Tengah tersebut sekaligus merupakan zona air tanah, karena pada prinsipnya karakteristik akifer dan karakter air tanah ditentukan oleh materi penyusun dan dipengaruhi oleh faktor lain terutama relief.Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 8

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

Berdasarkan Peta Land System lembar Cirebon, Semarang dan Pati skala 1 : 250.000 (Puslittanak, 1989), formasi geologi yang terdapat di wilayah kajian pada land system PTG tersusun dari batuan endapan aluvium muda dari laut dan pasir kerikil pantai, land system KJP ialah aluvium muda berasal dari campuran endapan muara dan endapan laut serta land system KHY ialah aluvium muda berasal dari campuran endapan muara, endapan laut dan endapan sungai serat gambut. Tabel II-6. Fomasi geologi daerah kajian di sepanjang Pantura Provinsi Jawa TengahNo. 1 2 3 4 Kabupaten/ Kota Kab. Brebes Kab. Tegal Kota Tegal Kab. Pemalang Kecamatan Bulakamba, Wanasari & Brebes Kramat, Suradadi & Warureja Tegal Barat & Tegal Timur Pemalang, Taman, Petarukan & Ulujami Sragi, Wonokerto & Tirto Pekalongan Utara Formasi Geologi Endapan liat, liat & pasir Endapan liat, liat & pasir, pasir Endapan liat, liat & pasir, pasir Endapan liat, liat pasir, endapan pasir Endapan liat, liat & pasir Endapan liat, liat & pasir Endapan liat, liat & pasir Endapan liat, liat & pasir Endapan sungai, liat, liat sub-recent Endapan liat, liat pasir Endapan liat, liat & pasir, endapan pasir Endapan liat, liat & pasir Endapan liat, liat & pasir Keterangan

5 6 7

Kab. Pekalongan Kota Pekalongan Kab. Batang

Batang, Tulis, Subah, Limpung & Grinsing Rowosari, Kangkung, Cepiring, 8 Kab. Kendal Patebon, Kota Kendal, Brangsong & Kaliwungu Tugu, Semarang Barat, 9 Kota Semarang Semarang Utara & Genuk Sayung, Karangtengah, Bonang 10 Kab. Demak & Wedung Kedung, Tahuran, Jepara, 11 Kab. Jepara Mlonggo, Bangsri, Kembang & Keling Dukuhseti, Tayu, Margoyoso, 12 Kab. Pati Tangkil, Wedarijaksa, Juwana & Batangan 13 Kab. Rembang Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke, Kragan & Sarang Sumber : Peta Tanah Tinjau Tahun 1966Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 9

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

2.2.3.

Tanah

Jenis tanah di sepanjang pantai utara Jawa Tengah pada umumnya adalah alluvial. Jenis tanah regosol dapat dijumpai disebelah timur Gunung Muria. Jenis tanah Latosol terbentuk di perbukitan antara Kecamatan Subah dan Kecamatan Gringsing, sedang jenis tanah mediteran terdapat di lereng bawah dan kaki Gunung serta di Gunung Lasem. Wilayah di daerah eks karesidenan Pekalongan dan eks Karesidenan Semarang mempunyai jenis tanah alluvial yang berasal dari endapan sungai. Untuk wilayah eks Karesidenan Pati, jenis tanahnya bervariasi mulai dari alluvial, mediteran, latosol, dan regosol. Selengkapnya jenis tanah di wilayah kajian berdasarkan Peta Tanah Tinjau Provinsi Jawa Tengah (Lembaga Penelitian Tanah). Tabel II-7. Sebaran Jenis Tanah di Kabupaten/Kota Sepanjang Pantura Provinsi Jawa TengahNo. 1 Kabupaten/Kota Kabupaten Brebes Kec. Losari, Tanjung, Bulakamba, Wanasari & Brebes Kota Tegal Kec. Kramat, Suradadi & Warureja Jenis Tanah Alluvial hidromorf, alluvial kelabu tua, alluvial coklat kelabu, asosiasi hidromorf kelabu & planosol coklat kekelabuan, asosiasi glei humus rendah dan alluvial kelabu, regosol kelabu Alluvial hdromorf, alluvial kelabu tua, alluvial coklat kelabu, asosiasi hidromorf kelabu & planosol coklat kekelabuan, regosol kelabu, asosiasi glei humus rendah & alluvial kelabu Alluvial hidromorf, alluvial kelabu tua, alluvial coklat kelabu, asosiasi hidromorf kelabu & planosol coklat kekelabuan, regosol kelabu Alluvial hidromorf, alluvial kelabu tua, asosiasi alluvial kelabu & alluvial coklat kelabu, regosol kelabu Alluvial hidromorf, alluvial kelabu tua, alluvial kelabu, alluvial kelabu kekuningan, asosiasi hidromorf kelabu & planosol coklat kekelabuan Alluvial hidromorf, alluvial kelabu tua, alluvial kelabu, alluvial kelabu kekuningan, asosiasi hidromorf kelabu & planosol coklat kekelabuan

2

3

Kabupaten Tegal Kec. Tegal Barat & Kec. Tegal Timur Kabupaten Pemalang Kec. Pemalang, Taman, Petarukan & Ulujami Kabupaten Pekalongan Kec. Sragi, Wonokerto & Tirto Kota Pekalongan Kec. Pekalongan Utara

4

5

6

Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 10

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

No. 7

Kabupaten/Kota Kabupaten Batang Kec. Batang, Tulis, Subah, Limpung & Grinsing Kabupaten Kendal Kec. Rowosari, Kangkung, Cepiring, Patebon, Kota Kendal, Brangsong & Kec. Kaliwungu Kota Semarang Kec. Tugu, Semarang Barat, Semarang Utara & Kec. Genuk Kabupaten Demak Kec. Sayung, Karangtengah, Bonang & Kec. Wedung Kabupaten Jepara Kec. Kedung, Tahuran, Jepara, Mlonggo, Bangsri, Kembang & Kec. Keling Kabupaten Pati Kec. Dukuhseti, Tayu, Margoyoso, Tangkil, Wedarijaksa, Juwana & Kec. Batangan Kabupaten Rembang Kec. Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke, Kragan & Kec. Sarang

Jenis Tanah Alluvial hidromorf, alluvial kelabu tua, asosiasi alluvial kelabu & alluvial coklat kelabu Alluvial hidromorf, asosiasi latosol merah, latosol coklat kemerahan & laterik air tanah

8

9

Alluvial kelabu, alluvial kelabu tua, alluvial kelabu kekuningan, alluvial kelabu tua & glei humus rendah

10

Alluvial hidromorf, asosiasi hidromorf kelabu & planosol coklat kekelabuan, grumosol kelabu tua Alluvial hidromorf, regosol coklat, asosiasi mediteran coklat tua dan mediteran coklat, grumosol kelabu tua, asosiasi hidromorf kelabu & planosol coklat kekelabuan Alluvial hidromorf, alluvial coklat kekelabuan, andosol coklat, latosol coklat, latosol merah, grumosol kelabu tua, mediteranian merah kuning, regosol coklat, regosol kelabu tua, asosiasi hidromorf kelabu & planosol coklat kekelabuan Alluvial hidromorf, alluvial coklat kelabu, alluvial coklat tua kelabu, regosol coklat, asosiasi hidromorf kelabu & planosol coklat kelabu, alluvial kelabu kekuningan

11

12

13

Wilayah di daerah kajian berupa tanah aluvial yang berasal dari endapan banjir sehingga masih muda dan belum terdapat differensiasi horison. Bahan induk berasal dari alluvium yang berupa endapan pasir. Jenis tanah alluvial ini dicirikan dengan permeabilitas tanah yang lambat dan mempunyai tingkat kepekaan erosi yang tinggi. Adapun menurut sistem klasifikasi tanah USDA (1992), jenis tanah di Pantura Jawa Tengah dengan berdasarkan pada tiga tipe land system yaitu PTG, KHY, KJP, bervariasi mulai dari Tropopsamment, Tropaquent, Hydraquent, Sulfaquent, Fluvaquent, Tropohemists dan Tropaquepts yang terbentuk dari batuan induk alluvium halus dengan tekstur mulai dari agak kasar sampai gambut halus. Jenis tanah di kawasan pantai Kabupaten Pemalang berjenis alluvialDiterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 11

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

hidromorf dengan bahan induk dari endapan liat, sedangkan tekstur tanahnya terdiri atas tanah halus (liat) dan tanah sedang (lempung).

2.2.4.

Iklim

Berdasarkan karakteristik curah hujan bulanan, maka menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson yang mendasarkan perhitungan pada perbandingan bulan kering (< 60 mm/bulan) dan bulan basah (> 100 mm/bulan) dikalikan 100%, maka tipe iklim di wilayah Jawa Tengah mempunyai tipe iklim yang beragam dimulai dari tipe B sampai D. Kelembaban wilayah BP DAS Pemali Jratun Provinsi Jawa Tengah berkisar antara 77 sampai 94. Curah hujan terendah terdapat di Kabupaten Rembang sebesar 1.140 mm/tahun dan tertinggi di Kota Semarang dengan curah hujan tahunan mencapai 3733 mm. Selengkapnya data iklim tiap kabupaten di pesisir Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel II-8. Mengacu pada pembagian land system, rata-rata curah hujan tahunan untuk land system PTG ialah 1.4004.000 mm, land system KJP ialah 1.4003.700 mm dan land system KHY ialah 1.9004.100 mm. Sedangkan suhu rata-rata pada land system PTG, KJP dan KHY ialah 2332 C. Tabel II-8.No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kondisi Iklim Tahunan di Provinsi Jawa Tenga Dirinci per KabupatenCurah Hujan (mm) 2433 2105 2105 3265 3267 3267 3099 2190 3733 1731 2328 1650 1140 2693 HH 113 105 105 125 129 129 150 104 131 75 96 89 55 117 Suhu Rata-rata (0C) 27,4 27,4 27,9 27,0 28,5 27,4 27,8 25,5 27,8 RH (%) 80,2 80,3 80,3 79,0 78,0 94,0 77,0 84,0 82,0 EV 15 15 15 17 11 16 12 16 Tipe Iklim (S-F) D C C B B B B C B C D C D B-D

Kabupaten/ Kota Kab. Brebes Kota Tegal Kab. Tegal Kab. Pemalang Kab. Pekalongan Kota Pekalongan Kab. Batang Kab. Kendal Kota Semarang Kab. Demak Kab. Jepara Kab. Pati Kab. Rembang Rata-rataDiterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 12

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

Sumber : Diolah dari berbagai sumber (2005) Keterangan : HH = hari hujan, RH = kelembaban, S-F = klasifikasi iklim menurut Schmidt Fergusson, EV = Evapotranspirasi

Lamanya musim hujan menentukan pemasukan air tawar ke setiap lokasi. Pada iklim di daerah khatulistiwa, run-off dataran tinggi biasanya mencukupi untuk menjaga air tawar yang berhubungan dengan permukaan kedap air asin sepanjang tahun. Curah hujan mempengaruhi mangrove melalui dua cara, yaitu: 1) Curah hujan menetukan laju pelapukan, termasuk mempengaruhi jumlah debu (silt) yang dibawa ke hutan mangrove. Curah hujan tinggi mengurangi salinitas yang sangat tinggi (hyper-salinity).

2)

Temperatur pada daerah garis khatulistiwa biasanya bukan merupakan faktor penghambat pertumbuhan tumbuhan. Tetapi angin dan badai dapat berpengaruh terhadap hutan mangrove. Pada daerah yang mudah terkena badai hebat, tajuk pohon hutan di sepanjang pantai biasanya patah dan stuktur pepohonan di daerah tersebut pada umumnya lebih pendek.

2.2.5. Oseanografi A. Tipe Pasang Surut dan Arah Arus

Pasang surut bersifat campuran dan dalam sehari semalam akan terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Gelombang laut relatif tenang kurang dari 1 meter, namun terdapat juga arus-arus kuat. Tinggi gelombang pada kawasan ini mencapai 50 cm pada siang hingga sore hari, hal ini diperkirakan ditimbulkan oleh angin yang berhembus. Gelombang yang terjadi dari arah utara biasanya lemah dan terkait dengan angina yang berhembus pada musim peralihan, yaitu pada bulan Maret-Mei serta antara bulan September sampai November. Angin timur dapat menimbulkan gelombang yang cukup besar berlangsung selama musim timur, yaitu bulan Juni-Agustus dengan tinggi gelombang mencapai 1,5 m. Kondisi gelombang ini relatif kecil dibanding angin barat yang mempunyai potensi gelombang lebih besar. Arus di suatu perairan terutama disesbabkan oleh angin dan pasang surut. Besarnya kontribusi masing-masing factor terhadap kekuatan dan arah arus yang ditimbulkannyaDiterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 13

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

tergantung pada tipe perairan (pantai atau laut lepas) dan keadaan geografisnya. Ditinjau dari kondisi geografisnya, arus di perairan dipengaruhi oleh pasang surut dan angina. Akan tetapi dekat pantai dan muara sungai arus pasang surut mendominasi. Pada musim barat (musim penghujan) di bulan Desember Maret, arus permukaan bergerak ke Arah timur dengan kecepatan rata-rata 0,705 km/jam. Pada musim timur (musim kemarau) di bulan Juni-September, arus bergerak ke arah barat dengan kecepatan rata-rata 0,561 km/jam. Pada musim peralihan dari barat ke timur, kecepatan arus rata-rata 0,366 km/jam, dan saat musim peralihan timur ke barat kecepatan arus rata-rata mencapai 0,322.

B.

Proses Geodinamika Laut

Pesisir Utara Jawa Tengah merupakan wilayah delta muara sungai-sungai dengan kondisi arus air tergantung pasang surut. Pada waktu pasang, massa air cenderung bergerak dari arah laut menuju muara dan sebaliknya pada saat surut massa air bergerak ke arah laut. Abrasi pantai sebagian besar terjadi pada pantai-pantai yang menghadap langsung arah laut lepas. Adapun pantai-pantai yang terlindung sedikit sekali terjadi abrasi. Erosi pada pinggir sungai relatif kecil karena masih adanya komunitas nipah yang menahan longsornya daratan. Pantai Utara Jawa Tengah pada umumnya merupakan daerah rawan abrasi. Umumnya abrasi terjadi akibat rusaknya sabuk hijau. Di beberapa daerah Barat, abrasi terjadi pada daerah yang berbentuk teluk terutama pada musim penghujan akibat pengaruh besarnya ombak, angin dan adanya arus Barat. Abrasi dengan kelas ringan terjadi di daerah Klidang Lor (Batang), Pekalongan dan Pulau Lamper (Brebes), sedangkan abrasi berat terjadi di Pantai Sendang Sikucing, Pantai Ujung Negoro, Pantai Jepara dan Pantai Lasem. Abrasi pantai juga terjadi di Kabupaten Tegal sepanjang 10 kilometer dari total panjang garis pantai 25 kilometer yang telah tergerus antara 50 meter sampai 100 meter ke arah darat selama 10 tahun terakhir. Hal ini menurut data Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kabupaten Tegal. Berbatasan dengan Kabupaten Tegal, 29 desa di sepanjang pantai Kabupaten Pemalang terdapat juga gerusan abrasi, dimana dari total panjang garis pantai 34,6 kilometer, abrasi telah menelan 650 ha lahan.

Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 14

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

Abrasi di pantai Utara Jawa Tengah sudah sangat parah. Data pada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Provinsi Jawa Tengah tahun 2002 tercatat luas abrasi cukup besar, seperti terlihat pada Table II-9 yang tersebar di 11 kabupaten/kota. Tabel II-9. Abrasi dan Tingkat kerusakan mangrove pada beberapa wilayah kajian Inventarisasi dan Identifikasi MangroveNo. 1 2 3 4 Kabupaten/Kota Kab. Brebes Kota Tegal Pemalang Kab. Pekalongan Abrasi/ Ha 818,000 37,095 1.549,000 30,000 Tingkat Kerusakan Mangrove (Ha) Baik Sedang Berat 21,000 205,000 9,000 770,500 54,900 4.215,000 41.487,500 3,280 12,000 Upaya Penanganan Minakhorba 99/00 Minakhorba 99/00 Rehab area model Reboisasi mangrove di kawasan pantai Reboisasi mangrove di alur sungai Tanggul, reboisasi, Minakhorba 2000 Minakhorba 2000 Minakhorba 2001 Rehab dan reboisasi pantai Minakhorba 2000 Pembangunan Hutan Bakau

5

Kota Pekalongan

6,100

-

-

-

6

Batang

2,500

-

20,000

1,200

7 8 9

Kendal Demak Jepara

217,000 145,500 86,000

2,900 7,700 8,500

668,600 37,000 -

124,080 4,100 -

10 11

Pati Rembang

3,100 15,775

5,000 491,250

6,450 33,750 45.702,500

4,505 103,715 249,880

Jumlah 2.910,070 1.344,650 Sumber : Bapedalda Jawa Tengah (2002)

Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 15

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

2.2.6.A.

HidrologiMorfometri DAS

Wilayah kajian Tengah termasuk dalam 17 Daerah Aliran Sungai (DAS) lebih dari 30 sub DAS. Selengkapnya disajikan pada tabel berikut. Tabel II-10. Sasaran lokasi kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Mangrove wilayah BPDAS Pemali Jratun tahun 2006 menurut administrasi wilayah DASNo. 1 Nama DAS Kabuyatan Ds Nama Sub DAS Kabuyatan Hulu, Kabuyatan Hilir, Babakan, Kluwut, Pakijangan, Tanjung Cigunung, Pemali, Keruh, Glagah, Kumisik, Rambatan, Pemali Hilir, Gung Kabupaten/Kecamatan Kab. Brebes: Kec. Banjarharjo, Kersana, Tanjung, Ketanggungan, Bulakamba dan Kersana, Larangan Kab. Brebes : Kec. Salem, Bantarkawung, Bumiayu, Paguyangan, Sirompong, Bumiayu, Tonjong, Ketanggungan, Larangan, Songgom, Jatibarang, Wanasari & Brebes Kab. Tegal : Kec. Kramat, Suradadi, Warureja Kab. Brebes : Jatibarang & Brebes Kota Tegal : Kec. Tegal Barat & Margadana Kota Tegal : Kec. Margadana, Tegal Barat, Tegal Timur Kab. Tegal : Kec. Kramat, Suradadi, Warureja Kab. Pemalang: Kec. Pemalang, Taman, Petarukan Kab. Pemalang: Kec. Ulujami, Petarukan, Kab. Pemalang: Kec. Ulujami Kab. Pekalongan: Kec. Siwalan, Wonokerto, Tirto Wonokerto, Tirto Kota Pekalongan: Kec. Bandengan, Kandang Panjang, Panjang Wetan, Krapyak Lor, Degayu Kab. Kendal: Kec. Rowosari, Kangkung, Cepiring, Patebon, Kendal, Brangsong, Kaliwungu Kab. Batang: Kec. Batang, Tulis Kab. Batang: kec. Subah, Limpung, Grinsing

2

Pemali Ds

3 4

Gangsa Ds Cacaban

Gangsa Wadas, Gung, Konang Jimat, Rambut, Wuluh, Waluh

5 6

Comal Sragi

Comal Hilir Sragi, Sengkang

7 8

Sengkarang Ds Kupang

Kupang Pencongan, Bremi, Sebulanan, Banger Blukar, Blorong

9

Bodri Ds

10

LampirDiterbitkan Oleh:

Bogol, Arus, Tepus

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 16

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

No. 11

Nama DAS Garang Ds

Nama Sub DAS Kripik, Garang Hilir, Babon Hilir Jragung, Lana Tuntang Hilir, Jajar Hilir Bakalan Pacangan Balong, Banjaran, Teluk, Tayu

12 13 14 15

Jragung Tuntang Serang Balong

16 17

Juana Lasem

Gungwedi, Sukosungging Randugunting, Capluk, Lasem, Blitung

Kabupaten/Kecamatan Kota semarang: Kec. Tugu, Semarang Barat, Semarang Utara, Genuk Kab. Demak: Kec. Sayung Kab. Demak: Kec. Karangtengah, Bonang, Sayung Kab. Demak: Kec. Wenang, Wedung Kab. Demak: Kec. Wedung Kab. Jepara: Kec. Kedung, Tahunan Kab. Jepara: Kec. Jepara, Mlonggo, Bangsri, Kembang, Keling, Tahunan Kab. Pati: Kec. Dukuhseti, Tayu, Trangkil, Margoyoso Kab. Pati: Kec. Trangkil, Wedarijaksa, Juwana, Batangan Kab. Pati: Kec. Batangan Kab. Rembang: Kec. Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke, Kragan, Sarang

Beberapa sungai yang mengalir dan bermuara ke pantai Laut Jawa adalah Kabuyutan, Pemali, Gung, Rambut, Comal, Sengkarang, Pekalongan, Waluh, Bodri, Garang, Jragung, Serang dan Juwana. Perairan di sepanjang pesisir Jawa Tengah merupakan hutan mangrove, dimana terjadi pertemuan muara asin dari Laut Jawa dan air tawar dari beberapa sungai di sepanjang muara tersebut. Mangrove tersebut tumbuh di tempat air tenang muara sungai yang merupakan pertemuan arus laut dan sungai yang menyebabkan endapan lumpur di sekitar muara sungai yang mengakibatkan pendangkalan sungai dan memungkinkan terbentuknya gosong-gosong baru. Perairan payau tersebut, salinitas airnya senantiasa berubah-ubah tergantung pada banyaknya percampuran antara air asin dan air tawar, temperatur dan penguapan. Pasang surut menggenangi hutan payau dengan radius 300500 meter masuk ke arah daratan dari arah pantai, dimana hal ini terjadi apabila air sedang pasang. Dengan demikian, intrusi air laut yang menyebabkan salinitas perairan payau meningkat, tidak terpengaruh terhadap penebangan pohon-pohon di hutan mangrove dan pembukaan areal tambak. B. Debit Sungai

Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 17

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

Debit sungai sangat dipengaruhi oleh luapan air DAS yang bersangkutan, panjang sungai utama, intensitas curah hujan, kelas kelerengan/fisiografi lahan, jenis tanah dan penutupan lahan. Kuantitas dan kontinuitas debit sungai adalah parameter-parameter yang mampu memberikan indikasi kualitas suatu DAS. Terjadinya banjir pada musim penghujan merupakan bentuk nyata dan ekstrim dari fluktuasi debit sungai yang terlalu besar. Sungai-sungai di areal ini memiliki debit aliran yang besar karena sungainya yang lebar dan dalam. Debit suatu sungai juga sangat tergantung pada kondisi curah hujan, pola penutupan lahan, kelerengan dan aktivitas manusia di sekitarnya. Pasang surut bersifat campuran dan condong ke harian ganda (mixed semi diurnal), artinya dalam sehari semalam akan terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Gelombang laut relatif tenang kurang dari 1 meter, namun terdapat arus-arus kuat. Daerah dasar pantai umumnya terdiri dari pasir berlumpur dengan garis isobath 200 m terletak lebih dari 1 mil laut dengan pengaruh pasang sampai 25 30 km dari garis pantai.

2.3.A.

KONDISI HUTANFormasi Vegetasi Mangrove

Hutan mangrove payau atau dikenal dengan sebutan hutan payau merupakan komunitas vegetasi pantai tropis sampai sub tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air dan terlindung dari gelombang besar serta arus pasang surut yang kuat. Oleh karena itu, hutan mangrove banyak terdapat di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuari, delta dan daerah yang terlindung. Pembentukan hutan mangrove tergantung pada ada tidaknya sedimentasi lumpur dan pasir akibat berat jenis dan daya koagulasi dari air laut serta kedalaman dasar air dan jumlah lumpur. Sedimentasi, erosi laut dan sungai, penggenangan pasang laut dan kondisi garam tanah serta kondisi akibat eksploitasi juga mempengaruhi hutan mangrove. Karakteristik hutan mangrove, antara lain: 1. Tidak terpengaruh iklim, tetapi dipengaruhi oleh pasang surut air laut (tergenang air laut pada waktu pasang dan bebas genangan air laut pada waktu surut).Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 18

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

2. Tumbuh membentuk jalur sepanjang garis pantai/sungai dengan substrat (media tumbuh) an-aerob, berupa lempung terjal dan kompak (firm clay soil), gambut (peat), berpasir (sundy soil) sampai di atas tanah koral. 3. Struktur tajuk tegakan hanya memiliki satu lapisan tajuk (berstratrum tunggal). Komposisi jenis dapat homogen (hanya satu jenis) atau heterogen (terdiri sedikitnya dua jenis). Jenis-jenis kayu yang terdapat pada areal yang masih berhutan dapat berbeda antara tempat yang satu dengan tempat lainnya, tergantung pada kondisi tanah, intensitas genangan pasang surut air laut dan tingkat salinitas (kandungan garam air laut). 4. Penyebaran jenis membentuk zonasi dari arah laut ke darat berturut-turut ditumbuhi Avicennia spp (tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik). Berikutnya didominasi oleh Rhizophora spp. Areal yang merupakan zona transisi, merupakan zona dimana pengaruh air tawar lebih besar dibandingkan air laut. Namun tidak terjadi pembatasan zonasi yang jelas antara vegetasi mangrove dan vegetasi daratan. Pada citra Landsat TM Band 542 skala 1:100.000, hutan nipah tidak nampak secara jelas dan tegas. Jenis-jenis vegetasi pada hutan mangrove mempunyai daya adaptasi terhadap kadar oksigen rendah, kadar garam tinggi dan kondisi tanah yang kurang stabil akibat pasang surut. Daya adaptasi tersebut disebabkan jenis-jenis mangrove memiliki kekhususan dibandingkan jenis tumbuhan lainnya, yaitu: 1) Memiliki bentuk perakaran yang khas: a) Bertipe cakar ayam/akar pasak yang mempunyai pneumatofore untuk mengambil oksigen dari udara, misalnya Avicennia spp. Bertipe penyangga/tongkat atau akar tunjang (still root) yang mempunyai lentisel (Rhizophora spp). Bertipe akar papan, misalnya Bruguiera spp dan Ceriops spp.

b)

c) 2)

Memiliki kemampuan mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horizontal melebar serta semrawut/berbelit-belit yang berguna untuk memperkokoh pohon dan sekaligus berfungsi untuk mengambil unsur hara serta menahan sedimen (sediment trap).Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 19

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

3)

Memiliki sel-sel khusus dalam daun untuk beradaptasi terhadap salinitas (kandungan garam) yang tinggi, berdaun tebal dan kuat yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam serta memiliki struktur stomata khusus dan mengkilap untuk mengurangi penguapan.

Hasil survey lapangan di sepanjang Pantura wilayah BP DAS Pemali Jratun Provinsi Jawa Tengah, ditemukan berbagai spesies tanaman bakau, yaitu: Avicennia alba, Avicennia marina, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorhiza, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis, Ceriops tagal dan Ceriops decandra Ceriops spp. Mangrove merupakan ekosistem peralihan (ekoton) karena keberadaannya di antara daratan dan perairan yang mempunyai fungsi dan peranan yang strategis, baik secara sosial ekonomi maupun fisik ekologis. Manfaat hutan mangrove dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Pada fisik garis pantai menjaga kestabilan garis pantai dari gempuran ombak dan angin, mempercepat perluasan lahan hasil sedimentasi dan menjebak material sampah yang terbawa arus. Secara ekologis sebagai habitat yang cocok untuk pembiakan (spawning ground), asuhan (nursery ground) dan mencari makan (feeding ground) bagi fauna akuatik, seperti ikan, kerang dan udang serta sebagai tempat bersarang, mencari makan, persinggahan bagi fauna terestrial, seperti aves, reptil dan mamalia serta biomassa mangrove (daun, ranting dan batang) yang terdekomposisi, berupa zat hara dan detritus atas kerja dekomposer, berupa bakteri dan detritivore lain merupakan penyumbang nutrisi penting untuk rantai utama dalam jaring-jaring makanan pada ekosistem pantai. Secara sosial ekonomi, tegakan mangrove merupakan sumber produksi hasil hutan kayu (bahan baku arang, kayu bakar, kayu bangunan, industri kertas dan pulp) dan kulit kayu tertentu untuk penyamak dan obat nyamuk. Di kawasan mangrove dapat dikembangkan untuk budidaya ikan, udang, kepiting, lebah madu dan tempat pembuatan garam.

2)

3)

Tumbuhan bawah di hutan mangrove di bawah tegakan pohon yang tidak tergenang air laut secara permanen dengan tipe substrat agak keras, terdiri dari jenis pakis payau (Acrostrichum aureum), Acanthus ilicofolius dan Calamus serta liana lainnya. Adapun

Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 20

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

tumbuhan bawah di substrat lembek berlumpur didominasi oleh anakan-anakan pohon dari jenis mangrove. B. Fauna Mangrove

Mangrove merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa liar, seperti primata, reptilia dan burung. Selain sebagai tempat berlindung dan mencari makan, mangrove juga merupakan tempat berkembang biak bagi burung air. Bagi berbagai jenis ikan dan udang, perairan mangrove merupakan tempat ideal sebagai daerah asuhan, tempat mencari makan dan tempat pembesaran anak. Ikan menjadikan areal mangrove sebagai tempat untuk pemijahan, habitat permanen atau tempat berbiak. Sebagai tempat pemijahan, areal mangrove berperan penting karena menyediakan tempat naungan dan mengurangi tekanan predator, khususnya ikan predator. Dalam kaitannya dengan makanan, hutan mangrove menyediakan makanan bagi ikan dalam bentuk material organik yang terbentuk dari jatuhan daun dan berbagai jenis hewan invertebrata, seperti kepiting dan serangga. Selain itu, mangrove juga merupakan tempat pembesaran anak-anak ikan. Sasekumar, dkk (1992) mencatat sebanyak 119 jenis ikan hidup pada sungai-sungai kecil di daerah mangrove di Selangor, Malaysia, dimana sebagian besar diantaranya masih berupa anakan. Hal yang sama dapat dilihat di Segara Anakan tercatat lebih dari 60% ikan yang tertangkap merupakan ikan muda. Sangat sedikit sekali amphibia dapat ditemukan bertahan hidup pada lingkungan yang berair asin seperti lingkungan mangrove. Meskipun demikian, dua jenis amphibia telah diketahui dapat bertahan hidup pada lingkungan demikian, yaitu Rana cancrivora dan Rana limnocharis. Jenis-jenis reptilia yang umum ditemukan di daerah mangrove di Indonesia diantaranya biawak (Varanus salvator), ular air (Enhydris enhydris), ular mangrove (Boiga dendrophila), ular tambak (Cerberus rhynchops), Trimeresurus wagler dan Trimeresurus purpureomaculatus. Seluruh jenis reptilia tersebut dapat juga ditemukan pada lingkungan air tawar atau di daratan. Jenis-jenis burung yang hidup di daerah mangrove tampaknya tidak terlalu berbeda dengan jenis-jenis yang hidup di daerah hutan sekitarnya. Mereka menggunakan mangrove sebagai habitat untuk mencari makan, berbiak atau sekadar beristirahat. Bagi beberapa jenis burung air, seperti kuntul (Egretta spp), bangau (Ciconiidae) atau pecuk (Phalacrocoracidae), daerahDiterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 21

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

mangrove menyediakan ruang yang memadai untuk membuat sarang, terutama karena minimnya gangguan yang ditimbulkan oleh predator. Bagi jenis-jenis pemakan ikan, seperti kelompok burung raja udang (Alcedinidae), mangrove menyediakan tenggeran dan sumber makanan yang berlimpah. Balen (1988) mencatat sebanyak 167 jenis burung terestrial di hutan mangrove Pulau Jawa yang merupakan 34% dari seluruh jenis burung yang telah tercatat di Pulau Jawa. Pangkalan Data Lahan Basah (Wetland Data Base) mencatat setidaknya 200 jenis burung hidup bergantung pada habitat mangrove. Jumlah ini mewakili 13% dari seluruh jenis burung yang ada di Indonesia.

2.4. A.

KONDISI SOSIAL EKONOMI Kependudukan

Berdasarkan data BPS tahun 2004, jumlah penduduk di wilayah kajian di masing-masing Kabupaten yang berada di Pantura Provinsi Jawa Tengah 12.100.290 jiwa. Yang terdiri atas 6.264.765 laki-laki (51,77%) dan 6.351.220 perempuan (48,23%) dengan sex ratio rata-rata 98,70 dan kepadatan penduduk sebesar 2.034 jiwa/km2. Rincian kependudukan di 13 kabupaten di kawasan pesisir Pantura Jawa Tengah disajikan pada tabel berikut. Tabel II-11. Luas, Jumlah, Sex Ratio dan Kepadatan Penduduk Pesisir Pantura Wilayah BP DAS Pemali Jratun Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kabupaten/ Kota Brebes Kota Tegal Tegal Pemalang Kab. Pekalongan Kota Pekalongan Batang Kendal Kota Semarang Demak Jepara Luas (km2) 1.161,17 39,68 8.787,90 1.115,31 836,13 45,25 788,95 1.002,23 373,70 897,43 1.004,13 Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan 859.887 862.419 122.921 731.346 634.049 415.000 131.558 344.103 447.040 691.275 507.581 490.106 122.313 739.412 650.945 427.122 134.506 346.031 458.411 698.146 517.733 486.661 Jumlah 1.206.607 245.234 1.470.758 1.284.998 842.122 266.064 690.134 905.451 1.389.421 1.025.314 976.767 SR (%) 99,70 100,1 98,91 97,40 97,16 97,81 99,44 97,52 99,01 98,04 100,7 Kepadatan (Jiwa/km2) 1.038 6.180 1.674 1.152 993 5.880 808 903 3.718 1.747 975

Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 22

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

12 13

Pati Rembang Jumlah

1.503,68 1.014,08 18.569,64

600.700 289.199 6.264.765

617.567 289.954 6.351.220

1.218.267 579.153 12.100.290

97,27 99,74 98,70

810 571 2.035

Sumber : BPS (2002) Keterangan : SR = sex ratio

Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah penduduk tertinggi di wilayah sepanjang Pantura Jawa Tengah terdapat di Kabupaten Tegal dengan jumlah penduduk sebesar 1.470.758. Sedangkan kepadatan penduduk tertinggi ada di Kota Tegal, yaitu sebesar 6.180.

B.

Mata Pencaharian dan Produktivitas

Penduduk di daerah pesisir sepanjang Pantura wilayah BP DAS Pemali Jratun Provinsi Jawa Tengah sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, baik petani tambak, petani sawah dan lahan kering. Mata pencaharian lainnya adalah sebagai nelayan, buruh dan jasa, pedagang, PNS, pengusaha dan lain-lain. Penduduk di bagian timur Pantura, tepatnya di Kabupaten Demak dan Pati, mata pencaharian sebagian besar penduduk desa-desa di sekitar pantai adalah nelayan dan petani tambak garam. Seperti pada daerah lain, dalam daerah yang termasuk sebagai wilayah desa, setiap anggota masyarakat mempunyai hak kepemilikan lahan (seperti: lahan tambak, tegalan dll) baik yang mereka dapatkan sendiri maupun yang diperoleh dari warisan. Luas kepemilikan lahan disajikan pada tabel berikut. Tabel II-12. Luas kepemilikan lahan rumah tangga pada 13 kabupaten/kota di sepanjang Pantura Provinsi Jawa TengahNo. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kabupaten/Kota Kabupaten Brebes Kabupaten Tegal Kota Tegal Kabupaten Pemalang Kabupaten Pekalongan Kota Pekalongan Kabupaten Batang Kabupaten Kendal Kota SemarangDiterbitkan Oleh:

Lahan Pertanian (rumah tangga) 0,10-0,99 1,00-1,99 Tidak ada > 2 ha ha ha 227.000 143.000 11.000 7.000 202.000 69.000 7.000 2.000 60.000 5.000 165.000 76.000 7.000 3.000 100.000 51.000 1.000 67.000 1.000 70.000 65.000 6.000 3.000 118.000 76.000 9.000 2.000 300.000 17.000 1.000 2.000

Jumlah RT 388.000 280.000 65.000 251.000 152.000 68.000 144.000 205.000 320.000

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 23

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

No. 10 11 12 13

Kabupaten/Kota Kabupaten Demak Kabupaten Jepara Kabupaten Pati Kabupaten Rembang Jumlah

Lahan Pertanian (rumah tangga) 0,10-0,99 1,00-1,99 Tidak ada > 2 ha ha ha 104.000 87.000 13.000 6.000 151.000 58.000 4.000 4.000 136.000 117.000 15.000 8.000 66.000 54.000 11.000 5.000 1.766.000 819.000 85.000 42.000

Jumlah RT 210.000 217.000 276.000 136.000 2.712.000

Sumber : BPS (2004) Keterangan : RT = rumah tangga

Dalam sejarah perkembangan dan penyebaran penduduk di wilayah pesisir pantai, keinginan untuk membudidayakan ikan dan udang dalam bentuk tambak secara besar-besaran bagi masyarakat pantai tradisional adalah akibat tuntutan perkembangan ekonomi. Masyarakat nelayan yang sebelumnya hidup secara subsisten dan tradisional kini sudah banyak yang berubah menjadi petani-petani tambak dan pedagang dengan orientasi keuntungan dan pendapatan setinggi-tingginya. Perkembangan pergaulan dan transformasi kemajuan peradaban manusia dari berbagai benua dan kepulauan yang dialami oleh masyarakat pantai Indonesia telah membawa perubahan sikap, kebiasaan dan mendorong mereka untuk mengeksploitasi sumberdaya alam pantai dan hutan mangrove. Masyarakat tersebut semakin berantusias untuk merombak hutan-hutan mangrove menjadi tambak ikan dan udang. Pengkonversian areal mangrove secara liar menjadi tambak udang telah meningkat pesat terutama antara tahun 1980-1990. Tingginya harga udang dipasar internasional dan kebutuhan akan komoditi ekspor di Indonesia telah memberi tekanan yang lebih besar pada kawasan mangrove. Nilai produksi ikan (darat dan laut) dan konversi lahan di Provinsi Jawa Tengah yang tinggi telah berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Pusat-pusat ekonomi pada berbagai sektor di kabupaten/kota juga tumbuh pesat, termasuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Seiring dengan kemajuan tersebut, maka tumbuh pula kelompok-kelompok tani perikanan yang tergabung dalam koperasi. Paling tidak ada dua tipologi nelayan yang ada di Provinsi Jawa Tengah, yaitu nelayan lepas pantai dan nelayan permanen (tambak udang/ikan). Nelayan permanen berdampak pada konversi lahan mengrove menjadi tambak, sehingga pada akhirnya berakibat pada kerusakan mangrove khususnya di titik-titik konversi. Namun sebagian kerusakan hutan mangrove di Provinsi Jawa Tengah telah menjadi perhatian pemerintah dan LSM.

Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 24

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

Produksi dan nilai ikan pada 13 kabupaten/kota di sepanjang Pantura Provinsi Jawa Tengah tahun 2004 terdapat pada tabel berikut. Tabel II-14. Produksi dan nilai ikan pada 13 kabupaten/kota di sepanjang Pantura Provinsi Jawa Tengah tahun 2004Perikanan Laut No. Kabupaten/Kota Produksi (ton) 2.403,9 649,6 44.819,1 7.226,4 1.438,2 66.628,7 19.036,1 1.601,9 652 2.264,2 2.147,0 44.969,1 50.783,3 244.619,5 Nilai (000 Rp) 5.089.832 2.633.554 158.993.632 29.328.120 3.589.977 167.265.863 56.370.917 9.062.645 1.507.760 7.266.715 7.086.163 214.494.140 286.703.982 949.393.300 Luas (ha) 8.125 60 356 1.586 531 114 247 3.014 1.139 5.156 796 10.382 1.276 32.782 Perikanan Darat Produksi (ton) 8.254,8 103,0 10.489,1 4.378,3 708,2 48,1 120,7 5.782,5 698,8 3.853,6 2.569,9 15.063,1 167,8 52.237,9 Nilai (000 Rp) 75.184.152 2.602.347 1.057.800 48.913.755 18.707.430 1.996.000 2.002.810 97.464.250 8.868.428 103.387.375 38.077.115 276.001.287 2.676.450 638.862.084

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kab. Brebes Kabupaten Tegal Kota Tegal Kab. Pemalang Kab. Pekalongan Kota Pekalongan Kabupaten Batang Kabupaten Kendal Kota Semarang Kabupaten Demak Kabupaten Jepara Kabupaten Pati Kab. Rembang Jumlah

Sumber : BPS tahun 2004

C.

Kelembagaan

Tatanan kelembagaan masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu formal dan non formal. Perbedaannya adalah kelembagaan formal didasarkan pada aturan tertulis dan relatif seragam dengan daerah lain. Sedangkan kelembagaan non formal berdasarkan pada tata nilai yang dipegang erat oleh masyarakat setempat, tidak tertulis, disesuaikan dengan keinginan para anggotanya (bersifat tidak terikat). Bentuk kelembagaan masyarakat biasa ditemukan pada masyarakat yang hidup sebagai nelayan dan petambak adalah kelembagaan tradisional yang berpangkal dari adanya ikatan kekeluargaan di antara anggota masyarakat. Di desa-desa pesisir sepanjang Pantura wilayah BP DAS Pemali Jratun terdapat kelembagaan formal dan non formal. Kelembagaan formal yang ada di desa adalah pemerintahan desa, dengan beberapa kelembagaan desa seperti:Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 25

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

BPD, LKMD, dan PKK. Kelembagaan formal ini menangani berbagai permasalahan masyarakat yang berhubungan dengan pemerintahan. Termasuk di dalamnya adalah menjembatani urusan masyarakat yang berhubungan dengan perizinan usaha pertambakan. Sedangkan bentuk-bentuk kelembagaan non formal yang ditemukan adalah Kelompok Tani. Kelompok Tani ini juga bermacam-macam, ada kelompok tani petambak, kelompok tani nelayan dan kelompok tani sawah/lahan kering. Sebagian besar kelompok tani petambak di wilayah pesisir Pantura ini berjalan cukup aktif.

2.5.

INFORMASI REHABILITASI

Kegiatan rehabilitasi mangrove di wilayah BP DAS Pemali Jratun Provinsi Jawa Tengah secara umum dimulai pada akhir tahun 1990-an, baik yang diprakarsai secara swadaya oleh masyarakat, LSM, Pemerintah Daerah, Pemerintah Kota, Dinas Kelautan dan Perikanan, BPPT, dan BP DAS Pemali Jratun. Berdasarkan data dari BPDAS Pemali Jratun, rencana dan realisasi rehabilitasi hutan mangrove pada 13 kabupaten/kota di sepanjang Pantura Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2004-2007 disajikan pada Tabel II-15. Pada beberapa kabupaten/kota di sepanjang Pantura Provinsi Jawa Tengah juga ada kegiatan rehabilitasi mangrove yang dananya berasal dari APBD provinsi dan kabupaten, seperti Kota Tegal. Di samping itu, masyarakat pada 13 kabupaten/kota di sepanjang Pantura Provinsi Jawa Tengah juga melakukan rehabilitasi mangrove secara swadaya di sekitar tambak mereka dan saluran, serta sungai. Kegiatan secara swadaya ini terdapat di beberapa desa Kabupaten Brebes, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Tegal. Pada beberapa kabupaten/kota, seperti Kota Tegal, Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Demak, kegiatan rehabilitasi mangrove juga dilaksanakan oleh LSM. Tabel II-15. Rencana dan realisasi rehabilitasi hutan mangrove pada 13 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2004-2007No. 1 2 3 4 5 Kabupaten/Kota Kabupaten Brebes Kabupaten/Kota Tegal Kabupaten Pemalang Kabupaten Pekalongan Kota PekalonganDiterbitkan Oleh:

2004 500 500 -

2005 350 350 150 100

Tahun (ha) 2006 2007 75 950 50 150 50 850 25 250 250

Jumlah (ha) 1.875 200 1.750 425 350

Ket

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 26

Laporan AkhirINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MANGROVE WILAYAH BALAI PENGELOLAAN DAS PEMALI JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006

No. 6 7 8 9 10 11 12

Kabupaten/Kota Kabupaten Batang Kabupaten Kendal Kota Semarang Kabupaten Demak Kabupaten Jepara Kabupaten Pati Kabupaten Rembang Jumlah

2004 500 1.500

2005 150 200 300 325 400 100 2.625

Tahun (ha) 2006 2007 100 200 50 250 100 900 50 250 50 550 100 450 4.800

Jumlah (ha) 250 400 500 1.800 625 1.000 200 9.375

Ket

Sebelum kegiatan Gerhan, BPDAS Pemali Jratun telah melaksanakan juga kegiatan rehabilitasi hutan mangrove dari tahun 2000-2003 seperti tabel dibawah ini. Tabel II-6. Kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang dilaksanakan oleh BPDAS Pemali Jratun tahun 2000-20032000 30 20 200 250 Tahun (ha) 2001 2002 40 150 30 50 40 90 40 115 15 40 530 2003 30 10 50 90 Jumlah (ha) 220 50 80 50 290 40 165 15 910 Ket

No. 1 2 3 4 5 6 7 8

Kabupaten/Kota Kabupaten Brebes Kabupaten Tegal Kabupaten Pemalang Kabupaten Kendal Kabupaten Demak Kabupaten Jepara Kabupaten Pati Kabupaten Rembang Jumlah

Diterbitkan Oleh:

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PEMALI-JRATUN PROVINSI JAWA TENGAH

Hal. II - 27